Kepadatan populasi
-
Upload
galuhfahmi -
Category
Documents
-
view
440 -
download
1
Transcript of Kepadatan populasi
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.(Suin.N.M.1989)Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.(Soetjipta.1992)Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam.(Naughton.Mc.1973)Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi.(Hadisubroto.T.1989) Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang dapat dihitung. Misalnya untuk sampling populasi rumput dipadang rumput dapat digunakan metode kuadrat rumput, untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan dengan metode track count atau fecal count, sedangkan untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang atau rumput dapat diperkirakan populasinya dengan metode capture mark release recapture (CMMR) (Tim Penyusun Ekologi, 2006).Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistic yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota opulasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan
satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik (=kerapatan spesifik).Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat.Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi. Dalam pada itu ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapan nisbi suatu populasi.Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara :1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya.2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsil kecil populasi.(PETERSON). (Soetjipta.1992)
Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode CAPTURE-RECAPTURE. Merupakan metode yang sudah popular untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia kecil.Metoda ini ada beberapa cara yaitu:1. Metoda Linceln-Peterson
Metoda ini pada dasrya menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap kemudian diberi tanda yang mudah di baca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek. Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang tertangkap.Dari dua kali hasil penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya populasi (N) dengan rumus:N/M=n/R atau N=(M)(n)/RDengan:N= besarnya populasi total.M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.n= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.R=Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.Pada metode pendugaan populasi yang dilakukan dengan menarik sample, selalu ada kesalahan (Error). Untuk menghitung kesalahan metode capture-recapture dapat dilakukan dengan cara menghitung kesalahan baku (Standart Errror = SE nya)SE= √(M)(n)(M-R)(n-R) : R3Setelah diketahui SE nya dapat ditentukan selang kepercayaannya:
N=(1)(SE) Dengan catatan, t=(df) Dalam table distribusi t Α(tingkat signifikasi)=0,05Untuk menghitung kepadatan (d) populasi pada hewan disuatu habitat tertentu (A) maka dihitung dengan rumus : D=N/A
2. Metode Schnabel
Untuk memperbaiki keakuratan metode Lincon-Peterson (Karena sample relatif kecil), dapat digunakan schanabel. Metode ini selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode lincon-peterson, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari satu periode sampling dengan periode yang berikutnya. Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan rumus: N=∑(ni Mi)/∑RiDengan catatan:Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap period eke I ditambah periode sebelumnya,Ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode iRi = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke iMaka Standar Error pada metode ini dapat dihitung dengan rumus:SE = 1/√1(N-Mi)=(k-1)/N -∑(1/N-ni))Dengan catatan:K = jumlah periode sampling dan Mi=Jumlah total hewan yang bertanda.(Sugianto.A.1994)
Hadisubroto,tisno.1989. Ekologi Dasar.DeptDikBud : JakartaNaughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press : YogyakartaSoegianto,agus.1994,Ekologi Kwantatif. Usaha Nasional : SurabayaSoetjipta.1992.Dasar-dasar Ekologi Hewan.DeptDikBud DIKTI : JakartaSuin,nurdin Muhammad.1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta
http://umairacumay.blogspot.com/2012/01/simulasi-estimasi-populasi-hewan.html
SIMULASI ESTIMASI POPULASI HEWANCapture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menandai, melepaskan dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Merupakan metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya populasi. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam sistem daftar. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Karakteristik dasar
populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya dan metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi pada rumus Paterson. Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode capture-recapture. Merupakan metode yang sederhna untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia kecil. Metode CMMR ini dilakukan dengan mengambil dan melepaskan sejumlah kancing yang dianggap sebagai besarnya populasi yang ada menggunakan kancing hitam dan putih yang danggap sebagai populasi yang tersebar di alam. Hasil memperlihatkan banyaknya populasi yang ditandai dengan kancing berawarna putih dan akan ditandai dengan kancing hitam.PENDAHULUANKepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.(Suin.N.M.1989)Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.(Soetjipta.1992)Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam.(Naughton.Mc.1973)Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi.(Hadisubroto.T.1989)Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan.Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan
ekologik (=kerapatan spesifik). Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat. Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi. Dalam pada itu ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapan nisbi suatu populasi. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara :1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya.2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi.(Peterson).(Soetjipta.1992)BAHAgus,Subagyo 1994. Penuntun Ekologi Umum. Universitas jambi:JambiHadisubroto,tisno.1989. Ekologi Dasar.DeptDikBud : JakartaNaughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press : YogyakartaSoetjipta.1992.Dasar-dasar Ekologi Hewan.DeptDikBud DIKTI : JakartaSuin,nurdin Muhammad.1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta
Di dalam suatu ekosistem alami atau pertanian (agroekosistem), beragam jenis makhluk hidup akan membentuk suatu komunitas yang terdiri atas populasi-populasi dari jenis yang berbeda. Karakteristik Populasi adalah :1. kepadatan (jumlah individu per satuan luas atau volume),2. struktur umur (proporsi individu pada setiap kelas umur atau tahap kehidupan),3. laju kelahiran4. laju kematian Keberhasilan pengelolaan hama sangat tergantung pada pemahaman terhadap karakteristik yang dimiliki oleh populasi makhluk hidup yang menghuni suatu agroekosistem. Misalnya, dengan mengetahui struktur umur populasi hama akan dapat menunjukkan potensi kerusakan pada tanaman budidaya. Sebagai contoh, jika hama daun kubis Plutella xylostella yang dijumpai sebagian besar adalah dewasa, maka kerusakan langsung tidak mungkin terjadi pada saat itu, karena yang menjadi hama adalah larvanya.
Sebaliknya, jika diketahui kepadatan larvanya, maka dapat memperkirakan potensi kerusakan yang akan muncul kemudian. Dengan demikian dapat dilakukan tindakan yang tepat untuk melindungi tanaman. Informasi mengenai laju kematian hama yang diakibatkan oleh kerja musuh alami juga sangat penting di dalam upaya pengendalian hama. Jika musuh alami sudah mampu mengendalikan populasi hama tertentu, maka tidak diperlukan lagi tindakan pengendalian lain untuk mengatasinya.http://www.ut.ac.id/html/suplemen/biol4421/karakteristikpopulasi.html
BEBERAPA KARAKTERISTIK ATAU SIFAT-SIFAT POPULASI
Oleh :
Alexander Kaka, S.Pt
Mahasiswa Undana-Kupang
Tahun 2011
A. Pengertian Populasi
Populasi adalah kumpulan organisme yang berasal dari spesies yang sama dan hidup di wilayah geografis yang sama pada waktu tertentu. Wilayah yang dihuni oleh populasi merupakan wilayah yang memungkinkan pasangan populasi dapat berkembangbiak melalui interaksi genetik sedemikian rupa, sehingga kecil kemungkinannya berinteraksi genetik dengan individu dari daerah lain.
