KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL...
Transcript of KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL...
KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL LAYAR MOTOR DI PELABUHAN PAOTERE
AVAILABILITY OF TRANSPORTATION SAFETY EQUIPMENT
SAILING BOAT MOTORS IN PORT PAOTERE
Sulfadly, Alham Djabbar, Andi Haris Muhammad
Teknik Transportasi, Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar
Alamat Korespondensi : Sulfadly Teknik Transportasi, Pascasarjana Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 HP. 085299992093 [email protected]
1
Abstrak
Ketersediaaan alat keselamatan pada transportasi laut menjadi aspek penting dalam menentukan kelaiklautan kapal. Tujuan peneltian ini adalah untuk mengetahui kondisi kelengkapan alat keselamatan yang dimiliki sesuai dengan yang dipersyaratkan SOLAS, menentukan strategi yang diterapkan dalam upaya mengurangi tingkat korban jiwa pada kecelakaan KLM yang beroperasi di pelabuhan rakyat paotere. Metode yang digunakan adalah metode checklist/contreng dan SWOT. Hasil analisis ditemukan bahwa Kondisi kelengkapan alat keselamatan KLM di Pelabuhan Paotere untuk kategori administrasi alat keselamatan berada pada kategori rendah sekali (0%). Sedangkan untuk kategori teknis alat keselamatan berada pada kategori rendah life jacket dan sekoci (31,04% dan 27,34%) dan alat lifebouy berada pada kategori cukup tinggi (41,63%), untuk kuantitas alat keselamatan fire house box, lampu sekoci, para chut signal, hand flare, smoke signal dan baju tahan api masih dalam kategori “Tidak Baik”. Botol pemadam, life jacket, life bouy, sekoci dan alat komunikasi dikategorikan “Baik”. Sedangkan Strategi yang dapat dilakukan dalam upaya mengurangi tingkat korban jiwa pada kecelakaan kapal layar kotor di Pelabuhan Paotere antara lain a). Audit teknis terhadap KLM pada aspek persyaratan keselamatan, b). Pelatihan bagi awak dan nahkoda kapal tentang teknik keselamatan pelayaran, c). Peningkatan fungsi balai keselamatan pelayaran sebagai lembaga badan pelayanan umum, d). Penerapan secara detail manajemen kapal sebagai tindak lanjut dari UU No.17 tahun 2008 dan PP No.51 tahun 2002. Kata kunci: Kapal layar motor, SOLAS, alat keselamatan
Abstract
Availability of safety equipment on sea transport become an important aspect in determining the feasible of the ship. The purpose of research is to know the condition of the safety equipment in accordance with required SOLAS, determine the strategies applied in an attempt to reduce the rate of fatalities in the crash of KLM operating in the port of paotere. The method used is the method checklist and SWOT. Results of the analysis found that the completeness condition of safety equipment for KLM in Port Paotere administration category in the category of safety equipment is very low (0%). As for the technical categories of safety equipment in the category of low life jackets and lifeboats (31.04% and 27.34%) and Lifebuoy is the category of tools is quite high (41.63%), for the quantity of house fire safety tool box, lights lifeboat , the chut signals, hand flares, smoke signals and fire resistant clothing is still in the category of "No Good". Bottle extinguisher, life jackets, life bouy, lifeboats and communication tools are categorized as "Good". While the strategies that can be done in an effort to reduce the level of fatalities in accidents gross sailboats in a harbor Paotere among others; a). Technical audit of the KLM on aspects of safety requirements, b). Training for the crew and ship captains about shipping safety techniques, c). Increase as a function hall shipping safety agency public service agencies, d). Application of detailed follow-up management of the ship as the Act UU No.17 tahun 2008 dan PP No.51 tahun 2002.
Keyword : sailing boat motors, SOLAS, safety equipment
2
PENDAHULUAN
Armada pelayaran rakyat merupakan salah satu armada kapal yang sudah
membuktikan dirinya sebagai sarana transportasi laut yang tangguh, identik dengan usaha
ekonomi kerakyatan berbasis perahu tradisional yang memakai layar atau motor pengerak
(Malisan,2010). Sampai saat ini, armada pelayaran rakyat tampil sebagai salah satu kekuatan
armada nasional disamping armada pelayaran nusantara dan pelayaran perintis lainnya. Unsur
keselamatan merupakan salah satu mata rantai, yang memberi pengaruh sangat besar pada
ekonomi dari keseluruhan rantai usaha transportasi laut (Jinca, 2007). Akan tetapi seringkali
dalam penyelenggaraan transportasi laut aspek keselamatan kurang mendapat perhatian.
