KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

23

Transcript of KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

Page 1: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI
Page 2: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

KESUKSESAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

DI INDUSTRI KONSTRUKSI

Page 3: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

• Persaingan secara nasional dan global dihadapi oleh industri konstruksi di Indonesia. Dengan adanya persaingan ini, industri konstruksi dituntut untuk memberikan peningkatan mutu terhadap hasil dari proyek konstruksi.

Page 4: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI
Page 5: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

• Sistem Manajemen Mutu (SMM) mendapat perhatian yang meningkat dari industri konstruksi

• Penerapan SMM wajib untuk memastikan bahwa ada usaha untuk mencapai tingkat pesyaratan untuk kualitas di konstruksi.

• SMM juga menjaga kualitas pekerjaan seperti yang disyaratkan untuk kepuasan pelanggan

Page 6: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

SMM memberikan benefit :

tidak ada pekerjaan yang harus diulang (rework)karena ada kerusakan atau pekerjaan yang cacat (defect), sehingga tidak menimbulkan kerugian pada pihak pihak yang terlibat.

Page 7: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

• Studi yang komprehensif mengkaji kendala dalam penerapan SMM.

• Untuk mengatasi kendala ini diperlukan faktor yang dapat mendorong keberhasilan dalam penerapan SMM sekaligus untuk mengatasi kendala atau hambatan selama penerapan SMM.

Page 8: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

• Tujuan penelitian:

Menganalisis faktor yang dapat mendorong keberhasilan penerapan sistem manajemen mutu.

Page 9: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

• Saat ini industry perusahaan konstruksi yang mengerjakan proye-proyek konstruksi dituntut untuk menerapkan sistem manajemen mutu. Perusahaan-perusahaan konstruksi mempunyai berbagai tujuan untuk menerapkannya diantaranya tekanan pemilik proyek, berkompetisi , menaikkan reputasi perusahaan, menghatasi kendala kualitas sebelumnya (Oztaz et al, (2007); Karim et al (2005).

Page 10: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

• Sebenarnya saat ini sistem manajemen mutu sudah tidak asing lagi dan sudah diterapkan di Tetapi kejadian diatas dimana masih banyak kegagalan konstruksi yang terjadi , produktivitas yang rendah k3 yang rendah, cost and time overun menunjukkan adanya kendala atau hambatan dalam penerapan atau pelaksanaan SMM

Page 11: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

• Adapun Kendala :

- Top Management

- Ekonomi

- Sosial Politik

- Perkembangan Teknologi

- Persyaratan yang banyak

• Kendala dalam Menerapkan Sistem Manjemen Mutu berasal dari intenal dan eksternal.

Page 12: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

- Dukungan manajemen

- Dukungan Keuangan

- Komunikasi

- Komitmen

- Sumber daya yang tepat

Page 13: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

• Survey kuesioner dengan Teknik Delphi. Tujuan: Konsesnsus atau Kesepakatan para.

Responden:Top Level Management

Melibatkan beberapa putaran penyebaran

kuesioner.

Page 14: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

• Survei dilakukan 2 kali putaran untuk mendapatkan konsensus diantara para responden atau expert tersebut. Pada putaran pertama responden diminta memberikan skor 1 sampai 5 mengenai persetujuan responden terhadap faktor yang mendorong kesuksesan penerapan SMM. Putaran kedua responden diminta memberikan persetujaun mereka terhadap hasil dari analisis faktor kesusksesan penerapan SMM berdasarkan hasil analisis survey Delphi yang pertama. Responden yang digunakan berjumlah 12 orang. Responden ini adalh para top management di perusahaan kontraktor. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu menggunakan nilai modus dan frekwensi.

Page 15: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

No

.

Faktor Mode Rating

1 Komitmen, Kesadaran dan Dukungan

Manajemen Tingkat Atas

5

2 Pendidikan dan Pelatihan 5

3 Adanya Sistem Teknologi Informasi

dan Komunikasi

5 Tinggi

4 Upaya Perbaikan yang Terus Menerus 5

5 Komunikasi dan Koordinasi 5

6 Kerjasama Tim 5

7 Kepuasan Pelanggan 5

8 Budaya 4 Sedang

Page 16: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

No

.

