Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan ... Desa adalah barang milik Desa yang berasal...
Transcript of Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan ... Desa adalah barang milik Desa yang berasal...
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | iii
Modul Pelatihan
Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
PROGRAM INOVASI DESA
iv| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Modul Pelatihan
Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | v
MODUL PELATIHAN
MENANGKAP INOVASI DESA (CAPTURING)
Panduan Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk
Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pelaksanaan Program Inovasi Desa
PENGARAH: Eko Putro Sanjoyo (Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia)
PENANGGUNG JAWAB: Taufik Madjid (Dirjen, Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa)
TIM PENULIS: Lingga kartika Suyud, Ikhwan Maulana, Wahjudin Sumpeno, Octaviera
Herawati, Ludiro Prajoko, Lendy Wibowo, Didik Faryanto, Ismail Zainury, Nurulhadi,
Hasan Rofiky, Rusdin M. Nur, Roni Budi Sulistyo, Idham Arsyad, Joko Wiryanu, Nurul
Hadi, Yossy Suparyo, M. Zaeni, Usman Rauf, Susi Maniez, Riza Surya Kusuma, Adang,
Ratih Dewi, Fuad, Borni Kurniawan, Rospita.
REVIEWER:, Muhammad Fachry, Wahyuddin Kessa, Yoseph Lucky
COVER & LAYOUT: Wahjudin Sumpeno
Cetakan Pertama, April 2018
Diterbitkan oleh:
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Jl. TMP. Kalibata No. 17 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12740
Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242
Web: www.kemendesa.go.id
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | vii
Daftar Istilah dan Singkatan
1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di
bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.
3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis.
6. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan
masyarakat.
7. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna
mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa.
8. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara
Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang
bersifat strategis.
9. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama
lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa,
dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk
menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa
yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat
Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
PROGRAM INOVASI DESA
viii| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
10. Kesepakatan Musyawarah Desa adalah suatu hasil keputusan dari Musyawarah
Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam Berita Acara kesepakatan
Musyawarah Desa yang ditandatangani oleh Ketua Badan Permusyawaratan Desa
dan Kepala Desa.
11. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan
Desa.
12. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
13. Perencanaan pembangunan Desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan
Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya Desa dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan Desa.
14. RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa) adalah dokumen
perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun yang memuat arah pembangunan
Desa, arah kebijakan keuangan Desa, kebijakan umum dan program dan program
Satuan Kerja Perangkat (OPD) atau lintas OPD, dan program prioritas kewilayahan
disertai dengan rencana kerja.
15. RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk
periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJM Desa yang memuat
rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka
pendanaan yang dimutakhirkan, program prioritas pembangunan Desa, rencana
kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh
Pemerintah Desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah dan RPJM Desa.
16. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari
RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan
pembangunan Daerah.
17. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
18. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan
hak lainnya yang syah.
19. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
20. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | ix
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaanmasyarakat Desa.
21. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xi
Kata Sambutan
Direkturat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Bismillahirrahmanirrahiim
Atas berkat rahmat Alloh SWT, Kami panjatkan puji dan syukur Alhamdulillah yang telah
memberikan kekuatan lahir dan bathin sehingga Modul Pelatihan Program Inovasi Desa
(PID) TA 2018 dapat digunakan sebagai panduan peningkatan kapasitas pemangku
kepentingan Prgram Inovasi Desa baik di tingkat pusat dan daerah.
Modul Pelatihan PID TA 2018 diinisiasi oleh Direktorat Program Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD), Direktur Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi. Program
Inovasi Desa hadir sebagai upaya mendorong peningkatan kualitas pemanfaatan Dana
Desa dengan memberikan rujukan inovasi pembangunan Desa serta merevitalisasi peran
pendamping dan pelaku lainnya dalam mendukung pembangunan Desa. Melalui
Program Inovasi Desa diharapkan mampu memicu munculnya inovasi dan pertukaran
pengetahuan secara partisipatif. Program Inovasi Desa merupakan salah satu bentuk
dukungan kepada Desa agar lebih efektif dalam menyusun penggunaan Dana Desa
sebagai investasi dalam peningkatan produktifitas dan kesejahteraan masyarakat.
Modul pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas pemangku
kepentingan yang terlibat agar memahami secara filosofis, teknis serta memandu
pendamping dan pelaku lainnya untuk memfasilitasi proses pelaksanaan kegiatan PID.
Jika diperlukan penambahan dan pengayaan terkait topik-topik pembahasan dapat
diskusikan bersama agar pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Modul Pelatihan PID TA 2018 ini. Semoga Alloh SWT
senantiasa memberkati dan membimbing kita semua. Amien.
DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA
Taufik Madjid
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xiii
Daftar Isi
Daftar Istilah
Kata Sambutan Direktorat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Daftar Isi
vii
xi
xiii
Pokok Bahasan 1: Dinamika Kelompok dan Pengorganisasian
Peserta
1.1. Bina Suasana, Perkenalan dan Kontrak Belajar
1.2. Alur Proses Pelatihan
3
13
Pokok Bahasan 2: Inovasi Pembangunan Desa
2.1. Konsep Dasar Inovasi Desa
2.2. Konsep Dasar Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
2.3. Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa dalam Program
Inovasi Desa (PID)
19
23
27
Pokok Bahasan 3: Peran Pelaku dalam Menangkap Inovasi Desa
3.1. Peran TIK dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
3.2. Peran TAPM dalam Fasilitasi Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
37
41
Pokok Bahasan 4: Keterampilan Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
4.1. Identifikasi Inovasi Desa
4.2. Verifikasi Inovasi Desa
4.3. Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
4.4. Validasi Inovasi Desa
4.5. Mengemas dan Memformat Inovasi Desa
49
57
65
77
81
Pokok Bahasan 5: Peningkatan Kapasitas Pelaku dalam
Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
5.1. Strategi Peningkatan Kapasitas Pelaku (TIK dan TPID)
5.2. Bimbingan Teknis Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
97
103
Pokok Bahasan 6: Praktek Belajar Lapangan
6.1. Praktek Belajar Lapangan: Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
119
PROGRAM INOVASI DESA
xiv| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Pokok Bahasan 7: Evaluasi dan Rencana Kerja Tindak Lanjut
(RKTL)
7.1. Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan
7.2. Penyusunan RKTL
133
139
Lembar Informasi 147
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xv
Panduan Menggunakan
Modul Pelatihan
A. Latar Belakang
Dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID), Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota. berkewajiban untuk melakukan
Pendampingan Desa dalam rangka pembangunan, pemberdayaan masyarakat desa.
Salah satunya adalah menyangkut kesiapan pemerintah baik dalam menyiapkan tata
kelola dan penyesuaian kerja birokrasi, maupun dalam melakukan pendampingan
masyarakat Desa. Pendampingan yang dilakukan pemerintah sebagaimana dijelaskan
dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi 2015 bertujuan; (a) Meningkatkan kapasitas, efektivitas dan akuntabilitas
Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa; (b) Meningkatkan prakarsa, kesadaran dan
partisipasi masyarakat Desa dalam pembangunan desa yang partisipatif; (c)
Meningkatkan sinergi program pembangunan Desa antarsektor; dan (d)
Mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 128
huruf (2) dijelaskan bahwa secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat
daerah kabupaten/kota dan dapat dibantu oleh tenaga pendamping profesional, kader
pemberdayaan masyarakat Desa, dan/atau pihak ketiga. Khusus untuk tenaga
pendamping profesional, diantaranya: Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat yang
bertugas meningkatkan kapasitas tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Salah satu upaya dalam meningkatkan kompetensi tenaga pendamping di tingkat
Kabupaten/Kota, khususnya Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dalam
memfasilitasi Program Inovasi Desa (PID) dilakukan dengan memberikan pelatihan
sesuai kerangka acuan tugas dan tanggungjawabnya. Rancangan kebutuhan
pengembangan kompetensi Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) yang
dirumuskan dalam kurikulum sesuai dengan kebutuhan tugas dan kondisi lapangan
serta mendorong pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) khusunya dibidang
penangkapan inovasi desa (capturing).
Persoalan kualitas pelatih dan penyelenggraan termasuk manajemen pelatihan
seringkali menjadi penting dalam mendukung pencapian tujuan peningkatan kapasitas
Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM). Oleh karena itu, keseluruhan unsur
dalam pengelolaan pelatihan harus diperhatikan secara seksama baik perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian kegiatan pelatihan penangkapan inovasi desa (capturing)
oleh penyelenggara pelatihan.
PROGRAM INOVASI DESA
xvi| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Diharapkan melalui pelatihan Program Inovasi Desa (PID) ini, Tenaga Ahli
Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) sebagai pendamping profesional di tingkat
Kabupaten/Kota memiliki wawasan, keterampilan dan sikap yang memadai dalam
mendorong pemerintah daerah khususnya unit kerja sektoral (OPD) mendukung
Pemerintah Desa dalam memfasilitasi kegiatan inovasi Desa dan sekaligus memperkuat
pengelolaan pengetahuan dan inovasi dalam mendukung pembangunan desa, dan
kemandirian secara berkelanjutan.
Modul Pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) merupakan salah satu bahan
pelatihan bagi Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) yang akan bertugas atau
ditempatkan di tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka mendampingi pelaksanaan
Priogram Inovasi Desa (PID). Secara khusus, modul pelatihan ini disusun sebagai acuan
bagi pelatih dalam memfasilitasi kegiatan pelatihan menangkap inovasi desa (capturing)
sebagai bagian penting dari proses pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa untuk
tahun anggaran 2018. Calon pelatih diharapkan memiliki pengetahuan tentang tujuan,
hasil dan alur pembelajaran termasuk kompetensi praktis dalam memfasilitasi pelatihan
yang akan diselenggarakan di 5 (lima) hari efektif.
B. Mengapa Modul Pelatihan ini Dibutuhkan
Pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan
Masyarakat (TAPM) bebertujuan membantu memahami kebijakan terkait pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat sebagai bagian dari mandat Direktorat Jenderal
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) Kementerian Desa PDTT
dan mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID).
Secara khusus, modul ini akan melakukan transformasi tentang strategi dasar
dalam mendorong pelaku Program Inovasi Desa (PID) agar memiliki pengalaman dan
keterampilan praktis yang dibutuhkan dalam memfasilitasi pengelolaan pengetahuan
dan inovasi desa. Oleh karena, kebutuhan pengembangan kurikulum dan modul
pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan
Masyarakat (TAPM) disusun dengan maksud menjadi panduan penyelenggara pelatihan,
terutama bagi penyelenggara dan pemangku kepentingan di daerah.
Diharapkan Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) juga memilki
kapasitas personal yang dibutuhkan dalam memfasilitasi pelatihan kepada pelaku di
tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa dengan dibekali keterampilan dalam
melakukan penangkapan inovasi desa (capturing) melalui pembelajaran kreatif (creative
teaching skills). Disamping itu, pelatih dapat mempelajari dengan mudah dan
menerapkan sesuai dengan kebutuhan tugas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat
(TAPM) dan kondisi lokal yang dihadapi.
C. Maksud dan Tujuan
Maksud pelatihan menangkap inovasi desa (capturing), yaitu mempersiapkan Tenaga
Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) memiliki kemampuan dalam memfasilitasi
kegiatan pelatihan atau bimbingan teknis kepada pelaku program khusunya TIK-PID dan
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xvii
TPID Tahun Anggaran 2018 dalam rangka pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)
sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
Secara umum modul pelatihan ini dimaksud memberikan panduan dalam
penyelengaraan pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) untuk Tenaga Ahli
Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dalam rangka pengelolaan pengetahuan dan inovasi
desa. Secara khusus modul pelatihan ini bertujuan;
(1) Menyamakan persepsi dan konsep peningkatan kapasitas Tenaga Ahli
Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dalam memfasilitasi kegiatan pelatihan
bimbingan teknis menangkap inovasi desa (capturing);
(2) Menyelaraskan materi, modul dan metode pelaksanaan pelatihan menangkap
inovasi desa (capturing) sesuai dengan kondisi wilayah kerjanya;
(3) Melakukan pembagian tugas dan pelaksanaan pelatihan menangkap inovasi desa
(capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) di wilayah kerja
masing-masing;
(4) Menyusun Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) pelaksanaan pelatihan atau
bimbingan teknis pelaku program dalam menangkap inovasi desa (capturing).
D. Sasaran Pengguna
Secara khusus, modul pelatihan ini ditujukan bagi Tenaga Ahli Pemberdayaan
Masyarakat (TAPM) di tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka memandu
penyelenggaraan pelatihan menangkap inovasi desa (capturing). Namun, dalam
prakteknya, modul pelatihan ini juga dapat dimanfaatkan bagi pemangku kepentingan
lain dalam memfasilitasi kebutuhan pelatihan sejenis bagi tenaga ahli dengan latar
belakang pendidikan dan kapasitas yang beragam mulai dari fasilitator, pemandu,
petugas lapang, kelompok perempuan dan kelompok masyarakat lain.
Harapan lain melalui modul pelatihan ini dapat memberikan kontribusi bagi para
penggerak pembangunan dan pemberdayaan masyarakat agar mampu memfasilitasi
dan menyelenggarakan pelatihan atau bimbingan teknis dalam menangkap inovasi
(capturing) secara sederhana sesuai kondisi yang ada. Beberapa komunitas dan
organisasi lain diharapkan juga mendapatkan manfaat dari modul pelatihan ini terutama
untuk melatih para pendamping desa. Modul pelatihan ini dapat dibaca oleh kalangan
yang lebih luas baik pemerintah, kelompok masyarakat, lembaga pendidikan, pusat
pelatihan, LSM, serta lembaga lain yang memberikan perhatian terhadap pengelolan
pengetahuan dan inovasi desa.
E. Peran Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)
Kurikulum pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) untuk Tenaga Ahli
Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) disusun dengan maksud memberikan kerangka
acuan bagi pengelola atau penyelenggara pelatihan menangkap inovasi desa (capturing)
PROGRAM INOVASI DESA
xviii| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
agar berjalan sesuai dengan standar pembelajaran dan kerangka acuan program yang
telah ditetapkan.
Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) adalah sebuah team ahli yang
ditempatkan di setiap Kabupaten/Kota untuk memfasilitasi proses pendampingan
Program Inovasi Desa (PID). Secara khusus peran TAPM dalam memfasilitasi pengelolaan
pengetahuan dan inovasi desa diuraikan sebegai berikut:
a. Memfasilitasi proses perencanaan dan pelaksanaan Peluncuran Bursa Inovasi di
Kabupaten;
b. Memfasilitasi TIK melakukan identifikasi, memverifikasi, mendokumentasikan
praktek inovasi desa;
c. Membantu TIK dalam mengelola pertukaran pengetahuan (knowledge sharing)
dari inovasi-inovasi terbarukan yang terjadi di wilayah kerjanya atau antar daerah;
d. Memfasilitasi pembentukan TIK dan TPID;
e. Berkoordinasi dan melaporkan perkembangan PID kepada pemerintah daerah
secara berkala;
f. Membantu TIK menganalisa praktek-inovasi desa khususnya pada PID dan
potensial lokasi prioritas program Kementerian Desa, PDTT;
g. Memfasilitasi proses pemberian informasi inovasi desa, prioritas program
Kementerian Desa, PDTT kepada masyarakat melalui musyawarah antar desa atau
media lainnya;
h. Membantu TIK memfasilitasi pengelolaan dan memverifikasi Penyedia Jasa
Layanan Teknis (PJLT) untuk melakukan proses tahapan kegiatan inovasi desa;
i. Mengembangkan jaringan dengan stakeholder (government dan corporate); j.
Memberikan peningkatan kapasitas TPID, dan
j. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pendamping program lainnya yang
terkait di wilayahnya masing-masing.
F. Ruang Lingkup
Materi Pelatihan dirumuskan berdasarkan hasil kajian terhadap kompetensi dasar yang
harus dimiliki Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) sesuai kerangka acuan
kerja yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat. Selanjutnya hasil analisis terhadap kompetensi TAPM disusun sesuai tingkat
penguasaan kompetensi yang terdiri (K1) pengetahuan, (K2) Sikap dan (K3)
Keterampilan yang merujuk pada taksonomi Bloom dan Kartwohl (2001) dengan
indikator kedalaman materi sebagai berikut:
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xix
Tabel Cakupan Materi Berdasarkan Tingkat Kompetensi
K1 (Pengetahuan) K2 (Sikap) K3 (Keterampilan)
1. Mengingat
2. Memahami
3. Menerapkan
4. Menganalisis
5. Menilai
6. Mengkreasikan
1. Penerimaan
2. Menanggapi
3. Menghargai (valuing)
4. Mengorganisasikan
5. Karakterisasi
1. Meniru
2. Memanipulasi
3. Pengalamiahan
4. Artikulasi
Secara rinci setiap pokok-pokok materi ditetapkan tingkat keluasan dan kedalam-
nya berupa kisi-kisi materi pelatihan yang akan memandu pelatih dalam memfasilitasi
kegiatan pembelajaran. Kisi-kisi materi pelatihan penangkapan inovasi desa (capturing)
untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) diuraikan sebagai berikut:
Tabel Kisi-Kisi Materi Penangkapan Inovasi Desa (Capturing) untuk
Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)
No POKOK BAHASAN SUBPOKOK BAHASAN KOMPETENSI JP
K1 K2 K3
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Dinamika Kelompok
dan Pengorganisasi-
an Peserta
Bina Suasana, Perkenalan dan
Kontrak Belajar
2 2 90’
Alur Proses Pelatihan 2 4
2. Inovasi Pembangunan
Desa
Konsep Dasar Inovasi Desa 2 2 90’
Konsep Dasar Menangkap
Inovasi Desa (Capturing)
2 2 90’
Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa dalam Program
Inovasi Desa (PID)
4 4 2 90’
3. Peran Pelaku dalam
Menangkap Inovasi
Desa
Peran TIK dan TPID dalam
Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
4 4 3 90’
Peran TAPM dalam Fasilitasi
Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
4 4 3 90’
4. Keterampilan
Menangkap Inovasi
Desa (Capturing)
Identifikasi Inovasi Desa 6 4 4 180’
Verifikasi Inovasi Desa 6 4 4 180’
Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
6 4 4 225’
Validasi Inovasi Desa 6 4 4 135’
Mengemas dan Memformat
Inovasi Desa
6 4 4 225’
PROGRAM INOVASI DESA
xx| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
No POKOK BAHASAN SUBPOKOK BAHASAN KOMPETENSI JP
K1 K2 K3
(1) (2) (3) (4) (5)
5. Peningkatan Kapasitas
Pelaku dalam
Menangkap Inovasi
Desa (Capturing)
Strategi Peningkatan Kapasitas
Pelaku (TIK dan TPID)
4 4 3 90
Bimbingan Teknis Menangkap
Inovasi Desa (Capturing)
4 4 3 135’
6. Praktek Lapangan;
Menangkap Inovasi
Desa (Capturing)
Praktek Lapangan; Menangkap
Inovasi Desa (Capturing)
6 4 4 450’
7. Evaluasi Pelatihan dan
Rencana Kerja Tindak
Lanjut
Evaluasi Penyelenggaraan
Pelatihan
5 4 2 45’
Rencana Kerja Tindak Lanjut 5 4 2 45’
TOTAL 2250’
G. Sistematika Isi Modul Pelatihan
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian
Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mencoba melakukan inisiatif
untuk menyusun modul pelatihan ini melalui serangkaian kajian kebutuhan pelatihan
dan lokakarya dengan melibatkan pemangku kepentingan lain baik kalangan praktisi,
aktivis, akademisi dan peneliti. Sebagaimana diketahui, hasil analisis kebutuhan
pelatihan menunjukkan bahwa Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)
merupakan pendamping professional di tingkat Kabupaten/kota yang ditempatkan
dengan latar belakang pengalaman teknis, karakteristik wilayah, dan kondisi sosial yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan sebuah panduan pelatihan standar yang
mampu mempersiapkan kompetensinya sesuai tugas dan tanggung jawabnya dalam
memfasilitasi pelaku di tingkat Kabupaten/Kota melalui strategi bimbingan teknis
dengan tema utama penangkapan inovasi desa (capturing) yang sesuai kebutuhan di
lapangan.
Modul pelatihan ini telah mengalami berbagai perubahan melalui proses
perancangan, konsultasi, lokakarya, uji coba-revisi dan masukan dari berbagai pihak
bahkan langsung dari Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dalam
memfasilitasi penangkapan inovasi desa di lapangan. Hasil pelatihan awal akan
memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan modul ini. Oleh karena itu
modul pelatihan ini dapat diibaratkan sebagai buku berjalan yang memberikan peluang
bagi pembaca atau pengguna dalam memberikan warna dan penyesuaian sesuai
dengan kaidah pembelajaran dan kebutuhan.
Modul dirancang menggunakan standar format yang dikembangkan oleh ASTD
(Association Sourcebook and Training Developmnet) yang menyertakan pokok-pokok
materi, panduan pelatih, lembar kerja dan media (presentasi atau beberan atau bahan
pemaparan) yang bermanfaat bagi siapa saja yang akan melaksanakan pelatihan atau
lokakarya sejenis. Modul pelatihan dirancang dalam bentuk modul bagi pelatih atau
Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) agar memudahkan dalam penerapan
dan penyesuaian sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah kerja. Modul pelatihan
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxi
ini terdiri dari 7 Pokok Bahasan dan 15 Subpokok Bahasan yang membahas latar
belakang, kerangka isi, metode dan aplikasi praktis tentang bagaimana menangkap
inovasi desa (capturing) dalam mendukung pengelolaan pengetahuan dan inovasi di
desa.
Secara rinci struktur materi modul pelatihan ini digambarkan dalam gambar
sebagai berikut:
Gambar Struktur Materi Pelatih Penangkapan Inovasi Desa (Capturing) untuk
Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)
PROGRAM INOVASI DESA
xxii| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
H. Skema Pelatihan
Modul pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) disajikan sesuai alur mekanisme
pelatihan mulai dari penyiapan GMT, MT, TOT, dan Pelatihan Tenaga Ahli Pemberdayaan
Masyarakat (TAPM). Pelatihan ini tentunya diarahkan untuk mempersiapkan pelaku
Program Inovasi Desa (PID) dalam melaksanakan tugas pendampingan sesuai dengan
kewenangannya sekaligus memberikan pembekalan keterampilan menangkap inovasi
desa (capturing).
I. Cara Menggunakan Modul Pelatihan
Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam memahami dan menggunakan
Modul pelatihan ini. Dalam setiap bagian atau pokok bahasan terdiri dari beberapa
subpokok bahasan atau modul dengan topik yang beragam dan dapat dipelajari secara
mandiri sesuai dengan materi yang diperlukan. Masing-masing subpokok bahasan
dalam modul ini menggambarkan urutan kegiatan pembelajaran dan hal-hal pokok
yang perlu dipahami tentang materi yang dipelajari serta keterkaitannya dengan topik
lainnya.
Dalam setiap subpokok bahasan dilengkapi dengan panduan pelatih yang
membantu dalam mengarahkan proses, media dan sumber belajar, lembar kerja, lembar
evaluasi dan lembar informasi atau bahan bacaan. Masing-masing disusun secara
kronologis yang agar memudahkan bagi pengguna dengan memberikan alternatif
dalam memanfaatkan setiap subpokok bahasan secara luas dan fleksibel.
Setiap pokok bahasan dilengkapi dengan lembar informasi pendukung yang dapat
dibagikan secara terpisah dari panduan pelatihan agar dapat dibaca peserta sebelum
pelatihan di mulai. Pelatih juga diperkenankan untuk menambah atau memperkaya
wawasan untuk setiap subpokok bahasan berupa artikel, buku, juklak/juknis dan kiat-
kiat yang dianggap relevan.
Disamping itu, pembaca di berikan alat bantu telusur berupa catatan diberikan
termasuk ikon-ikon yang akan memandu dalam memahami karakteristik materi dan pola
penyajian yang harus dilalukan dalam pelatihan.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxiii
Tabel Penjelasan Ikon
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxv
Pokok Bahasan 1
DINAMIKA KELOMPOK DAN
PENGORGANISASIAN PESERTA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |1
POKOK BAHASAN 1
POKOK BAHASAN
DINAMIKA KELOMPOK DAN
PENGORGANISASIAN PESERTA
Tujuan:
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
1. Melakukan perkenalan antar peserta latih dan pelatih;
2. Memahami alur proses orientasi dan menyepakati tata tertib orientasi.
Sub Pokok Bahasan
SPB 1.1: Bina Suasana, Perkenalan dan Kontrak Belajar;
SPB 1.2: Alur Proses Pelatihan.
Waktu
2 JP (90 menit)
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 3
SUB POKOK BAHASAN 1.1
Bina Suasana, Perkenalan dan
Kontrak Belajar
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Saling mengenal antara pelatih dan peserta serta peserta dengan
peserta;
2. Membentuk kepengurusan kelas;
3. Mengungkapkan harapan dan kontrak belajar.
Waktu
1 JP (45 menit)
Metode
Permainan, refleksi diri, pengisian biodata peserta
Media
Media tayang 1.1.1:
Lembar Permainan 1.1.1: Zip – Zap
Lembar Permainan 1.1.2: Air Mengalir
Lembar Kerja 1.1.1: Kontrak Belajar
Lembar Kerja 1.1.2: Lembar Biodata Peserta Pelatihan
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, dan infocus
PROGRAM INOVASI DESA
4| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pembukaan
1. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi
perkenalan antara pelatih, panitia dan peserta;
2. Lakukan pembukaan acara pelatihan ini secara informal dengan
mengucapkan salam dan selamat datang;
3. Jelaskan tentang latar belakang pelaksanaan pelatihan bagi pelatih
(trainining of trainers) kepada peserta pendamping teknis kabupaten
sebagai salah satu bentuk peningkatan kapasitas Pendamping Desa
dalam rangka implementasi Undang-Undang Desa;
4. Jelaskan secara singkat tentang tujuan, pokok bahasan, agenda dan
target pelatihan. Gunakan media yang telah disediakan;
5. Berikan kesempatan kepada panitia, penanggungjawab atau
penyelenggara untuk memberikan sambutan.
Kegiatan 2: Perkenalan dan Bina Suasana
6. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi
perkenalan dan bina suasana antara pelatih, panitia dan peserta;
7. Sebelum pelatihan, peserta diminta untuk mengisi formulir biodata
yang telah disediakan oleh panitia;
8. Pada sesi awal, bersama-sama melakukan perkenalan dengan
permainan sebagai panduan data menggunakan Lembar Permainan
1.1.1 atau 1.1.2 dengan memilih salah satu skenario;
9. Setelah pelatih, panitia dan peserta saling mengenal lakukan refleksi
atau menggali makna dari proses tersebut;
10. Buatlah penegasan dengan meminta peserta untuk menjelaskan
tujuan, makna dan manfaat perkenalan;
11. Buatlah kesimpulan dengan merangkum tujuan, makna, dan manfaat
perkenalan.
Kegiatan 3: Kontrak belajar
12. Setelah perkenalan, peserta diajak untuk menyepakati aturan main
dalam kelas dengan menggunakan Lembar Kerja 1.1.1;
13. Mintalah salah seorang peserta untuk memandu membuat
kesepakatan tentang hal-hal penting yang harus dipatuhi dan
dihindari agar pelatihan berjalan dengan baik dan lancer;
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 5
14. Hasil kesepakatan kemudian dituangkan dalam kertas plano dan
minta untuk dibacakan ulang agar mudah dipahami. Jika ada yang
keberatan atau perlu diklarifikasi maka berikan kesempatan untuk
disepakati kembali perubahan tersebut;
15. Pelatih memberikan penegasan tentang makna dan tujuan kontrak
belajar selama pelatihan.
Kegiatan 4: Gambaran Diri dan Pemetaan Harapan
16. Mintalah kepada peserta pelatihan untuk menuliskan nama
panggilan mereka, kemudian ditempelkan di peserta agar mudah
dibaca oleh peserta lain;
17. Peserta diminta untuk merefleksikan dirinya dengan menggambar
sketsa (tanpa kata atau tulisan) yang menjelaskan tentang siapa
dirinya: alasan menjadi pelatih, cita-cita hidup dan hal yang positif
tentang dirinya, motto hidup. Gunakan media yang telah disediakan
18. Mintalah seluruh peserta untuk berdiri dan memperkenalkan secara
singkat, sekaligus memperkenalkan dirinya. Setelah itu, mintalah
peserta untuk menempelkan gambar atau sketsa di dinding;
19. Peserta diberikan dua lembar metaplan dengan warna yang berbeda,
misalnya, merah dan putih;
20. Mintalah peserta untuk menuliskan pada dua lembar metaplan
tentang harapan setelah mengikuti pelatihan ini. Misalnya merah
untuk HARAPAN, dan warna putih untuk KEKHAWATIRAN;
21. Setelah selesai menuliskan harapan dan kekhawatiran, mintalah
seluruh peserta untuk menempelkan pada kertas plano atau flipchart
yang telah disediakan;
22. Mintalah kepada salah seorang peserta untuk membacakan dan
mengelompokkan berdasarkan tema-tema besar yang mungkin;
23. Selanjutnya jelaskan hasilnya kepada seluruh peserta.
Kegiatan 4: Alur Pelatihan
24. Lakukan pemaparan tentang alur atau proses pelatihan yang akan
dilaksanakan;
25. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan komentar
dan tanggapannya;
26. Buatlah catatan dan penegasan terkait alur proses pelatihan;
27. Pada akhir sesi ditutup dengan kesimpulan.
PROGRAM INOVASI DESA
6| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Pada saat sesi perkenalan libatkanlah seluruh peserta
melalui aktivitas permainan yang mendorong keterbukaan
dan mencarikan suasana. Disarankan untuk memperhati-
kan kecenderungan perilaku umum peserta yang cenderung
bersikap pasif, pemalu, berbicara lugas, santai atau
membosankan. Hal ini diperlukan untuk menetapkan strategi lain yang
diperlukan agar suasana mencair dan siap untuk mengikuti pelatihan.
Namun, pembatasan waktu perlu dilakukan agar tidak berlarut-larut.
Hindari pertanyaan yang bersifat menyelidik atau pribadi.
Dalam pembahasan aturan main, pelatih jangan larut dengan suasana
diskusi atau perdebatan panjang. Ingatlah dalam menetapkan aturan
main cukup membahas hal-hal yang diperlukan saja, jangan terlalu
banyak dan terlalu ketat karena akan menimbulkan suasana kaku dan
membosankan. Pada saat menggali kemampuan awal peserta, catatlah
pokok-pokok persoalan yang dilontarkan dan membutuhkan klarifikasi
lebih lanjut. Catatan tersebut, kemudian dipampangkan di dinding untuk
mengingatkan pelatih dan peserta pada saat pembahasan topik
berikutnya.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 7
Lembar Permainan 1.1.1
Permainan “Zip – Zap”
Pokok Bahasan : Perkenalan dan Pengorganisasian Peserta
Subpokok Bahasan : Perkenalan dan Struktur Organisasi Kelas
Tujuan : Pelatih, Panitia dan Peserta dapat saling mengenal nama
dengan cepat;
Waktu : Maksimal 15 menit
Tempat : Di dalam atau di luar ruangan
Peserta : a. Semua umur (anak-anak, dewasa, orang tua)
b. Pria dan wanita
Proses Permainan:
(1) Pelatih meminta seluruh peserta untuk berdiri dan membentuk lingkaran;
(2) Jelaskan kepada peserta tentang tujuan, manfaat, da aturan permainan bahwa: ZIP
berarti yang ditunjuk harus menyebutkan nama dan asal peserta di sebelah kirinya
sedangkan ZAP berarti yang ditunjuk harus menyebutkan nama dan asal peserta
di sebelah kanannya;
(3) Untuk memperjelas aturan main, pelatih dapat memandu contoh permainan
sekali;
(4) Mulailah permainan dengan mengucapkan ZIP ZAP berkali-kali, kemudian
menunjuk salah seorang peserta sambil mengucapkan ZIP ZAP;
(5) Bila yang ditunjuk tidak dapat menyebutkan nama sesuai perintah, persilahkan dia
saling berkenalan ulang;
(6) Ulangi proses 4 dan 5 berkali-kali dengan menunjuk peserta yang berbeda;
(7) Tingkat aturan, yakni:
ZIP berarti 2, 3, 4 dan seterusnya nama di sebelah kiri.
ZAP berarti 2, 3, 4 dan seterusnya nama di sebelah kanan.
(8) Lakukan proses 4 dengan menggunakan aturan tersebut;
(9) Pisahkan peserta yang tidak dapat menyebutkan nama sesuai perintah. Setelah
cukup 2, 3 atau 4 orang, ajaklah peserta memberikan hukuman;
(10) Akhirilah permainan setelah melihat semua peserta sudah saling kenal;
(11) Ajaklah peserta merefleksikan permainan tersebut dengan menngunakan
pertanyaan pemicu untuk memancing peserta memberikan komentar atau
tanggapan;
PROGRAM INOVASI DESA
8| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
(12) Selanjutnya ajaklah peserta untuk menghubungkan makna permainan tersebut
dengan dunia nyata, dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimana, kalau Anda sebagai pendamping tidak dikenal dalam masyarakat?
Bagaimana Anda mengetahui persoalan masyarakat, jika kita tidak
mengenalnya?
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 9
Lembar Permainan 1.1.2
Permainan “Air Mengalir”
Pokok Bahasan : Perkenalan dan Pengorganisasian Peserta
Subpokok Bahasan : Perkenalan dan Struktur Organisasi Kelas
Tujuan : Pelatih, Panitia dan Peserta dapat saling mengenal nama
dengan cepat;
Waktu : Maksimal 15 menit
Tempat : Di dalam atau di luar ruangan
Peserta : c. Semua umur (anak-anak, dewasa, orang tua)
d. Pria dan wanita
Proses Permainan:
(1) Setiap komandan (fasilitator) memberikan aba-aba “air mengalir,“ maka semua
peserta akan bertanya secara serempak “mengalir kemana?”;
(2) Fasilitator/komandan akan menjawab jawaban misal, mengalir ke rumah orang
yang berkaca mata. Maka bagi peserta yang memakai kaca mata harus bergeser
pindah ke tempat lain dengan meninggalkan kertas yang dianggap sertifikat di
atas dan fasilitator ikut bergeser mencari tempat pada lingkaran peserta. Dengan
demikian akan ada 1 peserta yang kehilangan tempat dan mereka akan berganti
bertindak sebagai komandan. Sebagai mana komandan yang pertama mereka juga
mengatakan “air mengalir” dan peserta balik bertanya “mengalir kemana?” dan
komandan akan menjawab dengan tipe jawaban yang sama dengan jawaban
sebelumnya dengan mengambil ciri-ciri spesifik yang ada pada peserta misalnya
mengalir ke rumah yang memakai jam tangan, berambut keriting, berbaju kotak-
kotak, dll;
(3) Setelah semua peserta memahami aturan mainnya, mulailah bermain dengan
suasana yang riang paling tidak 7 kali putaran.
Pembahasan dan Analisis
(1) Mintalah peserta memberikan komentar pelajaran apa yang diperoleh dari
permainan ini. Tulislah pokok-pokok komentar peserta pada kertas flip chart.
(2) Katakan kepada peserta “mari kita renungkan” berapa banyak orang kehilangan
hak-haknya sebagai akibat dari sebuah aturan sebagaimana permainan ini. Mereka
selalu dipinggirkan dan tidak pernah diperhatikan. Tanyakan apakah anda pernah
mengalami atau melihat kejadian ini.
PROGRAM INOVASI DESA
10| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
(3) Tanyakan kepada peserta “apa saja yang biasanya dijadikan alasan oleh pembuat
kebijakan bagi mereka yang kehilangan haknya tadi,” pastikan dari jawaban
peserta ada yang mengarah pada pernyataan masyarakat susah diatur, susah
diajak maju.
