kim stoi
-
Upload
rary-ardiyanti-rauf -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
description
Transcript of kim stoi
Makalah - Kimia - Stoikiometri I 11.06 |
I. PEMBAHASAN
Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk memahami stoikiometri larutan secara umum. Sedangkan
tujuan khususya adalah untuk mengukur banyaknya zat yang terlibat pada reaksi dalam larutan
dan juga bertujuan agar dapat menuliskan persamaan reaksi dalam larutan.
Prinsip Kerja
Prinsip kerja yang digunakan adalah mengambil beberapa mL larutan I2 0,05 M dalam
larutan KI 0,1 M dan menambahkan indikator amilum dalam erlenmeyer. Memasang buret pada
statif dan klem, mengisi buret dengan larutan Na2S2O3 0,05 M sampai skala nol. Mulai mentritasi
larutan I2 tersebut yang telah diberi indikator amilum sampai warna biru menghilang. Mencatat
volume larutan Na2S2O3 yang diperlukan dan mengulangi langkah tersebut pada volume larutan
I2 yang berbeda.
Prinsip Dasar
Prinsip dasar yang digunakan dalm percobaan ini adalah konsep mol dan persamaan reaksi.
Salah satu aspek penting suatu reaksi kimia adalah hubungan kuantitaif antara zat-zat yang
terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai reaktan maupun sebagai produk. Bidang yang mengkaji
hubungan reaksi santara zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi kimia di sebut stoikiometri.
Stoikiometri adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari
komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya. Pada stoikiometri I ini masalh yang dibahas adalah
konsep mol dan persamaan reaksi.
1. Konsep mol
Mol merupakan satuan jumlah zat. Mol berhubungan dengan bilangan yang sangat besar
yaitu 6,02.10 23 yang disebut bilangan Avogadro.
Hubungan Mol dengan partikel
Jumlah partikel = mol x bilangan Avogadro
= mol x 6,02.10 23
Hubungan mol dengan massa unsur
Mol = gram / (Ar / Mr )
Ar = massa atom relatif unsur
Mr = massa molekul relatif unsur
Hubungan mol dengan volume
Jika diketahui volume gas pada keadaan STP yaitu bahwa 1 mol gas volumenya 22,4
Liter.
Volume STP = mol x 22,4
Hubungan di atas bisa dilihat pada bagian dibawah ini:
Molaritas (M)
Adalah jumlah mol zat terlarut dalam setiap satu liter larutan. Molaritas dapat dinyatakan
dengan rumus:
M = mol / V atau M = gram x 1000 / Mr x pelarut
Disamping hal diatas, juga digunakan hukum-hukum dasar kimia dalam stoikiometri antara lain :
MAKALAH STOIKIOMETRI
MAKALAH STOIKIOMETRI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah membahas masalah struktur atom, tabel periodik dan ikatan kimia, maka timbul
permasalahan tentang reaksi antar atom dengan suatu persamaan yakni tentang perubahan suatu
materi menjadi materi lain. Kajian reaksi kimia secara kuantitatif dapat memberi informasi yang lebih
jelas tentang perubahan kimia yang terjadin dan perubahan ini mengikuti hukukm-hukum dasar ilmu
kimia. Bidang kimia yang membicarakan hubungan-hubungan kuantitatif antara preaksi dan hasil reaksi
dikenal dengan stoikiometri.
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, stoicheion (unsur) dan metron (pengukuran). Pada
pokok pembahasan ini akan dibicarakan masalah yang berhubungan dengan :
1. Hukum-hukum dasar ilmu kimia
2. Massa atom relatif dan massa rumus relatif
3. Konsep mol
4. Cara menyatakan konsentrasi
5. Persamaan dan hasil reaksi
B. Tujuan
Tujuan mempelajari Stoikiometri adalah untuk mennetukan titik stoikiometri suatu reaksi
dengan lebih mudah.
BAB II
PEMBAHSAN
STOIKIOMETRI
A. Tata Nama Senyawa
1. Tata Nama Senyawa Anorganik
Tata nama senyawa anorganik secara umum dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
a. Penamaan Senyawa Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang terdiri atas dua jenis unsur.
Senyawa Biner Ionik
Senyawa biner dari logam dan logam merupakan senyawa ion. Senyawa ion terdiri dari ion
positif (kation) yang merupakan ion logam dan ion negatif (anion) yang merupakan ion nonlogam.