Jika populasi bisa bertahan pada taraf yang ideal, maka keseimbangan antara lingkungan dan regenerasi populasi dapat tercapai. Namun kenyataannya adalah populasi bertumbuh lebih cepat dari kemampuan bumi dan lingkungan kita untuk memperbaiki sumber daya yang ada sehingga pada akhirnya kemampuan bumi akan terlampaui dan berdampak pada kualitas hidup manusia yang rendah.
Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi, yaitu :
1. Density-dependent, tergantung kepada jumlah individu didalam populasi.
2. Density-independent,tidak tergantung kepada jumlah individu didalam populasi. Karena faktor: cuaca dan iklim (kekeringan, badai, banjir, angin, suhu dan lain-lain), kerusakan geologis (gempa, tsunami, letusan gunung berapi, dan lain-lan).
Pada dasarnya populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik ini antara lain : kepadatan (densitas), laju kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik, penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalitas dan mortalitas merupakan penentu utama pertumbuhan populasi. Dinamika populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk organisme yang dapat bergerak, misalnya ternak dan manusia. Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme ke daerah lain atau peristiwa didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi. Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme, sehingga populasi akan menurun. Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah populasi, sedangkan mortalitas dan emigrasi akan menurunkan jumlah populasi. Populasi ternak atau manusia dapat berubah, namun perubahan tidak selalu menyolok. Pertambahan atau penurunan populasi dapat menyolok bila ada gangguan drastis dari lingkungannya, misalnya adanya penyakit, bencana alam, dan wabah hama.
B. Karakteristik Populasi
Populasi memiliki sifat-sifat (karakteristik) yang dapat diukur secara statistik dan bukan sifat daripada individu-individu penyusunnya, di antara sifat-sifat tersebut adalah kepadatan, laju perkembangan populasi, natalitas danmortalitas, distribusi umur, potensi biotik, penyebaran dan bentuk pertumbuhan.
1. Laju Perkembangan Populasi
Laju perkembangan populasi ditandai dengan adanya perubahan jumlah populasi disetiap waktu. Perubahan ini biasanya dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, kematian dan migrasi. Model eksponensial merupakan model pertumbuhan yang sangat sederhana. Pada model ini individu berkembang tidak dibatasi oleh lingkungan seperti kompetisi dan keterbatasan akan suplai makanan. Laju perubahan populasi dapat dihitung jika banyaknya kelahiran, kematian dan migrasi diketahui. Jeda waktu untuk populasi merespon terhadap perubahan dalam ketersediaan sumberdaya dapat mempengaruhi laju tercapainya keseimbangan pada daya dukung. Dengan berkurangnya sumber daya, laju pertumbuhan populasi akan menurun dan akhirnya berhenti; pola ini disebut sebagai pola pertumbuhan logistik.
Tingginya laju pertumbuhan populasi, maka jumlah kebutuhan makanan pun meningkat padahal lahan yang ada sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, maka hutan pun mulai dibabat habis untuk menambah jumlah lahan pertanian yang ujungnya juga makanan untuk manusia. Konversi hutan menjadi tanah pertanian bisa menyebabkan erosi. Selain itu bahan kimia yang dipakai sebagai pupuk juga menurunkan tingkat kesuburan tanah. Dengan adanya pembabatan hutan dan erosi, maka kemampuan tanah untuk menyerap air pun berkurang sehingga menambah resiko dan tingkat bahaya banjir.
Dalam demografi dan ekologi , tingkat pertumbuhan populasi (PGR= Percentage Growth) adalah tingkat di mana jumlah individu dalam suatu populasi meningkat dalam jangka waktu tertentu sebagai fraksi dari populasi awal. Secara khusus, PGR biasanya mengacu pada perubahan dalam populasi selama periode waktu unit, sering dinyatakan sebagai persentase dari jumlah individu dalam populasi pada awal periode itu. Cara yang paling umum untuk mengekspresikan pertumbuhan populasi adalah sebagai persentase, bukan sebagai tingkat. Perubahan dalam populasi selama periode satuan waktu dinyatakan sebagai persentase dari populasi pada awal periode waktu. Dengan Rumus:
Percentage Growth = Growth rate x 100%
Untuk periode waktu kecil dan tingkat pertumbuhan, populasi ditambahkan adalah tingkat pertumbuhan dikalikan dengan jangka waktu. Sebuah rasio pertumbuhan positif (atau tingkat) menunjukkan bahwa populasi meningkat, sementara rasio pertumbuhan negatif menunjukkan populasi menurun. Sebuah rasio pertumbuhan nol menunjukkan bahwa ada jumlah yang sama orang di dua kali - selisih bersih antara kelahiran, kematian tingkat pertumbuhan mungkin nol bahkan ketika ada perubahan signifikan dalam tingkat kelahiran, tingkat kematian, tingkat imigrasi, dan usia distribusi antara dua kali. Demikian pula, persen angka kematian = jumlah rata-rata kematian dalam setahun untuk setiap 100 unit/individu dalam total populasi.
(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Population_growth)
2. Natalitas (Kelahiran)
Natalitas merupakan kemampuan suatu populasi untuk menambah jumlah anggotanya secara inheren/besar. Laju natalitas adalah sama dengan laju kelahiran dalam terminology ilmu kependudukan (demography). Natalitas maksimum adalah penambahan jumlah anggota populasi dalam kondisi ideal (tidak ada faktor eksternal yang membatasi). Sedangkan natalitas ekologi adalah pertambahan jumlah anggota populasi dalam kondisi alam senyatanya.
Natalitas biasanya dinyatakan sebagai laju yang diperoleh dengan membagi jumlah individu baru yang dihasilkan dengan satuan waktu (dNt/dt, laju natalitas absolute) yang dapat juga dinyatakan dalam jumlah individu baru per-satuan waktu per-satuan populasi (dNt/Ndt) disebut natalitas spesifik). Untuk natalitas dNn menunjukkan jumlah individu baru yang ditambahkan kepada populasi. Laju natalitas dapat nol (0) atau positip, tetapi tidak pernah negatif. Tetapi untuk laju pertumbuhan dN menunjukkan jumlah bersih penambahan atau pengurungan dalam populasi yang merupakan hasil bukan saja oleh natalitas tetapi juga oleh mortalitas, emigrasi. Jadi laju pertumbuhan mungkin negatip, nol atau positip karena populasi dapat berkurang atau tetap bertambah besar (Sumber: http://www.kamusbesar.com/26886/natalitas)
Angka kelahiran adalah angka yang menunjukkan bayi yang lahir dari setiap 1000 populasi per tahun. Angka kelahiran pedet/anak dapat dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu:
1. Angka kelahiran dikatakan tinggi jika angka kelahiran > 30 per tahun.2. Angka kelahiran dikatakan sedang jika angka kelahiran 20-30 per tahun.3. Angka kelahiran dikatakan rendah jika angka kelahiran < 20 per tahun.
3. Mortalitas
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun. Mortalitas berbeda dengan morbiditas yang
merujuk pada jumlah individual yang memiliki penyakit selama periode waktu tertentu. (Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Mortalitas)
Angka kematian kasar adalah angka menunjukkan banyaknya per 1000 pupulasi pada pertengahan tahun tertentu, disuatu wilayah tertentu.