Faktor Frek

wensi

Rating

1 Komitmen, Kesadaran dan

Dukungan Manajemen Tingkat

Atas

75

2 Pendidikan dan Pelatihan 92

3 Adanya Sistem Teknologi

Informasi dan Komunikasi

83 Tinggi

4 Upaya Perbaikan yang Terus

Menerus

83

5 Komunikasi dan Koordinasi 92

6 Kerjasama Tim 92

7 Kepuasan Pelanggan 92

8 Budaya 83 Sedang

Page 17: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

TERIMAKASIH

Page 18: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

Konferensi Nasional Teknik Sipil 12 Batam, 18-19 September 2018

KESUKSESAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU DI INDUSTRI

KONSTRUKSI

Anak Agung Diah Parami Dewi1, Mayun Nadiasa

2

1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran

Email: [email protected] 2 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran

Email: [email protected]

ABSTRAK

Sistem Manajemen Mutu dalam industri konstruksi sangat diperlukan untuk menjamin hasil yang

sesuai dengan yang tujuan yang ingin dicapai. Akan tetapi, saat ini proyek konstruksi yang sudah

jadi sering tidak sesuai dengan mutu yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala

dalam penerapan sistem manjemen mutu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor

yang dapat mendorong kesuksesan penerapan sistem manajemen mutu. Pengumpulan data dilakukan

dengan survey kuesioner dengan menggunakan teknik Delph iyang melibatkan duabelas expert dan

dianalisis dengan analisis deskriptif. Hasil analisis dari dua putaran survei kuesoner Delphi

menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong kesuksesan penerapan sistem manajemen mutu

dapat dikatagorikan menjadi tujuh faktor utama yaitu Komitmen , Kesadaran dan Dukungan

Manajemen Tingkat Atas, Pendidikan dan Pelatihan, Adanya Sistem Teknologi Informasi dan

Komunikasi, Upaya Perbaikan yang Terus Menerus, Kerjasama Tim, Kerjasama Tim.

Kata Kunci: sistem manajemen mutu, proyek konstruksi, kendala, faktor sukses

1. PENDAHULUAN

Mutu diartikan sebagai karakteristik dan sifat produk, barang atau jasa yang dapat memenuhi keinginan dan

kebutuhan pemakai atau pelanggan (Suharto, 1998). Mutu juga dapat diartikan sebagai fitnes for use, yaitu sesuatu

yang sesuai dengan pemakaian. Menurut Juran (1995) definisi mutu adalah standar khusus yang sudah ditetapkan

dimana mempunyai kemampuan, kinerja, keandalan, kemudahan pemeliharaan dan karakteristik yang terukur.

Secara prinsip mutu dalam konteks pemahaman industri jasa konstruksi adalah tercapainya kecocokan antara

keinginan pemilik proyek dengan hasil kerja dari kontraktor (Wiryodiningrat, et.al, 1997).

Persaingan secara nasional dan global dihadapi oleh industri konstruksi di Indonesia. Dengan adanya persaingan

ini, industri konstruksi dituntut untuk memberikan peningkatan mutu terhadap hasil dari proyek konstruksi. Akan

tetapi dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi di Indonesia, banyak ditemui hasil yang tidak sesuai dengan

standar mutu yang ditetapkan bahkan sampai menyebabkan kegagalan konstruksi. Kejadian runtuhnya bangunan

jembatan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur, jembatan penghubung perpustakaan daerah dan yang terakhir

gedung Bursa Efek Jakarta, menunjukkan bahwa ada yang tidak beres dalam proses pelaksanaan konstruksi yang

menyebabkan mutu dari hasil proses pelaksanaan konstruksi itu juga tidak baik ataupun gagal. Kegagalan dari

proyek konstruksi ini merupakan akibat sistem manajemen mutu (SMM) dari proyek konstruksi yang tidak terkelola

dengan baik.

