Kondiloma Lata

23
BAB I PENDAHULUAN I.1. DEFINISI Kondiloma lata merupakan salah satu manifestasi dari sifilis sekunder yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Manifestasi klinis kondiloma lata berupa papul- papul berwarna putih atau keabuan pada daerah tubuh yang hangat dan lembab. 1 Sifilis sendiri merupakan penyakit menular seksual yang dikenal memiliki presentasi bervariasi dan karena itu dikenal sebagai 'Great Imitator'. Lesi sifilis sekunder yang muncul di daerah mukokutan disebut sebagai kondiloma lata. Umumnya, kondiloma lata berwarna cokelat kemerahan atau ungu, datar dan lembab dan biasanya terdapat di wilayah anogenital. 2 Sifilis sekunder diketahui telah memberikan manifestasi kulit yang bervariasi dari ruam di selaput lendir hingga perubahan pada rambut/kuku. Manifestasi 1

description

Referat

Transcript of Kondiloma Lata

Page 1: Kondiloma Lata

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. DEFINISI

Kondiloma lata merupakan salah satu manifestasi dari sifilis sekunder yang

disebabkan oleh Treponema pallidum. Manifestasi klinis kondiloma lata berupa

papul-papul berwarna putih atau keabuan pada daerah tubuh yang hangat dan

lembab.1

Sifilis sendiri merupakan penyakit menular seksual yang dikenal memiliki

presentasi bervariasi dan karena itu dikenal sebagai 'Great Imitator'. Lesi sifilis

sekunder yang muncul di daerah mukokutan disebut sebagai kondiloma lata.

Umumnya, kondiloma lata berwarna cokelat kemerahan atau ungu, datar dan

lembab dan biasanya terdapat di wilayah anogenital.2

Sifilis sekunder diketahui telah memberikan manifestasi kulit yang

bervariasi dari ruam di selaput lendir hingga perubahan pada rambut/kuku.

Manifestasi umum sifilis sekunder berupa ruam (75-100%), limfadenopati (50-

80%) dan lesi mucocutaneous seperti mukous patch dan kondiloma lata (40-

50%).2

I.2. Epidemiologi

Kondiloma lata telah dilaporkan pada 9-44% kasus sifilis. Kondiloma lata

sering dijumpai pada 35% kasus pasien dengan sifilis sekunder berulang. Pada

daerah oral comisura relative jarang ditemukan, pada daerah genitalia eksterna

1

Page 2: Kondiloma Lata

diagnosis kondiloma lata sering diabaikan karena manifestasi klinis yang muncul

pada kulit tidak khas.2,3

I.3. Etiopatogenesis

Schaudin dan Hoffman pada tahun 1905 berhasil mengidentifikasi

Spirochaeta pallida sebagai bakteri penyebab sifilis. Klasifikasi sangat sulit

dilakukan, karena spesies Treponema tidak dapat dibiakkan in vitro. Sebagai dasar

diferensiasi terdapat 4 spesies yaitu T. pallidum yang menyebabkan sifilis, T.

pertenue, T. endemicum, dan T. carateum.4

Treponema pallidum subspesies pallidum merupakan agen penyebab sifilis.

Organisme tersebut merupakan parasit obligat bagi manusia. Treponema pallidum

berbentuk spiral, Gram negatif dengan panjang antara 6-20 μm dan diameter

antara 0,09-0,18 μm. Treponema pallidum dapat berenang dalam lingkungan

viscous (contohnya rongga mulut, traktus intestinal), tetapi hanya dapat berputar

dalam air karena gesekan minimal. Kontak dengan udara, antiseptik, atau cahaya

matahari akan membunuh mikroba tersebut. Jika diletakkan di luar tubuh dalam

lingkungan gelap dan lembab hanya bertahan tidak lebih dari 2 jam.4

Transmisi seksual dimungkinkan karena inokulasi pada abrasi akibat trauma

seksual yang menyebabkan respons lokal sehingga terjadi erosi, lalu ulkus.

