KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA PUTIH DI …
Transcript of KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA PUTIH DI …
1
KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA PUTIH
DI BUMI PAPUA (CPBP) KARYA DZIKRY EL HAN:
KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (STRATA I)
SRI WAHYUNI
NPM. 10080021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATRA BARAT
PADANG
2015
2
3
4
5
ABSTRAK
Sri Wahyuni (NPM: 10080021), Konflik Tokoh Utama dalam Novel Cinta
Putih di Bumi Papua (CPBP) Karya Dzikry El Han Kajian Sosiologi Sastra,
Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP
PGRI Sumatera Barat, Padang, 2015
Penelitian ini dilatarbelakangi tentang konflik sosial yang dialami oleh
tokoh utama dalam novel Cinta Putih di Bumi Papua disingkat dengan CPBP
karya Dzikry El Han. Tokoh utama banyak mengalami konflik dalam kehidupan,
terutama konflik yang disebabkan oleh interaksi sosial antar sesama. Novel CPBP
karya Dzikry El Han ini menjelaskan konflik yang dialami tokoh utama, serta
penyebab dan akibat konflik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan konflik tokoh utama dalam novel CPBP Karya Dzikry El Han.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskripsi
analisis. Metode deskripsi analisis ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan
fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Data penelitian ini berupa teks
beserta kutipan yang berkaitan dengan konflik tokoh utama, penyebab, dan akibat
konflik pada novel CPBP karya Dzikry El Han berdasarkan kajian sosiologi
sastra. Teknik pengumpulan data yaitu membaca dan memahami isi novel secara
keseluruhan, menandai atau mencatat data, mengiventarisasi data,
mengklasifikasikan bagian-bagian yang berkaitan dengan konflik tokoh utama
pada novel CPBP karya Dzikry El Han berdasarkan kajian sosiologi sastra. Untuk
keakuratan data menggunakan teknik pengabsahan data berupa teknik triangulasi.
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa novel CPBP Karya Dzikry
El Han terdapat konflik tokoh utama yakni konflik inter-individu, konflik antar
individu, dan konflik antar kelompok sosial. Penyebab konflik tersebut adalah
perbedaan antaranggota masyarakat, perbedaan pola kebudayaan, perbedaan status
sosial, dan perbedaan kepentingan antaranggota masyarakat. Akibat konflik
tersebut yang bersifat konflik adalah bertambahnya solidaritas dalam kelompok
sendiri, munculnya pribadi-pribadi yang kuat dalam menghadapi konflik, dan
munculnya kompromi baru jika pihak yang berkonflik seimbang. Akibat konflik
yang bersifat destruktif adalah hancurnya harta benda dan jatuhnya korban
manusia, berubahnya sikap dan kepribadian individu, dan munculnya dominasi
kelompok yang menentang terhadap kelompok yang kalah.
Kata kunci : konflik, tokoh utama, novel.
i
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt. sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konflik Tokoh Utama dalam Novel Cinta
Putih di Bumi Papua (CPBP) Karya Dzikry El Han Kajian Sosiologi Sastra” ini
dengan baik. Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan pihak-pihak yang
telah banyak membantu yaitu:
1. Lira Hayu Afdetis Mana, M.Pd., selaku pembimbing I dan Emil Septia, S.S.,
M.Pd., selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan masukan, kritik, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Iswadi Bahardur, S.S., M.Pd., Dra. Indriani Nisja, M.Pd., dan Silvia Marni,
M.Pd., sebagai dosen penguji dalam ujian komprehensif.
3. Iswadi Bahardur, S.S., M.Pd., selaku ketua Program Prodi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia beserta Dra. Indriani Nisja, M.Pd., sebagai sekretaris.
4. Drs. Wirsal Chan selaku pembimbing akademik (PA).
5. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI
Sumatera Barat yang telah membekali penulis dengan berbagi ilmu
pendidikan.
6. Kedua orangtua yang memberikan semangat, motivasi, dan doa kepada
penulis.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dan memberikan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
ii
7
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan dan
kekhilafan yang tidak disengaja. Untuk itu, penulis mengharapkan kritikan dan
saran dari pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih.
Padang, Oktober 2015
Penulis
iii
8
iv
9
v
10
vi
11
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 .................................................................................................. 128
LAMPIRAN 2 ................................................................................................... 130
LAMPIRAN 3 ................................................................................................... 132
LAMPIRAN 4 ................................................................................................... 136
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi dan hubungan sosial seseorang dengan orang lain dalam
masyarakat sering tidak berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh
ketidakadilan dan ketidak merataan masalah kehidupan yang akan menyebabkan
terjadinya konflik di tengah-tengah masyarakat. Konflik dipengaruhi oleh faktor
ras, etnis, agama, pola pikir, status sosial, dan budaya. Perbedaan tersebut
akhirnya menimbulkan berbagai kesenjangan sosial dalam masyarakat. Hal
tersebut selaras dengan pendapat Nurwako dan Suyatno (2011:68) bahwa banyak
faktor yang menyebabkan terjadinya konflik-konflik. Perbedaan pendirian dan
keyakinan orang telah menyebabkan konflik-konflik antar individu.
Bentuk-bentuk konflik khususnya konflik sosial yang terjadi pada diri
seseorang dapat pula ditemui pada karya sastra seperti novel. Konflik ini
merupakan bagian dari Alur. Alur adalah unsur utama dalam novel juga termasuk
latar dan penokohan. Hal ini selaras dengan pendapat Muhardi dan Hasanuddin
WS. (1992:20) mengatakan bahwa unsur intrinsik dapat dibedakan atas dua
macam, yakni unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama adalah semua yang
berkaitan dengan pemberian makna yang tertuang melalui bahasa. Informasi
dengan hal tersebut selama ini dikenal dengan istilah alur atau plot, penokohan,
dan latar atau setting. Berdasarkan unsur utama tersebut konflik-konflik sosial
antar tokoh dalam novel sengaja dihadirkan pengarang untuk menggerakkan jalan
cerita. Permasalahan atau konflik-konflik sosial yang dibicarakan dalam novel
1
viii
2
tidak terlepas dari kehidupan manusia. Melalui novel pengarang dapat
merefleksikan konflik-konflik sosial kehidupan atau memuat permasalahan
kehidupan yang lebih banyak dan kompleks.
Konflik yang tercipta pada tokoh dalam suatu cerita memegang peranan
penting, karena tanpa adanya konflik cerita tersebut tidak akan mencapai sebuah
klimaks. Konflik yang terjadi dalam sebuah cerita baik itu antar satu tokoh dengan
tokoh yang lain atau dengan dirinya sendiri dapat berhasil apabila memunculkan
emosi bagi pembacanya sehingga pembaca seolah-olah berada diposisi tokoh
tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa cerita itu akan menjadi hidup
kalau ada konflik yang terjadi pada tokoh.
Saat ini banyak sekali novel yang menceritakan tentang berbagai persoalan
dan masalah kehidupan manusia di tengah masyarakat, seperti novel Tanah Tabu
karya Anindita S. Thayf yang terbit pada tahun 2009 menceritakan tentang
berbagai konflik kehidupan masyarakat yang diceritakan dalam novel tersebut
seperti masalah adat budaya, politik, dan ekonomi, serta perselisihan. Selain itu
novel Memang Jodoh karya Marah Rusli tahun 2013 juga menceritakan tentang
perbedaan kebudayaan, percintaan, hukum adat dan sebagainya. Kedua novel ini
menceritakan tentang konflik tokoh dalam masyarakat.
Berbeda dengan novel Cinta Putih di Bumi Papua (CPBP) karya Dzikry
El Han untuk selanjutnya ditulis CPBP yang akan dianalisis dalam penelitian ini.
Novel ini mengungkapkan berbagai jenis konflik dan lika-liku kehidupan
masyarakat Papua yang digambarkan pada setiap tokoh yang terdapat dalam cerita
novel tersebut. Tokoh yang terdapat dalam cerita memiliki konflik pada diri
3
mereka. Tokoh yang berperan mulai dari awal penceritaan sampai selesai adalah
tokoh utama. Oleh karena itu, tokoh utama sangat berperan besar dalam sebuah
cerita dan memiliki konflik yang cukup banyak dibandingkan dengan tokoh lain.
Novel CPBP karya Dzirky El Han ini memiliki daya tarik tersendiri. Tidak
banyak novel yang menceritakan tentang tokoh masyarakat Papua. Novel CPBP
karya Dzikry El Han ini ternyata penulisnya bukan orang asli Papua tetapi ia
berasal dari Jawa. Dzikry El Han bisa menuangkan ide, gagasan dan pikiran, serta
imajinasinya untuk membuat cerita yang menarik dan menyentuh perasaan
pembaca tentang kehidupan masyarakat Papua. Dzikry El Han juga merupakan
seorang penulis dan seorang jurnalis. Dzikry El Han dan keluarganya telah
menetap di Papua mulai tahun 2009. Pengalaman selama tinggal di Papua, serta ia
melakukan diskusi-diskusi tentang budaya Papua dengan beberapa antropolog ia
bisa menulis novel bernuansa etnik.
Novel CPBP karya Dzikry El Han ini bercerita tentang bagaimana tokoh
menghadapi konflik dan menjalankan kehidupan yang selalu diikuti dengan
berbagai masalah. Konflik yang dibicarakan dalam novel adalah konflik yang
terjadi pada tokoh dan antara tokoh, serta konflik dalam masyarakat. Kisah-kisah
yang menarik dan percintaan yang mengharukan serta perjuangan hidup yang
menjadi inspirasi bagi pembaca menjadi daya tarik tersendiri untuk diteliti.
Tokoh yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini tidak semua tokoh,
akan tetapi hanya tokoh utamanya saja. Tokoh utama yakni Atar Bauw menjadi
pusat penceritaan mulai dari awal sampai akhir cerita. Atar Bauw merupakan
pemuda yang terpandang di desanya. Ia merupakan satu-satunya orang yang
4
dipercara untuk menjadi pemimpin di desanya. Oleh karena itu banyak orang yang
iri dan ingin menghancurkan hidupnya teruta pemuda yang ada di kampungnya.
Tokoh utama lebih banyak mengalami konflik daripada tokoh yang lain.
Konflik-konflik yang dialami tokoh dilatar belakangi oleh beberapa faktor
penyebab, seperti perbedaan kepentingan dan perbedaan status sosial. Konflik
yang dikaji dalam novel ini dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia,
khususnya kehidupan masyarakat Papua. Hal tersebut dapat dijadikan
pengetahuan dan menambah pemahaman tentang konflik-konflik yang terjadi
pada diri seseorang dalam masyarakat. Tidak hanya itu, mereka juga dapat
mencari solusi untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dan yang mereka alami
sendiri di dalam kehidupan bermasyarakat. Hal inilah yang menjadi latar belakang
peneliti untuk menganalisis konflik tokoh utama, penyebab, serta akibat konflik
tersebut dalam novel CPBP karya Dzirky El Han kajian sosiologi sastra.
Penelitian ini tidak hanya meneliti tentang konflik tokoh utama, penyebab,
dan akibat dari konflik tersebut. Akan tetapi, penelitian ini juga akan menjabarkan
implikasinya terhadap pengajaran sastra di SMA kelas XI semester satu. Sesuai
SK 7. yaitu memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan.
Dengan KD 7.2 yaitu menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia atau terjemahan. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pembanding dan
pertimbangan bagi guru untuk diajarkan kepada siswa di sekolah.
5
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka fokus masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Jenis Konflik tokoh utama dalam novel CPBP karya Dzikry El Han kajian
Sosiologi Sastra.
2. Penyebab konflik tokoh utama dalam novel CPBP karya Dzikry El Han kajian
Sosiologi Sastra.
3. Akibat konflik tokoh utama dalam novel CPBP karya Dzikry El Han kajian
Sosiologi Sastra.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah jenis konflik tokoh utama dalam novel CPBP karya Dzikry El Han
kajian Sosiologi Sastra?
2. Bagaimanakah penyebab konflik tokoh utama dalam novel CPBP karya
Dzikry El Han kajian Sosiologi Sastra?
3. Bagaimanakah akibat konflik tokoh utama dalam novel CPBP karya Dzikry El
Han kajian Sosiologi Sastra?
6
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan jenis konflik tokoh utama dalam novel CPBP karya
Dzikry El Han kajian Sosiologi Sastra.
2. Untuk mendeskripsikan penyebab konflik tokoh utama dalam novel CPBP
karya Dzikry El Han kajian Sosiologi Sastra.
3. Untuk mendeskripsikan akibat konflik tokoh utama dalam novel CPBP karya
Dzikry El Han kajian Sosiologi Sastra.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun manfaat secara praktis. Manfaat yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoretis
Melalui penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah
penelitian terhadap karya sastra yang berupa novel dengan penekanan pada
analisis sosiologi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman
untuk kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan
acuan bagi mahasiswa untuk memotivasi ide dan gagasan baru yang lebih
7
kreatif dan inovatif demi kamajuan ilmu pendidikan, khususnya ilmu
bahasa dan sastra.
b. Bagi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pengajar dan
pendidik yang khususnya guru bahasa dan sastra Indonesia di berbagai
sekolah sebagai bahan ajar pada materi sastra.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
peneliti berikutnya. Bagi peneliti sendiri, untuk menambah pengetahuan
tentang analisis karya sastra khususnya novel.
F. Batasan Istilah
Batasan Istilah dalam penelitian ini berdasarkan KBBI adalah sebagai
berikut.
1. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dng orang di sekelilingnya dengan menonjolkan
watak dan sifat setiap pelaku, (Depdiknas, 2001:788).
2. Penokohan adalah proses, cara, perbuatan menokohkan, penciptaan citra
tokoh dalam karya susastra, (Depdiknas, 2001:1203).
3. Tokoh utama adalah peran utama dalam cerita rekaan atau drama,
(Depdiknas, 2001:1203).
4. Konflik adalah percekcokan, perselisihan, pertentangan, ketegangan atau
pertentangan di dalam cerita rekaan atau drama (pertentangan antara dua
8
kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, pertentangan antara dua
tokoh, dan sebagainya), (Depdiknas, 2001:587).
5. Sosiologi pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan
perkembangan masyarakat; ilmu tentang struktur sosial, proses sosial, dan
perubahannya, (Depdiknas, 2001:1085).
6. Sosiologi sastra adalah memasalahkan pembaca dan pengaruh sosialnya
terhadap masyarakat.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Sehubungan dengan masalah penelitian maka uraian yang akan dibahas
dalam landasan teori yaitu (1) hakikat novel, (2) hakikat konflik, (3) penyebab
terjadinya konflik, (4) akibat konflik, dan (5) pendekatan sosiologi sastra dalam
analisis sastra
1. Hakikat Novel
Teori yang akan diuraikan pada bagian ini adalah (a) pengertian novel, (b)
unsur-unsur novel. Berikut penjelasan teori tersebut.
a. Pengertian Novel
Atmazaki (2005:170) menjelaskan bahwa novel adalah suatu bentuk karya
sastra prosa imajinatif yang panjang secara substansial. Novel menceritakan
tentang tindakan karakter tokoh yang semuanya merupakan imajinasi pengarang
sehingga disebut dengan fiksi. Meskipun ada fakta sejarah dengan tokoh-tokoh
yang benar-benar pernah hidup, namun tidak mengurangi aspek fiksi dalam novel.
Fakta sejarah tersebut oleh pengarang diverifikasi sebagai karya imajinatif.
Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS. (1992:5) novel merupakan karya
naratif dengan mengandalkan kekuatan imajinasi dalam proses penciptaannya.
Novel memuat beberapa kesatuan permasalahan yang membentuk rantai
permasalahan. Permasalahan dalam novel di samping diikuti oleh faktor penyebab
dan akibatnya terjadi rangkaian dengan permasalahan berikutnya, yakni dengan
9
10
mengungkapkan kembali permasalahan tersebut atau akibat tersebut menjadi
faktor penyebab untuk permasalahan berikutnya.
Persoalan kehidupan yang diangkat seperti kesedihan, kegembiraan,
penghianatan, kejujuran, dan permasalahan kemanusiaan lainnya. Nurgiyantoro
(1995:2) mengatakan bahwa novel sebagai karya sastra yang bersifat imajinasi
yang selalu menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup
dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut kemudian
mengungkapkannya kembali melalui sarana novel sesuai dengan pandangannya.
Jadi, berdasarkan pengalaman-pengalaman dan pengamatan pengarang melakukan
perenungan secara intens, sehingga mampu menuangkannya dalam bentuk sebuah
karya.
Membaca sebuah novel berarti menikmati sebuah cerita yang mampu
memberikan hiburan dan kepuasan batin bagi pembacanya. Melalui sarana cerita
pembaca secara tidak langsung dapat merasakan dan menghayati berbagai
permasalahan kehidupan yang secara sengaja atau tidak ditawarkan oleh
pengarang. Teeuw (dalam Atmazaki, 2005:23) menyatakan novel merupakan
sebuah duniarekaan yang tugasnya hanya satu, yakni patuh dan setia pada diriya
sendiri. Berdasrkan pendapat tersebut bahwa novel merupakan suatu kesatuan
yang padu dan tidak dapat dihubungkan dengan kenyataan atau diri pengarang
untuk menguji kebenarannya.
Berdasarkan pendapat ahli satra tersebut dapat disimpulkan bahwa karya
sastra yang berupa novel hanyalah rekaan, khayalan atau imajinasi pengarang
yang dituangkan dalam bentuk cerita. Realitas yang dihasilkan adalah realitas
11
novel yang kebenarannya hanya berada dalam khayalan dan karya yang
dihasilkan. Kebenaran realitas fiksi tidak dapat ditemukan dalam realitas objektif.
Namun, sering terlihat persamaan dalam novel dengan peristiwa yang ada pada
realitas objektif. Persamaan yang muncul disebabkan bahan penciptaan yang telah
mengalami proses kreatif pengarang.
b. Unsur Pembangun Novel
Novel dibangun oleh unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik
adalah unsur yang terkandng di dalam karya sastra. Unsur intrinsik di sini
mengacu kepada unsur utama yaitu penokohan, tema, amanat, latar, alur atau plot,
sudut pandang, dan gaya bahasa. Sedangkan unsur ekstrinsik yaitu unsur yang
terdapat di luar karya sastra.
1) Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta
membangun cerita. Nurgiyantoro (1995:23) menyatakan bahwa unsur intrinsik
adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra. Sementara itu, Muhardi dan
Hasanuddin WS. (1992:22) membedakan unsur intrinsik menjadi dua macam,
yaitu unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama adalah semua yang
berkaitan dengan pemberian makna yang tertuang melalui bahasa. Sedangkan
unsur penunjang adalah segala upaya yang digunakan dalam memanfaatkan
bahasa. Jadi, unsur intrrinsik dalam karya sastra ada dua yaitu unsur utama dan
unsur penunjang. Untuk menunjang penelitian ini unsur intrinsik yang digunakan
adalah unsur utama yaitu tokoh, alur, dan latar.
12
a) Tokoh/Penokohan
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:165), tokoh cerita adalah
oarng-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu, seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS. (1992:24), bahwa penokohan termasuk
masalah penamaan, pemeranan keadaan fiksi, keadaan psikis, dan karakter.
Menurut Nurgiyantoro (1995:165) bahwa tokoh adalah orang atau pelaku
cerita, tokoh cerita mempunyai posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai
pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada
pembaca. Dalam Nurgiyantoro (1995:166), bahwa untuk mengetahui kepribadian
seorang tokoh, pemaknaan itu dilakukan berdasarkan kata-kata dan tingkah laku
lain. Bagian-bagian penokohan harus saling berhubungan dalam upaya
membangun permasalahan fiksi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah
pelaku atau orang-orang yang berperan dalam cerita, sedangkan penokohan adalah
penamaan terhadap tokoh tersebut dalam cerita sekaligus berperan dalam cerita.
b) Alur atau Plot
Menurut Kenny (dalam Nurgiyantoro, 1995:153) bahwa plot sebagai
peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana
karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab
akibat. Sementara itu, menurut Ramadansyah (2012:153) Alur atau plot
merupakan rangkaian peristiwa secara susul-menyusul dan sebab-akibat atau
13
akibat sebab. Menurut Luxemburg dkk, (dalam Nurgiyantoro, 1995:117) bahwa
peristiwa itu sendiri adalah sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan lain.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa alur atau plot adalah
unsur yang sangat penting dalam sebuah cerita. Rangkajian peristiwa dalam
sebuah cerita. Plot menduduki posisi terpenting karena daya tariknya yang siap
membuat pembaca larut dalam cerita.
Plot yang terdiri atas rangkaian peristiwa demi peristiwa dalam sebuah
cerita juga memiliki tahapan-tahapannya. Summers (dalam Nurgiyantoro,
1995:149) mengatakan tahapan plot dapat dibedakan menjadi lima bagian, yaitu
1) Tahap situation atau penyituasian. Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan
situasi latar dan tokoh-tokoh dalam cerita. Tarap ini merupakan tahap pembukaan
cerita atau pemberian informasi awal. 2) Tahap generating circumstances atau
tahap pemunculan konflik. Tahap ini merupakan tahap munculnya konflik.
Konflik tersebut akan berkembang menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.
3) Tahap rising action atau tahap peningkatan konflik. Pada tahap ini peristiwa-
peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan
menegangkan. Di dalamnya terdapat pertentangan-pertentangan, benturan antar
kepentingan, masalah, dan konflik yang mengarah kepada klimaks semakin tak
dapat dihindari. 4) Tahap climax atau tahap klimaks. Pada tahap ini pertentangan
dan masalah mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami
tokoh utama yang berperan sebagai pelaku. 5) Tahap denouement atau tahap
penyelesaian. Ketegangan dikendorkan, konflik-konflik yang terjadi diberi jalan
14
keluar, dan cerita diakhiri. Tahap ini merupakan akhir dari penceritaan dalam
novel.
c) Latar
Latar atau setting merupakan penanda identitas permasalahan fiksi yang
secara samar diperlihatkan alur atau penokohan. Latar atau setting yang disebut
juga sebagai landasan tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu,
dan hubungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan,
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:216).
Menurut Nurgiyantoro (1995:227) unsur latar dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga unsur pokok: 1) latar tempat, yaitu latar yang merupakan lokasi tempat
terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. 2) latar waktu, yaitu latar
yang berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang terjadi dalam
karya fiksi. 3) latar sosial, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat dalam karya fiksi. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa latar merupakan tempat, waktu, dan sosial terjadinya
peristiwa.
2) Unsur Ekstrinsik
Ramadansyah (2012:151) mengatakan bahwa unsur ekstrinsik yaitu unsur
yang mengkaji dan menganalisis hal yang berkaitan dengan pemilik sastra yang
turut mewarnai isi dan bentuk karya sastra. Sementara itu, Nurgiyantoro (1995:23)
menyatakan bahwa unsur ekstrinsik adalah usnur-unsur yang berada di luar karya
sastra itu sendiri, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau
sistem organisme karya sastra. Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS, (1992:20)
15
unsur ektrinsik fiksi yang utama adalah pengarang, sedangkan pengaruh lain akan
masuk ke dalam fiksi melalui pengarang.
Menurut Wellek dan Werren (dalam Nurgiyantoro, 1995:24) unsur
ekstrinsik terdiri dari sejumlah unsur, antara lain adalah keadaan subjektifitas
individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup. Semua
itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Selain itu, keadaan lingkungan
pengarang seperti ekonomi, politik, social, dan agama juga akan berpengaruh
terhadap karya satra dan hal itu merupakan unsur ektrinsik. Unsur ekstrinsik di
dalam novel CPBP karya Dzikry El Han tersebut dapat digolongkan menjadi dua
yaitu:
a. Pengarang
Pengarang adalah sebutan bagi orang yang membuat sebuah karya satra
atau menciptakan sebuah karangan seperti mengarang cerita, berita, buku, novel,
dan sebagainya melalui imajinasi pengarang itu sendiri.
b. Realitas Sosial
Realitas sosial merupakan suatu peristiwa yang memang benar-benar
terjadi di tengah masyarakat tanpa ada rekayasa. Salah satunya di dalam novel
CPBP karya Dzikry El Han, yaitu menyangkut masalah sosial yang menceritakan
semua kenyataan hidup yang dialami oleh tokoh secara nyata.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, unsur intrinsik ialah yang menyusun unsur
ekstrinsik dapat berupa faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum,
pendidikan, serta realitas objektif dan nilai-nilai. Unsur ekstrinsik juga merupakan
16
unsur yang berada di luar karya sastra yang berkenaan dengan pemilik sastra yang
mewarnai sebuah karya sastra (novel) serta realitas objektif dan nilai-nilai.
2. Hakikat Konflik
Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesama
manusia. Ketika berinteraksi dengan sesama manusia, selalu diwarnai dengan
konflik. Dengan demikian konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia.
Begitu juga dengan manusia rekaan dalam karya sastra, berikut penjelasan tentang
pengertian konflik dan jenis-jenis konflik dalam karya sastra.
a. Pengertian Konflik
Wellek dan Werren (1995:285) mengemukakan bahwa konflik suatu yang
dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan
menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan (reaksi). Menurut Nurgiyantoro
(1995:122) konflik adalah kejadian yang tergolong penting (jadi, ia akan berupa
peristiwa fungsional, utama, atau kernel), merupakan unsur yang esensial dalam
pengembangan plot. Konflik terjadi adanya pertentangan antara lahir dan batin,
adanya disposisi dan alam sekitar. Ahmadi (2007:281) menyebutkan bahwa secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau
membuatnya tidak berdaya.
Konflik merupakan gambaran ketidakstabilan jiwa yang kemudian
membentuk pola konflik menjadi klimaks. Perjalanan cerita dalam novel sangat
membutuhkan konflik. Cerita tanpa adanya konflik akan mati rasa dan tidak
17
menarik. Cerita yang ditampilkan dalam novel harus bisa membangun rangkaian-
rangkaian antar peristiwa, sehingga novel itu menarik untuk dibaca. Keadaan
konflik dalam ruang lingkup plot cerita sebuah novel tidak dapat dimungkiri,
karena plot atau alur berisi konflik. Alur cerita dengan konflik sangat berkaitan.
Alur tanpa konflik tidak berarti, sementara konflik lahir karena adanya alur.
Antara konflik pada tokoh, peristiwa, alur, dan latar mempunyai hubungan
yang erat dan dapat saling menyebabkan satu sama yang lain. Ada peristiwa, alur,
dan latar tentu dapat menimbulkan konflik, sebaliknya karena terjadi konflik
peristiwa-peristiwa lain pun dapat bermunculan. Konflik demi konflik disusul
oleh peristiwa demi peristiwa akan menyebabkan konflik semakin meruncing atau
semakin memanas.
Berdasarkan hal tersebut, Fitzgerald (dalam Nurgiyantoro, 1995:122)
menyatakan bahwa konflik sebagai suatu yang bersifat tidak menyenangkan
terjadi atau dialami tokoh-tokoh itu mempunyai kebebasan untuk memilih, ia
(mereka) tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa konflik merupakan perlawanan dua kekuatan yang hampir
sama serta menyiratkan aksi balasan dalam waktu yang sama dan bersifat tidak
menyenangkan.
Berdasarkan pendapat ahli sastra tersebut dapat disimpulkan bahwa
konflik mempunyai peranan penting dalam menciptakan karya sastra, khususnya
novel. Sebuah novel akan menjadi menarik bagi pembaca dengan konflik-konflik
yang ada di dalamnya. Penyuguhan konflik dalam novel juga dapat membawa
pembaca turut serta dalam kisah yang disampaikan. Karena dalam konflik tersebut
18
pesan-pesan dan bahan renungan yang ingin ditujukan pengarang kepada
pembaca. Melalui kaitan yang amat sosiologis dengan unsur tokoh dan penokohan
serta lebih menekankan pada aspek konflik tokoh utama, karya sastra dalam
penelitian ini dipilih novel CPBP karya Dzikry El Han dengan kajian sosiologi
sastra.
b. Jenis-jenis Konflik
Konflik dalam sebuah cerita berkaitan erat dengan peristiwa yang terjadi
di dalamnya. Adanya suatu peristiwa tentu akan dapat menimbulkan konflik
begitu juga sebaliknya karena terjadi konflik peristiwa-peristiwa lain akan
bermunculan sebagai akibatnya. Sehubungan dengan masalah konflik, Ahmadi
(2007:285-286) membagi tiga tipe situasi konflik, sebagai berikut.
1. Konflik interindividu
Konflik ini merupakan tipe konflik yang paling erat kaitannya dengan emosi
individu hingga tingkat keresahannya yang paling tinggi. Konflik ini dapat
muncul dari dua penyebab; karena kelebihan beban (role overloads) atau
karena ketidaksesuaian seseorang dalam melaksanakan peranan (person role
incompatibilities).
2. Konflik antarindividu
Konflik ini terjadi antara seseorang dengan satu orang atau lebih, sifatnya
kadang-kadang substantif menyangkut perbedaan gagasan, pendapat,
kepentingan, atau bersifat emosional menyangkut perbedaan selera, perasaan
suka atau tidak suka.
19
3. Konflik antarkelompok sosial
Konflik ini banyak dijumpai dalam kenyataan hidup manusia dengan makhluk
sosial, karena mereka hidup berkelompok-kelompok.
Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 1995:124) membedakan konflik
atas dua kategori: (1) konflik eksternal (external conflict), (2) konflik internal
(internal conflict), berikut uraiannya:
1. Konflik eksternal (external conflict) yaitu konflik yang terjadi antara seorang
tokoh dengan suatu yang di luar dirinya, mungkin dengan lingkungan alam,
mungkin pula dengan lingkungan manusia. Konflik eksternal dapat dibedakan
atas dua, yaitu konflik fisik dan konflik sosial.
a. Konflik fisik (physical conflict) adalah konflik yang disebabkan
perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam.
b. Konflik sosial (social conflict) adalah konflik yang disebabkan oleh
adanya kontak sosial atau interaksi antar manusia. Berbagai masalah
manusia dalam hubungannya dengan manusia itu sendiri.
2. Konflik internal (internal conflict), konflik disebut juga dengan konflik
kejiwaan (batin). Konflik ini merupakan konflik yang terjadi karena
pertentangan hati atau jiwa seseorang tokoh dengan tokoh lain. Konflik ini
merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri. Ia lebih
merupakan permasalahan interen seorang manusia. Misalnya, hal ini terjadi
karena adanya dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-
harapan, atau masalah lainnya. Konflik kejiwaan juga merupakan
pertentangan dua keinginan di dalam diri sang tokoh.
20
Konflik internal dan eksternal saling menyebabkan terjadinya konflik antar
satu tokoh dengan tokoh yang lainnya dan dapat terjadi secara bersama. Artinya,
konflik-konflik itu dapat sekaligus terjadi dan dialami oleh seorang tokoh cerita
dalam waktu yang bersamaan, walaupun tingkat intensitasnya mungkin saja tidak
sama. Tingkat kompleksitas konflik yang ditampilkan di dalam sebuah karya fiksi,
dalam banyak hal menentukan kualitas, intensitas, dan kemenarikan karya itu.
Bahkan dapat dikatakan bahwa dalam menulis cerita sebenarnya adalah
membangun atau mengembangkan konflik-konflik itu sendiri dapat dicari,
ditemukan, dan dikembangkan berdasarkan konflik yang ditemui.
Penjelasan tentang jenis dan tipe situasi konflik di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa konflik yang tejadi di dalam kehidupan itu bermacam-macam.
Semua jenis dan tipe situasi konflik tersebut adanya keterkaitan satu dengan yang
lainnya. Jadi manusia tidak terlepas dari yang namanya konflik.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan mengkaji dan menganalisis
tentang konflik tokoh utama dalam novel CPBP karya Dzikry El Han kajian
sosiologi sastra. Penelitian ini menggunakan teori dari Ahmadi untuk menelaah
konflik tokoh utama. Inti teori Ahmadi yaitu membagi tipe konflik menjadi tiga
macam yakni konflik interindividu, konflik antarindividu, dan konflik
antarkelompok sosial.
