Kk Binaan (Ppd)
-
Upload
tary-brahmantra -
Category
Documents
-
view
17 -
download
4
description
Transcript of Kk Binaan (Ppd)
BAGIAN PERTAMA
HASIL PEMBINAAN KELUARGA
BAB I
LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN
Pembinaan dan pendampingan terhadap suatu keluarga merupakan salah
satu kegiatan Pendidikan Pra Dokter (PPD) ke-73. Kegiatan ini merupakan wujud
penerapan Kedokteran Keluarga. Melalui pembinaan keluarga ini, setiap
mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi berbagai kasus penyakit di
masyarakat dan mencari pemecahannya secara holistik dengan melihat berbagai
faktor risiko yaitu faktor lingkungan fisik, sosial-budaya, emosi, perilaku,
keturunan dan akses terhadap pelayanan kesehatan.
Keluarga binaan penulis berjumlah 3 kepala keluarga yang bertempat
tinggal di Desa Bunutin Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Ketiga kepala
keluarga ini dipilih karena termasuk keluarga yang status ekonominya menengah
ke bawah dan/atau memiliki masalah kesehatan yang kronis. Desa Bunutin sendiri
juga dipilih karena sebagian besar penduduknya masih tergolong kurang mampu,
lingkungan hidupnya masih tergolong kotor serta kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya pola hidup bersih dan sehat.
1.1 Data Demografi Keluarga Binaan
Tabel 1. Susunan Keluarga Dewa Nyoman Rajas
No. Nama Jenis Kelamin
Status Umur Pendidikan Pekerjaan
1.Dewa Nym
RajasL KK 63 th Tamat SD
Petani
2.Dewa Ayu
JepunP Istri KK 58 th
Tidak sekolah
Petani
3.Dewa Gede
PutraL Anak I 38 th Tamat SMP Pedagang
4.Dewa Gede
PuniaL Anak II 37 th Tamat SMP
Kelian Dusun
5.Dewa Ayu
RaiP
Istri Anak I
35 th Tamat SD IRT
1
6.Dewa Ayu
SucianiP
Istri Anak II 37 th Tamat SD Petani
7Dewa Gede
DarmaL
Cucu I dari anak
I17 th SMA Pelajar
5.Dewa Gede
PurnamaL
Cucu II dari anak
I14 th SMP Pelajar
6.Dewa Gede
WijayaL
Cucu III dari anak
II10 th SD Pelajar
Keluarga Dewa Nyoman Rajas merupakan keluarga yang hidup sederhana
yang tinggal di Desa Bunutin, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
Tepatnya tempat tinggal keluarga ini terletak di sebelah barat kantor kepala desa,
Desa Bunutin. Bapak Dewa tinggal bersama seorang istrinya yaitu Dewa Ayu
Jepun (58 th). Kedua orang anaknya tidak tinggal bersama mereka, anak
pertamanya Dewa Gede Putra tinggal di Kota Bangli untuk berdagang. Anak yang
keduanya Dewa Gede Punia tinggal 100 meter dari tempat tinggal Bapak Dewa
dan bekerja sebagai kelian dusun Desa Bunutin.
tabel 2. Susunan Keluarga Nyoman Pagi
No NamaJenis
KelaminStatus Umur Pendidikan Pekerjaan
1.Nyoman
PagiL KK 36 th
Tidak sekolah
Petani
2.Made Tampi
P Istri KK 32 thTidak
sekolahPetani
3.I Wayan Swastika
L Anak I 17 th Tamat SMP Pramuniaga
4.Ni Made Swastini
P Anak II 12 th SMP Pelajar
Keluarga Bapak Nyoman Pagi tergolong warga yang kurang mampu,
Bapak Nyoman tinggal di rumah yang masih terbuat dari kayu tinggal bersama
istri, kedua anaknya. Keluarga ini juga beragama Hindu. Anak pertamanya
2
bernama I Wayan Swastika yang sekarang bekerja sebagai pramuniaga took di
Batur, Kintamani. Anak keduanya yaitu Ni Made Swastini sekarang masih duduk
di bangku SMP. Bapak Nyoman Pagi kesehariannya bekerja sebagai petani jeruk,
lahannya tepat berada dibelakang rumahnya. Bapak Nyoman bekerja dibantu oleh
istrinya.
