KERACUNAN BAYGON
description
Transcript of KERACUNAN BAYGON
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN
INTOKSIKASI INSEKTISIDA FOSFAT ORGANIK (BAYGON)
DI RUANG PERAWATAN INTENSIF / ECU RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 16 – 20 DESEMBER 2002
Disusun Oleh :
SUBHAN
NIM 010030170 B
PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGA
SURABAYA
2002
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Intoksikasi IFO (Baygon)
Di Ruang ECU/RPI RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Tanggal 16 – 20 Desember 2002
Telah disyahkan dan disetujui sebagai laporan kasus pada Praktik Klinik
Keperawatan Gawat Darurat Program Profesi S.1 Ilmu Keperawatan
Surabaya, 20 Desember 2002,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
Tintin Sukartini, S.Kp Ns. Edi Yuwono, Skep
NIP. NIP. : 140338187
Mengetahui :
Kepala Ruangan
Mudjiastuti, SST
NIP. : 140072117
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN INTOKSIKASI INSEKTISIDA FOSFAT ORGANIK (IFO)
Pengertian umum :
Pestisida adalah semua yang dipakai untuk membasmi hama, antara lain terdiri dari :
1. Insektisida : Khusus untuk serangga
2. Rodentisida : Untuk membasmi tikus
3. Herbisida : Untuk membasmi tanaman pengganggu.
Dua macam insektisidayang paling banyak dipakai :
1. Insektisida hidrokarbon khorin (HK = Chlorida hydrocarbon)
2. Insektisida fosfat organik (IFO =organo phosphate insectiside)
Sifat-sifat IFO
Insektisida penghambat kholin esterase (cholinesterase inhibitor insecticide) merupakan insektisida poten yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Dapat menembus kulit yang normal, dapat diserap lewat paru dan saluran makanan, tidak berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti halnya golongan IHK.
Jenis-jenis IFO
1. Insektisida untuk dipakai dalam pertanian :
Tolly (Malathion) Parathion
Basudin Diazinon
Phosdrin Systox
2. Insektisida untuk keperluan rumah tangga
Mafu (DDVP = Dichiorvos) Baygon (DDVP + Propoxur)
Raid (DDVP + Propoxur) Startox (DDVP + Allethrin)
Shelltox (DDVP + Pyrethroid)
Pathogenesis
1. IFO bekerja dengan cara menghambat (inaktivasi) enzim asetil kholin esterase tubuh
(KhE).
2. Dalam keadaan normal, enzim KhE bekerja untuk menghidralisis Akh dengan jalan
mengadakan ikatan Akh-KhE yang bersifat inaktif.
3. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh ditempat-tempat tertentu, sehingga timbul
gejala-gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muskarinik,
nikotinik dan SSP (menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP).
Pada keracunan IFO, ikatan IFO-KhE menetap (Irreversible)
Pada keracunan carbamate : bersifat sementara (reversible)
Secara farmakologik efek Akh dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu :
1. Muskarinik terutama pada otot polos saluran pencernaan makanan, kelenjar ludah dan
keringat, pupil, bronkhus dan jantung.
2. Nikotinik, terutama pada otot-otot bergaris, bola mata, lidah, kelopak mata dan otot
pernapasan.
3. SSP, menimbulkan rasa nyeri kepala, perubahan emosi, kejang-kejang sampai koma.
Diagnosis
1. Gambaran klinik
Yang palig menonjol adalah hiperaktivitas kelenjar-kelenjar ludah/air mata/keringat/urine/saluran pencernaan makanan (disngkat dengan SLUD = Salivasi, Lakrimasi, Urinasi dan diare), kelainan visus dan kesukaran bernapas.
1. Keracunan ringan
- Anoriksia - Nyeri kepala - Rasa lemah
- Rasa takut - Tremor lidah - Tremor kelopak mata
- Pupil miosis
2. Keracunan sedang
- Nausea - Muntah-muntah - Kejang/keram perut.
- Hipersalivasi - Hiperhidrosis - Fasikulasi otot
- Bradikardi
3. Keracunan berat
- Diare - Pupil “pin-Point” - Reaksi cahaya (-)
- Sesak napas - Sianosos - Edema paru
- Inkonteinensia urine - Inkotinensia feses - Konvulsi
- Koma - Blokade jantung - Akhirnya meninggal
1. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan rutin tidak banyak menolong
2. Pemeriksaan khusus : pengukuran kadar kHE dalam sel darahmerah dan plasma, penting
untuk memastikan diagnosis keracunan akut maupun kronik (menurun sekian % dari
harga normal)
Keracunan akut : ringan 40 – 70 % N
Sedang 20 % N
Berat < 20 % N
Keracunan kronik : bila kadar KhE menurun sampai 25 – 50 %, setiap individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus segera disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kembali bila kadar KhE telah meningkat > 75 % N.
3. Pemeriksaan PA
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas, sering hanya ditemukan adanya edema paru, dilatasi kapiler dan hiperemi paru, otak dan organ-organ lain.