Kondisi sarana maupun prasarana keselamatan pelayaran hingga saat ini tidak
mendukung tertibnya kelancaran angkutan laut. Ketertiban pelayanan dan pengoperasian
sarana dan prasarana relatif masih rendah, juga banyak faktor turut melingkupinya, seperti
lemahnya awareness dari pemilik kapal dan perusahaan dalam menerapkan sistem
keselamatan yang efektif serta implementatif di lapangan, kelaiklautan kapal yang lebih
berorientasi pada sertifikasi yang notabene tidak didukung dengan pemeriksaan yang
seksama, juga pengawasan yang dilaksanakan oleh pemerintah terhadap pelaksanaan
(drilling) dari persyaratan-persyaratan keselamatan pelayaran tidak konsisten (Sugiarso,2008).
Artinya, kapal layak untuk menghadapi berbagai resiko dan kejadian secara wajar dalam
pelayaran.
Dalam menjamin keselamatan kapal, selain unsur alam, unsur manusia mempunyai
peran yang sangat besar didalam menjalankan fungsi manajemen keselamatan kapal, terdapat
tiga kelompok unsur manusia yang berperan dalam manajemen keselamatan kapal yaitu
pengusaha (operator) kapal, Nahkoda dan pengawas kapal. Ketiga kelompok inilah yang
membuat keputusan layak tidaknya kapal berlayar (Nurwahida, 2003). Kecelakaan-
kecelakaan kapal yang terjadi umumnya menunjukkan tidak ditaatinya konvensi pelayaran
baik internasional maupun nasional oleh perusahaan pelayaran di dalam negeri, terutama
SOLAS dan UU No. 17 Tahun 2008 tentang pelayaran (Moni, 2003). Keberadaan KLM
tersebut dalam upaya peningkatan keselamatan muatan dan awak kapal maka membutuhkan
instrument keselamatan yang selayaknya dimiliki oleh semua kapal khususnya KLM (Hadi,
2001).
Berdasarkan penelitian Badan Koordinasi Keamanan Laut (2009) didapatkan bahwa
sinergitas antara beberapa kebijakan dalam upaya meningkatkan keselamatan dan keamanan
pelayaran laut tidak boleh dipisahkan, dikarenakan kompleksitas dan banyaknya stakeholder
yang berperan sehingga memberikan kepastian kenyamanan dan keamanan bagi para operator,
3
ABK dan pengguna kapal layar motor (KLM). Berdasarkan masalah tersebut, maka dianggap
perlu untuk melakukan suatu studi mengenai Ketersediaan Peralatan Keselamatan
Transportasi di Pelabuhan Paotere.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah non-eksperimental dan bersifat deskriptif
kualitatif, yaitu bertujuan menggambarkan secara sistematis, cermat dan akurat mengenai
kondisi, keadaan, kapal layar motor yang berada di pelabuhan paotere. Adapun desain
penelitian ini adalah mengidentifikasi ketersediaan alat keselamatan yang sesuai dengan
persyarakat SOLAS dan SK Dirjen Perhubungan Laut No. PY.66/1/2-2002. Berdasarkan
populasi kapal yang tambat di Pelabuhan Paotere tercatat 92 KLM pada bulan juli 2011
sehingga sampel yang diambil sebanyak 8 unit KLM (10% dari populasi).
Variabel penelitian antara lain alat keselamatan (kondisi dan kuantitas) dan tingkat
kecelakaan KLM kaitannya dengan kelengkapan alat keselamatan. Sedangkan metode analisis
data dilakukan antara lain: Untuk menjawab rumusan masalah pertama, alat analisis yang
digunakan analisis alat keselamatan KLM dengan metode checklist/contreng. Pada penelitian
ini dibagi atas 2 bagian yaitu: a) Bagian pertama yaitu melihat kondisi alat keselamatan di
setiap KLM. Kondisi alat keselamatan tersebut dibedakan antara kondisi administrasi alat
keselamatan dan kondisi teknis alat keselamatan. Pemberian nilai pada checklist dilakukan
dengan memberikan nilai nol (0) bila tidak sesuai dengan kondisi dan nilai satu (1) jika sesuai
dengan kondisi sebenarnya. Dari rata-rata hasil checklist tersebut dapat diketahui kondisi
administrasi dan teknis alat keselamatan dengan membuat persentase standar range untuk
setiap nilai checklist yaitu 81 – 100% = Sangat Baik/ Sangat Tinggi, 61 - 80% = Baik/Tinggi,
41 - 60% = Cukup Baik/Cukup Tinggi, 21 - 40%= Kurang Baik/Rendah, 0 - 20% = Tidak
Baik/Rendah Sekali. b) Bagian kedua yaitu checklist untuk melihat kuantitas dari standar alat
keselamatan KLM berdasarkan SK Dirjen Perhubungan Laut No. PY.66/1/2-2002 tentang
“Persyaratan Keselamatan bagi KLM berukuran sampai GT 500. Kuantitas alat keselamatan
yang dilihat antara lain Fire House Box, Botol Pemadam, Life jacket, Life Bouy, Sekoci,
Lampu Sekoci, Para Chut Signal, Hand Flare, Smoke Signal, Pelontar Tali, Baju Tahan Api
dan Alat Komunikasi. Penilaian dilihat dari rata-rata nilai deviasi setiap alat keselamatan.