Tabel 3. Susunan Keluarga I Made Gara
No. Nama Jenis Kelamin
Status Umur Pendidikan Pekerjaan
1.I Made Gara
L KK40
tahunTamat SD
Petani
2.Nyoman Telaga
PIstri KK
32 tahun
Tidak sekolah
IRT
3.I Wayan Subamia
LAnak
I8 tahun SD Pelajar
Keluarga Bapak Made Gara tinggal di Desa Bunutin, tepatnya sebelah
timur kantor kepala desa. Bapak Made tinggal dirumah yang sederhana, dalam
satu halaman rumahnya terdapat 3 keluarga lain. Bapak Made termasuk terlambat
untuk menikah, sehingga anaknya baru berumur 8 tahun yaitu I Wayan Subamia,
yang kini masih duduk di bangku SD. Kesehariannya Bapak Made bekerja
sebagai petani jeruk.
1.2 Status Sosial Ekonomi Keluarga Binaan
Keluarga Dewa Nyoman Rajas
Keluarga Dewa Nyoman Rajas termasuk keluarga sederhana dengan
pendapatan Rp 70.000,00 – Rp. 80.000 per hari. Pendapatan itu didapat dari hasil
bertani jeruk dengan istrinya. Dari pendapatan itu Bapak Dewa mengatakan masih
kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama pada musim-musim tidak
panen.
Pengeluran sehari-hari seperti membeli beras dan lauk pauk, minyak
goreng dan lain-lain dikatakan habis sekitar Rp.40.000 per hari. Apabila musim
panen jeruk biasanya hasilnya langsung ditabungkan di LPD Desa Bunutin.
Kebutuhan lain diluar kebutuhan sehari-hari Bapak Nyoman biasanya dipenuhi
oleh anak-anaknya yang sudah bekerja.
3
Saat ini Bapak Dewa hanya memnuhi kebutuhan masa tuanya, kedua
orang anaknya sudah hidup mandiri tanpa bantuan dari Bapak Dewa. Seperti
halnya pada saat Bapak Dewa kekurangan dana untuk membeli pupuk, kebutuhan
kesehatan untuk periksa ke bidan atau dokter masih dipenuhi oleh anaknya.
Keluarga Nyoman Pagi
Keluarga Nyoman Pagi tergolong kedalam kategori kurang mampu,
terlihat dari rumah tempat tinggalnya yang masih terbuat dari kayu dan halaman
rumahnya masih berupa tanah. Penghasilan rata-rata perbulan kurang dari
Rp.1.500.000 per bulan. Penghasilan tersebut didapat dari hasil jeruk dari ladang
yang dimiliki sendiri. Ladang jeruk yang dimiliki hanya sekitar 30 are tepat
dibelakang rumahnya.
Dari penghasilan itu Bapak Nyoman menggunakannya untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti kebutuhan dapur dan kebutuhan lainnya yang
dikatakan habis sekitar Rp.40.000 per hari. Kadang-kadang apabila ada kebutuhan
tidak terduga Bapak Nyoman meminjam ke anak pertamanya yang sudah bekerja
sebagai pramuniaga. Bapak Nyoman termasuk KK yang sangat gigih dan bertekat
untuk merubah nasibnya. Seperti halnya kesadarannya akan pentingnya
pendidikan bagi anak-anaknya, dan pentingnya menabung demi masa depan anak-
anaknya.
I Made Gara
Keluarga I Made Gara juga termasuk dalam kelas sosial ekonomi
menengah ke bawah dengan pendapatan rata-rata Rp. 700.000 per-bulannya,
dimana pendapatan tersebut diperoleh dari hasil jeruk. Bapak made mempunyai
lahan hanya 10 are tetapi Bapak Made juga bekerja untuk lahan milik orang lain
sedangkan istrinya hanya sebagai IRT.