Pengobatan
1. Resusitasi
1. Bebaskan jalan napas
2. Napas buatan + O2, kalau perlu gunakan respirator pada kegagalan napas yang
berat.
3. Infus cairan kristaloid.
4. Hindari obat-obatan penekan SSP
2. Eliminasi
Emesis, katarsis, kumbah lambung, keramas rambut dan mandikan seluruh tubuh dengan sabun.
3. Antidotum
Atropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada pada tempat-tempat penumpukannya.
1. Mula-mula berikan bolus intra vena 1 – 2,5 mg, pada anak 0,05 mg/kg.
2. Dilanjutkan dengan 05 –1 mg setiap 5 – 10 menit sampai timbul gejala-gejala
atropinisasi (muka merah, mulut kering, takhikardi, midriasis, febris, psikosis.
Pada anak 0,02 – 0,05 mg/kg iv tiap 10 – 30 menit.
3. Selanjutnya setiap 2 – 4 – 6 dan 12 jam.
4. Pemberian SA dihentkan minimal 2 x 24 jam.
5. Penghentian SA yang mendadak dapat menimbulkan “rebound efect” berupa
edema paru/kegagalan pernapasan akut, sering fatal.
Timbulnya gejala-gejala atropinisasi yang lengkap, dapat dipakai sebagai petunjuk adanya keracunan atropin.
Reaktivator KhE bekerja dengan memotong ikatan IFO-KhE sehinggatimbul reaktivitas ensim KhE. Yang terkenal 2 PAM (pyrydin – 2 – aldoxime methiodide /methcloride = Pralidoxime = Protopam). Hanya bermanfaat pada keracunan IFO, kontra indikasi pada keracunan carbamate.
Dosis 1 gr iv perlahan-lahan (10 – 20 menit), diulang setelah 6 – 8 jam, hanya diberikan bila pemberian atropin telah adekuat. Pada anak-anak 25 – 50 mg/kg BB iv, maksimal 1 gr/hari, dapat diulang setelah 6 – 8 jam.
Prognosis
Pada umumnya baik, bila pengobatan belum terlambat, beberapa kesalahan pengobatan sering terjadi, berupa :
1. Resusitasi kurang baik dikerjakan.
2. Eliminasi racun kurang baik.
3. Dosis atropin kurang adekuat, atau terlalu cepat dihentikan.
Pengkajian Keperawatan
1. Tanda-tanda vital
o Distress pernapasan
o Sianosis
o Takipnoe
2. Neurologi
IFO menyebabkan tingkat toksisitas SSP lebih tinggi, efek-efeknya termasuk letargi, peka rangsangan, pusing, stupor & koma.
3. GI Tract
Iritasi mulut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan esofagus, mual dan muntah.
4. Kardiovaskuler
Disritmia.
5. Dermal
Iritasi kulit
6. Okuler
Luka bakar kurnea
7. Laboratorium
Eritrosit menurun
Proteinuria
Hematuria
Hipoplasi sumsum tulang
8. Diagnostik
Radiografi dada dasar/foto polos dada
Analisa gas darah, GDA, EKG.
Intervensi secara umum
Perawatan Suportif
1. Jalan nafas
2. Pernapasan
3. Sirkulasi
Pencegahan Absorbsi
1. Ipekak dianjurkan pada pasien dalam keadaan sadar dengan ingesti terhadap :
1. Distilat petroleum dalam jumlah yang besar
2. Distilat petroleum dengan adiktif toksik serius (logam berat, insektisida)
3. Hidrokarbon aromatik halogen.
2. Lakukan lavage pada pasien yang memerlukan dekontaminasi tetapi terlalu sakit
untuk diberikan ipekak
3. Arang obat
4. Katartik Saline
Pemantauan Jantung : pada pasien simptomatik
Tekanan Ekspirasi :
Akhir positif mungkin diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul
Diagnosa .1 :
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh secara tidak normal
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan
Kriteria evaluasi :
Keseimbangan cairan adekuat
o Tanda-tanda vital stabil
o Turgor kulit stabil
o Membran mukosa lembab
o Pengeluaran urine normal 1 – 2 cc/kg BB/jam
Intervensi :
1. Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan.
Rasional : Dokumentasi yang akurat dapat membantu dalam mengidentifikasi pengeluran dan penggantian cairan.
2. Monitor suhu kulit, palpasi denyut perifer.
Rasional : Kulit dingain dan lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk pengantian cairan tambahan.
3. Catat adanya mual, muntah, perdarahan
Rasional : Mual, muntah dan perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada hipordemia.
4. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan cairan (dehindrasi/hipovolemia).
5. Berikan cairan parinteral dengan kolaborasi dengan tim medis.
Rasional : Cairan parenteral dibutuhkan untuk mendukung volume cairan /mencegah hipotensi.