Rumus : CDR = D/P x K
(Dimana : CDR = Crude Death Rate/Angka Kematian Kasar; D =Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu; P = Jumlah populasi pada pertengahan tahun tertentu; K = Bilangan konstan 1000).
Definisi mortalitas tersebut harus diketahui, untuk mendapatkan data mortalitas yang benar. Mortalitas hanya bisa terjadi kalau sudah terjadi kelahiran hidup atau keadaan mati selalu didahului dengan keadaan hidup. Oleh karena itu, harus dibedakan dengan Lahir hidup (live birth) dan Lahir mati (fetal death). Lahir hidup (live birth) yaitu peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seekor ternak secara lengkap tanpa memandang lamanya kebuntingan dan setelah perpisahan tersebut terjadi; hasil konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-tanda hidup lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandang apakah tali pusat sudah dipotong atau belum.
Lahir Mati (fetal death) yaitu peristiwa menghilangnya tanda-tanda kehidupan dari hasil konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut dikeluarkan dari rahim induknya. Lahir mati dibedakan menjadi:
Stillbirth (late fetal death) yaitu kematian yang terjadi pada janin yang berusia 20-28 minggu
Aborsi yaitu kematian janin yang terjadi pada awal kebuntingan
Laju mortalitas adalah sama dengan laju kematian dalam demografi manusia/ternak. Mortalitas dapat dibedakan atas mortalitas fisiologik dan ekologik. Mortalitas fisiologik adalah pengurangan individu anggota populasi dalam kondisi yang ideal. Semua organisme dalam kondisi ideal sekalipun akan mengalmi kematian sekalipun dalam umur relatif tua, yang secara teoritis ditentukan oleh longivitas fisiologik. Sedangkan mortalitas ekologik adalah pengurangan individu anggota populasi dalam kondisi alam senyatanya. Angka kematian ini biasanya lebih besar dibandingkan dengan kematian dalam kondisi ideal dan bukan merupakan tetapan.
Umurnya mortalitas spesifik dinyatakan sebagai persentase yang mati dalam waktu yang tertentu dari populasi permulaan. Karena kita sering tertarik kepada organisme yang hidup dari pada mati, maka sering mortalitas ditunjukkan dari segi kadar (persentase) survival. (Sumber : http://lumele.blogspot.com/2009_01_01_archive.html)
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2000) mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang biasa terjadi setiap saat
setelah kelahiran hidup. Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur populasi selain fertilitas dan migrasi. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan populasi, tetapi juga bisa dijadikan sebagai barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan di daerah tersebut. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan.
C. Kesimpulan
Jika sumber daya melimpah, populasi dapat tumbuh secara geometrik atau eksponensial. Namun Lingkungan membatasi laju perkembangan populasi dengan mengubah laju kelahiran dan kematian. Umumnya, organisme berukuran kecil memiliki laju penambahan per kapita yang lebih tinggi dan ukuran populasi yang berubah-ubah, sedangkan organisme berukuran besar memiliki laju penambahan per kapita yang lebih rendah dan populasi yang relatif stabil.
D. Daftar Pustaka
http://lumele.blogspot.com/2009_01_01_archive.html
http://www.kamusbesar.com/26886/natalitas
http://id.wikipedia.org/wiki/Mortalitas
http://en.wikipedia.org/wiki/Population_growth)
Pemerintah RI dan WHO, 2000. Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001-2005, Pemerintah Republik Indonesia bekerjasama dengan World Health Organization, Agustus 2000.
Posted 7th November 2011 by Alexander Kaka
http://blogalexanderkakaspt.blogspot.com/2011/11/beberapa-karakteristik-atau-sifat-sifat.html
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini
dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme dapat
tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk
mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya
terpisah. Individu- individu yang hidup disuatu tempat tertentu dan antara sesamanya
dapat melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi
genetik dinyatakan sebagai satu kelompok yang disebut populasi. Contoh populasi :
Populasi Tumbuhan Populasi hewan
Sumber: Anonymous 2010
Penyebaran individu-individu itu dapat berada dalam kelompok-kelompok, dan
kelompok-kelompok itu terpisah antara satu dengan yang lain. Pemisahan kelompok-
kelompok itu dapat dibatasi oleh kondisi geografis atau kondisi cuaca yang
menyebabkan individu antar kelompok tidak dapat saling berhubungan untuk
melakukan tukar menukar informasi genetik. Populasi-populasi yang hidup secara
terpisah ini di sebut deme. Sebagai contoh, populasi banteng di Pulau Jawa terpisah
menjadi dua subpopulasi, yang satu terdapat di kawasan Taman Nasional Baluran yang
terletak di ujung timur, yang lain terdapat di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon
yang berada di ujung barat Pulau Jawa. Jika isolasi geografis atau cuaca itu
menyebabkan hewan sama sekali tidak dapat melakukan pertukaran informasi genetik,
maka antara kelompok yang satu dengan yang lain bisa terdapat variasi-variasi genetik
sebagai akibat seleksi alam yang terjadi di tempat masing-masing. Namun, jika ada
kejadian yang memungkinkan dua populasi yang terpisah dapat bersatu, pertukaran
informasi genetik dapat berlangsung.
Populasi Lokal dan Ras Ekologi
Dalam situasi tertentu sekelompok individu ada kemungkinan secara genetika
terisolasi, persilangan hanya memungkinkan terjadi diantara anggota kelompok itu
sendiri. Kelompok organisma-organisma yang terisolasi tersebut biasanya disebut
”populasi lokal”. Populasi lokal adalah merupakan unit dasar dalam proses evolusi,
pertukaran gena terjadi secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama shingga
terjadi struktur gena yang khusus untuk kelompok tersebut dan akan berbeda dengan
struktur gena populasi lokal lainnya meski untuk species yang sama. Hal ini
dikarenakan adanya seleksi alami yang beroperasi terhadapnya, sehingga
menghasilkan individu-individu dengan susunan gena yang memberi kemungkinan
untuk bertahan terhadap lingkungan lokal, dan akan berkembang dalam jumlah yang
semakin banyak jika dibandingkan dengan individu-individu yang tidak tahan.
Salah satu jalan suatu populasi lokal dapat teradaptasi terhadap suatu
lingkungan adalah dengan pengembangan dan pengelolaan diversitas genetikanya
melalui reproduksi seksual dalam populasi. Hasilnya adalah sekelompok atau susunan
individu-individu yang masing-masing berbeda dalam toleransinya terhadap
lingkungan, salah satunya ada kemungkinan mempunyai kemampuan yang sangat baik
dalam toleransinya terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim daripada rata-rata
anggota populasi lainnya. Dengan demikian kehetrogenan struktur gena dari anggota
populasi mempersiapkan populasi terhadap kehancurnnya akibat lingkungan, misal
terhadap kemarau yang panjang.
