Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh...

75
USULAN PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN TINGGI TIM PENGUSUL Nuryanto, S.Pd., M.T./NIDN: 001305767 (Ketua) Drs. Dadang Ahdiat, M.S.A./NIDN: 0011045303 (Anggota 1) Drs. Rd. Irawan Surasetja, M.T./NIDN: 0005026004 (Anggota 2) UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Juli, 2017 Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** : Sosial Humaniora, Seni Budaya, Pendidikan Penelitian Lapangan Dalam Negeri JUDUL PENELITIAN KAJIAN PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA: KEARIFAN LOKAL RUMAH PANGGUNG ARSITEKTUR SUNDA SEBAGAI MODEL DESAIN RUMAH RAMAH BANJIR DI JAWA BARAT (Studi Kasus: Kampung Cieunteung-Baleendah, Kab. Bandung)

Transcript of Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh...

Page 1: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

USULAN

PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

TIM PENGUSUL

Nuryanto, S.Pd., M.T./NIDN: 001305767 (Ketua)

Drs. Dadang Ahdiat, M.S.A./NIDN: 0011045303 (Anggota 1)

Drs. Rd. Irawan Surasetja, M.T./NIDN: 0005026004 (Anggota 2)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Juli, 2017

Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur

Bidang Fokus** : Sosial Humaniora, Seni Budaya,

Pendidikan Penelitian Lapangan

Dalam Negeri

JUDUL PENELITIAN

KAJIAN PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA:

KEARIFAN LOKAL RUMAH PANGGUNG ARSITEKTUR SUNDA

SEBAGAI MODEL DESAIN RUMAH RAMAH BANJIR DI JAWA BARAT

(Studi Kasus: Kampung Cieunteung-Baleendah, Kab. Bandung)

Page 2: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik
Page 3: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1. Judul Penelitian : Kajian Pembangunan Sosial Budaya:

Kearifan Lokal Rumah Panggung Arsitektur Sunda sebagai

Model Desain Rumah Ramah Banjir di Jawa Barat

(Studi Kasus: Kampung Cieunteung-Baleendah, Kab. Bandung)

2. Tim Peneliti :

No. Nama Jabatan Bidang Keahlian Instansi

Asal

Alokasi

Waktu

(jam/minggu)

1. Nuryanto, S.Pd.,

M.T.

Ketua Arsitektur Vernakular Sunda

(Tradisional Sunda)

Konservasi Arsitektur

Arsitektur Wisata

Universitas

Pendidikan

Indonesia

18 jam

/minggu

2. Drs. Dadang

Ahdiat, M.S.A.

Anggota

ke-1

Perancangan Arsitektur

Perancangan Tapak

Teknologi Bangunan

Universitas

Pendidikan

Indonesia

12 jam

/minggu

3. Drs. Rd. Irawan

Surasetja, M.T.

Anggota

ke-2

Struktur dan Konstruksi

Material Bangunan

Rencana Anggaran Biaya

Universitas

Pendidikan

Indonesia

12 jam

/minggu

3. Objek Penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian)

Objek penelitian yang akan diteliti adalah fokus pada rumah panggung pada Arsitektur

Sunda yang dapat dimanfaatkan, baik bentuk, struktur, konstruksi, maupun

materialnya sebagai model desain rumah tinggal yang ramah terhadap bencana banjir.

4. Masa Pelaksanaan

Mulai : 2018

Berakhir : 2019

5. Usulan Biaya DRPM Ditjen Penguatan Risbang

Tahun ke-1 : Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah)

Tahun ke-2 : Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah)

Tahun ke-3 : -

6. Lokasi Penelitian (lab/studio/lapangan)

Penelitian ini bersifat studi kasus, yaitu di Kampung Cieunteung Kecamatan

baleendah Kabupaten Bandung bagian Selatan Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini

bersifat lapangan, data seluruhnya dikumpulkan melalui proses penelusuran selama

lokasi. Sedangkan studi banding Arsitektur Sunda yang diteliti yaitu: Kampung Baduy

di Lebak-Banten, dan Kampung Naga di Tasikmalaya untuk mendapatkan nilai-nilai

kearifan lokal (local wisdom) berupa rumah panggung sebagai potensi untuk

dikembangkan menjadi model rumah ramah banjir.

7. Instansi lain yang terlibat

Instansi lain yang terlibat yaitu: Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya,

BNPB/BNPBD (Badan Nasional Penanggulangan Bencana/Daerah), serta Dinas

Pariwisata Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bandung sebagai lokasi penelitian.

8. Temuan yang ditargetkan

Page 4: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

Penelitian ini memiliki target temuan dalam bentuk desain rumah yang ramah terhadap

bahaya bencana banjir, khususnya bagi masyarakat Kampung Cieunteung di

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, umumnya bagi masyarakat luas di Jawa

Barat sekaligus untuk dijadikan model atau prototype rumah ramah banjir untuk

diterapkan pada daerah-daerah rawan bencana banjir yang ada di seluruh wilayah

Provinsi Jawa Barat.

9. Konstribusi mendasar pada suatu bidang ilmu

Hasil penelitian ini dapat diterapkan pada beberapa disiplin ilmu, yaitu pada Teknik

Arsitektur yang didalamnya meliputi bentuk (form) dan estetika (aesthetic) serta

disiplin ilmu Teknik Sipil yang khusus membidangi tentang sistem kekuatan struktur

(structure) dan konstruksi (construction), serta material yang digunakan. Selain itu,

hasil penelitian ini juga memberikan kontribusi terhadap disiplin ilmu lain yang

berhubungan dengan humaniora, dan sosial-budaya, seperti Antropologi dan

Sosiologi, karena kedua disiplin ilmu tersebut juga sangat beririsan dengan Arsitektur

yang didalamnya mempelajari perilaku manusia dalam hubungan sosial (social),

budaya (culture), dan tradisi (tradition) dalam kehidupan bermasyarakat.

10. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran

Penelitian ini akan menghasilkan artikel yang akan dipublikasikan pada jurnal ilmiah

Arsitektur TESA Universitas Katholik Soegijapranata Yogyakarta yang terakreditasi

nasional. Selain itu, terdapat jurnal ilmiah Arsitektur yang dijadikan alternatif lain

untuk mempublikasikannya, seperti Jurnal Arsitektur RUANG Universitas Udayana-

Bali.

11. Rencana luaran HKI, buku, purwarupa atau luaran lainnya yang ditargetkan, tahun

rencana perolehan atau penyelesaiannya

Hasil penelitian ini memiliki peluang yang sangat besar untuk didaftarkan

mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) berupa paten untuk model desain

rumah yang ramah terhadap bencana banjir (prototype patent). Hasil penelitian juga

dapat disarikan/dimasukkan ke dalam konten buku ajar pada matakuliah Arsitektur

Nusantara, Arsitektur Wisata, dan Arsitektur Vernakular pada Program Studi Teknik

Arsitektur (S1) dan Program Studi Pendidikan Teknik Arsitektur (S1) khususnya pada

Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia

untuk pembelajaran mahasiswa tentang kearifan lokal (local wisdom/local genius).

Rencana-rencana luaran tersebut akan diupayakan segera diusulkan dan diharapkan

selesai pada tahun 2019.

Page 5: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... 1

IDENTITAS DAN URAIAN UMUM...................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3

RINGKASAN............................................................................................................ 4

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang...................................................................................... 5

2. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................... 6

3. Asumsi................................................................................................. 6

4. Tujuan Penelitian................................................................................ 7

5. Manfaat Penelitian.............................................................................. 7

6. Hasil Penelitian yang dijanjikan.......................................................... 8

7. Urgensi Penelitian............................................................................... 8

BAB 2 RENSTRA DAN PETA JALAN PENELITIANPERGURUAN

TINGGI

1. Renstra Universitas Pendidikan Indonesia 2016-2020....................... 9

2. Peta Jalan Penelitian Bidang Unggulan.............................................. 11

3. Luaran Penelitian yang terkait dengan yang diusulkan...................... 14

4. Sinergi antara Kelompok Penelitian................................................... 17

5. Pentingnya Riset yang diusulkan dalam mendukung Renstra........... 20

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Banjir serta Komponennya................................................. 22

2. Pengertian Sungai serta Komponennya................................................ 24

3. Arsitektur Tradisional Sunda............................................................... 27

4. Studi Banding Kampung Naga-Tasikmalaya....................................... 29

5. Studi Banding Kampung Baduy-Banten............................................. 32

6. Nilai-nilai Arsitektur Tradisional Sunda............................................. 35

a. Kampung Naga-Tasikmalaya...................................................... 37

b. Kampung Baduy-Lebak, Banten................................................. 39

BAB 4 METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian.......................................................................... 41

2. Desain dan Kerangka Penelitian........................................................... 43

3. Lokasi, Subjek dan Objek Penelitian.................................................... 45

4. Prosedur Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data..................... 47

BAB 5 BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

1. Anggaran Biaya.................................................................................... 49

2. Jadwal Penelitian.................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN 73

Page 6: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

RINGKASAN

Program mitigasi bencana (disaster mitigation) telah ditetapkan oleh Pemerintah

Indonesia sebagai Rencana Strategi Nasional pada Kabinet Presiden Joko Widodo, salah

satunya adalah banjir yang menjadi fenomena dan isu nasional di seluruh Indonesia.

Provinsi yang rawan banjir antara lain adalah Jawa Barat, bahkan beberapa daerahnya

termasuk ke dalam wilayah darurat banjir, antara lain Kabupaten Bandung bagian Selatan

tepatnya di Kampung Cieunteung Kecamatan Baleendah sebagai salah satu daerah

‘langganan’ banjir setiap tahunnya. Banjir terparah di daerah tersebut terjadi pada tahun

2015 dengan ketinggian air mencapai 120 cm, bahkan hampir melibihi ketinggian

manusia. Banyak rumah-rumah yang terendam dan hancur akibat banjir. Sampai saat ini

belum pernah ada rumah yang didesain dengan konsep ramah banjir, yang mampu

mengantisipasi agar air tidak merendam bagian inti rumah. Padahal Jawa Barat sangat

kaya dengan kearifan lokal salah satunya adalah teknologi lokal Arsitektur Sunda rumah

panggung yang dapat digali dan dikembangkan menjadi model rumah yang ramah

terhadap banjir. Teknologi lokal dan kearifan lokal ini memiliki nilai-nilai arsitektural

sangat kaya dan unik, dan belum diteliti seluruhnya oleh pemda Jawa Barat. Hal inilah

yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian tentang “Kajian Pembangunan Sosial

Budaya: Kearifan Lokal Rumah Panggung Arsitektur Sunda sebagai Model Desain

Rumah Ramah Banjir di Jawa Barat (Studi Kasus: Kampung Cieunteung-Baleendah,

Kabupaten Bandung)”. Tujuan penelitian ini untuk menjembatani program pemerintah

dalam upaya antisipasi bahaya banjir sekaligus solusi tentang model desain rumah yang

ramah terhadap banjir dengan memanfaatkan kearifan lokal dan teknologi lokal rumah

panggung pada Arsitektur Sunda Masyarakat Jawa Barat. Lokasi penelitian merupakan

studi kasus (case study) dengan fokus pada satu kampung, yaitu Kampung Cieunteung

yang berada di Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung bagian Selatan di Provinsi

Jawa Barat. Alasan kuat mengapa kampung tersebut dipilih, karena merupakan kampung

terparah terdampak bencana banjir, sehingga banyak masyarakatnya yang kehilangan

rumah akibat terseret dan rusak oleh air. Sedangkan studi banding Arsitektur Sunda yang

diteliti yaitu: Kampung Baduy di Lebak-Banten, dan Kampung Naga di Tasikmalaya.

Metoda penelitian menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif, dengan cara

mengobservasi dan menggali informasi tentang kondisi rumah-rumah penduduk di

Kampung Cieunteung. Informan yang akan diwawancarai yaitu: Kepala Kampung/Desa,

Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk

memperoleh data fisik maupun non fisik sebagai bahan untuk membuat model desain

rumah tinggal ramah banjir yang akan menjadi prototype pada daerah rawan banjir lain di

Provinsi Jawa Barat.

Kata kunci: Pembangunan Sosial-Budaya, Kearifan Lokal, Rumah Panggung,

Arsitektur Sunda, Model Desain, Ramah Banjir.

Page 7: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Fenomena banjir di Indonesia telah menjadi isu nasional, bahkan menjadi salah

satu prioritas dalam program rencana strategis nasional yang dicanangkan oleh

Pemerintahan Joko Widodo dalam program mitigasi bencana nasional. Program ini telah

disosialosasikan kepada para kepala daerah, baik Gubernur maupun Bupati/Walikota se-

Indonesia. Banjir telah banyak menimbulkan permasalahan bagi masyarakat di perkotaan

dan perdesaan. Perilaku masyarakat membuang sampah sembarangan, mendirikan

permukiman di bantaran sungai, serta eksploitasi alam secara besar-besaran menjadi

faktor utama penyebab terjadinya banjir. Permasalahan yang muncul antar lain: rumah-

rumah penduduk terendam, banyak rumah-rumah yang rusak, bahkan ada diantaranya

yang terbawa hanyut oleh air sungai yang sangat deras.

Banjir sampai saat ini belum dapat ditangani secara permanen, baik oleh

pemerintah pusat, daerah, maupun kota. Penanganan hanya bersifat sementara, itupun

dilakukan oleh masyarakat di daerah yang rawan banjir secara swadaya, misalnya bagi

yang mampu rumahnya dibuat dua lantai, bagi yang kurang mampu mereka pindah ke

rumah saudaranya atau tetangganya yang dekat, atau hanya mampu bertahan di rumahnya

yang terendam. Belum pernah ada rumah yang didesain dengan konsep ramah banjir,

yang mampu mengantisipasi agar air tidak merendam bagian inti rumah. Padahal secara

arsitektural, konsep rumah banjir tersebut dapat dibuat untuk masyarakat. Hal inilah yang

menjadi latar belakang dilakukannya penelitian tentang kearifan lokal rumah panggung

Arsitektur Sunda sebagai model desain rumah ramah banjir di Jawa Barat dengan studi

kasus di Kampung Cieunteung-Baleendah, Kabupaten Bandung bagian Selatan.

Kearifan lokal Arsitektur Sunda (local wisdom/local genius) dijadikan sebagai

potensi/kekayaan yang sangat besar untuk mencari solusi terbaik sebagai salah satu upaya

antisipasi bencana banjir yang banyak merugikan masyarakat. Kearifan lokal tersebut

banyak memiliki nilai-nilai arsitektural sangat kaya dan unik, seperti rumah panggung,

bentuk, material, struktur, konstruksi serta model atapnya. Kearifan lokal ini menjadi

salah satu fokus tema penelitian yang akan dilakukan dengan cara menggali potensi

rumah panggung Arsitektur Sunda sebagai model (prototype) rumah yang ramah

terhadap bencana banjir di daerah-daerah rawan banjir lainnya di Jawa Barat.

Page 8: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

2. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini adalah tahap ke-1 yang fokusnya hanya kepada konsep perencanaan

dan perancangan rumah ramah banjir. Sedangkan model desainnya (prototype) akan

dilanjutkan dan diusulkan pada penelitian tahap ke-2;

b. Konsep perencanaan yang dimaksud adalah pembuatan konsep rancangan rumah

yang ramah terhadap banjir, termasuk elaborasi ide-gagasannya;

c. Konsep perancangan yang dimaksud adalah pembuatan konsep rancangan bentuk

rumah panggung yang meliputi: konsep denah, tampak, dan potongan yang secara

arsitektural mampu dijadikan sebagai konsep perencanaan dan perancangan rumah

ramah banjir;

d. Arsitektur Tradisional Sunda yang menjadi studi banding dan pendekatan konsep

perencanaan dan perancangan rumah ramah banjir, adalah: (1) Kampung Naga di

Kabupaten Tasikmalaya; (2) Kampung Baduy Kajeroan di Kabupaten Lebak-Banten.

Dari kedua kampung tersebut akan diperoleh bentuk imah panggung, pola

perletakkan massa bangunan, model-model atap termasuk bentuk dan materialnya;

e. Lokasi dibatasi hanya di Kampung Cieunteung, Kecamatan Baleendah Kabupaten

Bandung bagian Selatan. Alasan pembatasan lokasi, karena kampung tersebut

sebagai salah satu daerah yang sangat parah terkena bencana banjir. Kampung

Cieunteung akan dijadikan model daerah yang memiliki rumah ramah banjir bagi

daerah-daerah lainnya.

Sedangkan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana konsep perencanaan rumah ramah banjir di Kampung Cieunteung

Kecamatan Baleendah dengan pendekatan Arsitektur Sunda?;

b. Bagaimana konsep perancangan rumah ramah banjir di Kampung Cieunteung

Kecamatan Baleendah, yang meliputi: konsep denah, tampak, dan potongan dengan

pendekatan Arsitektur Sunda?;

c. Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan rumah ramah banjir di Kampung

Cieunteung Kecamatan Baleendah dapat diusulkan kepada pemerintah daerah

Kabupaten Bandung (Selatan) sebagai kawasan wisata mitigasi bencana?.

Page 9: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

3. Asumsi

Banjir yang diakibatkan oleh perilaku manusia karena tidak memperhatikan

lingkungan telah menimbulkan bencana bagi manusia itu sendiri. Pemerintah pusat dan

daerah telah berusaha untuk mengantisipasinya melalui berbagai cara, tetapi hasilnya

belum maksimal. Secara infrastruktur, telah diupayakan perbaikan saluran-saluran air

dan normalisasi sungai, tetapi belum mampu mengatasi banjir. Salah satu upaya yang

belum (pernah) dilakukan oleh pemerintah adalah kajian khusus secara arsitektural

tentang konsep rumah yang ramah terhadap bahaya banjir. Pemerintah Kabupaten

Bandung pun belum pernah melakukan kajian ini, karena fokusnya hanya pada

infrastruktur. Oleh karena itu, penelitian tahap ke-1 ini sangat penting dilakukan, untuk

merumuskan konsep perencanaan dan perancangan arsitektur rumah yang ramah

terhadap bahaya banjir di Kampung Cieunteung.

Asumsi dari penelitian ini akan membawa pengaruh positif bagi masyarakat

Kampung Cieunteung khususnya untuk meningkatkan kembali kesadaran pentingnya

menggali kearifan lokal Arsitektur Sunda yang dapat dijadikan ide-gagasan konsep

rumah yang ramah banjir. Asumsi lain, apabila mereka telah memiliki rumah yang ramah

terhadap bahaya banjir, maka kampungnya dapat dijadikan sebagai model percontohan

kampung mitigasi bencana banjir. Dengan demikian, Kampung Cieunteung dapat

dikembangkan dan dijadikan sebagai daerah tujuan wisata di Kabupaten Bandung,

sehingga mampu merubah taraf hidup masyarakat setempat dan memberikan aided value

(nilai tambah) bagi pemda setempat dalam bentuk pendapatan asli daerah (PAD).

4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. Merumuskan konsep perencanaan rumah ramah banjir di Kampung Cieunteung

Kecamatan Baleendah dengan pendekatan Arsitektur Sunda;

b. Merumuskan konsep perancangan rumah ramah banjir di Kampung Cieunteung,

yang meliputi: konsep denah, tampak, dan potongan dengan pendekatan Arsitektur

Sunda;

c. Mengimplementasikan konsep perencanaan dan perancangan rumah ramah banjir di

Kampung Cieunteung untuk dapat diusulkan kepada pemerintah daerah Kabupaten

Bandung (Selatan) sebagai kawasan wisata mitigasi bencana.

Page 10: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

5. Hasil Penelitian yang dijanjikan

Penelitian ini akan menghasilkan beberapa hal penting yaitu:

a. Rekomendasi tentang rumusan konsep perencanaan dan perancangan rumah yang

ramah terhadap bahaya banjir di Kampung Cieunteung yang meliputi elaborasi ide-

gagasan perencanaannya;

b. Rekomendasi dalam bentuk maping (pemetaan) rumah-rumah di kawasan Kampung

Cieunteung yang rawan terendam banjir sebagai objek rumah yang akan diteliti,

kemudian rumah inilah yang menjadi model dan fokus penelitian;

c. Artikel ilmiah tentang konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah

terhadap bahaya banjir dengan pendekatan arsitektur Tradisional Sunda yang akan

dikirim pada seminar/jurnal nasional atau internasional dengan topik lokalitas;

d. Hasil penelitian ini juga berpotensi besar dapat diusulkan untuk memperoleh Hak

Kekayaan Intelektual (HKI) berupa usulan HKI untuk model percontohan (prototype)

rumah ramah banjir yang dapat diterapkan pada daerah-daerah rawan banjir di Jawa

Barat.

