Kerajaan pajajaran
-
Upload
aruni-chaerunisa -
Category
Education
-
view
685 -
download
6
Transcript of Kerajaan pajajaran
Kerajaan Padjadjaran
Oleh :Adindha Maharani Putri P.
Aruni Chaerunisa
Penjelasan umum
Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan
Pajajaran (Bogor) di Jawa Barat yang terletak di Parahyangan (Sunda). Kata Pakuan sendiri berasal dari kata Pakuwuan yang
berarti kota. Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini
didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam Prasasti Sanghyang Tapak (1030 M) di kampung
Pangcalikan dan Bantarmuncang, tepi Sungai Cicatih, Cibadak, Suka Bumi.
Letak
Lokasi pusat dari Pajajaran terletak antara Sungai Besar dengan Sungai
Tangerang (disebut juga Ciliwung dan Cisadane) yang sejajar. Lokasi Pakuan merupakan lahan dataran tinggi yang
satu sisinya terbuka menghadap ke arah Gunung Pangrango. Tebing Ciliwung,
Cisadane dan Cipaku merupakan pelindung alamiah.
Awal BerdirinyaPada masa kejatuhan Prabu Kertabumi (Brawijaya V),mengalir pengungsi dari kerabat Kerajaan Majapahit ke ibukota Kerajaan Galuh di Kawali, Kuningan, Jawa Barat. Raden Baribin, salah seorang saudara Prabu Kertabumi termasuk di antaranya. Selain diterima dengan damai oleh Raja Dewa Niskala ia bahkan dinikahkan dengan Ratna Ayu Kirana salah seorang putri Raja Dewa Niskala. Tak sampai di situ saja, sang Raja juga menikah dengan salah satu keluarga pengungsi yang ada dalam rombongan Raden Barinbin. Pernikahan Dewa Niskala itu mengundang kemarahan Raja Susuktunggal dari Kerajaan Sunda. Dewa Niskala dianggap telah melanggar aturan yang seharusnya ditaati. Aturan itu keluar sejak “Peristiwa Bubat” yang menyebutkan bahwa orang Sunda-Galuh dilarang menikah dengan keturunan dari Majapahit.
Nyaris terjadi peperangan di antara dua raja yang sebenarnya adalah besan (Jayadewata, putra raja Dewa Niskala adalah menantu dari Raja Susuktunggal.)Untungnya, kemudian dewan penasehat berhasil mendamaikan keduanya dengan keputusan: dua raja itu harus turun dari tahta dan menyerahkan tahta kepada putera mahkota yang ditunjuk. Dewa Niskala menunjuk Jayadewata, anaknya, sebagai penerus kekuasaan. Prabu Susuktunggal pun menunjuk nama yang sama. Demikianlah, akhirnya Jayadewata menyatukan dua kerajaan itu. Jayadewata yang kemudian bergelar Sri Baduga Maharaja mulai memerintah di Pakuan Pajajaran pada tahun 1482.
Kehidupan PolitikSelama pemerintahan Kerajaan Pajajaran pernah dipimpin oleh enam raja.• Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi)(1482-1521)• Surawisesa (1521-1535)• Ratu Dewata (1535-1543)• Ratu Sakti (1543-1551)• Ratu Nilakendra (1551-1567)Mereka semua memerintah Kerajaan Pajajaran di daerah Pakuan, dan Ratu Nilakendra adalah raja terakhir yang meninggalkan wilayah Pakuan. Sebab, pada saat itu Kerajaan Pajajaran diserang oleh Sultan Hasanuddin.• Raga Mulya (Prabu Surya Kencana) (1567-1579) Setelah jatuhnya pemerintahan di Pakuan, kerajaan Pajajaran mengalihkan pusat kekuasaannya di wilayah Pandeglang. Di Pandeglang, Pajajaran dipimpin oleh seorang raja bernama Raga Mulya. Dan Raga Mulya ini merupakan raja terakhir di kerajaan Pajajaran yang memerintah pada tahun 1567-1579) dan dikenal juga sebagai Prabu Surya Kencana.
Kehidupan Sosial-BudayaKehidupan sosial masyarakat Sunda dan Pakwan Pajajaran secara garis besar
dapat digolongkan ke dalam golongan seniman, peladang (pecocok tanam), pedagang. Dari bukti-bukti sejarah diketahui, umumnya masyarakat Pajajaran hidup dari hasil perladangan. Seperti masyarakat Tarumanagara dan Galuh, mereka umumnya selalu berpindah-pindah. Hal ini berpengaruh pada bentuk rumah tempat tinggal mereka yang sederhana. Dalam hal tenaga kerja, yang menjadi anggota militer diambil dari rakyat jelata dan sebagian anak bangsawan. Mereka dibiayai oleh Negara.
