Konsep Pendidikan Kesehatan 2
Transcript of Konsep Pendidikan Kesehatan 2
BAB II
TINJAUAN TEORI
KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN
Konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada
bidang kesehatan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang
lebih dewasa, lebih baik, lebih matang pada diri individu, kelompok / masyarakat. Konsep
pendidikan kesehatan itu juga proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari
tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan menjadi mampu mengatasi masalah kesehatan, dll.
A. Definisi dan Pencetus Pendidikan Kesehatan
Istilah pendidikan kesehatan telah dirumuskan oleh para ahli pendidikan
kesehatan dalam berbagai pengertian, tergantung pada sudut pandang masing-masing.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa
ahli tersebut.
Wood (1926 dalam Suliha et al, 2000) dalam definisi yang dikemukakannya
(Hanlon, hlm.578) yang dikutip Tafal, (1984) mengemukakan bahwa pendidikan
kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap, dan
pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat, dan ras.
Stuart (1986 dalam Suliha et al, 2000) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan
adalah komponen program kesehatan dan kedokteran yang terdiri atas upaya terencana
untuk mengubah perilaku individu, kelompok maupun masyarakat yang merupakan
perubahan cara berfikir, bersikap, dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan,
rehabilitasi, pencegahan penyakit, dan promosi hidup sehat.
Nyswander (1974) yang dikutip Notoatmodjo (1997) menyatakan bahwa
pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis bukan proses
pemindahan materi dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur.
Hal itu dapat dilihat dari definisi yang dikemukan, yaitu: Pendidikan kesehatan adalah
suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian
tujuan kesehatan individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat
diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus
dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan
suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang didalamnya seseorang
menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktik baru, yang bertujuan
dengan hidup sehat (Suliha et.al, 2002).
Ketiga definisi tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan merupakan
suatu proses perubahan perilaku yang dinamis dengan tujuan mengubah atau
mempengaruhi perilaku manusia yang meliputi komponen pengetahuan, sikap,
ataupun praktik yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat baik secara individu,
kelompok maupun masyarakat, serta merupakan komponen dari program kesehatan
(Suliha et.al, 2002).
Ahli lain, yaitu Green (1972) yang dikutip oleh Notoatmodjo (1997),
mengemukakan bahwa pendidikan kesehatan adalah istilah yang diterapkan pada
penggunaan proses pendidikan secara terencana untuk mencapai tujuan kesehatan
yang meliputi beberapa kombinasi dan kesempatan pembelajaran (Suliha et.al, 2002).
Menurut Committee President on Health Education (1997) yang dikutip
Soekidjo Notoatmodjo (1997), pendidikan kesehatan dalah proses yang
menjembatani kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktik kesehatan, yang
memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu sehingga
dapat menjaga dirinya menjadi lebih menguntungkan kesehatan (Suliha, 2002).sehat
dengan menghindari kebiasaan yang buruk dan membentuk kebiasaan yang
Menurut Craven dan Hirnle (1996), pendidikan kesehatan adalah penambahan
pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi,
dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara member
dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-
informasi atau ide baru (Suliha, 2002).
Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas, pada kesimpulannya pendidikan
kesehatan merupakan proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu,
kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup
sehat. Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu, kelompok, atau
masyarakat dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu, dan dari tidak mampu
mengatasi masalah kesehatan kesehatan sendiri menjadi mandiri. Dengan demikian
pendidikan kesehatan merupakan usaha/kegiatan untuk membantu individu,
kelompok, dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap,
maupun keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal.
Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi
keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran,
yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik. Pelaksanaan pendidikan
kesehatan dalam keperawatan merupakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-
langkah sebagai berikut : pengkajian kebutuhan belajar klien, penegakan diagnose
keperawatan, perencanaan pendidikan kesehatan, implementasi pendidikan kesehatan,
evaluasi pendidikan kesehatan, dan dokumentasi pendidikan kesehatan (Suliha, 2002).