6. Kolaborasi dalam pemberian antiemetik
Rasional : Antiemetik dapat menghilangkan mual/muntah yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan pemasukan.
7. Berikan kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur.
Rasional : Pemasukan peroral bergantung kepada pengembalian fungsi gastrointestinal.
8. Pantau studi laboratorium (Hb, Ht).
Rasional : Sebagai indikator/volume sirkulasi dengan kehilanan cairan.
Diagnosa .2 :
Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas IFO, proses inflamasi.
Tujuan : Pola napas efektif
Kriteria Evaluasi :
o RR normal : 14 – 20 x/menit
o Jalan napas bersih, sputum tidak ada
Intervensi :
1. Pantau tingkat, irama pernapasan & suara napas serta pola pernapasan
Rasional : Efek IFO mendepresi SSP yang mungkin dapat mengakibatkan hilangnya kepatenan aliran udara atau depresi pernapasan, pengkajian yang berulang kali sangat penting karena kadar toksisitas mungkin berubah-ubah secara drastis.
2. Tinggikan kepala tempat tidur
Rasional : Menurunkan kemungkinan aspirasi, diagfragma bagian bawah untuk untuk menigkatkan inflasi paru.
3. Dorong untuk batuk/ nafas dalam
Rasional : Memudahkan ekspansi paru & mobilisasi sekresi untuk mengurangi resiko atelektasis/pneumonia.
4. Auskultasi suara napas
Rasional : Pasien beresiko atelektasis dihubungkan dengan hipoventilasi & pneumonia.
5. Berikan O2 jika dibutuhkan
Rasional : Hipoksia mungkin terjadi akibat depresi pernapasan
6. Kolaborasi untuk sinar X dada, GDA
Rasional : Memantau kemungkinan munculnya komplikasi sekunder seperti atelektasis/pneumonia, evaluasi kefektifan dari usaha pernapasan.
Diagnosa .3 :
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi, kesulitan dalam keterampilan koping menangani masalah pribadi.
Tujuan : Koping individu efektif, tidak terjadi kerusakan perilaku adaptif dalam pemecahan masalah.
Kriteria Evaluasi :
o Klien mampu mengungkapkan kesadaran tentang penyalahgunaan bahan
insektisida.
o Mampu menggunakan keterampilan koping dalam pemecahan masalah
o Mampu melakukan hubungan /interaksi sosial.
Intervensi :
1. Pastikan dengan apa pasien ingin disebut/dipanggil.
Rasional : Menunjukkan penghargaan dan hormat
2. Tentukan pemahaman situasi saat ini & metode koping
sebelumnya terhadap masalah kehidupan.
Rasional : Memberi informasi tentang derajar menyangkal, mengidentifikasi koping yang digunakan pada rencana perawatan saat ini
3. Tetap tidak bersikap tidak menghakimi
Rasional : Konfrontasi menyebabkan peningkatan agitasi yang menurunkan keamanan pasien.
4. Berikan umpan balik positif
Rasional : Umpan balik yang positif perlu untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan kesadaran diri dalam perilaku
5. Pertahankan harapan pasti bahwa pasien ikut serta dalam terapi
Rasional : Keikut sertaan dihubungkan dengan penerimaan kebutuhan terhadap bantuan, untuk bekerja.
6. Gunakan dukungan keluarga/teman sebaya untuk mendapatkan
cara-cara koping.
Rasional : Dengnan pemahaman dan dukungan dari keluarga /teman sebaya dapat membantu menngkatkan kesadaran.
7. Berikan informasi tentang efek meneguk insektisida
Rasional : Agar klien mengetahui efek samping yang berakibat fatal pada organ-organ vital bila menelan insektisida (baygon)
8. Bantu pasien untuk menggunakan keterampilan relaksasi
Rasional : Relaksasi adalah pengembangan cara baru menghadapi stress.
Diagnosa .4
Koping keluarga tidak efektif (tidak mampu) berhubungan dengan kerentanan pribadi anggota keluarga, krisis situasi, sosial.
Tujuan : Koping keluarga efektif.
Kriteria Evaluasi :
o Mengungkapkan pengertian dinamika saling tergantung dan partisipasi dalam
program individu dan keluarga.
o Mampu mengidentifikasi perilaku koping tidak efektif.
o Melakukanperubahan perilaku.
o Mendukung terhadap program pengobatan & perawatan keluarga.
Intervensi :
1. Kaji riwayat keluarga, gali masing-masing peran anggota keluarga
Rasional : Menentukan area untuk fokus, potensial perubahan.
2. Tentukan pemahaman situasi saat ini dan metode sebelumnya dari
koping dengan masalah kehidupan.
Rasional : Memberikan dasar informasi sebagai dasar perencanaan saat ini
3. Kaji tingkat situasi/fungsi saat ini dari anggota keluarga.
Rasional : Mempengaruhi kemampuan individu untuk mengatasi situasi.
4. Tentukan luasnya perilaku mampu yang dibuktikan oleh anggota
keluarga gali dengan individu dan pasien.