6. Urgensi Penelitian

Penelitian tentang kearifan lokal rumah panggung Arsitektur Sunda sebagai model

desain rumah ramah banjir di Jawa Barat dengan studi kasus di Kampung Cieunteung-

Baleendah, Kabupaten Bandung belum (pernah) dilakukan. Urgensi penelitian ini

memiliki posisi daya tawar (bargaining position) yang baik dengan pemerintah daerah

Kabupaten Bandung yang sedang menggalakkan program mitigasi bencana, sehingga

dapat diusulkan kepada pemda. Urgensi secara umum, yaitu untuk menjembatani

program pemerintah pusat dengan realisasinya oleh pemda provinsi/kabupaten/kota,

melalui rekomendasi konsep perencanaan, perancangan, dan model rumah ramah banjir.

Sedangkan urgensi secara khusus, penelitian ini penting dilakukan karena:

a. Adanya otonomi daerah semakin memberikan keleluasaan bagi setiap daerah untuk

membuat kebijakan tentang mitigasi bencana, termasuk konsep rumah ramah banjir;

b. Pemda (tidak) melihat otonomi daerah tersebut sebagai peluang untuk menggali

potensinya sebagai ide-gagasan rumah ramah banjir berbasis arsitektur tradisional;

c. Berkaitan dengan regulasi (peraturan) dan policy (kebijakan) pemda, tentang

mitigasi bencana yang masuk ke dalam program rencana strategis nasional

Pemerintahan Joko Widodo sampai tahun 2025 bahwa Indonesia bebas banjir.

Page 11: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

A. Roadmap Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi

1. Peta Jalan Aktivitas Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian sebagai bagian dari Bidang Unggulan

Perguruan Tinggi yang ada di UPI, yaitu Penelitian Pengembangan Kelompok Bidang

Keilmuan (PPKBK), dengan topik unggulan Perguruan Tinggi pada Penelitian berbasis

Roadmap Rumpun Keilmuan Program Studi yang ada di UPI. Bidang kajian penelitian

UPI meliputi disiplin ilmu sosial, ekonomi, eksakta, budaya, tradisi, termasuk teknik.

Dalam hal disiplin ilmu teknik, penelitian ini berkaitan dengan teknologi kearifan lokal

rumah panggung Arsitektur Sunda yang ramah terhadap bahaya banjir dengan lokasi di

Kampung Cieunteung Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung (Selatan) dengan

pendekatan Arsitektur Sunda. Roadmap penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1.: Roadmap Penelitian

Sumber: Peneliti, 2017

Page 12: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

Gambar 2.: Roadmap Penelitian PPKBK/KBK Perancangan Arsitektur

Sumber: Peneliti, 2017

Roadmap KBK Perancangan Arsitektur memiliki perhatian khusus terhadap

kearifan lokal (local wisdom), salah satunya arsitektur Tradisional Sunda. Untuk tahun

2016-2018 roadmap tersebut sudah berada pada tahap optimalisasi penelitian dengan

target menghasilkan bentuk konsep dan model desain perancangan arsitektur dalam

berbagai kajian. Penelitian tahap ke-1 ini memiliki target berupa konsep ide-gagasan

perencanaan dan konsep perancangan bentuk denah, tampak, dan potongan rumah yang

ramah terhadap bahaya banjir. Sedangkan target tahap ke-2 adalah menghasilkan produk

dalam bentuk model desain (prototype) perancangan rumah yang ramah terhadap bahaya

banjir. Selanjutnya, dalam jangka panjang penelitian serupa dapat dilanjutkan dalam

lingkup yang lebih luas, yaitu se-Indonesia sesuai lokalitasnya.

Page 13: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

Tabel 1 Rencana Target Capaian Tahunan

No. Jenis Luaran Indikator Capaian

Kategori Sub Kategori Wajib Tambahan TS¹) TS+1 TS+2

1. Artikel ilmiah dimuat di

jurnal

Internasional

bereputasi - Tidak ada 1

Nasional Terakreditasi Draft - 1

Nasional tidak

Terakreditasi Draft - 1

2. Artikel ilmiah dimuat di

prosiding

Internasional

Terindeks - Tidak ada 1

Nasional Draft - 1

3. Invited speaker dalam

temu ilmiah

Internasional - Tidak ada 1

Nasional Tidak

ada - 1

4. Visiting Lecturer Internasional Tidak

ada Tidak ada 1

5. Hak Kekayaan Intelektual

(HKI)

Paten - Draft 1

Paten Sederhana Tidak

ada Tidak ada 1

Hak Cipta Tidak

ada Tidak ada 1

Merek dagang Tidak

ada Tidak ada 1

Rahasia dagang Tidak

ada Tidak ada 1

Desain Produk Industri Tidak

ada Tidak ada 1

Indikasi Geografis Tidak

ada Tidak ada 1

Perlindungan Varietas

Tanaman

Tidak

ada Tidak ada 1

Perlindungan

Topografi Sirkuit

Terpadu

Tidak

ada Tidak ada 1

6. Teknologi Tepat Guna Tidak

ada Tidak ada 1

7. Model/Purwarupa/Desain/Karya seni/Rekayasa

Sosial - Draft 1

8. Bahan Ajar - Draft 1

9. Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) Tidak

ada Tidak ada 1

Page 14: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

BAB 2

RENSTRA DAN PETA JALAN PENELITIAN PERGURUAN TINGGI

2.1. Renstra Universitas Pendidikan Indonesia 2016-2020

2.1.1. Tujuan Strategis

Sesuai dengan visi, misi, dan tujuan Universitas pendidikan Indonesia dan

kondisi objektif UPI pada saat ini, pengembangan UPI pada kurun waktu 2016-2020

diarahkan pada tujuan strategis, yaitu “Mengembangkan budaya akademik dalam

upaya meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan, kapasitas dan produktivitas

penelitian, serta jangkauan pengabdian pada masyarakat yang memiliki daya saing

untuk mewujudkan UPI sebagai universitas pelopor dan unggul dalam bidang

pendidikan di kawasan ASEAN.”

Indikator utama pencapaian tujuan tersebut adalah tercapainya akreditasi

institusi dengan nilai A, akreditasi program studi dengan nilai A pada 80% prodi,

rating QS-Star 3 bintang, rata-rata jumlah publikasi terindeks setiap tahunnya

sebanyak 300, dan opini keuangan WtP 5 tahun berturut-turut.

2.1.2. Sasaran Strategis

Berdasarkan visi, misi, tujuan, dan tujuan strategis untuk 5 tahun ke depan,

maka sasaran pengembangan UPI 2016-2020 adalah:

1. Meningkatnya layanan pendidikan tinggi berbasis riset yang bermutu,

terjangkau, dan relevan dengan tuntutan zaman yang berubah dan berkembang,

baik pada tataran nasional, regional, maupun internasional dengan tetap berakar

pada nilai-nilai kearifan lokal.

2. Terwujudnya sistem pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan profesi guru

dengan menerapkan teori pembelajaran, yang ditopang oleh hasil riset bidang

kependidikan dan non kependidikan.

3. Terselenggaranya riset yang berorientasi pada produk unggulan dalam berbagai

bidang ilmu, produk kebijakan, pengelolaan, dan penyelenggaranaan pendidikan,

serta penyelesaian isu-isu nasional dan internasional.

4. Termanfaatkannya inovasi dalam berbagai disiplin ilmu untuk pemberdayaan yang

berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Page 15: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

5. Terbangunnya tatakelola universitas yang sehat untuk mendukung pencapaian

tujuan penyelengaraan Tridharma perguruan tinggi otonom.

2.1.3. Rincian Kebijakan dan Program Strategis

Dalam rangka mencapai tujuan strategis UPI sebagaimana diuraikan pada

bagian terdahulu, pengembangan UPI 2016-2020 berlandaskan pada enam kebijakan

berikut:

1. Penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan yang berorientasi

keunggulan, berkeadilan (equitable), dan menjunjung tinggi keberagaman

Kebijakan ini diwujudkan dalam sejumlah program dan indikator sebagai

berikut:

a. Pengembangan dan penerapan sistem penjaminan mutu akademik yang

berkelanjutan berskala nasional dan internasional, dengan indikator program

sebagai berikut:

1) AIPT dengan raihan A

2) Prodi terakreditasi A oleh BAN PT berjumlah 82%

3) Ranking QS star dengan raihan bintang 3

4) Ranking Webometrics pada tingkat 5

5) Prodi terakreditasi institusi internasional berjumlah 6

6) Kepuasan mahasiswa atas layanan pendidikan mencapai 80%

7) Dosen yang diakui secara internasional (rekognisi) berjumlah 28 orang

b. Pengembangan relevansi kurikulum dan daya saing lulusan pada tataran

nasional, regional, dan internasional melalui pelibatan berbagai instansi, dunia

usaha, dan industri, dengan indikator program sebagai berikut:

1) Kepuasan pengguna lulusan terhadap kinerja lulusan mencapai 86%

2) Kepuasan lulusan terhadap kebermanfaatan perkuliahan mencapai 86%

3) Masa tunggu kerja lulusan di bawah satu tahun mencapai 70%

4) IPK rata-rata lulusan di atas 3,3 mencapai 74%

5) Lulusan melanjutkan studi mencapai 25%

6) Mahasiswa yang lulus tepat waktu mencapai 70%

7) Mahasiswa yang menyelesaikan studi di bawah waktu normal mencapai 10%

Page 16: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

c. Peningkatan realisasi kerja sama akademik dengan berbagai lembaga di dalam

dan luar negeri, dengan indikator program sebagai berikut:

1) Prodi yang mengimplementasikan kerja sama dengan universitas luar

negeri dalam pengembangan pendidikan sebanyak 25 prodi.

2) Customize program berjumlah 5 program.

3) Departemen/prodi yang menerapkan credit transfer berjumlah 10.

4) Dosen asing yang direkrut pada prodi berjumlah 8 orang.

5) Mahasiswa asing yang mengikuti kuliah di prodi berjumlah 200 orang.

6) Mahasiswa asing yang mengikuti program non-gelar berjumlah 100

orang.

7) Prodi yang melaksanakan double degree berjumlah 4.

8) Prodi yang menyelenggarakan program twinning atau sandwich

berjumlah 1.

9) Prodi yang menyelenggarakan student exchange berjumlah 10 orang

10) Prodi yang menyelenggarakan lecturer exchange berjumlah 10 orang

11) Dosen yang mengikuti visiting scholar berjumlah 15.

12) Dosen yang mengikuti pelatihan di luar negeri berjumlah 50.

13) Lulusan yang bekerja pada institusi internasional berjumlah 25 orang

14) Lulusan yang melanjutkan studi di universitas luar negeri berjumlah 60.

d. Penerapan inovasi dan hasil riset untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,

dengan indikator program sebagai berikut:

1) Inovasi/hasil riset yang diterapkan dalam pembelajaran pada setiap

prodi berjumlah 50 buah.

2) Mata kuliah yang menerapkan e-learning berjumlah 70%.

3) Buku karya dosen yang diterbitkan dan ber-ISBN berjumlah 100 buah.

4) Karya seni dosen yang dipergelarkan dan dipamerkan berjumlah 25

karya seni.

e. Penciptaan atmosfir dan kultur akademik dalam proses pembelajaran, dengan

indikator program sebagai berikut:

1) Mahasiswa yang berpartisipasi dalam kegiatan seminar mencapai 90%.

2) Mahasiswa yang melaksanakan studi by research berjumlah 25 orang.

3) Mahasiswa yang berpartisipasi dalam penelitian dosen berjumlah 800

orang.

Page 17: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

4) Pusat kajian di program studi berjumlah 10 pusat kajian.

5) Prodi linier yang terintegrasi berjumlah 15.

f. Penyelenggaraan dan pengembangan Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan

profesi lainnya yang menjadi rujukan dan profesional, dengan indikator

program sebagai berikut:

1) Program studi yang menyelenggarakan PPG berjumlah 24.

2) Program PPG yang terakreditasi A berjumlah 1.

3) Sekolah mitra yang bekerjasama dalam penyelenggaraan PPG berjumlah

42 sekolah mitra.

4) Prodi yang melakukan kerja sama dengan asosiasi profesi guru berjumlah

24.

5) Riset pengembangan program PPG berjumlah 20 judul.

6) Kolaborasi dosen dan guru dalam mengembangkan pembelajaran

berjumlah 50 kegiatan.

7) Program pendidikan profesi non-guru terakreditasi berjumlah 1.

8) Prodi yang melakukan kerja sama dengan asosiasi profesi non-guru

berjumlah 2 program studi.

2.2. Peta Jalan Penelitian Bidang Unggulan

Payung penelitian UPI terdiri atas empat payung penelitian besar yang bertujuan

untuk menumbuhkembangkan UPI sebagai institusi, mengembangkan displin ilmu

pendidikan, pendidikan disiplin ilmu, dan disiplin ilmu lainnya, meningkatkan jejaring

dan peran UPI dengan berbagai lembaga, baik lembaga pemerintah maupun lembaga

swadaya masyarakat dan industri, serta meningkatkan peran UPI dalam mengatasi

berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat baik di tingkat nasional maupun global.

Keempat payung penelitian itu adalah sebagai berikut:

1. Penelitian untuk pengembangan institusi

2. Penelitian untuk pengembangan pendidikan

3. Penelitian multidisiplin dan kerjasama internasional untuk pengembangan

pendidikan dan ilmu lainnya

4. Penelitian untuk menyelesaikan isu-isu nasional dan global

Page 18: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

Sejalan dengan RPJPUPI tahun 2016-2040, RIPUPI diharapkan bisa mendorong

terlaksananya program pengembangan universitas khususnya di bidang penelitian.

Dengan demikian, RIP UPI akan diklasifikasikan dalam berbagai skema seperti yang

akan diuraikan di bawah ini. Semua skema penelitian yang dikembangkan ditujukan

untuk penguatan kapasitas lembaga dan institusi, pengembangan kompetensi dosen, serta

mewujudkan cita-cita universitas menjadi research-based teaching university. Perlu

diperhatikan bahwa semua skema penelitian (kecuali skema penelitian untuk penguatan

kompetensi individu), wajib melibatkan mahasiswa minimal dua orang untuk membantu

menyelesaikan tugas akhir (bisa mahasiswa S1, S2, atau S3). Luaran wajib untuk semua

skema penelitian adalah publikasi pada tingkat nasional (jurnal nasional

terakreditasi/buku ber-ISBN yang ditulis dalam bahasa Indonesia) atau internasional

(prosiding seminar internasional yang terindeks scopus dan jurnal internasional yang

terindeks scopus, atau prosiding seminar internasional yang terindeks scopus dan HKI

atau prosiding seminar internasional yang terindeks scopus dan buku yang ditulis dalam

bahasa internasional). Syarat ketua kelompok penelitian dan luaran untuk setiap skema

penelitian dapat dilihat di Bagian B dalam Bab ini. Besaran dana akan menentukan

tuntutan luaran yang dihasilkan, yang diuraikan pada masing-masing skema penelitian.

Gambar 3. Grand design LPPM Universitas Pendidikan Indonesia

menuju research-active university

Sumber: RIP UPI, 2016-2020

Page 19: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

Perlu dicatat bahwa dana yang akan direalisasikan untuk kegiatan penelitian dari

tahun 2016-2020 direncanakan akan meningkat 20% setiap tahunnya. Untuk itu, jumlah

proposal yang didanani untuk setiap skema penelitian pun diharapkan akan meningkat

setiap tahunnya. Terakhir, jumlah topik yang ditawarkan dalam beberapa skema penelitian

lebih banyak daripada jumlah proposal yang akan didanai. Hal ini ditujukan untuk

memberi peluang kepada para dosen untuk memilih topik yang paling cocok dengan

kepakaran serta roadmap penelitian yang telah dimilikinya.

Selain berbagai aspek terkait kualitas proposal, salah satu aspek penilaian yang

akan menjadi dasar diterimanya proposal yang diajukan adalah kedalaman pengkajian teori

dan ketepatan metodologi yang dibahas dalam proposal, yang mengindikasikan keahlian

dari calon peneliti dan kejelasan kegiatan penelitian yang akan dilakukan.

1. Penelitian untuk Pengembangan Institusi

Di bawah payung penelitian ini, terdapat beberapa skema yang direncanakan, yaitu:

a. Payung Penelitian terkait Kecenderungan Global dalam Pendidikan Tinggi

Penelitian ini mengarahkan institusi yang harus berubah untuk meningkatkan

kekuatan, menangkap peluang, mengatasi ancaman, dan mengurangi kelemahan. Besaran

dana untuk setiap proposal yang disetujui adalah maksimal Rp. 150 juta. Adapun topik-

topik penelitian untuk skema ini adalah sebagai berikut.

1. Evaluasi kinerja organsisasi UPI;

2. Evaluasi kesehatan organisasi UPI;

3. Pengembangan penilaian capaian kinerja dan perilaku setiap individu

(pimpinan setiap unit, pendidik, dan tenaga kependidikan);

4. Budaya organisasi unit-unit yang ada di UPI (prodi, departemen, fakultas,

UPT);

5. Pendanaan universitas–kemungkinan penambahan anggaran, pengembangan

sistem remunerasi, rasionalisasi biaya pendidikan (SPP mahasiswa);

6. Analisis kebutuhan dosen dalam pengembangan profesionalisme;

7. Eksplorasi terhadap sistem pendidikan yang ada di setiap unit di Universitas,

termasuk sistem pendidikan di sekolah pascasarjana dan double degree;

8. Kajian desain, fungsi, dan kelayakan infrastruktur yang ada di UPI, terkait

kecenderungan global universitas;

Page 20: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

9. Kajian terhadap Cyber-infrastuktur-ICT hardware, software, SDM,

organisasi, dan kebijakan;

10. Penelitian tentang kepuasan stakeholder terhadap kinerja Universitas;

b. Penelitian Pembinaan dan Pengembangan Kelompok Bidang Keilmuan (PPKBK)

Peranan KBK dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan atmosfir akademik yang

kondusif bagi dosen dan mahasiswa yang pada akhirnya dapat dijadikan ujung tombak bagi

pengembangan institusi yang berbasis hasil-hasil tridharma perguruan tinggi.Namun

demikian, keberadaan KBK di lingkungan unit akademik UPI, selain jumlahnya masih

sedikit juga masih belum termanfaatkan secara optimal untuk seluruh program studi yang

ada di lingkungan UPI.

Untuk itu, perlu dilakukan sebuah upaya untuk menggalakkan pembentukan dan

pemberdayaan KBK yang sudah terbentuk agar seluruh potensi yang dimiliki dosen dan

mahasiswa dapat tergali secara optimal. Melalui hibah PPKBK ini, program kerja

terutama dalam bidang penelitian yang telah ditetapkan dalam sebuah KBK, dapat

diimplementasikan dengan baik sehingga peranan dan fungsi KBK dalam mendukung

peningkatan kinerja dosen dapat terwujud.

c. Penelitian Pengembangan Kapasitas Dosen sebagai Individu

Dosen sebagai individu didorong untuk melakukan penelitian tidak hanya dalam

tim tetapi juga secara individu. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong setiap individu

dosen untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya. Namun demikian

penelitian yang dilakukan secara individu ini pada akhirnya diharapkan dapat mendukung

UPI dalam mencapai visi sebagai universitas pelopor dan unggul. Program penelitian

dalam skema ini, terutama UPI fellowship dan penelitian berorientasi percepatan guru

besar, mengharuskan peneliti untuk tinggal di universitas di luar negeri selama minimal 3

bulan. Seluruh topik dalam skema penelitian ini ditujukan untuk mendorong dosen

menghasilkan sebuah karya, terutama karya yang bisa merealisasikan kepeloporan dan

keunggulan UPI. Luaran untuk penelitian ini adalah buku referensi ber-ISBN dan artikel

jurnal internasional yang terindeks Scopus minimal kategori Q-3.