Pendidikan kesehatan merupakan tindakan mandiri perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan untuk meningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui
kegiatan pembelajaran sehingga dari yang tidak tahu jadi tahu,yang tidak mau jadi
mau dan yang tidak mampu menjadi mampu untuk menjaga dan mempertahankan
kesehatannya atau mencegah terjadinya penyakit dan tingkat keparahan sakit pada
dirinya dan proses pemulihan kesehatan dari sakit untuk mencapai kesehatan yang
optimal.
B. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah mengubah perilaku
individu/masyarakat dibidang kesehatan (WHO, 1984 dalam Notoatmodjo 1997).
Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut menjadi :
1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimata masyarakat.
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan
kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada.(Suliha, 2002).
Secara operasional, tujuan pendidikan kesehatan diperinci oleh Wong (1974) yang
dikutip Tafal (1984) sebagai berikut:
1) Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada
kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan, dan masyarakatnya.
2) Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya sakit
menjadi lebih parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi
cacat yang disebabkan oleh penyakit.
3) Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan
perubahan-perubahan system dan cara memanfaatkannya dengan efesien dan
efektif.
4) Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana
caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan formal.
Dari kedua uraian tentang tujuan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah pemahaman individu,
kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan agar menjadikan kesehatan sebagai
sesuatu yang bernilai, mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat, serta dapat
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dengan tepat dan sesuai.(Suliha,
2002).
C. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara
lain dimensi sasaran pendidikan kesehatan, tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan,
dan tingkat pelayanan pendidikan kesehatan.
1) Sasaran pendidikan kesehatan
Dari dimensi sasaran, ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu :
a) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.
b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.
2) Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan.
Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung di
berbagai tempat sehingga dengan sendirinya sasarannya juga berbeda. Misalnya :
a) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid,
yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan sekolah (UKS)
b) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di Pusat Kesehatan
Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun Khusus dengan
sasaran pasien dan keluarga pasien.
c) Pendidikan kesehatan ditempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau
karyawan.
3) Tingkat pelayanan pendidikan kesehatan
Dalam dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat
dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of preventi) dari
Leavel dan Clark (Notoadmojo, 1997), yaitu:
a) Promosi kesehatan (Health Promotion)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam kebersihan
perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, pemeriksaan kesehatan berkala,
peningkatan gizi, dan kebiasaan hidup sehat.
b) Perlindungan Khusus (Specific Protection)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat. Misalnya tentang pentingnya imunisasi sebagai cara
perlindungan terhadap penyakit pada anak maupun orang dewasa. Program
imunisasi merupakan bentuk pelayanan perlindungan khusus. Contoh lainnya
adalah perlindungan kecelakaan di tempat kerja.
c) Diagnosa Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt
Treatment)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena rendahnya tingkat
pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan penyakit yang
terjadi di masyarakat. Keadaan ini menimbulkan kesulitan mendeteksi
penyakit yang terjadi di masyarakat, masyarakat tidak mau diperiksa dan
diobati penyakitnya. Kegiatan pada tingkat pencegahan ini meliputi pencarian
kasus individu atau masal, survey penyaringan kasus, penyembuhan dan
pencegahan berlanjutnya proses penyakit,pencegahan penyebaran penyakit
menular, dan pencegahan komplikasi.
d) Pembatasan Cacat (Disability Limitation)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena masyarakat sering
didapat tidak mau melanjutkan pengobatannya sampai tuntas atau tidak mau
melakukan pemeriksaan dan pengobatan penyakitnya secara tuntas.
Pengobatan yang tidak layak dan tidak sempurna dapat mengakibatkan orang
yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki ketidakmampuan untuk
melakukan sesuatu. Hal ini terjadi karena kurangnya pengertian dan
kesadaran masyarakat akan kesehatan dan penyakitnya. Pada tingkat ini
kegiatan meliputi perawatan untuk menghentikan penyakit, pencegahan
komplikasi lebih lanjut, serta fasilitas untuk mengatasi cacat dan mencegah
kematian.
e) Rehabilitasi (Rehabilitation)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena setelah sembuh dari
suatu penyakit tertentu, seseorang mungkin menjadi cacat. Untuk
memulihkan kecacatannya itu diperlukan latihan-latihan. Untuk melakukan
suatu latihan yang baik dan benar sesuai dengan program yang ditentukan,
diperlukan adanya pengertian dan kesadaran dari masyarakat yang
bersangkutan. Di sampng itu, ada rasa malu dan takut tidak diterima untuk
kembali ke masyarakat setelah sembuh dari suatu penyakit atau sebaliknya
masyarakat mungkin tidak mau menerima anggota masyarakat lainnya yang
baru sembuh dari suatu penyakit. (Suliha, 2002).