Dari penghasilan itu Bapak Made menggunakannya untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti kebutuhan dapur dan kebutuhan lainnya yang
dikatakan habis sekitar Rp.35.000 per hari. Kadang-kadang apabila ada kebutuhan
tidak terduga Bapak Made meminjam di LPD Desa bunutin
4
1.3 Rumusan Masalah Kesehatan Keluarga Binaan
1.3.1 Keluarga Dewa Nyoman Rajas
Bapak Dewa Nyoman Rajas dikatakan menderita Diabetes Mellitus tipe 2
sejak 8 tahun yang lalu. Sebelum dikatakan menderita DM Bapak Nyoman
mengatakan sangat jarang sakit, sehingga tidak pernah memeriksakan
kesehatannya. Bapak Nyoman Rajas dahulu dikenal gemar mengonsumsi
makanan berlemak seperti daging babi, daging sapi ataupun makanan yang manis-
manis. Aktivitas fisik yang dilakukan hanya pergi ke ladang jeruknya saja,
olahraga memang tidak pernah dilakukannya.
Awalnya Bapak Dewa merasa cepat lelah yang tidak seperti biasanya,
sehingga Bapak Dewa mulai agak jarang ke ladang. Waktunya digunakan untuk
beristirahat. Setelah gejalanya menjadi jelas seperti sering merasa lapar, kemudian
sering haus dan sering buang air kecil, Bapak Dewa baru merasa terganggu. Dan
akhirnya Bapak dewa memberitahukan anaknya, dan akhirnya memeriksakan
dirinya ke Poliklinik RS bangli. Dari hasil pemeriksaan tersebut diketahui bahwa
Bapak Dewa menderita Diabetes Mellitus tipe II. Untuk jaminan kesehatan,
keluarga ini telah memperoleh kartu JKBM.
1.3.2 Rumusan Masalah Kesehatan Keluarga Nyoman Pagi
Bapak Nyoman Pagi dikatakan mengalami gangguan jiwa atau mental
karena dulu sering mengamuk dan berhayal seperti berbicara sendiri. Istri Bapak
Nyoman mengatakan dulu keluarga mereka pernah tertimpa masalah yang sangat
berat yaitu terjerat hutang di LPD Desa, sehingga membuat Bapak Nyoman stress
yang berkepanjangan.
Saat ini kondisi Bapak Nyoman sudah stabil, terlihat saat beberapa kali
kunjungan Bapak Nyoman dapat berkomunikasi dengan baik. Begitu juga
pengakuan dari istri Bapak Nyoman, penyakit Bapak Nyoman sudah tidak pernah
kambuh kembali.
5
1.3.3 Keluarga I Made Gara
Bapak Made Gara dikatakan menderita batuk-batuk sejak 2 tahun lalu.
Bapak Made mengatakan sudah pernah mendapatkan pengobatan. Dan Batuk-
batuk kembali muncul sekitar 5 bulan yang lalu. Batuk dirasakan terus menerus,
terutama pada malam hari sehingga mengganggu tidur penderita. Batuk disertai
dahak berwarna putih kekuningan, konsistensi kental dengan volume lebih kurang
1 sendok makan setiap kali buang dahak.
Bapak Made juga mengeluh sesak nafas sejak 4 bulan yang lalu. Sesak
dirasakan muncul perlahan-lahan, semakin lama semakin memberat, tidak
bekurang dengan perubahan posisi dan kadang-kadang disertai nyeri di bagian
dada. Bapak Made mengatakan dalam 5 bulan terakhir ini sering merasakan
badannya panas sumer-sumer dan berkeringat berlebihan terutama di malam hari
meskipun cuaca tidak panas.
Badan dirasakan sering lemas dan nafsu makan menurun sejak 6 bulan
yang lalu. Berat badannya dikatakan menurun secara cepat dari 65 kg menjadi 60
kg dalam waktu 5 bulan terakhir.
6
BAB II
KEGIATAN PADA KELUARGA BINAAN
2.1 Program
Berdasarkan permasalahan yang ada pada keluarga ini terutama berdasarkan
masalah prioritas yaitu mengenai pendidikan dan kesehatan maka dibentuk
program dalam membantu keluarga binaan ini yaitu :
1. Memberikan penyuluhan tentang penyakit TBC penntingnya teratur
mengikuti pengobatan dan kontrol rutin ke rumah sakit menggunakan
asuransi kesehatan.
