Konjungtivitis Kataralis Akut (Edit)
-
Upload
yylfordt-granz -
Category
Documents
-
view
545 -
download
28
description
Transcript of Konjungtivitis Kataralis Akut (Edit)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konjungtiva yang meradang disebut konjungtivitis. Peradangan
konjuntiva selain memberi keluhan yang khas pada anamnesis seperti gatal,
pedih, seperti ada pasir, rasa panas juga memberi gejala yang khas di
konjuntiva, ada sekret. Jika meluas ke kornea akan timbul silau dan ada air
mata berlebihan (epifora). Gejala objektif paling ringan adalah hiperemi dan
berair sampai berat dengan pembengkakan bahkan nekrosis. Bangunan yang
sering tampak khas lainnya adalah folikel, flikten dan sebagainya.3
Konjuntivitis, penyakit mata ini, disebabkan peradangan akibat infeksi
lapisan lendir yang menutupimata putih. Penyebab paling umum yang sering
dijumpai adalah kuman, virus, dan bakteri.1
Insidensi konjungtivitis di Indonesia berkisar antara 2-75%. Data
perkiraan jumlah penderita penyakit mata di Indonesia adalah 10% dari
seluruh golongan umur penduduk per tahun dan pernah menderita
konjungtivitis. Data lain menunjukkan bahwadari 10 penyakit mata utama,
konjungtivitis menduduki tempat kedua (9,7%) setelahkelainan refraksi
(25,35%).1
B. Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dari bagian farmakologi
kedokteran dan untuk memberikan penjelasan definisi, etiologi, epidemiologi,
dan penatalakasanaan konjungtivitis kataralis akut dengan menitikberatkan
pada penulisan resep yang rasional.
C. Tinjauan Pustaka
1. Konjungtivitis
1.1.1 Definisi
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva dengan sekret
konjungtiva (serous, mukus, mukopurulen), menular melalui kontak langsung
dengan sekret yang dapat mengenai satu atau kedua mata.1
Konjuntivitis, penyakit mata ini, disebabkan peradangan akibat infeksi
lapisan lendir yang menutupi mata putih. Penyebab paling umum yang sering
dijumpai adalahkuman, virus, dan bakteri.1
1.1.2 Epidemiologi
Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering
dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak pada
anak-anak dengan gizi kurang atau sering mendapat radang saluran napas,
serta dengan kondisi lingkungan yang tidak higiene. Pada orang dewasa juga
dapat dijumpai tetapi lebih jarang. Meskipun sering dihubungkan dengan
penyakit tuberkulosis paru, tapi tidak jarang penyakit paru tersebut tidak
dijumpai pada penderita dengan konjungtivitis flikten. Penyakit lain yang
dihubungkan dengan konjungtivitis flikten adalah helmintiasis. DiIndonesia
umumnya, terutama anak-anak menderita helmintiasis, sehingga hubungannya
dengan konjungtivitis flikten menjadi tidak jelas.2
1.1.3 Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti:2
Infeksi oleh virus atau bakteri
Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet
dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju
Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa
menyebabkan konjungtivitis.
Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:
Entropion atau ektropion.
Kelainan saluran air mata.
Kepekaan terhadap bahan kimia.
Pemaparan oleh iritan.
Infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia).
Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila anak mengalami gejala
alergi lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput,
serbuk bunga, hewan dan debu. Substansi lain yang dapat mengiritasi mata
dan menyebabkan timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin
dan sabun) dan polutan udara (seperti asap dan cairan fumigasi).2
1.1.4 Patofisiologi
Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan
konjungtiva terinfeksi dengan mikro organisme sangat besar. Pertahanan
konjungtiva terutama oleh karenaadanya tear film, pada permukaan
konjungtiva yang berfungsi melarutkan kotoran dan bahan-bahan yang toksik
kemudian mengalirkan melalui saluran lakrimalis ke meatusnasi inferior. Tear
film mengandung beta lisin, lisozim, Ig A, Ig G yang berfungs imenghambat
pertumbuhan kuman. Apabila ada kuman pathogen yang dapat
menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi infeksi konjungtiva yang
disebut konjungtivitis.4
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi
menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat
menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga
terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah
disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera
yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent.5
Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis
yaitu mikroorganisme, bahan alergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air
mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada
konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan
akan meningkatkan tekanan intraokuler yang lama kelamaan menyebabkan
saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang
terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea
yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang
disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan
rasa pusing.5,6
1.1.5 Manifestasi Klinis
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:2
Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak
Produksi air mata berlebihan (epifora)
Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah
akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel
konjungtiva bagian atas
Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi
nonspesifik peradangan
Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya
Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein)
Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah)
Gejala Konjungtivitis
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan
mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran
yang kental dan berwarna putih.Konjungtivitis karena virus atau alergi
mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan
sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi. Gejala lainnya
adalah:2
Mata berair
Mata terasa nyeri
Mata terasa gatal
Pandangan kabur
Peka terhadap cahaya
Terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari
1.1.6 Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa
menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan
komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani
diantaranya:2
Glaukoma
Katarak
Ablasi retina
Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala
penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea
adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di
kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama-kelamaan orang bisa
menjadi buta
Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik
dapat mengganggu penglihatan
1.1.7 Diagnosa
Gejala Subyektif
Konjungtivitis flikten biasanya hanya menyebabkan iritasi dengan rasa
sakit dengan mata merah dan lakrimasi. Khasnya pada konjungtivitis flikten
apabila kornea ikut terlibat akan terdapat fotofobia dan gangguan penglihatan.
Keluhan lain dapat berupa rasa berpasir. Konjungtivitis flikten biasanya
dicetuskan oleh blefaritis akut dan konjungtivitis bakterial akut.2
Gejala Obyektif Dengan Slit Lamp
Tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna kuning atau
kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya terdapat
pelebaran pembuluh darah konjungtiva (hiperemia). Bisa unilateral atau
mengenai kedua mata.2
1.1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab.
Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide
(sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol
0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis
karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya
infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin
(antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya
dexametazone 0,1%). Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk
memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali
sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi
gejala pada kasus ringan.2
Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi
antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya
iritis. Apabilaetiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea,
diberikan Tetracyclineoral 250 mg atau erythromycin 250 mg PO, bersama
dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin
sebelum tidur. Metronidazole topical (Metrogel) diberikan pada kulit TID
juga efektif.2
1.1.9 Prognosis
Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat
primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ
tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan
dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan. Bila segera diatasi,
konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang
mata tidak segeraditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti glaukoma, katarak
maupun ablasi retina.2
2. Konjungtivitis Kataral
1.2.1 Definisi
Konjungtivitis kataral akut disebut juga konjungtivitis mukopurulenta,
konjungtivitis akut simplek (pink eyes). Pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi
bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah
dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak.1
1.2.2 Etiologi
Menurut Michael Silverman (2007), berdasarkan beberapa penelitian,
penyebab terbanyak dari konjungtivitis mukopurulen adalah bakteri. Beberapa
bakteri yang palingumum sebagai penyebabnya adalah:1
Kokus Gram Positif : Staphylococcus epidermidis, Streptococcus
pyogenes, dan Streptococcus pneumonia.
Kokus Gram Negatif : Neisseria meningitidis dan Moraxella lacunata.
Batang Gram negatif: genus Haemophilus dan famili Enterobacteriaceae
Penyakit ini sangat menular. Penyebabnya bisa: Stafilokokus,
Hemofilus aegiptius atau kuman Koch-Weeks, pneumokokus, serta dapat
terjadi pada anak yang terkena campak (morbili).7
1.2.3 Klasifikasi
Konjungtivitis kataralis dibagi menjadi 3, yaitu:7
1. Konjungtiva Kataralis Akut
Disebut juga konjungtivitis mukopurulenta, konjungtivitis akuta
simplek (pink eye). Merupakan penyakit menular dengan penularan melalui
kontak langsung dengan secret konjungtiva. Dapat mengenai satu atau dua
mata. Etiologi: Koch-Weeks, Stafilokokus aureus, Streptokokus viridians, dan
virus.7,8
Gejala subjektif biasanya serasa seperti ada pasir atau ada benda asing
di mata, fotofobia (takut melihat sinar), jika secret menempel di kornea
menimbulkan kemunduran visus, lakrimasi (keluar air mata terus menerus),
blefarospasme.7
Gejala obyektif dapat berupa:7,8
Palpebra udem,
Konjungtiva palpebra merah, kasar, seperti beludru karena ada infiltrasi
Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtival banyak, kemosis, dapat
ditemukan pseudomembran pada infeksi dengan pneumokokus. Kadang-
kadang disertai perdarahan subkonjungtiva kecil-kecil baik di
konjungtiva palpebra maupun konjungtiva bulbi yang biasanya
disebabkan oleh pneumokokus atau virus.