3. Penyebab Konflik
Secara umum suatu konflik dapat terjadi apabila seseorang atau kelompok
terhadap upayanya dalam mencapai suatu tujuan. Hal tersebut dikarenakan
21
perbedaan pemahaman terhadap tujuan itu sendiri, nilai-nilai sosial dan norma-
norma sosial, maupun terhadap tindakan dalam masyarakat. Terlebih lagi apabila
sanksi atas pelanggaran yang terjadi di atas nilai dan norma tidak dilaksanakan
dengan adil, konflik dapat berubah menjadi tindakan kekerasan. Ahmadi
(2007:290-291) menjelaskan faktor-faktor yang menjadi akarnya terjadi konflik
dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut.
1. Perbedaan antaranggota masyarakat, baik secara fisik maupun mental, atau
perbedaan kemampuan, pendirian, dan perasaan sehingga menimbulkan
pertikaian atau bentrokan antara mereka.
2. Perbedaan pola kebudayaan, seperti perbedaan adat-istiadat, suku bangsa,
agama, bahasa, paham politik, pandangan hidup, dan budaya daerah lainnya,
sehingga mendorong timbulnya persaingan dan pertentangan, bahkan
bentrokan di antara anggota masyarakat.
3. Perbedaan status sosial, seperti kesenjangan sosial antara si kaya dan si
miskin, generasi tua dan generasi muda, dan sejenisnya.
4. Perbedaan kepentingan antar-anggota masyarakat baik secara pribadi maupun
kelompok, seperti perbedaan kepentingan politik, ekonomi, sosial, budaya,
agama, dan sejenisnya.
5. Terjadinya perubahan sosial, antara lain berupa perubahan sistem nilai, akibat
masuknya sistem nilai baru yang mengubah masyarakat tradisional dan
masyarakat modern.
Konflik sering sekali terjadi pada diri seseorang, baik dalam dirinya
sendiri maupun dengan orang lain. Adanya sebuah konflik tentu ada sebuah sebab
22
kenapa konflik itu terjadi. Menurut Layn (2010) penyebab terjadinya konflik
adalah:
a. Hubungan Masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terjadi,
ketidakpercayaan dan permusuhan antar kelompok yang berbeda dalam suatu
masyarakat.
b. Kebutuhan Manusia
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik,
mental, dan sosial) yang tidak terpenuhi atau terhalangi.
c. Negosiasi Prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi yang tidak selaras dan
perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak yang mengalami konflik
tersebut.
d. Identitas
Mengasumsikan bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam
misalnya, penderitaan di masa lalu yang tidak terselesaikan.
e. Kesalahpahaman antar Budaya
Mengasumsikan bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara
komunikasi antar berbagai budaya yang berbeda.
f. Transformasi Konflik
Mengasumsikan bahwa konflik disebabkan oleh masalah ketidaksetaraan dan
ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial budaya dan ekonomi.
23
4. Akibat Konflik
Konflik pada individu atau kelompok masyarakat terjadi karena adanya
penyebab terjadi konflik tersebut. Jika ada sebab terjadinya konflik tentu ada pula
akibat dari konflik tersebut. Ahmadi (2007:296) menyebutkan bahwa ada
beberapa akibat dari konflik sebagai berikut.
a. Yang Bersifat Konflik
1) Bertambahnya solidaritas dalam kelompok sendiri (in group solidarity). W.
ogburn (dalam Ahmadi, 2007:296) mengatakan bahwa semakin besar
permusuhan atau konflik terhadap kelompok luar, semakin besar pula integrasi
atau solidaritas intern kelompok. Misalnya, jika suatu kelompok berkonflik
dengan kelompok lain maka anggota-anggota kelompok akan bersatu untuk
mengahadapi musuh mereka.
2) Munculnya pribadi-pribadi yang kuat atau tahan uji menghadapi berbagai
situasi konflik.
3) Munculnya kompromi baru apabila pihak yang berkonflik dalam kekuatan
seimbang. Misalnya, adanya kesadaran dari pihak-pihak yang berkonflik
untuk bersatu kembali, karena dirasakan bahwa konflik yang berlarut tidak
membawa keuntungan bagi kedua belah pihak.
b. Yang Bersifat Destruktif
1) Retaknya persatuan kelompok, seperti kurangnya kepercayaan, rasa hormat-
menghormati.
2) Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia (bila konflik sudah
berubah menjadi kekerasan).
24
3) Berubahnya sikap dan kepribadian individu, baik yang mengarah ke hal yang
positif maupun ke hal yang negatif.
4) Munculnya dominasi kelompok yang menentang terhadap kelompok yang
kalah.
Dari beberapa teori yang telah dijabarkan tersebut, maka dalam penelitian
ini teori yang akan diambil atau digunakan untuk menganalisis konflik tokoh
utama dalam novel CPBP karya Dzikry El Han adalah teori dari Ahmadi kajian
sosiologi sastra. Teori ini yang akan membatu dalam proses penganalisisan data
penelitian nantinya.
5. Pendekatan Sosiologi Sastra dalam Analisis Sastra
Sosiologi adalah cabang ilmu yang mengkaji tentang kehidupan manusia.
Kata sosiologi berasal dari bahasa latin socius yang berarti “teman atau kawan”
dan kata Yunani logos yang berarti “kata” atau “berbicara” jadi sosiologi
“berbicara mengenai masyarakat,” Soekanto (2009:4). Sosiologi berusaha
menjawab pertanyaan mengenai bagaimana masyarakat dimungkinkan,
bagaimana cara kerjanya, dan mengapa masyarakat bertahan untuk hidup, Faruk
(2013:1).
Selaras dengan pendapat di atas, Semi (1989:52) menjelaskan bahwa
sosiologi adalah suatu telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam
masyarakat dan tentang sosial dan proses sosial. Sosiologi menelaah tentang
bagaimana masyarakat itu tumbuh dan berkembang. Dengan mempelajari
lembaga-lembaga sosial dan segala masalah perekonomian, keagamaan, politik
25
dan lain-lain, dapat memberi gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan
dengan lingkungannya, mekanisme kemasyarakatan, serta proses-proses
pembudayaannya.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang persoalan hidup
dan kehidupan sosial yang terjadi di masyarakat serta usaha yang dilakukan untuk
menyesuaikan diri dan usaha untuk mengubah masyarakat yang hidup di
dalamnya. Selain itu, sosiologi ilmu yang mengkaji seluk-seluk kehidupan
manusia.
Menurut Faruk (2013:2) memaparkan bahwa pada prinsipnya sosiologi
memang mempelajari kehidupan nyata manusia sebagai suatu kolektivitas. Akan
tetapi, di dalamnya dijumpai banyak teori dan metodologi yang berbeda dan
bahkan saling bertentangan mengenai kehidupan tersebut dan cara memperoleh
pengetahuan mengenainya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sosiologi mempelajari
kehidupan manusia dengan berbagai aktivitasnya.
Sedangkan sastra menurut Semi (1989:52) adalah lembaga sosial yang
yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya; bahasa itu merupakan ciptaan
sosial yang menampilkan gambaran kehidupan. Oleh sebab itu, sesungguhnya
sosiologi dan sastra itu memperjuangkan masalah yang sama. Keduanya
berurusan dengan masalah sosial, ekonomi, dan politik. Menurut Semi (1989:53)
sosiologi sastra adalah suatu telaah sosiologis terhadap suatu karya sastra. Telaah
sosiologi sastra menurut Wellek dan Weren (dalam Semi, 1989:53) mempunyai
tiga klasifikasi yaitu: 1) sosiologi pengarang, yakni membicarakan tentang status
26
sosial, ideologi politik, dan lain-lain yang menyangkut pengarang. 2) sosiologi
karya sastra, memasalahkan tentang suatu karya sastra, yang menjadi pokok telaah
adalah tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan atau
amanat yang hendak disampaikan. 3) sosiologi sastra, yang memasalahkan tentang
pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat.
Berdasarkan ruang lingkup telaah sosiologi tersebut, dalam penelitian ini
menggunakan sosiologi sastra. Sosiologi sastra yang merupakan pendekatan
terhadap sastra dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan, mempunyai
skop yang luas, beragam, yang mengangkut tentang pengarang, karyanya, serta
pembacanya. Pendekatan inilah yang menjadi pedoman untuk menganalisis novel
CPBP karya Dzikry El Han.
B. Penelitian Relevan
Berdasarkan penelitian kepustakaan, penelitian yang berhubungan
dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, diantaranya: tulisan pertama,
Sandra (2013), dengan judul penelitian Konflik dan Watak Tokoh Utama dalam
Novel Cinta di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia. Dalam penelitian tersebut
membahas masalah (1) konflik internal atau kejiwaan yang dialami tokoh utama,
(2) watak tokoh utama, (3) hubungan antar konflik dengan watak tokoh utama
novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia. Hasil penelitiannya menyatakan
bahwa konflik dan watak tokoh utama yang terdapat dalam novel Cinta di Ujung
Sajadah adalah konflik yang terjadi antara satu tokoh dengan tokoh yang lain,
27
antara tokoh dengan dirinya sendiri. Watak tokoh utama digambarkan sebagai
tokoh yang baik, sabar, dan selalu mengalah kepada keluarganya.
Kedua, Hendri (2011), dengan judul penelitian Tokoh Utama dalam Novel
Pria Terakhir Karya Gusnaldi Kajian Psikologi Sastra. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa secara psikoanalisis Freud, aspek id, ego, dan superego dalam
novel Pria Terakhir karya Gusnaldi ini, mengalami permasalahan pada seksualitas
yang berperan penting dalam diri tokoh utama. Kemudian aspek yang menonjol
dalam diri tokoh utama yaitu aspek id, sedangkan aspek ego dan superego tidak
begitu terlihata pada diri tokoh utama.
Ketiga, Nurmalis (2006), dengan judul penelitian Konflik Batin Tokoh
Utama dalam Novel Sang Penari Karya Priyantini. Hasil penelitian dalam novel
Sang Penari memiliki perbedaan watak. Watak tokoh yang satu dengan yang
lainnya sangat berbeda sehingga terjadi konflik dalam rumah tangga. Keempat,
Yuniengsih (2004), dengan judul Analisis Konflik dan Peran Tokoh Utama Novel
Sheila Luka Hati seorang Gadis Kecil Karya Torey Hayden. Hasil analisisnya
adalah jenis konflik yang dialami oleh tokoh utama dan peran tokoh utama.
Berdasarkan penelitian di atas, peneliti menggunakan bahan-bahan kajian
tersebut untuk menambah dan mengembangkan kajian penelitian ini. Keempat
penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu menggunakan
pendekatan objektif. Perbedaan penelitian ini dengan keempat penelitian di atas
terletak pada sumber data penelitiannya. Sumber data penelitian ini yaitu novel
CPBP Karya Dzikry El Han dan menfokuskan penelitian pada konflik tokoh
utama dalam novel tersebut dengan pendekatan sosiologi sastra.
28
C. Kerangka Konseptual
Karya sastra merupakan hasil pemikiran seorang pengarang yang dilandasi
dari pengalaman hidup pengarang ataupun dari kisah masyarakat. Produk karya
sastra yaitu, puisi, prosa (novel dan cerpen), dan drama. Novel dibangun oleh
unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik yang utaman terdiri dari alur,
penokohan, dan latar. Sedangkan unsur ekstrinsik terdiri dari pengarang dan
realitas sosial. Dalam unsur intrinsik penulis hanya membahas mengenai konflik
tokoh utama dalam novel. Sedangkan dari unsur ekstrinsik membahas tentang
realitas sosial.
Konflik cerita dalam novel ada beberapa jenis. Tidak hanya itu, konflik
terjadi karena adanya penyebab dan akibat dari konflik tersebut. Dengan bantuan
ilmu sosiologi sastra seseorang dapat memahami dan memberikan gambaran
tentang prilaku dan konflik yang dialami tokoh dalam suatu novel. Novel CPBP
karya Dzikry El Han menganalisis konflik tokoh utama yang diceritakan dalam
novel tersebut.
Untuk memperjelas cakupan teori, ruang lingkup, dan hasil yang akan
dicapai peneliti secara runtut perlu dibuatkan suatu kerangka konseptual yang
akan memberi gambaran keseluruhan penelitian ini. Untuk itu peneliti
menggambarkannya dengan bagan sebagai berikut:
29
Bagan 1. Kerangka Konseptual
Penyebab Konflik
Konflik Tokoh Utama Dalam Novel CPBP Karya
Dzikry El Han Kajian Sosiologi Sastra
Konflik
Alur Latar Tokoh/Penokohan
Unsur Ekstrinsik Unsur Intrinsik
Karya Sastra
(Novel)
)
Pengarang Realitas
Sosial
Jenis-jenis Konflik Akibat Konflik
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif
analisis. Semi (1993:23) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang dilakukan dengan tidak menggunakan angka-angka, akan tetapi lebih
menggunakan penghayatan peneliti terhadap interaksi antara konsep yang sedang
dikaji secara empiris.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis. Menurut Ratna (2010:53) metode deskriptif analisis dilakukan dengan
cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Secara
etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Analisis dalam bahasa
Yunani berarti tidak hanya menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman
dan penjelasan secukupnya. Penelitian ini mendeskripsikan konflik tokoh utama
dalam novel CPBP karya Dzikry El Han.
B. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah teks atau kutipan yang memperlihatkan
konflik yang dialami oleh tokoh utama dalam novel CPBP karya Dzirky EL Han.
Sumber data penelitian ini adalah novel CPBP karya Dzikry El Han. Novel ini
diterbitkan oleh penerbit Noura Books di Jakarta Selatan pada tahun 2014 setebal
359 halaman, dan merupakan cetakan pertama. Penelitian ini difokuskan pada
konflik tokoh utama dalam novel CPBP karya Dzikry El Han.
30
31
C. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri
yang dibantu oleh format inventarisasi data yang akan peneliti gunakan dalam
melakukan penelitian ini. Peneliti juga membaca novel CPBP karya Dzikry El
Han dengan teliti, mencatat dan menandai data penting yang ditemukan, dan
mengklasifikasikan data sesuai konflik yang dialami oleh tokoh utama yang
terdapat pada novel CPBP karya Dzikry El Han.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa
langkah 1) membaca novel CPBP karya Dzikry El Han sehingga dapat memahami
pesan dan isi cerita yang disampaikan dalam novel tersebut, 2) menandai data
yang akan diteliti pada novel yang telah ditemukan, 3) menginventarisasikan
(mencatat) semua data konflik tokoh utama yang telah ditemukan dalam novel
CPBP karya Dzikry El Han berdasarkan instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian, 4) mengklasifikasikan data yang berhubungan
dengan konflik tokoh utama dalam novel CPBP karya Dzikry El Han.
Penelitian ini menggunakan tiga format inventarisasi data. Format yang
pertama adalah data alur dalam novel CPBP karya Dzikry El Han yang
memperlihatkan terjadinya konflik pada tokoh utama. Format yang kedua adalah
data tentang latar dalam novel CPBP karya Dzikry El Han yang berkaitan dengan
konflik yang terjadi pada tokoh utama. Format yang ketiga adalah data mengenai
32
jenis, penyebab, dan akibat konflik tokoh utama dalam novel CPBP karya Dzikry
El Han berdasarkan kajian sosiologi sastra.
Format 1. Data Tahapan Alur atau Plot dalam Novel CPBP Karya
Dzikry El Han
No Kutipan Halaman Tahapan Alur atau Plot
1 2 3 4 5
Keterangan Tahapan Alut atau Plot
1. Tahap situation atau penyituasian
2. Tahap generating circumstances atau pemunculan konflik
3. Tahap rising action atau peningkatan konflik
4. Tahap climax atau klimaks
5. Tahap denouement atau penyelesaian
Format 2. Data Latar dalam Novel CPBPKarya Dzikry El Han
No Kutipan Halaman Latar
1 2 3
Keterangan Latar
1. Latar Tempat
2. Latar Waktu
3. Latar Sosial
Format 3. Data Konflik Tokoh Utama Novel CPBP Karya Dzikry El Han
No Peris
tiwa
Konfl
ik
Kuti
pan
Hala
man
Jenis
Konflik
Penyebab
Terjadinya
Konflik
Akibat Konflik
1 2 3 1 2 3 4 5 1 2
a b c a b c d
1.
Keterangan Jenis Konflik:
1. Konflik Inter-individu
2. Konflik Antar individu
3. Konflik Antar kelompok Sosial
33
Keterangan Penyebab Terjadinya Konflik:
1. Perbedaan Antar anggota Masyarakat
2. Perbedaan Pola Kebudayaan
3. Perbedaan Status Sosial
4. Perbedaan Kepentingan Antar Anggota Masyarakat
5. Terjadinya Perubahan Sosial
Keterangan Akibat Konflik
1. Yang Bersifat Konflik
a. Bertambahnya solidaritas dalam kelompok sendiri;
b. Munculnya pribadi-pribadi yang kuat dalam menghadapi konflik;
c. Munculnya kompromi baru jika pihak yang berkonflik seimbang.
2. Yang Bersifat Destruktif
a. Retaknya persatuan kelompok;
b. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia;
c. Berubahnya sikap dan kepribadian individu;
d. Munculnya dominasi kelompok yang menentang terhadap kelompok yang
kalah.
E. Teknik Pengabsahan Data
Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang
digunakan yaitu dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamatan lainnya
untuk keperluan pengecekan kembali deretan kepercayaan data, (Moleong,
2010:330). Data-data tersebut akan diberikan kepada seorang dosen sastra dan
juga seorang peneliti yang bernam Samsiarni, S.S., M.Hum. Beliau akan melihat,
memahami, dan memastikan bahwa data-data yang telah dikumpulkan dan
dianalisis benar berdasarkan teori yang ada dan sesuai dengan data yang diteliti.
Hal ini bertujuan untuk menjamin kebenaran dan kevalidan data.
34
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan berdasarkan kerangka teori yang digunakan
dalam penelitian ini. Teknik analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
(1) mendeskripsikan data yang diperoleh dari hasil inventarisasi yang telah
dilakukan terhadap konflik tokoh utama dalam novel CPBP karya Dzikry El Han,
(2) menganalisis data yang telah diperoleh dengan menggunakan teori dan
menyajikan konflik dilengkapi dengan alasan, (3) mengambil kesimpulan dari
hasil analisis data, dan (4) menulis hasil penelitian secara utuh.
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Pada bab ini akan dipaparkan hasil temuan penelitian terhadap novel
CPBP karya Dzikry El Han dengan menggunakan metode deskriptif analisis.
Hasil penelitian ini akan dipaparkan berdasarkan data yang diperoleh sebagai
bukti hasil temuan penelitian. Data yang akan dipaparkan pada bagian ini adalah
data yang memuat analisis konflik tokoh utama dalam novel CPBP karya Dzikry
El Han kajian sosiologi sastra. Sebelum peneliti menganalisis konflik tokoh
utama, peneliti terlebih dahulu mengumpulkan data tentang: deskripsi data alur,
latar, dan tokoh, jenis konflik, penyebab konflik, dan akibat konflik dalam novel
CPBP karya Dzikry El Han kajian sosiologi sastra.
1. Deskripsi Data Alur, Latar, dan Tokoh Dalam Novel CPBP Karya
Dzikry El Han
Berdasarkan terori yang sudah dijelaskan pada bab II, bahwa alur, latar
dan tokoh termasuk unsur utama dalam novel. Unsur tersebut yang membuat
sebuah cerita menjadi menarik dan penuh dengan konflik. Semakin banyak
konflik tokoh yang dimunculkan dalam alur cerita maka semakin menarik untuk
dibaca. Tokoh-tokoh yang berperan dalam novel ini adalah Atar, Nueva, Ramzi,
Safri, Inan, Werfra Hindom, Baham Hindom, Aitana, Una, Bapa Saway, Fatagar,
Mr. Steve, Masyarakat Patipi, Umar Bauw, Rihana Iba, Dhamira Bauw, Kiarad
Bauw, Obinus, Syalom, Bapa Enrico, Pastor Abelson, Nara Asso, Isamar Asso,
Wilok, Mama Wilok, Theo, Wenand, Lembaga Kajian Ruhani (LKR),
Mahasiswa, Tadeu, dan Raja Patipi.
35
36
Tokoh yang akan dianalisis dalam penelitian ini hanyalah tokoh utama
yaitu Atar. Tokoh utama yang selalu menjadi bahan penceritaan dari awal cerita
sampai akhir. Novel CPBP karya Dzikry El Han merupakan novel yang banyak
memunculkan konflik tokoh utama pada alur dan latar ceritanya. Berikut deskripsi
data alur, latar, dan tokoh dalam novel CPBP karya Dzikry El Han.
a. Deskripsi Data Alur
Alur merupakan rangkaian peristiwa yang memiliki konflik pada tokoh
dalam novel. Konflik tokoh utama yang ditinjau dari aspek sosial dalam novel
CPBP karya Dzikry El Han ini dapat dilihat dari perkembangan tahapan alur.
Tahapan alur yang menggambarkan konflik tersebut dapat diketahui dari
perkembangan peristiwa demi peristiwa. Adapun tahapan alur tersebut terbagi atas
5 tahapan. Pertama adalah tahap situation (tahap penyituasian), kedua adalah
tahap generating circumstances (tahap pemunculan konflik), ketiga adalah tahap
rising action (tahap peningkatan konflik), keempat adalah tahap climax (tahap
klimaks), dan kelima atau tahap terakhir adalah tahap denouement (tahap
penyelesaian).
Berikut ini adalah deskripsi data terkait dengan peristiwa yang
menunjukkan adanya tahapan alur dalam novel CPBP karya Dzikry El Han.
1) Tahap Situation (tahap penyituasian)
Pada tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar konflik atau
tokoh dalam cerita. Tahap ini terlihat ketika pengarang memperkenalkan situasi
latar serta tokoh yang menjadi penyebab konflik pada cerita khususnya tokoh
utama. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
37
Suatu senja di Patipi, Semenanjung Onim, Papua, Juni
1998.
Atar mendapati sorot mata Ramzi lebih banyak
mengisyaratkan rasa bersalah dari pada amarah, entah
sebab apa. Ramzi yang bertubuh gempal meronta
dalam pegangan dua lelaki tinggi besar, seperti juga
Atar diperlakukan sama.
Ramzi merasa, pasti Atar ingin menjadi debu saja.
Perkelahian ini pasti akan menjadi aib yang harus ia
tanggung.
Atar dan Ramzi masih saling berhadapan. Lima meter dari
mereka, beberapa lelaki dewasa beriring menjauh
menggotong Inan. Tangan kukuh Atar beberapa saat
lalu mendarat telak di rahang Inan, membuatnya
langsung roboh ke tanah. Darah segar mengucur dari
hidung dan mulut Inan, menunjukkan kondisi pemuda itu
kritis. Orang-orang gugup dan buru-buru melarikannya ke
Puskesmas di kampung lain. (Dzikry El Han, 2014:1).
Kutipan tersebut menggambarkan situasi terjadinya konflik yang dialami oleh
Atar. Atar pada awalnya memiliki konflik dengan Inan dan Ramzi. Atar dituduh
memeluk Nueva dan mereka langsung menyerang Atar dan terjadi perkelahian antara
mereka. Perkelahian tersebut membuat Inan menjadi terluka dan dibawa ke Puskesmas
karena pukulan Atar.
2) Tahap Generating Circumstances (tahap pemunculan konflik)
Tahap Generating Circumstances adalah tahap memunculkan konflik-
konflik, masalah-masalah, dan peristiwa-peristiwa yang mulai muncul. Tahap ini
terjadi ketika Atar dipergoki oleh Inan dan Ramzi memeluk Nueva di pinggir desa
dekat hutan pala. Novel ini secara bersamaan memunculkan konflik dengan
penyituasian. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Kenapa kau dan Inan serang Atar, Ramzi?” Tanya Werfra.
“Atar ganggu Nueva, Bapa Werfra. Saya dan Inan
cuma mau tolong Nueva.”
“Kurang ajar kau, Atar!” teriaknya. “Berani sekali kau
ganggu saya punya adik.”
38
“Saya punya keluarga percaya dengan kau,” lanjut Safri
dengan nada semakin tinggi. “Kami serahkan hidup Nueva
supaya kau jaga dengan baik. Bukan untuk kau nistakan!”
(dzikry El Han, 2014:4-7).
Kutipan tersebut menggambarkan tahap pemunculan konflik yang dialami
oleh tokoh utama Atar. Pada awalnya Atar Atar memiliki konflik dengan Inan,
Ramzi, dan Safri. Inan dan Ramzi memfitnah Atar telah melakukan pelecehan
terhadap Nueva. Setelah itu, Safri yang merupakan sahabat Atar tidak rela jika
Nueva dilecehkan oleh Atar karena Nueva merupakan adik perempuan satu-
satunya.
3) Tahap Rising Action (tahap peningkatan konflik)
Tahap peningkatan konflik, yang telah muncul pada tahap sebelumnya
semakin berkembang dan dikembangkan berdasarkan kadar intensitasnya. Tahap
ini terlihat ketika Atar difitnah melakukan pelecehan kepada Nueva oleh Inan dan
Ramzi serta ia bertengkar dengan Safri yang membuatnya harus menghadapi
hukuman adat. Saat itu pula ia memutuskan untuk meninggalkan kampungnya.
Namun taklama ia meninggalkan kampung, keluarganya sudah mendapatkan
musibah yakni dituduh sebagai keluarga budak yang membuat aib keluarganya.
Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Jangan larang saya, Bapa. Saya akan kasih atar pelajaran,
biar dia ingat punya marga.”
“Jangan bawa-bawa marga, safri!” Atar murka.
“Kenapa? Kau takut mencoreng nama besar marga
Bauw?” (Dzikry El Han, 2014:7-8).
“Diam!” bentak Safri semakin berang. “Jangan harap kau
bisa bujuk saya supaya damai. Kau sudah ganggu Nueva,
saya punya adik satu-satunya. Kau harus tanggung jawab
di depan Pengadilan Adat!”
39
“Dengar, Safri! Teriak Atar di tengah hening itu. “Saya
tidak tertarik dengan kau punya adik. Saya tidak cinta
dengan dia.” (Dzikry El Han, 2014:9-10).
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa konflik Atar semakin meningkat.
Atar telah mencoreng nama besar marga Bauw. Atar juga telah merusak
hubungan keluarganya dengan keluarga Nueva. Atar dituntut oleh Safri untuk
diadili di pengadilan adat. Atar juga menyakiti perasaan Nueva dengan
mengatakan bahwa ia tidak mencintai Nueva.
4) Tahap Climax (tahap klimaks)
Tahap klimaks ini konflik atau pertentangan-pertentangan yang telah
terjadi, yang dilakukan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak.
Tahap klimaks dalam cerita novel CPBP adalah saat Atar dituntut oleh Safri untuk
dihukum berdasarkan hukum adat yaitu ia harus dibawa ke pengadilan adat untuk
disumpah siput. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut.
“Atar harus dibawa ke Pengadilan Adat, Bapa
Werfra,” teriak Safri.
“Ya, Bapa. Dia harus diadili secara adat!” sahut Ramzi.
“Baik. Pengadilan adat akan digelar. Sekarang bubar!”
Tak dapat diukur seberapa hancur perasaan Atar, ketika
lengannya kembali dipegangi oleh dua lelaki kekar itu.
Sedemikian burukkah ia, sampai-sampai guru adat yang
selama ini menyayanginya, tak mau lagi menyebut
namanya.(Dzikry El Han, 2014:12).
Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa peningkatan konflik yang dialami oleh
Atar. Konflik yang dialami oleh Atar mencapai klimaks saat ia dituntut untuk diadili di
pengadilan adat. Bapa Werfra yang menjadi gurunya juga menyetujui tuntutan Safri
tersebut. Hal itu yang membuat Atar menjadi terpukul dan kabur dari kampungnya.
40
5) Tahap Denouement (tahap penyelesaian)
Tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi
penyelesaian. Tahap penyelesaian dalam novel CPBP adalah akhirnya Atar
terbukti tidak bersalah ia hanya difitnah dan dituduh oleh orang yang tidak
menginginkannya untuk menjadi Kapitan atau pemimpin pada adatnya. Akan
tetapi ia tidak bisa bertemu dengan Nueva karena Nueva pergi ke Isfahan
kampung halaman ibunya. Nueva hanya menitipkan selembar surat kepada Tadeu.
Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Bapa Saway suruh saya dengan Ramzi.”
“Inan kau jangan sembarang bicara.”
“Saya bicara benar, Safri. Kalau kau tidak percaya
dengan saya, barangkali Patipi dalam bahaya.” “Selagi hati kita bersih, Patipi etap aman, Kawan.”
“Ada yang tidak bersih, Safri. Saya tidak tahu tujuan Bapa
Saway, tapi saya berkata benar, Bapa Saway punya
maksud tidak baik dengan Atar.” (Dzikry El Han,
2014:322-323).
Pelan Tadeu mengulurkan selembar amplop lusuh
sebelum pergi. “Nueva titip ini dengan saya, sebelum
dia pergi ke Isfahan.”
Ingatannya tentang Nueva adalah perasaan getir yang
menusuk-nusuk perjalanan lima tahunnya, seakan sepasang
telapak kakinya ditumbuhi duri-duri yang berakar di ulu
hati. Sakit sekujur tubuh setiap kali melangkah, dan Atar
ingin Nueva tahu bahwa sakit itu untuknya. Tak ada yang
lebih Atar sesali, daripada ucapannya sore itu yang lantang
berkata tidak mencintai Nueva. Meski bibir sang waktu
membisikinya bahwa kalimat itulah yang terbaik. (Dzikry
El Han, 2014:356-357).
Kutipan tersebut menggambarkan tahap penyelesaian konflik yang dialami
oleh Atar. Konflik Atar sebenarnya terjadi karena Bapa Saway yang tidak setuju
jika Atar yang menjadi calon Kapitan. Bapa Saway menyuruh Inan dan Ramzi
untuk memfitnah Atar. Hubungan Atar dengan Nueva pada akhirnya tidak bisa
41
bersatu. Nueva telah pergi ke kampung halaman ibunya. Nueva hanya
meninggalkan surat untuk Atar.
b. Deskripsi Latar
Dalam novel CPBP karya Dzikry El Han terdapat tiga latar yang berkaitan
dengan konflik yang dialami oleh tokoh utama yang akan diuraikan secara rinci.
Latar tersebut adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat
adalah latar lokasi tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam novel. Latar
waktu adalah latar yang berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa
yang terjadi dalam novel. Latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat dalam novel. Berikut uraian
dari masing-masing latar tersebut.
1) Latar Tempat
Latar tempat yang dideskripsikan berikut ini adalah yang berkaitan dengan
konflik yang dialami oleh tokoh utama Atar. Latar tempat ini berfungsi untuk
mempermudah peneliti untuk menganalisis tentang konflik yang dialami oleh
tokoh utama Atar dalam novel CPBP karya Dzikry El Han.
a) Di hutan pala, di Patipi Semenanjung Onim, Papua
Ketika Ramzi meneriaki Atar telah memukul Inan di hutan pala. Ramzi
bermaksud memberitahukannya kepada Werfra dan semua orang yang ada di
sana. Tidak hanya itu Ramzi juga bermaksud mengatakan bahwa Atar telah
memeluk Nueva. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Suatu senja di Patipi, Semenanjung Onim, Papua, Juni
1998.
42
“Atar pukul Inan Sampai roboh, Bapa Werfra!” teriak
Ramzi dengan urat-urat leher menegang dan sorot mata
berkilat-kilat. Ia berusaha agar suaranya tidak kalah
dengan dengung orang-orang yang berkerumunan, juga
desis angin di hutan pala.” (Dzikry El Han, 2014:1).