Kejadian tersebut diikuti dengan penyebaran treponema ke kelenjar getah bening

regional dan penyebaran hematogen pada bagian lain tubuh. Hingga kini belum

sepenuhnya dimengerti bagaimana mekanisme kuman menyerang jaringan. 4

Pada sebagian besar stadium sifilis sering ditemukan gambaran vaskulitis

obstruktif pembuluh darah kecil, serta perivascular cuffing dengan sel bulat, sel

2

Page 3: Kondiloma Lata

plasma, dan adanya proliferasi sel endotel. Gangguan vaskularisasi pada lesi turut

berperan dalam mengakibatkan perubahan jaringan. Infiltrat pada lesi sifilis

didominasi oleh limfosit dan makrofag. 4

(3-90 hari) (4-10 minggu)

Gambar. 1 Tahap terjadinya sifilis (dikutip dari kepustakaan 5)

Infeksi sifilis mempunyai beberapa fase penyakit dan dapat dibedakan

menjadi infeksi awal maupun infeksi lanjutan. Infeksi awal bersifat menular

sedangkan infeksi lanjutan tidak menular. Infeksi awal dibedakan menjadi primer,

sekunder dan fase laten awal. Sifilis primer ditandai dengan adanya chancre dan

pembesaran kelenjar getah bening inguinal. Sifilis sekunder muncul 4 sampai 10

minggu setelah sifilis primer dan umumnya ditandai dengan bercak

makulopapular di tangan dan kaki tapi di tahap ini dapat termasuk laringitis,

kondiloma lata, hepatitis, dan meningitis bersamaan dengan manifestasi klinis

lainnya. WHO dan British guideline mengelompokkan fase laten awal dari infeksi

3

InfeksiSifilis Primer Chancre Limfadenopa

ti inguinal

Sifilis Sekunder Kemerahan Laringitis Kondiloma lata Hepatitis Meningitis Limfadenopati Demam ringan

Fase laten awalAsimptomatik (dibawah 2 tahun setelah i nfeksi)

Fase laten akhirAsimptomatis (lebih dari 2 tahun setelah infeksi)

Sifilis Tersier

Guma raksasa

Kardiovaskular

Neurosifilis

Page 4: Kondiloma Lata

sifilis dibawah dua tahun semenjak infeksi, dan ditentukan berdasarkan dari

riwayat penyakit dan hasil dari tes serologi. 5

Infeksi lanjutan merupakan fase laten lanjutan (asimptomatis) dan sifilis

tersier. Sekitar 30-40% kasus dengan sifilis yang tidak diobati akan menunjukkan

tanda dan gejala. Semua pasien yang didiagnosis dengan infeksi sifilis lanjutan

fase laten harus menjalani pemeriksaan penuh untuk mencari manifestasi klinis

dari sifilis tersier. Manifestasi klinis dari sifilis tersier merupakan manifestasi

jangka panjang sifilis dan dapat melibatkan sistem kardiovaskular, dan sistem

saraf. Sifilis kardiovaskular menyebabkan aortitis, regurgitasi aorta atau

aneurisma. Neurosifilis bermanifestasi sebagai meningitis, stroke, kelumpuhan

nervus kranial, myeopathy, kejang atau demensia yang progresif. Infeksi sifilis

lanjutan fase laten di diagnosis berdasarkan tidak adanya neurosifilis dan gejala

lain sifilis tersier. 5

I.4. Prognosis

Pada kondiloma lata (sifilis sekunder), kegagalan terapi sebanyak 5%.