Blefarospasme, secret mucous, atau mukopurulen, kadang-kadang dapat
disertai blefaritis. Kadang-kadang dapat sembuh sendiri oleh resistensi
tubuh setelah 1-2 minggu.
2. Konjungtivitis Kataralis Subakut
Merupakan lanjutan dari konjungtivitis akut atau oleh virus
haemofilus influenza. Manifestasi klinik: Palpebra udem, konjungtiva
palpebra tak begitu infiltratif, injeksi konjungtiva (+), tidak ada
blefarospasme, secret cair.7
3. Konjungtivitis Kataralis Kronis
Kelanjutan dari konjungtivitis kataralis akut atau disebabkan oleh
kuman Koch-Weeks, Stafilokokkus aureus, Moraxella Axenfeld, E. Coli, atau
dapat juga disebabkan oleh obstruksi duktus nasolakrimalis.7
Gejala subyektif: Gatal, ngeres, rasa berat dimata,terasa ada pasir, pagi
keluar kotoran banyak di mata.7
Gejala Obyektif : palpebra : tak bengkak, margo palpebra : blefaritis,
konjungtiva palpebra: sedikit merah, licin, kadang-kadang hipertrofis,
konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva ringan, dapatmengenai 1/ 2 mata,
sekret : mukoid.7
Tingkat keparahan konjungtivitis kataral ada dua bentuk, yaitu:9
Bentuk ringan, berupa reaksi kataral membran mukosa konjungtiva.
Ditandai dengan hiperemi disertai diskar (discharge) mukus yang
menyebabkan mata dompetdi pagi hari akibat penimbulan eksudat di
malam hari.
Pada derajat yang lebih berat, ditandai dengan seluruh konjungtiva
menjadi merah (pink eye). Seluruh vasa konjungtiva mengalami kongesti
yang disebut injeksi konjungtiva. Timbul sekret mukopurulen yang
kemudian menjadi purulen di forniks dan tepi palpebra, sehingga bulu
mata melekat satu sama lain oleh krusta kuning/adanya sekret purulen
yang menempel di kornea menyebabkan efek pisma di kornea sehingga
pasien melihat warna pelangi (halo) di sekitar lampu menyala. Harus
dibedakan dengan halo glaukomatosa pada serangan glaukoma akut.
Penyakit ini mencapai puncaknya di hari ketiga atau keempat. Apabila
tidak diobati gejalanya akan berkurang sendiri, tetapi kemudian
berkembang menjadi kronis. Komplikasinya adalah adanya abrasi kornea
(lecet kornea) yang kemudian berkembang menjadi ulkus (borok kornea.
Kadang-kadang terjadi keratitis superfisialis atau ulkus marginalis (ulkus
di tepi kornea).8
1.2.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan bakteriologik dilakukan dengan mengambil eksudat dan
dicat dengan pengecatan gram. Pembuatan kultur akan membantu memberi
keterangan tentang kepekaan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan.7
1.2.5 Komplikasi
Infeksi sekunder pada mata yang mudah adalah kelompok Pnemokokus,
Stafilokokus:7
H. aegyptus banyak menimbulkan perdarahan subkonjungtiva
H. influenza memberi eksudat cair
N. gonokokus akan memberi eksudat nanah diikuti perusakan jaringan
kornea
Kuman difteri akan memberi eksudat membranous yang akan berdarah
kalau dikelupas
Jenis kokus akan memberi eksudat psedomembran
Micobacterium tuberkulosis dan Treponema pallidum akan memberi
eksudat granulomatous di konjungtiva dengan diikuti pembengkakan
yang terlihat dan teraba dikelenjar pre uricular
BAB II
SIMULASI KASUS
A. Kasus
Tn. Sholihin, 37 tahun, pegawai di bagian keuangan perusahaan
pertambangan batubara, alamat Jalan Gatot Subroto No. 12A Banjarmasin,
datang jam 10.00 pagi ke Poliklinik dengan keluhan sakit mata. Kelopak
mata bengkak sejak siang kemarin dan mata terasa gatal. Sorenya mata jadi
merah, mata jadi silau dan berair bila melihat cahaya dan ada kotoran di
kedua mata. Pagi tadi kedua mata lengket karena kotoran mata. Malam tadi
sudah dicoba ditetesi obat tetes mata Gentamisin sisa obat anaknya 3 bulan
yang lalu. Mata jadi pedih dan sakit.