Page 21: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

Program penelitian yang dilakukan secara individu adalah:

1. UPI Fellowship

2. Dosen Peneliti

3. Penelitian Berorientasi Anugerah Kekayaan Intelektual

4. Penelitian Berorientasi Percepatan Guru Besar

d. Penelitian Unggulan Unit Kerja

Riset unggulan unit kerja dilakukan untuk mewadahi karakteristik dan kebutuhan

yang khas tentang program dan kebijakan departemen, fakultas, pusat- pusat penelitian,

sekolah pascasarjana, dan rektorat. Penelitian unggulan unit kerja ini diturunkan dari

penelitian unggulan institusi yang tergambar dalam topik penelitian UPI. Topik penelitian

unggulan unit kerja disesuaikan dengan bidang keahlian dosen, fokus keilmuan, dan

kebutuhan pengembangan masing-masing unit kerja.

2. Penelitian untuk Pengembangan Pendidikan

Payung penelitian ini diprogramkan secara khusus oleh universitas yang didasarkan

pada jati diri UPI sebagai universitas yang salah satu fokus perhatiannya adalah

pendidikan. Program penelitian ini ditujukan untuk mendorong universitas untuk dapat

berkiprah dalam bidang pendidikan, termasuk menghasilkan teori maupun praktek ilmu

pendidikan, kebijakan pendidikan, dan penyeleasaian berbagai isu terkait masalah

pendidikan.

Jumlah proposal yang akan didanai serta jumlah dana maksimal yang dapat

diterima oleh peneliti untuk setiap skema penelitian dalam payung penelitian ini

dapat dilihat dalam Bagian B dari Bab ini. Skema penelitian yang berada di bawah

payung penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Penelitian Program dan Kebijakan Pendidikan Dasar dan Menengah

Skema penelitian ini ditujukan untuk mengkaji berbagai program dan kebijakan

pendidikan dasar dan menengah. Penelitian dalam skema ini diharapkan bisa menghasilkan

luaran yang mendorong munculnya kebijakan atau perubahan kebijakan terkait

penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah di Indonesia. Adapun topik-topik

penelitian dalam skema ini adalah sebagai berikut.

Page 22: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

a. Reformasi sistem pendidikan dasar dan menengah: belajar dari negara lain;

b. Analisis kebijakan program persiapan guru sekolah dasar dan menengah;

c. Evaluasi kebijakan dan program pendidikan anak usia dini;

d. Evaluasi terhadap kebijakan asesmen dan evaluasi pembelajaran;

e. Evaluasi kebijakan dan program pendidikan profesional guru;

f. Analisis pemetaan SDM di bidang pendidikan dasar dan menengah;

g. Kebijakan dan pola pendanaan pendidikan dasar dan menengah;

h. Analisis desain, fungsi dan kelayakan infrastruktur pendidikan dasar dan

menengah;

i. Analisis sistem pendidikan dasar dan menengah dalam menjembatani peserta

didik memasuki pendidikan tinggi;

j. Analisis sistem sertifikasi dan remunerasi guru pendidikan dasar dan

menengah;

k. Analisis kebijakan dan program pendidikan non-formal;

l. Pembelajaran literasi bahasa Indonesia dan bahasa asing;

m. Keterkaitan sistem pendidikan yang ada baik secara aktual maupun potensial;

n. Pendidikan inklusi.

b. Penelitian terkait Filsafat Pendidikan, Sumber Belajar, Pendidik, Peserta Didik

Penelitian dalam skema ini ditujukan untuk mengkaji berbagai hal terkait sumber

belajar, khususnya dalam pendidikan dasar dan menengah. Seperti penelitian terkait

program kebijakan pendidikan dasar dan menengah, skema penelitian ini juga ditujukan

untuk bisa mendorong UPI berperan dalam pengembangan pendidikan, tetapi tidak hanya

dalam lingkup pendidikan dasar dan menengah, tetapi juga pendidikan tinggi, dan

pendidikan non-formal.

Beberapa topik dalam skema penelitian ini sejalan dengan penelitian PPKBK,

karena terkait penelitian mengenai pendidikan atau pengajaran disiplin ilmu. Tetapi, topik-

topik penelitian dalam skema ini menuntut cakupan yang lebih luas, bisa melibatkan kerja

sama dengan peneliti lain dan instansi lain. Adapun topik -topik yang terkait dalam skema

penelitian ini di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Kajian terhadap filsafat pendidikan di Indonesia;

2. Pemahaman dan pelaksanaan kurikulum dalam pendidikan di Indonesia;

Page 23: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

3. Berbagai dasar etika dan sistem nilai untuk pengembangan kurikulum dalam

pendidikan;

4. Analisis keselarasan silabus dan buku teks (khusus dalam pendidikan dasar dan

menengah);

5. Penelitian tentang model pengembangan media pembelajaran;

6. Penelitian tentang model-model perencanaan pembelajaran;

7. Kajian terhadap pertumbuhan peserta didik dan indikator perkembangannya;

8. Perkembangan peserta didik dan pembelajarannya;

9. Penelitian untuk meningkatkan pemahaman tenaga pendidik tentang

karakteristik, tugas, dan tanggung jawab sebagai pendidik dan peserta didik

(guru dan dosen berperan sebagai peserta didik);

10. Relasi antara pendidik dan peserta didik;

11. Kaitan pendidikan dan taraf hidup masyarakat;

12. Pengembangan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan;

13. Penelitian terkait psikologi dan sosiologi pendidikan.

c. Penelitian untuk Pengembangan Pendidikan dan Proses Pembelajaran

Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan luaran terkait pengembangan

pendidikan dan metode pembelajaran mutakhir yang bisa diaplikasikan dalam berbagai

konteks di Indonesia untuk memperbaiki proses pembelajaran berbagai bidang studi, baik

di tingkat pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi.

Topik-topik yang termasuk dalam skema penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Sejarah global tentang pendidikan di berbagai belahan dunia;

2) Implementasi dialogic learning dan classroom dynamic dan class size;

3) Faktor dan proses yang berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran;

4) Potensi pengembangan media dan sistem informasi dalam pembelajaran;

5) Pengembangan kerangka teori tentang pendidikan dan pembelajaran;

6) Penelitian yang mengaitkan peneliti dan praktisi tentang berbagai aspek

pembelajaran;

7) Keterlibatan orang tua dalam pendidikan dan pembelajaran;

8) Program pengembangan metode pengajaran yang efektif;

9) Konteks sosial dan perilaku pembelajaran akademik.

Page 24: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

d. Pendekatan Budaya terhadap Pendidikan dan Pembelajaran

Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan pendidikan dan pembelajaran yang

berbasis pendekatan budaya. Adapun topik-topik penelitian dalam skema ini di antaranya

adalah sebagai berikut:

1) Etnopedagogi;

2) Gaya belajar berbasis budaya;

3) Pendidikan untuk kelompok kelompok minoritas yang tidak terwakili

(unrepresesnted minorities), termasuk masyarakat 3T (terdepan, terluar,

tertinggal);

4) Pendidikan berbasis keberagaman dan gender.

3. Penelitian Multidisiplin dan Kerjasama Internasional untuk Pengembangan

Pendidikan dan Bidang Ilmu lainnya

Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan keilmuan multidisiplin dan

kerjasama internasional, khususnya dengan universitas yang telah memiliki MoU dengan

UPI. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan karya penelitian yang menunjukkan

kreativitas dan inovasi berbasis multidisiplin ilmu yang akan memberikan

kontribusi positif terhadap perkembangan pendidikan dan bidang ilmu lainnya. Selain

itu, penelitian dalam payung ini juga ditujukan untuk menumbuhkembangkan kerjasama

tidak hanya dengan lembaga pendidikan, tetapi juga kerjasama dengan lembaga

swadaya masyarakat, industri, dan lembaga pemerintah. Adapun skema penelitian yang

berada di bawah payung penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Penelitian Multidisiplin Ilmu

Skema penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan keilmuan dalam berbagai

disiplin ilmu, yaitu disiplin ilmu pendidikan, pendidikan disiplin ilmu, serta disiplin ilmu

lainnya. Adapun topik-topik untuk penelitian dalam skema ini adalah sebagai berikut.

1) Pengembangan sistem pendidikan tinggi untuk kekuatan, kemakmuran, dan

kesejahteraan bangsa melalui penemuan ilmu-ilmu baru dan transfer ilmu

dalam kegiatan enterpreneurship;

2) Kebijakan dalam bidang ekonomi dan dampaknya terhadap sistem

pendidikan;

Page 25: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

3) Penelitian untuk menghadapi tantangan knowledge-based economy,

globalisasi, dan perubahan teknologi;

4) Kajian pengembangan infrastruktur wilayah dan lingkungan;

5) Peran bahasa dalam pengembangan berbagai disiplin ilmu;

6) Penelitian tentang kebijakan investasi dalam pendidikan;

7) Penelitian tentang pelayanan kepada masyarakat berbasis pengetahuan seperti

kesehatan, inovasi dan transfer teknologi;

8) Penelitian penerapan sains, teknologi, dan energi terbarukan;

9) Penelitian pendidikan seni, bahasa, sastra, dan pariwisata;

10) Penelitian pendidikan sosial, budaya, ideologi, karakter, dan agama;

11) Penelitian pendidikan olahraga dan kesehatan;

12) Penelitian pengarusutamaan gender dan pendidikan anak;

13) Penelitian pendidikan lingkungan hidup;

14) Penelitian mitigasi dan manajemen bencana;

15) Penelitian kedaulatan pangan dan pengentasan kemiskinan;

16) Penelitian pendidikan kewirausahaan.

17) Penelitian pengembangan ilmu dasar.

b. Penelitian Kerjasama antara Institusi, Pemerintah, Industri, LSM, Instansi lain

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi antara UPI dengan pihak

lain seperti insitusi lain, pemerintah, industri, LSM maupun instansi lain. Topik-topik yang

ditawarkan dalam skema penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Kerjasama teknis pengembangan produk unggulan sivitas akademika UPI,

distribusi, dan pemasarannya;

2) Literasi dalam berbagai bidang kehidupan dan bidang ilmu dan

pemberdayaan anak bangsa.

c. Penelitian Kerjasama Internasional

Penelitian kerjasama internasional yang dimaksudkan dalam penelitian ini harus

dengan universitas terkemuka di Asia, Australia, Eropa, Afrika, dan Amerika. Topik-topik

penelitian yang berada dalam skema penelitian ini adalah:

1) Pengembangan keilmuan berbagai/lintas bidang;

2) Reformasi kelembagaan.

Page 26: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

4. Penelitian untuk menyelesaikan Isu-isu Nasional maupun Global

Payung penelitian ini ditujukan untuk mendorong UPI berperan aktif dalam

menyelesaikan berbagai isu nasional maupun global. Beberapa topik yang ada dalam

payung penelitian ini dikaji juga dalam payung dan skema penelitian lain. Yang

membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya adalah bahwa penelitian ini harus

dilaksanakan secara multidisiplin dan berskala nasional atau internasional. Skema

penelitian yang berada di bawah payung penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian Pemberdayaan Perempuan, Anak-anak, Keluarga, dan Orang

Berkebutuhan Khusus

Skema ini ditujukan khusus untuk meneliti mengenai perempuan, anak-

anak,keluarga serta orang berkebutuhan khusus yang dapat dilihat dari berbagai persektif.

Adapun topik-topik penelitian dalam skema ini di antaranya adalah:

1) Kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak;

2) Kesetaraan dan kemajuan yang dicapai perempuan;

3) Bahasa dan gender;

4) Perempuan, anak-anak, dan hak asasi manusia;

5) Diskriminasi terhadap perempuan;

6) Perempuan dalam keluarga;

7) Pendidikan anak-anak;

8) Perlindungan anak dari kekerasan, prostitusi, trafficking, pornografi;

9) Angka perceraian dan orang tua tunggal;

10) Kesehatan, kesejahteraan, dan pembangunan keluarga;

11) Tindakan dan kebijakan pemerintah terkait keluarga dan perkembangan

masyarakat dan negara;

12) Perlakuan terhadap wanita, anak-anak, dan berkebutuhan khusus dalam

masyarakat;

13) Orang berkebutuhan khusus dan institusi politik;

14) Perilaku orang berkebutuhan khusus di negara maju dan negara berkembang;

15) Orang berkebutuhan khusus dan dunia kerja.

Page 27: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

b. Penelitian Penyelesaian Masalah Terorisme

Skema penelitian ini ditujukan untuk mendorong sivitas akademika UPI untuk

berperan serta dalam penyelesaian masalah terorisme. Topik-topik penelitian dalam skema

ini adalah sebagai berikut.

1) Pendanaan terorisme;

2) Strategi mengatasi terorisme di tingkat nasional, regional, dan global;

3) Identifikasi bahaya laten terorisme.

c. Penelitian Peningkatan dan Diversifikasi Hasil Pertanian

Skema penelitian ini ditujukan untuk mendorong sivitas akademika UPI untuk

berpartisipasi dalam pembangunan nasional khusunya dalam bidang pertanian. Adapun

topik-topik penelitian dalam skema ini adalah sebagai berikut.

1) Peran pertanian dalam masyarakat negara berkembang;

2) Diversifikasi hasil pertanian;

3) Pertanian dan pendapatan masyarakat;

4) Teknologi pengolahan hasil pertanian;

5) Pemuliaan tanaman.

d. Penelitian Peningkatan Kualitas Populasi

Skema ini dirancang untuk meneliti mengenai permasalahan tentang peningkatan

kualitas populasi. Adapun topik-topik penelitiannya adalah sebagai berikut.

1) Kesehatan dan kemiskinan;

2) Migrasi besar-besaran;

3) Urbanisasi;

4) Kebutuhan akan papan;

5) Pemberdayaan populasi usia lanjut;

6) Ketahanan pangan.

e. Penelitian Perkembangan Demokrasi, Politik dan Hukum di Indonesia

Skema peneliitan ini ditujukan untuk mendorong sivitas akademika UPI untuk

berkiprah dalam perkembangan demokrasi, politik dan hukum di Indonesia, dengan topik-

topik penelitian sebagai berikut.

Page 28: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

1) Demokrasi, politik, dan pemilihan presiden/Pilkada;

2) Literasi demokrasi, politik, hukum, dan hak asasi manusia;

3) Literasi politik, hukum, dan perkembangan masyarakat;

4) Pengembangan pendidikan demokrasi, politik, dan hukum bagi masyarakat.

f. Penelitian Penataan dan Penyelesaian Masalah Lingkungan

Penelitian pada skema ini bertujuan mendorong sivitas akademika UPI untuk lebih

memperhatikan isu penataan dan penyelesaian masalah lingkungan yang terjadi akhir-akhir

ini. Adapun topik-topik penelitiannya adalah sebagai berikut.

1) Ekosistem dan kesehatan manusia dan lingkungan;

2) Krisisekologi, kemiskinan, dan ketidakadilan;

3) Penghijauan dan atmosfer; air, tanah, dan makhluk hidup;

4) Sustainable development: kebijakan, tindakan, danupaya;

5) Upaya pengentasan kemiskinan;

6) Perubahan iklim dan penurunan permukaan laut;

7) Bencana alam dan akibatnya;

8) Manajemen limbah, sumber daya, maritim, pariwisata, energi & bio energi.

g. Penelitian Pemberdayaan Ekonomi

Skema pada penelitian ini mendorong sivitas akademia agar lebih peka

terhadap pemberdayaan ekonomi di Indonesia. Adapun topik-topik penelitian pada skema

ini adalah sebagai berikut.

1) Bantuan luar negeri untuk pembangunan;

2) Krisis finansial global;

3) Kerjasama ekonomi antarlembaga;

4) Strategi dan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi.

5) Pengembangan ekonomi nasional secara berkelanjutan

2.3. Luaran Penelitian yang terkait dengan yang diusulkan

Penelitian ini memiliki luaran yang terkait dengan yang diusulkan yaitu dalam

bentuk desain rumah yang ramah terhadap bahaya bencana banjir, khususnya bagi

masyarakat Kampung Cieunteung di Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung,

umumnya bagi masyarakat luas di Jawa Barat sekaligus untuk dijadikan model atau

Page 29: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

prototype rumah ramah banjir untuk diterapkan pada daerah-daerah rawan bencana banjir

yang ada di seluruh wilayah Provinsi Jawa Barat. Selain itu, luaran penelitian ini juga

berupa: (1) Rumusan konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah terhadap

bahaya banjir di Kampung Cieunteung yang meliputi elaborasi ide-gagasan

perencanaannya; (2) Rekomendasi dalam bentuk maping (pemetaan) rumah-rumah di

kawasan Kampung Cieunteung yang rawan terendam banjir sebagai objek rumah yang

akan diteliti, kemudian rumah inilah yang menjadi model dan fokus penelitian; (3) Artikel

ilmiah tentang konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah terhadap bahaya

banjir dengan pendekatan arsitektur Tradisional Sunda yang akan dikirim pada

seminar/jurnal nasional atau internasional dengan topik lokalitas; (4) Hasil penelitian ini

juga berpotensi besar dapat diusulkan untuk memperoleh Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

berupa usulan HKI untuk model percontohan (prototype) rumah ramah banjir.

2.4. Sinergi antara Kelompok Penelitian

Sinergi antara kelompok penelitian yang ada pada payung penelitian Universitas

Pendidikan Indonesia yang terdiri dari empat tema, yaitu: (1) Penelitian untuk

pengembangan institusi; (2) Penelitian untuk pengembangan pendidikan; (3) Penelitian

multidisiplin dan kerjasama internasional untuk pengembangan pendidikan dan ilmu

lainnya; (4) Penelitian untuk menyelesaikan isu-isu nasional dan global. Kelompok

penelitian pengembangan institusi memiliki sinergitas dengan penelitian untuk

pengembangan pendidikan, karena keduanya saling berhubungan untuk meningkatkan

kualitas lembaga pendidikan (institution of quality). Sedangkan sinergitas antara penelitian

multidisiplin dan kerjasama dengan penelitian untuk menyelesaikan isu-isu nasional dan

global terlihat pada upaya pemerintah untuk mencari solusi pemecahan masalah yang

terjadi di masyarakat, seperti membuat program mitigasi bencana (disaster mitigation).

2.5. Pentingnya Riset yang diusulkan dalam mendukung Renstra

Riset atau penelitian ini sangat penting diusulkan dan dilakukan, karena sangat

berhubungan dengan salah satu payung penelitian UPI sesuai dengan RENSTRA dan RIP

UPI tahun 2016-2020, yaitu: Penelitian untuk menyelesaikan isu-isu nasional dan

global. Banjir sudah menjadi isu nasional dan meng-global di Indonesia, termasuk di

Kampung Cieunteung Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung (Selatan). Riset ini

berupaya untuk menemukan solusi dalam bentuk membuat model rumah ramah banjir.

Page 30: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

I. Banjir

g. Pengertian Banjir

Banjir adalah suatu kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam saluran

pembuang (kali) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang.

(Suripin,”Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan”). Banjir merupakan peristiwa

alam yang dapat menimbulkan kerugian harta benda penduduk serta dapat pula

menimbulkan korban jiwa. Dikatakan banjir apabila terjadi luapan air yang disebabkan

kurangnya kapasitas penampang saluran. Banjir di bagian hulu biasanya arus banjirnya

deras, daya gerusnya besar, tetapi durasinya pendek. Sedangkan di bagian hilir arusnya

tidak deras (karena landai), tetapi durasi banjirnya panjang.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dijelaskan definisi

banjir terdiri dari beberapa kriteria, yaitu (1) Berdasarkan kata kerjanya banjir adalah [v]

berair banyak dan deras, kadang-kadang meluap (tt kali dsb): krn hujan turun terus-

menerus, sungai itu menjadi banijr; (2) Berdasarkan kata bendanya banjir adalah [n] air

yg banyak dan mengalir deras; air bah: pd musim hujan, daerah itu sering dilanda, atau

Geo peristiwa terbenamnya daratan (yg biasanya kering) krn volume air yg meningkat;

(4) Berdasarkan kata sifatnya banjir juga mengandung arti datang (ada) banyak sekali,

misalnya pada kalimat menjelang Lebaran di pasar banjir petasan.

Berdasarkan kedua definisi tersebut, maka dapat disimpulkan banjir adalah suatu

keadaan atau kondisi pada saat musim hujan yang mengakibatkan sungai atau tempat

penampungan air secara massal tidak mampu lagi menampung jumlah air, karena

terhambatnya aliran air dalam saluran penampungan air, sehingga air naik melebihi batas

permukaan normalnya.