Dengan pengkategorian 51 – 100% = Baik, 0 – 50% = Tidak Baik.
Untuk menjawab rumusan masalah kedua, alat analisis yang digunakan adalah SWOT
untuk penelaahan kondisi fisik kapal, kondisi sosial yang berhubungan dengan ABK dan
4
nahkoda kaitannya dengan faktor keselamatan khususnya keselamatan jiwa ABK dan
menentukan stategi untuk mengurangi tingkat korban jiwa pada saat terjadi kecelakaan.
HASIL
Dari hasil Tinjauan Umum, Data Teknis dan Alat Keselamatan KLM diketahui bahwa
KLM. Berkat Saudara, beroperasi pada lintasan trayek Makassar – Flores dengan jarak
pelayaran 204 mil laut ditempuh selama ± 68 jam. Ukuran 116 GT kapasitas muatan 300 ton
dan memiliki 8 orang ABK. Dari hasil laporan pemeriksaan adpel pelabuhan tentang
particular ship diketahui terdapat fire house box sebanyak 1 buah, botol pemadam 1 buah, life
jacket 9 buah, life bouy 4 buah, sekoci 1 buah, lampu sekoci tidak ada, para chut signal 1
buah, hand flare 1 buah, smoke signal 1 buah, pelontar tali 1 buah, baju tahan api tidak ada,
dan alat komunikasi 1 buah (tidak berfungsi normal).
KLM. Cahaya Mina, beroperasi pada lintasan trayek Makassar – Ende dengan jarak
pelayaran 298 mil laut ditempuh selama ± 100 jam. Ukuran 148 GT kapasitas muatan 300 ton
dan memiliki 7 orang ABK. Dari hasil laporan pemeriksaan adpel pelabuhan tentang
particular ship diketahui terdapat fire house box sebanyak 1 buah, botol pemadam 2 buah, life
jacket 7 buah, life bouy 3 buah, sekoci 1 buah, lampu sekoci tidak ada, para chut signal 4
buah, hand flare 4 buah, smoke signal 4 buah, pelontar tali 1 buah, baju tahan api tidak ada,
dan alat komunikasi 1 buah (berfungsi normal).
KLM. Ilham Putra, beroperasi pada lintasan trayek Makassar – Maumere
(Sadangbui) dengan jarak pelayaran 306 mil laut ditempuh selama ± 120 jam. Ukuran 284GT
kapasitas muatan 500 ton dan memiliki 9 orang ABK. Dari hasil laporan pemeriksaan adpel
pelabuhan tentang particular ship diketahui , fire house box tidak ada, botol pemadam 3 buah,
life jacket 12 buah, life bouy 4 buah, sekoci 3 buah, lampu sekoci tidak ada, para chut signal 1
buah, hand flare 1 buah, smoke signal 1 buah, pelontar tali 1 buah, baju tahan api tidak ada,
dan alat komunikasi 1 buah (tidak berfungsi normal).
KLM. Karya Bersama, beroperasi pada lintasan trayek Makassar – Tual (Maluku)
dengan jarak pelayaran 912 mil laut ditempuh selama ± 304 jam. Ukuran 149 GT kapasitas
muatan 450 ton dan memiliki 11 orang ABK. Dari hasil laporan pemeriksaan adpel pelabuhan
tentang particular ship diketahui fire house box tidak ada, botol pemadam 1 buah, life jacket 9
buah, life bouy 4 buah, sekoci 1 buah, lampu sekoci tidak ada, para chut signal 1 buah, hand
flare 1 buah, smoke signal 1 buah, pelontar tali 2 buah, baju tahan api tidak ada, dan alat
komunikasi 1 buah (tidak berfungsi normal).