Rasional : Mampu adalah melakukan untuk pasien apa yang perlu untuk dirinya sendiri, individu ditolong dan tidak ingin merasa tidak tidak berdaya untuk menolong orang lain & megeluh perilaku yang sangat destruktif.
5. Berikan informasi faktual pada pasien dan keluarga tentang efek
perilaku penalahgunaan zat pada keluarga dan apa yang diharapkan
setelah pulang.
Rasional : Banyak orang atau pasien yang tidak sadar tentang sifat bahan insektisida
6. Dorong orang terdekat menyadari perasaan mereka sendiri dengan
melihat situasi dengan perspektif dan objektivitas.
Rasional : Bila anggota keluarga yang tergantung manjadi sadar tentang tindakan mereka sendiri yang secara terus-menerus ada masalah, mereka perlu untuk memutuskan untuk mengubah diri mereka. Bila meeka berubah pasien dapat menghadapi konsekuensi tindakan pasien sendiri dan dapat memilih untuk mendapatkan yang baik.
7. Kaji perasaan yang menimbulkan konflik individu.
Rasional : Bermanfaat dalam membuat kebutuhan terapi untuk individu yang tergantung.
Diagnosa .5 :
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis,kebutuhan pengobatan dan efek samping penggunaan obat zat insektisida berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien mempunyai pengathuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan dan efek samping penggunaan zat insektisida.
Kriteria Evaluasi :
o Dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya sendiri dan rencana
pengobatan.
o Berpartisipasi dalam program pengoabatan.
o Perubahan perilaku untuk tidak melakukannya lagi.
Intervensi :
1. Sadari dan hadapi ansietas pasien dan anggota keluarga.
Rasional : Ansietas dapat mempengaruhi kemampuan mendegar dan mengasimilasi informasi.
2. Berikan peran aktif untuk pasien dalam proses belajar.
Rasional : Belajar dapat ditingkatkan bila individu secara aktif terlibat.
3. Berikan informasi tertulis dan verbal untuk indikasi.
Rasional : Membantu pasien membuat pilihan berdasarkan informasi tentang masa depan yang bermanfaat untuk pendekatan terapi lain.
4. Kaji pengetahuan pasien tangtang situasi sendiri misalnya
penyakit, perubahan kebutuhan dalam gaya hidup.
Rasional : Membantu dalam merencanakan perubahan jangka panjang yang perlu untuk mempertahankan status pantanan.
5. Pantau ulang kondisi & prognosis/ harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
6. Diskusikan efek zat yang digunakan.
Rasional : Informasi akan membentu pasien memahami kemungkinan efek jangka panjang dari penggunaan zat.
Diagnosa .6 :
Resiko tinggi terhadap tindak kekerasan pada diri sendiri (berulang) berhubungan dengan perpanjangan depresi/tingkah laku ingin bunuh diri.
Tujuan : Tidak terjadi tindakan ulang kekerasan pada diri sendiri
Kriteria Evaluasi :
o Mengutarakan pemehaman tingkah laku & faktor-faktor yang mempengaruhi.
o Mencapai tahap hilangnya rasa takut & realitas situasi.
o Menunjukkan kontrol diri.
Intervensi :
1. Kurangi ransangan, berikan ruangan yang tenang atau tempatkan
pada ruangan yang stimulasinya dikurangi dibawah pengawasan.
Rasional : Menurunkan kreativitas dan menngkatkan rasa tenang.
2. Izinkan orang-orang yang penting bagi pasien untuk tetap tinggal
di dalam ruangan selama prosedur dilakukan jika dimungkinkan.
Rasional : Dapat memberikan efek ketenangan jika melihat seseorang yang dikenal oleh pasien dan memberikan penenangan.
3. Pindahkan barang-barang yang berpotensi membahayakan pasien
dari lingkungannya.
Rasional : Menurunkan kemungkin pasien mencelakai orang lain atau melakukan ide bunuh diri.
4. Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan agresif
secara verbal.
Rasional : Memberikan jalan yang baru dalam mengekspresikan perasaan akan membentuk pasien belajar mengembangkan kemampuan memecahkan masalah yang baik.
5. Bantu pasien mengidentifikasi apa yang dapat menyebabkan
pasien menjadi marah.
Rasional : Kesadaran akan reaksi merupakan tahap pertama dari belajar untuk berubah
6. Berikan jalan keluar untuk mengekspresikan diri meliputi aktiivitas
fisik.
Rasional : Dengan mengaktifkan fisik didalam menciptakan lingkungan yang aman dapat menurunkan dorongan untuk melakukan tindakan agresif.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran ed. 3, jilid 2, Medika Aesculapius, Jakarta.
Hudak & Gallo (1996), Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta.
Marylin. D (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC Jakarta.