Kambuh klinis umumnya terjadi setahun setelah terapi, berupa lesi menular ada

mulut, tenggorokan dan region perianal.6

4

Page 5: Kondiloma Lata

BAB II

DIAGNOSIS

II.1 Manifestasi klinis

Manifestasi klinik dari kondiloma lata adalah adanya lesi papular sifilis

sekunder yang muncul di daerah tubuh yang lembab, dan merupakan perpaduan

dari berbagai lesi papular yang ada di seluruh tubuh. Lesi kondiloma lata biasanya

berada di daerah lipatan tubuh, misalnya lipatan nasolabial, lipatan dagu, dibawah

dagu, belakang telinga, ketiak, sela jari dan lipatan siku. Lesi sering muncul pada

daerah lipatan payudara, umbilicus, lipatan lutut, sela ibu jari kaki, dan terutama

pada daerah anogenital. Effloresensi kondiloma lata berupa hipertrofi jaringan,

granulomatosa yang banyak, berwarna cokelat kemerahan atau keunguan dengan

puncak datar dan lembab, permukaan dari kondiloma lata bisa halus, menonjol

atau ditutupi dengan vegetasi seperti kembang kol serta lesi yang berisi

treponema.7,8,9

Gambar. 2 Lesi kondiloma lata berwarna abu-abu, lembut dan lembab. Umumnya berada di regio anogenital, namun dapat juga sampai ke mulut, lipatan paha dan sela jari kaki. (Dikutip dari kepustakaan 8)

5

Page 6: Kondiloma Lata

Gambar. 3 Lesi kondiloma lata di daerah perianal dengan papul besar yang menyatu dan lembab, disertai organisme Treponema pallidum di dalamnya (dikutip dari kepustakaan 10).

Gambar . 4 Lesi kondiloma lata pada area lembab, plak datar pada skrotum (dikutip dari kepustakaan 9).

Gambar. 5 Kondiloma lata pada daerah axilla (dikutip dari kepustakaan 7).

Gambar. 6 Kondiloma lata pada daerah labia (dikutip dari kepustakaan 7).

6

Page 7: Kondiloma Lata

Gejala lain yang umum pada tahap ini termasuk demam, sakit

tenggorokan, malaise, penurunan berat badan, sakit kepala, meningismus dan

pembesaran kelenjar getah bening. Manifestasi langka yang terjadi pada sekitar

2% dari pasien sifilis adalah meningitis akut, hepatitis, penyakit ginjal, gastritis

hipertrofik, ulcerative colitis, massa rektosigmoid, arthritis, periostitis, neuritis

optik, keratitis interstisial, iritis dan uveitis.2

II.2 Diagnosis

Diagnosis kondiloma lata ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisis. Pasien kondiloma lata datang dengan keluhan utama benjolan

yang muncul di daerah tubuh yang lembab terutama daerah anal, dari pemeriksaan

fisis didapatkan lesi yang berada di daerah lipatan tubuh dengan efluoresensi

berupa hipertrofi jaringan, granulomatosa yang banyak, berwarna cokelat

kemerahan atau keunguan dengan puncak datar dan lembab, permukaannya bisa

halus, menonjol atau ditutupi dengan vegetasi seperti kembang kol serta lesi yang

berisi treponema.7,8,9

Dari pemeriksaan labratorium didasarkan pada deteksi langsung dari

treponema atau DNA treponema dengan mikroskop atau teknik molekul biologi,

serta berbagai tes serologi yang menilai respon antibodi baik cardiolipin ( tes non

- treponemal ) atau antigen treponema (tes treponema). Diagnosis berbagai tahap

sifilis tergantung pada interpretasi hasil uji laboratorium, tanda dan gejala yang

didapatkan serta riwayat penyakit penderita.11

7

Page 8: Kondiloma Lata

II.3 Histopatologi

Gambaran histopatologi yang didapatkan pada kondiloma lata adalah

proliferasi sel-sel endotel, infiltrat granulomatosa yang terdiri atas epiteloid dan

sel-sel raksasa.6

Gambar. 7 Epidermal hiperplasia, spongiosis, dermal infiltrat. (Pembesaran 10x) (Dikutip dari kepustakaan 2)

Gambar 8. Infiltrat dermal terdiri dari limfosit dan sel plasma (Pembesaran 40x) (Dikutip dari kepustakaan 2).

