Kerajaan pajajaran

20
Kerajaan Padjadjara n Oleh : Adindha Maharani Putri P. Aruni Chaerunisa

Transcript of Kerajaan pajajaran

Page 1: Kerajaan pajajaran

Kerajaan Padjadjaran

Oleh :Adindha Maharani Putri P.

Aruni Chaerunisa

Page 2: Kerajaan pajajaran

Penjelasan umum

Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan

Pajajaran (Bogor) di Jawa Barat yang terletak di Parahyangan (Sunda). Kata Pakuan sendiri berasal dari kata Pakuwuan yang

berarti kota. Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini

didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam Prasasti Sanghyang Tapak (1030 M) di kampung

Pangcalikan dan Bantarmuncang, tepi Sungai Cicatih, Cibadak, Suka Bumi.

Page 3: Kerajaan pajajaran

Letak

Lokasi pusat dari Pajajaran terletak antara Sungai Besar dengan Sungai

Tangerang (disebut juga Ciliwung dan Cisadane) yang sejajar. Lokasi Pakuan merupakan lahan dataran tinggi yang

satu sisinya terbuka menghadap ke arah Gunung Pangrango. Tebing Ciliwung,

Cisadane dan Cipaku merupakan pelindung alamiah.

Page 4: Kerajaan pajajaran

Awal BerdirinyaPada masa kejatuhan Prabu Kertabumi (Brawijaya V),mengalir pengungsi dari kerabat Kerajaan Majapahit ke ibukota Kerajaan Galuh di Kawali, Kuningan, Jawa Barat. Raden Baribin, salah seorang saudara Prabu Kertabumi termasuk di antaranya. Selain diterima dengan damai oleh Raja Dewa Niskala ia bahkan dinikahkan dengan Ratna Ayu Kirana salah seorang putri Raja Dewa Niskala. Tak sampai di situ saja, sang Raja juga menikah dengan salah satu keluarga pengungsi yang ada dalam rombongan Raden Barinbin. Pernikahan Dewa Niskala itu mengundang kemarahan Raja Susuktunggal dari Kerajaan Sunda. Dewa Niskala dianggap telah melanggar aturan yang seharusnya ditaati. Aturan itu keluar sejak “Peristiwa Bubat” yang menyebutkan bahwa orang Sunda-Galuh dilarang menikah dengan keturunan dari Majapahit.

Page 5: Kerajaan pajajaran

Nyaris terjadi peperangan di antara dua raja yang sebenarnya adalah besan (Jayadewata, putra raja Dewa Niskala adalah menantu dari Raja Susuktunggal.)Untungnya, kemudian dewan penasehat berhasil mendamaikan keduanya dengan keputusan: dua raja itu harus turun dari tahta dan menyerahkan tahta kepada putera mahkota yang ditunjuk. Dewa Niskala menunjuk Jayadewata, anaknya, sebagai penerus kekuasaan. Prabu Susuktunggal pun menunjuk nama yang sama. Demikianlah, akhirnya Jayadewata menyatukan dua kerajaan itu. Jayadewata yang kemudian bergelar Sri Baduga Maharaja mulai memerintah di Pakuan Pajajaran pada tahun 1482.

Page 6: Kerajaan pajajaran

Kehidupan PolitikSelama pemerintahan Kerajaan Pajajaran pernah dipimpin oleh enam raja.• Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi)(1482-1521)• Surawisesa (1521-1535)• Ratu Dewata (1535-1543)• Ratu Sakti (1543-1551)• Ratu Nilakendra (1551-1567)Mereka semua memerintah Kerajaan Pajajaran di daerah Pakuan, dan Ratu Nilakendra adalah raja terakhir yang meninggalkan wilayah Pakuan. Sebab, pada saat itu Kerajaan Pajajaran diserang oleh Sultan Hasanuddin.• Raga Mulya (Prabu Surya Kencana) (1567-1579) Setelah jatuhnya pemerintahan di Pakuan, kerajaan Pajajaran mengalihkan pusat kekuasaannya di wilayah Pandeglang. Di Pandeglang, Pajajaran dipimpin oleh seorang raja bernama Raga Mulya. Dan Raga Mulya ini merupakan raja terakhir di kerajaan Pajajaran yang memerintah pada tahun 1567-1579) dan dikenal juga sebagai Prabu Surya Kencana.

Page 7: Kerajaan pajajaran

Kehidupan Sosial-BudayaKehidupan sosial masyarakat Sunda dan Pakwan Pajajaran secara garis besar

dapat digolongkan ke dalam golongan seniman, peladang (pecocok tanam), pedagang. Dari bukti-bukti sejarah diketahui, umumnya masyarakat Pajajaran hidup dari hasil perladangan. Seperti masyarakat Tarumanagara dan Galuh, mereka umumnya selalu berpindah-pindah. Hal ini berpengaruh pada bentuk rumah tempat tinggal mereka yang sederhana. Dalam hal tenaga kerja, yang menjadi anggota militer diambil dari rakyat jelata dan sebagian anak bangsawan. Mereka dibiayai oleh Negara.

