KHULAFAUR RASYIDIN

28
KHALIFAH ABU BAKAR ASH- SHIDDIQ Abu Bakar Ash- Shidddiq sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Ta’im bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr Al- Qurasy AT- Taimi. Dilahirkan pada tahun 573 M. Ayahnya bernama Usman ( Abu Quhafah) bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Lu’ay, berasal dari suku Quraisy, sedangkan ibunya bernama Ummu Al- Khair Salma binti Sakhr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Garis keturunannya bertemu pada neneknya, yaitu Ka’ab bin Sa’ad. 2 Abu Bakar adalah nama gelar sedang nama aslinya Abdullah Bin Abu Kuhafah, lalu ia mendapat gelar Al-Shiddiq setelah masuk agama islam. Semenjak masa kanak-kanak, ia adalah sosok pribadi yang terkenal jujur, tulus, penyayang dan suka beramal, sehingga masyarakat mekah menaruh hormat kepadanya. Ia selalu berbuat yang terbaik untuk menolong fakir miskin. Abu Bakar merupakan orang yang pertama masuk Islam ketika Islam mulai didakwakan. Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak diragukan lagi. Abu Bakar juga merupakan seorang yang jernih tabi’atnya, persahabatan dan kepercayaannya yang kekal kepada kenabian Nabi Muhammad SAW menjadi sebuah tanda bukti ketulusan hatinya. Abu bakar adalah sahabat yang terpercaya dan dikagumi oleh Nabi. Ia pemuda yang pertama kali menerima seruan Nabi tanpa banyak pertimbangan. Seluruh kehidupannya dicurahkan untuk perjuangan suci membela dakwah Nabi Muhammad, sehingga ia lebih dicintai oleh Nabi dari para sahabat lainnya.

description

sekilas

Transcript of KHULAFAUR RASYIDIN

Page 1: KHULAFAUR RASYIDIN

KHALIFAH ABU BAKAR ASH- SHIDDIQ

Abu Bakar Ash- Shidddiq sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru

bin Ka’ab bin Sa’ad bin Ta’im bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr Al- Qurasy

AT-Taimi. Dilahirkan pada tahun 573 M. Ayahnya bernama Usman ( Abu Quhafah) bin Amir

bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Lu’ay, berasal dari suku Quraisy, sedangkan ibunya bernama

Ummu Al- Khair Salma binti Sakhr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Garis keturunannya bertemu

pada neneknya, yaitu Ka’ab bin Sa’ad. 2

Abu Bakar adalah nama gelar sedang nama aslinya Abdullah Bin Abu Kuhafah, lalu ia

mendapat gelar Al-Shiddiq setelah masuk agama islam. Semenjak masa kanak-kanak, ia

adalah sosok pribadi yang terkenal jujur, tulus, penyayang dan suka beramal, sehingga

masyarakat mekah menaruh hormat kepadanya. Ia selalu berbuat yang terbaik untuk

menolong fakir miskin.

Abu Bakar merupakan orang yang pertama masuk Islam ketika Islam mulai

didakwakan. Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak diragukan lagi. Abu Bakar juga

merupakan seorang yang jernih tabi’atnya, persahabatan dan kepercayaannya yang kekal

kepada kenabian Nabi Muhammad SAW menjadi sebuah tanda bukti ketulusan hatinya.

Abu bakar adalah sahabat yang terpercaya dan dikagumi oleh Nabi. Ia pemuda yang

pertama kali menerima seruan Nabi tanpa banyak pertimbangan. Seluruh kehidupannya

dicurahkan untuk perjuangan suci membela dakwah Nabi Muhammad, sehingga ia lebih

dicintai oleh Nabi dari para sahabat lainnya. Demikian juga Nabi sangat menyayanginya

sehingga nabi menunjuknya sebagai imam shalat pengganti nabi.

b. Pengangkatan Sebagai Khalifah

Sampai akhir hayat, Nabi Tidak menunjuk seseorang sebagai khalifah. Pada saat

jenazah Nabi belum dimakamkan di antara umat Islam, ada yang mengusulkan untuk cepat-

cepat memikirkan pengganti Nabi. Itulah perselisihan pertama terjadi pasca Nabi wafat.

Perselisihan tersebut berlanjut ke perselisihan kedua di Saqifa Bani Sa’idah, pada saat kaum

Anshar menuntut diadakannya pemilihan khalifah. Sikap kaum Anshar ini menunujukkan

Page 2: KHULAFAUR RASYIDIN

bahwa kaum Anshar lebih memiliki rasa kepedulian dalam hal berpolitik dibandingkan

dengan kaum Muhajirin.

Dalam pertemuan tersebut, sebelum kaum Muhajirin datang, golongan Khajraz telah

sepakat mencalonkan Salad bin Ubadah, sebagai pengganti Rasul. Akan tetapi suku Aus

belum menjawab atas pandangan tersebut sehingga terjadilah perdebatan antara mereka

dan pada akhirnya Salad bin Ubadah yang tidak menginginkan adanya perpecahan

mengatakan bahwa ini merupakan awal dari perpecahan. Melihat situasi yang memanas,

Abu Ubaidah mengajak kaum Anshar agar bersikap tenang dan toleran, kemudian Basyir bin

Sa’ad Abi An Nu’man bin Basyir berpidato dengan mengatakan agar tidak memperpanjang

masalah ini. Keadaan yang sudah tenang ini, Abu Bakar berpidato , “ Ini Umar dan Abu

Ubaidah, siapa yang kamu kehendaki di antara mereka berdua, maka bai’atlah.