Tabel Kation dan anion dari Senyawa Biner Logam dan Nonlogam
Jenis Ion Rumus Ion Nama Ion Rumus Ion Nama Ion
Kation Na+ Natrium Fe3+ Besi (III)
K+ Kalium Cu+ Tembaga (I)
Mg2+ Magnesium Cu2+ Tembaga (II)
Ca2+ Kalsium Co2+ Kobalt (II)
Ba2+ Barium Co3+ Kobalt (III)
Al3+ Aluminium Sn2+ Timah (II)
Ni2+ Nikel Sn4+ Timah (IV)
Zn2+ Seng Pb2+ Timbel (II)
Ag+ Perak Pb4+ Timbel (IV)
Anion F- Fluorida H- Hidrida
Cl- Klorida O2- Oksida
Br- Bromida S2- Sulfida
I- Iodida N3- Nitrida
Senyawa biner logam dan nonlogam bersifat netral (tak bermuatan), artinya besar muatan kation dan
anion adalah sama atau jumlah muatan kation dan anion dalam senyawa adalah nol.
Secara Umum : Ay+AxByBx-
Ion Ay+ berikatan dengan ion Bx- membentuk senyawa ionik AxBy , yaitu muatan ion Ay+ menjadi indeks
B dan muatan Bx- menjadi indeks A.
Aturan penulisan dan dan penamaan senyawa biner logam dan nonlogam ini adalah sebagai
berikut :
1) Penulisan rumus senyawa, kation di depan dan kation di belakang.
2) Logam yang hanya mempunyai satu muatan ion (muatan listrik), penamaan senyawanya
adalah nama ion logam di depan dan nama ion nonlogam di belakang. Logam yamg seperti ini adalah
logam alkali (IA), alkali tanah (IIA), dan alumunium.
3) Logam yang mempunyai beberapa muatan ion (muatan listrik), Penamaan senyawanya
adalah nama ion logam di depan disertai dengan menuliskan muatan ionnya dengan angka romawi
dalam tanda kurung, sedangkan nama ion nonlogam di belakang.
Senyawa yang termasuk ke dalam senyawa biner logam dan nonlogam, yaitu ;
1) Senyawa Garam
Senyawa garam diperoleh dari reaksi antara asam dengan basa. Senyawa Garam dirumuskan sebagai
berikut.
Senyawa garam tersebut dibentuk dari ion logam Ly+ dan ion sisa asam Ax- membentuk senyawa garam
LxAy
2) Oksidasi Logam (Oksidasi Basa)
Oksidasi logam adalah merupakan oksidasi pembentuk basa dalam air. Rumus Oksidasi logam adalah
sebagai berikut.
Senyawa oksidasi logam tersebut dibentuk dari ion logam Ly+ dan ion Ox- membentuk senyawa oksida
logam.
Tabel Nama Oksidasi Logam dan Basa yang Dibentuk
Oksidasi Logam Nama Oksidasi Logam Basa yang dibentuk
Li2O Litium Oksida LiOH
Na2O Natrium oksida NaOH
K2O Kalium oksida KOH
MgO Magnesium oksida Mg(OH)2
SrO Stronsium oksida Sr(OH)2
BaO Barium oksida Ba(OH)2
Al2O3 Aluminium oksida Al(OH)3
Cr2O3 Kromium (III) oksida Cr(OH)3
FeO Besi (II) oksida Fe(OH)2
Fe2O3 Besi (III) oksida Fe(OH)3
Senyawa Biner Nonlogam dan nonlogam (Senyawa Kovalen)
Senyawa biner nonlogam dengan nonlogam merupakan senyawa kovalen. Partikel terkecil dari
senyawa ini adalah molekul. Senyawa Kovalen dapat dirumuskan sebagai berikut.
A dan B merupakan unsur nonlogam. Unsur A lebih cenderung bermuatan positif dan unsur B
lebih cenderung bermuatan negatif. Huruf x adalah indeks unsur A, yaitu jumlah atom A penyusun
molekul AxBy. Huruf y adalah indeks unsur B, yaitu jumlah atom B penyusun molekul AxBy.
Pembentukan molekul senyawa AxBy berdasarkan pemakaian bersama pasangan elektron.
Penulisan dan aturan penamaan senyawa biner antara nonlogam dan nonlogam (senyawa
kovalen) adalah sebagai berikut.
