KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL DAN...Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report...
Transcript of KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL DAN...Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report...
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1
DAN 18 s.d. 24 Mei 2020
KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL
I. Pasar Global
Pasar Saham. Bursa saham AS menguat pada perdagangan pekan lalu.
Dalam sepekan, indeks Dow Jones menguat 3,29 persen ke level 24.465,16,
indeks S&P 500 menguat 3,20 persen ke level 2.955,45, dan indeks Nasdaq
menguat 3,44 persen ke level 9.324,59 dipengaruhi perkembangan uji coba
vaksin virus corona, dan optimisme investor terhadap rencana pelonggaran
lockdown dan reopening perekonomian AS.
Indikator 22 Mei 2020 Perubahan (%)
WoW YoY Ytd
T1 ---- Nilai Tukar/USD ---- Euro 0.92 0.76 (2.78) (2.84) Yen 107.64 (0.54) 1.53 0.89
GBP 0.82 0.50 (4.51) (8.99) Real 5.53 5.53 (37.52) (37.26)
Rubel 71.62 2.69 (11.10) (15.54) Rupiah 14,710.00 1.01 (2.22) (6.09) Rupee 75.96 (0.51) (9.26) (6.42) Yuan 7.14 (0.49) (3.42) (2.49) KRW 1,237.00 (0.47) (4.10) (6.98) SGD 1.42 0.13 (3.61) (5.87)
Ringgit 4.36 (0.26) (4.17) (6.64) Baht 31.90 0.51 (0.15) (6.45) Peso 50.71 0.05 2.80 (0.12)
T2 ----- Pasar Modal ------
DJIA 24,465.16 3.29 (4.38) (14.27) S&P500 2,955.45 3.20 4.58 (8.52)
FTSE 100 5,993.28 3.34 (17.65) (20.54) DAX 11,073.87 5.82 (7.80) (16.42)
KOSPI 1,970.13 2.22 (3.68) (10.35) Brazil IBrX 867.56 2.29 (29.20) (33.75)
Nikkei 20,388.16 1.75 (3.45) (13.82) SENSEX 30,672.59 (1.37) (22.22) (25.65)
JCI 4,545.95 0.85 (24.95) (27.84) Hangseng 22,930.14 (3.64) (16.17) (18.66) Shanghai 2,813.77 (1.91) (1.38) (7.75)
STI 2,499.83 (0.94) (21.14) (22.43) FTSE KLCI 1,436.76 2.37 (10.11) (9.57)
SET 1,303.97 1.81 (19.21) (17.46) PSEi 5,539.19 (0.05) (28.50) (29.12)
T3 ------ Surat Berharga Negara ------ Yield 5 th, (FR 81) 6,88 (24) n/a 50 Yield 10 th, (FR82) 7,47 (29) n/a 44
T4 ------ Komoditas ------ Brent Oil 35.13 8.09 (48.86) (46.77)
CPO 2,240.00 5.91 13.36 (26.34) Gold 1,734.68 (0.52) 35.00 14.33 Coal 51.95 1.96 (37.90) (23.26)
Nickel 12,250.00 3.33 (0.85) (12.66) T5 ------ Rilis Data ------
GDP (qoq) Jepang Q1 : (0,9) Q4 : (1,9) Thailand Q1 : (2,2) Q4 : 0,2
CPI (yoy) Inggris Apr : 0,8 Mar : 1,5 Uni Eropa Apr : 0,3 Mar : 0,7
Retail Sales (mom) Inggris Apr : (18,1) Mar : (5,2) Interest Rate Jepang Mei : (0,1) Apr : (0,1)
India Mei : 4,0 Apr : 4,4 Initial Jobless Claim AS Mei : 2,44 Jt Mei : 2,69 Jt Existing Home Sales AS Apr : 4,33 Jt Mar : 5,27 Jt
Highlight Minggu Ini
• Bursa saham AS pada perdagangan minggu lalu ditutup menguat
karena dorongan positif dari uji coba virus corona. Hal tersebut juga
terjadi di Bursa saham dari kawasan Eropa dan Asia, yang mayoritas
ditutup menguat didorong oleh perkembangan positif uji coba vaksin
corona yang dilakukan di beberapa negara.