Baik Umar maupun Abu Ubaidah merasa keberatan atas ucapan Abu Bakar dengan

mempertimbangkan berbagai alasan, diantaranya adalah ditunjukinya Abu Bakar sebagai

pengganti rasul dalam imam shalat dan ini membuat Abu bakar lebih berhak menjadi

pengganti Rasulullah SAW. Sebelum keduanya membai’at Abu Bakar, Basyir bin Sa’ad

mendahuluinya, kemudian Umar dan Abu Ubaidah dan diikuti secara serentak oleh semua

hadirin.

c. Peran dan Fungsi Abu Bakar

Sepak terjang pola pemerintahan Abu Bakar dapat dipahami dari pidato Abu Bakar

ketika ia diangkat menjadi khalifah. Secara lengkap isi pidatonya sebagai berikut : “ Wahai

manusia, sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu percayakan, padahal aku bukan

orang yang terbaik di antara kamu. Apabila aku melaksanakan tugasku dengan baik,

bantulah aku, dan jika aku salah, luruskanlah aku. Kebenaran adalah suatu kepearcayaan,

dan kedustaan adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kamu adalah orang

kuat bagiku sampai aku memenuhi hak- haknya, dan orang kuat di antara kamu adalah

lemah bagiku hingga aku mengambil haknya, Insya Allah. Janganlah salah seorang dari kamu

meninggalkan Jihad. Sesungguhnya kaum yang tidak memenuhi panggilan jihad maka Allah

akan menimpakan atas mereka suatu kehinaan. Patuhlah kepadaku selama aku taat kepada

Allah dan Rasulnya, jika aku tidak menaati Allah dan Rasul Nya, sekali- kali janganlah kamu

menaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kamu.”

Page 3: KHULAFAUR RASYIDIN

Ucapan pertama ketika dibai’at menunjukkan garis besar politik dan kebijaksanaan

Abu Bakar dalam pemerintahan antara lain :

a. Kebijaksanaan pengurusan terhadap agama Pada awal pemerintahannya ia diuji

dengan adanya ancaman yang datang dari umat Islam sendiri yang menentang

kepemimpinannya yakni mereka yang belum cukup imannya tampil sebagai penentang

demikian juga kaum yahudi dan Kristen. Di antara perbuatan makar tersebut ialah timbulnya

orang- orang yang murtad, orang- orang yang tidak mau membayar zakat, orang- orang

yang mengaku menjadi nabi, dan pemberontakan dari beberapa kabilah.

b. Kebijaksanaan Kenegaraan Diantara kebijakan Abu Bakar dalam pemerintahan

atau kenegaraan antara lain :

1) Bidang Eksekutif

(Katib) yang berkedudukan di kota Madinah. Untuk memegang keuangan Negara,

Abu Bakar menunjuk Abu Ubaidah sebagai Bendahara. Sedangkan untuk jabatan hakim

agung diserahkan kepada ‘Umar bin Al Khattab, sementara dalam membantu khalifah

memutuskan urusan- urusan kenegaraan, Abu Bakar juga membentuk Majelis Syura yang

terdiri dari ‘Umar, Usman, Ali, Abd al – Rahman bin ‘Awf, Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Ka’b

dan Zaid bin Tsabit.

2) Pertahanan dan Keamanan

Dengan mengorganisasikan pasukan- pasukan yang ada untuk mempertahankan

eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan untuk memelihara

stabilitas di dalam maupun di luar negeri. Di antara panglima yang ada ialah Khalid bin

Walid, Musanna bin Harisah,, Amr bin ‘Ash, Zaid bin Sufyan dan lain- lain.

3) Yudikatif

Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khattab dan selama masa

pemerintahan Abu Bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang berarti untuk

dipecahkan, hal ini karena kemampuan dan sifat Umar sendiri dan masyarakat pada waktu

itu dikenal ‘alim

Page 4: KHULAFAUR RASYIDIN

4) Sosial ekonomi

Sebuah lembaga mirip Bait Al Mal. Di dalamnya dikelola harta benda yang di dapat

dari zakat, infak, shadaqah, ghanimah dan lain- lain. Penggunaan harta tersebut digunakan

untuk gaji pegawai Negara dan untuk kesejahteraan umat sesuai dengan aturan yang ada.

Pada masa Abu Bakar ini, bagi orang yang enggan enggan dan membangkang dalam

membayar dapat dihukum dengan denda, bahkan dapat diperangi dan dibunuh. Hal ini

dilakukan oleh Abu Bakar sepeninggal Rasulullah SAW, karena banyak suku Arab yang tidak

mau membayar zakat dan hanya mau mengerjakan shalat. Abu Bakar pernah menyatakan, “

Demi Allah, Saya akan memerangi siapapun yang membeda- bedakan zakat dan shalat “.

d. Penyebaran Islam pada Masa Abu Bakar

Setelah pergolakan dalam negeri berhasil dipadamkan (terutama memerangi orang-

orang murtad), khalifah Abu Bakar menghadapi kekuatan Persia dan Romawi yang selalu

berkeinginan menghancurkan eksistensi Islam. Untuk menghadapi Persia, Abu Bakar

mengirim tentara Islam di bawah pimpinan Khalid bin walid dan Mutsanna bin Haritsah dan

berhasil merebut beberapa daerah penting Irak dari kekuasaan Persia. Adapun untuk

menghadapi Romawi, Abu Bakar memilih empat panglima Islam terbaik yaitu, Amr bin al

Ash di front palestina, Yazid bin Abi Sufyan di front damaskus, Abu Ubaidah di front Hims

dan Syurahbil bin Hasanah di front Yordania. Empat pasukan ini kemudian dibantu oleh

Khalid bin Walid yang bertempur di front Siria.

e. Penilaian terhadap Khalifah Abu Bakar

Berdasarkan pengalaman, Abu Bakar menggaris bawahi bahwa jabatan khalifah

merupakan masalah yang cukup rawan dan sangat krusial. Keretakan sesame muslim,

munculnya gerakkan nabi-nabi palsu, dan gerakkan pembangkang sempat mengancam

eksistensi negeri islam yang baru saja berdiri dan mengganggu kedamaian imperium islam.

Dengan sepenuh jiwa Abu Bakar telah berhasil memadamkan gerakkan islam tersebut. Abu

Bakar tidak hanya berhasil menyelamatkan islam dari situasi anarkis didalam negeri,

melainkan berhasil menjadikan islam sebagai agama besar dunia melaluim sikapnya

mengalihkan perhatian kepada upaya penaklukan yang membawa kemenangan gemilang

beberapa wilayah perbatasan imperium Bizantium.