5
KLM. Mahsunah, beroperasi pada lintasan trayek Makassar – Labuan Bajo (NTB)
dengan jarak pelayaran 225 mil laut ditempuh selama ± 75 jam. Ukuran 189 GT kapasitas
muatan 400 ton dan memiliki 11 orang ABK. Dari hasil laporan pemeriksaan adpel pelabuhan
tentang particular ship diketahui fire house box tidak ada, botol pemadam 2 buah, life jacket 8
buah, life bouy 11 buah, sekoci 1 buah, lampu sekoci tidak ada, para chut signal 1 buah, hand
flare 1 buah, smoke signal 1 buah, pelontar tali 1 buah, baju tahan api tidak ada, dan alat
komunikasi 1 buah (berfungsi normal).
KLM. Mulia Bakti, beroperasi pada lintasan trayek Makassar – Flores dengan jarak
pelayaran 204 mil laut ditempuh selama ± 68 jam. Ukuran 175 GT kapasitas muatan 500 ton
dan memiliki 10 orang ABK. Dari hasil laporan pemeriksaan adpel pelabuhan tentang
particular ship diketahui fire house box tidak ada, botol pemadam 1 buah, life jacket 9 buah,
life bouy 6 buah, sekoci 3 buah, lampu sekoci tidak ada, para chut signal 1 buah, hand flare 2
buah, smoke signal 1 buah, pelontar tali 1 buah, baju tahan api tidak ada, dan alat komunikasi
1 buah (tidak berfungsi normal).
KLM. Putra Sorsel Mandiri, beroperasi pada lintasan trayek Makassar – Ende
dengan jarak pelayaran 298 mil laut ditempuh selama ± 100 jam. Ukuran 199 GT kapasitas
muatan 300 ton dan memiliki 10 orang ABK. Dari hasil laporan pemeriksaan adpel pelabuhan
tentang particular ship diketahui fire house box tidak ada, botol pemadam 4 buah, life jacket
8 buah, life bouy 4 buah, sekoci 4 buah, lampu sekoci tidak ada, para chut signal 1 buah,
hand flare 1 buah, smoke signal 1 buah, pelontar tali 1 buah, baju tahan api tidak ada, dan alat
komunikasi 1 buah (berfungsi normal).
KLM. Surga Mulia, beroperasi pada lintasan trayek Makassar – NTB dengan jarak
pelayaran 232 mil laut ditempuh selama ± 78jam. Ukuran 57 GT kapasitas muatan 250 ton
dan memiliki 7 orang ABK. Dari hasil laporan pemeriksaan adpel pelabuhan tentang
particular ship diketahui fire house box tidak ada, botol pemadam 2 buah, life jacket 6 buah,
life bouy 4 buah, sekoci 1 buah, lampu sekoci tidak ada, para chut signal 1 buah, hand flare 1
buah, smoke signal 2 buah, pelontar tali 1 buah, baju tahan api tidak ada, dan alat komunikasi
1 buah (tidak berfungsi normal).
PEMBAHASAN
Analisis Alat Keselamatan KLM dilakukan dengan melakukan checklist/contreng
terhadap sampel KLM di Pelabuhan Paotere maka ditemukan kondisi kelengkapan untuk
setiap KLM seperti yang diperlihatkan pada lampiran tabel 1. Tabel 1 didapatkan dari
rekapitulasi dimana, diketahui bahwa tingkat kelengkapan alat keselamatan KLM di
6
Pelabuhan Paotere untuk kategori administrasi alat keselamatan berada pada kategori tidak
baik/rendah sekali (0%) untuk semua alat keselamatan. Sedangkan untuk kategori teknis alat
keselamatan berada pada kategori kurang baik life jacket dan sekoci (32,08% dan 27,34%)
dan lifebouy berada pada kategori cukup baik (41,63%).
Selain checklist kondisi alat keselamatan KLM ditinjau dari administrasi alat
keselamatan dan teknis alat keselamatan (tabel 1), juga dilakukan checklist kelengkapan
keseluruhan alat keselamatan berdasarkan SK Dirjen Perhubungan Laut No. PY.66/1/2-2002
tentang “Persyaratan Keselamatan bagi Kapal Layar Motor (KLM) berukuran Tonase Kotor
sampai GT 500”. Dimana hasil checklist tersebut memberikan gambaran alat keselamatan apa
yang secara kuantitas masih dirasakan kurang.