SMF Lab Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya (1997), Prosedur Tetap SMF Penyakit Dalam, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN
INTOKSIKASI INSEKTISIDA FOSFAT ORGANIK (BAYGON)
DI RUANG PERAWATAN INTENSIF / ECU RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 30 tahun
Alamat : Gembong Sawah Tegal 45 Surabaya
Agama : Islam
Dx. Medis : Intoksikasi IFO (Insektisida Fosfat Organik) baygon
No Reg : 10 22 59 62
MRS : 17 Desember 2002 jam 05.00
Tanggal Pengkajian : 17 Desember 2002 jam 14.30
2. Riwayat Kesehatan
Alasan MRS : Minum baygon + 1 gelas, tenggorokan terasa panas seperti terbakar.
Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang di RSUD Dr. Soetomo Surabaya jam 05.00 dengan keluhan mual-mual setelah minum 1 gelas baygon
½ jam sebelum MRS karena ada masalah keluarga, tenggorokan terasa panas, mulut berbuih, kemudian kesadaran mulai menurun mencret (-), kencing (-), kemudian pasien langsung dibawa oleh suaminya ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan mendapat pertolongan pertama di UGD RS tersebut.
Riwayat penyakit dahulu : Pasien tidak pernah menderita penyakit yang serius yang sampai op name dirumah sakit dan juga tidak ada riwayat penyakit hypertensi, alaergi.
Riwayat penyakit keluarga : Pasien tidak ada mempunyai keluarga yang mempunyai penyakit menurun /genetik.
Upaya yang telah dilakukan di RSDS:
o Kumbah lambung
o Pemberian infus Normal Salin 7 tetes/menit
o Injeksi SA 0,5 mg iv ampul bolus, tiap 15 menit 30 menit 1 jam sesuai
protokol.
o Injeksi Ranitidin 1 Ampul tiap 12 jam.
o Injeksi Metoclorpromid 1 Ampul (Bila perlu).
Upaya yang telah dilakukan dan keadaan di RPI RSUD Dr. Soetomo Surabaya :
o Suhu : 37 0C
o Nadi 120 x/menit
o TD 100/70 mmHg
o Respirasi 24 x/menit
o Kesadaran komposmentis
o Pupil isokor diameter 2 mm
Periksa cito lab :
Hb : 12,5 g/dl
Lekosit : 12,8 x 109/l
Trombosit : 444 x 109/l
PCV : 0,37
GDA : 206 mg/dl
SGOT : 26 u/l
BUN : 10 mg/dl
Elektrolit : Kalium : 3,47
Natrium : 138
Cl : 109.
1. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : masih lemah, muka merah dan pupil midriasis.
2. Tanda-tanda vital :
o Temp: 37 Co Nadi : 120 x/menit
o TD : 100/70 mmHg
o RR ; 24 x/menit
3. Body system
B1 (Breathing):
o Pernapasan 24 x /menit
o Wheezing (-)
o Ronchi (-)
o Batuk (-)
B2 (Bleeding) :
o Kepala pusing (-)
o Muka memerah
o Nyeri dada (-)
o TD : 100/70 mmHg
o Akral teraba hangat dan agak lembab
B3 (Brain) :
o Kesadaran Kompos mentis
o GCS : 4 – 5 - 6
o Pupil mata : isokor 3/3 mm
o Pandangan agak kabur
B4 (Bladder) :
o BAK spontan
o Warna urine kuning jernih
B5 (Bowel) :
o Tenggorokan terasa panas
o Abdomen nyeri (-)
o BAB normal
o Nasi lembek TKTP
o Mual (–)
o Muntah (-)
o Peristaltik (+).
B6 (Bone) :
o Kekuatan otot 5/5/5/5
o Kelembaban kulit normal
o Turgor normal
o Oedema (-).
4. Pemeriksaan Penunjang
- Hb : 12,2 gr %
- Leukosit : 12,8
- Trombosit : 444
- PCV : 0,37
- GDA : 206
- SGOT : 26
- BUN : 10,
- Kalium : 3,47
- Natrium : 138
- Cl : 109
1. Therapi
o Infus Normal Salin 7 tetes/menit
o S A 0,5 ml/ 3 jam diteruskan 0,5 ml/ 12 jam
o Ranitidin 1 Ampul tiap 12 jam
o Metoclorpromid 1 Ampul (Bila Perlu)
6. ANALISA DATA
Data Kemungkinan penyebab Masalah
DS: Pasien mengatakan bahwa
telah minum baygon
sebanyak 1 gelas, perut
agak sakit, tenggorokan
terasa panas dan sakit.
DO:
Temp 37 0C
Nadi : 120 x/menit
TD 100/70 mmHg
RR : 24 x/menit
Perifer /akral hangat
Infus terpasang Normal
Salin 7 tts/menit.
DS :
Pasien mengatakan
bahwa dirinya tidak
pernah diperhatikan
oleh suaminya.
DO :
Pasien banyak diam dan
jarang berkomunikasi
dengan suaminya.
