KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …
Transcript of KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …
KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
DENGAN MENDASARKAN PADA AL-QUR’AN
SURAH LUQMAN AYAT 13-19
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
MUAMMAR
NIM: 105 191 108 317
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H/2021 M
iii
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
Muammar. 105191108317. 2021. Konsep parenting dalam perspektif Pendidikan
islam dengan mendasarkan pada Al-Qur’an surah Luqman ayat 13-19.
Dibimbing oleh Dahlan Lama Bawa dan Wahdaniya.
Pendidikan Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh
peserta didikan agar senantiasa dapat memahami ajaran agam Islam secara
meneluruh, lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidupnya dan Pendidikan keluarga
merupakan pendidikan alamiah yang melekat pada setiap rumah tangga. Institusi
keluarga merupakan lingkungan pertama yang dijumpai anak dan yang mula-mula
memberikan pengaruh yang mendalam serta memegang peranan utama dalam
proses perkembangan anak. Institusi keluarga mempunyai peranan yang penting
dalam proses pendidikan anak, karena dalam proses pendidikan, seorang anak
belum mengenal masyarakat yang lebih luas dan sebelum mendapat bimbingan
dari sekolah, ia terlebih dahulu menerima bimbingan dari keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep parenting dalam
persfektif Pendidikan islam dengan berdasarkan Al-Qur‟an surah Luqman ayat
13-19. Dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research).
Adapun sumber data penelitian ini diperoleh melalui sumber primer yaitu Al-
Qur‟an dan sumber skunder yaitu buku-buku yang berhubungan dengan
pendidikan anak dalam pendidikan islam berdasarkan surah Luqman ayat 13-19.
Berdasarkan penelitian ini maka diperoleh kesimpulan bahwa pendidikan
anak dalam surah Luqman ayat 13 yaitu mengajarkan kepada anak untuk
menanamkan keyakinan bahwa Tuhan yang berhak disembah hanya Allah SWT,
tidak boleh menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Pada ayat 14 dan 15
adalah mengajarkan kepada anak untuk berakhlak yang baik dan berbakti kepada
kedua orangtua. Pada ayat 16 adalah menumbuhkan perasaan kepada anak bahwa
ia selalu berada dalam pengawasan Allah SWT, dan semua perbuatan yang ia
lakukan akan dibalas dengan balasan yang setimpal. Pada ayat 17 adalah
pengajaran kepada anak agar ia menunaikan sholat. Pada ayat 18 adalah
mengajarkan kepada anak untuk tidak bersifat sombong dan angkuh. Pada ayat 19
adalah mengajarkan kepada anak untuk berbicara dengan lembut dan tutur kata
yang baik.
Kata Kunci : Pendidikan Islam, Parenting, Surah Luqman
viii
KATA PENGANTAR
حيم حمن الر بسم الله الر
الصلاة و السلام على محمد المبعوث رحمة للعالمين, و على الحمد لله حمد الشاكرين, و
أله و أصحابه و من اهتدى بهديه و عمل بسنته إلى يوم الدين... و بعد
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan atas
kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-
Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul konsep
parenting dalam perspektif pendidikan Islam dengan mendasarkan pada Al-
Qur‟an surah Luqman ayat 13-19. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang
senantiasa menegakkan Islam hingga yaumul akhir, aamiin…
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya peneliti banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, terutama dari Bapak/Ibu dosen
Fakultas Agama Islam oleh karena itu penulis mengucapkan rasa terimakasih
kepada yang terhormat :
1. Kedua orangtua Tercinta Bapak Syamsu Alam dan Ibu Nurdiani, yang tiada
henti-hentinya mendo‟akan, memberi dorongan moril maupun materil selama
menempuh pendidikan. Terima kasih atas do‟a, motivasi dan bantuannya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar
3. Kepada Ibu Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si Selaku Dekan Fakultas Agama
Islam
4. Kepada Ibu Nurhidayah M. S.Pd.I., M.Pd.I. selaku Ketua Prodi Pendidikan
Agama Islam
5. Bapak Dr. Dahlan Lama Bawa, M. Ag. dan Ibu Wahdaniya, S.Pd.I., M.Pd.I.
selaku pembimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepada bapak Dr. KH. Abdullah Renre, M.Ag selaku Direktur Pendidikan
Ulama Tarjih dan kepada bapak Dr. Dahlan Lama Bawa, M.Ag selaku
ix
sekertaris Direktur Pendidikan Ulama Tarjih Universitas Muhammadiyah
Makassar.
7. Bapak/Ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar
8. Kepada Bapak Muslimin B, S.Pd selaku ketua dan Drs. H. M. Taufiq
Bustaman selaku sekretaris pimpinan daerah Muhammadiyah kabupaten
Gowa.
9. Teman dan sahabat peneliti, yang selalu memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini
10. Terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada yang namanya tidak
dapat peneliti sebutkan satu persatu tetapi banyak membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berdo‟a semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa
dan budi baik semua pihak yang telah membantu penulis dan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Aamiin Ya Robbal „alamin.
Makassar, 13 Dzulhijjah 1442 H
22 Juli 2021 M
Peneliti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii
PEGESAHAN SKRIPSI .................................................................................. iv
BERITA ACARA MUNAQASYAH .............................................................. v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Parentimg Dalam Perspektif Pendidikan Islam ..................... 8
B. Makna Surah Luqman ayat 13-19 ....................................................... 13
1. Profil Luqman ................................................................................ 13
2. Deskripsi Surah Luqman ................................................................ 16
3. Asbabun-Nuzul............................................................................... 17
4. Tafsir Surah Luqman Ayat 13-19................................................... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.................................................................................... 32
B. Variabel Penelitian .............................................................................. 32
C. Definisi Operasional Variabel ............................................................. 32
D. Sumber Data........................................................................................ 33
E. Teknik Pengumupulan Data ................................................................ 34
F. Teknik analisis data ............................................................................ 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Konsep Parenting Berdasarkan Al-Qur‟an ......................................... 35
xi
1. Pendidikan Fisik ............................................................................ 35
2. Pendidikan Intelektual ................................................................... 39
3. Pendidikan Spiritual ....................................................................... 43
B. Konsep Parenting Perpektif Pendidikan Islam Berdasarkan
Al-Qur‟an Surah Luqman Ayat 13-19 ............................................... 47
1. Konsep Parenting Dalam Perspektif Pendidikan Islam.................. 47
2. Mendidik Anak Berdasarkan Al-Qur‟an Surah Luqman Ayat
13-19 .............................................................................................. 59
C. Makna Surah Luqman Ayat 13-19 ...................................................... 74
1. Kriteria Pendidik Dalam Surah Luqman Ayat 13-19 ..................... 74
2. Metode Pendidikan Anak Dalam Surah Luqman Ayat 13-19 ....... 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 84
B. Saran ...................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 87
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 91
LAMPIRAN ...................................................................................................... 92
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting serta memerlukan
perhatian yang sangat mendalam, dikarenakan jaminan atas keberlangsungan
kehidupan suatu bangsa atau negara sangat dipengaruhi oleh kualitas mutu
pendidikan dalam negara itu sendiri karena tingkat kualitas sumber daya manusia
sangat dipengaruhi dengan adanya pendidikan. Pendidikan juga memiliki peran
yang sangat besar dalam mencerdaskan kehidupan suatu bangsa.
Proses pendidikan juga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
pencapaian masyarakat yang sejahtera serta adil dan makmur, khususnya
pendidikan islam. Dengan adanya pendidikan islam yang senantiasa memberikan
pendidikan berupa bimbingan ilahi sehingga terbentuklah pribadi-pribadi islami
dalam setiap individu. Dengan adanya pendidikan islam maka potensi yang
dimiliki manusia baik yang bersifat fisik maupun non fisik dapat senantiasa di
latih dan di aktualisasikan yang profilnya di gambarkan Allah SWT dalam Al-
Qur’an sebagai sosok ulul albab, sebagai manusia muslim paripurna yaitu
manusia yang beriman, berilmu dan selalu produktif mengerjakan amal sholeh
sesuai dengan tutunan ajaran Agama Islam.1
Anak merupakan karunia Allah SWT yang sangat berharga bagi orang tua.
Anak terlahir dalam keadaan fitrah dan kedua orang tuanya yang akan membawa
1 Heri Gunawan, pendidikan Islam kajian teoritis dan pemikiran tokoh (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), h.16
2
dia tetap pada fitranya atau menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi. Hal ini
telah di jelaskan oleh Nabi Muhammad SAW. Setiap anak lahir dalam keadaan
fitrah, hanya karena orang tuanyalah, anak itu menadi yahudi, nasrani, atau
majusi”. Anak dapat menjadi investasi akhirat bagi kedua orang tuanya apabila
orang tua mampu mendidiknya menjadi anak yang saleh dan berakhlak mulia.2
Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang didapati oleh
seorang anak dan paling besar pengaruhnya serta berperan penting dalam proses
pendidikan anak. Selain itu lingkungan keluarga juga memegang peranan utama,
dimana kedudukan orang tua lebih dominan dalam perkembangan kepribadian
sang anak. Seorang anak tentunya tidak lahir dalam keadaan sholeh begitu saja,
melainkan pribadi anak yang sholeh terbentuk dengan adanya proses pendidikan
dan pola asuh yang baik yang di berikan orang tuanya sebagai lingkungan
keluarga yang berperan penting dalam memberikan pendidikan kepada anaknya.
Anak mulai mengenal konsep benar salah atau baik buruk pertama kali di
lingkungan keluarga. Kualiatas keagamaan anak akan sangat di pengaruhi oleh
proses pembentukan dan pendidikan yang di terimanya. Oleh karena itu
pendidikan yang di berikan orag tua sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang
anak.3
Permasalahan yang banyak terjadi dalam lingkungan keluarga ialah
banyak orang tua yang tidak memahami bagaimana cara atau langkah yang dapat
diterapkan dalam proses mendidik anak, sehingga banyak sekali kasus negatif
2 Syamsu yusuf LN., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002), h. 136. 3 Syamsu yusuf LN., Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, h. 183
3
pada anak diakibatkan karena pola asuh atau pendidikan yang di berikan orang tua
selaku lingkungan pendidikan pertama bagi anak yang salah.
Pada zaman sekarang ini, banyak sekali kasus yang terjadi yang
mencerminkan rusaknya akhlak dan moral seorang anak seperti tauran antar
pelajar, mahasiswa yang melakukan demo yang pada akhirnya menimbulkan
kerusuhan, seorang anak yang menganiaya guru di sekolahnya dan bahkan tega
menganiaya orang tuanya sendiri, banyak juga anak yang hilang rasa kepercayaan
dirinya dalam menentukan pilihannya dalam jenjang pendidikan diakibatkan
karena tekanan dari orang tua yang harus memilih jalan sesuai keinginan orang
tuanya, yang mengakibatkan tidak maksimalnya prestasi seorang anak di
karenakan pilihan yang di ambil bukan pilihan sesuai dengan bakat dan minatnya,
tapi pilihan dari orang tuanya.
Pendidikan yang diberikan pada anak usia dini haruslah senantiasa
dilakukan dan tidak boleh dianggap remeh, karena jika terdapat kesalahan dalam
mendidik anak pada masa usia dini, maka dapat berpengaruh pada masa yang akan
datang, inilah yang sering kali luput dari perhatian orang tua, yang menyebabkan
seorang anak tidak tumbuh dan berkembang sebagaimana yang diharapkan oleh
orang tuanya. Hal ini boleh jadi bukan merupakan kesalahan dari seorang anak,
melainkan karena cara orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anaknya
yang kurang tepat
Kesiapan orang tua dalam mendidik anak-anaknya merupakan hal yang
paling penting dimiliki oleh orang tua, karena tidak sedikit dari orang tua yang
4
telah mepunyai anak, akan tetapi belum siap secara mental dan pengetahuan untuk
menjalakan tanggung jawabnya untuk mendidik anak-anaknya.
Menurut al-Ghazali dalam Hasbiyallah menjelaskan bahwa orangtua harus
memperhatikan fase-fase perkembangan anaknya dan memberikan pendidikan
yang memadai sesuai dengan fase yang ada.4 Pendidikan yang islami dengan
demikian tidak lain adalah upaya mengefektifkan aplikasi nilai-nilai agama yang
dapat menimbulkan transformasi nilai dan pengetahuan secara utuh kepada
manusia, masyarakat dan dunia pada umumnya.5
Agama Islam telah mengajarkan kepada kita tentang metode dalam
mendidik anak. Allah SWT telah menjelaskan melalui firmannya dalam Al-
Qur’an surah Luqman/31:12
اشنش لل خ ا اىحن ىقذ اريب ىق غ نش ى ب نش بش ش ش ب مش
يذ ح الل غ
Terjemahannya:
“Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu,
"Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah),
maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa
yang tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha
Terpuji.”6
Allah SWT telah memberikah kita petunjuk dalam mengarungi kehidupan
ini. Terkait dengan petunjuk dalam mengasuh dan mendidik anak maka Allah
SWT telah mengisahkan di dalam Al-Qur‟an tentang perjalanan hidup seorang
4 Hasbiallah dan Moh sulhan, “Hadis Tarbawi”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2015), h. 2 5 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi belajar mengajar melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 121-122
6 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 371.
5
Luqman dan bagaimana Luqman memberikan pendidikan kepada anaknya. Ini
menunjukkan betapa pentingnya orang tua memahami serta menyadari
kewajibannya dalam mendidikan anak-anaknya.
Terkait dengan pemaparan di atas maka penulis merasa penting untuk
membahas lebih dalam mengenai pola asuh atau konsep parenting dalam
perspektif pendidikan Islam dengan mengkaji petunjuk yang telah diberikan Allah
SWT melalui firmannya yaitu Al-Qur‟an Surah Luqman.
Berdasarkan penjelasan yang telah di paparkan oleh penulis di atas, maka
penulis tertarik meneliti tentang bagaiamana konsep pendidikan yang benar yang
harus di berikan orang tua kepada anaknya, dengan merujuk pada pendidikan
Islam dengan mendasarkan petunjuk Allah SWT melalui firmannya dalam Al-
Qur‟an surah Luqman. Oleh sebab itu penulis mengangkat judul “KONSEP
PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM DENGAN
MENDASARKAN PADA AL-QUR’AN SURAH LUQMAN AYAT 13-19”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa pokok permasalahan yaitu :
1. Bagaimana Konsep Parenting Berdasarkan Al-Qur‟an ?
2. Bagaimana Konsep Parenting Perspektif Pendidikan Islam yang
Berdasarkan Al-Qur‟an Surah Luqman ayat 13-19?
3. Bagaimana Makna Surah Luqman ayat 13-19 dalam Al-Qur‟an ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Bagaimana Konsep Parenting Berdasarkan Al-Qur‟an.
6
2. Mengetahui Bagaimana Konsep Parenting Perspektif Pendidikan Islam
yang Berdasarkan Al-Qur‟an Surah Luqman ayat 13-19
3. Mengetahui Bagaimana Makna Surah Luqman ayat 13-19 dalam Al-
Qur‟an.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat di kemukakan menjadi dua segi
1. Segi Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,
sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi
dunia pendidikan.
2. Segi Praktis
a. Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti mengenai pendidikan Islam khususnya
konsep pendidikan orang tua terhadap anak.
b. Bagi para orang tua
a) Menambah wawasan bagi para orang tua tentang konsep dalam
pendidikan anak menurut pendidikan Islam dengan berdasar pada
Al-Qur‟an surah Luqman.
b) Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk di terapkan dalam proses
mendidik anak.
c. Bagi ilmu pendidikan
a) Menambah Khazah keilmuan tentang konsep pendidikan orang tua
terhadap anak perpektif pendidikan Islam dengan mendasarkan pada
7
Al-Qur‟an surah Luqman, sehingga di ketahui betapa pentingnya
pendidikan yang harus di berikan orang tua terhadap anaknya.
b) Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat
memperkaya dan menambah wawasan.
d. Bagi peneliti Berikutnya.
Dapat di jadikan sebagai bahan perbandingan atau perkembangan lebih
lanjut, serta referensi bagi peneliti yang sejenis.
8
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Konsep Parenting Dalam Perspektif Pendidikan Islam
Muhammad Quthb menuturkan bahwa cara mendidikan anak dapat
dilakukan memalui teladan, teguran, cerita-cerita, pembiasaan dan pengalaman-
pengalaman.7 Sedangkan Abdullah Nashih Ulwan menyebutkan beberapa metode
influentif yang bisa di terapkan dalam mendidik anak aitu dengan keteladanan,
pembiasaan, nasihat, adanya perhatian dan hukuman.8
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di pahami bahwa pendidikan
terhadap anak tidak hanya ada pada lembaga pendidikan formal, namun juga ada
pada lingkungan masyarakat dan keluarga. Dalam lingkungan keluarga ada
banyak metode yang dapat di berikan yang dapat berpengaruh terhadap mental,
spiritual, moral, dan sosial agar anak dapat menggapai cita-citanya.
Berikut ini beberapa metode-metode parenting bagi orang tua yang sesuai
untuk usia anak pra sekolah adalah sebagai berikut:
1. Metode Keteladanan
Keteladanan adalah contoh yang diikuti orang lain dan akan menjadi
panutan dalam setiap melakukan perbuatan.9 Teladan merupakan metode yang
penting dalam mendidik anak kecil atau orang dewasa. Adanya teladan terhadap
7 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salman Harun, (Bandung: Al-
Ma‟arif, 1993), h. 38. 8 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, (Semarang: asy-
Syifa‟: 1993), h. 2. 9 Muhammad Al-Khal‟awi dan Muhammad Sa‟id Mursi, Mendidik Anak Dengan
Cerdas, terj. Arif Rahman Hakim, (Sukaharjo: Insan Kamil 207), Cet. I, h. 90.
9
hal-hal kecil dan praktis lebih berpengaruh daripada hal toeritis. Yang perlu di
perhatiakn antar praktek dan teori tidak boleh bertolak belakang.10
Allah Swt berfirman di dalam Q.S. Al-Ahzab/33:21
مب ح حغخ ى ه الل اع ي سع ىن رمش ىقذ مب خش ال اىي شجا الل
الل مثيشا
Terjemahannya:
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.11
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di pahami bahwa metode
keteladanan adalah salah satu metode dalam memberikan pendidikan kepada
anak. Hal ini sama ketika kita kaitkan dengan umat Islam dalam melaksanakan
syari‟at agama dengan baik dan benar, maka kita membutuhkan sosok teladan.
Maka sama halnya dengan seorang anak, ketika orang tua selalu melakukan hal-
hal positif dalam rumahnya maka seorang anak akan mengikuti kebiasaan baik
tersebut dan begitu pula sebaliknya.
2. Metode Pembawaan Kisah
Pembawaan kisah dapat meyakinkan anak pada sejarah dan meningkatkan
ke Islaman pada anak. Kisah yang dapat disampaikan pada anak ialah kisah yang
mendidik, yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan kisah para nabi. Sebagaimana juga
terdapat dalam Al-Qur‟an Surah Yusuf/12:111
10
Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi, terj. Salafuddin
Abu Sayed, (Solo: Pustaka Arafah, 2004), Cet. II, h. 458.
11 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahan, (Jakarta: Departemen
Agama,1990),, h. 422.