• Indeks dollar AS pada pekan lalu melemah 0,54 persen dari posisi 100,40
menjadi 99,86, sementara yield US Treasury tenor 10 tahun bergerak
naik 2 bps di level 0,66 persen. Naiknya yield obligasi pemerintah AS
didorong oleh turunnya permintaan terhadap obligasi pemerintah
karena kekhawatiran investor terhadap perekonomian AS menurun
setelah adanya perkembangan positif uji coba vaksin dan pelonggaran
lockdown.
• Dari pasar komoditas, harga minyak pada pekan lalu menguat
dipengaruhi oleh meningkatnya proyeksi permintaan minyak dunia
setelah adanya kebijakan pelonggaran lockdown. Penguatan harga juga
terjadi pada komoditas CPO dan batu bara pada perdagangan pekan
lalu.
• Dari pasar keuangan domestik, IHSG menguat 0,85 persen ke level
4.545,95 secara mingguan dengan investor non residen mencatatkan
net buy sebesar Rp13,79 triliun dalam sepekan, yield SUN
seri benchmark pada Jumat (22/5) bergerak turun antara 21 hingga 29
bps dibandingkan posisi Jumat (15/5). Sementara itu, nilai tukar rupiah
menguat 1,01 persen terhadap dolar AS ke level Rp14.710. Secara ytd,
rata-rata penutupan harian Rupiah berada di level Rp14.631 per US$.
• Memasuki triwulan kedua, dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19
mulai terasa meningkat. Neraca perdagangan di bulan April yang baru
saja dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada pertengahan Mei lalu
tercatat sebesar negatif US$344,7 juta. Hal tersebut sejalan dengan
penurunan impor yang cukup signifikan yang tercatat pada Current
Account Deficit (CAD) pada triwulan I-2020 lalu. Ke depan, penurunan
aktivitas perdagangan dapat menimbulkan adanya shock yang cukup
keras pada perekonomian di masa depan. Selain itu, penurunan aktivitas
produksi dan investasi, dan pelemahan daya beli harus terus diwaspadai
di tengah adanya pandemi ini.
Gambar 1. Pasar Saham Global
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 2
KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL
Gambar 4. Slope US Yield curve dan Resesi
Gambar 2. Yield treasury AS tenor 10 tahun turun 4 bps
pada hari Jumat (15/5)
Perusahaan farmasi asal AS, Moderna, melaporkan bahwa pihaknya telah
melakukan uji coba vaksin corona dan menujukkan perkembangan yang cukup
positif. Perkembangan positif tersebut membuat para investor melakukan aksi
beli di bursa saham, dan mendorong bursa menguat, termasuk harga saham
Moderna yang menguat hingga 26 persen.
Informasi perkembangan uji coba vaksin yang positif di AS juga berasal dari Dr.
Anthony Fauci, Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases.
Dr. Fauci mengatakan pada pers pekan lalu bahwa dirinya optimis vaksin
corona akan segera ditemukan sebelum Desember tahun 2020 ini. Pernyataan
Dr. Fauci tersebut memberikan optimisme investor.
Terakhir, meskipun menjadi negara dengan kasus corona terbanyak di dunia,
pertumbuhan kasus baru corona di AS telah memasuki fase menurun. Hal
tersebut menjadi dasar pertimbangan pelonggaran lockdown dan pembukaan
kembali ekonomi AS. Hal tersebut memberikan keyakinan bahwa
perekonomian AS bisa segera berangsur normal pada awal semester kedua
tahun ini.
