KOMUNIKASI DAN BUDAYAedipri.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/67912...dalam kajian budaya....
Transcript of KOMUNIKASI DAN BUDAYAedipri.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/67912...dalam kajian budaya....
KOMUNIKASI DAN BUDAYA
Part 6
Bahasa DalamKomunikasi Budaya
Pokok Bahasan :
Bahasa dalam Komunikasi Budaya : Perspektif Sosial Science terhadap Bahasa
Perspektif Interpretive terhadap Bahasa
Perspektif Kritis terhadap Bahasa
Bahasa dan Identitas
Bahasa dan Globalisasi
Perspektif Sosial Science terhadap Bahasa
Storey (2003:x) menyebutkan bahwa bahasa merupakan alat danmedium untuk memunculkan arti penting atau signifikansi (significance) atau makna (meaning).
Menginvestigasi budaya berarti mengeksplorasi bagaimana maknadiproduksi secara simbolik di dalam bahasa sebagai sebuah sistem tanda(signifying system).
Pandangan Storey semakin mengukuhkan peran bahasa seperti sudahdikemukakan oleh Bourdieu, Foucault, dan Habermas, maupun olehpara pemikir pasca-modernism yang menempatkan bahasa dalam posisisentral.
Wittgenstein, menyatakan bahwa bahasa bukanlah sebuahkehadiran metafisik, tetapi sebuah alat yang digunakan manusiauntuk mengkoordinasikan tindakan-tindakannya dalam kontekshubungan sosial (Storey, 2003:ix).
Bahasa memiliki fungsi yang penting dalammenyampaikan maksud atau pesan komunikasi.
Melalui Bahasa maka makna dalam pesan dapatdipahami dengan tepat oleh komunikator.
Perspektif ilmu sosial memandang bahwa semua halyang berkaitan dengan aktifitas manusia dapatdijelaskan dengan menggunakan Bahasa.
Bagaimanaperspektif
kita pada halini?
OTT
TahananKPK
Keluarganya?
Kajian budaya menyatakan bahwa bahasa bukanlah media netral bagipembentukan makna dan pengetahuan tentang dunia objek independen yang ada di luar bahasa.
Bahasa merupakan bagian utama dari makna dan pengetahuan tersebut. Bahasa memberikan makna pada objek material dan praktik social.
Proses-proses produksi makna merupakan praktik pemaknaan dan memahamikebudayaan. …….dengan menggunakan Bahasa.
Bahasa membantu kita memahami realitas social di masyarakat.
Bahasa juga dapat menjelaskan realitas social di masyarakat untuk dapatdipahami oleh orang lain.
Realitas : Korupsi ???
Perspektif Interpretive terhadap Bahasa
Paradigma interpretif sebagai salah satu paradigm dalam riset non positivistic memiliki karakter sebagaimana paradigm non positivistic lainnya.
Pendekatan lebih menekankan pada makna atau intrepretasiterhadap symbol.
Perspektif interpretif mencari sebuah pemahaman bagaimana kitamembentuk dunia pemaknaan melalui interaksi dan bagaimana kitaberprilaku terhadap dunia yang kita bentuk itu.
Pandangan dasar Perspektif Interpretif :(a) Fenomenologi
(b) Hermeunetika
(c) Interaksionis simbolik
Kajian Fenomenologiadalah kajian pemaknaan berdasaran pengalamanyang ada dalam kehidupan sehari-hari (pengalamanyang dihidupkan).Fenomenologi melihat objek dari ilmu-ilmu sosialmeliputi segala sesuatu yang termasuk kedalamtindakan sosial manusia : percakapan, ungkapan, pikiran, perasaan, keinginan, maupun endapan-endapannya seperti teks, tradisi, karya seni, barangkebudayaan,dll.
Kajian Hermeuneutika
Adalah kajian yang menunjukkan padainterpretasi tekstual.
Hermeneutika menegaskan bahwa fenomenakhas manusia adalah bahasa, karenamerupakan objektiviasi dari kesadaranmanusia akan kenyataan (lahir dan batin).
Hermeuneutika berkonsentrasi pada masalahyang muncul dari interpretasi tekstual(menguak makna tekstual).
Ada kepentingan yang kemudian muncul, yaitu kepentingan pemilik teks
Kajian Interaksionis SimbolikBerorientasi pada prinsip bahwa orang meresponmakna yang mereka bangun sejauh mereka satusama lain saling memahami. Setiap individumerupakan agen aktif dalam dunia sosial, yang tentu saja dipengaruhi oleh budaya danorganisasi sosial, bahkan ia juga menjadiinstrumen penting dalam produksi budaya, masyarakat dan hubungan yang bermakna yang mempengaruhi mereka.
Romi TV
Perspektif Kritis Terhadap Bahasa
Paradigma kritismerupakan jawaban atas perspektif interpretif yang dianggap hanyamenafsirkan dan memahami. Paradigma kritis melakukan pembebasan (to emancipate) dan perubahan (to transform).
Paradigma kritis tugas ilmu sosial adalah justru melakukan penyadaran kritismasyarakat terhadap sistem dan struktur sosial yang cenderung“mendehumanisasi” atau membunuh nilai-nilai kemanusiaan (Fakih, 2001: 7). Gramsci menyebut proses penyadaran ini sebagai counter hegemony.
Paradigma kritis menyadarkan masyarakat bahwa yang ada dihadapan kitaharus kita pahami secara lebih mendalam, sehingga mengetahui realitas itusecara benar.