Pemeriksaan fisik :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
R : 24 kali/menit
Suhu : 37°C
Tinggi Badan : 160 cm dan BB : 58 kg
Pemeriksaan Fisik :
Mata OD/OS : edem palpebra, sekret kental di kedua mata dan bulu mata,
konjungtiva -bulbi dan sklera hiperemi
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
B. Tujuan Pengobatan
Tujuan pengobatan konjungtivitis kataralis akut adalah:
1. Pengobatan kausatif dengan pemberian antibiotik untuk mengatasi
bakteri penyebab konjungtivitis kataralis akut.
2. Pemberian kortikosteroid sebagai antiinflamasi, mengatasi mata
bengkak,merah dan gatal.
C. Daftar Kelompok Obat Beserta Jenisnya yang Berkhasiat Untuk Kasus
Tersebut.10,11
No. Kelompok Obat Nama Obat
1 Antibiotik Basitrasin
Polimiksin B
Neomisin
Siprofloksasin
Eritromisin
Gentamisin
Gramisidin
Ofloksasin
Sulfasetamid
Tobramisin
Tetrasiklin
2 Kortikosteroid Hidrokortison
Dexamethason
D. Kelompok obat atau jenis obat menurut khasiat dan keamanan dan
kecocokan
Kelompok/
Jenis Obat
Khasiat / efekKeamanan BSO
(Efek samping obat)
Kecocokan
(Kontra indikasi
BSO)Basitrasin Aktif terhadap kuman
gram positif
Reaksi hipersensitivitas
(gatal, merah, edema
pada konjungtiva dan
palpebra)
Hipersensitivitas
terhadap basitrasin
Polimiksin B Bakterisid terhadap
kuman gram negatif
Reaksi alergi jarang Hipersensitivitas
terhadap polimiksin
B
Neomisin Bakterisid terutama
terhadap kuman gram
negatif dan beberapa
kuman gram positif
Sensitisasi pada mata Hipersensitivitas
terhadap neomisin
Siprofloksasin Aktif terhadap kuman
gram negatif dan kuman
gram positif
Rasa panas atau tidak
enak setempat, gatal,
edema tertutup, mata
berair
Hipersensitivitas
terhadap
siprofloksasin
Eritromisin Aktif terhadap kuman
gram positif
Reaksi hipersensitivitas
(gatal, merah, edema
pada konjungtiva dan
palpebra)
Hipersensitivitas
terhadap eritromisin
Gentamisin Bakterisid terutama pada
kuman gram negatif
yang aerobik dan
beberapa kuman gram
positif
Reaksi hipersensitivitas
(gatal, merah, edema
pada konjungtiva dan
palpebra), halusinasi,
trombositopenia
Hipersensitivitas
terhadap gentamisin,
infeksi virus dan
jamur
Basitrasin Aktif terhadap kuman
gram positif
Reaksi hipersensitivitas
(gatal, merah, edema
pada konjungtiva dan
palpebra)
Hipersensitivitas terhadap
basitrasin
Polimiksin B Bakterisid terhadap
kuman gram negatif
Reaksi alergi jarang Hipersensitivitas terhadap
polimiksin B
Gramisidin Aktif terhadap kuman
gram positif
Sensitisasi pada kulit
dan konjungtiva
Hipersensitivitas terhadap
ofloksasin
Ofloksasin Aktif terhadap kuman
gram negatif dan kuman
gram positif
Matakering,
penglihatan berkurang
(kabur), mata merah,
mata berair, fotofobia,
konjungtivitis
Hipersensitivitas terhadap
ofloksasin
Sulfasetamid Aktif terhadap kuman
gram negatif dan kuman
gram positif
Rasa panas dan
konjungtivitis
Hipersensitivitas terhadap
sulfasetamid
Tobramisin Bakterisid terutama pada
kuman gram negatif
yang aerobik dan
beberapa gram positif
Reaksi hipersensitivitas
(gatal, merah, edema
pada konjungtiva dan
palpebra)
Hipersensitivitas terhadap
