keselamatan kerja

32
PENGAMATAN PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. TIGAPUTRA ABADIPERKASA PUBALINGGA Disusun oleh Roch. Adi Wibowo B0A011035 Muthia Raidha B0A013015 Andi Helmi Abdillah B0A013029 Dian Malamsari B0A013033 Iqbal Rona Fatkana B0A013053 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

description

mata kuliah kesehatan keselamatan kerja

Transcript of keselamatan kerja

Page 1: keselamatan kerja

PENGAMATAN PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. TIGAPUTRA

ABADIPERKASA PUBALINGGA

Disusun oleh Roch. Adi Wibowo B0A011035Muthia Raidha B0A013015Andi Helmi Abdillah B0A013029Dian Malamsari B0A013033Iqbal Rona Fatkana B0A013053

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS BIOLOGI

PROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Page 2: keselamatan kerja

PURWOKERTO

2015

Page 3: keselamatan kerja

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangKesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah

satu  persyaratan untuk meningkatkan produktifitas karyawan, disamping itu K3 adalah hak asasi setiap tenaga kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas Asean Free Trade Agement (AFTA) dan World Trade Organization (WTO) serta Asia Pasific Economic Community (APEC) yang akan berlaku tahun 2020, dan untuk memenangkan persaingan bebas ternyata kesehatan dan keselamatan kerja juga menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh industri di Indonesia. Dasar dari tujuan K3 adalah untuk menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja. Oleh karena itu K3 perlu diterapkan di semua tempat kerja. Namun kenyataanya penerapan K3 di perusahaan masih jauh dari yang diharapkan. Program-program K3 sering menempati prioritas yang rendah dan terahir bagi managemen perusahaan. Memang kesehatan dan keselamatan kerja bukanlah segala-galanya, namun tidak disadarinya bahwa tanpa kesehatan dan keselamatan kerja segalanya tidak berarti apa-apa.

Gambar 1. PT. Tigaputra Abadiperkasa Cabang Purbalingga

PT. Tigaputra Abadiperkasa merupakan salah satu perusahaan bulu mata yang memiliki kantor cabang di

Page 4: keselamatan kerja

Purbalingga dan kantor pusat di Kelapa Gading Jakarta Utara. Produk bulu mata yang dihasilkan dari perusahaan ini diantaranya bulu mata rambut sintesi, bulu mata individual, bulu mata pesta, dan bulu mata ekstensi. Dalam hal memproduksi bulu mata perusahaan ini melibatkan bahan kimia, dan suhu yang panas serta alat-alat modern yang membantu menghasilkan bulu mata. Sehingga dalam memproduksinya, perusahaan ini tetap menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja untuk para pekerjanya. Walaupun sebagian besar cara produksinya masih memakai cara tradisional (manual). Kesejahteraan baik jasmani dan rohani bagi pekerja tetap menjadi yang utama yang diterapkan di perusahaan ini.

1.2Rumusan Masalah1. Bagaimana proses produksi/kegiatan yang dilakukan di PT.

Tigaputra Abadiperkasa.2. Apa saja faktor-faktor yang dapat membahayakan pekerja

dalam memproduksi bulu mata palsu di PT. Tiga Abadiperkasa.

3. Bagaimana penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Tigaputra Abadiperkasa.

1.3Tujuan1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang gambaran umum

dan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam suatu perusahaan.

2. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab dan upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dalam suatu perusahaan.

3. Mahasiswa dapat mengetahui hambatan–hambatan yang terjadi pada perusahaan dalam menerapkan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam suatu perusahaan.

1.4Manfaat

Page 5: keselamatan kerja

1. Mahasiswa memperoleh pengalaman belajar tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diterapkan oleh perusahaan.

2. Mahasiswa memperoleh pemahaman mengenai penyebab dan upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dalam suatu perusahaan.

3. Mahasiswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam suatu perusahaan.

Page 6: keselamatan kerja

BAB IITEKNIK PENGUMPULAN DATA

2.1 Observasi LangsungMenurut Arikunto (2002) observasi adalah metode

pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi yang mereka dapat pada saat melakukan pengamatan. Pada penelitian ini observasi yang dilakukan adalah pengamatan langsung dan dokumentasi yang mengacu pada instrumen pengamatan. Observasi di perusahaan ini dilakukan untuk memperoleh data yang tidak dapat diperoleh melalu kuesioner atau pun wawancara. Observasi pada pengamatan ini dilakukan secara langsung dan dokumentasi yang mengacu pada instrumen pengamatan pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Tigaputa Abadiperkasa.

