Konsep Kebaikan Dan Keburukan

download Konsep Kebaikan Dan Keburukan

of 18

Transcript of Konsep Kebaikan Dan Keburukan

KEBAIKAN DAN KEBURUKAN (sebuah kajian tematik dalam tafsir maudhui)

Disampaikan : Dalam seminar makalah doctoral Pada mata kuliah tafsir madhuI Semester I tahun ajaran 2011

Oleh : MUHAMMAD YUNUS TABA

DOSEN PEMANDU Prof. Dr. H. Muin Salim Dr. H. Kamaluddin Abu Nawas, M, Ag

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2011

1

2

BAB I PENDAHULAUN A. Latar Belakang masalah Al-Quran al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sikap. Salah satu di antaranya adalah kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara.1 Al-Quran mempunyai sekian banyak fungsi. Di antaranya adalah menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad Saw.,2 dan al-Quran adalah kitab petunjuk, demikian hasil yang kita peroleh dari mempelajari sejarah turunnya,3 al-Quran memberi petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syariah dan akhlak dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsipil mengenai persoalanpersoalan tersebut, dan Allah menugaskan rasul untuk memberikan keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar itu,4 pada saat al-Quran diturunkan. Yang berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan) menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya tentang arti dan kandungan al-Quran, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak dipahami atau samar artinya.5 Al-Quran adalah kitab yang lengkap dan sempurna. Pendapat bahwa al-Quran adalah kitab yang lengkap dan yang sempurna, mencakup segala-galanya, timbul dari sifat al-Quran sebagai wahyu, kitab yang mengandung firman Tuhan yang dikirimkannya kepada manusia.6

1 2 3 4 5 6

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Cet. VII; Bandung: Mizan, 1994), h. 21. Ibid, h. 27. Ibid, h. 41. Ibid, h. 33. Ibid, h. 71. Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, (Cet. IV; Bandung: Mizan, 1996),

h. 25.

3

Di dalam al-Qur'an terdapat penjelasan tentang kemasyarakatan, tentang perbuatan baik untuk selalu mengerjakannya dan perbuatan buruk untuk selalu menghindarinya, supaya manusia selalu berada pada rambu-rambu yang digariskan oleh agama. Betapa pun adanya bahwa titik penting argumentasi adalah kebaikan yang merupakan sifat yang pokok dan realitas rohani, dan bahwa manusia diharapkan untuk mengakhiri hidupnya dengan kepribadian rohani yang baik bukan dengan kepribadian binatang liar bahkan lebih buruk lagi.7 Baik dan buruk adalah merupakan sebuah persoalan yang banyak menimbulkan perbedaan, dan seringkali menimbulkan sikap pro dan kontra di antara kita. Sebab timbulnya perbedaan ini adalah tidak adanya pemahaman yang hakiki (benar) terhadap kehidupan. Hal itu karena semua manusia, kecuali minoritas mereka telah memusatkan tolok ukur mereka hanya kepada kehidupan dunia adalah merupakan tujuan. Karenanya mereka merasa susah dan menyusahkan orang lain. Semua orang yang manjadikan dunia sebagai tujuan. Allah akan menyulitkannya, dan ia tidak akan mendapatkan apa-apa.8 Manusia memandang kebaikan dan keburukan dengan pemahaman pribadi, individual menurut kadar kepentingan pribadi, tanpa memandang lebih mendetail atau lebih jauh dari itu. Kalau kita cenderung mengukur kenyataan yang muncul ke permukaan tolok ukur pribadi, individual, pastilah kenyataan itu akan merupakan suatu kebaikan bagi seseorang dan keburukan orang lain.9

B.

Permasalahan7 8 9

H. G. Sarwar, Filsafat al-Qur'an (Cet. III, Jakarta: Radindo Persada, 1994), h. 104. Mutawalli Syarawi, Baik dan Buruk (Cet. III; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1994), h. 14. Ibid., h. 15

4

Dari beberapa penjelasan di atas, maka pemakalah merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaiman konsep kebaikan dan keburukan dalam al-Qur'an ? 2. Bagaiman tanggapan mufassir tentang kebaikan dan keburukan?