10
ت ى ٱلىج عجشح ل قصص ىقذ مب
Terjemahannya:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal”.12
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di pahami bahwa metode
pembawaan kisah ini sangat baik dalam mendidik anak, karena ada banyak sekali
kisal-kisah Islam baik bersumber dari Al-Qur‟an maupun Hadis yang dapat
menambah wawasan sang anak dan sekaligus sebagai bekal pendidikan akidah
akhak seorang anak.
3. Metode Nasihat
Nasihat ialah suatu metode yang penting dalam mendidik dan mengasuh
anak. Terdapat beberapa media dalam memberikan nasihat kepada anak yaitu:
a) Bermain, saat anak larut dalam permainnanya, maka terjadi perpaduan
antara beberapa proses yaitu berfikir, gerak tubuh, bersosialisasi, emosi,
yang menjadi suatu proses integral.13
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di pahami bahwa orang tua
yang pandai memilihkan permainan yang baik dan bermanfaat bagi anaknya,
maka ketika anaknya tertarik maka di sinilah kesempatan bagi orang orang tua
untuk memberikan nasihat kepada anaknya.
12
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahan, (Jakarta: Departemen
Agama,1990), h. 248. 13
Mahmud Al-Khal‟awi dan Muhammad Sa‟id Mursi, Mendidik Anak Dengan
Cerdas...,h. 212.
11
b) Berbicara langsung, Berbicara langsung kepada anak lalu menyampaikan
informasi pengetahuan dapat membuat anak lebih mudah menerima apa
yang di sampaikan.14
Dalam pengaplikasiannya orang tua sering kali salah dalam memberikan
pendidikan dengan metode ini, contohnya sering kali di sampaikan dengan suara
dan nada yang besar atau menyakiti perasaan anak sehingga sang anak tidak
mengambil itu sebagai sebuah pelajaran.
c) Memanfaatkan kejadian tertentu, ketika terjadi peristiwa maka ini
dimanfaatkan untuk menanamkan pemahaman yang bersifat mendidik baik
itu keimanan atau pendidikan dalam jiwa anak.15
4. Metode Targhib dan Tarhib
Tabiat manusia adalah perpaduan dan kombinasi dari kebaikan dan
keburukan. Al-Qur‟an telah memberikan petunjuk mengenai metode targhib
(janji) dan tarhib (ancaman). 16
Abu Yaqien mmengemukakan bahwa janji atau targhib dan hukuman
tarhib tidak mesti berbentuk materi.17
Bisa berupa sanjungan atau pujian.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di pahami bahwa salah satu
cara kebiasaan baik seorang anak bisa bertahan di lakukan dan sampai mengakar
di dalam dirinya adalah dengan memberikan janji maupun hadiah, dengan
demikian sang anak akan selalu bersemangat mengerjakan hal-hal positif yang
14
Muhammad Nur Abdu Hafizh Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi..., h. 496. 15
Najib Khalid al-Amir, Mendidik Cara Nabi SAW, terj. M. Iqbal Haetami, (Bandung:
Pustaka Hidayat, 200). Cet. I, h. 121. 16
Abi M.F. Yaqien, Mendidik Anak Secara Islami, (Jombang: Lintas Media tt), h. 10. 17
Abi M.F. Yaqien, Op.cit, h. 42.
12
telah kita ajarkan. Agar seorang anak senantiasa menjaga dirinya dari perilaku
buruk maka orang tua bisa memberikan berupan hukuman atau ancaman, namun
hal ini harus di sampaikan kepada anak agar anak tidak merasa terancam, dan
pemberian hukuman juga bisa di berikan dengan model hukuman yang sifatnya
mendidik.
5. Metode Perumpamaan
Muhammad Abduh, dalam tafsir al-Manar mengatakan bahwa
perumpamaan yaitu suatu fase yang di gunakan untuk menceritakan peristiwa
tertentu yang serupa dan sama dengan yang sedang di alaminya.18
Perumpamaan
juga bisa menambah wawasan, mengukuhkan pengetahuan yang di alami anak.
6. Metode Pembiasaan
Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan pendidikan dengan pembiasaan dan
pendisiplinan ialah penentu keberhasilan dalam pendidikan dan wasilah paling
baik untuk menumbuhkan keimanan dan akhlak pada anak.19
Metode pembiasaan sangat cocok dalam proses pendidikan dengan
membiasakan kebiasaan-kebiasaan baik yang di lakukan di dalam rumah seperti
contoh: sholat berjamaah, sholat tepat waktu, membaca doa sebelum dan sesudah
makan, membaca doa ketika hendak tidur atau bangun tidur, membaca doa keluar
dan masuk WC, dan masih banyak hal-hal kebaikan yang apabila di biasakan di
lakukan bersama anak, maka kebiasaan tersebut akan tertanam dengan kokoh pada
anak.
18 Muhammad Bajuri, Dalam Seratus Cerita Tentang Anak (Jakarta: Republika, 2006),
Cet. I, h. 104. 19
Abdullah Nashih Ulwan, Op.cit, hlm. 45.
13
B. Makna Surah Luqman Ayat 13-19
1. Profil Luqman
Kisah Luqman adalah orang yang shaleh dan sangat bijak pada masanya.
Terdapat perbedaan dikalangan ulama terkait dengan seorang Luqman apakah
seorang Nabi atau seorang shaleh yang bijak. Selain itu terdapat pula perbedaan
pendapat mengenai masa hidupnya dikalangan Ahli Tafsir. Ada yang berpendapat
bahwa Luqman hidup pada masa Daud. Adapula yang berpendapat bahwa ia
adalah anak saudara Nabi Ayub.20
Diatara perbedaan pendapat para ahli tentang
Luqman dapat diterangkan sebagai berikut:
Hamka berpendapat dalam bukunya yaitu tafsir Al-Azhar, bahwa Luqman
ialah sosok orang yang selalu mendekatkan hatinya kepada Allah SWT dan
merenungkan alam yang ada disekelilingnya, sehingga ia memperoleh kesan yang
mendalam, begitu pula dengan renungannya terhadap kehidupan ini, sehingga
terbukalah rahasia hidup dan mendapatkan hikmat.21
Al-Imam As-Suyuti dalam kitabnya, Ad-Durrul Mantsur yang dikutip
kembali oleh Shalah Al-Khalidy dalam bukunya yang berjudul kisah-kisah Al-
Qur‟an pelajaran dari orang terdahulu “menjelaskan bahwa Luqman merupakan
seorang hamba sahaya yang berkebangsaan Habsy Najr. Yang memiliki pekerjaan
sebagai tukang kayu, memiliki tubuh yang kecil, dengan hidung mancung, mahir
20
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang di sempurnakan),
(Jakarta: Lentera Abadi, 2010), h. 546 21
Syaikh Abdulmalik bin Abdulkarim Amirullah (Hamka), Tafsir Al-Azhar juzu XVIII,
(Surabaya: Yayasan Latimojong, 1981), h.142
14
dalam silat lidah, memiliki kaki yang lebar, yang memperoleh hikmah dari Allah
SWT, namun bukan kenabian”.22
Ibnu Abbas yang dikutip oleh Muhammad Nasib ArRifa‟i dalam bukunya
“kemudahan dari Allah”, menerangkan bahwa Luqman merupakan hamba
berkembangsaan Habsyi dengan pekerjaan yaitu tukang kayu. Selain itu Jabir bin
Abdillah menerangkan bahwa Luqman adalah orang yang memiliki tubuh pendek
dan hidung pesek. Sedangkan Said bin Mussayab menuturkan bahwa Luqman
berasal dari kota Sudan, mempunyai kekuatan dan memperoleh hikmah dari
Allah, akan tetapi tidak menerima kenabian.23
Quraish Shihab dalam tafsirnya yaitu Tafsir Al-Misbah menjelaskan
bahwa Luqman berasal dari Etiopia. Pendapat lain menyebutkan bahwa Luqman
adalah sosok yang berkulit hitam yang berasal dari Mesir Selatan. Terdapat pula
pendapat yang mengatakan ia berasal dari Ibrani. Terkait dengan pekerjaannya,
terdapat pula perbedaan pendapat, Ada yang menebutkan bahwa ia seorang
penjahit, pengumpul kayu atau tukang kayu adapula yang berpendapat bahwa ia
adalah pengembala. Hampir semua riwayat sepakat menyebutkan bahwa Luqman
bukan seorang Nabi akan tetapi ahli hikmah.24
Hikmah yang berasal dari Allah SWT ialah mengetahui sesuatu dan
mengakui keberadaannya dengan tujuan memutuskan sesuatu. adapun hikmah dari
manusia berarti mengetahui sesuatu yang sudah ada dan mengerjakan perbuatan-
22
Shalah Al-Khalidy, Kisah-kisan Al-Qur’an Pelajaran Dari Orang-orang Terdahulu,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h.133 23
Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Kemudahan Dari Allah (ringkasan tafsir Ibnu
Katsir),(Jakarta: Gema Insani, 2000), h. 787 24
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran jilid 10,
(Jakarta: Lentera hati, 2002), h. 29
15
perbuatan yang baik. Inilah yang disifatkan kepada Luqman dalam Al-Qur‟an dan
memberi tahu kumpulan hikmah yang disifatinya.25
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Luqman Al-
Hakim bukan seorang Nabi akan tetapi seorang manusia biasa yang telah
diberikan hikmah kepadanya dari Allah SWT disebabkan ketakwaan dan
kesyukurannya kepada Allah SWT, Luqman Al-Hakim bukan keturunan dari
bangsa Arab dan bukan golongan orang-orang yang kaya dan bangsawan.
Untuk mencari intisari Al-Qur‟an tidaklah penting bagi kita mengetahui
dari mana asal-usul Luqman. Al-Qur‟an pun tidaklah menonjolkan asal-usulnya.
Yang penting adalah dasar-dasar hikmah yang diwasiatkannya kepada putranya,
yang mendapat kemulian demikian tinggi, sampai dicatat menjadi ayat-ayat dalam
Al-Qur‟an, disebutkan namanya dua kali yaitu pada ayat 12 dan 13 dalam surat ke
31, yang diberi nama depan Luqman.
Surah Luqman terdiri dari 34 ayat dan termasuk golongan surah
makkkiyah, diwahyukan sesudah surah As-Saffat. Dinamakan surah Luqman
karena pada intinya ayat-ayat itu memuat nasehat, bimbingan dan pengajaran dari
Luqman kepada anaknya bernama Tasaran.26
Anak Luqman pada mulanya adalah
orang musrik, tapi ia selalu berusaha memberi bimbingan dan pengajaran kepada
anak dan istrinya sampai keduanya beriman dan meneriman ajaran Tauhid yang
diajarkan Luqman.27
Nasehat-nasehat Luqman itu tertuang dalam Al-Qur‟an
Surah Luqman ayat 13-19. Wasiat Luqman kepada putranya hanya terdiri dari 7
25
Shalah Al-Khalidy, Kisah-kisan Al-Qur’an..., h. 141 26
Adil Mustofa Abdul Hakim, Kisah Bapak dan Anak Dalam Al-Qur’an, (jakarta: Gema
Insani , 2007), h. 127 27
M. Nasib Ar-Rifai, Kemudahan dari Allah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 789
16
ayat saja. Tetapi dalam ayat yang 7 itu tersimpan dasar-dasar bimbingan yang
tidak akan berubah-ubah selama manusia masih hidup dalam dunia ini.
Luqman Hakim adalah sosok yang disebutkan namanya dalam Al-Qur‟an
ini mempunyai keistimewaan dalam memberikan hikmah bagi banyak kalangan.
Ibnu Katsir mengatakan bahwa nama panjang Luqman Hakim adalah Luqman bin
Unada bin Sadun,28
dan putranya bernama Tasaran.29
Lukman Al-Hakim diperkirakan hidup satu zaman dengan Nabi Ayub as,
Luqman dianugrahi umur panjang sehingga sempat bertemu Nabi Daud as. Pada
zaman Rasullullah SAW banyak orang kulit hitam memeluk Islam.
2. Deskripsi Surah Luqman
Surat Luqman diturunkan di Mekah sesudah Surah As-Saffat, terkecuali
ayat 28, 29, dan 30 yang diturunkan di Madinah, terdiri dari 34 ayat. ayat-ayat ini
turun berdasarkan diskusi dengan orang-orang Yahudi. Setelah Nabi berhijrah ke
Madinah pendeta Yahudi berkata kepadanya: Menurut kabar yang sampai kepada
kami, bahwasanya engaku berkata: “Dan tidaklah diberi kepada kamu ilmu,
melainkan sedikit sekali, apakah yang engkau maksud itu untuk kami ataukah
untuk engkau sendiri”. Nabi menjawab: “yang saja dikehendaki untuk kita semua
ini”. Sesudah itu mereka berkata: “bukankah engkau ketahui bahwa kepada kami
diberikan Taurat yang didalamnya terdapat semua penjelasan”. Nabi menjawab:
“apa yang tersebut dalam Taurat itu hanyalah sedikit sekali bila dibandingkan
dengan ilmu Allah”. Berdasarkan dengan hal yang tersebut diatas ini, maka
turunlah ayat 28, 29, dan 30. Sebab turun ayat ini, ialah untuk menjawab
28
Horriyah, Kisah-kisah Sangat Misterius Super Ispiratif Dalam Al-Qur’an, (Jogjakarta:
Bening, 2011), h. 34 29
Terjamah Singkat Tafsir Ibnu Katrir 6, (Surabaya: Bina Ilmu Offset, 2006), h. 262
17
pertanyaan orang Qurais mengenai kisah Luqman dan anaknya dan mengenai
kebaktian anaknya itu.30
Dinamai “Luqman” karena pada ayat 12 disebutkan bahwa Luqman telah
diberi oleh Allah nikmat dan ilmu pengetahuan, oleh sebab itu ia bersukur kepada
-Nya atas nikmat yang diberikan itu. Dan pada ayat 13-19 terdapat nasihat-nasihat
Luqman kepada anaknya.31
Tema utama adalah ajakan kepada Tauhid dan kepercayaan akan
keniscayan kiamat serta pelaksanaan perinsip-perinsip dasar Agama. Al-Biqa‟I
berpendapat bahwa tujuan surat ini adalah membuktikan bahwa kitab Al-Qur‟an
mengandung hikmah yang sangat dalam, yang mengantar kepada kesimpulan
bahwa yang menerunkan adalah dia yang maha bijak dalam fiman-firman dan
perbuatan-perbuatannya.
Surah ini terdiri dari 33 ayat yang menurut perhitungan ulama Mekah dan
Madinah dan 34 ayat menurut ulama Syam, Kuffah dan Basrah, perbedaan itu
sebagaimana anda ketahui hanya perbedaan dalam cara menghitung, bukan ada
ayat yang tidak diakui oleh yang menilai 33 ayat.32
3. Asbabun-Nuzul
Secara etimologi Asbabun-Nuzul adalah sebab-sebab yang mengakibatkan
turunnya Al-Qur‟an. Sedangkan secara terminologis Asbabun-Nuzul adalah
pristiwa yang melatar belakangi turunya ayat atau surah pada waktu peroses
30
Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an madjied An-Nur Djuz XXI, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1970), h. 76 31
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid VII, (Yogyakarta: PT. Dana
Bakti Wakaf), h. 618 32
Ibid., h. 274
18
penurunan Al-Qur‟an.33
Menurut Al-Zarqoni Asbabun-Nuzul adalah suatu
pristiwa yang terjadi menjelang turunnya Ayat. Sedangkan menurut Subhi Sholeh
Asbabun-Nuzul adalah pertiwa yang dicakup oleh suatu ayat, baik pada waktu 23
tahun itu maupun yang terjadi sebelum atau sesudahnya34
.
Turunya suatu Surah atau ayat, bertujuan untuk memperbaiki akidah,
ibadah, akhlak dan pergaulan manusia yang sudah meyimpang dari kebenaran.
Karena itu dapat dikatakan bahwa terjadinya penyimpangan dan kerusakan dalam
tatanan manusia merupakan sebab turunnya Al-Qur‟an. Asbaban-Nuzul (sebab-
sebab turunya ayat) disini dimaksudkan sebab-sebab secara khusus berkaitan
dengan turunanya ayat-ayat tertentu. Sedangkan menurut Manna‟ Al-Qaththan
dan Subhi As-Salih, Asbab An-Nuzul adalah sesuatu yang karena sesuatu itu
meyebabkan sebagian atau beberapa ayat Al-Qur‟an diturunkan.35
Adapun sebab turunnya ayat 13-19 dari Surah Luqman sejauh penelusuran
yang penulis lakukan tidak ditemukan adanya sebab yang melatar belakangi
turunnya ayat tersebut, hanya saja dalam Tafsir Al-Qur‟an Madjied, diriwayatkan
bahwa turunya ayat 14 dari Surah Luqman, ini mengenai Sa‟ad bin Waqqash.
Beliau berkata: “setelah aku Islam ibuku bersumpah tidak akan makan dan tidak
akan minum. Aku memohon agar beliau makan dan minum, tetapi beliau tetap
menampik, dan beliau tetap juga bertahan pada pendiriannya. Pada hari kedua,
aku meminta lagi agar beliau makan dan minum, namun beliau tetap juga
menampik, kemudian pada hari yang ketiga, aku mohon lagi, tetapi beliau masih
juga menampik, karena itu akupun berkata: “Demi Allah, sekiranya ibu
33
Anshori, Ulumul Qur’an, ( Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 101 34
Abu Anwar, Ulumul Qur’an sebuah pengantar, (Amzah, 2009), h.29 35
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an , (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 205
19
mempunyai seratus jiwa niscaya jiwa itu keluar satu persatu sebelum aku
meninggalkan Agamaku ini”. Setelah ibu meyakini bahwa aku tidak akan surut
barulah beliau mau makan lagi”.36
4. Tafsir Surah Luqman Ayat 13-19
a. Tafsir Ayat 13
عظ شك ىظي اىش ا ل رششك ثبلله ج عظ لث ار قبه ىق
Terjemahannya:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman [31]: 1337
Ayat di atas menerangkan bahwa Luqman berpesan agar anaknya
menyembah Allah yang maha Esa, tiada Tuhan baginya. Kemudian ia mewanti-
wanti anaknya bahwa “sesungguhnya mempersekutukan-Nya itu benar-benar
merupakan kezaliman yang besar”. Syirik merupakan perbuatan terzalim diantara
kezaliman.38
Syirik, yaitu mepersekutukan Allah. Atau suatu kepercayaan tentang
adanya tuhan selain Allah SWT.39
Syrik berdasarkan dalil Al-Qur‟an dan Sunah
Rasul, berati: perbuatan orang yang mengaku beriman kepada Allah, tetapi
perbuatan itu mengikuti cara hidup diluar ketentuan dan petunjuk Allah.
فادذ اى ن ب اى ا اى د ضين ب اب ثشش ا ىقبء سة قو ا شج مب
ل ب لا صبىذا و ع ادذاا فيع ششك ثعجبدح سث
36
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an madjied ..., h. 89 37
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 412. 38
Muhamad Nasib Ar-Rifa‟i, Kemudahan ..., h. 789 39
Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Jakarta: PT Alma‟arif), h. 50
20
Terjemahannya:
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" (QS.