2. Memberikan penyuluhan kepada seluruh anggota keluarga tentang
penyakit TBC, dan bagaimana mencegah penularanannya.
3. Memberikan konseling dan motivasi untuk bersekolah kepada anak
keluarga binaan.
4. Memberikan penyuluhan pentingnya hidup bersih dan sehat bagi
kesehatan
2.2 Jadwal Kegiatan
No. Program Jadwal Kegiatan Ket
1 Memberikan penyuluhan
tentang penyakit TBC
penntingnya teratur
mengikuti pengobatan dan
kontrol rutin ke rumah
sakit menggunakan
asuransi kesehatan.
Kegiatan ini dilakukan di rumah
keluarga binaan. Kegiatan ini
dilakukan pada pukul 17.00
WITA - 19.00 WITA. Ini
dilakukan dengan membuat
perjanjian terlebih dahulu dengan
masing-masing KK keluarga
binaan.
2 Memberikan penyuluhan
kepada seluruh anggota
keluarga tentang penyakit
TBC, dan bagaimana
Kegiatan ini dilakukan di rumah
keluarga binaan. Kegiatan ini
dilakukan pada pukul 17.00
WITA - 19.00 WITA. Ini
7
mencegah penularanannya dilakukan dengan membuat
perjanjian terlebih dahulu dengan
masing-masing KK keluarga
binaan.
3. Memberikan konseling
dan motivasi untuk
bersekolah kepada anak
KK binaan
Kegiatan ini dilakukan setiap
melakukan kunjungan ke rumah
KK binaan.
4. Menangani masalah
kesehatan dengan prinsip
kedokteran keluarga
Penanganan masalah kesehatan
dengan prinsip kedokteran
keluarga ini dilakukan secara
personal, kolaboratif, koordinatif,
paripurna, berkesinambungan,
mengutamakan pencegahan, dan
menimbang keluarga, masyarakat,
dan lingkungan. Kegiatan ini
dilakukan setiap melakukan
kunjungan.
8
BAB III
PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA KELUARGA BINAAN
PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA PADA KK BINAAN
DENGAN TUBERKULOSIS PARU
3.1 Latar Belakang Kasus
Pada Pelatihan Pra Dokter (PPD) ini, penulis mengangkat kasus TBC Paru
yang diderita oleh Bapak Made Gara (40 tahun). Bapak Made dikatakan
menderita batuk-batuk sejak 2 tahun lalu. Bapak Made mengatakan sudah pernah
mendapatkan pengobatan. Dan Batuk-batuk kembali muncul sekitar 5 bulan yang
lalu. Batuk dirasakan terus menerus, terutama pada malam hari sehingga
mengganggu tidur penderita. Batuk disertai dahak berwarna putih kekuningan,
konsistensi kental dengan volume lebih kurang 1 sendok makan setiap kali buang
dahak.
Bapak Made juga mengeluh sesak nafas sejak 4 bulan yang lalu. Sesak
dirasakan muncul perlahan-lahan, semakin lama semakin memberat, tidak
bekurang dengan perubahan posisi dan kadang-kadang disertai nyeri di bagian
dada. Bapak Made mengatakan dalam 5 bulan terakhir ini sering merasakan
badannya panas sumer-sumer dan berkeringat berlebihan terutama di malam hari
meskipun cuaca tidak panas.
Badan dirasakan sering lemas dan nafsu makan menurun sejak 6 bulan
yang lalu. Berat badannya dikatakan menurun secara cepat dari 65 kg menjadi 60
kg dalam waktu 5 bulan terakhir.
Identitas kasus
Nama : I Made Gara
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Status : Sudah menikah
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Petani Jeruk
9
Keluarga Bapak Made Gara tergolong keluarga menengah kebawah,
keluarga terdiri dari 3 orang, yaitu istrinya Nyoman Telaga (32 tahun), dan 1
orang anaknya Wayan Subamia (8 tahun). Bapak Made bekerja sebagai petani
jeruk, yang setiap harinya Bapak Made pergi ke ladang untuk mengolah jeruknya.