BAB II

5

PEMBAHASAN

A. MUNASABAH AYAT Pada ayat sebelumnya Surat al-Nisa (3) : 78, Allah Swt. menjelaskan bahwa apabila mereka mendapatkan suatu kebaikan, mereka mengatakan bahwa kebaikan itu datangnya dari sisi Allah. Dan apabila ditimpa suatu bencana, mereka mengatakan bahwa bencana itu datangnya dari sisi kamu. Maka pada Surat al-Nisa (3) : 79 Allah Swt. mempertegas bahwa kebaikan (nikmat) yang diperoleh seseorang, maka datangnya dari sisi kamu sendiri. Dan pada ayat ini pula Allah Swt. menjelaskan bahwa, Muhammad diutus sebagai rasul untuk segenap umat manusia. Sebab pada ayat sebelumnya Allah Swt. menjelaskan bahwa orang-orang munafiq hampir-hampir tidak memahami tentang pembicaraaan (kebaikan dan bencana). Dan adapun ayat sesudahnya Surat al-Nisa (3) : 80 Allah mempertegas bahwa keberadaan Muhammad sebagai rasul harus ditaati sebab menaati rasul, sama halnya menaati Allah Swt. Bahkan kalau memperhatikan ayat ini terhadap munasabah antara ayat itu sendiri. Pada ayat ini Allah Swt. menjelaskan bahwa nikmat itu datangnya dari sisimu sendiri. Olehnya itu diutus seorang rasul, untuk menjelaskan tentang kebaikan dan keburukan itu. Dan juga penulis melihat adanya munasabah antara kalimat dengan kalimat terhadap ayat itu sendiri, yaitu dalam hal ini kebaikan datangnya dari Allah sedang keburukan (bencana) datangnya darimu sendiri. Munasabah seperti ini disebut dengan ( kebalikan terhadap sesuatu).

B. KAJIAN TAHLILI (ANALISA PEMBAHASAN)

6

Dalam pembahasan makalah ini yang menjadi obyek pembahasan adalah firman Allah Swt. Surat al-Nisa (Q.S.3) ayat 79 yang berbunyi:

Terjemahnya :

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah da apa saja bencana yang menimpa maka dari (kesalahan) darimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.10 A. Analisis Kosa Kata (mufradat) Kata pada ayat di atas menunjukan kepada . sedangkan kata adalah bentuk fiil madhil yang berasal dari kata yang berarti ( menuangkan (mencurahkan) atau turun) seperti air yang turun dari langit.11 Dan kata bisa juga berarti ( mengarah pada sesuatu dan tidak salah sasaran).12 Adapun kata di atas pada kata Adalah dhamir.13 Atau ( yang menunjukan pembicaraan terhadap nabi).14 Sedangkan kata pada ayat di atas menunjukan

10

Departemen Agama RI, al-Quran al- karim dan terjemahannya (semaramg: toha Putra), h. Lois maluephe, al-munjid (cet.XXVI; bearut dar al-masyiriq, 1984). h.438 Ibid, h. 438

72.11 12 13

14

Ibn Taimiyah, Al-Hasnah Wa As-Sayyiah. (beirut dar al-kutub al Iimiyah, 728), h. 47.

7

kepada ( sesuatu yang menunjukan jenis).15 Adapun kata Adalah bentuk dari akar kata - yang artinya sebagai ( kebalikan dari yang jelek).16 Hal senada dikatakan oleh Ibn Manzhur sebagai 71.Sedangkan menurut lois maluephe sebgai

(sesuatu yang cantik atau menghisnya dan menjadikannya baik) atau 81. Sedangkan menurut Ibbrahim mustafa dkk sebagai ( kebaikan dari ayang yang jelek baik berupa perkara atau pun perbuatan).19 Sedangkan menurut ahmad As-shawy sebagai ( kebaikan).20 Dan adapu huruf pada ayat di atas adalah sebagai 12. dengan kata adalah berasal dari kata yang oleh Lois MaLuephe diartikan sebagai ( )( mengerjakan sesuatu yang dilarang atau sesuatu yang jelek atau jauh dari kebaikan).22 Sedangkan menurut Ahmad as-Shawy diartikan sebagai 32 .Sedang Ibrahim Mustafa mengartikan sebagai