(4) Tanyakan kepada peserta benarkah masyarakat susah diajak maju dan susah
diatur. Tanyakan pula kalau masyarakat dianggap tidak bisa diajak maju mengapa
hal ini terjadi?
(5) Jelaskan bahwa pada dasarnya masyarakat ingin maju, tidak ada satupun
masyarakat yang tidak ingin maju, persoalannya adalah apakah benar masyarakat
telah diajak berfikir untuk maju melalui pelibatan dalam proses pembangunan.
Dengan kata lain apakah masyarakat selama ini sudah DIBERDAYAKAN?
(6) Sebelum mengkhiri permainan ini jelaskan kepada peserta bahwa TAPM sebagai
bagian dari pendamping/fasilitator pemberdayaan masyarakat memegang amanat
untuk terselenggaranya pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat akan
memahami hak-hak dan kewajibannya dalam pembangunan dan tidak menjadi
korban pembangunan sebagai akibat kebijakan yang proses pembuatannya tidak
melibatkan peran serta masyarakat.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 11
Lembar Kerja 1.1.1
Kontrak Belajar
1. Waktu/Jadwal
2. Penggunaan HP
3. Merokok
4. Izin keluar kelas
5. Izin keluar tempat pelatihan
6. Ngantuk
7. Terlambat
8. Dan lain-lain
:
:
:
:
:
:
:
:
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
PROGRAM INOVASI DESA
12| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Kerja 1.1.2
Contoh Lembar Biodata Peserta Pelatihan
BIODATA PESERTA
1. Nama lengkap :
2. Jenis Kelamin : Pria/ wanita *)
3. Tempat tanggal Lahir :
4. Status : Kawin /Tidak kawin *)
5. Agama :
6. Alamat tempat tugas :
Telp: Fax:
7. Alamat tempat Tinggal:
Telp : Fax:
8. Pendidikan ( Lulusan):
a. SD, Tamat tahun: d. Sarjana Muda /D3, Tamat tahun:
b. SLTP, Tamat tahun: e. Sarjana (S1), Tamat tahun:
c. SLTA, Tamat tahun: f. Pasca Sarjana, Tamat tahun:
9. Pelatihan yang pernah dikuti terkait dengan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa:
a. (tahun ......)
b. (tahun ......)
c. (tahun ......)
d. (tahun ......)
e (tahun ......)
Pembuat Biodata,
…………………………………………….
Tanda tangan dan Nama Terang
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 13
SUB POKOK BAHASAN 1.2
Alur Pelatihan
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan alur prose
pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) untuk Tenaga Ahli
Pemberdayaan Masyarakat (TAPM).
Waktu
1 JP (45 menit)
Metode
Pemaparan, tanya jawab dan pleno
Media
Media tayang 1.2.1: Aur Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM).
Lembar Informasi 1.2.1: Kerangka Acuan Pelatihan Menangkap Inovasi
Desa (Capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, dan infocus
PROGRAM INOVASI DESA
14| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Proses Penyajian
Kegiatan: Alur Pelatihan
1. Jelasakan tujuan, hasil dan proses pembahasan kegiatan
pembelajaran tentang tentang Alur Pelatihan Menangkap Inovasi
Desa (Capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaam Masyarakat
(TAPM) dengan mengkaitkan kegiatan pembelajaran sebelumnya;
2. Lakukan pemaparan tentang alur proses pelatihan yang akan diikuti
peserta selama 5 (lima) hari;
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan memberikan
tanggapannya;
4. Buatlah catatan dan penegasan terkait alur proses pelatihan
Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk Tenaga Ahli
Pemberdayaam Masyarakat (TAPM);
5. Pada akhir sesi ditutup dengan kesimpulan.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 15
Pokok Bahasan 2
INOVASI PEMBANGUNAN DESA
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 17
POKOK BAHASAN 1
POKOK BAHASAN
MENANGKAP INOVASI (CAPTURING)
DALAM PEMBANGUNAN DESA
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami pengertian, tujuan, hasil dan ruang lingkup menangkap
inovasi desa (capturing);
2. Memahami kerangka kerja Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi
Desa dalam Program Inovasi Desa (PID);
Sub Pokok Bahasan
SPB. 2.1: Konsep Inovasi Desa;
SPB. 2.1: Menangkap Inovasi Desa (Capturing);
SPB. 2.3: Pengelolaan Inovasi Desa dalam Program Inovasi Desa (PID);
Waktu
6 JP (270 menit)
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 19
SUB POKOK BAHASAN 2.1
Konsep Inovasi Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. menjelaskan konsep dasar inovasi Desa secara benar.
2. Menyepakati unsur-unsur dalam kegiatan inovasi Desa.
Waktu
2 JP (90 menit)
Metode
Curah pendapat, pemaparan, dan pleno.
Media
Media Tayang 2.1.1: Konsep Inovasi Desa
Lembar Informasi 2.1.1: Konsep Dasar Inovasi Desa
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
PROGRAM INOVASI DESA
20| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Konsep Dasar Inovasi
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan belajar tentang Konsep Dasar Inovasi Desa;
2. Mengawali pembahasan dengan melakukan curah pendapat untuk
menggali pemahaman awal tentang konsep inovasi dalam
pembangunan Desa dengan mengajukan beberapa pertanyaan
pemicu sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud inovasi Desa?
b. Mengapa inovasi diperlukan dalam pembangunan Desa?
c. Manfaat apa saja manfaat yang diperoleh dari kegiatan inovasi
Desa?
d. Kendala apa saja yang dihadapi dalam melakukan inovasi Desa?
e. Hal-hal positif apa saja yang dapat mendorong kegiatan inovasi
Desa?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab dan
berpendapat. Jika terdapat hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut,
pelatih dapat memberikan penjelasan dilengkapi pemaparan media
tayang yang telah disediakan;
4. Buatlah catatan dari hasil curah pendapat dan lakukan pembulatan
terkait pemahaman tentang konsep inovasi Desa;
5. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
Kegiatan 2: Unsur-Unsur Inovasi Desa
6. Bagilah kepada peserta 2-3 lembar meta plan dan spidol untuk
menuliskannya (setiap kartu berisi satu pernyataan saja);
7. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menuliskannya dalam kartu
meta plan (minimal 2-3 pernyataan) tentang unsur-unsur inovasi
Desa;
8. Mintalah salah seorang peserta untuk memoderasi proses
pengelompokan berdasarkan aspek atau unsur yang sama dalam
setiap karto yang dikumpulkan dari peserta;
9. Selanjutnya buatlah kesepakatan bersama tentang unsur-unsur
inovasi Desa dengan mengelompokkan dan mengklarifikasi metpaln
yang dikumpulkan dari peserta dalam pleno;
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 21
10. Pelatih melakukan curah pendapat dengan peserta untuk menggali
kembali hal-hal pokok tentang unsur-unsur inovasi Desa yang telah
ditulis dan disepakati;
11. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan tanggapan dan
berdiskusi terkait unsur-unsur yang harus ada dalam inovasi. Jika tidak
ada, tunjuk 2-3 peserta untuk berpendapat;
12. Galilah contoh-contoh inovasi dari pengalaman peserta ketika
bertugas di wilayah kerja masing-masing;
13. Beri kesempatan peserta lain untuk menanggapi apakah contoh
inovasi yang disampaikan peserta itu layak disebut inovasi (jika
berpegang pada unsur-unsur yang harus ada pada sebuah inovasi);
14. Ulangi hingga 2-3 orang peserta.
15. Lakukan penegasan dengan memaparkan unsur-unsur inovasi Desa
dengan menggunakan media tayang yang telah disediakan.
16. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan.
Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan
bacaan kepada peserta tentang Konsep Inovasi Desa dilakukan
sebelum pembelajaran dimulai (jika dimungkinkan pada sesi
malam atau istirahat). Hal ini perlu dipertimbangkan agar tidak
mengganggu proses pembelajaran karena kesibukan membaca
lembar informasi yang dibagikan. Dengan demikian peserta memiliki
cukup waktu untuk mempelajari dan memberikan catatan kritis yang akan
disampaikan pada saat pembelajaran berlangsung.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 23
SUB POKOK BAHASAN 2.2
Konsep Dasar Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. menjelaskan konesp dasar berupa latar belakang, tujuan, hasil dan
ruang lingkup kegiatan menangkap inovasi desa (capturing).
2. Menguraikan tahapan kegiatan menangkap inovasi desa (capturing)
dalam Program Inovasi Desa.
Waktu
2 JP (90 menit)
Metode
Curah pendapat, diskusi kelompok, pemaparan, dan pleno.
Media
Media Tayang 2.1.1: Menangkap Inovasi Desa (capturing)
Lembar Informasi 2.1.1: Konsep Dasar Menangkap Inovasi Desa
(capturing)
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
PROGRAM INOVASI DESA
24| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Konsep Dasar Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan belajar tentang Konsep Dasar Menangkap Inovasi Desa
(Capturing);
2. Mengawali pembahasan dengan melakukan curah pendapat untuk
menggali pemahaman awal tentang konsep menangkap inovasi desa
(capturing) dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) dengan
mengajukan beberapa pertanyaan pemicu sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud menangkap inovasi desa (capturing)?
b. Mengapa menangkap inovasi desa (capturing) diperlukan dalam
pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)?
c. Manfaat apa saja manfaat yang diperoleh dari kegiatan
menangkap inovasi desa (capturing)?
d. Hal-hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam menangkap
inovasi desa (capturing)?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab dan
berpendapat. Jika terdapat hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut,
pelatih dapat memberikan penjelasan dilengkapi pemaparan media
tayang yang telah disediakan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
terkait konsep menangkap inovasi (capturing) dengan menuliskannya
di kertas plano atau whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan dengan menggunakan media
yang telah disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
Kegiatan 2: Tahapan Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan pembelajaran tentang Tahapan Menangkap Inovasi Desa
(Capturing) dengan mengkaitkan topik sebelumnya;
8. Lakukan curah pendapat untuk menggali pemahaman peserta tentang
tahapan kegiatan menangkap inovasi desa (capturing) dalam
pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) dengan mengajukan
beberapa pertanyaan pemicu sebagai berikut:
a. Bagaimana tahapan dalam menangkap inovasi desa (capturing)?
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 25
b. Komponen atau unsur apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam
menangkap inovasi desa (capturing)?
9. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab dan
berpendapat. Jika terdapat hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut,
pelatih dapat memberikan penjelasan dilengkapi pemaparan media
tayang yang telah disediakan;
10. Buatlah catatan dari hasil curah pendapat dan lakukan pembulatan
terkait pemahaman tentang tahapan menangkap inovasi desa dalam
pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) dengan menggunakan media
tayang telah disediakan;
11. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 27
SUB POKOK BAHASAN 2.3
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
(PPID)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. menggali gagasan tentang berbagi pengetahuan (knowledge sharing)
dalam Program inovasi Desa (PID);
2. merefleksikan pengalaman TAPM dalam memfasilitasi Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) dalam pelaksanaan Program
Inovasi Desa (PID).
Waktu
2 JP (90 menit)
Metode
Refleksi pengalaman, curah pendapat, dan pleno.
Media
Media Tayang 2.3.1: Pengantar Berbagi Pengetahuan dan Inovasi
dalam Program Inovasi Desa (PID);
Lembar Kerja 2.3.1: Matrik Diskusi Hambatan dan Tantangan Fasilitasi
PPID Program Inovasi Desa (PID) Tahun Sebelumnya;
Lembar Informasi 2.3.1: Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi
Desa (PPID) dalam Program Inovasi Desa.
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
PROGRAM INOVASI DESA
28| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Berbagi Pengetahuan dan Inovasi dalam Program Inovasi
Desa (PID)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Berbagi Pengetahuan dan Inovasi Desa dalam
Program Inovasi Desa (PID);
2. Lakukan curah pendapat untuk menggali pemahaman awal tentang
beberapa terminologi yang digunakan terkait berbagi pengetahuan
(knowladge sharing) dengan mengajukan beberapa pertanyaan
pemicu sebagai berikut:
a. Apa pengetahuan itu?
b. Apa yang dimaksud tentang berbagi pengetahuan (knowladge
sharing) dalam pembangunan Desa?
c. Mengapa berbagi pengetahuan (knowladge sharing) penting
dalam mendukung pembangunan Desa?
d. Manfaat apa saja manfaat yang diperoleh dari kegiatan berbagi
pengetahuan (knowladge sharing)?
3. Berikan kesempatan diantara peserta untuk menanggapi, meng-
ungkapkan pendapat dan pengalamannya berpendapat.
4. Buatlah catatan dari hasil curah pendapat dan lakukan penegasan
terkait pemahaman tentang konsep bebagi pengetahuan (knowladge
sharing). Gunakan materi tayang untuk menjelaskan tentang proses
berbagi pengetahuan yang efektif;
Jelaskan tentang pengetahuan tacit (taxit knowladge) yang
masih ada dalam kepala seorang individu dan pengetahun
eksplisit merupakan pengetahuan yang telah didokumentasi-
kan. Cara belajar yang paling efektif adalah melalui
pengalaman baik maupun tidak baik, secara individu maupun
organisasi. Dalam proses belajar tersebut tentunya akan melahirkan
pengalaman yang inovatif, yang berbeda dalam proses pelaksanaannya.
Dalam konteks PID, jelaskan bahwa pengalaman inovatif yang telah
dilakukan oleh desa merupakan pengalaman yang dapat ditularkan ke
desa lain, terutama dalam pembangunan dan pemanfaatan Dana Desa
sesuai prioritas Kementerian Desa PDTT.
Sampaikan juga banyaknya pengalaman desa dalam pembangunan yang
telah berhasil dengan baik dan inovatif namun belum sempat
didokumentasikan sehingga pengalaman tersebut hanya dimiliki oleh
individu atau desa tertentu. Pengalaman tersebut dapat menjadi inspirasi
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 29
bagi desa lain bila didokumentasikan dengan baik dan disebarkan untuk
direplikasi.
Berikan ilustrasi di mana peserta berada di kamar hotel ketika alarm
berbunyi dan mereka harus menentukan jalan keluar apa yang akan
mereka pilih. Tunjukkan 3 pilihan jalan keluar: studi kasus kebakaran hotel
dalam bentuk buku, rencana evakuasi darurat hotel yang ditempelkan
pada pintu kamar hotel, atau nomor telepon teman yang adalah anggota
pemadam kebakaran. Tanyakan kepada peserta jalan keluar mana yang
akan mereka tempuh dan mengapa.
5. Akhiri sesi ini dengan kesimpulan dari pembahasan yang telah
dilakukan dengan mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
Kegiatan 2: Refleksi TAPM dalam Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan
dan Inovasi Desa
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang refleksi TAPM dalam memfasilitasi Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);
2. Lakukan curah pengalaman TAPM dalam memfasilitasi Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) tahun 2017 dengan mengajukan
beberapa pertanyaan pemicu sebagai berikut:
a. Bagaimana peran TAPM dalam membantu Pemerintah daerah
dan Pemerintah Desa dalam memfasilitasi Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)?
b. Isu-isu krusial apa saja yang perlu mendapat perhatian dari
pendamping dalam memfasilitasi Pengelolaan Pengetahuan Dan
Inovasi Desa (PPID)?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan. Jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
terkait pengalaman TAPM dalam memfasilitasi Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) tahun sebelumnya dapat
diruliskan di kertas plano atau whiteboard;
5. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
PROGRAM INOVASI DESA
30| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Disarankan peserta (TAPM) dapat membawa laporan kegiatan
pendampingan tahun sebelumnya terkait kegiatan fasilitasi
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) dan referensi
terkait. Hal ini dilakukan sebelum pembelajaran dimulai (jika
dimungkinkan pada sesi malam atau istirahat). Pelatih dapat
meminta peserta untuk mempelajari kembali laporan kegiatan
pendampingan dengan mencatat hal-hal pokok yang perlu disampaikan
dalam kegiatan pembelajaran. Peserta diharapkan memiliki cukup waktu
untuk mempelajari dan memberikan catatan kritis yang akan disampaikan
pada saat pembelajaran berlangsung.
Kegiatan 3: Hambatan dan Tantangan Fasilitasi Pengelolaan Penge-
tahuan dan Inovasi Desa (PPID)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Hambatan dan Tantangan Fasilitasi Tahapan
Pengelolaan Inovasi dan Pengetahuan (PPID) dalam pelaksanaan
Program Inovasi Desa;
2. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok (sesuai wilayah kerjanya)
untuk menggali pengalaman TAPM dalam fasilitasi PPID, sebagai
panduan gunakan Lembar Kerja 2.3.1;
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikannya dalam
kelompok. Hasilnya ditulis dalam kertas plano dan di tempelkan di
dinding agar dapat diamati oleh peserta lain;
4. Mintalah 1 atau 2 kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam pleno.
5. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan
pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
6. Buatlah catatan berupa hambatan dan tantangan yang dihadapi TAPM
dalam memfasilitasi PPID tahun sebelumnya sebagai landasan yang
perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pada tahun selanjutnya
dengan menuliskan dalam kartu meta plan sebagai pegangan bagi
pelatih;
7. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan hasil
pembahasan.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 31
Lembar Kerja 2.3.1
Matrik Diskusi Hambatan dan Tantangan Fasilitasi PPID
Program Inovasi Desa (PID) Tahun Sebelumnya
No Tahapan Kegiatan
PPID
Hambatan
Tantangan Saran
Catatan:
(1) Buatlah beberapa kolom yang berisi uraian tentang Tahapan Kegiatan Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID). Dalam menuliskan setiap tahapan kegiatan
PPID Kelompok dapat menggunakan rujukan Panduan Teknis Operasional PID
terkait mekanisme PPID;
(2) Lakukan penelaahan terkait pengalaman proses fasilitasi yang telah dilakukan oleh
pendamping untuk masing-masing tahapan tersebut secara rinci;
(3) Lakukan penelaahan terkait kemungkinan hambatan dan tantangan yang dihadapi
pendamping pada tahun sebelumnya dalam setiap tahapan tersebut;
(4) Rumuskan saran berupa beberapa alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan
kendala tersebut;
(5) Hasil diskusi kelompok dicatat dan dibahas dalam pleno untuk mengklarifikasi,
mengelompokkan dan menyepakati hasilnya.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 33
Pokok Bahasan 3
PERAN PELAKU PROGRAM INOVASI
DESA (PID) DALAM MENANGKAP
INOVASI DESA (CAPTURING)
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 35
POKOK BAHASAN
PERAN PELAKU PROGRAM INOVASI
DESA (PID) DALAM MENANGKAP
INOVASI DESA (CAPTURING)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID) dan Tim Pengelola
Inovasi Desa (TPID) untuk menangkap inovasi desa (capturing) dalam
Program Inovasi Desa (PID);
2. Memahami peran Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)
dalam memfasilitasi pelaku untuk melaksanakan kegiatan
menangkap inovasi desa (capturing);
Sub Pokok Bahasan
SPB: 3.1: Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID) dan Tim Pengelola
Inovasi Desa (TPID) dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing);
SPB: 3.2: Peran Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dalam
Fasilitasi Menangkap Inovasi Desa (Capturing).
Waktu
4 JP (180 menit)
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 37
SUB POKOK BAHASAN 3.1
Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dan Tim
Pengelolan Inovasi Desa (TPID) dalam
Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID) dalam menangkap
inovasi desa (capturing) di tingkat Kecamatan;
2. Menjelaskan peran Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) dalam
menangkap inovasi desa (capturing) di tingkat Kecamatan;
Waktu
2 JP (90 menit)
Metode
Pemaparan, curah pendapat, diskusi kelompok, dan pleno.
Media
Media Tayang 3.1.1: Peran Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dan Tim
Pengelolan Inovasi Desa (TPID) dalam Menangkap Inovasi Desa
(Capturing) ;
Lembar Informasi 3.1.1: Panduan Teknis Operasional Program Inovasi
Desa (PID) terkait Tugas dan Tanggung Jawab Tim Inovasi Kabupaten
(TIK) dan Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID);
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
PROGRAM INOVASI DESA
38| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Tugas dan Tanggung Jawab Tim Inovasi
Kabupaten (TIK) dan Tim Pengelolan Inovasi Desa (TPID) dalam
Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dan Tim
Pengelolan Inovasi Desa (TPID) dalam Menangkap Inovasi Desa
(Capturing);
2. Mintalah peserta membentuk dua kelompok untuk mendiskusikan
tentang Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dan Tim Pengelolan Inovasi
Desa (TPID);
3. Pembagian topik untuk masing-masing kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok 1: Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dalam Menangkap
Inovasi Desa (Capturing)
b. Kelompok 2: Peran Tim Pengelola Inovasi Desa (TIPD) dalam
Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
4. Selanjutnya pelatih meminta masing-masing kelompok untuk
mendalami uraian tugas dan tanggung jawab TPID sesuai Panduan
Teknis Operasional (PTO) yang telah ditetapkan.
5. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk mendiskusikan dengan
menggunakan Lembar Kerja Kelompok 3.1.1 dan 3.1.2. Hasilnya
kemudian dituliskan dalam kertas plano dan di tempelkan di dinding
agar dapat diamati oleh peserta lain;
6. Mintalah 1 atau 2 kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam pleno.
7. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan
pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
8. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan
dalam kartu meta plan sebagai pegangan bagi pelatih.
Kegiatan 3: Penegasan dan Kesimpulan
9. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan tentang peran TIK dan
TPID terkait kegiatan menangkap inovasi desa (capturing) sesuai
dengan kewenangannya;
10. Tutuplah sesi ini dengan kesimpulan.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 39
Lembar Kerja Kelompok 3.1.1
Matrik Diskusi Peran Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID) dalam
Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
No Tahapan Menangkap
Inovasi (Capturing)
Uraian Peran
TIK-PID
Hambatan Saran
1. Identifikasi Inovasi Desa
2. Verifikasi Inovasi Desa
3. Menangkap Inovasi
(capturing)
4. Validasi Inovasi Desa
5. Mengemas dan
memformat Inovasi
Desa
PROGRAM INOVASI DESA
40| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Kerja Kelompok 3.1.2
Matrik Diskusi Peran Peran Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) dalam
Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
No Tahapan Menangkap
Inovasi (Capturing)
Uraian Peran
TPID
Hambatan Saran
1. Identifikasi Inovasi Desa
2. Verifikasi Inovasi Desa
3. Menangkap Inovasi
(capturing)
4. Validasi Inovasi Desa
5. Mengemas dan
Memformat Inovasi
Desa
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 41
SUB POKOK BAHASAN 3.2
Peran TAPM dalam Fasilitasi
Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan peran
TAPM dalam fasilitasi menangkap inovasi desa (capturing) dalam
mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID).
Waktu
2 JP (90 menit)
Metode
Curah pendapat, pemaparan, dan pleno.
Media
Media Tayang 1.3.1: Peran TAPM dalam Fasilitasi Program Inovasi
Desa;
Lembar Informasi 1.3.1: Tugas dan Tanggung Jawab TAPM dalam
Menangkap Inovasi Desa (capturing);
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
PROGRAM INOVASI DESA
42| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Proses Penyajian
Kegiatan: Peran TAPM dalam Fasilitasi Pelaku Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang “Peran TAPM dalam fasilitasi pelaku Program
Inovasi Desa (PID) terkait kegiatan menangkap inovasi desa
(capturing)” dengan mengkaitan topik sebelumnya;
2. Berdasarkan isu-isu pokok yang dijelaskan dalam kegiatan sebelumnya
mintalah peserta untuk membahas tentang peran TAPM dalam
memfasilitasi pelaku Program Inovasi Desa (PID) terkait kegiatan
menangkap inovasi desa (capturing) sesuai dengan kewenangannya,
dengan mengajukan pertanyaan pemicu, sebagai berikut:
a. Bagaimana peran TAPM terkait kegiatan fasilitasi pelaku dalam
menangkap inovasi desa (capturing)?
b. Hal-hal apa saja yang perlu menjadi perhatian bagi TAPM dalam
mendorong pelaku dalam menangkap inovasi desa (capturing)?
c. Hambatan/kendala apa saja yang mungkin dihadapi TAPM dalam
fasilitasi pelaku menangkap inovasi desa (capturing)?
3. Berikan kesempatan kepada peserta dalam kelompok untuk
mendiskusikan beberapa pertanyaan di atas. Hasilnya kemudian
dituliskan dalam Lembar Kerja Kelompok 3.2.1 untuk dipaparkan
dalam pleno;
4. Mintalah masing-masing wkail kelompok untuk memaparkan hasil
diksuinya dalam pleno;
5. Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi,
mengkritisi dan mengklarifikasi hal-hal yang perlu pendalam lebih
lanjut;
6. Buatlah catatan dari proses pembahasan yang telah dilakukan.
Hasilnya ditempelkan di kertas plano atau whiteboard;
7. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan menegas-
kan hal-hal pokok terkait dengan peran TAPM dalam fasilitasi dalam
menangkap inovasi desa (capturing).
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 43
Lembar Kerja Kelompok 3.2.1
Matrik Diskusi Peran Peran Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat
(TAPM) dalam Fasilitasi Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
No Tahapan Menangkap
Inovasi (Capturing)
Uraian Peran
TAPM
Hambatan Saran
1. Identifikasi Inovasi Desa
2. Verifikasi Inovasi Desa
3. Menangkap Inovasi
(capturing)
4. Validasi Inovasi Desa
5. Mengemas dan
memformat Inovasi
Desa
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 45
Pokok Bahasan 4
KETERAMPILAN MENANGKAP
INOVASI DESA (CAPTURING)
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 47
POKOK BAHASAN
KETERAMPILAN MENANGKAP
INOVASI DESA (CAPTURING)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menerapkan keterampilan mengidentifikasi inovasi desa dalam
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);
2. Menerapkan keterampilan memverifikasi inovasi desa berdasarkan
hasil identifikasi inovasi desa yang telah dilakukan;
3. Menerapkan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing)
berdasarkan hasil identifikasi dan verifikasi inovasi desa yang telah
dilakukan;
4. Menerapkan keterampilan memvalidasi inovasi desa berdasarkan
hasil penangkapan inovasi desa (capturing) yang telah dilakukan;
5. Menerapkan keterampilan mengemas dan memformat inovasi desa
berdasarkan hasil validasi dan rekomendasi dari TIK-PID;
Sub Pokok Bahasan
SPB 4.1: Identifikasi Inovasi Desa
SPB 4.2: Verifikasi Inovasi Desa
SPB 4.3: Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
SPB 4.4: Validasi Inovasi Desa
SPB 4.5: Mengemas dan Memformat Inovasi Desa
Waktu
21 JP (945 menit)
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 49
SUB POKOK BAHASAN 4.1
Identifikasi Inovasi Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang
lingkup kegiatan identifikasi inovasi desa;
2. Mengidentifikasi inovasi desa berdasarkan kartu komitmen dan kartu
ide dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID).
Waktu
4 JP ( 180 menit)
Metode
Curah pendapat, praktek identifikasi Inovasi desa, kerja kelompok,
pemaparan dan pleno.
Media
Media Tayang 4.1.1: Identifikasi Inovasi Desa;
Lembar Kerja 4.1.1: Formulir Kartu Komitmen
Lembar Kerja 4.1.2: Formulir Kartu Ide
Lembar Kerja 4.1.3: Formulir Rekapitulasi Hasil Identifikasi Kegiatan
Inovasi Desa
Lembar Informasi 4.1.1: Buku Kecil itu Indah: Kumpulan Kisah inspiratif
Lapangan;
Lembar Informasi 4.1.2: Menangkap Inovasi (Capturing) dalam
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
PROGRAM INOVASI DESA
50| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Proses Penyajian
Kegiatan1: Mengidentifikasi dan Menyortir Inovasi Desa
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Mengidentifikasi dan Menyortir Inovasi Desa
dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);
2. Ingatkan kembali kepada peserta bahwa pendokumentasian
(penangkapan inovasi (capturing)) pengetahuan dan inovasi desa itu
harus melalui sejumlah tahapan atau prosedur sebelum disebarkan
kepada masyarakat atau khalayak umum;
3. Lakukan curah pendapat dengan peserta terkait pemahaman tentang
ruang lingkup kegiatan identifikasi inovasi desa dengan mengajukan
pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan kegiatan identifikasi inovasi desa?
b. Mengapa identifikasi inovasi desa harus dilakukan?
c. Siapa pelaku yang terlibat dalam proses identifikasi inovasi desa?.
4. Ajak juga peserta untuk merefleksikan (terutama yang sudah
melakukan penangkapan inovasi (capturing)) bagaimana cara
mengidentifikasi inovasi desa yang selama ini dilakukan;
5. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
kritik dan saran;
6. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
terkait kegiatan identifikasi inovasi desa dengan menuliskannya di
kertas plano atau whiteboard;
7. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang proses meng-
identifikasi dan menyortir inovasi desa dengan menggunakan media
yang telah disediakan;
8. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
Pelatih perlu menegaskan bahwa kegiatan identifikasi inovasi
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) melalui Bursa
Inovasi Desa di Kecamatan dan 2) melalui forum MAD I.
(sosialisasi kegiatan inovasi desa). Dalam forum MAD 1, TPID
dapat memfasilitasi pengumpulan kegiatan inovasi melalui
Kartu Ide yang telah dibagikan dan diisi oleh desa. Hasil identifkasi tersebut
akan menjadi bahan pertimbangan TPID dalam melakukan verifikasi
kegiatan inovasi desa yang akan ditangkap (capture).
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 51
Kegiatan 2: Praktek Mengindentifikasi Inovasi Desa
9. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
praktek mengidentifikasi Inovasi Desa dalam Pengelolaan Inovasi dan
Pengetahuan (PPID);
10. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok untuk melakukan praktek
mengindentifikasi inovasi desa;
11. Bagikan kepada masing-masing kelompok “Buku Kecil itu Indah” dan
ajak kelompok untuk mempelajari Booklet Lembar Kerja Program
Inovasi Desa (PID) pada bagian daftar periksa proses identifikasi;
12. Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
mendefinisikan, mengidentifikasi, dan menyortir inovasi dari buku
tersebut dan menggunakan daftar periksa dengan keluaran sebagai
berikut:
a. Jumlah artikel yang masuk kategori inovasi desa (praktek baik);
b. Potensi inovasi desa yang terdapat dalam setiap artikel.
c. Memasukkan dalam Kartu Ide;
d. Membuat daftar rekapitulasi hasil identifikasi kegiatan Inovasi
Desa.
13. Hasilnya identifikasi inovasi tersebut dituliskan dalam Lembar Kerja
4.1.1 – 4.1.3 kemudian dipaparkan oleh masing-masing kelompok
dalam pleno;
14. Berikan kesempatan kepada peserta atau kelompok lain untuk
memberikan tanggapannya;
15. Selanjutnya berikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk
memilih 1 inovasi yang telah masuk kategori inovasi desa. Masing-
masing kelompok memilih 1 inovasi yang berbeda. Pelatih menuliskan
inovasi yang diplih oleh masing-masing kelompok dalam kartu meta
plan atau kertas plano. Pilihan inovasi tersebut tersebut akan menjadi
materi latihan pada sesi-sesi berikutnya;
16. Informasikan kepada peserta bahwa hal penting yang harus dilakukan
dan menjadi bagian dalam mengidentifikasi inovasi adalah
“Melengkapi Informasi Inovasi.”;
17. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
terkait proses menangkap inovasi (capturing) dengan menuliskannya
di kertas plano atau whiteboard;
18. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang proses menangkap
inovasi (capturing) dalam pelaksanaan Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa (PPID) di tingkat Kecamatan dengan menggunakan media
yang telah disediakan;
PROGRAM INOVASI DESA
52| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
19. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
Melalui materi tayang, pelatih menyampaikan keahlian dasar
yang perlu dimiliki oleh TPID dan TIK dalam proses capturing:
(a) komunikasi dan hubungan baik dengan narasumber, (b) pola
pikir investigatif yang bertujuan jelas, (c) mampu bercerita dan
merekam informasi dengan cara yang menarik, (d) memiliki
pengetahuan dasar tentang substansi yang di didokumentasikan, (e)
memiliki empati terhadap subyek yang ditangkap, dan (f) mampu
mengoperasikan perangkat teknologi sederhana seperti telepon seluler.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 53
Lembar Kerja 4.1.1
Formulir Kartu Komitmen Program Inovasi Desa (PID)
PROGRAM INOVASI DESA
54| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Kerja 4.1.2
Formulir Kartu Ide Program Inovasi Desa (PID)
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 55
Lembar Kerja 4.1.3
Formulir Inventarisasi Ide Kegiatan Inovasi Desa
Kecamatan :
Kabupaten :
No Kegiatan Lokasi Tujuan
Kegiatan
Hasil Bursa Inovasi Desa Biaya
Kewira-
usahaan
PSDM Infrastruktur
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Catatan:
(1) Jelas
(2) Tuliskan nama kegiatan inovasi sesuai kartu Ide (yang diusulkan oleh desa)
(3) Tuliskan nama lokasi (nama desa/dusun/RT/RW)
(4) Tuliskan secara jelas harapan dan perubahan yang diharapkan dari kegiatan
inovasi desa tersebut
(5), (6) dan (7) Tuliskan dengan memberikan tanda centang (√) sesuai jenis kegiatan
(8) Tuliskan jumlah besaran biaya yang digunakan untuk kegiatan tersebut
………, …………………………..
Tim Pengelola Inovasi Desa
Kecamatan …………………………
Ketua ,
(______________________________)
PROGRAM INOVASI DESA
56| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Kerja 4.1.4
Formulir Identifikasi Ide Kegiatan Inovasi Desa
Ka
bu
pa
ten
:
Be
rsifat
ke
ba
rua
n
Ke
un
ika
n
(jika
ad
a)
Pe
me
ca
ha
n
ma
sala
h
Da
mp
ak
sign
ifika
n
ba
gi d
esa
da
n
ma
sya
rak
at
Pa
rtisipa
si
ma
sya
rak
at
Ke
be
rlan
juta
n
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Ke
tera
ng
an
:
(1) Je
las
(2) T
ulisk
an
jen
is keg
iata
n in
ovasi y
an
g te
lah
dila
ku
kan
ole
h d
esa
(3) T
ulisk
an
nam
a d
esa
/du
sun
/RT/R
W
(4), (5
), dan
(6) D
iisi den
gan
kete
ran
gan
sing
kat jik
a m
em
en
uh
i sala
h sa
tu k
riteria
dala
m ta
bel P
en
jela
san
Ind
ikato
r Iden
tifikasi In
ovasi
Ta
ha
p 1
: Ciri-c
iri Ino
va
tifT
ah
ap
2 : A
spe
k P
em
an
faa
tan
No
Usu
lan
Ke
gia
tan
Ino
va
si De
saLo
ka
si
Fo
rmu
lir Ide
ntifik
asi Id
e K
eg
iata
n In
ov
asi D
esa
Ke
ca
ma
tan
:
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 57
No. Indikator Keterangan
Tahap 1 : Ciri-ciri inovatif
1. Bersifat kebaruan Bersifat baru
Pengembangan dari yang sudah ada
2. Unik Menggunakan cara yang berbeda
Memanfaatkan kearifan lokal dalam menyelesaikan
masalah
Tahap 2 : Aspek Pemanfaatan
1. Pemecahan masalah Mengatasi permasalahan di masyarakat dan desa
Memanfaatkan teknologi tepat guna
2. Dampak signifikan Memberikan dampak ekonomi pada sebagian
besar masyarakat
Memberikan dampak pada kualitas sumber daya
manusia di desa
3. Partisipasi masyarakat Melibatkan masyarakat termasuk kelompok miskin
dan terpinggirkan/marjinal
Dapat dilakukan oleh masyarakat
4. Keberlanjutan atau
bersifat jangka panjang
Menggunakan sumber daya lokal
Mendukung kelestarian lingkungan
PROGRAM INOVASI DESA
58| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
SUB POKOK BAHASAN 4.2
Verifikasi Inovasi Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang
lingkup kegiatan verifikasi inovasi desa;
2. Memverifikasi kegiatan inovasi desa berdasarkan hasil identifikasi
inovasi yang telah dilakukan sesuai tahapan Pengelolaan Pengetahuan
dan Inovasi Desa (PPID).