Istrinya hanya sebagai IRT. Dari penghasilan dari hasil jeruknya dikatakan cukup
memenuhi kebutuhan sehari-hari, apabila harus mengeluarkan kebutuhan tidak
terduga Bapak Made biasanya meminjam dana di LPD Desa Bunutin.
Lingkungan fisik keluarga ini tergolong kurang sehat, terlihat dari
ruangan-ruangan yang kotor, banyak pakian yang menumpuk, kurangnya ventilasi
di sekeliling kamar. Kamar utama Bapak Made hampir tidak terdapat jendela yang
terbuka. Bangunan tempat tinggal Bapak Made terdiri dari 3 bangunan, yang
terdiri dari; 1 bangunan utama, 1 bangunan dapur yang bergabung dengan kamar
mandi, dan 1 sudah terbuat dari batako dan semen, dengan atap seng.
3.2 Analisis Situasi Keluarga Kasus
Bapak Made Gara awalnya memeriksakan keluhan berupa batuk berdahak
terus-menerus dan badan lemas ke bidan desa, dan bidan desa menyarankan untuk
ke puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan dahak. Di Puskesmas dilakukan
pemeriksaan dahak sewaktu-pagi-sewaktu (SPS) dan menunjukkan hasil BTA (-),
namun karena keluhan batuk berdahak sudah berlangsung lama dan tidak kunjung
membaik, maka Bapak Made dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan foto
rontgen dada ke RS Bangli. Hasil pemeriksaan foto rontgen dada menunjukkan
kesan TB paru (+) sehingga Bapak Made mulai menjalani pengobatan TBC
kategori I dan secara rutin kontrol ke puskesmas hingga saat ini.
Saat awal dilakukan kunjungan rumah, Bapak Made mengatakan sudah
merasa lebih baik. Bapak Made masih batuk-batuk, tetapi dahaknya sudah
berkurang. Keluhan lainnya seperti mual dan gatal-gatal dirasakan apabila
penderita minum Obat Anti Tuberkolosis (OAT) dan akan hilang setelah beberapa
saatnya kemudian. Nafsu makan masih menurun sehingga berat badannya juga
menurun 5 kg, dari awalnya 65 kg menjadi 60 kg. Selama masa pengobatan,
penderita mengeluhkan efek samping obat yang dapat timbul seperti mual dan dari
puskesmas sudah memberikan obat anti mual.
10
3.3 Rumusan Masalah dan Solusi Kasus
3.3.1 Rumusan Masalah
Saat ini Bapak Made Gara masih menjalani pengobatan di puskesmas,
untuk kontrol foto dada Bapak Made langsung ke RS Bangli dan menggunakan
jaminan kesehatan JKBM. Kondisi Bapak Made saat ini sudah lebih baik dari
awal keluhan, walaupun masih sedikit batuk-batuk. Nafsu makan Bapak Made
sudah mulai meningkat dari sebelumnya. Dan dikatakan tidak ada anggota
keluarga lain yang mengalami keluhan yang sama.
Jika kasus ini dimasukkan ke konsep sehat-sakit segitiga epidemiologi
yaitu terdiri dari; host, agent, dan environment dapat dijabarkan seperti berikut:
a. Host
Aktivitas sehari-hari Bapak Made sudah berkurang. Bapak Made memiliki
kesadaran untuk minum obat secara teratur sehingga dapat mempercepat
kesembuhan penderita.
b. Agent
Karakteristik kuman, Penyakit TBC disebabkan oleh Micobacterium
tuberculosis yang merupakan bakteri obligat aerob, berbentuk batang, tahan
asam dan tidak membentuk spora. Keadaan Bapak Made yang sering sakit-
sakitan menunjukkan daya tahan tubuh penderita yang kurang baik. Daya
tahan tubuh yang kurang tersebut menyebabkan kuman dapat berproliferasi
dan menimbulkan penyaki.
Penularan penyakit ini terjadi terutama melalui inhalasi, yaitu melalui droplet
ketika penderita batuk, bersih atau meludah, dimana bakteri dapat bertahan
selama kurang lebih 1-2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar ultraviolet.