Hal yang sejalan terjadi pula dalam kurun waktu yang relatif lama dan lamban
sebagai reaksi terhadap perubahan iklim, dalam hal ini bisa ratusan bahkan ribuan
tahun. Dengan demikian keheterogenan struktur gena merupakan cara dalam
mempertahankan hidup atau kelulusan hidup, dan ini sebagai mekanisma
teradaptasinya suatu populasi akibat seleksi alami. Dalam suatu kawasan yang secara
umum mempunyai kondisi yang relatif sama, populasi lokal dari species yang ada
berkecenderungan untuk memperlihatkan toleransi terhadap lingkungan yang relatif
sama pula, tetapi akan berbeda toleransinya dengan species lokal lainnya (dari species
yang sama) yang berada pada kondisi iklim yang berbeda.
Populasi lokal seperti ini biasa dikenal dengan ras ekologi. Contoh yang
terkenal dari ras ekologi adalah di Skandinavia dimana terdapat dua populasi yang
secara sistematik dimasukkan dalam satu species yang sama meskipun kedua populasi
ini mempunyai karakteristika yang berbeda. Populasi di daerah pegunungan
mempunyai karakteristika bentuk morfologi yang kerdil dan berbunga cepat,
sedangkan populasi di daerah pantai bentuk morfologinya tinggi tetapi berbunga
lambat. Orang semula memperkirakan bila individu dari populasi di pegunungan
dipindahkan atau ditumbuhkan di pantai maka akan tumbuh dengan karakteristika
populasi pantai, demikian pula sebaliknya. Contoh-contoh lain biasanya akan
diketemukan pada daerah kontinental yang luas. Jadi suatu ras ekologi adalah juga
populasi lokal yang terbentuk oleh karakteritika individu-individunya.
Apabila perubahan lingkungan pada suatu kawasan yang luas berubah secara
teratur, maka adaptasi genetikanya akan terjadi secara teratur pula, dan dengan
demikian sebagai hasilnya akan terjadi perbedaaan yang nyata seperti pada ras yang
terbentuk adalah suatu seri tumbuhan, yang berurutan, yang memperlihatkan
keteraturan secara terus-menerus atau kontinu dalam sifat genetikanya sebagai
penentu dalam toleransi terhadap lingkunganya. Populasi-populasi dari sekelompok
organisma-organisma dengan karakteristika yang berbeda secara teratur atau
berurutan ini disebut ekoklin. Jadi berdasarkan dua hal di atas, maka suatu species
dapat merupakan ras ekologi atau berupa kompleks dari ekoklin. Dua pendekatan
dalam kajian populasi ini, yaitu melalui ekologi populasi yang mendalami pertumbuhan
suatu populasi dan interaksi diantara populasi-populasi yang berhubungan erat di
dalam pengaruh faktor lingkungan yang terkontrol ataupun tidak terkontrol.
Pendekatan lainnya yaitu mempelajari satu atau lebih populasi lokal dari suatu species
dalam usaha untuk mempelajari genetika species sebagai penentu toleransinya
terhadap kondisi lingkungannya, kajian ini disebut ekologi gena atau ekologi fisiologi
perbandingan. Pembahasan selanjutnya akan ditekankan pada ekologi populasi.
Besarnya suatu populasi di suatu kawasan tertentu biasanya dinyatakan dalam suatu
peristilahan kerapatan atau kepadatan populasi. Kerapatan populasi dapat dinyatakan
dalam: jumlah individu persatuan luas, atau dapat pula dinyatakan dalam biomasa
persatuan luas (bila populasi tersebut dibentuk oleh individu-individu dengan ukuran
berbeda, ada kecambah, ada anakan dan tumbuhan dewasa serta tumbuhan tua).
Dalam perjalanan waktu suatu populasi besarannya akan mengalami
perubahan. Dalam mempelajari perubahan-perubahan ini pengertian kecepatan
memegang peranan penting, dan perubahan populasi ini sangat ditentukan oleh
berbagai faktor (kelahiram atau regenerasi: kematian, perpindahan masuk, dan
perpindahan keluar). Besarnya populasi tumbuhan di alam sangat ditentukan oleh
kapasitas tampungnya, yaitu jumlah terbanyak individu yang dapat ditampung dalam
suatu ekosistem dimana organisma itu masih dapat hidup. Dalam keadaan ini
persaingan intra species adalah dalam keadaan maksimal yang dapat ditanggung oleh
organisma tersebut. Berbagai faktor sebagai pendorong untuk terjadinya fluktuasi ini,
yaitu: perubahan musim yang menyebabkan perubahan-perubahan faktor fisika dan
mungkin juga kimia lingkungannya. Contoh yang menarik adalah kenaikan jumlah
plankton yang sangat menyolok pada musim tertentu, disebut ”plankton bloom”.
Pengertian Ekotipe
Ekotipe adalah bagian dari populasi suatu jenis yang menunjukan ciri-ciri
morfologi kimia, atau fisiologi yang mantap dan agaknya diatur oleh faktor-faktor
genetika yang berkorelasi dengan keadaan ekologi tertentu. Ekotipe merupakan
bentuk genetik dari suatu jenis dalam suatu populasi sebagai hasil adaptasinya
terhadap lingkungan peralihan antara 2 atau lebih komunitas yang berbeda.
Komunitas disini biasanya lebih beranekaragam dibanding dengan komunitas yang
mengapitnya. Hal ini yang disebut dengan edge effect.
Ciri-Ciri Dasar Populasi
Ada dua ciri dasar populasi, yaitu :ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri yang
dipunyai oleh individu-individu pembangun populasi itu, serta ciri-ciri statistik, yang
merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok individu-individu yang
berinteraksi satu dengan lainnya
1.ciri- ciri biologi
Seperti halnya suatu individu, suatu populasi pun mempunyai ciri- ciri biologi, antara
lain :
a. Mempunyai struktur dan organisasi tertentu, yang sifatnya ada yang konstan dan ada
pula yang berfluktuasi dengan berjalannya waktu (umur)
b. Ontogenetik, mempunyai sejarah kehidupan (lahir, tumbuh, berdiferensiasi, menjadi
tua = senessens, dan mati)
c. Dapat dikenai dampak lingkungan dan memberikan respons terhadap perubahan
lingkungan
d. Mempunyai hereditas
e. Terintegrasi oleh faktor- faktor hereditaa oleh faktor- fektor herediter (genetik) dan
ekologi (termasuk dalam hal ini adalah kemampuan beradaptasi, ketegaran reproduktif
dan persistensi. Persistensi dalam hal ini adalah adanya kemungkinan untuk
meninggalkan keturunanuntuk waktu yang lama.
2. ciri- ciri statistik
Ciri- ciri statistik merupakan ciri- ciri kelompok yang tidak dapat di terapkan
pada individu, melainkan merupakan hasil perjumpaan dari ciri- ciri individu itu
sendiri, antara lain:
a. Kerapatan (kepadatan) atau ukuran besar populasi berikut parameter- parameter
utama yang mempengaruhi seperti natalitas, mortalitas, migrasi, imigrasi, emigrasi.
b. Sebaran (agihan, struktur) umur
c. Komposisi genetik (“gene pool” = ganangan gen)
d. Dispersi(sebaran individu intra populasi
Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan populasi kita harus
mengenal istilah-istilah yang dipakai, bahkan karena penelitian tentang populasi
menggunakan angka-angka, maka juga harus mengerti tentang matematika. Istilah-
istilah yang dimaksud misalnya yang dijumpai dalam mempelajari karakteristik
populasi.