2.2 WawancaraMenurut Arikunto (2002), wawancara dilakukan untuk

mengetahui keadaan seseorang dan mencari informasi mengenai suatu permasalahan. Tipe wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan wawancara bebas tetapi juga mengingat data apa saja yang akan dikumpulkan. Dalam melaksanakan wawancara, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar dari hal-hal yang akan ditanyakan.

2.3 Kepustakaan Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan

mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir,1988). Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat

Page 7: keselamatan kerja

diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetakmaupunelektroniklain.

Page 8: keselamatan kerja

BAB IIIHASIL PRAKTIKUM

3.1. Proses Produksi/Kegiatan yang dilakukan di PT. Tigaputra AbadiperkasaProses pembuatan bulu mata palsu di PT. Tigaputra

Abadiperkasa antara lain adalah sebagai berikut:1. Kriting : merangkai rambut dengan hak pengail sampai

membentuk rangkaian rambut diantara benang/senar.

2. Gosok : menggosok bulu mata supaya rapih. Dalam menggosok ini digunakan alat setrika untuk membantu merapihkan bulu mata.

3. Gulung : menggulung bulu mata dengan rol aluminium dilapisi kertas khusus supaya ada kelentikan pada proses oven.

Page 9: keselamatan kerja

4. Oven : proses pemanasan setelah di gulung sebelum masuk oven direbus terlebih dahulu beberapa saat selanjutnya dimasukkan oven antara 1–1,5 jam dengan panas ±100-1500C.

Tempat bulu mata dioven setelah dilakukan perebusan

5. Buka oven dan potong bentuk : proses pengguntingan bulu mata dengan mall standar S/M/L.

6. Gunting/cutting : pengguntingan ujung rambut supaya mempunyai style yang runcing dan berbeda-beda tiap ujung-ujungnya.

Page 10: keselamatan kerja

7. Proses tekuk dan lem bulu mata untuk persiapan pemasangan di PL/tempat bulu mata.

8. Pasang : pemasangan bulu mutu pada tempat khusus/PL yang sudah disiapkan.

9. Packing : memasukan bulu mata pada kemasan/inner box/cassing untuk selanjutnya dimasukkan kemaster box yang akan dikirim.

10. Siap angkut ke armada transportasi untuk dibawa kelokasi export/pelabuhan tanjung priok dengan pengiriman sistem FOB (Free On Board).

Page 11: keselamatan kerja
Page 12: keselamatan kerja

3.2. Faktor - faktor BahayaTerjadinya Kecelakaan kerja yang mengakibatkan luka-luka

ataupun cacat berdasarkan penelitian dan pengalaman merupakan akibat dari berbagai faktor sebagai berikut (Bennet, 1985) :

1. Faktor Fisik Bunyi dan getaran yang bisa menyebabkan ketulian

dan pekak baik sementara maupun permanen. Suhu ruang kerja. Suhu yang tinggi menyebabkan

hiperprexia,heat stroke, dan heat cramps (keadaan panas badan yang tinggi suhunya). Sedangkan suhu yang rendah dapat menyebabkan kekakuan dan peradangan.

Radiasi sinar rontgen atau sinar-sinar radioaktif menyebabkan kelainan pada kulit, mata, dan bahkan susunan darah.

Berdasarkan pengamatan PT. Tigaputra Abadiperkasa, perusahaan hanya memiliki faktor-faktor bahaya dalam bentuk faktor fisik. Karena hampir semua perlakuan dalam proses produksinya dilakukan dengan cara tradisional (manual). Faktor-faktor yang memungkinkan dapat muncul adalah luka sobek ditangan, tangan yang terluka akibat terkena panasnya setrika yang digunakan untuk menggosok bulu mata. Pada umumnya alat-alat yang digunakan dalam produksi bulu mata diperusahaan ini antara lain sisir, gunting, dan setrika. Sehingga faktor-faktor bahaya dalam bentuk fisik kemungkinan dapat terjadi yang disebabkan alat-alat tersebut.

