KONSEP PERJUANGAN TUNKU ABDUL RAHMAN...
-
Upload
truongnhan -
Category
Documents
-
view
252 -
download
6
Transcript of KONSEP PERJUANGAN TUNKU ABDUL RAHMAN...
KONSEP PERJUANGAN TUNKU ABDUL RAHMAN TENTANG
KEMERDEKAAN MALAYSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM
DI NEGARA MALAYSIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memperoleh Gelar Sarjana
Syariah (S.Sy)
Oleh :
Abdul Mun’im bin Alias
N I M : 1111045200017
KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
iv
ABSTRAK
Abdul Mun'im Bin Alias, 1111045200017. Konsep Perjuangan Tunku Abdul Rahman Tentang Kemerdekaan Malaysia dalam Perspektif Islam. Hukum Tata Negara (Siyasah), Program Studi Jinayah Siyasah, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 1436 H / 2015 M, viii + 62 halaman.
Masalah pokok penelitian ini adalah bagaimana pemikiran politik, peran dan perjuangan Tunku Abdul Rahman dalam proses memperjuangkan kemerdekaan Malaysia dalam perspektif Islam di Negara Malaysia. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui keterlibatan Tunku Abdul Rahman dalam mewujudkan kemerdekaan Malaysia dan bagaimana pandangannya menurut perpsektif Islam.
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian dengan cara mengumpulkan bahan-bahan yang berasal dari baik berupa buku-buku, jurnal, ensiklopedi, maupun internet yang berkaitan dengan tema pembahasan. Penulis juga melakukan wawancara untuk melengkapi penelitan skripsi ini .Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Kerterlibatan politik Tunku Abdul Rahman dalam menjalankan kemerdekaan Malaysia tampak dari kepemimpinannya di UMNO. Di dalam posisi ini, berbagai kebijakan yang dilakukan Tunku dalam menuntut kemerdekaan Malaysia dari pihak Inggri. Pemikiran Tunku Abdul Rahman tentang kemerdekaan Malaysia dibagi menjadi dua aspek yaitu, dari sudut politik dan dari sudut perjuangan. Pemikiran politik Tunku Abdul Rahman dalam perspektif fiqih siyasah tidak terlalu berbeda karena Tunku Abdul Rahman dalam menjalankan pemerintahannya di Malaysia berbasiskan pada syariat Islam, segaris dengan praktis politik Islam terdahulu
Kata kunci : Konsep Perjuangan Tunku Abdul Rahman, Kemerdekaan
Malaysia.
Pembimbing : Dr. Khamami Zada, M.A.
Daftar Pustaka : 1984 s.d. 2015
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat tak
terhingga jumlahnya kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW para keluarga, sahabat, dan mereka semua
yang telah berjuang untuk menegakkan kalimat tauhid di atas muka bumi ini menuju
kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.
Alhamdulilah, berkat rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan. Adanya kritikan dan masukan
yang sangat berarti diperlukan penulis untuk dapat lebih menyempurnakan dan
memperbaiki agar penyajian skripsi ini lebih baik.
Menyelesaikan skripsi ini tentu banyak rintangan dan halangan yang penulis
hadapi. butuh kerja keras untuk menyelesaikan skripsi, penulis paham bahwa dalam
mengejarkan skripsi bukan perkara yang mudah karena butuh ketelitian dan kemauan
yang tinggi. Tetapi bersyukur alhamdulillah, semua itu bisa diatasi berkat motivasi
yang diberikan oleh semua pihak yang membantu dan memberikan dukungan tiada
henti kepada penulis. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang selalu mengasihi dan menyayangi kalian, di mana kalian berada. Amin.
Rasa terima kasih ingin penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para pembantu Dekan.
2. Ibu Dra. Maskufah, MA, Ketua Program Studi Jinayah Siyasah Jurusan Siyasah
vi
Syar’iyah.
3. Ibu Sri Hidayati, M.Ag, sekretaris Program Studi Jinayah Siasah Jurusan Siyasah
Syar’iyah.
4. Bapak Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA, Dosen Penasehat Akademik.
5. Bapak Dr. Khamai Zada, MA, Dosen pembimbing yang sangat penulis hormati,
dengan sangat sabar dan keikhlasan beliau membimbing penulis.
6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Keluarga saya, ayahanda Dato' Alias Bakar dan ibunda Datin Norhayati yang
senantiasa mendoakan penulis, memberikan kasih sayang, dan motivasi kepada
penulis. Tak lupa untuk adik-adik dan seluruh keluarga besar.
8. Kepada istriku tercinta Justiyati Mohd Zuki yang selalu memberikan dukungan
dan semangat kepada penulis, serta bapak mertua Mohd Zuki Asujjak bin Shafie
dan ibu mertua Sebakyah binti Natu Khan.
9. Kepada klub UMNO dan teman-teman mahasiswa dari Malaysia.
10. Sahabat Lisna Alvia dan Siti Herawati yang sudah menjadi sahabat terbaik dalam
menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11. Teman-teman seperjuangan SJS khususnya jurusan Ketatanegaraan Islam
angkatan 2011 dan teman-teman KKN (Kuliah Kerja Nyata) kelompok PENA
2014.
12. Kepada semua pihak yang sudah membantu penulis, mohon maaf apabila belum
vii
disebutkan. Akan tetapi, penulis berdo’a semoga agar kebaikan dan ketulusan
kalian dibalas oleh Allah SWT.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat untuk para pembaca
umumnya dan penulis khususnya.
Ciputat, 28 Agustus 2015
Abdul Mun'im Bin Alias
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMING ............................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 5
D. Studi Terdahulu .................................................................. 6
E. Metode Penelitian .............................................................. 9
F. Sistematika Pembahasan .................................................... 11
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MALAYSIA ................ 12
A. Sejarah Awal Penjajahan Inggris di Malaysia ................... 13
B. Perkembangan Politik dan Sistem Pemerintahan Malaysia 15
1. Masa Penjajahan Inggris .............................................. 16
2. Masa Menuju Kemerdekaan ........................................ 18
3. Malaysia Pasca Merdeka .............................................. 21
ix
BAB III BIOGRAFI TUNKU ABDUL RAHMAN ............................ 25
A. Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman ............................... 26
B. Latar Belakang Pendidikan Tunku Abdul Rahman ........... 28
C. Perjalanan Karir dan Keterlibatan Politik Tunku Abdul
Rahman .............................................................................. 31
BAB IV PEMIKIRAN TUNKU ABDUL RAHMAN TENTANG
KEMERDEKAAN MALAYSIA ........................................... 37
A. Konsep Tunku Abdul Rahman Tentang Kemerdekaan
Malaysia ............................................................................. 38
B. Perjuangan Tunku Abdul Rahman Mempersiapkan Kemerdekaan
Malaysia ............................................................................. 46
C. Kritik Atas Kemerdekaan Tunku Abdul Rahman .............. 48
D. Perspektif Islam Tentang Perjuangan Kemerdekaan Tunku
Abdul Rahman ................................................................... 50
1. Bentuk Pemerintahan Demokrasi dan Nasionalisme .... 50
2. Bentuk Negara Federasi ................................................ 51
3. Persatuan Malaysia........................................................ 53
BAB V PENUTUP ............................................................................... 55
A. Kesimpulan ........................................................................ 55
B. Saran ................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 59
LAMPIRAN ............................................................................................... 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Malaya adalah sebuah wilayah yang terletak di pertengahan Asia Tenggara.
Sejak awal abad keenam belas masehi, Malaya pernah dijajah oleh tiga pengusaha
besar yang terdiri dari Belanda, Portugis, dan Inggris. Di antara tiga kolonial besar
itu, Inggris telah menjajah Malaya dalam kurun waktu yang lebih lama, yaitu mulai
akhir abad kedelapan belas hingga pertengahan abad kedua puluh Masehi. Setelah
lama dijajah Inggris, muncul semangat nasionalisme dikalangan masyarakat dan pada
tahun 1957 Malaya berhasil mencapai kemerdekaan dari Inggris.1 Pencapaian ini
tidak terlepas dari keterlibatan dan strategi perjuangan para tokoh politik Malaya.
Ketika Malaya sedang menghadapi zaman penjajahan, beberapa orang tokoh
politik telah bangkit memperjuangkan kemerdekaan Malaya, diantara tokoh yang
terkenal di Malaya adalah seorang pangeran yang dilahirkan di Istana Negeri Kedah.
Tokoh yang dimaksudkan adalah Tunku Abdul Rahman, ia adalah anak ke-25 Sultan
Abdul Hamid Halim Shah, Negeri Kedah. Setelah Tuanku menyelesaikan studi di
Inggris dan dengan dukungan teman-teman, ia akhirnya pulang memperjuangkan
kemerdekaan Malaya.2 Tunku yang terkenal sebagai negarawan kerakyatan dan
1Time Book Internasional, Malaysia, (Singapore dan Kuala Lumpur, 2002), cet. 1, h. 5. 2Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria, Tuanku Abdul Rahman Putera Al-Haj, (Kuala
Lumpur: Jede Green Publications, 1996), cet. 1, h. 1.
2
sebagai seorang pangeran, mempunyai kharisma yang sangat unik, di antaranya
Tunku hidup sebagaimana rakyat biasa dan bersosialisasi dengan semua orang.3
Pada awal penglibatan Tunku dalam politik di Malaya, ia dilantik sebagai
Ketua Partai Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu/United Malay National
Organization (UMNO) bagian Kedah. Adapun setelah Dato’ Onn Jaafar mundur dari
jabatanya sebagai Presiden UMNO, Tunku dilantik sebagai penggantinya pada tahun
1952. Diantara kebijakan politik Tunku diawal pemerintahnya, adalah Tunku banyak
memberi nasihat kepada masyrakat supaya bersatu, walaupun pada waktu itu
hubungan kemasyarakatan antara etnis sedikit tegang akibat penjajahan Jepang.
Tunku juga berhasil membentuk Partai Gabungan yang terdiri dari UMNO, Partai
Persatuan Cina Malaya /Malayan Chines Asoosaity (MCA), dan Pertubuhan Kongres
India Malaya /Malayan Indian Congres (MIC).4 Dengan kesepakatan ini, Partai
gabungan telah berhasil memenangi pemilihan umum pada tahun 1955.
Setelah mencapai kemenangan, Tunku dan Partai Gabungan memulai
langkahnya dalam mengatur strategi untuk menuntut kemerdekaa Malaya.
Diantaranya, langkah Tunku dalam meredakan pemberontakan Partai Komunis
Malaya (PKM) melalui Perundingan Baling. Tunku juga telah melakukan beberapa
pertemuan tidak resmi dengan Pesuruh jaya Tinggi Inggris di Malaya, untuk
3Syarif Ahmad, Tuanku Abdul Rahman, Memoir Patriotik, (Kuala Lumpur: Pustaka Antara,
1991), cet. 1, h. 53 4Zarina Syukor, Sejarah Penubuhan Malaysia, (Pulau Pinang: Penerbit Pinang Sdn. Bnd,
1985), cet. 1, h. 36
3
membicarakan rencana melakukan perundingan dengan pihak penjajah di Inggris.5
Dengan usaha Tunku dan kesepakatan Partai Gabungan, mereka berhasil membujuk
Inggris untuk mengadakan satu perundingan yang dinamankan Perundingan
Kemerdekaan.
Perundingan itu telah diadakan di Inggris pada 18 Januari 1956. Perundingan
ini diketahui oleh Tunku dan diikuti oleh pimpinan Partai Gabungan serta wakil Raja-
raja Melayu. Perundingan ini telah menghasilkan bebrapa persetujuan dari pihak
Inggris. Diantaranya adalah pihak Inggirs setuju untuk memberi kemerdekaan Malaya
pada tanggal 31 Agustus 1957, dengan syarat Malaya harus ikut serta dalam Negara
“Commonwealth”,6 menempatkan angkatan militer Inggris di Malaya, menumbuhkan
satu komisi yang beranggotakan wakil-wakil dari luar Negara untuk membentuk
konstitusi baru, dan pensyaratan lain adalah Tanah Melayu harus menjalankan
pemerintahan secara demokrasi.7
Pengalaman Tunku belajar di Inggris telah membuat Tunku dekat dengan pihak
Inggris sehingga ia tidak mampu menolak beberapa keputusan pihak Inggris ketika
berlakunya Perundingan Kemerdekaan. Hasil perundingan itu mendapat kritik dan
tantangan dari lawan politiknya terutama Dato’ Onn Jafar. Namun Tunku tetap sabar
dan mencoba memberikan nasihat kepada masyarakat supaya tenang dan menerima
5Yusof Harun, Tuanku, Idealisme dalam Kenangan. (Pulau Pinang: Yayasan Bumiputra,
1991), cet.1, h. 186. 6Negara-negara Komanwel merupakan satu persatuan secara sukarela yang melibatkan
negara-negara berdaulat yang ditubuhkan atau pernah dijajah oleh pihak Inggris. 7International Law Book Services, Malaysia Kita, (Kuala Lumpur: Direct Art Company,
2005), cet. 6, h. 115.
4
syarat yang telah ditetapkan oleh pihak Inggris demi kemerdekaan negara.8 Setelah
mencapai kemerdekaan, Malaya membentuk suatu kesepakatan dengan Sabah dan
Serawak dalam membentuk sebuah negara yang akan dinamakan Malaysia.9 Karena
jasa dan pengorbanan Tunku Abdul Rahman, ia diberi galar sebagai Bapak
Kemerdekaan dan dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia yang pertama.
Kemerdekaan negara bukanlah suatu hal yang mudah dicapai oleh sebuah
negara. Di Malaysia peran dan kebijakan politik Tunku Abdul Rahman telah banyak
membantu Malaysia mencapai kemerdekaan dengan aman dan secara diplomasi.
Tunku bukan saja sanggup mengesampingkan kedudukannya sebagai pangeran dan
senantiasa mengutamakan kepentingan masyarakat, akan tetapi ia juga tidak pernah
merasa takut dan menerima kritikan dalam memperjuangkan bangsa tanah air
tercinta.10
Untuk mengetahui pemikiran politik Tunku Abdul Rahman dan proses
perjuangannya dalam merealisasikan kemerdekaan Malaysia dengan lebih terperinci
dan mendalam, penulis mencoba melakukan penelitian skripsi yang berjudul Konsep
Perjuangan Tunku Abdul Rahman Tentang Kemerdekaan Malaysia dalam Perspektif
Islam
8Ramlah Adam, Biografi Politik Tuanku Abdul Rahman, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 2005), cet. 1, h. 268. 9Ahmad Athori Hussain, Dimensi Politik Melayu 1980-1990, Antara Kepentingan dan
Wawasan Bangsa, (Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1993), cet. 1, hal. 4. 10Yusof Harun, Tuanku, Idealisme dalam Kenangan, (Pulau Pinang: Yayasan Bumiputra,
1991), cet. 1, h. 183.
5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini menjadi lebih praktis dan terfokus sehingga para
pembaca mendapat manfaat dari penelitian ini, penulis membuat batasan hanya
tentang seorang tokoh politik Malaysia yang bernama Tunku Abdul Rahman.
Penelitian ini bertumpu pada pemikiran dalam rangka politik dan perjuangan Tunku
ketika melakukan perundingan-perundingan menurut kemerdekaan Malaysia dari
pihak Inggris.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan pembatasan masalah di atas dan supaya
tidak menjadi kajian yang melebar, penulis merumuskan permasalahan dengan
rincian dalam bentuk persoalan seabagaimana berikut :
a) Bagaimana keterlibatan politik Tunku Abdul Rahman dalam
kemerdekaan Malaysia ?
b) Apa pemikiran Tunku Abdul Rahman tentang Malaysia Merdeka?
c) Bagaimana pemikiran politik Tunku Abdul Rahman dalam Perspektif
fiqih siyasah ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini, memiliki beberapa tujuan sebagai
berikut :
6
1. Untuk mengetahui keterlibatan Tunku Abdul Rahman dalam mewujudkan
kemerdekaan Malaysia.