Dari kawasan Eropa, bursa saham FTSE 100 Inggris dan DAX Jerman
menguat pada perdagangan pekan lalu. Penguatan bursa saham di Kawasan
Eropa didorong oleh perkembangan uji coba vaksin yang menunjukkan tanda-
tanda positif dan kondisi perekonomian yang mulai berangsur normal setelah
adanya pelonggaran lockdown. Perkembangan positif penemuan vaksin
corona datang dari sejumlah negara, seperti AS, Inggris, dan Tiongkok. Hal
tersebut membuat investor optimis bahwa pandemi corona dapat segera
berakhir.
Selain itu, perekonomian di sejumlah negara Eropa yang mulai melonggarkan
lockdown berangsur mulai menunjukkan aktivitas normal. Meskipun hal
tersebut berisiko menimbulkan gelombang kedua corona, para pelaku pasar
memandang optimis perkembangan aktivitas ekonomi. Pada pekan lalu, bursa
saham FTSE 100 di Inggris menguat 3,34 persen ke level 5.993,28, dan bursa
saham DAX Jerman menguat 5,82 persen ke level 11.073,87.
Dari kawasan Asia, bursa saham yang diamati mayoritas ditutup menguat,
kecuali bursa saham Hangseng Hong Kong, STI Singapura, dan Shanghai
Tiongkok. Pergerakan bursa saham di kawasan Asia pada pekan lalu masih
dipengaruhi oleh perkembangan kasus baru corona. Pada pekan lalu, bursa
saham Kospi di Korea Selatan menguat 2,22 persen ke level 1.970,13, bursa
saham Nikkei di Jepang menguat 1,75 persen ke level 20.388,16, bursa saham
Malaysia menguat 2,37 persen ke level 1.436,76, bursa saham SET Thailand
menguat 1,81 persen ke level 1.303,97, sedangkan bursa saham STI di
Singapura melemah 0,94 persen ke level 2.499,83, bursa saham Hangseng di
Hong Kong melemah 3,64 persen ke level 22.930,14, dan bursa saham Shanghai
di Tiongkok melemah 1,91 persen ke level 2.813,77.
Pasar Uang. Indeks dollar AS berbalik melemah sebesar 0,54 persen dalam
sepekan terhadap enam mata uang utama dunia dari posisi 100,40 pada
Jumat (15/5) menjadi 99,86 pada akhir perdagangan pekan lalu (22/5).
Mata uang dollar AS secara umum terkoreksi sepanjang pekan lalu di tengah
penguatan Euro akibat adanya program dana pemulihan wabah virus corona
untuk Eropa. Selain itu, pelemahan dollar AS disebabkan oleh ekspektasi pelaku
pasar terhadap pemulihan ekonomi dunia dari kejatuhan yang disebabkan oleh
virus corona. Namun demikian, indeks dollar AS mengalami kenaikan harian di
akhir pekan karena meningkatnya ketegangan hubungan antara Amerika
Serikat dan Tiongkok terkait kebebasan sipil di Hongkong yang memicu
Gambar 3. Fed Balance Sheet dan government bond
yields
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 3
KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL
Gambar 6. Selain emas, harga hard commodities yang
diamati menguat secara mingguan
Gambar 5. Harga minyak mentah Brent, minyak mentah
WTI, dan batubara ICE Newcastle menguat secara
mingguan
permintaan untuk mata uang safe-haven. Seorang pejabat senior Gedung Putih
mengatakan bahwa rencana Beijing untuk memberlakukan Undang-Undang
keamanan nasional yang baru di Hongkong dapat menyebabkan sanksi AS dan
memperburuk hubungan yang sudah memanas. Presiden Donald Trump
memperingatkan bahwa Amerika Serikat akan bereaksi sangat kuat terhadap
Undang-Undang tersebut. Hong Kong berisiko kehilangan sebagian dari
ketentuan perdagangan khusus antara Hong Kong dan Amerika Serikat, yang
membantu mempertahankan posisinya sebagai pusat keuangan global.