Beberapa karakteristik yang berkaitan dengan banjir, diantaranya adalah: (1) Banjir

dapat datang secara tiba – tiba dengan intensitas besar namun dapat langsung mengalir;

(2) Banjir datang secara perlahan namun intensitas hujannya sedikit; (3) Pola banjirnya

musiman; (4) Banjir datang secara perlahan namun dapat menjadi genangan yang lama di

daerah depresi; (5) Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya genangan, erosi, dan

sedimentasi. Sedangkan akibat lainnya adalah terisolasinya daerah pemukiman dan

diperlukan evakuasi penduduk.

Page 31: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

h. Penyebab Banjir

Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir. Namun secara umum penyebab

terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir yang disebabkan

oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia. Yang

termasuk sebab-sebab alami diantaranya adalah:

(a) Curah hujan

Indonesia mempunyai iklim tropis sehingga sepanjang tahun mempunyai dua musim

yaitu musim hujan yang umumnya terjadi antara bulan Oktober sampai bulan Maret,

dan musim kemarau yang terjadi antara bulan April sampai bulan September. Pada

musim penghujan, curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan

apabila banjir tersebut melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau

genangan;

(b) Pengaruh Fisiografi

Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah

pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk penampang

seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai

dll. merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir;

(c) Erosi dan Sedimentasi

Erosi dan sedimentasi di DPS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas

penampang sungai. Erosi dan sedimentasi menjadi problem klasik sungai-sungai di

Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran, sehingga timbul

genangan dan banjir di sungai;

(d) Kapasitas sungai

Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan

yang berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan

sedimentasi di sungai yang dikarenakan tidak adanya vegetasi penutup dan

penggunaan lahan yang tidak tepat;

(e) Kapasitas Drainase yang tidak memadai

Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainase daerah genangan yang

tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan banjir di

musim hujan;

Page 32: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

(f) Pengaruh air pasang

Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan

dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar

karena terjadi aliran balik (backwater). Contoh terjadi di Kota Semarang dan Jakarta.

Genangan ini terjadi sepanjang tahun baik di musim hujan dan maupun di musim

kemarau.

Di samping itu, terdapat faktor-faktor lain penyebab terjadinya banjir yang

diakibatkan karena perilaku manusia yang tidak memperhatikan alam, yaitu: (a)

Perubahan Kondisi DPS, misalnya penggundulan hutan, usaha pertanian yang kurang

tepat, perluasan kota, dan perubahan tata guna lahan lainnya, dapat memperburuk

masalah banjir karena meningkatnya aliran banjir. Perubahan tata guna lahan

memberikan kontribusi yang besar terhadap naiknya kuantitas dan kualitas banjir; (b)

Kawasan kumuh, misalnya perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang sungai, dapat

merupakan penghambat aliran. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting

terhadap masalah banjir daerah perkotaan; (c) Sampah, misalnya ketidakdisiplinan

masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang ditentukan, umumnya mereka

langsung membuang sampah ke sungai. Di kota-kota besar hal ini sangat mudah

dijumpai. Pembuangan sampah di alur sungai dapat meninggikan muka air banjir karena

menghalangi aliran air; (d) Drainase lahan, misalnya sistem drainase perkotaan dan

pengembangan pertanian pada daerah bantuan banjir akan mengurangi kemampuan

bantaran dalam menampung debit air yang tinggi; (e) Bendung dan bangunan air,

misalnya pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran

balik (backwater); (f) Kerusakan bangunan pengendali banjir, contohnya pemeliharaan

yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan

dan akhirnya menjadi tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir; (g)

Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, sehingga dapat mengurangi

kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan

selama banjir-banjir yang besar. Sebagai contoh bangunan tanggul sungai yang tinggi.

Limpasan pada tanggul pada waktu terjadi banjir yang melebihi banjir rencana dapat

menyebabkan keruntuhan tanggul, hal ini menimbulkan kecepatan aliran air menjadi

sangat besar yang melalui bobolnya tanggul sehingga menimbulkan banjir yang besar.

(Robert J. Kodoatie, Sugiyanto, “Banjir”).

Page 33: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

i. Daerah Genangan Air

Akibat adanya peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan infrastruktur terutama

permukiman meningkat, sehingga merubah sifat dan karakteristik tata guna lahan. Sama

dengan prinsip pengendalian banjir perubahan tata guna lahan yang tidak terkendali

menyebabkan aliran permukaan (run-off) meningkat sehingga terjadi genangan air. Hal-

hal yang menyebabkan terjadinya genangangenangan air di suatu lokasi antara lain: (1)

Dimensi saluran yang tidak sesuai; (2) Perubahan tata guna lahan yang menyebabkan

terjadinya peningkatan debit banjir di suatu daerah aliran sistem drainase; (3) Elevasi

saluran tidak memadai; (4) Lokasi merupakan daerah cekungan; (5) Lokasi merupakan

tempat retensi air yang diubah fungsinya misalnya menjadi pemukiman. Ketika berfungsi

tempat retensi (parkir air) dan belum dihuni adanya genangan tidak menjadi masalah.

Problem timbul ketika daerah tersebut dihuni; (6) Tanggul kurang tinggi; (7) Kapasitas

tampungan kurang besar; (8) Dimensi gorong-gorong terlalu kecil sehingga terjadi aliran

balik; (9) Adanya penyempitan saluran; (10) Tersumbatnya saluran oleh endapan,

sedimentasi atau timbunan sampah terjadi penurunan tanah (land-subsidence).

Perubahan fungsi kawasan bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) sebesar + 15%

mengakibatkan keseimbangan sungai / drainase mulai terganggu. Gangguan ini

mengkontribusi kenaikan (tajam) kuantitas debit aliran dan kuantitas sedimentasi pada

sungai / drainase (Bledsoe, 1999). Hal ini dapat diartikan pula bahwa suatu daerah aliran

sungai yang masih alami dengan vegetasi yang padat dapat diubah fungsi kawasannya

sebesar 15 % tanpa harus merubah keadaan alam dari sungai / drainase yang

bersangkutan. Bila perubahannya melebihi 15 % maka harus dicarikan alternatif

pengganti atau perlu kompensasi untuk menjaga kelestarian sungai / drainase, misalnya

dengan pembuatan sumur resapan.(Robert J.Kodoatie,”PSDA Terpadu”).

II. Sungai

a. Pengertian Sungai

Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempat-

tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat

gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang panjang di atas

permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur sungai, dan

perpaduan antara alur sungai dan aliran air didalamnya disebut sungai. Definisi di atas

merupakan definisi sungai yang ilmiah alami, sedangkan undang-undang persungaian

Page 34: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

Jepang menjelaskan mengenai daerah sungai sebagai berikut: (1) Suatu daerah yang di

dalamnya terdapat air yang mengalir secara terus menerus; (2) Suatu daerah yang kondisi

topografinya, keadaan tanamannya, dan keadaan lainnya mirip dengan daerah yang di

dalamnya terdapat air yang mengalir secara terus menerus (termasuk tanggul sungai,

tetapi tidak termasuk bagian daerah yang hanya secara sementara memenuhi keadaan

tersebut diatas, yang disebabkan oleh banjir atau peristiwa alam lainnya). Jadi sungai

adalah salah satu dari sumberdaya alam yang bersifat mengalir (flowing resources),

sehingga pemanfaatan air di hulu akan menghilangkan peluang di hilir (opportunity

value), pencemaran di hulu akan menimbulkan biaya sosial di hilir (externality effect) dan

pelestarian di hulu akan memberikan manfaat di hilir.

Suatu daerah yang tertimpa hujan dan kemudian air hujan ini menuju sebuah

sungai, sehingga berperan sebagai sumber air sungai tersebut dinamakan daerah

pengaliran sungai dan batas antara dua daerah pengaliran sungai yang berdampingan

disebut batas daerah pengaliran. Wilayah sungai itu sendiri merupakan satu kesatuan

wilayah pengembangan sungai Mulai dari mata airnya di bagian paling hulu di daerah

pegunungan dalam perjalanannya ke hilir di daerah dataran, aliran sungai secara

berangsur-angsur berpadu dengan banyak sungai lainnya, sehingga lambat laun tubuh

sungai menjadi semakin besar. Kadang – kadang sungai yang bermuara di danau atau di

pantai laut terdiri dari beberapa cabang. Apabila sungai semacam ini mempunyai lebih

dari 2 (dua) cabang, maka sungai yang paling penting, yakni sungai yang daerah

pengalirannya, panjangnya, dan volume airnya paling besar disebut main river (sungai

utama), sedang cabang – cabangnya disebut tributary (anak sungai). Kadang – kadang

sebelum alirannya berakhir di sebuah danau atau pantai laut, sungai membentuk beberapa

buah cabang yang disebut enffluent (cabang sungai). (Suyono Sosrodarsono,”Perbaikan

dan Pengaturan Sungai”).

b. Morfologi Sungai

Menurut letak geografis, karakteristik alur sungai terdiri atas: (1) Bagian hulu, yaitu

ditandai adanya penggerusan dasar sungai, kemiringan dasar sungai yang curam, material

dasar sungai berupa pasir, boulder, aliran deras, penampang sempit dan curam; (2)

Bagian tengah, yaitu ditandai dengan penggerusan tebing, alur bermeander, material

lempung pasir, kemiringan dasar sungai relative; (3) Bagian hilir, yaitu ditandai dengan

Page 35: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

adanya sedimentasi di dasar sungai, tipe alur braided dan terjadi pembentukan delta,

kemiringan dasar sungai landai, lebar sungai besar, penampang lebar dan landai.

c. Perilaku Sungai

Sungai adalah suatu saluran drainase yang terbentuk secara alamiah. Akan tetapi di

samping fungsinya sebagai saluran drainase dan dengan adanya air yang mengalir di

dalamnya, sungai menggerus tanah dasarnya secara terus menerus sepanjang masa

eksistensinya dan terbentuklah lembah - lembah sungai. Volume sedimen yang sangat

besar yang dihasilkan dari keruntuhan tebing - tebing sungai di daerah pegunungan dan

tertimbun di daerah sungai tersebut, terangkut ke hilir oleh aliran sungai. Karena di

daerah pegunungan kemiringan sungainya curam, gaya tarik aliran airnya cukup besar.

Tetapi setelah aliran sungai mencapai daratan, maka gaya tariknya sangat menurun.

Dengan demikian beban yang terdapat dalam arus sungai berangsur-angsur diendapkan.

Karena itu ukuran butiran sedimen yang mengendap di bagian hulu sungai lebih besar

daripada di bagian hilirnya. Dengan terjadinya perubahan kemiringan yang mendadak

pada saat alur sungai ke luar dari daerah pegunungan yang curam dan memasuki dataran

yang lebih landai, maka pada lokasi ini terjadi proses pengendapan yang sangat intensif

yang menyebabkan mudah berpindahnya alur sungai dan tersebut apa yang disebut

dengan kipas pengendapan. Pada lokasi tersebut sungai bertambah lebar dan dangkal,

erosi dasar sungai tidak lagi dapat terjadi, bahkan sebaliknya terjadi pengendapan yang

sangat intensif.

Dasar sungai secara terus menerus naik, dan sedimen yang hanyut terbawa arus

banjir, bersama dengan luapan air banjir tersebar dan mengendap secara luas membentuk

dataran alluvial. Pada daerah dataran yang rata alur sungai tidak stabil dan apabila sungai

mulai membelok, maka terjadilah erosi pada tebing belokan luar yang berlangsung secara

intensif,sehingga terbentuklah meander. Meander semacam ini umumnya terjadi pada

ruas - ruas sungai di dataran rendah dan apabila proses meander berlangsung terus, maka

pada akhirnya terjadi sudetan alam pada dua belokan luar yang sudah sangat dekat dan

terbentuklah sebuah danau.(Suyono Sosrodarsono, “Perbaikan dan Pengaturan Sungai”).

Page 36: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

d. Peranan Sungai

Sungai mempunyai peranan yang sangat besar bagi perkembangan peradaban

manusia, yakni dengan menyediakan daerah - daerah subur yang umumnya terletak di

lembah-lembah sungai dan sumber air bagi sumber kehidupan yang paling utama bagi

kemanusiaan. Demikian pula sungai menyediakan dirinya sebagai sarana transportasi

guna meningkatkan mobilitas serta komunikasi antar manusia. Di daerah pegunungan air

digunakan untuk pembangkit tenaga listrik dan juga memegang peranan utama sebagai

sumber air untuk kebutuhan irigasi, penyediaan air minum, kebutuhan industri, dan lain-

lain. Selain itu sungai berguna pula sebagai tempat yang ideal untuk pariwisata,

pengembangan perikanan, dan sarana lalu lintas sungai. Ruas - ruas sungai yang melintasi

daerah permukiman yang padat biasanya dipelihara dengan sebaik-baiknya dan

dimanfaatkan oleh penduduk sebagai ruang terbuka. Sungai-sungai berfungsi sebagai

saluran pembuang untuk menampung air selokan kota dan air buangan dari areal - areal

pertanian. (Suyono Sosrodarsono, “Perbaikan dan Pengaturan Sungai”)

III. Arsitektur Tradisional Sunda

Dalam naskah Sunda kuno, Sanghyang Siksakanda-ing Ka-resian (SSK) ditemukan

arsitektur maupun ragam hias yang berkaitan dengan bentuk serta hiasan rumah yang

sudah tidak kita kenali lagi saat ini, seperti anjung meru, yaitu bangunan yang berbentuk

lancip seperti gunung, lebih tinggi ke atas lebih kecil; Badak heuay, yaitu bentuk

bangunan rumah yang tidak memakai wuwung, bersambungnya antara atap belakang dan

atap depan tampak seperti badak yang sedang menganga; Badawang sarat, yaitu ragam

hias pada rumah dengan hiasan ikan besar; Balandongan, yaitu bangunan sementara

untuk menerima tamu; tempat pertunjukan kesenian; Capit gunting, yaitu bentuk

bangunan rumah yang bagian pinggir atap gentingnya memakai bambu atau kayu

disilangkan (menyilang) seperti gunting hendak mencapit; Julang ngapak, yaitu bentuk

bangunan rumah yang di bagian depan belakangnya memakai sorondoy seperti sayap

julang yang sedang terbang atau mengepakkan sayapnya, dan lain sebagainya (Nuryanto,

2013).

Jenis dan pola kampung di Tatar Sunda berdasarkan letak geografisnya dibagi ke

dalam tiga bagian, yaitu: (1) Kampung pegunungan, yaitu kampung yang terletak di

daerah pegunungan dan dataran tinggi; (2) Kampung dataran rendah, yaitu kampung yang

terletak di daerah dataran rendah; (3) Kampung pantai, yaitu kampung yang terletak di

Page 37: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

tepi pantai, atau di sepanjang pesisir (Ekadjati, 1995). Karakteristik lingkungan alam

Tatar Sunda juga memberikan gagasan pemberian nama kampung, antara lain Galudra

ngupuk, yaitu kampung yang letaknya di antara dua bukit atau gunung; Pancuran emas

yaitu kampung yang posisinya tepat di lereng bukit atau gunung yang menurun dan

menghadap ke arah barat daya; Satria lalaku adalah jenis kampung yang berada di lereng

bukit atau gunung yang menurun serta menghadap ke arah tenggara; Kancah nangkub

yaitu kampung yang letaknya tepat di puncak bukit; Gajah palisungan merupakan jenis

kampung yang berada di puncak bukit dalam kondisi tanah yang datar; Bulan purnama

yaitu kampung yang posisinya berada di lembah sungai; Gajah katunan merupakan

kampung yang letaknya di dataran rendah, di kelilingi bukit atau pasir (Nix dalam

Danumihardja, 1987).

Berdasarkan mata pencaharian pokok penduduknya, terdapat tiga jenis kampung,

yaitu: (1) Kampung pertanian, yaitu kampung yang kehidupan utama penduduknya dari

bidang pertanian dengan mengolah tanah. Bagian terbesar dari Jawa Barat merupakan

kampung pertanian; (2) Kampung nelayan, yaitu kampung yang kehidupan utama

penduduknya dari hasil penangkapan ikan di laut, karena itu lokasi kampungnya pun

berada di tepi pantai atau sekitar pantai; (3) Kampung kerajinan, yaitu kampung yang

kehidupan utama penduduknya dari bidang kerajinan tangan atau industri (Ekadjati,

1995).

Dalam pandangan Orang Sunda, rumah merupakan lambang wanita, karena seluruh

aktivitas di dalamnya dilakukan oleh wanita. Bentuk rumah masyarakat Sunda adalah

panggung, yaitu rumah berkolong dengan menggunakan pondasi umpak. Di samping itu,

panggung merupakan bentuk yang paling penting bagi masyarakat Sunda, dengan

suhunan panjang dan jure. Bentuk panggung yang mendominasi sistem bangunan di Tatar

Sunda mempunyai fungsi teknik dan simbolik. Secara teknik rumah panggung memiliki

tiga fungsi, yaitu: tidak mengganggu bidang resapan air, kolong sebagai media

pengkondisian ruang dengan mengalirnya udara secara silang baik untuk kehangatan dan

kesejukan, serta kolong juga dipakai untuk menyimpan persediaan kayu bakar dan lain

sebagainya (Adimihardja, 2004).

Fungsi secara simbolik didasarkan pada kepercayaan Orang Sunda, bahwa dunia

terbagi tiga: ambu handap, ambu luhur, dan tengah. Tengah merupakan pusat alam

semesta dan manusia menempatkan diri sebagai pusat alam semesta, karena itulah tempat

tinggal manusia harus terletak di tengah-tengah, tidak ke ambu handap (dunia

Page 38: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

bawah/bumi) dan ambu luhur (dunia atas/langit). Dengan demikian, rumah tersebut harus

memakai tiang yang berfungsi sebagai pemisah rumah secara keseluruhan dengan dunia

bawah dan atas. Tiang rumah juga tidak boleh terletak langsung di atas tanah, oleh karena

itu harus di beri alas yang berfungsi memisahkannya dari tanah yaitu berupa batu yang

disebut umpak (Adimihardja, 2004).

1. Studi Banding Arsitektur Masyarakat Kampung Naga dan Baduy Kajeroan

sebagai Pendekatan Konsep Perencanaan Rumah Ramah Banjir

a. Kampung Naga-Kabupaten Tasikmalaya

Kampung Naga terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu Kabupaten

Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Masyarakatnya disebut Urang Naga, dan ikatan

persaudaraan yang masih menjalankan adat istiadat dikenal dengan istilah Sa adat Sa

Naga. Masyarakat Kampung Naga adalah asli Sunda yang berasal dari satu keturunan

dari karuhun (leluhur) mereka bernama Eyang Sembah Dalem Singaparana. Dinamakan

Singaparana karena ia dapat menaklukkan singa yang sedang mengamuk dengan

kesaktiannya. Singaparana dikenal sebagai seorang ulama sakti, putra dari Prabu

Rajadipuntang, Raja Galunggung terakhir yang menyingkir ke Linggawangi. Ketika itu,

Kerajaan Galunggung diserang oleh Kerajaan Sunda di bawah kekuasaan Prabu

Surawisesa (1535-1543) karena mereka telah menjadi pemeluk Agama Islam,

sehingga tidak lagi menjadikan Kerajaan Sunda sebagai pusat. Menghadapi serangan itu,

Prabu Rajadipuntang menyelamatkan harta pusaka dan menyerahkannya pada anak

bungsunya yang bernama Singaparana. Untuk melaksanakan tugas itu Singaparana

dibekali ilmu yang membuat dirinya bisa nyumput buni dinu caang (bersembunyi di

keramaian). Eyang Sembah Dalem Singaparana memiliki enam putra yang kesemuanya

diwarisi ilmu linuwih dan meninggal di daerah tempat mereka mengamalkan ilmunya.

Menurut keterangan lain, Eyang Sembah Dalem Singaparana bertalian persaudaraan

dengan Sunan Gunung Djati. Eyang Sembah Dalem Singaparana dimakamkan di

Kampung Naga, sedangkan Sunan Gunung Djati di makamkan di Cirebon. Masyarakat

yang masih menjalankan adat istiadat sebagai warisan dari Eyang Sembah Dalem

Singaparana disebut Urang Naga Jero, artinya Masyarakat Kampung Naga yang asli dan

tinggal di kampung yang suci (sakral). Sedangkan masyarakat yang meninggalkan adat

istiadat dari leluhur disebut Urang Naga Luar, artinya keluar dari komunitas adat dan

tinggal di luar kampung suci (Nuryanto, 2015).