2. Untuk mengetahui ide-ide Tunku Abdul Rahman dalam memperjuangkan
kemerdekaan Malaysia.
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :
1. Secara akademis untuk mendapat jawaban terhadap berbagai persoalan yang
terkait dengan kebijakan Tunku dan langkah yang diambil ketika
memperjuangkan kemerdekaan Malaysia.
2. Sebagai sumbangan kepada partai politik khususnya UMNO dalam
menghayati sejarah dan peran UMNO dalam menuntut kemerdekaan
Malaysia.
3. Sebagai sumbangan kepada etnis-etnis di Malaysia supaya senantiasa bersatu
dalam menjamin keamanan dan kemajuan Malaysia.
4. Sebagai sumbangan pemikiran dan perkembangan khazanah keilmuan
khusunya di bidang sejarah dan ketatatnegaraan Islam di Malaysia.
D. Studi Terdahulu
Sejumlah penelitan tentang pemikiran politik telah dilakukan, baik mengkaji
secara spesifik maupun mengkaji secara umum yang sejalan dengan bahasan
penelitian ini. Berikut ini merupakan paparan tinjauan umum atas sebagai karya-
karya penelitian baik yang berupa buku maupun skripsi, diantaranya :
7
Skripsi yang ditulis oleh Robby Chairil, yang berjudul Soekarno dan
Perjuangan dalam Mewujudkan Kemerdekaan Indonesia (1942-1945.)11 Skripsi ini
menemukan tentang tokoh besar Indonesia yaitu Soekarno, dalam mewujudkan
kemerdekaan di Indonesia pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942-1945, di
mana Soekarno bekerja sama dengan pihak tentara Jepang. Dalam mewujudkan
kemerdekaan Indonesia.
Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Baha bin Mohamad, yang berjudul Analis
Pemikiran Politik Anwar Ibrahim di Malaysia 1982-1998.12 Skripsi ini menemukan
tentang pemikiran Anwar Ibrahim dalam konteks reformasi Islam di Malaisya, serta
peran Anwar Ibrahim dalam proses demokratisasi di Malaysia. Sudah waktunya
untuk itu sekali lagi berdiri berhadapan cara dengan secara demokratis, ini adalah
pencetus reformasi. Kini, ia harus menciptakan ideology baru tentang reformasi milik
rakyat.
Skripsi yang ditulis oleh Hasfa Bakhry Hasan, yang berjudul Islam Hadhari,
Suatu Pemikiran Abdullah Ahmad Badawi dalam Rencana Sebuah Pemerintah Islam
di Malaysia.13 Skripsi ini memberikan penjelasan tentang Islam Hadhari menurut
pemikiran Abdullah Ahmad Badawi, adalah sebuah konsep pemerintahan yang
11Robby Chairil, Soekarno dan Perjuangan dalam Mewujudkan Kemerdekaan Indonesia
(1942-1945), (Jakarta: Skripsi Fakultas Adab Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif HIdayatullah Jakarta, 2010).
12Ahmad Baha bin, Analisis Pemikiran Politik Anwar Ibrahim di Malaysia 1982-1998, (Jakarta: Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009).
13Hasfa Bakhry Hasan, Islam Hadhari: Suatu Pemikiran Abdullah A. Badawi dalam Rencana sebuah Pemerintahan Islam di Malaysia, (Jakarta: Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006).
8
melaksanakan sistem berdasarkan Islam, serta menjadikan Agama Islam sebagai
tatacara hidup bernegara.
Buku yang ditulis oleh Ramlah Adam, yang berjudul Biografi Politik Tunku
Abdul Rahman. Dalam buku ini Ramlan Adam menjelaskan sejarah kehidupan Tunku
Abdul Rahman yang meliputi pendidikan, melanjutkan pelajaran ke England,
bertugas sebagai pegawai kerajaan, melibatkan diri dalam politik dan peranan ia
dalam mewujudkan kemerdekaaan di Malaysia.
Buku yang ditulis oleh Syarif Ahmad, yang berjudul Tunku Abdul Rahman,
Memori Patriotik. Dalam buku ini Syarif Ahmad menjelaskan bagaimana perjuangan
Tunku Abdul Rahman dalam memperjuangkan Malaysia dari jajahan Inggris.
Kecerdasan dan seni politik yang dimainkan oleh Tunku Abdul Rahman sangatlah
berbeda dengan pemimpin-pemimpin lain di Malaysia.
Buku yang ditulis oleh Siti Mariam Daud dan Zakaria Sulaiman, yang berjudul
Tunku Abdul Rahman Putera Al-Haj. Dalam buku ini Siti Mariam Daud dan Zakaria
Sulaiman menjelaskan Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj menceritakan berbagai
peristiwa peting pada era kebangkitan semangat nasionalisme, jatuhnya imperialisme
dan perkembangan yang terjadi di Asia Tenggara suatu ketika dulu. Melalui
pengamatan tajam, ia merekam di dalam buku ini perkembangan ideologi komunis
dan kerjasama antara berbagai agama, termasuk Islam, Kristen, Hindu dan Buddha
dalam perjuangan menentang semangat kebendaan.
Buku yang ditulis oleh Abdul Aziz Ishak, yang berjudul Riwayat Hidup Tunku
Abdul Rahman. Dalam buku ini Abdul Aziz Ishak menjelaskan sejarah seorang tokoh
9
negara yang ulung, bapak kemerdekaan Tanah Melayu dan penghidup konsolidasi
Malaysia.
Sungguhpun skripsi tentang pemikiran politik juga pernah ditulis dalam
skripsi. Penulis sangat berbeda dengan tulisan yang sudah ada. perbedaannya adalah;
1. Dalam skripsi ini penulis menjelaskan mengenai konsep Tunku Abdul
Rahman menurut perspektif fiqih siyasah.
2. Penulis ingin menjelaskan bagaimana peranan Tunku Abdul Rahman dalam
memperjuangkan kemerdekaan Malaysia.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Untuk melakukan penelitian dalam penulisan skripsi ini, penulis
menggunakan pendekatan empiris dan menggunakan metode penelitian
kepustakaan (library research). Penulis mencoba mengumpulkan data-data
yang berasal dari sumber-sumber kepustakaan, baik berupa buku-buku, jurnal,
ensiklopedi, maupun internet yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji
dalam skripsi ini. Penulis juga melakukan wawancara untuk melengkapi
penelitan skripsi ini.
2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber-sumber datanya adalah sebagai berikut :
10
a) Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber yang asli
dari obyek penelitian, yaitu buku-buku yang ditulis sendiri oleh Tunku
Abdul Rahman.
b) Data Skunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua, yaitu dari
buku-buku lain yang berkaitan dengan objek penelitian seperti buku-
buku, jurnal dan surat kabar Malaysia.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah studi dokumentasi
dari bahan-bahan tertulis yakni dengan mencari bahan-bahan yang terkait serta
mempunyai relevansi dengan obyek penelitian.Pengumpulan data juga
dilakukan dengan melakukan wawancara kepada ahli teman seperjuangan
Tunku Abdul Rahman.
3. Teknik Analisis Data
Dalam melakukan analisis data, penulis menggunakan teknik analisis
deskriptif, dengan cara mengumpulkan data-data dan mencoba untuk
menganalisis pemikiran seorang tokoh politik, yaitu Tunku Abdul Rahman.
4. Teknik Penulisan Skripsi
Penulis skripsi ini berpedoman pada Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012, buku yang
diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
11
F. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh gambaran menyeluruh, ditulis sistematika sebagai berikut:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang didahului dengan persoalan
yang melatarbelakangi penelitian dan pengangkatan tema ini, kemudian dilanjutkan
dengan pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitan, studi
terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua memberi uraian tentang sejarah awal penjajahan Inggris di
Malaysia, juga tentang perkembangan politik dan sistem pemerintahan Malaysia,
yang dibagi kepada tiga periode, yaitu masa penjajahan Inggris, masa menuju
kemerdekaan, dan Malaysia masa kini.Bertujuan untuk memberi gambaran secara
ringkas tentang perpolitikan di Malaysia.
Bab ketiga memberi uraian secara khusus tentang riwayat hidup, latar
belakang pendidikan, perjalanan karir, serta panglibatan lebih dalam tentang tokoh
kemerdekaan Malaysia.
Bab keempat menguraikan tentang inti penelitian, yaitu tentang hubungan
politik Tunku Abdul Rahman dengan pihak Inggris, pemikiran politik Tunku, dan
perundingan kemerdekaan yang diikuti Tunku.Penelitian ini bertujuan untuk
mendalami pemikiran politik Tunku Abdul Rahman.
Bab kelima merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan merupakan
jawaban dari persoalan dalam pembatasan dan perumusan masalah, juga terdapat
beberapa saran dari peneliti.
12
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG MALAYSIA
Sejarah Malaya bermula di zaman kesultanan Melayu Malaka sekitar tahun
1400 Masihi. Pada masa kegemilangannya, wilayah kesultanan ini meliputi sebagian
besar Semenanjung dan Pantai Timur Sumatera. Malaka muncul sebagai sebuah
kerajaan yang gemilang karena kedudukannya yang strategis yaitu titik pertemuan
antara Asia Timur dengan Asia Barat.Keadaan ini membuat Malaka muncul sebagai
pusat perdagangan utama khususnya perdagangan rempah di Asia Tenggara.1 Islam
pula muncul sebagai agama utama yang tersebar dan menjadi anutan utama penduduk
Malaka dan raja-raja.
Malaya terkenal dengan kekayaan hasil bumi dan mempunyai kondisi tanah
yang subur. Kondisi ini telah menjadi penarik penguasa asing untuk menjajah
Malaya.Tujuan utama mereka adalah untuk mencari lokasi perdagangan baru dan
menyebarkan agama Kristen.2 Malaya pernah dijajah oleh tiga penjajah yang berbeda,
yaitu Portugis pada tahun 1511, Belanda pada tahun 1641, dan Inggris pada tahun
1824.3 Di antara tiga penjajah besar itu, Inggris paling lama menjajah Malaya, yaitu
mulai tahun 1824 hingga Malaya mencapai kemerdekaan pada 31 Agustus 1957.
1Amir F. Hidayat, dan Abdurrasyid, Ensiklopedi Negara-negara di Dunia, (Bandung: Pustaka
Setia, 2006), cet. 1. h. 310. 2Zarina Syukor, Sejarah Penubuhan Malaysia, (Pulau Pinang: Penerbitan Pinang Sdn. Bhd,
2005), cet. 1. h. 5. 3Times Book International, Malaysia, (Singapore & Kuala Lumpur : TBI, 2002), cet. 1, h. 5.
13
Setelah mencapai kemerdekaan, Malaya telah membentuk kesepakatan
dengan Sabah dan Sarawak untuk mendirikan sebuah negara yang dinamakan
Malaysia. Malaysia merupakan sebuah Negara Federasi yang mempunyai 13 Negara
Bagian dan 3 Wilayah Persekutuan. Malaysia terletak di Asia Tenggara dengan luas
329.843 km persegi, dan terletak di khatulistiwa yang beriklim tropis. Ibu kota
Malaysia adalah Kuala Lumpur, dan Putrajaya merupakan pusat pemerintahan.
Malaysia terpisah kepada dua bagian, yaitu Malaysia Barat dan Malaysia Timur.
Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam, dan
Filipina, dan jumlah penduduk Malaysia melebih 27 Juta jiwa.4
A. Sejarah Awal Penjajahan Inggris di Malaysia
Sejarah dan perkembangan politik merupakan pengalaman yang dicatat dari
waktu ke waktu, sehingga menjadi paduan dan pengajaran kepada masyarakat masa
kini dan masa akan datang. “Mengkaji yang terdahulu untuk memahami yang akan
datang” merupakan salah satu falsafah dalam pendekatan sejarah. Melalui pendekatan
sejarah dalam mengembangkan ilmu politik, kebiasaannya tertumpu kepada beberapa
persoalan seperti kapan, siapa, kenapa, bagaimana, dan dimana.5 Dengan pedoman
pada persoalan-persoalan diatas, maka sejarah dapat menghidupkan kembali masa
lalu, dan membuat kesimpulan untuk mencapai kesepakatan di masa depan.
4Ajid Thorir, Studi Kawasan Dunia Islam, Perspektif Etno-Linguistik dan GeoPolitik,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2009),cet. 1, h. 337. 5Katni Kamsono Kibat, Asas Ilmu Politik, (Selangor: Biroteks Institusi Teknologi Mara,
1986),cet. 1, h. 8.
14
Awal abad ke-17 Masehi adalah masa mulainya perkembangan perdagangan
Inggris di Malaya, yaitu dengan perkembangan cara perdagangan di Asia Tenggara.
Inggris semakin mempergiat usahanya untuk menguasai perdagangan biji timah di
Malaya.Karena motif dan kepentingan yang sama antara Inggris dan Belanda, telah
terjadi persaingan di antara mereka. Akan tetapi, pada tanggal 17 Maret 1824 meja
perundingan telah menjadi suatu alternatif bagi mereka. Melalui perundingan itu,
Inggris telah memperoleh tiga wilayah di Malaya yang mencakup Pulau Pinang,
Malaka, dan Singapura. Ketiga negara bagian ini menjadi tanah jajahan Inggris dan
dinamakan negeri-negeri selat.6
Inggris telah menerapkan sistem administrasinya sendiri dan menggiatkan
usaha dalam mengeluarkan hasil pertanian dan pertambangan biji timah dari Malaya.
Pada saat ini juga, golongan Cina dan India mulai masuk ke Malaya. Setelah
beberapa tahun lalu, Inggris mulai mencari jalan untuk memperluas tanah jajahannya.
Pada awalnya negeri-negeri Melayu Bersekutu yang terdiri dari Perak, Selangor,
Negeri Sembilan, dan Pahang berada di bawah pemerintahan Raja-raja Melayu.
Disebabkan berlakunya pertikaian politik di antara raja-raja, Inggris telah berusaha
menjinakkan Raja-raja Melayu dan akhirnya Inggris berhasil menguasainya pada
tahun 1874 melalui satu perjanjian politik di antara raja-raja dengan penguasa Inggris
yang dinamakan Perjanjian Pangkor.7
6Mohd Salleh Abbas, Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia, (Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka, 2006), cet. 3, hal. 11. 7Alfitra Salamm dan Achmad Syahid, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Asia Tenggara),
(Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve). h. 413.
15
Adapun negeri-negeri Melayu Tidak Bersekutu yaang terdiri dari Kedah,
Kelantan, Perlis, dan Trengganu.Propinsi-propinsi ini pada awalnya berada di bawah
kekuasaan Siam. Pada tahun 1909, propinsi-propinsi ini diserahkan kepada Inggris
atas permintaan raja-raja supaya dapat membebaskan kawasan mereka dari kekuasaan
Siam. Penyerahan itu terjadi setelah Inggris dan Siam menandatangani suatu
perjanjian yang dinamakan Perjanjian Bangkok.8Pada dasarnya, Inggris tidak
merencana untuk ikut campur dalam politik Malaya, karena tujuan awal Inggris
hanya untuk menguasai hasil ekonomi dan perdagangan di Malaya. Akan tetapi
karena terjadi konflik internal beberapa kesultanan telah mengundang Inggris untuk
terlibat secara aktif guna memperluas pengharuhnya di Malaya. Akibat konflik ini,
Inggris mencapai keberhasilan menakluki beberapa kawasan yang diikuti dengan
beberapa perjanjian.
B. Perkembangan Politik dan Sistem Pemerintahan Malaysia
Dalam perkembangan politik dan sistem pemerintahan Malaysia, penulis
membagi dalam tiga periode. Pertama, Masa Penjajahan Inggris. Kedua, Masa
Menuju Kemerdekaan. Ketiga, Malaysia Masa Kini. Berikut penjelasan bagi setiap
periode :
8Hasnah Hussin dan Nordin, Mardiani, Pengajian Malaysia, (Selangor : Oxford Fajar Sdn.