“Dengar!” teriak ramzi, menatap nanar orang-orang yang
berkerumunan. “Atar tidak punya alasan buat membela diri.
Saya sumpah lihat Atar ganggu Nueva. Dia peluk Nueva di
dekat pohon pala.” (Dzikry El Han, 2014:7).
b) Di pinggir kampung
Saat itu Atar hendak meninggalkan pinggir kampung menuju ke
rumahnya. Ia saling pandang dengan Werfra yang begitu kecewa dengan kejadian
yang menimpa Atar. Hal tersebut tergambar dalam kutipan sebagai berikut.
“Sekilas Atar bertemu pandang dengan Werfra, ketika
langkah-langkahnya yang berat meninggalkan pinggir
kampung. Mungkin saja tatapan itu bermakna: Jangan
pernah takut kalau kau tidak bersalah. Tapi bagaimana jika
maknanya adalah: Saya tidak sudi lagi punya murid macam
kau. Atar tak bisa memilih makna tatapan itu. Semua
mengabur. Hatinya menjadi sangat sunyi.” (Dzikry El Han,
2014:12-13).
c) Di kamar Atar
Atar berdiam diri di kamarnya, ia tidak menghiraukan suara ibunya ynag
memanggil. Atar juga tidak menghiraukan suara bapaknya. Hal tersebut
tergambar dalam kutipan berikut.
“Atar takkan hirau andai mamanya mengetuk pintu kamar
yang sengaja ia kunci, sembari memanggil-manggil
namanya. Meski suara perempuan itu ibarat senandung
rindu, yang hingga saat ini belum pernah ditampiknya. Ia
juga tak hirau dengan suara bapaknya, yang serupa sebuah
sabda.” (Dzikry El Han, 2014:21-22).
43
d) Di Abepura Jayapura
Atar mencari uang untuk bertahan hidup dengan mencari rongsokan. Ia
mencari rongsokan di Abepura Jayapura bahkan ia sampai ke pedalaman. Hal
tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Atar sering menghabiskan sisa hari setelah kuliah untuk
berkeliling Abepura, Jayapura, bahkan tak jarang
sampai pedalaman, untuk mencari rongsokan besi-besi
tua. Satu hal yang paling mungkin ia lakukan saat ini untuk
bertahan hidup.” (Dzikry El Han, 2014:185).
e) Di sungai
Atar dan Syalom sedang menyusuri sebuah sungai untuk mencari
rongsokan besi tua. Tiba-tiba Syalom melihat seonggok besi tua di seberang
sungai. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Kaka, berhenti!” pekik Syalom. “Ada rezeki besar di
seberang sungai itu. Kita hanya butuh waktu sebentar
untuk mengambilnya.” (Dzikry El Han, 2014:188).
f) Di Walesi
Suasana pagi hari di Walesi yang begitu dingin. Dingin pagi tersebut
mengandung embun yang sejuk. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Embun dan kabut tipis menyelimuti sudut-sudut Walesi
setiap pagi. Dingin yang basah. Diam-diam ia menghisap
habis kehangatan dari wulikin, lubang perapian di tengah
honai, seolah tak ingin menyisakan sedikit pun bagi para
penghuninya.” (Dzikry El Han, 2014:217).
g) Di Madrasah Ibtidaiyah Merasugun Asso
Selama di Walesi Atar menjadi seorang guru di Madrasah Ibtidaiyah
Merasugun Asso, di ujung barat jalan kampung. Ia menjadi pembicaraan oleh
semua murid-murid di sekolah itu. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
44
“Madrasah Ibtidaiyah Merasugun Asso di ujung barat
jalan kampung, hari ini dihinggapi satu semangat yang
nyaris tak tergambarkan. Atar tahu, namanya menjadi satu
kata yang paling banyak disebut oleh semua murid
beberapa hari terakhir ini.” (Dzikry El Han, 2014:223).
h) Di Atas taksi di danau Sentani
Atar dan Obinus sedang menuju ke Jayapura. Namun di perjalanan taksi
mereka di cekal oleh sekelompok orang. Obinus langsung mempercepat laju taksi
mereka. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Tapi kenapa taksi kita diincar? Ada kerusuhan lagi, kah,
di Jayapura?”
“Ah tidak.”
“Obinus menancap gas sekencang-kencangnya. Taksi
melaju dengan kecepatan maksimal, sampai pepohonan,
semak-semak, jajaran perdu, barisan pegunungan, Danau
Sentani dan semua yang dipinggir jalan tampak
mengabur.” (Dzikry El Han, 2014:282).
i) Di rumah Pastor Abelson
Untuk menyelesaikan masalah Atar dengan Theo, Wenand, dan LKR
dibantu oleh Pastor Abelson. Perdamaian tersebut diselesaikan oleh Pastor
Abelson di rumahnya. hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Di ruang tamu kediaman Pastor Abelson sudah
berkumpul banyak orang. Obinus dan Atar ada di antara
anggota Lembaga Kajian Ruhani (LKR) dan para
mahasiswa yang tertarik ingin mengikuti proses dialog
perdamaian atas persoalan Atar dan LKR, atau sebenarnya
adalah persoalan Atar dan Theo secara pribadi.” (Dzikry El
Han, 2014:298).
2) Latar Waktu
Latar waktu yang peneliti deskripsikan adalah yang berkaitan dengan
konflik yang dialami oleh tokoh utama Atar dalam novel CPBP karya Dzikry El
45
Han. Latar waktu ini juga dapat mempermudah peneliti untuk melihat konflik
yang dialami oleh tokoh utama Atar. Berikut deskripsi latar waktu tersebut.
a) Juni 1998
Pada Juni 1998 ini awal mula konflik terjadi. Konflik antara Atar, Ramzi,
dan Inan. Mereka terlibat perkelahian senja itu. Hal tersebut tergambar dalam
kutipan berikut.
“Suatu senja di Patipi, Semenanjung Onim, Papua, Juni
1998.
“Atar pukul Inan Sampai roboh, Bapa Werfra!” teriak
Ramzi dengan urat-urat leher menegang dan sorot mata
berkilat-kilat. Ia berusaha agar suaranya tidak kalah
dengan dengung orang-orang yang berkerumunan, juga
desis angin di hutan pala.” (Dzikry El Han, 2014:1).
b) Sore hari
Ramzi melihat Atar berdua di pinggir kampung sore hari. Ramzi menduga
Atar melakukan hal yang tak semestinya dengan Nueva. Hal tersebut tergambar
dalam kutipan berikut.
“Ah, kau banyak alasan!” sentak Ramzi. “Bikin apa sore-
sore berdua di pinggir kampung?” (Dzikry El Han,
2014:7).
c) Hari ini
Pengungkapan akan kebenaran atas konflik yang dialami Atar akan
diungkap. Semua yang terlibat dalam konflik tersebut akan memberikan saksinya.
Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Hari ini, Patipi akan menerima pengakuan dari anak-anak
muda pewarisnya tentang kebenaran. Mereka akan
bersaksi, apakah calon kapitan mereka harus menerima
hukum adat atau sebaliknya.” (Dzikry El Han, 2014:328).
46
3) Latar Sosial
Latar sosial merupakan latar yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial disuatu tempat. Latar sosial yang diceritakan dalam novel CPBP
karya Dzikry El Han dapat dilihat dari kebiasaan-kebiasaan atau tradisi dan
sosialisasi antar masyarakat. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan konflik.
Adapun kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah memilih ketua adat, kepercayaan,
keyakinan, pandangan hidup, dan perjodohan. Sedangkan sosialisasi seperti hidup
antar umat beragama, solidaritas antar masyarakat, serta hubungan antar sesama
manusia.
a) Kebiasaan-kebiasaan atau tradisi
1) Keturunan atau marga
Masyarakat Patipi sangat menghormati antar sesama. Masyarakat Patipi
dibagi atas beberapa marga. Antara marga yang satu dengan marga yang lain
saling menjalin hubungan yang baik. Mesing-masing marga memiliki tugas dan
tanggung jawab serta menjaga nama baik marga mereka. Salah satu marga yaitu
marga Bauw bertugas sebagai imam masjid. Hal tersebut tergambar dalam kutipan
berikut.
“Kenapa? Kau takut mencoreng nama besar Marga
Bauw?”
“Safri agak gemetar saat meluncurkan kata Marga Bauw. Ia
tahu, sejak berabad lalu, posisi Marga Bauw adalah sebagai
imam masjid di Kerajaan Patipi.” (Dzikry El Han, 2014:8).
47
2) Kepercayaan
Masyarakat Patipi sangat mempercayai adanya makhluk gaib yaitu
kaborbor. Makhluk gaib tersebut sangat sakti dan sangat ditakuti oleh warga. Hal
tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Sebenarnya Atar ingin menyangkal ihwal makhluk gaib
itu, dan menganggapnya tak lebih dari mitologi, seperti
yang ia pelajari di sekolah. Tapi Atar tak bisa ingkar
bahwa masyarakat adat Patipi mengalami pertemuan
dengan kegaiban, bukan sekadar memercayainya.
Kaborbor adalah salah satunya. Sekali bertemu dengan
makhluk itu, maka ia harus rela menanggalkan nyawa. Kaborbor adalah makhluk gaib paling sakti, yang bisa
bertukar rupa sekehendak hati, untuk menaklukkan
mangsanya. Kaborbor hadir tanpa membawa tanda. Bahkan
orang yang bertemu kaborbor hanya merasa bertemu
kawan, saudara, anak, suami, atau istri.” (Dzikry El Han,
2014:27).
3) Keyakinan
Atar bertemu dengan Obinus dan mereka menjadi teman baik. Namun Atar
menyangka Obinus tidak tahu kalau ia berbeda keyakinan dengan Obinus.
Sebenarnya Obinus sudah mengetahi hal tersebut akan tetapi ia tidak
mengatakannya kepada Atar. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Tapi apa? bilang saja dengan Kaka.”
“Saya seorang Muslim, Kaka.”
“Seperti mata air Cycloops yang lurus dari ketinggian lima
belas meter, kalimat Atar meluncur begitu saja menembusi
ngarai hati Obinus, hingga terasa dingin dan buncah.
Obinus menyembunyikan senyumnya.” (Dzikry El Han,
2014:158).
48
4) Pandangan hidup
Atar sangat marah jika Islam dibandingkan dengan babi. Ia tidak terima
jika umat Islam tidak paham akan hukum halal dan haram. Hal tersebut tergambar
dalam kutipan berikut.
“Sejenak, Atar dihinggapi ego yang melambung tinggi,
sampai-sampai ia ingin menampar mulut Nara dengan
seluruh kemampuan yang dimilikinya. Ia merasa, setiap
Muslim yang paham hukum halal dan haram takkan
terima Islam dibanding dengan babi, apalagi ditambah
dengan satu kata sakralitas.” (Dzikry El Han, 2014:228).
5) Perjodohan
Atar dari kecil telah dijodohkan dengan Nueva. Perjodohan tersebut terjadi
karena adat mereka. Akan tetapi, Atar tidak menginginkan perjodohan tersebut
meskipun ia mencintai Nueva. Ia bermaksud membatalkan perjodohan itu. Hal
tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“… Lebih dari itu, Atar menghargai perjodohan yang
disiapkan keluarganya Nueva bersama keluarganya
sejak mereka masih kecil, karena begitulah adatnya.
Meski Atar punya rencana membatalkan perjodohan itu,
tapi sungguh bukan begini cara yang ia pikirkan.” (Dzikry
El Han, 2014:11)
b) Sosialisasi antar masyarakat
1) Hidup antar umat beragama
Keharmonisan antar umat beragama tergantung pada masyarakat itu
sendiri dan adat mereka. Atar sangat paham dalam masyarakat Patipi memiliki
istilah satu tungku tiga batu, satu adat tiga agama. Namun di Walesi tidak sama
dengan di Patipi. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Atar bisa membuat satu kesimpulan, bahwa nalar umum
kehidupan di Papua adalah harmoni. Setiap suku punya
49
cara sendiri-sendiri untuk menjaga harmoni sesuai aturan
adatnya. Orang-orang semenanjung Onim memiliki
semboyan yang sudah melekat di kesadaran: satu
tungku tiga batu, satu adat tga agama. Meski memeluk
agama yang berbeda, tapi mereka disatukan dan
diteguhkan oleh persaudaraan adat. Sementara orang-
orang Walesi memiliki suatu sumber ikatan yang
menyatukan, menguatkan, dan mengilhami kehidupan:
kaneke dan wam” (Dzikry El Han, 2014:230).
2) Solidaritas antar sesama
Atar mendapatkan tempat tinggal untuk sementara di rumah Obinus.
Pemuda yang baru saja ia kenal. Obinus memberikan tempat tinggal di kosnya
kepada Atar karena Atar belum memiliki tempar tinggal. Hal tersebut tergambar
dalam kutipan berikut.
“Pulang?” tanya Atar ragu. Kemana ia harus pulang? Itu
persoalan yang belum terpecahkan hingga saat ini.
“Iya to, pulang. Kau mau tidur di halaman Gedung
Auditorium, kah?”
“Tidak, Kaka. Tapi …”
“Saya punya kamar kos cukup buat kita berdua. Ayo!
Kau boleh tinggal sampai kau dapat tempat kos baru.” (Dzikry El Han, 2014:145).
3) Hubungan antar sesama manusia
Atar merupakan pemuda yang baik. Banyak orang yang menyayanginya
dan mendoakannya. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Kau baik-baik di tempat jauh e. Mama doakan supaya
kau beruntung,” ucap perempuan itu sembari memeluk
Atar.
“Terima kasih, Mama.” (Dzikry El Han, 2014:43).
c. Deskripsi Tokoh Utama dalam Novel CPBP Karya Dzikry El Han
Tokoh-tokoh yang berperan dalam novel CPBP karya Dzikry El Han
berjumlah 31 tokoh. Dari ketiga puluh satu tokoh tersebut hanya tokoh utama saja
50
yang akan diambil untuk diteliti. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling
banyak diceritakan dalam novel. Oleh sebab itu, penelitian ini hanya meneliti
tentang tokoh utamanya saja. Akan tetapi tokoh-tokoh yang lain merupakan
penunjang untuk meneliti tentang tokoh utama tersebut.
Tokoh utama yang bernama Atar Bauw merupakan sosok yang sangat
diidolakan di kampungnya. Atar pemuda yang berparas tampan dan
berkrepibadian yang baik. Atar merupakan seorang calon kapitan yang dipilih
oleh Werfra Hindom untuk menggantikannya. Atar adalah pemuda yang sangat
berpengaruh di kampungnya dan merupakan murid satu-satunya oleh Werfra
Hindom.
Keluarganya adalah orang yang cukup diperhiyungkan oleh Masyarakat
Patipi. Ayahnya merupakan seorang imam masjid karena memiliki marga Bauw
yang selalu dipercaya untuk imam. Kehidupan orang Patipi sangat menjunjung
tingki kepercayaan, agama, dan adat. Sejak kecil Atar sudah dijodohkan dengan
seorang gadis yang bernama Nueva. ia juga diangkat sebagai calon Kapitan sejak
menjadi murid Werfra meskipun usianya masih kecil. Atar anak yang jujur,
berbudipekerti yang baik, memiliki banyak sahabat dan, disenangi oleh semua
orang. Namun ada orang lain yang tidak suka jika Atar menjadi satu-satunya calon
Katipan di kampungnya. Orang tersebut memfitnah Atar dengan menyuruh orang
lain untuk mempermalukan Atar dan membuat malu Atar dan keluarganya. Hal
tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Bapa Saway suruh saya dengan Ramzi.”
“Inan, kau jangan sembarang bicara.”
“Saya bicara benar, Safri. Kalau kau tidak percaya dengan
saya, barangkai Patipi dalam bahaya.”
51
“Ada yang tidak bersih, Safri. Saya tidak tahu tujuan Bapa
Saway, tapi saya berkata benar, Bapa Saway punya maksud
tidak baik dengan Atar.” (Dzikry El Han, 2014:323)
“Saya tidak tahu. Bapa Saway tidak bicara lain kecuali
saya dan Ramzi harus bikin Atar malu.”
“Kenapa kau mau?”
“Karena saya ditagi utang budi dengan Bapa Saway punya
keluarga.” (Dzikry El Han, 2014:324)
Kutipan tersebut menggambarkan konflik yang terjadi pada Atar. Konflik
tersebut disebabkan oleh Bapa Saway dengan menyuruh Inan dan Ramzi. Konflik
Atar semakin bertambah yaitu dengan Safri. Atar dan Safri menjadi berkelahi
karena tuduhan Inan dan Ramzi.
2. Deskripsi Data Konflik Tokoh Utama Novel CPBP Karya Dzikry El Han
Kajian Sosiologi Sastra
Pada bagian ini akan dideskripsikan konflik tokoh utama yang terdapat
dalam novel CPBP karya Zdikry El Han kajian Sosiologi Sastra. Konflik tersebut
meliputi konflik inter-individu, konflik antar individu, dan konflik antar kelompok
sosial.
a. Konflik Interindividu
Konflik tidak hanya berakar pada individu ke individu yang lain, tetapi
konflik jiga berasal dari diri sendiri. Seseorang akan mengalami konflik pada
dirinya sendiri disebabkan adanya pertentangan antara keinginan, keyakinan,
pilihan yang berbeda, harapan-harapan, dan masalah-masalah lainnya. Itulah yang
dinamakan dengan konflik interindividu. Dalam novel CPBP karya Dzikry El Han
terdapat konflik interindividu yang dialami oleh tokoh utama dalam novel ini
yaitu tokoh Atar.
52
Atar sangat mencintai Nueva, ia tidak ingin melukai hati Nueva.
Sebelumnya ia sudah menyakiti hati dan perasaan Nueva. ia tidak ingin
mengulanginya lagi. Sebenarnya ia ingin menjelasakan hal tersebut kepada
Aitana. Aitana memiliki perasaan kepada Atar. Aitana ingin mengetahui tentang
perasaan Atar terhadap Nueva. Atar sebenarnya ingin memberitahukan tentang
perasaannya tersebut, namun ia tidak mungkin mengatakannya kepada Aitana. Hal
tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Seorang gadis adat?”
“Ya.”
“Dijodohkan?”
“Pada mulanya.”
“Lalu?”
“Apa saya perlu bilang dengan kau, Aitana?”
“Karena saya tidak bisa mengerti sesuatu yang tidak kau
katakan.”
“Atar mendesah. Lidahnya kelu. Ia tak mungkin bilang
perihal rindunya kepada Nueva.” (Dzikry El Han,
2014:307)
Kutipan tersebut menggambarkan betapa inginnya Aitana mengetahui
tentang perasaan Atar. Namun Atar tidak bisa mengatakannya. Ia tidak ingin
membuat Aitana ataupun Nueva terluka. Kutipan berikut juga memperlihatkan
konflik interindividu tokoh utama.
“Ingatan tentang Nueva adalah perasaan getir yang
menusuk-nusuk perjalanan lima tahunya, seakan
sepasang telapak kakinya ditumbuhi duri-duri yang
berakar di ulu hati. Sakit sekujur tubuh setiap kali
melangkah, dan Atar ingin Nueva tahu bahwa sakit itu
untuknya. Tak ada yang lebih Atar sesali, dari pada
ucapannya sore itu yang lantang berkata tidak mencintai
Nueva.” (Dzikry El Han, 2014:356-357)
Kutipan tersebut memperlihatkan betapa Atar begitu tersiksa karena telah
menyakiti hati Nueva. Ia sebenarnya sangat menyesali perbuatannya kepada
53
Nueva. Nueva merupakan wanita yang sangat ia cintai dan ingin ia lindungi.
Namun ia malah membuat Nueva menderita dan meninggalkannya begitu saja.
b. Konflik antar Individu
Konflik antarindividu juga terjadi pada tokoh utama yang bernama Atar.
Tokoh utama terlibat konflik dengan beberapa tokoh lain dalam cerita. Hal ini
terlihat dalam beberapa kutipan yang terdapat dalam novel CPBP karya Dzikry el
Han. Tokoh utama beberapa kali terlibat perkelahian dengan tokoh lain seperti
kutipan berikut.
“Atar pukul Inan Sampai roboh, Bapa Werfra!” teriak
Ramzi dengan urat-urat leher menegang dan sorot
mata berkilat-kilat.
Atar mendapati sorot mata Ramzi lebih banyak
mengisyaratkan rasa bersalah dari pada amarah, entah
sebab apa. Ramzi yang bertubuh gempal meronta dalam
pegangan dua lelaki tinggi besar, seperti juga Atar
diperlakukan sama. (Dzikry El Han, 2014:1)
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Atar berkelahi dengan Ramzi
dan Inan. Atar memukul Inan sampai terluka. Perkelahian mereka dilerai oleh
Bapa Werfra dan warga lainnya. Sementara Inan yang terluka berusaha ditolong
oleh warga. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
Atar dan Ramzi masih saling berhadapan. Lima meter dari
mereka, beberapa lelaki dewasa beriring menjauh
menggotong Inan. Tangan kukuh Atar beberapa saat
lalu mendarat telak di rahang Inan, membuatnya
langsung roboh ke tanah. Darah segar mengucur dari
hidung dan mulut Inan, menunjukkan kondisi pemuda
itu kritis. Orang-orang gugup dan buru-buru
melarikannya ke Puskesmas di kampung lain. (Dzikry
El Han, 2014:4)
54
Kutipan tersebut menggambarkan bagaimana kondisi Inan yang dipukul
oleh Atar. hidung dan mulut Inan sobek dan banyak mengeluarkan darah. Ia
langsung ditolong oleh warga dan dibawa ke Puskesmas. Konflik tersebut
membuat sahabat Atar yang bernama Safri marah kepadanya. Hal tersebut
tergambar dalam kutipan berikut.
“Atar dan Safri berteman baik, sejak kecil hingga lulus
SMA seminggu yang lalu. Tak pernah ada perselisihan,
apalagi salah paham di antara mereka. Namun sore ini
berbeda. Semua orang begitu mudah tersulut amarah.”
(Dzikry El Han, 2014:5)
Kutipan tersebut menggambarkan persahabatan mereka. Atar dan Safri
bersahabat sejak kecil. Persahabatan mereka retak karena ulah Inan, dan Ramzi.
Mereka berdua memfitnah Atar melakukan hal yang tercela terhadap Nueva adik
perempuan Safri. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Dengar!” Teriak Ramzi, menatap nanar orang-orang yang
berkerumunan. “Atar tidak punya alasan buat membela diri.
Saya sumpah lihat Atar ganggu Nueva. Dia peluk Nueva
di dekat pohon pala.” “Kasih lepas saya!” ronta Safri. “Saya mau hajar orang
munafik itu. (Dzikry El Han, 2014:7)
Kutipan tersebut memperlihatkan betapa Ramzi yang begitu percaya diri
mengatakan kepada semua orang bahwa Atar memeluk Nueva. mendengar
penjelasan Ramzi tersebut membuat Safri semakin marah. Persahabat ia dengan
Atar berubah menjadi pertengkaran antar mereka. Safri membawa nama marga
dalam perkelahian tersebut. Hal ini tergambar dalam kutipan berikut.
“Jangan larang saya, Bapa. Saya akan kasih Atar pelajaran,
biar dia ingat dia punya marga.”
“Jangan bawa-bawa marga, Safri!” Atar murka.
“Kenapa? Kau takut mencoreng nama besar Marga
Bauw?” (Dzikry El Han, 2014:7-8)
55
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Safri begitu marah kepada Atar.
Safri menyebut nama marga Atar. Kemarahan Safri tersebut semakin tidak bisa
dikendalikannya sehingga menuntut Atar untuk dibawa ke pengadilan adat. Hal ini
terlihat pada kutipan berikut.
“Diam!” Bentak Safri semakin berang. “Jangan harap kau
bisa bujuk saya supaya damai. Kau sudah ganggu Nueva,
saya punya adik satu-satunya. Kau harus tanggung jawab
di Pengadilan Adat!” (Dzikry El Han, 2014:9)
Kutipan tersebut juga memperlihatkan betapa marahnya Safri kepada Atar.
Ia menuntut Atar untuk bertanggung jawab di pengadilan adat. Ia tidak terima
adiknya dipermalukan oleh Atar. Mendengar tuntutan Safri tersebut membuat Atar
semakin kacau. Ia berpikir untuk mengatakan bahwa ia tidak menyukai Nueva.
Hal ini tergambar dalam kutipan berikut.
“Dengar, Safri!” teriak Atar di tengah hening itu. “Saya
tidak pernah Ganggu Nueva. Saya tidak tertarik dengan
kau punya adik. Saya tidak cinta dengan dia.” (Dzikry
El Han, 2014:10)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Atar tidak tertarik dan tidak
mencintai Nueva. ia melakukan hal tersebut untuk membela diri karena tidak ada
orang yang mau percaya dengan penjelasannya. Selain itu, Atar juga mengambil
keputusan untuk pergi dari kampungnya. Hal ini tergambar dalam kutipan berikut.
“Tidak usah jemput, Bapa. Saya akan pergi jauh.”
“Bikin apa lau di tempat jauh. Hidup tidak enak di sana.”
“Sama saja. Saya di kampung harus menanggung
penderitaan sumpah adat. Lebih baik penderitaan itu
saya rasakan di tempat jauh, biar tidak dilihat orang-
orang yang saya kenal. Mereka tidak perlu tahu saya
menderita akibat sumpah adat.” (Dzikry El Han,
2014:29-30)
56
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Atar pergi karena ia tidak
sanggup tinggal di kampungnya. Ia tidak ingin orang kampungnya tahu kalau ia
menderita karena sumpah adat. Ia juga merasa bersalah kepada Nueva. Hal ini
terlihat pada kutipan berikut.
“Entahlah, Bapa. Saya memuliakan Nueva, saya sayang
dengan dia. Tapi sekarang saya justru bersalah dengan
dia.”
“Saya akan bawa salah ini sampai ajal,” kata Atar lirih,
seolah ia diciptakan dari segumpal sesal.” (Dzikry El Han,
2014:40)
Kutipan tersebut memperlihatkan betapa Atar menyesali perbuatannya
kepada Nueva. Ia sangat menyayangi Nueva namun ia telah menyakiti hati Nueva.
Karena hal tersebut Atar tidak sanggup untuk bertemu dengan Nueva. Hal ini
tergambar dalam kutipan berikut.
“Saya tidak sanggup bertemu Nueva, Bapa,” ucap Atar
akhirnya. “Saya tidak sanggup melihat kesedihan, cinta
sekaligus amarah dari dia punya mata. Nueva punya beban
yang sangat berat, dan itu sepenuhnya saya punya salah.”
(Dzikry El Han, 2014:42)
Kutipan tersebut menggambarkan alasan Atar kenapa pergi meninggalkan
kampungnya. Ia tidak sanggup bertemu dengan Nueva dan dengan orang
kampung. Ia telah banyak berbuat salah terutama kepada Nueva. Penderitaan yang
ditanggung Nueva merupakan salahnya. Setelah kepergian Atar tersebut
keluarganya mendapatkan masalah. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Nueva menyesalkan semua ini. Kenapa persoalan Atar
semakin rumit? Hanya dalam empat hari, keluarga Umar
Bauw sudah jatuh. Apa mungkin ada seseorang yang
mengatur semua ini?” (Dzikry El Han, 2014:97-98)
Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa keluarga Atar juga mengalami
konflik. Keluarganya difitnah oleh orang yang tidak suka dengan Atar. Orang
57
tersebut menyebarkan fitnah bahwa keluarga Atar berasal dari keluarga budak.
Atar merasa benar-benar telah membuat orangtuanya kecewa. Hal ini tergambar
dalam kutipan berikut.
“Umar Bauw merasa bahwa ia sudah kehilangan putra
sulungnya. Tinggal Atar harapan satu-satunya sebagai
penerus keturunan. Waktu itu Atar pernah berjanji
untuk tidak mengecewakan orangtuanya. Berjanji
untuk sebuah bakti. Tapi apa yang terjadi sekarang?
“Saya justru pergi. Saya sama sekali tidak berguna.”
(Dzikry El Han, 2014:115)
Kutipan tersebut menggambarkan betapa kekecewaan orangtua Atar
terhadapnya. Ia tidak bisa menepati janjinya, ia meninggalkan orangtuanya dengan
masalah yang ia perbuat dan pergi dari kampung. Ia pergi ke Jayapura dan
bertemu dengan Obinus. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
Suara Obinus itu menjadi semacam terompet Israfil dalam
bayangan Atar, terompet yang menandai akhir dari siklus
kehidupan di bumi. Atar baru saja mendapatkan Obinus
sebagai saudara, dan hanya satu-satunya di jagad
Jayapura-Abepura. Akankah semua berakhir sebab
salah komunikasi? Atar sungguh tak pernah ingin, untuk
sekadar membayangkan hal itu terjadi. Ah, tiba-tiba Atar
punya ide untuk beralasan sakit, tapi bukankah itu sangat
keliru? Ia berbohong, dan tampaknya alasan itu sangat
kuno. Atar ingin menghindarinya. Jika memang
persaudaraannya dengan Obinus harus renggang, Atar ingin
itu terjadi dengan cara yang istimewa, di luar kebiasaan,
dan bukan dengan jalan seperti ini. (Dzikry El Han,
2014:156)
Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa Atar mendapatkan seorang
sahabat yaitu Obinus. Ia dibantu oleh Obinus selama di Jayapura. Namun Atar
dan Obinus berbeda keyakinan. Obinus mengira Atar seorang Nasrani sama
sepertinya. Obinus mengajak Atar untuk pergi dengannya ke gereja. Atar ingin
mengatakan kepada Obinus bahwa ia seorang Muslim, namun ia tidak berani
58
mengatakannya. Ia tidak ingin Obinus salah paham terhadapnya. Setelah berpikir
cukup lama akhirnya Atar memberanikan diri untuk mengatakan hal tersebut
kepada Obinus. Hal ini tergambar dalam kutipan berikut.
“Kaka, saya harus minta maaf dengan kaka.”
“Soal”
“Saya tidak jujur dengan kaka selama ini.”
“Kau sembunyikan apa dari kaka?”
“Saya tidak bisa ikut kaka sembahyang ke gereja.”
“Kenapa? Kau sakit, kah?”
“Ah, tidak, kaka. Saya sehat.”
“Baru, kenapa tidak bisa ikut sembahyang?”
“Kaka sangat baik,” ucap Atar, lalu jeda lagi.
“Saya bangga dengan Kaka. Saya tidak bisa ikut
sembahyang bukan karena saya tidak hormat dengan Kaka
atau tidak menuruti nasihat Kaka. Tapi …,” Atar kembali
ragu.
“Tapi apa? bilang saja dengan Kaka.”
“Saya seorang Muslim, Kaka.” (Dzikry El Han,
2014:157-158)
Kutipan tersebut menggambarkan tentang keberanian Atar menyelesaikan
konfliknya dengan Obinus. Atar mengatakan kepada Obinus bahwa ia adalah
seorang Muslim. Sebenarnya Obinus sudah mengetahui hal tersebut, namun ia
ingin Atar mengatakannya sendiri. Setelah hal tersebut persahabatan mereka
semakin erat. Persahabatan mereka tersebut membuat teman-teman Obinus yang
berkeyakinan Nasrani mengira Atar telah mempengaruhi Obinus untuk berpindah
keyakinan. Hal ini tergambar dalam kutipan berikut.
“Obi, kau mungkin tidak merasa, Atar pengaruh kau
pelan-pelan lewat diskusi-diskusi, obrolan, tulisan, atau
apa saja,” Kata Wenand akhirnya. (Dzikry El Han,
2014:244)
Kutipan tersebut menggambarkan mengenai kecurigaan Wenand terhadap
Atar. Wenand adalah anggota LKR yang curiga kepada Atar karena hasutan Theo.
59
Wenand berusaha membuat Obinus mempercayai tentang pengaruh yang
dilakukan Atar. Setelah itu Aitana akhirnya menjelaskan kepada Obinus bahwa
Theo yang menyebarkan fitnah tersebut kepada Wenand dan anggota LKR
lainnya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut.