1) Untuk atom yang cenderung bermuatan positif ditulis di depan dan atom yang cenderung bermuatan
negatif ditulis di belakang.
Contoh: N dengan O, rumus senyawanya N2O bukan ON2
2) Untuk senyawa nonlogam yang hanya membentuk satu senyawa, penamaannya adalah dengan
menyebutkan nama kedua unsur tersebut dan unsur yang kedua diberi akhiran ida.
Contoh:
HCL : Hidrogen Klorida
H2S : Hidrogen Sulfida
3) Untuk senyawa nonlogam yang dapat membentuk dua atau lebih senyawa, penamaannya seperti
penamaan di atas, tetapi masing-masing diberi awalan yang menyatakan jumlah atom tiap unsur dan
diakhiri dengan ida. Awalan tersebut merupakan angka indeks bahasa Yunani.
4) Senyawa yang sudah umum dan terkenal tidak mengikuti aturan di atas.
Contoh :
H2O : Air
NH3 : Amonia
Senyawa biner kovalen terdiri atas senyawa asam monoksi dan oksida nonlogam.
1) Senyawa Asam Nonoksi
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dapat melepas ion H+ dalam air. Asam seperti ini
dinamakan asam nonoksi Karena tidak mengandung oksida asam. Sebaliknya, asam oksida adalah asam
yang mengandung oksida asam.
Penamaan senyawa asam nonoksi dapat dituliskan sebagai berikut.
Contoh :
HF : asam florida
HCl : asam klorida
Hbr : asam bromida
HI : Asam Ionida
Catatan :
HCN bukanlah senyawa biner, tetapi penamaannya sama seperti asam nonoksi. Penamaan HCN adalah
asam sianida.
2) Oksida Nonlogam
Oksida adalah senyawa dari suatu unsur dengan oksigen. Oksida nonlogam adalah oksida unsur
nonlogam yang jika dilarutkan dalam air membentuk senyawa asam. Oksida nonlogam disebut juga
oksida asam. Akan tetapi, tidak semua oksida nonlogam termasuk oksida asam. Rumus umum oksida
nonlogam adalah sebagai berikut.
Penamaan oksida nonlogam ini sudah dijelaskan pada penamaan senyawa biner nonlogam dan
nonlogam.
oksida nonlogam Nama oksida nonlogam Asam yang dibentuk
SO2 belerang dioksida H2SO3
SO3 belerang trioksida H2SO4
N2O3 Dinitrogen trioksida HNO2
N2O5 Dinitrogen pentaoksida HNO3
P2O3 Difosfor trioksida H3PO3
P2O5 Difosfor pentaoksida H3PO4
Penamaan Senyawa Poliatom
Senyawa Poliatom adalah senyawa yang disusun oleh lebih dari dua jenis unsur. Senyawa poliatom
terdiri dari :
Senyawa Poliatom Ionik
Senyawa poliatom ionik adalah senyawa poliatom yang partikel terkecilnya merupakan ion.
Senyawa poliatom ionic terdiri dari kation dan anion yaitu :
1. Senyawa Garam Poliatom
Senyawa Garam Poliatom adalah senyawa garam yang kation atau anionnya merupakan ion
poliatom.
2. Senyawa Basa
Menurut Arrhenius, basa adalah zat yang dapat melepaskan ion OH- dalam air. Larutan basa
rasanya agak pahit dan bersifat kausatik (licin seperti sabun). Senyawa basa merupakan senyawa ion
yang terdiri dari kation logam dan anion OH- (kecuali NH4OH). Senyawa basa dapat dirumuskan sebagi
berikut.
L : logam
OH-: hidroksida (pembawa sifat basa)
x : valensi basa ( sama dengan bilangan oksida L)
Penamaan senyawa basa adalah sebagai berikut:
Ø Senyawa basa yang dibentuk oleh logam yng mempunyai muatan ion tunggal.
Misalnya alkali, alkali tanah , dan alumunium. Penamaan senyawanya dirumuskan
sebagai berikut:
Basa yang dibentuk oleh logam yang mempunyai beberapa muatan ion, penamaan senyawanya
dirumuskan sebagai berikut :
Senyawa Poliatom Kovalen
Senyawa poliatom kovalen adalah senyawa poliatom yang partikel terkecilnya adalah molekul.