Pasar Obligasi. Yield US Treasury tenor 10 tahun pada akhir pekan lalu
(15/5) ditutup di level 0,66 persen atau naik 2 bps bila dibandingkan
penutupan pekan sebelumnya di angka 0,64 persen. Tingkat imbal hasil
obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun turun didorong oleh turunnya
permintaan US treasury bond akibat menurunnya kekhawatiran investor
terhadap perekonomian AS setelah adanya perkembangan positif uji coba
vaksin dan pelonggaran lockdown.
Pasar Komoditas. Harga minyak Brent kontrak berjangka acuan global
kembali menguat pada perdagangan pekan lalu. Harga minyak Brent acuan
global menguat 8,09 persen ke level US$35,13 per barel. Pelonggaran lockdown
dan reopening economy yang dilakukan di sejumlah negara menjadi salah satu
faktor utama yang mempengaruhi penguatan harga minyak mentah. Kembali
dibukanya perekonomian membuat proyeksi permintaan minyak mentah akan
meningkat. Di sisi lain, pasokan minyak dunia akan terus dikontrol oleh OPEC+
untuk menjaga harga minyak mentah tetap stabil.
Harga komoditas batu bara ICE Newcastle pada pekan lalu (22/5) ditutup
menguat 1,96 persen ke level US$51,95 per metriks ton dibandingkan
dengan penutupan pekan sebelumnya di level US$50,95 per metriks ton.
Dengan begitu, harga batu bara telah mengakhiri pelemahan selama tujuh
pekan sebelumnya. Pelemahan harga batu bara pada pekan lalu terjadi
meskipun ketegangan hubungan Tiongkok-Australia meningkat. Hubungan
kedua negara tersebut memburuk setelah Perdana Menteri Australia, Scott
Morrison, mendesak Tiongkok bertanggung jawab atas penyebaran virus Covid-
19 yang menjadi pandemi global. Tiongkok merespon dengan cukup keras
dengan tiba-tiba mengenakan bea masuk anti dumping dan subsidi sebesar
80,5 persen untuk sereal (barley) asal Australia pada awal pekan lalu. Bahkan bea
masuk tersebut akan dikenakan setidaknya selama lima tahun ke depan yang
dapat direvisi tergantung situasi dan kondisi. Tidak hanya barley, Tiongkok juga
mempertimbangkan untuk mempersulit masuknya produk-produk asal
Australia lainnya seperti anggur (wine), produk susu (dairy), makanan laut, dan
buah-buahan. Caranya adalah dengan pemeriksaan yang lebih ketat,
pengenaan bea masuk, dan penundaan kepabeanan. Tiongkok bisa saja
menyetop impor seluruh produk dari Australia termasuk batu bara yang
menyebabkan kekhawatiran penurunan permintaan yang tajam. Sebagaimana
diketahui, Tiongkok merupakan salah satu pembeli terbesar batu bara Australia
senilai AU$13,84 miliar pada tahun fiskal 2017/2018. Kekhawatiran sedikit
mereda karena Tiongkok sangat bergantung pada batu bara coking Australia
yang dipakai untuk proses pembuatan baja. Hal ini dikarenakan sedikitnya
alternatif pengganti, di mana pengiriman dari Kanada atau Amerika Serikat (AS)
akan terlalu lama.
Dari komoditas CPO, harga CPO berjangka kontrak acuan di Bursa Malaysia
Derivatives Exchange pekan lalu menguat sebesar 5,91 persen. Harga CPO
ditutup menguat ke level 2.240 Ringgit/ton pada Jumat (22/5) dari penutupan
pekan sebelumnya di level 2.115 Ringgit/ton. Kenaikan harga CPO pada pekan
lalu terjadi setelah India melanjutkan pembelian CPO Malaysia setelah aksi
Gambar 7. Selain kedelai dan kopi, harga soft
commodities menguat secara mingguan
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 4
KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL
boikot empat bulan menyusul perseteruan diplomatik antar kedua negara.