tobramisin
Tetrasiklin Aktif terhadap bakteri
gram negatif dan bakteri
gram positif
Urtikaria, dermatitis
eksfoliatif, edema
angioneurotik
Hipersensitivitas terhadap t
etrasiklin
Hidrokortison Antiinflamasi Infeksi sekunder,
menaikkan tekanan
intraokuler sampai pada
kerusakan saraf mata,
katarak subskapular
Hipersensitivitas, infeksi
virus, jamur, tuberkulosis,
herpetic keratitis, dan
glaukoma
Dexamethason Antiinflamasi Infeksi sekunder,
menaikkan tekanan
intraokuler sampai pada
kerusakan saraf mata,
katarak subskapular
post penggunaan yang
Hipersensitivitas, infeksi
virus, jamur, tuberkulosis,
herpetickkeratitis dan
glaukoma
E. Pilihan obat untuk kasus diatas dan alternatifnya
Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif
Nama Obat Neomisin, Polimiksin, dan
Dexamethason
Tobramisin dan
DexamethasonBSO Cair Cair
Generik Neomisin sulfat 0,35%
Polimiksin B 6000 unit/ml
Tobramisin 0,3%
Dexamethason0,1
%Paten Cendo xitrol Tobradex
BSO yang diberikan dan
alasannya
Tetes mata
Alasan: Absorbsinya cepat,
praktis, tidak mengganggu
aktivitas penderita
Tetes mata
Alasan: Absorbsinya cepat,
praktis, tidak mengganggu
aktivitas penderita
Dosis referensi Neomisin sulfat 0,35%
Polimiksin B 6000 unit/ml
Tobramisin 0,3%
Dexamethason 0,1%Dosis kasus Neomisin sulfat 0,35%
Polimiksin B 6000 unit/ml
Tobramisin 0,3%
Dexamethason 0,1%
Frekuensi pemberian dan
alasannya
4 kali sehari sesuai petunjuk
(tiap 4-6 jam), jadi dipilih
interval waktu terpanjang
4 kali sehari sesuai
petunjuk (tiap 4-6 jam),
jadi dipilih interval waktu
terpanjangCara pemberian dan alasan Diteteskan pada mata yang
sakit (2 tetes) kemudian mata
ditutup dan kelopak bawah
mata ditekan dengan jari secara
perlahan selama 2-3 menit
untuk menjaga obat tetap di
mata (1 tetes = 0,05)
Diteteskan pada mata yang
sakit (2 tetes) kemudian
mata ditutup dan kelopak
bawah mata ditekan
dengan jari secara perlahan
selama 2-3 menit untuk
menjaga obat tetap di mata
(1 tetes = 0,05)
Saat pemberian
dan alasan
Obat diteteskan pada mata
tiap 6 jam sekali (dipilih
interval waktu yang paling
panjang) agar tidak
menyulitkan
aktivitas/pekerjaan
penderita
Obat diteteskan pada
mata tiap 6 jam sekali
(dipilih interval waktu
yang paling panjang)
agar tidak menyulitkan
aktivitas/pekerjaan
penderitaLama pemberian dan
alasan
5 hari
Dengan pemberian selama
5 hari, konjungtivitis telah
memberikan penyembuhan
yang sempurna pada mata
5 hari
Dengan pemberian selama
5 hari, konjungtivitis telah
memberikan penyembuhan
yang sempurna pada mata
F. Resep yang Benar dan Rasional
dr. HittlerSIP. 1942-1945-3
Kantor RumahRS Swastika Jalan World War No. 1Jalan Nazi No. 9 Komplek BaratTelp. (0511) 7707804 Telp. (0511) 7709745Banjarmasin Banjarmasin
Banjarmasin, 6-9-2012
R/ Cendo xitrol gtt opth lag No.1 S. q.dd gtt II ods (o.6.h)
Pro : Tn. SolihinUmur : 37 tahunAlamat: Jalan Pearl Harbour No 5, Banjarmasin
G Resep Alternatif
G. Pengendalian Obat
Pengelolaan obat dilakukan dengan menggunakan obat sesuai dengan dosis,
cara pemberian dan lama pemberian sangat mendukung kesembuhan penyakit ini.