Lihat, Bahau Ad-Din Abdullah Bin Aqil, Syarah Ibn Aqil, (juz III; t.tp. syarikah an-Nur Asia, 1979), h.15 Abi husain ahmad bin faris zakariah, Mujam Maqa Yis Al-Lugah, (juz,II; bearut: dar alfikr, 1979), 5817 16

15

Ibn mandzur, Lisan al-arab (Juz,XVI; t,tp : Muassalah Al-Misriyah Al-ammah, t.th), Lois maluephe, op.cit, h. 134. Ibrahim mustafa dkk, Mujamal-Wasit, (cet. II; juz I; Teheran : maktabah al-Ilmiyyah, t.th), Ahmad as-Shawy al-Maliky, Nasiyah as-Shawy, Juz. I; (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 231.

h.26918 19

h. 18420 21

, 22 23

Lois Ma Luephe, op.cit., h. 361. Ahmad as-Shawy, loc,cit.,

8

(dosa-dosa kecil).24 Dan adapun kata adalah bentuk kata berakar dari - atau -diartikan sebagai ( mengutus,

meluncurkan atau melepaskan dan mengarahkan)25 hal yang senada dikemukakan oleh Ahmad bin Faris sebagai 26

. Sedangkan kata

artinya ( suatu nama yang diperuntukan kepada golongan)27 dan kata adalah juga akar kata dari - yang artinya ( gelar bagi para Nabi)28 atau (yang dapat diikuti pemberitaannya terhadap seseorang yang telah diutus-Nya untuk dijadikan pegngan terhadap seseorang katanya)29 sedangkan kata adalah bentuk fiil madhi yang berarti ( yang dapat mencukupi diri selainnya)30 dan kata adalah bentuk shiqat mubalaghah yang berarti ( yang menunjukan kepada adanya, mengetahui dan tidak keluar dari garis yang telah ditentukan yang telah kami sebutkan)31 atau bisa juga berarti ( yang tidak pernah absen terhadap sesuatu dari pengetahuannya).32

B.

Analisis Frase Qurani

24 25 26 27 28 29 30 31 32

Ibrahim Mustafa dkk, op.cit., h460. Lois Ma Luephe, op.cit., h. 259. Abi Husain Ahmad bin Faris Zakariah, op.cit., h. 392. Lois Ma Leuphe, op.cit., h. 846. Ibid., h. 259 Ibn Mandzur, op.cit., h. 302. Lois Ma Luephe, op.cit., h. 269. Abi Husain Ahmad bin Faris Zakariah, op.cit., h. 221. Lois Ma Luephe, op. Cit., h. 406

9

Pada analisis kosa kata al-Qur'an, sedikit memberi gambaran untuk melangkah pada analisis selanjutnya, di mana memberikan pengertian (informasi) secara etimologi. Maka pada frasa qurani ini penulis memulia dari artinya ( wahai sekalian manusia)33 atau ( apa yang menimpamu wahai manusia dan katakan kepada Rasul dan yang dimaksudkan adalah selainnya)34 artinya ( kebaikan)35 artinya ( dari karunia Allah, rahmat-Nya, kelembutan-Nya, dan taufiq-Nya, hingga kamu melalui jalan kesuksesan dan kebaikan)36 artinya ( bencana)37 artinya ( 83 dosa yang dilaksanakan dari hasil usahamu sendiri).39 C. Analisis Klausa Qurani Yang menjadi analisis klausa pada ayat ini adalah artinya memberikan keumuman terhadap semua bentuk kebaikan, kemudian dan semua bentuk kebaikan itu adalah datangnya dari Allah40 bisa juga berarti karunia, pemberian, kelembutan, dan rahmat Allah.41 Sedangkan

33 34

Ahmad as-Shawy, loc.cit. Abu Hibban al-Anda Lusy al-Garuati, Baht al-Muhit, (Juz. III; Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. Ahmad as-Shawy al-Maliky, loc.cit.

719.35 36

Wahbah az-Zuhaeli, Tafsir al-Munir, (Cet. I; Juz V; Beirut: Dar al-Fikr wa al-Maashir, 1991), h. 164.37 38 39 40

Ahmad As-Shawy, loc.cit. Ibid., Fakhruddin, Tafsir al-Kabit, (cet. I; Jilid V; Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1990), h. 152.