India melakukan pembelian didorong oleh terjadinya penurunan cadangan
domestik dan diskon harga. Data pelacakan kapal oleh Refinitiv menunjukkan,
total impor minyak sawit India untuk empat bulan pertama tahun ini merosot
lebih dari 50 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu menjadi
1,11 juta ton. Pembelian tersebut juga terjadi ditengah hubungan
perdagangan kedua negara yang membaik, pasca pembentukan
pemerintahan baru Malaysia. Pekan lalu, Malaysia meneken kesepakatan
pembelian 100.000 ton beras dari India. Sedangkan, para importir terkemuka
India minggu lalu menandatangani kontrak hingga 200.000 ton CPO dari
Malaysia. Produsen CPO terbesar kedua di dunia ini akan mengirimnya pada
Juni dan Juli nanti.
IHSG menguat 0,85 persen pada perdagangan minggu lalu ke level
4.545,95 dan diperdagangkan di kisaran 4.519,51 – 4.609,04. Investor non
residen mencatatkan net buy pada perdagangan pekan lalu, dengan total
mencapai Rp13,79 triliun dan tercatat beli bersih sebesar Rp8,0 triliun
secara mtd, sedangkan secara ytd tercatat jual bersih sebesar Rp11,13
triliun. Nilai rata-rata transaksi perdagangan harian selama
sepekan terpantau naik dari level Rp6,40 triliun ke level Rp18,51 triliun pada
pekan lalu.
Dari pasar SBN, yield SUN seri benchmark pada Jumat (22/5) bergerak
turun antara 21 hingga 29 bps dibandingkan posisi Jumat
(15/5). Berdasarkan data setelmen BI tanggal 19 Mei 2020, kepemilikan
investor non residen naik sebesar Rp2,62 triliun (0,28 persen) dibandingkan
posisi Jumat (15/5), dari posisi Rp921,14 triliun (30,21 persen) ke posisi
Rp923,76 triliun (30,37 persen).
Nilai tukar Rupiah menguat sebesar 1,01 persen pada sepekan lalu ke
level 14.710 per US$. Secara year to date Rupiah tercatat melemah sebesar
6,09 persen terhadap US$. Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah relatif
meningkat selama sepekan lalu, sebagaimana tercermin dari
perkembangan spread harian antara nilai spot dan non deliverable forward 1
bulan yang bergerak naik dalam rentang Rp55 sampai Rp336 per US$, lebih
tinggi dibanding spread Rp112 sampai Rp181 per US$ per US$ pada pekan
sebelumnya. Pekan lalu, Rupiah diperdagangkan di kisaran 14.710 – 14.888
per US$. Secara ytd, rata-rata penutupan harian Rupiah berada di level
Rp14.631 per US$.
III. Perekonomian Internasional
Dari kawasan AS, Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (21/5)
melaporkan 2,4 juta orang mengajukan tunjangan pengangguran pekan lalu.
Secara total dalam sembilan pekan, jumlah pengajuan total selama pandemi
menjadi lebih dari 38 juta. Jumlah klaim berkelanjutan berada di 25,07 juta,
level tertinggi dalam catatan. Angka ini menunjukan tren penurunan dari
minggu sebelumnya, namun dampak pelonggaran kebijakan lockdown belum
terlihat cukup menyediakan lapangan pekerjaan.
Penjualan rumah di AS mencatat penurunan terbesar selama kurun hampir 10
tahun pada April 2020 sebagai dampak dari pandemi Covid-19 yang
mengurangi permintaan atas perumahan. Existing Home Sales tercatat turun
17,8 persen (mom) atau sebanyak 4,33 juta unit pada April. Catatan ini turun
dari bulan Maret yang turun 8,5 persen (mom) atau sebanyak 5,27 juta unit.