dr. HittlerSIP. 1942-1945-3
Kantor RumahRS Swastika Jalan World War No. 1Jalan Nazi No. 9 Komplek BaratTelp. (0511) 7707804 Telp. (0511) 7709745Banjarmasin Banjarmasin
Banjarmasin, 6-9-2012
R/ Tobradex gtt opth lag No.1 S. q.dd gtt II ods (o.6.h)
Pro : Tn. SolihinUmur : 37 tahunAlamat: Jalan Pearl Harbour No 5, Banjarmasin
Diagnosis pada kasus ini adalah konjungtivitis kataral akut dengan penyebab
terbanyak oleh bakteri gram positif khususnya Staphylococcus. Pada anamnesis
didapatkan keluhan kelopak mata bengkak, mata terasa gatal, mata merah, mata silau
saat melihat cahaya dan terlihat merah, ada kotoran dikedua mata, mata lengket
karena kotoran mata pada pagi hari, dan mata pedih dan sakit. Pada pemeriksaan fisik
pada mata kanan dan kiri didapatkan adanya edema palpebra, sekret kental,
konjungtiva bulbi dan sclera hiperemis, dan tidak ada kelainan pada iris dan lensa.
Pengobatan konjungtivitis kataralis akut pada umumnya adalah pengobatan
kausal.Pada kasus ini penyebab konjungtivitis adalah bakteri berdasarkan keluhan
dan pemeriksaan, namun bakteri penyebabnya sendiri belum diketahui karena harus
dilakukan kultur dari sekret mata maupun pemeriksaan tes sensitivitas terlebih
dahulu. Untuk itu pengobatan yang diberikan pada awal adalah antibiotik topikal
dengan spektrum luas selama 3-5 hari. Bila dalam waktu pengobatan tersebut tidak
memberikanhasil yang baik, maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil
pemeriksaan secret mata.Pada kasus ini diberikan pengobatan antibiotik yang
dikombinasikan dengan kortikosteroid, yaitu neomisin sulfat, polimiksin B, dan
dexametason dalam bentuk tetesmata. Penggunaan kombinasi dari dua antibiotik
dimaksudkan karena pada kasus ini etiologinya belum jelas, diduga terjadi infeksi
campuran, dan juga untuk memperlambat timbulnya resistensi dan mendapatkan efek
sinergis, selain itu juga karena pada pasienini mengalami infeksi mata yang cukup
berat, yaitu pada konjungtiva dan palpebra sehingga diharapkan dengan kombinasi
antibiotik dapat memperluas spektrum/daya kerjanya. Kortikosteroid diberikan untuk
mengurangi gejala inflamasi berupa mata merah dan kelompak mata yang bengkak
dan gatal. Kombinasi dari neomisin sulfat 3,5 mg, polimiksin B sulfat 6000 UI
dandexametason 0,1 % aktif terhadap bakteri penyebab konjungtivitis yaitu
Staphylococcus aureus, Eschericia coli, Haemophilus influenzae, Klebsiella,
Enterobacter, Neisseria, dan Pseudomonas aeruginosa.10,11
Neomisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosid. Penggunaannya
secara oral dan topikal, secara parenteral tidak lagi digunakan karena toksisitasnya
yang dapat menyebabkan ketulian. Aktivitasnya adalah bakterisid dengan penetrasi
dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi
diganggu sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan. Efek ini tidak saja terjadi pada
fase pertumbuhan,melainkan juga bila kuman tidak membelah diri.10,11
Neomisin efektif terhadap organisme gram negatif dan gram positif.
Kombinasidengan obat lain untuk memperluas aktivitasnya. Sensitivitas kontak kulit
timbul pada5% pasien jika obat ini dipakai lebih dari 1 minggu11.