Page 5: KHULAFAUR RASYIDIN

Abu bakar adalah sahabat sejati Nabi Muhammad memilih keyakinan terhadap Nabi

Muhammad menanggung segala penderitaan dan kekejaman pihak musuh islam, dan selalu

siap memikul beban derita apapun demi tegakknya

perjuangan Islam. Kunci Keteguhan Abu Bakar terletak pada keyakinannya kepada

kebesaran Nabi Muhammad . “Jangan panggil aku khalifah Allah, tapi panggillah aku

Khalifah Rasulullah”, ungkapnya, ia adalah orang pertama yang berusaha mengumpulakan

ayat-ayat Al-quran dalam sebuah mushaf. Ia sangat penyayang kepada fakir miskin. Oleh

karena itu ia menggunakan seluruh kekayaannya untuk menolong mereka. Faktor

keberhasilan Abu Bakar yang lain adalah dalam membangun pranata social di bidang politik

dan pertahanan keamanan. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari sikap keterbukaannya,

yaitu memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada tokoh- tokoh sahabat untuk ikut

membicarakan berbagai masalah sebelum mengambil keputusan melalui forum

musyawarah sebagai lembaga legislative.

f. Peradaban Pada Masa Abu Bakar

Bentuk peradaban yang paling besar pada masa Khalifah Abu Bakar antara lain :

a) Penghimpunan Al Quran, Abu Bakar memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk

menghimpun Al- Quran dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hapalan kaum muslimin

b) Dalam bidang pranata social ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan

social rakyat dengan cara mengelola zakat, infak dan sedekah yang berasal dari kaum

muslimin. Abu Bakar menjalankankan roda pemerintahannya selama lebih kurang 2 Tahun.

c) Praktik pemerintahan Khalifah Abu Bakar terpenting lainnya adalah mengenai suksesi

kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk Umar bin Khattab untuk

menggantikannya.

Page 6: KHULAFAUR RASYIDIN

KHALIFAH UMAR BIN AL- KHATTAB

Dia adalah salah seorang sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah Nabi

Muhammad SAW. Kebesarannya terletak pada keberhasilannya, baik sebagai negarawan

yang bijaksana, maupun sebagai Mujtahid yang ahli dalam membangun Negara besar yang

ditegakkan atas prinsip- prinsip keadilan, persamaan, dan persaudaraan yang diajarkan oleh

Nabi Muhammad SAW.

Umar bin Al- Khattab dilahirkan di Mekkah pada 513 H dari keturunan suku Quraisy

yang terpandang dan terhormat. Ia lahir empat tahun sebelum terjadinya perang Fijar dan

tiga belas tahun lebih muda dari Nabi Muhammad SAW. Sebelum masuk Islam, Umar

termasuk di antara kaum Kafir Quraisy yang paling ditakuti oleh orang- orang yang sudah

masuk Islam dengan gelar Abu Hafs. Setelah Umar masuk islam, dia menjadi salah seorang

yang gigih dan setia membela Islam ia menerima gelar al-Faruq.

b. Pengabdian Umar sebelum menjadi khalifah

Umar sama sekali tidak mengambil bagian dalam hijarah pertama ke Abessinia,

karena pada saat itu ia belum memeluk islam.namun pada kesempatan hijrah ke madinah

umarlah yang mengawal 20 muhajirin ke madinah. Selama dimadinah umar selalu aktif

membantu perjuangan nabi baik dalam suka maupun duka. Ia turut berjuang dalam perang

Badar, Uhud, Khandaq, dan turut menyertai Nabi dalam perjanjian Hudaibiyah. Pada

awalnya ia tidak menerima perjanjian tersebut yang dirasakan merugikkan pihak islam.

Namun padaa akhirnya ia menerima perjanjian tersebut setelah Nabi menjelaskan perkenan

Tuhan melalui wahyu yang diterima Nabi. Setelah Nabi meninggal dunia, ia bersama dengan

abu bakar hadir dipertemuan Bani Sa’idah, tempat tokoh-tokoh Anshor menyelenggarakan

musyawarah memilih pengganti kepemimpinan islam. Ketika sampai pada puncak

pengambilan keputusan , Umarlah yang pertama kali membaiat kepemimpinan Abu Bakar

Sebagai khalifah pertama dan selalu mendukung kebijaksanaannya dalam masa

pemerintahan Abu Bakar. Setelah Abu Bakar meninggal, Umar menggantikan jabatan

Page 7: KHULAFAUR RASYIDIN

khalifah islam dan meneruskan kebijakkan-kebijakkan yang sebelumnya telah ditempuh

oleh Khalifah Abu Bakar. Dalam waktu yang tidak lama Umar berhasil menundukkan

kekuasaan imperium Persia dan Romawi menjadi bagian dari kekuasaan islam.

c. Pengangkatan Umar bin Al- Khattab Sebagai Khalfah

Abu Bakar sebelum meninggal pada tahun 634 M/ 13 H, menunjuk Umar bin Al

Khattab sebagai penggantinya. Kendatipun hal ini merupakan perbuatan yang belum pernah

terjadi sebelumnya, tapi nampaknya ada beberapa factor dalam penunjukan ini antara lain :

a. Kehawatiran peristiwa yang sangat menegangkan di Tsaqifah Bani Sa’idah yang 15

nyaris menyeret ke perpecahan.

b. Kaum Anshar dan kaum Muhajirin saling mengklaim sebagai golongan yang berhak

menjadi Khalifah

c. Kaum Islam pada saat itu baru saja selesai menumpas kaum murtad dan

pembangkang.

Penunjukan Abu Bakar terhadap Umar yang dilakukan disaat ia mendadak sakit pada

masa jabatannya merupakan suatu yang baru, tetapi harus dicatat bahwa penunujukan itu

dilakukan dalam bentuk rekomendasi atau saran yang diserahkan pada persetujuan umat.

Abu Bakar telah memanggil Abdur-Rahman bin Auf dan ia menanyakan tentang

Umar. "Dialah yang mempunyai pandangan terbaik, tetapi dia terlalu keras," kata Abdur-

Rahman. " Setelah Abdur-Rahman keluar ia memanggil Usman bin Affan dan ditanyanya

tentang Umar. "Semoga Allah telah memberi pengetahuan kepada saya tentang dia," kata

Usman, "bahwa isi hatinya lebih baik dari lahirnya. Tak ada orang yang seperti dia di

kalangan kita." Setelah itu Abu Bakar meminta pendapat Sa'id bin Zaid dan beberapa orang

sahabat Nabi ketika mendengar saran-saran Abu Bakar mengenai penunjukan Umar sebagai

khalifah. Ia merasa tidak cukup hanya bermusyawarah dengan orang-orang bijaksana di

kalangan Muslimin, terutama setelah ada pihak yang menentang, dari dalam kamar di

rumahnya itu Abu Bakar menjenguk kepada orang-orang yang ada di Masjid, dan berkata

kepada mereka: "Setujukah kalian dengan orang yang dicalonkan menjadi pemimpin kalian?