Senyawa yang termasuk ke dalam senyawa poliatom kovalen adalah senyawa asam oksi.
Penamaan senyawa asam oksi adalah sebagai berikut.
1) Unsur nonlogam yang hanya membentuk satu senyawa, senyawanya berakhiran-at.
2) Unsur nonlogam yang membentuk dua jenis asam, asam yang mempunyai oksigen banyak
berakhiran–at.
3) Asam oksi halogen adalah asam yang mempunyai oksida asam dan merupakan oksida halogen. Secara
sederhana, asam oksi halogen berarti asam yang atom pusatnya adalah unsure halogen. Penamaan
asam oksida halogen tergantung pada bilangan oksidasi atau jumlah oksigennya.
2. Tata Nama Senyawa Organik
a. Senyawa Hidrokarbon Sederhana
Senyawa hidrokarbon masih diklasifikasikan menjadi alkana, alkena, dan alkuna. Pembagian senyawa
tersebut didasarkan pada ada tidaknya ikatan rangkap dalam senyawa hidrokarbon.
Tata nama IUPAC untuk senyawa alkena dan alkuna didasarkan pada tata nama alkana dengan jumlah
atom C yang bersesuaian dengan mengubah akhirannya sesuai dengan nama masing-masing senyawa.
Perbandingan Nama-Nama Senyawa Organik Sederhana
Jumlah atom C Nama Alkana Nama Alkena Nama Alkuna
1 Metana - -
2 Etana Etena Etuna
3 Propana Propena Propuna
4 Butana Butena Butuna
5 Pentana Pentena Pentuna
6 Heksana Heksena Heksuna
7 Heptana Heptena Heptuna
8 Oktana Oktena Oktuna
9 Nonana Nonena Nonuna
10 Dekana Dekena Dekuna
b. Senyawa Alkohol Sederhana
Tata nana senyawa alkohol hampir sama dengan tata nama senyawa hidrokarbon sederhana.
Penamaannya, senyawa alkohol sederhana adalah sebagai berikut.
CH3OH : Metanol
C2H5OH : Etanol
C3H7OH : Propanol
c. Senyawa Asam Organik
Asam organik atau asam karboksilat berdasarkan IUPAC dinamakan asam alkanoat. Rumus umumnya
adalah R-COOH. Penamaan diurutkan sebagai berikut.
R (alkil) adalah alkana yang kehilangan satu atom H.
C. Hukum – hukum Dasar Kimia
HUKUM KEKEKALAN MASSA (HUKUM LAVOISIER)
"Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap".
Contoh:
hidrogen + oksigen = hidrogen oksida
(4g) (32g) (36g)
HUKUM PERBANDINGAN TETAP (HUKUM PROUST)
"Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap".
Contoh:
a. Pada senyawa NH3 : massa N : massa H
1 Ar . N : 3 Ar . H = 1 (14) : 3 (1) = 14 : 3
b. Pada senyawa SO3 : massa S : massa 0
= 1 Ar . S : 3 Ar . O
= 1 (32) : 3 (16)
= 32 : 48
= 2 : 3
Keuntungan dari hukum Proust:
bila diketahui massa suatu senyawa atau massa salah satu unsur yang membentuk senyawa tersebut
maka massa unsur lainnya dapat diketahui.
HUKUM PERBANDINGAN BERGANDA = HUKUM DALTON
"Bila dua buah unsur dapat membentuk dua atau lebih senyawa untuk massa salah satu unsur yang
sama banyaknya maka perbandingan massa unsur kedua akan berbanding sebagai bilangan bulat dan
sederhana".
Contoh:
Bila unsur Nitrogen den oksigen disenyawakan dapat terbentuk,
NO dimana massa N : 0 = 14 : 16 = 7 : 8
NO2 dimana massa N : 0 = 14 : 32 = 7 : 16
Untuk massa Nitrogen yang same banyaknya maka perbandingan massa Oksigen pada senyawa NO :
NO2 = 8 :16 = 1 : 2
HUKUM-HUKUM GAS
Untuk gas ideal berlaku persamaan : PV = nRT
dimana:
P = tekanan gas (atmosfir)
V = volume gas (liter)
n = mol gas
R = tetapan gas universal = 0.082 lt.atm/mol Kelvin
T = suhu mutlak (Kelvin)
Perubahan-perubahan dari P, V dan T dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan kondisi-kondisi tertentu
dicerminkan dengan hukum-hukum berikut:
HUKUM BOYLE
Hukum ini diturunkan dari persamaan keadaan gas ideal dengan n1 = n2 dan
T1 = T2 ; sehingga diperoleh : P1 V1 = P2 V2
HUKUM GAY-LUSSAC
"Volume gas-gas yang bereaksi den volume gas-gas hasil reaksi bila diukur pada suhu dan tekanan yang
sama, akan berbanding sebagai bilangan bulat sederhana".