Antibiotik kedua yang digunakan adalah polimiksin B, suatu polipeptida yang
aktif terhadap gram (-) khususnya Pseudomonas aeruginosa, E. coli,
Haemophilus, Klebsiella, Enterobacter, Salmonella, Bordella, dan Vibrio. Polimiksin
merupakan bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya dan kemampuannya untuk
melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga permeabilitas sel meningkat dan
akhirnya sel hancur. Kerjanya tidak bergantung dari keadaaan membelah tidaknya
kuman.Resorbsinya dari usus nihil, maka kini digunakan secara topikal pada infeksi
kulit, mata,telinga sering dikombinasikan dengan antibiotik lain.10,11
Kortikosteroid pada mata digunakan untuk mengatasi gejala inflamasi mata
bagian luar maupun pada segmen anterior serta mengatasi masalah mata seperti
bengkak ataupun gatal. Karena infeksi mata seringkali menyebabkan gejala gatal dan
bengkak sehingga sediaan obat antiseptik mata sering dikombinasi dengan
kortikosteroid untuk sebagai antiinflamasi.15
Kortikosteroid dapat meningkatkan tekanan intraokuler, maka bila digunakan
lebihdari dua minggu dianjurkan untuk memeriksa tekanan intraokuler. Atas
pertimbanganrasio manfaat maka kortikosteroid tetap diberikan pada kasus ini
mengingat keluhan peradangan pada mata sangat mengganggu.14
Kebanyakan infeksi mata superfisial akut dapat diobati secara topikal
dalam bentuk tetes mata maupun salep mata. Pada kasus ini, penderita dewasa dapat
diberikan tetes mata. Bentuk sediaan ini selain absorbsinya cepat, juga tidak
mengganggu aktivitas penderita. Obat tetes mata ini diberikan 1-2 tetes setiap 4 jam
sekali selama 3-5 hari.Sebelum pemberian obat tetes mata sebaiknya sekret pada mata
dibersihkan. Selain kombinasi di atas, dapat juga digunakan kombinasi tobramisin
dengan dexametason. Tobramisin adalah salah satu antibiotik yang dapat digunakan
dalam konjungtivitis kataralis akut. Tobramisin merupakan antibiotik yang aktif
terhadap kuman gram positif dan gram negatif. Spektrum antimikrobanya mirip
gentamisin, tetapi kerja anti-Pseudomonasnya in vitro lebih kuat. Digunakan pada
infeksi Pseudomonas yang resisten untuk gentamisin. Dipilihnya kombinasi
tobramisin dan deksametason karena sediaan ini memang ada di Indonesia.10,11
DAFTAR PUSTAKA
1. Hanafi O. Konjungtivitis.www.google.co.id/oddiehanafiblog, 20082.
2. Anonymous.Konjungtivitis.www.google.co.id/
22654876makalahkonjungtivitis,2009.3.
3. Hill MG. Conjunctivitis. Access Medicine, chapter 5, 2007.4.
4. Anonymous. Konjungtivitis.www.google.com/konjungtivitishtml, 2001.5.
5. Nirwanto E. Konjungtivitis.www.google.co.id/erwinblog, 2009.6.
6. Christopher J, Dennis E, Richard F, Gary E, Thimons J and Randall K.Care of
the patient with conjunctivitis. Optometric Clinical Practice Guideline Care
Of ThePatient With Conjunctivitis. American Optometric Association, 20107.
7. Rossawantari A. Diagnosis Konjungtivitis kataralis pada pria usia 35 tahun.
IlmuPenyakit Mata RSUD Salatiga, 2011.8.
8. Ilyas S, Mailangkay, Taim H, Saman R, Simarmata M and Widodod P.
IlmuPenyakit Mata. Edisi 2. Sagung seto, 2010.9.
9. Anonymous. Konjungtivitis. Modul discharge, 2002.10.
10. Tjay TH, Rahardja K. Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-
Efek Sampingnya Edisi 6. Jakarta : PT Gramedia, 2010.11.
11. Setiabudy R. Farmakologi dan terapi edisi 5. Jakarta : FKUI, 2009.12.
12. Anonymous. Cendo xitrol.http://www.medicastore.com diakses 4 Oktober
2011.13.
13. Anonymous. Tobradex. http://www.medicastore.com diakses 4 Oktober
2011.14.
14. Rengganis I.Penggunaan dan Efek Samping Steroid. Cermin Dunia
Kedokteran. 2006; 150.15.
15. Windah. Kortikosteroid Mata dan Kombinasinya dengan Antiseptik Mata.
2006.http://www.medicastore.com, diakses 25 Maret 2010
Laporan Simulasi Kasus
KONJUNGTIVITIS KATARALIS AKUT
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat untuk Mengikuti Ujian
Ilmu Farmasi Kedokteran
Oleh :
Bagus Wicaksono NIM. I1A006093
Susandy Oetama NIM. I1A008056
Chandra Wulan NIM. I1A008048
Pembimbing :
dr. Agung Biworo, M.Kes.
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
BAGIAN FARMAKOLOGI
BANJARBARU
2012