“Theo mungkin sakit hati dengan saya dan Atar.”
“Sejak semester dulu, Theo berusaha dekat dengan
saya,” kata Aitana pelan.
“Maksudnya, Theo itu suka dengan saya.”
“Kau tolak dia?”
“Hanya karena saya tidak bisa jatuh cinta dengan Theo.”
(Dzikry El Han, 2014:257-258)
Kutipan tersebut memperlihatkan mengapa Theo marah kepada Atar. Theo
sakit hati kepada Atar dan Aitana. Cintanya ditolak oleh Aitana karena Aitana
mencintai Atar. Oleh sebab itu Theo memfitnah Atar menyebarkan pengaruh
terhadap orang lain. Namun perbuatan Theo tersebut malah membuat dirinya
menjadi malu. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut.
Theo merasa ditumbuhi bulu-bulu di sekujur tubuhnya.
Meremang, dan ada hasrat untuk menutupi semua
bagian yang mungkin ia tutupi. Ia tahu, itu adalah
perasaan malu yang harus ditanggung. Cinta telah
membuatnya melakukan berbagai kegilaan, yang sulit
dipercayai oleh nalar.” (Dzikry El Han, 2014:300)
Kutipan tersebut memperlihatkan bagaimana Theo sangat malu karena
perbuatannya sendiri. Ia telah berbuat salah kepada Atar karena cintanya kepada
Aitana. Atar sebenarnya tidak mencintai Aitana, ia hanya kagum terhadap Aitana.
Cinta Atar sepenuhnya hanya untuk Nueva. Hal ini tergambar dalam kutipan
berikut.
“Atar tak pernah lupa bahwa Obinus begitu marah padanya
lantaran Aitana menagis. Tapi itulah yang semestinya
60
terjadi. Atar tak bisa berpura-pura mencintai Aitana
untuk membuatnya bahagia. Itu berarti ia akan
melukai Nueva untuk yang kedua, meski gadis itu tak
pernah tahu apa yang dilakukannya di tempat jauh.
Atar sudah berjanji, ada atau tidak ada Nueva, ia akan tetap
meneguhkan cintanya.” (Dzikry El Han, 2014:312)
Kutipan tersebut menggambarkan betapa Atar sangat mencintai Nueva.
Atar menyadari bahwa Aitana juga mencintainya. Namun ia tidak bisa menerima
cinta Aitana karena di dalam hatinya hanya ada Nueva. Sedangkan konflik Atar
dengan Inan dan Ramzi yang terjadi dikampungnya dulu sudah mulai
terselesaikan. Hal ini tergambar dalam kutipan berikut.
“Atar tidak pernah berbuat salah dengan kita punya adat.
Justru saya dan Ramzi yang semestinya dapat
hukuman, karena sudah bikin Atar dan dia punya
keluarga hancur.” (Dzikry El Han, 2014:322)
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Inan telah mengakui
kesalahannya terhadap Atar. Ia mengatakan kepada Safri bahwa ia dan Ramzi
yang membuat Atar dan keluarganya hancur. Tidak hanya itu, Inan juga
mengatakan bahwa Bapa Saway yang menyuruhnya melakukan hal tersebut
terhadap Atar. Hal ini tergambar dalam kutipan berikut.
“Bapa Saway suruh saya dengan Ramzi.”
“Inan, kau jangan sembarang bicara.”
“Saya bicara benar, Safri. Kalau kau tidak percaya dengan
saya, barangkai Patipi dalam bahaya.”
“Ada yang tidak bersih, Safri. Saya tidak tahu tujuan
Bapa Saway, tapi saya berkata benar, Bapa Saway
punya maksud tidak baik dengan Atar.” (Dzikry El Han,
2014:323)
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Inan melakukan finah terhadap
Atar atas suruhan Bapa Saway. Inan menjelaskan kepada Safri bahwa Bapa
61
Saway mempunyai maksud jahat terhadap Atar. Inan melakukan hal tersebut
karena ia mempunyai hutang budi kepada Bapa Saway. Hal ini tergambar dalam
kutipan berikut.
“Saya tidak tahu. Bapa Saway tidak bicara lain kecuali saya
dan Ramzi harus bikin Atar malu.”
“Kenapa kau mau?”
“Karena saya ditagi utang budi dengan Bapa Saway
punya keluarga.” (Dzikry El Han, 2014:324)
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Inan dan Ramzi hanya
menjalankan perintah Bapa Saway untuk membuat Atar malu. Ia tidak bisa
menolak perintah Bapa Saway karena mereka ditagi hutang budi terhadap Bapa
Saway. Mendengar penjelasan Inan tersebut safri merasa bersalah terhadap Atar.
Hal ini terlihat dalam kutipan berikut.
“Safri merasa sekujur tubuhnya menyala dikepung
bara api. Betapa inginnya dia membakar semua orang
yang pernah membuat Atar sengsara. Tapi sebelum itu,
Safri harus membakar dirinya sendiri.” (Dzikry El Han,
2014:324)
Kutipan tersebut memperlihatkan betapa Safri ingin membalas semua
penderitaan yang dialami Atar. Namun ia begitu merasa bersalah karena telah
menuntut Atar untuk dihukum berdasarkan pengadilan Adat. Ketika Atar kembali
kekampung halamannya untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara ia
dengan Inan, Ramzi, dan Safri. Inan malah menuduh Kiarad yang menyuruhnya
untuk memfitnah Atar. Hal ini tergambar dalam kutipan berikut.
“Baik, Bapa. Saya jujur, Kaka Kiarad yang suruh
saya!” (Dzikry El Han, 2014:339)
62
Kutipan tersebut menggambarkan mengenai pengakuan Inan. Inan
mengakui di depan semua orang bahwa ia disuruh oleh Kiarad untuk membuat
Atar malu dan mendapatkan masalah. Kiarad adalah kakak laki-laki Atar. Atar
mengetahui bahwa bukan Kiarad yang melakukan hal tersebut. Hal ini tergambar
dalam kutipan berikut.
“Biar pun kau punya bualan bisa kelabuhi semua yang
hadir di sini, saya tidak akan pernah percaya dengan kau!”
kata Atar. Matanya berkilat-kilat menantang Inan. Atar
punya alasan kuat kenapa dia menolak pernyataan itu. Atar
mengetahui cerita Kiarad yang sesungguhnya dari
Baham, ketika Atar mampir ke kediamannya di
Kampung Tetar. (Dzikry El Han, 2014:339)
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Atar tidak percaya dengan
pengakuan Inan mengenai Kiarad. Atar mengetahui semua tentang Kiarad dari
Baham. Atar begitu marah kepada Inan karena telah menuduh kakaknya. Setelah
terbukti bahwa Atar tidak bersalah, ia mendapatkan kesempatan untuk memilih
seseorang untuk membacakan kitab adat. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut.
“Perlahan kedua tangannya mulai bergerak, begitupun
bibirnya, antara senyum dan tangis. Tapi sepasang matanya
melotot. Semua yang hadir sulit menengarai kecamuk
perasaan Saway. Raut wajah itu serupa raut
kemenangan telak dari seorang culas.” (Dzikry El Han,
2014:344-345)
Kutipan tersebut memperlihatkan tentang Bapa Saway yang dipilih Atar
untuk membacakan kitab adat. Bapa Saway terlihat orang yang kegirangan karena
kemenangannya. Setelah Bapa Saway memegang kitab adat tubuhnya berubah
menjadi kayu. Hal ini tergambar dalam kutipan berikut.
63
“Seorang tetua di sampingnya menyentuh tangan Saway.
Tangan itu sudah menyerupai sebatang kayu. Semua yang
hadir saling berbisik, menengarai kondisi Saway. Tanpa
maklumat resmi, semua sepakat bahwa Saway terkena
tulah dari suatu perbuatan yang pernah dilakukannya.”
(Dzikry El Han, 2014:345)
Kutipan tersebut menggambarkan kondisi Bapa Saway seperti orang yang
terkena kutukan adat. Seluruh tubuhnya berubah menjadi kayu, karena ia telah
berbuat salah terhadap orang lain terutama kepada Atar. Hal tersebut menjadi
akhir dari konflik yang dialami Atar.
c. Konflik Antarkelompok Sosial
Konflik tidak hanya terjadi pada diri seseorang ataupun dengan orang lain.
Konflik juga terjadi antar kelompok masyarakat. Seperti konflik Atar dengan
keluarga Nueva. Keluarga Nueva kecewa kepada Atar karena telah
mempermalukan Nueva. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Saya punya keluarga percaya dengan kau,” lanjut Safri
dengan nada semakin tinggi. “Kami serahkan Nueva
supaya kau jaga dengan baik. Bukan untuk kau
nistakan!” (Dzikry El Han, 2014:6)
Kutipan tersebut menggambarkan betapa kecewanya keluarga Nueva
kepada Atar. Mereka tidak menyangka kalau Atar tega melakukan hal yang
memalukan terhadap Nueva. Tidak hanya itu, konflik antarkelompok sosial yang
lain yang menimpa Atar adalah dengan Lembaga Kajian Rohani (LKR) yang
dipelopori oleh Theo. LKR yang diwakili oleh Wenand menemui Obinus untuk
menjelaskan kecurigaan tentang pengaruh Atar. Wenand menuduh Atar
menyebarkan pengaruh untuk berubah keyakinan. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut.
64
“Kami sudah lama mengawasi kau dengan Atar,” Kata
Wenand. “Kami lihat kalian berdua itu macam pinang
dengan sirih. Kami cemas kalau kau sampai
terpengaruh dengan Atar. Siapa tahu dia punya maksud
tersembunyi, to? Apalagi akhir-akhir ini Aitana juga punya
gelagat aneh. Dia mencari-cari Atar macam orang
kehilangan pacar saja.” (Dzikry El Han, 2014:243)
Kutipan tersebut memperlihatkan bagaimana Wenand memperingatkan
Obinus mengenai Atar. Wenand menjelaskan kepada Obinus bahwa Atar
memiliki maksud untuk mempengaruhi Obinus agar berpindah keyakinan. Usaha
Wenand tersebut tidak berhasil membuat Obinus untuk membenci Atar. Wenand
membawa teman-teman LKR untuk mengeroyok Atar dan memberikan pelajaran
kepada Atar. Hal ini tergambar dalam kutipan berikut.
“Saya kurang ajar apa?” tanya Atar.
“Kau sebar-sebar pengaruh dengan kita.”
“Sebar pengaruh apa?”
“Kau sebar pengaruh supaya kita beralih mengikuti kau
punya keyakinan.”
“Apa buktinya?”
“Banyak bukti,” kata suara berat dari belakang
kerumunan pemuda-pemuda yang mengepung Atar.”
(Dzikry El Han, 2014:284-285)
Kutipan di atas menggambarkan betapa marahnya mereka kepada Atar
karena hal tersebut. Meskipun Atar berusaha untuk menjelaskan tetapi mereka
mengaku mempunyai bukti tentang hal tersebut. Mereka mencurigai Obinus telah
mengikuti keyakinan Atar, sehingga Atar berusaha untuk menjelaskan bahwa
Obinus tidak pernah beralih keyakinan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut.
“Apa Kaka Obi sudah berpindah keyakinan?” tanya
Atar tegas.
Obinus menggeleng. “Tidak sama sekali!” Obinus lalu
menatap Wenand dan Theo bergantian. “Saya juga ingin
tanya, organisasi mana yang saya khianati?”
Semua saling pandang. (Dzikry El Han, 2014:290)
65
Kutipan di atas memperlihatkan bahwa Obinus tidak pernah berubah
keyakinan. Bukti tentang organisasi yang pernah dihianati oleh Atar pun tidak bisa
mereka perlihatkan. Permasalahan tersebut diselesaikan dirumah Pastor Abelson.
Hal ini tergambar dalam kutipan berikut.
Di ruang tamu kediaman Pastor Abelson sudah
berkumpul banyak orang. Obinus dan Atar ada di
antara para tamu, juga The dan Wenand. Selebihnya
adalah anggota Lembaga Kajian Ruhani (LKR) dan para
mahasiswa yang tertarik ingin mengikuti prosesi dialog
perdamaian atas persoalan Atar dan LKR, atau sebenarnya
adalah persoalan Atar dan Theo secara pribadi. (Dzikry
El Han, 2014:298)
Kutipan tersebut menggambarkan tentang perdamaian antara Atar dengan
LKR, Theo, Wenand, dan Obinus. Atar terbukti tidak pernah menyebarkan
pengaruh apapun kepada orang lain. Ia juga terbukti tidak pernah mengianati
organisasi manapun.
3. Deskripsi Data Penyebab Konflik Tokoh Utama Novel CPBP Karya
Dzirky El Han
Faktor penyebab konflik meliputi: a) Perbedaan status sosial, b) Perbedaan
pola kebudayaan, c) Perbedaan antar anggota masyarakat, d) Perbedaan
kepentingan antar-anggota masyarakat, e) Terjadinya perubahan sosial. Di dalam
novel CPBP karya Dzikry El Han ini penyebab konflik yang terjadi adalah
sebagai berikut.
a. Perbedaan Antaranggota Masyarakat
Perbedaan yang terjadi antaranggota masyarakat dapat dilihat dari segi
fisik maupun mental, atau perbedaan kemampuan, pendirian, dan perasaan
66
sehingga menimbulkan pertikaian atau bentrokan antara mereka. Seperti yang
terjadi antara Atar dengan Safri. Perbedaan yang terjadi antara mereka adalah
mengenai perbedaan pendirian dan perasaan. Hal tersebut tergambar dalam
kutipan berikut.
“Saya punya keluarga percaya dengan kau,” lanjut Safri
dengan nada semakin tinggi. “Kami serahkan Nueva
supaya kau jaga dengan baik. Bukan untuk kau
nistakan!” (Dzikry El Han, 2014:6)
Kutipan tersebut menggambarkan bagaimana perasaan kecewa Safri
terhadap Atar. Safri yang dulunya percaya kepada Atar menjadi kecewa karena
Atar telah menistakan Nueva adik kandungnya. Perbedaan antara Atar dengan
Safri membuat emosi Safri semakin tidak bisa dikendalikan, ia menuntut Atar
untuk dibawa kepengadilan adat. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut.
“Diam!” Bentak Safri semakin berang. “Jangan harap kau
bisa bujuk saya supaya damai. Kau sudah ganggu Nueva,
saya punya adik satu-satunya. Kau harus tanggung
jawab di Pengadilan Adat!” (Dzikry El Han, 2014:9)
Kutipan tersebut memperlihatkan betapa hancurnya perasaan Safri karena
pebuatan Atar. Safri tidak menyangka Atar akan berbuat seperti itu kepada
adiknya karena mereka adalah sahabat. Safri tidak ingin berdamai dengan Atar.
Safri menuntut Atar untuk diadili di pengadilan adat. Perbedaan perasaan antara
anggota masyarakat juga terlihat antara Atar dengan Nueva. Hal tersebut terlihat
dalam kutipan berikut.
“Entahlah, Bapa. Saya memuliakan Nueva, saya sayang
dengan dia. Tapi sekarang saya justru bersalah dengan
dia.”
“Saya akan bawa salah ini sampai ajal,” kata Atar lirih,
seolah ia diciptakan dari segumpal sesal.” (Dzikry El Han,
2014:40)
67
Kutipan tersebut memperlihatkan bagaimana perasaan Atar terhadap
Nueva. Ia sebenarnya memiliki perasaan sayang terhadap Nueva. Namun ia malah
menyakiti hati Nueva dengan mengatakan bahwa ia tidak mencintai Nueva.
Hubungannya dengan Nueva sekarang menjadi renggang. Perasaan mereka telah
tersakiti karena konflik Atar dengan Inan dan Ramzi. Perbedaan perasaan tersebut
membuat Atar tidak memiliki kemampuan untuk melindungi Nueva. Hal tersebut
tergambar dalam kutipan berikut.
“Saya tidak sanggup bertemu Nueva, Bapa,” ucap Atar
akhirnya. “Saya tidak sanggup melihat kesedihan, cinta
sekaligus amarah dari dia punya mata. Nueva punya
beban yang sangat berat, dan itu sepenuhnya saya
punya salah.” (Dzikry El Han, 2014:42)
Kutipan tersebut menggambarkan bagaimana Atar yang tidak memiliki
kemampuan untuk membela diri dan menyelamatkan Nueva dari masalah
tersebut. Atar menjadi tidak berani untuk bertemu dengan Nueva. Ia merasa
bersalah telah membuat Nueva menderita. Tidak hanya itu, penyebab konflik
yang berhubungan dengan perasaan juga melibatkan Theo. Hal tersebut tergambar
dalam kutipan berikut.
“Theo mungkin sakit hati dengan saya dan Atar.”
“Sejak semester dulu, Theo berusaha dekat dengan
saya,” kata Aitana pelan. “Maksudnya, Theo itu suka
dengan saya.”
“Kau tolak dia?”
“Hanya karena saya tidak bisa jatuh cinta dengan Theo.”
(Dzikry El Han, 2014:257-258)
Kutipan tersebut menggambarkan bagaimana perasaan Theo yang hancur
karena ditolak oleh Aitana. Aitana menolak Theo karena ia menyukai Atar. Theo
68
marah kepada Atar karena hal tersebut. Ia memiliki niat jahat untuk
mempermalukan Atar. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
“Theo merasa ditumbuhi bulu-bulu di sekujur tubuhnya.
Meremang, dan ada hasrat untuk menutupi semua bagian
yang mungkin ia tutupi. Ia tahu, itu adalah perasaan
malu yang harus ditanggung. Cinta telah membuatnya
melakukan berbagai kegilaan, yang sulit dipercayai
oleh nalar.” (Dzikry El Han, 2014:300)
Kutipan di atas memperlihatkan bahwa Theo benar-benar malu dan marah
kepada Atar yang merebut Aitana darinya. Ia berusaha membalas hal tersebut
kepada Atar. Ia tidak memperdulikan apapun, asalkan Atar merasakan malu yang
ia rasakan. Perbedaan perasaan juga terjadi antara Atar dengan Aitana. Hal
tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Seorang gadis adat?”
“Ya.”
“Dijodohkan?”
“Pada mulanya.”
“Lalu?”
“Apa saya perlu saya bilang dengan kau, Aitana?”
“Karena saya tidak bisa mengerti sesuatu yang tidak kau
katakan.”
“Atar mendesah. Lidahnya kelu. Ia tak mungkin bilang
perihal rindunya kepada Nueva.” (Dzikry El Han,
2014:307)
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Atar tidak memiliki perasaan
kepada Aitana. Namun Aitana sangat mencintai Atar. perbedaan perasaan antara
mereka membuat hubungan keduanya menjadi renggang. Atar tidak bisa membagi
cintanya kepada orang lain karena ia sangat mencintai Nueva. Pendiriannya untuk
mencintai dan menyayangi Nueva selamanya membuat ia harus menolak cinta
Aitana. Hal tersebut membuat Obinus marah kepada Atar karena melukai hati
Nueva. Ini terlihat dalam kutipan berikut.
69
“Atar tak pernah lupa bahwa Obinus begitu marah
padanya lantaran Aitana menagis. Tapi itulah yang
semestinya terjadi. Atar tak bisa berpura-pura mencintai
Aitana untuk membuatnya bahagia. Itu berarti ia akan
melukai Nueva untuk yang kedua, meski gadis itu tak
pernah tahu apa yang dilakukannya di tempat jauh. Atar
sudah berjanji, ada atau tidak ada Nueva, ia akan tetap
meneguhkan cintanya.” (Dzikry El Han, 2014:312)
Kutipan tersebut memperlihatkan bagaimana perasaan sayang Atar yang
begitu bersar kepada Nueva. Ia tidak bisa membagi perasaannya kepada Aitana.
Namun Obinus tidak suka jika Atar menyakiti perasaan Aitana dan membuatnya
terluka karena tidak membalas perasaannya. Penyebab berdasarkan perbedaan
kemampuan juga terjadi antara Atar dengan Safri. Hal tersebut tergambar dalam
kutipan berikut.
“Safri merasa sekujur tubuhnya menyala dikepung bara
api. Betapa inginnya dia membakar semua orang yang
pernah membuat Atar sengsara. Tapi sebelum itu, Safri
harus membakar dirinya sendiri.” (Dzikry El Han,
2014:324)
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Safri merasa bersalah terhadap
Atar. Ia menyesali perbuatannya terhadap Atar telah percaya dengan omongan
Inan dan Ramzi. Ia tidak memiliki kemampuan untuk melihat kebenaran yang
sebenarnya. Perbedaan perasaan juga terjadi antara Atar dengan Nueva. Hal
tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Ingatan tentang Nueva adalah perasaan getir yang
menusuk-nusuk perjalanan lima tahunnya, seakan sepasang
telapak kakinya ditumbuhi duri-duri yang berakar di ulu
hati. Sakit sekujur tubuh setiap kali melangkah, dan
Atar ingin Nueva tahu bahwa sakit itu untuknya. Tak
ada yang lebih Atar sesali, dari pada ucapannya sore
itu yang lantang berkata tidak mencintai Nueva.”
(Dzikry El an, 2014:356-357)
70
Kutipan tersebut menjelaskan betapa Atar menderita karena perasaannya
sendiri. Ia mendustai perasaannya dengan mengatakan tidak mencintai Nueva.
namun pada kenyataannya ia sangat mencintai Nueva. Karena hal tersebut
membuat hubungan Atar dan Nueva menjadi hancur. Nueva merasa kecewa atas
perbuatan Atar terhadapnya. Sedangan Atar menyesali perbuatannya tersebut dan
menjadi beban tersendiri dalam hidupnya.
b. Perbedaan Pola Kebudayaan
Faktor penyebab terjadinya konflik dalam novel CPBP karya Dzikry El
Han selanjutnya adalah karena adanya perbedaan pola kebudayaan, seperti
perbedaan adat-istiadat, suku bangsa, agama, bahasa, paham politik, pandangan
hidup, dan budaya daerah lainnya, sehingga mendorong timbulnya persaingan dan
pertentangan, bahkan bentrokan di antara anggota masyarakat. Hal tersebut
tergambar dalam kutipan berikut.
Suara Obinus itu menjadi semacam terompet Israfil
dalam bayangan Atar, terompet yang menandai akhir
dari siklus kehidupan di bumi. Atar baru saja
mendapatkan Obinus sebagai saudara, dan hanya satu-
satunya di jagad Jayapura-Abepura. Akankah semua
berakhir sebab salah komunikasi? Atar sungguh tak
pernah ingin, untuk sekadar membayangkan hal itu terjadi.
Ah, tiba-tiba Atar punya ide untuk beralasan sakit, tapi
bukankah itu sangat keliru? Ia berbohong, dan tampaknya
alasan itu sangat kuno. Atar ingin menghindarinya. Jika
memang persaudaraannya dengan Obinus harus renggang,
Atar ingin itu terjadi dengan cara yang istimewa, di luar
kebiasaan, dan bukan dengan jalan seperti ini. (Dzikry El
Han, 2014:156)
Kutipan tersebut menggambarkan bagaimana hubungan Atar dengan
Obinus yang awalnya baik-baik saja. Namun karena perbedaan agama hubungan
71
tersebut hampir saja berakhir. Atar dan Obinus berbeda agama. Atar beragama
Muslim sedangkan Obinus beragama Nasrani. Obinus menyangka Atar juga
beragama Nasrani sepertinya. Obinus mengajak Atar untuk sembahyang kegereja
dengannya. Atar bingung bagaimana cara menjelaskan hal tersebut kepada
Obinus. Ia takut jika Obinus marah dan hubungan persahabatannya hancur.
Penyebab selanjutnya juga tentang perbedaan agama. Hal tersebut terlihat dalam
kutipan berikut.
“Kaka, saya harus minta maaf dengan kaka.”
“Soal”
“Saya tidak jujur dengan kaka selama ini.”
“Kau sembunyikan apa dari kaka?”
“Saya tidak bisa ikut kaka sembahyang ke gereja.”
“Kenapa? Kau sakit, kah?”
“Ah, tidak, kaka. Saya sehat.”
“Baru, kenapa tidak bisa ikut sembahyang?”
“Kaka sangat baik,” ucap Atar, lalu jeda lagi. “Saya bangga
dengan Kaka. Saya tidak bisa ikut sembahyang bukan
karena saya tidak hormat dengan Kaka atau tidak menuruti
nasihat Kaka. Tapi …,” Atar kembali ragu.
“Tapia pa? bilang saja dengan Kaka.”
“Saya seorang Muslim, Kaka.” (Dzikry El Han,
2014:157-158)
Kutipan tersebut memperlihatkan penyebab konflik yang dialami Atar
dengan Obinus karena perbedaan Agama. Atar akhirnya memberanikan diri untuk
mengatakan kepada Obinus bahwa ia adalah seorang Muslim. Penyebab konflik
karena perbedaan agama juga berdampak pada Wenand dan anggota LKR.
Mereka menuduh Atar menyebarkan pengaruh kepada orang lain untuk berubah
keyakinan. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Kami sudah lama mengawasi kau dengan Atar,” Kata
Wenand. “Kami lihat kalian berdua itu macam pinang
dengan sirih. Kami cemas kalau kau sampai
terpengaruh dengan Atar. siapa tahu dia punya maksud
72
tersembunyi, to? Apalagi akhir-akhir ini Aitana juga punya
gelagat aneh. Dia mencari-cari Atar macam orang
kehilangan pacar saja.” (Dzikry El Han, 2014:243)
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Wenand takut jika Obinus
terpengaruh oleh Atar dan berpindah keyakinan. Wenand tidak suka dengan Atar
karena menurutnya Atar suka membujuk orang lain untuk ikut memeluk agama
Islam. Wenand berusaha menjelaskan kepada Obinus tentang pengaruh yang
diberikan Atar. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
“Obi, kau mungkin tidak merasa, Atar pengaruh kau
pelan-pelan lewat diskusi-diskusi, obrolan, tulisan, atau
apa saja,” Kata Wenand akhirnya. (Dzikry El Han,
2014:244)
Kutipan tersebut memperlihatkan bagaimana Wenand memberikan
penjelasan tentang pengaruh yang diberikan Atar. Wenand tidak ingin Obinus
terpengaruh oleh Atar. Wenand tidak tahu bahwa Obinus tidak pernah sedikitpun
dipengaruhi oleh Atar. Konflik tersebut diselesaikan di rumah Pastor Abelson. Hal
tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
Di ruang tamu kediaman Pastor Abelson sudah
berkumpul banyak orang. Obinus dan Atar ada di
antara para tamu, juga The dan Wenand. Selebihnya
adalah anggota Lembaga Kajian Ruhani (LKR) dan para
mahasiswa yang tertarik ingin mengikuti prosesi dialog
perdamaian atas persoalan Atar dan LKR, atau sebenarnya
adalah persoalan Atar dan Theo secara pribadi. (Dzikry
El Han, 2014:298)
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Atar tidak pernah menyebarkan
pengaruh kepada orang lain. Ia tidak pernah menghianati organisasi yang ia ikuti.
Ia hanya difitnah oleh Theo karena kecemburuannya terhadap Atar.
73
c. Perbedaan Status Sosial
Faktor penyebab konflik yang ketiga terjadinya konflik dalam novel CPBP
karya Dzikry El Han adalah karena perbedaan status sosial. Perbedaan status
sosial kerap sekali menimbulkan konflik antar sesama. Penyebab ini biasanya
berkaitan dengan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin, dan yang
memiliki kekuasaan dengan yang tidak memiliki kekuasaan. Hal ini dapat
menimbulkan konflik karena kecemburuan sosial.
Penyebab ini juga terlihat di dalam novel CPBP karya Dzikry El Han. Inan
dan Ramzi telah membuat Atar menjadi orang yang terhina ditengah masyarakat.
Ia merasa dirinya mendapatkan aib yang begitu besar. Hal tersebut tergambar
dalam kutipan berikut.
“Tidak usah jemput, Bapa. Saya akan pergi jauh.”
“Bikin apa lau di tempat jauh. Hidup tidak enak di sana.”
“Sama saja. Saya di kampung harus menanggung
penderitaan sumpah adat. Lebih baik penderitaan itu
saya rasakan di tempat jauh, biar tidak dilihat orang-
orang yang saya kenal. Mereka tidak perlu tahu saya
menderita akibat sumpah adat.” (Dzikry El Han,
2014:29-30)
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Atar memiliki perbedaan status
sosial dengan yang lain. Ia merupakan orang yang terhina dan memiliki aib. Hal
tersebut membuatnya malu jika berada di kampungnya. Ia memilih untuk pergi
meninggalkan kampung agar orang tidak melihatnya menderita. Tidak hanya itu,
Inan dan Ramzi yang sengaja memfitnah Atar karena disuruh oleh Bapa Saway.
Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut.
“Saya tidak tahu. Bapa Saway tidak bicara lain kecuali
saya dan Ramzi harus bikin Atar malu.”
“Kenapa kau mau?”
74
“Karena saya ditagi utang budi dengan Bapa Saway
punya keluarga.” (Dzikry El Han, 2014:324)
Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa mereka mau melakukan hal
tersebut karena memiliki utang budi dengan Bapa Saway. Mereka yang tidak
mampu untuk menolak terpaksa mematuhi perintah Bapa Saway. Bapa Saway
ingin membuat Atar malu dan ia ingin menempati posisi Atar sebagai calon
Kapitan. Saway memanfaatkan Inan dan Ramzi untuk melakukan hal tersebut
karena mereka berhutang padanya. Perbedaan status social tersebut yang membuat
mereka berani memfitnah Atar dan membuat Atar menderita.
d. Perbedaan Kepentingan Antaranggota Masyarakat
Faktor berikutnya yang menjadi penyebab munculnya konflik dalam novel
CPBP karya Dzikry El Han adalah karena perbedaan kepentingan antaranggota
masyarakat. Setiap orang memiliki kepentingan yang berbeda-beda baik
kepentingan pribadi maupun kelompok. Seseorang akan berusaha memenuhi
kepentingannya. Namun terkadang dalam memenuhi kepentingannya, seseorang
tidak memikirkan orang lain. Orang tersebut tidak menyadari apakah tindakannya
dapat mengganggu atau membuat orang lain tidak nyaman. Jika seseorang merasa
terganggu maka situasi seperti itu bisa menyebabkan konflik.
Di dalam novel CPBP karya Dzikry El Han ini yang menjadi faktor
perbedaan kepentingan antaranggota masyarakat ini salah satunya seperti
kepentingan untuk mendapatkan jabatan. Atar merupakan satu-satunya calon
Kapitan yang akan menggantikan werfra Hindom. Hal ini membuat orang iri
75
kepadanya. Atar merupakan pemuda yang masih remaja tapi ia sudah menjadi
orang yang dipercaya oleh Werfra untuk menggantikannya.
Atar juga merupakan pemuda yang tersohor yang dipuji oleh banyak
orang. Banyak gadis desa yang sangat mengaguminya. Inan dan Ramzi merasa iri
kepada Atar, serta mereka juga disuruh oleh orang lain untuk menghancurkan
Atar. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Atar pukul Inan Sampai roboh, Bapa Werfra!” teriak
Ramzi dengan urat-urat leher menegang dan sorot
mata berkilat-kilat.
Atar mendapati sorot mata Ramzi lebih banyak
mengisyaratkan rasa bersalah dari pada amarah, entah
sebab apa. Ramzi yang bertubuh gempal meronta dalam
pegangan dua lelaki tinggi besar, seperti juga Atar
diperlakukan sama. (Dzikry El Han, 2014:1)
Kutipan di atas menggambarkan perkelahian Atar dengan Ramzi dan Inan.
Atar memukul Inan sampai terluka untuk membela dirinya. Ramzi yang terlihat
bersalah berusaha menutupi perasaannya dengan melaporkan kejadian tersebut
kepada Werfra yang datang untuk menghentikan perkelahian mereka. Perbedaan
kepentingan antara Atar, Ramzi dan Inan tersebut membuat mereka akhirnya
berkonflik. Hal tersebut juga terlihat dalam kutipan berikut.