8

Page 9: Kondiloma Lata

BAB III

PENATALAKSANAAN

Pengobatan pilihan pertama untuk semua manifestasi sifilis adalah

penisilin. Bagi orang-orang yang diketahui memiliki manifestasi alergi terhadap

penisilin, alternatif seperti doksisiklin atau tetrasiklin dapat digunakan. Ruam

akan menghilang pertama setelah pengobatan dan mungkin diperlukan beberapa

bulan untuk kondiloma lata menghilang.2

Regimen tetrasiklin dan sefalosporin, kurang bekerja dengan baik tetapi

dapat menjadi pilihan terapi bagi pasien yang alergi dengan penisilin atau mereka

yang menolak pengobatan parenteral. Eritromisin 500mg selama 2 minggu telah

diteliti dapat menjadi alternative oral atau pasien dengan alergi penisilin.

Pemberian terapi dikaitkan dengan tingkat kegagalan yang tinggi karena tidak

melewati sawar darah otak atau plasenta secara efektif. Azitromisin sebagai dosis

tunggal dapat ditoleransi sebagai pilihan yang efektif, tetapi ditemukan memiliki

tingkat ketahanan 40-90 % di beberapa penelitian. ceftriaxone telah dipelajari

pada penyakit sifilis awal dan melintasi sawar darah otak sehingga dapat berguna

dalam sifilis awal atau neurosifilis. Namun jika pasien dengan alergi penisilin,

10% mungkin bereaksi terhadap sefalosporin. Tetrasiklin lebih banyak diteliti

dari doksisiklin dan beberapa orang menggunakan berdasarkan penelitian yang

dilakukan, tetapi doksisiklin cenderung lebih banyak digunakan karena efek

samping yang kurang terhadap gastrointestinal.5

9

Page 10: Kondiloma Lata

Gambar. 9 Kondiloma lata sebelum pengobatan (dikutip dari kepustakaan 2)

Kondiloma lata setelah pengobatan Benzatin Penisilin selama tiga minggu (dikutip dari kepustakaan 2)

Berdasarkan Central for Diseases Control and Prevention (CDC),

pengobatan untuk sifilis terbagi atas fase-fasenya, yaitu:12

1. Sifilis primer, sekunder dan fase laten awal12

Dewasa : Benzatin Penisilin 2,4 juta unit IM dosis tunggal

Anak/bayi > 1 bulan : 50.000 unit/KgBB IM

Bila setelah follow up dan didapatkan terapi gagal, diberikan kembali terapi

ulang Benzatin Penisilin 2,4 Juta unit IM seminggu sekali selama 3 minggu.

Untuk penderita yang alergi terhadap penisilin dapat diberikan

1. Doksisiklin 100 mg 2 kali sehari selama 14 hari, atau

2. Tetrasiklin 500 mg 4 kali sehari selama 14 hari, atau

10

Page 11: Kondiloma Lata

3. Ceftriaxone 1gr IV atau IM sekali sehari selama 10-14 hari, atau

4. Azithromycin 2gr oral dosis tunggal.

2. Sifilis fase laten akhir dan sifilis tersier12

Dewasa : Benzatin Penisilin 2,4 Juta unit IM per minggu

selama 3 minggu.

Anak/bayi > 1 bulan : 50.000 unit/KgBB IM setiap minggu selama 3

minggu.

Untuk penderita sifilis fase laten akhir yang alergi terhadap penisilin dapat

diberikan:

1. Doksisiklin 100 mg oral dua kali sehari selama 28 hari, atau

2. Tetrasiklin 500 mg oral empat kali sehari selama 28 hari

3. Neurosifilis12

Kristaline Aqueous Penisilin G 18-24 juta unit perhari. (3-4 juta unit IV

setiap 4 jam) selama 10-14 hari. Alternatif lain selain Kristaline Aquos Penisilin

G dapat diberikan:

1. Prokain penisilin 2.4 juta unit IM sekali sehari, dan

2. Probenesid 500 mg oral empat kali sehari. Kedua obat tersebut diberikan

selama 10-14 hari.

Untuk pasien yang alergi penisilin dapat diberikan Ceftriaxone 2gr perhari IM

atau IV selama 10-14 hari.