Bhd, 2007), cet. I, h. 43.
16
I. Masa Penjajahan Inggris
Ketika penjajahan Inggris, Malaya dijajah oleh Inggris terpisah yaitu negeri-
negeri selat (NNS), Negeri-Negeri Melayu Bersekutu (NNMB), Negeri-Negeri
Melayu Tidak Bersekutu (NNMTB). Bentuk pemerintahan tiga negara berasingan
itu diketuai oleh seorang Pejabat Tinggi Inggris. Dalam menjalankan pemerintahan
di Malaya, Inggris telah memperkenalkan berbagai sistem politik. Pada awalnya,
Inggris memperkenalkan suatu sistem yang dinamakan Sistem Residen.Sistem ini
mulanya diperkenalkan setelah berlakunya Perjanjian Pengkor. Sistem ini
berbentuk birokrasi dan dijalankan oleh seorang Residen Inggris.Sistem ini
mempunyai kekuasaan tertinggi yang mencakup urusan pemerintahan, ekonomi,
dan undang-undang di Malaya.9Pembentukan sistem ini telah menyebabkan
berlakunya pemberontakan dari beberapa pihak.Namun usaha mereka gagal karena
pemberontakan mereka berbentuk perseorangan dan tidak mendapat dukungan dari
masyarakat umum.
Perkembangan gerakan politik Malaya bermula pada akhir tahun 1930-an
dengan lahirnya semangat nasionalisme di kalangan kaum elit Melayu yang
berpendidikan tinggi dan dipengaruhi gerakan nasionalis Indonesia. Organisasi
pertama yang didirikan berdasarkan nasionalis Melayu dan mempunyai
kepentingan politilk adalah Kekuasaan Melayu Muda (KKM). KKM membawa
konsep anti penjajah untuk memperjuangkan kemerdekaan negara dan ingin
9International Law Book Services, Malaysia Kita, (Kuala Lumpur: Direct Art Company,
2005), cet. 6, h. 197.
17
mewujudkan penyatuan dengan Indonesia melalui Indonesia Raya. Inggris telah
mengkhawatirikan gerakan KKM sehingga pada tahun 1941 sejumlah besar
pimpinan KKM telah ditangkap dan dipenjara. Ketika penjajah Jepang pimpinan
KKM telah dibebaskan, akan tetapi Jepang tetap menghalang dan membubarkan
organisasi ini. Setelah pembubaran KKM, lahir pula beberapa organisasi lain yang
bertujuan menjatuhkan penjajah Jepang, yaitu Malaya Peoples Anti Japan Army
(MPAJA) dan Partai Komunis Malaya (PKM).10
Penjajahan Jepang telah berakhir, ketika Nagasaki dan Hiroshima
dimusnahkan oleh tentara sekutu pada tanggal 6 Agustus 1945. Setelah ditimpa
kekalahan, Jepang telah menyerahkan kembali Malaya kepada Inggris pada 15
Agustus 1945. Kekalahan Jepang telah memberi ruang kepada Parti Komunis
Malaya (PKM) untuk menguasai Malaya. PKM telah bertindak kejam terhadap
penduduk Malaya dengan membunuh dan memusnahkan harta benda mereka.
Pada waktu itu, Inggris kembali menjajah Malaya dan mengumumkan keadaan
darurat di Malaya sekitar tahun 1948 hingga 1960.11 Sekembalinya Inggris di
Malaya, Inggris memperkenalkan sistem pemerintahan baru yang dinamakan
Kesatuan Malaya atau Malayan Union.
Walaupun Inggris mendapat dukungan dari Raja-raja Malayu, namun
keabsahan Kesatuan Malaya bernilai rendah karena disertai bersama tantangan dan
ancaman dari masyarakat. Menjelang abad ke-20, gerakan kesadaran dan semangat
10International Law Book Services, Malaysia Kita, h. 97. 11Amir F. Hidayat, dan Abdurrasyid, Ensiklopedi Negara-Negara Di Dunia, h. 311.
18
nasionalisme dikalangan masyarakat Melayu semakin membara. Masyarakat
Melayu awalnya menentang Kesatuan Malaya dengan mendirikan suatu organisasi
politik melalui Kongres Melayu Semala pada 11 Mei 1946 di Johor.Organisasi itu
dinamakan United Malay National Organization (UMNO), dan diketuai oleh Dato’
Onn Ja’far. Organisasi ini menentang keras Kesatuan Malaya, karena dalam
Kesatuan Malaya status kewarganegaraan akan diberikan sama rata kepada semua
warga asing yang lahir di Malaya. Penguasa Inggris juga ingin menghapuskan
kekuasaan sultan dan sultan hanya akan diberi otoritas dalam hal keagamaan dan
adat istiadat Melayu. Motif penentang lain adalah karena muncul kekhawatiran
dikalangan orang Melayu terhadap para imigran, terutama golongan Cina yang
ingin menguasai perekonomian Malaya.12
Hal ini menunjukan bahwa sepanjang penjajahan Inggris, struktur
pemerintahan dikuasai penuh oleh penguasa Inggris. Beberapa kebijakan politik
juga telah dilakukan oleh penguasa Inggris dalam rangka merampas dan
menguasai Malaya. Akan tetapi semangat nasionalisme dalam diri masyarakat
Melayu dan keberhasilan UMNO memikat hati masyarakat Melayu, Kesatuan
Malaya akhirnya dibubarkan pada tahun 1948.
2. Masa Menuju Kemerdekaan
Akibat tantangan dari masyarakat Melayu, Kesatuan Malaya telah dibubarkan
pada 21 Januari 1948, dan penguasa Inggris setuju untuk melakukan perundingan
bersama pimpinan UMNO dalam rangka membuat draf bagi membentuk
12Alfitra Salamm dan Achmad Syahid, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, h. 415.
19
perlembagaan baru dan sistem pemerintahan baru di Malaya. Hasilnya, penguasa
Inggris setuju untuk mendirikan Persekutuan Malaya dan membentuk
perlembagaan baru yang dinamakan Perjanjian Persekutuan Malaya 1948.
Perjanjian ini menetapkan bahwa dalam pemerintah Persekutuan Malaya harus
terdapat Pejabat Tinggi Inggris, satu Dewan Perundangan Persekutuan yang
beranggotakan 75 anggota, satu dewan Masyarakat Pemerintah, dan satu Dewan
Raja-raja untuk menasehati Pejabat Tinggi Inggris.13 Di dalam Perjanjian itu juga
dijelaskan bahwa penguasa Inggris mempunyai niat untuk menjadikan Malaya ke
arah pemerintahan sendiri dan memperkenalkan sistem pemilihan umum di masa
akan datang.
Partai politik Malaya semakin berkembang dengan terbentuknya Partai
Gabungan yang mewakili etnis-etnis di Malaya. Partai ini diketuai oleh Tunku
Abdul Rahman yang juga menjabat sebagai ketua UMNO. Partai Gabungan
didirikan pada bulan Januari 1952 dan disertai oleh tiga partai besar, yaitu Partai
Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO), Partai Persatuan Cina Malaya
(MCA), dan Pertubuhan Kongres India Malaya (MIC). Pada tanggal 27 Juli 1955,
partai ini memenangi pemilihan umum pertama dengan memenangi 51 kursi dari
52 kursi yang dipertandingkan.14 Pada waktu inilah awal sistem demokrasi di
Malaya.Sistem ini diwujudkan sebagai persiapan ke arah pembentukan kerajaan
13Muhammad Ismail Ahmad, Sejarah Malaysia, (Selangor: Pustaka Mawar, 2004), cet. 1. h.
12. 14Times Book International, Malaysia, h. 13.
20
berparlemen. Sistem ini juga diperkenalkan untuk member latihan kepada rakyat
dan memberi pengalaman pemilihan umum di Malaya.
Dengan kemenangan yang telah dicapai, pada bulan Januari 1956 Tunku
bersama wakil Partai Gabungan dan wakil raja-raja berangkat ke London untuk
melakukan perundingan kemerdekaan dengan penguasa Inggris. Hasil perundingan
itu, tanggal kemerdekaan Malaya telah ditetapkan pada tanggal 31 Agustus 1957.
Setelah selesai perundingan, suatu komisi dibentuk dan dinamakan
Komisi/Suruhanjaya Reid. Komisi itu bertujuan untuk membentuk konstitusi baru
bagi Malaya.15 Komisi Reid telah membuat draf untuk membentuk konstitusibaru,
dan konstitusi ini akan menyatakan tentang hak istimewa bagi orang Melayu dan
agama Islam sebagai agama negara.
Politik Malaya terus berkembang, dalam rangka membentuk sebuah negara
yang dinamakan Malaysia. Tunku berencana untuk menggabungkan Malaya,
Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunei dalam sebuah negara. Dalam
pembentukan ini, berlaku perbincangan panjang di antara Komisi Cobbold,
Anggota Perundingan Persekutuan, Anggota Pemerintah, dan Anggota
Referendum Singapura. Setelah berlaku beberapa perbincangan, Persekutuan
Malaysia hanya meliputi Malaya, Sabah, Serawak, dan Singapura. Dua tahun
kemudian, pada tanggal 16 September 1963 berlaku pengunduran Singapura dari
15Yusuf Harun. Tunku Idealisme Dalam Kenangan, (Pulau Pinang: Yayasan Bumiputra,
1991), cet. 1, h. 193.
21
Malaysi.16 Pada saat ini, Malaysia hanya terdiri dari Sabah, Serawak, dalam
Semenjanjung Malaysia.
Walaupun penjajahan Inggris di Malaysia tidak bersifat kekerasan, tetapi
kemerdekaan sebuah negara mempunyai arti yang sangat besar dan perlu
diperjuangkan.Disiniterlihat walaupun sulit memperjuangkankemerdekaan negara.
Malaysia tetap berhasil mencapai kemerdekaan hasil perjuangan tokoh-tokoh
politik Malaysia dan kesepakatan komunitas etnis di Malaysia. Pemerintah baru
yang dikuasai oleh Partai Gabungan telah berusaha menghapuskan Partai Komunis
Malaya, meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan, memajukan ekonomi
Malaysia, dan memperkenalkan Malaysia di tingkat Internasional.
3. Malaysia Pasca Merdeka
Penjajahan Inggris telah memberi kesan dan perubahan yang jelas dalam
sistem politik dan pemerintahan Malaysia. Pada saat ini, Malaysia menggunakan
sistem pemisahan kekuasaan dan sistem federalisme yaitu memisahkan antara
pemerintahan propinsi dan pemerintahan persekutuan. Majelis Raja-raja
merupakan lembaga tertinggi negara yang terdiri dari sembilan orang raja dan
empat orang gubernur. Lembaga ini mempunyai kekuasaan dalam melantik Yang
di-Pertuan Agong. Konstitusi Malaysia menetapkan bahwa Yang di-Pertuan
Agong adalah Kepala Negara, dan ia dipilih dari kalangan raja-raja dalam jangka
waktu lima tahun secara bergantian. Yang di-Pertuan Agong berwenang dalam
16Ahmad Athori Hussain, Dimensi Politik Melayu 1980-1990, Antara Kepentingan dan
Wawasan Bangsa, (Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1993), cet. 1, h. 4.
22
pelantikan Perdana Menteri, merupakan ketua dari tiga cabang pemerintahan, dan
merupakan ketua pasukan militer. Yang di-Pertuan Agong juga mempunyai
kekuasaan dalam mempersetujui rancangan undang-undang.17 Akan tetapi Yang
di-Pertuan Agong tidak terlibat dalam membentuk dasar negara.
Sistem pemisahan kekuasaan dalam sistem pemerintahan Malaysia
berkedudukan dibawah Majelis Raja-Raja dan Yang di-Pertuan Agong. Dalam
klasifikasi badan eksekutif, Malaysia menggunakan sistem Parlementer, yaitu
partai politik yang memperoleh mayoritas kursi di Parlemen akan diangkat sebagai
Perdana Menteri dengan persetujuan Yang di-Pertuan Agong.Perdana Menteri
berfungsi sebagai ketua pemerintahan, juga sebagai kepanjangan tangan dari
parlemen untuk menjalankan kebijakan dan keputusan politik di parlemen.18
Legislatif nasional atau parlemen dalam pemerintahan federal menggunakan
sistem dia majilis/departemen, yaitu dewan negara (Senat) dan dewan rakyat
(Departemen Kerakyatan). Kedua dewan ini berwenang dalam membuat dan
membatalkan undang-undang, berwenang dalam menetapkan cukai baru, dan
berwenang dalam meluluskan penggunaan dana negara. Adapun Badan Yudikatif
di Malaysia dibagi kepada tiga bagian, yaitu Mahkamah Atasan (Mahkamah
Agong, Mahkamag Rayuan, Mahkamah Tinggi), Mahkamah Rendah (Mahkamah
Sesyen, Mahkamah Juvana, Mahkamah Magistret, Mahkamah Penghulu), dan
Mahkamah Khas (Mahkamah Tentara, Mahkamah Buruh, Mahkamah Khas Raja-
17Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, Perspektif Etno-Lingustik dan Geopolitik, h. 343. 18Hasnah Hussin, dan Nordin Mardiani, Pengajian Malaysia, h. 92.
23
raja). Peradilan ini dikuasai oleh kerajaan persekutuan, adapun kerjaan negeri
hanya berwenang dalam Mahkamah Syariah dan Mahkamah Adat.19
Malaysia telah menggunakan bentuk pemerintahan demokrasi sejak mencapai
kemedekaan. Konsep demokrasi adalah konsep yang menggunakan suara rakyat
dalam menentukan pimpinan negara. Demokrasi yang diterapkan di Malaysia
bercorak demokrasi berparlemen, di mana wakil-wakil yang dipilih oleh rakyat
akan menduduki Parlemen dan menjalankan pemerintahan melalui peruntukan
Konstitusi Malaysia.20 Konstitusi juga masih mengedepankan hal-hal penting
dalam perlembagaan seperti hak asasi manusia, hak istimewa orang Melayu,
kedudukan agama Islam dan bahasa Melayu.21
Semenjak mencapai kemerdekaan pada tahun 1957, Malaysia tetap
menggunakan sistem kepartaian berbentuk multi partai hingga saat ini. Jika satu
partai memperoleh mayoritas kursi di Parlemen atau Dewan Rakyat, maka partai
itu dapat menguasai tampuk pemerintahan Malaysia. Sistem pemilihan umum
yang digunakan di Malaysia adalah berasaskan “First-Past-The-Post-System” atau
sistem distrik, yaitu calon-calon yang memperoleh mayoritas suara disuatu
kawasan pemilihan umum, maka calon itu akan berkuasa dikawasan itu.
19Hasnah Hussin, dan Nordin Mardiani, Pengajian Malaysia, h. 104. 20Ghazali Mayudin, Politik Malaysia: Perspektif, Teori, dan Praktik, (Bangi: Universiti
Kebangsaan Malaysia, 2002), cet. 1, h. 25. 21Times Book International, Malaysia, h. 16.
24
Pelakasanaan Pemilihan Umum di Malaysia diadakan 5 tahun sekali, yang diawasi
oleh suatu komisi yang dinamakan Komisi/Suruhanjaya Pilihan Raya (SPR).22
Selain sistem pemerintahan khilafah dan imamah, terdapat sistem
pemerintahan lain yang dipraktikan oleh umat Islam dalam konteks negara-bangsa
(nation-state). Di zaman sekarang, beberapa negara yang mayoritas penduduknya
Muslim menganut sistem demokrasi dalam menjalankan pemerintahan. Walaupun
menggunakan sistem demokrasi, pengaruh Islam masih begitu nampak dengan
banyak perundang-undangan yang berbasis pada syariat Islam.23Adapun di
Malaysia, sistem demokrasi yang dijalankan merupakan satu langkah untuk
merealisasikan cita-cita dalam rangka mewujudkan sebuah negara yang
mempunyai suasana politik yang damai dan stabil.
