Kesultanan cirebon
-
Upload
suratno-ratno-miharjo -
Category
Education
-
view
191 -
download
3
Transcript of Kesultanan cirebon
KELOMPOK :
1. ANA HASTUTI (01)
2. INDRAWATI FATMA A. (09)
3. ZICO BRYAN S. (24)
KELAS X IPS 2
MADRASAH ALIYAH NEGERI KLATEN (MAN)
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
LetakAwal
pekembangan
Sumber sejarahkesultanan
cirebon
Runtuhnyakesultanan
cirebon
Cirebon sekarang
Peninggalan
Orang dibalik mulanya Kesultanan Cirebon adalah SunanGunung Jati yang bernama asli Syarif Hidayatullah. Beliau
lahir pada tahun 1448.
Sebagai anggota Wali Sanga, Syarif Hidayatullah memusatkanpenyebaran agama Islam di Jawa Barat. Kemudian, beliau
membangun masjid di daerah Cirebon.
Di daerah Cirebon tersebut beliau bertemu dengan PangeranCakrabuana, seorang penguasa Cirebon yang juga merupakan
paman dari Syarif Hidayatullah. Pangeran Cakrabuanaberkedudukan di Istana Pakungwati di Cirebon.
Saat pemerintahan Pakungwati diserahkan kepada SyarifHidayatullah, beliau memerintah Pakungwati dan
mengembangkan daerah Cirebon menjadi kerajaan danmelepaskan diri dari Kerajaan Pajajaran.
Letak Kerajaan Cirebon Semula Cirebon termasukdalam daerah kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran, bahkan menjadi salah satu kota pelabuhan kerajaan
tersebut. pedagang-pedagang luar negeri. Pedagang-pedagang itu antara lain dari arab, persi, malaka,
cina, dll. Letak Kerajaan Cirebon secara geografis dipesisir pantai pulau Jawa, merupakan mata rantai
dalam jalan perdagangan internasional pada waktuitu yang antara lain membentang dari kepulauanMaluku hingga teluk Parsi Pedagang yang datang
dari berbagai pulau bahkan berbagai Negara.
Raja Raja Kasultanan CirebonPangeran Cakrabuana (Sultan Cirebon I), 1445-1479
Pangeran Cakrabuana adalah keturunan Pajajaran. Putera pertama Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari
istri keduanya yang bernama SubangLarang (puteri KiGedeng Tapa, seorang saudagar kaya di pelabuhan
Muarajati, Cirebon).
Ketika kakeknya yang penguasa pesisir utara Jawameninggal, Walangsungsang tidak meneruskan kedudukan
kakeknya, melainkan mendirikan istana Pakungwati danmembentuk pemerintahan di Cirebon. Dengan demikian, yang dianggap sebagai pendiri Kesultanan Cirebon adalah
Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana.
Sunan Gunung Jati (Sultan Cirebon II), 1479-1568
Pada tahun 1479 M, kedudukan Cakrabuana kemudiandigantikan putra adiknya, Nyai Rarasantang dari hasil
perkawinannya dengan Syarif Abdullah dari Mesir, yakniSyarif Hidayatullah yang setelah wafat dikenal dengan
sebutan Sunan Gunung Jati. Ia mendapat gelarTumenggung Syarif Hidayatullah bin Maulana Sultan
Muhammad Syarif Abdullah. Pertumbuhan danperkembangan yang pesat pada Kesultanan Cirebon dimulai oleh Syarif Hidayatullah. Sunan Gunung Jatikemudian bertindak sebagai penyebar agama Islam diJawa Barat, termasuk di dalamnya Kesultanan Cirebon dan Kerajaan Banten. Setelah Sunan Gunung Jati wafat,
terjadilah kekosongan jabatan pimpinan tertinggi kerajaanIslam Cirebon.
Fatahillah (Sultan Cirebon III), 1568-1570
perang Kerajaan Demak dan juga merupakanmenantu dari Sunan Gunung Jati yang menjabat
sebagi bupati di Jayakarta. Fatahillah kemudian naiktakhta, dan memerintah Cirebon secara resmi dan
menjadi raja sejak tahun 1568. Fatahillah mendudukitakhta Kesultanan Cirebon selama dua tahun karena
ia meninggal dunia pada tahun 1570.
Kekosongan pemegang kekuasaan itu kemudian dijabat oleh Fatahillah atau Fadillah Khan. Fatahillah
adalah panglima
Panembahan Ratu I (Sultan Cirebon IV), 1570-1649
Sepeninggal Fatahillah, oleh karena tidak adacalon lain yang layak menjadi raja, takhta kerajaan
jatuh kepada cicit Sunan Gunung Jati yaituPangeran Emas putra tertua Pangeran DipatiCarbon. Pangeran Emas kemudian bergelar
Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun.
Panembahan Ratu II / Panembahan Girilaya(Sultan Cirebon V), 1649-1677
Setelah Panembahan Ratu I meninggal duniapada tahun 1649, pemerintahan Kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran
Rasmi atau Pangeran Karim. Pangeran Rasmikemudian menggunakan nama gelar almarhum
ayahnya yakni Panembahan Adiningkusuma yang kemudian dikenal pula dengan sebutan
Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II. Panembahan Girilaya meninggal di Kartasura.