Untuk mencapai tujuan atau keinginan pelanggan atau pemakai maka perlu adanya pengelolaan mutu atau sistem

manajemen mutu (SMM). Dengan adanya pengelolaan mutu proyek ini diharapkan tidak ada pekerjaan yang harus

diulang (rework)karena ada kerusakan atau pekerjaan yang cacat (defect), sehingga tidak menimbulkan kerugian

pada pihak pihak yang terlibat. Manajemen mutu ini tidak hanya diterapkan di tahap pelaksanaan proyek saja, tapi

juga harus diterapkan di semua tahapan dalam siklus hidup proyek. Manajemen mutu tidak hanya dikaitkan dengan

mutu suatu hasil atau produk tetapi juga pada proses. Sehingga menjadi suatu kewajiban bahwa manajemen mutu

harus diterapkan di semua tahapan proyek.

Sebenarnya saat ini sistem manajemen mutu sudah tidak asing lagi dan sudah diterapkan di instansi pemerintah dan

perusahaan-perusahaan swasta baik barang maupun jasa. Tetapi kejadian diatas dimana masih banyak kegagalan

konstruksi yang terjadi menunjukkan adanya kendala atau hambatan dalam penerapan atau pelaksanaan SMM.

Page 19: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

Untuk itu diperlukan faktor faktor yang dapat mendorong kesuksesan dalam penerapan. Kendala atau hambatan ini

dapat berasal dari pimpinan perusahaan atau instansi, tenaga yang kurang terampil dan berkeahlian, penggunaan sub

kontraktor, budaya dan lain lain. Untuk mengatasi kendala ini tentu diperlukan faktor yang dapat mendorong

keberhasilan dalam penerapan SMM sekaligus untuk mengatasi kendala atau hambatan selama penerapan SMM.

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui kenadala dalam penerapan sistem manajemen mutu dan faktor yang

dapat mendorong keberhasilan penerapan sistem manajemen mutu .|

2. KAJIAN PUSTAKA

Dalam kajian pustaka akan dibahas mengenai Sistem Manajemen Mutu (SMM) di konstruksi yang kemudian diikuti

oleh hambatan dalam penerapan pelaksanaan SMM di industry konstruksi dan faktor-faktor yang mendorong

keberhasilan atau kesuksesan dari penerapan SMM itu sendiri.

Sistem Manajemen Mutu di Konstruksi

Saat ini industry perusahaan konstruksi yang mengerjakan proye-proyek konstruksi dituntut untuk menerapkan

sistem manajemen mutu. Perusahaan-perusahaan konstruksi mempunyai berbagai tujuan untuk menerapkannya

diantaranya tekanan pemilik proyek, berkompetisi , menaikkan reputasi perusahaan, menghatasi kendala kualitas

sebelumnya (Oztaz et al, (2007); Karim et al (2005).

Sistem Manajemen Mutu (SMM) sudah diterapkan di industri konstruksi seluruh dunia sejak 1990 (Leong et al

(2014); Cachadinha (2009) ). Meskipun demikian penerapan SMM ini masih mengalami kendala atau hambatan

dalam pengimplementasianya seperti penurunan produktifitas, manajemen k3 yang buruk, kualitas kerja yang buruk,

kondisi kerja yang buruk pembengkakan biaya dan waktu dan cacat konstruksi. (Harrington et al (2012); Arditi dan

Gunaydin (1997)). Problem ini disebabkan oleh ketidak efektifan sistem manajemen yang yang ada dan

ketidaklengkapan penerapan SMM. Problem lainnya adalah karena ketidakefektifan dari SMM sebelumnya.

Problem ini menyebabkan cacatnya penerapan SMM.

Hambatan dalam Penerapan SMM

Dalam penerapan sistem manajemen mutu (SMM), masih banyak pihak yang terlibat dalam industr konstruksi tidak

menyadari akan pentingnya SMM. Meskipun SMM dapat meneyelesaikan masalah di proyek konstruksi tetapai

dalam pelaksanaannya mengalami kesulitan dan kendala atau hambatan dalam penerapannya. Kendala dalam

penerapan ini kebanyakan berasal dari internal perusahaan atau organisasi dan sebaliknya pengaruh dari luar sangat

sedikit dan banyak orang mengabaikannya (Ahmed et al, 2017).