Al-Hafid ibn Katsir, Tafsir al-Qur'an al-Adzhim, (Cet. I. Juz I; Beirut: Maktabah an-Nur alIlmiah, 1991),h. 500.41

. Ibid.,

10

artinya suatu perbuatan yang dilakukan dari dirimu,42 atau musibah yang ditimpakan kepada dirimu hal itu disebabkan oleh hasi perbuatan tanganmu43 baik itu berupa kepayahan, bencana, atau kesusahan44 artinya bahwasanya Allah telah menyisihkan semua yang tidak baik melalui utusan seorang Rasul45 atau untuk menjelaskan keuniversalan risalah yang dibawa Rasulullah saw kepada seluruh manusia.46 artinya Allah mengawasi risalah yang dibawa oleh Muhammad dan tidak pantas di mana Allah mengawasi dalam pengawasaan-Nya kecuali taat dan mengikutinya, karena risalah itu datang dengan benar dan Allah menyaksikan hal itu.47

C. KAJIAN TEMATIK A. Makna Kebaikan dan Keburukan Kebaikan adalah sifat-sifat baik, perbuatan baik, kegunaan, sifat manusia yang dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum yang berlaku. Mempunyai pandangan kata yang varitatif seperti dan .Sedangkan kata disebut dalam al-Qur'an sebanyak 28 kali,48 mempunyai arti kebaikan sebanyak 25 kali yang disebutkan dalam berbagai surah di antaranya: QS. al-Baqarah (2): 201

42 43

Az-Zamakhsyari, ial-Kasysyaf, (Cet. I; Juz I; Beirut: Dar al-Fikr, 1977), h. 549.

Muhammad as-Syaukani, Fath al-Qadir, (Cet. I; Juz. I; Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1994), h. 618.44 45 46 47

Abu Hibban al-Andalusi al-Garanati, loc.cit., h. 721. Muhammad as-Syaukani, op.cit., h. 619. Abu Hibban al-Andalusi al-Garnati, loc.cit.,

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 14048

Departemen agama RI, Op.cit., h. 24.

11

........ ......... Terjemahnya : .....Ya Tuhan kami, berilah kami di dunia kebaikan dan kebaikan di akhirat.49 Dan sekali diartikan kesenangan seperti QS. al-A'raf (7): 95 ....... Terjemahnya : Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan.....50 Dan sekali diartikan kemakmuran seperti QS. al-A'raf (7): 131

Terjemahnya : Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran mereka mengatakan ini adalah hasil usaha kami.....51 Serta sekali pula diartikan tempat yang bagus seperti QS. an-Nahl (16): 41

Terjemahnya :

49 50 51

Ibid., h. 129. Ibid., h. 132 Ibid., h. 217

12

Dan orang yang berhijrah kepada Allah sesudah mereka dianiaya, pasti kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia...52 Sedangkan keburukan adalah keadaan (sifat dan sebagainya) yang buruk atau kejelekan.53 Sedangkan kata juga mempunyai padanan kata yang variatif seperti dan disebut dalam al-Qur'an sebanyak 21 kali54 dengan arti yang berfariasi. Seperti kejahatan disebutkan sebanyak 9 kali, contoh QS. Yusun (10): 27 Terjemahnya : Dan orang yang mengerjakan kejahatan...55 Dan selebihnya disebutkan dalam QS. al-Qasas 54 dan 48, QS. al-Mukminin ayat 40, QS. Fusshilat ayat 34, QS. al-Syura ayat 40 Dan mempunyai arti keburukan sebanyak 3 kali seperti QS. An-Naml (16): 46 Terjemahnya : Dia berkata: wahai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum kamu minta kebaikan....56 Dan selebihnya disebutkan dalam QS. al-Nisa ayat 58, QS. al-Mukminin ayat 96. Dan mempunyai arti bencana sebanyak 3 kali, seperti QS. Ali Imran (3): 120

52 53

Ibid., h. 217.

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 14054 55 56

Muhammad Fuad Abd. Baqi, op.cit., h. 364. Departemen Agama RI, op.cit., h. 169. Ibid., harus 304.