Waktu
4 JP ( 180 menit)
Metode
Curah pendapat, praktek verifikasi inovasi desa, kerja kelompok, pemaparan
dan pleno.
Media
Media Tayang 4.2.1: Verifikasi Inovasi Desa;
Lembar Kerja 4.2.1: Checklist Kegiatan Inovasi Desa;
Lembar Kerja 4.2.2: Daftar Rekapitulasi Hasil Verifikasi Inovasi Desa-Tim
Pengelola Inovasi Desa (TPID);
Lembar Kerja 4.2.3: Rekomendasi Hasil Verifikasi Inovasi Desa-Tim
Inovasi Kabupaten (TIK-PID);
Lembar Informasi 4.2.1: Verifikasi Inovasi Desa dalam Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 59
Proses Penyajian
Kegiatan1: Memverifikasi Inovasi Desa
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Memverifikasi Inovasi Desa dalam Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) berdasakan hasil kajian yang
setelah dilakukan pada topik sebelumnya;
2. Awali dengan menggali pengalaman peserta untuk merefleksikan
(terutama yang telah melakukan verifikasi inovasi desa) yang pernah
dilakukan. Mintakan kepada peserta untuk menceritakan pengalaman-
nya dalam melakukan verifikasi inovasi di desa;
Pelatih dapat menegaskan bahwa kegiatan verifikasi inovasi
desa dilakukan oleh TPID dengan maksud untuk memastikan
kebenaran, ketepatan dan relevansi informasi terkait komitmen
kegiatan inovasi yang disampaikan oleh desa. Pelatih dapat
menggali pengalaman peserta yang pernah terlibat dalam
kegiatan verifikasi inovasi untuk memahami proses dan kesulitan yang
dihadapi di lapangan.
3. Selanjutnya lakukan curah pendapat dengan peserta terkait
pemahaman tentang ruang lingkup kegiatan verifikasi inovasi desa
dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan kegiatan verifikasi inovasi desa?
b. Mengapa verifikasi inovasi desa harus dilakukan dalam rangkaian
tahapan pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa?
c. Siapa pelaku yang terlibat dalam proses verifikasi inovasi desa?.
4. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
kritik dan saran;
5. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
terkait kegiatan verifikasi inovasi desa dengan menuliskannya di kertas
plano atau whiteboard;
6. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang proses memverifikasi
inovasi desa dengan menggunakan media yang telah disediakan;
7. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
PROGRAM INOVASI DESA
60| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Kegiatan 2: Tahapan Kegiatan Verifikasi Inovasi Desa
8. Setelah menyamakan pemahaman tentang konsep verifikasi inovasi
desa, selanjutnya lakukan pemaparan dengan menjelaskan tentang
tahapan verifikasi inovasi desa dengan menggunakan media tayang
yang telah disedikan;
9. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan tanggapan dan
berdiskusi terkait “Bagaimana Melakukan Verifikasi” dan “Checklist
Verifikasi” dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).
Jika tidak ada, tunjuk 2-3 peserta untuk berpendapat, terutama peserta
dari daerah yang telah melakukan kegiatan menangkap inovasi desa
(capturing);
10. Buatlah catatan terkait isu-isu kritis terkait tahapan kegiatan verifikasi
inovasi desa dalam metaplan dan ditempel di dinding agar dapat
diamati oleh peserta.
11. Lakukan penegasan bahwa dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa
(PID) bahwa TPID diharapkan mampu menyajikan pengetahuan dan
inovasi desa yang benar-benar berasal dari inisiatif masyarakat, bukan
meng-claim inovasi pihak lain sebagai inovasi milik desa.
12. Lakukanm penyimulan dan mengkaitkan dengan kegiatan selanjutnya.
Kegiatan 3: Praktek Memverifikasi Inovasi Desa
13. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
praktek memverifikasi Inovasi desa dalam Pengelolaan Inovasi dan
Pengetahuan (PPID) dengan mengaitkan kegiatan belajar sebelumnya;
14. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok untuk melakukan praktek
memverifikasi inovasi desa sebagai tindak lanjut kegiatan sebelumnya
yaitu mendefinisikan dan menidentifikasi inovasi. Mintalah kepada
kelompok untuk mempelajari studi kasus atau dokumen pembelajaran
sebelumnya untuk dipelajari;
15. Selanjutnya, masing-masing kelompok diminta untuk meakukan
kegiatan verifikasi dengan menggunakan Lembar Kerja Kelompok 4.2.1
“Checklist Verifikasi Kegiatan Inovasi Desa” dan Lembar Kerja
Kelompok 4.2.2 “Daftar Rekapitulasi Hasil Verifikasi Kegiatan Inovasi
Desa;”;
16. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk mendiskusikannya dan
menuliskan hasilnya untuk dipaparkan dalam pleno;
17. Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
memaparkan hasil diskusinya dalam pleno;
18. Setelah pemaparan mintalah peserta atau kelompok lain untuk
memberikan tanggapan dan saran atas paparan yang telah dilakukan;
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 61
19. Selanjutnya, berikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk
memilih 1 inovasi yang telah masuk kategori inovasi desa. Masing-
masing kelompok memilih 1 inovasi yang berbeda. Pelatih menuliskan
inovasi yang diplih oleh masing-masing kelompok dalam kartu meta
plan atau kertas plano. Pilihan inovasi tersebut tersebut akan menjadi
materi latihan pada sesi-sesi berikutnya;
20. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
PROGRAM INOVASI DESA
62| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Kerja 4.2.1
Rekomendasi Hasil Verifikasi Kegiatan Inovasi Desa
Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID)
Kecamatan : …………………………..
Kabupaten : …………………………..
No Kegiatan Lokasi
Penilaian Usulan Kegiatan
Penangkapan Inovasi
(Capturing) Jumlah Rank
Rekomen
dasi
Inovasi
Selaras
Kebijakan
Pemerintah
Keber-
lanjutan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Kewira
PSDM
Infra
Catatan:
(1) Jelas
(2) Tuliskan nama kegiatan inovasi sesuai kartu Ide (yang diusulkan oleh desa)
(3) Tuliskan nama lokasi (nama kecamatan/desa/dusun/RT/RW)
(4) Tuliskan sejauhamana kesesuaian usulan kegiatan inovasi desa tersebut dengan
karakteristik atau ciri-ciri inovasi (kebaruan, pemecahan masalah, keunikan) dengan
memberikan angka (1 – rendah, 2 – sedang, 3 – tinggi)
(5) Tuliskan sejauhamana kesesuaian usulan kegiatan inovasi desa tersebut dengan
kebijakan pemerintah (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) dengan memberikan
angka (1 – rendah, 2 – sedang, 3 – tinggi)
(6) Tuliskan sejauhamana tingkat keberlanjutan usulan kegiatan inovasi desa tersebut
ditinjau dari kemampuan untuk direplikasi, ramah lingkungan, ketersediaan sumber
daya dengan memberikan angka (1 – rendah, 2 – sedang, 3 – tinggi)
(7) Tuliskan rekomendasi layak atau tidak di tangkap (capture)
………, …………………………..
Tim Inovasi Kabupaten .……………
Ketua ,
(______________________________)
PROGRAM INOVASI DESA
64| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
SUB POKOK BAHASAN 4.3
Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang
lingkup kegiatan menangkap inovasi desa (capturing);
2. Menjabarkan beberapa metode menangkap inovasi desa (capturing)
baik yang berisfat individu maupun kelompok;
3. Menerapkan beberapa metode menangkap inovasi desa (capturing)
dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).
Waktu
5 JP ( 225 menit)
Metode
Curah pendapat, praktek menangkap inovasi desa (capturing), kerja
kelompok, pemaparan dan pleno.
Media
Media Tayang 4.3.1: Menangkap Inovasi Desa (Capturing);
Lembar Kerja 4.3.1: Matrik Kajian Metode Menangkap Inovasi Desa
(Capturing) dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);
Lembar Kerja 4.3.2: Format Struktur Dokumen Inovasi dan Bahan
Pembelajaran Hasil Penangkapan Inovasi Desa (capturing);
Lembar Informasi 4.2.1: Metode Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 65
Proses Penyajian
Kegiatan1: Keterampilan Dasar dalam Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Ruang Lingkup Kegiatan Menangkap Inovasi
Desa dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) dengan
mempelajari kembali hasil belajar SPB 2,2 tentang konsep dasar
menangkap inovasi desa (capturing);
2. Awali dengan menggali kemampuan peserta untuk merefleksikan
pengalamannya (terutama yang telah melakukan kegiatan menangkap
inovasi desa (capturing) yang telah dilakukan. Ajukan beberapa
pertanyaan pokok sebagai berikut:
a. Berdasarkan pengalaman Anda dalam melakukan penangkapan
inovasi desa (capturing) kesulitan apa saja yang dihadapi?
Terutama dalam aspek apa saja?
b. Keterampilan apa saja yang secara teknis dibutuhkan untuk
mendukung kegiatan (capturing) di lapangan?
c. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengembangkan
keterampilan tersebut?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menceritakan pengalaman-
nya dalam melakukan verifikasi inovasi di desa;
4. Catatlah hal-hal penting yang berkembang dalam pembahasan
dengan menuliskannya pada kartu metaplan atau kertas plano;
5. Lakukan penegasan tentang keterampilan dasar yang harus dimiliki
oleh pelaku PID dalam menangkap inovasi desa.
6. Tutuplah kegiatan dalam sesi ini dengan kesimpulan.
Pelatih dapat memberikan penjelasan tambahan dengan
menggunakan tayang, terkait keahlian dasar yang perlu dimiliki
oleh TPID dan TIK-PID dalam proses capturing: (a) komunikasi
dan hubungan baik dengan narasumber, (b) pola pikir
investigatif yang bertujuan jelas, (c) mampu bercerita dan
merekam informasi dengan cara yang menarik, (d) memiliki pengetahuan
dasar tentang substansi yang di-capture, (e) memiliki empati terhadap
subyek yang di-capture, dan (f) mampu mengoperasikan perangkat
teknologi sederhana seperti telepon seluler.
PROGRAM INOVASI DESA
66| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Kegiatan 2: Pengertian dan ruang lingkup metode menangkap inovasi
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang diharapkan
dalam kegiatan belajar tentang beberapa metode yang digunakan
dalam kegiatan menangkap inovasi desa (capturing);
2. Galilah pemahaman peserta tentang landasan teoriris dan praktis
dalam menggunakan metode menangkap inovasi desa (capturing)
dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa pengertian metode menangkap inovasi (capturing)?
b. Mengapa pelaku PID perlu menguasai metode menangkap inovasi
(capturing)?
c. Aspek apa saja yang dibutuhkan dalam menentukan metode
menangkap inovasi (capturing)?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengungkapkan gagasan,
pendapat dan pengalamannya dengan menjelaskan hal-hal pokok
dalam penggunaan metode menangkap inovasi (capturing);
Pelatih juga menjelaskan kepada peserta tentang pentingnya
memilih metode menangkap inovasi yang sesuai kebutuhan,
situasi, dan kondisi. Ingatkan bahwa peserta dapat
menggunakan lebih dari satu metode agar benar-benar dapat
menggali inovasi yang mungkin terselubung sehingga tidak
dapat digali dengan satu metode;
Sampaikan kepada peserta bahwa metode yang umumnya dan paling
mudah digunakan adalah wawancara, namun peserta akan diberi
pembekalan terkait metode lainnya serta kesempatan untuk melatih diri
dalam pelatihan ini;
Ingatkan kembali konsep 5W1H kepada peserta, di mana kali ini akan
memberikan fokus pada “apa” (what), yakni metode pendokumentasian,
dan “bagaimana” (how) melakukannya melalui metode lain yang akan
dibahas dalam sesi kegiatan pembeajaran selanjutnya
4. Catatlah hal-hal penting yang berkembang dalam pembahasan
dengan menuliskannya pada kartu metaplan atau kertas plano sebagai
pegangan untuk pelatih;
5. Lakukan penegasan tentang landasan teoritis dan praktis terkait
metode menangkap inovasi (capturing). Gunakan materi tayang 4.3.1
Metode Menangkap Inovasi untuk memperlihatkan adanya pilihan-
pilihan metode tersebut dalam mengumpulkan informasi untuk proses
penangkapan inovasi (capturing);
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 67
6. Selanjutnya, bagilah peserta dalam beberapa kelompok untuk
mendalami beberapa metode menangkap inovasi (capturing). Jumlah
kelompok disesuaikan dengan metode atau teknis menangkap inovasi
(capturing) yang akan dipraktekkan melalui pendekatan pembelajaran
mikro. Sepakati beberapa metode menangkap inovasi (capturing) yang
akan diujikan, diantaranya:
a. wawancara,
b. observasi;
c. focus group discussion/FGD;
d. bercerita/storytelling;
e. Blog, dll.
7. Selanjutnya, mintalah kepada kelompok untuk membaca sumber
rujukan dan mengumpulkan informasi, sumber belajar, catatan dan
hasil diskusi yang telah dilakukan pada sesi sebelumnya. Buatlah
catatan pokok terkait metode dengan menggunakan Lembar Kerja
Kelompok 4.3.1;
8. Mintalah kepada kelompok untuk mempersiapkan topik, materi yang
akan disampaikan dalam pleno baik berupa materi maupun contoh
kasus atau simulasi penerapannya sesuai metode yang dipilih;
9. Berikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan dan menyusun
melatih kemampuan menerapkan metode dan teknik fasilitasi sesuai
topik-topik yang tertuang dalam modul pelatihan untuk pelaku
Program Inovasi Desa (PID).
Jika tersedia waktu yang cukup pelatih dapat menambah
kegiatan pendalaman terkait metode menangkap inovasi desa
(capturing) dengan menggunakan bercerita. Metode ini
digunakan dengan pertimbangan sebagai berikut: (1)
Garisbawahi pentingnya menata logika dalam bercerita ketika
melakukan penangkapan inovasi (capturing) dan menempatkan diri
sebagai pendengar yang membutuhkan informasi; (2) Ajak peserta untuk
membahas contoh kasus di mana mereka harus menceritakan kembali
suatu peristiwa secara rinci dengan langkah-langkah kejadiannya
menggunakan alur seperti dokumen pembelajaran; (3) mintalah 2-3
peserta untuk bercerita; (4) berikan waktu 10 menit bagi peserta yang
ditunjuk untuk bercerita; (5) anyakan kepada peserta lainnya apa yang
akan mereka lakukan untuk mengisi kekurangan-kekurangan informasi
dalam cerita tersebut. (6) Sampaikan kepada peserta bahwa upaya yang
mereka lakukan tersebut adalah yang disebut sebagai metode menangkap
informasi melalui bercerita, atau storytelling; (7) Jelaskan bahwa pemilihan
metode bergantung pada kebijakan, rekomendasi TIK dalam pelaksanaan
PROGRAM INOVASI DESA
68| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
PPID, ketersediaan anggaran dan alat pendukung, serta keterampilan
pelaku penangkapan inovasi (capturing).
Kegiatan 3: Metode Menangkap Inovasi (Capturing) Berbasis Individu
10. Melalui materi tayang, sebutkan metode yang digunakan untuk
menangkap inovasi yang dapat dilakukan secara individu;
11. Ajak peserta untuk merujuk pada lembar bacaan dan booklet yang
menjelaskan langkah-langkah tiap metode;
12. Jelaskan satu per satu metode tersebut mengikuti materi tayang,
lembar bacaan, dan booklet;
13. Beri penekanan penjelasan lebih pada wawancara, bercerita, dan
observasi, sebagai metode penangkapan inovasi (capturing) berbasis
individu yang paling dapat diaplikasikan dalam menggali informasi
untuk proses penangkapan inovasi desa;
14. Beri contoh kegiatan dari tiap metode yang dipaparkan;
15. Ajak peserta untuk berbagi tentang pengalamannya dalam
menggunakan metode yang telah dijelaskan;
16. Beri kesempatan bagi peserta untuk bertanya dan menyampaikan
pendapatnya terkait pengalamannya menggunakan metode yang
telah dijelaskan.
Kegiatan 4: Metode Menangkap Inovasi Desa (Capturing) Berbasis
Kelompok
17. Melalui materi tayang, sebutkan metode menangkap inovasi
(capturing) yang dapat dilakukan secara berkelompok;
18. Ajak peserta untuk merujuk pada lembar bacaan dan booklet yang
menjelaskan langkah-langkah tiap metode;
19. Jelaskan satu per satu metode tersebut mengikuti materi tayang,
lembar bacaan, dan booklet;
20. Beri penekanan penjelasan lebih pada FGD sebagai teknik
penangkapan inovasi (capturing) berbasis kelompok yang paling
dapat diaplikasikan dalam menggali informasi untuk proses
penangkapan inovasi (capturing);
21. Beri contoh kegiatan dari tiap metode yang dipaparkan;
22. Ajak peserta untuk berbagi tentang pengalamannya dalam
menggunakan metode yang telah dijelaskan;
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 69
23. Beri kesempatan bagi peserta untuk bertanya dan menyampaikan
pendapatnya terkait pengalamannya menggunakan metode yang
telah dijelaskan.
Kegiatan 5: Praktek Menangkap Inovasi (Capturing) dalam Pengelola-
an Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)
24. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Fasilitasi Kegiatan Menangkap Inovasi
(Capturing) dalam Pengelolaan Inovasi dan Pengetahuan (PPID);
25. Jelaskan bahwa ada banyak pilihan metode untuk melakukan
capturing yang perlu ditentukan sejak awal di tahap persiapan;
26. Ajak peserta untuk mempelajari Buku :kecil itu Indah”, Booklet Lembar
Kerja Pelatihan PPID tentang Wawancara, Bahan Bacaan Kiat-Kiat
Metode Capturing Inovasi Desa, dan Bahan Bacaan – Cara Membuat
Video;
27. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok (sesuai kecamatan) untuk
melakukan praktek menangkap inovasi (capturing) berdasarkan hasil
identifikasi dan verifikasi inovasi Desa yang telah dilakukan. Skenario
kegiatan kelompok diuraikan sebagai berikut:
a. Setiap kelompok diberi tugas melakukan simulasi penangkapan
inovasi (capturing) atas inovasi yang telah diidentifikasi pada
tahapan identifikasi inovasi, yang diambil dari buku “Kecil itu
Indah.” Beri waktu kepada peserta untuk menelaah kembali
inovasi yang telah dipilihnya dan melengkapi data dalam rangka
capturing awal.
b. Bila sudah dipastikan bahwa inovasi yang telah dipilihnya telah
benar memiliki muatan inovasi, setiap kelompok diberi tugas
untuk melakukan simulasi lengkap dengan menggunakan
metode wawancara untuk melengkapi tempate dokumen
pembelajaran.
c. Beri waktu kepada setiap kelompok untuk berdiskusi tentang
pembagian tugas dan peran tiap anggota kelompok dalam
simulasi penangkapan inovasi desa (capturing). Tiap anggota
kelompok mempelajari inovasi yang akan ditangkap, terutama
bagi pemeran narasumber yang akan menjadi target wawancara.
Pastikan tiap kelompok setidaknya terdiri dari anggota berikut: 1
narasumber, 1 pewawancara, 1 cameraman, 1 koordinator, 1
pencatat.
d. Bila muncul ide inovasi lain yang diusulkan oleh anggota
kelompok karena pertimbangan adanya narasumber yang
memiliki informasi menarik dan lebih lengkap untuk simulasi
PROGRAM INOVASI DESA
70| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
penangkapan inovasi desa (capturing), dan telah menjadi
kesepakatan kelompok, beri kesempatan kepada kelompok untuk
mengubah inovasi selama inovasi tersebut telah memenuhi
checklist kriteria inovasi Program Inovasi Desa (PID).
e. Anggota kelompok lainnya berembuk untuk mengembangkan
daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber
selama wawancara. Ingatkan kepada peserta untuk selalu
mengacu pada prinsip 5W+1H dalam proses pengembangan
daftar pertanyaan tersebut.
a. Tiap kelompok menyepakati daftar pertanyaan dan media untuk
melakukan penangkapan inovasi desa (capturing) terhadap
narasumber, mengembangkan rencana dan kesiapan logistiknya
(kapan, di mana, siapa yang melakukan, dsb).
b. Untuk kepentingan simulasi, narasumber diberi salinan daftar
pertanyaan untuk memastikan seluruh informasi dapat terkumpul
dengan baik dan alur ceritanya akan lengkap.
c. Anggota yang bertugas sebagai pewawancara menguji peralatan
sebelum dipakai untuk memastikan wawancara tidak menemui
gangguan teknis. Anggota pencatat menuliskan setiap informasi
yang diperoleh atas jawaban terhadap daftar pertanyaan.
d. Koordinator dan pencatat memeriksa hasil wawancara dalam
bentuk tulisan maupun video, menentukan bila masih
memerlukan informasi atau data tambahan dari narasumber,
memeriksa pencahayaan dan suara, lalu mulai memformulasikan
dokumen pembelajaran.
28. Hasil penangkapan inovasi desa (capturing) selanjutnya dirumuskan
dalam sebuah dokumen pembelajaran dengan menggunakan Lembar
Kerja Kelompok 4.3.2;
29. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikannya dalam
kelompok;
30. Mintalah beberapa kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam
pleno;
31. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan
pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
32. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan
dalam kartu meta plan sebagai pegangan bagi pelatih;
33. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 71
Lembar Kerja 4.3.1
Matrik Kajian Metode Menangkap Inovasi Desa (Capturing) dalam
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)
Metode yang dipilih:
1. Wawancara,
2. Observasi;
3. Focus group discussion/fgd;
4. Bercerita/storytelling;
5. Blog,
6. Lain-lain (tuliskan) …………………………….
No Metode/Teknik
Menangkap
Inovasi Desa
(Capturing)
Tahapan/Proses
Penyajian
Kelebihan Kelemahan Catatan
PROGRAM INOVASI DESA
72| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Kerja 4.3.2
Format Struktur Dokumen Inovasi dan
Bahan Pembelajaran Hasil Penangkapan Inovasi (Capturing)
[penulis utama]
[nama desa]
Ringkasan Umum
Tuliskan ulasan singkat tentang kegiatan inovasi yang telah didokumentasikan;
maksimal 2 paragraf singkat atau 10 baris
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 73
Latar Belakang Masalah dan Tantangan
Jabarkan konteks umum kejadian, masalah, tantangan yang mendorong dibuatnya inovasi;
misalnya karena kondisi dan letak geografis, sosial, ekonomi yang sulit. Kumpulkan jawaban atas
pertanyaan berikut: Apa latar belakang dari tantangan atau masalah yang terjadi? Di mana
terjadinya? Siapa yang terlibat? Seperti apa situasi yang ada sebelum inovasi terjadi? Di mana
dan kapan terjadinya? Apakah tepatnya yang menjadi tantangan atau masalah? Seperti apakah
situasi atau masalah sebelum dilakukan intervensi? Apa yang menyebabkan tantangan atau
masalah ini? Apakah konsekuensi dari tantangan atau masalah ini? Dan sebagainya. Tambahkan
gambar jika dibutuhkan
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Solusi/Inovasi yang telah Dilakukan
Tuliskan dalam 1-3 baris solusi-solusi inovatif yang telah dilakukan untuk mengatasi
tantangan/masalah yang disampaikan dalam box Tantangan dan latar belakang masalah
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
PROGRAM INOVASI DESA
74| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Proses – Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah
Tuliskan jawaban atas pertanyaan mengenai solusi dengan rinci langkah demi langkah proses
yang telah dilakukan, mulai dari penggalian inovasi (diskusi), tahapan persiapan, dan aksinya
(pelaksanaan). Sebutkan tokoh-tokoh atau pihak-pihak yang telah berperan dalam memberikan
solusi atau yang telah membantu menyelesaikan permasalahan, serta cara-cara inovatif yang
dijalankan,termasuk bagaimana dijalankan, bagaimana pengelolaan atau pengaturan waktu
dan sumber daya pendanaan maupun sumber daya manusianya. Tambahkan apa yang berjalan
baik dan apa yang tidak berjalan dengan baik? Dan sebagainya. Tambahkan gambar jika
dibutuhkan.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Hasil
Tuliskan informasi tentang perubahan yang terjadi atau hasil yang telah dicapai akibat upaya-
upaya yang dijelas dalam proses menjawab tantangan/masalah.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Pembelajaran
Tuliskan di sini mengenai apa yang akan dilakukan narasumber jika dia kembali mengalami
situasi yang sama. Mengapa? Bagaimana? Dsb. Tambahkan gambar jika dibutuhkan. Sampaikan
hal-hal penting (pembelajaran) yang dapat diambil atau dijadikan rujukan bagi proses
pembelajaran selanjutnya atau untuk perbaikan inovasi terkait ke depan berdasarkan proses
penyelesaian masalah yang telah dilakukan. Hal ini dapat menyangkut cara/sistem kerja,
manajemen waktu atau manusia, dan lain-lain.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 75
Rekomendasi
Apa yang disarankan oleh narasumber untuk dilakukan bila desa lain mengalami situasi yang
sama? Apa yang tidak disarankan? Bagaimana supaya masalah seperti ini dapat dihindari di
masa depan? Kesulitan apa saja yang mungkin dihadapi saat menjalankan kegiatan inovasi
tersebut. Dsb. Tambahkan gambar jika dibutuhkan.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Sumber Informasi dan Referensi
Lampirkan foto untuk menjadi ilustrasi visual; gunakan foto yang menggambarkan dinamika atau
kegiatan inovasi yang berlangsung. Tambahkan peta lokasi, foto tokoh/pihak yang berperan yang
diceritakan dalam proses, foto kondisi awal dan akhir bila ada, dan hindari foto berpose dalam
group atau selfie. Tambahkan juga referensi atau sumber informasi lainnya (ahli, buku, situs web,
video, audio, gambar, dll) yang digunakan sebagai rujukan untuk menambah informasi dalam
dokumen pembelajaran ini. Berikan daftar referensi pada sumber-sumber dan sumberdaya yang
digunakan untuk membuat dokumen ini dan yang dianggap berguna bagi para pembaca jika
mereka ingin mengetahui lebih lanjut. Cantumkan nama dan keterangan narasumber inovasi ini
agar pembaca dokumen dapat menghubunginya langsung bila berminat melakukan replikasi.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
PROGRAM INOVASI DESA
76| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
SUB POKOK BAHASAN 4.4
Validasi Inovasi Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang
lingkup kegiatan validasi inovasi desa dalam Pengelolaan Pengetahuan
dan Inovasi Desa (PPID);
2. Memvalidasi inovasi desa dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi
Desa (PPID).
Waktu
3 JP ( 135 menit)
Metode
Curah pendapat, praktek validasi inovasi desa, kerja kelompok, pemaparan
dan pleno.
Media
Media Tayang 4.4.1: Validasi Inovasi Desa;
Lembar Kerja 4.4.1: Format Validasi Inovasi Desa;
Lembar Informasi 4.4.1: .
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 77
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Konsep dan Ruang Lingkup Kegiatan Validasi
Inovasi Desa
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Konsep dan Ruang lingkup Kegiatan Validasi
Inovasi Desa dengan mengkaitkan kegiatan belajar sebelumnya;
2. Lakukan curah pendapat terkait pemahaman awal dan pengalaman
peserta dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang kegiatan validasi inovasi desa?
b. Mengapa kegiatan validasi inovasi desa penting dilakukan?
c. Bagaimana peran TIK–PID melakukan validasi inovasi hasil
penangkapan inovasi desa (capturing) yang telah dilakukan oleh
TPID?
d. Hal-hal apa saja yang pelu diperhatikan oleh TIK-PID dan TPID
dalam kegiatan validasi inovasi hasil penangkapan inovasi desa
(capturing)?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
Pelatih menegaskan kepada peserta bahwa kegiatan validasi
inovasi merupakan rangkaian dari proses penangkapan inovasi
desa yang dilakukan sebelumnya. Kegiatan validasi menjadi
tugas dan tanggung jawab TIK-PID sebagai tindak lanjut hasil
penangkapan inovasi desa (capturing) yang disampaikan oleh
TPID kepada TIK-PID. Hasil validasi berupa rekomendasi mencakup materi
(substansi) dokumen dan cara pengemasan kegiatan yang akan
ditindaklanjuti oleh TPID.
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
terkait kegiatan validasi inovasi desa yang dilakukan oleh TIK-PID
dengan menuliskannya di kertas plano atau whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang kegiatan validasi
inovasi dalam pelaksanaan Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi
Desa (PPID) dengan menggunakan media tayang yang telah
disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
PROGRAM INOVASI DESA
78| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Kegiatan 2: Praktek Memvalidasi Inovasi dalam Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)
7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
praktek memvalidasi inovasi desa dalam Pengelolaan Inovasi dan
Pengetahuan (PPID);
8. Mintalah kelompok untuk mempelajari Booklet Lembar Kerja Pelatihan
PPID, Lembar Checklist Verifikasi dan Lembar Isian Hasil Verifikasi;
9. Berdasarkan hasil verifikasi, daftar hasil penangkapan inovasi desa
dilengkapi dengan lembar dokumen pembelajaran yang telah
dikerjakan oleh masing kelompok, selanjutnya dilakukan kajian silang.
Dimana setiap kelompk akan memeriksa atau memvalidiasi hasil kerja
kelompok lain;
10. Kegiatan validasi menggunakan Lembar Kerja Kelompok 4.4.1
(checklist dan lembar isian hasil verifikasi). Hasilnya berupa
rekomendasi kelayakan kegiatan inovasi yang akan ditayangkan dan
disebarluaskan kepada publik;
11. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk mempraktekkanya dan
menyiapkan bahan paparan hasil kerja kelompok;
12. Mintalah wakil kelompok untuk memaparkan hasil kerjanya dalam
pleno;
13. Berikan kesempatan kepada peserta atau kelompok lain memberikan
tanggapan dan argumentasi;
14. Pelatih menutup kegiatan dengan memberikan penegasan dan
pendalam terkait hal-hal pokok yang berkembang dalam pembahasan
dan merangkum seluruh tanggapan peserta;
Kegiatan 3: Umpan Balik Hasil Validasi Inovasi Desa
15. Berdasarkan hasil rekomendasi yang diberikan oleh setiap kelompok
sesuai tugasnya, Di kembalikan kepada kelompok lain untuk dipelajari
dan dilakukan perbaikan terkait hasil penangkapan inovasi (capturing);
16. Berikan kesempatan kepada masing-maisng kelompok untuk
memperbaiki dan melengkapinya sesuai rekomendasi. Hasilnya
kemudian diserahkan kepada pelatih.
17. Lakukan penegasan terkait hasil perbaikan yang telah dilakukan
dengan memaparkan hal-hal kritis yang perlu mendapat perhatian dari
peserta dibantu media tayang yang telah disediakan;
18. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 79
Lembar Kerja 4.4.1
Format Validasi Inovasi Desa
NO U R A I A N YA TIDAK
1. Apakah pengalaman atau pembelajaran inovatif sebagai suatu
nilai tambah terhadap apa yang sudah dikenal di desa? Apakah
ini suatu kontribusi berharga bagi perencanaan desa?
2. Apakah isinya tepat sebagai fakta, secara hukum dan peraturan
perundangan?
3. Apakah sudah disampaikan dalam bentuk yang tidak akan salah
dipahami?
4. Apakah penyampaian formal dan format dari konten ini sudah
cukup tepat?
5. Apakah bahasanya sudah jelas dan sesuai?
6. Apakah aset pengetahuan ini menjawab sebuah isu atau
tantangan khusus?
7. Apakah terdapat cukup informasi kontekstual untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik akan kondisi di mana
pengalaman inovatif ini terjadi?
8. Apakah pelajaran dan rekomendasi konkret sudah diberikan?
9. Apakah ada risiko yang dapat timbul dari dokumen
pembelajaran ini (misalnya hak kekayaan intelektual atau
reputasi orang tertentu)?
Rekomendasi
PROGRAM INOVASI DESA
80| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
SUB POKOK BAHASAN 4.5
Mengemas dan Memformat Inovasi Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang
lingkup kegiatan mengemas inovasi desa dalam Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);
2. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang
lingkup kegiatan memformat inovasi desa dalam Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);
3. Mengemas dan memformat inovasi desa berdasarkan rekomendasi
TIK-PID.
Waktu
5 JP ( 225 menit)
Metode
Curah pendapat, praktek mengemas dan memformat inovasi desa, kerja
kelompok, pemaparan dan pleno.
Media
Media Tayang 4.5.1: Mengemas dan Memformat Inovasi Desa;
Lembar Kerja 4.5.1: Kajian Kebutuhan Pengembangan Kemasan Inovasi
Desa;
Lembar Kerja 4.5.2: Daftar Pertanyaan Persiapan Memformat Inovasi
Desa;
Lembar Kerja 4.5.3: Checklist Persiapan Memformat Inovasi Desa;
Lembar Kerja 4.5.4: Formulir untuk Memformat Inovasi Desa;
Lembar Informasi 4.5.1: .
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 81
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Konsep dan Ruang Lingkup Kegiatan
Mengemas dan Memformat Inovasi Desa
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Konsep dan Ruang lingkup Kegiatan Validasi
Inovasi Desa dengan mengkaitkan kegiatan belajar sebelumnya;
2. Lakukan curah pendapat terkait pemahaman awal dan pengalaman
peserta dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang kegiatan mengemas dan
memformat inovasi desa?, jelaskan perbedaan mendasar dari
keduanya?
b. Mengapa kegiatan mengemas dan memformat inovasi desa
penting dilakukan?
c. Bagaimana peran pelaku khususnya TPID dalam melakukan
pengemasan dan pemformatan inovasi hasil penangkapan inovasi
desa (capturing) yang telah dilakukan?
d. Kendala apa saja yang mungkin dihadapi dalam membuat
kemasan dan memformat inovasi desa?
e. Faktor-faktor apa saja yang pelu diperhatikan oleh TPID dalam
mengemas dan memformat inovasi hasil penangkapan inovasi
desa (capturing)?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
Pelatih menegaskan kepada peserta bahwa hasil dari validasi
yang dilakukan oleh TIK-PID terhadap daftar usulan kegiatan
inovasi yang telah ditangkap (capture), kemudian diberikan
catatan dan rekomendasi kepada TPID dengan melihat
kesesuaian materi dan cara penyajian dokumen pembelajaran
yang akan dibuat. Salah satu rekomendasi tersebut akan memberikan
pertimbangan bentuk sajian (kemasan) informasi inovasi yang akan dibuat.
Hal ini juga akan menentukan pola integrasi ke dalam sistem pertukaran
informasi yang akan di gunakan baik berupa sistem aplikasi web maupun
dokumen cetak lainnya (poster, booklet, brosur, famplet, riflet dan lain-
lain).
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
terkait kegiatan mengemas dan memformat inovasi desa yang
PROGRAM INOVASI DESA
82| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
dilakukan oleh TPID dengan menuliskannya di kertas plano atau
whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang kegiatan mengemas
dan memformat inovasi dalam pelaksanaan Pengelolaan Pengetahuan
dan Inovasi Desa (PPID) dengan menggunakan media tayang 4.5.1;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
Kegiatan 2: Langkah-Langkah Pengembangan Kemasan Inovasi Desa
7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Kegiatan Mengemas Inovasi Desa berdasarkan
hasil validasi dan rekomendasi dari TIK-PID dengan mengkaitkan
kegiatan belajar sebelumnya;
8. Berdasarkan hasil penangkapan inovasi (capturing) yang telah di
validasi oleh TIK-PID, selanjutnya mintalah masing-masing kelompok
untuk mendiskusikan bagaimana TPID mengemas Inovasi yang telah
divalidasi oleh TIK-PID dengan tahapan sebagai berikut;
(1) Mendaftar dan mengidentifikasi tujuan.