2. Faktor Kimia Debu dan serbuk menyebabkan terganggunya saluran

pernafasan. Kabut dari racun serangga yang menimbulkan

keracunan.

Page 13: keselamatan kerja

Gas, sebagai contoh keracunan gas karbonmonoksida, sulfur, dan sebagainya.

Uap, menyebabkan keracunan dan penyakit kulit. Cairan beracun.

3. Faktor Biologis Tumbuh-tumbuhan yang beracun atau menimbulkan

alergi; Penyakit yang disebabkan oleh hewan-hewan di

tempat kerja, misal penyakit antrax atau brucella di perusahaan penyamakan kulit.

Tidak ada faktor bahaya biologis yang berpotensi membahayakan pekerja di PT. Tigaputra Abadiperkasa. Hal ini disebabkan karena tidak adanya tumbuhan-tumbuhan yang beracun yang dapat menimbulkan alergi dan penyakit yang disebabkan oleh hewan ditempat kerja yang berada di lingkungan kantor PT. Tigaputra Abadiperkasa. Sangat kecil kemungkinan kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor bahaya biologi yang terjadi di perusahaan ini.

4. Faktor Fisiologis Konstruksi mesin atau peralatan yang tidak sesuai

dengan mekanisme tubuh manusia. Sikap kerja yang menyebabkan keletihan dan kelainan

fisik. Cara bekerja yang membosankan atau titik jenuh

tinggi.Faktor keletihan dan titik jenuh tinggi yang memungkinkan

terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan ini. Karena faktor keletihan dan titik jenuh tinggi dapat menyebabkan kurang konsentrasi dan ketelitian dalam proses produksi bulu mata di PT. Tigaputra Abadiperkasa.

5. Golongan Psikologis Proses kerja yang rutin dan membosankan;

Page 14: keselamatan kerja

Hubungan kerja yang tidak harmonis antar karyawan tau terlalu menekan atau sangat menuntut.

Suasana kerja yang kurang aman. Psikologis terkait proses kerja rutin dan membosankan juga

dapat mempengaruhi psikis pekerja itu sendiri yang dapat menjadi faktor bahaya dalam bekerja. Namun di PT. Tigaputra Abadiperkasa ini belum ada pekerja yang mengalami kecelakaan kerja karena adanya gangguan psikologis pekerja itu sendiri. 3.3. Faktor - faktor Potensi Bahaya

Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan

yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan

merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang

mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau

berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut

menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi

kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan

pabrik.

Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan,

ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan

dekat dengan pekerja, pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang

rusak, peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti helm dan gudang

yang kurang baik. Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya

diklasifikasikan seperti latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan

keselamatan, mengoperasikan pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin

atasan, memakai kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain. Dari hasil

analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun

kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja. Keselamatan dapat

dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum,

pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan keselamatan.

Page 15: keselamatan kerja

BAB IVSISTEM PENGELOLAAN K3

4.1 SOP (Standart Operating Procedure) PT. Tigaputra AbadiperkasaDalam Sistem Manajemen K3 menurut OHSAS 18001

adalah perencanaan (planning/SOP). OHSAS 18001 mewajibkan organisasi atau suaut perusahaan/industri/ untuk membuat prosedur perencanaan yang baik. Tanpa perencanaan, sistem hasil tidak optimal. Perencanaan ini merupakan tidak lanjut dan penjabaran kebijakan K3 yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak dengan mempertimbangkan hasil audit yang pernah dilakukan dan masukan dari berbagai pihak termasuk hasil pengukuran kinerja K3. Hasil dari perencanaan ini selanjutnya menjadi masukan dalam pelaksanaan dan operasional K3.Perencanaan K3 yang baik, dimulai dengan melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penentuan pengendaliannya. Dalam melakukan hal tersebut, harus diperimbangkan berbagai persyaratan perundangan K3 yang berlaku bagi organisasi serta persyartan lainnya seperti standar, kode, atau pedoman industri yang terkait atau berlaku bagi organisasi. Dari hasil perencanaan tersebut, ditetapkan objektif K3 yang akan dicapai serta program kerja untuk mencapai objektif yang telah ditetapkan tersebut. Penyuluhan K3 ke semua karyawan, pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok di dalam organisasi perusahaan. Fungsinya memproses individu dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari pelatihan. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya:

a) Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala dan khusus),

Page 16: keselamatan kerja

b) Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja,c) Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan

keadaan darurat,d) Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi

kesehatan,e) Pengobatan pekerja yang menderita sakit,f) Menciptakan lingkungan kerja yang hygienis secara

teratur, melalui monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada,

g) Melaksanakan biological monitoring (pemantauan biologi)h) Melaksanakan survey kesehatan pekerja

Sedangkan Standart Operating Procedure (SOP) di PT. Tigaputra Adiperkasa pada dasarnya tidak memiliki SOP secara tertulis, melainkan secara lisan terutama pada proses produksi bulu mata. Hal ini dikarenakan kecekelakaan dalam proses produksi sangat kecil, proses pembuatan bulu mata pada umummya menggunakan keterampilan pekerja (manual) dengan lebih sedikit menggunakan mesin. Menurut Heri Tamtomo selaku HRD (Human Resources Development) PT. Tigaputra Abadiperkasa, SOP hanya di buat secara tertulis untuk proses pengiriman barang. SOP proses pembuatan bulu mata disampaikan secara lisan oleh pimpinan produksi kepada kepala bagian produksi sebelum melakukan proses produksi yang nantinya di sampaikan kepada para pekerja. Sedangkan untuk SOP pengelolaan K3 di PT. Tigaputra Abadiperkasa tidak menyediakan layanan tertulis agar dibaca oleh pekerja melainkan dalam bentuk lisan. Hal ini dilakukan oleh perusahaan tersebut karena minim nya kemungkinan kecelelakaan kerja pada proses produksi bulu mata itu sendiri.

4.2 Media Komunikasi PT. Tigaputra AbadiperkasaMedia komunikasi di PT. Tigaputra Abadiperkasa dibuat

untuk mengenalkan pada publik tentang profil dan proses

Page 17: keselamatan kerja

produksi dari PT. Tigaputra Abadiputra. Media komunikasi dari PT. Tigaputra Abadiperkasa berupa website (http://www.tigaputra.com/). Media komunikasi ini diperuntukan untuk masyarakat untuk melihat apa saja yang diproduksi oleh PT. Tigaputra Abadiperkasa. Pelaksanaan Sistem Manajemen K3 di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatana dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dalam menerapkan SMK3, setiap perusahaan wajib menyediakan media komunikasi guna menerapkan K3 pada suatu perusahaan. Sedangkan media komunikasi untuk pengelolaan K3 diperusahaan ini berupa dalam bentuk poster yang ditempel disekitaran perusahaan dan secara lisan (verbal). Di PT. Tigaputra Abadiperkasa ini juga tidak memiliki penetapan kebijakan K3 secara tertulis. Hal ini diakibatkan karena proses produksi yang tidak melibatkan kerja mesin yang berbahaya dan situasi-situasi berbahaya yang mengakibatkan perusahaan ini tidak membuat penetapan kebijakan K3 dalam bentuk tertulis maupun media komunikasi lainnya.

Page 18: keselamatan kerja

BAB V

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

5.1 PembahasanSafe adalah aman atau selamat. Safety menurut kamus

besar tata bahasa Indonesia yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah mutu suatu keadaan aman atau kebebasan dari bahaya dan kecelakaan.Keselamatan kerja atau safety adalah suatu usaha untuk menciptakan keadaan lingkungan kerja yang aman bebas dari kecelakaan Kecelakaan adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan atau tidak disengaja serta tiba-tiba dan menimbulkan kerugian, baik harta maupun jiwa manusia. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja atau sedang melakukan pekerjaan disuatu tempat kerja.

Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya.K3 atau Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja. Namun patut disayangkan tidak semua perusahaan memahami arti pentingnya K3 dan bagaimana mengimplementasikannya dalam lingkungan perusahaan.

Page 19: keselamatan kerja

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.