Jadi untuk: P1 = P2 dan T1 = T2 berlaku : V1 / V2 = n1 / n2
HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC
Hukum ini merupakan perluasan hukum terdahulu den diturukan dengan keadaan harga n = n2 sehingga
diperoleh persamaan:
P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2
HUKUM AVOGADRO
"Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama mengandung jumlah mol yang sama.
Dari pernyataan ini ditentukan bahwa pada keadaan STP (0o C 1 atm) 1 mol setiap gas volumenya 22.4
liter volume ini disebut sebagai volume molar gas.
C. Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi mempunyai sifat :
1. Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
2. Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
3. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus yang berwujud gas perbandingan
koefisien juga menyatakan perbandingan volume asalkan suhu dan tekanannya sama)
Langkah-Langkah Penulisan Persamaan Reaksi
a. Nama-nama reaktan dan hasil reaksi dituliskan. Penulisan ini disebut
persamaan sebutan.
b. Tuliskan persamaan reaksi dengan menggunakan lambang-lambang, yaitu
rumus-rumus kimia zat, dan wujud reaksi. Penulisan ini disebut persamaan kerangka.
c. Setarakan persamaan kerangks tersebut sehingga diperoleh persamaan
reaksi setara yang disebut persamaan kimia.
Penyetaraan persamaan reaksi
Penyetaraan persamaan raksi sesuai dengan hukum kekebalan reaksi Lavoisier dan teori atom
Dalton. Menurut hukum Lavoisier, pada reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa. Artinya, jumlah dan
jenis atom di ruas kiri (reaktan) sama dengan jumlah dan jenis atom di ruas kanan (hasil reaksi). Sesuai
teori atom Dalton, dalam reaksi kimia tidak ada atom yang hilang atau tercipta, yang terjadi hanyalah
penataan ulang atom-atom reaktan membentuk susunan baru, yaitu hasil reaksi. Agar jenis dan jumlah
atom di ruas kiri sama dengan di ruas kanan, persamaan reaksi disetarakan (diseimbangkan) dengan
cara mengatur angka di depan reaktan dan hasil reaksi. Angka yang diberikan di depan reaktan dan hasil
reaksi disebut koefisien. Angka satu sebagai koefisien tidak dituliskan. Oleh karena itu persamaan reaksi
dapat dituliskan sebagai berikut.
Tahap-tahap penyetaraan persamaan reaksi dapat dilakukan dengan:
1. Tuliskan persamaan kerangka, yaitu persamaan reaksi yang belum setara, dengan reaktan di ruas kiri
dan hasil reaksi di ruas kanan.
2. Tetapkan koefisien zat/senyawa yang lebih rumit adalah satu.
3. Setarakan reaksi dengan mengatur koefisien reaktan dan hasil reaksi yang lain.
D. Konsep Mol
mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau molekul-molekulnya sebesar
bilangan Avogadro dan massanya = Mr senyawa itu.
Jika bilangan Avogadro = L maka :
L = 6.023 x 1023
1 mol atom = L buah atom, massanya = Ar atom tersebut.
1 mol molekul = L buah molekul massanya = Mr molekul tersebut.
Massa 1 mol zat disebut sebagai massa molar zat.
Masa Atom dan Masa Rumus
1) Massa Atom
Massa atom didefinisikan sebagai massa suatu atom dalam satuan atomic mass unit (amu) atau satuan
massa atom (sma). Satu amu didefinisikan sebagai 1/12 kali massa satu atom C-12. Karbon-12 adalah
salah satu isotop karbon yang memiliki 6 proton dan 6 neutron. Unsur ini dijadikan sebagai standar
pembanding sebab unsur ini memiliki sifat yang sangat stabil dengan waktu paruh yang panjang. Dengan
menetapkan massa atom C-12 sebesar 12 sma, kita dapat menentukan massa atom unsur lainnya.