Atar dan Ramzi masih saling berhadapan. Lima meter
dari mereka, beberapa lelaki dewasa beriring menjauh
menggotong Inan. Tangan kukuh Atar beberapa saat
lalu mendarat telak di rahang Inan, membuatnya
langsung roboh ke tanah. Darah segar mengucur dari
hidung dan mulut Inan, menunjukkan kondisi pemuda itu
kritis. Orang-orang gugup dan buru-buru melarikannya ke
Puskesmas di kampung lain. (Dzikry El Han, 2014:4)
Kutipan tersebut memperlihatkan konflik antara Atar dengan Inan dan
Ramzi. Inan yang terluka dibawa ke Puskesmas oleh warga. Perbedaan
kepentingan tersebut membuat hubungan antara mereka menjadi bermasalah.
76
Tidak hanya itu, hubungan persahabatan antara Atar dengan Safri juga ikut
bermasalah. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Atar dan Safri berteman baik, sejak kecil hingga lulus
SMA seminggu yang lalu. Tak pernah ada perselisihan,
apalagi salah paham di antara mereka. Namun sore ini
berbeda. Semua orang begitu mudah tersulut amarah.”
(Dzikry El Han, 2014:5)
Kutipan tersebut menggambarkan retaknya persahabatan Atar dengan
Safri. Hal tersebut terjadi karena Safri sangat marah kepada Atar yang telah
menistakan adiknya. Mendengar penjelasan Ramzi tentang apa yang telah
dilakukan Atar terhadap adiknya Nueva, membuat Safri semakin marah. Hal
tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
“Dengar!” Teriak Ramzi, menatap nanar orang-orang yang
berkerumunan. “Atar tidak punya alasan buat membela diri.
Saya sumpah lihat Atar ganggu Nueva. Dia peluk Nueva
di dekat pohon pala.”
“Kasih lepas saya!” ronta Safri. “Saya mau hajar orang
munafik itu.” (Dzikry El Han, 2014:7)
Kutipan tersebut memperlihatkan bagaimana Ramzi dan Inan dengan
percaya diri menjelaskan kepada semua orang bahwa Atar memeluk Nueva. Hal
tersebut membuat Safri marah dan emosi karena adiknya Nueva diperlakukan
seperti itu. Safri membawa-bawa nama marga Atar dalam perkelahiannya untuk
membalaskan sakit hatinya kepada Atar. hal tersebut tergambar dalam kutipan
berikut.
“Jangan larang saya, Bapa. Saya akan kasih Atar pelajaran,
biar dia ingat dia punya marga.”
“Jangan bawa-bawa marga, Safri!” Atar murka.
“Kenapa? Kau takut mencoreng nama besar Marga
Bauw?” (Dzikry El Han, 2014:7-8)
77
Kutipan tersebut menggambarkan betapa marahnya Safri kepada Atar.
Safri membawa nama marga Atar agar ia bisa membalaskan sakit hatinya kepada
Atar. Atar yang tidak terima nama marganya dibawa-bawa dalam masalah
tersebut menjadi emosi terhadap Safri. Perbedaan kepentingan tersebut yang
membuat mereka bermasalah. Atar yang tidak bisa menahan emosinya mengambil
keputusan yang mencengangkan. Ia melakukan hela tersebut untuk membela
dirinya. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Dengar, Safri!” teriak Atar di tengah hening itu. “Saya
tidak pernah Ganggu Nueva. Saya tidak tertarik dengan
kau punya adik. Saya tidak cinta dengan dia.” (Dzikry
El Han, 2014:10)
Kutipan tersebut menggambarkan keputusan Atar yang tidak diduga oleh
siapapun. Ia mengatakan tidak mencintai Nueva kepada semua orang terutama
kepada Safri. Hal tersebut ia lakukan untuk membela dirinya meskipun harus
menyakiti hati Nueva. Penyebab konflik tersebut juga berimbas kepada penyebab
konflik keluarga Atar. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
“Nueva menyesalkan semua ini. Kenapa persoalan Atar
semakin rumit? Hanya dalam empat hari, keluarga
Umar Bauw sudah jatuh. Apa mungkin ada seseorang
yang mengatur semua ini?” (Dzikry El Han, 2014:97-98)
Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa keluarga Atar menjadi hancur.
Nama baik keluarganya menjadi tercemar di masyarakat. Nueva yang sakit hati
karena ucapan Atar membuatnya tidak mau menjelaskan kejadian yang
sebenarnya kepada semua orang. Atar yang merasa malu dan merasa bersalah
kepada semua orang terutama kepada orangtuanya memilih pergi dari
kampungnya. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
78
“Umar Bauw merasa bahwa ia sudah kehilangan putra
sulungnya. Tinggal Atar harapan satu-satunya sebagai
penerus keturunan. Waktu itu Atar pernah berjanji
untuk tidak mengecewakan orangtuanya. Berjanji
untuk sebuah bakti. Tapi apa yang terjadi sekarang?
“Saya justru pergi. Saya sama sekali tidak berguna.”
(Dzikry El Han, 2014:115)
Kutipan tersebut menggambarkan kekecewaan orangtua Atar terhadapnya.
Ia pernah berjanji untuk tidak membuat kecewa orangtuanya sekarang malah
memilih pergi meninggalkan keluarganya. Ia melakukan itu semua untuk
menghindari rasa malu bertemu dengan semua orang. Setelah beberapa tahun
konflik Atar tersebut barulah Inan mengakui kesalahannya kepada Safri. Hal
tersebut terlihat pada kutipan beriku.
“Atar tidak pernah berbuat salah dengan kita punya adat.
Justru saya dan Ramzi yang semestinya dapat
hukuman, karena sudah bikin Atar dan dia punya
keluarga hancur.” (Dzikry El Han, 2014:322)
Kutipan tersebut memperlihatkan betapa bersalahnya Inan kepada Atar.
Inan mengakui kesalahan tersebut kepada Safri. Penyebab Inan melakukan itu
semua adalah Bapa Saway yang menyuruhnya untuk melakukannya. Hal tersebut
tergambar dalam kutipan berikut.
“Bapa Saway suruh saya dengan Ramzi.”
“Inan, kau jangan sembarang bicara.”
“Saya bicara benar, Safri. Kalau kau tidak percaya dengan
saya, barangkai Patipi dalam bahaya.”
“Ada yang tidak bersih, Safri. Saya tidak tahu tujuan
Bapa Saway, tapi saya berkata benar, Bapa Saway
punya maksud tidak baik dengan Atar.” (Dzikry El Han,
2014:323)
79
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Bapa Saway yang menyuruh
Inan dan Ramzi melakukan fitnah terhadap Atar. Penyebab mereka melakukan itu
semua adalah Bapa Saway. Kutipan ini juga menjelaskan bahwa Bapa Saway
tidak suka dengan Atar dan berniat jahat kepada Atar. Namun, ketika Inan diminta
untuk menjelaskan di depan semua orang ia malah menuduh Kiarad yang
menyuruhnya. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Baik, Bapa. Saya jujur, Kaka Kiarad yang suruh
saya!” (Dzikry El Han, 2014:339)
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Inan menyebutkan nama Kaka
Kiarad yaitu kakak laki-laki Atar yang menyuruhnya. Ia tidak mengatakan hal
yang sebenarnya bahwa Bapa Saway dalang sesungguhnya. Namun Atar sudah
mengetahi mengenai siapa kakaknya terlebih dahulu dari Baham. Hal tersebut
terlihat dalam kutipan berikut.
“Biar pun kau punya bualan bisa kelabuhi semua yang hadir
di sini, saya tidak akan pernah percaya dengan kau!” kata
Atar. Matanya berkilat-kilat menantang Inan. Atar
punya alasan kuat kenapa dia menolak pernyataan itu.
Atar mengetahui cerita Kiarad yang sesungguhnya dari
Baham, ketika Atar mampir ke kediamannya di
Kampung Tetar. (Dzikry El Han, 2014:339)
Kutipan tersebut jelas memperlihatkan bahwa bukan Kiarad yang
melakukan hal tersebut. Atar sangat kecewa dengan Inan yang tidak mau berkata
jujur. Ia juga tidak mengira bahwa Inan akan menuduh kakaknya. Namun ia tidak
bisa menjelaskan kepada semua orang karena ia tidak punya bukti. Kejahatan
Bapa Saway terhadapnya tidak ia ketahui. Akan tetapi Bapa Saway mendapatkan
hukuman tersendiri atas perbuatannya. Hal tersebut tergambar dalam kutipan
berikut.
80
“Perlahan kedua tangannya mulai bergerak, begitupun
bibirnya, antara senyum dan tangis. Tapi sepasang matanya
melotot. Semua yang hadir sulit menengarai kecamuk
perasaan Saway. Raut wajah itu serupa raut
kemenangan telak dari seorang culas.” (dzikry El Han,
2014:344-345)
Kutipan tersebut menggambarkan bagaimana hati Atar memilih Bapa
Saway untuk membacakan kitab adat yang begitu suci bagi warga kampungnya.
Saway begitu senang dan merasa menang karena keberhasilannya membuat hidup
Atar sengsara dan hal tersebut tidak diketahui oleh orang kampung. Namun
perbuatannya tersebut mendapatkan balasan dari Tuhan. Hal tersebut terlihat
dalam kutipan berikut.
“Seorang tetua di sampingnya menyentuh tangan
Saway. Tangan itu sudah menyerupai sebatang kayu.
Semua yang hadir saling berbisik, menengarai kondisi
Saway. Tanpa maklumat resmi, semua sepakat bahwa
Saway terkena tulah dari suatu perbuatan yang pernah
dilakukannya.” (Dzikry El Han, 2014:345)
Kutipan tersebut memperlihatkan tentang kondisi Bapa Saway yang
berubah menjadi kayu. Hal tersebut terjadi karena perbuatannya terhadap Atar. Ia
mendapatkan hukuman dari tuhan, tubuhnya menjadi kayu dan tidak bisa
bergerak sama sekali.
e. Terjadinya Perubahan Sosial
Faktor terakhir penyebabkan konflik menurut Ahmadi adalah terjadinya
perubahan sosial. Terjadinya perubahan sosial, antara lain berupa perubahan
sistem nilai, akibat masuknya sistem nilai baru yang mengubah masyarakat
tradisional dan masyarakat modern. Dalam novel CPBP karya Dzikry El Han ini
81
tidak terdapat penyebab konflik karena perubahan sosial. Novel ini lebih banyak
mengisahkan tentang kehidupan Atar dan konflik yang dialaminya.
4. Deskripsi Data Akibat Konflik Tokoh Utama Novel CPBP Karya Dzikry
El Han Kajian Sosiologi Sastra
Akibat berarti sesuatu yang merupakan akhir atau hasil suatu peristiwa
(perbuatan, keputusan) serta persyaratan atau keadaan yang mendahuluinya.
Akibat dari suatu konflik merupakan akhir atau hasil dari konflik tersebut. Dalam
novel CPBP ini terdapat dua jenis akibat konflik yaitu, yang bersifat konflik dan
yang bersifat destruktif.
a. Yang Bersifat Konflik
1. Bertambahnya solidaritas dalam kelompok sendiri
W. Ogburn (dalam Ahmadi, 2007:296) mengatakan bahwa semakin besar
permusuhan atau konflik terhadap kelompok luar, semakin besar pula integrasi
atau solidaritas intern kelompok. Misalnya, jika suatu kelompok berkonflik
dengan kelompok lain maka anggota-anggota kelompok akan bersatu untuk
mengahadapi musuh mereka.
Dalam novel CPBP karya Dzikry El Han ini terlihat kepedulian Wenand
terhadap Obinus. Wenand berusaha mengingatkan Obinus agar tidak terpengaruh
dengan Atar dan agama Atar. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Obi, kau mungkin tidak merasa, Atar pengaruh kau
pelan-pelan lewat diskusi-diskusi, obrolan, tulisan, atau
apa saja,” Kata Wenand akhirnya. (Dzikry El Han,
2014:244)
82
Kutupan tersebut menggambarkan betapa pedulinya Wenand terhadap
Obinus. Wenand tidak ingin Obinus terpengaruh dengan agama yang dianut oleh
Atar. Wenand memberikan pengertian kepada Obinus supaya Obinus menyadari
tentang pengaruh tersebut.
2. Munculnya pribadi-pribadi yang kuat dalam menghadapi situasi konflik
Akibat konflik berupa munculnya pribadi-pribadi yang kuat dalam
menghadapi situasi konflik pada novel CPBP karya Dzikry El Han ini terlihat
pada pribadi Atar. Ia berusaha untuk membela diri dari Inan dan Ramzi yang akan
memukulinya. Ia berhasil menghindari pukulan mereka dan membalas dengan
memukul Inan. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Atar pukul Inan Sampai roboh, Bapa Werfra!” teriak
Ramzi dengan urat-urat leher menegang dan sorot
mata berkilat-kilat. Atar mendapati sorot mata Ramzi lebih banyak
mengisyaratkan rasa bersalah dari pada amarah, entah
sebab apa. Ramzi yang bertubuh gempal meronta dalam
pegangan dua lelaki tinggi besar, seperti juga Atar
diperlakukan sama. (Dzikry El Han, 2014:1)
Kutipan tersebut menggambarkan betapa beraninya Atar menghadapi Inan
dan Ramzi. Begitupun Ramzi dengan semangat melaporkan kejadian kepada Bapa
Werfra. Ramzi menjelaskan apa yang dilakukan Atar terhadap Nueva kepada
semua orang. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
“Dengar!” Teriak Ramzi, menatap nanar orang-orang
yang berkerumunan. “Atar tidak punya alasan buat
membela diri. Saya sumpah lihat Atar ganggu Nueva.
Dia peluk Nueva di dekat pohon pala.” “Kasih lepas saya!” ronta Safri. “Saya mau hajar orang
munafik itu. (Dzikry El Han, 2014:7)
83
Kutipan tersebut memperlihatkan betapa beraninya Atar dan Ramzi, serta
Safri. Ramzi mengatakan kepada semua orang kalau Atar memeluk Nueva.
Sedangkan Safri yang mendengar hal tersebut berani untuk memukul Atar.
Sebenarnya Safri dan Atar tidak pernah berkelahi karena mereka adalah sahabat.
Namun sekarang Safri menjadi berani untuk memukul Atar karena perbuatan Atar
terhadap Nueva adiknya. Tidak hanya itu, Safri juga berani menuntut Atar untuk
dihukum. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Diam!” Bentak Safri semakin berang. “Jangan harap kau
bisa bujuk saya supaya damai. Kau sudah ganggu Nueva,
saya punya adik satu-satunya. Kau harus tanggung
jawab di Pengadilan Adat!” (Dzikry El Han, 2014:9)
Kutipan tersebut menggambarkan berubahnya pribadi Safri yang menjadi
berani untuk melawan Atar. Ia menuntut Atar untuk bertanggung jawab di
pengadilan adat. Ia tidak mempedulikan persahabatannya dengan Atar. Akibat
konflik yang memperlihatkan munculnya pribadi yang kuat terlihat ketika Atar
menghadapi konflik dengan LKR. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
“Saya kurang ajar apa?” tanya Atar.
“Kau sebar-sebar pengaruh dengan kita.”
“Sebar pengaruh apa?”
“Kau sebar pengaruh supaya kita beralih mengikuti
kau punya keyakinan.”
“Apa buktinya?”
“Banyak bukti,” kata suara berat dari belakang
kerumunan pemuda-pemuda yang mengepung Atar.”
(Dzikry El Han, 2014:284-285)
Kutipan tersebut memperlihatkan betapa kuatnya pribadi Atar akibat
konflik yang terjadi antara ia dengan LKR. Ia menghadapi konflik tersebut
dengan berani karena ia yakin tidak bersalah. Ia berusaha membuktikan kepada
84
anggota LKR yang menuduhnya menyebarkan pengaruh untuk berubah
keyakinan. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Apa Kaka Obi sudah berpindah keyakinan?” tanya
Atar tegas. Obinus menggeleng. “Tidak sama sekali!”
Obinus lalu menatap Wenand dan Theo bergantian.
“Saya juga ingin tanya, organisasi mana yang saya
khianati?”
Semua saling pandang. (Dzikry El Han, 2014:290)
Kutipan tersebut menggambarkan bagaimana pribadi Atar saat
menghadapi situasi konflik. Ia menjadi kuat dan membuktikan kalau ia tidak
bersalah. Saat ia memiliki konflik dengan Aitana ia juga berani menghadapinya.
Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
“Atar tak pernah lupa bahwa Obinus begitu marah padanya
lantaran Aitana menagis. Tapi itulah yang semestinya
terjadi. Atar tak bisa berpura-pura mencintai Aitana
untuk membuatnya bahagia. Itu berarti ia akan
melukai Nueva untuk yang kedua, meski gadis itu tak
pernah tahu apa yang dilakukannya di tempat jauh. Atar sudah berjanji, ada atau tidak ada Nueva, ia akan tetap
meneguhkan cintanya.” (Dzikry El Han, 2014:312)
Kutipan tersebut memperlihatkan keberanian Atar menhadapi Aitana. Ia
berani menolak cinta Aitana meskipun ia tahu kalau Obinus akan marah padanya.
Ia berani mempertahankan cintanya kepada Nueva dan tidak membaginya dengan
gadis lain.
Tidak hanya itu, Atar juga berani melawan Inan. Ia tida mudah begitu saja
percaya dengan semua yang dikatakan Inan. Ia tetap percaya dengan kakaknya
karena ia sudah tahu siapa kakak Kiarad sebenarnya. Hal tersebut tergambar
dalam kutipan beriku.
“Biar pun kau punya bualan bisa kelabuhi semua yang
hadir di sini, saya tidak akan pernah percaya dengan kau!”
85
kata Atar. Matanya berkilat-kilat menantang Inan. Atar
punya alasan kuat kenapa dia menolak pernyataan itu.
Atar mengetahui cerita Kiarad yang sesungguhnya dari
Baham, ketika Atar mampir ke kediamannya di
Kampung Tetar. (Dzikry El Han, 2014:339)
Kutipan tersebut menggambarkan betapa marahnya Atar kepada Inan. Ia
tidak percaya dengan perkataan Inan yang menuduh kakaknya yang membuat
Inan melakukan fitnah terhadap dirinya. Ia tahu bahwa Kiarad yang banyak
membantunya menyelesaikan konflik yang ia alami.
3. Munculnya kompromi baru jika pihak yang berkonflik seimbang
Munculnya kompromi baru apabila pihak yang berkonflik dalam kekuatan
seimbang. Misalnya, adanya kesadaran dari pihak-pihak yang berkonflik untuk
bersatu kembali, karena dirasakan bahwa konflik yang berlarut tidak membawa
keuntungan bagi kedua belah pihak. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Kaka, saya harus minta maaf dengan kaka.”
“Soal”
“Saya tidak jujur dengan kaka selama ini.”
“Kau sembunyikan apa dari kaka?”
“Saya tidak bisa ikut kaka sembahyang ke gereja.”
“Kenapa? Kau sakit, kah?”
“Ah, tidak, kaka. Saya sehat.”
“Baru, kenapa tidak bisa ikut sembahyang?”
“Kaka sangat baik,” ucap Atar, lalu jeda lagi. “Saya
bangga dengan Kaka. Saya tidak bisa ikut
sembahyang bukan karena saya tidak hormat dengan
Kaka atau tidak menuruti nasihat Kaka. Tapi …,” Atar
kembali ragu.
“Tapi apa? bilang saja dengan Kaka.”
“Saya seorang Muslim, Kaka.” (Dzikry El Han,
2014:157-158)
Kutipan tersebut menggambarkan konflik yang terjadi antara Atar dengan
Obinus karena berbeda keyakinan. Konflik tersebut membuat hubungan keduanya
86
semakin erat. Atar menjelaskan kepada Obinus bahwa mereka berbeda keyakinan.
Obinus menerima hal tersebut dan memaafkan Atar serta menjalin persaudaraan
dengan Atar.
b. Yang Bersifat Destruktif
1. Retaknya persatuan kelompok
Retaknya persatuan kelompok ini menyebabkan kurangnya kepercayaan,
rasa hormat-menghormati dan sebagainya. Pada novel CPBP karya Dzikry El Han
ini tidak ditemukan akibat konflik tersebut.
2. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
Dalam novel CPBP karya Dzikry El Han ini memperlihatkan akibat
konflik yang berakibat hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.
Tokoh utama Atar memiliki konflik dengan Bapa Saway. Konflik tersebut
melibatkan Inan dengan Ramzi yang membuat mereka menjadi berkelahi. Hal
tersebut terlihat pada kutipan berikut.
Atar dan Ramzi masih saling berhadapan. Lima meter dari
mereka, beberapa lelaki dewasa beriring menjauh
menggotong Inan. Tangan kukuh Atar beberapa saat
lalu mendarat telak di rahang Inan, membuatnya
langsung roboh ke tanah. Darah segar mengucur dari
hidung dan mulut Inan, menunjukkan kondisi pemuda
itu kritis. Orang-orang gugup dan buru-buru melarikannya
ke Puskesmas di kampung lain. (Dzikry El Han, 2014:4)
Kutipan ini memperlihatkan Inan yang menjadi korban dalam konflik
tersebut. Atar juga menjadi korban yang membuatnya tidak dipercaya lagi oleh
orang kampung. Tidak hanya itu, Bapa Saway yang merupakan penyebab konflik
yang sebenarnya di alami Atar juga menjadi korban dari konflik yang dibuatnya
sendiri. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
87
“Perlahan kedua tangannya mulai bergerak, begitupun
bibirnya, antara senyum dan tangis. Tapi sepasang
matanya melotot. Semua yang hadir sulit menengarai
kecamuk perasaan Saway. Raut wajah itu serupa raut
kemenangan telak dari seorang culas.” (dzikry El Han,
2014:344-345)
Kutipan tersebut menggambarkan kemenagan Bapa Saway karena
kejahatannya tidak terbongkar. Namun ia mendapatkan hukuman dari Yang Maha
Kuasa. Tiba-tiba badannya kaku dan tidak bergerak. Tidak hanya itu Bapa Saway
menjadi bahan perbincangan oleh semua masyarakat bahwa ia kena tulah. Hal
tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
“Seorang tetua di sampingnya menyentuh tangan
Saway. Tangan itu sudah menyerupai sebatang kayu.
Semua yang hadir saling berbisik, menengarai kondisi
Saway. Tanpa maklumat resmi, semua sepakat bahwa
Saway terkena tulah dari suatu perbuatan yang pernah
dilakukannya.” (Dzikry El Han, 2014:345)
Kutipan tersebut memperlihatkan akibat konflik yang menjadikan Bapa
Saway seperti sebatang kayu. Ia mendapatkan hukuman tersebut karena
perbuatannya yang culas. Ia menyuruh orang lain untuk menjatuhkan orang lain
agar ia mendapatkan keinginannya.
3. Berubahnya sikap dan kepribadian individu
Berubahnya sikap dan kepribadian individu, baik yang mengarah ke hal
yang positif maupun ke hal yang negatif. Seperti pada novel CPBP karya Dzikry
El Han ini terdapat perubahan sikap tokoh utama Atar. Perubahan sikap tersebut
kearah yang negatif karena ia kehilangan kepercayaan dirinya. Hal tersebut
tergambar dalam kutipan berikut.
“Atar dan Safri berteman baik, sejak kecil hingga lulus
SMA seminggu yang lalu. Tak pernah ada perselisihan,
88
apalagi salah paham di antara mereka. Namun sore ini
berbeda. Semua orang begitu mudah tersulut amarah.”
(Dzikry El Han, 2014:5)
Kutipan tersebut menggambarkan betapa Atar dan Safri bersahabat yang
cukup lama. Namun persahabatan tersebut sekarang menjadi hancur karena sikap
dan kepribadian mereka yang berubah akibat konflik. Hal tersebut juga terlihat
pada kutipan berikut.
“Saya punya keluarga percaya dengan kau,” lanjut
Safri dengan nada semakin tinggi. “Kami serahkan
Nueva supaya kau jaga dengan baik. Bukan untuk kau
nistakan!” (Dzikry El Han, 2014:6)
Kutipan tersebut memperlihatkan bagaimana berubahnya sikap dan
kepribadian Atar dengan Safri. Safri dan Atar yang dulunya tidak pernah
berkelahi sekarang menjadi saling serang. Safri marah kepada Atar karena telah
menistakan Adiknya Nueva. Kutipan berikut juga tergambar perubahan sikap dan
kerpibadian Atar dengan Safri.
“Jangan larang saya, Bapa. Saya akan kasih Atar pelajaran,
biar dia ingat dia punya marga.” “Jangan bawa-bawa
marga, Safri!” Atar murka. “Kenapa? Kau takut
mencoreng nama besar Marga Bauw?” (Dzikry El Han,
2014:7-8)
Kutipan tersebut menggambarkan bagaimana Safri yang berani membawa
nama marga Atar dalam konflik mereka. Mendengar hal tersebut membuat Atar
juga berubah sikap dan kepribadian. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut.
“Dengar, Safri!” teriak Atar di tengah hening itu. “Saya
tidak pernah Ganggu Nueva. Saya tidak tertarik dengan
kau punya adik. Saya tidak cinta dengan dia.” (Dzikry
El Han, 2014:10)
89
Kutipan tersebut memperlihatkan perubahan sikap dan kepribadian Atar.
Atar yang dulunya tidak pernah menyakiti perasaan Nueva sekarang malah
menyakiti hati Nueva. Ia mengatakan bahwa ia tidak mencintai Nueva. Ia tidak
mempedulikan hal tesebut, ia melakukan itu untuk membela dirinya dihadapan
semua orang. setelah Atar melakukan hal tersebut ia malah pergi dari
kampungnya. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Tidak usah jemput, Bapa. Saya akan pergi jauh.”
“Bikin apa lau di tempat jauh. Hidup tidak enak di sana.”
“Sama saja. Saya di kampung harus menanggung
penderitaan sumpah adat. Lebih baik penderitaan itu
saya rasakan di tempat jauh, biar tidak dilihat orang-
orang yang saya kenal. Mereka tidak perlu tahu saya
menderita akibat sumpah adat.” (Dzikry El Han,
2014:29-30)
Kutipan tersebut menggambarkan perubahan sikap dan kepribadian Atar.
Atar yang dulunya pemberani sekarang malah menjadi pengecut karena konflik
yang ia alami. Ia tidak berani menyelesaikan konflik tersebut dan
mempertanggung jawabkan perbuatannya. Ia juga menjadi menyesal setelah
menyakiti hati Nueva. Hal tersebut terlihat pada kutipan tersebut.
“Entahlah, Bapa. Saya memuliakan Nueva, saya sayang
dengan dia. Tapi sekarang saya justru bersalah dengan
dia.”
“Saya akan bawa salah ini sampai ajal,” kata Atar lirih,
seolah ia diciptakan dari segumpal sesal.” (Dzikry El Han,
2014:40)
Kutipan tersebut memperlihatkan bagaimana perubahan sikap dan
kepribadian Atar yang dulu sangat pemberani dan tidak takut menghadapi apapun.
Namun sekarang ia dihadapkan pada konflik yang tidak bisa ia atasi. Ia merasa
bersalah kepada Nueva karena tidak bisa mempertahankan perasaannya. Ia juga
90
tidak berani menghadapi Nueva karena kesalahan yang ia perbuat. Hal tersebut
tergambar dalam kutipan berikut.
Saya tidak sanggup bertemu Nueva, Bapa,” ucap Atar
akhirnya. “Saya tidak sanggup melihat kesedihan, cinta
sekaligus amarah dari dia punya mata. Nueva punya
beban yang sangat berat, dan itu sepenuhnya saya
punya salah.” (Dzikry El Han, 2014:42)
Kutipan tersebut juga menggambarkan beta bersalahnya Atar terhadap
Nueva. Hal tersebut membuatnya tidak sanggup bertemu dengan Nueva dan
menghadapinya. Namun Nueva juga menyesali semua yang terjadi kepada Atar.
Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut.
“Nueva menyesalkan semua ini. Kenapa persoalan Atar
semakin rumit? Hanya dalam empat hari, keluarga
Umar Bauw sudah jatuh. Apa mungkin ada seseorang
yang mengatur semua ini?” (Dzikry El Han, 2014:97-98)
Kutipan tersebut memperlihatkan betapa menyesalnya Nueva Atar
kejadian yang terjadi pada Atar. Sekarang konflik tersebut membuat keluarga
Atar juga mendapatkan masalah. Atar yang pergi meninggalkan kampung dan
orangtunya juga merasa telah mengecewakan orang tuanya karena perbuatannya.
Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Umar Bauw merasa bahwa ia sudah kehilangan putra
sulungnya. Tinggal Atar harapan satu-satunya sebagai
penerus keturunan. Waktu itu Atar pernah berjanji
untuk tidak mengecewakan orangtuanya. Berjanji
untuk sebuah bakti. Tapi apa yang terjadi sekarang?
“Saya justru pergi. Saya sama sekali tidak berguna.”
(Dzikry El Han, 2014:115)
Kutipan tersebut jelas menggambarkan kekecewaan Atar karena telah
mempermalukan orang tuanya dan tidak bisa menepati janjinya. Ia juga merasa
91
tidak berguna karena hal tersebut. Ia memilih untuk pergi dari kampungnya.
Perasaan bersalah Atar terhadap Orang tuanya selalu menghantuinya. Berubahnya
sikap dan kepribadian Atar juga terjadi kepada Obinus. Hal tersebut terlihat pada
kutipan berikut.
Suara Obinus itu menjadi semacam terompet Israfil dalam
bayangan Atar, terompet yang menandai akhir dari siklus
kehidupan di bumi. Atar baru saja mendapatkan Obinus
sebagai saudara, dan hanya satu-satunya di jagad
Jayapura-Abepura. Akankah semua berakhir sebab
salah komunikasi? Atar sungguh tak pernah ingin,
untuk sekadar membayangkan hal itu terjadi. Ah, tiba-
tiba Atar punya ide untuk beralasan sakit, tapi
bukankah itu sangat keliru? Ia berbohong, dan
tampaknya alasan itu sangat kuno. Atar ingin
menghindarinya. Jika memang persaudaraannya dengan
Obinus harus renggang, Atar ingin itu terjadi dengan cara
yang istimewa, di luar kebiasaan, dan bukan dengan jalan
seperti ini. (Dzikry El Han, 2014:156)
Kutipan tersebut memperlihatkan bagaimana berubahnya sikap dan
kepribadian Atar terhadap Obinus. Atar tidak berani untuk mengatakan yang
sebenarnya kepada Obinus bahwa ia tidak bisa ikut ke gereja dengan Obinus. Ia
tidak berani mengatakan bahwa ia adalah seorang Muslim. Tidak hanya itu,
perubahan tersebut juga terjadi antara Atar dengan Theo, juga Wenand. Hal
tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Kami sudah lama mengawasi kau dengan Atar,” Kata
Wenand. “Kami lihat kalian berdua itu macam pinang
dengan sirih. Kami cemas kalau kau sampai
terpengaruh dengan Atar. Siapa tahu dia punya maksud
tersembunyi, to? Apalagi akhir-akhir ini Aitana juga punya
gelagat aneh. Dia mencari-cari Atar macam orang
kehilangan pacar saja.” (Dzikry El Han, 2014:243)
92
Kutipan tersebut menggambarkan perubahan sikap dan kepribadian
Obinus dan Aitana karena Atar. Hal tersebut membuat Wenand dan Theo
berpendapat bahwa Atar menyebarkan pengaruh terhadap mereka. Kedekatan
mereka membuat Wenand dan Theo serta anggota LKR curiga kepada Atar.
Kecurigaan tersebut karena hasutan Theo. Hal tersebut terlihat pada kutipan
berikut.