22International Law Book Services, Malaysia Kita., h. 181. 23Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah, Doktrin dan Pemikiran Politik Islam,
(Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2008), cet. 1, h. 215.
25
BAB III
BIOGRAFI TUNKU ABDUL RAHMAN
Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj, merupakan satu nama yang tidak asing
dalam sejarah politik Malaysia. Tunku adalah seorang putra raja yang dilahirkan di
Istana, dan Tunku terkenal sebagai negarawan yang berjiwa rakyat. Sebagai seorang
pangeran, ia mempunyai kharisma yang sangat unik, dan sepanjang keterlibatannya
dalam bidang politik ia banyak memberi sumbangan kepada bangsa dan negara.
Tunku juga terkenal sebagai pemersatu bangsa karena keberhasilannya menyatukan
komunitas etnis dalam menentang penjajahan Inggris dan menuntut kemerdekaan
Malaysia.1
Tunku adalah seorang pemimpin negara yang telah berhasil menyampaikan
cita-cita rakyat untuk mencapai kemerdekaan Malaysia. Untuk merealisasikan cita-
cita rakyat Tunku telah berjuang dengan tabah dan mengahadapi segala kesulitan
dengan sabar. Ahli sejarah pada masa akan datang akan mencantumkan peristiwa-
peristiwa bersejarah bersama nama-nama pejuang kemerdekaan negara masing-
masing. Tunku sebagai seorang tokoh pejuang kemerdekaan Malaysia, ia diberi gelar
bapak keamanan dan bapak kemerdekaan.2 Hasil perjuangannya, Malaysia saat ini
menjadi sebuah negara yang maju dan dihormati di seluruh dunia.
1Syarif Ahmad, Tunku Abdul Rahman, Memoir Patriotik, (Kuala Lumpur : PT.
PustakaAntara, 1991),cet. 1, h. 39. 2Zakiah Hanum, Maka Merdekalah Negara Kita, (Kuala Lumpur: Ahli Cipta (M) Sdn. Bhd,
1997), cet. I, h. 23.
26
A. Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman
Tunku Abdul Rahman adalah salah seorang putra Sultan Negeri Kedah, yaitu
Sultan Abdul Hamid Halim Shah. Ia lahir pada 8 Februari 1903 di Istana Tiga
Tingkat Alor Setar, Kedah. Tunku merupakan anak ke-20 dari 45 orang anak Sultan
Abdul Hamid, hasil dari pernikahan dengan delapan orang istri. Adapun hasil
pernikahan ayahanda dan bundanya, ia merupakan anak ke-7, dan ia mempunyai tiga
saudara dan tiga saudari. Bunda tunku bernama Makche Menjelara, anak perempuan
Luang Nara Biroraks, dan rakyat Siam yang berasal dari Pegu, Burma.3Karena
percampuran darah Melayu, India, Siam dan Burma, kulit Tunku berbeda dengan
kulit orang Melayu. Adapun pada waktu kecil, tunku lebih menggunakan bahasa
Siam sebagai bahasa pengantar di istana, dan ia mewarisi keberanian dan kepintaran
bundanya.
Sebagaimana pangeran-pangeran yang lain, pada waktu kecil pergaulan
Tunku agak terbatas dan terkendali. Tunku dibenarkan berteman hanya dikalangan
keluarga DiRaja dan ia jarang sekali bertemu dengan ayahandanya. Setelah beranjak
dewasa, barulah Tunku diperbolehkan berteman dengan orang-orang Melayu yang
sebaya dengan ia di luar istana,ia sangat sengan dan gembira dapat berteman dengan
mereka.4 Secara tidaklangsung, hal ini memperlihatkan kepribadian Tunku yang
mementingkan kebebasan untuk hidup dan ia tidak suka bersikap sombong.
3Yusuf Harun, Tunku, Idealisme Dalam Kenangan, (Pulau Pinang: Yayasan Bumiputra,
1991), cet. 1, h. 15. 4Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria, Tunku Abdul Rahman Putera Al-Haj, (Kuala
Lumpur: Jade Green Publications, 1996), cet. 1, h. 3.
27
Setelah beranjak dewasa, pada tahun 1933 Tunku menikah dengan istri
pertama beliau yang bernama Chik Mariam. Chik Mariam adalah anak gadis dari
seorang peniaga rimah di Alor Star. Hasil pernikahan Tunku dengan Chik Mariam,
mereka dikarunia dua orang anak, anak pertama mereka bernama Tunku Khadijah
dan kedua Tunku Ahmad Nerang. Pada tahun 1935, Chik Mariam telah meninggal
dunia akibat penyakit malaria.Pada saat itu anaknya Tunku Nerang baru berusia 25
hari. Setelah kematian Chik Mariam, Tunku menyerahkan kedua anaknya di bawah
naungan bundanya.5
Setelah beberapa bulan kematian istri pertamanya, Tunku menikah pula
dengan seorang wanita Inggris bernama Violet Coulson. Tunku sudah lama
mengenali Violet, yaitu sewaktu mereka sama-sama menjadi mahasiswa di
Universitas Cambrige, Inggris. Pernikahan Tunku dengan Violet diluar pengetahuan
keluarga, karena pernikahan dengan bangsa lain tidak disukai dan di larang oleh
keluarga DiRaja.6
Setelah dua tahun pernikahan Tunku bersama Violet, pernikahan mereka telah
dilanda krisis.Hal ini menyebabkan Violet bersedih dan kembali ke Inggris.
Pernikahan mereka terputus tanpa perceraian, tetapi mereka berpisah
karenakeengganan Violet kembali ke Malaya. Karena kekecewaan Tunku dengan
sikap Violet, ia telah mencari wanita lain untuk dijadikan sebagai istri, dengan
harapan wanita itu dapat menemani ia hingga akhir hayat. Tunku telah menikah untuk
5Yusof Harun, Idealisme dalam Kenangan, h. 49. 6Abdul Aziz Ishak, Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman, (Kuala Lumpur: Karya Bistari Sdn.
Bhd., 1987), cet. 1, h. 15.
28
ketiga kalinya dengan Syarifah Radziah binti Syed Alwi Barakbah, seorang wanita
dari keluarga terkenal di Alor Star, Kedah.7 Sebagaimana harapan Tunku, pernikahan
mereka kekal hingga akhi hayat, walaupun mereka tidak dikarunia anak.
Tunku adalah seorang olahragawan yang aktif, dan ia adalah penggemar setia
olahraga sepak bola. Secara pribadi, ia menggemari seni fotografi, olahraga golf, dan
berlayar. Setelah banyak berbakti kepada bangsa dan negara, pada 6 Desember 1990
Tunku menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 87 tahun di Rumah Sakit Kuala
Lumpur dan ditempatkan di Makam Diraja Langgar, Alor Star Kedah.8Kepergian
Tunku merupakan suatu kehilangan yang besar dan jasa beliau senantiasa dikenang
oleh rakyat Malaysia.
B. Latar Belakang Pendidikan Tunku Abdul Rahman
Tunku mulai menerima pendidikan tidak formal pada usia 4 tahun dan
mendapat pendidikan formal pada usia 6 tahun, melalui pendidikan bahasa Melayu di
Sekolah Melayu Alor Star. Adapun pada waktu petang, ia mempelajari bahasaInggris
dari seorang guru privat yang datang mengajar ke istana.Setahun kemudian, ia
disekolahkan ke Sekolah Inggris Kerajaan (Goverment English School) juga di Alor
Star, untuk mendapat pendidikan bahasa Inggris secara formal.9
7Yusof Harun, Idealisme dalam Kenangan, h. 54. 8Mohd Badru Bin Jaafar, Mengenal Tokoh Semalam, Hari Ini dan Esok. (Selangor: Pekan
Ilmu Publication Sdn. Bhd., 1991), cet. 1, h. 11. 9Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan
Pustaka, 2005), cet. 1, h. 12.
29
Setelah Tunku berusia 8 tahun, pada tahun 1913 Tunku mengikuti abangnya
Tunku Yusuff ke Siam. Ketika di Siam, ia bersekolah di Sekolah Debsirindir.Di
sekolah ia mempelajari dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Siam. Setelah dua
tahun di Bangkok, kakaknya yang mengabdi menjadi anggota Militer Siam telah
meninggal dunia akibat ikut berjuang ketika berlakunya perang dunia pertama.10
Pada tahun 1915 Tungku terpaksa kembali ke Kedah dan meneruskan
pengajian di Penang Free School, Pulau Pinang. Disekolah itu, Tunku tidak dilayani
sebagai pangeran, ia sering dihukum guru karena kenakalan ia. Tunku bukanlah
seorang pelajar yang pintar dan rajin belajar, beliau hanya ingin mencapai apa yang
menjadi kewajibannya saja. Di alam persekolahan, Tunku lebih gemar mengikuti
kegiatan berolahraga dan aktivitas-aktivitas lasak, dan ketika studi di Bangkok, ia
pernah menjadi anggota Tim Pramuka dan pernah dilantik sebagai Junior Officer.11
Pada bulan Desember 1919 Tunku telah ditawarkan untuk mengikuti
perkuliahan di St.Catharine’s Collage, Universitas Cambrige, Inggris. Pada waktu itu
ia ditingkat tujuh dan baru berusia 16 tahun, pemerintah Kedahpada waktu itu telah
mengumumkan rencana untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak masyarakat
Melayu yang ingin melanjutkan studi diluar negeri. Akan tetapi beasiswa itu
didahulukan kepada anak-anak penguasa dan keluarga DiRaja, dan Tunku adalah di
antara orang yang terpilih untuk menerima beasiswa itu. Sebelum memasuki
10Siti Mariam Dauddan Sulaiman Zakaria, Tunku Abdul rahman al-Haj., h. 5. 11Siti Mariam Dauddan Sulaiman Zakaria, Tunku Abdul rahman al-Haj ,h. 8.
30
univetsitas itu, Tunku bersama beberapa orang temannya harus ke Huntingdon.12
Untuk mengikuti ujian prauniversitas (matricultion). Setelah lulus ujian matricultion,
Tunku telah diterima masuk ke Universitas Cambrige dan ia mengambil Jurusan
Sejarah dan Asas Undang-undang.13
Pada tahun 1925, yaitu tujuh tahun belajar di Inggris, ia telah kembali ke
Kedah dengan memperoleh Ijazah Sarjana Muda Sastera (Sejarah). Setelah sampai di
Malaya, ia mendapat banyak pujian karena ia adalah pangeran Kedah yang pertama
berhasil menerima Ijazah dari universitas terkenal di Inggris. Kepulangan ia tidak
lama, karena pada awal tahun 1927 ia disaran keluarga supaya melanjutkan
perkuliahan dalam Jurusan Undang-undang di Inggris.14 Karena kurang berminat
dalam jurusan Undang-undang dan kesenangan yang dialami semasa libur
perkuliahan, hal ini membuatkannya tidak tekun lagi dalam studinya.
Karena pikiran Tunku tidak konsentrasi lagi untuk belajar, ia tidak lulus
dalam ujian semester satu hingga tiga tahun lamanya. Hal ini menyebabkan ia
dipanggil dosen dan dosen memberi saran agar Tunku pulang saja ke Malaya. Dengan
rasa kecewa atas kegagalan ia, Tunku telah kembali ke Malaya, dan masyarakat
Malaya yang dulu memuji ia, kini menganggap ia sebagai seorang pangeran yang
telah menghabiskan uang pemerintah dan membuang waktu di Inggris. Tunku
menerima segala tanggapan dengan hati yang terbuka, namun di lubuk hati iaberniat
12Salah sebuah kampong di Inggris. 13Ramlan Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman, h. 17. 14Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria, Tunku Abdul rahman al-Haj., h. 9.
31
akan berusahan untuk mendapatkan ijazah dalam bidang undang-undang di Inggris di
masa akan datang.15
Pada tahun 1938, Tunku kembali meneruskan studinya dibidang undang-
undang di Inner Temple, Inggris. Setelah beberapa bulan disana, Tunku terpaksa
kembali ke Malaya tanpa berhasil menyelesaikan studinya.Hal ini karena tercetusnya
Perang Dunia Kedua. Setelah beberapa tahun berkhidmat dalam pemerintahan
Malaya, pada pertengahan tahun 1946 terjadi konflik politik di Malaya akibat
pembentukan Kesatuan Malaya. Karena persetujuan Tunku dengan pembentukan ini,
Tunku telah dipandang rendah dan wujudnya konflik diantar ia dengan Partai UMNO
dan kerajaan Kedah. Berlakunya konflik ini, telah membuatkan Tunku mengambil
keputusan untuk kembali ke Inggris, dan meneruskan perkuliahan ia disana.16
Pada bulan Desember 1948 yaitu dalam usia 46 tahun, Impian Tunku telah
menjadi kenyataan dengan keberhasilan beliau memperoleh Ijazah dalambidang
Undang-undang di Inggris.17 Keberhasilan dan pengalamannya ketika menuntut ilmu
di Inggris banyak memberi kesadaran dan menetapkan pendirian ia untuk
memerdekakan negara dan dilantik sebagai pemimpin Malaysia.
C. Perjalanan Karir dan Keterlibatan Politik Tunku Abdul Rahman
Ketika menuntut di Universitas Cambrige, Tunku sudah mulai menunjuk
minat dalam bidang politik, tetapi ia lebih bertumpu kepada politik yang bersifat
15Abdul Aziz Ishak, Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman, h. 19. 16Abdul Aziz Ishak, Riwayat HidupTunku Abdul Rahman, h. 20. 17Mohd Badri bin Jaafar, Mengenal Tokoh Semalam, Hari Ini dan Esok, h. 11.
32
sosial bukan akademis. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan ia dalam mendukung
siapa saja, asalkan mereka adalah teman-temannya. Tunku sanggup berkampanye
dalam pilihan umum di Inggris dengan mendukung calon Partai Liberal (Lyold
George) seorang yang berbangsa Wales. Tunku mendokong partai ini karena
kebanyakan teman-temannya berasal dari Wales.18
Pada tahun 1926, telah muncul kesadaran dikalangan mahasiswa dan mereka
saling berdiskusi untuk mendirikan satu organisasi, yang dinamakan Persatuan
Melayu Great Britain. Organisasi ini bertujuan untuk mempererat hubungan
mahasiswa Malaya yang belajar di Inggris dan dasar organisasi itu adalah “satu
bahasa satu bangsa”. Anggota organisasi juga telah bersepakat untuk menggunakan
bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar ketika mengadakan pertemuan. Ketika
pembentukan organisasi ini, Tunku telah dilantik sebagai sekertaris dan pada tahun
1929 ia dilantik pula sebagai ketua organisasi ini.19
Setelah pulang dari Inggris dengan kegagalan pada bulan April 1931, Tunku
langsung diterima bekerja sebagai Pejabat Pelatihan di Kantor Penasihat Undang-
undang Kedah. Pada akhir tahun 1931, ia dipindahkan ke Kulim sebagai Sekertaris
Pejabat Jajahan. Karena kurang pengetahuan Tunku di bidang Undang-undang dan
sikap ia yang tidak disiplin sewaktu bekerja, setahun kemudian ia dipindahkan pula
ke Kuala Nerang sebgai Pejabat Jajahan. Pada tahun 1935, ia dipindahkan pula ke
Pulau Langkawi akibat berlakunya perselisihan pahan antara ia dengan pihak
18Abdul Aziz Ishak, Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman, h. 13. 19Yusof Harun, Idealisme dalam Kenangan, h. 42.
33
Inggris.20 Sejak menjabat sebagai Pejabat Jajahan di Kuala Nerang, Tunku telah
menujukan sikap ia yang gemar mengenal rakyat dengan berhubungan erat dengan
mereka.