Sebagai contoh, diketahui bahwa satu atom hidrogen hanya memiliki massa 8,4% dari massa satu atom
C-12. Dengan demikian, massa satu atom hidrogen adalah sebesar 8,4% x 12 sma atau 1,008 sma.
Dengan perhitungan serupa, dapat diperoleh massa satu atom oksigen adalah 16,00 sma dan massa satu
atom besi adalah 55,85 sma. Hal ini berarti bahwa satu atom besi memiliki massa hampir 56 kali massa
satu atom hidrogen.
2) Massa Atom Relatif (Ar)
Massa atom unsur sebenarnya belum dapat diukur dengan alat penimbang massa atom, karena atom
berukuran sangat kecil. Massa atom unsur ditentukan dengan cara membandingkan massa atom rata-
rata unsur tersebut terhadap 1/12 massa rata-rata satu atom karbon 12 sehingga massa atom yang
diperoleh adalah massa atom relatif (Ar).
3) Massa Molekul Relatif
Unsur dan senyawa yang partikelnya berupa molekul, massanya dinyatakan dalam massa molekul relatif
(Mr). Pada dasarnya massa molekul relatif (Mr) adalah perbandingan massa rata-rata satu molekul unsur
atau senyawa dengan 1/12 massa rata-rata satu atom karbon-12.
Jenis molekul sangat banyak, sehingga tidak ada tabel massa molekul relatif. Akan tetapi, massa molekul
relatif dapat dihitung dengan menjumlahkan massa atom relatif atom-atom pembentuk molekulnya.
Mr = ∑Ar
Untuk senyawa yang partikelnya bukan berbentuk molekul, melainkan pasangan ion-ion, misalnya NaCl
maka Mr senyawa tersebut disebut massa rumus relatif. Massa rumus relatif dihitung dengan cara yang
sama dengan seperti perhitungan massa molekul relatif, yaitu dengan menjumlahkan massa atom relatif
unsur-unsur dalam rumus senyawa itu.
4) Massa Molar
Telah diketahui bahwa satu mol adalah jumlah zat yang mengandung partikel (atom, molekul, ion)
sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram karbon dengan nomor massa 12 (karbon-12, C-12).
Sehingga terlihat bahwa massa 1 mol C-12 adalah 12 gram. Massa 1 mol zat disebut massa molar. Massa
molar sama dengan massa molekul relatif (Mr) atau massa atom relatif (Ar) suatu zat yang dinyatakan
dalam gram.
Massa molar = Mr atau Ar suatu zat (gram)
5) Volume Molar
Avogadro mendapatkan hasil dari percobaannya bahwa pada suhu 0°C (273 K) dan tekanan 1 atmosfir
(76cmHg) didapatkan tepat 1 liter oksigen dengan massa 1,3286 gram. Karena volume gas oksigen (O2)
= 1 liter, pengukuran dengan kondisi 0°C (273 K) dan tekanan 1 atmosfir (76cmHg) disebut juga keadaan
STP (Standard Temperature and Pressure). Pada keadaan STP, 1 mol gas oksigen sama dengan 22,3 liter.
Avogadro yang menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang bervolume sama
mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila jumlah molekul sama maka jumlah molnya akan sma.
Sehingga, pada suhu dan tekanan yang sama, apabila jumlah mol gas sama maka volumenya pun akan
sama. Keadaan standar pada suhu dan tekanan yang sma (STP) maka volume 1 mol gas
apasaja/sembarang berharga sama yaitu 22,3 liter. Volume 1 mol gas disebut sebagai volume molar gas
(STP) yaitu 22,3 liter/mol.
Persamaan gas ideal
Persamaan gas ideal dinyatakan dengan:
PV=nRT
keterangan:
P; tekanan gas (atm)
V; volume gas (liter)
N; jumlah mol gas
R; tetapan gas ideal (0,082 liter atm/mol K)
T; temperatur mutlak (Kelvin)
Gas Pada Suhu dan Tekanan Sama
Avogadro melalui percobaannya menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang
bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila jumlah molekulnya sama maka
jumlah molnya sama. Jadi pada suhu dan tekanan yang sama perbandingan mol gas sama dengan
perbandingan volume gas. Maka, rumus Molekul dan rumus empiris.
Rumus kimia menunjukkan jenis atom unsur dan jumlah relatif masing-masing unsur yang terdapat
dalam zat. Banyaknya unsur yang terdapat dalam zat ditunjukkan dengan angka indeks.