Page 39: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

Agama yang dianut masyarakat Kampung Naga adalah Agama Islam, akan tetapi

pengaruh Hindu dan kepercayaan terhadap karuhun (leluhur) masih kuat. Kuncen atau

pemuka adat mempunyai peranan sangat penting dalam kehiupan sehari-hari. Selain

sebagai pemuka adat, Kuncen juga berperan sebagai pengatur upacara-upacara adat.

Masyarakat Kampung Naga terkenal ketaatannya terhadap Kuncen/Kokolot/Pemuka

Adat, dan Pemerintah. Hal ini sesuai dengan prinsip hidup warisan dari leluhur mereka

yaitu “parentah gancang lakonan, panyaur geura temonan, pamundut gancang caosan”,

artinya perintah dan permintaan dari pimpinan segera dilaksanakan sebaik-baiknya.

Dalam kepercayaan mereka terdapat ketentuan-ketentuan adat yang disakralkan, dan

diyakini oleh seluruh anggota masyarakat, antara lain: (1) Percaya kepada Eyang Sembah

Dalem Singaparana; (2) Leuwi Naga, yaitu lubuk Sungai Ciwulan, ikannya tidak boleh

ditangkap/dikonsumsi; (3) Leuweung Tutupan, yaitu Hutan Naga yang tertutup tidak

boleh dimasuki. Dalam kehidupan bermasyarakat, mereka memiliki empat falsafah hidup,

yiatu: (1) Tidak mempunyai harta yang berlebihan, (2) Taat kepada pimpinan, (3)

Keselamatan, (4) Menjaga keturunan Kampung Naga (Nuryanto, 2015).

Pada setiap upacara yang menjadi pokok utama adalah ziarah ke makam Eyang

Sembah Dalem Singaparana, yang disebut juga hajat sasihan. Setelah itu baru diadakan

upacara yang lainnya. Dari upacara-upacara tersebut dapat dilihat bahwa sinkretisme

antara Islam dengan Hindu sangat berpengaruh kuat pada kehidupan masyarakatnya.

Setiap satu windu sekali diadakan upacara Pedaran, isinya menguraikan sejarah leluhur

(silsilah), yang jatuh pada tahun Alip, Bulan Maulud tanggal 13 dan 14. Pedaran

merupakan upacara terbesar yang peringatannya diikuti oleh seluruh keturunan Suku

Naga. Tanggal-tanggal di atas dapat berubah, bila bersamaan dengan jatuhnya hari-hari

yang dilarang (tabu), yaitu Selasa, Rabu, dan Sabtu.

Pola permukiman Kampung Naga terdiri dari lapangan yang dikelilingi oleh Bumi

Ageung, yaitu rumah yang dijadikan tempat penyimpanan benda-benda pusaka nenek

moyang, tajug (musholla), bale adat, dan rumah Kuncen serta beberapa rumah keluarga

Kuncen. Di sekitarnya tersebar rumah-rumah penduduk yang linier mengikuti aliran

Sungai Ciwulan dan jalan setapak kampung. Di samping itu juga terdapat saung lisung,

yaitu tempat menumbuk padi, makam (area kuburan), MCK, kolam ikan, sawah, kebun,

dan kandang ternak yang letaknya agak jauh di belakang area permukiman dan berada di

luar pagar kampung.

Page 40: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

b. Permukiman Kampung Naga

1. Site plan Kampung Naga (perletakkan masa bangunan) 3. Rumah adat di Kampung Naga

Gambar dan foto 1. : Site plan dan Perletakkan masa bangunan di Kampung Naga

Sumber: Nuryanto, 2017.

Daerah Kampung Naga dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: (1) Daerah

perumahan (daerah bersih) yang hanya terdapat rumah-rumah penduduk, tajug dengan

fasilitas wudlu (tidak boleh buang air atau mandi), bale adat, Leuit (lumbung padi), ruang

terbuka untuk kegiatan upacara, pertemuan atau tempat bermain dan olahraga; (2) Daerah

yang bukan perumahan, yaitu daerah yang dianggap dapat mengotori lingkungan, seperti:

MCK, kolam ikan, saung lisung, kandang ternak, makam, sawah, dan kebun. Pembagian

kedua daerah tersebut terjadi akibat pemisahan oleh pembatas buatan berupa pagar

kampung.

Bentuk rumah di Kampung Naga adalah panggung. Rumah panggung didirikan di

atas tanah, memiliki kolong dengan tinggi lantai dari tanah antara 40-60 cm. Rumah

panggung di Kampung Naga ternyata berhubungan erat dengan sistem kepercayaan

masyarakatnya tentang alam jagat raya yang dibagi ke dalam tiga bagian; (1) Ambu

Handap, yaitu yang memelihara dunia bawah (bumi); (2) Ambu Tengah, adalah yang

memelihara dunia tengah (alam dunia); (3) Dunia Luhur, artinya yang memelihara dunia

atas (langit). Dunia tengah merupakan pusat alam semesta dan manusia menempatkan

dirinya. Oleh karena itu, rumah tempat tinggal manusia harus terletak di tengah-tengah;

tidak di dunia bawah (bumi) dan tidak di dunia atas (langit). Artinya, rumah harus

memakai tiang yang berfungsi sebagai pemisah antara rumah secara keseluruhan dengan

Page 41: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

dunia bawah dan dunia atas. Tiang tersebut tidak langsung di atas tanah, tetapi harus

diberi alas berupa pondasi umpak. Ambu tengah merupakan pusat dunia dan manusia

menempatkan dirinya sebagai puseur (pusat/sentral). Ambu tengah merupakan pusat

kehidupan manusia; lantai tidak boleh menempel pada tanah, karena sama artinya

mengubur diri hidup-hidup. Dengan demikian, ambu tengah dengan ambu handap harus

dipisah dengan pondasi umpak, sehingga terbentuklah kolong. Di samping itu, golodog

(trap antara) juga berfungsi sebagai pemisah antara kedua dunia tersebut. Sedangkan

ambu luhur merupakan hubungan vertikal antara makhluk dengan Sang Khalik. Manusia

harus menjaga hubungan vertikal tersebut melalui ritual adat maupun agama, seperti

pelaksanaan Hajat Sasih yang selalu dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga.

1. Panggung pada rumah 2. Panggung pada tajug 3. Panggung pada leuit

4. Golodog sbg. pemisah lantai 5. Ritual adat Hajat Sasih 6. Tangga ke kampung

Foto 2. : Bangunan adat dan fasilitas penunjang yang ada di Kampung Naga

Sumber: Nuryanto, 2017.

Jawa Barat yang mayoritas masyarakatnya Berbahasa Sunda sangat kaya akan

arsitektur tradisionalnya. Salah satu kekayaan tersebut adalah rumah panggung dengan

berbagai bentuk atapnya yang sangat khas. Dalam penelitian ini tidak membahas

kekuatan struktur rumah panggung, karena harus dilakukan penelitian berikutnya dengan

fokus menghitung struktur panggung secara ilmu mekanika atau statika serta uji lab

struktur. Penelitian ini hanya membahas model atau bentuk arsitektur rumah panggung

yang dapat dikembangkan menjadi desain rumah yang ramah terhadap bahaya gempa

bumi. Model tersebut meliputi: denah, tampak, bentuk atap, dan material yang dipakai.

Denah berkaitan dengan perletakkan titik-titik pondasi umpak berdasarkan grid atau

Page 42: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

modul ukuran ruang. Tampak berhubungan dengan penampilan (performance), sehingga

rumah terlihat indah.

Banyak model-model atap dalam Arsitektur Tradisional Sunda, yaitu: badak heuay

yaitu atap yang menyerupai badak yang sedang menguap, sulah nyanda artinya atap

pelana dengan tambahan tritisan ke arah depan, julang ngapak yaitu atap yang

menyerupai burung julang sedang mengepakkan sayapnya, jangga wirangga adalah atap

mansarg atau perisai buntung, tagog anjing artinya atap yang mirip seperti anjing yang

sedang duduk, dan jolopong yaitu atap pelana. Di bawah ini contoh model desain atap

imah panggung yang dapat dijadikan sebagai inspirasi konsep perencanaan rumah ramah

banjir pada lokasi rawan banjir di Kampung Cieunteung Kabupaten Bandung (Selatan).

1. Atap badak heuay 2. Atap sulah nyanda 3. Atap julang ngapak

4. Atap jangga wirangga 5. Atap tagog anjing 6. Atap jolopong

Gambar 2. : Model-model desain atap bangunan pada Arsitektur Tradisional Sunda

Sumber: Nuryanto, 2015.

1. Rumah Kp. Naga 2. Rumah Kp. Naga 3. Rumah Kp. Naga

Foto 3. : Bentuk imah panggung pada Arsitektur Tradisional Sunda di Kampung Naga.

Sumber: Nuryanto, 2017.

Page 43: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

b. Kampung Baduy Kajeroan-Kabupaten Lebak, Banten

Baduy adalah sebutan populer untuk Masyarakat Kanekes di Banten. Kanekes atau

Baduy terletak di Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Provinsi Banten bagian

Selatan. Wilayah Baduy merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng (900 m dpal).

Secara geografis lokasinya terletak pada 6º27’27”-6º30’ LU dan 108º3’9”-106º4’55” BT.

Luas kawasan daerahnya kurang lebih 5.101,85 Ha (Iskandar 1992). Baduy merupakan

salah satu bentuk kampung Tradisional Sunda yang paling tua. Arsitektur bangunannya

dapat digolongkan dalam tipologi arsitektur tradisional rakyat, karena dibangun dari,

oleh, dan untuk Rakyat Baduy berdasarkan kekuatan adat, tradisi serta budaya yang

agung dari leluhurnya (Nuryanto, 2015).

Pada masa Islam berkembang di Kerajaan Banten terdapat sebagian masyarakat

yang tidak bersedia masuk Islam atau sepenuhnya masuk Islam. Mereka adalah orang

Ciparahyang. Banten yang menurut informasi sejarah adalah bekas pelarian Kerajaan

Hindu-Padjadjaran pada saat terjadi perang antara kerajaan, di bawah kekuasaan Prabu

Siliwangi melawan pemberontakan yang dipimpin oleh Kian Santang yang kemudian

menandai keruntuhan Kerajaan Sunda tersebut. Akibat terus menerus terdesak, maka

Masyarakat Ciparahyang yang tidak bersedia di Islamkan, melarikan diri ke Pamarayan,

Rangkasbitung hingga sampai ke Leuwidamar, di daerah Cisimeut. Secara umum,

Masyarakat Baduy terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu: kajeroan atau tangtu,

panamping, dan dangka. Tangtu dan panamping berada di wilayah Desa Kanekes,

sedangkan dangka terdapat di luar Desa Kanekes. Bila dilihat berdasarkan kesucian dan

ketaatannya kepada adat, tangtu lebih tinggi dibanding panamping, dan panamping lebih

tinggi dibanding dangka. Meski demikian pengelompokan yang sering digunakan adalah

tangtu merujuk pada masyarakat Baduy Dalam (kampung sakral), misalnya Kampung

Cikeusik, Cibeo dan Cikartawana, sedangkan panamping dan dangka merujuk pada

masyarakat Baduy Luar (kampung profan), seperti Kampung Cisadane dan Gajeboh

(Nuryanto, 2015).

Nuryanto (2015) dalam bukunya yang berjudul “Arsitektur Kampung dan Rumah

Panggung Masyarakat Sunda”, menjelaskan bahwa Masyarakat Baduy merupakan

penganut Sunda Wiwitan yang sangat kuat, karena mengikuti leluhurnya yang berasal

dari Kerajaan Padjadjaran. Salah satu ajarannya adalah hidup rukun dengan alam.

Keyakinan dalam kehidupan yang menghargai alam sebagai pelindung kehidupan

mereka, memunculkan banyak ritual-ritual serta aturan-aturan untuk menjaga kelestarian

Page 44: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

alam. Mereka berpendapat kerusakan pada alam berarti kerusakan pada manusia yang ada

di dalamnya. Bencanaalam hanya akan muncul ketika manusia mulai mengusik

ketenangan alam. Ketakutan mereka pada bencana-bencana alam yang muncul justru

semakin mendekatkan mereka pada alam dan menghindari dari kerusakan-kerusakan.

Dikatakan oleh pemimpin mereka bahwa alam bukanlah sumber daya yang harus

dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, tetapi alam merupakan

titipan dari Tuhan untuk dijaga manusia untuk generasi yang akan datang. Dengan

filosofi seperti itu mereka menjaga kelestarian lingkungan di Desa Kanekes-Baduy secara

turun temurun. Masyarakat Baduy memiliki kepercayaan, bahwa mereka tercipta di bumi

sebagai kelompok penjaga alam baik hutan dan air di lingkungannya. Mereka

beranggapan bahwa Desa Kanekes merupakan titik pusat alam di dunia, sehingga jika

titik pusat tersebut rusak karena ulah manusia, maka Pulau Jawa akan terjadi bencana dan

kehancuran.

Pola kampung Masyarakat Baduy Kajeroan seperti pada Kampung Cikartawana,

Cikeusik, dan Cibeo secara umum memiliki karakteristik yang sama, yaitu mengelilingi

lapangan terbuka dengan memusat pada rumah puun yang berada pada orientasi Utara-

Selatan. Rumah puun terletak di ujung Selatan dari lapangan terbuka berdekatan dengan

Salaka Domas atau Sasaka Domas, yaitu tempat suci atau kabuyutan Masyarakat Baduy

yang posisinya di Selatan. Dalam aturan adatnya, arah bubungan rumah-rumah harus

berada pada orientasi Utara-Selatan, karena sama artinya menghormati leluhur mereka,

sedangkan bubungan bangunan lainnya mengikuti kontur tanah atau disesuaikan kondisi;

boleh Utara-Selatan atau Barat-Timur. Arah Selatan selain diyakini sebagai letak Salaka

Domas, juga sebagai letak Karaton Suradipati, yaitu tempat tinggal Raja Pakuan

Padjadjaran yang harus disembah dan dihormati, karena dianggap sebagai wakil dewa

atau leluhur. Suradipati berasal dari kata ‘Sura’ artinya tempat, dan ‘Adipati’ artinya raja

atau ratu. Posisi rumah puun sangat tinggi, karena dianggap sebagai tempat tinggal orang

yang dianggap mewakili dewa atau leluhur mereka. Dalam konteks kehidupan sehari-

hari, puun memiliki kekuasaan yang sangat penuh, dan posisinya sama seperti ‘raja’,

sedangkan masyarakatnya adalah rakyat yang tunduk dan patuh kepada ‘raja’.

Page 45: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

1. Site plan Kampung Cikartawana 2. Site plan Kampung Cibeo

Gambar 3. : Site plan Kampung Baduy Kajeroan (Cikartawana dan Cibeo)

Sumber: Nuryanto, 2015.

Rumah Masyarakat Baduy berbentuk panggung, yang memiliki kolong setinggi ±

40-70 cm dari permukaan tanah. Panggung memiliki makna kosmologis yang berkaitan

dengan sistem keyakinan Masyarakat Baduy tentang dunia. Mereka mengenal tiga dunia:

buana nyungcung, panca tengah dan larang. Ketiga dunia ini tersusun secara vertikal

dengan buana nyungcung berada di puncak, diikuti oleh buana panca tengah (langit) dan

buana larang (bumi). Antara buana nyungcung dan buana panca tengah terdapat bumi

suci alam padang, yaitu tempat Nyai Pohaci Sanghyang Sri (Dewi Padi) bermukim. Letak

rumah berada di antara langit dan bumi, oleh karena itulah diletakkan tihang (tiang) yang

di bawahnya terdapat umpak (pondasi) sebagai penghubung antara bumi dengan langit.

Bentuk panggung dipercaya sebagai dunia tengah (netral) di antara buana panca tengah

dan buana larang. Mereka percaya, bahwa rumah panggung merupakan pusat yang

memiliki kekuatan netral di antara kedua dunia tersebut (Nuryanto, 2015).

Gambar 4. : Bentuk Imah Panggung pada Kampung Baduy Kajeroan

Sumber: Nuryanto, 2015.

Page 46: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

Bahan atap rumah Baduy terbuat dari daun yang disebut kiray (sejenis palem)

dengan bentuk atap sulah nyanda. Nyanda berarti sikap bersandar, sandarannya tidak lurus

melainkan agak merebah ke belakang. Salah satu sulah nyanda ini dibuat lebih panjang

dan memiliki kemiringan yang lebih rendah pada bagian bawah rangka atap. Bilik rumah

dan pintu rumah terbuat dari anyaman bambu yang dianyam secara vertikal. Teknik

anyaman tersebut dikenal dengan nama sarigsig yang dibuat hanya dengan berdasarkan

perkiraan, tidak diukur terlebih dahulu. Kunci rumah dibuat dengan memalangkan dua

buah kayu yang ditarik atau didorong dari bagian luar rumah. Ada tiga ruangan dalam

bangunan rumah adat ini, yaitu ruangan yang dikhususkan untuk ruang tidur kepala

keluarga juga dapur yang disebut imah, ruang tidur untuk anak-anak sekaligus ruang

makan yang disebut tepas, dan ruang untuk menerima tamu yang disebut sosoro. Seluruh

bangunan diatur menghadap satu dengan yang lainnya. Secara adat rumah Baduy hanya

diperbolehkan menghadap ke utara dan selatan (Nuryanto, 2015).

Rumah masyarakat di Kampung Baduy Kajeroan seluruhnya menggunakan bentuk

atap sulah nyanda dengan tambahan sorondoy pada bagian depannya, sedangkan leuit dan

saung lisung menggunakan bentuk atap jolopong. Mereka menggunakan sulah nyanda

sebagai bentuk atap rumahnya. Menurut mereka, sulah nyanda lebih luas, karena mampu

memberikan ruang lebih pada bagian depan rumah. Kemiringan atap sulah nyanda antara

35°-45°. Dengan kemiringan yang agak curam itu, maka diharapkan aliran air lebih cepat,

karena apabila lambat maka airnya akan mudah masuk ke dalam ruangan rumah (bocor).

Sedangkan sorondoy lebih landai dengan kemiringan antara 27°-33°.

Gambar 5. : Imah Panggung Baduy Kajeroan sebagai simbol Tangtunagn Jelema

Sumber: Nuryanto, 2015.

8 7

9 11

10

4 3 2

5 6

1

Page 47: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

Imah panggung sering disebut juga dengan istilah imah kolong, karena memiliki

ruang kosong di bawah lantai. Menurut masyarakat Kampung Baduy Kajeroan, imah

panggung berhubungan erat dengan kosmologi terhadap leluhurnya. Bentuk imah

panggung merupakan simbol dari tubuh manusia yang berdiri tegak, mereka menyebutnya

dengan istilah ‘tangtungan’, berasal dari kata ‘nangtung’, ‘tangtung’ atau ‘nu nangtung’

artinya tubuh yang berdiri tegak. Konsep ‘tangtungan’ atau tubuh manusia ini diambil

karena bagi mereka rumah bukan hanya benda mati, tetapi memiliki ruh (jiwa) yang

‘hidup’ seperti manusia. Tangtungan ini terdiri dari tiga bagian komponen, yaitu: (1) Hulu,

artinya bagian kepala (atas) yang dimanifestasikan ke dalam bentuk atap rumah sebagai

komponen rumah yang paling tinggi; (2) Awak, artinya bagian badan (tengah) yang

diwujudkan ke dalam bentuk dinding rumah; (3) Suku, artinya bagian kaki (bawah) yang

diaplikasikan ke dalam bentuk pondasi rumah sebagai komponen rumah yang paling

rendah. Berkaitan dengan hal itu, Tuan (1977) dalam bukunya “Space and Place”

menjelaskan bahwa untuk memahami prinsip dasar organisasi ruang terdapat dua

fenomena; (1) Berkaitan dengan struktur tubuh manusia; (2) Hubungan antar manusia.

Karena mampu berdiri tegak secara utuh, struktur tubuh manusia adalah unik jika

dibandingkan hewan. Kemampuan itu membuat manusia mampu membedakan ruang

depan-belakang, kiri-kanan, vertikal-horisontal, atas-bawah dan seterusnya (Nuryanto,

2015).