Karena ingin menghilangkan kegelisahan dan penderitaan masyarakat akibat
pendudukan Jepang, ia merancang untuk mendirikan satu organisasi yang diketua
oleh ia sendiri dan dinamakan Persatuan Sandiwara Belia-belia Melayu. Oraganisasi
ini bertujuan untuk mengumpulkan dana bagi membantu buruh-buruh paksa yang
dipaksa oleh pihak Jepang. Tunku juga pernah bergabung dalam Gerakan Bintang
Tiga dan Malayan People Anti-Japanese Army (MPAJA) yang bertujuan menentang
penjajahan Jepang pada waktu itu. Setelah penjajahan Jepang, Tunku dan beberapa
temannya telah meminta pihak Inggris supaya kembali memerintah Malaya.21
Mungkin pada waktu itu, belum muncul kesadaran dalam diri Tunku untuk
memerdekakan negara dan membentuk pemerintahan sendiri.
Walaupuan Persatan Sandiwara Belia-belia Melayu telah mengubah nama
kepada Serikat Bekerjasama Am Sayoburi (SEBERKAS), Tunku tetap menjadi
anggota oraganisasi ini. Oraganisasi ini sebagai organisasi yang berkhidmat untuk
masyarakat Malaya, terutamanya dalam memajukan pendidikan dan ekonomi orang-
orang Melayu. Organisasi ini mempunyai kepentingan politik dan perubahan ini
sebagai rencana untuk menghindari kecurigaan pihak Inggris. Dengan wujudnya
20Siti Mariam Dauddan Sulaiman Zakaria, Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj, h. 10. 21Abdul Aziz Ishak, Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahmman, h. 38
34
rencana pendiri Kesatuan Malaya, Persatuan Seberkas telah menunjukan dan
memperjuangkan dasar politiknya.22
Tunku telah kembali ke Malaya pada bulan Desember 1948, ia telah berhasil
memiliki Ijazah Undang-undang yang begitu lama diimpikan. Sebelum kembali ke
Malaya, telah berlaku beberapa perbincangan diantara ia dan anggota Persatuan
Melayu Great Britain di Inggris.Perbincangan itu banyak membicarakan tentang cara
untuk memerdekakan Tanah Malayu dari penjajahan Inggris. Sekembalinya Tunku ke
Malaya, ia diberi kepercayaan untuk menjabat sebagai Presiden UMNO bagian kedah
dan Timbalan Pendakwa Raya di Alor Star dan di Kuala Lumpur.23
Pada bulan Aguatus 1951, karena berlakunya krisis internal dalam UMNO,
kondisi ini telah menyebabkan Onn Jaafar mundur dari jabatannya, untuk mengisi
kekosongan ini, Tunku telah diberi kepercayaan dan dilantik sebagai pengganti untuk
menjabat sebagai Presiden UMNO.24 Dibawah kepemimpinan Tunku, ia telah
merencana dan berhasil membentuk satu gabungan bagi partai-partai yang mewakili
komunitas etnis di Malaya. Gabungan ini dibentuk dalam rangka untuk menarik
pemilihan untuk memenangi Pemilihan Umum pertama yang akan diadakan pada 27
July 1955. Hasil kesatuan itu, Partai Gabungan telah berhasil memenangi 51 kursi
dari 52 kursi yang dipertandingkan.25 Dengan kemenangan ini, Tunku berusaha untuk
22Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman, h. 59. 23Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman, h .59. 24Ahmad Athori Hussain, Dimensi Politik Melayu 1980-1990, Antara Kepentingan dan
Wawasan Bangsa, (Selangor: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1993), cet. 1, h. 4. 25International Law Book Services, Malaysia Kita, (Kuala Lumpur: Direct Art Company,
2005), cet.6, h. 110.
35
menuaikan janji beliau kepada rakyat, yaitu akan menuntun kemerdekaan dari pihak
Inggris secepat mungkin.
Pada 31 Desember 1956, Tunku sebagai Ketua Menteri dan Menteri Gal
Ehwal Dalam Negeri telah memimpin rombongan ke London dalam rangka untuk
melakukan perundingan dengan pihak Inggris untuk menuntut kemerdekaan Malaya.
Setelah terjadi beberapa perundingan, anggota rombongan akhirnya berhasil
membujuk pihak Inggris menandatangani Perjanjian Merdeka (Independent Treaty)
di Lancaster House, London. Penjanjian ini menyatakan bahwa Malaya akan
mendapat kemerdekaan pada tanggal 31 Agustus 1957. Setelah mencapai
kemerdekaan, Tunku diangkat sebagai Perdana Menteri pertama dan terus memimpin
Partai Gabungan dalam Pilihanraya Umum 1959, 1964, dan 1969.26
Pada bulan Mei 1961, Tunku berusaha memelihara hubungan baiknya dengan
negara-negara luar, ia telah mengadakan suatu pertemuan bersama wartawan-
wartawan dari negara luar yang diadakan di Singapura. Dalam pertemuan itu, Tunku
mengumumkan bahwa Malaya akan membuat satu kesepakatan bersama Brunei,
Singapura, Sabah, dan Serawak untuk mendirikan sebuah negara yang dinamakan
Malaysia. Hasrat Tunku untuk mendirikan Malaysia pernah ditentang oleh pemimpin
Filipina dan Indonesia. Dengan kesungguhan dan ketabahannya, Malaysia berhasil
dibentuk pada 16 September 1963 yang hanya meliputi Malaya, Singapura, Sabah,
26Hasnah Hussin dan Mardiani Nordin, Pengajian Malaysia, (Selangor : Oxford Fajar Sdn.
Bhd, 2007), cet. 1, h. 72
36
dan Serawak.27 Namun begitu, pada tahun 1965 Tunku terpaksa mengeluarkan
Singapura dari Malaya akibat konflik politik yang berlaku pada waktu itu.
Tunku resmi turun jabatannya sebagai Perdana Menteri dan Presiden UMNO
pada 22 September 1970. Walaupun telah meninggalkan kancah politik, ia tetap aktif
dilapangan sosial dan dikebijakan, di antaranya dalam kegiatan dakwah dan
perkembangan Islam di Malaysia dan internasional.28
27Longman, Sejarah Malaysia, (Selangor: Person Malaysia Sdn. Bhd, 2009), cet. 1, h. 243 28Times Book International, Malaysia, (Singapore & Kuala Lumpur : TBI, 2002), cet. 1, h.
15.
37
BAB IV
PEMIKIRAN ABDUL RAHMAN TENTANG KEMERDEKAAN MALAYSIA
Kemerdekaan berarti sebuah negara mendapatkan kebebasan dari belenggu
penjajahan kuasa asing dan dapat melaksanakan sistem pemerintahan sendiri di
negara sendiri. Kemerdekaan juga berarti sebuah pemerintah negara berhak
melakukan apa saja demi kesejahteraan rakyat dan keamanan negara. Kemerdekaan
Malaysia berhasil dicapai dari penjajahan Inggris pada tanggal 31 Agustus 1957
melalui perjuangan panjang Partai Gabungan dan Tunku Abdul Rahman sebagai
tokoh kemerdekaan Malaysia.1
Sebutan Merdeka dan nama Tunku Abdul Rahman sudah menjadi satu
sinonim dalam sejarah kemerdekaan Malaysia, dan agak mustahil jika berbicara
tentang kemerdekaan Malaysia tanpa menyebut nama Tunku Abdul Rahman. Tunku
merupakan seorang Pangeran yang sanggup menaggung derita memperjuangkan
bangsa dan negara. Tunku telah diberi penghormatan oleh sejarah sebagai seorang
tokoh yang telah berhasil memperjuangkan kemerdekaan dan melahirkan ide
mendirikan Malaysia, ia juga merupakan Perdana Menteri pertama Malaysia.2 Tunku
tidak pernah memikirkan tentang pangkat, derajat, atau popularitas, karena pada
1ZarinaSyukor, Sejarah Penubuhan Malaysia, (Pulau Pinang: Penerbitan Pinang Sdn. Bhd,
2005), cet. 1, h. 37. 2Muhammad Ismail Ahmad, Sejarah Malaysia, (Selangor: Pustaka Mawar, 2004), cet. 1, h.
16.
38
Tunku setelah menunaikan semua tanggungjawab ia, biarlah beliau menjadi “The
happiest prime minister in the world”.
A. Konsep Abdul Rahman Tentang Kemerdekaan Malaysia
Disini penulis membagi pemikiran politik Tunku Abdul Rahman dibagi dua
sudut, pertama dari sudut politik, dan kedua dari sudut perjuangan.
1. Dari Sudut Politik
a. Bentuk Pemerintahan
Selain sistem pemerintahan Khalifah dan Imamah, terdapat sistem
pemerintahan lain yang dipraktikan oleh umat Islam dalam konteks negara-
bangsa (nation state), yaitu sistem pemerintahan demokrasi yang sekarang ini
banyak dipraktekkan di sejumlah negara-negara muslim.3 Kata Tunku dalam
bukunya “Political Awankening” : “Demokrasi yang didefinisikan sebagai
suatu Negara yang mempunyai peraturan langsung atau wakilnya, mengabaikan
hak turun temurun dan pembagian drajat dan dipermudahkan dengan
pandangan minoritas. Ide demokrasi Malaysia ini konsisten dengan definisinya
kecuali konstitusi yang menetapkan aturan dan perlindungan kepada penduduk
asli yang kurang progresif secara ekonomi dan kurang berdaya maju berbanding
pendatang yang telah imigrasi”.4
3Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah, Doktrin dan Pemikiran Politik Islam,
(Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2008), cet. 1, h. 205. 4Tunku Abdul Rahman, op. cit., h. 63.
39
Dalam konteks sejarah pemerintahan Malaya, penjajahan Inggris telah
menerapkan sistem demokrasi di Malaya. Dalam merealisasikan kemerdekaan
Malaya, Tunku telah berusaha meyakinkan pihak Inggris akan kesungguhan
Partai Gabungan untuk menjalankan sistem demokrasi di Malaya.5 Disini
jelaslah bahwa Tunku menerima bentuk pemerintahan yang direncanakan dan
disyaratkan pihak Inggris ketika menuntut kemerdekaan Malaysia, dan bentuk
pemerintahan ini tetap dilaksanakan di Malaysia sampai saat ini.
b. Bentuk Negara
Komisi Reid telah menerima 80% dari memorandum yang di bawah oleh
Partai Gabungan, di antara yang dimuat dalam memorandum Partai Gabungan,
adalah :
1) Membentuk pemerintah pusat yang memiliki kuasa atas negeri-negeri
bagian dalam Persekutuan Malaya.
2) Merekomendasikan nama Malaysia sebagai nama baru Persekutuan
Malaya.
3) Perjabat Tinggi Inggris digantikan oleh pelantikan Yang Dipertuan Agong
dan wakilnya.
4) Majelis Raja-raja harus disahkan.
5) Parlemen hendaklah memiliki dua dewan
5Ghazali Mayudin, Politik Malaysia: Perspektif, Teori, dan Praktik, (Bangi: Universiti
Kebangsaan Malaysia, 2002), cet. 1, h. 25.
40
6) Tiga lembaga pemerintahan yang memiliki kuasa terpisah harus
diwujudkan.
7) Agama Islam sebagai agama resmi Persekutuan Malaya.
8) Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Persekutuan Malaya.
9) Kedudukan istimewa orang Melayu harus dipertahankan.6
Memorandum dari Partai Gabungan diatas jelaskan membuktikan bahwa,
biarpun Tunku menerima syarat-syarat yang telah ditetapkan pihak Inggris,
Tunku juga telah merencanakan pembentukan Malaysia dan Tunku ingin
menjadikan Malaysia sebuah negara yang berbentuk Federasi. meskipun Tunku
menerima syarat Inggris untuk menjadikan Malaysia negara yang demokrasi,
Tunku tetap memohan agar kedudukan Raja-raja Melayu ditetapkan sebagai
penjaga agama Islam dan adat di setiap negara bagian.
c. Pengangkatan Kepala Negara
Inggris awalnya memperkenalkan sistem pemilihan umum, ketika Partai
politik Malaya semakin berkembang. Sistem ini juga diperkenalkan untuk
memberi latihan kepada rakyat dan memberi pengalaman pemilihan umum di
Malaya, dan sistem ini diwujudkan sebagai persiapan ke arah pembentukan
kerajaan berparlemen di Malaya.
Partai Gabungan diketuai oleh Tunku Abdul Rahman dan didirikan pada
Januari 1952. Partai ini mewakili etnis-etnis di Malaya dan disertai oleh tiga
partai besar, yaitu Partai Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO),
6International Law Book Services, op. cit., h. 113.
41
Partai Persatuan Cina Malaya (MCA), dan Pertubuhan Kongres India Malaya
(MIC). Partai ini telah memenangi pemilihan umum pertama dengan
memenangi 51 kursi dari 52 kursi yang diperebutkan. Dengan pencapaian ini,
Tunku telah dilantik sebagai Ketua Menteri dan Menteri Hal Ehwal Dalam
Negeri sebelum mencapai kemerdekaan.7 Hal ini menunjukan walaupun Tunku
berketurunan DiRaja yang penah menjalankan sistem monarki di Malaysia, ia
lebih setuju dengan sistem pemilihan umum yang diperkenalkan pihak Inggris.
Hal ini karena Tunku menganggap pemimpin sebuah negara harus berdasarkan
kemauan rakyat yang diwakili partai politik.
2. Dari Sudut Perjuangan
a. Mengatasi Masalah Hubungan Etnis Di kalangan Mahasiswa Malaya di Inggris
Ketika Tunku dan Tun Razak sama-sama studi di Inggris, mereka banyak
berdiskusi tentang haluan politik Malaya. Mereka juga telah membuat
kesimpulan bahwa Malaya dimasa akan datang harus menempuh salah satu dari
dua jalan, yaitu komunitas etnis harus bersatu atau negeri ini terpaksa dibagi.
Jika negeri dibagi, akan menyebabkan terjadinya pertumpahan darah dan tidak
mendatangkan faedah kepada masyarakat. Hasil perbincangan itu, telah
mendorong Tunku sebagai ketua Persatuan Melayu Great Britin untuk
mengatasi masalah hubungan etnis yang menjadi masalah pokok dalam politik
Malaya.8
7Times Book International, Malaysia Kita.,h. 13. 8Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman, h. 90.
42
Sebagai ketua persatuan, Tunku telah berusaha memberi nasihat kepada
mahasiswa Melayu agar berbaik-baik dengan mahasiswa Cina. Tunku juga
telah mengambil inisiatif mengadakan pertemuan semua mahasiswa Malaya di
Inggris.Pertemuan ini sebagai jalan menyatukan mahasiswa dengan
mengadakan jamuan makan setiap bulan.9 Dengan keramahan Tunku, ia
berhasil memberi penjelasan kepada mahasiswa Cina dan dapat mengatasi rasa
tidak puas hati masyarakat Cina tentang kedudukan istimewa masyarakat
Melayu di Malaya.
b. Perundingan Waktu Pemilihan Umum dengan Pihak Inggris
Pada 1 April 1954, Tunku telah mengirim satu telegram kepada Oliver
Littleton yang menjabat jabatan sebagai Sekretaris Tanah Jajahan di Inggris,
Tunku memohan agar Oliver Littleton dapat meluangkan waktu untuk bertemu
pimpinan Partai Gabungan. Setelah mendapat persetujuan dari Oliver Littleton,
pada 21 April 1954 Tunku berangkat ke Inggris bersama T.H.Tan dalam rangka
membincangkan beberapa hal dengan pihak Inggris.10
Setelah beberapa minggu disana, pada 14 Mei 1954 Tunku berhasil
menemui Oliver Littleton.Pertemuan itu dianggap tidak resmi dan memakan
masa selama satu jam. Oliver Littleton juga memperkecil hasrat Tunku untuk
menambah kursi Pemilihan Umum akan datang dan menolak permohonan
9Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman, h.90. 10Yusuf Harun, Tunku, Idealisme Dalam Kenangan, (Pulau Pinang: Yayasan Bumiputra,
1991), cet. 1, h.124.