D. Model Pendidikan Kesehatan
Banyak teori belajar yang dapat di gunakan sebagai pendidikan kesehatan, yang
lebih penting prisipnya adlah situasi dengan individu, keluarga, dan kelompok
terutama yang berhubungan dengan perilakunya ( Glanz K. Et al., 1990 ). Perawat
sebagai pendidik harus memiliki kemampuan untuk mengkaji kekuatan dan dampak
yang ditimbulkan oleh intervensi keperawatan terhadap perilaku subjek yang dapat
memperkaya, memberikan informasi, dan melengkapi perilaku subjek yang
diinginkan. Model pendidikan kesehatan yang dapat digunakan oleh perawat adalah
sebagai berikut.
1. Model Perilaku Individu
Ada dua model yang sering digunakan untuk menjelaskan faktor penentu dari
perilaku preventif, yaitu model nilai kesehatan dan model promosi kesehatan.
Secara mendasar model nilai kesehatan di tujukan untuk promosi peningkatan
perilaku sehat dari pada mendanggulangi faktor penyebanb. Model ini befokus
pada oriensi mencegah penyakit yang spesifik. Dimensi yang digunakan pada
model nilai kesehaytan meliputi kepekaan, keparahan, penghalang yang di
rasakan, variabel struktural, serta sosio-spikologi lainnya. Sedangkan model
promosi kesehatan oleh pender 9 1987 0 merupakan modivikasi dari model nilai
kesehatan dan lebih memfokuskan pada prediksi perubahan perilaku akibat dari
promosi kesehatan.
2. Model Pemberdayaan Masyarakat
Perubahan perilaku yang terjadi pada individu belum membawa dampak yang
berarti pada perubahan perilaku di masyaratnya. Sehingga perawat perlu
membantu individu dan keluarga yang telah berubah perilakunya untuk di
tampilkan pada komunitas.
Fokus proses pemberdayaan masyarakat adalah komunikasi, informasi, dan
pendidikan kesehatan (WHO, 1994) . Di indonesia sering di sebut komunikasi,
informasi, dan edukasi (KIE) yang di tujukan pada individu, keluarga, dan
kelompok. Strategi yang dapat digunakan oleh perawawt dalam rangka KIE
adalah pembelajaran pemecahan masalh ( problem-solving ), memperluas jaringan
kerja (networking), bernegosiasi dengan pihak yang bersangkutan (negotiating),
pendekatan untuk mempengaruhi orang lain (lobbying), dan pencarian informasi
(information seeking) untuk meningkatkan derajat kesehatan kliennya.
E. Prinsip Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesahatan sangat penting untuk menunjang program –program
kesehatan yang lain.akan tetapi pernyataan ini tidak didukung dengan kenyataan yang
ada. Karena program pelayanan kesehatan yang ada kurang melibatkan pendidikan
kesehatan. Pendidikan merupakan ‘behavioral investment’ jangka panjang.Artinya
pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian. Dalam waktu yang
pendek (immediate impact) pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Sedangkan peningkatan pengetahuan saja
belum akan berpengaruh langsung terdhadap indikator kesehatan.
Pengetahuan kesehatan akan perpengaruh pada perilaku sebagai hasil jangka
menengah (intermediate impact)dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya akan
berpengaruh pada peningkatan indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran
(outcome) pendidikan kesehatan. Berbeda dengan program kesehatan yang
lain,terutama program pengobatanyang langsung memberikan hasil (immediate
impact) terhadap penurunan kesakitan.
Kumpulan pengalaman dan hasil didik yang digunakan untuk mempengaruhi
pengetahuan, sikap dan kebiasaan klien
Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan
kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat
mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan.
Klien menjadi subyek yang menentukan perubahan perilaku
Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang
kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat
mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.