Saya sudah berijtihad menurut pendapat saya dan tidak saya mengangkat seorang kerabat.

Yang saya tunjuk menjadi pengganti adalah Umar bin Khattab. Patuhi dan taatilah dia!"

Page 8: KHULAFAUR RASYIDIN

Mereka menjawab: "Kami patuh dan taat." Ketika itu ia mengangkat tangan ke atas seraya

berkata: "Ya Allah, yang kuinginkan untuk mereka hanyalah yang ter-baik untuk mereka

Setelah dilantik menjadi khalifah, ‘Umar berpidato di hadapan umat Islam untuk

menjelaskan visi politik dan arah kebijakan yang akan dilaksanakan dalam memimpin kaum

muslimin, dalam pidatonya berbunyi : “Aku telah dipilih menjadi Khalifah. Kerendah hatian

Abu Bakar sejalan dengan jiwanya yang terbaik di antara kalian dan lebih kuat terhadap

kalian serta juga lebih mampu memikul urusan- urusan kamu yang penting. Aku diangkat

untuk menjadi Khalifah tidak sama dengan beliau. Seandainya aku tahu ada orang yang lebih

kuat untuk memikul jabatan ini dari padaku, maka aku lebih suka memilih memberikan

leherku untuk dipenggal daripada memikul jabatan ini.

d. Ekspansi Islam Masa Pemerintahan Kahalifah Umar bin Al- Khattab

Selama sepuluh tahun pemerintahan Umar (13 H/ 634 M- 23 H/ 644 M ), sebagian

besar ditandai oleh penaklukan- penaklukan untuk melebarkan Islam ke luar Arab. Sejarah

mencatat, Umar telah berhasil membebaskan negeri- negeri jajahan Imperium Romawi dan

Persia yang dimulai dari awal pemerintahannya, bahkan sejak pemerintahan sebelumnya.

Segala tindakan yang dilakukan untuk menghadapi dua kekuatan itu jelas bukan hanya

menyangkut kepentingan keagamaan saja, namun juga untuk kepentingan politik. Faktor-

faktor yang melatarbelakangi timbulnya konflik antara umat Islam dengan Romawi dan

Persia antara

a. Bangsa Romawi dan Persia tidak menaruh hormat terhadap maksud baik Islam

b. Semenjak Islam masih lemah, Romawi dan Persia selalu berusaha 17

menghancurkan Islam

c. Bangsa Romawi dan Persia sebagai Negara yang subur dan terkenal dengan

kemakmurannya, tidak berkenan menjalin hubungan perdagangan dengan negeri-negeri

Arab.

d. Bangsa Romawi dan Persia bersikap ceroboh menghasut suku- suku Badui untuk

menentang Islam.

e. Letak geografis kekuasaan Romawi dan Persia sangat strategis untuk kepentingan

keamanan dan pertahanan islam.

Page 9: KHULAFAUR RASYIDIN

e. Umar bin Khattab : Madinah Sebagai Negara Adikuasa

Semenjak penaklukan Persia dan romawi , pemerintahan Islam menjadi adikuasa

dunia yang memiliki wilayah kekuasaan luas meliputi, semenanjung Arabia, palestina, Siria,

Irak, Persia, dan Mesir.

Umar bin Al- Khattab yang dikenal sebagai negarawan, administrator terampil dan

pandai, dan seorang pembaharu membuat berbagai kebijakan mengenai pengelolaan

wilayah kekuasaan yang luas, ia menata struktur kekuasaan dan administrasi pemerintahan

Negara Madinah berdasarkan semangat Demokrasi.

f. Peradaban pada masa Khalifah Umar

Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola administrative

pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman dalam peradilan. Pemikiran

Khalifah Umar bin Khattab khususnya dalam peradilan yang masih berlaku samapai sekarang

adalah sebagai berikut :

1. Kedudukan lembaga peradilan ( wajib di tengah- tengah masyarakat )

2. Memahami kasus persoalan, baru memutuskannya

3. Samakan pandangan anda kepada kedua belah pihak, dan berlaku adillah.

4. Kewajiban pembuktian

5. Lembaga damai

6. Penundaan persidangan

7. Kebenaran dan keadilan adalah masalah universal

8. Kewajiban menggali hukum yang hidup dan melakukan penalaran logis.

9. Orang Islam haruslah berlaku adil

10. Larangan bersidang ketika emosional.

Khalifah Umar bin Khattab menjalankankan roda pemerintahannya selama lebih

kurang 10 Tahun.

Page 10: KHULAFAUR RASYIDIN

g. Wafat Khalifah Umar

Setelah menjalankan pemerintahan selama sepuluh tahun yang penuh dengan

kejayaan, khalifah Umar meninggal sebab kekejaman tangan seorang budak Persia yang

bernama “Abu Lukluk” pada tahun 23 H/ 643 M. menurut Amir Ali,kematian Khalifah Umar

merupakan duka besar bagi islam. Sungguh watak kepemimpinan Khalifah Umar yang

sangat keras namun juga bijaksana cocok sebagai figure pemimpin bangsa Arab yang

berwatak susah diatur. Ia tegak bagaikan benteng yang melindungi rakyatnya dari setiap

serangan musuh. Sepeninggalan umar, kekuatan yang pernah mengancam kesatuan muslim

muncul kembali seperti timbulnya paham kesukuan atau tribalisme dan beberapa kebiasan

tak bermoral suku-suku badui mulai muncul kembali.

Page 11: KHULAFAUR RASYIDIN

KHALIFAH USMAN BIN AFFAN

( TAHUN 23 H- 35 H/ 644 M- 656 M ) Usman Bin Affan Nama beliau adalah Usman

bin 'Affan bin Abil 'Ash bin Umayyah bin Abdisy Syams bin Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab.