Baygon
Saluran pencernaan
Eritasi mukosa saluran
pencernaan/tengorokan
Peradangan
saluran
pencernaan &tenggorokan
Gg pola nafsu
Pernapasan makan
Kurangnya perhatian keluarga
- Resiko tinggi Pola
nafas tidak efektif
- Gangguan
pemenuhan nutrisi
-Koping tidak efektif
-Resiko merusak diri
Depresi
Mencari perhatian keluarga
yang salah
Kerentanan
pribadi menghadapi masalah
Merusak diri Gg koping
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas IFO, proses
inflamasi.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang berhubungan dengan iritasi mukosa saluran
pencernaan atas oleh zat korosif (baygon).
3. Koping keluarga tidak efektif (tidak mampu) berhubungan dengan kerentanan pribadi
anggota keluarga, krisis situasi, sosial.
4. Resiko tinggi terhadap tindak kekerasan pada diri sendiri (berulang) berhubungan dengan
perpanjangan depresi/tingkah laku ingin bunuh diri.
Diagnosa Keperawatan. 1
Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas IFO, proses inflamasi.
Hasil yang diharapkan :
- Pola napas efektif
- RR normal : 14 – 20 x/menit
- Jalan napas bersih, sputum tidak ada
Intervensi :
1. Pantau tingkat, irama pernapasan & suara napas serta pola
pernapasan
Rasional : Efek IFO mendepresi SSP yang mungkin dapat mengakibatkan hilangnya kepatenan aliran udara atau depresi pernapasan, pengkajian yang berulang kali sangat penting karena kadar toksisitas mungkin berubah-ubah secara drastis.
2. Tinggikan kepala tempat tidur
Rasional : Menurunkan kemugkinan aspirasi, diafragma bagian bawah untuk untuk menigkatkan inflasi paru.
3. Dorong untuk batuk/ nafas dalam
Rasional : Memudahkan ekspansi paru & mobilisasi sekresi untuk mengurangi resiko atelektasis/pneumonia.
4. Auskultasi suara napas
Rasional : Pasien beresiko atelektasis dihubungkan dengan hipoventilasi & pneumonia.
5. Berikan O2 jika dibutuhkan
Rasional : Hipoksia mungkin terjadi akibat depresi pernapasan
6. Kolaborasi untuk sinar X dada, GDA
Rasional : Memantau kemungkinan munculnya komplikasi sekunder seperti atelektasis/pneumonia, evaluasi kefektifan dari usaha pernapasan.
Diagnosa Keperawatan . 2
Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang berhubungan dengan iritasi mukosa saluran pencernaan atas oleh zat korosif (baygon).
Hasil yang diharapkan :
o Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
o Berat badan normal (sesuai tinggi badan).
o Iritasi mukosa saluran pencernaan dapat sembuh
Intervensi :
1. Berikan makanan yang mudah dicerna tapi sering dan dapat ditoleransi
Rasional : Dapat menurunkan distres, mungkin juga dapat meningkatkan masukan dan toleransi terhadap nutrisi. Karena nafsu makan dan toleransi untuk mengkonsumsi makanan meningkat, maka diet sebaiknya diadaptasikan untuk memberikan jumlah kalori dan nutrisi yang diperlukan bagi perbaikan restorasi penyimpanan energi.
2. Anjurkan untuk menghindari makanan yang dapat mengiritasi saluran pencernaan seperti
yang pedas dan asam, dll.
Rasional : Makanan yang pedas dan asam dapat menyebabkan iritasi pada mukosa saluran pencernaan sehingga akan memperparah peradangan dan menghambat proses penyembuhan saluran pencernaan.
3. Rujuk pada ahli gizi untuk mendukung kerja tim.
Rasionjal : Sangat berguna untuk menegakkan program nutrisi individu.
4. Tingkatkan diet tinggi kalori dan protein yang dibutuhkan .
Rasional : Dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan energi dan regenerasi sel, terutama dalam proses perbaikan jaringan yang rusak pada saluran pencernaan.
5. Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti antasida, vitamin
Rasional : Menurunkan iritasi mukosa lambung dan efek stimulasi simpatis. Menggantikan kekurangan /kehilangan vitamin.
Diagnosa Keperawatan .3
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi, kesulitan dalam keterampilan koping menangani masalah pribadi.
Tujuan : Koping individu efektif, tidak terjadi kerusakan perilaku adaptif dalam pemecahan masalah.
Hasil yang diharapkan :
o Klien mampu mengungkapkan kesadaran tentang penyalahgunaan bahan
insektisida.
o Mampu menggunakan keterampilan koping dalam pemecahan masalah
o Mampu melakukan hubungan /interaksi sosial.
Intervensi :
1. Pastikan dengan apa pasien ingin disebut/dipanggil.
Rasional : Menunjukkan penghargaan dan hormat
2. Tentukan pemahaman situasi saat ini & metode koping
sebelumnya terhadap masalah kehidupan.