Menurut Joubert et al (2005) kendala dan hambatan dari top management merupakan kendala yang paling utama

dalam penerapan SMM di Negara berkembang. Menurut Akinsola et al (1997) kendala lingkungan sangat

berpengaruh kepada penerapan SMM dimana kendala dari aspek lingkungan yang merupakan representative dari

faktor ekternal ini sering dihadapi dalam penerapan SMM. Adapun kendala atau hambatan dari aspek lingkungan

dikatagorikan menjadi kendala lingkungan ekonomi, , lingkungan social politik, lingkungan yang berasal dari

perkembangan teknologi, lingkungan lingkungan fisik dan lingkungan hubungan dengan industry.

Sedangkan kebanyakan studi terdahulu menyatakan bahwa kendala atau hambatan dari penerapan SMM adalah dari

faktor internal organisasi perusahaan atau instansi-instansi yang menerapkan SMM. Kendala dapat di kelompokkan

menjadi dukungan managemen yang kurang , terklalau banyak syarat yang harus dikerjakan dalam dokumen

dokumen, kurang komunikasi komunikasi dan keuangan perlu yang banyak (Tan and Rahman, 2011). Sedangkan

menurut Cachadinha (2009) kendala dalam menerapkan SMM adalah kendala pada definisi prosedur yang ambigu,

masalah pada dokumentasi, waktu dan dukungan keuangan yang cukup. Sebagai tambahan Hambatan peenrapan

SMM adalah kurang komitmen audit yanag bersertifikat, kurang sumber daya yang tepat, kontrol SMM di semua

tahapan yang susah (Keng and Kamil, 2016)

Studi comprehensive menganalisis hambatan atau kendala dalam penerapan SMM. Adapun hambatan dan kendala

tersebut adalah kendala manajerial, organisati , komunikasi, finansial, nudaya, pendidikan, dan audit. Kendala

kendala ini yang nantinya akan diatasi dengan mengidentifikasi dan menganalisis faktor yang dapat ,mendorong

keberhasilan penerapan SMM di konstruksi

Page 20: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

Faktor –faktor yang Mendorong Kesuksesan dalam Penerapan SMM

Meskipun sudah ada beberapa penelitian mnegenai kesuksesan penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) di

bidang konstruksi, identifikasi dan eksplorasi faktor yang bisa mendorong kesuksesan penerapan SMM sangat

dibutuhkan untuk keberlanjutan pelaksanaan SMM ini terutama penerapan di konstruksi.

Faktor yang mendukung keberhasilan atau kesuksesan penerapan SMM adalah adanya komitmen yang kuat dari

para manager, kepemimpinan, perbaikan sistem yang terus menurus, pendidikan dan training (Hussain and Younis,

2015; Rashed and Othman, 2015). Training sering dianggap sebagai pemborosan biaya, tetapi dengan adanya

training bisa memberikan benefit di kemudian hari. Dengan adanya pendidikan dan training pelatihan bisa dianggap

sebagai investasi untuk perusahaan.

Selain itu pemakaian sistem yang terintegrasi melalui teknologi informasi dan komunikasi dapat mendorong

keberhasilan pengimplementasian SMM (Saari et al, 2015; Zeng et al, 2007)

Budaya juga tidak terlepasdari faktor yang bisa mendorong keberhasilan dalam penerapan SMM (Psomal et al

2010). Para pihak yang bekerja di konstruksi dan yang terlibat sudah terbiasa nyaman tanpa menggunakan sistem

dan mereka enggan untuk berubah mengikuti sistem yang baru (Hietschold et al,, 2014; Khoo and Tan, 2002).