“Theo mungkin sakit hati dengan saya dan Atar.”
“Sejak semester dulu, Theo berusaha dekat dengan
saya,” kata Aitana pelan. “Maksudnya, Theo itu suka
dengan saya.”
“Kau tolak dia?”
“Hanya karena saya tidak bisa jatuh cinta dengan Theo.”
(Dzikry El Han, 2014:257-258)
Kutipan tersebut memperlihatkan betapa sakit hatinya Theo karena
cintanya ditolak oleh Aitana. Ia membalaskan sakit hati tersebut kepada Atar
karena ia tahu Aitana menyukai Atar. Itulah yang membuat Theo berubah
sikapnya kepada Atar. perubahan sikap tersebut pada akhirnya membuat ia
merasa malu pada dirinya sendiri. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Theo merasa ditumbuhi bulu-bulu di sekujur
tubuhnya. Meremang, dan ada hasrat untuk menutupi
semua bagian yang mungkin ia tutupi. Ia tahu, itu
adalah perasaan malu yang harus ditanggung. Cinta
telah membuatnya melakukan berbagai kegilaan, yang
sulit dipercayai oleh nalar.” (Dzikry El Han, 2014:300)
Kutipan tersebut menggambarkan perubahan sikap Theo terhada Atar. Ia
merasa malu kepada Atar dan Aitana karena telah memfitnah Atar. Perubahan
sikap dan kepribadian Aitana kepada Atar juga terjadi. Hal tersebut terlihat dalam
kutipan berikut.
93
“Seorang gadis adat?”
“Ya.”
“Dijodohkan?”
“Pada mulanya.”
“Lalu?”
“Apa saya perlu saya bilang dengan kau, Aitana?”
“Karena saya tidak bisa mengerti sesuatu yang tidak
kau katakan.”
“Atar mendesah. Lidahnya kelu. Ia tak mungkin bilang
perihal rindunya kepada Nueva.” (Dzikry El Han,
2014:307)
Kutipan tersebut memperlihatkan bagaimana perasaan Atar dan Aitana.
Atar mencintai Nueva dan ia berusaha untuk jujur kepada Aitana. Namun Aitana
menjadi terluka dan patah hati. Sedangkan dikampung halamannya Inan menjadi
bersalah terhadap Atar dan mengatakan hal yang sebenarnya kepada Safri. Hal
tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Bapa Saway suruh saya dengan Ramzi.”
“Inan, kau jangan sembarang bicara.”
“Saya bicara benar, Safri. Kalau kau tidak percaya dengan
saya, barangkai Patipi dalam bahaya.”
“Ada yang tidak bersih, Safri. Saya tidak tahu tujuan
Bapa Saway, tapi saya berkata benar, Bapa Saway
punya maksud tidak baik dengan Atar.” (Dzikry El Han,
2014:323)
Kutipan tersebut menggambarkan bagaimana keberanian Inan untuk
mengungkapkan yang sebenarnya kepada Safri. Ia mengatakan yang sejujurnya
bahwa Bapa Saway yang menyuruhnya. Ia diancam oleh Bapa Saway jika berani
mengatakan hal tersebut kepada orang lain. Hal tersebut membuatnya tidak
berkata sejujurnya di hadapan semua orang. Hal tersebut terlihat pada kutipan
berikut.
“Baik, Bapa. Saya jujur, Kaka Kiarad yang suruh
saya!” (Dzikry El Han, 2014:339)
94
Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa Atar tidak bersalah. Inan
memberanikan dirinya untuk berbicara kepada semua orang bahwa ia disuruh oleh
Kiarad untuk mempermalukan Atar. Meskipun yang sebenarnya menyuruh Inan
adalah Bapa Saway. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Ingatan tentang Nueva adalah perasaan getir yang
menusuk-nusuk perjalanan lima tahunya, seakan
sepasang telapak kakinya ditumbuhi duri-duri yang
berakar di ulu hati. Sakit sekujur tubuh setiap kali
melangkah, dan Atar ingin Nueva tahu bahwa sakit itu
untuknya. Tak ada yang lebih Atar sesali, dari pada
ucapannya sore itu yang lantang berkata tidak mencintai
Nueva.” (Dzikry El an, 2014:356-357)
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa selama ia pergi dari kampung ia
tetap teringat dengan Nueva. Ia sangat menyesali perbuatannya yang dahulu telah
melukai Nueva dan banyak orang. Ia juga menyesali perkataanya yang dulu
terhadap Nueva. Sekarang ia malah menderita karena perbuatanya sendiri.
4. Munculnya dominasi kelompok yang menentang terhadap kelompok yang kalah
Dalam novel CPBP karya Dzikry El Han juga terdapat akibat konflik ini.
Novel ini memperlihatkan bagaimana Wenand dan anggota LKR mendukung
Theo untuk menjatuhkan Atar. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
Di ruang tamu kediaman Pastor Abelson sudah
berkumpul banyak orang. Obinus dan Atar ada di
antara para tamu, juga The dan Wenand. Selebihnya
adalah anggota Lembaga Kajian Ruhani (LKR) dan para
mahasiswa yang tertarik ingin mengikuti prosesi dialog
perdamaian atas persoalan Atar dan LKR, atau sebenarnya
adalah persoalan Atar dan Theo secara pribadi. (Dzikry El
Han, 2014:298)
95
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Wenand dan anggota LKR
mendukung Theo untuk menjatuhkan Atar. Sedangkan Obinus dan Aitana
membela Atar yang kalah dalam masalah tersebut. Hal tersebut diselesaikan di
rumah Pastor Abelson. Kutipan selanjutnya memperlihatkan perubahan dukungan
Inan terhadap Atar. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut.
“Atar tidak pernah berbuat salah dengan kita punya
adat. Justru saya dan Ramzi yang semestinya dapat
hukuman, karena sudah bikin Atar dan dia punya
keluarga hancur.” (Dzikry El Han, 2014:322)
Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa Inan menjadi simpati kepada
Atar. Ia menceritakan bahwa ia yang bersalah dan memfitnah Atar di hadapan
Safri. Setelah penjelasan tersebut akhirnya safri merasa punya tanggung jawab
untuk membantu Atar. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Safri merasa sekujur tubuhnya menyala dikepung
bara api. Betapa inginnya dia membakar semua orang
yang pernah membuat Atar sengsara. Tapi sebelum itu,
Safri harus membakar dirinya sendiri.” (Dzikry El Han,
2014:324)
Kutipan tersebut menggambarkan betapa Safri yang ingin membantu Atar
dengan membakar semua orang yang telah menjahati Atar. berdasarkan kutipan-
kutipan dapat menjelaskan konflik, penyebab, dan akibat konflik yang dialami
oleh tokoh utama Atar dalam novel CPBP karya Dzikry El Han. Atar mengalami
berbagai konflik dan penyebab dari konflik tersebut. Atar juga merasakan akibat
konflik yang bermacam-macam.
96
B. Pembahasan
Berdasarkan data-data yang telah dideskripsikan terhadap novel CPBP
karya Dzikry El Han kajian sosiologi sastra, maka pembahasan berikut akan
dibahas mengenai jenis konflik, penyebab dan akibat konflik tokoh utama dalam
novel tersebut. Konflik yang dialami oleh tokoh utama ini merupakan konflik
yang pernah terjadi di dalam masyarakat. Perbedaan yang terjadi antar anggota
masyarakat yang membuat konflik tersebut terjadi. Berikut jenis konflik pada
tokoh utama tersebut.
1. Konflik Tokoh Utama dalam Novel CPBP Karya Dzikry El Han Kajian
Sosiologi Sastra
Konflik berdasarkan teori Ahmadi yang terdapat pada bab II ada tiga jenis
konflik yaitu konflik inter-individu, konflik antar individu, dan konflik antar
kelompok sosial. Pada novel CPBP karya Dzikry El Han terdapat 2 kutipan
tentang konflik inter-individu. Konflik antar individu terdapat 26 kutipan.
Sedangkan konflik antar kelompok sosial terdapat 5 kutipan. Berikut analisis
mengenai konflik tersebut.
a. Konflik inter-individu
Berdasarkan deskripsi data pada novel CPBP karya Dzikri El Han terdapat
konflik interindividu yang dialami oleh tokoh utama yaitu Atar. Atar memiliki
konflik dalam dirinya ketika ia tidak bisa menyampaikan apa yang ada di dalam
perasaanya kepada Aitana. Ia sebenarnya ingin menyampaikan hal tersebut,
namun ia tidak ingin menyakiti hati dan perasaan Aitana. Seperti dalam kutipan
berikut ini.
97
“Seorang gadis adat?”
“Ya.”
“Dijodohkan?”
“Pada mulanya.”
“Lalu?”
“Apa yang perlu saya bilang dengan kau, Aitana?”
“Karena saya tidak bisa mengerti sesuatu yang tidak
kau katakan.”
“Atar mendesah. Lidahnya kelu. Ia tak mungkin bilang
perihal rindunya kepada Nueva.” (Dzikry El Han,
2014:307)
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bagaimana konflik inter-
individu yang dialami oleh tokoh utama Atar. Atar berusaha memendam apa yang
ada dalam hatinya. Ia berusaha untuk menahan emosinya untuk tidak
memberitahukan Aitana tentang perasaan hati dia yang sesungguhnya. Hal
tersebut ia lakukan agar Aitana tidak kecewa dan tidak sakit hati terhadapnya.
Kutipan berikut juga menjelaskan bagaimana konflik inter-individu yang dialami
oleh Atar.
“Ingatan tentang Nueva adalah perasaan getir yang
menusuk-nusuk perjalanan lima tahunya, seakan
sepasang telapak kakinya ditumbuhi duri-duri yang
berakar di ulu hati. Sakit sekujur tubuh setiap kali
melangkah, dan Atar ingin Nueva tahu bahwa sakit itu
untuknya. Tak ada yang lebih Atar sesali, dari pada
ucapannya sore itu yang lantang berkata tidak mencintai
Nueva.” (Dzikry El an, 2014:356-357)
Berdasarkan kutipan tersebut menjelaskan bahwa Atar mengalami konflik
dalam dirinya. Ia sebenarnya tidak ingin menyakiti hati Nueva, namun ia tidak
punya pilihan lain. Konflik tersebut karena kelebihan beban perasaan yang
dialami oleh Atar. kelebihan beban tersebut membuatnya menderita karena
kesalahannya sendiri.
98
Kedua kutipan tersebut menjelaskan bagaiman konflik inter-individu yang
dialami oleh tokoh utama yaitu Atar. Ia menahan perasaannya sendiri agar tidak
menyakiti orang lain. Namun ia telah menyakiti hati wanita yang ia cintai yaitu
Nueva. Perbuatannya tersebut menjadikan beban tersendiri di dalam hati dan
kehidupannya.
Analisis data di atas sesuai dengan pendapat Ahmadi (2007:286) yang
mengatakan bahwa konflik inter-individu merupakan konflik yang paling erat
kaitannya dengan emosi individu hingga tingkat keresahan yang paling tinggi.
Dari teori tersebut, terlihat bahwa tokoh utama Atar memiliki konflik
interindividu. Konflik ini dialami oleh Atar sendiri, dan semua itu berkaitan
dengan emosi yang dialami oleh Atar.
b. Konflik antar Individu
Berdasarkan deskripsi data dalam novel CPBP karya Dzikry El Han, dapat
dikemukakan beberapa kutipan bahwa tokoh utama dalam novel ini mengalami
konflik antar individu. Atar sebagai tokoh utama memiliki konflik dengan
temannya. Ia memiliki konflik dengan Ramzi, Inan, Safri, Bapa Saway, Obinus,
Nueva, Aitana, dan Theo. Hal tersebut dijelaskan dalam kutipan berikut.
“Atar pukul Inan Sampai roboh, Bapa Werfra!” teriak
Ramzi dengan urat-urat leher menegang dan sorot
mata berkilat-kilat. Atar mendapati sorot mata Ramzi lebih banyak
mengisyaratkan rasa bersalah dari pada amarah, entah
sebab apa. Ramzi yang bertubuh gempal meronta dalam
pegangan dua lelaki tinggi besar, seperti juga Atar
diperlakukan sama. (Dzikry El Han, 2014:1)
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa Atar memiliki konflik
dengan Ramzi dan Inan. Konflik tersebut membuat mereka berkelahi dan saling
99
pukul. Perkelahian tersebut berhasil dilerai oleh Werfra dan masyarakat lainnya.
Sementara itu Inan yang dipukul oleh Atar dilarikan ke Puskesmas. Inan yang
terluka karena dipukul oleh Atar. Hidung dan mulut Inan sobek dan mengeluarkan
darah. Tidak hanya itu, Atar juga berkelahi dengan Safri. Atar dan Safri
bersahabat dan tidak pernah berkelahi. Sekarang Safri sangat marah kepada Atar
dan ingin memukul Atar. Safri tidak terima jika adiknya Nueva dinistakan oleh
Atar. Kekecewaan Safri dan keluarganya kepada Atar. Rasa kecewa Safri
membuatnya melupakan persahabatan yang ia bina dari kecil dengan Atar. Safri
kecewa atas perbuatan Atar menistakan Nueva, kemarahan Safri semakin
meningkat setelah mendengar penjelasan Ramzi. Hal tersebut dapat dijelaskan
pada kutipan berikut.
“Dengar!” Teriak Ramzi, menatap nanar orang-orang yang
berkerumunan. “Atar tidak punya alasan buat membela
diri. Saya sumpah lihat Atar ganggu Nueva. Dia peluk
Nueva di dekat pohon pala.”
“Kasih lepas saya!” ronta Safri. “Saya mau hajar orang
munafik itu. (Dzikry El Han, 2014:7)
Berdasarkan kutipan tersebut menjelaskan betapa percaya dirinya Ramzi
mengatakan bahwa Atar telah memeluk Nueva. mendengar itu Safri langsung
meledak emosinya untuk memukul Atar dan mengatakan Atar seorang munafik.
Tidak hanya itu, Safri juga membawa-bawa nama marga Atar dalam
perkelahiannya dengan Atar. Ia tidak mau dihentikan agar tidak berkelahi.
Mendengar Safri menyebut nama marganya Atar juga terpancing emosi. Ia tidak
ingin memcoreng nama besar marganya.
Konflik Atar semakin bertambah dengan tuntutan Safri. Safri menuntut
Atar untuk dibawa kepengadilan adat. Mendengar perkataan Safri tersebut Atar
100
semakin kacau, tidak tahu lagi harus berbuat apa. Akhirnya ia mengatakan kepada
semua orang kalau ia tidak mencintai Nueva. Atar melakukan hal tersebut untuk
membela dirinya. Setelah kejadian tersebut Atar melarikan diri dari kampungnya.
Ia tidak berani untuk bertemu dengan Nueva. Tidak hanya itu, Nueva yang
menjadi korban juga menyesal karena tidak bisa membantu Atar. Konflik Atar
semakin bertamabah dengan konflik yang dialami oleh keluarganya. Konflik Atar
juga terjadi dengan orangtuanya. Atar tidak bisa menepati janjinya untuk berbakti
kepada orangtuanya. Atar malah membuat masalah dan lari dari masalah yang ia
lakukan. Hal tersebut membuat orangtuanya kecewa.
Konflik Atar juga terjadi dengan temannya yaitu Obinus. Atar dan Obinus
sebenarnya berbeda keyakinan. Atar beragama Islam sedangakn Obinus beragama
Kristen. Obinsu tidak mengetahui kalau Atar adalah Islam, ia mengajak Atar
untuk sembahyang di gereja hari minggu dan bertemu Pastor Abelson. Atar tidak
berani mengatakan yang sebenrnya kepada Obinus. Atar takut kalau Obinus akan
marah dan tidak mau lagi beteman dengannnya. Namun pada akhirnya Atar
memeberanikan diri dan siap menerima jika memang Obinus tidak akan
menerimanya lagi. Mereka berdua menjalin persahabatan sejak pertama kenal.
Konflik mereka karena berbeda agama. Obinus mengira Atar beragama Nasrani
sama sepertinya. Namun Atar bingung bagaimana cara menjelaskan hal tersebut
kepada Obinus. Ia takut jika Obinus akan menjauhinya dan tidak mau lagi
bersahabat dengannya karena kesalahpahaman tersebut. Namun pada akhirnya
Atar memberanikan diri mengatakan yang sebenarnya kepada Obinus. Obinus
memahami hal tersebut dan tetap bersahabat dengan Atar.
101
Selanjutnya adalah konflik Atar dengan Theo dan Wenand. Theo cemburu
kepada Atar dan merasa sakit hati karena cintanya ditolak oleh Aitana. Aitana
mencintai Atar bukan Theo. Namun Theo menyesali perbuatannya dan merasa
malu atas perbuatannya kepada Atar. Inan melakukan hal tersebut karena disuruh
oleh Bapa Saway. Konflik Atar dengan Bapa Saway yang terjadi karena Bapa
Saway tidak ingin Atar menjadi calon Kapitan. Ia menyuruh Inan dengan Ramzi
agar keinginannya tercapai untuk menghancurkan Atar tanpa diketahui oleh orang
lain. Inan dan Ramzi dimanfaatkan oleh Bapa Saway untuk menjalankan
keinginannya. Namun pada akhirnya Inan membeberkan hal tersebut kepada Safri
bahwa ia disuruh oleh Bapa Saway. Mendengar penjelasan Inan tersebut Safri
merasa bersalah dan ingin membantu Atar. Sedangkan Bapa Saway berubah
menjadi kayu. Seluruh tubuhnya berubah menjadi kaku dan tidak bisa bergerak.
Orang-orang langsung memiliki pemikiran bahwa Bapa Saway terkena tulah
akibat perbuatannya.
Analisis data tersebut sesuai dengan pendapat Ahmadi (2007:286) bahwa
konflik ini terjadi antara seseorang dengan satu orang atau lebih, sifatnya kadang-
kadang substantif menyangkut perbedaan gagasan, pendapat, kepentingan, atau
bersifat emosional menyangkut perbedaan selera, perasaan suka atau tidak suka.
c. Konflik antar Kelompok Sosial
Berdasarkan deskripsi data pada novel CPBP karya Dzikry El Han terdapat
konflik antar kelompok sosial yang dialami oleh tokoh utama yaitu Atar.
Contohnya mengenai pelecehan, perperangan, pemberontakan, penghianatan, dan
kasus-kasus lainnya. Atar telah menghancurkan kepercayaan keluarga Nueva.
102
Keluarga Nueva merasa dihianati oleh Atar karena telah menistakan Nueva. Safri
yang menjadi sahabat Atar sejak kecil, kecewa dengan perbuatan Atar dan sangat
marah kepadanya. Atar juga memiliki konflik dengan kelompok LKR. Kelompok
tersebut menuduh Atar menyebarkan pengaruh kepada Obinus tentang agamanya.
Hal tersebut dijelaskan dalam kutipan berikut.
“Kami sudah lama mengawasi kau dengan Atar,” Kata
Wenand. “Kami lihat kalian berdua itu macam pinang
dengan sirih. Kami cemas kalau kau sampai
terpengaruh dengan Atar. Siapa tahu dia punya maksud
tersembunyi, to? Apalagi akhir-akhir ini Aitana juga punya
gelagat aneh. Dia mencari-cari Atar macam orang
kehilangan pacar saja.” (Dzikry El Han, 2014:243)
Berdasarkan kutipan tersebut menjelaskan Wenand yang merupakan
anggota LKR merasa curiga dengan Atar. Wenand mengatakan kepada Obinus
kalau Atar menyebarkan pengaruh kepada Obinus dan Aitana untuk perpindah
keyakinan. Anggota LKR tersebut mengepung Atar. Pemuda tersebut adalah
anggota LKR. Mereka marah kepada Atar karena telah menyebarkan pengaruh
kepada umat Kristianai agar berpindah keyakinan yang sama dengan Atar.
Sebenranya kabar tersebut hanyalah fitnah yang dibuat oleh Theo. Theo merasa
sakit hati kepada Atar karena merebut Aitana darinya. Namun Atar tetap
berusahan membela diri karena ia tidak bersalah. Atar membuktikan bahwa
Obinus tidak pernah beralih kayakinan meskipun mereka bersahabat. Atar juga
berusaha membuktikan bahwa ia tidak pernah menghianati organisasi yang ia
ikuti. Konflik tersebut akhirnya diselesaikan Oleh Pastor Abelson. Hal tersebut
dapat dijelaskan pada kutipan berikut.
Di ruang tamu kediaman Pastor Abelson sudah
berkumpul banyak orang. Obinus dan Atar ada di
103
antara para tamu, juga Theo dan Wenand. Selebihnya
adalah anggota Lembaga Kajian Ruhani (LKR) dan para
mahasiswa yang tertarik ingin mengikuti prosesi dialog
perdamaian atas persoalan Atar dan LKR, atau sebenarnya
adalah persoalan Atar dan Theo secara pribadi. (Dzikry
El Han, 2014:298)
Berdasarkan kutipan tersebut menjelaskan bahwa Atar, Obinus, Theo, dan
LKR berkumpul di rumah Pastor Abelson. Mereka menyelesaikan konflik dibantu
oleh Pastor Abelson. Konflik tersebut sebenarnya terjadi karena hasutan Theo.
Theo marah kepada Atar lantaran Aitana menolak cintanya. Aitana menyukai Atar
dan tidak memilih Theo.
Analisis di atas sesuai dengan teori Ahmadi (2007:286) yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa konflik antar kelompok sosial atau
konflik sosial antara manusia banyak dijumpai dalam kenyataan hidup manusia
dengan makhluk sosial, karena mereka hidup berkelompok-kelompok. Tokoh
utama Atar terlihat pada analisis tersebut memiliki konflik antar keluarga dan
antar kelompok agama.
2. Penyebab Konflik Tokoh Utama dalam Novel CPBP Karya Dzikry El
Han Kajian Sosiologi Sastra
Konflik-konflik yang terjadi dalam sebuah cerita tidak terjadi begitu saja.
Konflik itu terjadi karena adanya penyebab dari konflik tersebut. Penyebab
konflik dalam novel CPBP karya Dzikry EL Han ini adalah perbedaan antar
anggota masyarakat terdapat 10 kutipan, perbedaan pola kebudayaan terdapat 7
kutipan, perbedaan status sosial terdapat 2 kutipan, perbedaan kepentingan antar-
anggota masyarakat terdapat 14 kutipan. Sedangkan penyebab yang terakhir yaitu
104
terjadinya perubahan sosial tidak terdapat dalam novel ini. Berikut analisis
masing-masing penyebab tersebut.
1. Perbedaan antar anggota masyarakat
Perbedaan antar anggota masyarakat baik secara fisik maupun mental, atau
perbedaan kemampuan, pendirian, dan perasaan sehingga menimbulkan pertikaian
atau bentrokan antara mereka. Penyebab konflik yaitu perbedaan antar anggota
masyarakat antara Atar dengan Safri dan Nueva. Atar telah melukai perasaan Safri
sahabatnya sendiri. Atar menghancurkan perasaan dan kepercayaan Safri
terhadapnya. Safri memberikan kepercayaan kepada Atar untuk mejaga adiknya,
namun Atar malah menistakan adiknya. Safri yang perasaanya telah terluka karena
dikecewakan oleh Atar tidak ingin berdamai. Safri tidak bisa menahan emosinya
menuntut Atar diadili di pengadilan adat. Atar yang tidak bersalah tidak bisa
membela diri karena tidak memiliki bukti dan hanya menerima tuduhan tersebut
kepadanya. Safri yang telah menghilangkan rasa persahabatannya dengan Atar
menuntut Atar dibawa kepengadilan adat untuk dihukum dan diadili. Atar dengan
Nueva memiliki perbedaan pendirian dan perasaan. Atar tidak ingin bertemu
dengan Nueva karena ia bersalah dengan Nueva. Perasaan Atar yang awalnya ia
katakana tidak mencintai Nueva sekarang malah sangat mencintai dan
menyayangi Nueva.
Atar dan Nueva sama-sama memiliki pendirian. Atar tidak mau menemui
Nueva karena ia merasa bersalah dan tidak ingin membuat Nueva terluka. Namun
Nueva menginginkan Atar meminta maaf dan menemuinya serta menyelesaikan
105
semua kesalahpahaman yang terjadi. Penyebab berdasarkan perbedaan antar
anggota masyarakat juga terdapat pada kutipan berikut.
Theo mungkin sakit hati dengan saya dan Atar.”
“Sejak semester dulu, Theo berusaha dekat dengan
saya,” kata Aitana pelan. “Maksudnya, Theo itu suka
dengan saya.”
“Kau tolak dia?”
“Hanya karena saya tidak bisa jatuh cinta dengan Theo.”
(Dzikry El Han, 2014:257-258)
Berdasarkan kutipan tersebut menjelaskan betapa sakit hatinya Theo
karena cintanya ditolak oleh Aitana. Perbedaan perasaan antara Theo dengan
Aitana membuatnya membalas sakit hatinya kepada Atar. Konflik Theo dengan
Atar melibatkan anggota LKR. Theo menyebarkah fitnah tentang Atar yang
menyebarkan pengaruh kepada orang lain. Pada akhirnya Theo merasa malu
dengan perbuatannya tersebut. Theo merasa malu karena telah berbuat jahat
terhadap Atar. Sakit hatinya yang tidak beralasan tersebut telah membuat Atar
mendapatkan masalah. Ia menyesali sikapnya yang diluar kendalinya. Atar yang
tidak mencintai Aitana malah menolak Aitana. Sedangkan Aitana sangat
mencintai Atar. Kutipan berikut menjelaskan perbedaan perasaan Atar dengan
Aitana.
“Atar tak pernah lupa bahwa Obinus begitu marah
padanya lantaran Aitana menagis. Tapi itulah yang
semestinya terjadi. Atar tak bisa berpura-pura
mencintai Aitana untuk membuatnya bahagia. Itu
berarti ia akan melukai Nueva untuk yang kedua, meski
gadis itu tak pernah tahu apa yang dilakukannya di tempat
jauh. Atar sudah berjanji, ada atau tidak ada Nueva, ia
akan tetap meneguhkan cintanya.” (Dzikry El Han,
2014:312)
106
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Atar sangat menghargai
perasaan Aitana terhadapnya. Ia tidak ingin Aitana terluka karenanya. Perasaan
sayang dan cintanya hanyalah untuk Nueva. Ia tidak ingin membagi perasaan
tersebut untuk orang lain termasuk Aitana. Perasaan antara Atar dengan Nueva.
Atar yang telah menyakiti hati Nueva sekarang menjadi beban tersendiri baginya.
Nueva merupakan wanita yang baik yang tidak pernah menyakiti hatinya. Ia ingin
menebus kesalahnya dengan pulang kekampung dan menemui Nueva. Namun
Nueva sudah meninggalkan Patipi dan kembali ke kapung halaman ibunya.
Analisis di atas sesuai dengan teori Ahmadi (2007:291) bahwa penyebab
konflik karena perbedaan antar anggota masyarakat adalah karena perbedaan
perasaan, kemampuan, dan pendirian. Perbedaan tersebut yang menjadi penyebab
konflik yang dialami oleh tokoh utama Atar.
2. Perbedaan pola kebudayaan
Perbedaan pola kebudayaan, seperti perbedaan adat-istiadat, suku bangsa,
agama, bahasa, paham politik, pandangan hidup, dan budaya daerah lainnya,
sehingga mendorong timbulnya persaingan dan pertentangan, bahkan bentrokan di
antara anggota masyarakat. Penyebab konflik Atar dengan Obinus karena
perbedaan agama. Atar ingin menjelaskan bahwa ia merupakan umat Islam
kepada Obinus tanpa merusak persahabatan mereka. Akhirnya Atar
memberanikan diri untuk mengatakannya kepada Obinus. Hal tersebut dijelaskan
dalam kutipan tersebut.
“Kaka, saya harus minta maaf dengan kaka.”
“Soal”
“Saya tidak jujur dengan kaka selama ini.”
107
“Kau sembunyikan apa dari kaka?”
“Saya tidak bisa ikut kaka sembahyang ke gereja.”
“Kenapa? Kau sakit, kah?”
“Ah, tidak, kaka. Saya sehat.”
“Baru, kenapa tidak bisa ikut sembahyang?”
“Kaka sangat baik,” ucap Atar, lalu jeda lagi. “Saya
bangga dengan Kaka. Saya tidak bisa ikut sembahyang
bukan karena saya tidak hormat dengan Kaka atau
tidak menuruti nasihat Kaka. Tapi …,” Atar kembali
ragu.
“Tapi apa? bilang saja dengan Kaka.”
“Saya seorang Muslim, Kaka.” (Dzikry El Han,
2014:157-158)
Berdasarkan kutipan tersebut menjelaskan bagaimana Atar
memberitahukan kepada Obinus kalau Atar adalah umat Muslim. Obinus yang
mendengar hal tersebut menerimanya dengan senang hati. Atar dan Obinus tetap
menjadi sahabat. Konflik agama ini juga membuat teman-teman Obinus yang
beragama Nasrani menyakan Atar telah membujuk Obinus untuk berpindah
keyakinan.
Analisis di atas sesuai dengan teori Ahmadi (2007:291) bahwa perbedaan
pola kebudayaan, seperti perbedaan adat-istiadat, suku bangsa, agama, bahasa,
paham politik, pandangan hidup, dan budaya daerah lainnya. Dalam novel CPBP
penyebab konflik perbedaan pola kebudayaan ini terjadi karena perbedaan agama,
pandangan hidup, paham politik, dan adat-istiadat.
3. Perbedaan status sosial
Perbedaan status sosial seperti kesenjangan sosial antara si kaya dan si
miskin, generasi tua dan generasi muda, dan sejenisnya. Atar yang merasa
dikucilkan dan merasa orang yang terhina di tengah masyarakat. Perbedaan
tersebut membuatnya tidak berani tinggal dikampungnya. Masyarakat menilai
108
Atar orang yang hina karena perbuatannya. Perbedaan status sosial juga dialami
oleh Inan dan Ramzi. Mereka memfitnah Atar karena dipaksa oleh Bapa Saway.
Hal tersebut dijelaskan dalam kutipan berikut.
“Saya tidak tahu. Bapa Saway tidak bicara lain kecuali
saya dan Ramzi harus bikin Atar malu.”
“Kenapa kau mau?”
“Karena saya ditagi utang budi dengan Bapa Saway
punya keluarga.” (Dzikry El Han, 2014:324)
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bagaiman Bapa Saway
memanfaatkan status sosialnya untuk mendapatkan keinginannya. Saway
memanfaatkan Ramzi dan Inan untuk menjalankan perintahnya memfitnah Atar.
Inan dan Ramzi tidak bisa menolak karena merasa berhutang budi dengan Saway.
Analisis di atas sesuai dengan teori Ahmadi (2007:291) bahwa perbedaan
status sosial pada novel CPBP karya Dzikr El Han ini karena adanya perbedaan si
kaya dan si miskin dan generasi tua dan generasi muda.
4. Perbedaan kepentingan antar-anggota masyarakat
Perbedaan kepentingan antar-anggota masyarakat baik secara pribadi
maupun kelompok, seperti perbedaan kepentingan politik, ekonomi, sosial,
budaya, agama, dan sejenisnya. Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Atar,
Ramzi dan Inan terlibat perkelahian. Atar memukul Inan untuk membela diri agar
tidak terkena pukulan dari Ramzi dan Inan. Sedangkan Ramzi dan Inan
menyerang Atar dan menuduh Atar melakukan pelecehan kepada Nueva karena
disuruh oleh Bapa Saway. Dari hal tersebut terlihat perbedaan kepentingan antara
mereka. Perkelahian tersebut membuat Inan terluka. Mulut dan hidung Inan
berdarah karena pukulan Atar. Ia dilarika ke Puskesmas oleh warga. Sedangkan
109
Safri sangat marah kepada Atar. Ia melakukan hal tersebut untuk membela
adiknya yaitu Nueva yang diganggu oleh Atar. Atar yang tidak bersalah berusaha
membela diri dan menjelaskan kepada Safri untuk membuktikan ia tidak bersalah.