Perubahan perilaku oleh klien menjadi indikator keberhasilan pendidikan
kesehatan
Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran
agar individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan
tingkah lakunya sendiri. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran
pendidikan (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap
dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Green (1980 dalam Setiawati dan Darmawan, 2008), kegiatan
pendidikan kesehatan ditujukan pada tiga faktor diantaranya adalah:
1) Pendidikan Kesehatan Dalam Faktor-Faktor Predisposisi
Pendidikan Kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan dan
meningkatkan pengetahuan sasaran pendidikan kesehatan yang menyangkut
tentang pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan untuk individu, kelompok
dan masyarakat.
2) Pendidikan Kesehatan Dalam Faktor-Faktor Enabling/ pemungkin
Pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh faktor enabling atau kemungkinan
diantaranya sarana dan prasarana kesehatan bagi pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan dilakukan dengan memberi bimbingan, pelatihan dan
bantuan teknis lainnya yang dibutuhkan individu, keluarga dan masyarakat.
3) Pendidikan Kesehatan Dalam Faktor-Faktor Reinforcing
Faktor-faktor reinforcing ini antara lain tokoh agama, tokoh masyarakat dan
petugas kesehatan. Pemberian pelatihan pendidikan kesehatan ditujukan kepada
tokoh-tokoh tersebut. Individu, keluarga dan masyarakat akan menjadikan mereka
teladan dalam bidang kesehatan. Perubahan perilaku hidup sehat akan lebih
mudah tercapai jika yang memberikan pendidikan kesehatan adalah orang yang
diyakini kebenarannya atas perkataan, sikap dan perilakunya.
F. Komunikasi dalam pendidikan kesehatan
(Suliha et. al, 2009) menyatakan Menurut Hovland (dalam Notoatmodjo, 1997)
komunikasi adalah suatu proses ketika individu sebagai komunikator mengalihkan
rangsangan dalam bentuk lambang, bahasa, atau gerak untuk mengubah tingkah laku
individu yang lain (komunikan).
Menurut Williams (dalam Notoatmodjo, 1997) komunikasi adalah setiap aktivitas
saling memberi informasi. Dalam hal ini komunikator sebagai sumber informasi
mengalihkan informasi, dan gagasan dengan maksud mengubah perilaku komunikan
(Suliha et. al, 2009)
Peran komunikasi dalam pendidikan kesehatan yang utama adalah
mengkondisikan faktor predisposisi. Petugas kesehatan sebagai sumber informasi
harus mampu berkomunikasi dengan sasaran didik (pasien). Komunikasi yang terjadi
menggambarkan hubungan interaksi perawat-pasien dalam arti komunikasi terjadi
timbale balik atau dua arah. Perawat sebagai sumber informasi mentransfer
pengetahuan dan pasien memahami informasi yang diterima sebagai hasil belajar.
Komunikasi sebagai suatu proses mengartikan bahwa komunikasi merupakan
kegiatan yang terus-menerus, tidak pernah berakhir atau bermula. Dalam komunikasi
terjadi proses interaktif antara komunikator, yaitu perawat dan komunikan (pasien),
sehingga terjadi timbal balik (feedback).
G. Konsep Manajemen Pembelajaran dalam Strategi Pendidikan Kesehatan
Pengelolaan pembelajaran dalam pendidikan kesehatan merupakan suatu langkah
yang sistematis yang dimulai dari pengenalan masalah pendidikan kesehatan,
penyusunan perencanaan, implementasi, dan evaluasi pendidikan kesehatan, dan
upaya tindak lanjut.
Untuk melaksanakan strategi ini, proses manajemen harus dipakai. Kegiatan ini
meliputi :
1) Perencanaan.
Pada tahap perencanaan ini ahli pendidikan kesehatan harus sudah diikutsertakan
agar dapat menyumbangkan usaha untuk mengubah perilaku dan meyakinkan
masyarakat tentang manfaat usaha kesehatan.
2) Pelaksanaan.