Organisasi ruang pada imah panggung Masyarakat Baduy secara umum, baik

kajeroan, dangka, maupun panamping adalah sama, yaitu terdiri dari 3 (tiga) pembagian

ruang: depan, tengah, dan belakang. Berdasarkan penelitian Riyadi Yoedodibroto (1988)

tentang “Desa Tradisional Kanekes”, dijelaskan bahwa; (1) Ruang depan disebut dengan

istilah Sosoro atau tepas imah, yaitu ruang yang letaknya paling depan berfungsi sebagai

tempat keluarga, terutama untuk menerima tamu; (2) Ruang tengah disebut dengan istilah

tengah imah, yaitu ruang yang letaknya di tengah-tengah antara depan dan belakang,

berfungsi untuk istirahat, seperti tidur, dan bercengkrama; (3) Ruang belakang disebut

dengan istilah pawon, yaitu ruang yang letaknya paling belakang, berfungsi sebagai ruang

pelayanan bagi ruang tengah dan tepas imah.

Pembagian ketiga ruang di atas ternyata memiliki makna simbolik; (1) Sosoro atau

tepas imah maknanya adalah “mangsa kahareup”, artinya masa yang akan datang atau

masa depan, makanya letaknya di bagian paling depan; (2) Tengah imah maknanya adalah

“mangsa kiwari”, artinya masa sekarang, yaitu kehidupan yang sedang dijalani oleh

Page 48: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

manusia di alam dunia; (3) Pawon maknanya adalah “mangsa katukang’, artinya masa lalu

atau waktu yang telah berlalu. Masa yang akan datang disimbolkan oleh sebuah tempat

duduk pada bagian sosoro berupa babalean terbuat dari lantai talupuh (bambu) yang

dipakai duduk-duduk terutama kaum pria sambil menatap ke halaman depan rumah,

seolah-olah sedang menatap masa depan. Masa sekarang disimbolkan oleh sebuah ruang

bersama (masamoan) yang biasa dipakai untuk bercengkrama, dan aktivitas inti keluarga;

melahirkan, membesarkan, dan mengurus keluarga. Masa lalu disimbolkan oleh sebuah

ruang yang disebut parako (dapur) yang selalu gelap, karena apabila malam tidak

menggunakan penerangan dan plafonnya hitam karena asap dari tungku. Masa lalu identik

dengan kegelapan, sehingga tidak perlu dikenang lagi, tetapi sebagai cermin untuk masa

depan agar lebih baik (Nuryanto, 2006).

Rumah panggung di Kampung Baduy Kajeroan disusun berdasarkan 2 (dua)

komponen utama, yaitu: (1) Bagian bawah, yang menunjukkan komponen dasar sebagai

lapis kesatu untuk kekuatan rumah yang terdiri dari: lelemahan (tanah), dan pondasi

(umpak/tatapakan); (2) Bagian atas yang menunjukkan komponen kekuatan lapis kedua

yang terdiri dari: lantai, dinding, dan atap rumah. Seperti yang telah disebutkan

sebelumnya, bahwa pada bagian pondasi, Masyarakat Baduy menggunakan 3 (tiga) jenis

pondasi umpak, yaitu: buleud, balok, dan lisung. Sedangkan lelemahan berhubungan

dengan kondisi tanah yang tidak rata, sehingga mereka mengaturnya dengan cara

sengkedan (terasering). Tanah di sekitar lingkungan kampungnya relatif cukup stabil,

karena berada pada dataran tinggi dan bekas tegalan, kebon, atau huma, sehingga

cenderung padat (Nuryanto, 2015).

IV. Simpulan dan Rekomendasi Studi Banding

a. Simpulan

Arsitektur tradisional Kampung Naga dan Baduy Kajeroan sangat kaya dengan

keanekaragaman budaya dan tradisi masyarakatnya. Kesetiaan mereka terhadap aturan adat

leluhur menjadi landasan yang sangat kokoh sekaligus benteng pelindung dari pengaruh-

pengaruh luar yang merusak tatanan adat. Kesetiaan mereka terlihat pada bentuk rumah

panggung yang sampai sekarang masih dipertahankan. Konsep panggung menjadi amanat

dan pakem adat dari leluhur yang harus dilaksanakan secara turun temurun. Konsep ini

juga menjadi landasan penting bagi bentuk-bentuk bangunan lain, seperti leuit, saung

Page 49: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

lisung, tajug, masjid, dan lain sebagainya. Tidak ada yang berani melanggarnya, karena

akibatnya akan fatal, yaitu mendapat murka dari leluhur (kabendon).

Berdasarkan studi banding yang telah dilakukan pada Kampung Naga dan Baduy

Kajeroan, maka dapat ditarik simpulan bahwa, keanekaragaman arsitektur pada kampung

tersebut bersumber pada perilaku, budaya, serta tradisi masyarakatnya yang menjadi bukti

kesetiaan mereka pada leluhur. Bentuk panggung yang menjadi rumah khas masyarakat

Kampung Naga merupakan perpaduan antara ketiganya itu. Pada prinsipnya, rumah

panggung di Kampung Naga dan Baduy Kajeroan yang tidak pernah terpengaruh oleh

bencana, seperti banjir, longsor, dan gempa bumi, karena sangat memperhatikan kondisi

alam sebagai bentuk harmonisasi dan adaptasi mereka terhadap alam semesta yang

berkaitan erat dengan pandangan kosmologinya: ambu handap, ambu tengah, dan ambu

luhur. Mereka meyakini bahwa, memasang pondasi di dalam tanah dengan cara menggali

tanah, maka artiya menyakiti ambu handap (sang penguasa dunia bawah/ibu pertiwi),

sehingga suatu saat bisa jadi ambu handap akan murka dalam bentuk aliran air yang besar

di luar batas normal yang disebut caah (banjir), rugrug (tanah longsor), dan lini (gempa

bumi). Oleh karena itulah, bentuk rumah panggung dengan kolong di bawahnya

merupakan tameng terhadap murkanya leluhur sekaligus sebagai bentuk kesetiaan mereka

terhadap adatnya.

b. Rekomendasi

Terdapat beberapa rekomendasi penting dari studi banding yang telah dilakukan

pada arsitektur tradisional Kampung Naga dan Baduy Kajeroan, antara lain yaitu:

1. Penggunaan bentuk panggung pada rumah tinggal sebagai inspirasi bagi konsep

perencanaan rumah yang ramah terhadap bahaya banjir;

2. Pemanfaatan material-material yang bersumber dari alam atau kombinasi dengan

fabrikasi yang dapat digunakan pada pondasi, dinding, dan atap rumah;

3. Penggunaan bentuk-bentuk atap khas rumah pada arsitektur Tradisional Sunda di

Kampung Naga dan Baduy Kajeroan, seperti: capit gunting, julang ngapak, atau

jolopong sebagai konsep perancangan tampak rumah;

4. Pemanfaatan kontur tanah sebagai potensi tapak (adaptasi).

Page 50: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan

pendekatan penelitian deskriptif yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan

(menggambarkan/menceritakan) kembali secara tertulis dari hasil survey lapangan tentang

kondisi daerah yang terdampak banjir di Kampung Cieunteung Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung (Selatan). Berdasarkan cara memperoleh datanya, maka penelitian ini

termasuk ke dalam jenis penelitian lapangan (field research), karena peneliti langsung

terlibat dengan masyarakat dan mendalami permasalahan yang terjadi di masyarakat,

khususnya tentang banjir. Data diperoleh melalui: observasi, wawancara, dan dokumentasi.

2. Desain Penelitian dan Kerangka Pemikiran

Dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, disusun desain dan

kerangka pemikiran penelitian yang secara grafis keduanya digambarkan sebagai berikut:

MITIGASI BENCANA: RUMAH RAMAH BANJIR

DESAIN MODEL

PROTOTYPE

PERENCANAAN

PERANCANGAN

PRODUK LUARAN:

Konsep tapak/lahan Konsep denah rumah

Konsep tampak rumah

Konsep potongan rmah

PRODUK LUARAN:

Perspektif Eksterior Perspektif Interior

Detail Arsitektural

Maket Model Desain

Arsitektur Trad. Sunda

Rumah panggung

Bentuk/model atap

Material bangunan

LOKAL WISDOM

KAMPUNG CIEUNTEUNG

Banjir Sungai Citarum

Rumah terendam/rusak

Penduduk mengungsi

Penyakit/masy. sakit

IDE-GAGASAN BIDANG ARSITEKTUR

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH RAMAH BANJIR

ANALISIS TAPAK DAN BANGUNAN

RUMAH DI KAMPUNG CIEUNTEUNG KECAMATAN BALEENDAH

PRODUK LUARAN PENELITIAN YANG DIJANJIKAN

TA

HA

P IN

PU

T

PR

OS

ES

T

AH

AP

OU

TP

UT

MODEL DESAIN RUMAH RAMAH BANJIR

TE

OR

I-TE

OR

I

TA

HU

N K

E- 1

TA

HU

N K

E-2

Page 51: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

3. Lokasi, Subjek dan Objek Penelitian

Jawa Barat termasuk provinsi yang rawan terjadinya banjir. Curah hujannya

cukup tinggi, antara Bulan September sampai dengan Bulan April masuk musim

penghujan. Lokasi penelitian ini adalah di Kampung Cieunteung Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung (Selatan) Provinsi Jawa Barat. Sedangkan lokasi kampung adat yang

dijadikan pendekatan konsep rumah ramah banjir sekaligus objek studi banding penelitian

yaitu Kampung Naga yang terletak di Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya dan

Kampung Baduy Kajeroan yang ada di Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak-

Banten. Pemilihan Kampung Cieunteung didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu:

(1) Termasuk daerah terdampak banjir paling parah dalam kurun waktu lima tahun, dari

2011-2015; (2) Lokasi kampung sangat dekat dengan (bantaran) Sungai Citarum sebagai

pusat luapan air paling besar pada saat banjir; (3) Merupakan kampung yang masuk dalam

daftar daerah rawan dan siaga banjir dalam BNPB provinsi/kabupaten dalam setiap

tahunnya. Sedangkan alasan pemilihan Kampung Naga dan Baduy Kajeroan sebagai

objek studi banding yaitu: (1) Keragaman serta kekayaan arsitektur tradisionalnya yang

sangat khas dan unik; (2) Prototype kampung tradisional khas Masyarakat Sunda.

Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Kampung Cieunteung sebagai

korban banjir. Masyarakat akan dilibatkan secara langsung di lapangan untuk bekerjasama

dengan peneliti dalam proses pengumpulan data. Sedangkan objek penelitiannya adalah

rumah-rumah masyarakat yang rusak parah karena terendam air. Rumah-rumah

masyarakat akan dijadikan model kajian konsep, data rumah dikumpulkan melalui

pemotretan, pengukuran dan penggambaran ulang. Objek studi banding pada kampung

yang dijadikan ide-gagasan konsep rumah ramah banjir berupa wujud fisik arsitektur

tradisional, meliputi: imah panggung (rumah berkolong), bentuk-bentuk atap contohnya:

julang ngapak, sulah nyanda, badak heuay, tagog anjing, dan jolopong, serta pemakaian

material rumah.

Konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah terhadap bahaya banjir

ini juga harus disesuaikan dengan program rencana Pemerintah Kabupaten Bandung

tentang program penanggulangan banjir di daerah rawan banjir. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penelusuran melalui diskusi dengan pihak pemda setempat untuk mengetahui

program tersebut, sehingga dapat diketahui potensi-potensi lainnya, misalnya lokasi

pengembangan ke daerah-daerah lain yang memiliki permasalahan yang sama.

Page 52: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

4. Prosedur Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

instrumen wawancara, baik terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara dilakukan

untuk mengetahui informasi tentang kondisi daerah yang terdampak banjir, seperti:

topografi alam, peraturan dan sosialisasi pemerintah tentang garis sempadan sungai

(GSS), jumlah rumah yang terendam dan rusak akibat banjir, ketinggian debit air Sungai

Citarum pada saat normal dan pasang, serta perilaku masyarakat Kampung Cieunteung.

Informan yang diwawancarai antara lain: camat, kepala/ketua kampung, tokoh

masyarakat, ulama, karang taruna/taruna karya, serta masyarakat umum lainnya. Data

yang diperoleh dari wawancara berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data

utama penelitian, seperti: perilaku dan kebiasaan sehari-hari masyarakat setempat, jumlah

rumah yang rusak/terendam, jumlah pengungsi, struktur dan konstruksi rumah, material

yang dipakai, dan lain sebagainya. Sedangkan data sekunder adalah data penunjang

penelitian, misalnya: peta lokasi, kehidupan sosial, budaya, keagamaan, dan lain

sebagainya.

Di samping itu, data-data yang perlu dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu:

kondisi fisik dan daerah penelitian yang meliputi letak, luas, batas, iklim hidrologi dan

topografi; Demografi, meliputi jumlah dan kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk,

komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan umur, menurut tingkat pendidikan dan

menurut mata pencaharian yang diperoleh dari BPS; Infrastruktur, meliputi jaringan

listrik, sarana air bersih, transportasi dan komunikasi, pelayanan sosial-ekonomi yang

diperoleh dari kantor kecamatan setempat dan BAPPEDA.

2. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah melalui tiga cara. Pertama;

persiapan, yaitu kegiatan pemeriksaan terhadap masing-masing informasi dengan memilih

dan memilahnya menjadi beberapa kategori, yaitu data fisik dan non fisik. Hanya

informasi yang valid saja yang akan dipergunakan pada proses berikutnya; Kedua;

pengolahan, yakni menyajikan data secara lebih sistematis dan informatif, sehingga

mudah pada tahap analisis; Ketiga; Penarikan kesimpulan, yakni proses pengolahan data

tahap akhir melalui penarikan kesimpulan untuk mengetahui apakah data tersebut dapat

dilanjutkan pada tahap analisis.

Page 53: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

3. Analisis Data

Data penelitian tentang konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah

terhadap bahaya banjir di Kampung Cieunteung Kecamatan Baleendah Kabupaten

Bandung (Selatan) ini berupa fisik dan non fisik. Data fisik diperoleh dari hasil observasi,

wawancara, dan dokumentasi di lapangan berupa data rumah-rumah masyarakat yang

rusak parah akibat banjir. Teknik analisis data dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1)

Kategorisasi, adalah proses memilih dan memilah data yang valid atau terukur (tangible)

untuk selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan konsep rumah ramah

banjir, yaitu arsitektur Tradisional Sunda, misalnya: penggunaan pondasi lajur (dangkal)

pada rumah selanjutnya dianalisis dengan bentuk pondasi umpak pada rumah panggung

untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya; (2) Tabulasi, adalah penyajian data-data

dalam bentuk tabel. Data-data yang diperoleh dari lapangan selanjutnya dimasukkan ke

dalam tabel, dikelompokkan dengan baik, misalnya: data kondisi masyarakat Kampung

Cieunteung (jenis kelamin, usia, mata pencaharian, pendidikan, dll). Hal ini penting,

karena berhubungan dengan kemampuan membangun rumah dan perilaku terhadap

lingkungan di sekitarnya.

Selanjutnya, data-data fisik tersebut dianalisis dengan menggunakan teori

tentang arsitektur Tradisional Sunda, khususnya tentang rumah panggung dengan tujuan

untuk mengetahui ide-gagasan konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah

terhadap bahaya banjir. Sedangkan data-data non fisik, seperti aturan tidak tertulis, sistem

kepercayaan, adat kebiasaan, larangan-larangan, dan sistem sosial kemasyarakatan

dianalisis dengan menggunakan pendekatan personal melalui penelusuran dengan tokoh-

tokoh masyarakat, tokoh agama, untuk dijadikan masukan dalam proses pembuatan

konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah terhadap bahaya banjir.

Page 54: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

BAB 5

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

5.1. Anggaran Biaya

a. Uraian pembiayaan program Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi

(PDUPT) Tahun 1

No Jenis Pengeluaran Jumlah

(Rp)

1 Gaji dan Upah (27.13 %) 67.840.000

2 Peralatan Penunjang (1.69 %) 4.225.000

3 Bahan Habis Pakai (31.86 %) 79.660.000

4 Perjalanan (6.96 %) 17.400.000

5 Lain-lain (32.36 %) 80.900.000

Total Maksimum 250,000,000

b. Justifikasi Pembiayaan

1. GAJI dan UPAH

No Honor Honor/Jam

(Rp)

Waktu

(jam/minggu)

Minggu Honor per

Tahun

1 Ketua 50,000 16 32 25,600,000

2 Anggota 1 35,000 12 32 13,440,000

3 Anggota 2 35,000 12 32 13,440,000

4 Pembantu Peneliti (5 orang) 20,000 24 32 15,360,000

Sub Total 67,840,000

2. PERALATAN PENUNJANG

No Material Justifikasi Penggunaan Kuantitas Harga Satuan Jumlah

1 Roll Meter

100 m

Pengukuran fisik lapangan objek

peneiitian (untuk 5 kali

pengukuran)

5 125,000 625,000

2 Drawing Kit Perekaman data visual objek

kajian/teliti secara

manual/freehanded/sketsa.

12 150,000 1,800,000

3 Memory card

@ 16GB

Perekaman data visual digital 2 150,000 300,000

4 Literatur dan

Jurnal

Perumusan standar dan konsep

dasar dan implementasi disain

1 1,500,000 1,500,000

Sub Total 4,225,000

3. BAHAN HABIS PAKAI

No Material Justifikasi Penggunaan Kuantitas Harga Satuan Jumlah

1 ATK Penyusunan model, perangkat,

instrument penelitian dan draft

laporan awal

5 200,000 1,000,000

Page 55: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

2 Konsumsi Pengembangan instrumen

penelitian (3 orang, 4 hari)

12 75,000 900,000

3 Fotocopy Instrumen Penelitian (untuk 3

lokasi penjaringan data) @ 8 eks

24 50,000 1,200,000

4 Konsumsi Pengukuran Rumah di Lokasi

Objek Teliti (3 orang, 2 hari) 40

unit.

240 75,000 18,000,000

5 Konsumsi Penjaringan Data 2 Lokasi Kaji

Banding tentang Kampung Adat

8 75,000 600,000

6 Konsumsi Pengolahan Data Lokasi

Penelitian (3 orang, 3 hari) 40

unit

360 75,000 27,000,000

7 Konsumsi Pengolahan Data tentang

Kampung Adat (3 orang, 3 hari)

2 Desa

18 75,000 1,350,000

8 Konsumsi Penyusunan draft Konsep Tapak

(1 orang peneliti, 3 orang

pembantu peneliti)

4 75,000 300,000

9 Fotocopy Draft Konsep Tapak 5 120,000 600,000

10 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep

Tapak (1 orang peneliti, 3 orang

pembantu peneliti)

4 75,000 300,000

11 Gambar Finalisasi Konsep Tapak (1

orang peneliti, 5 orang

pembantu peneliti)

6 500,000 3,000,000

12 Reproduksi dan

Print

Konsep Tapak 12 40,000 480,000

13 Konsumsi FDG Konsep Tapak (3 orang

peneliti, 5 orang pembantu

peneliti dan 2 orang ahli BBWS

2 orang ahli BAPPEDA)

12 75,000 900,000

14 Konsumsi Penyusunan draft Konsep Denah

(1 orang peneliti, 3 orang

pembantu peneliti)

4 75,000 300,000

15 Fotocopy Draft Konsep Denah 4 120,000 480,000

16 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep

Denah (1 orang peneliti, 3 orang

pembantu peneliti)

4 75,000 300,000

17 Gambar Finalisasi Konsep Denah (1

orang peneliti, 5 orang

pembantu peneliti)

6 400,000 2,400,000

18 Reproduksi dan

Print

Konsep Denah 12 40,000 480,000

Page 56: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

19 Konsumsi FDG Konsep Denah (3 orang

peneliti, 5 orang pembantu

peneliti dan 2 orang ahli BBWS

2 orang ahli BAPPEDA)

12 75,000 900,000

20 Konsumsi Penyusunan draft Konsep

Tampak (1 orang peneliti, 3

orang pembantu peneliti)

4 75,000 300,000

21 Fotocopy Draft Konsep Tampak 4 120,000 480,000

22 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep

Tampak (1 orang peneliti, 3

orang pembantu peneliti)

4 75,000 300,000

23 Gambar Finalisasi Konsep Tampak (1

orang peneliti, 5 orang

pembantu peneliti)

6 400,000 2,400,000

24 Reproduksi dan

Print

Konsep Tampak 12 40,000 480,000

25 Konsumsi FDG Konsep Tampak (3 orang

peneliti, 5 orang pembantu

peneliti dan 2 orang ahli BBWS

2 orang ahli BAPPEDA)

12 75,000 900,000

26 Konsumsi Penyusunan draft Konsep

Potongan (1 orang peneliti, 3

orang pembantu peneliti)

4 75,000 300,000

27 Fotocopy Draft Konsep Potongan 4 120,000 480,000

28 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep

Potongan (1 orang peneliti, 3

orang pembantu peneliti)

4 75,000 300,000

29 Gambar Finalisasi Konsep Potongan (1

orang peneliti, 5 orang

pembantu peneliti)

6 400,000 2,400,000

30 Reproduksi dan

Print

Konsep Potongan 12 40,000 480,000

31 Konsumsi FDG Konsep Potongan (3 orang

peneliti, 5 orang pembantu

peneliti dan 2 orang ahli BBWS

2 orang ahli BAPPEDA)

12 75,000 900,000

32 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Draft

Laporan Akhir (3 orang, 5 orang

pembantu peneliti, 6 hari)

90 75,000 6,750,000

33 Konsumsi Penyusunan Laporan Akhri

Penelitian (3 orang, 12 hari)

36 75,000 2,700,000

Sub Total 79,660,000

4. PERJALANAN

No Tujuan Justifikasi Perjalanan Kuantitas Harga Satuan Jumlah

Page 57: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

1 Kab. Bandung Penjaringan Data tentang Desa

Cieunteung Baleendah (3 orang,

1 hari) 8 kali kunjungan

lapangan

24 300,000 7,200,000

2 Kab.

Tasikmalaya

Penjaringan Data tentang

Kampung Naga (3 orang, 2

hari).