Secara keseluruhan dengan melihat kondisi eksisting untuk setiap alat keselamatan,
dapat dikatakan bahwa secara kuantitas masih sangat kurang dengan deviasi kekurangan
antara 50 sampai 100% untuk beberapa alat keselamatan (Fire House Box, Botol pemadam,
lampu sekoci, paracut signal, hand flare, smoke signal, dan baju tahan api). Selengkapnnya
dapat dilihat pada lampiran tabel 2. Sejalan dengan Jinca (2011) yang mengemukakan bahwa
kondisi alat keselamatan KLM yang tidak memenuhi standar, cenderung akan mengalami
penurunan tingkat keselamatan pelayaran di laut, sehingga diharapkan perbaikan terkait
pemenuhan kelengkapan alat keselamatan disetiap KLM sebelum berlayar. Perlu upaya
peningkatan pelayanan keselamatan transportasi KLM di Pelabuhan Paotere dengan
melakukan beberapa strategi-strategi tertentu. Strategi tersebut didasarkan oleh faktor yang
berpengaruh langsung terhadap keselamatan pelayaran KLM.
Dari Analisis SWOT didapatkan faktor internal berupa Faktor kekuatan dapat
diidentifikasi sebagai berikut: 1) Komitmen yang kuat dari pemerintah dalam mengurangi
tingkat kecelakaan transportasi laut khususnya di Pelabuhan Paotere. 2) Jumlah (kuantitas)
sumber daya manusia di pelabuhan dalam pelaksanaan prosedur keselamatan. 3) Kelengkapan
alat keselamatan pada setiap kapal. 4) Keberadaan lembaga yang menangani masalah
keselamatan pelayaran di Pelabuhan Makassar. Faktor kelemahan antara lain: 1) Koordinasi
antar instansi terkait keselamatan pelayaran masih rendah hal terlihat tidak adanya
keterpaduan rencana kegiatan. 2) Kuantitas SDM yang besar tidak dibarengi oleh kualitas
SDM yang memadai dalam upaya pelaksanaan prosedur keselamatan. 3) Kondisi fisik alat
keselamatan dan peralatan navigasi yang berumur tua sehingga sangat riskan terhadap
dampak dari alam ketika kapal berlayar. 4) Kurangnya dukungan finansial dari pemerintah
terkait pembiayaan sistem keselamatan navigasi pelayaran.
Faktor eksternal antara lain, faktor peluang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1)
7
Undang-undang No.17 tahun 2008 tentang pelayaran. Serta peraturan-peraturan lain berupa
keputusan Dirjen Perhubungan laut yang berhubungan dengan keselamatan transportasi laut.
2) Kondisi wilayah Indonesia yang sebagian besar adalah perairan yang menyebabkan 77%
pelaksanaan sektor transportasi memanfaatkan transportasi laut. 3) Banyaknya potensi
unggulan wilayah di Provinsi Sulawesi Selatan dan daerah hinterland disekitarnya yang
berpotensi menggunakan transportasi laut untuk melakukan pendistribusian logistik dari dan
keluar pulau Sulawesi. 4) Permintaan mobilitas orang dan barang dalam mengunakan
transportasi laut khususnya di Pelabuhan menunjukkan peningkatan yang signifikan. Faktor
ancaman meliputi sebagai berikut: 1) Faktor alam/cuaca yang terkadang menjadi penyebab
terjadinya kecelakaan kapal. 2) Besarnya mobilitas barang dan manusia terkadang tidak
didukung oleh sarana yang ada atau belum terwadahi dengan baik. Berdasarkan hasil analisis SWOT, (matriks SWOT lampiran tabel 3) didapatkan
beberapa strategi peningkatan pelayanan keselamatan transportasi KLM di Pelabuhan Paotere
sebagai berikut: a) Audit teknis terhadap Kapal layar motor (KLM) pada aspek persyaratan
alat keselamatan, b) Pelatihan bagi awak dan nahkoda kapal tentang teknik keselamatan
pelayaran, c) Peningkatan fungsi balai keselamatan pelayaran sebagai lembaga badan
pelayanan umum, d) Penerapan secara detail manajemen kapal sebagai tindak lanjut dari UU
No.17 tahun 2008 dan PP No.51 tahun 2002 serta penerapan secara ketat SK Dirjen
Perhubungan Laut No. PY.66/1/2-2002
KESIMPULAN DAN SARAN
Kondisi kelengkapan alat keselamatan KLM di Pelabuhan Paotere untuk kategori
administrasi alat keselamatan berada pada kategori tidak baik (0%) untuk semua alat
keselamatan. Kategori teknis alat keselamatan berada pada kategori kurang baik life jacket
dan sekoci (31,04% dan 27,34%) dan alat lifebouy berada pada kategori cukup baik
(41,63%). Untuk kuantitas alat keselamatan fire house box, lampu sekoci, para chut signal,
hand flare, smoke signal dan baju tahan api masih dalam kategori “Tidak Baik”. Botol
pemadam, life jacket, life bouy, sekoci dan alat komunikasi dikategorikan “Baik”.