(2) Memeriksa atau mensurvei profil pemakai dan kebutuhan
informasinya atau menganalisis kebutuhan informasi pemakai
(3) Memilih sumber informasi yang relevan dengan inovasi yang akan
dikemas.
(4) Mengevaluasi validitas dan reliabilitas sumber informasi.
(5) Mereview, menganalisis, mensintesis dan mengekstrak informasi
kedalam pilihan bentuk atau jenis dokumen pembelajaran yang
lebih efektif dan efisien bagi pemakai.
(6) Menyebarkan dan memanfaatkan dokumen pembelajaran inovasi
desa dengan cara promosi, pendidikan pemakai dan memasarkan
informasi tersebut.
(7) Mengevaluasi timbal balik dari pemakai.
(8) Mengemas kembali informasi dan dokumen sebagai respon
terhadap kemasan yang disajikan kepada pemakai.
9. Langkah-langkah diatas, kemudian dijabarkan oleh kelompok dalam
bentuk kajian kebutuhan pengemasan inovasi desa [langkah (1) –(5) di
atas] berdasarkan hasil rekomendasi kegiatan penangkapan inovasi
desa (capturing) dengan menggunakan Lembar Kerja Kelompok 4.5.1;
10. Berikan waktu yang cukup kepada peserta untuk mendiskusikan dan
menuliskan hasilnya pada kertas plano atau bahan tayang untuk
dipaparkan dalam pleno;
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 83
11. Mintalah wakil kelompok untuk memaparkan hasil kajiannya, selnajut-
nya berikan kesempatan kepada peserta atau kelompok lain untuk
menanggapi dan memberikan saran;
12. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam pembahasan.
13. Lakukan penegasan dan kesimpulan dengan mengakaitkan kegiatan
belajar selanjutnya.
Kegiatan 3: Praktek Mengemas Inovasi Desa
14. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Praktek Mengemas Inovasi Desa berdasarkan
hasil kajian kebutuhan pengembangan kemasan inovasi yang telah
dilakukan pada kegiatan sebelumnya;
15. Berdasarkan hasil kajian kebutuhan pengembangan kemasan inovasi
desa, mintalah masing-masing kelompok untuk membuat kemasan
dokumen yang akan digunakan oleh pemakai;
16. Pelatih dapat membagi kelompok berdasarkan pilihan topik dan jenis
dokumen yang akan dikemas, misalnya:
Kelompok 1: Jenis Dokumen Artikel/Catatan (tulisan dikemas
dalam bentuk fiture, artikel, laporan dengan extensi DOC atau PDF)
Kelompok 2: Jenis dokumen publikasi (dikemas dalam bentuk
gambar, foto, poster, brosur, pamflet, presentasi lisan, audio
tutorial dll)
Kelompok 3: Jenis dokumen multi media (dikemas dalam bentuk
video, film strip, vlog, animasi dan lain-lain)
Kelompok 4: Jenis dokumen pangkalan data (dikemas dalam
bentuk blog, atau website);
17. Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mem-
persiapkan peratan dan bahan produksi, sekaligus membuat kemasan
sesuai dengan topik dan pilihan kemasan yang telah ditetapkan.
Pelatih dapat memberikan bantuan berupa konsutasi dan bimbingan
secara teknis dalam pengembangan kemasan dokumen;
18. Hasil kerja kelompok selanjutnya di pamerkan dan dipaparkan dalam
kegiatan pleno;
19. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengamati sekaligus
memberikan apresiasi terhadap produk kemasan dokumen pem-
belajaran yang ditampilkan;
20. Catatlah penilaian dan apresiasi peserta untuk masing-masing
kelompok.
PROGRAM INOVASI DESA
84| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
21. Lakukan penegasan berupa catatan hasil penilaian pelatih terhadap
kemasan yang dibuat kelompok.
22. Pada akhr kegiatan ditutup dengan kesimpulan dan penjelasan
kegiatan selanjutnya.
Bedah Video Inovasi Desa
Jika tersedia waktu yang cukup, pelatih dapat menambah
kegiatan pembelajaran pada sesi penegasan untuk memberi-
kan contoh video inovasi desa untuk dibahas melalui langkah-
langkah sebegai berikut:
1. Ajak peserta untuk menyaksikan video Inovasi Pilihan (dapat diambil
dari saluran YouTube Program Inovasi Desa yang berlogo PID);
2. Putar 2-3 video dari kategori yang berbeda;
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan
dan berdiskusi terkait video-video yang dilihatnya: Apa yang kurang,
apa yang dapat ditambahkan. Jika tidak ada, tunjuk 2-3 peserta untuk
berpendapat terkait:
Latar belakang/masalah/tantangan yang digambarkan dalam
video;
Solusi/inovasi yang digambarkan dalam video;
Manfaat dari solusi/inovasi tersebut;
Langkah-langkah mulai dari gagasan lahirnya ide solusi, tahap
persiapan, pelaksanaan hingga hasilnya;
Pembelajaran yang dapat diambil dari solusi/inovasi tersebut;
Rekomendasi untuk daerah mereka jika akan menerapkan
solusi/inovasi tersebut;
4. Pastikan kembali apakah peserta sudah memahami atau masih ada
hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut. Jika masih ada hal-hal yang
dianggap perlu pendalaman secara khusus, pelatih dapat memberikan
waktu untuk melakukan konsultasi, memberikan sejumlah rujukan
atau membuat rencana pembimbingan.
Kegiatan 4: Memformat Inovasi Desa
23. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Memformat Inovasi Desa berdasarkan hasil
kajian kebutuhan pengembangan kemasan inovasi yang telah
dilakukan pada kegiatan sebelumnya;
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 85
24. Lakukan penjelasan bahwa kegiatan memformat inovasi desa
merupakan tindak lanjut hasil pengemasan inovasi yang telah
dilakukan oleh TPID yang kemudian diserahkan kembali kepada TIK-
PID untuk diformat ke dalam bentuk tamplate dan sistem telusur yang
telah ditetapkan di tingkat Kabupaten/Kota dengan menggunakan
terminal data atau website Pemerintah Daerah;
25. Dalam proses memformat inovasi desa, peserta dapat menggunakan
template yang diberikan pada Booklet Lembar Kerja Pelatihan PPID
atau dengan menambahkan informasi lain untuk memudahkan
pencarian dokumen;
26. Dalam menyiapkan dokumen pembelajaran dan melakukan
formatting, pelatih perlu mengingatkan kembali tujuan dan target
pemanfaat dokumen pembelajaran tersebut;
27. Berdasarkan hasil kemasan yang telah dibuat oleh kelompok dalam
kegiatan sebelumnya, mintalah masing-masing kelompok untuk
mereview kembali dokumen pembelajaran tersebut dan memformat
dengan menggunakan Lembar Kerja Kelompok 4.5.2;
28. Beri kesempatan kepada peserta untuk memformat dokumen inovasi
tersebut. Selama proses memformat dokumen pembelajaran pelatih
dapat memberikan kesempatan kepada kelompok untuk bertanya,
berkonsultasi dan melakukan asistensi terhadap hasil kerja kelompok;
29. Hasil kerja kelompok kemudian diserahkan kepada pelati dan
dipaparkan dalam pleno;
30. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk memberikan
tanggapan dan saran;
31. Catatlah penilaian dan apresiasi peserta untuk masing-masing
kelompok.
32. Lakukan penegasan berupa catatan hasil penilaian pelatih terhadap
kemasan yang dibuat kelompok.
33. Pada akhr kegiatan ditutup dengan kesimpulan.
PROGRAM INOVASI DESA
86| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Kerja 4.5.1
Kajian Kebutuhan Pengembangan Kemasan Inovasi Desa
Nama Desa : ……………………………….
Nama Kecamatan : ……………………………….
Nama Kegiatan Inovasi : ………………………………
No Langkah-Langkah
Pengembangan Kemasan
Uraian
(Penjelasan Hasil Kajian)
1. Mendaftar dan mengidentifikasi
tujuan.
1.
2.
3.
2. Menganalisis Kebutuhan Informasi
Pemakai
(memeriksa atau mensurvei profil
atau karakteristik pemakai yang akan
memanfaatkan kegiatan inovasi dan
kebutuhan informasinya).
3. Memilih sumber informasi yang
relevan dengan inovasi yang akan
dikemas.
4. Menilai validitas dan reliabilitas
sumber informasi
(memeriksa kembali informasi
rujukan yang akan digunakan untuk
mendukung kemasan yang akan
dikembangkan).
5. Mereview informasi dan pilihan jenis
dokumen
(menganalisis, mensintesis dan
mengekstrak informasi ke dalam
pilihan bentuk atau jenis dokumen
pembelajaran yang lebih efektif dan
efisien bagi pemakai).
Catatan:
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 87
Lembar Kerja 4.5.2
Daftar Pertanyaan Persiapan Memformat Inovasi Desa
Nama Desa : ……………………………….
Nama Kecamatan : ……………………………….
Nama Kegiatan Inovasi : ………………………………
1. Bagaimana karakteristik khalayak sasaran (tipe, ukuran, kesiapan)?
2. Bagaimana kondisi lingkungan pengguna informasi (akses teknologi, ekspektasi
pada kualitas presentasi)?
3. Seberapa stabil atau dinamis kontennya (pengetahuan dasar atau pengetahuan
yang kerap berubah-ubah)?
4. Apa bentuk atau jenis format yang akan digunakan untuk dokumen pembelajaran
inovasi yang telah ditangkap (capture)?
5. Apa sarana yang digunakan untuk menyajikan konten tersebut?
PROGRAM INOVASI DESA
88| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Kerja 4.5.3
Checklist Persiapan Memformat Inovasi Desa
Nama Desa : ……………………………….
Nama Kecamatan : ……………………………….
Nama Kegiatan Inovasi : ………………………………
No Daftar Pertanyaan Ya Tidak Catatan
1. Apakah standar memformat inovasi desa yang
dapat diterapkan ke semua dokumen
pembelajaran?
2. Apakah proses memformat inovasi desa
mempertimbangkan hambatan khalayak yang
akan menggunakannya dan kemampuan untuk
mengaksesnya?
3. Apakah dokumen pembelajaran yang akan
digunakan sudah menyertakan semua
informasi yang diperlukan oleh pihak lain
untuk mereplikasi pengalaman inovasi?
4. Apakah dokumen pembelajaran sudah ditata
secara jelas dan mudah diakses oleh pemakai?
5. Apakah metatag lazim dan umum telah
ditentukan untuk meningkatkan kemudahan
penelusuran informasi dalam aplikasi
Knowladge Management Sharing (KMS)?
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 89
Lembar Kerja 4.5.4
Formulir untuk Memformat Inovasi Desa
Judul:
Deskripsi singkat:
Penulis (bisa lebih dari 1):
Tanggal publikasi: DD MM YYYY
Tanggal kadaluarsa: jangan
digunakan setelah…
DD MM YYYY
Lokasi (tempat, wilayah, negara …):
Area atau lingkup sasaran:
Jenis aset: (dokumen, video, presentasi, …)
Format aset: (Word doc, pdf, wmv, PowerPoint, …)
Ukuran: (jumlah halaman, durasi, jumlah slide …)
Ukuran: (dalam MBytes)
Domain specific descriptor 1 (wilayah kerja, gunakan taksonomi organisasi)
Domain specific descriptor 2 (wilayah kerja, gunakan taksonomi organisasi)
Domain specific descriptor 3 (wilayah kerja, gunakan taksonomi organisasi)
Sasaran pengguna: (spesialis sektor, manajemen senior, akademisi, umum,
dsb.)
Kata kunci:
Material terkait:
Sumber (referensi):
Narasumber:
Catatan:
Bagian dari: (seri – jika ada)
Berada setelah: (urutan aset pengetahuan dalam seri – jika ada)
Berada sebelum: (urutan aset pengetahuan dalam seri – jika ada)
Status: (draf/selesai, akses terbuka/terbatas)
PROGRAM INOVASI DESA
90| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Validasi oleh:
Tanggal validasi:
Lokasi aset: (URL atau lokasi di shared drive, network etc.)
PROGRAM INOVASI DESA
92| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Pokok Bahasan 5
PENINGKATAN KAPASITAS PELAKU
DALAM MENANGKAP INOVASI DESA
(CAPTURING)
PROGRAM INOVASI DESA
94| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
POKOK BAHASAN 7
POKOK BAHASAN
PENINGKATAN KAPASITAS PELAKU
DALAM MENANGKAP INOVASI DESA
(CAPTURING)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengembangkan strategi peningkatan kapasitas Pelaku Program
Inovasi Desa (PID) khususnya TIK-PID dan TPID dalam menangkap
inovasi desa (capturing);
2. Menerapkan keterampilan dalam melakukan bimbingan teknis kepada
TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing).
Sub Pokok Bahasan
SPB 5.1: Strategi Peningkatan Kapasitas TIK-PID dan TPID dalam
Menangkap Inovasi Desa (capturing);
SPB 5.2: Bimbingan Teknis dalam Menangkap Inovasi Desa
(capturing).
Waktu
5 JP (225 menit)
PROGRAM INOVASI DESA
96| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
SUB POKOK BAHASAN 5.1
Strategi Peningkatan Kapasitas TIK-PID dan
TPID dalam Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Merumuskan strategi peningkatan kapasitas TIK-PID dan TPID dalam
Menangkap Inovasi Desa (Capturing);;
2. Merumuskan rencana kegiatan pengembangan kapasitas TIK-PID dan
TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing);.
Waktu
2 JP (90 menit)
Metode
Pemaparan, Diskusi Kelompok, Simulasi Rencana Pengembangan Kapasitas
TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing), dan Pleno.
Media
Media Tayang 5.1.1: Peningkatan Kapasitas TIK-PID dan TPID dalam
Menangkap Inovasi Desa (Capturing);
Lembar Kerja 5.1.1: Matrik Diskusi Alternatif Pengembagan Kapasitas
TIK-PID dan TPID Dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing);
Lembar Kerja 5.1.2: Matrik Diskusi Rencana Pengembagan Kapasitas
TIK-PID dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing);
Lembar Informasi 5.2.1: Pengembangan Kapasitas Pelaku Program
Inovasi Desa (PID) dalam menangkap inovasi desa (capturing)
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 97
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Strategi Pengembangan Kapasitas TIK-PID
dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (capturing)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
subpokok bahasan tentang Strategi Pengembangan Kapasitas TIK-PID
dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing) yang difasilitasi
oleh Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM);
2. Lakukan pemaparan dalam pleno tentang konsep dan tahapan
penyusunan Rencana Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan TPID
dalam menangkap inovasi desa (capturing). Gunakan lembar tayang
yang telah disediakan;
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya, mengajukan
pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
4. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama terkait strategi peningkatan kapasitas TIK-PID dan TPID dalam
menangkap inovasi desa (capturing) dengan menuliskan dalam kartu
sebagai pegangan bagi pelatih;
5. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan
tentang materi yang telah dibahas.
Kegiatan 2: Menyusun Rencana Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan
TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (capturing)
6. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari kegiatan
penyusunan Rencana Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan TPID
dalam menangkap inovasi desa (capturing) serta mengkaitkan dengan
kegiatan sebelumnya;
7. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok disarankan sesuai dengan
wilayah kerjanya masing-masing (misalnya kelompok berdasarkan
kabupaten) untuk menyusun Rencana Pengembangan Kapasitas TIK-
PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing), sebagai
panduan gunakan Lembar Kerja 5.1.1 dan 5.1.2;
8. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikannya dalam
kelompok. Hasilnya ditulis dalam kertas plano dan di tempelkan di
dinding agar dapat diamati oleh peserta lain.
9. Mintalah 1 atau 2 kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam pleno.
10. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan
pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
11. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama terkait Rencana Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan TPID
dalam Menangkap Inovasi Desa (capturing) sebagai hasil pembahasan
PROGRAM INOVASI DESA
98| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
yang tlah dilakukan dengan menuliskan dalam kartu sebagai
pegangan bagi pelatih;
12. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan
tentang materi yang telah dibahas.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 99
Lembar Kerja 5.1.1
Matrik Diskusi Alternatif Kegiatan Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan
TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (capturing)
Peserta: TIK-PID/TPID*)
No. Kemampuan
Teknis sesuai
Tahapan
Penangkatan
Inovasi
Permasalahan
(kelemahan)
Aternatif Solusi
Pelatihan Non-Pelatihan
1. Identifikasi Inovasi
Desa
2. Verifikasi Inovasi
Desa
3. Keterampilan
Menangkap Inovasi
Desa (capturing)
4. Validasi Inovasi Desa
5. Mengemas dan
Memformat Inovasi
Desa.
6. Dll.
*) coret yang tidak perlu
Catatan:
(1) Permasalahan merupakan kesenjangan antara tujuan yang diharapkan dengan
kemampuan atau keterampilan nyata yang ditunjukkan oleh TIK-PID dan TPID
selama melaksanakan tugas menangkap inovasi desa (capturing). Permasalahan
dapat dirumuskan berdasarkan catatan kelemahan yang dihadapi dalam
melakukan penangkapan inovasi desa (capturing) baik oleh TIK-PID dan TPID.
(2) Alternatif solusi merupakan pilihan tindakan yang diambil oleh TAPM dalam
rangka mendukung peningkatan keterampilan teknis dalam melaksanakan
penangkapan inovasi desa (caturing) baik dalam bentuk pelatihan atau non-
pelatihan seperti: bimbingan teknis, asistensi, konsultasi, turial, OJT/IJT, studi
silang, kunjungan, observasi, laboraturium dan lain-lain.
PROGRAM INOVASI DESA
100| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Kerja 5.1.2
Matrik Diskusi Rencana Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan TPID dalam
Menangkap Inovasi Desa (capturing)
No. Kegiatan
Pegembangan
Kapasitas
Penanggung
Jawab/PIC
Sasaran
(TIK-
PID/TPID)
Proses Waktu Ket.
A. Pelatihan
1.
2.
3.
dst
B. Non-Pelatihan
1.
2.
3.
dst
Catatan:
(1) Format di atas hanya sebagai panduan diskusi saja, masing-masing kelompok
dapat memberikan tambahan atau menyesuaikan sesuai kebutuhan;
(2) Hasilnya dicatat dan dipaparkan dalam pleno.
PROGRAM INOVASI DESA
102| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
SUB POKOK BAHASAN 5.2
Bimbingan Teknis dalam
Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan konsep, ruang lingkup dan teknis bimbingan
penangkapan inovasi desa (capturing);
2. Mempratekkan beberapa teknis dalam melakukan pembimbingan
kepada TIK-ID dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing);
3. Memberikan umpan balik untuk meningkatkan keterampilan
bimbingan teknis kepada TIK-ID dan TPID dalam menangkap inovasi
desa (capturing)
Waktu
3 JP (135 menit)
Metode
Curah pendapat, pemaparan, Latihan Pembimbingan, dan pleno
Media
Media Tayang 5.2.1: Bimbingan Teknis dalam Menangkap Inovasi
Desa (Capturing)
Lembar Penilaian 5.2.1: Format Penilaian Keterampilan Menjadi
Pembimbing;
Lembar Penilaian 5.2.2: Format Pengamatan Keterampilan Menjadi
Pembimbing;
Lembar Informasi 5.2.1: Bimbingan Teknis dalam Program
Pengembangan SDM.
Alat Bantu
Kertas Plano, plano, spidol, Lakban, LCD, Laptop, dan WhiteBoard
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 103
Proses Pembelajaran
Kegiatan 1: Konsep dan Ruang Lingkup Bimbingan Teknis dalam
Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang diharapkan
dari topik pembelajaran tentang konsep dan ruang lingkup kegiatan
bimbingan teknis sebagai bagian dari upaya meningkatkan
keterampilan TIK-PID dan TID dalam menangkap inovasi desa
(capturing);
2. Lakukan curah pendapat terkait pemahaman awal dan pengalaman
peserta dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang bimbingan teknis bagi pelaku PID
khususnya TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa?
b. Mengapa kegiatan bimbingan teknis bagi TIK-PID dan TPID
dalam menangkap inovasi desa penting dilakukan?
c. Siapa saja yang dapat dilibatkan dalam melakukan bimbingan
teknis kepada TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa
(capturing)?
d. Faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan oleh TAPM dalam
melakukan bimibingan teknis kepada TIK-PID dan TPID dalam
menangkap inovasi desa (capturing)?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
Pelatih menjelaskan kepada peserta bahwa pembahasan
tentang konsep dan ruang lingkup bimingan teknis ada banyak
terori dan rujukan yang dapat dijadikan acuan. Masing-masing
memiliki landasan teori dan argumentasi tersendiri. Namun
demikian dalam konteks pelatihan ini, bimbingan teknis yang
dimaksud lebih mengarah pada upaya pembelajaran, bimbingan atau
dampingan teknis terkait penguasan keterampilan TIK-PID dan TPID dalam
menangkap inovasi desa (capturing). Perlu juga pelatih menjelaskan
dengan memberikan beberapa rujukan terkait beberapa terminologi
seperti, coaching, mentoring, pelatihan, dan tutorial yang sering digunakan
dalam meningkatkan kompetensi atau keahlian teknis tertentu. Hal ini
perlu agar peserta memeiliki pemahaman yang sama terkait dengan topik
yang akan dipelajarinya.
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang konsep dan
PROGRAM INOVASI DESA
104| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
ruang lingkup bimbingan teknis dalam menangkap inovasi desa
(capturing) dengan menuliskannya di kertas plano atau whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang kegiatan bimbingan
teknis dalam menangkap inovasi desa (capturing) dengan
menggunakan media tayang yang telah disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.
Kegiatan 2: Praktek Pembimbingan Keterampilan Menangkap Inovasi
Desa (Capturing)
a. Persiapan
7. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang diharapkan
dari kegiatan persiapan praktek pembimbingan keterampilan
menangkap inovasi desa (capturing);
8. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok untuk membentuk tim
pembimbing (tim tutor/mentor). Jumlah kelompok disesuaikan
dengan metode atau teknik bimbingan yang akan dipraktekkan.
Metode dan teknik bimbingan yang dipraktekkan diantaranya: (a)
demonstrasi, (b) simulasi, (c) praktek kerja, dan (d) tutorial;
9. Selanjutnya, mintalah kepada kelompok sesuai dengan metode atau
teknis yang dipilih untuk membaca dan mengumpulkan informasi,
sumber belajar, catatan dan hasil diskusi yang telah dilakukan pada
sesi sebelumnya untuk dipraktekkan dalam kegiatan pembelajaran
mikro;
10. Berikan instruksi kepada kelompok untuk mempersiap-kan topik,
materi termasuk, media dan alat bantu, serta penilaian sesuai metode
yang dipilih;
11. Berikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan dan melatih
kemampuan menerapkan metode dan teknik bimbingan dalam
mengembangkan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing).
b. Pelaksanaan
12. Pada tahapan ini masing-masing kelompok melakukan praktik
metode atau tekni bimbingan menangkap inovasi desa (capturing)
yang telah dipersiapkan sesuai rencana bimbingan;
13. Selanjutnya, mintalah setiap kelompok untuk melakukan praktek
sesuai dengan tugasnya. Pada saat yang sama teman sejawatnya
bertindak sebagai peserta sekaligus mengamati proses penerpaan
teknik bimbingan yang digunakan. Adapun rinciannya pembagian
peran sebagai berikut:
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 105
Kelompok lain sebagai peserta
1 tim berperan sebagai pembimbing;
1 tim berperan sebagai pengamat (observer).
14. Ketika praktik pembimbingan berlangsung, hendaknya pelatih
senantiasa mengontrol apakah semuanya sudah berjalan pada jalur
yang semestinya;
15. Tim pengamat dari kelompok lain yang ditunjuk melakukan kegiatan
penilaian terhadap kelompok atau tim yang sedang melakukan
praktek melatih. Tim Pengamat melakukan penilaian menggunakan
Lembar Penilaian 5.2.1 dan 5.2.2;
16. Disamping itu, pelatih, panitia dan peserta bersama-sama dapat
mendokumentasikan praktek pembimbingan dengan memperguna-
kan panduan pengamatan. Seiring dengan itu dilakukan perekaman
(ATR/VTR, kamera HP atau perekam lain) sesuai dengan kebutuhan
dan fasilitas yang tersedia;
17. Pengamat dan pelatih dapat memberikan catatan pengamatan
kepada masing-masing kelompok.
Kegiatan 3: Umpan Balik Praktek Pembimbingan Keterampilan
Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
18. Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari kegiatan
umpan balik terhadap hasil praktek bimingan teknis yang telah
dilakukan sebelumnya;
19. Berikan kesempatan kepada Tim Pengamat untuk memberikan
apresiasi dan penjelasan hasil penilaiannya terhadap penerapan
metode dan praktik bimbingan keterampilan menangkap inovasi
desa yang telah dilakukan oleh masing-masing kelompok;
20. Mintalah tanggapan langsung dari Tim Pelatih yang mempraktekan
metode atau teknik tersebut dengan mengungkapkan situasi pada
saat praktik dan kesulitan yang dihadapi;
21. Ajaklah peserta lain untuk memberikan tanggapan dan memberikan
saran positif untuk meningkatkan kualitas penguasaan metodologi
dalam membimbing TIK-PID dan TPID;
22. Setelah selesai ajaklah seluruh peserta untuk melakukan curah
pendapat terkait dengan aspek-aspek kegiatan pembimbingan
(pencapaian tujuan, substansi isi bimbingan, proses pembimbingan,
media yang digunakan dan penilaian) yang dianggap perlu dikaji
bersama;
23. Buatlah catatan penting terkait isu-isu pokok yang berkembang
dalam pembahasan;
PROGRAM INOVASI DESA
106| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
24. Lakukan penegasan dengan memaparkan hal-hal pokok yang perlu
diperhatikan oleh TAPM agar mampu melakukan bimbingan teknis
secara efektif dengan menggunakan media tayang yang telah
disediakan;
25. Akhiri sesi ini dengan kesimpulan.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 107
Lembar Penugasan 5.2.1
Tugas Peserta dalam Sesi Pratek Pembimbingan
Mempersiapkan materi, alat dan bahan yang diperlukan untuk praktek
pembimbingan menangkap inovasi desa (capturing), sehari sebelumnya. Selama
fase persiapan, pelajari kembali metode atau teknik bimbingan keterampilan yang
akan dipraktikkan; dan menerapkannya dalam menetapkan tujuan bimbingan,
metode atau teknik bimbingan, pemanfaatn media, serta keterampilan komunikasi
efektif.
Peserta membuat rencana tertulis tentang tujuan sesi bimbingan, perancangan
teknik bimbingan, media; dan menyerahkannya kepada pelatih.
Setiap keleompok atau tim mempraktekkan salah satu metode bimbigan yang
dipilih sekitar 10 menit.
Mendengarkan dan merespons sesi playback dan umpan-balik “observer dan
evaluator” (5 menit)
Terlibat aktif dalam pembahasan pleno dan rangkuman pelatih.
Tugas Tim Pengamat (Observer)
Membaca dengan teliti setiap sikap dan keterampilan yang seharusnya dikuasai
oleh seorang pembimbing yang baik.
Membaca lembar pengamatan.
Mencermati semua gerak-gerik “tim pembimbing” dan melakukan penilaian
selama teman sejawat, secara satu per satu, memberi dan melaksanakan sesi
bimbingan teknis.
Mengisi lembar pengamatan dan memberi masukkan kepada “tim pembimbing”
berdasarkan hasil pengamatannnya dalam sesi umpan balik.
Mengembalikan lembar pengamatan kepada pelatih atau panitia.
Tugas Fasilitator/Pelatih (selama praktek pembimbingan)
Setiap peserta atau kelompok akan mempresentasikan satu metode dan teknik
pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) yang telah
ditetapkan.
Mempelajari alokasi waktu setiap peserta sebagai pembimbing dalam praktek
membimbing penangkapan inovasi desa (caturing)
Mengatur saat mulai dan berakhirnya sesi praktik pembimbingan.
Mengingatkan (tapi tidak mengganggu “Tim Pembimng” secara mencolok) sisa
waktu tersedia.
PROGRAM INOVASI DESA
108| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Penilaian 5.2.1
Format Penilaian Keterampilan Membimbing Keterampilan Menangkap
Inovasi Desa (Capturing)
Nama Peserta : …………………………………..
: …………………………………..
Metode/Teknik Bimbingan : …………………………………..
Hari/Tanggal : …………………………………..
No. Komponen Aspek yang Dinilai Nilai
1. Keterampilan
mendesain rencana
pembimbingan tentang
topik terpilih dengan
metode/teknik
bimbingan yang telah
ditetapkan
Kemampuan mencermati dan
merumuskan tujuan, standar
kompetensi, materi, metode/teknik,
kegiatan pembimbingan, sumber dan
penilaian
2. Keterampilan membuka
Kegiatan pembimbingan
Menarik perhatian, menggunakan alat
bantu, pola interaksi yang bervariasi,
memberikan motivasi, kehangatan,
mengemukakan ide, memberikan
acuan, mengingatkan kembali
rencana pembimbingan yang akan
dilakukan
3. Keterampilan
menguasai materi
bimbingan teknis
menangkap inovasi desa
(capturing)
Penguasaan materi bimbingan tanpa
dan menyajikan informasi lisan dan
tindakan atau ketermapilan proses
secara sistematis, menjelaskan pesan
bimbingan secara terencana
4. Keterampilan
penggunaan metode
atau teknik
membimbing
Memakai metode dan teknik
bimbingan yang relevan dengan
kebutuhan pengembangan
keterampilan teknis bagi peserta
5. Keterampilan
penggunaan
media dan alat bantu
dalam pembimbingan
Menyiapkan dan menggunakan
media dan alat bantu pendukung
pembimbingan sesuai karakteristik
materi dan metode bimbingan yang
digunakan
6. Keterampilan bertanya
dan menjawab
Pertanyaan permintaan, retoris,
mengarahkan, menggali, teknik
bertanya sempit, pertanyaan luas,
kejelasan dan kaitan pertanyaan, arah
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 109
No. Komponen Aspek yang Dinilai Nilai
pertanyaan menyeluruh, menjawab
dengan teliti dan tepat
7. Keterampilan mencatat
proses bimbingan
Menyiapan dan menggunakan format
catatan bimbingan.
8. Performance
(Penampilan)
Kepantasan berpakaian, tampilan fisik,
tingkat percaya diri dan
kesiapan mental sebagai seorang
pembimbing/mentor/tutor
9. Ketepatan penggunaan
bahasa
Menggunakan bahasa Indonesia yang
baik atau bahasa yang dimengerti,
mudah dipahami peserta yang
dibimbinng
10. Keterampilan
menyimpulkan dan
mengevaluasi hasil
pembingan
Menyimpulkan dan melakukan
penilaian di akhir pembimbingan
11. Keterampilan
mengakhiri/menutup
pelajaran
Meninjau kembali, menegaskan,
membuat ringkasan, dan ungkapan
penutup
Jumlah
Nilai rata-rata
Simbol
Komentar dan Saran
Evaluator/Pelatih
(……………………………..)
PROGRAM INOVASI DESA
110| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Catatan:
Nilai Rata-Rata = (Jumlah/13)
Skala Penilaian = 70 – 100
80 > = A
75 – 79,9 = B +
70 – 74,9 = B
Catatan: Lembar ini digunakan sebagai panduan penilaian yang dilakukan oleh pelatih
(evaluator) untuk memberikan penilaian terhadap penilaian dilengkapi catatan atau
saran kepada kelompok atau tim pembimbing yang sedang melakukan praktek
pembimbingan menangkap inovasi desa (capturing).
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 111
Lembar Penilaian 5.2.2
Format Pengamatan Keterampilan Membimbing Keterampilan
Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
Nama Peserta : …………………………………..
: …………………………………..
Metode/Teknik Bimbingan : …………………………………..
Hari/Tanggal : …………………………………..
No. Aspek yang dinilai Baik Cukup Kurang Komentar
1. Keterampilan mendesain
rencana pembimbingan
menangkap inovasi desa
(capturing)
2. Keterampilan membuka sesi
pembimbingan
3. Keterampilan menguasai
dan menjelaskan materi
bimibingan
4. Keterampilan penggunaan
metode/pendekatan dan
strategi bimbingan
5. Keterampilan penggunaan
media dan alat bantu
pendukung kegiatan
bimbingan
6. Keterampilan
berkomunikasi efektif
7. Keterampilan mencatat
proses bimbingan
8. Performance (Penampilan)
9. Ketepatan penggunaan
bahasa
PROGRAM INOVASI DESA
112| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
No. Aspek yang dinilai Baik Cukup Kurang Komentar
10. Keterampilan
menyimpulkan dan
mengevaluasi hasil
pembimbingan
11. Keterampilan mengakhiri/
menutup kegiatan
bimbingan
Catatan: Lembar ini digunakan sebagai panduan pengamatan peserta untuk
memberikan catatan atau saran kepada kelompok atau tim pembimbing yang sedang
melakukan praktek bimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing).
Pengamat memberi tanda checklist () pada kolom dan memberikan komentar dan
saran terhadap penampilan teman Anda yang sedang praktik.
Pengamat
( …………………………….. )
PROGRAM INOVASI DESA
114| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Pokok Bahasan 6
PRAKTEK LAPANGAN
PROGRAM INOVASI DESA
116| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
POKOK BAHASAN 7
POKOK BAHASAN
PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menerapkan
keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) berdasarkan
pentahapannya dalam situasi nyata di masyarakat.
Sub Pokok Bahasan
SPB 6.1. Praktek Belajar Lapangan: Menangkap Inovasi Desa (capturing).
Waktu
10 JP (450 menit)
PROGRAM INOVASI DESA
118| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
SUB POKOK BAHASAN 6.1
Praktek Belajar Lapang:
Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
1. Membuat persiapan kegiatan dalam menangkap inovasi desa
(capturing)
2. Melaksanakan kegiatan penangkapan inovasi desa (capturing);
3. Mengevaluasi hasil penangkapan inovasi desa yang telah
dilaksanakan.
Waktu
10 JP (450 menit)
Metode
Praktek Lapangan.
Media
Lembar Kerja Praktek 6.1.1: Formulir Informasi Kegiatan Penangkapan
Inovasi Desa (Capturing)
Lembar Kerja Praktek 6.1.2: Format Dokumen Pembelajaran Hasil
Menangkap Inovasi Desa Menangkap Inovasi Desa (Capturing).
Lembar Informasi 6.1.1: Panduan Menangkap Inovasi Desa (Capturing).
Alat Bantu
Kamera/HP, VTR atau Video, laptop, Flipt chart, metaplan, dan spidol.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 119
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Persiapan
1. Berilah penjelasan kepada peserta maksud, hasil dan proses dari
kegiatan persiapan praktek lapangan.
2. Ingatkan kembali bahwa materi pembelajaran sebelumnya terkait
dengan metode penangkapan inovasi desa yang menjadi dasar dari
kegiatan praktek lapangan ini.
3. Tampilkan Media Tayang “Bekal Menangkap Inovasi.” Tanyakan
kepada peserta apakah sudah mengingat dan memahaminya. Berikan
waktu kepada peserta untuk menanyakan kembali atau men-
diskusikannya jika perlu;
4. Ingatkan kepada peserta untuk mengerahkan berbagai metode
menangkap inovasi, serta mengusung definisi inovasi, unsur-unsur
yang harus ada dalam inovasi, dan tahapan menangkap inovasi
(capturing) untuk mengurangi hambatan dalam menemukan dan
menggali inovasi di lapangan. Pelatih dapat menayangkan kembali
media tayang “Keahlian Dasar” sebagai bahan refleksi.