13

Terjemahnya : ...tapi jika kmau mendapat bencana mereka bergembira karenanya....57 Dan selebihnya disebutkan dalam QS. an-Nisa ayat 78 dan 79. Dan mempunyai arti Kesusahan sebanyak 3 kali seperti QS. al-A'raf (7): 95 Terjemahnya : Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kebaikan..58 Dan selebihnya disebutkan dalam QS. al-A'raf ayat 131 dan QS. as-Syura ayat 48. Dan mempunyai arti dosa, siksa, musibah masing-masing disebutkan 1 kali seperti QS. al-Baqarah (2): 18 .......................... Terjemahnya : Bukan demikian, yang benar barang siapa yang berbuat dosa...59 QS. artinya-Rad (13): 6 yang berarti siksa ....... Terjemahnya :

57 58 59

Ibid., h. 52. Ibid., h. 129. Ibid., h. 11

14

Mereka meminta kepadamu supaya disegerakan datangnya siksa...60 QS. al-Rum (30): 36 yang berarti musibah: ...... Terjemahnya : dan apabila mereka ditimpa musibah...61

B. Tentang Kebaikan dan Keburukan Bahwa secara nyata terlihat dan sekaligus diakui bahwa terdapat manusia yang berkelakuan baik dan buruk. Ini berarti bahwa manusia memiliki kedua potensi tersebut. Terdapat sekalian banyak ayat al-Qur'an yang dipahami menguraikan hal hakikat ini antara lain ( maka kami telah memberi petunjuk kepadanya (manusia) dengan dua jalan mendaki (baik dan buruk). QS. al-Balad (90): 8). Walaupun kedua potensi ini terdapat dalam diri manusia, namun ditemukan isyarat-isyarat dalam al-Qur'an bahwa kebaikan lebih dahulu menghiasi diri manusia dari pada kejahatan, dan manusia pada dasarnya cenderung kepada kebaikan.62 Dengan demikian menjadi amat wajar, jika ditemakan ayat-ayat al-Qur'an yang mengisyaratkan bahwa manusia pada hakikatnya setidaknya pada awal masa perkembangan tidak akan sulit melakukan kebaikan, lain halnya dengan melakukan keburukan. Salah satu fase dalam al-Qur'an menyatakan ( untuk manusia ganjaran bagi perbuatan baik yang dilakukan dan saknsi bagi perbuatan buruk yang dilakukannya). Dalam terjemahan di atas terlihat kalimat yang dilakukan disebut dua kali, yang pertama terjemahan dari kata Ksabat dan yang60 61 62

Ibid., h. 199. Ibid., h. 325 Quriash Shihab, Wawasan al-Qur'an (Cet. VIII; Bandung: Mizan, 1998), h. 254.

15

kedua terjemahan dari Iktasabat. Syekh Muhammad Abduh dalam Tafsir al-Manar menyatakan bahwa kata Iktasabat dan semua kata yang berfatron demikian memberi arti adanya semacam upaya sungguh-sungguh dari pelakunya, berbeda dengan kasabat yang berarti dilakukan dengan mudah tanpa pemaksaan. Dalam ayat di atas perbuatan manusia yang buruk dinyatakan dengan iksabat. Sedangkan perbuatan yang baik dengan kasabat. Ini menandakan bahwa fitrah manusia pada dasarnya cenderung kepada kebaikan, sehingga dapat melakukan kebaikan dengan mudah. Berbeda halnya dengan keburukan yang harus dilakukan dengan susah payah dan keterpaksaan ini tentu pada saat fitrah manusia masih berada di dalam kesucian.63 Menanggapi ayat tersebut di atas, pendapat senada dikemukakan oleh Jalaluddin Rahman bahwa perbuatan itu disebut negatif karena kata kasaba bergandengan dengan ala. Berarti perbuatan baik untuk yang pertama dan perbuatan buruk untuk yang kedua. Perbuaitan ayat tersebut bersifat jelek umum sesuai dengan keumuman cakupannya karena ditujukan kepada setiap diri. Pernyataan tersebut adalah atas seruan orang-orang musyrik yang bersedia menanggunbg dosa yang mengikuti jalannya, yakni menyembah selain Allah.64 Namun dapat pula dilihat adanya tendensi kebaikan yaitu dengan diciptakannya manusia dengan sebaik-baik bentuk, manusia disiapkan untuk menjadi khalifah di muka bumi, membawa amanah Allah untuk makhluk lainnya, manusia dimuliakan dan dilebihkan dari makhluk klainnya (lihat QS. al-Isra (17) : 70. Adapun diciptakannya manusia dengan sebaik-baik bentuk yakni diciptakannya ruh kepadanya, diberinya insting positif ajakan ini, secara fitrah timbul ajakan ini dari63 64

Lihat Ibid., h. 256.