Beliau menisbatkan dirinya kepada bani Umayyah, salah satu kabilah Quraisy. Beliau

dilahirkan pada tahun 576 M di Mekah. Beliau tumbuh diatas akhlak yang mulia dan

perangai yang baik. Beliau sangat pemalu, bersih jiwa dan suci lisannya, sangat sopan

santun, pendiam dan tidak pernah menyakiti orang lain. Beliau suka ketenangan dan tidak

suka keramaian/kegaduhan, perselisihan, teriakan keras. Dan beliau rela mengorbankan

nyawanya demi untuk menjauhi hal-hal tersebut. Dan karena kebaikan akhlak dan

mu'amalahnya, beliau dicintai oleh Quraisy, hingga merekapun menjadikannya sebagai

perumpamaan. Dari sini Imam Asy-Sya'bi mengatakan : "Dahulu Usman sangat dicintai oleh

orang-orang Quraisy, mereka menjadikannya sebagai suri taudalan, mereka

memuliakannya. Sampai-sampai para ibu dari kalangan orang-orang Arab, jika menghibur

anaknya, dia mengatakan : Demi Allah yang Maha Penyayang, aku mencintaimu seperti

kecintaan Quraisy kepada Usman .

Ibu Khalifah Usman bin Affan adalah Urwy bin Kuriz bin Rabiah. Usman bin Affan

masuk Islam pada usia 30 tahun atas ajakan Abu Bakar. Sesaat setelah masuk Islam, ia

sempat mendapatkan siksaan dari pamannya, Hakam bin Abil Ash. Ia dijuluki dzun nurain,

karena menikahi dua putri Rasulullah SAW secara berurutan setelah yang satu meninggal,

yakni Ruqayyah dan Ummu Kalsum.

2. Pengangkatan Khalifah Usman bin Affan

Panitia pemilihan Khalifah, memilih Usman menjadi Khalifah ketiga menggantikan

Umar bin Khattab. Pemerintahan Usman bi Affan ini berlangsung dari tahun 644 sampai 656

M. ketika Usman dipilih, Usman telah tua ( 70 tahun) dengan kepribadian yang agak lemah.

Dalam Pidato pelantikan (inaugural speech) dari khalifah terpilih Usman bin Affan ra,

setelah beliau dibai’at adalah sebagai berikut :

“ Amma ba’du, sesungguhnya, tugas ini telah dipikulkan kepadaku dan aku telah

menerimanya, dan sesungguhnya aku adalah muttabi’ (pengikut sunnah Rasulullah SAW)

Page 12: KHULAFAUR RASYIDIN

dan bukannya seorang mubtadi’ (seorang yang berbuat bid’ah). Ketahuilah bahwa kalian

berhak menuntut aku mengenai selain Kitab Allah dan Sunnah Nabi Nya, yaitu mengikuti

apa yang telah dilakukan oleh orang- orang sebelumku dalam hal- hal yang kamu sekalian

telah bersepakat dan telah kamu jadikan sebagai kebiasaan, membuat kebiasaan baru yang

layak bagi ahli kebajukan dalam hal- hal yang belum kamu jadikan sebagai kebiasaan, dan

mencegah diriku dari bertindak atas kamu kecuali dalam hal- hal yang kamu sendiri telah

menyebabkannya.

Kelemahan ini dipergunakan oleh orang- orang di sekitarnya untuk mengejar

keuntungan pribadi, kemewahan dan kekayaan. Hal ini dimanfaatkan terutama oleh

keluarganya sendiri dari golongan Umayyah. Banyak pangkat- pangkat tinggi dan jabatan-

jabatn penting dikuasai oleh familinya. Pelaksanaan pemerintahan seperti ini, dalam bahasa

orang sekarang disebut nepotisme (kecenderungan untuk mengutamakan atau

menguntungkan sanak saudara (keluarga sendiri ).

3. Visi dan Misi Khalifah Usman bin Affan

Dalam pidato pelantikan Usman bin Affan tergambar bahwa beliau adalah sebagai

seorang Sufi, dan citra pemerintahannya lebih bercorak agama ketimbang corak politik,

dalam pidato itu Usman mengingatkan beberapa hal penting :

a. Agar umat Islam selalu berbuat baik sebagai bekal ke hari akhirat.

b. Agar umat Islam tidak terpedaya dengan kemewahan dunia.

c. Agar umat Islam mau mengambil iktibar dari masa lalu, mengambil yang baik dan

menjauhkan yang buruk.

d. Sebagai Khalifah ia akan menjalankan perintah Al Quran dan Sunnah.

e. Ia akan melakukan apa yang telah dilakukan pendahulunya

f. Umat Islam boleh mengkritiknya jika ia menyimpang dari ketetntuan hokum.

g. Penyebaran Islam pada Masa Khalifah Usman Bin Affan

Pada masa pemerintahannya perluasan daerah Islam diteruskan ke Barat sampai

Maroko, ke timur menuju India dan ke Utara bergerak ke arah konstantinopel. Pada

Page 13: KHULAFAUR RASYIDIN

umumnya perluasan wilayah Islam ini dilakukan karena memenuhi kehendak jenderal-

jenderalnya.

Namun pada saat Usman bin Affan menjabat sebagai Khalifah Usman dituduh oleh

sebahagian sahabat telah mengangkat familinya untuk menduduki jabatan- jabatan istana.

Pemberontakan dimulai di Mesir, kemudian orang- orang yang sudah terbakar emosinya

datang ke Madinah, tempat tinggal Khalifah. Ia dikepung di rumahnya, karena menolak

untuk menyerah maka ia dibunuh oleh salah seorang pengacau, peristiwa itu terjadi pada

tahun 656 H, kemudian dipilihlah penggantinya yang akhirnya dipegang oleh Ali bin Abi

Thalib.

4. Sebab-sebab Pemberontakkan

Sebab-sebab terjadinya pemberontakkan yang berakhir dengan terbunuhnya

khalifah Usman dapat teliti dari berbagai segi. Pertama, bahwa ditengah-tengah mayarakat

terdapat sejumlah kelompok yang memeluk islam dengan tidak sepenuh kesadaran

melainkan demi kepentingan-kepentigan tertentu seperti Abdullah Bin Saba’, orang yaman

yang semula pengikut agama yahudi. Mereka ini menyebarkan hasutan terhadap Usman.

Setelah berpindah dari Bashrah, Kufah lalu ke Syiria, ia berhasil menyebar isu jahatnya, lalu

ia berpindah ke mesir untuk tujuan yang sama. Keberhasilan propaganda jahat Abdullah Bin

Saba’ membuat jumlah kekuatan pemberontak semakin bertambah banyak. Mereka

sebagian besar terdiri dari bangsa-bangsa lain yang semula penentang pertempuran.