2.3 Karakteristik populasi
1. Kerapatan Populasi dan Cara Pengukurannya
Kerapatan populasi adalah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan
satuan ruang (area), yang umumnya diteliti dan dinyatakan sebagai jumlah (cacah)
individu dan biomasa persatuan luas, persatuan isi( volume) atau persatuan berat
medium lingkungan yang ditempati. Misalnya, 50 individu tikus sawah per hektar, 300
individu keratela sp (zooplankton) per meter kubik air, 3 ton udang per hektar luas
permukaan tambak, atau 50 individu afik( kutu daun) per daun.
Pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung
kepada jenis apa dari organisme yang terlibat tetapi tergantung kepada jumlahnya
atau kerapatan populasinya kadang kala penting untuk membedakn kerapatan kasar
dari kerapatan ekologi( kerapatanspesifik.
Kerapatan kasar adalah kerapatan yang didasarkan atas kesatuan ruang total,
sedangkan kerapatan ekologi adalah kerapatan yang didasarkan atas ruang yang
benar- benar (sesungguhnya) ditempati (mikrohabitat). Contoh : kerapatan afik (kutu
daun) per pohon dibandingkan dengan kerapatan afik per daun,
Lebih lanjut, kerapatan populasi suatu hewan dapat dinyatakan dalam bentuk
kerapatan mutlak(absolut) dan kerapatan nisbi( relatif). Pada penafsiran kerapatan
mutlak diperoleh jumlah hewan per satuan area, sedangkan pada penafsiran kerapatan
nisbi nisbi hal itu tidak diperoleh, melainkan hanya akan menghasilkan suatu indeks
kelimpahan (lebih banyak atau sedikit, lebih berlimpah atau kurang berlimpah).
Pengukuran kerapatan populasi kebanyakan dilakukan dengan sensus atau
metode menggunakan sample (sampling).
A. Kerapatan mutlak
Pengukuran kerapatan mutlak dapat dilakukan dengan cara:
1. Pencacahan Total (perhitungan menyeluruh)
Metode ini disebut juga sensus yang digunakan untuk mengetahui jumlah nyata
dari individu yang hidup dari suatu populasi. Metode ini biasanya diterapkan kepada
daerah yang sempit pada hewan yang hidupnya menetap,misalnya porifera dan
binatang karang. Metode ini juga dapat digunakan untuk menentukan populasi hewan
yang berjalan lambat, misalnya jenis hewan dari coelenterata, siput air dan lain- lain
2. Metode Sampling (cuplikan)
Pada metode ini, pencacahan dilakukan pada suatu cuplikan (sample), yaitu
suatu proporsi kecil dari populasi dan menggunakan hasil cuplikan tersebut untuk
membuat taksiran kerapatan (kelimpahan) populasi.
Pemakaian metode ini bersangkut paut dengan masalah penentuan ukurann dan
jumlah cuplikan, oleh karena itu bersangkut paut pula dengan metode-metode
statistik. Beberapa metode pencuplikan yang digunakan antara lain:
A. Metode kuadrat
Pencuplikan dilakukan pada suatu luasan yang dapat berbentuk bujur sangkar,
persegi enam, lingkaran dan sebagainya. Prosedur yang umum dipakai disini adalah
menghitung semua individu dari beberapa kuadrat yang diketahui ukurannya dan
mengekstrapolasikan harga rata- ratanya untuk seluruh area yang diselidiki.
B. Metoda menangkap- menandai- menangkap ulang
Metode ini dinamakan juga dengan “mark-recapture”, metode ini mengambil
tiga asumsi pokok, yaitu: 1. individu- individu yang tidak bertanda maupun yang
bertanda ditangkap secara acak.2. individu- individu yang diberi tanda mengalami laju
mortalitas yang sama seperti yang tidak bertanda.3. tanda- tanda yang dikenakan pada
individu tidak hilang ataupun tidak tampak.
C. Metode removal (pengambilan)
Metode ini umum digunakan untuk menaksir besar populasi mamalia kecil.
Asumsi- asumsi dasar yang digunakan dalm metode pengambilan adalah sebagai
berikut: 1. populasi tetap stasioner selama periode penangkapan.2. peluang setiap
individu populasi untuk tertangkap pada setiap perioda panangkapan adalah sama.3.
probabilitas penangkapan individu dari waktu selama perioda penangkapan adalah
sama.
B. Pengukuran kerapatan nisbi (relatif)
Beberapa diantara pengukuran kelimpahan relatif adalah sebagai berikut :
· Menggunakan perangkap
· Menggunakan jala
· Menghitung jumlah felet faeses
· Frekuensi vokalisasi, indeks kelimpahan populasi dinyatakan sebagai frekuensi bunyi
persatuan waktu
· Tangkaan persatuan usaha
· Jumlah artifakta
· Daya makan
· Kuesioner
· Sensus tepi jalan
· Umpan manusia
2. Natalitas
Merupakan kemampuan populasi untuk bertambah atau untuk meningkatkan
jumlahnya, melalui produsi individu baru yang dilahirkan atau ditetaskan dari teliu
melalui aktifitas perkembangan.
Laju natalitas: jumlah individu baru per individu atau per betina per satuan waktu.
Ada dua aspek yang berkaitan dengan natalitas ini antara lain :
A. fertilitas
tingkat kinerja perkembangbiakan yang direalisasikan dalm populasi, dan tinggi
rendahnya aspek ini diukur dari jumlah telur yang di ovovivarkan atau jumlah anak
yang dilahirkan.
B. fekunditas
tingkat kinerja potensial populasi itu untuk menghasilkan individu baru.
Dalam ekologi dikenal dua macam natalitas yaitu: 1.natalitas maksimum= n. mutlak
(absolut)=n. 2. natalitas ekologi= pertambahan populasi dibawah kondisi lingkungan
yang spesifik atau sesungguhnya.
3. Mortalitas
Menunjukkan kematian individu dalam populasi. Juga dapat dibedakan dalam dua jenis
yakni:
A. mortalitas ekologik = mortalitas yang direalisasikan yakni,matinya individu
dibawah kondisi lingkungan tertentu.
B. mortalitas minimum(teoritis), yakni matinya individu dalam kondisi lingkungan
yang ideal, optimum dan mati semata- mata karena usia tua.
4. Emigrasi, imigrasi dan migrasi.
Ketiga istilah diatas bersangkut paut dengan perpindahan.
· Emigrasi : perpindahan keluar dari area suatu populasi.
· Imigrasi : perpindahan masuk ke dalam suatu area populasi dan mengakibatkan
meningkatkan kerapatan
· Migrasi : menyangkut perpindahan (gerakan) periodik berangkat dan kembali dari
populasi.