5. Selanjutnya bagilah peserta dalam 5 - 6 kelompok kecil untuk
kegiatan praktek lapangan. Mintalah peserta untuk menunjuk 1 orang
anggotanya sebagai koordinator kelompok.
6. Pelatih menjelaskan hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh kelompok
untuk melaksanakan praktek lapangan, antara lain:
a. Menentukan tema kegiatan penangkapan inovasi (capturing)
didasarkan pada bidang/cakupan PID (Kewirausahaan dan
Pengmebangan Ekonomi Lokal, Pengembangan Sumber Daya
Manusia dan Infrastruktur).
b. Menentukan metode yang akan dipilih untuk menangkap
inovasi sesuai dengan karakterisktik tema yang sudah
ditentukan oleh kelompok..
c. Menentukan lokasi yang akan dikunjungi.
d. Menentukan pelaku atau informan yang akan ditemui.
e. Menentukan agenda kegiatan yang akan dilakukan.
f. Menyiapkan instrumen untuk mengumpulkan informasi dan
data terkait dengan inovasi yang akan ditangkap (capture),
misalnya: daftar pertanyaan wawancara, catatan observasi dan
catatan diskusi (FGD).
g. Menyiapkan media dan alat bantu yang akan digunakan untuk
menangkap inovasi, misalnya: kamera, handphone, audio
recording dan buku catatan.
PROGRAM INOVASI DESA
120| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
7. Berilah kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
mendiskusikan hal-hal yang perlu dipersiapkan dan mencatatnya
dalam Lembar Kerja Praktek 6.1.1.
8. Hasil diskusi dikumpulkan kepada pelatih sebagai bahan informasi.
9. Sebelum sesi ditutup, Pelatih memberikan penegasan kembali
terhadap hal-hal yang penting untuk persiapan kegiatan praktek
lapangan.
Pelatih disarankan untuk menjelaskan kepada peserta terkait
pembagian kelompok, lokasi dan hal-hal teknis lain terkait
persiapan praktek lapangan di luar jam pembelajaran,
menggunakan sesi istirahat atau sesi malam, supaya peserta
memiliki cukup waktu mempersiapkan praktek lapangan. Praktek
lapangan akan dilaksanakan 1 hari penuh (10 JP).
Selama kegiatan praktek lapangan berlangusng, pelatih dapat
memberikan bimbingan, konsultasi dan asistensi kepada kelompok.
Kegiatan 2: Pelaksanaan Praktek Lapangan
10. Pelatih memastikan semua kelompok sudah menentukan tema,
metode penangkapan inovasi, lokasi yang akan dikunjungi,
instrumen dan media pendukung.
11. Pastikan semua kelompok sudah menyerahkan lembar informasi
sebagai catatan bagi pelatih dari setiap kelompok sebelum ke
lapangan.
12. Masing-masing kelompok melakukan kegiatan penangkapan inovasi
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
13. Hasil kegiatan penangkapan inovasi dirumuskan dalam bentuk
dokumen pembelajaran inovasi desa seperti yang tercantum dalam
Lembar Kerja Praktek 6.1.2.
Kegiatan 3 : Evaluasi Hasil Penangkapan Inovasi Desa
14. Berilah penjelasan kepada peserta maksud, hasil dan proses dari
kegiatan Evaluasi Hasil Penangkapan Inovasi Desa.
15. Setiap kelompok menyerahkan soft copy Dokumen Pembelajaran
versi word kepada Panitia pada pagi hari, sebelum kelas dimulai;
16. Setiap kelompok memaparkan Dokumen Pembelajaran (versi PPT)
hasil penangkapan inovasi di desa, secara lengkap mulai dari latar-
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 121
belakang, solusi, proses dan tahapan pelaksanaanya, dan lain-lain,
hingga pembelajaran dan rekomendasi;
17. Peserta lain memberikan tanggapan dan argumentasi terkait
Dokumen Pembelajaran tersebut, apakah layak dikategorikan sebagai
inovasi atau hanya best practice disertai alasan dan referensi-nya;
18. Lanjutkan dengan kelompok lain hingga seleasi;
19. Lakukan refleksi terhadap upaya Menangkap Inovasi. Minta peserta
untuk mencurahkan kesulitan-kesulitas dari pengalaman dalam
menangkap inovasi dan membuat Dokumen Pembelajaran versi word
sesuai template;
20. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk memberikan
tanggapan dan berdiskusi terkait trik dalam “Menangkap Inovasi” dan
“Membuat Dokumen Pembelajaran.” Jika tidak ada, tunjuk 2-3
peserta untuk berpendapat.
21. Sebelum sesi ditutup, sampaikan beberapa penegasan hal-hal yang
penting dari hasil praktek lapangan dan presentasi.
PROGRAM INOVASI DESA
122| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Kerja Praktek 6.1.1:
Formulir Informasi Kegiatan Penangkapan Inovasi Desa (capturing)
Nama kelompok : ___________________________
Nama kordinator : ______________________________ (HP: __________________)
Anggota: 1.
2.
3.
4.
Tema :
Metode :
Lokasi :
Instrumen yang digunakan :
Media dan alat yang digunakan :
Catatan :
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 123
Lembar Kerja Praktek 6.1.2.
Format Dokumen Pembelajaran Hasil
Penangkapan Inovasi (Capturing)
[penulis utama]
[nama desa]
Ringkasan Umum
Tuliskan ulasan singkat tentang kegiatan inovasi yang telah didokumentasikan;
maksimal 2 paragraf singkat atau 10 baris
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
PROGRAM INOVASI DESA
124| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Latar Belakang Masalah dan Tantangan
Jabarkan konteks umum kejadian, masalah, tantangan yang mendorong dibuatnya inovasi;
misalnya karena kondisi dan letak geografis, sosial, ekonomi yang sulit. Kumpulkan jawaban atas
pertanyaan berikut: Apa latar belakang dari tantangan atau masalah yang terjadi? Di mana
terjadinya? Siapa yang terlibat? Seperti apa situasi yang ada sebelum inovasi terjadi? Di mana
dan kapan terjadinya? Apakah tepatnya yang menjadi tantangan atau masalah? Seperti apakah
situasi atau masalah sebelum dilakukan intervensi? Apa yang menyebabkan tantangan atau
masalah ini? Apakah konsekuensi dari tantangan atau masalah ini? Dan sebagainya. Tambahkan
gambar jika dibutuhkan
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Solusi/Inovasi yang telah Dilakukan
Tuliskan dalam 1-3 baris solusi-solusi inovatif yang telah dilakukan untuk mengatasi
tantangan/masalah yang disampaikan dalam box Tantangan dan latar belakang masalah
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 125
Proses – Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah
Tuliskan jawaban atas pertanyaan mengenai solusi dengan rinci langkah demi langkah proses
yang telah dilakukan, mulai dari penggalian inovasi (diskusi), tahapan persiapan, dan aksinya
(pelaksanaan). Sebutkan tokoh-tokoh atau pihak-pihak yang telah berperan dalam memberikan
solusi atau yang telah membantu menyelesaikan permasalahan, serta cara-cara inovatif yang
dijalankan,termasuk bagaimana dijalankan, bagaimana pengelolaan atau pengaturan waktu
dan sumber daya pendanaan maupun sumber daya manusianya. Tambahkan apa yang berjalan
baik dan apa yang tidak berjalan dengan baik? Dan sebagainya. Tambahkan gambar jika
dibutuhkan.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Hasil
Tuliskan informasi tentang perubahan yang terjadi atau hasil yang telah dicapai akibat upaya-
upaya yang dijelas dalam proses menjawab tantangan/masalah.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Pembelajaran
Tuliskan di sini mengenai apa yang akan dilakukan narasumber jika dia kembali mengalami
situasi yang sama. Mengapa? Bagaimana? Dsb. Tambahkan gambar jika dibutuhkan. Sampaikan
hal-hal penting (pembelajaran) yang dapat diambil atau dijadikan rujukan bagi proses
pembelajaran selanjutnya atau untuk perbaikan inovasi terkait ke depan berdasarkan proses
penyelesaian masalah yang telah dilakukan. Hal ini dapat menyangkut cara/sistem kerja,
manajemen waktu atau manusia, dan lain-lain.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
PROGRAM INOVASI DESA
126| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Rekomendasi
Apa yang disarankan oleh narasumber untuk dilakukan bila desa lain mengalami situasi yang
sama? Apa yang tidak disarankan? Bagaimana supaya masalah seperti ini dapat dihindari di
masa depan? Kesulitan apa saja yang mungkin dihadapi saat menjalankan kegiatan inovasi
tersebut. Dsb. Tambahkan gambar jika dibutuhkan.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
Sumber Informasi dan Referensi
Lampirkan foto untuk menjadi ilustrasi visual; gunakan foto yang menggambarkan dinamika atau
kegiatan inovasi yang berlangsung. Tambahkan peta lokasi, foto tokoh/pihak yang berperan yang
diceritakan dalam proses, foto kondisi awal dan akhir bila ada, dan hindari foto berpose dalam
group atau selfie. Tambahkan juga referensi atau sumber informasi lainnya (ahli, buku, situs web,
video, audio, gambar, dll) yang digunakan sebagai rujukan untuk menambah informasi dalam
dokumen pembelajaran ini. Berikan daftar referensi pada sumber-sumber dan sumberdaya yang
digunakan untuk membuat dokumen ini dan yang dianggap berguna bagi para pembaca jika
mereka ingin mengetahui lebih lanjut. Cantumkan nama dan keterangan narasumber inovasi ini
agar pembaca dokumen dapat menghubunginya langsung bila berminat melakukan replikasi.
[Ditambah gambar jika dibutuhkan]
PROGRAM INOVASI DESA
128| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Pokok Bahasan 7
EVALUASI PELATIHAN DAN RKTL
PROGRAM INOVASI DESA
130| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
POKOK BAHASAN 7
POKOK BAHASAN
EVALUASI PELATIHAN DAN RKTL
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memberikan penilaian terhadap penyelenggaraan pelatihan
menangkap inovasi desa (capturing) untuk TAPM;
2. Menyusun Rencana Kerja Tindak Lanjut.
Sub Pokok Bahasan
SPB 7.1: Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Menangkap Inovasi Desa
(Capturing) untuk TAPM;
SPB 7.2: Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL).
Waktu
2 JP (90 menit)
PROGRAM INOVASI DESA
132| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
SUB POKOK BAHASAN 7.1
Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Merangkum kembali pokok-pokok isi materi pelatihan menangkap
inovasi desa (capturing) untuk TAPM mulai SPB 1 hingga SPB 6
dengan benar;
2. Menilai penyelenggaraan kegiatan pelatihan menangkap inovasi
desa (capturing) untuk TAPM.
Waktu
1 JP (45 menit)
Metode
Evaluasi
Media
Lembar Kerja 7.1.1: Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Menangkap
Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM;
Lembar Kerja 7.1.2: Evaluasi Materi Pelatihan Inovasid Desa
(Capturing) untuk TAPM dalam Pelaksanaan Program Inovasi Desa
(PID)
Alat Bantu
Kertas plano, metaplan, spidol dan Lakban, LCD, Laptop, dan WhiteBoard.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 133
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Resume Hasil Pelatihan
1. Sebelum kegiatan dimulai, pelatih atau penyelenggara
membagikan lembar penilaian penyelenggaraan kegiatan dan
materi pelatihan (Lembar Kerja 7.1.1 dan 7.1.2) kepada peserta
untuk diisi dan dan diserahkan kepada panitia;
2. Setelah mengisi lembar evaluasi pelatihan, selanjutnya pelatihan
menjelaskan kepada peserta tentang tujuan, proses dan hasil dari
penyusunan resume pokok-pokok isi materi pelatihan meangkap
inovasi desa (capturing);
3. Pelatih memberikan rangkuman dan menjelaskan tentang:
a. Rangkuman materi dan kaitan materi yang satu dengan yang
lainnya.
b. Tujuan pelatihan selama proses pelatihan.
c. Bagan proses pelatihan.
d. Penjelasan untuk memenuhi harapan yang belum terpenuhi.
e. Penjelasan hasil evaluasi individu praktek melatih.
4. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan materi
yang belum jelas;
5. Buatlah pembulatan dan kesimpulan akhir dari keseluruhan materi
pelatihan menangkap inovasid desa (capturing).
Kegiatan 2: Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan
6. Mintalah kepada masing-masing peserta untuk curah pendapat
terkait proses penyelenggaraan pelatihan menangkap inovasid
desa (capturing) dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai
berikut;
a. Apa yang Anda rasakan setelah Anda mengikuti pelatihan ini?
b. Kebutuhan dan kemampuan (pengetahuan, sikap dan
keterampilan) apa saja yang dianggap perlu ditingkatkan untuk
mendukung penyelenggaraan pelatihan?
c. Bagaimana upaya Anda sebagai pendamping untuk
memperbaiki dan meningkatkannya dan siapa saja yang
terlibat di dalamnya?
7. Catatlah beberapa hal pokok yang dikemukakan oleh peserta
dalam metaplan agar mendapatkan reaksi dari masing-masing
peserta;
PROGRAM INOVASI DESA
134| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
8. Selanjutnya paparkan hasil evaluasi penyelenggaraan pelatihan
menangkap inovasid desa (capturing) untuk diberikan tanggapan-
nya dari peserta;
9. Diskusikan hasil reaksi masing-masing peserta terkait hasil evaluasi
tersebut dan buatlah kesepakatan bersama terkait hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan kapasitas pelaku di
tingkat Kecamatan;
10. Lakukan penegasan dan kesimpulan akhir atas keseluruhan proses
penyelenggaraan pelatihan menangkap inovasid desa (capturing)
yang telah dilaksanakan.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 135
Lembar Kerja 7.1.1
Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Menangkap Inovasid Desa (capturing)
Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)
No Aspek Penilaian Keterangan
Kurang Baik Sangat
Baik
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Tim Pelatih
Kemampuan
Fasilitasi
Penguasaan Materi
Kerjasama Tim
2. Dinamika Peserta
Hari 1
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Hari 5
3. Sarana dan
Prasarana
4. Bahan Pelatihan
5. Akomodasi
6. Pelayanan Panitia
7. Dan lain-lain
PROGRAM INOVASI DESA
136| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Kerja 7.1.2
Evaluasi Materi Pelatihan Inovasid Desa (Capturing) Bagi TAPM dalam
Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)
No POKOK BAHASAN SUBPOKOK BAHASAN KOMPETENSI*)
KET 1 2 3 4
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Inovasi
Pembangunan Desa
Konsep Dasar Inovasi Desa
Konsep Dasar Menangkap
Inovasi Desa (Capturing)
Pengelolaan Pengetahuan
dan Inovasi Desa dalam
Program Inovasi Desa (PID)
2. Peran Pelaku dalam
Menangkap Inovasi
Desa
Peran TIK dan TPID dalam
Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
Peran TAPM dalam Fasilitasi
Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
3. Keterampilan
Menangkap Inovasi
Desa (Capturing)
Identifikasi Inovasi Desa
Verifikasi Inovasi Desa
Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
Validasi Inovasi Desa
Mengemas dan Memformat
Inovasi Desa
4. Peningkatan
Kapasitas Pelaku
dalam Menangkap
Inovasi Desa
(Capturing)
Strategi Peningkatan
Kapasitas Pelaku (TIK dan
TPID)
Bimbingan Teknis
Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
Catatan:
1 = Rendah
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Baik Sekali
PROGRAM INOVASI DESA
138| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
SUB POKOK BAHASAN 7.2
Rencana Kerja Tindak Lanjut
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi tahapan kegiatan menangkap inovasi Desa
(Capturing) dalam Program Inovasi Desa (PID);
2. Menyusun rencana dan jadwal kerja pembimbingan bagi pelaku PID
(TIK dan TPID) dalam menangkap inovasi Desa (capturing) pada
tahun anggaran 2018
Waktu
1 JP (45 menit)
Metode
Rencana Kerja Tindak Lanjut.
Media
Lembar Kerja 7.2.1: Matrik Diskusi Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL);
Lembar Kerja 7.2.1: Format Laporan Pelaksanaan Pelatihan.
Alat Bantu
Kertas plano, metaplan, spidol dan Lakban, LCD, Laptop, dan
WhiteBoard
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 139
Proses Penyajian
Kegiatan: Mengidentifikasi Tagapan Kegiatan Fasilitasi Menangkap
Inovasi Desa (Capturing) dalam Program Inovasi Desa (PID)
1. Informasikan kepada peserta agenda pokok fasilitasi menangkap
inovasi desa (capturing) dalam Program Inovasi Desa (PID) paska
pelatihan;
2. Pandulah peserta mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pokok yang
akan dilakukan TAPM dalam melakukan pembimbingan kegiatan
menangkap inovasi Desa (capturing) bagi pelaku Program Inovasi
Desa (PID);
3. Pandu peserta menentukan hal-hal pokok yang harus diperhatikan
dalam menyusun RKTL.
Kegiatan 2: Menyusun Rencana Kerja Tindak Lanjut
4. Minta peserta membentuk kelompok didasarkan wilayah kerja
masing-masing;
5. Bagikan Lembar Kerja 7.2.1 Lembar RKTL kepada setiap kelompok
untuk didiskusikan;
6. Hasilnya dicatat untuk dipaparkan dalam pleno
7. Minta salah satu kelompok memaparkan RKTL yang telah disusun;
8. Berikan kesempatan kepada peserta kelompok lain untuk
menanggapi.
Kegiatan 4: Menutup Sesi Pembelajaran
9. Berikan penegasan terhadap RKTL-TAPM terkait fasilitasi dan
bimbingan teknis bagi pelaku dalam menangkap inovasi Desa
(capturing);
10. Pada sesi akhir lakukan penutupan dengan sambutan dan do’a.
PROGRAM INOVASI DESA
140| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Kerja 7.2.1
Matrik Diskusi: Rencana Kerja Tindak Lanjut
No Kegiatan Pokok Uraian Kegiatan Output PIC Waktu
Pelaksanaan
Catatan:
(1) Tabel ini sebagai acuan umum saja, peserta diskusi dapat memodifikasi sesuai
kebutuhan dengan menambah penjelasan atau aspek kajian lain tentang rencana
tindak lanjut pasca pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) dalam rangka
peningkatan kapasitas TIK-PID dan TPID dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa
(PID);
(2) Jelaskan proses atau uraian kegiatan dan hasil yang hendak dicapai di setiap aspek
yang perlu ditindaklanjuti;
(3) Identifikasikan pelaku yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyelenggaraan pelatihan di Kabupaten/Kota;
(4) Tetapkan perkiraan waktu masing-masing tahapan yang telah direncanakan.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 141
Lembar Kerja 7.2.2
Format Laporan Pelaksanaan Pelatihan Menangkap Inovasi
Desa (Capturing) untuk TAPM
BAB 1: Pendahuluan
1. Latar Belakang.
2. Maksud dan Tujuan
3. Hasil yang diharapkan
4. Ruang Lingkup Materi
5. Pelaksana
6. Waktu dan tempat
BAB 2: Pelaksanaan Pelatihan
1. Informasi Umum
(a) Peserta: menjelaskan tentang peserta (jumlah, posisi/jabatan,
komposisi dll).
(b) Pelatih: menjelaskan tentang pelatih atau fasilitator (jumlah,
posisi/jabatan, komposisi, Tim Pelatih, dll).
(c) Materi Pelatihan dan Jam Pelajaran: menjelaskan tentang keluasan
dan kedalam materi pelatihan, jam pelajaran, waktu hari pelatihan
dan bobot materi.
2. Proses Pelatihan
(a) Metode: menjelaskan pendekatan/metode yang digunakan dalam
menyampaikan materi pelatihan;
(b) Media dan Sumber Belajar: menjelaskan tentang pemanfaatan media
dan sumber belajar pendukung pelatihan;
(c) Fasilitasi Proses: menyajikan data/informasi mengenai tata urut
penyajian materi dan proses interkasi pelatih dan peserta;
(d) Dinamika Pembelajaran: menguraikan hasil analisis tentang kondisi
dan perubahan perilaku dalam setiap tahapan pembelajaran.
BAB 3: Hasil Pelatihan
1. Kehadiran Peserta;
2. Partisipasi Peserta;
3. Capaian Belajar (tingkat pemahaman dan kompetensi peserta).
BAB 4: Permasalahan dan Tantangan
1. Permasalahan;
2. Tantangan.
PROGRAM INOVASI DESA
142| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
BAB 5: Rekomendasi dan Kesimpulan
1. Rekomendasi: memaparkan secara singkat tentang pokok-pokok pikiran
penting berupa, tindak lanjut pasca pelatihan, masukan dan saran dalam
rangka perbaikan penyelenggaraan pelatihan sebagai masukan kepada
pemangku kepentingan terkait;
2. Kesimpulan: resume tentang tujuan, proses, hasil dari pelatihan yang
telah dilaksanakan.
BAB 5: Penutup
Lampiran :
Jadwal latihan
Hasil Rekapitulasi Evaluasi Peserta
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Latihan
Foto dokumentasi Kegiatan
PROGRAM INOVASI DESA
144| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Modul Pelatihan
Menangkap Inovasi Desa
Capturing
Lembar Informasi
PROGRAM INOVASI DESA
146| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Informasi 2.1.1
Konsep Dasar Inovasi Desa
A. Pendahuluan
Secara etimologi inovasi berasal dari bahasa Latin “innovare” atau “innovatio” yang
kemudian diserap ke dalam bahasa inggris “innovation” yang berarti pembaharuan atau
perubahan. Kata kerjanya “innovo” yang artinya memperbaharui dan mengubah. Inovasi
ialah suatu perubahan yang baru menuju ke arah perbaikan, yang lain atau berbeda dari
yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara
kebetulan). Menurut kamus Merrian-Webster, innovation (inovasi) berarti melakukan
sesuatu dengan cara yang baru; memiliki ide/gagasan yang baru mengenai bagaimana
sesuatu dilakukan/ dikerjakan. Sedangkan para tokoh pembaharu memiliki konsepsi
yang beragam mengenai makna dari inovasi sebagai berikut. Menurut Everett M. Rogers
dalam Udin Saefudin (2008), inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktek atau
objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang
atau kelompok untuk diadopsi.
Andrew H Van de Ven, inovasi adalah pengembangan dan implementasi gagasan-
gagasan baru oleh orang dimana dalam jangka waktu tertentu melakukan transaksi-
transaksi dengan orang lain dalam suatu tatanan organisasi. Sedangkan menurut
Kuniyoshi Urabe (1988), inovasi bukan merupakan kegiatan satu kali tindakan saja (one
time phenomenon), melainkan suatu proses yang panjang dan kumulatif yang meliputi
banyak proses pengambilan keputusan di dan oleh organisasi dari mulai penemuan
gagasan sampai implementasinya di pasar.
Stephen Robbins (1994) mendefinisikan inovasi sebagai suatu gagasan baru yang
diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa.
Berdasarkan pengertian tersebut, Robbins lebih memfokuskan pada tiga hal utama yaitu:
(1) Gagasan baru yaitu suatu olah pikir dalam mengamati suatu fenomena yang
sedang terjadi, termasuk dalam bidang pendidikan, gagasan baru ini dapat berupa
penemuan dari suatu gagasan pemikiran, Ide, sistem sampai pada kemungkinan
gagasan yang mengkristal;
(2) Produk dan jasa yaitu hasil langkah lanjutan dari adanya gagasan baru yang
ditindak lanjuti dengan berbagai aktivitas, kajian, penelitian dan percobaan
sehingga melahirkan konsep yang lebih konkret dalam bentuk produk dan jasa
yang siap dikembangkan dan dimplementasikan termasuk hasil inovasi dibidang
pendidikan;
(3) Upaya perbaikan yaitu usaha sistematis untuk melakukan penyempurnaan dan
melakukan perbaikan (improvement) yang terus menerus sehingga buah inovasi
itu dapat dirasakan manfaatnya.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 147
Zaltman dan Duncan (1973) menjelaskan bahwa inovasi adalah perubahan sosial
yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan diamati sebagai suatu yang baru
bagi sekelompok orang. Tetapi perubahan sosial belum tentu Inovasi. “An innovation is
an idea, practice, or material artifact perceived to be new by the relevant unit of adoption.
The innovation is the change object”. Dalam hal ini Schumpeter menyebutkan bahwa
“carrying out innovations is the only function which is fundamental in history”.
Teori pembangunan ekonomi, Schumpeter menjelaskan bahwa pembangunan
sebagai proses historis dan perubahan struktural, secara substansial didorong oleh
inovasi. Dimana inovasi disini dibagi menjadi lima jenis dalam pembagian yang
dilakukan oleh Schumpeter, yaitu: (1) meluncurkan produk baru atau jenis baru dari
produk yang sudah dikenal sebelumnya; (2) aplikasi metode produksi atau penjualan
yang baru; (3) membuka pasar yang baru; (4) mendapatkan sumber baru dari supply
bahan baku atau barang setengah jadi; (5) struktur industri baru semacam penciptaan
atau pemusnahan posisi monopoli yang sudah ada.
B. Pengertian Inovasi dalam Program Inovasi Desa (PID)
Dalam konteks Program Inovasi Desa (PID), istilah inovasi merujuk pada cara atau
pendekatan yang berbeda dari biasanya (apakah itu cara baru atau cara yang
dikembangkan dari yang sudah ada sebelumnya) yang ditempuh oleh (kelompok)
masyarakat atau instansi, dalam menjawab suatu masalah/tantangan yang dihadapi
atau dalam mengerjakan sesuatu, aplikatif dan terbukti berhasil
Program Inovasi Desa (PID) merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui peningkatan kapasitas desa
dalam mengembangkan rencana dan pelaksanaan pembangunan Desa secara
berkualitas. Program Inovasi Desa (PID) mendukung capaian target RPJM 2015-2019
dengan mendukung pembangunan Desa secara lebih kreatif dan sehingga dapat
mendorong pengembangan ekonomi local dan pengembangan sumber daya manusia.
PID diselenggarakan oleh Kemendesa PDTT dengan dukungan pendanaan dari Bank
Dunia melalui restrukturisasi program yang sebelumnya difokuskan pada
Pendampingan Desa dalam pelaksanaan Undang-Undang Desa.
Program Inovasi Desa (PID) adalah inovasi/kebaruan dalam praktik pembangunan
dan pertukaran pengetahuan. Inovasi ini dipetik dari realitas/hasil kerja Desa-Desa
dalam melaksanakan kegiatan pembangunan yang didayagunakan sebagai
pengetahuan untuk ditularkan secara meluas. Program Inovasi Desa (PID) juga
memberikan perhatian terhadap dukungan teknis dari penyedia jasa teknis secara
professional. Dua unsur itu diyakini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap
investasi Desa, yaitu pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui pembangunan yang
didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), khususnya Dana Desa.
Dengan demikian, Program Inovasi Desa (PID) diharapkan dapat menjawab kebutuhan
Desa-Desa terhadap layanan teknis yang berkualitas, merangsang munculnya inovasi
dalam praktik pembangunan, dan solusi inovatif untuk menggunakan Dana Desa secara
tepat dan seefektif mungkin.
PROGRAM INOVASI DESA
148| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
C. Kebutuhan Inovasi Desa
Ada beberapa hal yang medasari pentingnya inovasi desa. Dalam dasawarsa terakhir ini
terjadi pergeseran dari ekonomi yang berbasis industri menuju ke ekonomi berbasis
pengetahuan. Selain itu, daya saing daerah ditentukan oleh kemampuan memanfaatkan
modal SDM melalui inovasi. Sistem inovasi dibutuhkan bagi Desa dikarenakan dorongan
dari perubahan sosial dan karakteristik pasar yang dinamis, kompetisi global,
kecenderungan membentuk jejaring, posisi tenaga kerja dengan upah tinggi,
keterampilan luas dengan berbagai disiplin, pembelajaran tanpa kenal waktu dan
sepanjang hayat, serat pengelolaan SDM kolaboratif serta rendahnya jiwa
kewirausahaan masyarakat. Kondisi ini mendorong upaya sistematis dalam mengatasi
permasalahan di masyarakat Desa yang semakin kompleks.
Inovasi Desa merupakan sebuah pola pendekatan dalam pembangunan Desa yang
dilakukan secara terpadu dan sistematis dalam rangka pemecahan masalah dan
tantangan yang dihadapi. Komponen baik kebijakan, pelaku, lembaga, jaringan,
kemitraan, proses sosial, dan aksi bersama dalam rangka difusi inovasi diharapkan
mampu mempengarui perkembangan kehidupan masyarakat dan penapaian target
pembangunan Desa.
Pada dasarnya sistem Inovasi Desa merupakan suatu kesatuan dari pemangku
kepentingan, kelembagaan, hubungan, jaringan, interaksi dan proses sosial yang
mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya termasuk
teknologi dan praktik baik (good practices), serta proses pembelajaran.
D. Strategi Inovasi Desa
Pengembangan strategi inovasi Desa mencakup cara berpikir strategis dan konsistensi
para pemangku kepentingan yang dituangkan dalam kerangka perencanaan jangka
panjang. Strategi inovasi Desa ditetapkan sebagai agenda prioritas pembangunan dan
menjadi bagian integral dari strategi pembangunan Desa. Strategi inovasi Desa
merupakan kebijakan strategis dalam upaya meningkatkan daya saing yang berfokus
pada potensi dan sumber daya lokal, akses pasar, dan terbuka pada ide-ide kreatif
yang bermanfaat bagi kemajuan masyarakat, pengentasan kemiskinan, peningkatan
pendapatan dengan menetapkan tujuan yang jelas dan capaian secara rasional.
Hal ini menjadi landasan dan kerangka kerja bagi Desa agar secara mandiri
maupun bersama mitra keja untuk memahami pentingnya pendekatan sistem dalam
menangani berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat dengan melibatkan
multipihak agar dihasilkan kesinambungan kebijakan, pengelolaan sumber daya,
pendanaan, dan tindakan strategis lainnya yang mendukung inovasi Desa.
Selain itu, upaya yang dilakukan menghasilkan masukan strategis dalam
penyusunan kebijakan inovasi desa yang bersifat holistik-tematik, integratif dan spasial
terutama untuk diintegrasikan dalam dokumen perencanaan dan penganggaran
pembangunan Desa. Integrasi inovasi ke dalam dokumen perencanaan dan
penganggaran juga penting untuk menjamin keberlanjutan inovasi Desa.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 149
Ada beberapa strategi yang dapat dipraktikkan dalam mengembangkan desa
inovatif, di antaranya:
(1) Membangun kapasitas warga dan organisasi masyarakat sipil di desa yang kritis
dan dinamis. Proses pembentukan bangunan warga dan organisasi masyarakat
sipil biasanya dipengaruhi oleh faktor eksternal yang mengancam hak publik.
Meski demikian, keduanya adalah modal penting bagi desa untuk membangun
kedaulatan dan titik awal terciptanya komunitas warga desa yang nantinya akan
menjadi kekuatan penyeimbang atas munculnya kebijakan publik yang tidak
responsif masyarakat.
(2) Memperkuat kapasitas pemerintahan dan interaksi dinamis antara organisasi
warga dalam penyelenggaraan pemerintahan desa;
(3) Membangun sistem perencanaan dan penganggaran desa yang responsif dan
partisipatif.
E. Manfaat Inovasi Desa
Manfaat inovasi Desa untuk; (a) melindungi individu, kelompok atau kelembagaan yang
melakukan inovasi; (b) Memacu kreativitas Desa untuk meningkatkan daya saing dan
keunggulannya; (c) meningkatkan jaminan pelayanan publik yang disediakan
pemerintah Desa. Disamping itu, inovasi Desa diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam: (a) Peningkatan efisiensi; (b) perbaikan efektivitas (c) perbaikan kualitas
pelayanan kepada masyarakat; (d) mendorong kohesi sosial dan mencegah terjadinya
konflik kepentingan; (e) berorientasi kepada kepentingan umum; (f) dilakukan secara
terbuka; (g) memenuhi nilai-nilai kepatutan; (h) mampu dipertanggungjawabkan
hasilnya; dan (i) mendorong pemanfaatan bagi perbaikan kehidupan masyarakat.
F. Sasaran Inovasi Desa
Inovasi pembangunan Desa merupakan kegiatan pemberdayaan melalui pembangunan
dalam bentuk perbaikan mutu hidup dan perilaku yang mencakup aspek peningkatan
kemampuan masyarakat, peningkatan partisipasi masyarakat, meningkatkan kegiatan
ekonomi masyarakat dan meningkatkan kemampuan SDM aparatur pemerintah desa
berbasis Iptek (Suharyanto dan Arif Sofianto, 2012:1-2).
Desa inovatif adalah desa yang warga masyarakatnya mampu mengenali dan
mengatasi serta memanfaatkan teknologi canggih atau cara-cara baru untuk mengatasi
masalah dan meningkatkan perekonomiannya dengan cara menggunakan teknologi
yang ada di sekitar lingkungannya secara mandiri.
Wilopo (2015) ada tiga faktor yang dapat mempercepat pembangunan di sebuah
desa yaitu inovasi, jiwa wirausaha dan teknologi baru. Inovasi tidak serta merta berbicara
tentang produk baru, tetapi bisa juga dengan melakukan hal lama dengan cara-cara
yang baru. Amerika dan Tiongkok adalah contoh negara yang berhasil mengembangkan
inovasi di desa-desa yaitu dengan menggelar acara Young Entrepreneur in Village.
PROGRAM INOVASI DESA
150| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
G. Model Inovasi Desa
Berdasarkan data BPS Tahun 2015 jumlah penduduk pedesaan mencapai 46,7% yang
relatif menunjukkan cukup besar potensi di desa untuk menekan dan mengambil peran
turut serta mengatasi problematika urbanisasi. Angka ini menunjukkan dominannya
penduduk indonesia hidup di perkotaan menjadikan Desa kurang mendapatkan fokus
pengembangan yang optimal serta masih bertindak secara tradisional dalam
mengelolanya.
Fokus pengembangan Desa seyogyanya menjadi lebih mudah karena desa atau
kampung memiliki faktor kekuatan positif yang berbeda dengan kota, diantaranya
adalah potensi sumber daya alam (SDA) yang melimpah dan relatif belum dikelola secara
optimal, potensi sumberdaya manusia (SDM) yang cenderung mudah digerakkan karena
tingginya jiwa kekeluargaan atau semangat partisipasinya yang besar untuk terlibat,
ketersediaan anggaran yang saat ini desa diberikan celah fiskal yang cukup besar, serta
kewenangan desa untuk melakukan self governing community. Oleh karena itu,
diperlukan sebuah model pengembangan Desa yang mampu mendorong peningkatan
kualitas hidup masyarakat melalui pemanfaatanp potensi sumber daya, aset dan
pendanaan secara terorganisir dan akuntabel.
Membangun dari pinggiran sesuai dengan jargon pemerintah saat ini, juga dapat
diartikan bahwa fokus membangun dari level terendah yaitu desa atau kampung.
Namun demikian, belum tegas apa saja yang dapat dilakukan dan bagaimana cara untuk
meningkatkan desa agar bisa setara dengan kota secara cepat dan berkesinambungan.
Pandangan bahwa kota lebih maju, lebih canggih, atau lebih sejahtera perlu dibalik
dengan langkah-langkah inovatif yang salah satunya adalah menciptakan smart village
atau kampung cerdas.
Pembangunan desa merupakan proses merespon tiga lingkungan desa (alam,
budaya dan sosial ekonomi) dengan cara yang tepat, maka dalam pembangunan harus
diperhatikan unsur lingkungan tersebut. Selain pertumbuhan, pemerataan dan
keberlanjutan merupakan tujuan utama pembangunan. Pemerataan baik secara wilayah,
sektoral maupun penerima atau pemanfaat pembangunan merupakan ukuran penting
keber-hasilan pembangunan. Keberlanjutan pembangunan tidak saja memenuhi
kebutuhan sesaat, tetapi menjaga bagaimana terjadi kesinambungan dana agar
manfaatnya bisa dirasakan lintas generasi.