Kesultanan Cirebon mencapai masa kejayaan pada saatSyarif Hidayatullah memerintah. Di bawah pemerintahan
Syarif Hidayatullah, Kerjaan Cirebon memilikiperkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini juga
mempengaruhi perkembangan dan penyebaran Islam. Dengan dukungan letak yang strategis, pelabuhan yang
ramai dan sumber daya alam dari daerah pedalaman, Cirebon kemudian menjadi sebuah kota besar dan menjadi
salah satu kota dagang dan pelabuhan ekspor impor dipesisir utara Jawa baik dalam kegiatan pelayaran dan
perdagangan di kepulauan Nusantara maupun denganbagian dunia lainnya. Perkembangan Pelabuhan Cirebon
yang semakin ramai pun menghasilkan untung bagi dareahpedalaman. Selain itu, Cirebon tumbuh menjadi cikal bakal
pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat.
Hubungan baik Cirebon dengan Kerajaan Demakdan Malaka juga mengalami peningkatan.
Pada masa pemerintahan Syarif Hidayatullah, tepatnya tahun 1480, beliau membangun Masjid
Agung Sang Cipta Rasa. Selesai membangun masjid, beliau juga membangun jalan-jalan raya yang
menghubungkan Cirebon dengan daerah-daerahKadipaten lainnya untuk memperluas
pengembangan Islam di seluruh Tanah Pasundan.
· Babad Cirebon, yaitu Karya sastra sejarah yang ditulis pada abad ke-19 di Cirebon. Babad Cirebon menceritakan tentang perkembangan Kesultanan
Cirebon pada awal waktu penjajahan Belanda di PulauJawa. Sebagian besar isi dari babad ini menceritakantentang Sunan Gunung Jati selaku penyebar agama
Islam di Jawa Barat yang juga memberikan kejayaan diKesultanan Cirebon. Babad Cirebon ditulis
menggunakan huruf Arab dan bahasa Jawa Cirebon.
Carita Caruban Purwaka Nagari karyaPangeran Dipati Carbon yang ditulis pada
tahun 1702 masehi. Naskah ini terdiri dari 39 bagian yang menceritakan perkembanganCirebon, perjalanan hidup para petinggikerajaan beserta keluarganya, dan juga
menceritakan silsilah keluarga kerajaan.
Catatan Tom Pires yang mengujungi Cirebon padatahun 1513 yang berjudul Suma Oriental. Pires
memberikan informasi mengenai keadaan ekonomidan politik di Jawa pada masa paruh pertama abadke-16. Ia menyebut lima pelabuhan utama KerajaanSunda, adanya pelabuhan di Cirebon, dan pengaruh
Demak terhadap wilayah barat Pulau Jawa.
Keruntuhan Kesultanan Cirebon dimulai ketika kesultanan ini dibagimenjadi dua kekuasaan, yakni kesultanan Kasepuhan dan kesultananKanoman. Perselisihan antara kedua kesultanan dan adanya campur
tangan politik VOC Belanda yang saat itu menduduki Indonesia membuat Cirebon runtuh secara perlahan.
Tahun 1700, kesultanan menjadi empat kekusaan. Selain Kasepuhandan Kanoman, terdapat juga kesultanan Kacirebonan di bawah
Pangeran Arya Cirebon, dan Kaprabonan (Panembahan) di bawahPangeran Wangsakerta. Sejak itu perdagangan internasional melalui
pelabuhan Cirebon sudah berada di tangan VOC.Sejak awal abad ke-18, Kesultanan Cirebon, baik di bidang politik
maupun ekonomi-perdagangan, mengalami kemunduran karenadikendalikan VOC yang berlanjut hingga pemerintahan kolonial
Hindia-Belanda sejak abad ke-19 dan masa pendudukan Jepang tahun1942, di mana sultan-sultan mendapat gaji dari pemerintah kolonial
pada masanya.
Setelah Indonesia merdeka, Kesultanan Cirebon tidakbenar-benar hilang. Tetapi menjadi bagian dari Indonesia,
yakni menjadi Kota Cirebon dan kabupaten Cirebon.
Saat ini, Cirebon tidak lagi melaksanakan Kesultanan/ Kerajaannya walau banyak Keraton/ Masjid yang
didirikan pada masa Kesultanan Cirebon. Akan tetapi, hingga saat ini Keraton/ Masjid tersebut masih digunakan
untuk upacara adat.
a. Kesultanan Kasepuhan. Kesultanan ini adalahsatu2nya kesultanan yang masih terawat denganbaik karena masih dijadikan sebagai objek wisata
kebudayaan oleh warga sekitar maupun wisatawan.
b. Masjid agung Sang Cipta Rasa. Masjid inidibangun pada masa pemerintahan Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati atas inisiatifPutri OngTien.
Kraton Kanoman. Bangunan ini sudah tidak terawatkarena letaknya yang tidak strategis dan apabila
ingin berkunjung harus melewati pasar tradisionalsehingga dibutuhkan ‘perjuangan’ tersendiri.
Keraton Kanoman adalah pusat peradabanKesultanan Cirebon, yang kemudian terpecah
menjadi Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan,
Makam Sunan Gunung JatiMakam sang Sunan hanya boleh dimasuki oleh keluarga
keraton saja sebagai keturunannya. Masyarakat umum tidakdiperbolehkan memasuki makam Sunan. Hal ini dikarenakan
begitu banyak barang berharga yang harus dijaga sebagaiwarisan budaya seperti guci-guci, keramik yang menurut
sejarah dibawa oleh istri Sunan Gunung Djati yang berasaldari Cina, yaitu Putri Ong Tien. Terdapat 9 pintu/gapuramenuju makam Sunan Gunung Jati, namun pengunjung
hanya boleh masuk hingga batas serambi muka pintupertama saja.