KOMKEP

30
AGUS TRIANTO P27220011 159 AMALIA NURIL A P27220011 161 DESY INDAH R P27220011 169 FIRDA RATMA P P27220011 172 RENSA MAULANA A P27220011 191 WUNGU MUSTIKA JINGGA P27220011 204 Prodi DIII Berlanjut DIV Keperawatan Medikal Bed POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2011/2012

Transcript of KOMKEP

AGUS TRIANTO AMALIA NURIL A DESY INDAH R FIRDA RATMA P RENSA MAULANA A WUNGU MUSTIKA JINGGA

P27220011 P27220011 P27220011 P27220011 P27220011 P27220011

159 161 169 172 191 204

Prodi DIII Berlanjut DIV Keperawatan Medikal Bedah

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2011/2012

Komunikasi terapeutik komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Komunikasi terapeutik komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994).

JENIS KOMUNIKASI TERAPEUTIK1.

Komunikasi Verbal Pembicaraan dengan tatap muka Lebih akurat dan tepat waktu Memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.

Komunikasi Verbal yang efektif harus: 1) Jelas dan ringkas 2) Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami) 3) Arti denotatif dan konotatif 4) Selaan dan kesempatan berbicara 5) Waktu dan Relevansi 6) Humor

2.

Komunikasi Tertulis

Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :

1) Lengkap 2) Ringkas 3) Pertimbangan 4) Konkrit 5) Jelas 6) Sopan 7) Benar

Fungsi komunikasi tertulis adalah:

1) Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi. 2) Alat pengingat/berpikir, misalnya surat yang telah diarsipkan. 3) Dokumentasi historis. 4) Jaminan keamanan. 5) Pedoman atau dasar bertindak.

3.

Komunikasi Non Verbal

Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.

Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:

1) Kinesik

Bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh.Antara individu dengan objek. Ex : menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit. Penggunaan suara

2) Proksemik 3) Haptik tidak ada lagi jarak di antara dua orang waktu berkomunikasi

4) Paralinguistik

5) Artifak benda material 6) Logo dan Warna 7) Tampilan Fisik Tubuh

FASE KOMUNIKASI TERAPEUTIK1.

Fase Preinteraksi Masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien.

Tugas perawat pada fase ini yaitu : Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana interaksi Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di implementasikan saat bertemu dengan klien.

2.

Orientasi (Orientation) Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan oleh lima kegiatan pokok yaitu :testing, building trust, identification of problems and goals, clarification of roles contract formation.

3.

Kerja (Working) Pada fase ini perawat dituntut untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang menghambat pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu : Menyatukan

proses komunikasi dengan tindakan perawatan Membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan.

4.

Penyelesaian (Termination) Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 61)

SIKAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Hubungan P-K yang terapeutik

Proses :Belajar dan pengalaman bersama P-K Alat : - Diri perawat - Teknik pendekatan

Tujuan : Untuk perkembangan klien kesadaran, peneriman, penghargaan diri pengertian integritas dan identitas Mampu membina hubungan intim, interdependen, menerima/memberi kasih sayang fungsi dan kemampuan memenuhi kebutuhan, tujuan dan pemecahan masalah

2.

SIKAP PSIKO SOSIALa)

DIMENSI RESPON

IKHLAS : Terbuka, jujur, tulus, aktif MENGHARGAI : - Mengkritik, ejek, hina, sepele - Minta maaf, siap selalu EMPATI : Hangat, berminat, pemecahan masalah KONKRIT : Penjelasan ( akurat dan jelas )

b)

DIMENSI TINDAKAN

KONFRONTASI ( Ketidaksesuaian ) Konsep diri & ideal diri Verbal & perilaku Pengalaman klien & perawat SEGERA Fokus pada saat ini Sensitif & ingin segera membantu TERBUKA : Pengalaman untuk terapi EMOTIONAL CATHARSIS BERMAIN PERAN

1.

Pertanyaan Terbuka ( Broad Opening ) ex : - Apa yang saudara pikirkan? - Apa yang akan kita bicarakan hari ini? Mendorong dan menguatkan dengan cara listening Mengulang ( Restarting )

2.

Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan Mengulang sebagian Guna : - Indikasi mengikuti - menguatkan ungkapan klien

3.

Klarifikasi Dilakukan bila : perawat ragu, tidak jelas, tak dengar, klien malu, bicara tidak lengkap dan loncat-loncat. ex : Dapatkah anda jelaskan kembali tentang ..?Refleksio

4.

Refleksi isio

Validasi apa yang didengar Klarifikasi ide yang diekspresikan K, memvalidasi pengertian P-K

o o

Refleksi perasaanRespon pada K terhadap isi Agar K tahu & menerima perasaannya

5.

Memfokuskan

Membantu K bicara pada topik yang penting Menjaga pembicaraan sesuai tujuan Spesifik, jelas, fokus pada realitas

6.

Membagi persepsi

Meminta pendapat K terhadap yang P fikir & rasa Cara untuk feed back & memberi informasi

7.

Identifikasi Theme

Latar belakang / masalah yang dialami K, yang muncul selama percakapanEx : saya lihat dari semua hubungan yang anda jelaskan, anda telah disakiti. Apakah ini latar belakang masalahnya?

8.

Diam

Tetap mendengar, beri dukungan, pengertian & penerimaan, beri kesempatan berfikir, motivasi K bicara

9.

Informing

Beri informasi / fakta untuk penkes

10.

SaranBeri alternatif ide untuk pemecahan masalah Tepat pada fase kerja

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NURISI PADTA GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DAN ENDOKRIN (DM)

adalah merupakan suatu penyakit herediter dan kumpulan gejala yang timbul pada diri seseorang yang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.Diabetes melitus ini diagnosanya didirikan awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas yang terdapat pada pasien yang menderita DM ini yang berupa polifagia (banyak makan), poluria (banyak kencing), polidipsia, lemas, dan berat badan turun. Gejala lain yang seringkali dikeluhkan penderita Diabetes Melitus adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita

1.