Rumus kimia dapat berupa rumus empiris dan molekul.
“Rumus empiris, rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atom-atom dari unsur-unsur yang
menyusun senyawa”
Rumus molekul, rumus yang menyatakan jumlah atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun satu
molekul senyawa.
MENENTUKAN RUMUS KIMIA HIDRAT (AIR KRISTAL)
Hidrat adalah senyawa kristal padat yang mengandung air kristal (H2O). Rumus kimia senyawa kristal
padat sudah diketahui. Jadi pada dasarnya penentuan rumus hidrat adalah penentuan jumlah molekul
air kristal (H2O) atau nilai x.
Secara umum, rumus hidrat dapat ditulis sebagai :
Rumus kimia senyawa kristal padat : x.H2O
Molaritas
Larutan merupakan campuran antara pelarut dan zat terlarut. Jumlah zat terlarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi. Salah satu cara untuk menyatakan konsentrasi dan umumnya digunakan
adalah dengan molaritas (M). molaritas merupakan ukuran banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter
larutan.
pengenceran dilakukan apabila larutan terlalu pekat. Pengenceran dilakukan dengan penambahan air.
Pengenceran tidak merubah jumlah mol zat terlarut. Sehingga,
V1 M1 = V2 M2
keterangan:
V1 = volume sebelum pengenceran
M1 = molaritas sebelum pengenceran
V2 = volume sesudah pengenceran
M2 = molaritas sesudah pengenceran
Pembuatan Larutan
PEREAKSI PEMBATAS
Di dalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol zat-zat pereaksi yang dicampurkan tidak selalu sama
dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini berarti bahwa ada zat pereaksi yang akan habis
bereaksi lebih dahulu.
X + 2Y...... ......XY2
Gambar : Pereaksi Pembatas
Reaksi di atas memperlihatkan bahwa menurut koefisien reaksi, 1 mol zat X membutuhkan 2
mol zat Y. Gambar di atas menunjukkan bahwa 3 molekul zat X direaksikan dengan 4 molekul zat Y.
Setelah reaksi berlangsung, banyaknya molekul zat X yang bereaksi hanya 2 molekul dan 1 molekul yang
tersisa, sedangkan 4 molekul zat Y habis bereaksi. Maka zat Y ini disebut pereaksi pembatas.
Pereaksi pembatas merupakan reaktan yang habis bereaksi dan tidak bersisa di akhir reaksi.
Dalam hitungan kimia, pereaksi pembatas dapat ditentukan dengan cara membagi semua mol reaktan
dengan koefisiennya, lalu pereaksi yang mempunyai nilai hasil bagi terkecil, merupakan pereaksi
pembatas.
BAB IV
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Berdasarkan teori-teori yang telah tersebutkan didalam makalah ini dan apabila pembaca telah
membaca makalah ini maka dapat mengetahui bahwa :
1. Tata nama senyawa bertujuan untuk member identitas suatu senyawa sehingga dapat
membedakan senyawa tersebut dari senyawa lain.
2. Senyawa biner adalah senyawa yang terdiri atas dua jenis unsur. Senyawa biner antara unsur
logam dan nonlogam merupakan senyawa ion, sedangkan senyawa biner antara unsur
nonlogam dan nonlogam merupakan senyawa kovalen
3. Senyawa asam yang tidak mempunyai oksida asam disebut senyawa asam nonoksi.
4. Oksidasi nonlogam adalah oksidasi unsure nonlogam yang jika dilarutkan ke dalam air
membentuk senyawa asam.
5. Senyawa poliatom ionik adalah senyawa garam yang kation dan anionnya merupakan ion
poliatom.
6. Senyawa basa merupakan senyawa ion yang terdiri dari kation logam dan anion OH-.
7. Penamaan senyawa basa yang dibentuk oleh logam yang mempunyai bilangan oksidasi tungal.
8. Asam oksi halogen adalah asam yang mempunyai oksida asam dan merupakan oksida halogen.
9. Senyawa-senyawa organik yang hanya terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H) disebut
senyawa hidrokarbon .
10. Menurut persamaan umum gas, volume suatu gas berbanding lurus dengan jumlah mol gas dan
temperatur mutlak, tetapi berbanding terbalik dengan tekanan gas.