Kerugian yang langsung yang nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan biaya tak langsung yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu kerja. Jumlah kerugian materi yang timbul akibat kecelakaan kerja sangat besar. Tentu saja perusahaan-perusahaan tersebut tidak tinggal diam dalam menghadapi angka kecelakaan yang begitu besar. Perusahaan-perusahaan banyak mengeluarkan dana setiap tahun untuk meningkatkan keselamatan di lingkungan perusahaan agar angka kecelakaan kerja yang tinggi bisa diatasi. Dana yang besar tersebut digunakan terutama untuk menambah alat-alat keselamatan kerja (alat pemadam kebakaran, rambu-rambu, dll), memperbaiki proses produksi agar lebih aman dan meningkatkan sistem manajemen keselamatan kerja secara keseluruhan. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada suatu

perusahaan yaitu:1) Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.2) Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu

pekerjaan.3) Mencegah/ mengurangi kematian.4) Mencegah/mengurangi cacat tetap.

Page 20: keselamatan kerja

5) Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, instalasi dan lain sebagainya.

6) Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin kehidupan produktifnya.

7) Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumbersumber produksi lainnya.

8) Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja.

9) Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industri serta pembangunan

Keadaan tidak amandari lingkungan kerja (unsafecondition)Mesin-mesin yang rusak tidak diberi pengamanan,

kontruksi kurang aman, bising dan alat-alat kerja yang kurang baik dan rusak. Selain itu lingkungan kerja yang tidak aman bagi manusia (becek atau licin, ventilasi atau pertukaran udara , bising atau suara-suara keras, suhu tempat kerja, tata ruang kerja/ kebersihan dan lain-lain).

Alat-alat pelindung kesehatan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaanAlat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan

oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir. Kegunaannya melindungi kepala terhadap bahaya listrik, mekanik, kimia, panas dll. Terbuat dari

Page 21: keselamatan kerja

bahan polyethylene, plastik, katun, aluminium dan bahan sintetis lainnya. Contohnya:

a. Pelindung wajah dan mata.b. Topi Pengaman (helmet), melindungi kepala dari

kemungkinan benturan atau pukulan dan kejatuhan benda.c. Pelindung Mata

Kegunaannya melindungi mata dari loncatan bunga api, loncatan benda benda kerja, percikan bahan kimia dan sinar yang bersifat keras.

d. Pelindung telingaMemiliki kegunaan melindungi pendengaran petugas dari suara keras yang melampaui batas kekuatan pendengar dengan spesifikasi sesuai tempat kerja. Pelindung telinga ini biasanya terbuat dari karet.

e. Pelindung KakiKegunaannya melindungi kaki terhadap bahaya listrik, mekanik, kimia, panas, dll. Dengan spesifikasi daya sekat 1–6 kV, 6–20 kV dan terbuat dari bahan karet, kulit, kanvas, dan bahan sintesis lainnya.

f. Pelindung TanganKegunaannya melindungi tangan terhadap bahaya listrik, mekanik, kimia, panas dll , dengan spesifikasi daya sekat l.000 Volt, I-6 kV, 6 kV. Terbuat dari bahan katun, nilon, kanvas, kufit, karet, lapisan asbes dan bahan sintetis lainnya dan memiliki ukuran pendek dan panjang.

g. Pakaian PelindungKegunaannya melindungi badan terhadap bahaya listrik, mekanik, kimia, panas dll. Dengan spesifikasi besar (LL), besar (L), sedang (M) dan kecil (S) yang terbuat dari bahan katun, karet, neoprene, polveethane, campuran/lapisan sabes, timah hitam dan bahan sintesis lainya. Pakaian kerja

Page 22: keselamatan kerja

harus dianggap sebagai alat pelindung diri. Pakaian tenaga kerja pria yang melayani mesin harus sesuai dengan pekerjaanya. Pakaian kerja wanitasebaiknya berbentuk celana panjang,baju yang pas,tutup rambut dan tidak memakai perhiasan-perhiasan.Pakaian kerja khusus untuk pekerjaan dengan sumber bahaya tertentu seperti :

Terhadap radiasi panas, pakaian yang berbahan bisa merefleksikanpanas, biasanya aluminium dan berkilat.

Terhadap radiasi mengion, pakaian dilapisi timbal (timah hitam).