43
Tunku untuk mengadakan pemilihan umum dalam waktu terdekat.11 Walaupun
Tunku telah berusaha meyakinkan mereka dengan mengemukakan beberapa
alasan, Oliver Littleton tetap menolak dan tidak yakin dengan kesungguhan
Tunku dan pimpinan Partai Gabungan.
Karena kedegillan Oliver Littleton, Tunku terpaksa kembali ke Malaya
dengan kegagalan. Walaupun Tunku tidak berhasil membujuk pihak Inggris, ia
tetap mengadakan Pemilihan Umum dibeberapa negara bagian, antaranya di
Johor, Terengganu, Perlis, Pulau Pinang, dan Negeri Sembilan. Keputusan
Pemilihan Umum itu membuktikan bahwa Partai Gabungan telah mendapat
dukungan yang memuaskan.12 Hal ini karena, Partai Gabungan telah mendapat
kepercayaan dari etnis Melayu dan Cina di Malaya pada waktu itu.
c. Membentuk Partai Gabungan untuk Menyatukan Komunitas Etnis di Malaya
Pada bulan Agustus 1951, Tunku telah dilantik sebagai Presiden UMNO.
Dibawah kepimpinan Tunku, ia telah membentuk satu Partai Gabungan yang
terdiri dari beberapa partai yang mewakili komunitas etnis di Malaya. Pada
pertengahan tahun 1954 Partai Gabungan hanya disertai Partai UMNO dan
MAC saja, dan akhirnya tahun 1954, kekuatan Partai Gabungan menjadi lebih
kuat dengan penyertaan partai MIC. Partai Gabungan dibentuk untuk
11Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Andul Rahman., h. 182. 12Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Andul Rahman, h. 202.
44
menyatukan komunitas etnis di Malaya, dengan harapan partai ini dapat
memenangi pemilihan umum pertama yang akan diadakan pada 27 Juli 1955.13
Hal ini dapat dilihat dalam buku Tunku yang berjudul “Politival
Awakening” : ”menjelang akhir tahun 1954, selepas partai UMNO/MCA telah
mendapat kemenangan yang menyeluruh di Johor dan di acara di negara lain di
Malaya, Malayan Indian kongres (MIC) bergabung ke dalam partai perikatan.
Buat pertama kalinya bangsa Cina, India, dan Melayu bergabung dengan tujuan
yang sama. Sumpah untuk berdiri teguh dan berjuang untuk kemerdekaan
Malaya. Di Pemilu Negeri Penang di mana (MIC) pertama kali mengambil
posisi, partai perikatan telah menang besar.14
Dengan usaha Tunku menyatukan tiga komponen partai di Malaya, telah
memberi keyakinan dan mendapat persetujuab Pihak Inggris untuk memberi
kemerdekaan kepada Malaya. Partai yang mewakili tiga etnis utama Malaya
harus bersatu dan bekerjasama dalam bidang politik, merupakan salah satu
syarat yang dikemukakan pihak Inggris untuk memberi kemerdekaan kepada
Malaya.
d. Melakukan Perundingan dengan Partai Komunis Malaya (Perundingan Baling)
Sebagai ketua Menteri Persekutuan Malaya dan ketua Partai Gabungan,
Tunku memberi peran penting dalam melakukan perundingan dengan Partai
13International Law Book Services, Malaysia Kita,(Kuala Lumpur: Direct Art Company,
2005), cet.6, h. 110. 14Tunku Abdul Rahman, Political Awakening, (Selangor : Pelanduk Publication, cet.1, 1986),
cet.1, h. 51.
45
Komunis Malaya (PKM). Pada awalnya Inggris menghalang pertemuan itu,
tetapi Tunku tetap bertegas dan memujuk Pihak Inggris supaya dapat
memperbaiki kondisi Malaya dan mengembalikan keamanan Malaya. Setelah
mendapat penjelasan dan bujukam Tunku, akhirnya pihak Inggris bersetuju dan
memberi kebenaran kepada beliau untuk melakukan perundingan itu.15
Tunku mengikuti perundingan itu bersama dua temannya, yaitu David
Marshall (Ketua Menteri Singapura) dan Datuk Sir Tan Cheng Lock (Ketua
MCA). Perundingan itu diadakan di Baling pada 28-29 Desember 1955.
Perundingan itu bertujuan untuk membujuk PKM supaya menyerahkan diri dan
Tunku berjanjiakan dituntut mereka hanya sebagai kejahatan politik.
Perundingan ini juga bertujuan untuk memujuk ahli PKM supaya mengakhiri
keadaan darurat dan Tunku ingin menunjukan sikap keterbukaan Partai
Gabungan kepada PKM.16 Walapun perundingan ini gagal, Tunku tetap berhasil
melemahkan perjuangan komunis dan menunjukan bahwa Partai Gabungan
telah berusaha dan melakukan yang terbaik untuk membawa keamanan bagi
mencapai kemerdekaan Malaya.
Menurut Subki Latif bahwa sebagai pegawai kerajaan Tunkua dalah
seorang yang dekat dengan rakyat dan banyak membantu rakyat dalam
menyelesaikan masalah negara. Tunku juga seorang pemimpin yang gemar
15Wan Hamzah Awang, Detik Sejarah Rundingan Baling, (Kuala Lumpur: Utusan
Publication & Distributors Sdb Bhd, 1985), cet. 1, h. 108. 16Mohd Salleh Abbas, Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia, (Kuala
Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka, 2006), cet. 3, h. 18.
46
melakukan perbincangan dalam menyelesaikan apa jua konflik yang berlaku di
Malaya.17 Dari gambaran ide-ide politik Tunku Abdul Rahman diatas telah
member gambaran bahwa Tunku seorang yang suka melibatkan diri dalam
organisasi-organisai dan suka bersosialisasi dengan rakyat.
B. Perjuangan Abdul Rahman Merpersiapkan Kemerdekaan Malaysia
Menurut sejarah, Tunku telah mendukung rencana pihak Inggris dalam
pembentukan Kesatuan Malaya dan berharap agar pihak Inggris kembali memerintah
Malaya untuk menjamin keamanan Malaya setelah setahun dijajah Jepang. Hal ini
karena Tunku teringat dengan penjajahan Jepang yang kejam dan tidak berperi
kemanusiaan. Dukungan Tunku terhadap pembentukan Kesatuan Malaya telah
membuatkan Tunku dipandang rendah dan wujud konflik diantara ia dengan
Persatuan Serikat Bekerjasama Am Sayoburi (SEBERKAS), Partai United Malay
Organization (UMNO) dan Sultan Kedah pada waktu itu.18
Tunku mempunyai kepribadian yang pro-Inggris. Hal ini disebabkan latar
belakang pendidikan ia yang teralu lama di Inggris, yaitu ia telah menempuh masa
selama 25 tahun untuk menamatkan studi dan memperoleh Ijazah Sarjana Muda
Sastra juga Ijazah Sarjana Muda di bidang hukum. Karena terlalu lama di Inggris,
pergaulan dengan orang Inggris menjadi satu kebiasaan baginya dan Tunku tidak
17Wawancara penulis dengan Tuan Haji Subky Latif bin Abdullah melalui Email, beliau
seorang penulis dan wartawan, pada tanggal 19 Desember 2010. 18Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan
Pustaka, 2005), cet. 1, h. 81.
47
memiliki rasa rendah diri maupun takut terhadap Pejabat Tinggi Inggis.19 Dalam
usaha Tunku memperjuangkan kemerdekaan Malaya, Tunku banyak melakukan
perundingan dengan pihak Inggris. Tunku juga telah menggunakan kebijaksanaanya
dalam permainan politik dengan pihak Inggris yang sengaja menunda waktu
kemerdekaan Malaya.
Ketika menjabat sebagai ketua UMNO, hubungan baik Tunku dengan pihak
Inggris banyak memperngaruhi keberhasilan ia dalam meraih kemerdekaan Malaya,
terutama teman-temannya dikalangan ahli politik di Inggris. Teman-teman Tunku
banyak membantu dalam memberi nasihat dan penjelasan tentang taktik Inggris
dalam menjaga kepentingan mereka untuk mengekalkan kekuasaan mereka di tanah
jajahan. Tunku juga pernah memperdaya pihak Inggris dalam menyelesaikan masalah
politik dam meraih kemerdekaan Malaya.20 Sebagai pejuang bangsa, Tunku
senantiasa meletakkan kepentingan bangsa dan negara melebihi kepentingannya
sebagai golongan autokratik/DiRaja.
Menurut Subki Latif, karena Tunku lama belajar di Inggris dan banyak
bergaul dengan masyarakat Inggris, Tunku terpengaruh dengan pemikiran Inggris
serta ciri-ciri kebudayaan Inggris. Tunku bukan saja memiliki hubungan baik dengan
Inggris, Tunku juga pernah bekerja dalam pemerintahan ketika penjajahan Inggris.
Pihak Inggris telah berpegang pada dasar akan memberikan kemerdekaan Malaysia
sekiranya wujud satu generasi dikalangan anak Malaya yang terpengaruh dengan
19Abdul Aziz Ishak, Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman, (Kuala Lumpur: Karya Bistari Sdn. Bhd., 1987) cet. 1, h. 66.
20Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman h. 77.
48
pemikiran Barat. Karena hubungan baik Tunku dengan pihak Inggris, Tunku telah
diberi kepercayaan untuk memerintah Malaysia dengan syarat harus menjalankan
pemerintahan dengan dasar yang telah ditetapkan oleh Inggris.21 Hubungan baik
Tunku dapat dibuktikan dengan persetujuan Tunku ketika perundingan kemerdekaan
Malaya, yaitu dengan mengakui pejabat Inggris dalam pemerintahan Malaysia
terutama di bagian pertahanan, keamanan, dan hubungan luar negeri.
C. Kritik Perjuangan Kemerdekaan Tunku Abdul Rahman
Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebijakan dan artikulasi politik
UMNO dibawah kepimpinan Dato’ Onnmaupun Tunku Abdul Rahman, seharusnya.
Kedua tokoh politi kini dipandang sekulat dalam memperjuangkan kemerdekaan dan
menjalankan pemerintaham di Malaysia. Ini karena kedua tokoh ini merupakan
representasi kalangan bangsawan, dan sama sekali bukan orang yang figure sebagai
aktivis Muslim.22
Dalam membentuk dasar negara, partai-partai oposisi yang terdiri dari
Partai Negara, Partai PAS, dan Partai Rakyat Malaya telah mengadakan satu Kongres
Kebangsaan Melayu 1957. Kongres ini bertujuan untuk menyatakan bantahan mereka
terhadap rencana kontitusi baru dari Komisi Reid yang dipersetujui Tuanku.23 Ketika
Malaysia menggela rupa cara proklamasi kemerdekaan, Indonesia tidak hadir. Sikap
21Wawancara penulis dengan Tuan Haji Subky Latif bin Abdullah melalui Email, beliau seorang penulis dan wartawan, pada tanggal 19 Desember 2010
22Alfitra Salamm dan Achmad Syahid, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Asia Tenggara), (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve), h. 417.
23Zakiah Hanum, Maka Merdekalah Negara Kita., h. 23.
49
yang sama diambil Filipina. Kedua Negara bertetangga ini dari awal memang
menolak berdirinya Malaysia yang berdaulat, karena kedua Negara ini mempunyai
rencana untuk menjadikan Malaysia bagian dari mereka.24
Tunku mengakui bahwa kemerdekaan yang akan dicapai tidak begitu
memuaskan, karena terdapat beberapa hal yang tidak dapat dihapuskan dalam
pembentukan Malaysia. Diantaranya penyertaan Malaya dalam negara-negara
persemakmuran, beberapa pejabat pinjaman Inggris harus dipertahankan, dan
keanggotan militer masih bergantung dengan pihak Inggris.25 Namun, perundingan
kemerdekaan yang dihadiri oleh Tunku dan kelompoknya, bukanlah suatu
perundingan yang mudah, dan bagi Tunku tidak ada yang lebih penting dari
mendapatkan kembali tanah air dari penjajahan Inggris.
Meskipun kedudukan Islam sebagai agama resmi Malaysia pasca
kemerdekaan dengan pengawasam Raja-raja Melayu di setiap Negara bagian yang
bertanggungjawab atas Agama Islam dan Adat Melayu, hal ini dijamin dalam
konstitusi, tetapi hanya sebagian dari aspek kehidupan komunitas muslim dan negara
yang dipengaruhi nilai-nilai Islam. Pemerintahan di bawah kepemimpinan Tunku,
dengan dukungan dan kawalan dari Inggris dan terikat pada misi secular bangsa, hal
ini mendapat tantangan dari pimpinan opsisi yang ingin berorientasi untuk
menjadikan Malaysia sebagai negara Islam.26
24Herman Hasyim, Membandingkan Kemerdekaan Malaysia dan Indonesia. Diakses dari
http://id.kompasiana.html. 25Yusof Harun, op. cit., h. 187. 26Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern, (Jakarta:Pustaka Mizan), jilid 3, cet.1, h. 331.
50
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Tunku bukanlah pejuang
kemerdekaan seperti Mahatma Gandhi dan pejuang-pejuang kemerdekaan di negara-
negara lain, dan mereka mengatakan bahwa Tunku hanyalah sebagai seorang
perunding kemerdekaan.27 Terserah kepada seseorang untuk menilainya, walaupun
Tunku telah menggunakan pendekatan toleransi dan berkompromi dengan pihak
Inggris, namun itulah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah politik pada waktu
itu dalam merealisasikan kemerdekaan Malaya.
D. Perspektif Islam Tentang Perjuangan Kemerdekaan Tunku Abdul Rahman
a. Bentuk Pemerintahan Demokrasi dan Nasionalisme
Di zaman sekarang, beberapa negara yang mayoritas penduduknya
Muslim menganut sistem demokrasi dalam menjalankan pemerintahan di
Malaysia dari zaman pemerintahan Tunku Abdul Rahman hingga sekarang.
Pengaruh Islam dalam pemerintahan demokrasi masih begitu tampak dengan
banyaknya perundang-undangan yang berbasis pada syariat Islam. Demokrasi
di Malaysia tidak dijalankan secara sekuler seperti di negara-negara Barat,
melainkan demokrasi yang mendapat pengaruh Islam.28
Nasionalisme di Malaysia dapat dibedakan kepada dua macam, yaitu
nasionalisme, konservatif dan nasionalis meradikal. Nasionalisme konservatif
ini adalah paham yang lebih cenderung mempertahankan dan mendukung
27Yusof Harun, Idealisme Dalam Kenangan., h. 183. 28Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran Politik Islam,
h. 216.
51
kolonialisme. Sedangkan nasionalisme radikal ialah paham yang melawan
kolonial. Tunku Abdul Rahman adalah salah seorang perjuang nasionalis
konservatif. Ia berjuang memberikan kemerdekaan kepada Tanah Melayu.
Tunku telah menaikkan semangat para nasionalis pada zamannya demi
menuntut kemerdekaan dari jajahan Inggris. Penerapan semangat
nasionalisme semangat Tunku dimulai ketika kekalutan UMNO setelah Dato’
Onn Jaafar meletakan jabatan sebagai presiden dan mendirikan Independent of
Malayan Party (IMP). Karismanya berhasil mengontrol situasi genting dalam
politik orang Melayu. Selanjutnya, ia mempersatukan penduduk bangsa di
Tanah Melayu melalui permuafakatan politik UMNO-MCA-MIC. Hasilnya
membawa kepada terbentuknya Partai Perikatan yang mencapai kejayaan
yang besar dalam perlembagaan Negara Malaysia.29
b. Bentuk Negara Federasi
Menurut fiqih siyasah terdapat banyak perbedaan antara negara
faderasi dengan satu sama lain, tetapi ada satu prinsip yang sama, yaitu bahwa
soal-soal yang menyangkut negara dalam keseluruhannya diserahkan kepada
kekuasaan faderal. Dalam hal-hal tertentu, misalnya mengadakan perjanjian
internasional atau mencetak uang, pemerintah faderal bebas dari bagian-
bagian dan bidang itu pemerintah faderal mempunyai kekuasaan yang
29Ahmad Athori Hussain, Dimensi Politik Melayu 1980-1990, Antara Kepentingan dan
Wawasan Bangsa, (Selangor: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1993), cet. 1, h. 4.