Al-Kahf [18]:110)40
Orang beriman dilarang meyekutukan Allah SWT, atau melakukan amalan
apapun yang tidak sesuai dengan petunjuk Allah SWT. Mengakui kebenaran
Allah SWT tetapi berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan petunjuknya berarti
meyekutukan Allah SWT.41
Kepercayaan Syrik itu adalah dosa besar disisi Allah. Allah sangat murka
kepada siapapun yang mengakui keesaan, keagungan, kesempurnaan dan
kebesarrannya tetapi tidak konsisten dengan pengakuannya. Sebagaimana yang
telah Allah terangkan dalam firmannya sebagai berikut:
فق ششك ثبلله شبء رىل ى ب د غفش ششك ث ل غفش ا الله ذ ا
ب ا ب عظ ا اص افزش
Terjemahannya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An-Nisa [4]:48)42
Tidak ada kejahatan dan dosa paling besar melainkan dosa syirik atau
meyekutukan Allah dengan sesuatu. Sebab syirik tidak hanya merugikan diri
40
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 304. 41
Abdurrahman Madjrie, Meluruskan Aqidah, (Jakarta: Khairul Bayan, 2003), h. 95-96 42
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 86.
21
sendiri, namun juga merugikan orang lain dan merusak alam sekitarnya.
Perbuatan syirik adalah perbuatan dusta kepada Allah, dusta kepada orang
beriman, dusta kepada orang tidak beriman, sekaligus dusta kepada diri sendiri.
Luqman menjelaskan kepada anaknya, bahwa perbuatan syirik itu
merupakan kezaliman yang besar. Syirik dinamakan perbuatan zalim, karena
perbuatan syirik itu berarti meletakkan sesuatu kepada bukan tempatnya dan
berdampak merendahkan harkat dan martabat manusia.43
Kesyirikan itu amat buruk dan berakibat buruk serta kezaliman yang nyata
karena kesyirikan adalah meletakan sesuatu bukan pada tempatnya. Siapa yang
menyamakan antara pencipta (khalik) dengan yang dicipta (makhluk), antar
patung dengan Tuhan tidak diragukan lagi dia adalah orang yang bodoh yang
dijauhkan oleh Allah dari nikmat dan akal sehat, sehingga pantas untuk disebut
zalim dan dimasukan dalam kelompok hewan.44
b. Tafsir Ayat 14
اشنش ى ا عب ف فصبى اب عي يز ا د اىذ ث غب ب ال ص
ش ص اى ل اى اىذ ى
Terjemahannya:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu” (QS. Luqman [31]:14)45
43
Nurcholish Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan, (Jakarta: Paramadina, 2004), h.165 44
M. Ali Ash-Shabuny, Cahaya Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2002) h.389 45
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 412.
22
Ayat di atas dinilai oleh banyak ulama bukan bagian dari pengajaran
Luqman kepada anaknya, akan tetapi menujukan betapa penghormatan dan
kebaktian kepada kedua orang tua menempati tempat kedua setelah pengangungan
kepada Allah SWT. Berbuat baik kepada orang merupakan kewajiban kedua
setelah kewajiban manusia untuk menyembah Allah saja.46
Tetapi kendati nasehat ini bukan nasehat Luqman, itu tidak berarti bahwa
beliau tidak menasehati anaknya dengan nasehat serupa. Al-Biqa‟i menilainya
sebagai lanjutan dari nasehat Luqman. Ayat ini menurutnya, bagaikan meyatakan:
Luqman meyatakan hal itu kepada anaknya sebagai nasehat kepadanya, padahal
kami telah mewasiatkan anaknya dengan wasiat itu seperti apa yang
dinasehatkannya meyangkut hak kami.47
Perintah dan kewajiban yang diberikan Allah kepada anak, agar anak
memperlakukan orang tuanya dengan penuh kasih sayang dan hormat. Perintah itu
ditunjukan kepada setiap anak manusia. Perintah itu merupakan perintah yang
teramat mulia karena meyadarkan kepada manusia bahwa hubungan keluarga dan
perasaan kasih sayang dan hormat kepada orang tua memberikan makna yang
dalam akan kehadiran manusia di dunia.48
Luqman memnyertakan pesan beribadah kepada Allah yang Esa dengan
berbuat baik kepada kedua orang tua. Dalam surah ini Allah berfirman, “Dan
kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya:
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah”
46
Nurcholish Madjid, Pintu-pintu ..., h. 136 47
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah..., h. 299 48
4 Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h. 77
23
yakni semakin bertambah lemah. “dan menyapihnya dalam dua tahun” berarti
setelah anak dilahirkan, maka si ibu merawatnya dan meyusuinya.49
Hal ini sebagaimana Firman Allah Ta‟ala dalam Al-Qur‟an Surah Al-
Baqarah ayat 233:
عي ظبعخ اىش ز اساد ا ى ي مب ى د لد ا اىذد شظع اى
سصق د ى ى ب ل رعبس اى عع ف ل رنيف فظ ال عش ثبى ر مغ
اسادا فصبلا ع ضو رىل فب اسس عي اى ىذ ث د ى ى ل ب ىذ اىذح ث
س فل جبح ع رشب ب فل جبح رشاض لدم ا ا رغزشظع ا اسدر ا ب ي
ي ب رع ث الله ا ا اعي ارقا الله ف عش ثبى ز ب ار ز ارا عي ن ش عي ثص
Terjemahannya:
“Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh,
bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah
menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut.
Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang
ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita)
karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila
keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara
keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu
memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.50
Seorang ibu yang telah mengadung, melahirkan dan meyusui adalah suatu
pengorbanan yang luhur, yang menuntut adanya balasan terimakasih dari anaknya.
Oleh karena itu kita diperintahkan untuk senantisa berbuat baik kepada mereka.
49
Muhamad Nasib Ar-Rifa‟i, Kemudahan ..., h. 790 50
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 37.
24
Selanjutnya kita diperintahkan untuk senantiasa bersukur kepada Allah dan
kepada kedua orang tua. “Bersukurlah kamu kepada Allah dan kepada kedua
orang tuamu”. Syukur pertama adalah kepada Allah. Karena semuanya itu, sejak
mengandung sampai mengasuh dan sampai mendidik dengan tidak ada rasa bosan,
dipenuhi rasa cinta kasih adalah berkat Rahmat Allah belaka. Setelah itu bersukur
kepada kedua orang tuamu. Ibu yang mengasuh dan ayah yang membela dan
melindungi ibu dan anak-anaknya.51
Setelah ayat sebelumnya menegaskan bahwasannya syirik itu adalah
perbuatan zalim. Selanjutnya diiringi hal tersebut dengan wasiatnya kepada semua
anak supaya mereka berbuat baik kepada orang tuanya, berbuat baik kepada kedua
orang tua adalah wasiat dari Allah, karena sesungguhnya kedua orang tua ialah
peyebab pertama bagi keberadaanya di dunia ini.
c. Tafsir Ayat 15
ب ب ف اىذ صبدج ب فل رطع عي ظ ىل ث ب ى رششك ث ذك عي ا جب ا
ب ث فبجئن شجعن اى ص ابة اى و ارجع عج فاب عش ي رع ز م
Terjemahannya:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-
Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan”. (QS. Luqman [31]: 15)52
51
Syaikh Abdulmalik bin Abdulkarim Amirullah (Hamka), Tafsir Al-Azhar..., h. 159 52
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 412.
25
Setelah ayat yang lalu menekankan pentingnya berbakti kepada ibu bapak,
kini diuraikan kasus yang merupakan pengecualian mentaati perintah kedua orang
tua, sekaligus menggaris bawahi wasiat Luqman kepada anaknya tentang
keharusan meninggalkan kemusrikan dalam bentuk apapun serta kapan dan
dimanapun.53
Dalam ayat 15 ini Allah menetapkan kaidah yang pertama dan utama
dalam masalah akidah yaitu bahwasanya ikatan dalam akidah adalah yang harus
didahulukan atas ikatan keluarga, keturunan, dan ikatan kekerabatan, meskipun
dalam ikatan yang kedua ini adalah suatu ikatan yang didasari kasih sayang dan
emosional pribadi.54
d. Tafsir Ayat 16
ضقبه دجخ رل ب ا ا ج ف السض د ا ف اىغ صخشح ا ف خشده فزن
ش ف خج ىط الله ا ب الله أد ث
Terjemahannya:
“(Luqman berkata): Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. Luqman
[31]:16)55
Dasar ayat 16 Surah Luqman, tokoh yang dianugrahi hikmah ini kembali
kepada akidah dengan memperkenalkan sifat Tuhan, khususnya yang berkaitan
53
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah..., h.303 54
Ali Syawakh Ishaq As-Syu‟aibi, Metode Pendidikan Al-Qur’an dan As-Sunah,
(Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 1995), h. 69 55
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 412.
26
dengan sifat maha mengetahui, Allah mampu mengungkapkan segala sesuatu,
betapapun kecilnya.56
Ayat di atas melanjutkan wasiat Luqman kepada anaknya, kali ini yang
diuraikan adalah kedalaman ilmu Allah SWT, yang diisaratkan pula oleh penutup
ayat lalu dengan peryataannya: “maka ku beritakan kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan”. Luqman berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan baik atau buruk walau) seberat biji sawi dan berada (pada
tempat yang paling tersembuyi, misalnya) dalam batu karang (sekecil, sesempit,
dan sekokoh apapun batu itu,) atau di langit (yang demikian luas dan tinggi) atau
di dalam (perut) bumi (yang sedemikian dalam dimanapun keberadaannya)
niscaya Allah mendatangkannya (lalu memperhitungkan dan memberinya
balasan.) sesungguhnya Allah maha halus (menjangkau segala sesuatu) lagi maha
mengetahui (segala sesuatu sehingga tidak satupun luput darinya).57
Ayat ini sangat penting dalam memperteguh hubungan batin insan dengan
Tuhannya, pengobat jerih payah atas amal usaha yang kadang-kadang tidak ada
penghargaan dari manusia. Pesan-pesan ini sangat bermanfaat. Pesan ini
dikisahkan Allah SWT melalui Luqman Hakim agar diteladani dan diikuti oleh
manusia. Luqman berkata: “Hai anakku, sesungguhnya walaupun ia seberat biji
sawi.” Maksudnya jika kezaliman atau kesalahan itu seberat biji sawi, “Niscaya
Allah akan menampilkannya” pada hari kiamat, lalu membalasnya. Jika yang
seperti biji sawi itu kebaikan maka dibalas dengan kebaikan dan bila berupa
56
M. Qurais Shihab, Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama Al-Qur’an, (Bandung:
Mizan, 2001), h. 69 57
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah..., h. 305-306
27
keburukan maka dibalas dengan keburukan pula.58
Penggalan ini seperti firman
Allah SWT dalam Surah Az-Zalzalah ayat 7-8:
, ا ش شا ح خ ضقبه رس و ع ضقبه °ف و ع ا ش ح شش رس
Terjemahannya:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. (QS. az-
Zalzalah [99]:7-8)59
e. Tafsir Ayat 17
رىل ب اصبثل ا اصجش عي نش اى ع ا ف عش ش ثبى أ يح اىص اق ج
س ال عض
Terjemahannya:
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-halyang diwajibkan (oleh Allah)” (QS. Luqman [31]:17)60
Luqman melanjutkan nasihatnya kepada anaknya nasihat yang dapat
menjamin kesinambungan Tauhid serta kehadiran Ilahi dalam kalbu sang anak.
Beliau berkata sambil tetap memanggilnya dengan pangilan mesra: wahai anakku
sayang, laksanakanlah Shalat dengan sempurna syarat, rukun dan sunah-sunahnya.
Dan disamping engkau memperhatikan dirimu dan membetenginya dari kekejian
dan kemungkaran, anjurkan pula orang lain berlaku serupa. Karena itu,
perintahkanlah secara baik-baik siapapun yang mampu engkau ajak dalam
58
Muhamad Nasib Ar-Rifa‟i, Kemudahan ..., h. 792 59
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 599. 60
Ibid. h. 412.
28
melaksanakan tugasmu. Sesungguhnya yang demikian itu yang sangat tinggi
kedudukannya dan jauh tingkatnya dalam kebaikan yakni Shalat, amr ma‟ruf nahi
mungkar dan kesabaran termasuk hal-hal yang diperintahkan Allah agar
diutamakan, sehingga tidak ada alasan untuk mengabaikannya.61
“Hai anaku, dirikanlah Shalat” sejalan dengan kewajiban, hukum, rukun,
dan waktunya. “dan serulah manusia mengerkajakan yang baik dan cegalah dari
perbuatan mungkar” sesuai dengan kesanggupanmu “serta bersabarlah terhadap
apa yang menimpamu”, sebab orang yang menyeru kepada jalan Allah SWT pasti
mendapat ganguan. “sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
ditetapkan.”62
Nasihat Luqman di atas yang berupa perintah untuk mendirikan Shalat,
berbuat ma‟ruf, mencegah kemungkaran dan bersabar. Merupakan empat modal
hidup yang diberikan Luqman kepada anaknya dan dibawakan pula menjadi
modal pula bagi kita semua. Untuk memperkuat pribadi dan meneguhkan
hubungan dengan Allah, untuk memperdayakan rasa syukur kepada Allah SWT
atas nikmat dan perlindungannya63
.
f. Tafsir Ayat 18-19
س خزبه فخ ل ذت مو الله ب ا شدا ش ف السض ل ر ش خذك ىيبط ل رصع
ش د اىذ اد ىص نش الص ا رل ا ص اغعط شل اقصذ ف
Terjemahannya:
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
61
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah..., h. 308 62
Muhamad Nasib Ar-Rifa‟i, Kemudahan ..., h. 792 63
Syaikh Abdulmalik bin Abdulkarim Amirullah (Hamka), Tafsir Al-Azhar..., h. 163
29
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.” “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai.” (QS. Luqman [31]:18-19)64
Nasihat Luqman kali ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun
berinteraksi dengan manusia. Kata akhlak berasal dari bahasa arab yang diartikan
sama dengan budi pekerti. Akhlak mengajarkan bagaimana seseorang seharusnya
berhubungan dengan Tuhan penciptanya, sekaligus bagaimana seseorang harus
berhubungan dengan sesama manusia.
Menurut Imam Al-Ghazaly yang dikutip oleh Nasharudin Razak dalam
bukunya yang berjudul dinul Islam “akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa,
dari padanya timbul perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan perimbangan
pikiran.”65
Sedangkan menurut Mu‟jam Al-Wasith Ibrahim Anis sebagaiman yang
dikutip oleh Abuddin Nata dalam buku akhlak tasauf dan karakter mulia,
mengatakan bahwa akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
dengannya lahir macam-macam perbuatan baik atau buruk, tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan.”66
Luqman menasehati anaknya dengan berkata: dan wahai anakku,
disamping nasihat-nasihat yang lalu, janganlah juga engkau berkeras
memalingkan pipimu, yakni mukamu, dari manusia siapapun dia didorong oleh
penghinaan dan kesombongan. Tetapi, tunjukkanlah kepada setiap orang dengan
wajah berseri penuh rendah hati. Dan bila engkau melangkah, janganlah berjalan
64
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 412. 65
Nasruddin Razak, Dienul..., h. 49 66
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h.
3
30
dimuka bumi dengan angkuh, tetapi berjalanlah dengan lemah lembut penuh
wibawa. Sesungguhnya Allah tidak meyukai, yakni tidak melimpahkan anugrah
kasih sayangnya kepada orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan
bersikap sederhanalah dalam berjalanmu, yakni jangan membusungkan dada dan
jangan juga merunduk seperti orang sakit. Jangan berlari tergesa-gesa dan juga
jangan sangat perlahan menghabiskan waktu. Dan lunakanlah suaramu sehingga
tidak terdengar kasar seperti teriakan keledai. Sesungguhnya seburuk-buruknya
suara adalah suara keledai karena awalnya siulan yang tidak menarik dan akhirnya
tarikan nafas yang buruk.67
Firman Allah, “dan jangan lah kamu memalingkan wajah dari mausia” ini
adalah termasuk budi pekerti, sopan santun, dan akhlak yang tertinggi.68
Firman
Allah: “dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh” yakni dengan
congkak dan sombong. Janganlah kamu berbuat demikian Allah akan
memurkaimu. Karena itu, dia berfirman, “sesunguhnya Allah tidak meyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri,” yakni orang yang kagum
kepada dirinya dan besar kepala atas orang lain.69
Firman Allah Ta‟ala, “Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan,” yakni
tidak lambat dan tidak pula cepat, namun pertengahan diantara keduanya. Firman
Allah Ta‟ala. “Dan lunakkanlah suramu” yakni, janganlah kamu meninggikan
suara tanpa guna. Karena itu, Allah SWT berfirman “Sesungguhnya seburuk-
buruknya suara adalah suara keledai” yakni, tidak ada suara terburuk selain suara
67
M. Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah...., h. 311 68
Syaikh Abdulmalik bin Abdulkarim Amirullah (Hamka), Tafsir Al-Azhar...., h. 165s 69
Muhamad Nasib Ar-Rifa‟i, Kemudahan..., h. 792
31
yang keras yang diserupakan dengan suara keledai dalam hal melengking dan
kerasnya.70
70
Ibid. h. 793
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti terapkan adalah adalah penelitian
kepustakaan (Library Research) karena yang dijadikan sebagai objek kajian
adalah buku pendidikan agama islam dan Al-Qur‟an Surah Luqman.
B. Variabel Penelitian
Dalam penulisan skripsi yang diteliti adalah konsep Parenting (Pendidikan
Anak) perspektif pendidikan islam dengan mendasarkan pada Al-Qur‟an Surah
Luqman ayat 13-19.
Data Variabel tersebut dianalisis berdasarkan literatur yang ada tanpa
memberikan analisis khusus. Adapun Variable dalam penelitian ini adalah:
1. Buku pendidikan Islam dan Al-Qur‟an surah Luqman ayat 13-19 sebagai
Variable bebas (independent variable) yang menjadi sebab suatu
perubahan pada variabel terkait.
2. Konsep Parenting sebagai variabel terkait (dependent variable) yaitu
variabel yang menjadi akibat adanya variabel bebas.
C. Defenisi Operasional Variable
Untuk menghindari kekeliruan dan kesalah pahaman antara pembaca dan
penulis, maka judul penelitian di atas perlu adanya penegasan istilah yaitu sebagai
berikut:
33
1. Pengertian Parenting.
Secara sederhana parenting adalah proses memanfaatkan keterampilan
mengasuh anak yang dilandasi dengan aturan-aturan yang agung dan mulia
Artinya Parenting adalah cara dalam mengasuh dan mendidik anak dengan baik,
serta memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep dalam mendidik anak
sesuai dengan tingkat usia anak sehingga seorang anak bisa mendapatkan pola
asuh yang baik.
2. Al-Qur‟an Surah Luqman.
Surah Luqman adalah salah satu surah di dalam Al-Qur‟an juz ke-21 yang
terdiri dari 34 ayat dan termasuk golongan surah makkiyyah. Disebut surah
Luqman dikarenakan diambil dari kisah Luqman yang mengisahkan tentang
bagaimana Luqman mendidik anaknya.71
D. Sumber Data
1. Sumber Primer
Data primer diambil dari buku Pendidikan Islam dan Al-Qur‟an surah
Luqman aat 13-19.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah dari buku-buku artikel dan
jurnal ilmiyah yang berhubungan dengan pendidikan anak dalam
pendidikan islam dan Surah Luqman serta konsep Parenting.