Strategi yang dapat dilakukan dalam upaya mengurangi tingkat korban jiwa pada
kecelakaan kapal layar kotor di Pelabuhan Paotere antara lain a). Audit teknis terhadap KLM
pada aspek persyaratan keselamatan, b). Pelatihan bagi awak dan nahkoda kapal tentang
teknik keselamatan pelayaran, c). Peningkatan fungsi balai keselamatan pelayaran sebagai
lembaga badan pelayanan umum, d). Penerapan secara detail manajemen kapal sebagai tindak
8
lanjut dari UU No.17 tahun 2008 dan PP No.51 tahun 2002 serta penerapan secara ketat SK
Dirjen Perhubungan Laut No. PY.66/1/2-2002.
Adapun saran-saran yang terkait dengan penelitian ini antara lain: a). Diperlukan
kajian mengenai kondisi alat keselamatan secara keseluruhan dengan menambahkan beberapa
variabel lain dan metode yang berbeda sehingga diharapkan penilaiannya tidak objektif. b)
Untuk penelitian selanjutnya diperlukan kajian keselamatan transportasi laut khususnya KLM
terhadap Aspek teknis (kondisi kapal, dan stabilitas kapal), aspek non teknis (sumber daya
awak kapal, operator dan regulator serta aspek alam). c) Diharapkan keseriusan dari
pemerintah khususnya instansi yang terkait, kaitannya dengan penyediaan kelengkapan alat
keselamatan transportasi KLM di Pelabuhan Paotere. d) Perlu diperketat pengawasan oleh
syahbandar dan pelaksanaan yang benar oleh para operator baik yang di darat maupun di
kapal dalam mengawasi kondisi kelaiklautan kapal yang akan berlayar.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Koordinasi Keamanan Laut RI.(2009). Kebijakan Keselamatan dan Keamanan Transportasi Laut. Jakarta.
Direktorat Jendral Perhubungan Laut, Nomor : PY.66/1/2-02. “Persyaratan Keselamatan Bagi Kapal Layar Motor berukuran tonase kotor sampai GT 500”. Jakarta.
Departemen perhubungan, (2008). Undang-undang RI No.17 Tentang Pelayaran, Dephub. Jakarta
Hadi, A Utoyo. (2001). Persepsi masyarakat pelayaran dalam penerapan ISM-Code bagi keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan laut di Pelabuhan Balawan. Tesis PPs USU. Medan.
Jinca, M Y. (2002). Transportasi Laut Kapal Layar Motor Pinisi:Teknologi dan Manajemen Industri Pelayaran Rakyat, Lembaga Penerbitan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Jinca, M Y. (2011). Transportasi Laut, analisis sistem dan studi kasus. Brilian Internasional. Surabaya.
Malisan, Johny. (2010). Keselamatan Transportasi Pelayaran Rakyat Studi Kasus Armada Phinisi. Simposium XIII FSTPT Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang.
Malisan, Johny. (2010). Penelitian Penyebab dan Peningkatan Keselamatan Transportasi Laut di Indonesia.Badan Litbang Perhubungan. Jakarta
Moni, Farida et al. (2003). Analisis dimensi kualitas jasa yang mempengaruhi kepuasan penumpang kapal laut studi kasus pada kapal – kapal PT. Pelni jalur Surabaya – Ambon. Jurnal aplikasi manajemen volume 1. Nomor 2.
Nurwahida. (2003). Persepsi Pengambilan Keputusan Terhadap Implementasi Standar manajemen Keselamatan Kapal-kapal Pelayaran Rakyat, Tesis Magister, Program Pasca Sarjana UNHAS, Makassar.
Sugiarso, Adin. (2008). Studi perbandingan metode pengecatan pada ruang muat kapal sesuai aturan IMO. Jurnal Teknik perkapalan ITS. Surabaya.