5. Distribusi Individu dalam Populasi
Distribusi individu dalam populasi, sering kali disebut sebagai dispersi atau pola
penjarakan (pola penyebaran) secara umum dapat di bedakan atas 3 pola utama yaitu:
1. Acak (Random)
Pada pola sebaran ini peluang suatu individu untuk menempati sesuatu situs
dalam area yang di tempati adalah sama, yang memberikan indikasi bahwa kondisi
lingkungan bersifat seragam. Keacakan berarti pula bahwa kehadiran individu lainnya.
Dalam sebaran statistik, sebaran acak ini ditunjukkan oleh varians (s2) yang sama
dengan rata-rata (x).
2. Teratur (Seragam, unity):
Pola sebaran ini terjadi apabila diantara individu-individu dalam populasi terjadi
persaingan yang keras atau ada antagonisme positif oleh adanya teritori-teritori terjadi
penjarakan yang kurang lebih merata. Pola sebaran teratur ini relatif jarang terdapat
di alam. Lewat pendekatan statistik, pola sebaran teratur ini di tunjukkan oleh varians
(s2) yang lebih kecil dari rata-rata (x)
3. Mengelompok (Teragregasi, Clumped)
Merupakan pola sebaran yang relatif paling umum terdapat di alam pengelompokan
itu sendiri dapat terjadi oleh karena perkembangbiakan, adanya atraksi sosial dan lain-
lain. Lewat pendekatan statistik, pola sebaran menelompok ini varians (s2) yang lebih
besar dari rata-rata (x)
6. Pertumbuhan Populasi
Suatu populasi akan mengalami pertumbuhan, apabila laju kelahiran di dalam
populasi itu lebih besar dar laju kematian, dengan mengasumsikan bahwa laju
emigrasi.
Dikenal dua macam bentuk pertumbuhan populasi, yakni bentuk pertumbuhan
eksponensial ( dengan bentuk kurva J) dan bentuk pertumbuhan sigmoid (dengan
bentuk kurva S).
1. Pertumbuhan Eksponensial
Pertumbuhan populasi bentuk eksponensial ini terjadi bilamana populasi ada
dalam sesuatu lingkungan ideal baik, yaitu ketersediaan makanan, ruang dan kondisi
lingkungan lainnya tidak beroperasi membatasi, tanpa da persaingan dan lain
sebagainya. Pada pertumbuhan populasi yang demikian kerapatan bertambah dengan
cepat secara eksponensial dan kemudian berhenti mendadak saat berbagai faktor
pembatas mulai berlaku mendadak.
2. Pertumbuhan Sigmoid
Pada pertumbuhan populasi yang berbentuk sigmoid ini, populasi mula-mula
meningkat sangat lambat (fase akselerasi positif). Kemudian makin capet sehingga
mencapai laju peningkatan secara logaritmik (fase logaritmik), namun segera menurun
lagi secara perlahan dengan makin meningkatnya pertahanan lingkungan, misalnya
yang berupa persaingan intra spesies (fase akselerasi negatif) sehingga akhirnya
mencapai suatu tingkat yang kurang lebih seimbang (fase keseimbangan). Tingkat
populasi yang merupakan asimptot atas dari kurva sigmod, yang menandakan bahwa
populasi tidak dapat meningkat lagi di sebut daya dukung (K= suatu konstanta). Jadi
daya dukung suatu habitat adalah tingkat kelimpahan populasi maksimal (kerapatan
jumlah atau biomasa) yang kelulus hidupannya dapat di dukung oleh habitat tersebut.
1.4 Penyebaran Populasi
A. Pengertian Jenis Endemik dan Kosmopolit
Endemik adalah Endemisme dalam ekologi adalah gejala yang dialami oleh
organisme untuk menjadi unik pada satu lokasi geografi tertentu, seperti pulau,
lungkang (niche), negara, atau zona ekologi tertentu. Untuk dapat dikatakan endemik
suatu organisme harus ditemukan hanya di suatu tempat dan tidak ditemukan di
tempat lain( Anonymous, 2010 ).
Menurut pakar biologi dan ekologi, endemik atau endemis berarti eksklusif asli
pada suatu tempat (biota). Suatu jenis tumbuhan dikatakan endemik apabila
keberadaannya unik di suatu wilayah dan tidak ditemukan di wilayah lain secara alami.
Istilah ini biasanya diterapkan pada unit geografi suatu pulau atau kelompok pulau,
tetapi kadang - kadang dapat berupa negara, tipe habitat atau wilayah. Tumbuhan
yang hidup pada suatu kepulauan cenderung berkembang menjadi tipe atau jenis
endemik karena isolasi geografi. Jenis endemik adalah jenis yang ditemukan secara
eksklusif pada suatu lokasi yang memiliki sifat-sifat spesifik, misalnya tanah serpentin (
tanah yang morfologinya berasal dari batuan ). Sedangkan jenis kosmopolit merupakan
kebalikan dari jenis endemik. Artinya dapat ditemukan di tempat luas. Istilah endemik
biasanya digunakan untuk daerah yang secara geografi terisolasi. Sementara
kosmopolit adalah terdapat diberbagai tempat.
Endemik dan kosmopolit dalam ekologi erat kaitannya dengan flora dan fauna.
Khusus di ekologi tumbuhan berkaitan erat dengan flora. Banyak yang telah mengenal
tumbuhan endemik dan kosmopolit yang berada di Indonesia. Tumbuhan endemik
adalah merupakan tumbuhan yang penyebarannya terbatas di wilayah yang tidak
terlalu luas, yang disebabkan oleh kondisi lingkungan setempat.
Terdapat macam-macam tumbuhan endemik, antara lain :
Tumbuhan endemik benua( ruang lingkup yang hanya terdapat di suatu benua)
Tumbuhan endemik regional ( ditemukan dalam sub regional saja)
Tumbuhan endemik lokal atau setempat ( hanya terdapat disuatu tempat saja misalnya
di Indonesia Bunga Raflesia arnoldi )
Tumbuhan endemik adalah tumbuhan yang daerah distribusinya sempit atau hanya
terdapat di daerah tertentu, contohnya Cendana dan Raflesia arnoldi.
Tumbuhan kosmopolit merupakan kelompok tumbuhan yang penyebarannya diseluruh
dunia. Tumbuhan kosmopolit ada tumbuhan yang daerah distribusinya luas atau
terdapat dimana-mana. Contohnya rumput dan lumut.
Penyebaran Jenis Endemik dan Kosmopolit. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi persebaran jenis endemik dan kosmopolit. Seperti keadaan iklim yang
mencakup curah hujan, suhu, jenis tanah dan topografi. Curah hujan merupakan
komponen iklim yang penting bagi sebagian besar organisme, terutama tumbuhan.
Daerah tropis mempunyai curah hujan dan suhu udara yang tinggi sehingga memiliki
lebih banyak spesies tumbuhan dan hewan dari pada daerah iklim sedang atau lainnya.