6 500,000 3,000,000

3 Prop. Banten Kaji Banding tentang Kampung

Adat Baduy (3 orang, 3 hari)

9 800,000 7,200,000

Sub Total 17,400,000

5. LAIN-LAIN

No Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Jumlah

1 Pemetaan Pengukuran dan Pemetaan

Lokasi

Kampung Cieunteung

8,700 5,000 43,500,000

2 Laporan Penggandaan 15 600,000 9,000,000

3 Poster Penggandaan 5 400,000 2,000,000

4 Publikasi Jurnal 1 6,000,000 6,000,000

5 Administrasi Tips Nara Sumber/Tenaga Ahli 12 1,500,000 18,000,000

6 Seminar Pendaftaran 3 500,000 1,500,000

7 Seminar Proseding 3 300,000 900,000

Sub Total 80,900,000

REKAPITULASI

1 Gaji dan Upah (27.13 %) 27.13% 67,840,000

2 Peralatan Penunjang (1.69 %) 1.69% 4,225,000

3 Bahan Habis Pakai (31.86 %) 31.86% 79,660,000

4 Perjalanan (6.96 %) 6.96% 17,400,000

5 Lain-lain (32.36 %) 32.36% 80,900,000

100.00% 250,025,000

5.2. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Page 58: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

E. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 8 (delapan) bulan dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

No. Uraian

Kegiatan Penelitian

Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4-5 Bulan 6-7 Bulan 8-9 Bulan 10-11 Bulan 12

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Tahap persiapan:

a. Pengumpulan data awal lokasi penelitian

melalui internet, buku, media elektronik

b. Elaborasi literatur (buku sumber)

2. Tahap penyusunan desain:

a. Pembuatan pedoman wawancara, secara

terstruktur, maupun tidak terstruktur

b. Pembuatan titik-titik potensi daerah rawan

banjir di Kecamatan Baleendah, khususnya

Kampung Cieunteung (lokasi penelitian)

3.

Tahap pengumpulan data di lapangan:

a. Wawancara (interview)

b. Observasi (observation)

c. Dokumentasi (documentation)

4. Tahap Pengolahan data:

a. Pemeriksaan data fisik dan non fisik

b. Analisis data fisik dan non fisik

5.

Tahap rancangan awal laporan

a. Pembuatan awal laporan

b. Revisi-revisi laporan

6. Tahap Seminar laporan

7. Tahap finalisasi laporan dan produksi

8. Tahap penulisan dan pengiriman

artikel ilmiah

Page 59: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

F. Daftar Pustaka

Adimihardja, Kusnaka dan Purnama Salura (2004): ”Arsitektur dalam Bingkai

Kebudayaan”. Cetakan Pertama, Penerbit: CV. Architecture & Communication, Forish

Publishing, Bandung;

Ahdiat, Dadang; Nuryanto (2009). ”Karakteristik tipologi kampung tradisional

Sunda pada daerah dataran tinggi, rendah, dan pesisir pantai di Jawa Barat”. Laporan

Penelitian Hibah Kompetitif Universitas Pendidikan Indonesia;

Ahdiat, Dadang; Nuryanto; Surasetja, Irawan (2013): ”Desain Fasilitas Desa

Wisata di Provinsi Jawa Barat Berbasisikan Arsitektur Tradisional Sunda”, Laporan

Penelitian PPKBK, Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan

Indonesia;

Ahdiat, Dadang; Nuryanto; Surasetja, Irawan (2014): ”Perencanaan dan

Perancangan Desa Wisata Kampung Tajur Kahuripan di Kabupaten Purwakarta-Jawa

Barat berbasiskan Arsitektur Tradisional Sunda”, Laporan Penelitian PPKBK lanjutan

untuk tahun II, Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan

Indonesia;

Danumihardja, Sutoyo (1987): ”Model Pengembangan Desa: Sebuah Kajian

Sosiologi Arsitektur Perdesaan di Jawa Barat”. Tesis Magister Arsitektur Program Pasca

Sarjana-ITB, Bandung (tidak diterbitkan);

Ekadjati, Edi. S. (1995): “Kebudayaan Sunda: Suatu Pendekatan Sejarah”,

Penerbit: PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta;

Kodoatie. Robert J, dan Sugiyanto (2001): “Banjir dan Permasalahannya”,

Penerbit: Pustaka Pelajar, Semarang-Jawa Tengah;

Kodoatie. Robert J, dan Syarief, Rustam (2010): “Tata Ruang Air”, Penerbit:

CV. ANDI Offset, Yogyakarta-Jawa Tengah;

Muanas, Dasum (1983): “Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Barat”.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat, Proyek Inventarisasi dan

Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Bandung;

Nuryanto (2013): ”Pengembangan Model Desain Rumah Tinggal Ramah Gempa

pada Daerah Rawan Gempa Bumi di Kabupaten Tasikmalaya-Jawa Barat berbasiskan

Arsitektur Tradisional Sunda”, Laporan Penelitian Dosen Muda Jurusan Pendidikan

Teknik Arsitektur FPTK, LPPM Universitas Pendidikan Indonesia;

Nuryanto (2014): ”Model Desain Rumah Ramah Gempa Bumi pada Daerah

rawan Bencana Gempa Bumi di Kab. Tasikmalaya Berbasiskan Arsitektur Tradisional

Sunda”, Laporan Penelitian Dosen Muda Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur

FPTK, LPPM Universitas Pendidikan Indonesia;

Nuryanto (2015): ”Arsitektur Tradisional Sunda dalam Bingkai Arsitektur

Nusantara”, Draft buku ajar (akan diterbitkan tahun 2015), Departemen Pendidikan

Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia;

Pusat Bahasa (2008): “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Edisi Keempat, Penerbit:

PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta;

Tominaga, Masateru, diterjemahkan oleh Gayo, M.Yusuf, Editor Sosrodarsono,

Suyono (1985): “Perbaikan dan Pengaturan Sungai”, Penerbit: Pradnya Paramita,

Jakarta;

Yoedodibroto, Riyadi (1993): ”Hubungan Tipologik Arsitektur Rumah/Kampung

Baduy (Kab. Lebak) dengan Rumah/Kampung Naga (Kab. Tasikmalaya)”. Laporan

Penelitian, Jurusan Teknik Arsitektur, FTSP, Institut Teknologi Bandung;

Zeisel, John (1981): ”Inquiry by Design, Tools for Environment, Behaviour

Research”. California; Publisher: Cambridge University Press.

Page 60: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

G. Pembiayaan

c. Uraian pembiayaan program Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi

(PDUPT) Tahun 1

No Jenis Pengeluaran Jumlah

(Rp)

1 Gaji dan Upah (27.13 %) 67.840.000

2 Peralatan Penunjang (1.69 %) 4.225.000

3 Bahan Habis Pakai (31.86 %) 79.660.000

4 Perjalanan (6.96 %) 17.400.000

5 Lain-lain (32.36 %) 80.900.000

Total Maksimum 250,000,000

d. Justifikasi Pembiayaan

1. GAJI dan UPAH

No Honor Honor/Jam

(Rp)

Waktu

(jam/minggu)

Minggu Honor per

Tahun

1 Ketua 50,000 16 32 25,600,000

2 Anggota 1 35,000 12 32 13,440,000

3 Anggota 2 35,000 12 32 13,440,000

4 Pembantu Peneliti (5 orang) 20,000 24 32 15,360,000

Sub Total 67,840,000

2. PERALATAN PENUNJANG

No Material Justifikasi Penggunaan Kuantitas Harga Satuan Jumlah

1 Roll Meter

100 m

Pengukuran fisik lapangan objek

peneiitian (untuk 5 kali

pengukuran)

5 125,000 625,000

2 Drawing Kit Perekaman data visual objek

kajian/teliti secara

manual/freehanded/sketsa.

12 150,000 1,800,000

3 Memory card

@ 16GB

Perekaman data visual digital 2 150,000 300,000

4 Literatur dan

Jurnal

Perumusan standar dan konsep

dasar dan implementasi disain

1 1,500,000 1,500,000

Sub Total 4,225,000

3. BAHAN HABIS PAKAI

No Material Justifikasi Penggunaan Kuantitas Harga Satuan Jumlah

1 ATK Penyusunan model, perangkat,

instrument penelitian dan draft

laporan awal

5 200,000 1,000,000

2 Konsumsi Pengembangan instrumen

penelitian (3 orang, 4 hari)

12 75,000 900,000

3 Fotocopy Instrumen Penelitian (untuk 3

lokasi penjaringan data) @ 8 eks

24 50,000 1,200,000

Page 61: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

4 Konsumsi Pengukuran Rumah di Lokasi

Objek Teliti (3 orang, 2 hari) 40

unit.

240 75,000 18,000,000

5 Konsumsi Penjaringan Data 2 Lokasi Kaji

Banding tentang Kampung Adat

8 75,000 600,000

6 Konsumsi Pengolahan Data Lokasi

Penelitian (3 orang, 3 hari) 40

unit

360 75,000 27,000,000

7 Konsumsi Pengolahan Data tentang

Kampung Adat (3 orang, 3 hari)

2 Desa

18 75,000 1,350,000

8 Konsumsi Penyusunan draft Konsep Tapak

(1 orang peneliti, 3 orang

pembantu peneliti)

4 75,000 300,000

9 Fotocopy Draft Konsep Tapak 5 120,000 600,000

10 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep

Tapak (1 orang peneliti, 3 orang

pembantu peneliti)

4 75,000 300,000

11 Gambar Finalisasi Konsep Tapak (1

orang peneliti, 5 orang

pembantu peneliti)

6 500,000 3,000,000

12 Reproduksi dan

Print

Konsep Tapak 12 40,000 480,000

13 Konsumsi FDG Konsep Tapak (3 orang

peneliti, 5 orang pembantu

peneliti dan 2 orang ahli BBWS

2 orang ahli BAPPEDA)

12 75,000 900,000

14 Konsumsi Penyusunan draft Konsep Denah

(1 orang peneliti, 3 orang

pembantu peneliti)

4 75,000 300,000

15 Fotocopy Draft Konsep Denah 4 120,000 480,000

16 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep

Denah (1 orang peneliti, 3 orang

pembantu peneliti)

4 75,000 300,000

17 Gambar Finalisasi Konsep Denah (1

orang peneliti, 5 orang

pembantu peneliti)

6 400,000 2,400,000

18 Reproduksi dan

Print

Konsep Denah 12 40,000 480,000

19 Konsumsi FDG Konsep Denah (3 orang

peneliti, 5 orang pembantu

peneliti dan 2 orang ahli BBWS

2 orang ahli BAPPEDA)

12 75,000 900,000

20 Konsumsi Penyusunan draft Konsep

Tampak (1 orang peneliti, 3

orang pembantu peneliti)

4 75,000 300,000

21 Fotocopy Draft Konsep Tampak 4 120,000 480,000

Page 62: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

22 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep

Tampak (1 orang peneliti, 3

orang pembantu peneliti)

4 75,000 300,000

23 Gambar Finalisasi Konsep Tampak (1

orang peneliti, 5 orang

pembantu peneliti)

6 400,000 2,400,000

24 Reproduksi dan

Print

Konsep Tampak 12 40,000 480,000

25 Konsumsi FDG Konsep Tampak (3 orang

peneliti, 5 orang pembantu

peneliti dan 2 orang ahli BBWS

2 orang ahli BAPPEDA)

12 75,000 900,000

26 Konsumsi Penyusunan draft Konsep

Potongan (1 orang peneliti, 3

orang pembantu peneliti)

4 75,000 300,000

27 Fotocopy Draft Konsep Potongan 4 120,000 480,000

28 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep

Potongan (1 orang peneliti, 3

orang pembantu peneliti)

4 75,000 300,000

29 Gambar Finalisasi Konsep Potongan (1

orang peneliti, 5 orang

pembantu peneliti)

6 400,000 2,400,000

30 Reproduksi dan

Print

Konsep Potongan 12 40,000 480,000

31 Konsumsi FDG Konsep Potongan (3 orang

peneliti, 5 orang pembantu

peneliti dan 2 orang ahli BBWS

2 orang ahli BAPPEDA)

12 75,000 900,000

32 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Draft

Laporan Akhir (3 orang, 5 orang

pembantu peneliti, 6 hari)

90 75,000 6,750,000

33 Konsumsi Penyusunan Laporan Akhri

Penelitian (3 orang, 12 hari)

36 75,000 2,700,000

Sub Total 79,660,000

4. PERJALANAN

No Tujuan Justifikasi Perjalanan Kuantitas Harga Satuan Jumlah

1 Kab. Bandung Penjaringan Data tentang Desa

Cieunteung Baleendah (3 orang,

1 hari) 8 kali kunjungan

lapangan

24 300,000 7,200,000

2 Kab.

Tasikmalaya

Penjaringan Data tentang

Kampung Naga (3 orang, 2

hari).

6 500,000 3,000,000

3 Prop. Banten Kaji Banding tentang Kampung

Adat Baduy (3 orang, 3 hari)

9 800,000 7,200,000

Sub Total 17,400,000

Page 63: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

5. LAIN-LAIN

No Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Jumlah

1 Pemetaan Pengukuran dan Pemetaan

Lokasi

Kampung Cieunteung

8,700 5,000 43,500,000

2 Laporan Penggandaan 15 600,000 9,000,000

3 Poster Penggandaan 5 400,000 2,000,000

4 Publikasi Jurnal 1 6,000,000 6,000,000

5 Administrasi Tips Nara Sumber/Tenaga Ahli 12 1,500,000 18,000,000

6 Seminar Pendaftaran 3 500,000 1,500,000

7 Seminar Proseding 3 300,000 900,000

Sub Total 80,900,000

REKAPITULASI

1 Gaji dan Upah (27.13 %) 27.13% 67,840,000

2 Peralatan Penunjang (1.69 %) 1.69% 4,225,000

3 Bahan Habis Pakai (31.86 %) 31.86% 79,660,000

4 Perjalanan (6.96 %) 6.96% 17,400,000

5 Lain-lain (32.36 %) 32.36% 80,900,000

100.00% 250,025,000

Page 64: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

LAMPIRAN 1: DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA PENELITI

A. Identitas Pribadi

1. Nama lengkap Nuryanto, S.Pd., M.T.

2. Tempat, tanggal lahir Kuningan, 13 Mei 1976

3. NIP 19760513 200604 1010

4. NIDN 0013057606

5. Pangkat/Golongan/Jabatan III-C/Lektor

6. Fakultas/Jurusan FPTK/Pendidikan Teknik Arsitektur

7. Alamat rumah Jl. Padaringan No. 145-B RT. 07/02, KPAD Kec.

Sukasari, Kota Bandung, 40154, Jawa Barat

8. Nomor telepon Kantor: 022-2013163, HP. 08157151243-

081320321915

9. E-mail [email protected]

http://nuryanto.staf.upi.edu/

B. Riwayat Pendidikan

No. Jenjang Bidang Studi Lulus (Bln, Tahun)

1. S-1 Pogram Studi Teknik Arsitektur-JPTB-FPTK-

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Oktober, 2002

2. S-2 Magister Teknik Arsitektur-STKA-SAPPK-

Institut Teknologi Bandung (ITB)

Oktober, 2006

C. Identitas Kepakaran

1. Bidang/Spesialisasi keilmuan yang ditekuni

a) Perencanaan dan Perancangan Arsitektur;

b) Sejarah, Teori dan Kritik Arsitektur;

c) Arsitektur Vernakular/Nusantara (konsentrasi Arsitektur Tradisional Sunda);

d) Struktur dan Konstruksi Bangunan.

2. Mata kuliah yang diampu/diikuti dalam lima tahun terakhir

No. Kode dan Nama Mata Kuliah Jenjang

1. TA-251-Konstruksi Bangunan S-1 (dik)

2. TA-221-Gambar Arsitektur S-1 (dik)

3. TA-428-Arsitektur Vernakular S-1 (dik)

4. TA-232-Permasalahan Arsitektur S-1 (dik)

5. TA-110-Arsitektur Pra Modern S-1 (dik)

6. AT-221-Gambar Arsitektur S-1 (non dik)

7. AT-428-Arsitektur Nusantara S-1 (non dik)

8. AT-210-Teknik Komunikasi Arsitektural S-1 (non dik)

9. PRMH-221 Gambar Arsitektur D-3 (non dik)

10. PRMHN-320-Studio I D-3 (non dik)

11. PRMHN-322-Studio II D-3 (non dik)

12. PRMHN-400-Tugas Akhir D-3 (non dik)

Page 65: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

3. Kegiatan Penelitian yang pernah/sedang dilakukan

Judul

Penelitian Tahun

Sumber

Dana

Jumlah

Biaya

Perubahan Bentuk Atap Rumah

Tinggal dari Kampung Tradisional

Kasepuhan Ciptarasa ke Kasepuhan

Ciptagelar di Kabupaten Sukabumi

Selatan, Jawa Barat.

2004 Sebagai Ketua

(Mandiri) 2.500.000,00

Kajian Pola Kampung dan Rumah

Tinggal pada Arsitektur Tradisional

Sumedang Larang, Kab. Sumedang,

Jawa Barat.

2005 Sebagai Ketua

(Mandiri) 2.500.000,00

Kontinuitas dan Perubahan Pola

Kampung dan Rumah Tinggal

Tradisional dari Kasepuhan

Ciptarasa ke Kasepuhan Ciptagelar

di Sukabumi Selatan, Jawa Barat.

2006 Sebagai Ketua

(Mandiri) 5.750.000,00

Kajian Fenomenologi-Hermenitik

pada Ruang Publik Arsitektur

Vernakular Sunda dan Prospek

Pemanfaatannya: Studi Kasus

Kampung Kasepuhan Ciptarasa dan

Ciptagelar, Kab. Sukabumi-Jawa

Barat.

2007

Sebagai

Anggota

(ITB)

54.000.000,00

Kajian Pola Kampung dan Rumah

Tinggal pada Arsitektur Tradisional

Kasepuhan Ciptagelar dan

Kasepuhan Ciptarasa, Kab.

Sukabumi, Jawa Barat.

2007 Sebagai Ketua

(DIKTI) 15.000.000,00

Kajian Pola Kampung dan Rumah

Tinggal pada Arsitektur Tradisional

Sunda: Studi Kasus Kampung Naga,

Ciptagelar, Pulo, dan Gabus Wetan,

Jawa Barat.

2008

Sebagai

Anggota

(UPI)

50.000.000,00

Kajian Fungsi dan Makna Pawon

pada Arsitektur Rumah Tradisional

Masyarakat Sunda; studi kasus

Kampung Kasepuhan Ciptagelar,

Naga, dan Baduy.

2009 Sebagai Ketua

(Mandiri) 3.000.000,00

Pola Pewarisan Arsitektur

Tradisional Sunda pada Perilaku

Pelestarian Lingkungan: Penelitian

Etno-Arsitektur

2011

Sebagai

Anggota

(UPI)

75.000.000,00

Model Desain Pengembangan

Potensi Daerah Wisata di Kab.