Rasional : Memberi informasi tentang derajar menyangkal, mengidentifikasi koping yang digunakan pada rencana perawatan saat ini
3. Tetap tidak bersikap tidak menghakimi
Rasional : Konfrontasi menyebabkan peningkatan agitasi yang menurunkan keamanan pasien.
4. Berikan umpan balik positif
Rasional : Umpan balik yang positif perlu untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan kesadaran diri dalam perilaku
5. Pertahankan harapan pasti bahwa pasien ikut serta dalam terapi
Rasional : Keikut sertaan dihubungkan degan penerimaan kebutuhan terhadap bantuan, untuk bekerja.
6. Gunakan dukungan keluarga/teman sebaya untuk mendapatkan
cara-cara koping.
Rasional : Dengnan pemahaman dan dukungan dari keluarga /teman sebaya dapat membantu menngkatkan kesadaran.
7. Berikan informasi tentang efek meneguk insektisida
Rasional : Agar klien mengetahui efek samping yang berakibat fatal pada organ-organ vital bila menelan insektisida (baygon)
8. Bantu pasien untuk menggunakan keterampilan relaksasi
Rasional : Relaksasi adalah pengembangan cara baru menghadapi stress.
Diagnosa Keperawatan. 4
Resiko tinggi terhadap tindak kekerasan pada diri sendiri (berulang) berhubungan dengan perpanjangan depresi/tingkah laku ingin bunuh diri.
Hasil yang diharapkan :
o Tidak terjadi tindakan ulang kekerasan pada diri sendiri
o Mengutarakan pemehaman tingkah laku & faktor-faktor yang mempengaruhi.
o Mencapai tahap hilangnya rasa takut & realitas situasi.
o Menunjukkan kontrol diri.
Intervensi :
1. Kurangi ransangan, berikan ruangan yang tenang atau tempatkan pada ruangan yang
stimulasinya dikurangi dibawah pengawasan.
Rasional : Menurunkan kreativitas dan menngkatkan rasa tenang.
2. Izinkan orang-orang yang penting bagi pasien untuk tetap tinggal di dalam ruangan
selama prosedur dilakukan jika dimungkinkan.
Rasional : Dapat memberikan efek ketenangan jika melihat seseorang yang dikenal oleh pasien dan memberikan penenangan.
3. Pindahkan barang-barang yang berpotensi membahayakan pasien dari lingkungannya.
Rasional : Menurunkan kemungkin pasien mencelakai orang lain atau melakukan ide bunuh diri.
4. Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan agresif secara verbal.
Rasional : Memberikan jalan yang baru dalam mengekspresikan perasaan akan membentuk pasien belajar mengembangkan kemampuan memecahkan masalah yang baik.
5. Bantu pasien mengidentifikasi apa yang dapat menyebabkan pasien menjadi marah.
Rasional : Kesadaran akan reaksi merupakan tahap pertama dari belajar untuk berubah
6. Berikan jalan keluar untuk mengekspresikan diri meliputi aktiivitas fisik.
Rasional : Dengan mengaktifkan fisik didalam menciptakan lingkungan yang aman dapat menurunkan dorongan untuk melakukan tindakan agresif.
Tindakan Keperawatan
Tanggal Diagnosa Tindakan Keperawatan
17/12/02 1
2
3
Memantau tingkat, irama pernapasan dan suara napas serta
pola pernapasan.
Memberikan posisi dengan meninggikan kepala pasien
dengan mengganjal 2 bantal.
Melatih dan meganjurkan pasien untuk batuk dan napas
dalam.
Melakukan pemeriksaan auskultasi suara napas.
Melakukan kolaborasi untuk pemeriksaan sinar X dada dan
pemeriksaan BGA.
Memberikan diet nasi lembik TKTP 3 x /hari.
Anjurkan untuk menghindari makanan yang dapat
mengiritasi saluran pencernaan seperti yang pedas dan asam.
Memberikan makanan ekstra untuk pasien 2 kali/hari.
Mengobservasi nafsu makan pasien terhadap diet yang
diberikan.
Melakukan pendekatan persuasif terhadap pasien.
Melakukan pengkajian tentang pemahaman situasi saat ini
dan metode koping sebelumnya.
Memberikan suasana kondusif dan mengikut sertakan pasien
dalam perawatan.
Memberikan informasi efek dari minum baygon terhadap
tubuh.
Mengajarkan tekhnik relaksasi
Menyediakan waktu untuk menjadi mendengarkan keluhan-
keluhan pasien
Mengikut sertakan keluarga dan teman terdekat pasien dalam
4
perawatan.
Menciptakan sasana tenang dan mengurangi stimulan
Membatasi jumlah pengunjung.
Memberikan kesempatan orang terdekat pasien untuk tetap
tinggal di ruangan /mendampingi pasien.
Memberikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan
perasaannya.
Memberikan jalan keluar untuk mengekspresikan diri
meliputi aktivitas fisik, mendekatkan diri kepada Tuhan .