71 https://id.m.wikipedia.org/wiki/surah-luqman diakses pada hari Rabu, 10 Februari 2021
pukul 12:24 wita.
34
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini
adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data
primer dan sekunder. Setelah data terkumpul maka dilakukan penelaahan dalam
hubungannya dengan masalah yang di teliti, sehingga di peroleh data sebagai
bahan penelitian
F. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif deskriktif-analisis. Metode
dekskriktif analisis dalam penelitian ini dimasukkan sebagai metode penelitian
yang sumber-sumbernya di kumpulkan, dianalisis dan kemudian di interpretasi
secara kritis kemudian di sajikan secara sistematik dan menambahkan penjelasan-
penjelasan yang berhubungan sehingga dapat lebih mudah untuk di pahami dan
disimpulkan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang utuh dan benar
mengenai objek yang di teliti.72
72 Winarto Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar,Metode,Tekhnik, cet ke-7,
(Bandung : Tarsito, 1982).
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Konsep Parenting Berdasarkan Al-Qur’an
Bila dirunut secara detail, memang Al-Qur'an tidak mengungkap secara
langsung bentuk pendidikan terhadap anak. Maksudnya ayat-ayat Al-Qur'an tidak
menggambarkan secara terperinci bagaimana sistem, pola dan mekanisme
pendidikan yang efektif diterapkan untuk anak. Sejumlah redaksi Al-Qur'an yang
ditelusuri ternyata berupa rangkaian indikator yang berkaitan dengan segala
sesuatu di seputar proses kelangsungan hidup berkeluarga dalam kaitannya
dengan keberadaan anak.
Misalnya, mengandung seruan agar orangtua memerintahkan anak untuk
selalu berbuat baik (QS. Luqman [31]:13 dan 17-18); mengajarkan anak berdikari
secara mandiri (QS. Al-Anbiya' [21]:78-79); menanamkan sikap adil terhadap
anak (QS. Yusuf [12]:8); mengajari anak beribadah (QS. Al-Baqarah [2]:132-133,
QS. Luqman [31]:17, QS. At-Tahrim [66]:6); dan sebagainya.
Namun demikian, sejumlah redaksi Al-Qur'an tersebut dapat digunakan
untuk mengkaji perhatian Al-Qur'an terhadap pendidikan anak. Untuk itu, penulis
akan mencoba membuat klasifikasi bentuk pendidikan anak dalam tiga hal, yaitu
pendidikan fisik, pendidikan intelektual, dan pendidikan spiritual.
1. Pendidikan Fisik
Pendidikan fisik ini sangat diperhatikan oleh Islam, bahkan sejak anak
masih dalam kandungan. Saking besarnya kepedulian Islam terhadap jabang bayi
dalam kandungan sampai-sampai terhadap istri yang telah ditalak tiga kali pun
36
tetap diperhatikan hak-haknya. Dalam konteks demikian, terhadap istri yang
ditalak tiga kali sebenarnya kewajiban mantan suami untuk memberi nafkah telah
gugur. Hanya saja, disebabkan mantan istri tersebut tengah hamil, maka
kewajiban menafkahi itu masih berlaku. Ini berarti fungsi nafkah yang substansial
sejatinya tidak diperuntukkan bagi mantan istri, melainkan bagi jabang bayi yang
dikandungnya.73
Terkait dengan hal ini, dengan tegas Al-Qur'an dalam Surah Ath-Thalaq
[65] ayat 6 menyatakan:
الد اعن م ا ا عي ىزعق ل رعبس جذم ز ش عن د
ش أر س اج فبر ىن اسظع فب ي د دزه عع ا عي فق و فب د ا ث ن
اخش فغزشظع ى رعبعشر ا ف عش ث
Terjemahannya:
“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah
ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya
sampai mereka melahirkan, kemudian jika mereka menyusukan (anak-
anak)mu maka berikanlah imbalannya kepada mereka; dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika
kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak
itu) untuknya."74
Berkaitan dengan ayat di atas, al-Qurtubi menjelaskan bahwa karena
(status) anak yang berada dalam kandungan (mantan) istri adalah anak suami,
maka ia wajib memberi nafkah kepada anak tersebut walau masih dalam
73
Jamal Abdurrahman, Tumbuh di Bawah Naungan Ilahi, terj. Ghazali Mukri,
(Yogyakarta: Media Hidayah, 2002), hal. 30-31. 74
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h.559.
37
kandungan. Dalam hal ini, suami mustahil bisa memberi nafkah kepada anak
tersebut selain dengan cara memberi nafkah kepada ibunya. Oleh karena itulah,
suami tersebut wajib memberi nafkah sebagaimana kewajibannya memberi upah
penyusuan seandainya anak itu nanti disusui oleh perempuan lain.75
Bukti lain perhatian Islam terhadap aspek pendidikan fisik adalah sedapat
mungkin seorang ibu menyusui anaknya sampai rentang masa dua tahun penuh.
Kalaupun terpaksa tidak bisa menyusui selama rentang waktu tersebut, maka
dibolehkan untuk menggunakan jasa orang lain. Ihwal demikian direkam oleh Al-
Qur'an dalam Surah Al-Baqarah [2] ayat 233 berikut:
ى د لد ا اىذد شظع اى د ى ى عي اى ظبعخ اىش ز اساد ا ى ي مب
ل ب ىذ اىذح ث ب ل رعبس عع ف ل رنيف فظ ال عش ثبى ر مغ سصق د ى ى
ا عي اى ىذ س فل جبح ث رشب ب رشاض اسادا فصبلا ع ضو رىل فب سس
ز ب ار ز ارا عي ن فل جبح عي لدم ا ا رغزشظع ا اسدر ا ب ف عي عش ثبى
ارقا الله ش ثص ي ب رع ث الله ا ا اعي
Terjemahannya: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya. "76
75
54 Abu Abdillah Muhammad al-Qurtubi, al-Jami' li Ahkam al-Qur'an, juz 18, (Kairo:
Dar al-Kitab), h. 166-167. 76
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 37.
38
Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manâr memberi penjelasan terkait ayat
tersebut bahwa menyusui anak selama rentang masa dua tahun memberi
kemaslahatan tersendiri terhadap pertumbuhan fisik anak.77
Sebab, dalam rentang
waktu ini sebenarnya anak membutuhkan asupan gizi ekstra yang hanya bisa
diperoleh melalui air susu ibu (ASI).78
Dalam konteks yang lain, perhatian Al-Qur'an terhadap pentingnya
pendidikan jasmani tampak pada seruan menyerahkan pengelolaan dan
pemanfaatan harta anak yatim untuk kemaslahatan dirinya. Dalam Surah An-
Nisa'[4] ayat 2 dijelaskan:
اى ا ارا اىز اىن اى ا اى ا ا ل رأمي ش ثبىطت ل رزجذىا اىخج
ا شا ثاب مج د مب ا
Terjemahannya:
"Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta
mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan
kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-
tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar."79
Quraish Shihab berpendapat, ayat di atas turun dalam konteks pembicaraan
Al-Qur'an tentang siapa yang harus dipelihara hak-haknya dalam rangka bertakwa
kepada Allah dan menjalin hubungan kekerabatan. Dalam hal ini, yang paling
utama adalah yang paling lemah, yaitu anak yang belum dewasa yang telah
meninggal orangtuanya. Dengan kata lain, dia adalah anak yatim. Pengelolaan
77
Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, juz 4, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 298. 78
Lutfiatus Solihah, Panduan Lengkap Hamil Sehat, (Yogyakarta: Diva Press, 2007), h.
202-203. 79
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 77.
39
harta anak yatim ini lebih dikarenakan ia belum cukup kompeten untuk
memanfaatkan dan mengembangkan sendiri, sehingga dibutuhkan pihak lain.80
Pada praktiknya, pengelolaan harta anak yatim bisa dengan dipakai
sebagai modal kerja di mana hasil sepenuhnya nanti diperuntukkan bagi anak
yatim. Selain itu, bisa pula dalam bentuk pemberian dalam arti memberikan untuk
sekadar kepentingan konsumtif selama rentang masa anak yatim itu dalam
pemeliharaan.81
Menurut Ali as-Sayyis dalam Tafsîr Ayat al-Ahkam, yang dimaksud
"jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu" adalah larangan mencampur
adukkan harta anak yatim bersama dengan harta pemeliharanya.82
Jadi,
pengelolaan harta anak yatim mesti disertai dengan transparansi manajemen
terhadap harta tersebut.
2. Pendidikan Intelektual
Pendidikan intelektual menitikberatkan pada peranan akal. Tak bisa
dipungkiri, keberadaan akal memang menjadi salah satu faktor yang memiliki
peranan cukup penting dalam proses pemerolehan ilmu pengetahuan. Dalam kosa
kata arab kata akal disebut dengan istilah aql. Dalam Al-Qur'an istilah aql diulang
sebanyak 49 kali dengan berbagai derivasinya.83
Pendidikan intelektual berarti memberi kesempatan belajar seluas-luasnya
kepada anak. Pada masa ini, anak-anak memiliki potensi yang kuat untuk
80
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an, , Vol. 2
(Jakarta: Lentera Hati, 2003), hal. 336-337. 81
Bachtiar Surin, Terjemah dan Tafsir Al-Qur'an, Juz I, (Bandung: Penerbit Fa Sumatra,
1978), hal. 58.. 82
Ali as-Sayyis, Tafsir Ayat al-Ahkam, Juz 2, (Mesir: Math'baah Muhammad Ali Sabih,
t.th.), hal. 21. 83
Ahmad bin Hasan, Fath ar-Rahman li Thalib Ayat Al-Qur'an, (Beirut: al-Ma'arif, t.th.),
h. 306.
40
menghafal apapun yang sampai ke pendengarannya. Karena itu, proses belajar
menjadi sangat penting untuk menanamkan berbagai pengetahuan dan
membuatnya tetap melekat dalam ingatan anak. Berkaitan dengan hal ini,
Rasulullah SAW menjelaskan dalam sabdanya :"Orang yang belajar di waktu
kecil itu ibarat melukis di atas batu." (HR. Muslim)84
Dalam Al-Qur'an, seruan untuk memberikan pendidikan intelektual kepada
anak dapat disimak dalam beberapa ayat, seperti Surah At-Taubah [9]:122 dan Al-
Mujadalah [58]: 11, sebagai berikut:
غبىفخ ىزفق مو فشقخ ل فش فيا مبفخا فش ى ؤ اى ب مب ا ف
ذزس ىعي ا اى ارا سجع ا ق زس ى اىذ
Terjemahannya:
"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS. At-Taubah
[9]:122)85
Qur‟an Surah Al-Mujadalah (58) ayat 11 yaitu:
ا جيظ فبفغذ ا ف اى رفغذ و ىن ا ارا ق ا ب اىز ب ا شض و ا ارا ق ىن فغخ الله
ب رع ث الله دسجذ را اىعي ا اىز ن ا ا اىز ا شفع الله شض ش فب خج ي
Terjemahannya:
"Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
84
Sikun Pribadi, Mutiara-Mutiara Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1987), hal. 76. 85
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 206.
41
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-
Mujadalah [58]:11)86
Kedudukan akal mendapat peranan penting dalam proses pencerapan
pengetahuan dapat disinyalir dari wahyu yang pertama kali diturunkan, yaitu
(Q.S. Al-Alaq [96]:1-6):
خيق سثل اىز عيق -اقشأ ثبع غب -خيق ال سثل المش -اقشأ عي اىز
-ثبىقي عي ب ى غب ال -عي ىطغ غب ال ا -مل
Terjemahannya:
"[1] Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, [2]
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. [3] Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, [4] Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, [5] Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. [6] Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar
melampaui batas," (Q.S. Al-Alaq [96]:1-6)87
Dari ayat terdapat perintah untuk membaca. Dalam pengertian yang paling
sederhana, membaca merupakan aktivitas intelektual yang bertujuan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan membaca, semua arus informasi dan ilmu
pengetahuan bisa direkam dalam ingatan. Adapun ingatan adalah salah satu fungsi
utama dari adanya otak manusia.
Dari konsepsi ini bisa dimengerti bahwa membaca seyogyanya diajarkan
sejak anak berusia dini sebelum menempuh pendidikan formal di sekolah. Wahyu
pertama ini pula yang menjadi spirit moral dari kelangsungan program pendidikan
86
Ibid. h. 543. 87
Ibid. h. 597
42
anak usia dini (PAUD). Dengan memberi pendidikan secara intelektual, anak akan
terbiasa belajar berpikir jernih, sehingga bisa menentukan mana sesuatu yang baik
dan mana yang buruk. Dalam konteks demikian, intelektualitas anak terisi dengan
serangkaian patokan moralitas dan etika yang luhur. Karena itu, tepatlah bila Nabi
Muhammad SAW dalam sebuah hadis riwayat Anas bin Malik menyatakan:
"Dari Rasululullah SAW., bersabda: muliakanlah anak-anakmu dan
perbaikilah akhlak (moralitas)nya." (HR. Ibn Majah)88
Selain hadis di atas, ada pula hadis Nabi Muhammad SAW. yang
mengandung maksud pendidikan intelektual, yaitu sebagai berikut:
"Hak anak yang mesti dipenuhi orangtuanya adalah diajari menulis,
menunggang kuda dan memanah."89
Dalam hadis di atas disebut 3 hak anak yang mesti diberikan, yaitu diajari
menulis, menunggang kuda, dan memanah. Dari aspek runtutan penyebutan hak,
dapat dipahami dengan maksud skala prioritas. Bahwa pelajaran menulis harus
didahulukan ketimbang yang lainnya. Sementara hak diajari menunggang kuda
dan memanah dalam konteks sekarang bisa jadi perlu ditafsir ulang sesuai dengan
kebutuhan zaman modern ini. Namun yang pasti, semua hak anak yang disebut
dalam hadis tersebut bisa digolongkan dalam aspek pemenuhan keterampilan
hidup (life skill).
88
Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, hadis nomor 3661, juz 11, (Beirut: Dar al-Ma'arif, t.th.),
h. 64 89
Al-Baihaqi, Syu'b al-Iman li al-Baihaqi, juz 18, (Beirut: Dar al-Ma'arif, t.th.), h. 181.
43
3. Pendidikan Spiritual
Di samping pendidikan fisik dan intelektual, pendidikan spiritual juga
mendapat perhatian serius dalam Al-Qur'an. Sebab, dalam konteks kehidupan
modern saat ini, pendidikan spiritual yang berorientasi pada pengembangan
kecerdasan spiritual amat diperlukan. Semakin cerdas spiritualitas seseorang, kian
terbuka kesempatan untuk memaknai hidup dengan penuh kearifan. Kecerdasan
spiritual ini bahkan diklaim lebih utama ketimbang kecerdasan intelektual (IQ)
dan kecerdasan emosional (EQ).90
Pendidikan spiritual terhadap anak mencakup pada proses pemenuhan
kelapangan jiwa. Dengan begitu berarti bahwa anak tidak cukup diberi asupan
kebutuhan fisik (materi) saja, tetapi juga kepuasan batin dan merasakan kasih
sayang dan perhatian yang penuh dari orangtuanya.91
Dalam Al-Qur'an, konsepsi pendidikan spiritual ini telah ditekankan sejak
anak masih berada dalam kandungan, yakni setelah prosesi peniupan ruh ke dalam
embrio bayi. Al-Qur'an merekam hal ini dalam Surah Al-A'raf [7] ayat 172:
اىغذ ث فغ عي ا ذ اش ز رس س ظ اد ث ار اخز سثل شثن
زا غفي خ اب مب ع اىق ا ى رق ذب ا ش ا ثي قبى
Terjemahannya:
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami
90
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
(ESQ) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Penerbit Arga, 2002), hal. 57. 91
Zakiyah Darajat, Perawatan Jiwa untuk Anak-anak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989),h. 469.
44
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap Ini (keesaan Tuhan)."92
Dalam Tafsir Ruh al-Ma'ani, al-Alusi menjelaskan bahwa dialog antara
Tuhan dan ruh manusia dalam kandungan tersebut merupakan bukti nyata telah
terjadi pengakuan spiritualitas ketuhanan. Manusia mengakui keesaan Tuhan.93
Hal ini sesungguhnya merupakan puncak spiritualitas yang adil.
Terkait dengan hal ini, Surah Al-Baqarah [2] ayat 138 perlu diperhatikan:
صجغخ الله عجذ ى ذ صجغخا الله ادغ
Terjemahannya:
"Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada
Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah."94
Maksud dari "shibghah" dalam ayat tersebut keimanan kepada Allah. At-
Tabari dalam tafsirnya, Jami' al-Bayan an Ta'wil Ayat Al-Qur'an, mengartikan
"shibghah" dengan agama Islam dengan bersandar pada keterangan beberapa
hadis di antaranya diriwayatkan oleh Abu Quraib dan Ahmad bin Ishaq.95
Jadi,
dalam konteks pendidikan spiritual, anak perlu ditanamkan dasar-dasar ajaran
agama Islam semisal shalat.
Sehubungan dengan perintah salat, Nabi Muhammad SAW. dalam sebuah
hadis Amr bin Syu'aib bersabda:
92
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 173. 93
Al-Alusi, Tafsir Ruh al-Ma'ani, juz 6, (Beirut: Dar al-Ma'arif, t.th.), hal. 419. 94
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 21. 95
Abu Ja'far Muhammad bin Jarir ar-Tabari, Jami' al-Bayan an Ta'wil Ayat Al-Qur'an,juz
I, (Beirut: Maqalah ad-Din, t.th.) hal. 580.
45
"Rasululullah SAW. bersabda: perintahlah anak-anakmu untuk
mengerjakan salat ketika memasuki usia 7 tahun, dan pukullah mereka ketika
pada usia 10 tahun tidak mengerjakan salat." (HR. Abu Dawud)96
Pesan moral yang bisa dipetik dari hadis di atas adalah betapa pentingnya
keberadaan shalat sehingga mesti diajarkan kepada anak sejak usia dini. Tak bisa
dipungkiri memang, bahwa shalat menjadi parameter kehidupan seorang muslim.
Bahkan kelak di hari kiamat, hal yang pertama kali ditanyakan kepada manusia
adalah mengenai shalat.
Di samping itu, pendidikan spiritual anak bisa dilakukan dengan cara
mengenalkan anak kepada Allah. Kewajiban ayah dan ibu adalah mengenalkan
anak pada Allah. Tentu saja, pengenalan tersebut sebatas kemampuan sang anak
dalam mencerna pembicaraan dan permasalahan yang ada di hadapannya.
Pengenalan anak pada keimanan kepada Allah SWT sama-sama ditekankan, baik
oleh para ulama agama maupun para pakar ilmu jiwa.