Pengkajian Pra Interaksi : identifikasi data awal Orientasi : salam, perkenalan Kerja : riwayat, keluhan, tindakan dasar (building trust) Terminasi : kontrak, tindak lanjut Diagnosa Pra Interaksi : persiapan brdskn dx Kerja : kesesuaian keluhan dg dx Terminasi : rencana intervensi dr dx Intervensi Pra Interaksi : persiapan kolaborasi Orientasi : perkenalan tim kolaborasi Kerja : tindakan kolaborasi (obat, makanan, kerjasama ps) Terminasi : rencana implementasi

2.

3.

4.

Implementasi

Pra Interaksi : persiapan tindakan Orientasi : kesedian ps, kerjasama ps Kerja : tindakan (infus, blood catheter, NGT,.), motivasi

5.

Evaluasi

Pra Interaksi : kriteria hasil Orientasi : keadaan ps, perasaan saat ini Kerja : berdsrkan kriteria hasil Terminasi

ROLE PLAY PADA KASUS DM

Pasien X berumur 45 tahun adalah seorang petani dan berpendidikan tamatan SD dengan diagnosa medis Diabetes mellitus. Pasien menderita kencing manis diketahui sejak 1 tahun yang lalu dan biasa berobat di Puskesmas. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan tekanan darah 130/90, nadi 82x/menit, suhu 36oC, respirasi 23x/menit. Pasien sering kencing sehari > 10x, pola makan tidak teratur, dan kondisi rambut pasien mudah rontok. Pasien mengeluh lemas, pusing, sering haus,kesemutan, kulit terasa panas,cepat lelah, dan kram.

Diagnosa yang muncul: 1. Kekurangan cairan berhubungan dengan diuresis osmotik 2. Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan pengaturan pola makan dan ketidakcukupan insulin

DIALOG 1Perawat 1dan 2: (mengetuk pintu) Selamat pagi ibu Keluarga pasien: pagi mbak, ini mbak kulo lemes, mumet, gringgingen, lan kerep ketoyan, niki sampun nate dirawat ten puskesmas lan di diagnosis dokter, ngendikane kenging diabetes mellitus Perawat1: oooo iya... saya periksa dulu tekanan darahnya. Ini ibunya perlu dilakukan pemasangan infus untuk memenuhi kebutuhan cairan(disisi lain Perawat 2 melakukan pengkajian data sekunder dari keluarga pasien yaitu kakak pasien)

perawat2:Yang dirasakan kakak ibu sekarang bagaimana? Keluarga pasien: mbak kula kerep kerasa ngelak, luwe, ketoyan, lan bobote inggih mudhun derastis mbak, ndisik 58 saiki 39, rambute yo rontok mawon mbak. Perawat: apa ada riwayat penyakit keturunan dari keluarga ? Keluarga pasien: mbiyen suwargi ibu kula, inggih ngalami diabetes mbak. Perawat: bagaimana kebiasaan makannya Bu?

Keluarga pasien: mbakyu kula niku angel dahar sus, senenge dahar sing legi-legi.Dikandani ngenyel, malah jajan sak karepe dewe.Dahare ora teratur, ndisik lemu saiki kuru. Perawat1 : oooo... begitu. Ya sudah ini kami sudah selese. kami keluar dulu, apabila membutuhkan bantuan kami, ibu bisa pencet tombol ini.Terimakasih semoga lekas sembuh ibu.

DIALOG 2

Perawat 2: selamat siang ibu, bagaimana keadaannya ibu, sudah mendingan? Pasien: sampun lumayan kepenak mbak, ning rasanepun tasih mumet lan lemes. Perawat 2:Ya sudah, sekarang makan dulu ya bu? Keluarga : pundi sus, kula dulange Pasien: niki panganan opo... Ora enek rasane, emoh aku. Aku njaluk roti wae sing legi, roti coklek kae loh...

Perawat: begini ibu, gula darah ibu tinggi, supaya normal, ibu harus mengurangi makanan yang manis-manis dan menjaga pola makan ibu Keluarga : la kedhahe peripun. Perawat : begini, yang penting makanan yang mengandung gula dikurangi dianjurkan makan sayuran spt timun,wortel,seledri,dan buah-buahan, misalnya apel dan jambu. Bawang merah dan bawang putih juga bisa mengurangi kadar gula dalam darah. Lebih baik lagi nasinya diganti nasi merah. Keluarga: oleh mangan iwak ora mbak?

Perawat : boleh bu, tapi sedikit saja,dikontrol bu untuk asupan nabati diperoleh dari tahu dan tempe.untuk menu dietnya bisa di konsultasikan dengan ahli gizi dan dokter Keluarga : ouh..mengaten inggih mbak. Matur nuwun.iku mbak dirungokne dawuhe mb suster. Pasien: njih mb suster matursuwun,,,,, Perawat : sama- sama ibu, nanti jika butuh apa-apa ibu bisa panggil saya diruangan atau pencet tombol yang ada disamping tempat tidur. selamat beristirahat dan semoga lekas sembuh,nanti sekitar 2 jam lagi saya kesini untuk mengontrol dan memberikan obat,,,,,,,,,.

kesimpulan

Komunikasi Terapuetik pada pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan sistem pencernaan dan endokrin yaitu kasus DM memerlukan komunikasi yang efektif didampingi dengan penyuluhan secara berkala dan pemantauan khusus mengenai program diet yang dikolaborasikan dengan ahli gizi atau dokter.

SEKIAN DAN TERIMAKASIH