Namun Ramzi malah lebih dulu meyakinkan orang-orang bahwa Atar telah
mengganggu Nueva dan memeluk Nueva. hal tersebut ia lakukan untuk
kepentingannya mempermalukan Atar. Hal tersebut dijelaskan pada kutipan
berikut.
“Dengar!” Teriak Ramzi, menatap nanar orang-orang
yang berkerumunan. “Atar tidak punya alasan buat
membela diri. Saya sumpah lihat Atar ganggu Nueva.
Dia peluk Nueva di dekat pohon pala.”
“Kasih lepas saya!” ronta Safri. “Saya mau hajar orang
munafik itu.” (Dzikry El Han, 2014:7)
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan betapa Ramzi yang begitu
percaya diri mengatakan bahwa Atar telah memeluk Nueva dihadapan semua
orang. Ramzi dan Inan sengaja meletakkan ular tersebut agar Nueva menjerit.
Mereka ingin mempermalukan Atar dihadapan semua orang dan membuat
persahabatan antara Atar dengan Safri hancur. Persahabatan Atar dengan Safri
menjadi perkelahian antara mereka. Inan dan Ramzi bermaksut ingin membuat
Atar malu. Sedangkan Safri marah karena ingin membela adiknya Nueva yang
dinistakan oleh Atar. Namun pada akhirnya Inan merasa bersalah terhadap Atar. Ia
mengakui kesalahannya kepada Safri bahwa ia yang membuat konflik Atar
tersebut. Ia melakukan tersebut karena terpaksa. Hal tersebut dijelaskan dalam
kutipan berikut.
“Bapa Saway suruh saya dengan Ramzi.”
“Inan, kau jangan sembarang bicara.”
110
“Saya bicara benar, Safri. Kalau kau tidak percaya dengan
saya, barangkai Patipi dalam bahaya.”
“Ada yang tidak bersih, Safri. Saya tidak tahu tujuan
Bapa Saway, tapi saya berkata benar, Bapa Saway
punya maksud tidak baik dengan Atar.” (Dzikry El Han,
2014:323)
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Bapa Saway yang menyebabkan
konflik yang dialami Atar dan keluarganya. Inan dan Ramzi hanya menjalankan
perintah Bapa Saway. Mereka diperalat oleh Bapa Saway karena mereka memiliki
hutang budi padanya. Bapa Saway mengancam Inan agar tidak membuka
rahasianya.
Analisis di atas sesuai dengan teori Ahmadi (2007:291) bahwa perbedaan
kepentingan antar anggota masyarakat terjadi karena kepentingan politik. Terlihat
pada novel CPBP karya Dzikry El Han bahwa Atar difitnah oleh Inan dan Ramzi
karena suruhan Bapa Saway. Bapa Saway tidak setuju jika Atar yang menjadi
calon Kapitan. Bapa Saway memanfaatkan Inan dan Ramzi untuk menjalankan
misinya karena mereka mempunyai hutang budi dengan Bapa Saway dan tidak
bisa menolaknya.
5. Terjadinya perubahan sosial
Terjadinya perubahan sosial, antara lain berupa perubahan sistem nilai,
akibat masuknya sistem nilai baru yang mengubah masyarakat tradisional dan
masyarakat modern. Penyebab konflik ini tidak ditemukan dalam novel CPBP
karya Dzikry El Han.
Analisis penyebab konflik di atas sesuai dengan teori Ahmadi (2007:291)
bahwa penyebab konflik sosial yaitu: perbedaan antaranggota masyarakat,
111
perbedaan pola kebudayaan, perbedaan status sosial, perbedaan kepentingan
antar-anggota masyarakat baik secara pribadi maupun kelompok, dan perjadinya
perubahan sosial. Namun penyebab yang terakhir yaitu terjadinya perubahan
sosial tidak terdapat pada novel CPBP karya Dzikry El Han ini.
3. Akibat Konflik Tokoh Utama dalam Novel CPBP Karya Dzikry El Han
Kajian Sosiologi Sastra
Akibat konflik terbagi dua yaitu yang bersifat konflik dan yang bersifat
destruktif. Yang bersifat konflik ada tiga jenis yaitu bertambahnya solidaritas
dalam kelompok sendiri, munculnya pribadi-pribadi yang kuat atau tahan uji
dalam menghadapi konflik, dan munculnya kompromi baru apabila pihak yang
berkonflik dalam kekuatan seimbang. Yang bersifat destruktif ada empat jenis
yaitu retaknya persatuan kelompok, hancurnya harta benda dan jatuhnya korban
manusia, munculnya dominasi kelompok yang menang terhadap kelompok yang
kalah, berubahnya sikap dan kepribadian individu, munculnya dominasi yang
menentang terhadap kelompok yang kalah.
Dalam novel CPBP karya Dzikry El Han ini akibat konflik yang bersifat
konflik terdapat 9 kutipan dan yang bersifat destruktif 24 kutipan. Yang bersifat
konflik yaitu bertambahnya solidaritas dalam kelompok sendiri sebanyak 1
kutipan. Timbulnya pribadi-pribadi yang kuat dalam menghadapi konflik
sebanyak 7 kutipan. Munculnya kompromi baru jika pihak yang berkonflik
seimbang sebanyak 1 kutipan.
Yang bersifat destruktif yaitu retaknya persatuan kelompok tidak
ditemukan dalam nove CPBP karya Dzikry El Han. Hancurnya harta benda dan
112
jatuhnya korban manusia sebanyak 3 kutipan. Berubahnya sikap dan kepribadian
individu sebanyak 17 kutipan. Sedangkan munculnya dominasi kelompok yang
menentang terhadap kelompok yang kalah sebanyak 4 kutipan. Berikut ini analisis
masing-masing akibat konflik tersebut.
a. Yang Bersifat Konflik
Akibat yang bersifat konflik terbagi tiga. Pertama, bertambahnya
solidaritas dalam kelompok sendiri. Kedua, munculnya pribadi-pribadi yang kuat
atau tahan uji dalam menghadapi berbagai situasi konflik. Ketiga, munculnya
kompromi baru apabila pihak yang berkonflik seimbang.
1. Bertambahnya solidaritas dalam kelompok sendiri
Bertambahnya solidaritas dalam kelompok sendiri pada novel CPBP karya
Dzikry El Han terlihat pada kutipan berikut.
“Obi, kau mungkin tidak merasa, Atar pengaruh kau
pelan-pelan lewat diskusi-diskusi, obrolan, tulisan, atau
apa saja,” Kata Wenand akhirnya. (Dzikry El Han,
2014:244)
Berdasarkan kutipan tersebut menjelaskan betapa Wenand berusaha
menjelaskan kepada Obinus tentang pengaruh Atar. Wenand tidak ingin Obinus
terpengaruh untuk berpindah keyakinan yang sama dengan Atar. Wenand
berusaha meyakinkan Obinus tentang pengaruh yang dibawa Atar terhadapnya.
Analisis di atas sesuai dengan pendapat Ahmadi (2007:296) bahwa
semakin besar permusuhan atau konflik terhadap kelompok luar, semakin besar
pula integrasi atau solidaritas intern kelompok. Obinus tidak mempedulikan
perkataan Wenand, ia tetap mempercayai Atar dan selalu membantu Atar.
113
2. Munculnya pribadi-pribadi yang kuat dalam menghadapi konflik
Konflik bisa mengakibatkan munculnya pribadi-pribadi yang kuat atau
tahan uji dalam menghadapi berbagai situasi konflik terdapat dalam Novel CPBP
karya Dzikry El Han. Atar dengan percaya diri memukul Inan. Ia bermaksud
membela diri agar tidak terkena pukulan Inan dan Ramzi. Atar melawan Inan dan
Ramzi karena ia yakin dirinya tidak bersalah seperti tuduhan Ramzi. Atar terlihat
kuat dalam menhadapi konflik yang ia hadapi. Betapa kuatnya Atar menghadapi
masalah untuk membuktikan kalau ia tidak bersalah kepada Theo, Wenand, dan
anggota LKR lainnya. Ia juga berani mengatakan kepada Aitana kalau ia tidak
mencintai Aitana. Hal tersebut dijeslakan dalam kutipan berikut.
“Atar tak pernah lupa bahwa Obinus begitu marah
padanya lantaran Aitana menagis. Tapi itulah yang
semestinya terjadi. Atar tak bisa berpura-pura mencintai
Aitana untuk membuatnya bahagia. Itu berarti ia akan
melukai Nueva untuk yang kedua, meski gadis itu tak
pernah tahu apa yang dilakukannya di tempat jauh.
Atar sudah berjanji, ada atau tidak ada Nueva, ia akan tetap
meneguhkan cintanya.” (Dzikry El Han, 2014:312)
Berdasarkan kutipan tersebut terlihat pribadi Atar yang berani jujur
kepada Aitana tentang perasaannya. Ia tidak takut meski Obinus akan marah jika
ia menyakiti Aitana. Ia membuktikan cintanya hanya untuk Nueva dan tidak bisa
ia bagi dengan gadis manapun. Konflik yang dialami Atar dengan Inan, Ramzi,
dan Safri juga memunculkan pribadi-pribadi yang kuat. Atar menjadi kuat dalam
menghadapi anggota LKR yang mengepungnya. Ia berusaha menjelaskan dan
membuktikan bahwa tuduhan tersebut tidak benar. Ia juga menanyakan kepada
Obinus apakah ia berpindah keyakinan atau tidak. Atar sama sekali tidak takut
menghadapi anggota LKR yang jumlahnya cukup banyak mengepung Atar dan
114
Obinus. Kutipan berikut juga memperlihatkan pribadi Atar yang kuat dalam
menghadapi konflik. Akibat konflik yang menjelaskan pribadi Atar yang kuat
dalam menghadapi konflik terlihat pada kutipan berikut.
“Biar pun kau punya bualan bisa kelabuhi semua yang
hadir di sini, saya tidak akan pernah percaya dengan
kau!” kata Atar. Matanya berkilat-kilat menantang
Inan. Atar punya alasan kuat kenapa dia menolak
pernyataan itu. Atar mengetahui cerita Kiarad yang
sesungguhnya dari Baham, ketika Atar mampir ke
kediamannya di Kampung Tetar. (Dzikry El Han,
2014:339)
Berdasarkan kutipan tersebut terlihat Atar yang kuat untuk menyelesaikan
konfliknya dengan Inan dan Ramzi. Ia memberanikan diri untuk datang
kekampungnya dan membuktikan kalau ia tidak bersalah. Ia juga tidak
terpengaruh dengan perkataan Inan yang mengatakan bahwa Kiarad yang
menyuruhnya untuk membuatnya Atar sengsara.
Analsisi di atas sesuai dengan teori Ahmadi (2007:296) bahwa konflik
bisa mengakibatkan munculnya pribadi-pribadi yang kuat dalam menghadapi
situasi konflik. Tokoh utama Atar menjadi kuat dalam menghadapi konflik yang
ia alami.
3. Munculnya kompromi baru apabila pihak yang berkonflik seimbang
Munculnya kompromi baru apabila pihak yang berkonflik dalam kekuatan
seimbang. Misalnya, adanya kesadaran dari pihak-pihak yang berkonflik untuk
bersatu kembali, karena dirasakan bahwa konflik yang berlarut tidak membawa
keuntungan bagi kedua belah pihak. Hal tersebut dapat dijelaskan dalam kutipan
berikut.
115
“Kaka, saya harus minta maaf dengan kaka.”
“Soal”
“Saya tidak jujur dengan kaka selama ini.”
“Kau sembunyikan apa dari kaka?”
“Saya tidak bisa ikut kaka sembahyang ke gereja.”
“Kenapa? Kau sakit, kah?”
“Ah, tidak, kaka. Saya sehat.”
“Baru, kenapa tidak bisa ikut sembahyang?”
“Kaka sangat baik,” ucap Atar, lalu jeda lagi. “Saya
bangga dengan Kaka. Saya tidak bisa ikut sembahyang
bukan karena saya tidak hormat dengan Kaka atau
tidak menuruti nasihat Kaka. Tapi …,” Atar kembali
ragu.
“Tapia pa? bilang saja dengan Kaka.”
“Saya seorang Muslim, Kaka.” (Dzikry El Han,
2014:157-158)
Berdasarkan kutipan tersebut menjelaskan bahwa Atar berniat mengatakan
kepada Obinus kalau ia adalah seorang Muslim. Mendengar hal tersebut Obinus
malah mengagumi Atar. Mereka menjadi semakin akrab dan semakin bersahabat.
Analisis tersebut sesuai dengan teori Ahmadi (2007:296) bahwa konflik
Atar dengan Obinus akibat perbedaan agama mengakibatkan mereka semakin
dekat. Atar dan Obinus menjadi sahabat bahkan seperti saudara antara satu
dengan yang lain.
Tokoh utama Atar mendapatkan dukungan dalam kelompoknya saat
menghadapi konflik. Atar juga memiliki pribadi yang kuat dalam menghadapi
konflik. Tidak hanya itu ia juga mendapatkan sahabat dari konflik yang terjadi
dan yang ia alami.
b. Yang Bersifat Destruktif
Akibat konflik yang bersifat destruktif ada empat. Pertama, retaknya
persatuan kelompok. Kedua, hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.
Ketiga, berubahnya sikap dan kepribadian individu. Keempat, munculnya
116
dominasi kelompok yang menentang terhadap kelompok yang kalah. Berikut
pembahasan mengenai analisis tersebut.
1. Retaknya persatuan kelompok
Retaknya persatuan kelompok seperti perpecahan anggota kelompok yang
mengakibatkan konflik. Akibat konflik ini tidak ditemukan dalam novel CPBP
karya Dzikry El Han ini.
2. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia apabila konflik
sudah berubah menjadi kekerasan. Hal tersebut dijelaskan dalam beberapa kutipan
berikut.
Atar dan Ramzi masih saling berhadapan. Lima meter dari
mereka, beberapa lelaki dewasa beriring menjauh
menggotong Inan. Tangan kukuh Atar beberapa saat
lalu mendarat telak di rahang Inan, membuatnya
langsung roboh ke tanah. Darah segar mengucur dari
hidung dan mulut Inan, menunjukkan kondisi pemuda
itu kritis. Orang-orang gugup dan buru-buru melarikannya
ke Puskesmas di kampung lain. (Dzikry El Han, 2014:4)
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa konflik yang terjadi
antara Atar dengan Inan dan Ramzi membuat Atar menjadi dikucilkan oleh
masyarakat. Inan yang dipukul oleh Atar mengalami luka di mulut dan
hidungnya. Inan harus dilarikan ke Puskesmas dan Atar kehilangan harga dirinya.
Bapa Saway seperti terkena kutukan adat. Ia berbuat jahat terhadap Atar untuk
mendapatkan posisi sebagai calon Kapitan. Ia merasa menang karena bisa
memegang dan membaca kitap adat. Namun sebelum ia membaca kitab adat ia
sudah terkena kutukan. Hal tersebut dijelaskan pada kutipan berikut.
117
“Seorang tetua di sampingnya menyentuh tangan Saway.
Tangan itu sudah menyerupai sebatang kayu. Semau yang
hadir saling berbisik, menengarai kondisi Saway. Tanpa
maklumat resmi, semua sepakat bahwa Saway terkena
tulah dari suatu perbuatan yang pernah dilakukannya.”
(Dzikry El Han, 2014:345)
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Bapa Saway terkena kutukan adat
dari Yang Maha Kuasa akibat perbuatannya sendiri. Saway menjadi korban
perbuatannya. Ia menjadi patung dan badannya menyerupai kayu.
3. Berubahnya sikap dan kepribadian individu
Berubahnya sikap dan kepribadian individu, baik yang mengarah ke hal
yang positif maupun ke hal yang negatif. Hal tersebut dijelaskan dalam kutipan
berikut.
“Entahlah, Bapa. Saya memuliakan Nueva, saya sayang
dengan dia. Tapi sekarang saya justru bersalah dengan
dia.”
“Saya akan bawa salah ini sampai ajal,” kata Atar lirih,
seolah ia diciptakan dari segumpal sesal.” (Dzikry El
Han, 2014:40)
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bagaimana perubahan sikap dan
kepribadian Atar. Ia yang dulunya sangat berani, perkasa, pantang menyerah
sekarang berubah menjadi pengecut yang tidak berani menghadapi masalah. Ia
juga tidak berani untuk bertemu dengan Nueva. Ia memiliki banyak salah dengan
Nueva dan membuat gadis itu sedih. Ia sudah membuat hidup Nueva menderita
karena ulahnya. Sehingga perjalanan hidupnya selalu teringat dengan Nueva.
Sikap Atar yang pemberani sekarang telah hilang. Pada awalnya Atar begitu
pemberani dan tidak pernah lari dari masalah sekarang tidak begitu. Atar tidak
118
berani menghadapi orang-orang kampung terutama Nueva dan orangtuanya. Atar
malu karena masalah yang telah ia perbuat.
4. Munculnya dominasi kelompok yang menang terhadap kelompok yang kalah.
Munculnya dominasi kelompok yang menentang terhadap kelompok yang
kalah terlihat pada novel CPBP karya Dzikry El Han, ketika Safri yang dulunya
sangat marah dengan Atar sekarang malah membela Atar. Hal tersebut dijelaskan
dalam kutipan berikut.
Di ruang tamu kediaman Pastor Abelson sudah
berkumpul banyak orang. Obinus dan Atar ada di
antara para tamu, juga The dan Wenand. Selebihnya
adalah anggota Lembaga Kajian Ruhani (LKR) dan para
mahasiswa yang tertarik ingin mengikuti prosesi dialog
perdamaian atas persoalan Atar dan LKR, atau sebenarnya
adalah persoalan Atar dan Theo secara pribadi. (Dzikry El
Han, 2014:298)
Berdasarkan kutipan tersebut menjelaskan dukungan terhadap Atar dan
terhadap Theo. Obinus yang mendukung Atar karena Atar tidak bersalah.
Sedangkan Wenand dan LKR mendukung Theo yang menuduh Atar
menyebarkan pengaruh terhadap Obinus. Dominasi kelompok yang menentang
terhadap kelompok yang kalah terlihat pada Inan. Inan yang awalnya berpihak
kepada Bapa saway sekarang merasa bersalah kepada Atar dan berpihak kepada
Atar. Ia mengatakan bahwa ia yang seharusnya dihukum bukan Atar. Ia
mengetahui bahwa Atar anak yang baik. Namun karena kecemburuan dan
kekuasaan Bapa Saway membuatnya menderita.
Analisis di atas sesuai dengan teori Ahmadi (2007:296) bahwa akibat
konflik yang bersifat destruktif terlihat pada novel CPBP karya Dzikry El Han.
119
Inan, Ramzi, dan Safri menentang Atar karena membuat ulah dikampungnya.
Mereka bersama-sama menyerang Atar dan menuntut Atar untuk dihukum.
Mereka yang dulunya berteman menjadi musuh bagi Atar.
Realitas Sosial Konflik dalam Masyarakat
Konflik tokoh utama dalam novel CPBP karya Dzikry El Han ini terdapat
tiga jenis konflik sosial yaitu konflik inter-individu, konflik antar individu, dan
konflik antar kelompok sosial. Ketiga jenis konflik tersebut dapat ditemukan
dalam realitas permasalah kehidupan yang terjadi dalam masyarakat. Kehidupan
seseorang dalam masyarakat adalah saling membutuhkan dan saling menjalin
hubungan dengan sesama.
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam masyarakat dapat dilihat
pada novel CPBP karya Dzikry El Han ini. Hal tersebut diperlihatkan pada tokoh
dalam cerita. Tokoh utama novel ini memiliki konflik inter-individu atau konflik
dalam dirinya. Seperti saat tokoh utama memendam sendiri rasa bersalahnya
kepada keluarga, orang yang ia cintai, dan masyarakat adatnya. Ia selalu dihantu
oleh rasa bersalah atas perbuatannya, itulah yang menjadi beban paling berat
dalam dirinya. Konflik tersebut juga dapat ditemukan pada diri seseorang ketika
menjalani kehidupan di lingkungan masyarakat. Seseorang yang melakukan
kesalahan dalam hidupnya dan sulit untuk menebus kesalahan tersebut pada
akhirnya akan menjadi beban tersendiri dalam dirinya.
Konflik berikutnya adalah konflik antar individu yang dialami oleh tokoh
utama novel CPBP karya Dzikry El Han. Konflik antar individu tokoh utama ini
120
disebabkan oleh kepentingan untuk mendapatkan kekuasaan atau jabatan. Tokoh
utama difitnah oleh tokoh lain dalam cerita. Hal tersebut membuat kehidupan
tokoh utama menjadi sengsara dan mendaparkan aib dalam masyarakat. Konflik
tokoh utama tersebut juga dapat dijumpai pada kehidupan nyata dalam
masayarakat. Seseorang rela melakukan segalanya demi mendapatkan apa yang
diinginkan meskipun hal tersebut membuat hidup orang lain sengasara.
Sedangkan konflik yang terakhir yaitu konflik antar kelompok sosail
tokoh utama dalam novel CPBP karya Dzikry El Han. Konflik antar kelompok
sosial yang terjadi pada tokoh utama adalah konflik antar kelompok agama.
Tokoh utama memiliki sahabat yang berbeda agama dengannya. Tokoh utama
beragama Islam sedangkan sahabatnya beragama Kristen. Persahabatnnya
tersebut membuat kelompok agama Kristen curiga dan menuduh tokoh utama
menyebarkan pengaruh terhadap orang lain untuk berpindah agama. Hal tersebut
juga dapat ditemukan dalam kehidupannyata dalam masyarakat. Kecurigaan dan
kesalahpahaman antar umat beragama bisa membuat kehidupan antar umat
beragama menjadi permusuhan dan pertengkaran antar masyarakat.
Konflik-konflik yang terjadi pada sebuah cerita dalam novel tersebut
merupakan cerminan dari kehidupan nyata dalam masyarakat. Konflik atau
permasalah pada tokoh dalam cerita adalah gambaran pada kehidupannyata.
Konflik yang diceritakan pada sebuah novel sebenarnya mencerminkan konflik
yang terjadi pada daerah yang diceritakan. Novel CPBP karya Dzikry El Han
tersebut merupakan gambaran konflik yang terjadi pada masyarakat adat Papua
yaitu masayarakat adat yang ada di Patipi Semenanjung Onim. Oleh sebab itu
121
sebuah novel bisa dikatakan sebagai cerminan kehidupan masayarakat, karena
menyajikan permasalahan kemanusiaan dan kehidupan nyata.
122
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap novel CPBP karya
Dzikry El Han mengenai konflik tokoh utama kajian sosiologi sastra, diperoleh
hasil penelitian sebagai berikut. Konflik yang dialami oleh tokoh utama ada tiga
jenis konflik yaitu konflik inter-individu, konflik antar individu, dan konflik antar
kelompok sosial. Dari ketiga jenis konflik tersebut yang lebih dominan dialami
oleh tokoh utama dalam cerita adalah konflik antar individu.
Penyebab konflik tokoh utama novel CPBP karya Dzikry El Han ini
ditemukan empat jenis penyebab. Penyebab yang pertama karena perbedaan
antaranggota masyarakat. Penyebab yang keduan yaitu perbedaan pola
kebudayaan. Penyebab yang ketiga adalah perbedaan status sosial. Penyebab yang
terakhir karena perbedaan kepentingan antaranggota masyarakat. Sedangkan
penyebab konflik karena terjadinya perubahan sosial menurut teori Ahmadi tidak
ditemukan dalam novel ini. Penyebab konflik yang paling dominan adalah terjadi
karena perbedaan kepentingan antar anggota masyarakat.
Akibat dari konflik yang dialami oleh tokoh utama novel CPBP karya
Dzikry El Han adalah pertama, bertambahnya solidaritas dalam kelompok sednri,
munculnya pribadi-pribadi yang kuat dalam menghadapi konflik, dan munculnya
kompromi baru jika pihak yang berkonflik seimbang. Kedua, berupak hancurnya
harta benda dan jatuhnya korban manusia, berubahnya sikap dan kepribadian
individu, dan munculnya dominasi kelompok yang menentang terhadap kelompok
yang kalah. Akibat yang tidak ditemukan dalam novel CPBP karya Dzikry El Han
122
123
sesuai teori Ahmadi adalah retaknya persatuan kelompok. Akibat konflik yang
dominan adalah yang bersifat destruktis yaitu berubahnya sikap dan kerpibadian
individu.
B. Implikasi
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah memiliki materi ajar
yang berkaitan dengan apresiasi sastra. Aptesiasi sastra tersebut mencakup
beberapa bagian yaitu, puisi, prosa, dan drama. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa dibidang sastra terutama
pembelajaran apresiasi sastra. Novel termasuk ke dalam prosa. Hal-hal yang bisa
dibahas dalam pembelajaran mengani novel yaitu berupa unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Peserta didik sering dihadapkan dengan novel yang tidak mereka
ketahui, sehingga membuat mereka jenuh.
Dalam proses implikasinya, terdapat beberapa langkah yang harus
dilakukan oleh guru dan siswa. Pertama, guru menjelaskan kepada siswa tentang
novel. Kedua, guru menjelaskan kepada siswa tentang profil karya sastra yang
ditulis oleh Dzikry El Han. Ketiga, guru memberikan waktu kepada siswa untuk
membaca sinopsis novel novel CPBP karya Dzikry El Hna. Keempat, setelah
siswa selesai membaca, siswa diminta menemukan unsur-unsur intrinsik novel.
Kelima, guru memberikan penekanan kepada siswa berupa penjelasan tentang
konflik, penyebab, dan akibat konflik yang berhubungan dengan konflik sosial.
Keenam, setelah itu siswa menemukan konflik, penyebab, dan akibat konflik
tokoh utama dalam novel CPBP tersebut.
124
Menghadirkan sesuatu yang baru dalam dunia pendidikan adalah hal yang
sangat diutamakan. Salah satunya memberikan pengetahuan kepada siswa tentang
perkembangan dunia sastra. Sehingga, membrikan suasana baru dalam proses
belajar mengajar yang membuat pandangan dan cara berpikir peserta didik lebih
berkembangan. Memilih novel dan menghadirkan novel kepada siswa harus
dipilih oleh pendidik dengan sangat selektif agar berguna untuk kehidupan saat
ini. Dan kedepannya. Dalam pelajaran apresiasi sastra khususnya prosa harus
meghadirkan novel yang bermutu. Salah satunya novel CPBP karya Dzikry El
Han ini.
Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan dalam pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di SMA yang terdapat dalam kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) kelas XI semester satu. Standar Kompetensi (SK) 7 yaitu
memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. Dengan
Kompetensi Dasar (KD) 7.2 yaitu menganalisis unsur-unsur intrinsik dan
ekstrinsik novel Indonesia atau terjemahan. Sedangkan indikator yang perlu
dicapai adalah: (1) siswa terampil mengidentifikasi unsur intrinsik novel. (2)
siswa juga harus terampil mengidentifikasi unsur ekstrinsik terutama tentang
konflik sosia dalam novel.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang konflik tokoh utama dalam novel
CPBP Karya Dzikry El Han kajian sosiologi sastra. Dapat dikemukakan beberapa
saran sebagai berikut.
125
1. Secara teoretis diharapkan mampu menambah khazanah penelitian terhadap
karya sastra yang berupa novel dengan penekanan pada analisis sosiologi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman untuk kegiatan
penelitian berikutnya yang sejenis.
2. Bagi mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan acuan bagi mahasiswa untuk memotivasi ide dan gagasan
baru yang lebih kreatif dan inovatif demi kamajuan ilmu pendidikan,
khususnya ilmu bahasa dan sastra.
3. Bagi pendidikan diharapkan dapat digunakan oleh pengajar dan pendidik yang
khususnya guru Bahasa dan Sastra Indonesia di berbagai sekolah sebagai
bahan ajar pada materi sastra.
4. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk peneliti
berikutnya. Bagi peneliti sendiri, untuk menambah pengetahuan tentang
analisis karya sastra khususnya novel.
126
KEPUSTAKAAN
Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: Citra Budaya.
Alwi, Hasan, dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2006. Kurikulum KTSP Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Faruk. 2013. Pengantar Sosiologi Sastra: dari Strukturalisme Genetik Sampai
Post-Modernisme. Yogyakarta: FBS Universitas Negeri Yogyakarta.
Han, Dzikry El. 2014. Cinta Putih di Bumi Papua. Jakarta Selatan: Noura Books.
Hendri, M. 2011. “Tokoh Utama dalam Novel Pria Terakhir.” Skripsi. Padang:
FBSS UNP.
Kemalasari, Ria. 2008. “Konflik Tokoh Utama Novel Laskar Pelangi Karya
Andrea Hirata.” Skripsi. Padang: Universitas Bung Hatta.
Layn, Rudi. 2010. “Teori Penyebab konflik”. (http://rudilayn.com/teori-penyebab-
konflik, html). Diunduh tanggal 15 Desember 2014.
Moleong, Lexi J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandug: Remaja Rosda.
Muhardi dan Hasanuddin WS. 1992. Prosedur Analisis Fiksi. Padang: IKIP
Padang Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarya: Gajah Mada.
Nurmalis. 2006. “Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Sang Penari Karya
Priyantini.” Skripsi. Padang: FBSS UNP Padang.
Nurwako, Dwi dan Bagong Suyanto. 2011. Sosiologi: Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Kencana.
Ramadansyah. 2012. Paham dan Terampil Berbahasa dan Sastra Indonesia.
Bandung: Dian Aksara Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
127
Sandra, Artika Elvi. 2013. “Konflik dan Watak Tokoh Utama dalam Novel Cinta
di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia.” Skripsi. Padang: Universitas Bung
Hatta.
Semi, M. Atar. 1989. Kritik Sastra. Padang: Angkasa.
Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa Bandung.
Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
.
Wellek, Rene & Werren, Austin. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Yuniengsih, B Marnetti. 2004. “Analisis Konflik dan Peran Tokoh Utama dalam
Novel Sheila Luka Hati Seorang Gadis Kecil.” Skripsi. Padang:
Universitas Bung Hatta.
128
Lampiran 1
Sinopsis Novel CPBP Karya Dzikry El Han
Novel Cinta Putih di Bumi Papua menunjukkan Papua sesuatu yang menarik
untuk diceritakan. Kekuatan adat, keharmonisan keberagaman, dan keindahan alam
dirangkum menjadi satu. Bermula saat Atar, tokoh utama dalam novel ini harus
dihukum adat berupa sumpah siput, karena dia dituduh melanggar adat. Atar
memukul Inan dan dituduh mengganggu Nueva, gadis yang dijodohkan untuknya
sejak ia lahir. Namun sebelum hokum adat dijalankan, Atar minggat dari Patipi
merantau ke Jayapura.
Atar pemuda calon pewaris posisi ayahnya sebagai imam masjid. Jabatan
yang sangat dihormati oleh masyarakat Patipi. Atar merasa telah mempermalukan
keluarga, meski sebenarnya dia tidak bersalah, dan akhirnya dia pergi secara diam-
diam dari kampungnya. Atar merasa belum siap menjalankan hokum adat. Dia
berjanji akan kembali ke Patipi saat ia merasa siap untuk dihukum.
Tiba di Jayapura, ia bertemu dengan Obi. Pemuda Kristen yang taat agama.
Obi menampung Atar dan membantunya untuk masuk ke Universitas Cendrawasih.
Meski mereka berbeda keyakinan, namun adat Papua yang cinta damai membuat
mereka bersatu. Pertemanan Obi dan Atar bersendi pada kekeluargaan dan saling
menghargai perbedaan. Atar yang semula ragu membuka identitasnya kepada Obi
karena ia khawatir sahabat satu-satunya di rantau itu akan meninggalkannya jika tahu
ia adalah Muslim. Tanpa Atar sadari ternyata Obi sudah mengatahui bahwasanya
129
Atar adalah seorang Muslim. Meski berbeda agama mereka tidur sekamar dan saling
menghargai.