9
Tabel 1. Kondisi Kelengkapan alat keselamatan KLM di Pelabuhan Paotere
Nama Kapal Layar Motor
(KLM)
Life Jacket Life bouy Sekoci
Adm
inis
trasi
al
at k
esel
amat
an
Tekn
is A
lat
Kes
elam
atan
Adm
inis
trasi
al
at k
esel
amat
an
Tekn
is A
lat
Kes
elam
atan
Adm
inis
trasi
al
at k
esel
amat
an
Tekn
is A
lat
Kes
elam
atan
KLM. Berkat Saudara 0,00 33,33 0,00 50,00 0,00 12,50 KLM. Cahaya Mina 0,00 33,33 0,00 41,60 0,00 12,50 KLM. Ilham Putra 0,00 9,09 0,00 50,00 0,00 18,70 KLM. Karya Bersama 0,00 36,30 0,00 41,60 0,00 31,25 KLM. Mahsunah 0,00 36,30 0,00 33,30 0,00 37,50 KLM .Mulia Bakti 0,00 50,00 0,00 41,60 0,00 37,50 KLM. Putra Sorsel Mandiri 0,00 16,67 0,00 41,60 0,00 37,50 KLM. Surga Mulya 0,00 33,30 0,00 33,30 0,00 31,25 Rata-rata 0,00 31,04 0,00 41,63 0,00 27,34
Sumber: Hasil Analisis, 2012 Catatan kategori:
81 - 100 = Sangat Baik/Sangat Tinggi 61 - 80 = Baik/Tinggi 41 - 60 = Cukup Baik/Cukup Tinggi 21 - 40 = Kurang Baik/Rendah 0 - 20 = Tidak Baik/Rendah Sekali
10
Tabel 2. Hasil Checklist Kelengkapan Alat Keselamatan KLM di Pelabuhan Paotere berdasarakan SK Dirjen Perhubungan Laut No. PY.66/1/2-2002 tentang “Persyaratan Keselamatan bagi Kapal Layar Motor (KLM) berukuran Tonase Kotor sampai GT 500”
Jenis Alat Keselamatan
Standar Pelayanan Keselamatan
Jenis KLM Berkat Saudara Cahaya Mina Ilham Putra Karya Bersama
Eksisting Deviasi Eksisting Deviasi Eksisting Deviasi Eksisting Deviasi Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Fire House Box
2 buah @ 9 liter 1 50 1 50 1 50 1 50 - 0 2 100 - 0 2 100
Botol Pemadam 1 buah 1 100 0 0 2 100 0 0 3 100 0 0 1 100 0 0
Life jacket Sebanyak jumlah ABK 9 (8) 100 0 0 7 (7) 100 0 0 12 (9) 100 0 0 9 (11) 81,81 2 18,19
Life Bouy Min. 2 buah 4 100 0 0 3 100 0 0 4 100 0 0 4 100 0 0 Sekoci 1 buah 1 100 0 0 1 100 0 0 3 100 0 0 1 100 0 0 Lampu Sekoci 1 buah - 0 1 100 - 0 1 100 - 0 1 100 - 0 1 100 Para Chut Signal 2 buah 1 50 1 50 4 100 0 0 1 50 1 50 1 50 1 50 Hand Flare 4 buah 1 25 3 75 4 100 0 0 1 25 3 75 1 25 3 75 Smoke Signal 2 buah 1 50 1 50 4 100 0 0 1 50 1 50 1 50 1 50 Pelontar Tali 1 buah 1 100 0 0 1 100 0 0 1 100 0 0 2 100 0 0 Baju Tahan Api 2 buah - 0 2 100 - 0 2 100 - 0 2 100 - 0 2 100 Alat Komunikasi (Radio)
Min. 4 frekuensi saluran
1 100 0 0 1 100 0 0 1 100 0 0 1 100 0 0
Sumber: Hasil Analisis, 2013 Keterangan: Life jacket ……(……) jumlah eksisting (jumlah ABK) Alat Komunikasi berupa radio, ada namun kenyataannya tidak berfungsi dgn baik
11
Lanjutan Tabel 2. Hasil Checklist Kelengkapan Alat Keselamatan KLM di Pelabuhan Paotere berdasarakan SK Dirjen Perhubungan Laut No. PY.66/1/2-2002 tentang “Persyaratan Keselamatan bagi Kapal Layar Motor (KLM) berukuran Tonase Kotor sampai GT 500”
Jenis Alat Keselamatan
Standar Pelayanan
Keselamatan
Jenis KLM Mahsunah Mulia Bakti Putra Sorsel Mandiri Surga Mulya
Eksisting Deviasi Eksisting Deviasi Eksisting Deviasi Eksisting Deviasi Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Fire House Box
2 buah @ 9 liter - 0 2 100 - 0 2 100 - 0 2 100 - 0 2 100
Botol Pemadam 1 buah 2 100 0 0 1 100 0 0 4 100 0 0 2 100 0 0
Life jacket Sebanyak jumlah ABK 8 (11) 100 0 0 9 (10) 100 0 0 8 (10) 100 0 0 6 (7) 100 0 0