Pada tahap ini ahli pendidikan kesehatan diikut sertakan dalam mengawasi
perkembangan usaha tersebut. Jika ada hambatan atau penyimpangan, ia akan
dapat memberikan bahan pertimbangan atau cara penyelesaian yang lain, terutama
yang berhubungan dengan keadaan social budaya masyarakat setempat. Dengan
demikian, usaha yang dijalankan tidak bertentangan dengan sistem norma yang
berlaku di tempat tersebut.
3) Penilaian.
Pada tahap ini ahli pendidikan kesehatan diminta untuk turut menilai seberapa
jauh program atau usaha itu telah mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Jika terjadi kemacetan, pendidikan kesehatan dapat ikut memberikan gagasan
tentang usaha pemecahan masalah yang dianggap tepat.
4) Tindak lanjut.
Tahap ini sebenarnya termasuk dalam kegiatan untuk memantapkan usaha
sehingga dapat berlanjut dengan baik, dan di sini lah perlu diciptakan suatu
sistem/ mekanisme yang tepat agar usaha tersebut tidak mengalami kemandekan.
Pengelolaan pembelajaran dalam pendidikan kesehatan harus memperhatikan
aspek-aspek berikut :
1) Proses belajar mencakup kegiatan latihan dalam memperoleh tingkah laku baru
2) Kegiatan belajar dapat dilaksanakan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja
dengan berfokus pada aspek kemandirian peserta didik sehingga pengajar harus
menciptakan kondisi dan stimulus tertentu agar peserta didik mau belajar mandiri
dan mengubah perilaku sehat atas kemauannya sendiri.
3) Peserta didik dipandang sebagai orang dewasa, sehingga pengelolaan proses
belajar yang digunakan harus sesuai dengan kondisi peserta didik.
H. Metode Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan
1) Metode ceramah
a) Definisi metode ceramah
Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara
didepan sekelompok pengunjung. Ceramah pada hakikatnya adalah proses
transfer informasi dari pengajar kepada sasaran belajar. Dalam proses transfer
informasi ada tiga elemen yang penting, yaitu pengajar, materi pengajaran,
dan sasaran belajar.
b) Penggunaan metode
Metode ceramah digunakan pada sifat sasaran sebagai berikut, sasaran
belajar mempunyai perhatian yang selektif, sasaran belajar mempunyai
lingkup perhatian yang terbatas, sasaran belajar perlu menyimpan informasi,
sasaran belajar perlu menggunakan informasi yang diterima.
c) Keunggulan metode ceramah
(1) Keunggulan metode ceramah adalah :
(2) Dapat digunakan pada orang dewasa
(3) Penggunaan waktu yang efesien
(4) Dapat dipakai pada kelompok yang besar
(5) Tidak terlalu banyak menggunakan alat bantu pengajaran
(6) Dapat dipakai untuk member pengantar pada pelajaran atau suatu
kegiatan
d) Kekurangan metode ceramah
(1) Menghambat respons dari yang belajar sehingga pembicara sulit
menilaireaksinya
(2) Tidak semua pengajar dapat menjadi pembicara yang baik, pembicara
harus menguasai pokok pembicaraannya
(3) Dapat menjadi kurang menarik, sulit untuk dipakai pada anak-anak
(4) Membatasi daya ingat dan biasanya hanya satu indera yang dipakai
2) Metode diskusi kelompok
a) Definisi diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau
dipersiapkan di antara tiga orang atau lebih tentang topi tertentu dengan
seorang pemimpin.
b) Penggunaan
Metode diskusi kelompok digunakan bila sasaran pendidikan kesehatan,
diharapkan :
(1) Dapat saling mengemukakan pendapat
(2) Dapat mengenal dan mengolah problem kesehatan yang dihadapi
(3) Mengharapkan suasana informal
(4) Diperoleh pendapat dari orang-orang yang tidak suka berbicara
(5) Agar problem kesehatan yang dihadapi lebih menarik untuk dibahas
c) Keunggulan metode diskusi kelompok
(1) Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat
(2) Merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong rasa kesatuan
(3) Dapat memperoleh pandangan dan wawasan
(4) Membantu mengembangkan kepemimpinan
d) Kekurangan metode diskusi kelompok
(1) Tidak efektif dipakai pada kelompok yang lebih besar
(2) Keterbatasan informasi yang didapat oleh peserta
(3) Membutuhkan pemimpin diskusi yang terampil
(4) Kemungkinan didominasi orang yang suka berbicara
(5) Biasanya sebagian besar orang menghendaki pendekatan formal
3) Metode Demonstrasi
a) Definisi metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan suatu
prosedur atau tugas, cara menggunakan alat, dan cara berinteraksi.