Jalaluddin Rahman, Konsep Perbuatan Manusia Menurut al-Qur'an, (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 25-26.

16

alam bawah sadar.65 Selain itu dapat pula dilihat adanya tendensi kejahatan yaitu setelah Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baqah, Allah kembali ke derajat yang paling rendah, akibat mereka bermusuhan, egoisme, agresif, pemilikan, terutama instink seksual. Instink-instink inilah yang mendorong mereka bermusuhan satu sama lain, instink-instink ini menjadikan manusia ambil valen, jika dalam kenikmatan ia berbuat zalim, merasa perkasa, tetapi dalam saat kritis ia putus asa merasakan kehancuran.66

BAB III PENUTUP a. Kesimpulan i. Kata al-hasanah bukan hanya berarti kebaikan saja dalam arti yang lebih sempit, tetapi mempunyai pengertian yang lebih luas, yang mencakup aspek kehidupan manusia. Baik itu berupa karunia, taufiq atau hidayah misalnya, ataupun berupa kenikmatan yang dapat dirasakan. Hal ini karena pada akhirnya arti kebaikan itu, selalu menjurus pada suatu yang dapat memberikan kenyamanan bagi manusia, baik itu dapat dilihat atau dirasakan. Begitu pula arti keburukan yang pengertiannya tidak jauh beda dari kebalikan arti kebaikan, yang

Ali Abd. Azhim, Epistemologi dan Aksiologi Ilmu Prespektif al-Qur'an, (Cet. II; Bandung: Rosda, 1988), h. 106-107.66

65

Ibid., h. 110.

17

memberikan pengertian bahwa keburukan itu dapat dilihat atau dirasakan oleh seseorang. ii. Kebaikan dan keburukan sering dilakukan oleh manusia, yang pada dasarnya manusia tidak ada yang sempurna, yang diliputi oleh kekurangan dan kelebihan. Dari sifat inilah yang dimiliki oleh manusia sehingga melakukan kebaikan dan keburukan itu. Tetapi yang jelas bahwa keberadaan manusia selalu didominasi oleh perbuatan yang baik, hal ini karena fitrah dan instink yang dimiliki oleh manusia selalu mengarah kepada kebaikan serta selalu ingin melakukan kebaikan dan tidak ada orang yang menginginkan keburukan, karena keburukan itu pada dasarnya tidak diingini oleh manusia.

b. Implikasi Pembahasan Ayat-ayat al-Qur'an adalah objek pembahasan yang selalu dikaji, supaya dapat menghasilkan hukum-hukum serta hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya. Apabila melihat keadaan sekarang ini memang al-Qur'an dianggap representatif untuk selalu memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang muncul. Metode tahlili dan tematik dianggap sebagai metode yang baik dalam pengkajian terhadap ayat-ayat al-Qur'an. Karena akan memberikan hasanah atau perbendaharaan yang banyak baik analisis itu berupa kosa kata, frasa, ataupun klausa atau biasa juga disebut dengan kajian tahlili. Di samping itu juga memberikan khasanah terhadap pembahasan ayatayat al-Qur'an atau biasa juga disebut dengan kajian tematik. Dengan memperhatikan kedua kajian tersebut, maka semakin jelas implikasinya dihadapan kita untuk melihat lebih jauh kedepan terhadap ayat-ayat alQur'an sebagai sumber dan pedoman dalam kehidupan manusia.

18

Demikian makalah yang disampaikan dalam seminar mata kuliah tafsir dan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari saudara-saudara terutama oleh bapak pemandu, penulis sangat harapkan demi tercapainya hasil yang maksimal.