Pada tempat yang gelap dan lembab bakteri dapat bertahan sampai berhari-
hari. Bakteri dapat bertahan pada udara kering terutama pada udara bersuhu
22-23 ˚C atau bahkan pada tempat yang sangat dingin karena bakteri tersebut
berada dalam bentuk dormant. Dimana dari bentuk dormant ini bakteri dapat
aktif kembali untuk menimbulkan penyakit.
Keadaan ruangan dalam tempat tinggal Bapak Made yang cenderung gelap
dan lembab mendukung bakteri ini untuk dapat bertahan lebih lama.
11
c. Environment
Kurangnya kebersihan lingkungan dan kebersihan pribadi
Pemenuhan kebutuhan akan makanan yang bergizi yang kurang dan
berpengaruh terhadap daya tahan tubuh penderita
Tingkat pendidikan yang rendah dan informasi tentang penyakit TBC
menyebabkan kurangnya kewaspadaan akan bahaya penyakit TBC dan
mempengaruhi kesadarannya untuk tidak menularkan kepada orang lain.
3.3.2 Solusi Kasus
Sesuai dengan tujuan dari PPD ini agar kita dapat menangani masalah
kesehatan secara komprehensif dengan pendekatan holistik, maka kedokteran
keluarga merupakan metode yang efektif untuk mengatasinya. Solusi yang
dilakukan pada kasus ini sesuai dengan ciri kedokteran keluarga adalah:
1. Personal
- Memberikan penjelasan tentang TBC kepada penderita, apa
penyebabnya, bagaimana cara penularannya, gejala-gejala, dan cara
pengobatan TBC.
- Memberikan penjelasan pada penderita bahwa penyakit TBC bisa
sembuh apabila berobat secara teratur jadi penderita tidak perlu merasa
rendah diri.
- Menyarankan kepada penderita agar makan makanan yang cukup
bergizi, tidur dan istirahat yang cukup, dan jangan terlalu capek.
- Memberikan penjelasan mengenai pengobatan yang sedang dijalani
sekarang oleh penderita. Apa jenis obatnya, tujuan pengobatannya,
efek sampingnya, dan akibatnya apabila tidak patuh dalam menjalani
pengobatan. Menekankan kepada penderita bahwa kepatuhan dalam
minum obat sangatlah diperlukan untuk mencapai kesembuhan.
2. Komprehensif
12
- Memberikan penjelasan tentang TBC kepada penderita dan
keluarganya secara terpadu, apa penyebabnya, bagaimana cara
penularannya, gejala-gejala, dan cara pengobatan TBC.
- Memberikan penjelasan kepada penderita dan keluarga bagaimana
cara-cara mencegah penularan penyakit TBC kepada orang lain
terutama keluarga yang kontak erat dengan penderita.
3. Berkesinambungan
- Memantau perkembangan penyakit penderita dengan rutin dengan cara
mengecek setiap minggu apakah penderita datang kontrol ke
Puskesmas, jika tidak datang kami mendatangi rumah penderita.
- Mencatat rekam medis pasien yang berisi perkembangan penyakit
penderita.
- Menggunakan sistem DOT (Direct Observed Treatment), dengan
menunjuk anggota keluarga terdekat (istri) sebagai PMO (Pengawas
Minum Obat).
4. Koordinatif dan kolaboratif
- Menyarankan kepada keluarganya untuk ikut berpartisipasi aktif dalam
pengobatan penderita. Misalnya dengan mengantar setiap kali
mengambil obat ke Puskesmas, mengambilkan obat jika penderita
berhalangan, mengawasi pola kerja dan pola makannya untuk
mencegah perburukan dari kondisinya, dan juga ikut membantu PMO
mengawasi penderita dalam minum obat.
5. Mengutamakan pencegahan
- Mengingatkan penderita untuk tetap rajin minum obat walaupun
keluhan telah berkurang.
13
- Menjelaskan kepada penderita bagaimana cara-cara untuk mencegah
penularan penyakitnya kepada orang-orang di sekitarnya. Adapun
cara-caranya adalah sebagai berikut:
Menutup mulut dengan saputangan atau memalingkan muka dari
lawan bicaranya saat batuk ataupun bersin.