Mendiskusikan konsekuensi dari perilaku agresif
Menganjurkan untuk membina hubungan saling terbuka dan
percaya dengan keluarga.
Membina hubungan saling percaya antara pasien dan
perawat.
18/12/02 1 Memantau tingkat, irama pernapasan dan suara napas serta
pola pernapasan.
Memberikan posisi dengan meninggikan kepala pasien
dengan mengganjal 2 bantal.
Melatih dan meganjurkan pasien untuk batuk dan napas
dalam.
Melakukan pemeriksaan auskultasi suara napas.
Melakukan kolaborasi untuk pemeriksaan sinar X dada dan
pemeriksaan BGA.
Memberikan diet nasi lembek TKTP 3 x /hari.
Anjurkan untuk menghindari/mengurangi makanan yang
dapat mengiritasi saluran pencernaan seperti yang pedas dan
asam.
2
3
4
Memberikan makanan ekstra untuk pasien 2 kali/hari.
Mengobservasi nafsu makan pasien terhadap diet yang
diberikan.
Melakukan pendekatan persuasif terhadap pasien.
Melakukan pengkajian tentang pemahaman situasi saat ini
dan metode koping sebelumnya.
Memberikan suasana kondusif dan mengikut sertakan pasien
dalam perawatan.
Memberikan informasi efek dari minum baygon terhadap
tubuh.
Mengajarkan tekhnik relaksasi
Menyediakan waktu untuk menjadi mendengarkan keluhan-
keluhan pasien
Mengikut sertakan keluarga dan teman terdekat pasien dalam
perawatan.
Menciptakan suasana tenang dan mengurangi stimulan
Membatasi jumlah pengunjung.
Memberikan kesempatan orang terdekat pasien untuk tetap
tinggal di ruangan /mendampingi pasien.
Memberikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan
perasaannya.
Memberikan jalan keluar untuk mengekspresikan diri
meliputi aktivitas fisik, mendekatkan diri kepada Tuhan .
Mendiskusikan konsekuensi dari perilaku agresif
Menganjurkan untuk membina hubungan saling terbuka dan
percaya dengan keluarga.
Membina hubungan saling percaya antara pasien dan
perawat.
19/12/02 Jam 10.25 Pasien Pulang perawatan di ECU selesai
EVALUASI
TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI
17/12/2002 1. Resiko pola
napas tidak
efektif
berhubungan
dengan efek
langsung
toksisitas IFO,
proses
inflamasi.
2. Gangguan
pemenuhan
nutrisi : kurang
berhubungan
dengan iritasi
mukosa saluran
pencernaan
atas oleh zat
korosif
(baygon).
3. Koping
keluarga tidak
efektif (tidak
mampu)
berhubungan
dengan
kerentanan
pribadi anggota
keluarga, krisis
situasi, sosial.
4. Resiko tinggi
terhadap tindak
S : Pasien mengatakan bahwa telah minum baygon
sebanyak 1 gelas, perut agak sakit, tenggorokan
terasa panas dan sakit.
O :
Temp 37 C
Perifer /akral hangat
TD 100/70 mmHg
RR 20 x/menit
Infus terpasang Normal salin 7 tts/menit
A : masalah tidak terjadi
P : rencana tindakan dilanjutkan.
S : Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah
diperhatikan oleh suaminya.
O: Pasien banyak diam dan jarang berkomunikasi
dengan suaminya.
A : masalah tidak terjadi
kekerasan pada
diri sendiri
(berulang)
berhubungan
dengan
perpanjangan
depresi/tingkah
laku ingin
bunuh diri.
P : rencana tindakan dilanjutkan.
18/12/02 1. Resiko pola
napas tidak
efektif
berhubungan
dengan efek
langsung
toksisitas IFO,
proses
inflamasi.
2. Gangguan
pemenuhan
nutrisi : kurang
berhubungan
dengan iritasi
mukosa saluran
pencernaan
atas oleh zat
korosif
(baygon).
3. Koping
keluarga tidak
efektif (tidak
mampu)
S : Pasien mengatakan bahwa telah minum baygon
sebanyak 1 gelas, perut agak sakit, tenggorokan
terasa panas dan sakit.
O:
Temp 37 0 C
Perifer /akral hangat
TD 100/70 mmHg
RR 20 x/menit
Infus terpasang Normal salin 7 tts/menit
A : masalah tidak terjadi
P : rencana tindakan dilanjutkan.
berhubungan
dengan
kerentanan
pribadi anggota
keluarga, krisis
situasi, sosial.
4. Resiko tinggi
terhadap tindak
kekerasan pada
diri sendiri
(berulang)
berhubungan
dengan
perpanjangan
depresi/tingkah
laku ingin
bunuh diri.
S : Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah
diperhatikan oleh suaminya.
O : Pasien banyak diam dan jarang berkomunikasi
dengan suaminya.
A : masalah tidak terjadi
P : rencana tindakan dilanjutkan.
19/12/02 Pasien Pulang
30