Desa inovatif membutuhkan dukungan dari berbabagi pihak baik pemerintah
maupun pemangku kepentingan diperlukan guna mengantarkan masyarakat desa pada
perikehidupan layak, makmur, dan sejahtera. Dalam hal ini, diperlukan adanya inovasi
dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Inovasi yang dimaksud
adalah upaya menciptakan cara, proses, dan produk baru yang memberikan nilai tambah
bagi kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Belajar dari pengalaman dalam pelaksanaan program pembangunan dan
pemberdayaan, Inovasi menjadi kunci pengembangan desa. Beberapa contoh model
desa inovasi yang dapat dilakukan, diantaranya: Inovasi Pendidikan Untuk si Miskin;
Inovasi Pemanfaatan Lahan Kosong; Inovasi Penataan Pasar Tradisional; Inovasi Berbasis
Desa: Desa Wisata-Budaya; Desa Sadar Hukum; Desa Sadar dan Terampil; Desa Sehat;
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 151
Desa Sahabat Anak; Desa Ramah Lingkungan Alam; Desa Wirausaha; Desa Aman
Bencana; Desa KB; dan Desa Gaul.
Contoh Kegiatan Inovasi Desa
No Segmen/Bagian Penjelasan isi Segmen
1. Judul Kegiatan Inovasi
Singkat dan Jelas
Penanganan masalah luar biasa bidang kesehatan melalui
Posyandu
2. Ringkasan Umum Pemerintah Desa Srigonco, Bantur, Kabupaten Malang,
Jawa Timur, menyediakan fasilitas Posyandu jiwa “Damar
Wulan” guna memfasilitasi penanganan masalah luar biasa
orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Hasilnya, kasus
pemasungan ODGJ nihil, keseharian ODGJ menjadi lebih
terkontrol dan keluarga ODGJ pun lebih percaya diri dalam
bersosialisasi.
3. Tantangan dan Latar
Belakang Masalah
1. Pada 2011, jumlah ODGJ yang terdata di desa Srigonco
mencapai 24 orang, 4 diantaranya dipasung
2. Kondisi ODGJ dalam pasungan sangat memprihatinkan
tanpa busana dan makan kotorannya sendiri Kebiasaan
pasung bagi ODGJ dilakukan karena kurangnya
pengetahuan keluarga dalam menangani ODGJ dan
untuk menyembunyikan rasa malu
3. Sebagian ODGJ berasal dari keluarga kurang mampu,
sehingga tidak tertangani dengan baik
4. Banyak ODGJ yang berkeliaran di sekitar desa sehingga
mengganggu kenyamanan warga dan pengunjung desa
4. Solusi/ Inovasi yang
dijalankan
Penyediaan fasilitas Posyandu khusus oleh Pemerintah
Desa untuk penanganan masalah luar biasa di bidang
kesehatan, dalam hal ini pembinaan ODGJ
5. Proses/ langkah demi
langkah penyelesaian
masalah/ tantangan
1. Pada 2011 warga desa Srigonco yang juga Petugas
Kesehatan dari Puskesmas Bantur menemukan kasus
ODGJ dalam pasungan, setidaknya ada 4 kasus pasung
dari 24 ODGJ di desa tersebut
2. Warga kemudian mencari informasi keluarga ODGJ
dan berusaha melakukan pendekatan
3. Warga juga menghubungi RS Jiwa Lawang untuk
mencari informasi tentang penanganan ODGJ
4. Warga melakukan pendekatan kepada Posyandu
reguler dan Puskesmas, guna mendapatkan dukungan
penanganan ODGJ
5. Petugas Kesehatan Puskesmas memberikan
pengarahan terkait rencana penanganan ODGJ kepada
kader Posyandu reguler
6. Petugas Puskesmas memberikan pembekalan terkait
penanganan ODGJ kepada kader Posyandu reguler
yang bersedia membantu
7. Posyandu jiwa menghubungi jejaring yang diperoleh
dari Puskesmas, termasuk menyampaikan usulan
PROGRAM INOVASI DESA
152| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
No Segmen/Bagian Penjelasan isi Segmen
kepada Pemerintah Desa untuk melaksanakan
Posyandu jiwa secara reguler setiap bulan, menjajaki
kemungkinan kerjasama dengan Dinas Kesehatan
Provinsi dan Perguruan Tinggi
8. Pemerintah Desa menyetujui usulan tersebut dan
memberikan dukungan berupa:
- Penyediakan fasilitas berupa tempat, bangku,
meja, sound system untuk pelaksanaan Posyandu
sehat jiwa
- Instruksi bagi aparat untuk membantu
pelaksanaan kegiatan Posyandu jiwa
- Instruksi kepada aparat dan perangkat desa untuk
turut menjemput ODGJ dari rumah masing-masing
pada hari-H Posyandu jiwa
- Pengalokasian dana desa untuk kegiatan
Posyandu jiwa sebagai bagian dari Pelayanan
Sosial Dasar bidang kesehatan bagi warga
9. Posyandu jiwa dilakukan secara reguler setiap bulan
dengan pelayanan/kegiatan:
- Pemeriksaan kesehatan rutin
- Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) berupa
pembiasaan salam, sapa, senyum
- Keterampilan merawat diri, seperti kebiasaan
mandi, buang air, dan berpakaian
- Kunjungan kader ke rumah ODGJ yang tidak hadir
pada hari H Posyandu jiwa untuk turut merawat
dan melakukan pembinaan kepada keluarga
- Pemberian bahan makanan, alat-alat mandi, dll,
sebagai pengganti Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) dari sumbagan yang digalang kader
- Pelatihan keterampilan untuk belajar bekerja
secara langsung di rumah penduduk
6. Hasil / Capaian 1. Kasus pemasungan ODGJ di desa Srigonco saat ini
adalah nihil
2. ODGJ dapat bersosialisasi dan terbiasa memberikan
salam, sapa, senyum
3. ODGJ dapat merawat diri sesuai kemampuan masing-
masing
4. ODGJ dapat membuat batik jumput, anyaman bambu
dan kerajinan manik-manik
5. Terbangunnya jaringan diantara Posyandu Jiwa,
Pemerintahan Desa, Puskesmas, Dinas Kesehatan dan
Perguruan Tinggi
6. Kemudahan akses obat untuk ODGJ dari Pemerintah
Provinsi Jawa Timur
7. Pembelajaran 1. Layanan Posyandu dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan masalah kesehatan yang banyak terjadi
di daerah masing-masing
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 153
No Segmen/Bagian Penjelasan isi Segmen
2. Jejaring dari anggota Posyandu atau petugas
Puskesmas dapat dimanfaatkan untuk menangani
berbagai penyakit atau masalah kesehatan lain, tidak
hanya sebagai tempat penanganan kesehatan ibu dan
balita
8. Rekomendasi 1. Posyandu Jiwa perlu mendapatkan perhatian yang
cukup sebagaimana Posyandu reguler, seperti
ketersediaan tempat, obat-obatan dan kegiatan
pelatihan untuk peningkatan kemampuan kader
Posyandu sehat jiwa.
2. Pentingnya membangun jejaring dengan berbagai
pihak untuk mendapatkan dukungan pelaksanaan
aktivitas agar berjalan lebih baik.
9. Kontak Person Soebagijono, Posyandu jiwa “Damar Wulan” desa Srigonco,
Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur
HP. 081 333 757 501
Daftar Pustaka
Kementerian Desa PDTT (2017) SOP Program Inovasi Desa.
http://www.referensimakalah.com/2013/01/pengertian-inovasi.html
https://sidikpuchaqidie.wordpress.com/2010/12/14/hello-world/
http://kaltim.tribunnews.com/2017/02/24/smart-village-inovasi-pembangunan-desa
PROGRAM INOVASI DESA
154| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Informasi 4.1.1
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)
A. Latar Belakang
Banyak kegiatan inovatif di desa yang dapat menjadi inspirasi pembangunan bagi desa
lain yang selama ini belum terdokumentasi dan dikelola secara sistematis dengan baik
sebagai bahan pembelajaran untuk peningkatan kualitas pembangunan di desa. PPID
dimaksudkan untuk mendorong peningkatan kualitas pemanfaatan dana desa dengan
memberikan contoh kegiatan inovasi desa melalui pendokumentasian dan
penyebarluasan kegiatan inovasi pembangunan desa.
Tahapan PPID tahun 2018 didasarkan atas hasil pelaksanaan tahapan yang telah
dilaksanakan pada tahun 2017. Alur tahapan pelaksanaan PPID terdiri atas 2 tingkatan
yaitu: (1). kegiatan di tingkat kabupaten yang dilakukan oleh TIK, dan (2) kegiatan di
tingkat kecamatan dan Desa yang dilakukan oleh TPID.
B. Orientasi dan Persiapan
TAPM, PD dan PLD bersama TIK dan TPID (jika sudah terbentuk) melakukan orientasi
dan evaluasi atas pelaksanaan PID tahun 2017 sebagai langkah persiapan pelaksanaan
tahun 2018. Langkah-langkah fasilitasi yang dilakukan adalah:
1. Melakukan pertemuan dengan TIK atau TPID untuk mempersiapkan rencana
pelaksanaan kegiatan tahun 2018 (jika sudah terbentuk). Jika belum terbentuk
segera difasilitasi pembentukan TIK dan mengadakan MAD-1 untuk pembentukan
TPID.
2. Pada lokasi yang sudah menyelenggarakan Bursa Inovasi Desa (BID) perlu
memastikan sejauhmana tindak lanjut kartu komitmen untuk replikasi telah
dimasukkan dalam APB Desa tahun 2018. Bersama TIK-Pokja PPID menyiapkan dan
mengelompokkan kartu-kartu Ide hasil BID sebagai dokumen yang akan
diverifikasi kelayakan inovatifnya oleh TIK dan akan dikembalikan kepada TPID
untuk dilakukan proses “capturing” atau pendokumentasian.
3. Mengidentifikasi dan menyusun direktori keberadaan PJLT.
C. Musyawarah Antar Desa (MAD)-1
TAPM Kabupaten/Kota bersama PD dan PLD serta TPID (bagi yang sudah terbentuk)
memfasilitasi pelaksanaan MAD-1 melalui koordinasi dengan Camat. MAD-1 merupakan
forum di tingkat kecamatan yang yang dihadiri oleh maksimal 6 orang perwakilan desa,
yaitu Kepala Desa, Unsur BPD, tokoh masyarakat, dan keterwakilan perempuan minimal
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 155
2 orang). MAD 1 juga melibatkan perwakilan UPTD tingkat kecamatan yang relevan
seperti Puskesmas, UPTD Pendidikan, PU kecamatan, dan lain-lain.
Tujuan MAD-1:
1. Sosialisasi konsep PID dan penggunaan Bantuan Pemerintah PPID, termasuk
kebutuhan Desa akan jasa layanan teknis;
2. Diseminasi informasi kegiatan-kegiatan inovasi yang sudah teridentifikasi
sebelumnya, baik yang ada di lokasi dampingan maupun tempat lain;
3. Pembentukan TPID (bagi yang belum atau ada pergantian pengurus). Pengurus
TPID disyahkan oleh Camat;
4. Kesepakatan pokok-pokok kegiatan yang akan dibiayai melalui dana operasional
kegiatan (Kebijakan umum penggunaan dana diatur dalam Petunjuk Teknis
Penggunaan DOK PPID).
2. Rapat TPID
Rapat TPID dilakukan untuk menyusun proposal dan Rencana Anggaran Biaya
(RAB) penggunaan Bantuan Pemerintah PPID. Sebelum merumuskan kegiatan dan
RAB, TPID mendapatkan pelatihan terlebih dahulu dari TAPM Kabupaten/Kota dan
atau PD. TPID mengadakan pertemuan untuk menyusun detail proposal kegiatan
dan RAB berdasarkan hasil keputusan MAD. Selanjutnya Camat menerbitkan Surat
Penetapan Camat (SPC) yang berdasarkan Berita Acara MAD dan hasil rapat
perumusan kegiatan.
D. Pencairan dan Penyaluran Dana
1. Pencairan dan Penyaluran Dana Bantuan Pemerintah PPID Mekanisme pencairan
dan penyaluran Dana Bantuan Pemerintah PPID, secara umum diatur sebagai
berikut:
a. TPID menyusun dan mengajukan proposal yang disertai RAB penggunaan
dana Bantuan Pemerintah PPID kepada TIK untuk diverifikasi sebelum dikirim
kepada Satker Provinsi;
b. TIK melakukan verifikasi atas kelengkapan dokumen-dokumen pencairan
yang diajukan oleh TPID, dan setelah dinyatakan lengkap dilanjutkan kepada
Satker Provinsi untuk proses pencairan dana tahap I;
c. Satker Provinsi melakukan verifikasi, dan setelah kelengkapan administrasi
dinyatakan lengkap, maka dilakukan penerbitan SPM kepada KPPN;
d. KPPN setelah menerima SPM dari satker Provinsi akan melakukan
pengecekan administrasi dan selanjutnya KPPN menerbitkan SP2D untuk
meminta bank operasional membayar kepada rekening TPID;
e. Setelah bank operasional mentransfer dana ke Rekening TPID, maka tidak
lebih dari 7 hari kerja, dana tersebut harus dibelanjakan sesuai proposal dan
PROGRAM INOVASI DESA
156| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
RAB yang telah diajukan;
f. Pengajuan pencairan dana tahap II oleh TPID hanya dapat dilakukan apabila
penggunaan dana dari tahap I (50%) telah mencapai minimal 90%. Pengajuan
pencairan dana tahap II wajib dilampiri dengan Laporan Penggunaan Dana
(LPD) tahap I dan Rencana Penggunaan Dana (RPD) tahap II.
Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme pencairan dan penyaluran dana Bantuan
Pemerintah PPID diatur melalui Petunjuk Teknis Bantuan Pemerinth PPID Tahun
Anggaran 2018.
3. Dana Operasional TIK
Pada TA 2018 TIK mendapatkan dana operasional dan administrasi kegiatan untuk
menunjang proses kegiatan dari PPID. Tata cara pengajuan pencairan dan
penyaluran serta penggunaan Dana Operasional TIK dimaksud, akan diatur lebih
lanjut melalui Petunjuk Teknis Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018.
E. Identifikasi Inovasi
Identifikasi inovasi dilakukan untuk memetakan kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan
di masyarakat dan desa pada bidang infrastruktur, pengembangan sumber daya
manusia, serta kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal berdasarkan kriteria
yang termasuk dalam kategori inovatif. Identifikasi dibedakan pada dua kategori lokasi
berdasarkan pelaksanaan PID tahun 2017, yaitu:
1. Lokasi yang sudah tersedia Kartu Ide melalui Bursa Inovasi Desa pada tahun
sebelumnya
Pada lokasi ini identifikasi inovasi didasarkan atas kartu ide yang sudah tersedia,
yaitu dengan mengumpulkan seluruh kartu ide hasil bursa dan mengelompokkan
ide-ide tersebut ke dalam 3 bidang, yaitu bidang infrastruktur, kewirausahaan dan
pengembangan ekonomi lokal, serta pengembangan sumber daya manusia.
Tahapan ini dilakukan oleh Pokja PPID pada TIK dengan difasilitasi oleh TAPM.
Pengelompokan dilakukan melalui pemilahan ide inovasi mana saja yang
memenuhi kriteria kategori inovatif.
2. Lokasi yang belum tersedia Kartu Ide atau yang belum melakukan Bursa Inovasi
Desa
Pada lokasi ini, TPID terutama yang menangani bidang PPID dengan dibantu
difasilitasi oleh PD, melakukan identifikasi ke desa-desa atas beberapa kegiatan di
bidang infrastruktur, kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal, serta
pengembangan sumber daya manusia, yang sudah dilakukan dan dinilai
berpotensi sebagai kegiatan yang inovatif sesuai kriteria. Kegiatan ini dilakukan
dengan melakukan kunjungan ke desa-desa dan melakukan pengamatan dan
wawancara dengan pelaku-pelaku pembangunan desa dan pemberdayaan
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 157
masyarakat. Kegiatan ini dilakukan setelah TPID mendapatkan pelatihan terlebih
dahulu tentang PID dan memahami apa saja kriteria kegiatan yang dinilai sebagai
kegiatan inovatif.
F. Identifikasi Kebutuhan PJLT
TPID bidang PJLT melakukan proses identifikasi ke desa-desa tentang apa saja kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan melalui APB Desa yang memerlukan jasa layanan teknis di
3 bidang yaitu infrastruktur, kewirausahaan/pengembangan ekonomi lokal, dan
pengembangan sumber daya manusia.
Kegiatan-kegiatan yang membutuhkan PJLT adalah kegiatan yang tidak bisa
dilaksanakan oleh Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) maupun oleh tenaga
Tenaga Pendamping Profesional karena membutuhkan keahlian khusus. Hasil
identifikasi kebutuhan PJLT dikelompokkan sebagai berikut:
Pelaksanaan identifkasi Kebutuhan PJLT secara lebih detail dapat dilihat pada BAB IV
tentang Kegiatan PJLT.
G. Verifikasi Inovasi oleh Pokja PPID - TIK
Pokja PPID-TIK, setelah mendapatkan hasil identifikasi kegiatan dari Kartu Ide atau TPID
selanjutnya melakukan proses verifikasi apakah kegiatan-kegiatan tersebut masuk
dalam kriteria inovatif atau tidak. Hasil verifikasi berupa rekomendasi kelayakan sebagai
kegiatan inovatif yang bisa dilanjutkan proses berikutnya, yaitu capturing atau
pendokumentasian kegiatan inovasi. Verifikasi merujuk pada kriteria kegiatan inovatif
sebagaimana yang sudah disebutkan dalam Bab I Ketentuan Dasar. Rekomendasi
kelayakan ini ditujukan kepada TPID.
H. Verifikasi Kebutuhan PJLT oleh Pokja PJLT- TIK
Verifikasi kebutuhan PJLT dimaksudkan untuk menilai kelayakan terhadap usulan
kegiatan yang diajukan oleh TPID terhadap desa-desa yang membutuhkan layanan PJLT.
Verifikasi dilakukan oleh Pokja PJLT-TIK berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan layanan
PJLT. Hasil verifikasi yang dilakukan disampaikan kepada TPID berupa daftar usulan
kegiatan yang layak untuk mendapat dukungan layanan teknis serta PJLT yang sesuai
dengan kebutuhan Desa.
I. Perumusan dan Prioritas Kegiatan PJLT
Hasil verifikasi kebutuhan PJLT yang telah diterima TPID selanjutnya dirumuskan
berdasarkan jenis kegiatan dan keahlian yang dapat diberikan oleh PJLT. Prioritas
kegiatan yang akan mendapat layanan PJLT ditetapkan dalam rapat TPID sesuai dengan
kriteria yang telah dirumuskan.
PROGRAM INOVASI DESA
158| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
J. Pendokumentasian Inovasi
TPID terutama bidang PPID, dengan didukung oleh PD dan PLD melakukan proses
pendokumentasian kegiatan-kegiatan yang telah diverifikasi oleh TIK dan
direkomendasikan sebagai kegiatan inovatif yang bisa dilakukan capturing.
1. Proses “capturing”
Hasil identifikasi dari masing-masing desa terutama yang masuk kriteria kegiatan
inovatif dan direkomendasikan oleh TIK, selanjutnya didokumentasikan dalam
bentuk media visual/ video, album photo, artikel/tulisan dan media cetak lainnya.
TIK dan TPID akan diberi pelatihan terkait metode capturing terlebih dahulu
sebelum proses capturing dilakukan.
2. Penyusunan Dokumen Pembelajaran
Hasil capturing yang sudah dilakukan, selanjutnya dilakukan proses analisa sesuai
dengan kearifan lokal untuk disusun sebagai dokumen pembelajaran atas praktik
cerdas di wilayah lokasi sasaran. Dokumen pembelajaran tersebut menjelaskan
petunjuk dan proses langkah demi langkah terhadap praktik cerdas atau inovasi
yang telah terjadi.
K. Verifikasi Dokumen Pembelajaran dan Sistem Pengelolaan Pengetahuan
Pokja PPID-TIK selanjutnya melakukan proses verifikasi atas dokumen-dokumen
pembelajaran yang sudah dibuat oleh TPID-TPID. Setelah verifikasi, dokumen-dokumen
pembelajaran tersebut dimasukkan dalam wadah atau platform, kegiatan inovasi (sistem
pengelolaan pengetahuan) berbasis web yang dapat diakses oleh seluruh desa secara
luas. Platform kegiatan inovasi inilah yang selanjutnya disampaikan kepada kecamatan-
kecamatan untuk dipilih sebagai bahan penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID).
L. Peluncuran Bursa Inovasi Desa di Kabupaten/Kota
Kegiatan ini merupakan pertemuan untuk meluncurkan akan adanya Bursa Inovasi Desa
(BID) yang akan diselenggarakan di setiap kecamatan.
M. Bursa Inovasi Desa di Kecamatan
Sebelum penyelenggaraan BID di kecamatan, desa sudah menyiapkan data-data sebagai
berikut:
1. Bidang Sumber Daya Manusia:
a. Ibu Hamil dengan kondisi Kekurangan Energi Kronik (KEK), yaitu ibu hamil yang
memiliki ukuran lingkar lengan atas (LILA) di bawah standar kesehatan ibu
hamil;
b. Bayi atau Balita yang jarang dibawa ke posyandu, yaitu bayi atau balita yang
tidak pernah dibawa ke Posyandu berturut-turut dalam 3 bulan terakhir;
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 159
c. Bayi atau Balita yang berat badanya masih di bawah garis merah (indikasi gizi
buruk atau gizi kurang) pada Kartu Menuju Sehat (KMS);
d. Anak usia SD dan SMP yang tidak bersekolah, yaitu anak yang pada saat
pendataan berusia minimum 8 tahun dan maksimal 14 tahun tidak bersekolah
SD atau SMP, termasuk mereka yang masuk kategori berkebutuhan khusus;
e. Anak usia SD atau SMP (8 s/d 14 tahun) yang putus sekolah, termasuk yang
berkebutuhan khusus.
f. Tingkat pendidikan pelaku pengembangan usaha ekonomi desa
g. Anak usia 3 s/d 6 tahun yang tidak terdaftar di PAUD
h. Jumlah pengangguran di Desa
i. Tingkat urbanisasi masyarakat
2. Bidang Infrastruktur:
a. Akses masyarakat dalam mendapatkan listrik (prosentase masyarakat
menggunakan listrik)
b. Akses masyarakat dalam mendapatkan air bersih (prosentase masyarakat
menggunakan air bersih)
c. Akses masyarakat dalam sanitasi (prosentase penggunaan jamban atau MCK)
d. Akses masyarakat dalam irigasi pertanian dan perikanan
e. Akses masyarakat terhadap ruang public dan sarana olah raga
f. Akses prasarana terhadap perekonomian desa
g. Akses komunikasi dan informasi Desa
h. Keberadaan perumahan yang tidak layak huni (Jumlah rumah tidak layak huni)
3. Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal
a. Data potensi unggulan Desa
b. Data kegiatan BUMDesa
c. Data kelompok usaha ekonomi masyarakat dan kewirausahaan
d. Akses masyarakat ke lembaga keuangan
Alur pelaksanaan Bursa Inovasi Desa adalah sebagai berikut:
a. TPID menggelar rapat untuk persiapan penyelenggaraan bursa inovasi desa;
b. Dalam rapat persiapan ini, akan disiapkan dokumen pembelajaran kegiatan inovasi
yang telah direkomendasikan oleh TIK. Dokumen pembelajaran ini dalam bentuk
video dan atau tulisan atas kegiatan-kegiatan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat yang telah dilakukan, di bidang pengembangan ekonomi lokal,
sumberdaya manusia dan prasarana infrastruktur;
PROGRAM INOVASI DESA
160| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
c. Lokasi yang belum menyelenggarakan BID, dokumen pembelajaran yang
digunakan sebagai rujukan adalah sebanyak 50 inovasi yang telah disiapkan dan
diverifikasi sesuai kriteria inovatif.
Penyelenggaraan BID dilakukan dengan tujuan utama adalah untuk:
a. Memberikan masukan/ide terhadap perencanaan pembangunan desa;
b. Membagi kegiatan inovasi yang telah didokumentasikan dalam bentuk video
maupun tulisan;
c. Membangun komitmen desa untuk melakukan adaptasi inovasi;
d. Membagi informasi direktori PJLT
Hasil dari BID adalah: Kartu Komitmen sebagai wujud keseriusan desa untuk
melakukan replikasi dan Kartu Ide untuk menyampaikan bahwa di desa-desa mereka
juga terdapat kegiatan yang inovatif namun belum terdokumentasikan. TPID akan
mendata daftar usulan dari Kartu Komitmen dan Kartu Ide untuk ditindaklanjuti. Lebih
lanjut tentang BID dapat dilihat dalam Panduan Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa.
N. Proses Capturing Kartu Ide Hasil Bursa Inovasi Desa
Dari Kartu Ide hasil BID selanjutnya dilakukan proses capturing atau pendokumentasian
kegiatan inovasi mengikuti alur sebagaimana disampaikan di atas. Proses capturing
menggunakan metode dan format yang akan dilatihkan kepada TIK dan TPID
sebagaimana disebutkan di atas. Capturing dilakukan terhadap inovasi yang merupakan
hasil rekapitulasi ide inovasi yang diusulkan Desa dalam Kartu Ide dari BID dan telah
diverifikasi sebagai inovatif oleh TIK.
O. Proses Replikasi Inovasi melalui Forum Desa
Dari Kartu komitmen yang sudah ditandatangani Kepala Desa selanjutnya difasilitasi
kegiatan yang akan direplikasi untuk dimasukkan dalam APB Desa melalui forum Desa.
Forum ini dilakukan melalui proses perencanaan desa secara reguler sebagai media
untuk pengarusutamaan replikasi program-program inovasi dalam APB Desa.
Pengarusutamaan dilakukan melalui proses pengelolaan inovasi dan peningkatan
kapasitas pelaku masyarakat dan Desa dan diharapkan kegiatan replikasi dapat
dilakukan pada tahun berikutnya.
Contoh: Beberapa instrumen dasar untuk memfasilitasi pertukaran inovasi desa yang
dapat dimodifikasi dan digunakan sesuai kebutuhan replikasi:
Kelompok
Belajar
Pertemuan kelompok secara regular dan memiliki kesamaan
minat untuk saling belajar satu dengan lain, misalkan sebulan
sekali atau sesuai kesepakatan
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 161
Konferensi Mengirim perwakilan desa/daerah untuk menghadiri pertemuan
dimana sejumlah besar peserta datang bersama-sama untuk
berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka tentang topik/ tema
khusus, terutama pengetahuan yang dimiliki desa/daerah atau yang
mungkin dibutuhkan desa/ daerah.
Kunjungan
pakar
Mengirim atau mengundang praktisi atau pakar khusus dari sebuah
desa/ kabupaten/ organisasi penyedia pengetahuan ke sebuah
desa/ kabupaten/ organisasi yang membutuhkannya untuk menilai
kondisi riil saat ini dan memberikan bimbingan dalam penyelesaian
masalah atau tantangan yang dihadapi
Dialog
Pengetahuan
Memfasilitasi perbincangan antara pihak yang memiliki
pengetahuan dengan pihak yang membutuhkan (agen perubahan)
guna menggali akar masalah dan membuka wawasan hingga
menghasilkan sebuah tindakan atau hasil nyata
Studi tur Kunjungan atau serangkaian kunjungan, baik oleh individu atau
group, ke satu atau lebih desa/ kecamatan/ kabupaten atau tempat-
tempat di kecamatan/ kabupaten yang sama, dengan tujuan untuk
mempelajari dan mendalami hal/ bidang khusus secara langsung
dari sumbernya, misalkan bagaimana satu hal dapat dilaksanakan
dengan baik dan berhasil
Tandem Menggandeng desa/ lembaga dengan potensi sama, namun lebih
matang dan berpengalaman, untuk bermitra guna menghasilkan
sesuatu yang menguntungkan kedua belah pihak
Workshop Kegiatan terstruktur untuk mendorong peserta memecahkan
sebuah isu atau permasalahan dengan cara bekerjasama. Dapat
dilakukan di tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi
P. Pelaksanaan Kegiatan PJLT
Setelah ada prioritas kegiatan pemberian Jasa layanan teknis, selanjutnya dilakukan
proses pelaksanaan kegiatan PJLT.
Q. Musyawarah Antar Desa (MAD)-2
TIPD menyampaikan laporan pertanggung jawaban dan penggunaan Dana Bantuan
Pemerintah PPID melalui MAD II-2. Laporan pertanggungjawaban selanjutnya
disampaikan kepada TIK yang ditembuskan kepada Satker Provinsi.
PROGRAM INOVASI DESA
162| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Informasi 3.2.1
Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa (PPID) di Tingkat Kecamatan
A. Pendahuluan
Pada umumnya pengelolaan pengetahuan diarahkan untuk tujuan organisasional
seperti peningkatan kinerja, memacu inovasi, mempertahankan atau mengembangkan
keuntungan komparatif, serta berbagi informasi dan pengetahuan dalam organisasi.
Intinya adalah bahwa jika pengetahuan orang-orang dalam organisasi, baik secara
perseorangan maupun bersama-sama merupakan modal suatu organisasi, maka
sebaiknya pengetahuan itu dikelola dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di sejumlah lokasi, banyak pengetahuan
dan kegiatan inovatif yang telah dilakukan atas inisiatif masyarakat, Pemerintah Desa
maupun Kabupaten dalam menjawab sebuah tantangan atau dalam menjalankan
kegiatan pembangunan. Pertukaran pengetahuan dan pembelajaran antar-desa
maupun dengan kabupaten pun telah terjadi. Inisiatif tersebut dilakukan berdasarkan
kebutuhan masyarakat dan mendapat dukungan dari berbagai program.
Meski demikian, seiring berhentinya sebuah program, tidak sedikit inisiatif yang
hilang. Untuk itu, perlu ada sistem pengelolaan inisiatif yang memiliki nilai-nilai inovasi.
Selain untuk menjamin keberlanjutan inisiatif tersebut, pengelolaan yang baik dapat
memungkinkan pihak lain mengakses informasi terkait inisiatif atau inovasi tersebut,
menjadikan inspirasi atau bahkan rujukan bagi penyelesaian masalah mereka atau
pengayaan kegiatan pembangunan yang lebih efektif dan inovatif.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 163
B. Pengertian
Pengelolaan pengetahuan adalah upaya yang sadar dan sengaja untuk mengelola
informasi dan pengetahuan sebagai aset, menjaga keberlanjutan keberadaan
pengetahuan itu dalam kehidupan masyarakat di Desa, termasuk didalamnya upaya
mengembangkan dan menangkap (knowledge generation dan knowledge capture)
pengetahuan, pembelajaran dan pengalihan pengetahuan (knowledge transfer), serta
pemanfaatan pengetahuan itu. Upaya itu mencakup pula identifikasi tacit
knowledge (pengetahuan tersirat), yang kerakali tidak diketahui si pembawa
pengetahuan sendiri, untuk menjadikannya pengetahuan yang tersurat (explicit
knowledge) agar dapat didokumentasikan dan diteruskan kepada pihak lainnya.
Inovasi tidak sama dengan praktik cerdas (best practice). Inovasi disini merujuk
pada cara atau pendekatan yang berbeda dari biasanya (apakah itu cara baru atau cara
yang dikembangkan dari yang sudah ada sebelumnya) yang ditempuh oleh (kelompok)
masyarakat atau instansi, dalam menjawab suatu masalah/tantangan yang dihadapi atau
dalam mengerjakan sesuatu, aplikatif dan terbukti berhasil.
C. Kriteria
Kriteria Inovasi adalah segala bentuk inisiatif atau “gebrakan” dari masyarakat,
kelompok, satuan kerja, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
keberlanjutan pembangunan sebagai akibat dari intervensi Program Inovasi Desa
maupun aktivitas lainnya. Kriteria yang ditetapkan sebagai berikut:
a. Sangat Dibutuhkan (ada permintaan) di masyarakat
b. Terdefinisi dengan baik
c. Dapat direkam
d. Dapat/layak untuk dibagikan
e. Dapat diulang dan dikembangkan
f. Relevan.
D. Katagori
Kategori inovasi Desa sebagai berikut:
a. Kegiatan pembangunan di bidang pengembangan ekonomi lokal dan
kewirausahaan, pengembangan sumber daya Manusia, dan infrastruktur Desa
yang memberi manfaat secara luas bagi masyarakat dan diketahui oleh
masyarakat;
b. Upaya yang berhasil mendorong terwujudnya kegiatan pembangunan berkualitas,
serta mendorong partisipasi dan kegotongroyongan masyarakat dalam
pembangunan;
PROGRAM INOVASI DESA
164| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
c. Kegiatan pengembangan sistem yang berdampak terhadap peningkatan ekonomi
dan sosial budaya;
d. Kegiatan pembangunan yang memiliki nilai keunikan karena mengadopsi unsur
budaya/potensi lokal dan pemanfaatan yang lebih luas serta memiliki nilai
keberlanjutan;
e. Kegiatan yang mempunyai sifat kebaruan atau penggabungan unsur baru dengan
yang sudah ada dan memberikan perubahan yang signifikan dari cara-cara
sebelumnya dan memiliki nilai keberlanjutan;
f. Kegiatan pembangunan yang dikembangkan dengan menyesuaikan terhadap
kondisi geografis, keberadaan sumberdaya dan fasilitas yang tersedia.
E. Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kecamatan
Model pengelolaan inovasi di tingkat Kecamatan merupakan serangkaian kegiatan
pengelolaan inovasi mencakup diseminasi dan sosialisasi yang melibatkan pemangku
kepentingan serta dilaksanakan di tingkat Kecamatan. Tujuan pengelolaan inovasi di
Kecamatan, yaitu:
a. Melanjutkan dan mengembangkan upaya inovatif yang lahir dari masyarakat
dalam mendorong kemandirian Desa melalui penggunaan Dana Desa secara
efektif dan inovatif;
b. Mendokumentasikan praktik cerdas yang memiliki muatan inovasi dari setiap desa
yang akan menjadi aset Kecamatan;
c. Menyediakan media pembelajaran atau forum pertukaran inovasi di tingkat
kecamatan untuk kemajuan bersama.
Dalam mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa PID), akan dilakukan
pembentukan Tim Inovasi Kecamatan yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
melalui Camat dengan melibatkan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan dibantu
Pendamping Desa. Secara umum, langkah-langkah yang ditempuh dalam mengelola
inovasi di tingkat Kecamatan, sebagai berikut:
(1) Pengidentifikasian dan pemilihan inisiatif yang bermuatan inovasi dari desa-desa;
(2) Pendokumentasian secara sederhana dari inisiatif atau kegiatan-kegiatan inovatif
di desa-desa, dalam berbagai bentuk yang memungkinkan. Bisa dalam bentuk
tulisan, gambar, video, maupun audio;
(3) Pengemasan inovasi sesuai tema menjadi materi sosialisasi dan komunikasi
sederhana;
(4) Penyimpanan dokumen pembelajaran dalam tempat/ruangan tertentu;
(5) Penyebaran dokumen pembelajaran ke desa melalui berbagai saluran komunikasi
(Lihat Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi) dan/atau melalui forum pertemuan
masyarakat antar-desa
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 165
(6) Penentuan minimal satu inovasi per kecamatan untuk diajukan, diverivikasi dan
dikelola oleh Tim Inovasi Kabupaten/Kota.