Pada ekosistem laut, pembentukan komunitas dipengaruhi oleh faktor suhu, air,
cahaya matahari, salinitas, tekanan air dan bentuk dasar laut. Iklim merupakan faktor
utama yang menentukan tipe tanah maupun spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah
tersebut. Sebaliknya, jenis tumbuhan yang ada menentukan jenis hewan dan
mikroorganisme yang akan menghuni daerah tersebut.
Pada dasarnya iklim tergantung pada matahari. Matahari bertanggung jawab
tidak hanya untuk intensitas cahaya yang tersedia untuk proses fotosintesis, tetapi
juga untuk temperatur umumnya. Iklim tropis yang menerima cahaya matahari secara
vertikal selama setahun penuh, mempunyai temperatur yang tingginya hampir tetap.
Di daerah-daerah lainnya secara kasar temperatur berbeda-beda dalam kuatitas dan
intensitas cahaya matahari pada musim yang berbeda. Temperatur di suatu daerah
menentukan batas-batas yang keras terhadap jenis-jenis organisme yang dapat hidup
di daerah tersebut. Karena temperatur berubah-ubah baik di daerah ketinggian
(altituda) maupun garis lintang (latituda), maka daerah pegunungan cenderung
menunjukan suatu variasi ketinggian dalam vegetasi dari dasar ke puncak yang
serupa, seperti yang tampak bila mengadakan perjalanan pergi jauh ke arah utara
(kutub utara) atau ke arah selatan (kutub selatan) dari equator. Komponen lain yang
dapat menentukan organisme apa yang dapat hidup di suatu daerah adalah
kelembaban. Udara yang hangat menahan/ menyimpan kelembaban lebih banyak dari
pada udara dingin, dan pada saat udara menjadi dingin beberapa dari kelembaban
dapat memadat sebagai air hujan, salju atau embun. Udara yang di panas di equator
akan naik atau mengembang atau menyebar luas dan menjadi dingin pada saat naik
lebih tinggi di atmosfer. Hal ini membuat udara dingin melepaskan beberapa
kelembabannya dan menghsilkan hujan tropis. Udara bergerak terus dan akhirnya
turun masuk tanah lagi menjadi lebih hangat dan mengumpulkan lebih banyak
kelembaban.
Penurunan dari udara kering ini dapat menciptakan gurun yang luas di dunia.
Lebih jauh ke utara dan ke selatan digaris lintang iklim sedang. Curah hujan yang
banyak diperlukan untuk mendukung pertumbuhan pohon-pohon yang besar,
sedangkan curah hujan yang lebih sedikit membantu komunitas yang di dominasi oleh
pohon-pohon yang lebih pendek, semak, belukar, rumput dan akhirnya kaktus atau
tumbuhan gurun lainnya. Dalam keadaan yang ekstrem, kekurangan curah hujan
mengakibatkan tidak ada tumbuhan sama sekali di daerah tersebut. Makin tinggi
curah hujan dan temperatur di suatu daerah (tanah), makin banyak dan makin besar
jumlah tumbuhan yang didukungnya. Dengan demikian iklim merupakan salah satu
faktor utama terbentuknya daerah-daerah persebaran bagi tumbuhan – tumbuhan
epifit dan kosmopolit.
Keadaan dari iklim inilah menciptakan suatu lingkungan terestrial yang
cenderung berubah dalam suatu pola karakteristik. Perubahan ini terjadi bertahap dan
akhirnya membentuk zona – zona tertentu dan tersendiri, yang masing – masing zona
membentuk bioma. Bioma dapat diartikan sebagai macam komunitas utama yang
terdapat pada suatu daerah yang dapat dikenal berdasarkan kenampakannya. Di
dalam suatu bioma terdapat jenis – jenis dari tumbuhan endemik dan kosmopolit yang
mewarnai keaneka ragaman dalam suatu bioma. Ada berbagai bioma di dunia yaitu
bioma gurun, sabana, hutan hujan tropis, hutan gugur dan savana.
a) Bioma Gurun
Bioma gurun dicirikan dengan kondisi iklim musim kering yang sangat ekstrim
dengan suhu udara yang tinggi. Bioma gurun ini tersebar di Amerika Utara yang
disebut praire, di Asia disebut steppa, Amerika Selatan disebut pampas, dan Afrika
Selatan disebut veld. Sesuai dengan kondisi alamnya, maka tidak semua jenis vegetasi
bisa tumbuh di gurun. Jenis vegetasi yang bisa bertahan hidup di daerah gurun antara
lain adalah kaktus, liliaceae, aloe, Kaktus saguora, dan cholla.
b) Bioma Sabana
Bioma sabana adalah padang rumput dengan diselingi oleh gerombolan
pepohonan. Berdasarkan jenis tumbuhan yang menyusunnya, sabana dibedakan
menjadi dua, yaitu sabana murni dan sabana campuran.
- Sabana murni : bila pohon-pohon yang menyusunnya hanya terdiri atas satu jenis
tumbuhan saja.
- Sabana campuran : bila pohon-pohon penyusunnya terdiri dar campuran berjenis-jenis
pohon.
c) Bioma Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan merupakan bioma paling kompleks, jumlah dan jenis vegetasinya
sangat banyak dan bervariasi, keadaan itu disebabkan oleh iklim mikro ( iklim yang
sesuai untuk tumbuh tanaman ) yang sangat sesuai bagi kehidupan berbagai jenis
tumbuhan. Iklim hutan hujan tropis dicirikan dengan musim hujan yang panjang, suhu
udara, dan kelembapan udara tinggi. Terdapat beberapa lapisan vegetasi dalam hutan
hujan, yaitu sebagai berikut:
a) Lapisan vegetasi yang tingginya mencapai 35-42 m, dan daunnya
merupakan ”kanopi” (payung) bagi vegetasi dibawahnya.
b) Lapisan tertutup kanopi dengan ketinggian vegetasi berkisar 20-35 m, pada
lapisan ini sinar matahari masih bias menembus.
c) Lapisan tertutup kanopi berkisar 4–20 m, merupakan daerah kelembapan udara relatif
konstan.
d) Lapisan vegetasi dengan ketinggian berkisar 1-4 m.
e) Lapisan vegetasi dengan ketinggian antara 0-1 m, berupa anakan pohon serta
semak belukar.
Bioma hutan hujan tropis tersebar di daerah antara 10º LU dan 10º LS,
termasuk di dalamnya Hutan Amazon (Amerika Tengah), Afrika Barat, Madagaskar
Timur, Asia Selatan (Indonesia dan Malaysia), dan Australia.
d) Bioma Hutan Gugur
Ciri khas dari bioma ini adalah warna daun yang berwarna oranye keemasan.