52
tertinggi. Tetapi untuk soal-soal yang menyangkut negara bagian dan tidak
termasuk kepetingan nasional, diserahkan kepada kekuasaan negara bagian.
Dalam pemerintahan Tunku Abdul Rahman di Malaysia juga
menerapkan konsep fiqih siyasah yang membagikan Malaysia menjadi 13
negara bagian. Dalam konstitusi setiap negara bagian (negeri-negeri),
konstitusi Malaysia harus dimuat terlebih dahulu sebelum konstitusi masing-
masing negara bagian. Konstitusi negara bagian harus mengadopsi konstitusi
federal. Ke-13 negara bagian Malaysia adalah: (1) Johor, (2) Kedah, (3)
Kelantan, (4) Melaka, (5) Negeri Sembilan, (6) Pahang, (7) Perak, (8) Perlis,
(9) Pulau Pinang, (10) Sabah, (11) Sarawak, (12) Selangor, dan (13)
Terengganu. Selain itu terdapat 1 wilayah yang merupakan teritori federal
yaitu (Wilayah Persekutuan) yang terdiri atas 2 wilayah pembentuk yaitu (1)
Ibukota Kuala Lumpur, (2) Labuan.
Bentuk negara yang digagas oleh Tunku Abdul Rahman adalah segaris
dengan praktis politik Islam terdahulu, sejak mulai lahir di zaman Nabi
sampai di zaman al-Khulafa al-Rasyidun, Dinasti Umayah dan permulaan
Abbasiyah, negara Islam masih berbentuk negara kesatuan. Baik di masa
pemerintahan daerah masih imarah khashah di zaman Nabi dan Khalifah Abu
Bakar, maupun sesudah menjadi imarah amah yang dimulai oleh Khalifah
Umar, negara Islam masih tetap merupakan negara kesatuan.30
30Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah, Gaya Media Pratama, (Jakarta: 2001), cet. I . h. 20.
53
c. Persatuan Malaysia Negara Malaysia yang diperintah oleh Tunku Abdul Rahman menepati
fiqih siyasah negara kesatuan dimana wewenang kekuasaan tertinggi
ditempatkan di pusat. Kekuasaan terletak pada pemerintah pusat dan tidak
pada pemerintah daerah. Pemerintah pusat mempunyai wewenang untuk
menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada daerah berdasarkan hak otonomi
(negara kesatuan dengan sistem desentralisasi). Tetapi pada tahap terakhir
kekuasaan tertinggi tetap di tangan pemerintah pusat. Jadi, adanya
kewenangan untuk membuat peraturan bagi daerahnya sendiri itu tidaklah
berarti bahwa pemerintah daerah itu berdaulat, sebab pengawasan dan
kekuasaan tertinggi masih tetap terletak di tangan pemerintahan pusat.
Dalam isu-isu politik kenegaraan di Malaysia, terdapat berbagai
tanggapan dan pandangan terhadap peranan dan kemampuan Islam dalam
urusan negara. Antara pandangan yang semakin menonjol dalam masyarakat
sekarang ialah Islam perlu menjadi model dan kerangka kepada sistem politik,
termasuk dalam hal-hal yang berkitan dengan masyarakat majmuk.
Tanggapan ini menjadi semakin ketara dan mendapat perhatian banyak pihak
apabila Kerajaan Kelantan memperkenakan konsep “Membangun Bersama
Islam” sejak tahun 1990 hingga sekarang. Setelah mempelopori pendekatan
keislaman secara terbuka dan menyeluruh selama hampir 20 tahun.
Tanggapan buruk masyarakat terhadap politik Islam semakin reda, malah
54
telah menimbulkan satu gelombang penerimaan baru terhadap peranan Islam
dalam sistem politik dan pentadbiran negara.31
Hanya saja model negara kesatuan Islam yang dipraktekkan oleh
masyarakat Muslim di zaman sekarang tidak lagi dalam bentuk negara yang
wilayahnya berskala Internasional seperti pada masa Dinasti-dinasti Islam
masa lalu, melainkan dalam bentuk negara bangsa (nation state). Kini, umat
Islam mempraktekkan negara kesatuan Islam dalam bentuk negara bangsa
(nation-state) sebagai terhadap konteks negara-negara yang berkembang di
masa sekarang.32
31Kita rakamkan ucapan terima kasih kepada kepimpinan Ulama dan Tuan Guru Datuk Nik
Abd. Aziz Nik Mat di atas sumbangan yang besar kepada perkembangan Politik Islam di Malaysia. Saya menganggap Datuk Nik Aziz sebagai Bapa Siyasah Syar`iyyah Malaysia.
32http://www.zaharuddin.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=76.
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis memaparkan bab demi bab dalam pembahasan skripsi tentang
pemikiran politik Tunku Abdul Rahman dalam konteks perjuangan kemerdekaan Malaysia,
dalam bab terakhir ini penulis memberikan beberapa kesimpulan :
1. Kerterlibatan politik Tunku Abdul Rahman dalam menjalankan kemerdekaan Malaysia
tampak dari kepemimpinannya di UMNO. Di dalam posisi ini, berbagai kebijakan
yang dilakukan Tunku dalam menuntut kemerdekaan Malaysia dari pihak Inggris,
diantaranya berusaha menyatukan masyarakat dengan menggabungkan partai yang
mewakili etnis-etnis di Malaya, melobi Partai Komunis Malaya supaya menghentikan
kekacauan, dan melobi pihak Inggris supaya mempercepatkan pelaksanaan pemilihan
umum di Malaya. Kebijakan politik Tunku Abdul Rahman yang paling menonjol
dalam memperjuangkan kemerdekaan Malaysia adalah Tunku berhasil melakukan
beberapa perundingan dengan pihak Inggris. Perundingan-perundingan itu diadakan di
Inggris dan dikenal sebagai Perundingan Kemerdekaan. Perundingan itu telah berhasil
menetapkan tanggal kemerdekaan Malaysia dan bersepakat mendirikan satu komisi
untuk membentuk perlembagaan baru lagi Malaya. Persetujuan itu disertai beberapa
56
syarat dari pihak Inggris, di antaranya Malaya harus menyertai negera-negara
Komenwel dan mengekalkan anggota militer Inggris untuk melindungi Malaya.
2. Pemikiran Tunku Abdul Rahman tentang kemerdekaan Malaysia dibagi menjadi dua
aspek yaitu, dari sudut politik dan dari sudut perjuangan. Dari sudut politik Tunku
Abdul Rahman menjalankan pemerintahannya secara demokrasi sesuai dengan yang
disyaratkan pihak Inggris tetapi Tunku Abdul Rahman telah merencanakan
pembentukan Malaysia sebagai negara federasi, dan dalam pengangkatan kepala
negara Tunku Abdul Rahman lebih setuju dengan sistem pemilihan umum karena
pemimpin sebuah negara harus berdasarkan kemauan rakyat. Dari sudut perjuangan
Tunku Abdul Rahman mengatasi masalah hubungan etnis yang terjadi dikalangan
mahasiswa Malaya di Inggris dengan cara memberi penjelasan kepada mahasiswa Cina
yang merasa tidak puas tentang kedudukan istimewa masyarakat Melayu dan
mengadakan pertemuan semua mahasiswa Malaya di Inggris setiap bulan. Pertemuan
ini sebagai jalan untuk menyatukan mahasiswa. Dalam mengadakan pemilihan umum
Tunku Abdul Rahman melakukan perundingannya dengan pihak Inggris tetapi pihak
Inggris menolak pemilihan umum dalam waktu dekat, dan ia juga membentuk partai
gabungan untuk menyatukan komunitas etnis di Malaya agar pihak Inggris meneri
kemerdekaan kepada Malaya.
3. Pemikiran politik Tunku Abdul Rahman dalam perspektif fiqih siyasah tidak terlalu
berbeda karena Tunku Abdul Rahman dalam menjalankan pemerintahannya di
57
Malaysia berbasiskan pada syariat Islam, segaris dengan praktis politik Islam
terdahulu, sejak mulai lahir di zaman Nabi sampai di zaman al-Khulafa al-Rasyidun,
Dinasti Umayah dan permulaan Abbasiyah, negara Islam masih berbentuk negara
kesatuan. Hanya saja model negara kesatuan Islam yang dipraktekkan oleh masyarakat
Muslim di zaman sekarang tidak lagi dalam bentuk negara yang wilayahnya berskala
Internasional seperti pada masa Dinasti-dinasti Islam masa lalu, melainkan dalam
bentuk negara bangsa (nation state). Kini, umat Islam mempraktekkan negara kesatuan
Islam dalam bentuk negara bangsa (nation-state) sebagai terhadap konteks negara-
negara yang berkembang di masa sekarang. Negara Malaysia yang diperintah oleh
Tunku Abdul Rahman menepati fiqih siyasah yang tidak menentu secara pasti bentuk
negara. Nation State, termasuk bentuk negara yang boleh dipraktekan menurut teori
fiqih siyasah.
B. Saran-saran
Dengan kemerdekaan yang telah dicapai, hasil perjuangan dan kebijakan politik
Tunku Abdul Rahman bersama teman seperjuangannya, penulis memberikan beberapa
saran, sebagaimana berikut :
1. Agar pemerintah Malaysia member penjelasan yang lebih terperinci kepada seluruh
rakyat tentang sejarah kemerdekaan Malaysia, terutama berkaitan dengan jasa dan
pengorbanan tokoh-tokoh politik Malaysia dalam memperjuangan kemerdekaan
58
negara. Khususnya kepada Kementerian Pendidikan dan Kementerian Penerangan
Malaysia, agar lebih berperan dalam merincikan lagi sejarah kemerdekaan Malaysia
dalam kurikulum Sejarah dan menyebarluaskan informasi tentang proses
memperjuangkan kemerdekaan Malaysia khususnya tentang peran dan jasa Tunku
Abdul Rahman.
2. Kepada pimpinan UMNO yang telah memerintah Malaysia dari masa kemerdekaan
Malaysia hingga pada masa sekarang, supaya pemerintahan yang dijalankan tidak
bertentangan dengan konsep UMNO diawal pendiriannya, dan supaya sistem
demokrasi yang telah diterapkan di Malaysia diberlakukan secara adil dan saksama.
Kepada semua masyarakat Malaysia yang berbeda etnis, diharapkan supaya
menghargai dan mengingat perjuangan tokoh-tokoh politik Malaysia yang telah
berhasil merealisasikan kemerdekaan Malaysia. Etnis-etnis di Malaysia
3. Kepada semua masyarakat Malaysia yang berbeda etnis, diharapkan supaya
menghargai dan mengingat perjuangan tokoh-tokoh politik Malaysia yang telah
berhasil merealisasikan kemerdekaan Malaysia. Etnis-etnis di Malaysia juga harus
bersatu dan mengekalkan persatuan demi keamanan dan kemajuan Malaysia di masa
akan datang.
59
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur;an al-Karim Abbas, MohdSalleh. Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia.cet. III.
Kuala Lumpur :Dewan Bahasa dan Pustaka, 2006. Abdul Rahman, Tunku. Contemporary Issues in Malaysian Politics.cet. I. Selangor:
Peladuk Publication Malaysia, 1984. Abdul Rahman, Tunku. Political Awakening, Selangor :Pelanduk Publication, cet.1,
1986. Abdullah, Abdul Rahman. Pemikiran Islam di Malaysia, Sejarah dan Aliran. cet. I.
Jakarta: GemaInsani Press, 1997. Adam, Ramlah. Biografi Politik Tunku Abdul Rahman. cet. I. Kuala Lumpur:
DewanBahasa Dan Pustaka, 2005. Ahmad, Muhammad Ismail. Sejarah Malaysia.cet. I. Selangor: Pustaka Mawar, 2004. Ahmad, Syarif. Tunku Abdul Rahman, Memoir Patriotik, cet. I, Kuala Lumpur : PT.
PustakaAntara, 1991. Al-Mawardi, Imam. Al-Ahkam As-Sulthaniyyah, Hukum-hukum Penyelenggara
Negara dalam Syariat Islam. Penerjemah Fadli Bahri. cet. II, Jakarta : PT DarulFalah, 2006.
Athori Hussain, Ahmad. Dimensi Politik Melayu 1980-1990, AntaraKepentingan dan Wawasan Bangsa. cet. I. Selangor: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1993.
Awang, Wan Hamzah. DetikSejarahRundingan Baling.cet. I. Kuala Lumpur: Utusan Publication & Distributors SdbBhd, 1985.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik.cet. III. Jakarta: PT GramediaPustakaUtama, 2008.
Daud, Siti Mariam dan Zakaria, Sulaiman. Tunku Abdul Rahman Putera Al-Haj. cet. I, Kuala Lumpur: Jade Green Publications, 1996.
Esposito, John L. Ensiklopedi Exford, Dunia Islam Modern. cet. I, Bandung :PenerbitMizan, 2001.
F. Hidayat, Amir dan Abdurrasyid. Ensiklopedi Negara-negara di Dunia.cet. I. Bandung: Pustaka Setia, 2006.
Gullick, John & Gale, Bruce. Malaysia: Its Politikal and Economic Development. cet. I. Selangor: Pelanduk Publication Sdn Bhd, 1986.
Haji Abdullah, Abdul Rahman, Pengantar Ilmu Sejarah. cet. I. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1994.
Haji Daud, Mustafa. Pengantar Politik Islam. cet. I. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka & Kementerian Pendidika Malaysia, 1994.
60
Hanum, Zakiah. Maka Merdekalah Negara Kita. cet. I. Kuala Lumpur: Ahli Cipta (M) Sdn. Bhd, 1997.
Harun, Yusuf. Tunku, Idealisme Dalam Kenangan. cet. I. Pulau Pinang: Yayasan Bumiputra, 1991.
Hussin, Hasnah dan Nordin, Mardiani. Pengajian Malaysia. cet. I. Selangor : Oxford Fajar Sdn. Bhd, 2007.
Ibnu Syarif, Mujar dan Zada, Khamami. Fiqh Siyasah, Doktrin dan Pemikiran Politik Islam. cet. I. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2008.
International Law Book Services, Malaysia Kita. cet. VI. Kuala Lumpur: Direct Art Company, 2005.
Ishak, Abdul Aziz. Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman. cet. I. Kuala Lumpur: Karya Bistari Sdn. Bhd., 1987.
J. Kennedy, S. Abdul Majid. History of Malaya. cet. VI. Kuala Lumpur: Publishing Division, 1993.
Jaafar, Mohd Badri. Mengenal Tokoh Semalam, Hari ini dan Esok. cet. I. Selangor: Pekan Ilmu Publication Sdn. Bhd., 1991.
Kamsono Kibat, Katni. Asas Ilmu Politikcet. I. Selangor: Biroteks Institusi Teknologi Mara, 1986.
Lembaga Penyelidik Undang-Undang, Perlembagaan Persekutuan. cet. I. Selangor: International Law Book Service, 2009.