Mereka ini sebenarnya masih menyimpan kebencian dan permusuhan terhadap islam.

Mereka mengambil kesempatan kacau ini dan bergabung dengan kaum pemberontak.

Kedua, bahwa persaingan dan permusuhan antara keluarga Hasyim dan keluarga

Umayyah turut memperlemah kekuatan Usman dan menjadi sebab utama kegagalan Usman

di akhir masa pemerintahannya.

Ketiga, lemahnya karakter kepemimpinan Usman turut juga menyokong

kegagalannya, khususnya dalam menghadapi gejolak pemberontakkan. Bahwa Usman

adalah Pribadi yang sederhana, saleh, dan berhati lemah lembut. Sifat sederhana dan sikap

lemah lembut sangat tidak sesuai dalam urusan politik dan pemerintahan, lebih-lebih dari

kondisi yang kritis. Pada kondisi yang demikian diperlukan ketegasan sikap untuk

menegakkan stabilitas pemerintahan. Sikap seperti ini tidak dimiliki oleh Usman. Ia adalah

Page 14: KHULAFAUR RASYIDIN

figure yang terlalu baik yang tidak mudah menerima laporan-laporan bahwa pihak-pihak

musuh telah menghasutnya dan merusak stabilitas Negara.

5. Peradaban pada masa Khalifah Usman bin Affan

Di antara jasa- jasa Usman Bin Affan yang lain adalah tindakannya untuk menyalin

dan membuat Al- Quran standar, yang di dalam kepustakaan disebut dengan kodifikasi al

Quran.

Standarisasi Al Quran perlu diadakan, karena pada masa pemerintahannya wilayah

Islam telah sangat luas dan didiami oleh berbagai suku bangsa dengan berbagai bahasa dan

dialek yang tidak sama. Karena itu, di kalangan pemeluk agama Islam terjadi perbedaan

ungkapan dan ucapan tentang ayat- ayat al quran yang disebarkan melalui hafalan.

Perbedaan cara mengucapkan itu menimbulkan perbedaan arti. Berita tentang ini sampai

pada Usman. Ia lalu membentuk Panitia yang kembali dipimpin oleh Zaid bin Tsabit untuk

menyalin naskah Al- Quran yang telah dihimpun di masa Khalifah Abu Bakar dahulu,

disimpan oleh Hafsah, janda Nabi Muhammad SAW. Panitia ini bekerja dengan satu disiplin

tertentu, menyalin naskah Al Quran ke dalam lima Mushaf (kumpulan lembaran- lembaran

yang ditulis, dan Al Quran itu sendiri disebut pula Mushaf ), untuk dijadikan standar dalam

penulisan dan bacaan Quran di wilayah kekuasaan Islam pada waktu itu. Semua naskah yang

dikirim ke ibukota Propinsi ( Makkah, Kairo, Damaskus, Baghdad) itu disimpan dalam masjid.

Satu naskah tinggal di Madinah untuk mengenang jasa Usman, naskah yang disalin di masa

pemerintahnnya itu disebut Mushaf Usmany atau al- Imam karena ia menajadi standar bagi

Quran yang lain. Kemudian disalin dan diberi tanda- tanda bacaan di Mesir seperti yang kita

lihat sekarang ini.

Khalifah Usman bin Affan menjalankankan roda pemerintahannya selama 22 lebih

kurang 12 Tahun

Page 15: KHULAFAUR RASYIDIN

KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB

( TAHUN 36 H- 41 H/ 656 M-661 M) 23 1. Kelahiran Khalifah Ali Bin Abi Thalib Ali r.a

dilahirkan hari Jum'at, 13 bulan Rajab, 12 tahun sebelum Nabi Muhammad s.a.w. mendapat

risalah, Sepanjang ingatan orang, inilah untuk pertama kali seorang wanita melahirkan

puteranya dalam Ka'bah. Kelahiran bayi ini hanya disaksikan oleh ayah bundanya saja.

Kejadian yang luar biasa ini, beritanya segera tersiar ke berbagai penjuru. Berbondong-

bondonglah mereka, terutama keluarga Bani Hasyim, datang ke Ka'bah, guna menyaksikan

bayi yang baru lahir. Di antara yang datang ialah Nabi Muhammad s.a.w. Bayi ini saudara

misan beliau sendiri. Beliau menggendong bayi tersebut, kemudian bersama ayah-ibunya

pulang ke rumah Abu Thalib.

Ali adalah putera Abu Thalib, seorang paman yang mengasuh Nabi semenjak sang

kakek meninggal dunia. Ali tergolong pada keturunan keluarga Hasyimiyah, sama dengan

garis keturunan Nabi Muhammad. Garis keturunan inilah yang menduduki kekuasaan

tertinggi atas ka’bah dan sekitarnya sebelum Nabi lahir. Ali lahir pada tahun kesepuluh

sebelum tahun kerasulan Muhammad. Semenjak kecil ia selalu bersama Nabi, sehingga

masa kecil Ali tumbuh dalam pengasuhan dan bimbingan Nabi. Nabi sangat mencintainnya

ibarat anaknya sendiri, dan Nabi berkenan menikahkannya dengan Fatimah, putrid Nabi

pada tahun kedua hijrah.

Karena semenjak masa kanak-kanak Ali selalu bersatu rumah dengan Nabi

Muhammad, maka ia banyak mengetahui prihal kehidupan Nabi Muhammad. Ketika Nabi

menyerukan kepada ajaran islam, Ali tergolong generasi pertama yang mempercayai dan

mengikuti seruan Nabi Muhammad tersebut.

Ketika di bawah asuhan Rasul Allah s.a.w., Ali r.a. pernah diberi julukan "Abu Turab",

yang artinya "Si Tanah". Pemberian julukan itu erat kaitannya dengan peristiwa ditemuinya

Ali r.a. di satu hari sedang tidur berbaring di atas tanah. Yang menemuinya Nabi Muhammad

s.a.w. sendiri. Beliau menghampirinya dan duduk dekat kepalanya sambil mengusap-usap

punggungnya guna membuang debu-tanah. Kemudian Nabi Muhammad s.a.w.

membangunkannya seraya berkata: "Duduklah, engkau hai Abu Turab!" Nama Abu Turab ini

paling disukai oleh Ali r.a. Ia sangat bangga bila dipanggil dengan nama itu.