11

Page 12: Kondiloma Lata

Setelah pengobatan diatas, dapat juga dipertimbangkan untuk diberikan lagi

Benzatin penisilin 2,4 juta unit IM per minggu selama 3 minggu, tergantung

kondisi. 12

12

Page 13: Kondiloma Lata

BAB IV

KESIMPULAN

Kondiloma lata adalah salah satu manifestasi kelainan kulit yang terdapat

pada penyakit sifilis sekunder yang disebabkan oleh Treponema pallidum dan

hanya terdapat pada penyakit sifilis. Kondiloma lata merupakan sekumpulan

papul-papul yang berkelompok dan membentuk benjolan dan bertempat di daerah

tubuh yang hangat dan lembab.

Diagnosis kondiloma lata ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisis. Keluhan utama adalah benjolan yang muncul di daerah tubuh

yang lembab terutama daerah anal, dari pemeriksaan fisis didapatkan lesi yang

berada di daerah lipatan tubuh dengan efluoresensi berupa hipertrofi jaringan,

granulomatosa yang banyak, berwarna cokelat kemerahan atau keunguan dengan

puncak datar dan lembab, permukaannya bisa halus, menonjol atau ditutupi

dengan vegetasi seperti kembang kol dan dari pemeriksaan penunjang

laboratorium didapatkan DNA treponema.

Penatalaksanaan yang diberikan dalam bentuk sistemik sejalan dengan

penatalaksanaan sifilis sekunder itu sendiri. Tidak ada penatalaksanaan topikal

yang diberikan.

13

Page 14: Kondiloma Lata

DAFTAR PUSTAKA

1. Hendra, Minarto. Suling, Pieter L. Codyloma Lata In a 21-year-old male

treated with doksisiklin: a case report. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 6, Nomor

2. 2014. Hal. 131-136

2. Deshpande DJ, Nayak CS, Mishra SN, Dhurat RS. Verrucous condyloma lata

mimicking condyloma acuminata: An unusual presentation. Indian J Sex Trsm

Dis and AIDS. 2009;30:100-2.

3. S. Pavlov, M. Slavova. A case of secondary syphilis with condylomata lata:

location on the oral comissure. Journal of IMAB - Annual Proceedings

(Scientific Papers) - 2004, vol. 10, book 1.

4. Agustina, Fitria. Legiawati, Lili. Sifilis pada infeksi human immunodeficiency

virus. Health Sc J: Indonesia. Departemen IK. Kulit dan Kelamin

FKUI/RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta. 2012.

5. Emerson, Carol R. Syphilis: A Review of the Diagnosis and Treatment. IJID.

2009. 3, 143-147.

6. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi Keenam, Cetakan Kedua.

Badan Penerbit FKUI Jakarta. 2011. Hal : 406-411

7. Fiumara, Nicholas J. Unusual location of condyloma lata : A case report. Br J

Ven Dis. 2009. 53, 391-393

8. Sanchez MR. Section-32 Sexually Transmitted Diseases. Wolf K et all.

Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7theds. Newyork : Megraw-

Hill. 2012. Chapter-200. p; 1955-1961.

14

Page 15: Kondiloma Lata

9. James WD, Berger TG, Elston DM. Section-18 Syphilis, Yaws, bejel and

Pinta. Andrew's disease of the Skin: Clinical Dermatology. 10th ed. Canada:

Elsevier Inc; 2000. p. 350

10. Kinghorn GR. Syphilis and Bacterial Sexually Transmitted Disease In :

Rook’s, Textbook of dermatology, 8th ed. Washington ; Blackwell Scientific

Publications.2010 p; 34.10-34.11

11. Stary, Angelica. Sexually Transmitted Disease In : Bolognia, JL eds.,

Dermatology, 2nd ed. New York ;Elsevier. 2008 p; 1239-1244.

12. CDC: Sexually transmitted diseases treatment guidelines, 2010. MMWR

Recomm Rep 59 (RR-12): p; 1-110.

15