Terhadap cairan dan bahan-bahan kimiawi, pakaian terbuat dari plastik atau karet.

Peran K3 Terhadap Upaya Kesehatan MasyarakatPeran tenaga kesehatan dalam menangani korban

kecelakaan kerja adalah menjadi melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

Page 23: keselamatan kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal.

Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat saling berkaitan. Pekerja yang menderita gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja cenderung lebih mudah mengalami kecelakaan kerja. Menengok ke negara-negara maju, penanganan kesehatan pekerja sudah sangat serius. Mereka sangat menyadari bahwa kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau negara akibat suatu kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja sangat besar dan dapat ditekan dengan upaya-upaya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja.

Di negara maju banyak pakar tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan banyak buku serta hasil penelitian yang berkaitan dengan kesehatan tenaga kerja yang telah diterbitkan. Di era globalisasi ini kita harus mengikuti trend yang ada di negara maju. Dalam hal penanganan kesehatan pekerja, kitapun harus mengikuti standar internasional agar industri kita tetap dapat ikut bersaing di pasar global. Dengan berbagai alasan tersebut rumah sakit pekerja merupakan hal yang sangat

Page 24: keselamatan kerja

strategis. Ditinjau dari segi apapun niscaya akan menguntungkan baik bagi perkembangan ilmu, bagi tenaga kerja, dan bagi kepentingan (ekonomi) nasional serta untuk menghadapi persaingan global.

Diharapkan di setiap kawasan industri akan berdiri rumah sakit pekerja sehingga hampir semua pekerja mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif. Setelah itu perlu adanya rumah sakit pekerja sebagai pusat rujukan nasional. Sudah barang tentu hal ini juga harus didukung dengan meluluskan spesialis kedokteran okupasi yang lebih banyak lagi.

Page 25: keselamatan kerja

5.2 KesimpulanBerdasarkan pengamatan PT. Tigaputra

Adiperkasa,perusahaan hanya memiliki faktor-faktor bahaya dalam bentuk faktor fisik, dan factor kimiawi. Karena hampir semua perlakuan dalam proses produksinya dilakukan dengan cara tradisional (manual). Faktor-faktor yang memungkinkan dapat muncul adalah luka sobek ditangan, tangan yang terluka akibat terkena panasnya setrika yang digunakan untuk menggosok bulu mata. Pada umumnya alat-alat yang digunakan dalam produksi bulu mata diperusahaan ini antara lain sisir, gunting, dan setrika. Sehingga faktor-faktor bahaya dalam bentuk fisik kemungkinan dapat terjadi yang disebabkan alat-alat tersebut. Namun pada setiap ruangan sudah tersedia kotak P3K sehingga kami rasa sudah baik. Untuk factor kimia para pekerja sudah sesuai prosedur K3 dengan menggunakan masker, sarum tangan , dan sepatu boot .Dari observasi yang kami lakukan untuk ketentuan K3 pada perusahaan sudah baik dan sesuai standar suatu perusahaan.

Page 26: keselamatan kerja

DAFTAR PUSTAKA

Bamsiswayo, Bambang. 1996. IPS Ekonomi Kelas I. Malang : IKIP Malang

Benner. J. 1985. Buku Saku Kesehatan Kerja. Edisi 3. Penerbit EGC            Cetakan I. Jakarta.

Ferdinan Siahaan.2005. Hubungan Sikap Pekerja Terhadap Penerapan Program K3 dengan Komitmen Pekerja. USU Respositori.

Kindarto, Hartatik. 2004. IPS Ekonomi Kelas IX. Mojokerto : CV Sinar Mulya Pustaka

M. Nazir,2003. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia, Cet. Ke-5. Hal 27.

Nanang Fattah. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Rosdakarya.

Notoatmodjo, Prof.Dr. Soekidjo.2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo S, 2004 Pengantar Pendidikan Kesehatan dan IlmuPrilaku Kesehatan. Andi Offset, Yogyakarta

Silalahi, Bennett N.B. [Dan] Silalahi, Rumondang. 1991. Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. [S.L] :Pustaka Binaman Pressindo.

Suradjiman, Toweula, Cristian. 1997. Ekonomi 2. Jakarta : Depdikbud.

Suma'mur .1991. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja: Jakarta