Page 16: KHULAFAUR RASYIDIN

2. Proses Pengangkatan Ali Bin abi Thalib

Menurut penuturan Abu Mihnaf, sebagaimana tercantum dalam Syarh Nahjil

Balaghah, jilid IV, halaman 8, dikatakan, bahwa ketika itu kaum Muhajirin dan Anshar

berkumpul di masjid Rasul Allah s.a.w. Dengan harap-harap cemas mereka menunggu berita

tentang siapa yang akan menjadi Khalifah baru. Masjid yang menurut ukuran masa itu sudah

cukup besar, penuh sesak dibanjiri orang. Di antara tokoh-tokoh muslimin yang menonjol

tampak hadir Ammar bin Yasir, Abul Haitsam bin At Thaihan, Malik bin 'Ijlan dan Abu Ayub

bin Yazid. Mereka bulat berpendapat, bahwa hanya Ali bin Abi Thalib r.a. lah tokoh yang

paling mustahak dibai'at. Diantara mereka yang paling gigih berjuang agar Imam Ali r.a.

dibai'at ialah Ammar bin Yasir. Dalam mengutarakan usulnya, pertama-tama Ammar

mengemukakan rasa syukur karena kaum Muhajirin tidak terlibat dalam pembunuhan

Khalifah Usman r.a. Kepada kaum Anshar, Ammar menyatakan, jika kaum Anshar hendak

mengkesampingkan kepentingan mereka sendiri, maka yang paling baik ialah membai'at Ali

bin Abi Thalib sebagai Khalifah. Ali bin Abi Thalib, kata Ammar, mempunyai keutamaan dan

ia pun orang yang paling dini memeluk Islam. Kepada kaum Muhajirin, Ammar mengatakan:

kalian sudah mengenal betul siapa Ali bin Abi Thalib. Oleh karena itu aku tak perlu

menguraikan kelebihan-kelebihannya lebih panjang lebar lagi. Kita tidak melihat ada orang

lain yang lebih tepat dan lebih baik untuk diserahi tugas itu! Usul Ammar secara spontan

disambut hangat dan didukung oleh yang hadir. Malahan kaum Muhajirin mengatakan:

"Bagi kami, ia memang satu-satunya orang yang paling afdhal!" Setelah tercapai kata

sepakat, semua yang hadir berdiri serentak, kemudian berangkat bersama-sama ke rumah

Imam Ali r.a.

Di depan rumahnya mereka beramai-ramai minta dan mendesak agar Imam Ali r.a.

keluar. Setelah Imam Ali r.a. keluar, semua orang berteriak agar ia bersedia mengulurkan

tangan sebagai tanda persetujuan dibai'at menjadi Amirul Mukminin. Pada mulanya Imam

Ali r.a. menolak dibai'at sebagai Khalifah. Dengan terus terang ia menyatakan : "Aku lebih

baik menjadi wazir yang membantu daripada menjadi seorang Amir yang berkuasa. Siapa

pun yang kalian bai'at sebagai Khalifah, akan kuterima dengan rela. Ingatlah, kita akan

menghadapi banyak hal yang menggoncangkan hati dan fikiran." Jawaban Imam Ali r.a. yang

seperti itu tak dapat diterima sebagai alasan oleh banyak kaum muslimin yang waktu itu

datang berkerumun di rumahnya. Mereka tetap mendesak atau setengah memaksa, supaya

Page 17: KHULAFAUR RASYIDIN

Imam Ali r.a. bersedia dibai'at oleh mereka sebagai Khalifah. Dengan mantap mereka

menegaskan pendirian: "Tidak ada orang lain yang dapat menegakkan pemerintahan dan

hukum-hukum Islam selain anda. Kami khawatir terhadap ummat Islam, jika kekhalifahan

jatuh ketangan orang lain…"

Beberapa saat lamanya terjadi saling-tolak dan saling tukar pendapat antara Imam

Ali r.a. dengan mereka. Para sahabat Nabi Muhammad s.a.w. dan para pemuka kaum

Muhajirin dan Anshar mengemukakan alasannya masing-masing tentang apa sebabnya

mereka mempercayakan kepemimpinan tertinggi kepada Imam Ali r.a. Betapapun kuat dan

benarnya alasan yang mereka ajukan Imam Ali r.a. tetap menyadari, jika ia menerima

pembai'atan mereka pasti akan menghadapi berbagai macam tantangan dan kesulitan

gawat. Baru setelah Imam Ali r.a. yakin benar, bahwa kaum muslimin memang sangat

menginginkan pimpinannya, dengan perasaaan berat ia menyatakan kesediaannya untuk

menerima pembai'atan mereka. Satu-satunya alasan yang mendorong Imam Ali r.a. bersedia

dibai'at, ialah demi kejayaan Islam, keutuhan persatuan dan kepentingan kaum muslimin.

Rasa tanggung jawabnya yang besar atas terpeliharanya nilai-nilai peninggalan Rasul Allah

s.a.w., membuatnya siap menerima tanggung jawab berat di atas pundaknya. Sungguh pun

demikian, ia tidak pernah lengah, bahwa situasi yang ditinggalkan oleh Khalifah Usman r.a.

benar-benar merupakan tantangan besar yang harus ditanggulangi.

Keputusan Imam Ali r.a. untuk bersedia dibai'at sebagai Amirul Mukminin disambut

dengan perasaan lega dan gembira oleh sebagian besar kaum muslimin. Kepada mereka

Imam Ali r.a. meminta supaya pembai'atan dilakukan di masjid agar dapat disaksikan oleh

umum. Kemudian Imam Ali r.a. juga memperingatkan, jika sampai ada seorang saja yang

menyatakan terus terang tidak menyukai dirinya, maka ia tidak akan bersedia dibai'at.

Mereka dapat menyetujui permintaan Imam Ali r.a., lalu ramai-ramai pergi menuju masjid.