Imam Muhammad Baqir. dalam hal pendidikan bertahap ini mengatakan,
"Jika anak telah berumur tiga tahun, ajarilah ia kalimat “Laa ilaaha illallah” (tiada
Tuhan selain Allah) sebanyak tujuh kali lalu tinggalkan ia. Saat ia berusia tiga
tahun tujuh bulan dua puluh hari, katakan kepadanya “Muhammad Rasulullah”
(Muhammad adalah utusan Allah) sebanyak tujuh kali, lalu tinggalkan sampai ia
berumur empat tahun. Kemudian, ajarilah ia untuk mengucapkan “Shallallaah
„alaa Muhammad wa aalihi” (Salam sejahtera atas Muhammad dan keluarganya)
sebanyak tujuh kali dan tinggalkan. Setelah ia genap berusia lima tahun,
96
Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, hadis nomor 418, juz 2, (Beirut: Dar al-Ma'arif, t.th.),
h. 88
46
tanyakanlah kepadanya mana kanan dan mana kiri? Jika ia mengetahui arah kanan
dan kiri palingkan wajahnya untuk menghadap kiblat dan perintahkanlah ia untuk
bersujud lalu tinggalkan. Setelah ia berumur tujuh tahun suruhlah ia untuk
mencuci wajah dan kedua tangannya dan perintahkanlah ia untuk shalat lalu
tinggalkan. Saat ia berusia genap sembilan tahun ajarilah wudhu dan shalat yang
sebenarnya dan pukullah ia bila meninggalkan kewajibannya ini. Jika anak telah
mempelajari wudhu dan shalat dengan benar, maka Allah akan mengampuninya
dan mengampuni kedua orang tuanya, Insya Allah."97
Menanamkan benih-benih keimanan di hati sang anak pada usia dini
seperti ini sangat penting dalam program pendidikannya. Anak di usianya yang
dini tertarik untuk meniru semua tindak-tanduk ayah ibunya, termasuk yang
menyangkut masalah keimanan.
Dr Spock mengatakan, “Yang mendasari keimanan anak kepada Allah dan
kecintaannya pada Tuhan Yang Maha Pencipta sama dengan apa yang mendasari
kedua orang tuanya untuk beriman kepada Allah dan mencintai-Nya. Antara umur
tiga sampai enam tahun, anak selalu berusaha untuk menirukan apa yang
dilakukan oleh kedua orang tuanya. Ketika mereka berdua mengenalkannya
kepada Allah, ia akan mengenal Allah sejauh kemampuan orang tuanya
menuangkan pengenalan ini dalam bentuk kata-kata.”98
97
Rama Yulis, Pendidikan Islam dan Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001),
h.121. 98
Ibid., hal. 125.
47
B. Konsep Parenting Perspektif Pendidikan Islam Berdasarkan Al-Qur’an
Surah Luqman Ayat 13-19
1. Konsep Parenting Dalam Perspektif Pendidikan Islam.
Orang tua tidak boleh bersikap masa bodoh atau menganggap enteng
terhadap situasi yang terjadi sekarang yakni adanya pergeseran budaya pada pada
kalangan generasi muda. Apabila kita lihat perilaku anak pada jaman sekarang
maka sangatlah jauh berbeda dengan budaya yang terjadi pada generasi zaman
dulu.
Thomas Lickona dalam Ayah Edy menuturkan setidaknya terdapat
sepuluh ciri-ciri sebab kemunduran dan kehancuran dari suatu Bangsa, yakni:
a. Semakin meningkatnya tindak kekerasan pada remaja dan masyarakat.
b. Banyaknya pemakaian bahasa kotor, kasar, dan bersifat mejek.
c. Pengaruh dari lingkungan luar yaitu teman ataupun masyarakat sudah
melebihi pengaruh dari keluarga.
d. Tingginya penggunaan obat-obatan terlarang serta maraknya seks bebas.
e. Hilangnya moral dan kebenaran dalam masyarakat.
f. Rendahnya rasa kebangsaan serta cinta terhadap tanah air.
g. Orang tua dan guru tidak lagi di hormati.
h. Mental anak yang rusak akibat tayangan-tayangan di media.
i. Korupsi dan manipulasi terjadi dimana-mana.
j. Meningkatnya kebencian dan saling curiga antar sesama warga Negara.
48
Ayah Edy, Thomas Lickona menjelaskan penyebab permasalahan diatas
ialah dari rendahnya pendidikan99
. Disinilah pentingnya pendidikan dalam
lingkungan keluarga, karena pendidikan haruslah dimulai dari yang sederhana
yang bisa diberikan dilingkungan keluarga, sehingga untuk merealisasikannya
maka orang tua perlu memahami hal berikut yaitu:
a. Fungsi dan peran orang tua dalam mendidik anak.
Kehadiran orang tua sangalah penting dan besar peranannya karena
keluarga adalah yang paling utama dan pertama yang mempunyai peranan
strategis dalam proses mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang diperlukan seorang
anak pada saat anak mencari makna hidupnya. Namun keluarga bukanlah satu-
satunya pranata yang mengatur kehidupan anak, melainkan banyak paranata sosial
yang dapat berusaha serta ikut andil terhadap proses pembentukan kehidupan.
Sehingga dapat dipahami bahwa titik awal keberangkatan dalam proses
pendidikan adalah pada keluarga, kemudian lingkungan pergaulan, disekolah
maupun masyarakat.
Agama Islam telah mengajarkan bahwa pendidikan kepada anak adalah
kewajiban. Orang tua yang lalai dari kewajiban mendidik anaknya dianggap tidak
bertanggung jawab terhadap anaknya.
Mohammad Fauzil Adhim menyebutkan setidaknya ada empat fungsi dan
perang parenting atau pendidikan terhadap anak yaitu:
99
Ayah Edy, Ayah Edy Punya Cerita, (Bandung: PT. Mizan Publikasi, 2014), h. 7.
49
a) Memberikan pendidikan terhadap anak agar kelak mampu meninggikan
kalimat Allah dimuka bumi, bukanya meninggikan dirinya sendiri
menggunakan kalimat Allah.
b) Mendidik mereka agar senantiasa menjadi anak yang sholeh shalihah yaitu
diharapkan mampu mendoakan orang tuanya.
c) Mengembangkan serta menumbuhkan kecerdasan dan bakat pada diri
seorang anak.
d) Memberikan bekal berupa ilmu terhadap anak sebagai bekal untuk
menjalani kehidupan yang sementara ini.100
Terkait dengan tugas dan kewajiban orang tua dalam mendidik anak-
anaknya maka orang tua perlu memperhatikan prinsip yang yang telah
diterapkan. Terdapat empat prinsip yang perlu diperhatikan orang tua dalam upaya
mengasuh dan mendidik anak-anaknya yaitu: memelihara dan menjaga fitrah
anak, mengembangkan potensi yang dimiliki anak, terdapat arah yang jelas dalam
pendidikannya, dan pendidikan diberikan secara bertahap.101
maka dalam proses
pelaksanakan pendidikan terhadap anak, orang tua tidak mampu melakukan
semuanya secara sendiri.
100
Mohammad Fauzil Adhim, Positive Parenting; Cara-Cara Islami Mengembangkan
Karakter Positif Pada Anak Anda, (Bandung: Mizania, 2006), h. 25-68. 101
Ummi Shofi, Agar Cahaya Mata Makin Bersinar; Kiat-Kiat Mendidik Anak Ala
Rasulullah, (Sukarta: Afra Publising, 2007), h. 9-11.
50
Abidin Rusn, menyebutkan bahwa berdasrkan konsep pendidikan Islam,
periodisasi proses pendidikan dalam keluarga dibagi tiga periode, yakni: periode
pra-konsepsi, periode pre-natal, dan periode post-natal.102
Dengan memahami pembagian periode tersebut, maka orang tua mampu
menerapkan metode yang tepat yang bisa digunakan untuk mendidik anak-
anaknya untuk menghindari terjadinya kekeliruan terhadap proses mendidik
anaknya. Anak yang masih berada di dalam kandungan ibunya hingga ia lahir
sampai meninggal, melewati rangkaian proses tahapan-tahapan. Maka dari itu,
usaha-usaha dalam membina dan menumbuh kembangkan pribadi pada diri anak
maka perlu dilakukan dengan cara bertahap. Karena hanya dengan proses
pendidikan yang dilakukan secara bertahap inilah maka seorang anak akan
mencapai kemampuan, kematangan dan kesempurnaan pribadi nya.103
a. Periode Pra-Konsepsi
Periode Pra-Konsepsi ialah suatu kesiapan pendidikan mulai sejak
seseorang mempunyai pasangan hingga terjadinya proses pembuahan pada ibu.
Dalam hal ini Islam telah memberikan petunjuk terkait dengan masalah ini,
sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Baqarah/2:221:
شمخ خ خيش ؤ خ ل ش شمذ حز ؤ نحا اى ل ر
شك خيش ؤ ىعجذ ا حز ؤ شمي نحا اى ل ر اعججزن ى ش
102
Zuhairinim “Islam dan Pendidikan Keluarga, Dalam Mudjia Rahardjo (ed), Quo Vadis
Pendidikan Islam; Pembacaan Realitas Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan, (Malang: UIN
Malang Press, 2006), h. 157. 103
M. Arifin , Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 11.
51
ىل اى اعججن ى ش جي شح ثبر غ اى ا اى اىجشخ الل ذع اى اىشبس ذع
ززمشش ىيشبط ىعيش از
Terjemahannya:
“Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka
beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik
daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan
janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan
yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki
yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik
hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran”.104
Rasulullah juga bersabda dalam Hadisnya:
ع أثي أثي ععيذ ع ي ععيذ ث قبه حذشث عجيذ اللش غذشد حذشثب حي ع حذشثب
ش نح اى قبه ر عيش عيي اىشجي صيش اللش ع ع ششح سظي اللش أح لسثع أثي
رشثذ ذاك ب بظش ثزاد اىذ ىذ ب بى ج ب ىحغج ب بى ى
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan kepada
kami Yahya dari Ubaidullah ia berkata: Telah menceritakan kepadaku
Sa'id bin Abu Sa'id dari bapaknya dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu,
dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Wanita itu
dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena
kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya,
niscaya kamu akan beruntung."105
104
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965) h. 53. 105
Abdullah Nashir Ulwan, Mencintai dan Mendidik Anak Secara Islami, (Jogjakarta:
Darul Hikmah, 2009), h. 66.
52
b. Pedidikan Pre-Netral
Pendidikan Pre-Netral ialah suatu upaya yang diterapkan calon ayah dan
ibu ketika anak masih dalam kandungan seorang Ibu. Pendidikan Pre-Natal
merupakan upaya yang sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan pribadi anak,
anak yang masih dalam kandungan ibunya akan menerima pengaruhi dari orang
tuanya. Muchtar Yahya dalam Abidin Rusa menjelaskan upaya pendidikan
haruslah dimulai saat anak masih dalam kandungan ibunya, sebab anak nantinya
akan mewarisi sifat-sifat dan tingkahlaku yang dimiliki orang tunya, selain itu
anak mewarisi kecerdasan dan akhlaknya.106
Allah SWT telah memberikan petunjuk kepada kita melalui firmannya
yang berkenaan dengan Konsep pendidikan Pre-Natal, sebagai mana terdapat
dalam Al-Quran Q.S Ali-Imran/3:35:
ي اشل زقجشو سا حشش ي ب ي ثط سة اي زسد ىل شا شاد ع ار قبىذ ا
يع اىعيي ذ اىغش ا
Terjemahannya:
(Ingatlah), ketika istri Imran berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak)
menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu)
dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha
Mengetahui.”107
Penelitian modern sudah menejelaskan ketika ibu yang mengandung
mendengar musik klasik maka akan berpengaruh bagi janinnya, sebab janin sudah
memiliki kemampuan mendengar saat ia masih didalam kandungan ibunya. Maka
106
Zuhairini. “Islam dan Pendidikan Keluarga”: 2006, h. 160 107
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965) h. 81.
53
mendengarkan musik klasik bisa membawa pengaruh, bagaimana jika yang
didengarkan adalah lantunan ayat suci Al-Quran? maka berpengaruh terhadap
proses pertumbuhan pribadi seorang anak hingga ia menjadi dewasa.108
c. Periode Post-Natal
Periode Post-Natal ialah proses pendidikan yang dimulai sejak kelahiran
anak sampai ia dewasa hingga meninggal dunia atau pendidikan seumur hidup
(long life education).
Periode Post-Natal natal adalah proses pendidikan setelah kelahiran anak
kedunia ini. Imam Al-Ghazali sebagaimana di kutip oleh Abidin Rush membagi
periodisasi proses mendidik anak menjadi lima bagian, dimana pembagian ini
merupakan berdasarkan petunjuk dari hadis nabi SAW terkait kewajiban orang tua
terhadap anaknya yaitu:
a) Sejak usia 0-6 tahun, pada usia ini seorang anak masih dalam pengasuhan
orang tuanya.
b) Sejak usia 6-9 tahun, anak sudah mulai memperoleh pendidikan formal.
c) Sejak usia 9-13 tahun, anak sudah memperoleh pendidikan mengenai
kesusilaan dan kemandirian.
d) Sejak usia 13-16 tahun, masa evaluasi mengenai proses pendidikan yang
sudah berjalan dan telah diperolah.
e) Sejak usia 16 tahun sampai seterusnya ialah merupakan tahap pendidikan
kedewasaan. Dalam pandangan Islam pada usia ini anak sudah dipandang
108
M. Fauzi Rachman, Islamic Parenting:2011,h. 39.
54
dewasa dan setiap perilakunya sudah menpunyai nilai dihadapan Allah
SWT.109
Selain beberapa matode pendidikan yang dapat dilakukan oleh orang tua
dalam mendidik anaknya, terdapat pula beberapa faktor penting yang tidak
boleh dilupakan orang tua yaitu:
a. Doa
Doa adalah anjuran dalam agama. Karena berdoa yang di barengi ikhtiar
maka manusia menyadari dan mengakui betapa rendahnya dirinya dihadapan
Allah yang maha besar, tanpa adanya petunjuk Allah, maka manusia tidak bisa
menjalani hidup yang baik.
Upaya orang tua dalam mengemban amanah dari Allah kepadanya yakni
mengasuh dan mendidik anaknya hendaknya senantiasa meminta hidayah berupa
petunjuk serta kekuatan dalam mengemban amanah tersebut. Terdapat Doa mulia
yang telah disebutkan Allah SWT di dalam Al-Qur‟an, yaitu Q.S. AL-Furqan/25:
74.
اجب اص ت ىب ب سثش ى ق اىشز ب ب ا زشقي اجعيب ىي ش ح اعي زب قشش رس
Terjemahannya:
Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada
kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami),
dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” 110
Banyak sekali manusia yang tersesat dalam mengarungi kehidupannya
namun pada akhirnya mereka memperoleh hidayah dari Allah berupa petunjuk
109
Abidin Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan: 1998, h. 95. 110
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965) h. 569.
55
disebabkan doa yang senantiasa dipanjatkannya, ada banyak sekali doa yang
apabila dipanjatkan maka mampu meringankan amanah besar dari Allah. Maka
hendaknya kita untuk senantiasa memperbanyak berdoa kepada Allah dan
senantiasa bersungguh-sungguh mendidik anak, sehingga terbentuklah generasi-
generasi sebagai pelanjut yang baik. Sebab usaha yang dilakukan tanpa adanya
doa yang mengiringinya maka tidak akan menuai hasil yang sempurna, begitu
pula dengan sebaliknya, doa tanpa diiringi dengan usaha yang sungguh-sungguh
termasuk perbuatan yang sia-sia.
b. Adanya teladan yang baik dari kedua orang tua
Keteladanan yang baik ialah sesuatu yang sangat penting dan menjadi
keharusan dalam dunia pendidikan, Karena adanya keteladan yang baik akan
menjadi contoh terhadap anak. Seorang anak akan cenderung berperilaku sesuai
dengan apa yang dilihatnya, ketika seorang anak mendapatkan contoh yang baik
maka anak pun cenderung mengikuti contoh perilaku yang baik tersebut, begitu
pula dengan sebaliknya. Terkait dengan ini Allah SWT menjelaskan di dalam
firmannya yaitu: Q.S. Ash-Shaff/ 61: 2-3.
ب ل رفعي ى رق ا ى ا ب اىز ب )( ب ل رفعي ا ى رق ا ذ الله قزاب ع مجش
Terjemahannya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan?(2). (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika
kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (3).111
111
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965) h. 928.
56
Perlu dipahami bahwa anak merupakan tiruan kita dalam bentuk yang
kecil, dalam hal ini kerberadaan orang tua sangat dibutuhkan terkait bagaimana
orang tua membentuk anaknya. Apakah orang tua membentuk anaknya menjadi
anak shaleh atau sebaliknya menjadikan anaknya sebagai anak yang tidak shaleh.
c. Rezeki yang didapatkan dengan cara yang halal
Kewajiban orang tua adalah dengan memberi nafkah untuk anak-anaknya.
Terkait dengan ini Allah SWT menjelaskan melalui firmannya ( Al-Baqarah/ 2 :
168 ).
ىن ا ط د اىش ا خط جع ل رز ب ف السض ديلا غجاب ا ب اىبط مي ب عذ ج
Terjemahannya:
Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.
Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.112
M. Fauzi Rachman menjelaskan bahwa, makanan yang diperoleh dari
sumber haram maka membawa dampak yang besar untuk kesehatan manusia,
selain itu, makanan yang didapat dari sumber yang haram juga akan berubah
menjadi api yang membakar dan merusak kemampuan dalam berpikir,
penghalang nikmatnya zikir, menghilangkan kesucian niat, dapat membutakan
mata hati, dapat merapuhkan, penghalang makrifat serta hikmah dari Allah SWT.
Begitu juga sebaliknya, orang yang senantiasa mengkomsumsi makanan halal ia
akan memperoleh segala kemudahan setiap urusannya.113
d. Sikap adil yang diterapkan kepada anak
112
Ibid. h. 41. 113
M. Fauzi Rachman, Anakku, ku Antarkan Kau ke Surga: Panduan Mendidik Anak di
Usia Balig, (Bandung: Mizania, 2009), h. 165.
57
Sikap adil yang diterapkan kepada anak sangat dianjurkan dan ditekankan
dalam ajaran Islam. Sebab adanya sikap yang adil terhadap anak akan mencegah
tumbuhnya permusuhan anatara saudara sekandung, selain memutus hubungan
silaturahmi dengan saudaranya.
Anak memiliki sikap berbeda-beda dan ini merupakan sesuatu yang wajar
dalam setiap pribadi seorang anak. Namun adanya sikap yang berbeda ini maka
orang tua perlu bijaksana dalam menyikapi perbedaan tersebut. Maka dari itu
sudah menjadi kewajiban bagi setiap orang tua agar bersikap adil dalam mendidik
anaknya. Terkait dengan ini, Allah SWT meberikan pelajaran lewat kisah Nabi
Yusuf yang di jelaskan di dalam Al-Qur‟an, ( Q.S. Yusuf /12:7-9 ).
أحت إى أثيب أخ عف ا ىي إر قبى اذ ىيغشبئيي ر إخ عف ي شب ىقذ مب
أسظب شخو ىن اغشح عف أ ا جي اقزي ي ظيو ش أثبب ى إ عصجخ ح
ج أ ب صيحي ق ثعذ ا رن ثين
Terjemahannya:
“Sungguh, dalam (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-
tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yag bertanya.(7). Ketika mereka
berkata, "Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya (Bunyamin) lebih dicintai
ayah dari pada kita, padahal kita adalah satu golongan (yang kuat).