Hal ini disebabkan karena pendeknya hari sehingga merangsang tanaman menarik
klorofil dari daun sehingga diisi pigment lain. Jenis vegetasi yang tumbuh adalah
quercus (oak), acer (maple), castanea dan lain-lain. Tersebar di Eropa Barat, Eropa
Tengah, Asia Timur (Korea dan Jepang) dan Timur Laut Amerika. Vegetasi jenis ini
hanya dapat ditemui di Benua Eropa serta Asia Timur, karena vegetasi ini hidup pada
kawasan subtropis dengan iklim semi selama enam bulan serta mengalami musim
gugur saat musim kering sampai musim dingin.
e) Bioma Savana
Bioma savana beriklim asosiasi antara iklim tropis basah dan iklim kering yang
terbentang dari kawasan tropika sampai subtropik. Daerah tropika sampai subtropika
dengan curah hujan yang tidak teratur menyebabkan tanah di daerah tersebut
mempunyai tingkat kesuburan sangat rendah. Vegetasi yang tumbuh adalah rumput-
rumputan, seperti gramineae jenis rumput yang hidup sepanjang tahun dengan
ketinggian rumput mencapai 2,5 m lebih. Bioma ini tersebar di Afrika Timur, Amerika
Tengah, Australia, dan Asia Timur. Indonesia memiliki 2 bioma yaitu bioma hutan
hujan tropis dan savanna. Dimana banyak terdapat tumbuhan endemik dan kosmopolit.
Di bioma hutan hujan tropis sendiri banyak di ketemukan tumbuhan endemik
yang hanya dapat tumbuh di Indonsia misalnya saja:
1. Bunga bangkai (Amorphophalus titanum) di Sumatera
2. Rafflesia arnoldi di Sumatra
3. Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata) di Kalimantan
4. Kayu Eboni (Diospyros sp) di Sulawesi
5. Kayu Cendana (Santalum album) di Nusa Tenggara
6. Sagu (Metroxylon sagu) di Papua
7. Matoa (Pometia pinnata)
8. Rafflesia borneensis di Kalimantan
9. Rafflesia cilliata di Kalimantan Timur
10. Rafflesia horsfilldii di Jawa
11. Rafflesia patma di Nusa Kambangan dan Pangandaran
12. Sawo Kecik (Manilkara Kauki) Di Jawa
13. Bambu manggong (Gigantochloa manggong) di Jawa
14. Ketapang (Terminalia cattapa)
Saat ini, jumlah tumbuhan endemik di Indonesia khususnya telah mengalami
kepunahan maka dari itu perlu dilakukan beberapa cara seperti melakukan
perlindungan–perlindungan pada tanaman endemik. Beberapa cara tersebut adalah :
1.Mendirikan cagar alam untuk melindungi tumbuhan endemic
2.Penguatan upaya pemerintah melindungi tumbuhan endemic
3.Memperbanyak spesies tumbuhan endemik misalnya dengan cara kultur jaringan
4.Sosialisasi pada masyarakat akan pentingnya melindungi tumbuhan endemic
1.5 Pola Penyebaran Individu Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran
populasi
1.5.1 Penyebaran populasi
Penyebaran adalah pola tata ruang individu yang satu relative terhadap yang
lain dalam populasi. Penyebaran atau distribusi individu dalam satu populasi
bias bermacam–macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu :
enyebaran secara acak, penyebaran secara merata, dan penyebaran berkelompok
(Rahardjanto, 2001)
Penyebaran secara teratur (regular dispersion) dengan individu – individu yang
kurang lebih berjarak sama satu dengan yang lain, jarang terdapat di alam, tetapi
umumnya di dalam suatu ekosistem yang dikelola, dan disini tanaman atau pohon
memang sengaja datur seperti itu yaitu jarak yang sama untuk menghasilkan produk
yang optimal (Setiono, 1999).
Penyebaran acak (random dispersion) juga sangat jarang terjadi dialam.
Penyebaran semacam ini biasanya terjadi apabila factor lingkunganya sangat seragam
unuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat – sifat untuk
berkelompok dai organisme tersebut,, dalam tumbuhan ada bentuk – bentuk organ
tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompokan tumbuhan (Azhari, 2007).
Penyebaran secara merata, umum terdapat padaa tumbuhan. Penyebaran
seacam ini terjadi apabila adapersaingan yang kuat diantara individu – individu dalam
populasi tersebut. Pada tumuhan misalnya untuk mendapatkan nutrisi dan ruang
(Lestari, 2001).
Penyebaran secara berkelompok (clumped dispersion) dengan individu –
individu yang bergerombol dalam kelompok – kelompok adalah yang paling umum
terdapat dialam, terutama untuk hewan (Hastuti, 2007).
Krebs, S.J. 1989. Ekofarming. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Lestari, P. 2001. Fraksional POOL Bahan Organik Tanah Labil Pada Lahan Hutan dan
Lahan Deforestasi. Jurnal Ilmu – Ilmu Pertanian Indonesia Volume 3 No 2, 2001. Hal
75 – 83.
Margian, Wolf. 1988. General Ecology. Saunders College Pub. New York.
Pratiwi, D.A dkk. 2007. Biologi SMA. Erlangga: Jakarta
Riberu, Paskalis. 2002. Pembelajaran Ekologi. Jurnal Pendidikan Penabur – No.01 / Th.I /
Maret 2002.
Rifqi, MA. Ekologi Dasar; Keterbatasan, Komunitas, Nich, dan Suksesi.
Setiono, Djoko. 1999. Keberadaan Taman Nasional Baluran Terancam Acacia Nilotica
(Akasia Duri). Jurnal Nasional Taman Baluran Vol 5 No 14, 1999. Hal 45 – 58.
Anonymous. 2010 .http://biologimanzapo.blogspot.com/2010/02/reproduksi pada-
tumbuhan.html ( 17 Oktober 2010 )
Anonymous. 2010. http://blog.unila.ac.id/istafada/2010/05/24/120/comment-page-1/ ( 17
Oktober 2010 )
Anonymous. 2010. http://iwandrsgeo81.wordpress.com/ ( 17 Oktober 2010 )
Anonymous. 2010. http://riyn.multiply.com/journal/item/15( 23 Oktober 2010 )
Anonymous. 2010. http://tedbio.multiply.com/journal/item/29/Biogeografi(23Oktober
2010 )
Anonymous. 2010. http://zogakurniawan.blogspot.com/2010/02/macam-macam-bioma-di-
dunia.html( diakses 17 Oktober 2010 )
Dinamika Populasi
Merupakan ilmu yang mempelajari pertumbuhan serta pengaturan populasi. Hal ini tentu
berkaitan dengan parameter populasi. Khusus di dalam pengaturan kerapatan populasi dikenal
adanya mekanisme “density dependent” (mekanisme yang bergantung kepada kerapatan) dan
mekanisme “density independent” (mekanisme yang tak bergantung pada kerapatan).
Secara umum, aspek-aspek yang dipelajari dalam dinamika populasi adalah:
a. Populasi sebagai komponen dari sistem lingkungan.
b. Perubahan jumlah individu dalam populasi.
c. Tingkat penurunan, peningkatan, penggantian individu dan proses yang menjaga kestabilan
jumlah individu dalam populasi.
d. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan jumlah individu dalam populasi.
http://rizalsuhardieksakta.blogspot.com/2012/12/dinamika-populasi.html
Dinamika populasi adalah konsep batasan identifikasi populasi dan stok serta parameter perubahan yaitu pendugaan pertumbuhan, rekuitmen, mortalitas alami dan penangkapan (Syafril, 2012)