Demonstrasi dapat dilakukan secara langsung atau menggunakan media,
seperti video dan film.
b) Penggunaan
(1) Jika memerlukan contoh prosedur atau tugas dengan benar
(2) Apabila tersedia alat-alat peraga
(3) Bila tersedia tenaga pengajar yang terampil
(4) Membandingkan suatu cara dengan cara yang lain
(5) Untuk mengetahui serta melihat kebenaran sesuatu, bila berhubungan
dengan mengatur sesuatu, dan proses mengerjakan atau menggunakan sesuatu
c) Keunggulan metode demonstrasi adalah
(1) Dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan konkret
(2) Dapat menghindari verbalisme
(3) Lebih menarik
(4) Peserta didik dirangsang untuk mengamati
(5) Menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat melakukan sendiri
(redemonstrasi)
d) Kekurangan
(1) Memerlukan keterampilan khusus dari pengajar
(2) Alat-alat/biaya, dan tempat yang memadai belum tentu tersedia
(3) Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang
MODEL - MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN
A. Healt Belief Model
Healt belief model (HBM). Seringkali dipertimbangkan sebagai kerangka utama
dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia dan telah mendorong
penelitian perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an. HBM diuraikan dalam usaha
mencari cara menerangkan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan. HBM ini
digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan (Smet,1994).
HBM merupakan model kognitif, yang dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan.
Menurut HBM kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan
tergantung dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan
dari sakit dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian.
Penilaian pertama ancaman yang dirasakan terhadap resiko ang akan muncul,
sehingga sejauh mana orang berpikir penyakit. Asumsinya adalah bahwa bila ancaman
yang dirasakan tersebut meningkat maka perilaku pencegahan juga akan meningkat.
Penilaian yang kedua yang dibuat adalah perbandingan antara keuntungan dengan
kerugian dari perilaku kesehatan .
B. Theory Of Reseoned Action
Theory of Reseoned Action (TRA) masih relative baru dan belum banyak
digunakn orang dan kurang dikenal. Model ini menggunakan pendekatan kognitif,
tetapi model TRA ini kebalikannya dari HBM karena model ini merupakan teori
prilaku manusi secara umum karena pada dasarnya teori ini digunakan didalam
berbagai macam prilaku manusia yang berkaitan dengan masalah sosial, psikologis
yang kemudian bertamah digunakan untuk menentukan faktor-faktor prilaku
kesehatan.
Dalam model ini itensi ditentukan oleh sikap dan norma subjektif. Komponen
pertama mengacu pada sikap terhadap prilaku dan komponen kedua mencerminkan
dampak dari norma-norma subjektif. Model ini cocoknya digunakan pada masyarakat
umum seperti pada waktu penyuluhan kesehatan karena model ini pada dasarnya
untuk permasalahan sosial.
C. The Stage Of Change Model
The stage of change model yang biasa disingkat SCM ini daklah moedel yang
mengajarkan tentang pikiran untuk melakuakan perubahan dalam hidup. SCM pada
awalnya dikembangkan pada akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1990-an oleh James
Prochaska dan Carlo Diclemente di Universitas Rhode Island ketika mereka belajar
bagaimana seorang perokok mampu meepasankan kebiasaan merokoknya.
Tahapan-tahapan perubahan :
1. Belum memikirkan perubahan (Precontemplation)
2. Pemikiran untuk perubahan (Contemplation)
3. Persiapan/penetapan untuk perubahan (Preparation/Determination)
4. Tindakan mengubah perilaku (Action)
5. Pemeliharaan mengubah perilaku (Maintenance)
6. Kembali ke perilaku lama meninggalkan yang baru dan perubahan (Relapse)
Keterangan
1. Tahap Precontamplation atau Sebelum Pemikiran
Pada tahapan ini orang tidak berfikir tentang perubahan serius dan
tidak tertarik pada semua bantuan dan menganggap kebisaan buruk yang mereka
lakukan bukan suatu masalah.