Kehidupan budaya masyarakat Pajajaran sangat di pengaruhi oleh agama Hindu. Peninggalan-peninggalannya berupa kitab Cerita Parahyangan dan kitab Sangyang Siksakanda, prasasti-prasasti, dan jenis-jenis batik.

Page 8: Kerajaan pajajaran

Kehidupan EkonomiDalam bidang ekonomi, Kerajaan Sunda dan Pajajaran telah lebih maju dari masa

Tarumanagara. Kerajaan Sunda-Pajajaran memiliki setidaknya enam pelabuhan penting: Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa, dan Cimanuk. Setiap pelabuhan ini dikepalai oleh seorang syahbandar yang bertanggung jawab kepada raja. Para syahbandar ini bertindak sebagai wakil raja di pelabuhan-pelabuhan yang dikuasainya, sekaligus menarik pajak dari para pedagang yang ingin berjualan di daerah ini pajak tersebut berupa kiriman upeti berwujud barang dagangan yang mahal atau uang. Dalam hal transportasi air, selain melalui laut, dilakukan pula melalui sungai-sungai besar seperi Citarum dan Cimanuk, sebagai jalur perairan dalam negeri.

Melalui pelabuhan ini, Pajajaran melakukan aktifitas perdagangan dengan negara lain. Dalam berbagai peninggalan sejarah diketahui, masyarakat Pajajaran telah berlayar hingga ke Malaka bahkan ke Kepulauan Maladewa yang kecil di sebelah selatan India. Barang-barang dagangan mereka umumnya bahan makanan dan lada. Di samping itu, ada jenis bahan pakaian yang didatangkan dari Kambay (India). Sementara mata uang yang dipakai sebagai alat tukar adalah mata uang Cina.

Page 9: Kerajaan pajajaran

Sumber HukumSumber hukum dari Kerajaan Pajajaran adalah Sanghiyang Siksa Kanda ng Karesian  danSéwaka Darma yang merupakan ajaran  berdasarkan pengetahuan dan pengalaman para leluhur serta disampaikan secara lisan dan tulisan dari satu generasi ke generasi berikutnya.Sanghyang Siksa Kanda ng Karesian membicarakan perbuatan-perbuatan manusia yang salah, yaitu catur buta (empat hal yang mengerikan), antara lain burangkak, marende, mariris dan wirang.Sedangkan salah satu ajaran dari Séwaka Darma (abad ke-16) tertulis dalam bentuk puisi pada Kropak 408 di bawah ini :Ini kawih panyaraman, pikawiheun ubar keueung, ngaranna pangwereg darma, ngawangun rasa sorangan, awakaneun sang sisya, nu huning Séwaka Darma (Inilah Kidung nasihat, untuk dikawihkan sebagai obat rasa takut, namanya penggerak darma, untuk membangun rasa pribadi, untuk diamalkan sang siswa, yang paham Sewaka Darma).

Page 10: Kerajaan pajajaran

Masa KejayaanKerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa keemasan. Alasan ini pula yang banyak diingat dan dituturkan masyarakat Jawa Barat, seolah-olah Sri Baduga atau Siliwangi adalah Raja yang tak pernah purna, senantiasa hidup abadi dihati dan pikiran masyarakat.Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek kehidupan. Tentang pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan.

Page 11: Kerajaan pajajaran

Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; • Membuat talaga besar yang bernama maharena wijaya, • Membuat jalan yang menuju ke ibukota pakuan dan wanagiri.• Memperteguh (pertahanan) ibu kota, • Memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan

pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat.

• Kemudian membuat kabinihajian (kaputren), kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (bermacam-macam formasi tempur), pamingtonan (tempat pertunjukan),

• Memperkuat angkatan perang, • Mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan

menyusun undang-undang kerajaan

Page 12: Kerajaan pajajaran

Masa KeruntuhanKerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda

lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana

Yusuf.

Page 13: Kerajaan pajajaran

Peninggalan-peninggalan

Page 14: Kerajaan pajajaran

Prasasti Sanghyang Tapak

Prasasti Batu Tulis

Page 16: Kerajaan pajajaran

Prasasti Perjanjian

Sunda-Portugis

Prasasti Rakyan Juru Pangambat

Page 17: Kerajaan pajajaran

Prasasti Astana Gede

Taman Perburuan / Kebun Raya

Bogor

Page 18: Kerajaan pajajaran

Kitab Carita Kidung SundayaMenceritakan tentang

kekalahan pasukan Pajajaran dalam

pertempuran Bubat (Majapahit) dan kekalahan

Sri Baduga Maharaja beserta Putrinya

Page 19: Kerajaan pajajaran

Kitab Cerita Parahyangan

Menceritakan tentang pengganti

Raja Sri Baduga setelah perang

Bubat yakni Hyang Wuni Sora

Page 20: Kerajaan pajajaran