Longman, Sejarah Malaysia. cet. I. Selangor: Person Malaysia Sdn. Bhd, 2009. Mayudin, Ghazali. Politik Malaysia: Perspektif, Teori, dan Praktik. cet. I. Bangi:
Universiti Kebangsaan Malaysia, 2002. Persatuan Sejarah Malaysia, Malaysia dari Segi Sejarahcet. I. Kuala Lumpur: PSM,
1985. Pulungan, J. Suyuti, Fiqh Siyasah, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran. cet. V. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2002. Salamm, Alfitra dan Syahid, Achmad. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Asia
Tenggara), Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve. Sanusi Ahmad, Abdullah. Kerajaan dan Pentadbiran Malaysia. Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka, 1980. Syed Ibrahim, Syed Mahadzir. 365 Hari Dalam Sejarah. cet. I. Selangor: Pekan Ilmu
Publications Sdn Bhd, 1961. Syukor, Zarina. Sejarah Penubuhan Malaysiacet. I. Pulau Pinang: Penerbitan Pinang
Sdn. Bhd, 2005. Taimiyah, Ibnu. Siyasah Syariyah, Etika Politik Islam. cet. IV. Surabaya: Risalah
Gusti, 1995. Thorir, Ajid. Studi Kawasan Dunia Islam, Perspektif Etno-Linguistik dan GeoPolitik.
cet. I. Jakarta: Rajawali Pers, 2009. Times Book International, Malaysia. cet. I. Singapore & Kuala Lumpur : TBI, 2002.
61
W.M. Mahyidin dan Yusuf, Haji Nik Mustaffa. Amanat Presiden, Landasan bagi Pembangunan Bangsa dan Negara¸cet. I. Jilid. 1. Shah Alam : Fajar Bakti Sdn. Bhd. 1997.
Yuniar Sip, Tanti. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, PT. Agung Media Mulia. Zakaria, Abdul Aziz. British, Japanese and Independent Malaysia a Memoir, cet. I.
Kuala Lumpur: Institut Tadbiran Awam Negara Malaysia, 1989. Website :
Kak ba, “ CORETAN KENANGAN : Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj”. Diakses pada 10/9/2010 dari http://www.kakba.blogspot.com/.../coretan-kenagan-tunku-abdul-rahman.html.
Aniza, “Tunku Abdul Rahman”, diakses pada 12/12/2009 dari http://www.angelfire.com/wa2/aniza/abdul.html.
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Malaysia”, diakses pada 3/2/2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia.html.
Portal Sejarah Malaysia, diakses pada 9/8/2010 dari http://www.sejarahmalaysia.pnm.my/portalBI/sm08_all.html.
Wawancara : Subki Latif bin Abdullah, Sahabat Seperjuangan, wawancara pandangan beliau,
Kuala Lumpur, tanggal 19 February 2015.
62
Lampiran :
A. Hasil Wawancara
WAWANCARA
TUAN HAJI SUBKI LATIF BIN ABDULLAH
(Sahabat Seperjuangan)
Tanggal: 19 February 2015
Penulis : Apakah Tuan Haji pernah ketemu Tunku Abdul Rahman, dan apa pandangan
Tuan Haji tentang kepribadian Tunku?
Tuan Haji : Saya pernah beberapa kali ketemu Tunku Abdul Rahman, dan pada
pandangan saya Tunku seorang pemimpin yang mempunyai kepribadian yang
baik. Tunku seorang yang berjiwa kerakyatan, pemurah, sabar, menepati janji,
bersungguh dalam pekerjaan dan tetap berpegang kepada tradisi Diraja.
Penulis : Benarkah Tunku memberi peran yang besar dalam merealisasikan
kemerdekaan Malaysia?
Tuan Haji : Tunku adalah seorang tokoh yang berhasil menjadi partai UMNO sebagai
suatu partai yang popular dan berhasil memperjuangkan kemerdekaan
Malaysia. Tunku yang menjabat sebagai presiden UMNO menjadi penngerak
dalam mencari dukungan masyarakat Cina dan India, supaya kemerdekaan
yang diperjuangkan merupakan tuntutan dari semua komunitas etnis di
63
Malaya. Tunku juga melebarkan kemerdekaan Malaya ke Sabah, Sarawak
dan Singapura melalui rencana pembentukan Malaysia. Pembentukan
Malaysia direncana pada tahun 1962, dan pembentukannya dicapai pada 16
September 1963.
Penulis : Dalam buku-buku sejarah Malaysia mengatakan Tunku mempunyai
hubungan baik dengan Inggris, apa pandangan Tuan Haji?
Tuan Haji : Karena terlalu lama di Inggris, kehidupan dan pergaulan Tunku dipengaruhi
dengan masyarakat Inggris. Tunku telah terpengaruh dengan cara hidup,
kebudayaan, dan pemikiran Inggris. Pihak Inggris telah berpegang pada dasar
akan memberikan kemerdekaan Malaysia sekiranya wujud satu generasi
dikalangan anak Malaya yang terpengaruh dengan pemikiran barat. Karena
hubungan baik Tunku dengan pihak Inggris, Tunku telah diberi kepercayaan
untuk memerintah Malaysia dengan syarat harus menjalankan pemerintahan
dengan dasar yang telah ditetapkan oleh Inggris, harus menjamin kepentingan
Inggris di Malaysia, mengekalkan pejabat-pejabat Inggris di bidang
pertahanan dan dasar luar negara, dan Malaysia harus menjadi anggota
Komanwel.
64
Penulis : Ada yang mengatakan Tunku bukanlah seorang yang bijak dibidang
akademik, beliau diangkat menjadi pemimpin karena sikapnya yang suka
bersosialisai dengan banyak orang, apa pandangan Tuan Haji?
Tuan Haji : Tunku adalah seorang mahasiswah bidang undang-undang di Inggris, karena
kurang minat di bidang undang-undang, beliau beberapa kaliterpaksa pulang
tanpa ijazah. Dan beliau berhasil mendapat ijazah Undang-undang di Inggris
pada tahun 1948 yaitu ketika beliau berumur 46 tahun Tunku adalah seorang
pemimpin berjiwa kerakyatan dan bertanggungjawab dalam membantu
masyarakat dalam menyelesaikan masalah Negara. Tunku seorang yang suka
bersosialisasi dengan masyarakat tanpa melihat pangkat dan status sosial
seseorang.
Penulis : Menurut Tuan Haji, apa saja kebijakan politik Tunku ketika menuntut
kemedekaan Malaysia, sehingga beliau digelar sebagai Bapak Kemerdekaan?
Tuan Haji : Kedudukan Tunku sebagai pangeran serta hubungan baik beliau dengan
pihak Inggris telah membuatkan gerakan dan kegiatan Tunku kurang
mendapat tantangan dari pihak Inggris. Beliau memilih melakukan
perundingan dengan pihak Inggris sebagai jalan untuk menuntut kemedekaan
Malaysia. Tunku seorang tokoh yang berpikiran terbuka, beliau sedia
menerima nasihat dari pihak Inggris. Tunku telah diberi beberapa syarat oleh
65
pihak Inggris, yaitu masyarakat pelbagai etnis di Malaya harus bersatu.
Tunkuy telah berusaha dan berhasil menyatukan tiga partai besar di Malaya
yang terdiri dari UMNO, MCA, dan MIC dalam menuntut kemerdekaan
Malaysia. Tunku juga telah meletakan dasar Anti-Komunis, dasar ini telah
meyakinkan pihak Inggris untuk menjadikan Tunku sebagai pemimpin
Malaysia.
PERLEMBAGAAN 1957
Ini merupakan usaha untuk menyediakan rakyat tempatan kepada sebuah negara yang
berkerajaan sendiri dan seterusnya mencapai kemedekaan. Melalui perlembagaan,
masyarakat plural mempunyai hak mutlak dalam mentadbir sebuah negara dan dapat
menikmati banyak faedah daripada perkara-perkara yang terkadung di dalam
perlembagaan tersebut.
Terdapat 4 ciri utama yang terkandung dalam perlembagaan 1957 :
1. Struktur Kerajaan
2. Bahasa
3. Kewarganegaraan
4. Peruntukan-peruntukan lain
A. Struktur Kerajaan
i) Yang DiPertuan Agong
66
- Merupakan Ketua Negara
- Dipilih daripada 9 orang raja-raja Melayu
- Pegang jawatan selama 5 tahun secara bergilir-gilir
- Menerima nasihat daripada kabinet dan Majelis Raja-raja
ii) Perdana Menteri
- Ketua pentadbiran negara
- Dibantu oleh kabinet
- Kabinet membentuk dasar-dasar kerajaan
67
iii) Penubuhan Parlemen
- Sebuah badan perundangan
- Terdiri daripada Dewan Rakyat (104 ahli)
- Terdiri daripada Dewan Negera (38 ahli)
iv) Peringkat Negeri
- Ketua perlembagaan adalah Raja atau Yang Dipertuan Negeri
(TYT)
- Setiap negeri hendak lah mempunyai Majlis Mesyuarat
Undangan Negeri
- Diketuai oleh Menteri Besar atau Ketua Menteri
B. Bahasa
i) Bahasa Melayu dijadikan Bahasa Kebangsaan bagi Persekutuan
Tanah Melayu (PTM)
ii) Bahasa-bahasa lain digunakan secara umum tidak dilarang
iii) Penggunaan bahasa Ingrris dalam Majlis Mesyuarat Undangan atau
Mahkamah hanya dibenarkan untuk tempoh 10 tahun selepas
kemerdekaan
C. Kewarganegaraan
i) Mereka yang lahir di PTM pada atau selepas kemerekaan
ii) Mereka yang telah pun menjadi warganegara PTM sebelum
kemederkaan
iii) Mereka yang lahir di PTM
- Berumur 18 tahun ke atas
68
- Menetap di negara ini selama 5 tahun dpd 7 tahun lepas
- Mengetahui bahasa Mekayu
- Boleh memohon untuk mejadi warganegara dan bersedia
mengangkat sumpah dan taat setia pada negara
iv) Mereka yang lahir di luar PTM
- Berumur 21 tahun ke atas
- Menetap di negara ini selama 8 – 12 tahun yang lalu
- Mengetahui bahasa Melayu
- Bersedia mengangkat sumpah taat setia pada negara ini
- Memiliki 2 kerakyatan tidak dibenarkan kecuali kerakyatan
“Commonwealth”
D. Peruntukan-peruntukan lain
i) Kedudukan istimewa orang Melayu hendaklah dikekalkan tanpa
mengurangkan hak warganegara lain
ii) Agama resmi bagi persekutuan Tanah Melayu adalah agama Islam
iii) Kebebasan beragama dibenarkan bagi semua warganegara ini
Dengan termaktubnya Perlembagaan 1957 ini, maka terbentuklah asa
kepada pluraliti masyarakat Malaysia yang ada sekarang ini.
Masyarakat Malaysia dengan Perlembagaan 1957 yang sedia ada
semakin bertambah dengan pindaan perlembagaan apabila penubuhan
Malaysia digagaskan pada 16 September 1963.
69
Permasyhuran Kemerdekaan
Terjemahan “Permasyhuran Kemerdekaan“
Dengan nama Allah yang Maha Murah Pemurah lagi Mengasihani. Segala
puji bagi Allah yang Maha Berkuasa dan selawat dan salam ke atas sekalian
Rasul-Nya.
70
Bahawasanya oleh kerana telah tibalah masanya bagi umat Persekutuan
Tanah Melayu ini mencapai taraf suatu bangsa yang merdeka lagi berdaulat sama
setimpal kedudukannya dengan segala bangsa di seluruh dunia.
Dan bahawasanya oleh kerana dengan perjanjian yang disebut namanya
Perjanjian Persekutuan Tanah Melayu tahun 1957 yang diperbuat di antara Duli
Yang Maha Mulia Baginda Queen dengan Duli-Duli Yang Maha Mulia Raja-Raja
Melayu, maka, telah dipersetujui bahawa Negeri-negeri Melayu, iaitu Johor,
Pahang, Negeri Sembilan, Selangor, Kedah, Perlis, Kelantan, Terengganu, dan
Perak serta negeri yang dahulunya dinamakan Negeri Selat, iaitu Melaka dan
Pulau Pinang, mulai 31 hari bulan Ogos tahun 1957, hendaklah menjadi sebuah
Persekutuan baharu bagi negeri-negeri yang bernama Persekutuan Tanah Melayu.
Dan bahawasanya oleh kerana telah bersetuju pula di antara kedua-dua
pihak dalam perjanjian tersebut, iaitu Melaka dan Pulau Pinang hendaklah
daripada tarikh tersebut itu tamat daripada menjadi sebahagian daripada jajahan
takluk Baginda Queen, dan Duli Yang Maha Mulia Baginda Queen tidak lagi
berhak menjalankan apa-apa kedaulatan baginda ke atas kedua-dua buah negeri
yang tersebut itu.
Dan bahawasanya kerana telah bersetuju pula di antara kedua-dua pihak
yang tersebut, iaitu Perjanjian Persekutuan Tanah Melayu tahun 1948, dan segala
perjanjian yang lain yang ada sekarang antara Duli Yang Maha Mulia Baginda
Queen dengan Duli-Duli Yang Maha Mulia Raja-Raja ataupun salah seorang
daripada Baginda-Baginda itu sebelum tarikh yang tersebut hendaklah dibatalkan
mulai daripada tarikh itu, dan semua kuat kuasa-kuat kuasa dan hak-hak Duli
71
Yang Maha Mulia Baginda Queen ataupun ParlimenNegeri United Kingdom
dalam Negeri-Negeri Selat yang tersebut itu ataupun yang berhubung dengannya
atauNegeri-Negeri Melayu ataupun Persekutuan Tanah Melayu seluruhnya adalah
tamat dengan sendirinya.
Dan bahawasanya oleh kerana Duli Yang Maha Mulia Baginda Queen,
Duli-Duli Yang Maha Mulia Raja-Raja Melayu, Parlimen Negeri United
Kingdom dan Majlis-Majlis Undangan Persekutuan dan Negeri-Negeri Melayu
telah meluluskannya, Perjanjian Persekutuan Tanah Melayu tahun 1957 itu
berjalan kuat kuasanya.
Dan bahawasanya karena suatu perlembagaan bagi kerajaan Persekutuan
Tanah Melayu telah ditentukan menjadi suatu kanun yang muktamas baginya.
Dan bahawasanya kerana Perlembagaan Persekutuan yang tersebut itu, maka, ada
disediakan syarat untuk menjaga keselamatan hak-hak dan keutamaan Duli-Duli
Yang Maha Mulia Raja-Raja serta hak-hak asasi dan kebebasan sekalian rakyat
dan untuk memajukan Persekutuan Tanah Melayu dengan aman dan damai serta
teratur sebagai sebuah kerajaan yang mempunyai Raja yang Berperlembagaan
yang berdasarkan demokrasi cara Parlimen.
Dan bahawasanya kerana Perlembagaan Persekutuan yang diadakan oleh
Majlis Undangan Persekutuan yang tersebut itu telah diluluskan oleh suatu
undang-undang yang diadakah oleh Majlis Undangan Persekutuan serta dengan
undang-undang yang diadakan oleh negeri-negeri Melayu dan dengan ketetapan-
ketetapan dalam Majlis Undangan Negeri Melaka dan Pulau Pinang, dengan
72
demikian Perlembagaan itu telah berjalan kuat kuasanya pada 31 hari bulan Ogos
tahun 1957.
Maka, dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani,
saya Tunku Abdul Rahman Putra ibni Almarhum Sultan Abdul Hamid Halim
Shah, Perdana Menteri bagi Persekutuan Tanah Melayu, dengan persetujuan dan
perkenan Duli-Duli Yang Maha Mulia Raja-Raja negeri-Negeri Melayu dengan
ini memasyhurkan dan mengisytiharkan bagi pihak umat Persekutuan Tanah
Melayu bahawa mulai Tiga Puluh Satu hari bulan Ogos Tahun Seribu Sembilan
Ratus Lima Puluh Tujuh, maka Persekutuan Tanah Melayu yang mengandungi
Negeri Johor, Pahang, Negeri Sembilan, Selangor, Kedah, Perlis, Kelantan,
Terengganu, Perak, Melaka dan Pulau Pinang dengan limpah rahmat Allah
subhanahu wa ta'ala akan kekal menjadi sebuah negara yang merdeka dan
berdaulat serta berdasarkan kebebasan dan keadilan dan sentiasa menjaga dan
mengutamakan kesejahteraan dan kesentosaan rakyatnya dan mengekalkan
keamanan antara segala bangsa.