Sungguh, ayah kita dalam kekeliruan yang nyata,(8). bunuhlah Yusuf dan
buanglah dia ke suatu tempat agar perhatian ayah tertumpah kepadamu,
dan setelah itu kamu menjadi orang yang baik."(9).114
114
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965) h. 394.
58
e. Kesabaran dalam mendidik
Mendidik anak haruslah sabar, karena masing-masing anak mempunyai
sikap dan kepribadian yang berbeda-beda. Allah SWT berfirman dalam Q.S.
Thaha/20:132
اصطجش يح يل ثبىصش ش ا أ اىعبقجخ ىيزشق شصقل ل غـيل سصقب حب عيي
Terjemahannya:
“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi
orang yang bertakwa.115
Orang tua senantiasa diwajibkan untuk mendidik, namun perlu kita pahami
bahwa yang memberikan petunjuk sehingga anak mau mengamalkan kebaikan
yang kita inginkan adalah datangnya dari Allah SWT.
f. Sikap lemah lembut yang diterapkan dalam keluarga
Sikap lemah lembut dalam lingkungan keluarga merupakan sebab
munculnya kebahagiaan serta kedamaian dalam keluarga. Maka sikap lemah
lembut amatlah penting diterapkan dalam keluarga antara suami terhadap istri dan
anak- anaknya.
Nabi Muhammad telah banyak mencontohkan akan pentingnya bersikap
lemah lembut di dalam keluarganya, bahkan Nabi SAW senantiasa lemah lembut
terhadap siapa saja dalam keluarganya. Akan tetapi dalam kehidupan pada zaman
sekarang banyak sekali orang tua yang disibukkan dengan urusan pekerjaannya
115
Ibid. h. 492.
59
sehingga melalaikan dirinya dalam memberikan kasih sayang kepada anak-
anaknya.
Maka dari itu, orang tua harus mampu mengatur waktunya, yaitu tidak
menghabiskan waktunya untuk urusan pekerjaannya, akan tetapi berusaha
menyisihkan waktunya untuk memberikan perhatian kepada anaknya, agar anak
dapat terkontrol dan tidak terpengaruh dengan hal-hal negatif dar ilingkungan
sekitarnya
2. Mendidik Anak Berdasarkan Al-Qur’an Surah Luqman ayat 13-19
1. Menanamkan nilai-nilai Ketahuidan kepada Anak
Luqman al-Hakim berwasiat kepada kita sebagaimana yang telah
dikisahkan di dalam Al-Qur‟an bahwa yang pertama kali diajarkan kepada
anaknya adalah menanamkan ketauhidan pada diri seorang anak yaitu larangan
berbuat syirik dan menyekutukan Allah SWT, Allah SWT menjelaskan dalam Al-
Quran yaitu: ".(Q.S: Luqman/31:13)
عظي شك ىظي ش اى شك ثبلل ا يش ل ر ج عظ لث ار قبه ىق
Terjemahannya:
“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia
memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar.”116
Allah SWT mengisahkan perjalanan hidup Luqman dalam Al-Qur‟an
mengenai pendidikan yang diterapkan Luqman terhadap anaknya, yaitu
pendidikan tauhidan bahwa yang berhak disembah hanyalah Allah SWT semata,
116
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965) h. 412.
60
dan tidak boleh sedikitpun mempersekutukannya dengan sesuatu apapun,
perkataan “La tusyrik billah” menunjukkan bahwa ketauhidan merupakan materi
pendidikan terpenting yang wajib ditanamkan orang tua terhadap anaknya.
pendidikan ketauhidan ini adalah merupakan inti dari semua pendidikan yang
ada.117
Dr Abdullah Nasih Ulwan dalam bukunya “Tarbiyatul Aulad fil Islam”,
menyebutkan bahwa kalimat pembuka yang diajarkan dalam kehidupan anak ialah
kalimat tauhid La ilaha illallah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Hakim
dari Ibnu Abbas r.a yang berarti: “Bukakanlah untuk anak-anak kalian pertama
kalinya dengan kalimat La ilaha illallah (Tiada sesembahan yang hak kecuali
Allah)”.
Manfaat pengajaran ini ialah dengan masuknya kalimat tauhid tersebut
dalam diri anak, sehingga jika yang pertama didengarkan dan diajarkan kepada
anak adalah kalimat tauhid La ilaha illallah ini, maka yang pertama kali
didengarnya adalah ke Esaan Allah.118
Sa‟id bin Ali Al-Qahthani dalam bukunya Al-Hadyu An-Nabawi fi
Tarbiyah Al-Aulad fi Dhau‟ Al-Qur‟an dan As-Sunnah menyebutkan bahwa
yang paling pertama diajarkan pada anak ialah mengajarakan ilmu syariat pada
anak. pengajaran ini bisa dimulai sejak anak dilahirkan ke dunia, oleh sebab itu,
disunnahkan untuk mengadzankan di telinga kanan bayi dan iqamah di telinga kiri
117
Husin. Abdullah, Model Pendidikan Luqman Al-Hakim, Kajian Tafsir Sistem
Penddikan Islam Dalam Surah Luqman, (Yogyakarta: Insyira, 2013), h. 37.
118 Abdullah Nahsih Ulwan, Tarbiatul Aulad Fil Islam, Pendidikan Anak Dalam Islam,
(Solo: Insan Kamil, 2012), h. 112.
61
bayi, agar yang pertama kali didengar oleh bayi iyalah kalimat tauhid dan
kebesaran Allah SWT.
Seorang anak ibaratkan kertas putih yang bersih tanpa noda atu coretan
apapun, sehingga yang pertama diberikan kepada anak adalah kebaikan juga,
contohnya ketika anak lahir, orang tua memperdengarkan kalimat tauhid dan
dzikir kepada Allah SWT terhadap anak dengan mengmandangkan adzan
ditelinga kanan dan iqamah di telinga kiri. Ketika anak memasuki usia belajar,
maka kewajiban orang tua adalah mendiktekan kalimat tauhid yaitu “La ilaha
illallah” tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. dan menanamkan
kalimat ini kedalam hatinya dan memperkenalkan kepada anak bahwa islam
adalah agamanya dan menumbuhkan dalam hatinya kecintaannya terhadap islam.
Berdasarkan aspek ilmu psikologi menyebutkan bahwa ini sesuai dengan
teori tabularasa yang dirumuskan oleh Jhon Locke. Teori tabularasa menyatakan
bahwa manusia yang baru lahir adalah dapat diibaratkan seperti kertas putih yang
kosong dan belum ditulisi, jadi dapat diibaratkan bahwa manusia yang lahir ke
dunia ini adalah dalam keadaan kosong dan tidak mempunyai bakat dan
kemampuan apapun dan tidak mempunyai bawaan apa-apa. Maka menurut teori
ini yang membentuk kepribadian bayi tersebut adalah yang ada disekitarnya,
seperti orang tua, lingkungan sosial, serta aktivitas yang ada di dalamnya. 119
119
A.M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Bandung: Rajawali Pers,
2013). H. 98.
62
2. Menanamkan Akhlak yang Baik Terhadap Anak
Al-Qur‟an surah Luqman dalam ayat 14, menjelaskan kepada kita
mengenai pendidikan ahlak yang diberikan Luqman kepada anaknya, Allah SWT
berfirman dalam Q.S : Luqman/31:14
اشنش ا ي ي عب صبى ش ب عي يز ا ح اىذ ث غب يب ال صش
صيشى اىذل اىيش اى ى ي
Terjemahannya:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua
orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku
kembalimu.120
Penanaman akhlak yang baik pada anak adalah hal yang sangat penting,
Rasulullah SAW memberikan perhatian besar mengenai adab dalam membentuk
akhlak yang baik pada anak. Rasulullah SAW juga menjelaskan pada kedua orang
tua bahwa hadiah atau warisan terbaik yang dianugerahkan untuk anak ialah adab
dan akhlak yang baik. Rasulullah SAW menjelasakan dalam haditsnya yang
diriwayatkan oleh At-Timridzi dari Saad bin Ash r.a :
“Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah seorang bapak
memberikan pemberian kepada anaknya sesuatu yang lebih baik
dibandingkan abad yang terpuji”(H.R : Tirmidzi)
Oleh karena itu, mewariskan kepada anak berupa pendidikan akhlak yang
baik adalah merupakan lebih baik dibandingkan mewariskan harta. Karena adab
120
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h.412.
63
yang baik atau perilaku yang baik mampu menghasilkan harta, kedudukan, dan
cinta dari orang lain, dan menggabung kebaikan dunia dan akhirat kelak121
.
Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu bahwa Rasulullah SAW juga telah
menunjukkan pentingnya seorang anak mempunyai ahlak yang baik kahususnya
kepada orang tuanya sendiri:
“Bahwasanya Nabi Shallallahu aayhi wa Sallam melihat seseorang
bersama anak kecil. Beliau bertanya kepada anak itu, siapa ini? Dia
menjawab, “Bapakku”, Beliau bersabda “jangan engkau berjalan di
depannya, jangan menyebabkannya dimaki-maki, jangan duduk
sebelumnya dan jangan memanggilnya langsung dengan namanya”
Selain Firman Allah dalam Al-Qur‟an surah Luqman ayat 14, Allah
SWT juga menjelaskan pentingnya ahlak yang baik dalam surah Al-Isra ayat 23
Allah Subhanahu wa ta‟alaa juga berfirman:
ذك اىنجش اح ش ع ب جيغ ش احغب ا اىذ ثبى اشب ا الش قع سثل الش رعجذ ذ ب ا
ب ل مش ب ق قو ىش ب ش ل ر ش ب اف ب ل رقو ىش مي
Terjemahannya:
”Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.122
3. Mendidik Anak Untuk Berbakti Kepada Orang Tua
Dalam Al-Qur‟an Allah SWT memerintahkan kita untuk berbakti kepada
kedua orang tua, seperti dijelaskan dalam surah Luqman ayat 15, yang
121
Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid: 2010, h. 400.
122 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 284.
64
memerintahkan kepada setiap manusia untuk berbuat baik dan berbakti kepada
kedua orang tuanya. Allah SWT menjelaskan melalui firmannya dalam Q.S
Luqman/31:15
ب صبحج ب ل رطع عي ب ىيظ ىل ث شك ثي ر اذك عي جب ا
ابة اىيش ارشجع عجيو ش ب عش يب اىذ ي رع ز ب م ث جئن ب شجعن ش اىيش ث
Terjemahannya:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada- Ku
lah kembalimu, maka Ku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan”.123
Orang tua yang menghendaki anaknya berbakti pada kedua orang tuanya,
maka hendaknya orang tua terlebih dahulu juga harus berbakti kepada kedua
orang tua mereka, baik ketika masih hidup atau sudah meninggal. Jika masih
hidup maka berbuat baik kepada keduanya dan jika sudah meninggal maka
senantiasa mendoakan keduanya, serta menyambung silaturrahmi kepada teman-
temannya yang masih hidup124
.
Dr Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid dalam bukunya dengan judul
Prophetic Parenting, menjelaskan bahwa dampak yang muncul karena berbakti
kepada kedua orang tua dalam kehidupan manusia, baik saat manusia masih hidup
123
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h.412. 124
Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid: 2010, h. 211.
65
di dunia sampai akhirat kelak. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa berbakti
kepada kedua orang tua adalah kewajiban bagi setiap orang.125
Cara yang baik untuk mendidik anak yang masih dalam keadaan fitrahnya
yaitu susah diatur dan nakal kepada orang tuanya adalah kembali kepada kedua
orang tua itu sendiri, yaitu terlebih dahulu mengoreksi perilakunya sebagai orang
tua dan meninggalkan perbuatan buruk yang dilakukan oleh orang tua, kemudian
menggantinya dengan sesuatu yang baik, penuh ketaatan, dan menjauhkan diri
dari sifat kedurhakaan dalam bentuk apapun. Karena seorang anak akan senantiasa
mencontoh dan mewarisi perilaku orang tuanya sebagai tauladan bagi anak.
Kewajiban bagi orang tua adalah mendidik anaknya dengan baik dan
memperkenalkan hukum-hukum Allah kepadanya. Karena terbentuknya anak
yang bertakwa kepada Allah dan menjadi penolong terhadap orang tuanya, atau
menjadi anak yang durhaka kepada Allah dipengaruhi peran orang tua dalam
membimbing anaknya. Dalam kitab al-Mushannif wal-Atsaar, Ibnu Abu Syaibah
menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu SAW bersabda, “Allah merahmati
ayah yang menolong anaknya untuk berbuat kebaikan kepadanya” .
Kharijah bin Mush‟ab rahimahullah memberikan nasehat kepada orang tua
agar mendidik anak kepada kebaikan dengan penuh kasih sayang. Beliau
mengatakan bahwa orang tua harus memberi dan berbuat baik kepada anak,
sehingga anak juga melakukan hal yang sama yakni berbuat baik kepada orang
tuanya.
125
Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid:2010, h. 214.
66
Orang tua sebagai teladan bagi anaknya mampu menumbuhkan sikap
berbakti kepada orang tuanya, karena secara tidak langsung anak akan mengikuti
perbuatan orang tua. Orang tua bisa mencontohkan perilaku baik kepada anaknya
seperti mencium kedua tangan ibu bapaknya di hadapan anak yang merupakan
nenek atau kakek si anak, sehingga dengan melihatnya, anak akan belajar
menghormati orang.
Menurut ilmu psikologi, akhlak disebut sebagai moral. Seorang anak yang
baru dilahirkan tidak memiliki moral, tetapi memiliki potensi moral, potensi inilah
yang dapat dikembangkan. Oleh karena itu, seiring dengan berjalannya waktu,
dengan sendirinya anak akan mampu membedakan mana yang baik dan buruk,
dengan melalui pengalamannya dalam berinteraksi terhadap lingkungan keluarga,
masyarakat dan sekolahnya.
4. Menanamkan Perasaan Selalu diawasi oleh Allah kepada Anak
Pengajaran selanjutnya dari kisah Luqman dalam mendidik anaknya
adalah menanamkan kepada anak perasaan selalu diawasi oleh Allah SWT,
sebagaimana firman Allah dalam Qur‟an Surah Luqman ayat 16 :
د ا اىغش ي صخشح ا خشده زن ثقبه حجشخ رل ب ا جيش اش
ش الل ىطيف خجيش ب الل ا السض أد ث
Terjemahannyya:
(Lukman berkata), ”Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi,
67
niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah
Mahahalus, Mahateliti. (Q.S : Luqman/31:16)126
Surah Luqman ayat 16 mengandung pembelajaran tentang kekuasaan
Allah SWT sangat luas. Yang senantiasa menimbang dan adil terhadap semua
perbuatan makhluknya, ayat ini juga menjelaskan bahwa perbuatan seberat biji
sawi sekalipun, diketahui dan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT.
Maka dari itu wasiat Luqman dari ayat 16 ini adalah menumbuhkan keyakinan
kepada anak tentang kekuasaan Allah SWT yang maha melihat dan mengetahui
perbuatan manusia, serta mengajarkan pada anak bahwa setiap perbuatan akan
dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT, sehingga dengan itu diharapkan
seorang anak senantiasa menjaga agar tidak melakukan perbuatan yang di larang
Allah SWT.
Pembelajaran lain dari kisah ini bahwa Luqman mengajarkan kepada
anaknya untuk memiliki rasa tanggung jawab, bahwa setiap apa yang kita lakukan
akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah SWT.
5. Mengajarkan Shalat Kepada Anak
Wasiat Luqman selanjutnya kepada anaknya adalah mengajak anaknya
untuk mendirikan sholat, Allah menjelaskan dalam Q.S : Luqman/31:17
ش رىل ب اصبثل ا اصجش عي نش اى ع ا ف عش ش ثبى أ يح اىصش جيش اق
س ال عض
Terjemahannya:
“Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang
makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah
126 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 412.
68
terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu
termasuk perkara yang penting.127
Ayat ini menjelaskan bahwa ada tiga perintah Luqman kepada anaknya,
yakni perintah sholat, berbuat baik dan mencegah kemungkaran dan perintah
senantiasa sabar.128
Ayat ini menjelaskan bahwa Luqman mengawali nasehat kepada anaknya
untuk senantiasa bertauhid atau mengesakan Allah SWT. Luqman menasehati
anaknya Dengan panggilan kasih sayang untuk menunaikan shalat berdsasarkan
ketentuan pada saat itu. Sholat yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh akan
menghadirkan keridoan dari Allah, sehingga shalat akan membawa manfaat bagi
yang melaksanakannya yaitu terhidar dari perbuatan keji dan mungkar. Sholat
juga merupakan induk dari semua ibadah.129
Ibadah Sholat yang diajarkan kepada anak akan senantiasa menumbuhkan
adanya ikatan yang kuat antara manusia sebagai hamba Allah. Berkenaan dengan
hal ini, Rasulullah Shallallahu aalayhi wa Sallam memberikan kabar gembira
kepada anak-anak yang hidupnya penuh dengan ibdadah kepada Allah Subhanau
wa Ta‟ala. Diriwayatkan ole hath-Thabrani dari Abu Umamah radhiyallahu anhu
Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:
“Tidaklah seorang anak yang tumbuh dengan dipenuhi ibadah kepada
Allah sampai dia mati, melainkan Allah akan memberinya pahala sembilan
puluh sembilan orang yang terpercaya” (H.R : ath-Thabrani)
terdapat beberapa tingakatan dalam islam, mengenai mengajarkan ibadah
sholat kepada anak:
127
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 412. 128
Husin. Abdullah: 2013, h. 49. 129
Husin. Abdullah: 2013, h. 50.
69
a) Tingkatan perintah untuk sholat kepada anak
pada tingaktan ini, orang tua memberikan pengajaran pada anak mengenai
sholat terhadap anak, yakni untuk mengajak anak sholat. Rasulullah SAW
bersabda yang di diriwayatkan oleh ath-Thabrani dari Abdullah bin Habib
:“Bahwasanya Nabi Shallallahu alayhi wa Sallam bersabda : Apabila seorang
anak dapat membedakan mana kanan dan kiri, maka perintahkan dia untuk
mengerjakan shalat” (H.R : ath-Thabrani)
berdasarkan hadits Rasulullah ini, perintah sholat bagi anak di mulai ketika
anak sudah mampu membedakan mana yang kanan dan yang kiri.
b) Tingkatan mengajarkan shalat kepada anak
Tingkatan ini menjelaskan pentingnya orangtua mengajarkan anak
mengenai rukun-rukun dalam shalat, kewajiban- kewajiban dalam sholat serta hal-
hal yang membatalkannya. Rasulullah SAW telah menyebutkan bahwa pada anak
yang menginjak usia tujuh tahun adalah usia proses pembelajaran shalat pada
seorang anak dimulai. Rasulullah SAW juga menerangkan dalam haditsnya yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Sabrah bin Ma‟bad al-Juhaniradhiyallahu
anhu :
“Rasulullah Shallallah sallallahu alaihi wasallam bersabda :
Perintahkanlah anak kecil untuk shalat apabila sudah berusia tujuh tahun.