1. Bursa Inovasi Desa di Kecamatan
Sebelum penyelenggaraan BID di kecamatan, desa sudah menyiapkan data-data sebagai
berikut:
Bidang Sumber Daya Manusia:
(1) Ibu Hamil dengan kondisi Kekurangan Energi Kronik (KEK), yaitu ibu hamil yang
memiliki ukuran lingkar lengan atas (LILA) di bawah standar kesehatan ibu hamil;
(2) Bayi atau Balita yang jarang dibawa ke posyandu, yaitu bayi atau balita yang tidak
pernah dibawa ke Posyandu berturut-turut dalam 3 bulan terakhir;
(3) Bayi atau Balita yang berat badanya masih di bawah garis merah (indikasi gizi
buruk atau gizi kurang) pada Kartu Menuju Sehat (KMS);
(4) Anak usia SD dan SMP yang tidak bersekolah, yaitu anak yang pada saat
pendataan berusia minimum 8 tahun dan maksimal 14 tahun tidak bersekolah SD
atau SMP, termasuk mereka yang masuk kategori berkebutuhan khusus;
(5) Anak usia SD atau SMP (8 s/d 14 tahun) yang putus sekolah, termasuk yang
berkebutuhan khusus.
(6) Tingkat pendidikan pelaku pengembangan usaha ekonomi desa
(7) Anak usia 3 s/d 6 tahun yang tidak terdaftar di PAUD
(8) Jumlah pengangguran di Desa
(9) Tingkat urbanisasi masyarakat
Bidang Infrastruktur
(1) Akses masyarakat dalam mendapatkan listrik (prosentase masyarakat
menggunakan listrik)
(2) Akses masyarakat dalam mendapatkan air bersih (prosentase masyarakat
menggunakan air bersih)
(3) Akses masyarakat dalam sanitasi (prosentase penggunaan jamban atau MCK)
(4) Akses masyarakat dalam irigasi pertanian dan perikanan
(5) Akses masyarakat terhadap ruang public dan sarana olah raga
(6) Akses prasarana terhadap perekonomian desa
(7) Akses komunikasi dan informasi Desa
(8) Keberadaan perumahan yang tidak layak huni (Jumlah rumah tidak layak huni)
PROGRAM INOVASI DESA
166| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal
(1) Data potensi unggulan Desa
(2) Data kegiatan BUMDesa
(3) Data kelompok usaha ekonomi masyarakat dan kewirausahaan
(4) Akses masyarakat ke lembaga keuangan
Alur pelaksanaan Bursa Inovasi Desa adalah sebagai berikut:
(1) TPID menggelar rapat untuk persiapan penyelenggaraan bursa inovasi desa;
(2) Dalam rapat persiapan ini, akan disiapkan dokumen pembelajaran kegiatan inovasi
yang telah direkomendasikan oleh TIK. Dokumen pembelajaran ini dalam bentuk
video dan atau tulisan atas kegiatan-kegiatan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat yang telah dilakukan, di bidang pengembangan ekonomi lokal,
sumberdaya manusia dan prasarana infrastruktur;
(3) Lokasi yang belum menyelenggarakan BID, dokumen pembelajaran yang
digunakan sebagai rujukan adalah sebanyak 50 inovasi yang telah disiapkan dan
diverifikasi sesuai kriteria inovatif.
Penyelenggaraan BID dilakukan dengan tujuan utama adalah untuk:
(1) Memberikan masukan/ide terhadap perencanaan pembangunan desa;
(2) Membagi kegiatan inovasi yang telah didokumentasikan dalam bentuk video
maupun tulisan;
(3) Membangun komitmen desa untuk melakukan adaptasi inovasi;
(4) Membagi informasi direktori PJLT
Hasil dari BID adalah: Kartu Komitmen sebagai wujud keseriusan desa untuk
melakukan replikasi dan Kartu Ide untuk menyampaikan bahwa di desa-desa mereka
juga terdapat kegiatan yang inovatif namun belum terdokumentasikan. TPID akan
mendata daftar usulan dari Kartu Komitmen dan Kartu Ide untuk ditindaklanjuti. Lebih
lanjut tentang BID dapat dilihat dalam Panduan Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa.
2. Proses Menangkap Inovasi (Capturing) Kartu Ide Hasil Bursa Inovasi Desa
Dari Kartu Ide hasil BID selanjutnya dilakukan proses capturing atau pendokumentasian
kegiatan inovasi mengikuti alur sebagaimana disampaikan di atas. Proses capturing
menggunakan metode dan format yang akan dilatihkan kepada TIK dan TPID
sebagaimana disebutkan di atas. Capturing dilakukan terhadap inovasi yang merupakan
hasil rekapitulasi ide inovasi yang diusulkan Desa dalam Kartu Ide dari BID dan telah
diverifikasi sebagai inovatif oleh TIK.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 167
3. Proses Replikasi Inovasi melalui Forum Desa
Dari Kartu komitmen yang sudah ditandatangani Kepala Desa selanjutnya difasilitasi
kegiatan yang akan direplikasi untuk dimasukkan dalam APBDes melalui forum Desa.
Forum ini dilakukan melalui proses perencanaan desa secara reguler sebagai media
untuk pengarusutamaan replikasi program-program inovasi dalam APBDes.
Pengarusutamaan dilakukan melalui proses pengelolaan inovasi dan peningkatan
kapasitas pelaku masyarakat dan Desa dan diharapkan kegiatan replikasi dapat
dilakukan pada tahun berikutnya.
F. Instrumen Kegiatan Belajar
Berikut ini ditampilkan beberapa instrumen dasar kegiatan peningkatan kapasitas Desa
yang dapat dimodifikasi dan digunakan sesuai kebutuhan dalam memfasilitasi
mereplikasi inovasi.
Kelompok
Belajar
Pertemuan kelompok secara regular dan memiliki kesamaan minat
untuk saling belajar satu dengan lain, misalkan sebulan sekali atau
sesuai kesepakatan
Konferensi Mengirim perwakilan desa/ daerah untuk menghadiri pertemuan
dimana sejumlah besar peserta datang bersama-sama untuk
berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka tentang topik/
tema khusus, terutama pengetahuan yang dimiliki desa/ daerah
atau yang mungkin dibutuhkan desa/ daerah.
Kunjungan
pakar
Mengirim atau mengundang praktisi atau pakar khusus dari
sebuah desa/ kabupaten/ organisasi penyedia pengetahuan ke
sebuah desa/ kabupaten/ organisasi yang membutuhkannya untuk
menilai kondisi riil saat ini dan memberikan bimbingan dalam
penyelesaian masalah atau tantangan yang dihadapi
Bincang
Pengetahuan
Memfasilitasi perbincangan antara pihak yang memiliki
pengetahuan dengan pihak yang membutuhkan (agen perubahan)
guna menggali akar masalah dan membuka wawasan hingga
menghasilkan sebuah tindakan atau hasil nyata
Study tour Kunjungan atau serangkaian kunjungan, baik oleh individu atau
group, ke satu atau lebih desa/ kecamatan/ kabupaten atau
tempat-tempat di kecamatan/ kabupaten yang sama, dengan
tujuan untuk mempelajari dan mendalami hal/ bidang khusus
secara langsung dari sumbernya, misalkan bagaimana satu hal
dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil
Tandem Menggandeng desa/ lembaga dengan potensi sama, namun lebih
matang dan berpengalaman, untuk bermitra guna menghasilkan
sesuatu yang menguntungkan kedua belah pihak
Workshop Kegiatan terstruktur untuk mendorong peserta memecahkan
sebuah isu atau permasalahan dengan cara bekerjasama. Dapat
dilakukan di tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi
PROGRAM INOVASI DESA
168| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
G. Media
Berikut ini diberikan beberapa contoh media yang data digunakan sebagai sarana
sosialisasi, promosi, publikasi dan pelatihan di Desa yang dapat digunakan sesuai
kebutuhan dalam memfasilitasi kegiatan inovasi Desa.
1) Baliho/backwall
2) Backdrop
3) Spanduk
4) Banner
5) Brosur/flier
6) Poster
7) Press release
8) Infokit
9) Buletin
10) Website
11) Cerita bergambar
12) Infografik
13) Videografik/animasi/dokumenter
14) Buku Pembelajaran
15) Dll
Kegiatan sosialisasi, promosi atau publikasi yang dapat dilakukan diantaranya:
(1) Penyebaran informasi dan materi/dokumen inovasi melalui berbagai saluran
komunikasi, sosialisasi/promosi/publikasi antar-desa dan kabupaten, baik yang
dimiliki sendiri maupun dimiliki pihak lain melalui jalinan kerjasama (Lihat
Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi;
(2) Pembuatan dan mengiriman press release kegiatan ke media massa;
(3) Penyelenggaraan jumpa pers terkait kegiatan tertentu;
(4) Pemasangan baliho, spanduk, banner, poster, umbul-umbul kegiatan;
(5) Pendistribusian soft copy dan hardcopy dokumentasi inovasi ke berbagai pihak;
(6) Kontribusi konten atau pengisian acara di media massa lokasl: talkshow, running
text, dll;
(7) Kerjasama peliputan kegiatan dengan media local;
(8) Penayangan dokumen inovasi pada website dan media tayang lain;
(9) Kerjasama sosialisasi, promosi, publikasi dengan berbagai instansi;
(10) Media field visit –mengundang media atau pihak tertentu ke salah satu desa
innovator, dan lain-lain.
PROGRAM INOVASI DESA
170| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Informasi 3.4.1
Beberapa Istilah dan Terminologi yang Digunakan dalam
Menangkap Pengetahuan dan Inovasi
1. Menangkap (Pengetahuan)/Knowledge Capturing menjelaskan sebuah proses
untuk mengubah pengetahuan yang berada di benak individu (tacit) menjadi
penjabaran yang eksplisit, misalnya dalam bentuk dokumen, buku, publikasi,
rekaman video, yang dapat dibuat tersedia untuk suatu lembaga.
2. Tim penangkap pengetahuan/Capturing team adalah tim yang terlatih dalam
metodologi dan pendekatan agar dapat secara sistematis dan seragam men-
dokumentasikan pembelajaran dari pengalaman operasional yang belum secara
eksplisit direkam atau sulit direkam. Tim penangkapan pengetahuan
mendokumen-tasikan kejadian atau aktivitas dalam organisasi, lingkunga, atau di
sektor tertentu secara berkelanjutan untuk mengambil pandangan dan manfaat
penting sehingga potensinya dapat direplikasi di tempat lain. Anggota tim
penangkapan pengetahuan memiliki kapasitas jurnalistik dasar untuk mampu
dengan cepat membangun pemahaman akan tantangan khusus yang dihadapi
pemilik pengalaman dan langkah solusi yang didokumentasikan olehnya. Mereka
dapat menggunakan beragam aktivitas penangkapan di mana wawancara dan
focus group adalah yang paling sering digunakan. Tabel berikut merangkum
berbagai aktivitas penangkapan.
Aktivitas Penangkapan Inovasi
(Capturing) individu
Aktivitas Penangkapan Inovasi
(Capturing) Kolaboratif
Wawancara
Bercerita (Storytelling)
Laporan kantor setelah kembali dari
tugas
Observasi
Blog
Focus group
Evaluasi pasca-tindakan
Panduan tata cara
Wiki
Frequently Asked Questions (FAQs)
Ruang kerja berkolaborasi
(Collaborative workspaces)
Webinar
Forum
Komunitas para Praktisi (Community of
Practice (CoP))
Silakan bertanya (Ask-me-anything)
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 171
3. Deskriptor/Descriptors adalah istilah yang digunakan sebagai kata kunci untuk
mengambil dokumen dalam sistem informasi, misalnya katalog atau search engine.
Descriptor dapat berupa kata, frase atau bentuk alfanumerik. Descriptor kunci
dapat ditemukan pada akhir template dalam dokumen ini.
4. Perpustakaan Pengetahuan Digital/Digital Knowledge Library (lihat
Penyimpanan Pengetahuan/Knowledge repository).
5. Ahli/Expert adalah seseorang yang memiliki pengalaman panjang atau intens
dalam bidang tertentu. Riwayat akademis bukanlah keharusan. Ini sedikit berbeda
dari pandangan umum bahwa hanya seseorang yang memiliki tingkat pelatihan
atau latar belakang akademis tertentu yang bisa memiliki keahlian pada subyekt
tertentu. Idenya adalah bahwa setiap orang adalah ahli untuk suatu bidang,
semata-mata karena fakta bahwa mereka memiliki pengalaman berharga dalam
situasi tertentu yang mungkin relevan bagi orang lain yang menghadapi situasi
tertentu.
6. Pengetahuan berbasis pengalaman atau implisit/Experiential or Tacit
knowledge (kebalikan dari pengetahuan terkodifikasi atau eksplisit) adalah suatu
pengetahuan yang sulit ditransfer pada orang lain dengan ditulis atau diceritakan.
Contohnya, menyebutkan pada seseorang bahwa Jakarta ada di Indonesia adalah
sebuah pengetahuan eksplisit yang bisa dituliskan, dikirimkan, dan dimengerti oleh
penerimanya. Namun, kemampuan melintasi lalu-lintas Jakarta membutuhkan
berbagai pengetahuan yang tidak selalu eksplisit, walaupun bagi praktisi ahli, dan
sulit atau mustahil untuk ditransfer pada orang lain.
7. Pengetahuan eksplisit/Explicit knowledge adalah pengetahuan yang bisa
diartikulasikan, dikodifikasikan, dan disimpan dalam media tertentu. Informasi ini
dapat dengan mudah dikirimkan pada orang lain. Informasi yang ada di dalam
eksiklopedia atau buku teks adalah contoh bagus dari suatu pengetahuan eksplisit.
Bentuk pengetahuan eksplisit yang paling lazim adalah manual, dokumen,
prosedur, studi kasus, dan video how-to. Pengetahuan juga bisa berbentuk audio-
visual.
8. Formatting adalah mengubah sebuah content yang ditangkap menjadi format
standar yang mudah dibagi (sharable), mudah dicari (searchable), dan mudah
disajikan (presentable). Dua tugas fundamental yang merupakan bagian dari proses
formatting: (i) mengorganisasikan bahan dan berbagai komponen yang
merupakan bagian dari aset, dan (ii) menambah informasi kualifikasi agar aset
pengetahuan menjadi mudah dicari. Bagian pertama memastikan aset
pengetahuan tampil konsisten dan ramah-pengguna. Aset pengetahuan
mengikuti sebuah urutan logis atau alur cerita yang kohesif. Aset pengetahuan
juga harus menegaskan pesan kunci yang ingin disampaikan penulis. Bila aset
terdiri atas beberapa bagian, misalnya materi tertulis, rekaman video dan gambar,
semuanya harus dijalin dengan metode yang logis sehingga mudah diakses.
Bagian terakhir ini sangat penting agar aset bisa ditemukan oleh sesama rekan
kerja dan pengguna lainnya.
PROGRAM INOVASI DESA
172| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
9. Identifikasi adalah langkah pertama, dan mungkin paling penting, tapi juga paling
sulit dalam metodologi penangkapan pengetahuan. Dalam langkah ini kita
mengidentifikasi apa yang layak ditangkap, berdasarkan pada daftar kriteria (lihat
“1.1 Identifikasi Pengetahuan: Checklist” dalam dokumen ini). Tantangan terbesar
adalah memformulasikan berbagai pertanyaan yang berbeda yang merangkum
tantangan tertentu yang dihadapi satu kelompok pemangku kepentingan tertentu.
10. Sebuah aset pengetahuan (knowledge asset) adalah sebuah dokumen digital
unik atau koleksi media yang memuat pengetahuan yang terkait dengan
pertanyaan atau tantangan tertentu. Aset pengetahuan umumnya pendek,
memiliki target tertentu dan berorientasi pada pembelajar (learner oriented). Aset
pengetahuan menyajikan pembelajaran tertentu dari pengalaman operasional dan
memberikan dukungan bagi pengambilan-keputusan pada satu tantangan
tertentu. Aset pengetahuan menyajikan alur cerita yang konklusif dan informasi
tentang (i) konteks dan tantangan, (ii) tindakan yang diambil untuk menangani
tantangan, (iii) hasil yang dicapai melalui aksi tersebut, (iv) pembelajaran dari
pengalaman, dan (v) rekomendasi yang bisa dialihkan untuk replikasi
pembelajaran yang ada pada konteks lain. Aset pengetahuan ditangkap
menggunakan template yang terstandarisasi. Aset ini divalidasi dan diformat
sehingga memuat data kualifikasi sehingga bisa dengan mudah dicari dan
ditemukan dalam penyimpanan pengetahuan yang besar.
11. Pertukaran pengetahuan/Knowledge exchange memungkinkan pengetahuan
dibagi atau ditransfer antara berbagai orang dan organisasi. Seperti halnya
manajemen pengetahuan, pertukaran pengetahuan bertujuan untuk
mengorganisasikan, membuat, menangkap, dan mendistribusikan pengetahuan
dan memastikan ketersediaannya bagi pengguna di masa depan. Pertukaran
pengetahuan bisa dilakukan secara satu-arah di mana satu orang atau kelompok
berbagi dengan pihak lain yang ingin belajar. Namun demikian, lazimnya
pertukaran pengetahuan adalah proses saling berbagi dua-arah di mana kedua
belah pihak saling belajar. Pertukaran pengetahuan adalah sesuatu yang lebih dari
sekedar komunikasi seperti memorandum, email, atau rapat. Pertukaran
pengetahuan lebih kompleks lagi, karena pengetahuan dimiliki anggota
organisasi, perangkat, tugas, dan jejaring mereka dan banyak pengetahuan
organisasi berbentuk implisit atau sulit diartikulasikan. Satu bentuk pertukaran
pengetahuan adalah pertukaran pengetahuan Selatan-Selatan yang merupakan
pertukaran pengetahuan antara rekanan dan kolega di berbagai negara
berkembang dan emerging economies.
12. Manajemen pengetahuan/Knowledge management (KM) adalah proses
menangkap, mengembangkan, membagi, dan menggunakan pengetahuan
organisasi secara efektif. Istilah ini merujuk pada pendekatan multi-disiplin untuk
mencapai tujuan organisasi dengan memanfaatkan pengetahuan dengan sebaik-
baiknya. Upaya manajemen pengetahuan biasanya terfokus pada tujuan organisasi
seperti peningkatan kinerja, keuggulan kompetitif, inovasi, berbagi pembelajaran,
integrasi, dan peningkatan berkelanjutan dari organisasi. Upaya KM tumpang
tindih dengan pembelajaran berbasis lembaga (organizational learning) dan bisa
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 173
dibedakan dari fokus utamanya pada manajemen pengetahuan sebagai aset
strategis dan fokus pada mendorong upaya berbagi pengetahuan. KM merupakan
faktor yang memungkinkan bagi terjadinya organizational learning.
13. Penyimpanan pengetahuan/Knowledge repository adalah sistem penyimpanan
data yang dapat terdiri dari berbagai teknologi penyimpanan yang terhubung.
Sistem ini memungkinkan manajemen dan pemberian akses terpusat pada aset
pengetahuan dan mendukung manajemen sumberdaya untuk menambah,
menjaga, meng-update, mendaur ulang, dan menghentikan aset pengetahuan.
Penyimpanan pengetahuan juga sering disebut sebagai manajemen pengetahuan
atau platform sumberdaya pengetahuan.
14. Berbagi pengetahuan/Knowledge sharing (KS) adalah aktivitas di mana
pengetahuan (yaitu informasi, keterampilan, keahlian) dipertukarkan antara
berbagai orang, teman, keluarga, komunitas, atau organisasi.
15. Pengemasan/Packaging adalah mentransformasikan aset pengetahuan menjadi
pengetahuan dan produk pembelajaran seperti publikasi, presentasi, dokumen
riset, kursus pelatihan dsb. Packaging tidak menjadi bagian pelatihan ini, karena
akan menjadi subyek dalam pelatihan tersendiri.
16. Validasi adalah proses di mana pengetahuan dipastikan dapat diterima, benar,
dan/atau efektif. Pengetahuan berbasis pengalaman didasarkan pada ingatan
seseorang atas suatu kejadian yang telah terjadi dan pengalaman pribadi terkait
kejadian tersebut. Persepsi dari pengalaman pribadi, tentunya, adalah subyektif
dan dipengaruhi berbagai asumsi. Seorang pejabat pemerintah yang mengatur
penutupan jalan untuk peningkatan infrastruktur transportasi di Lagos akan
memiliki pandangan yang berbeda akan tantangannya dibandingkan dengan
seorang komuter yang harus menggunakan jalan tiap hari dan terlambat tiba di
kantor akibat penutupan jalan tersebut. Dalam menangkap pengetahuan berbasis
pengalaman, amat penting untuk memastikan bahwa semua sisi terdokumentasi.
Dengan memperoleh masukan dari berbagai peserta dari suatu pengalaman akan
membawa pada aset pengetahuan yang lebih netral dan komprehensif, karena
pandangan yang berbeda, bahkan bertentangan, akan disajikan. Sebelum
penyebaran atau pembagian pengalaman hasil tangkapan ini, ada baiknya
dilakukan validasi terlebih dahulu oleh satu atau lebih ahli untuk memastikan aset
yang ditangkap sudah lengkap, relevan, dan akurat. Validasi adalah juga bentuk
dari quality control yang substantif. Hanya aset pengetahuan yang berkualitas
tinggi yang bisa masuk dalam sistem manajemen pengetahuan sebuah organisasi.
17. Proses validasi: Validasi dapat terjadi dalam berbagai cara, dari proses kajian
formal yang paling ketat dengan satu atau lebih tahap persetujuan hingga
feedback informal dari seorang rekan. Bergantung pada budaya organisasi dan
kebijakan komunikasi dan manajemen pengetahuannya, sebuah proses validasi
yang layak harus dibuat sejak awal.
18. Metodologi validasi: Walaupun ada berbagai cara validasi, empat yang paling
lazing untuk aset pengetahuan adalah (i) menguji pada setting sungguhan, (ii)
mengadakan sebuah ruang untuk peninjauan (review space), (iii) memeriksa
PROGRAM INOVASI DESA
174| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
berdasarkan kriteria validasi, dan (iv) melakukan verifikasi pada ahli atau penulis
awal untuk memastikan bahwa aset pengetahuan sudah dijabarkan dengan tepat.
19. Kriteria validasi: Mungkin pertanyaan yang paling kritis dalam proses validasi
adalah tentang kriteria yang digunakan untuk memvalidasi isi. Organisasi perlu
hati-hati dalam menentukan dan mempertajam kriteria validasi dan bobot
kepentingan masing-masing kriteria. Beberapa kriteria umum yang digunakan
pada evaluasi obyek pengetahuan disajikan dalam daftar di bagian “3. Validasi”
dalam dokumen ini.
PROGRAM INOVASI DESA
176| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Informasi 4.3.1
Metode Menangkap Inovasi (Capturing) dalam
Program Inovasi Desa (PID)
A. Pendahuluan
Pengetahuan eksperiensial dan pembelajaran bisa ditangkap dengan berbagai metode.
Memilih metode akan bergantung pada kebijakan organisasi, ketersediaan anggaran
dan alat pendukung, selera individu, dan keterampilan penangkap pengetahuan. Dua
jenis kegiatan untuk menangkap pengalaman operasional dan pembelajaran: yang
dilakukan oleh individu dan yang dilakukan berkelompok. Kegiatan menangkap inovasi
(capturing) dapat dilakukan secara langsung, namun bisa juga dilakukan secara online.
Beberapa kegiatan menangkap inovasi (capturing), seperti ruang kerja bersama
dan wiki, menggabungkan penangkapan dengan berbagi pengetahuan, sehingga
pengetahuan didokumentasikan dan dibagikan pada waktu yang sama. Disamping itu,
kegiatan tersbeut menuntut kemampuan atau keterampilan khusus serta persiapan yang
cukup matang untuk memperoleh hasil yang baik.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menagkap inovasi (capturing)
diantaranya: (1) Wawancara; (2) Bercerita; (3) Observasi; (4) Blog; (5) Kajian
pascapelaksanaan; (6) FGD/Kelompok diskusi terfokus; (7) Wiki; (8) Ruang Kerja Bersama;
(8) Webinar; (9) Forum online; dan (10) Komunitas praktisi
B. Wawancara
Cara tercepat untuk mencari tahu pengetahuan seseorang adalah dengan bertanya
langsung kepadanya. Wawancara adalah metode yang paling sering digunakan untuk
menggali pengetahuan. Pewawancara mengajukan pertanyaan untuk menemukan fakta
dan opini yang terkait dengan pengalaman. Wawancara empat-mata yang terstruktur
dan terencana akan membantu memberikan informasi seputar observasi, pengetahuan
tentang latar belakang, sikap, dan kepercayaan seputar pengalaman tertentu. Untuk
mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya, pewawancara perlu melakukan persiapan total,
idealnya menyusun daftar pertanyaan secara cermat berdasarkan urutan tertentu,
terutama jika ada lebih dari satu orang yang akan diwawancarai secara berurutan
tentang kejadian yang sama. Daftar pertanyaan menjamin setiap peserta mendapatkan
pertanyaan yang sama dengan cara yang kurang lebih sama sehingga mengurangi bias.
Wawancara juga bisa dilakukan secara tertulis di kertas, dengan perekam suara,
atau dengan kamera video. Wawancara lazimnya dilakukan tatap muka, meskipun
wawancara melalui telepon atau konferensi video juga bisa dilakukan di era digital ini,
terutama bila narasumber dan pewawancara tidak bisa melakukan pertemuan atau
sebagai tindak lanjut atas wawancara yang telah dilakukan.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 177
1. Tahapan Wawancara
Wawancara terdiri atas empat tahap: pengaturan, persiapan, wawancara, dan
rekonstruksi.
(1) Pengaturan
Proses wawancara yang mulus mensyaratkan pengaturan logistik dan komunikasi yang
cukup canggih.
(1) Buat perjanjian dengan target yang akan diwawancara dan jelaskan tujuannya.
(2) Jika ada beberapa orang yang harus diwawancarai, wawancarai sang pelaku utama
terakhir kali.
(3) Susun jadwal wawancara dan pesan tempat yang tenang dengan gangguan
minimal.
(4) Kirim undangan dengan perincian wawancara (tempat, waktu, topik, durasi, dan
lain-lain).
(5) Telepon responden sehari sebelum wawancara untuk mengingatkan dan
mengkonfirmasi-kan janji.
(2) Persiapan
Cara memandu wawancara dan mengajukan pertanyaan berdampak besar bagi kualitas
informasi yang akan diperoleh. Berikut beberapa kiat yang dapat disiasati:
Awali persiapan sebaik-baiknya sebelum hari wawancara.
Tentukan hal yang Anda ingin dapatkan dari wawancara.
Tentukan target terwawancara Anda dan pertimbangkan matang-matang alasan
memilihnya.
Tentukan jenis wawancaranya (survei, mendalam, terpandu, atau percakapan).
Pelajari peristiwa, fakta, atau pengalaman sebisa mungkin sebelum wawancara.
Susun pengantar yang tepat untuk disampaikan ketika wawancara dimulai.
Susun daftar topik yang merinci topik sekaligus pertanyaan spesifik yang ingin
Anda ajukan sepanjang wawancara. Topik-topik ini bisa berkaitan dengan perilaku,
opini atau nilai, perasaan, pengetahuan, indera (semua yang dilihat, didengar,
diamati, dan lain-lain), latar belakang baku atau pertanyaan demografis.
Dalam menjaga spontanitas, pewawancara jangan membocorkan pertanyaan
kepada terwawancara sebelum wawancara dimulai.
Pastikan semua persoalan yang ingin digali informasinya telah tercakup.
Gunakan pertanyaan 5W-1H (apa, mengapa, siapa, kapan, di mana, dan
bagaimana) sebagai panduan ketika membuat daftar pertanyaan dan sepanjang
jalannya wawancara.
PROGRAM INOVASI DESA
178| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Uji pertanyaan wawancara untuk mengetahui terpenuhi/tidaknya tujuan yang telah
ditetapkan.
Akhiri desain wawancara dengan pertanyaan atau komentar pamungkas, tindak
lanjut, dan lain-lain.
Pilih teknologi penangkapan yang tepat (tulisan, lisan, audio, atau rekaman video).
Jika menggunakan peralatan rekam, setel, dan ujilah terlebih dahulu.
(3) Pelaksanaan Wawancara
Inti dari wawancara yang baik adalah membuat lawan bicara Anda merasa nyaman
terlebih dahulu, barulah kemudian mengajaknya terlibat aktif dan larut dalam
percakapan.
Sambut responden dengan hangat, perkenalkan diri Anda, dan awali percakapan
santai untuk membangun suasana yang enak. Buat responden merasa nyaman.
- Jelaskan langkah-langkah sepanjang proses wawancara:
- Surat sepakat (informed consent)
- Sesi wawancara
- Menjawab pertanyaan mereka
- Insentif atau imbalan atas sesi wawancara
- Penjelasan tentang cara Anda menggunakan hasil-hasil wawancara.
Idealnya, dapatkan surat sepakat secara lisan untuk saat ini dengan perekam yang
sudah dinyalakan, atau secara tertulis
Sampaikan panjang dan tingkat perincian jawaban yang diharapkan. Jika
menggunakan perekam, minta terwawancara untuk menyampaikan inti
jawabannya pada menit-menit awal, diikuti dengan penjabaran lebih lanjut
bilamana perlu.
Awali dengan membahas semua pertanyaan atau topik dan jangan ragu-ragu
untuk mengajukan pertanyaan susulan atau pertanyaan yang muncul atas jawaban
yang diberikan demi mendapat pencerahan lebih dalam seputar topik, kasus, atau
pengalaman.
Ajukan pertanyaan-pertanyaan pendek tetapi relevan. Beri waktu terwawancara
untuk berpikir dan menjawab. Biarkan terwawancara menjelaskan peristiwa yang
terjadi dengan kata-katanya sendiri.
Jadilah pendengar yang baik.
Jaga kontak mata dan amati bahasa tubuh. Amati dan catat perilaku responden
Anda berikut sisi kontekstual wawancara, dan tetap buat notula meskipun Anda
menggunakan peralatan audiovisual. Anda hanya perlu mencatat kata-kata atau
poin kunci dan menjabarkannya setelah wawancara usai.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 179
Campur pertanyaan "berat" dengan pertanyaan "ringan", dan campur juga
pertanyaan berdasarkan fakta dengan pertanyaan berdasarkan skenario.
Usahakan tetap netral.
Pikirkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan.
Gunakan struktur wawancara yang sudah Anda susun (5W-1H) dan ajukan
perincian pertanyaannya: seberapa lama, seberapa banyak, untuk apa, dengan
siapa, dan lain-lain.
Gali pelajaran-pelajaran pribadi yang diambil oleh terwawancara.
Beri kesempatan terwawancara untuk mengajukan pertanyaan.
Ucapkan terima kasih kepada responden Anda.
Catat semua materi tambahan yang perlu Anda himpun, dengan mempertimbang-
kan jawaban responden (gambar, foto, statistika, data, informasi dari pakar lain,
dan lain-lain).
Kembangkan catatan Anda segera setelah masing-masing wawancara (sebaiknya
dalam waktu 24 jam).
(4) Rekonstruksi
Setelah wawancara, tuangkan informasinya ke dalam format tertentu--mungkin berupa
dokumen atau presentasi yang menggambarkan pemahaman dari wawancara--yang
nantinya dapat Anda bagikan dan gunakan dalam proses memformat.
Segera setelah wawancara, baca ulang catatan Anda sepanjang wawancara dan
rangkum pikiran serta pertimbangan Anda, meskipun Anda juga menggunakan
perekam. Jika tidak, ingatan Anda akan hilang, bahkan selang satu hari sekalipun,
dan beberapa catatan penting bisa saja kehilangan maknanya.
Buat transkrip wawancara.
Buat laporan wawancara. Jika Anda melakukan beberapa wawancara (yang
memang dianjurkan), Anda dapat menggunakan laporan wawancara pertama ini
sebagai sarana pembanding dan pembeda hasil-hasil Anda.
Rangkum temuan dalam bentuk poin-poin kunci dan gunakan kutipan untuk
menggambarkan dan mendukung temuan Anda.
2. Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan terbesar wawancara terletak pada dalamnya rincian yang bisa diperoleh.
Terwawancara dapat menghadirkan gambaran peristiwa secara hidup sehingga
memberikan pandangan pertama peristiwanya kepada pewawancara. Pewawancara
dapat menyesuaikan pertanyaan dengan responden agar bisa memancing contoh atau
penjelasan yang lebih banyak lagi. Wawancara dapat membantu menangkap latar
belakang, akar permasalahan, dan aneka faktor yang mempengaruhi, di samping
PROGRAM INOVASI DESA
180| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
menjelaskan hal yang terjadi dalam peristiwa tertentu. Wawancara juga dapat
memberikan pemahaman tentang interpretasi, persepsi, pikiran, dan perasaan
responden, yang bisa saja terungkap lewat isyarat-isyarat sosial semisal intonasi dan
bahasa tubuh.
Kelemahan wawancara diantaranya pada saat merekrut orang dan membuat
perjanjian untuk wawancara bisa jadi terasa berat. Dibutuhkan tempat dan waktu yang
sesuai dan mungkin juga harus mengatur banyak jadwal. Pewawancara bisa saja lupa
mengajukan pertanyaan pokok, atau jawaban mungkin memicu pertanyaan-pertanyaan
baru nantinya. Namun sekali wawancaranya sudah selesai, tentunya sulit untuk
menindaklanjuti topik yang tertinggal. Kadang-kadang segunung informasi berhasil
dikumpulkan, yang ujung-ujungnya membuat pengolahan data sangat menyita waktu.
3. Situasi khusus: Wawancara akhir tugas
Ketika karyawan meninggalkan organisasi, manajer mengadakan wawancara ketika
karyawan keluar agar terbantu dalam menilai hal-hal yang membutuhkan peningkatan
atau perubahan, mengurangi hilangnya pengetahuan akibat kepergian karyawan, dan
membantu para karyawan baru agar mereka tidak harus "membuang-buang waktu
menciptakan sesuatu yang sudah ada."
Pertanyaan-pertanyaan khas dalam wawancara ketika karyawan keluar:
Apakah pelajaran terpenting yang Anda ambil dari pengalaman profesional dengan
klien? Dengan rekan kerja? Dengan pihak manajemen?
Apakah keberhasilan/kegagalan terbesar Anda dalam organisasi dan apa
alasannya?
Apakah satu-satunya rekomendasi terpenting yang akan Anda berikan kepada
pihak manajemen? Kepada rekan kerja? Kepada penerus Anda?
Sudikah Anda membuat anekdot yang memberikan pencerahan penting bagi
karyawan saat ini atau karyawan baru kami?
Jika Anda mampu membuat satu perubahan, seperti apakah bentuknya?
Apakah tindakan prioritas yang perlu segera diambil oleh penerus Anda dan apa
nasihat Anda terhadap tindakan-tindakan tersebut?
Apa saja aset atau pengaturan organisasi saat ini yang perlu dijaga?
Apa saja alat, referensi pengetahuan, dan hubungan terpenting bagi Anda dalam
menunaikan tugas? Apa saja yang masih luput atau belum ada?