“Kalau agama bikin kita berseteru dan cerai-berai lebih baik kita kasih tinggal
agama ini. Lebih baik kita kepada kita punya adat yang damai,” kata Atar saat ia
dihasut membawa pengaruh oleh mahasiswa Kristen di kampus. Adat Papua
mengajarkan perdamaian. Tiga batu satu tungku. “Kita disatukan oleh persaudaraan
adat. Tidak pantas kita bermusuhan.”
Kisah cinta Atar yang semakin rumit karena seorang gadis yang bernama
Aitana keponakan pastur di Jayapura yang satu kampus dengannya menyukai dia. Obi
yang semula juga menyukai Aitana rela mengubur rasa cintanya demi sahabat. Obi
memilih menjadi bruder yang tidak boleh menikah.
Saat cinta Aitana kian memuncah, Atar justru pulang ke Patipi untuk
menjalankan hukuman dan melepaskan rindu pada Nueva. Aitana harus menerima
kenyataan bahwa dia bukan pilihan Atar. Saat Atar tiba di Patipi, kekasihnya yang
sudah ditinggalkan lima tahun tak berhasil dijumpai. Nueva sudah pergi ke Isafan,
Iran, kampung ayahnya berasal. Atar juga menghadiri hukum adat yang dijatuhkan
kepadanya dulu dan ia terbukti tidak bersalah.
128
Lampiran 2
Format Inventarisasi Data Alur Dalam Novel CPBP Karya Dzikry El Han
No Kutipan Halaman Tahapan Alur
1 2 3 4 5
1.
Suatu senja di Patipi, Semenanjung Onim, Papua, Juni 1998.
Atar mendapati sorot mata Ramzi lebih banyak mengisyaratkan rasa bersalah
dari pada amarah, entah sebab apa. Ramzi yang bertubuh gempal meronta
dalam pegangan dua lelaki tinggi besar, seperti juga Atar diperlakukan sama.
Ramzi merasa, pasti Atar ingin menjadi debu saja. Perkelahian ini pasti akan
menjadi aib yang harus ia tanggung.
Atar dan Ramzi masih saling berhadapan. Lima meter dari mereka, beberapa lelaki
dewasa beriring menjauh menggotong Inan. Tangan kukuh Atar beberapa saat
lalu mendarat telak di rahang Inan, membuatnya langsung roboh ke tanah.
Darah segar mengucur dari hidung dan mulut Inan, menunjukkan kondisi pemuda
itu kritis. Orang-orang gugup dan buru-buru melarikannya ke Puskesmas di
kampung lain.
1 √
2. “Kenapa kau dan Inan serang Atar, Ramzi?” Tanya Werfra.
“Atar ganggu Nueva, Bapa Werfra. Saya dan Inan Cuma mau tolong Nueva.”
“Kurang ajar kau, Atar!” teriaknya. “Berani sekali kau ganggu saya punya
adik.”
“Saya punya keluarga percaya dengan kau,” lanjut Safri dengan nada semakin
tinggi. “Kami serahkan hidup Nueva supaya kau jaga dengan baik. Bukan untuk
kau nistakan!”
4-7 √
3. “Jangan larang saya, Bapa. Saya akan kasih atar pelajaran, biar dia ingat punya
marga.”
“Jangan bawa-bawa marga, safri!” Atar murka.
“Kenapa? Kau takut mencoreng nama besar marga Bauw?”
“Diam!” bentak Safri semakin berang. “Jangan harap kau bisa bujuk saya supaya
damai. Kau sudah ganggu Nueva, saya punya adik satu-satunya. Kau harus
7-10 √
129
tanggung jawab di depan Pengadilan Adat!”.
“Dengar, Safri! Teriak Atar di tengah hening itu. “Saya tidak tertarik dengan
kau punya adik. Saya tidak cinta dengan dia.”
4. “Atar harus dibawa ke Pengadilan Adat, Bapa Werfra,” teriak Safri.
“Ya, Bapa. Dia harus diadili secara adat!” sahut Ramzi.
“Baik. Pengadilan adat akan digelar. Sekarang bubar!”
Tak dapat diukur seberapa hancur perasaan Atar, ketika lengannya kembali
dipegangi oleh dua lelaki kekar itu. Sedemikian burukkah ia, sampai-sampai guru
adat yang selama ini menyayanginya, tak mau lagi menyebut namanya.(Han,
2014:12).
12 √
5.
“Bapa Saway suruh saya dengan Ramzi.”
“Inan kau jangan sembarang bicara.”
“Saya bicara benar, Safri. Kalau kau tidak percaya dengan saya, barangkali
Patipi dalam bahaya.”
“Selagi hati kita bersih, Patipi tetap aman, Kawan.”
“Ada yang tidak bersih, Safri. Saya tidak tahu tujuan Bapa Saway, tapi saya berkata
benar, Bapa Saway punya maksud tidak baik dengan Atar.”
Pelan Tadeu mengulurkan selembar amplop lusuh sebelum pergi.
“Nueva titip ini dengan saya, sebelum dia pergi ke Isfahan.”
Ingatannya tentang Nueva adalah perasaan getir yang menusuk-nusuk
perjalanan lima tahunnya, seakan sepasang telapak kakinya ditumbuhi duri-
duri yang berakar di ulu hati. Sakit sekujur tubuh setiap kali melangkah,
dan Atar ingin Nueva tahu bahwa sakit itu untuknya. Tak ada yang lebih
Atar sesali, daripada ucapannya sore itu yang lantang berkata tidak
mencintai Nueva. Meski bibir sang waktu membisikinya bahwa kalimat
itulah yang terbaik. (Dzikry El Han, 2014:356-357).
322-357 √
Keterangan Tahapan Alut atau Plot
6. Tahap situation atau penyituasian
7. Tahap generating circumstances atau pemunculan konflik
8. Tahap rising action atau peningkatan konflik
9. Tahap climax atau klimaks
10. Tahap denouement atau penyelesaian
130
Lampiran 3
Firmat Inventarisasi Data Latar Dalam Novel CPBP Karya Dzikry El Han
No Kutipan Halaman Latar
Tempat Waktu Sosial
1. “Suatu senja di Patipi, Semenanjung Onim, Papua, Juni 1998.
“Atar pukul Inan Sampai roboh, Bapa Werfra!” teriak Ramzi dengan urat-urat
leher menegang dan sorot mata berkilat-kilat. Ia berusaha agar suaranya tidak
kalah dengan dengung orang-orang yang berkerumunan, juga desis angin di
hutan pala.”
1 √
2. “Suatu senja di Patipi, Semenanjung Onim, Papua, Juni 1998.
“Atar pukul Inan Sampai roboh, Bapa Werfra!” teriak Ramzi dengan urat-urat
leher menegang dan sorot mata berkilat-kilat. Ia berusaha agar suaranya tidak
kalah dengan dengung orang-orang yang berkerumunan, juga desis angin di
hutan pala.”
1 √
3. “Ah, kau banyak alasan!” sentak Ramzi. “Bikin apa sore-sore berdua di pinggir
kampung?”
7 √
4. “Dengar!” teriak ramzi, menatap nanar orang-orang yang berkerumunan. “Atar
tidak punya alasan buat membela diri. Saya sumpah lihat Atar ganggu Nueva.
Dia peluk Nueva di dekat pohon pala.”
7 √
5. “Kenapa? Kau takut mencoreng nama besar Marga Bauw?”
“Safri agak gemetar saat meluncurkan kata Marga Bauw. Ia tahu, sejak berabad
lalu, posisi Marga Bauw adalah sebagai imam masjid di Kerajaan Patipi.”
8 √
6. “… Lebih dari itu, Atar menghargai perjodohan yang disiapkan
keluarganya Nueva bersama keluarganya sejak mereka masih kecil, karena
begitulah adatnya. Meski Atar punya rencana membatalkan perjodohan itu, tapi
sungguh bukan begini cara yang ia pikirkan.” (Han, 2014:11).
11 √
7. “Sekilas Atar bertemu pandang dengan Werfra, ketika langkah-langkahnya yang
berat meninggalkan pinggir kampung. Mungkin saja tatapan itu bermakna:
Jangan pernah takut kalau kau tidak bersalah. Tapi bagaimana jika maknanya
13 √
131
adalah: Saya tidak sudi lagi punya murid macam kau. Atar tak bisa memilih
makna tatapan itu. Semua mengabur. Hatinya menjadi sangat sunyi.”
8. “Atar takkan hirau andai mamanya mengetuk pintu kamar yang sengaja ia
kunci, sembari memanggil-manggil namanya. Meski suara perempuan itu ibarat
senandung rindu, yang hingga saat ini belum pernah ditampiknya. Ia juga tak
hirau dengan suara bapaknya, yang serupa sebuah sabda.”
21-22 √
9. “Sebenarnya Atar ingin menyangkal ihwal makhluk gaib itu, dan
menganggapnya tak lebih dari mitologi, seperti yang ia pelajari di sekolah. Tapi
Atar tak bisa ingkar bahwa masyarakat adat Patipi mengalami pertemuan
dengan kegaiban, bukan sekadar memercayainya. Kaborbor adalah salah
satunya. Sekali bertemu dengan makhluk itu, maka ia harus rela
menanggalkan nyawa. Kaborbor adalah makhluk gaib paling sakti, yang bisa
bertukar rupa sekehendak hati, untuk menaklukkan mangsanya. Kaborbor hadir
tanpa membawa tanda. Bahkan orang yang bertemu kaborbor hanya merasa
bertemu kawan, saudara, anak, suami, atau istri.” (Han, 2014:27).
27 √
10. “Kau baik-baik di tempat jauh e. Mama doakan supaya kau beruntung,”
ucap perempuan itu sembari memeluk Atar.
“Terima kasih, Mama.” (Han, 2014:43).
43 √
11. “Pulang?” tanya Atar ragu. Kemana ia harus pulang? Itu persoalan yang belum
terpecahkan hingga saat ini.
“Iya to, pulang. Kau mau tidur di halaman Gedung Auditorium, kah?”
“Tidak, Kaka. Tapi …”
“Saya punya kamar kos cukup buat kita berdua. Ayo! Kau boleh tinggal
sampai kau dapat tempat kos baru.” (Han, 2014:145).
145 √
12. “Tapia pa? bilang saja dengan Kaka.”
“Saya seorang Muslim, Kaka.”
“Seperti mata air Cycloops yang lurus dari ketinggian lima belas meter, kalimat
Atar meluncur begitu saja menembusi ngarai hati Obinus, hingga terasa dingin
dan buncah. Obinus menyembunyikan senyumnya.”
158 √
13. “Atar sering menghabiskan sisa hari setelah kuliah untuk berkeliling Abepura,
Jayapura, bahkan tak jarang sampai pedalaman, untuk mencari rongsokan
besi-besi tua. Satu hal yang paling mungkin ia lakukan saat ini untuk bertahan
hidup.”
185 √
132
14. “Kaka, berhenti!” pekik Syalom. “Ada rezeki besar di seberang sungai itu. Kita
hanya butuh waktu sebentar untuk mengambilnya.”
188 √
15. “Embun dan kabut tipis menyelimuti sudut-sudut Walesi setiap pagi. Dingin
yang basah. Diam-diam ia menghisap habis kehangatan dari wulikin, lubang
perapian di tengah honai, seolah tak ingin menyisakan sedikit pun bagi para
penghuninya.”
217 √
16. “Madrasah Ibtidaiyah Merasugun Asso di ujung barat jalan kampung, hari
ini dihinggapi satu semangat yang nyaris tak tergambarkan. Atar tahu, namanya
menjadi satu kata yang paling banyak disebut oleh semua murid beberapa hari
terakhir ini.”
223 √
17. “Sejenak, Atar dihinggapi ego yang melambung tinggi, sampai-sampai ia ingin
menampar mulut Nara dengan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Ia
merasa, setiap Muslim yang paham hukum halal dan haram takkan terima
Islam disbanding dengan babi, apalagi ditambah dengan satu kata
sakralitas.” (Han, 2014:228).
228 √
18. “Atar bisa membuat satu kesimpulan, bahwa nalar umum kehidupan di Papua
adalah harmoni. Setiap suku punya cara sendiri-sendiri untuk menjaga harmoni
sesuai aturan adatnya. Orang-orang semenanjung Onim memiliki semboyan
yang sudah melekat di kesadaran: satu tungku tiga batu, satu adat tga
agama. Meski memeluk agama yang berbeda, tapi mereka disatukan dan
diteguhkan oleh persaudaraan adat. Sementara orang-orang Walesi memiliki
suatu sumber ikatan yang menyatukan, menguatkan, dan mengilhami kehidupan:
kaneke dan wam” (Han, 2014:230).
230 √
19. “Tapi kenapa taksi kita diincar? Ada kerusuhan lagi, kah, di Jayapura?”
“Ah tidak.”
“Obinus menancap gas sekencag-kencangnya. Taksi melaju dengan kecepatan
maksimal, sampai pepohonan, semak-semak, jajaran perdu, barisan pegunungan,
Danau Sentani dan semua yang dipinggir jalan tampak mengabur.”
282 √
20. “Di ruang tamu kediaman Pastor Abelson sudah berkumpul banyak orang.
Obinus dan Atar ada di antara anggota Lembaga Kajian Ruhani (LKR) dan para
mahasiswa yang tertarik ingin mengikuti proses dialog perdamaian atas
persoalan Atar dan LKR, atau sebenarnya adalah persoalan Atar dan Theo secara
pribadi.”
298 √
133
21. “Hari ini, Patipi akan menerima pengakuan dari anak-anak muda pewarisnya
tentang kebenaran. Mereka akan bersaksi, apakah calon kapitan mereka harus
menerima hukum adat atau sebaliknya.”
328 √
136
Lampiran 4
Data Konflik Tokoh Utama, Penyebab, dan Akibat Konflik dalam Novel CPBP Karya Dzikry El Han Kajian Sosiologi Sastra
No. Peristiwa Konflik Kutipan
Jenis
Konflik
Penyebab
Terjadinya
Konflik
Akibat Konflik
1 2 3 1 2 3 4 5 1 2
a b c a b c d
1. Pertengkaran Atar
dengan Safri.
Perjalanan
cinta Atar
dengan Nueva
“Atar dan Safri berteman baik,
sejak kecil hingga lulus SMA
seminggu yang lalu. Tak pernah
ada perselisihan, apalagi salah
paham di antara mereka. Namun
sore ini berbeda. Semua orang
begitu mudah tersulut amarah.”
(Dzikry El Han, 2014:5)
√
√
√
2. Kekecewaan Safri
dan keluarganya
kepada Atar.
“Saya punya keluarga percaya
dengan kau,” lanjut Safri dengan
nada semakin tinggi. “Kami
serahkan Nueva supaya kau jaga
dengan baik. Bukan untuk kau
nistakan!” (Dzikry El Han, 2014:6)
√ √
√
3. Kemarahan Safri
yang begitu besar
terhadap Atar.
“Diam!” Bentak Safri semakin
berang. “Jangan harap kau bisa
bujuk saya supaya damai. Kau
sudah ganggu Nueva, saya punya
adik satu-satunya. Kau harus
√
√
√
137
tanggung jawab di Pengadilan
Adat!” (Dzikry El Han, 2014:9)
4. Perkelahian Atar
dengan Safri yang
membawa nama
Marga.
“Jangan larang saya, Bapa. Saya
akan kasih Atar pelajaran, biar dia
ingat dia punya marga.” “Jangan
bawa-bawa marga, Safri!” Atar
murka. “Kenapa? Kau takut
mencoreng nama besar Marga
Bauw?” (Dzikry El Han, 2014:7-
8)
√
√
√
5. Hancurnya
hubungan Atar
dengan Nueva.
“Dengar, Safri!” teriak Atar di
tengah hening itu. “Saya tidak
pernah Ganggu Nueva. Saya tidak
tertarik dengan kau punya adik.
Saya tidak cinta dengan dia.”
(Dzikry El Han, 2014:10)
√
√
√
6. Kepergian Atar
karena tidak
sanggup
menghadapi
hukum adat yang
coba dihalangi
oleh Bapa
Baham.
“Tidak usah jemput, Bapa. Saya
akan pergi jauh.” “Bikin
apa lau di tempat jauh. Hidup
tidak enak di sana.”
“Sama saja. Saya di kampung
harus menanggung penderitaan
sumpah adat. Lebih baik
penderitaan itu saya rasakan di
tempat jauh, biar tidak dilihat
orang-orang yang saya kenal.
Mereka tidak perlu tahu saya
menderita akibat sumpah adat.”
(Dzikry El Han, 2014:29-30)
√ √
√
138
7. Perasaan bersalah
Atar terhadap
Nueva.
“Entahlah, Bapa. Saya
memuliakan Nueva, saya sayang
dengan dia. Tapi sekarang saya
justru bersalah dengan dia.”
“Saya akan bawa salah ini sampai
ajal,” kata Atar lirih, seolah ia
diciptakan dari segumpal sesal.”
(Dzikry El Han, 2014:40)
√ √
√
8. Rasa bersalah
Atar yang begitu
dalam kepada
Nueva.
“Saya tidak sanggup bertemu
Nueva, Bapa,” ucap Atar
akhirnya. “Saya tidak sanggup
melihat kesedihan, cinta sekaligus
amarah dari dia punya mata.
Nueva punya beban yang sangat
berat, dan itu sepenuhnya saya
punya salah.” (Dzikry El Han,
2014:42)
√ √
√
9. Kekecewaan
orang tua Atar
terhapatnya
karena tidak bisa
membahagiakan
mereka.
“Umar Bauw merasa bahwa ia
sudah kehilangan putra
sulungnya. Tinggal Atar harapan
satu-satunya sebagai penerus
keturunan. Waktu itu Atar pernah
berjanji untuk tidak
mengecewakan orangtuanya.
Berjanji untuk sebuah bakti. Tapi
apa yang terjadi sekarang? “Saya
justru pergi. Saya sama sekali
tidak berguna.” (Dzikry El Han,
2014:115)
√ √
√
139
10. Perbincangan
Atar dengan
Aitana.
“Seorang gadis adat?” “Ya.”
“Dijodohkan?” “Pada
mulanya.” “Lalu?”
“Apa saya perlu saya bilang
dengan kau, Aitana?”
“Karena saya tidak bisa mengerti
sesuatu yang tidak kau katakan.”
“Atar mendesah. Lidahnya kelu.
Ia tak mungkin bilang perihal
rindunya kepada Nueva.” (Dzikry
El Han, 2014:307)
√ √ √
11. Penyesalan Atar
terhadap dirinya
sendiri karena
menyakiti Nueva.
“Ingatan tentang Nueva adalah
perasaan getir yang menusuk-
nusuk perjalanan lima tahunya,
seakan sepasang telapak kakinya
ditumbuhi duri-duri yang berakar
di ulu hati. Sakit sekujur tubuh
setiap kali melangkah, dan Atar
ingin Nueva tahu bahwa sakit itu
untuknya. Tak ada yang lebih
Atar sesali, dari pada ucapannya
sore itu yang lantang berkata
tidak mencintai Nueva.” (Dzikry
El an, 2014:356-357)
√ √ √
12. Perkelahian Atar
dengan Inan dan
Ramzi.
Terpilihnya
Atar menjadi
calon Kapitan
di kampungnya
“Atar pukul Inan Sampai roboh,
Bapa Werfra!” teriak Ramzi
dengan urat-urat leher menegang
dan sorot mata berkilat-kilat.
Atar mendapati sorot mata Ramzi
lebih banyak mengisyaratkan rasa
bersalah dari pada amarah, entah
√ √ √
140
sebab apa. Ramzi yang bertubuh
gempal meronta dalam pegangan
dua lelaki tinggi besar, seperti
juga Atar diperlakukan sama.
(Dzikry El Han, 2014:1)
13. Atar memukul
Inan samapai
terluka dan
dilarikan ke
puskesmas.
Atar dan Ramzi masih saling
berhadapan. Lima meter dari
mereka, beberapa lelaki dewasa
beriring menjauh menggotong
Inan. Tangan kukuh Atar
beberapa saat lalu mendarat telak
di rahang Inan, membuatnya
langsung roboh ke tanah. Darah
segar mengucur dari hidung dan
mulut Inan, menunjukkan kondisi
pemuda itu kritis. Orang-orang
gugup dan buru-buru
melarikannya ke Puskesmas di
kampung lain. (Dzikry El Han,
2014:4)
√ √ √
14. Jatuhnya nama
baik keluarga
Umar Bauw.
“Nueva menyesalkan semua ini.
Kenapa persoalan Atar semakin
rumit? Hanya dalam empat hari,
keluarga Umar Bauw sudah jatuh.
Apa mungkin ada seseorang yang
mengatur semua ini?” (Dzikry El
Han, 2014:97-98)
√ √ √
15. Ketika Inan
diminta mengatkan hal
“Baik, Bapa. Saya jujur, Kaka
Kiarad yang suruh saya!” (Dzikry El Han, 2014:339)
√ √ √
141
sebenarnya
tentang siapa
yang memintanya
melakukan Fitnah
terhadap Atar.
16. Keberanan
tentang perkataan
Inan sebenarnya
sudah diketahui
Atar mengenai
Kakak Kiarad.
“Biar pun kau punya bualan bisa
kelabuhi semua yang hadir di sini,
saya tidak akan pernah percaya
dengan kau!” kata Atar. Matanya
berkilat-kilat menantang Inan.
Atar punya alasan kuat kenapa
dia menolak pernyataan itu. Atar
mengetahui cerita Kiarad yang
sesungguhnya dari Baham, ketika
Atar mampir ke kediamannya di
Kampung Tetar. (Dzikry El Han,
2014:339)
√ √ √
17. Pengakuan Inan
tentang Atar.
“Atar tidak pernah berbuat salah
dengan kita punya adat. Justru
saya dan Ramzi yang semestinya
dapat hukuman, karena sudah
bikin Atar dan dia punya keluarga
hancur.” (Dzikry El Han,
2014:322)
√ √ √
18. Kejahatan Bapa
Saway yang
dibongkar Inan
kepada Safri.
“Bapa Saway suruh saya dengan
Ramzi.”
“Inan, kau jangan sembarang
bicara.”
“Saya bicara benar, Safri. Kalau
kau tidak percaya dengan saya,
barangkai Patipi dalam bahaya.”
√ √ √
142
“Ada yang tidak bersih, Safri.
Saya tidak tahu tujuan Bapa
Saway, tapi saya berkata benar,
Bapa Saway punya maksud tidak
baik dengan Atar.” (Dzikry El
Han, 2014:323)
19. Ketidak beranian
Inan menolak
perintah Bapa
Saway.
“Saya tidak tahu. Bapa Saway
tidak bicara lain kecuali saya dan
Ramzi harus bikin Atar malu.”
“Kenapa kau mau?”
“Karena saya ditagi utang budi
dengan Bapa Saway punya
keluarga.” (Dzikry El Han,
2014:324)
√ √ √
20. Ketika Bapa
Saway memegang
Kitab Adat.
“Perlahan kedua tangannya mulai
bergerak, begitupun bibirnya,
antara senyum dan tangis. Tapi
sepasang matanya melotot.
Semua yang hadir sulit
menengarai kecamuk perasaan
Saway. Raut wajah itu serupa raut
kemenangan telak dari seorang
culas.” (dzikry El Han, 2014:344-
345)
√ √ √
21. Saway menjadi
kayu karena
mendapatkan
hukuman atas
keculasannya.
“Seorang tetua di sampingnya
menyentuh tangan Saway.
Tangan itu sudah menyerupai
sebatang kayu. Semua yang hadir
saling berbisik, menengarai
kondisi Saway. Tanpa maklumat
resmi, semua sepakat bahwa
Saway terkena tulah dari suatu
√ √ √
143
perbuatan yang pernah
dilakukannya.” (Dzikry El Han,
2014:345)
22. Kemarahan Safri
saat mendengar
penjelasan Ramzi.
Persahabatan
Atar dengan
Safri dan
Obinus
“Dengar!” Teriak Ramzi,
menatap nanar orang-orang yang
berkerumunan. “Atar tidak punya
alasan buat membela diri. Saya
sumpah lihat Atar ganggu Nueva.
Dia peluk Nueva di dekat pohon
pala.”
“Kasih lepas saya!” ronta Safri.
“Saya mau hajar orang munafik
itu. (Dzikry El Han, 2014:7)
√ √ √
23. Penyesalan Safri
terhadap Atar
yang tidak
bersalah.
“Safri merasa sekujur tubuhnya
menyala dikepung bara api.
Betapa inginnya dia membakar
semua orang yang pernah
membuat Atar sengsara. Tapi
sebelum itu, Safri harus
membakar dirinya sendiri.”
(Dzikry El Han, 2014:324)
√ √ √
24. Saat Atar hendak
mencari alasan
untuk tidak ikut
dengan Obinus
untuk
sembahyang di
gereja.
Suara Obinus itu menjadi
semacam terompet Israfil dalam
bayangan Atar, terompet yang
menandai akhir dari siklus
kehidupan di bumi. Atar baru saja
mendapatkan Obinus sebagai
saudara, dan hanya satu-satunya
di jagad Jayapura-Abepura.
Akankah semua berakhir sebab
√ √ √
144
salah komunikasi? Atar sungguh
tak pernah ingin, untuk sekadar
membayangkan hal itu terjadi.
Ah, tiba-tiba Atar punya ide
untuk beralasan sakit, tapi
bukankah itu sangat keliru? Ia
berbohong, dan tampaknya alasan
itu sangat kuno. Atar ingin
menghindarinya. Jika memang
persaudaraannya dengan Obinus
harus renggang, Atar ingin itu
terjadi dengan cara yang
istimewa, di luar kebiasaan, dan
bukan dengan jalan seperti ini.
(Dzikry El Han, 2014:156)
25. Saat Atar
berusaha jujur
kepada Obinus
tentang
Agamanya.
“Kaka, saya harus minta maaf
dengan kaka.”
“Soal”
“Saya tidak jujur dengan kaka
selama ini.”
“Kau sembunyikan apa dari
kaka?”
“Saya tidak bisa ikut kaka
sembahyang ke gereja.”
“Kenapa? Kau sakit, kah?”
“Ah, tidak, kaka. Saya sehat.”
“Baru, kenapa tidak bisa ikut
sembahyang?”
“Kaka sangat baik,” ucap Atar,
lalu jeda lagi. “Saya bangga
dengan Kaka. Saya tidak bisa ikut
√ √ √
145
sembahyang bukan karena saya
tidak hormat dengan Kaka atau
tidak menuruti nasihat Kaka. Tapi
…,” Atar kembali ragu.
“Tapia pa? bilang saja dengan
Kaka.”
“Saya seorang Muslim, Kaka.”
(Dzikry El Han, 2014:157-158)
26. Ketika Atar
berusaha menolak
perasaan Aitana
terhadapnya.
“Atar tak pernah lupa bahwa
Obinus begitu marah padanya
lantaran Aitana menagis. Tapi
itulah yang semestinya terjadi.
Atar tak bisa berpura-pura
mencintai Aitana untuk
membuatnya bahagia. Itu berarti
ia akan melukai Nueva untuk
yang kedua, meski gadis itu tak
pernah tahu apa yang
dilakukannya di tempat jauh. Atar
sudah berjanji, ada atau tidak ada
Nueva, ia akan tetap meneguhkan
cintanya.” (Dzikry El Han,
2014:312)
√ √ √
27. Pembicaraan
Wenand dengan
Obinus mengenai
Atar yang
menyebarkan
pengaruh kepada
Obinus.
“Kami sudah lama mengawasi
kau dengan Atar,” Kata Wenand.
“Kami lihat kalian berdua itu
macam pinang dengan sirih.
Kami cemas kalau kau sampai
terpengaruh dengan Atar. siapa
tahu dia punya maksud
tersembunyi, to? Apalagi akhir-
√ √ √
146
akhir ini Aitana juga punya
gelagat aneh. Dia mencari-cari
Atar macam orang kehilangan
pacar saja.” (Dzikry El Han,
2014:243)
28. Penjelasan
Wenand tentang
pengaruh yang
disebarkan Atar.
“Obi, kau mungkin tidak merasa,
Atar pengaruh kau pelan-pelan
lewat diskusi-diskusi, obrolan,
tulisan, atau apa saja,” Kata
Wenand akhirnya. (Dzikry El
Han, 2014:244)
√ √ √
29. Aitana menolak
cinta Theo.
“Theo mungkin sakit hati dengan
saya dan Atar.” “Sejak semester
dulu, Theo berusaha dekat dengan
saya,” kata Aitana pelan.
“Maksudnya, Theo itu suka
dengan saya.” “Kau
tolak dia?” “Hanya karena
saya tidak bisa jatuh cinta dengan
Theo.” (Dzikry El Han,
2014:257-258)
√ √ √
30. Perasaan malu
Theo karena
melakukan hal
yang tidak
semestinya
kepada Atar.
“Theo merasa ditumbuhi bulu-
bulu di sekujur tubuhnya.
Meremang, dan ada hasrat untuk
menutupi semua bagian yang
mungkin ia tutupi. Ia tahu, itu
adalah perasaan malu yang harus
ditanggung. Cinta telah
membuatnya melakukan berbagai
kegilaan, yang sulit dipercayai
√ √ √
147
oleh nalar.” (Dzikry El Han,
2014:300)
31. Perkelahian Atar
dengan Lembaga
Kajian Ruhani.
“Saya kurang ajar apa?” tanya
Atar. “Kau
sebar-sebar pengaruh dengan
kita.” “Sebar
pengaruh apa?” “Kau sebar
pengaruh supaya kita beralih
mengikuti kau punya keyakinan.”
“Apa buktinya?” “Banyak
bukti,” kata suara berat dari
belakang kerumunan pemuda-
pemuda yang mengepung Atar.”
(Dzikry El Han, 2014:284-285)
√ √ √
32. Penjelasan Atar
tentang tuduhan
Theo terhadapnya
dan LKR
“Apa Kaka Obi sudah berpindah
keyakinan?” tanya Atar tegas.
Obinus menggeleng. “Tidak sama
sekali!” Obinus lalu menatap
Wenand dan Theo bergantian.
“Saya juga ingin tanya, organisasi
mana yang saya khianati?”
Semua saling pandang. (Dzikry
El Han, 2014:290)
√ √ √
33 Perdamainan Atar
dengan Theo,
Wenand, Obinus,
dan LKR.
Di ruang tamu kediaman Pastor
Abelson sudah berkumpul banyak
orang. Obinus dan Atar ada di
antara para tamu, juga The dan
Wenand. Selebihnya adalah
anggota Lembaga Kajian Ruhani
(LKR) dan para mahasiswa yang
√
√
√
148
tertarik ingin mengikuti prosesi
dialog perdamaian atas persoalan
Atar dan LKR, atau sebenarnya
adalah persoalan Atar dan Theo
secara pribadi. (Dzikry El Han,
2014:298)
Keterangan Jenis Konflik:
4. Konflik Inter-individu
5. Konflik Antar individu
6. Konflik Antar kelompok Sosial
Keterangan Penyebab Terjadinya Konflik:
6. Perbedaan Antar anggota Masyarakat
7. Perbedaan Pola Kebudayaan
8. Perbedaan Status Sosial
9. Perbedaan Kepentingan Antar Anggota Masyarakat
10. Terjadinya Perubahan Sosial
Keterangan Akibat Konflik
3. Yang Bersifat Konflik
d. Bertambahnya solidaritas dalam kelompok sendiri;
e. Munculnya pribadi-pribadi yang kuat dalam menghadapi konflik;
f. Munculnya kompromi baru jika pihak yang berkonflik seimbang.
4. Yang Bersifat Destruktif
e. Retaknya persatuan kelompok;
f. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia;
g. Berubahnya sikap dan kepribadian individu;
h. Munculnya dominasi kelompok yang menentang terhadap kelompok yang kalah.
136