Setibanya di Masjid, ternyata orang pertama yang menyatakan bai'atnya ialah Thalhah bin

Ubaidillah. Menyaksikan kesigapan Thalhah itu, seorang bernama Qubaisah bin

Dzuaib Al Asadiy menanggapi: "Aku Khawatir, jangan-jangan pembai'atan Thalhah itu tidak

sempurna!" Ia mengucapkan tanggapannya itu karena tangan Thalhah memang lumpuh

sebelah. Orang lain membiarkan komentar itu lewat begitu saja. Zubair bin Al-'Awwam

segera mengikuti jejak Thalhah menyatakan bai'at kepada Imam Ali r.a. Sesudah itu barulah

kaum Muhajirin dan Anshar menyatakan bai'atnya masing-masing. Yang tidak ikut

Page 18: KHULAFAUR RASYIDIN

menyatakan bai'at ialah Muhammad bin Maslamah, Hasan bin Tsabit, Abdullah bin Salam,

Abdullah bin Umar, Usamah bin Zaid, Saad bin Abi Waqqash, dan Ka'ab bin Malik. Tata cara

pembai'atan dilakukan menurut prosedur sebagaimana yang lazim berlaku atas diri Khalifah-

khalifah sebelumnya. Sesuai dengan tradisi pada masa itu, sesaat setelah dibai'at.

Amirul Mukminin Imam Ali r.a. menyampaikan amanatnya yang pertama. Antara

lain mengatakan:

"Sebenarnya aku ini adalah seorang yang sama saja seperti kalian. Tidak ada

perbedaan dengan kalian dalam masalah hak dan kewajiban. Hendaknya kalian menyadari,

bahwa ujian telah datang dari Allah s.w.t. Berbagai cobaan dan fitnah telah datang

mendekati kita seperti datangnya malam yang gelap-gulita. Tidak ada seorang pun yang

sanggup mengelak dan menahan datangnya cobaan dan fitnah itu, kecuali mereka yang

sabar dan berpandangan jauh. Semoga Allah memberikan bantuan dan perlindungan. "Hati-

hatilah kalian sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah s.w.t. kepada kalian, dan

berhentilah pada apa yang menjadi larangan-Nya. Dalam hal itu janganlah kalian bertindak

tergesa-gesa, sebelum kalian menerima penjelasan yang akan kuberikan. "Ketahuilah bahwa

Allah s.w.t. di atas 'Arsy-Nya Maha Mengetahui, bahwa sebenarnya aku ini tidak merasa

senang dengan kedudukan yang kalian berikan kepadaku. Sebab aku pernah mendengar

sendiri Rasul Allah s.a.w. berkata: "Setiap waliy (penguasa atau pimpinan) sesudahku, yang

diserahi pimpinan atas kaum muslimin, pada hari kiyamat kelak akan diberdirikan pada

ujung jembatan dan para Malaikat akan membawa lembaran riwayat hidupnya. Jika waliy

itu seorang yang adil, Allah akan menyelamatkannya karena keadilannya. Jika waliy itu

seorang yang dzalim, jembatan itu akan goncang, lemah dan kemudian lenyaplah

kekuatannya. Akhirnya orang itu akan jatuh ke dalam api neraka…"

3. Peristiwa tahkim Pada Masa Ali Bin Abi Thalib

Konflik politik antara Ali Bin Abi Thalib dengan Muawwiyah Bin Abi Sufyan diakhiri

dengan Tahkim. Dari pihak Ali Bin Abi Thalib diutus seorang ulama yang terkenal sangat jujur

dan tidak “ cerdik” dalam politik yaitu Abu Musa Al Asyari. Sebaliknya dari pihak Muawiyah

Bin Abi Sufyan diutus seorang yang sangat terkenal sangat “cerdik” dalam berpolitik yaitu

Amr bin Ash.

Page 19: KHULAFAUR RASYIDIN

Dalam tahkim tersebut, pihak Ali Bin Abi Thalib dirugikan oleh pihak Muawiyah Bin

Abi Sufyan karena kecerdikan Amr Bin Ash yang dapat mengalahkan Abu Musa Al Asyari.

Pendukung Ali Bin Abi Thalib, kemudian terpecah menjadi dua, yaitu kelompok pertama

adalah mereka yang secara terpaksa menghadapi hasil Tahkim dan mereka tetap setia

kepada Ali Bin Abi Thalib, sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok yang menolak

hasil Tahkim dan kecewa terhadap kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib yang kemudian

melakukan gerakan perlawanan terhadap semua pihak yang terlibat dalam Tahkim,

termasuk Ali Bin Abi Thalib. Khalifah Ali bin Abi Thalib menjalankankan roda

pemeriintahannya selama 27 lebih kurang 5 Tahun.

4. Sebab-sebab Kegagalan Khalifah Ali

Kegagalan Khalifah Ali yang sekaligus sebagai kemenangan muawiyah tidak terlepas

dari beberapa fakta sebagaimana disampaikan sebagai berikut Pertama, pada masa awal

pemerintahannya, sikap berperang melawan persekutuan Thalhah, Zubair dan A’isyah

secara umum memperlemah kedudukan Ali. Ketika Thalhah dan Zubai bersedia berunding

untuk mengakhiri pertempuran, tiba-tiba pengikut ali menangkap Thalhah dan Zubair lalu

mereka membunuh keduanya. Kematian dua tokoh ini otomatis meningkatkan kemarahan

pengikut mu’awiyah dan semakin bertambah pengikutnya. Sementara peristiwa ini justru

mengurangi kekuatan dukungan atas perjuangan Ali. Kedua, bahwa pemberontak yang

terjadi khususnya Bashrah, Kufah, mesir, Syiria, serta pengakuan kemerdekaan atas

beberapa wilayah negeri muslim sangat merugikan dan menyulitkan posisi Ali. Terlepasnya

Ali oleh mu’awiyah merupakan pertanda kehancuran kekuatan Khalifah Ali. Ketiga,

mu’awiyah didukung kesatuan masyarakat syiria yang setian dan mendambakkan Umayyah

sebagai pemimpinny, sementara itu Ali bersandar pada dukungan masyarakat Kufah yang

berjiwa lemah dan tidak memberikan bantuan yang sepenuhnya kepada Khalifah Ali

terutama dalam kondisi dan situasi yang berbahaya. Keempat, persainagn antara keluarga

dan keturunan Hasyimiah dengan keturunan Umayyah turut mempersulit posisi Ali. Pada sisi

lainnya, kondisi permusuhan seperti ini sangat menguntungkan mu’awiyah yang mereka

sedang bangkit. Mereka bersatu menuntut balas atas kematian Khalifah Usman