Apabila sudah mencapat usia sepuluh tahun, maka pukullah untuk shalat”
(H.R : Abu Dawud)
Hadis Rasulullah SAW diatas, menjelaskan bahwa pada saaat anak
memasuki usia 7 tahun, maka orang tua harus memerintahkan anaknya untuk
meunaikan sholat lima waktu, dan ketika anak berusia 10 tahun tapi masih
70
melalaikan sholatnya maka orang tua diperbolehkan memukul anaknya tapi tidak
mencederai, cukup sebagai pembelajaran terhadap anak.
c) Tingkatan perintah shalat yang dibarengi ancaman berupa pukulan
Tingakatan ini dimulai sejak anak berusia sepuluh tahun. Anak yang
berusia sepuluh tahun dan meninggalkan masih shalat lima waktu , maka sebagai
bentuk hukuman, orang tua boleh memukul anaknya. Pada usia ini anak masih
berada pada tingkatan fithrah sehingga godaan setan padanya masih lemah, anak
tidak boleh dibiasakan meninggalkan sholat karena dikhawatirkan kebiasan
tersebut akan mengakar dan dibawa sampai anak menjadi dewasa. Oleh karena
itu, orang tua dibolehkan memukul anaknya dengan ketentuan tidak mencederai
anak.130
Terkait dengan ini Rasulullah SAW menjelaskan melalui sabdanya:
“Perintahkanlah anak- anak kalian untuk mengerjakan sholat pada usia
tujuh tahun, dan pukullah mereka untuk shalat pada usia sepuluh tahun,
serta pisahkan tempat tidur mereka” (H.R : Abu Dawud dan al-Hakim)
Berdasarkan hadits di atas, maka ketika anak sudah berusia sepuluh tahun
namun bermalas- malasan dalam mengerjakan sholat atau bahkan meninggalkan
sholat, maka orang tua boleh memberikan hukuman yaitu berupa pukulan. Selain
itu ketika anak sudah berusia sepuluh tahun maka orang tua harus membiasakan
anaknya untuk tidur sendiri, sebab pada saat ini anak akan memasuki masa baligh
atau mukallaf.
6. Membiasakan Anak ke Masjid
130
Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid:2010), h. 361.
71
Tempat yang terbaik untuk melaksanakan shalat adalah di masjid yang
dilaksankan tepat pada waktunya. Masjid merupakan tempat lahirnya generasi
penerus ummat sejak mulai dari zaman dahulu sampai sekarang. Maka dari itu,
anak-anak para sahabat senantiasa menyibukkan dirinya dengan berada dimasjid
bersama dengan Rasulullah SAW. Oleh sebab itu, menunaikan sholat paling
utama ialah yang lakukan di masjid secara berjamaah, hal ini sangat penting
untuk diajarkan kepada anak mengenai pentingnya melaksanakan shalat
berjamaah di masjid.
Imam Malik rahimahullah pernah ditanya mengenai orang yang datang ke
masjid membawa anaknya. Beliau kemudian menjawab; “jika seorang anak sudah
mulai memahami dan mengetahui mengenai adab dan tidak main-main di dalam
masjid, maka saya rasa tidak apa-apa. Namum apabila seorang anak masih terlalu
kecil dan tidak bisa tenang dan masih suka bermain-main, maka aku tidak
menganjurkannya”.131
7. Senantiasa mengajarkan Kepada Anak Agar Tidak Sombong
Wasiat Luqman kepada anaknya dalam surah Luqman ayat 18 ialah agar
anaknya tidak berbuat sombong serta menghilangkan sifat-sifat kesombongan
dalam dirinya,sebagaimana telah di jelaskan di dalam Al-Qur‟an yang berbuyi :
ش الس ل ر ش خذشك ىيشبط ل رصع خزبه ش الل ل حت موش شحب ا ض
س خ
Terjemahannya:
131
Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid: 2010, h. 367.
72
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong)
dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri”.132
Sombong merupakan sifat ataupun perilaku yang tercela, sebab adanya
perasaan sombong adalah perasaan yang muncul dari dalam diri yang
mengandung rasa paling istimewa dan merasa lebih hebat dari orang lain. Oleh
sebab itu Allah SWT sangat mencela sifat sombong ini sebagai mana di jelaskaan
melalui firmannya di dalam Al-Qur‟an yang berbunyi
غزنجش ل حت اى اش ب عي ب غش ش الل عي ا ل جش
Terjemahannya:
”Tidak diragukan lagi bahwa Allah mengetahui apa yang mereka
rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Dia tidak
menyukai orang yang sombong”.
Allah SWT juga sangat mencela iblis yang telah durhaka kepada Allah
dikarenakan sifat kesombongnya yang tidak mau bersujud kepada Nabi Adam.
Allah berfirman:
اىصغش ب بخشج اشل رزنجشش ي ىل ا ب ن ب جػ قبه ب
Terjemahannya:
“(Allah) berfirman, “Maka turunlah kamu darinya (surga); karena kamu
tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah!
Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.”
Berkenaan dengan sifat sombong yang tercela, sangat penting bagi orang
tua agar memberikan pendidikan kepada anaknya agar anak-anaknya senantiasa
terhindar dari penyakit hati ini. Sebab apabila anak sudah terbiasa melecehkan
132
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965), h. 412.
73
dan merendahkan orang lain, bersikap sombong terhadap temannya, maka
dikhawatirkan sifat yang seperti ini akan melekat dan terbawa sampai akan
dewasa kelak. Disinilah tanggung orangtua dalam mendidik dan membimbing
anaknya agar senantiasa tidak terjangkit oleh sifat-sifat sombong.133
8. Senantiasa mengajarkan Kepada Anak perkataan yang baik.
Wasiat Luqman kepada anaknya pada ayat 19 ialah tentang pentingnya
mengajarkan kepada anak untuk berbicara dengan perkataan yang baik. (Q.S :
Luqman/31:19)
يش د اىح اد ىص نش الص ش ا رل ا ص اغعط يل اقصذ ي
Terjemahannya:
“Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”134
Surah Luqman ayat 19 diatas mengisahkan bahwa Luqman al-Hakim
senantiasa mewasiatkan kepada anaknya agar supaya sederhana dalam berjalan,
yakni berjalan dengan tidak sombong dan melunakkan suara ketika hendak
berbicara. Wasiat Luqman untuk senantiasa melunakkan suara saat hendak
berbicara merupakan nasehat Luqman yang diberikan kepada anaknya agar
bertutur kata dengan baik dan santun, serta penuh dengan kesopanan.135
Adab dalam bertutur kata merupakan unsur yang penting dalam menjalani
kehidupan bermasyarakat yang sehat, karena ini merupakan faktor utama untuk
133
Adnan Hasan Shalih Baharis: 2007, h. 155. 134
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Jammunu, 1965)h. 412. 135
Husin. Abdullah: 2013, h. 54.
74
meraih kesuksesan dan penyebab lahirnya masyarakat yang maju136
. Oleh karena
itu, orangtua dan juga pendidik haruslah senantiasa mengarahkan anak mengenai
pentingnya membiasakan mereka berbicara yang baik.
Orangtua dapat mengajarkan kepada anak doa-doa yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW yang bisa diucapkan pada saat melihat orang-orang yang cacat,
buta, pincang, orang sakit, ataupun orang yang mendapatkan cobaan. Orang tua
juga bisa mengajarkan kepada anak agar senantiasa membiasakan membaca doa,
sehingga anak dibiasakan merasakan nikmat dan karunia Allah SWT serta
menysukuri pemberian Allah yang telah diberikan kepadanya137
.
Perkataan-perkatan atau ucapan terbaik yang bisa diajarkan kepada anak
adalah dengan membiasakan mengucapakan salam, sebab salam mengandung
unsur doa dan keselamatan, salam juga merupakan syiar kebaikan, dapat
menyenangkan hati dan menyebarkan kasih sayang sebagaimana yang kita
pahami bahwa jika seorang muslim memberi salam, maka wajib hukumnya bagi
muslim lainnya untuk menjawab salam tersebut, sebab salam merupakan sunnah
yang disukai oleh Rasulullah SAW.138
C. Makna Surah Luqman Ayat 13-19
1. Kriteria Pendidik dalam Surah Luqman Ayat 13-19
Pada bab sebelumnya penulis telah menjelaskan sosok Luqman dalam
mendidik anaknya. Beberapa materi yang telah disampaikan oleh Luqman kepada
136
Khalid Abdurrahman, Pedoman Pendidikan Anak Menurut Al-Qur’an dan
Sunnah(Tarbiyatul Abna’ wal Banat fi Dhau’il Kitab wa Sunnah),(Surakarta: Al-Aqwam, 2010) h.
313. 137
Adnan Hasan Shalih Baharis: 2007, h. 189. 138
Adnan Hasan Shalih Baharis: 2007, h. 190.
75
anaknya; seperti akidah, ibadah dan akhlak. Materi akidah terdapat pada ayat 13
merupakan pengajaran Luqman terhadap anaknya yakni larangan menyekutukan
Allah SWT dengan bentuk apapun. Selanjutnya tentang akhlak terhadap orangtua
terdapat pada ayat 14 dan 15, akhlak terhadap manusia sesama manusia terdapat
pada ayat 19 serta akhlak terhadap lingkungan terdapat pada ayat 18. Materi
tentang ibadah terdapat pada ayat 17 membaas tentang mendirikan salat,
mencegah kemungkaran dan menyeru kepada kebajikan. Pada ayat 16 membahas
tentang segala yang dilakukan oleh manusia akan dibalas oleh Allah SWT dengan
balasan yang setimpal.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka penulis dapat menyimpulkan
beberapa kriteria seorang pendidik dengan memperhatikan Q.S. Luqman/ 31: 12,
ب شنش فب اشنش لله خ ا اىذن ب ىق ىقذ ار غ الله مفش فب شنش ىفغ
ذ د
Terjemahnya:
“Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada
Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya
lagi Maha Terpuji".139
Salah satu unsur pendidikan adalah pendidik. Pendidik memiliki tanggung
jawab terhadap kelangsungan proses pendidikan. Berhasil tidaknya proses
pendidikan akan dipengaruhi oleh pendidik itu sendiri. Pada dasarnya tugas dan
139
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan TafsirnyaI, jil.VII (Yokyakarta: PT Dana
Bahakti
Wakaf, 1990), h. 631.
76
fungsi pendidikan terbagi atas dua, yakni lingkungan sekolah dan lingkungan
keluarga atau rumah tangga. Seorang guru bertanggung jawab berlangsungnya
proses pendidikan di sekolah dan orangtua bertanggung jawab pada lingkungan
keluarga.140
Akan tetapi, pada Q.S. Luqman/ 31 : 13-19 merupakan gambaran
pendidikan pada lingkungan keluarga.
Berikut kriteria seorang pendidik dalam lingkungan keluarga dengan
merujuk pada Q.S. Luqman/ 31: 13-19:
1. Ikhlas
Sebagian pendidik mengabaikan sesuatu yang sangat penting dalam
pendidikan yakni, ilmu dan amal yang ikhlas karena Allah. Pendidik yang
memiliki niat yang salah sehingga materi yang disampaikan tidak berkesan pada
diri si terdidik. Padahal ilmu, amal disertai dengan keiklasan merupakan faktor
utama dalam mencapai keberasilan pendidikan. Dengan adanya niat yang salah
sehingga pendidikan hanya mengarah pada satu sisi saja yakni mengejar
kehidupan dunia. Dengan mengejar prestasi, pangkat dan jabatan. Ketidak
ikhlasan dalam berilmu merupkan sesuatu yang sia-sia.141
Ikhlas dalam perbuatan
dan perkataan adalah sebagian dari iman. Allah tidak akan meneriman perbuatan
tanpa niat dengan ikhlas.142
Sementara Luqman mendapat hidayah dari Allah SWT dengan bersyukur
kepada-Nya dan tidak kufur kepada-Nya. Hal ini merupakan puncak hikmah yang
140
Barsihannor, Belajar dari Luqman al-Hakim (Cet. I; Yokyakarta: Kota Kembang,
2009), h. 11. 141
Muslim Life Style Community, Ensiklopedia Nabi Muhammad saw Sebagai Pendidik,
jil. 7 (Jakarta: PT Lentera Abadi, 2011), h. 8. 142
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, jil. II (Cet. II; Jakarta:
Pustaka Amani, 1995), h. 185
77
telah diberikan kepada Luqman oleh Allah SWT. Luqman mendapat hikmah dari
Allah SWT karena ia adalah seorang hamba yang taat beribadah kepada Allah
SWT dalam berbagai hal.143
bersyukur kepada Allah SWT atas semua nikmat
yang telah diberikan dan melaksanakan ketaatan serta menunaikkan yang fardu
(wajib).
2. Bertakwa
Para ulama mendefinisikan takwa adalah mengerjakan apa yang
diperintahkan oleh Allah SWT dan meninggalkan larangan-Nya. Para pendidik
harus bertakwa kepada Allah SWT, sebab mereka adalah panutan yang akan
diikuti dan ditiru. Pendidik juga penanggungjawab pertama dalam pendidikan di
sekolah. Oleh karena itu, dalam mendidik peserta didik harus jujur pada diri
sendiri dahulu. Sebagian manusia menilai seseorang dengan ilmu dan perbuatan.
kejujuran juga merupakan kunci kesukesan manusia, di dunia dan akhirat. Pada
Q.S. Luqman/31 : 13-19, juga dijelaskan bahwa makna hikmah adalah mengetaui
sesuatu yang utama dari segala sesuatu, baik dalam bentuk pengetahuan maupun
perbuatan.144
Miftahul Huda mengatakan bahwa Luqman seorang laki-laki yang
saleh, jujur, perasa.145
3. Berilmu
Seorang pendidik harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Terutama
ilmu tentang pokok-pokok pendidikan yang sesuai dengan syariat Islam.
143
H. Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir al-Azhar, juz. 21 (Cet. I; Jakarta: Pustka
Panjimas, 1988), h. 127. 144
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah h: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, vol.
10 (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 294 145
Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan : 10 Cara Qur’an Mendidik Anak (Cet. I;
Yokyakarta: UIN-Malang Press, 2008), h. 190.
78
Menguasai hukum-hukum halal dan haram, etika, akhlak, juga ilmu fiqih, juga
ilmu psikologi, juga menggunakan beberapa metode untuk mendidik generasi
muslim. Dengan kesungguhan dan keteguhan akan merealisasikan kemuliaan
Islam. Selanjutnya kembali kepada hikmah yang telah diberikan Allah kepada
Luqman dalam bentuk pengetahuan adalah ilmu yang disertai dengan
pengamalan. Al-Gazali mengatakan sebagaimana dikutip oleh M. Quraish
Shihab, bahwa kata hikmah dalam arti pengetahuan adalah sesuatu yang utama
yakni ilmu yang abadi.146
4. Bersabar
Sabar secara etimologi berarti mengekang. Sifat sabar hanya dapat dimiliki
oleh orang-orang yang berhati mulia. Lawannya adalah amarah, yakni gejolak
dalam jiwa yang menyebabkan pelakunya menjadi buta, tidak bisa membedakan
yang buruk dengan yang baik. Seorang pendidik harus memiliki sifat sabar dalam
berinteraksi dengan para peserta didik. Sebab para peserta didik memiliki karakter
dan pribadi yang berbeda-beda. Sehingga untuk menghadapi denga berbagai
karakter membutuhkan sifat sabar yang tinggi. Dengan adanya berbagai
perbedaan pendapat tentang sosok bentuk tubuh Luqman, namun semua ulama
berpendapat bahwa Luqman memiliki kulit hitam dan bibir tebal. Sehingga
banyak mendapat cemohan dari masyarakat di sekitarnya. Pada suatu hari ada
seorang yang kaget melihat tampang Luqman yang hitam. Luqman berkata,
walaupun engkau melihat kedua bibirku ini tebal, namun yang diucapkannya
adalah perkataan lemah-lembut yang penuh mutiara. Walaupun engkau melihat
146
M. Quraish Shihab, op, cit., h. 292.
79
kulit hitam mengkilat, namun hatiku putih bagaikan kaca bersih tanpa noda.147
Pernyataan di atas merupakan salah satu bukti bahwa Luqman memiliki sifat
sabar yang tinggi dalam mengahadapi perkataan orang yang ada di sekitarnya.
Selain hal di atas, al-Qurtubi sebagaimana yang dikutip oleh Miftahul Huda, ia
mengatakan bahwa Luqman menikah dan memiliki beberapa anak dan mereka
meninggal, tetapi dia tidak menangisinya.
2. Metode Pendidikan Anak dalam Surah Luqman Ayat 13-19
Metode adalah cara, jalan dan usaha yang ditempuh untuk mencapai suatu
tujuan. Seorang pendidik dituntut agar cermat memilih dan menetapkan metode
yang tepat untuk menyampaikan materi kepada peserta didik.148
metode yang
diterapkan Luqman pada Q.S. Luqman/31:13 menurut Barsihannor di dalam
bukunya dengan judul Belajar dari Luqman al-Hakim.
1. Metode Nasehat
Nasehat Luqman terhadap anaknya dalam ayat 13-19 adalah materi
tentang tauhid, ibadah dan akhlak. Nasehat memberikan implikasi psikologi
terhadap perkembangan anak. Menurut „Abd al-Rahman Umdirah sebagaimana
dikutip oleh Barsihannor, nasehat selalu dibutuhkan oleh jiwa, karena
memberikan ketenagnan hati jika disampaikan dengan hati yang ikhlas. Luqman
memberikan nasehat kepada anaknya dengan penuh kasih sayang dengan penuh
rasa cinta seorang ayah. Karena Luqman mengulang-ulang untuk menasehati
anaknya disertai dengan kata hai anakku.
147
M. Ishom EI Saha dan Saiful Hadi, Sketsa al-Qur’an : Tempat, Tokoh, Nama dan
Istilah dalam Al-Qur’an (Cet. I; Jakarta: PT Listafariska Putra, 2005), h. 384. 148
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta:
Ciputat Pres, 2002), h. 108.
80
Menurut Muhammad Qutb sebagaimana dikutip oleh Marjani Alwi, bahwa
nasehat yang diberikan dengan rasa cinta dan kasih sayang akan memberikan
pengaruh psikologi terhadap seseorang. Nashi Ulwan dengan pengutip yang sama
mengatakan bahwa metode nasehat akan mempengaruhi iman, spiritual, moral
dan sosial anak. Sebab nasehat dapat membukakan mata anak pada hakekat
sesuatu dan mendorongnya untuk menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia149
.
2. Metode Teladan
Keteladanan merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberhasilan
pendidikan. Seorang pendidik dilingkungan keluarga atau sekolah akan ditiru oleh
peserta didiknya.150
Keteladanan dalam pendidikan salah satu metode yang
efektif dan akan mendorong terbentuknya kepribadian anak seperti moral,
spiritual maupun sosial. Sebab seoarang pendidik menjadi contoh yang akan ditiru
dalam segala prilaku, sopan santun serta semua ucapannya. Secara tidak langsung
figur seorang pendidik akan tergambar dalam pribadi seorang anak. Ketika
pendidik jujur, berakhlak mulia, berani dan menjauhkam diri dari perbuatan yang
bertentangan dengan agama, maka anak pun akan tumbuh dalam kejujuran,
memiliki akhlak yang mulia dan taat beragama. Sebaliknya ketika figure yang
mereka contoh tidak baik, maka mereka cenderung untuk mengikuti sifat tidak
baik tersebut. Untuk menerapkan metode teladan dengan baik maka seorang
pendidik harus memulai terlebih dahulu untuk diri sendiri seperti membiasakan
berakhlak baik setiap hari. Mempraktekkan sesuatu yang baik dan
149
Marjani Alwi, Materi dan Metode Pendidikan Agama bagi Anak Berusia di Bawah
Lima Tahun ( Balita) (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2011), h. 133. 150
Armai Arief, op, cit., h. 116-117.