Menurut Saari et al (2015) kerjasama tim diperlukan dalam mensukseskan SMM karena SMM melibatkan beberapa

aspek sehingga kerjasama semua pihak yang terlibat sangat diperlukan. Komunikasi dan koordinasi yang baik

diantara para pihak yang terlibat harus juga diperhatikan (Garcia et al, 2015). Tujuan akhir dari penerapan SMM

adalah untuk memberikan kepuasan terhadap klien atau pelanggan sehingga aspek ini juga menjadi kunci

kesuksesan dari SMM (Garcia et al, 2014 ;Ismyrlis et al 2015). Dalam penerapan SMM perbaikan terus menerus

diharapkan terjadi demi kebaikan institusi yang menerapkannya (Hussain and Younis, 2015)

Merangkum dari studi sebelumnya maka Tabel 1 mengilustrasikan 8 faktor utama yang bisa mendorong

keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) yang juga sekaligus dapat mengatasi kendala atau

hambatan dalam penerapan SMM

Tabel 1. Faktor yang Mendorong Keberhasilan Penerapan SMM

No Faktor

1 Komitmen , Kesadaran dan Dukungan Manajemen Tingkat Atas

2 Pendidikan dan Pelatihan

3 Budaya

4 Upaya Perbaikan yang Terus Menerus

5 Komunikasi dan Koordinasi

6 Kerjasama Tim

7 Kepuasan Pelanggan

8 Adanya Sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi

3. METODE PENELITIAN

Untuk menjawab tujuan dari penelitian ini , pengumpulan data dilakukan dengan survey kuesioner dengan Teknik

Delphi. Teknik Delphi adalah suatu teknik survey yang melibatkan para expert untuk mendapatkan kesepakatan

atau konsensus mengenai suatu topik. Metode Delphi ini digunakan untuk memperoleh kesepakan dari para pihak

yang berada di top management mengenai faktor yang bisa mendorong kesuksesan penerapan SMM.

Survei dilakukan 2 kali putaran untuk mendapatkan konsensus diantara para responden atau expert tersebut. Pada

putaran pertama responden diminta memberikan skor 1 sampai 5 mengenai persetujuan responden terhadap faktor

yang mendorong kesuksesan penerapan SMM. Putaran kedua responden diminta memberikan persetujaun mereka

terhadap hasil dari analisis faktor kesusksesan penerapan SMM berdasarkan hasil analisis survey Delphi yang

pertama. Responden yang digunakan berjumlah 12 orang. Responden ini adalh para top management di perusahaan

kontraktor. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu menggunakan nilai modus dan frekwensi.

Page 21: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah pengumpulan data melalui survei kuesioner dengan teknik Delphi putaran pertama dilakukan, data kemudian

dianalisis dengan analisis deskriptif dengan menggunakan nilai modus. Hasil dari analisis survey putaran pertama

dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Tabel 2 terlihat bahwa semua responden memberikan raing tinggi pada faktor

Komitmen , Kesadaran dan Dukungan Manajemen Tingkat Atas, Pendidikan dan Pelatihan, Upaya Perbaikan yang

Terus Menerus, Komunikasi dan Koordinasi, Kerjasama Tim, Kepuasan Pelanggan dan Adanya Sistem Teknologi

Informasi dan Komunikasi. Hal in I ditunjukkan dengan nilai modus 5. Kemudian Faktor Budaya diberikan rating

sedang dimana hal ini ditunjukkan dengan nilai modus 4. Untuk putaran pertama ini responden memiliki pendapat

bahwa tujuh faktor yang memiliki rating tinggi tersebut merupakan faktor utama yang bisa mendorong keberhasilan

dalam peenrapan SMM. Nilai modus 5 ini menunjukkan bahwa para responden menganggap bahwa faktor faktor

Komitmen , Kesadaran dan Dukungan Manajemen Tingkat Atas, Pendidikan dan Pelatihan, Adanya Sistem

Teknologi Informasi dan Komunikasi, Upaya Perbaikan yang Terus Menerus, Komunikasi dan Koordinasi,

Kerjasama Tim, dan Kepuasan Pelanggan merupakan faktor kunci dalam penerapan SMM, sedangkan modus 4

yaitu faktor Budaya bukan merupakan faktor kunci atau tidak terlalu penting dalam mensukseskan SMM.