Dari kawasan Eropa, Badan Statistik Uni Eropa mencatat inflasi di Uni Eropa
mencapai 0,3 persen secara tahunan pada April 2020. Angka ini merupakan
yang terendah selama hampir empat tahun terakhir dan lebih rendah dari
perkiraan di 0,4 persen. Pada April, harga makanan, alkohol dan tembakau
Gambar 9. Tekanan terhadap Rupiah meningkat dibanding
pekan sebelumnya
Gambar 8. Pasar Keuangan Indonesia sepekan: Rupiah
terapresiasi, IHSG menguat, dan yield SBN seri
benchmark turun
Gambar 10. Nilai tukar mata uang utama Asia yang
diamati bervariasi terhadap dolar AS secara mingguan
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 5
KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL
Gambar 12. Lebih dari 856.000 warga Inggris meminta
tunjangan pengangguran pada bulan April
Gambar 13. PDB Jepang tercatat minus 0,9% qoq pada
kuartal I 2020
menjadi kontributor tertinggi. Dari Inggris Raya, inflasi juga tercatat di angka
terendah dalam kurun hampir empat tahun di level 0,8 persen (yoy) dari 1,5
persen pada Maret 2020. Tekanan terhadap inflasi berasal dari penurunan
harga bahan bakar, energi dan biaya transportasi, serta pakaian.
Lebih dari 856.000 warga Inggris minta tunjangan pengangguran pada bulan
April, jumlah tertinggi sejak 1996. Sebagian besar klaim pengangguran
tersebut merupakan indikasi dampak pandemi Covid-19 bagi orang-orang
yang kehilangan pekerjaan dan penutupan sejumlah bisnis. Kantor Statistik
Nasional Inggris (ONS) menyebutkan klaim bulan April tersebut menambah
jumlah pengangguran menjadi 2,1 juta. Sementara itu, tingkat
pengangguran Inggris mencapai 3,9 persen pada bulan Maret. Beberapa
analis memperkirakan tingkat pengangguran akan mendekati 10 persen
pada musim gugur. Analis juga mengatakan, situasi pengangguran di Inggris
bisa jauh lebih buruk jika pemerintah tidak membentuk program retensi
pekerjaan dan memasukkan mereka dalam daftar gaji pemerintah.
Dari kawasan Asia Pasifik, Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang tercatat
minus 0,9 secara qoq pada Q1-2020, meskipun penurunan tersebut lebih
kecil dari proyeksi para analis yang berada di kisaran 1,2 persen. Jepang telah
mengalami kontraksi sejak Q4-2019 akibat Topan Hagibis yang melanda
Jepang. Kini ekonomi Jepang kembali masuk ke dalam periode resesi akibat
pandemi virus corona yang menyebabkan konsumen membatasi
pengeluaran untuk kebutuhan pokok dan perusahaan memangkas investasi,
produksi, dan perekrutan untuk tetap bertahan di tengah pandemi. Secara
yoy, PDB Jepang terkontraksi 3,4 persen pada Q1-2020. Penurunan ini
diprediksi masih akan berlanjut ke kuartal berikutnya.
Bank Sentral India (RBI) kembali menurunkan tingkat suku bunga acuannya
untuk kedua kalinya di tahun ini. RBI memotong suku bunga acuannya
sebesar 40 bps menjadi 4,0 persen, juga dengan reverse repo rate sebesar
40 bps ke level 3,35 persen. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk melawan
tekanan ekonomi yang sedang berlangsung, di tengah pandemi Covid-19
yang melanda India.
IV. Perekonomian Domestik
Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 18-19 Mei 2020 memutuskan Bank
Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo
Rate (BI7DRR) di level 4,5 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75
persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,25 persen. Gubernur BI,
Perry Warjiyo, menyebutkan kebijakan tersebut telah disesuaikan dengan
kondisi ekonomi global dan domestik serta mempertimbangkan perlunya
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian keuangan
global.
Defisit transaksi berjalan Q1-2020 menurun dipengaruhi oleh penurunan
impor sejalan dengan perlambatan ekonomi domestik. Defisit transaksi
berjalan sebesar US$3,9 miliar atau 1,4 persen dari Produk Domestik Bruto
(PDB), jauh lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya yang
mencapai US$8,1 miliar atau 2,8 persen dari PDB. Penurunan defisit transaksi
berjalan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan surplus neraca perdagangan
barang, disertai dengan penurunan defisit neraca jasa dan neraca
pendapatan primer. Transaksi modal dan finansial Q1-2020 tercatat menurun
signifikan, di tengah tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global.