Bandung-Jawa Barat Berbasiskan

Arsitektur Tradiisonal Sunda

2012 Sebagai Ketua

(UPI) 10.000.000,00

Pengembangan Kemampuan

Pemecahan Masalah melalui

Penerapan Pembelajaran Tutor

Sebaya pada Mata Kuliah Fisika

Dasar Mahasiswa Program Studi

Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK

Universitas Pendidikan Indonesis

2012

Sebagai

Anggota

(JPTA)

3.000.000,00

Page 66: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

Implementasi Arsitektur

Berkelanjutan pada Kampung

Tradisional di Indonesia; sebuah

Penelitian Ethno-Arsitektur

2012

Sebagai

Anggota

(DIKTI)

75.000.000,00

Model Desain Rumah Ramah Gempa

Bumi pada Daerah Rawan Bencana

Gempa Bumi di Kab. Tasikmalaya-

Jawa Barat berbasiskan Arsitektur

Tradisional Sunda

2013 Sebagai Ketua

(UPI) 14.000.000,00

Model Desain Fasilitas Desa Wisata

di Provinsi Jawa Barat berbasiskan

Arsitektur Tradisional Sunda

2013

Sebagai

Anggota

(DIKTI)

45.000.000,00

Kajian Nilai-nilai Arsitektur Sunda

pada Pintu Gerbang Kota di Jawa

Barat untuk memperkuat Citra Kota

yang Sundanis

2015 Sebagai Ketua

UPI 15.000.000,00

4. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang pernah/sedang dilaksanakan

Judul Pengabdian Kepada

Masyarakat Tahun

Sumber

Dana

Jumlah Biaya

(Rp)

Tim desain Perencanaan Sistem

Penyediaan Air Bersih di Desa Citali

Kec. Tanjungsari Kab. Sumedang-Jawa

Barat.

2002 Anggota

UPI 55.000.000,00

Pendampingan Masyarakat dalam

Pembangunan Kelengkapan Sarana

Lingkungan untuk Menunjang Kegiatan

Masyarakat di Desa Setu Cileunca, Kec.

Banjaran, Kab. Bandung, Jawa Barat

2008 Anggota

JPTA 4.000.000,00

Pendampingan Masyarakat dalam

Pembangunan Kelengkapan Sarana

Lingkungan untuk Menunjang Kegiatan

Masyarakat di Komplek Rumah Susun

Sarijadi, Kec. Sukasari, Kota Bandung-

Jawa Barat

2009

Ketua

JPTA

1.250.000,00

Peningkatan Kompetensi Keahlian pada

Komunitas Pekerja Kuli Bangunan

(PAKUBA) di Kec. Sukawening Kab.

Garut, Jawa Barat

2010 Ketua

JPTA 1.500.000,00

Pendampingan Masyarakat dalam

Pembangunan Kelengkapan Fasilitas

Lingkungan Tempat Tinggalnya di Desa

Cilember, Kec. Cisarua, Kab. Bogor-

Jawa Barat

2011

Ketua

JPTA

1.300.000,00

Pendampingan dan Pemberdayaan

Masyarakat dalam Pembentukkan Pos

Pemberdayaan Masyarakat sebagai

Upaya Peningkatan Kualitas Hidup di

Desa Kamal, Kec. Tanjung Medar Kab.

Sumedang-Jawa Barat

2012

Ketua

JPTA

1.000.000,00

Pengecatan Fasilitas Publik (Fly Over)

di RW. 01 Kelurahan Kebon Gedang-

Kiara Condong, Kota Bandung

2013

Anggota

JPTA

1.000.000,00

Page 67: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

5. Artikel yang pernah diterbitkan dalam jurnal ilmiah/prosiding nasional

internasional

Judul Artikel Tahun Nama Jurnal/Lembaga

Pola Kampung dan Rumah Adat

Kasepuhan Ciptarasa. 2003

TERAS, Prodi Pendidikan Teknik

Arsitektur-FPTK UPI

Pola Kampung dan Rumah Adat

Kasepuhan Ciptagelar. 2005

TERAS, Prodi Pendidikan Teknik

Arsitektur-FPTK UPI

Pengenalan Nilai-Nilai Arsitektur

Tradisional Sunda kepada Peserta

Didik di Tingkat Dasar dan Menengah

serta Kontribusinya bagi Lingkungan

Hidup di Tatar Sunda.

2007

Prosiding Seminar Nasional

Pendidikan Lingkungan Hidup

(PLH). Jurusan Pendidikan Teknik

Arsitektur FPTK Universitas

Pendidikan Indonesia.

Aktivitas Ritual Ruang Publik Warga

Kampung Kasepuhan Ciptagelar Kab.

Sukabumi, Jawa Barat.

2008 ARENA (Jurnal Kusnaka

Adimihardja).

The Function and Meaning of Pawon

at Sundanese Architecture-West Java

(case study: Kasepuhan Ciptagelar

Village-Sukabumi Regency, West

Java).

2008 National University of Singapore

(NUS), Singapura.

Bahasa Visual Ruang Publik Warga

Kasepuhan Ciptarasa dan Ciptagelar,

Kab. Sukabumi, Jawa Barat.

2008 Jurnal LPPM ITB.

Ritual and Public Space Community of

Kasepuhan Ciptagelar in Sukabumi

regency, West Java

2008 National University of Singapore

(NUS), Singapura.

Ruang Publik dan Ritual Warga

Kampung Kasepuhan Ciptagelar di

Kab. Sukabumi-Jawa Barat

2008 TERAS, Prodi Pendidikan Teknik

Arsitektur-FPTK UPI

Fungsi dan Makna Pawon pada

Arsitektur Rumah Tradisional

Masyarakat Sunda

2009 TERAS, Prodi Pendidikan Teknik

Arsitektur-FPTK UPI

Fungsi dan Makna Pawon pada

Arsitektur Rumah Tradisional

Masyarakat Sunda

2009 Majalah INDONESIA DESIGN

Kajian Pola Kampung dan Rumah

Tinggal Warga Kasepuhan Banten

Kidul

2010 TERAS, Prodi Pendidikan Teknik

Arsitektur-FPTK UPI

Kajian Fungsi dan Makna Pawon pada

Arsitektur Rumah Tradisional

Masyarakat Sunda. 2011

Prosiding Seminar Nasional The

Local Tripod Vernacular

Architecture, Jurusan Teknik

Arsitektur FT UNIBRAW Malang,

Jawa Timur.

Building The Synergy of LPTK that

Focused on Technological and

Vocational Education for Partnership

Enhancement with the Institution or

Company that Using that Graduates for

the Academic Quality Improvement

(Tracer Study on Graduates and Their

2012

Prosiding Internasional:

International Seminar

Reformulating the Paradigm of

Technical and Vocational

Education. Nasional Convention VI

APTEKINDO, The XVII Congress of

FT/FTK-FPTK-JPTK Indonesia.

Page 68: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

Workplace, case study: on Graduates

from Architecture Dept. FPTK UPI).

Makassar State of University

(UNM), South of Sulawesi-

Indonesia.

Implementation of Sustainable

Architecture in Indonesia Traditional

Village: An Ethno-Architecture

Research

2013

Prosiding Internasional: Proceeding

of International Workshop and

Conference on Asian Urban

Environment & Compact City. Asia

Institute of Low Carbon Building

and City Center of Low Carbon

Technology for Building and City.

The University of Kitakyushu,

Japan.

Model Desain Pengembangan Potensi

Daerah Wisata di Kab. Bandung-Jawa

Barat Berbasiskan Arsitektur

Tradiisonal Sunda

2013

Prosiding Seminar Nasional pada

kegiatan FPTK EXPO 2013. FPTK

Universitas Pendidikan Indonesia

Model Desain Fasilitas Desa Wisata di

Provinsi Jawa Barat berbasiskan

Arsitektur Tradisional Sunda

2013

Prosiding Seminar Nasional pada

kegiatan FPTK EXPO 2013. FPTK

Universitas Pendidikan Indonesia

Pengembangan Model Desain Rumah

Ramah Gempa di Desa Jayapura Kec.

Cigalontang Kab. Tasikmalaya

Berbasis Lokalitas Arsitektur

Tradisional Sunda

2014

Prosiding Seminar Nasional pada

kegiatan ARCHEVENT 2014

Jurusan Teknik Arsitektur FT UNS

Surakarta, Jawa Tengah.

Design Model Depelovmenet of

Tourism Village at Bandung Regency-

West Java based on Traditional

Sundanese of Architecture

2016

Journal of Asian Institute of Law

Carbon Design (JAILCD), The

University of Kitakyushu, Japan

6. Keanggotaan dalam Assosiasi Profesi/Keilmuan.

a) Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI);

b) Lembaga Sejarah Arsitektur Indonesia (LSAI);

c) Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI);

d) Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN).

Bandung, 01 Juli 2017,

Nuryanto, S.Pd., M.T.

NIP.: 197605132006041010

Page 69: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

I. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ANGGOTA TIM : 1

A. Identitas Pribadi

1 Nama lengkap Drs. Dadang Ahdiat, M.S.A.

2 Pangkat/Golongan/Jabatan Lektor Kepala/IV-A/Dosen tetap (PNS)

3 Bidang Keahlian Teknik Arsitektur

4 Alamat Rumah Jl. Marga Asri IVB, No 185B, Gempolsari

Bandung-40215, Jawa Barat

5 Nomor Telepon Kantor: (022) 70096738/HP. 08122184539

6 e-mail [email protected]

B. Riwayat Pendidikan

No. Jenjang Bidang Studi Lulus Tahun

1 S-1 Sarjana Pendidikan Teknik Arsitektur-FKIT

IKIP Bandung

1979

2 S-2 Magister Teknik Arsitektur-Sekolah Pasca Sarjana (SPS)

Institut Teknologi Bandung (ITB)

1994

C. Identitas Kepakaran

1. Bidang/Spesialisasi keilmuan yang ditekuni

Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

Perencanaan Tapak Perumahan

Perumahan dan Permukiman

Struktur dan Konstruksi Bangunan.

2. Mata kuliah yang diampu dalam lima tahun terakhir

No. Kode dan Nama Mata Kuliah Jenjang

1 Studio Perancangan Arsitektur III S-1

2 Studio Perancangan Arsitektur IV S-1

3 Perencanaan Tapak Perumahan D-3

4 Studio IV D-3

5 Gambar Arsitektur S-1

6 Tipologi Perumahan D-3

7 Rekayasa Lahan S-1

3. Kegiatan Penelitian yang pernah/sedang dilakukan dalam lima tahun terakhir

Judul

Penelitian Tahun

Sumber

Dana Jumlah Biaya

Morfologi Alun-alun di Pusat Kota, Studi

Kasus Alun-alun Bandung (Thesis) Ketua

1993 UPI 5.000.000,00

Permukiman dan Bangunan Tradisional

Sunda; Telaah permukiman dan bangunan

pada letak Geografis yang berbeda.

Ketua

2007

Hibah

Kompetitif

UPI

50.000.000,00

Pengembangan Model Ruang Belajar

dengan Model Mengajar dan Perilaku

Siswa di Sekolah Dasar.

Ketua

2007

Hibah

Kompetitif

UPI

50.000.000,00

Kajian Fungsi dan Makna Pawon pada

Arsitektur Rumah Tradisional Masyarakat

Sunda; studi kasus Kampung Kasepuhan

Ciptagelar, Naga, dan Baduy.

Anggota

2009 Mandiri 3.000.000,00

Model Desain Pengembangan Potensi

Desa Wisata di Kab. Bandung-Jawa Barat

berbasiskan Arsitektur Tradisional Sunda

Anggota

2011 UPI 10.000.000,00

Page 70: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

(sebagai anggota peneliti)

Model Desain Pengembangan Potensi

Daerah Wisata di Kab. Bandung-Jawa

Barat Berbasiskan Arsitektur Tradiisonal

Sunda (sebagai anggota peneliti)

Anggota

2012 UPI 10.000.000,00

Model Desain Fasilitas Desa Wisata di

Provinsi Jawa Barat berbasiskan

Arsitektur Tradisional Sunda (Studi

Kasus: Desa Wanayasa Kab. Purwakarta)

Ketua

2013

PPKBK

UPI 45.000.000,00

Model Desain Rumah Ramah Gempa

Bumi pada Daerah Rawan Bencana

Gempa Bumi di Kab. Tasikmalaya-Jawa

Barat berbasiskan Arsitektur Tradisional

Sunda(sebagai anggota peneliti)

Anggota

2013 UPI 14.000.000,00

Perencanaan dan Perancangan Desa

Wisata Setu Wanayasa di Desa Wanayasa

Kab. Purwakarta-Jawa Barat berbasiskan

Arsitektur Tradisional Sunda

(Usulan yang akan dilaksanakan tahun

2014 sebagai lanjutan PPKBK tahun

2013)

Ketua

2014

PPKBK

UPI 50.000.000,00

4. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang pernah/sedang dilaksanakan

dalam lima tahun terakhir.

Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun Sumber

Dana

Jumlah Biaya

(Rp)

Tim desain Perencanaan Sistem

Penyediaan Air Bersih di Desa Citali Kec.

Tanjungsari Kab. Sumedang-Jawa Barat.

2002 Anggota

JPTAUPI 5.000.000,00

Pendampingan Masyarakat dalam

Pembangunan Kelengkapan Sarana

Lingkungan untuk Menunjang Kegiatan

Masyarakat di Desa Setu Cileunca, Kec.

Banjaran, Kab. Bandung, Jawa Barat

2008 Anggota

JPTA-UPI 4.000.000,00

Pendampingan Masyarakat dalam

Pembangunan Kelengkapan Sarana

Lingkungan untuk Menunjang Kegiatan

Masyarakat di Komplek Rumah Susun

Sarijadi, Kec. Sukasari, Kota Bandung-

Jawa Barat

2009 Anggota

UPI 1.250.000,00

Pendampingan Masyarakat dalam

Pembangunan Kelengkapan Fasilitas

Lingkungan Tempat Tinggalnya di Desa

Cilember, Kec. Cisarua, Kab. Bogor-Jawa

Barat

2011 Anggota

JPTA-UPI 1.300.000,00

Pengecatan Fasilitas Publik (Fly Over) di

RW. 01 Kelurahan Kebon Gedang-Kiara

Condong, Kota Bandung

2013 Anggota

JPTA-UPI 1.000.000,00

Page 71: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

5. Artikel yang pernah diterbitkan dalam jurnal ilmiah nasional tak terakreditasi

dalam lima tahun terakhir.

Judul Artikel Tahun Nama Jurnal

Permukiman dan Bangunan Tradisional

Sunda; Telaah permukiman dan bangunan

pada letak Geografis yang berbeda.

2007 TERAS, Prodi Pendidikan

Teknik Arsitektur-FPTK UPI

Fungsi dan Makna Pawon pada Arsitektur

Rumah Tradisional Masyarakat Sunda 2009

TERAS, Prodi Pendidikan

Teknik Arsitektur-FPTK UPI

Kajian Pola Kampung dan Rumah Tinggal

Warga Kasepuhan Banten Kidul 2010

TERAS, Prodi Pendidikan

Teknik Arsitektur-FPTK UPI

Model Desain Fasilitas Desa Wisata di

Provinsi Jawa Barat berbasiskan Arsitektur

Tradisional Sunda 2013

Prosiding Seminar Nasional pada

kegiatan FPTK EXPO 2013.

FPTK Universitas Pendidikan

Indonesia

6. Keanggotaan dalam Assosiasi Profesi/Keilmuan.

IkatanArsitek Indonesia (IAI)

Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)

Bandung, 01 Juli 2017,

Drs. Dadang Ahdiat, M.S.A.

NIP.: 195304111981011001

Page 72: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ANGGOTA TIM: 2

B. Identitas Pribadi

1 Nama lengkap Drs. Irawan Surasetja, M.T.

2 Pangkat/Golongan/Jabatan Lektor kepala/IV-A/Dosen tetap (PNS)

3 Bidang Keahlian Teknik Arsitektur

4 Alamat Rumah Jl. Taman Cibunut No. 13 Bandung 40112

5 Nomor Telepon Kantor: (022) 70096738/HP. 08156153636

6 e-mail [email protected]

B. Riwayat Pendidikan

No. Jenjang Bidang Studi Lulus Tahun

1 S-1 Sarjana Pendidikan Teknik Arsitektur-IKIP Bandung 1986

2 S-2 Magister Rekayasa Infrastruktur-UNDIP 2005

C. Identitas Kepakaran

1. Bidang/Spesialisasi keilmuan yang ditekuni

Perencanaan dan Perancangan Arsitektur;

Rekayasa Infrastruktur

Sejarah, Teori, dan Kritik Arsitektur;

Struktur dan Konstruksi Bangunan.

2. Mata kuliah yang diampu dalam lima tahun terakhir

No. Kode dan Nama Mata Kuliah Jenjang

1 Konstruksi Bangunan S-1

3 Studio Perancangan Arsitektur III S-1

4 Presentasi CAD 1 D-3

5 Metode Perencanaan dan Perancangan Arsitektur S-1

6 Arsitektur Vernakular S-1

7 Arsitektur Modern S-1

8 Simulasi Komputer Arsitektur D-3

9 Rekayasa Lahan S-1

10 Studio IV D-3

3. Kegiatan Penelitian yang pernah/sedang dilakukan dalam lima tahun terakhir

Judul

Penelitian Tahun

Sumber

Dana Jumlah Biaya

Pemaknaan Pada Disain Pintu Gerbang

Universitas Pendidikan Indonesia sebagai

Tanda dan Simbol Arsitektur, Kajian

Semiotik Oleh Pemakai (Civitas

Academik UPI) terhadap disain Pintu

Gerbang UPI.

2003 Ketua

UPI 10.000.000,00

Kajian Potensi dan Kapasitas Lahan

Kawasan Pusat Bisnis Jalan Merdeka

Bandung.

2005 Ketua

Mandiri 3.000.000,00

Kajian Pola Kampung dan Rumah

Tinggal pada Arsitektur Tradisional

Sunda: Studi Kasus Kampung Naga,

Ciptagelar, Pulo, dan Gabus Wetan, Jawa

Barat.

2008 Anggota

UPI 50.000.000,00

Kajian Fungsi dan Makna Pawon pada

Arsitektur Rumah Tradisional Masyarakat

Sunda; studi kasus Kampung Kasepuhan

2009 Anggota

Mandiri 3.000.000,00

Page 73: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

Ciptagelar, Naga, dan Baduy.

Model Desain Fasilitas Desa Wisata di

Provinsi Jawa Barat berbasiskan

Arsitektur Tradisional Sunda

2013

Anggota

PPKBK-

UPI

45.000.000,00

4. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang pernah/sedang dilaksanakan

dalam lima tahun terakhir.

Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun Sumber

Dana

Jumlah Biaya

(Rp)

Pendampingan Masyarakat dalam

Pembangunan Kelengkapan Sarana

Lingkungan untuk Menunjang Kegiatan

Masyarakat di Komplek Rumah Susun

Sarijadi, Kec. Sukasari, Kota Bandung-

Jawa Barat

2009 UPI 1.250.000,00

5. Artikel yang pernah diterbitkan dalam jurnal ilmiah nasional tak terakreditasi

dalam lima tahun terakhir.

Judul Artikel Tahun Nama Jurnal

Arsitektur dalam Paradigma Pasar, Antara

Pasar Paradigma vs Paradigma Pasar.

Journal

2002 TERAS, Prodi Pendidikan

Teknik Arsitektur-FPTK UPI

Kajian Potensi dan Kapasitas Lahan

Kawasan Pusat Bisnis Jalan Merdeka

Bandung. Thesis

2005 TERAS, Prodi Pendidikan

Teknik Arsitektur-FPTK UPI

Fungsi dan Makna Pawon pada Arsitektur

Rumah Tradisional Masyarakat Sunda 2009

TERAS, Prodi Pendidikan

Teknik Arsitektur-FPTK UPI

6. Keanggotaan dalam Assosiasi Profesi/Keilmuan.

IkatanArsitek Indonesia (IAI)

Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)

Bandung, 01 Juli 2017,

Drs. R. Irawan Surasetja, M.T.

NIP.: 1960020519870310

Page 74: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

LAMPIRAN-LAMPIRAN:

ROADMAP KBK PERANCANGAN ARSITEKTUR

Page 75: Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur Bidang Fokus** …€¦ · Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk memperoleh data fisik maupun non fisik

Lampiran: 1

ROADMAP KBK PERANCANGAN ARSITEKTUR

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FPTK UPI