Analisis wacana publik merupakan sebuah analisis yang dirancang untuk (1) memperoleh atau menemukan ideologi yang dikodekan secara implisit di belakang proposisi yang jelas (overt propositions) dan (2) mengamati ideologisecara khusus dalam konteks pembentukan sosial (Fowler, 1996:3)
Kajian bahasa sudah seharusnya menempatkan dimensikritis untuk menerjemahkan apa yang dikehendakidalam kajian budaya. Kajian bahasa harus lebihmenjawab pertanyaan mengapa sebuah bentuk danmakna dipilih dalam komunikasi.
Linguistik dalam perspektif kajian budaya bertujuanmengungkap relasi kuasa tersembunyi dan proses-proses ideologis.
Bahasa dan Identitas
Bahasa tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi dan bekerja sama, tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk mengidentitikasikan diri suatukelompok sosial.
Melalui bahasa dapat diketahui identitas individu atau kelompok sosial. Olehkarena keberadaan bahasa dalam suatu komunitas sangat penting, sehinggaia dijadikan sebagai salah satu unsur kebudayaan (Koentjaraningrat, 1974).
Sebagai unsur suatu budaya, bahasa mempunyai hubungan erat denganidentitas suatu budaya.
Bahasa dapat digunakan untuk mengidentifikasi atau menunjukkanidentitas personal seseorang, karena ketika seseorang berbicara dapat diketahuijenis kelamin, usia (anak-anak, dewasa atau orang lanjut usia), dan siapakahindividu tersebut. Hal ini disebabkan ofeh setiap individu mempunyai ciri khastertentu ketika berbicara.
Sebagai identitas sosial, bahasa dapat digunakan untuk menunjukkankelas sosial seseorang. Seseorang yang berasal dari kelas sosial rendahmempunyai gaya berbahasa yang berbeda dari orang yang berasal darikelas sosial lebih tinggi. Gaya berbahasa orang yang terdidik juga berbedadari gaya berbahasa orang yang kurang terdidik. Hal ini menjelaskanbahwa dalam suatu komunitas terdapat suatu variasi bahasa antaraindividu yang berstatus sosial rendah dan yang berstatus sosial lebih tinggi.
Bahasa juga dapat digunakan sebagai identitas regional. Masyarakat daritempat yang berbeda biasanya berbicara dalam aksen yang berbeda, sekalipun mereka menggunakan bahasa yang sama. Variasi bahasa yang muncul karena perbedaan tempat atau wilayah disebut dengan dialekregional (Wardhaugh, 1988: 40). Contoh yang sering ditemui adalah perbedaanbahasa Jawa yang digunakan oleh penutur bahasa Jawa dari wilayahBanyumas dan wilayah di luar Banyumas.
Pada batas wilayah yang lebih besar, bahasa dapat digunakan sebagaiidentitas nasional.
Bahasa nasional digunakan sebagai simbol persatuan bangsa. Bahasa nasionalberfungsi sebagai alat identitas bangsa dan alat pemersatu masyarakat(Holmes, 2001: 97).
Penggunaan bahasa sebagai identitas nasional erat hubungannya dengan politiksuatu negara.
Sebagai contoh adalah bahasa nasional Malaysia, yaitu bahasa Melayu dan bahasaIndonesia. Pada dasarnya kedua bahasa tersebut bukanlah bahasa yang berbeda, salah satunya hanya merupakan variasi dari bahasa lainnya. Akan tetapi, karenaadanya perbedaan wilayah dan politik, yaitu bahwa Malaysia dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda, maka kedua bahasa tersebut kemudianmenjadi dua bahasa yang berbeda.
Sebagai indentitas etnis, bahasa dapat digunakan untuk menunjukkanetnis atau keanggotaan seseorang atau suatu kelompok dalam suatu sukubangsa tertentu.
Di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa antara lain Jawa, Sunda, Madura, Bugis, dan Batak. Masing-masing suku bangsa tersebutmempunyai bahasa yang menjadi ciri khas mereka.
Suku Sunda, Jawa, dan Madura meskipun berada dalam satu pulau, tetapi karena bahasanya berbeda maka disebut sebagai suku-suku yang berbeda.
Bahasa dan Globalisasi
Globalisasi mempengaruhi penggunaan Bahasa dalam masyarakat. Bahasa Indonesia tidak diterapkan dengan benar sesuai dengan kaidah dan
tata Bahasa Indonesia. Munculnya istilah-istilah baru terkait dengan teknologi, yang belum
sepenuhnya di sesuaikan dalam Bahasa Indonesia baku, membuat masyarakatmenggunakan secara langsung kata-kata asing atau teknologi dalamkehidupan sehari-hari.
Dorongan teknologi yang cepat juga mendorong masyarakat menggunakanBahasa dan kata yang singkat dalam berkomunikasi.
Anjuran untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar seolah-olah hanyabersifat sloganistis, tanpa tindakan nyata dari penuturnya (Sawali Tuhusetya, 2007)
Konsistensi bahasa Indonesia merupakan jati diri bangsa Indonesia karenamemegang peranan penting dalam membangun masyarakat Indonesia seutuhnya. Oleh sebab itu, peningkatan pendidikan bahasa Indonesia dimulaidari sekolah-sekolah dasar perlu dilakukan, baik peningkatan kemampuananak didiknya, maupun para pengajarnya.
Kita harus mempertahankan Bahasa Indonesia sebagai identitas kita tetapmenjadi identitas nasional
Simpulan
Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling efektif, merupakan alat untukmenyampaikan pesan satu bangsa ke bangsa lain.
Bahasa yang merupakan identitas nasional, harus mempu mendiskripsikanidentitas bangsa secara benar kepada bangsa lain.
Melalui Bahasa maka diharapkan antara satu bangsa dengan bangsa lain dapat saling memahami budaya masing-masing, sehingga akan terwujud satukomunitas dunia yang kuat.