Life Bouy Min. 2 buah 11 100 0 0 6 100 0 0 4 100 0 0 4 100 0 0 Sekoci 1 buah 1 100 0 0 3 100 0 0 1 100 0 0 1 100 0 0 Lampu Sekoci 1 buah - 0 1 100 - 0 1 100 - 0 1 100 - 0 1 100 Para Chut Signal 2 buah 1 50 1 50 1 50 1 50 1 50 1 50 1 50 1 50 Hand Flare 4 buah 1 25 3 75 2 50 2 50 1 25 3 75 1 25 3 75 Smoke Signal 2 buah 1 50 1 50 1 50 1 50 1 50 1 50 2 100 0 0 Pelontar Tali 1 buah 1 100 0 0 1 100 0 0 1 100 0 0 1 100 0 0 Baju Tahan Api 2 buah - 0 2 100 - 0 2 100 - 0 2 100 - 0 2 100
Alat Komunikasi
Min. 4 frekuensi saluran
1 100 0 0 1 100 0 0 1 100 0 0 1 100 0 0
Sumber: Hasil Analisis, 2013 Keterangan: Life jacket ……(……) jumlah eksisting (jumlah ABK) Alat Komunikasi berupa radio, ada namun kenyataannya tidak berfungsi dgn baik
12
Faktor internal
Kekuatan (S) Komitmen yang kuat dari pemerintah dalam
mengurangi tingkat kecelakaan transportasi laut khususnya di Pelabuhan Paotere.
Kuantitas sumber daya manusia di pelabuhan dalam pelaksanaan prosedur keselamatan.
Kelengkapan alat keselamatan pada setiap kapal. Keberadaan lembaga yang menangani masalah
keselamatan pelayaran di Pelabuhan Paotere.
Kelemahan (W) Koordinasi antar instansi terkait keselamatan
pelayaran masih rendah hal terlihat tidak adanya keterpaduan rencana kegiatan.
Kuantitas SDM yang besar tidak dibarengi oleh kualitas SDM yang memadai
Kondisi fisik kapal dan peralatan navigasi yang berumur tua
Kurangnya dukungan finansial dari pemerintah terkait pembiayaan sistem keselamatan navigasi pelayaran.
Peluang (O) a) Undang-undang No.17 tahun 2008 tentang pelayaran. Serta
peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan keselamatan
b) Kondisi wilayah Indonesia yang sebagian besar adalah perairan yang menyebabkan 77% pelaksanaan sektor transportasi memanfaatkan transportasi laut.
c) Banyaknya potensi unggulan menggunakan transportasi laut untuk melakukan pendistribusian logistik
d) Permintaan mobilitas orang dan barang di Pelabuhan menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Strategi (SO) a. Audit teknis terhadap KLM pada aspek
persyaratan keselamatan, b. Pelatihan bagi awak dan nahkoda kapal tentang
teknik keselamatan pelayaran c. Peningkatan fungsi balai keselamatan pelayaran
sebagai lembaga badan pelayanan umum. d. Penerapan secara detail manajemen kapal sebagai
tindak lanjut dari UU No.17 tahun 2008 dan PP No.51 tahun 2002 serta penerapan secara ketat SK Dirjen Perhubungan Laut No. PY.66/1/2-2002
Strategi (WO) a. Pembatasan umur kapal yang beropereasi b. Meningkatkan keterampilan dan kualitas sumber
daya manusia dalam upaya peningkatan pelayanan keselamatan transportasi laut
c. Menambah biaya sektor keselamatan navigasi pelayaran
Ancaman (T) Faktor alam/cuaca yang terkadang menjadi penyebab
terjadinya kecelakaan kapal. Besarnya mobilitas barang dan manusia terkadang tidak
didukung oleh sarana yang ada atau belum terwadahi dengan baik.
Strategi (ST) a. Pemeriksaan khusus dan menyeluruh dengan
melakukan conditional Assesment Survey (CAS) b. Pencabutan ijin bagi operator yang tidak disiplin
dan tidak memenuhi kewajiban keselamatan transportasi laut
Strategi (WT) e. Pembangunan sarana bantu navigasi pelayaran
(SBNP) dan Pengujian fisik kapal dalam rangka peningktan keselamatan alur pelayaran
a. Peningkatan kelengkapan keselamatan dan kompetensi SDM operator
b. Penataan dan pembenahan SDM dilingkungan para stakeholder
c. Pengadaan peralatan pengamanan dan sarana telekomunikasi.
Faktor eksternal
Tabel 3. Matriks analisis SWOT peningkatan pelayanan keselamatan KLM di Pelabuhan Paotere
Sumber : Hasil Analisis, 2012