Tabel 2. Hasil Analisis Survei Putaran Pertama

No. Kendala Mode Rating

1 Komitmen , Kesadaran dan Dukungan

Manajemen Tingkat Atas

5

Tinggi

2 Pendidikan dan Pelatihan

5

3 Adanya Sistem Teknologi Informasi

dan Komunikasi

5

4 Upaya Perbaikan yang Terus Menerus

5

5 Komunikasi dan Koordinasi

5

6 Kerjasama Tim

5

7 Kepuasan Pelanggan

5

8 Budaya

4 Sedang

Hasil analisis survei putaran pertma kemudian akan kembali ditanyakan pada putaran kedua dengan format lain. Di

putaran kedua reponden diminta memberikan pendapat mereka atau mengkonfirmasi kembali apakah mereka setuju

dengan rating hasil analisis survei yang pertama. Jika frekwensi sudah diatas 75 % maka dapat dikatakan sudah

tercapai kesepakatan atau konsensus faktor faktor yang mendorong kebverhasilan dalam penerapan SMM.

Tabel 2 memeperlihatkan opini responden kembali apakah mereka menyetujui hasil analisis faktor yang mendorong

keberhasilan penerapan SMM. Hasil analisis adalah semua nilai frekwensi faktor faktor adalah diatsa 75 %. Ini

berarti para expert yang menjadi responden dalam survei ini sepakatu dengan tujuh faktor sebagai faktor yang

sebagai faktor dengan rating tinggi atau utama dansatu faktor dengan rating sedang.

Faktor rating tinggi yaitu komitmen, kesadaran dan dukungan manajemen tingkat atas merupakan salah satu faktor

utama yang mendorong keberhasilan penerapan SMM. Komitmen, kesadaran dan dukungan dari manajer sebagai

pimpinan perusahaan khususnya di jasa konstruksi dapat dilakukan melalui pemberian reward kepada staff, atau

bawahan kepemimpinan yang selalu memberikan motivasi kepada bawahannya. Adanya sistem informasi dan

komunikasi dapat mempercepat dan mempermudah pekerjaan sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Pendidikan dan pelatihan merupakan tempat para staf dan pihak yang terlibat memperoleh pengetahuan dan keahlian

dalan menerapkan SMM. Upaya perbaikan yang dilakukan secara terus menerus tentu akan dapat digunakan untuk

mengevaluasi penerapan sebelumnya. Demikian pula koordinasi dan komunikasi serta kerja tim yang solid dapat

membantu mendorong keberhasilan penerapan SMM. Sementara itu budaya yaitu untuk berubah ke sistem yang

lebih baik juga merupakan faktor penentu keberhasilan penerapan SMM. Para pihak yang terlibat mulai mempunyai

kesadaran untuk mengikuti SMM untuk tecapainya tujuan proyek.

Page 22: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

Tabel 2. Hasil Analisis Survei Putaran Pertama

No. Kendala % Rating

1 Komitmen , Kesadaran dan Dukungan

Manajemen Tingkat Atas 75

Tinggi

2 Pendidikan dan Pelatihan 92

3 Adanya Sistem Teknologi Informasi

dan Komunikasi 83

4 Upaya Perbaikan yang Terus Menerus 83

5 Komunikasi dan Koordinasi 92

6 Kerjasama Tim 92

7 Kerjasama Tim 92

8 Budaya 83 Sedang

5. SIMPULAN

Seperti yang telah disebutkan SMM merupakan dasar sebagai usaha untuk mencapai kualitas sesuai yang

direncanakan. Meskipun demikian ada beberapa kendala dan hambatan dalam menerapkan SMM. Dalam studi ini

fokus penelitian adalah menganalisis faktor yang mendorong keberhasilan dalam menerapkan SMM yang juga

diharapkan dapat mengatasi kendala dan hambatan-hambatan yang terjadi. Faktor faktor yang diperoleh yang

merupakan faktor kunci dalam penerapan SMM tersebut yaitu Komitmen , Kesadaran dan Dukungan Manajemen

Tingkat Atas, Pendidikan dan Pelatihan, Adanya Sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi, Upaya Perbaikan

yang Terus Menerus, Kerjasama Tim, Kerjasama Tim. Ketujuh faktor kunci tersebut merupakan faktor yang harus

diperhatikan dalam penerapan SMM dalam industry konstruksi. Faktor Budaya juga merupakan faktor yang juga

dapat mendorong kesuskesan penerapan SMM tetapi dianggap tidak menjadi faktor kunci dalam penerapan SMM.