Kehidupan budaya masyarakat Pajajaran sangat di pengaruhi oleh agama Hindu. Peninggalan-peninggalannya berupa kitab Cerita Parahyangan dan kitab Sangyang Siksakanda, prasasti-prasasti, dan jenis-jenis batik.
Kehidupan EkonomiDalam bidang ekonomi, Kerajaan Sunda dan Pajajaran telah lebih maju dari masa
Tarumanagara. Kerajaan Sunda-Pajajaran memiliki setidaknya enam pelabuhan penting: Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa, dan Cimanuk. Setiap pelabuhan ini dikepalai oleh seorang syahbandar yang bertanggung jawab kepada raja. Para syahbandar ini bertindak sebagai wakil raja di pelabuhan-pelabuhan yang dikuasainya, sekaligus menarik pajak dari para pedagang yang ingin berjualan di daerah ini pajak tersebut berupa kiriman upeti berwujud barang dagangan yang mahal atau uang. Dalam hal transportasi air, selain melalui laut, dilakukan pula melalui sungai-sungai besar seperi Citarum dan Cimanuk, sebagai jalur perairan dalam negeri.
Melalui pelabuhan ini, Pajajaran melakukan aktifitas perdagangan dengan negara lain. Dalam berbagai peninggalan sejarah diketahui, masyarakat Pajajaran telah berlayar hingga ke Malaka bahkan ke Kepulauan Maladewa yang kecil di sebelah selatan India. Barang-barang dagangan mereka umumnya bahan makanan dan lada. Di samping itu, ada jenis bahan pakaian yang didatangkan dari Kambay (India). Sementara mata uang yang dipakai sebagai alat tukar adalah mata uang Cina.
Sumber HukumSumber hukum dari Kerajaan Pajajaran adalah Sanghiyang Siksa Kanda ng Karesian danSéwaka Darma yang merupakan ajaran berdasarkan pengetahuan dan pengalaman para leluhur serta disampaikan secara lisan dan tulisan dari satu generasi ke generasi berikutnya.Sanghyang Siksa Kanda ng Karesian membicarakan perbuatan-perbuatan manusia yang salah, yaitu catur buta (empat hal yang mengerikan), antara lain burangkak, marende, mariris dan wirang.Sedangkan salah satu ajaran dari Séwaka Darma (abad ke-16) tertulis dalam bentuk puisi pada Kropak 408 di bawah ini :Ini kawih panyaraman, pikawiheun ubar keueung, ngaranna pangwereg darma, ngawangun rasa sorangan, awakaneun sang sisya, nu huning Séwaka Darma (Inilah Kidung nasihat, untuk dikawihkan sebagai obat rasa takut, namanya penggerak darma, untuk membangun rasa pribadi, untuk diamalkan sang siswa, yang paham Sewaka Darma).
Masa KejayaanKerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa keemasan. Alasan ini pula yang banyak diingat dan dituturkan masyarakat Jawa Barat, seolah-olah Sri Baduga atau Siliwangi adalah Raja yang tak pernah purna, senantiasa hidup abadi dihati dan pikiran masyarakat.Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek kehidupan. Tentang pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan.
Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; • Membuat talaga besar yang bernama maharena wijaya, • Membuat jalan yang menuju ke ibukota pakuan dan wanagiri.• Memperteguh (pertahanan) ibu kota, • Memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan
pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat.
• Kemudian membuat kabinihajian (kaputren), kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (bermacam-macam formasi tempur), pamingtonan (tempat pertunjukan),
• Memperkuat angkatan perang, • Mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan
menyusun undang-undang kerajaan
Masa KeruntuhanKerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda
lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana
Yusuf.
Peninggalan-peninggalan
Prasasti Sanghyang Tapak
Prasasti Batu Tulis
Prasasti Cikapundung
Prasasti Huludayeuh
Prasasti Perjanjian
Sunda-Portugis
Prasasti Rakyan Juru Pangambat
Prasasti Astana Gede
Taman Perburuan / Kebun Raya
Bogor
Kitab Carita Kidung SundayaMenceritakan tentang
kekalahan pasukan Pajajaran dalam
pertempuran Bubat (Majapahit) dan kekalahan
Sri Baduga Maharaja beserta Putrinya
Kitab Cerita Parahyangan
Menceritakan tentang pengganti
Raja Sri Baduga setelah perang
Bubat yakni Hyang Wuni Sora