Transaksi modal dan finansial defisit sebesar US$2,9 miliar, terutama
dipengaruhi oleh defisit investasi portofolio, setelah pada triwulan
sebelumnya surplus sebesar US$12,6 miliar.
Gambar 11. Penjualan ritel AS anjlok pada April 2020
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 6
KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL
Penurunan aktivitas ekspor impor pada bulan April yang cukup
dalam ini harus diwaspadai, terutama penurunan pada impor
bahan baku atau penolong yang cukup signifikan. Penurunan
pada impor bahan baku atau penolong dapat diperkirakan
sebagai adanya penurunan pada aktivitas industri di dalam
negeri. Secara umum, penurunan impor bahan baku dan
penolong merupakan tanda yang kurang bagus bagi
perekonomian. Sebab, impor barang-barang tersebut
merupakan refleksi kegiatan produksi dan investasi di dalam
negeri. Artinya, dengan adanya penurunan impor bahan baku
dan penolong, aktivitas produksi dan investasi juga mengalami
penurunan.
Masih seputar aktivitas perdagangan, Bank Indonesia
memprediksi penjualan ritel di bulan April akan turun di kisaran
11,8 persen, atau melanjutkan pelemahan yang yang sudah
terjadi sebesar 4,5 persen di bulan Maret. Penurunan pada
penjualan ritel terjadi di hampir seluruh kelompok komoditas.
Yang terdalam adalah kelompok barang lainnya, khususnya
subkelompok sandang yang turun sebesar 60,5 persen pada
bulan Maret, dan diprediksi akan terus turun hingga sebesar
67,3 persen pada awal triwulan II-2020 ini. Namun, penurunan
pada penjualan ritel tidak terjadi di kelompok makanan,
minuman, dan tembakau yang masih menunjukkan
pertumbuhan yang cukup solid.
Tekanan pada penjualan ritel pada bulan-bulan mendatang
diperkirakan masih akan cukup kuat mengingat situasi
perekonomian yang masih penuh ketidakpastian akibat
adanya pandemi. Tekanan tersebut berpengaruh terhadap
harga eceran di tingkat pedagang yang tercermin dari Indeks
Ekspektasi Harga (IEH) yang mengalami penurunan ke posisi
160,7, lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya
yang berada di level 173,0. Dalam hal ini, pada beberapa bulan
ke depan permintaan konsumen diperkirakan akan melemah
karena penurunan IEH dapat merefleksikan penurunan harga
barang akibat adanya pelemahan permintaan oleh konsumen,
setidaknya dalam tiga bulan ke depan.
Sebagai penutup, penurunan aktivitas perdagangan dapat
menimbulkan adanya shock yang cukup keras pada
perekonomian di masa depan. Hal tersebut dikarenakan
adanya potensi tekanan dari dua sisi, baik sisi supply yang
diakibatkan oleh penurunan aktivitas produksi dan investasi,
maupun sisi demand yang diakibatkan oleh pelemahan daya
beli. (RF)
Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Penyusun: Kindy Rinaldy Syahrir, Alfan Mansur, Pipin Prasetyono, Adya Asmara Muda, Nurul Fatimah, Indah Kurnia JE, Ari Nugroho Tajuk: Kindy Rinaldy Syahrir Sumber Data: Bloomberg, Reuters,
CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNN Money, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan, Kompas, Media Indonesia, Tempo, Antara News
Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.
menutup Spring Meeting
yang diselenggarakan
sepanjang minggu lalu. Para
pembuat kebijakan
menyampaikan pesan
mengenai kekhawatiran
yang bercampur dengan
optimisme prospek ekonomi
ke depan. Para Menteri
Keuangan dunia mengakhiri
pembicaraan di Washington
DC yang memadukan
kekhawatiran terhadap
keadaan ekonomi dunia
yang bergerak melambat
saat ini dengan keyakinan
akan segera pulih.