81
memperkenalkan suatu perbuatan yang buruk agar peserta didik dapat
menghindarinya.
Suatu bangsa dikatakan baik jika akhlak pemimpinnya baik. Sebaliknya
sebuah negara dikatakan buruk, jika akhlak pemimpinnya buruk. Prilaku rakyat
pada umumnya mengikuti prilaku orang yang memimpinnya. Oleh karena itu
keteladan yang baik dari pemimpin negara ini perlu ditingkatkan, agar bangsa ini
dapat lepas dari berbagai krisis yang mencekik rakyat.151
Pada bab sebelumnya penulis telah membahas kandungan ayat 13-19, pada
ayat 13 dan seterusnya Luqman memberikan materi tauhid, ibadah dan akhlak.
Karena beliau mendapat hikmah dari Allah SWT karena kesalehaannya. Pada
dasarnya sebelum Luqman mengajarkannya pada anaknya ia telah
mengamalkanya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Baihaqiy dari Sulaiman al
Taimiy sebagaimana yang dikutip oleh Barsihannor, agar anaknya memperbanyak
zikir dengan banyak mendoakan kedua orangtua (Q.S. Luqman/ 31:14).152
Ketika kata-kata di atas dicermati dengan baik maka seperti itu pula
seorang pendidik terkhusus kedua orang tua ketika di lingkungan keluarga. Ayah
dan ibu merupakan contoh dalam segala hal, baik dalam bentuk perbuatan,
ucapan, tingkah laku dan juga dalam beretika. Oleh karena itu, seorang pendidik
harus mempersiapkannya sejak dini sebelum mereka menjadi pendidik serta
berpedoman pada Al-Qur‟an dan sunnah. Seorang ibu harus menjaga ucapannya
terhadap anaknya sebab segala yang diucapkan seorang ibu merupakan doa untuk
anak-anaknya begitupula seorang ayah.
151 Ibid., h. 124.
152
Barsihannor, op, cit., h. 83.
82
3. Metode Dialog ( Tanya Jawab)
Metode dialog sangat berguna untuk menumbuhkan kreatifitas anak dan
memeberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahaminya.
Dalam Q.S.Luqman/ 31:12-19 tidak ditemukan dialog antara Luqman dengan
anaknya akan tetapi, keduanya terjadi komunikasi yang dialogis. Seperti Luqman
menasehati anaknya agar takut kepada Allah SWT dan hanya berharap kepada-
Nya dengan penuh keikhlasan (Q.S. Luqman/ 31:13). Selanjutnya Luqman
menasehati anaknya tentang perbuatan dan balasannya. Sekecil apapun kebaikan
dan keburukan yang dilakukan walaupun hanya sebesar biji sawi maka Allah akan
membalasnya dengan balasan yang setimpal. Sebab pengetahuan Allah Maha
Luas, di mana dan kapanpun manusia berada, Allah pasti mengetahuainya
(Q.S.Luqman/ 31:15). Selanjutnya ketika Luqman melakukan perjalanan, Luqman
memberikan pelajaran kepada anaknya bagaimana bersikap terhadap alam dan
lingkungan sebagai ciptaan Allah (Q.S. Luqman/31:18).153
27
4. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan sangat efektif jika penerapannya dilakukan pada
peserta didik yang berusia kecil. Karena ia memiliki rekaman atau ingatan yang
kuat. Oleh karena itu, sebagai awal dari proses pendidikan dalam menanamkan
nila-nilai moral ke dalam jiwa anak. Hal ini merupakan infestasi dalam hidupnya
ketika usia remaja dan dewasa. Metode ini hendaknya dimulai pada usia sejak
bayi, karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima
153
Ibid., h. 86.
83
pengaruh lingkungan sekitarnya. Pembiasaan hendaknya dilakukan secara terus
menerus, teratur dan terprogram, sehingga pada akhirnya terbentuk sebuah
kebiasaan yang utuh disertai dengan pengawasan.
Luqman mendidik anaknya dengan menerapkan metode pembiasaan
sebagimana kata ya‟izhuhû yaitu nasehat (Q.S. Luqman/ 31: 13). Bentuk kata ini
berberntuk fiil mudhari yang berarti menasehati secara terus menerus.154
154
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesa, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 10
(Jakarta: Lentera Hati, 2007 ), h. 298.
84
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di bab sebelumnya,
yaitu penelitian tentang konsep parenting perspektif pendidikan Islam dengan
Mendasarkan pada Al-Qur‟an surah Luqman. Maka dapat disimpulkan bahwa ada
beberapa point-point parenting dalam pendidikan Islam dan surah Luqman.
1. Konsep parenting berdasarkan Al-Qur‟an meliputi pendidikan anak dalam tiga
hal, yaitu pendidikan fisik, dalam Al-Qur'an dalam Surah At-Thalaq ayat 6 dan
Surah Al-Baqarah ayat 233 yang menjelaskan pentingnnya menafkahi seorang
isteri terutama ketika sedang hamil agar dapat menyusui bayi yang ada dala
kandungannya. Pendidikan selanjutnya adalah pendidikan intelektual, dalam
Al-Qur'an, seruan untuk memberikan pendidikan intelektual kepada anak dapat
disimak dalam beberapa ayat, seperti Surah At-Taubah ayat 122 dan Al-
Mujadalah ayat 11 dan Qur‟an Surah Al-Mujadalah ayat 11 yang menjelaskan
pentingnya pendidikan intelektual pada anak, dan pendidikan spiritual sebagai
mana dijelaskan dalam Al-Qur'an Surah Al-A'raf ayat 172 dan Surah Al-
Baqarah ayat 138 yang menjelaskan akan pentingnya pendidikan spiritual pada
anak.
2. Adapun point parenting dalam surah Luqman ayat 13 yaitu mengajarkan
kepada anak untuk menanamkan keyakinan bahwa Tuhan yang berhak
disembah hanya Allah SWT, tidak boleh menyekutukanNya dengan sesuatu
apapun. Pada ayat 14 dan 15 adalah mengajarkan kepada anak untuk berakhlak
85
yang baik dan berbakti kepada kedua orangtua. Pada ayat 16 adalah
menumbuhkan perasaan kepada anak bahwa ia selalu berada dalam
pengawasan Allah SWT, dan semua perbuatan yang ia lakukan akan dibalas
dengan balasan yang setimpal. Pada ayat 17 adalah pengajaran kepada anak
agar ia menunaikan sholat. Pada ayat 18 adalah mengajarkan kepada anak
untuk tidak bersifat sombong dan angkuh. Pada ayat 19 adalah mengajarkan
kepada anak untuk berbicara dengan lembut dan tutur kata yang baik.
3. Makna dari Al-Qur‟an surah Luqman ayat 13-19 adalah bahwa kritera seorang
pendidik hendaknya senantiasa ikhlas, bertakwa, berilmu dan sabar dalam
mendidik. Kemudian adapun metode pendidikan yang dapat diambil dari kisah
Luqman adalah dengan metode nasehat, menjadi teladan, dialog atau tanya
jawab dan pembiasaan.
B. SARAN
Berawal dari melihat dan mempelajari peristiwa sosial yang terjadi di
masyarakat dalam lingkungan keluarga, terkait dengan pendidikan anak, dimana
perkembangan teknologi dan kemajuan zaman, berdampak pada kurangnya
kesadaran orang tua dalam mendidik anak, sehingga menyebabkan rusaknya
moral dan akhlak pada generasi bangsa, maka dalam hal ini penulis mengajukan
saran-saran sebagai berikut:
1. Lembaga Pendidikan di Indonesia dalam hal ini sekolah harusnya lebih
memaksimalkan usaha dalam mewujudkan tujuan Pendidikan Islam dengan
membangun kerja sama dengan lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat dengan melakukan pengawasan terhadap peserta didik dalam
86
mengaplikasikan atau mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam dalam setiap
lingkungannya, tidak hanya dilingkungan sekolah tetapi juga di lingkungan
keluarga dan masyarakat.
2. Orang tua dari peserta didik harusnya menyadari akan tugas dan kewajibannya
dalam mendidik anak sebagai lingkungan pendidikan pertama yang didapatkan
oleh peserta didik, tidak melepaskan diri dari kewajibannya dalam mendidik
anaknya dengan hanya menitip beratkan pendidikan anaknya pada lingkungan
pendidikan formal yaitu di sekolah.
3. Orang tua dari peserta didik harusnya sadar akan pentingnya memahami dan
mengamalkan bagaimana konsep atau cara orang tua dalam memberikan
pendidikan kepada anaknya berdasarkan konsep pendidikan Islam dan petunjuk
langsung dari Allah SWT melalui Firmannya di dalam Al-Qur‟an, agar peserta
didik dapat menerima haknya untuk mendapatkan Pendidikan dari orang
tuanya dengan baik dan benar.
87
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim Adil Mustofa, 2007, Kisah Bapak dan Anak Dalam Al-Qur’an,
jakarta: Gema Insani.
Abdulkarim Amirullah Syaikh Abdulmalik bin (Hamka), 1981, Tafsir Al-Azhar
juzu XVIII,
Abdullah Husin, 2013, Model Pendidikan Luqman Al-Hakim, Kajian Tafsir
Sistem Penddikan Islam Dalam Surah Luqman, Yogyakarta: Insyira.
Abdurrahman Jamal,2002, Tumbuh di Bawah Naungan Ilahi, terj. Ghazali Mukri,
Yogyakarta: Media Hidayah.
Abdurrahman Khalid, 2010, Pedoman Pendidikan Anak Menurut Al-Qur’an dan
Sunnah (Tarbiyatul Abna’ wal Banat fi Dhau’il Kitab wa Sunnah),
Surakarta: Al-Aqwam.
Abu Anwar, 2009, Ulumul Qur’an sebuah pengantar, Amzah.
Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, hadis nomor 418, juz 2, Beirut: Dar al-Ma'arif,
Adhim Mohammad Fauzil, 2006, Positive Parenting; Cara-Cara Islami
Mengembangkan Karakter Positif Pada Anak Anda, Bandung: Mizania.
Agustian Ary Ginanjar, 2002, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spiritual (ESQ) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam,
Jakarta: Penerbit Arga.
Al-Alusi, Tafsir Ruh al-Ma'ani, juz 6, Beirut: Dar al-Ma'arif, t.th.
al-Amir Najib Khalid, 2000, Mendidik Cara Nabi SAW, terj. M. Iqbal Haetami,
Bandung: Pustaka Hidayat.
Al-Baihaqi, Syu'b al-Iman li al-Baihaqi, juz 18, Beirut: Dar al-Ma'arif, t.th.
Al-Khal‟awi Muhammad dan Mursi Muhammad Sa‟id, 2007, Mendidik Anak
Dengan Cerdas, terj. Arif Rahman Hakim Cet. I, Sukaharjo: Insan Kamil.
Al-Khalidy Shalah, 2000, Kisah-kisan Al-Qur’an Pelajaran Dari Orang-orang
Terdahulu, Jakarta: Gema Insani Press.
Alwi Marjani, 2011, Materi dan Metode Pendidikan Agama bagi Anak Berusia di
Bawah Lima Tahun ( Balita), Cet. I, Makassar: Alauddin University Press.
88
Amrullah H. Abdulmalik Abdulkarim, 1988, Tafsir al-Azhar, juz. 21, Cet. I,
Jakarta: Pustka
Anshori, 2013, Ulumul Qur’an, Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Arief Armai, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi pendidikan Islam, Cet. I,
Jakarta: Ciputat Pres.
Arifin M, 2000, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Ar-Rifa‟i Muhammad Nasib,2000, Kemudahan Dari Allah (ringkasan tafsir Ibnu
Katsir), Jakarta: Gema Insani.
Ash-Shabuny M. Ali, 2002, Cahaya Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Al-Kausar.
ash-Shiddieqy Hasbi, 1970, Tafsir Al-Qur’an madjied An-Nur Djuz XXI, Jakarta:
Bulan Bintang.
as-Sayyis Ali, Tafsir Ayat al-Ahkam, Juz 2, Mesir: Math'baah Muhammad Ali
Sabih, t.th.
As-Syu‟aibi Ali Syawakh Ishaq, 1995, Metode Pendidikan Al-Qur’an dan As-
Sunah,
Bajuri Muhammad, 2006, Dalam Seratus Cerita Tentang Anak, Jakarta:
Republika.
Barsihannor, 2009, Belajar dari Luqman al-Hakim Cet. I, Yokyakarta: Kota
Kembang, 2009.
Darajat Zakiyah, 1989, Perawatan Jiwa untuk Anak-anak, Jakarta: Bulan Bintang.
Edy Ayah, 2014, Ayah Edy Punya Cerita, Bandung: PT. Mizan Publikasi.
EI Saha M. Ishom dan Saiful Hadi, 2005, Sketsa al-Qur’an : Tempat, Tokoh,
Nama dan Istilah dalam al-Qur’an, Cet. I, Jakarta: PT Listafariska Putra.
Fathurrohman Pupuh dan M. Sobry Sutikno, 2011, Strategi belajar mengajar
melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Bandung: PT
Refika Aditama.
Gunawan Heri, 2014, pendidikan Islam kajian teoritis dan pemikiran tokoh,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Hasan Ahmad bin, Fath ar-Rahman li Thalib Ayat Al-Qur'an, Beirut: al-Ma'arif,
89
Hasbiallah dan Moh sulhan,2015, “Hadis Tarbawi”, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2015
Horriyah, 2011, Kisah-kisah Sangat Misterius Super Ispiratif Dalam Al-Qur’an,
Jogjakarta: Bening.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/surah-luqman diakses pada hari Rabu, 10 Februari
2021 pukul 12:24 wita.
Huda Miftahul, 2008, Interaksi Pendidikan : 10 Cara Qur’an Mendidik Anak, Cet.
I, Yokyakarta: UIN-Malang Press.
Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, hadis nomor 3661, juz 11, Beirut: Dar al-Ma'arif
Jarir ar-Tabari Abu Ja'far Muhammad bin, Jami' al-Bayan an Ta'wil Ayat Al-
Qur'an,juz I, Beirut: Maqalah ad-Din.
Kementerian Agama Republik Indonesia, 1965, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Jakarta: Jammunu.
Madjid Nurcholish, 2004, Pintu-pintu Menuju Tuhan, Jakarta: Paramadina.
Madjrie Abdurrahman, 2003, Meluruskan Aqidah, Jakarta: Khairul Bayan.Mizan.
Muhammad al-Qurtubi Abu Abdillah, al-Jami' li Ahkam al-Qur'an, juz 18, Kairo:
Dar al-Kitab.
Muhammad Quthb, 1993, Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salman Harun,
Bandung: Al-Ma‟arif.
Muslim Life Style Community, 2011, Ensiklopedia Nabi Muhammad saw
Sebagai Pendidik, jilid 7, Jakarta: PT Lentera Abadi.
Nashih Ulwan Abdullah, 1993, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam,
Semarang: asy-Syifa‟.
Nata Abuddin, 2015, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Jakarta: Rajawali Pers.
Notowidagdo Rohiman, 2000, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits,Panjimas.
Pribadi Sikun, 1987, Mutiara-Mutiara Pendidikan, Jakarta: Erlangga.
Rachman M. Fauzi, 2009, Anakku, ku Antarkan Kau ke Surga: Panduan Mendidik
Anak di Usia Balig, Bandung: Mizania.
90
Sardiman A.M, 2013, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Bandung:
Rajawali Pers.
Shihab M. Qurais, 2001, Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama Al-Qur’an,
Bandung: Rajawali
Shihab M. Quraish, 2007, Tafsir al-Misbah h: Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Qur’an, vol. 10, Jakarta: Lentera Hati.
Shihab Quraish, 2003, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur'an, , Vol. 2 Jakarta: Lentera Hati.
Shofi Ummi, 2007, Agar Cahaya Mata Makin Bersinar; Kiat-Kiat Mendidik Anak
Ala Rasulullah, Sukarta: Afra Publising.
Solihah Lutfiatus, 2007, Panduan Lengkap Hamil Sehat, Yogyakarta: Diva Press.
Suma Muhammad Amin, 2014, Ulumul Qur’an , Jakarta: Rajawali Pers.
Surabaya: Yayasan Latimojong
.
Surakhmad Winarto, 1982, Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar,Metode,Tekhnik,
cet ke-7, Bandung : Tarsito.
Surin Bachtiar, 1978, Terjemah dan Tafsir Al-Qur'an, Juz I, Bandung: Penerbit Fa
Sumatra.
Suwaid Muhammad Nur Abdul Hafidz, 2004, Mendidik Anak Bersama Nabi, terj.
Salafuddin Abu Sayed, Solo: Pustaka Arafah.
Ulwan Abdullah Nahsih, 2012, Tarbiatul Aulad Fil Islam, Pendidikan Anak
Dalam Islam, Solo: Insan Kamil.
Ulwan Abdullah Nashir, 2009, Mencintai dan Mendidik Anak Secara Islami,
Jogjakarta: Darul Hikmah.
Yaqien Abi M.F., Mendidik Anak Secara Islami, Jombang: Lintas Media tth.
Yulis Rama, 2001, Pendidikan Islam dan Rumah Tangga, Jakarta: Kalam Mulia.
yusuf Syamsu LN, 2002, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Zuhairinim, 2006, “Islam dan Pendidikan Keluarga, Dalam Mudjia Rahardjo
(ed), Quo Vadis Pendidikan Islam; Pembacaan Realitas Pendidikan Islam,
Sosial dan Keagamaan, Malang: UIN Malang Press.
91
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Muammar. Lahir di Tombolo, 04 Juli 1996 dari pasangan
Bapak Syamsu Alam S. dan Ibu Nurdiani. Penulis memulai
Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Inpres Tombolo,
Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa pada tahun
2002 dan tamat pada tahun 2008, kemudian di tahun yang
sama penulis melanjutkan Sekolah Menengah Pertama Di
Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Datarang
Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa dan tamat pada tahun 2011.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah Datarang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten
Gowa dan lulus pada tahun 2014, kemudian pada tahun 2017 penulis melanjutkan
pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar penulis masuk ke
Pendidikan ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Makassar dan terdaftar sebagai
mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam (PAI), pada program S1
Pendidikan Agama Islam. Penulis menyelesaikan Skripsi dengan Judul “Konsep
Parenting Dalam Perspektif Pendidikan Islam Dengan Mendasarkan Pada Al-
Qur’an Surah Luqman Ayat 13-19”
92
LAMPIRAN
Dokumentasi Surat Izin dan Penyampaian
93
Dokumentasi Surat Izin dan Penyampaian
94
Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi
95
96
Hasil Cek Turniting
Muammar 105191108317 by Tahap Skripsi .
Submission date: 29-Jul-2021 02:27PM (UTC+0700)
Submission ID: 1625365593
File name: SKRIPSI_MUAMMAR-1.docx (630K)
Word count: 15158
Character count: 97622
97