DAFTAR PUSTAKA

Akinsola O., Potts K. F., Ndekugri I., and Harris F. C., 1997,"Identificationand evaluation of factors influencing

variations on building projects,"International Journal of Project Management, vol. 15, pp. 263-267,Arditi D.

and Gunaydin H. M., 1997,"Total quality management in theconstruction process," International Journal of

Project Management,vol. 15, pp. 235-243.

Cachadinha N. M., 2009"Implementing quality management systems in smalland medium construction companies:

A contribution to a road map forsuccess," Leadership and Management in Engineering, vol. 9, pp. 32-39.

Chin K. S. and Choi T. W., 2003"Construction in Hong Kong: Successfactors for ISO9000 implementation,"

Journal of ConstructionEngineering and Management, vol. 129, pp. 599-609.

García J. L., Maldonado A. A., Alvarado A., and Rivera D. G., 2014, "Human critical success factors for kaizen and

its impacts in industrial performance," The International Journal of Advanced Manufacturing Technology, vol.

70, pp. 2187-2198.

Harrington H. J., Voehl F., and Wiggin H., 2012,"Applying TQM to theconstruction industry," The TQM Journal,

vol. 24, pp. 352-362 .

Hietschold N., ReinhardR. t, and Gurtner S. 2014, "Measuring critical successfactors of TQM implementation

successfully - a systematic literaturereview," International Journal of Production Research, vol. 52, pp.6254-

6272.

Hussain T. and Younis A., 2015, "Quality management practices and organizational performance: Moderating role

of leadership," Science International, vol. 27, p. 517-522.

Ismyrlis V., Moschidis O., and Tsiotras G., 2015, "Critical success factors examined in ISO 9001:2008-certified

Greek companies using multidimensional statistics," International Journal of Quality & Reliability

Management, vol. 32, pp. 114-131.

Juran, J.M (1995), “Merancang Mutu”, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta

Karim K., Marosszeky M., and Kumaraswamy M., 2005, "Organizationaleffectiveness model for quality

management systems in the Australianconstruction industry," Total Quality Management &

BusinessExcellence, vol. 16, pp. 793-806.

Page 23: KESUKSESAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

Keng T. C. and Kamil S. Z., 2016,"Implementation of ISO qualitymanagement system in construction companies of

Malaysia," Journal ofTechnology Management and Business, vol. 3, pp. 1-23.

Khoo H. H. and Tan K. C., 2002, "Critical success factors for qualitymanagement implementation in Russia,"

Industrial and CommercialTraining, vol. 34, pp. 263-268.

Leong, T. K Zakuan, N., and Saman M. Z. M., 2014,"Review of quality management system research in

construction industry," InternationalJournal of Productivity and Quality Management, vol. 13, pp. 105-123.

Psomas E. L., Fotopoulos C. V., and Kafetzopoulos D. P., 2010, "Criticalfactors for effective implementation of ISO

9001 in SME service companies," Managing Service Quality: An International Journal, vol.20, pp. 440-457.

Rashed A. and Othman Oztaş M. A., Güzelsoy S. S., and Tekinkuş M., 2007, "Development of qualitymatrix to

measure the effectiveness of quality management systems inTurkish construction industry," Building and

Environment, vol. 42, pp.1219-1228.

Shaari N., Abdullah M. N., Asmoni M., Lokman M. A., Hamid H. A., and Mohammed A. H., 2015, "Practice for

project quality management systems (PQMS) in construction project," Jurnal Teknologi, vol. 77.

Soeharto, I. (2001). “Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Jilid 2”. Erlangga, Jakarta

Tan K. and Abdul Rahman H., 2011, "Study of quality management inconstruction projects," Chinese Business

Review, vol. 10, pp. 542-552.

Wiryodiningrat, P., et.al (1997), “ISO 9000 Untuk Kontraktor”, Gramedia, Jakarta

Zeng S., Lou G., and Tam V. W., 2007, "Managing information flows for quality improvement of projects,"

Measuring business excellence, vol. 11, pp. 30-40.