Pergeseran tren yang
menjauh dari pengetatan
kebijakan moneter oleh
bank sentral, kebijakan
stimulus baru-baru ini di
Tiongkok dan meredanya
ketegangan perdagangan
menjadi harapan bahwa
perlambatan ekonomi akan
berlangsung tidak terlalu
lama meskipun tidak ada
yang memperkirakan
momentum booming baru.
Rally pasar saham yang kini
terjadi cukup mengundang
optimisme tentang prospek
pertumbuhan untuk berbalik
"menguat." Direktur
Pelaksana IMF Christine
Lagarde tetap
memperingatkan dunia
berada pada "saat yang
Tajuk Minggu Ini:
Mewaspadai Penurunan Aktivitas Perdagangan
Pekan lalu, Chairman the Fed, Jerome Powell, menyampaikan
pandangannya mengenai outlook perekonomian AS. Powell,
salah satu orang paling berpengaruh dalam perekonomian AS
saat ini, menyatakan bahwa pelemahan perekonomian AS
mungkin akan berlangsung dalam jangka panjang, pun demikian
dengan masa recovery yang dibutuhkan akan berlangsung
panjang hingga vaksin Covid-19 ditemukan.
Komentar Powell di atas bukan tanpa dasar. Tanda-tanda
semakin muramnya perekonomian di triwulan ini sudah terlihat
dari lemahnya aktivitas perdagangan pada awal triwulan pertama
tahun 2020 ini. Rilis data retail sales di AS, yang merupakan salah
satu leading indicator, pada pekan lalu menunjukkan penurunan
sangat signifikan yaitu sebesar 16,4 persen, atau merupakan
penurunan penjualan ritel yang terbesar sepanjang sejarah AS.
Penurunan aktivitas perdagangan yang demikian besar tidak
hanya terjadi di AS, tapi juga di banyak negara termasuk
Indonesia. Hal tersebut tercermin di Current Account Deficit
(CAD) kuartal I-2020 yang berada di posisi US$3,9 miliar (1,4
persen PDB), atau lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya
di posisi defisit 2,8 persen PDB. Salah satu penyebab penurunan
defisit CAD adalah penurunan nilai impor yang cukup signifikan
sejalan dengan melemahnya permintaan dalam negeri.
Memasuki triwulan kedua, dampak yang ditimbulkan oleh Covid-
19 mulai terasa meningkat. Neraca perdagangan di bulan April
yang baru saja dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada
pertengahan Mei lalu tercatat sebesar negatif US$344,7 juta.
Defisit tersebut terjadi akibat nilai impor di bulan April, yang
sebesar US$12,54 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan
ekspor yang sebesar US$12,19 miliar.
Aktivitas ekspor dan impor tersebut juga menunjukkan
penurunan, baik secara bulanan maupun secara tahunan. Secara
bulanan, aktivitas ekspor di bulan April turun sebesar 13,33
persen, sedangkan impor turun sebesar 6,1 persen. Sedangkan
secara tahunan, ekspor dan impor Indonesia mengalami
penurunan masing-masing sebesar 7,02 persen dan 18,58 persen.
Penurunan ekspor terjadi di semua sektor, namun yang paling
dalam terjadi pada bahan bakar mineral yang mengalami
penurunan sebesar 22,15 persen dibandingkan dengan bulan
Maret. Di sisi lain, penurunan impor terbesar terjadi pada bahan
baku atau penolong yang mengalami penurunan sebesar 9
persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Penyusun: YG Nugroho Agung Wijoyo, Risyaf Fahreza, Indah Kurnia JE, Ari Nugroho, Zerah Aprial Pasimbong Sumber Data: Bloomberg, Reuters, CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNN Money, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan, Kompas, Media Indonesia, Tempo, Antara News Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada
kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.