Klorfeniramin Maleat

4
Klorfeniramin Maleat (CTM) 1 Klorfeniramin maleat adalah turunan alkilamin yang merupakan antihistamin dengan indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas yang relatif rendah (Siswandono, 1995). Klorfeniramin maleat merupakan obat golongan antihistamin penghambat reseptor H 1 (AH 1 ) (Siswandono, 1995). Pemasukan gugus klor pada posisi para cincin aromatik feniramin maleat akan meningkatkan aktifitas antihistamin. Berdasarkan struktur molekulnya, memiliki gugus kromofor berupa cincin pirimidin, cincin benzen, dan ikatan –C=C- yang mengandung elektron pi (π) terkonjugasi yang dapat mengabsorpsi sinar pada panjang gelombang tertentu di daerah UV (200-400 nm), sehingga dapat memberikan nilai serapan (Silverstein, 1986;Rohman, 2007). Spektrum serapan UV klorfeniramin maleat bergantung kepada pelarutnya. Pada suasana netral klorfeniramin maleat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 261 nm, sedangkan dalam metanol klorfeniramin maleat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 250-275 nm (Florey, 1983).

description

n

Transcript of Klorfeniramin Maleat

Page 1: Klorfeniramin Maleat

Klorfeniramin Maleat (CTM)1

Klorfeniramin maleat adalah turunan alkilamin yang merupakan antihistamin dengan indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas yang relatif rendah (Siswandono, 1995).

Klorfeniramin maleat merupakan obat golongan antihistamin penghambat reseptor H1 (AH1) (Siswandono, 1995). Pemasukan gugus klor pada posisi para cincin aromatik feniramin maleat akan meningkatkan aktifitas antihistamin. Berdasarkan struktur molekulnya, memiliki gugus kromofor berupa cincin pirimidin, cincin benzen, dan ikatan –C=C- yang mengandung elektron pi (π) terkonjugasi yang dapat mengabsorpsi sinar pada panjang gelombang tertentu di daerah UV (200-400 nm), sehingga dapat memberikan nilai serapan (Silverstein, 1986;Rohman, 2007).

Spektrum serapan UV klorfeniramin maleat bergantung kepada pelarutnya. Pada suasana netral klorfeniramin maleat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 261 nm, sedangkan dalam metanol klorfeniramin maleat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 250-275 nm (Florey, 1983).

Klorfeniramin maleat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% C6H19ClN2.C4H4O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan dan memiliki berat molekul 390,67. Klorfeniramin maleat berupa serbuk hablur, putih; tidak berbau, larutan mempunyai pH antara 4 dan 5, mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan kloroform; sukar larut dalam eter dan dalam benzena (Farmakope IV, 1995).

Page 2: Klorfeniramin Maleat

Mekanisme kerja klorfeniramin maleat adalah sebagai antagonis reseptor H1, klorfeniramin maleat akan menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos; selain itu klorfeniramin maleat dapat merangsang maupun menghambat susunan saraf pusat (Tjay, 2002; Siswandono, 1995).

Klorfeniramin maleat memberikan efek samping walaupun juga bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. Efek samping yang sering terjadi adalah sedatif, gangguan saluran cerna, mulut kering, kesukaran miksi. Kontraindikasi dari klorfeniramin maleat ini menimbulkan aktivitas antikolinergik yang dapat memperburuk asma bronkial, retensi urin, glaukoma. Klorfeniramin memiliki interaksi dengan alkohol, depresan syaraf pusat, anti kolinergik (IONI, 2001; Tjay, 2002).

Reaksi Khusus untuk Alkaloid Sintetik

1. 1. Golongan Anilin

1.1 Asetanilid

Organoleptis      : hablur mengkilap, tidak berbau, dan tidak berwarna

Kelarutan          : dalam air (1:0,5), dalam spiritus (1:3,7), dalam eter (1:2,5), dalam kloroform (1:12)

Reaksi untuk identifikasi:

-       Zat padat + H2SO4 conc. + K2Cr2O7 padat diaduk : ungu → biru hijau

-       Reaksi esterifikasi → bau wangi etilasetat

-       Ditambah Aq.Brom : mula warna hilang, bila berlebihan : timbul endapan putih

-       Reaksi isonitril : (+), bau iso nitril

-       Reaksi Runge → berwarna ungu kotor

-       Reaksi Indophenol → berwarna biru

-       Ditambah HNO3 : tidak berwarna kuning (berbeda dengan phenacetin)

1.2 Fenasetin

Organoleptis             : hablur, berwarna putih dan berasa pahit

Page 3: Klorfeniramin Maleat

Kelarutan                 : dalam air (1 : 0,06), dalam spiritus (1 : 6,7), dalam eter (1 : 1,5)

Reaksi untuk identifikasi:

-          Reaksi Bouchardat : (+)

-          Zat padat + K2Cr2O7 +H2SO4 pekat → aduk hijau

-          Zat + HCl → dipanaskan → saring + air → filtrat + K2Cr2O7 → berwarna merah ungu

-          Reaksi esterifikasi → bau wangi etilasetat

-          Reaksi indophenol : ungu

-          Ditambah HNO3 : berwarna kuning intensif

-          Reaksi Ekkert :

1. Zat + resorchin + H2SO4 pekat → panaskan diatas api kecil ad mendidih → dinginkan → tambahkan air + NaOH ad basa → menghasilkan warna ungu merah, berfluorosensi merah coklat

2. Zat + H2SO4 pekat → panaskan lalu dinginkan → ditambah air + resorchin + NaOH + I2 → menghasilkan warna ungu tua → ditambah HCl berlebih → berwarna ungu kuning

1.3 Parasetamol

Organoleptis             : serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit

Kelarutan                 : Larut dalam air mendidih dan dalam Natrium hidroksida 1N, mudah larut dalam etanol

Reaksi untuk identifikasi:

-          Uji fenol : larutan zat + FeCl3 → larutan berwarna ungu-biru

-          Uji adanya amina aromatis : Zat + NaOH + etanol dipanaskan → larutan berbau isonitril (bau busuk)

-          Uji Fluorosensi : berwarna hijau biru