2. Tahap Contamplaion / Pemikiran
Dalam tahap ini orang sudah berpikir akan tindakan prilakunya yang buruk
dengan membandingkan keuntungan jangka panjang dan pendek dari perilaku
buruknya.
3. Tahap Preparation / Persiapan
Dalam tahap ini orang telah membuat komitmen utuk melakukan perubahan.
Mereka melakukan tindak-tindakan kecil untuk menuju perubahan dan penghetian
kebisaan buruk.
4. Tahap Action / Tindakan
Pada tahap ini orang sudah percaya bahwa dirinya memepunyai kemampuan
untuk menguah perilaku dan secara aktif terliat mengambil lankah-langkah untuk
mengubah perilaku buruk dengan teknik yang berbeda-beda untuk menuju
perubahan. Orang ditahap ini cenderung lebih terbuka untuk menerima bantuan
dan juga cenderung untuk mencari dukungan dari yang lain untuk
mengembangkan rencana untuk menangani dengan baik pribadi dan tekanan
eksternal yang dapat mengakibatkan slips.
5. Tahap Maintenance / Pemeliharaan
Pada tahap pemeliharaan ini orang berhasil menghindari godaan untuk kembali ke
kebiasan buruk. Dalam tahap ini orang harus mengingat diri mereka sendiri
seberapa kemajuan yang telah diperbuat dan menyadari bahwa apa yang
dilakukan berguna dan bermakna untuk pribadi. Meskipun kadang terpikirkan
untuk kembali kekebiasan buruk kita harus menolak dan tetap di trek.
6. Tahap Relapse / Kambuh
Pada tahap ini hampir semua orang mengalami yang namanya kambuh bila terjadi
masalah dan stress tapi kita harus ingat jangan sampai kita melakuakan kebisaan
buruk sampai kembali ke tahap precontemplation. Kita harus mengatasi masalah
dengan cara yang cepa dan tepat supaya kita tetap pada trek pemeliharaan perilaku
baik.
The Stage Of Chnge Model ini digunakan pada kondisi untuk merubah prilaku
buruk seseorang seperti orang- orang yang menggunakan narkoba dan para perokok.
D. Precede-Proceed Model/
Model ini terdiri dari
1. Menstrukturisasi
2. Mengorganisasi
3. Membuat proses perencanaan
Fokus dari model ini adalah mempengaruhi individu, kelompok, dan masyarakat
untuk berperilaku sehat dalam diagnosa pendidikan dan evaluasi. Sasaran evaluasi
adalah perhitungan faktor sehat, membantu perencanaan yang memusat, membuat
sasaran khusus dan criteria evaluasi serta membuat langkah diagnosa administrative.
Proses ini terdiri dari
a. Proses perencanaan
Proses ini sangat penting dilakukan sebelum melakukan intervensi. Intervensi
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Tekanan
Upaya agar masyarakat mengubah perilaku kesehatan dengan cara dipaksa
antara lain dengan undang-undang atau peraturan-peraturan. Cara ini
menimbulkan efek yang lebih cepat tetapi perilaku yang dihasilkan tidak
permanen.
2. Edukasi
Upaya agar masyarakat berperilaku kesehatan dengan cara membujuk melalui
kegiatan pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Cara ini lebih lambat tetapi
menghasilkan perilaku yang permanen.
b. Diagnosa social
Secara subjektif membicarakan tentang individu, kelompok dan masyarakat.
Cara yang dapat dilakukan adalah dengan self-study yaitu individu memiliki
kesadaran bahwa dirinya memerlukan masukan untuk menentukan solusi.
c. Diagnosa Epidemiologi
Adalah perencanaan menggunakan data dengan mengenali permasalahan.
Jadi,untuk model ini dapat digunakan untuk merencanakan program-program
pendidikan kesehatan baik disekolah, masyarakat, institusi-institusi swasta yang
mengarah pada upaya pragmatik mengubah perilaku kesehatan daripada
mengembangkan teoritis.