Tidak membuang dahaknya sembarangan, tetapi membuang dahak
pada kaleng yang bisa ditutup dan didalamnya diisi dengan bahan
kimia lain yang mengandung desinfektan misalnya cairan
pembersih kamar mandi atau pengepel lantai. Kemudian setelah
penuh, sebaiknya agar dibakar dan tidak dibuang sembarangan.
Membuka jendela kamar yang ada sehingga sinar matahari masuk
dan membantu membunuh kuman-kuman TBC selain itu adanya
ventilasi mampu memberikan pertukaran udara kamar dengan
udara luar yang lebih segar.
Menyarankan kepada penderita dan anggota keluarganya agar makan
makanan yang cukup bergizi, tidur dan istirahat yang cukup, dan
menjaga stamina tubuh agar tidak mudah terkena penyakit, baik
tertular penyakit pasien maupun penyakit lain.
Mengingatkan penderita dan keluarganya apabila terdapat anggota
keluarga yang mengalami gejala yang sama seperti pasien, yaitu batuk-
batuk lama, keringat malam, penurunan nafsu makan, lemas, dll, untuk
cepat memeriksakan diri ke puskesmas.
Melakukan pemeriksaan dahak anggota keluarga yang kontak erat
dengan pasien.
6. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungannya
Memberikan penjelasan mengenai kondisi penderita saat ini kepada
keluarga. Jelaskan bahwa penyakitnya ini bisa sembuh, tetapi dengan
syarat harus patuh menjalani pengobatan yang lama, sehingga peran
keluarga disini sangatlah besar yaitu dalam mengawasi minum obat.
Memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa penyakit yang
dideritanya adalah penyakit menular, namun meskipun demikian
14
penularannya masih bisa dicegah dengan misalnya mencegah kontak
dengan dahak penderita, menjaga daya tahan tubuh dengan asupan gizi
yang memadai serta dengan menjaga kebersihan lingkungan serta
ventilasi rumah yang cukup.
Menjelaskan mengenai pengobatan penderita, bahwa meskipun
pengobatannya lama, namun obat dapat diperoleh secara gratis di
Puskesmas.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
15
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kasus TBC yang dibahas dalam bab ini maka perlu adanya
suatu penanganan yang menyeluruh tentang kasus TBC tidak hanya pengobatan
secara farmakologi tetapi pendekatan secara personal dan edukasi yang yang tepat
agar managemen TBC serta pencegahan kekambuhan atau penularan. Pendekatan
secara personal baiknya dilakukan tidak hanya kepada bapak Made Gara tetapi
juga melibatkan lingkungan sekitar dimana dalam hal ini adalah istri bapak Made
Gara karena keberhasilan atau tidak dari pengobatan TBC juga tergantung oleh
pengawas minum obat, pengobatan TBC membutuhkan pengobatan yang teratur
setiap harinya.
Meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat dan bersih
sangat perlu ditingkatkan pada KK binaan, karena pengetahuan ini sangat
mempengaruhi terjadinya sehat-sakit suatu anggota keluarga. Peningkatan
pengetahuan dilakukan dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada
semua anggota keluarga. Dan ini erat kaitannya dengan konsep sehat-sakit dari
penyakit TBC yang didasari oleh faktor lingkungan.
4.2 Saran
Beberapa saran yang penulis berikan dalam kasus ini adalah kepada keluarga
bapak Made Gara adalah:
Agar memeriksakan diri dan teratur kontrol untuk keberhasilan
pengobatannya
Agar selalu menggunakan masker dan memperhatikan etika batuk
Agar selalu hidup sehat dan bersih sesuai dengan penyuluhan yang sudah
diberikan
Beberapa saran penulis untuk unit kesehatam komunitas di daerah terkait:
Untuk lebih intensif dalam memberikan pelayanan kesehatan dan
menekankan penyuluhan-penyuluhan yang tepat sasaran.
Menekankan konsep sehat-sakit yang benar agar pengetahuan masyarakat
dapat bertambah dan merubah pola pikir masyarakat.
16
17