C. Storytelling (Bercerita)
Bercerita merupakan salah satu metode penelitian dan cara yang efektif untuk berbagi
informasi dan membangun pemahaman. Dalam mencari solusi, storytelling dapat
menjadi alat untuk menciptakan suatu desain kerja sama sehingga membuka
kesempatan bagi para pelaku mencari solusi atas suatu masalah. Bercerita semakin
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 181
sering digunakan oleh organisasi untuk berbagi dan menginterpretasikan pengalaman
dalam konteks sosial. Dari perspektif pendengar, memahami dan mengingat
pengetahuan itu lebih mudah ketika tersaji dalam bentuk cerita, terutama bila
disampaikan oleh narasumbernya langsung. Selain itu, bercerita dapat melengkapi
pemikiran analitis--seorang narasumber mungkin tidak menyadari nilai pengalaman
dirinya sebelum dia menceritakannya. Mungkin pernah mendengar TED Talks atau
melihat video-videonya di YouTube? TED Talks umumnya menyajikan narasumber-
narasumber yang menceritakan kembali pengalamannya, dari nol hingga sukses, jatuh-
bangunnya. Cara mereka bercerita menggugah pendengar hingga bisa menjadi inspirasi
dan memotivasi. Beberapa proses yang digunakan dalam teknik bercerita sebagai
berikut:
1. Riset Naratif
(1) Domain: identifikasi isu/masalah yang berfokus pada isu personal atau sosial
(2) Demografi: identifikasi individu yang memiliki cerita yang dapat dikumpulkan
melalui wawancara, pendokumentasian, observasi, dll.
(3) Membangun cerita: berikut adalah langkah-langkah dalam membangun sebuah
cerita
Berbagi cerita pribadi seseorang;
Tambahkan cerita dari jurnal atau photo, dsb;
Ceritakan kembali dalam suatu forum dan sempurnakan berdasarkan input
dari pendengar;
Kemas kembali cerita berdasarkan langkah-langkah sebelumnya dan
informasi tambahan yang telah diperolah;
Simulasikan sebuah cerita dalam kelompok sehingga peserta dapat melihat
sendiri cerita yang telah dibuatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan
memasangkan peserta yang membuat sebuah cerita dari gabungan
keduanya, lalu digabungkan dengan pasangan lainnya hingga menghasilkan
sebuah cerita kelompok.
(4) Pencatatan: menceritakan kembali kisah-kisah ke dalam urutan kronologis,
termasuk komponen konteks dan penekanan pada tema-tema khusus (contoh:
TED Talks);
(5) Analisis: tematik/analisa konten (menyortir konten ke dalam pola/kategori); analisa
diskors (review terhadap bahasa yang digunakan); analisa struktural (analisa
terhadap struktur cerita untuk menelusuri pengalaman). Dalam proses analisa,
selalu cek kembali kepada narasumber untuk memastikan bahwa interpretasi cerita
tetap akurat.
PROGRAM INOVASI DESA
182| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
2. Desain Storytelling
Ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam mengembangkan cerita sehingga
menghasilkan kisah yang bagus dan bagaimana seorang desainer/periset dapat
membantu prosesnya. Berikut beberapa elemen cerita yang dapat digunakan:
Tokoh-tokoh yang dijelaskan sehingga pembaca/pendengar berempati kepada-
nya;
Seting yang kaya dan sarat konteks;
Memiliki tujuan tentang apa yang ingin dihasilkan dan mengapa;
Ada sebab-akibat; dan
Ada hambatan, masalah yang dihadapi untuk mencapai tujuan.
3. Teknik bercerita
Jika Anda sedang bercerita, ingatlah saran-saran berikut untuk melahirkan pengetahuan
yang bernilai:
Tentukan pesan inti dari cerita Anda.
Bangun suasana yang kondusif untuk bercerita.
Bangun ceritanya berdasarkan pengalaman Anda sendiri: gunakan kata-kata kunci
bilamana perlu untuk memandu cerita dan menjaganya agar tetap terarah.
Awali dengan memberikan konteks yang diperlukan, dan akhiri dengan pelajaran
yang bisa diambil dan saran, jika ada.
Amati pendengar saat bercerita.
4. Kiat mendengar cerita
Tunjukkan minat dan rasa ingin tahu Anda.
Simak dengan cermat--bersikaplah menerima/berempati, penuh pengertian, dan
tanggap.
Biarkan ceritanya menghanyutkan Anda--jangan menyela dan tahan pertanyaan
hingga usai.
D. Observasi
Semua mungkin mengenal nama Sherlock Holmes, pernah membaca bukunya atau
menonton filmnya. Bagi yang pernah membaca seri bukunya, tentu sangat mengagumi
keahlian Sherlock Holmes dalam mengamati jejak-jejak atau petunjuk yang akhirnya
membantu menyelesaikan kasus pembunuhan. Tentunya kita tidak akan mengamati
sebuah kasus pembunuhan, tetapi hal yang akan kita bahas adalah bagaimana kita dapat
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 183
melakukan observasi secara rinci terhadap kegiatan di desa seperti Sherlock Holmes
mengamati petunjuk suatu kasus.
Banyak pengetahuan dapat diperoleh murni dengan mengamati seorang
pakar/narasumber yang sedang mengerjakan tugasnya karena observasi memberikan
penjelasan umum tentang kepakaran atau pengalaman khusus mereka yang dapat kita
lihat langsung. Observasi dapat menumbuhkan pemahaman dasar tentang
pengetahuan yang sedang terjadi sekaligus hambatan atau persoalan lainnya.
Idealnya observasi berlangsung di lingkungan kerja sang pakar/narasumber, atau
di desa tempat sang narasumber tinggal dan bekerja bila dalam konteks PID, sehingga
pengamat dapat melihat kegiatan yang sebenarnya secara langsung. Namun tidak
semua pengalaman yang relevan, seperti kecelakaan atau peristiwa tak terduga, apalagi
yang telah terjadi, dapat diamati. Metodologi observasi bervariasi tergantung pada
subyek observasi, peran yang dilakukan oleh pengamat (partisipatif atau pasif), dan
metode perekaman (tulisan, foto, audio, video). Dalam observasi, biasanya tidak ada
percakapan dengan narasumber yang sedang diamati. Di bawah ini dijelasakan tujuh
fenomena kegiatan yang dapat diobservasi:
Fenomena Contoh
Perilaku atau kegiatan
manusia
- Pola gerakan pekerja di sebuah pabrik
- Pengamat melakukan observasi terhadap kegiatan
role-play atau wawancara dalam FGD dari balik
kaca; pengamat melihat interaksi antara para
pelaku dan mendengarkan percakapan yang terjadi
- Kegiatan fisik (pola kerja, menonton TV)
Perilaku lisan Pernyataan yang dibuat oleh pelancong yang hendak
mengantri masuk pesawat; sikap dalam sebuah
percakapan di salah satu ruang kantor
Perilaku ekspresif Ekspresi wajah, nada bicara, dan bentuk bahasa tubuh
lainnya; sikap bicara yang berekspresi seperti nada
bicara atau raut wajah
Hubungan tata ruang /
spasial
Jarak tempuh kantor manajer ke kantor direktur;
hubungan dan lokasi ruang; jarak fisik antara rekan kerja
atau pola lalu lintas
Pola temporal Berapa lama pekerja melakukan tugasnya; waktu yang
digunakan untuk berbelanja atau menyelesaikan tugas
Obyek-obyek fisik Berapa banyak kerja didaur ulang oleh staf kantor;
inventarisasi barang
Catatan lisan dan gambar Berapa banyak ilustrasi muncul di buku pelatihan; isi
catatan
Kelebihan dan kelemahan observasi sebagai berikut:
PROGRAM INOVASI DESA
184| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Kelebihan observasi: Observasi tanpa menyela atau nonpartisipatoris tidak banyak
mengganggu praktik pakar/narasumber dan dapat memberikan pemahaman
tentang fakta, aturan, dan strategi yang ditempuh oleh pakar/narasumber,
termasuk yang tidak disadari olehnya.
Kelemahan observasi: Sering kali sulit untuk tetap netral dan objektif saat
menganalisis observasi. Selain itu, interpretasi bisa jadi menyita waktu lantaran
jumlah data yang terkumpul. Fenomena kognitif seperti sikap, motivasi, harapan,
niat, dan preferensi, tidak dapat diobservasi. Selain itu, observasi terbatas pada
waktu yang singkat. Observasi yang dilakukan dalam beberapa hari atau minggu
akan memakan biaya yang besar dan sulit dilakukan.
E. Blog
Blog adalah situs web yang dibuat oleh perorangan atau kelompok dan dapat diakses
publik maupun anggota komunitas tertutup. Blog terdiri atas kontribusi teks ("kiriman
blog") oleh orang atau kelompok yang membuat situs tersebut; blog berfungsi layaknya
buku harian, yang memungkinkan pemilik blog menuliskan pengalamannya secara
informal, sekaligus berfungsi sebagai saluran komunikasi langsung (tanpa suntingan)
dengan khalayak.
Kelebihan metode Blog dalam menangkap inovasi (capturing) diantaranya:
(1) Pembuatan dan penggunaan blog cukup mudah, bahkan bagi orang-orang yang
tidak terlalu paham teknologi digital sekalipun.
(2) Blog biasanya tidak menelan biaya sepeser pun.
(3) Publikasi kiriman blog biasanya bersifat kilat karena blog tidak memiliki penerbit
atau pengurus konten (meskipun pembuat blog dapat memantau komentar
pembaca untuk menilai kepantasannya atau sekalian melarangnya).
(4) Blog memuat teks, gambar, video, dan tautan ke halaman web atau blog lain.
(5) Blog mudah diperbarui.
(6) Blog mudah diakses, asalkan ada koneksi internet.
(7) Blog mendorong bercerita sebagai sarana bagi transfer pengetahuan.
(8) Pembaca dapat memberikan masukan, dengan begitu bisa berinteraksi dengan
pemilik blog.
Sedangkan kelemahan metode Blog dalam menangkap inovasi (capturing) diantaranya:
(1) Blog bisa bias atau mengandung ketidakakuratan.
(2) Menulis blog bisa jadi memakan banyak waktu.
(3) Pengunjung bisa saja memberikan komentar yang tidak pantas.
(4) Pemilik blog tidak mempromosikan keberadaan blognya secara luas, sehingga
membuat pembaca blog tidak sebesar atau seberagam yang seharusnya.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 185
F. Kajian Pascapelaksanaan
Kajian pascapelaksanaan (after-action review/AAR) dilakukan oleh moderator dengan
sebuah tim segera setelah ia mengalami pekerjaan atau peristiwa. Target akhirnya
adalah memberi kesempatan anggota tim untuk bercermin dari tindakan yang diambil
agar mereka bisa melakukannya dengan lebih baik kemudian hari.
AAR idealnya dilakukan tidak lama setelah kejadian. Pada momen tersebut,
ingatan masih segar dan autentik (artinya, belum tersaring oleh interpretasi atau
penilaian susulan) dan orang-orang yang ikut terlibat dalam pengalaman tersebut masih
ada. AAR lazimnya dilakukan secara tatap-muka, namun juga dapat dilakukan secara
virtual.
Seorang moderator memimpin tinjauan, dengan mengajukan pertanyaan semisal:
Apa saja yang direncanakan? Apa yang seharusnya terjadi?
Apakah kejadian sebenarnya berbeda dari yang direncanakan? Di sini yang
dikehendaki adalah fakta, bukan penilaian.
Mengapa terjadi perbedaan?
Apakah hal-hal yang berjalan baik dan alasannya?
Apa yang dapat diperbaiki dan bagaimana? Apa yang bisa dilakukan secara
berbeda pada masa datang?
Keunikan AAR berupa kesempatan yang ada untuk memperoleh pengetahuan
kualitatif tepercaya pada saat masih segar-segarnya. Kunci kesuksesan AAR terletak
pada penyelenggaraan diskusi terbuka yang membuat semua orang paham bahwa
target akhir AAR adalah untuk mempelajari dan memecahkan masalah, bukan
menyalahkan. Oleh karena itu, AAR dilakukan tanpa satu pun penonton. Para peserta
harus merasa bebas berinteraksi dan mengekspresikan diri tanpa memandang jenjang
formal.
Orang sering mencatat diskusi AAR ke dalam flip chart sepanjang tinjauan, baru
kemudian mengolah catatan menjadi objek pembelajaran dan pencerahan bagi orang
lain di dalam organisasi atau tempat lain.
G. Focused Group Discussion (FGD)/Kelompok Diskusi Terfokus
FGD bisa menjadi metode efektif untuk merekam dan mengevaluasi pengalaman serta
persepsi dari target-target narasumber/pakar. Dalam FGD, ada seorang moderator yang
berpengalaman yang dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing
tanggapan dari peserta. FGD terdiri atas pakar dan pemangku kepentingan lain yang
sudah atau siap terlibat dalam pengalaman tertentu; diskusi kelompok mereka bisa
melahirkan banyak informasi dan pemahaman. Pengaturan kelompok memungkinkan
para peserta untuk menanggapi sekaligus saling membangun saran atau komentar
masing-masing. FGD juga bisa digunakan untuk peristiwa yang sudah lalu dan dirasa
perlu diadakan sesegera mungkin agar dapat memperoleh masukan untuk membantu
para praktisi menyusun prosedur dan rencana baru untuk keberlanjutannya. FGD
PROGRAM INOVASI DESA
186| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
biasanya diadakan secara tatap muka, namun kadang-kadang perlu dilakukan juga
melalui telepon atau konferensi video.
FGD biasanya digunakan ketika suatu permasalahan memerlukan pemahaman
yang lebih dalam dibanding survei biasa. Dalam melakukan capturing terhadap inovasi
desa, FGD dapat digunakan untuk mengkonfirmasi informasi yang telah dikumpulkan.
FGD memberikan nilai tambah terhadap pengetahuan yang telah diperoleh, atau
terhadap pertanyaan “apa” dan “bagaimana” dari suatu pengetahuan. Sebuah survei
dapat memberikan informasi bahwa mayoritas masyarakat menyukai kegiatan A. Tetapi
sebuah FGD dapat memberikan tambahan informasi tentang mengapa masyarakat
tersebut menyukai kegiatan A atau bahkan ternyata menyukai kegiatan lain.
1. Persiapan
Tingkat persiapan Anda akan banyak menentukan nilai dari hasil-hasil FGD. Jika Anda
telah menyusun rencana pelaksanaan FGD tersebut dengan anggota tim yang telah
Anda tentukan, termasuk untuk tindak lanjutnya, Kesuksesan FGD ditentukan oleh
tujuan yang jelas, melibatkan peserta yang dipilih secara cermat, dan mengikuti sederet
pertanyaan dan topik yang sudah disiapkan. FGD idealnya didukung oleh satu atau dua
moderator dan seorang pengamat yang bertugas membuat catatan atau merekam
jalannya diskusi serta hasilnya. Jika dikehendaki dan tersedia, gunakan peralatan audio
atau video untuk merekam diskusi FGD. Untuk memperoleh manfaat maksimal dari FGD,
pertimbangkan masing-masing aspek berikut secara cermat.
(1) Tujuan. Tentukan hal-hal yang ingin dicatat.
(2) Partisipasi.
Tetapkan besarnya kelompok (idealnya 10 peserta) dan undang peserta (1-2
minggu sebelum sesi kelompok terfokus).
Tetapkan komposisi FGD Anda (beragam/seragam).
Jumlah undangan dapat dilebihi untuk mengantisipasi pembatalan kehadiran.
Pertimbangkan keseimbangan kehadiran antara pria dan wanita, peserta
dengan variasi usia yang jauh, maupun hirarki jabatan.
(3) Penetapan waktu dan tempat.
Susun jadwal untuk FGD dan pesan tempat.
Telepon masing-masing peserta sehari sebelum FGD sebagai pengingat dan
konfirmasi.
Durasi FGD idealnya antara 60 – 90 menit untuk mendapatkan hasil diskusi
yang optimal.
(4) Topik
Susun daftar topik yang ingin dibahas sepanjang FGD.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 187
Untuk sesi 1,5 jam, rencanakan untuk mengajukan 5 atau 6 (atau tidak lebih
dari 10) pertanyaan yang jawabannya bisa memberikan pemahaman tentang
tujuan yang hendak Anda raih.
Buat daftar pertanyaan dengan singkat agar mudah dimengerti karena
pertanyaan tidak untuk dibagikan kepada peserta.
Pastikan topik dan pertanyaan harus dijawab dengan penjelasan, tidak hanya
dengan jawaban “Ya” atau “Tidak.” Gunakan kata tanya “Mengapa” dan
“Bagaimana” untuk menjaring jawaban yang lebih lengkap dari peserta.
Contoh pertanyaan:
Seberapa kenal Anda dengan program ini?
Seberapa sering Anda terlibat dalam program ini?
Apa yang Anda sukai dari program ini?
Apa yang paling Anda sukai dan tidak sukai dari kegiatan A? Kegiatan B?
Apa yang memengaruhi Anda untuk hadir atau tidak hadir dalam suatu
kegiatan?
Apakah ada hal lain yang ingin Anda sampaikan tentang program ini?
(5) Fasilitasi. Rekrut dua moderator, salah satunya bertugas membuat notulensi.
Sebagai pilihan, rekrut seorang pengamat atau staf dari tim Anda untuk membuat
notulensi agar kedua moderator lebih terfokus pada interaksi dari FGD. Pastikan
bahwa moderator dapat bersikap netral, mampu menjaring informasi dari peserta
yang sulit berbicara atau malu, sanggup menangani peserta yang dominan, dapat
merangkum pernyataan peserta yang kurang jelas atau panjang, dan bisa bersikap
spontan bila diperlukan.
(6) Teknologi. Jika menggunakan perekam, setel dan ujilah terlebih dahulu sebelum
FGD dimulai serta persiapkan dukungan teknis untuk mengantisipasi kesalahan
fungsi.
(7) Logistik. Atur perabotan di ruangan, termasuk flip chart atau papan tulis; pasang
papan nama; siapkan makanan ringan.
2. Pelaksanaan FGD
FGD Anda harus terjaga penggunaan waktunya agar mengikuti jadwal yang sudah
ditetapkan berikut alokasi waktu untuk memperkenalkan topik, peserta, dan metodologi.
Moderator dan (jika ada) notulen saling bekerja sama untuk memastikan pembahasan
semua pertanyaan, agar diskusi tetap terfokus pada topik, semua peserta bisa turut
serta, dan jadwal diikuti dengan baik. Target akhir FGD adalah untuk mengumpulkan
informasi yang bermanfaat, sehingga penting sekali agar peserta merasa opininya
dihargai. Berikut ini langkah-langkah kunci bagi moderator:
(1) Jika menggunakan perekam, awali perekaman persis pada saat peserta tiba.
PROGRAM INOVASI DESA
188| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
(2) Seperti diuraikan sebelumnya untuk sesi wawancara, sambutlah peserta dengan
baik, perkenalkan diri Anda berikut moderator dan pengamat/notulen jika sudah
hadir. Awali dengan komentar-komentar santai untuk menciptakan suasana yang
kondusif dan buat peserta merasa senyaman mungkin.
(3) Moderator memberikan penjelasan umum tentang topik, pemanfaatan hasil-hasil
dari FGD, dan menggarisbawahi tidak diperkenankan adanya pencantuman nama
dalam laporan akhir meskipun FGD tersebut direkam.
(4) Pastikan semua peserta telah menandatangani formulir surat kesepakatan
(informed consent).
(5) Moderator menjelaskan aturan-aturan dasar sesi, seperti suarakan opini, jangan
saling menyela, matikan ponsel, dan sebagainya.
(6) Moderator meminta semua peserta untuk memperkenalkan diri lalu mulai
mengajukan pertanyaan terkait tujuan FGD.
(7) Berikan waktu secukupnya kepada masing-masing peserta untuk memberi
tanggapan sebelum membuka diskusi kelompok tentang satu pertanyaan atau
topik. Penting sekali bagi moderator untuk menyimak beragam sudut pandang
peserta.
(8) Satu staf yang ditunjuk membuat catatan, mencermati waktu, dan memeriksa
bilamana semua topik sudah terbahas.
(9) Jika sebuah topik atau persoalan memicu diskusi tak terduga, kiranya tidak
masalah membiarkan peserta memberikan tanggapan sepanjang topiknya
berkaitan erat dengan tujuan akhir FGD.
(10) Pada akhir acara, moderator merangkum poin-poin utama yang dilontarkan oleh
peserta, meminta konfirmasi bahwa rangkumannya akurat, dan mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak atas keterlibatan mereka.
(11) Moderator memberikan insentif dan/atau imbalan.
(12) Setelah peserta meninggalkan tempat, moderator dan notulen perlu langsung
meluangkan waktu untuk membahas dan mendalami poin-poin yang telah
dibahas dalam FGD agar masih segar dalam ingatan.
3. Analisis
Sebagaimana kebanyakan metode penangkapan pengetahuan lainnya, kumpulkan dan
tinjau semua materi yang dibuat oleh FGD sesegera mungkin, idealnya pada hari yang
sama. Target akhirnya adalah untuk melahirkan sebuah analisis FGD yang bisa dibagikan
dengan para rekan kerja yang tidak ikut hadir. Pemahaman yang diperoleh dari analisis
ini harus jelas dan didukung oleh rekaman atau catatan yang dibuat sepanjang acara.
Berikut ini beberapa langkah yang perlu diambil:
(1) Jika acaranya direkam secara elektronis, tinjau rekaman dan catatan Anda.
Transkrip utuh rekaman bisa memberikan rujukan bagi tinjauan berikutnya.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 189
(2) Dalam laporan, bandingkan dan bedakan hasilnya berdasarkan kategori FGD
individu jika kategorinya merupakan bagian dari satu rangkaian. Secara khusus
FGD akan sangat membantu jika pelaksanaannya lebih dari satu. Kemampuan
untuk membandingkan dan membedakan hasil bisa berfungsi sebagai konfirmasi
atas pemahaman yang sepintas lalu tampak keliru. Namun demikian, hal ini
bergantung pula pada anggaran dan waktu yang tersedia.
(3) Gunakan kutipan dari rekaman FGD untuk menjelaskan temuan-temuan Anda.
H. Wiki
Wiki adalah halaman web internal atau eksternal yang memungkinkan orang bekerja
bersama-sama pada dokumen atau kumpulan dokumen yang sama melalui peramban
web. Wiki bisa menjadi sarana yang efektif untuk menangkap pengetahuan secara
bersama-sama dengan orang lain. Peserta dapat menyunting teks, menambahkan
gambar dan media, serta membuat tautan antarlaman. Aksesibilitas wiki bisa dibatasi.
Kelebihan metode Wiki dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Sebagian besar orang dapat membuat dan menyunting konten wiki dengan
bimbingan ala kadarnya.
(2) Publikasi di wiki lazimnya bersifat kilat karena wiki tidak memiliki penerbit atau
pengurus konten.
(3) Akses ke dokumen rahasia bisa dibatasi meskipun tetap mengizinkan kelompok
terdaftar untuk membuat dan menyuntingnya.
(4) Pengguna dapat mengerjakan dokumen yang sama tanpa memandang lokasinya.
(5) Perangkat lunak wiki memungkinkan kembali ke penulisan ulang artikel
sebelumnya.
(6) Sebagian wiki menyediakan artikel wiki versi cetak.
(7) Banyak aplikasi wiki hadir sebagai perangkat lunak gratis sumber-terbuka (open-
source).
Sedangkan kelemahan metode Wiki dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Wiki perlu dikelola agar dapat menjaga kualitas konten sesuai keinginan.
(2) Wiki juga perlu dikelola agar bisa menjaga keteraturan isinya, terutama ketika situs
wiki menjadi sangat besar.
I. Ruang Kerja Bersama
Ruang Kerja Bersama, juga disebut ruang kerja atau perangkat kelompok, merujuk pada
perangkat lunak berbasis-web yang memungkinkan kerja sama kelompok secara lebih
terperinci atau terstruktur daripada wiki. Pengguna dapat mengobrol, menulis pesan,
memberikan catatan, dan mengirim gambar, serta video. Sebagian ruang kerja bersama
berpusat pada dokumen, artinya para pengguna mengunggah dokumen mereka
PROGRAM INOVASI DESA
190| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
masing-masing yang lantas dapat dikomentari, diberi catatan, atau didiskusikan secara
online oleh pengguna lain.
Kelebihan metode Ruang Kerja Bersama dalam menangkap inovasi (capturing),
diantaranya:
(1) Kini sudah banyak hadir ruang kerja bersama yang berbeda, dengan fungsionalitas
yang sangat bervariasi.
(2) Sebagian besar ruang kerja bersama dapat dikonfigurasi sesuai dengan
fungsionalitas yang dikehendaki pengguna, dan fungsi-fungsi baru bisa
ditambahkan bilamana perlu.
(3) Interaksi antarorang dengan jenis dan tingkat pengetahuan yang berbeda-beda
bisa sangat bermanfaat bagi organisasi; ruang kerja bersama dapat menjadi
wahana bagi transfer pengetahuan secara sistematis.
(4) Ruang kerja bersama memungkinkan penyimpanan jangka panjang objek-objek
pengetahuan dalam bentuk dokumen, diskusi, dan catatan yang langsung datang
dari peserta.
Sedangkan kelemahan metode Ruang Kerja Bersama dalam menangkap inovasi
(capturing), diantaranya:
(1) Ruang kerja bersama tidak terlalu ramah pengguna.
(2) Ruang kerja bersama sering kali mensyaratkan pengenalan diri agak dalam dan
tingkat literasi digital dasar.
(3) Peserta dengan kemampuan komunikasi atau kecakapan bahasa asing yang
rendah sering kali merasa tersisih dan bisa memilih keluar.
(4) Ruang kerja bersama mensyaratkan moderasi aktif, yang bisa menghalangi
sebagian peserta.
J. Webinar
Perangkat konferensi berbasis-web memungkinkan banyak peserta untuk berbagi
kombinasi sajian video, audio, dan teks secara bersamaan tanpa memandang lokasi
mereka (sepanjang ada koneksi internet). Webinar luas digunakan untuk pertemuan,
diskusi, presentasi, perkuliahan, dan acara pelatihan.
Kelebihan metode Webinar dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Peralatan konferensi sering berdasarkan prinsip "tampil-dan-bicaralah". Peralatan
konferensi tidak banyak menuntut kapasitas atau upaya dari peserta, yang
membuatnya mudah sekali diakses.
(2) Peralatan konferensi cocok dengan gaya belajar yang berbeda-beda (aural, visual,
teksual).
(3) Peralatan konferensi memudahkan kerja sama waktu nyata lintas jarak jauh.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 191
(4) Peralatan konferensi bisa menjadi pengganti bagi pertemuan tatap muka,
sehingga menghemat biaya.
(5) Peralatan konferensi menjadikan pertukaran pikiran berlangsung lebih akrab
daripada konferensi fisik.
Sedangkan kelemahan metode Webinar dalam menangkap inovasi (capturing)
diantaranya:
(1) Sebagian besar layanan konferensi web mahal biayanya. Layanan gratis biasanya
terbatas dari segi fungsionalitas atau kapasitasnya.
(2) Layanan gratis mensyaratkan koneksi internet yang baik dan perangkat keras
khusus.
(3) Kualitasnya sangat bervariasi bergantung pada koneksi internetnya. Gangguan
bisa muncul tanpa diduga.
K. Forum Online
Forum online memungkinkan komunitas terlibat aktif dalam diskusi. Dimana setiap
orang dapat berinteraksi dan berbagi infomasi melalui perangkat internet dan media
online untuk mendiskusikan suatu topik atau isu-isu yang menarik bagi anggota forum.
Kelebihan metode Forum Online dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Forum online membolehkan tingkat fleksibilitas yang tinggi. Forum online dapat
diakses sewaktu-waktu dan dari mana pun sepanjang ada koneksi internet.
(2) Forum online memungkinkan pengguna mengekspresikan diri secara bebas
dalam diskusi tersasar. Forum online mendorong kesetaraan antarpengguna
karena setiap pesan berbobot sama.
(3) Forum online mendorong penyampaian pandangan dan opini yang berbeda-beda
terhadap topik yang sudah ditetapkan lebih dulu.
(4) Forum online bisa menampilkan diskusi berkualitas tinggi karena pengguna
memiliki waktu untuk merenung dan meneliti topik/komentar yang tengah
dibahas.
(5) Forum online bisa mengarah kepada pembentukan komunitas online yang berusia
lama di seputar topik-topik yang menjadi minat peserta.
Sedangkan kelemahan metode Forum Online dalam menangkap inovasi
(capturing), diantaranya:
(1) Forum publik dan tanpa moderasi itu rawan penyalahgunaan.
(2) Forum online sangat bergantung teks sehingga tidak terlalu cocok untuk audio
dan video.
(3) Para penutur bahasa bahasa asing bisa merasa kurang nyaman untuk ikut serta
dalam diskusi.
PROGRAM INOVASI DESA
192| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
(4) Forum online sering sangat bergantung pada moderator atau kontributor tertentu.
Moderator atau narasumber mungkin harus bekerja keras untuk menjaga
keterlibatan aktif peserta dalam diskusi.
L. Komunitas Praktis
Komunitas praktisi (CoP) mengelola praktisi atau pakar di wilayah tertentu. Komunitas
praktisi memberikan kesempatan untuk mendokumentasikan pengetahuan lewat proses
bertukar pengalaman antarorang yang sama-sama memiliki minat serupa. Peserta
terlibat aktif satu sama lain di dalam proses pembelajaran kolektif teman sebaya. Untuk
mendukung pembuatan dan berbagi pengetahuan, komunitas praktisi idealnya disusun
berdasarkan target akhir belajar. Komunitas praktisi sering memfasilitasi beragam
interaksi berbagi pengetahuan, seperti obrolan, forum, diskusi, dan konferensi.
Interaksinya bisa dilakukan online atau tatap muka.
Kelebihan metode Komunitas Praktis (CoP) dalam menangkap inovasi (capturing),
diantaranya:
(1) Komunitas praktisi menyediakan ruang berkumpul berdasarkan kesamaan minat
atau kepakaran.
(2) Komunitas praktisi online memungkinkan anggota untuk membaca, mengajukan,
dan menerima nasihat serta masukan dari komunitas berdasarkan pertanyaan yang
dikirimkan.
(3) Tergantung tingkat partisipasinya, dari yang menerima bulat-bulat hingga sangat
interaktif, para peserta bisa memperoleh pengetahuan dan kecakapan dari
anggota komunitas yang lebih berpengalaman.
(4) Komunitas praktisi bermanfaat bagi pemula, yang antusias untuk belajar dari rekan
kerja berpengalaman, namun belajar dengan rekan sebaya antarspesialis juga bisa
terjadi.
(5) Komunitas praktisi memungkinkan keterlibatan peserta sesuai dengan waktu dan
tempat yang lebih disukai.
(6) Komunitas praktisi menjaga sumber daya, ide, dan diskusi sehingga bisa
melahirkan arsip kepakaran di bidang teknik tertentu.
(7) Pengetahuan kelompok membantu menopang para praktisi profesional secara
perorangan, yang sering melahirkan rasa sekomunitas.
Sedangkan kelemahan metode Komunitas Praktis (CoP) dalam menangkap inovasi
(capturing), diantaranya:
(1) Jika komunitas dibangun secara online, aspek teknologi bisa menjadi kendala bagi
peserta yang kurang melek digital.
(2) Perlu upaya gigih untuk membangun rasa sekomunitas yang efektif bagi
komunitas praktisi online. Kurangnya isyarat visual dan emosional, misalnya
bahasa tubuh, bisa menyulitkan upaya mendorong interaksi yang penuh makna.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 193
(3) Pengguna bisa merasa tersisih atau tersingkir jika tanpa membangun komunitas
atau moderasi yang proaktif.
(4) Peserta bisa merasa kewalahan jika tidak melebur secara hati-hati ke dalam
komunitas, atau tetap pasif akibat kurangnya stimulasi.
(5) Komunitas praktisi bisa saja mensyaratkan moderasi intensif agar bisa saling
menghubungkan antara pencari pengetahuan dengan kontributor.
(6) Komunitas praktisi bisa berkembang terlalu cepat atau berubah haluan sedemikian
rupa sehingga tidak bisa diikuti oleh anggota, yang menimbulkan penurunan
tajam aktivitas.
Daftar Pustaka
1. https://faculty1.coloradocollege.edu/~afenn/web/EC303_8_04/FALL07/READINGS
/Observation.pdf
2. https://blog.socialcops.com/academy/resources/conduct-successful-focus-
group-discussion/
3. https://www.chsalliance.org/files/files/Resources/Tools-and-guidance/Belfrage-
and-Wigley_Guidelines-for-Focus-Group-Discussions.pdf
PROGRAM INOVASI DESA
194| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Informasi 4.3.2
Tips Membuat Video untuk Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
Dalam menangkap pengetahuan dan inovasi desa tidak hanya dengan menuliskan
informasi dari para pakar dan pemangku kepentingan ke atas kertas. Namun,
penambahan materi audiovisual bisa memperkaya catatan tertulis dan membuatnya
lebih mudah diingat. Teknik membuat video pada dasarnya perlu ahli khusus untuk
menjelaskan. Namun bahan bacaan ini bisa digunakan sebagai petunjuk sederhana yang
merangkum pelajaran teknis yang diperoleh di kelas bersama ahli. Meski demikian, hal
ini tidak berarti bahwa kita harus menguasai peralatan audiovisual yang sangat rumit.
Kamera video digital kecil merekam liputan dengan hasil yang menakjubkan (usahakan
untuk menggunakan kamera digital yang menggunakan chip berharga murah demi
lebih banyak kenyamanan dalam penggunaanya). Sebagian besar ponsel cerdas bahkan
sudah memiliki kamera canggih yang bisa merekam video wawancara atau peristiwa
penting. Jika mampu menggunakan kamera ponsel dengan benar, Anda akan takjub
dengan kualitas gambarnya yang bagus. Anda hanya perlu memberi perhatian khusus
pada kualitas suara jika menggunakan kamera video kecil atau ponsel cerdas. Apa pun
peralatan yang Anda gunakan, ikuti saran berikut untuk mendapatkan hasil audiovisual
yang optimal.
A. Suara
Pilih tempat yang tenang untuk merekam
Suara yang bagus biasanya lebih penting ketimbang video yang bagus, apalagi saat
Anda mewawancarai orang, atau merekam diskusi dan presentasi. Pilih tempat untuk
merekam dengan cermat: Pastikan tempatnya benar-benar tenang sehingga Anda tidak
akan terganggu. Sebisa mungkin hindari suara latar belakang: tutup jendela dan pintu,
kalau perlu matikan pengatur suhu ruangan yang bising .
Gunakan mikrofon eksternal
Mikrofon bawaan pada ponsel cerdas dan kamera video yang murah cenderung
menangkap banyak suara bising latar belakang. Untuk mendapat kualitas suara yang
lebih baik, pasang mikrofon eksternal di alat perekam Anda, dan letakkan dekat dengan
terwawancara.
Headset kecil (earbuds) bisa berfungsi sebagai mikrofon eksternal jika Anda merekam
satu orang: colokkan kabelnya ke kamera atau ponsel cerdas Anda, lalu jepitkan earbuds
ke baju terwawancara dengan penjepit kertas. Langkah Anda masih jauh untuk
membingkai gambar secara tepat, dan suara hampir selalu lebih berisik jika
dibandingkan dengan penggunaan mikrofon yang terpasang di dalam kamera itu
sendiri.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 195
Apa pun kendalanya, periksa kualitas suaranya langsung di lokasi dengan mencolokkan
kabel headset atau earbud ke peralatan Anda dan putar ulang rekaman uji coba; Anda
mungkin merasa perlu mengambil tindakan ekstra atauganti lokasi untuk mendapatkan
suara yang cukup bagus.
B. Gambar
Perhatikan posisi kamera
Posisikan obyek wawancara sedemikian rupa sehingga cahaya menerangi wajahnya--
jika cahaya datang dari belakang, obyek wawancara akan tampak gelap; hindari latar
belakang yang bisa mengalihkan perhatian penonton. Cek posisi Anda sendiri supaya
yakin Anda berada di tempat yang aman. Untuk mendapatkan gambar yang stabil,
topang perangkatnya: jika memegang ponsel cerdas, sandarkan lengan Anda ke dinding
atau letakkan di atas meja atau kursi; jika menggunakan kamera, letakkan di atas tripod
atau meja, apabila memungkinkan.
Penuhi bingkai gambar
Ambil posisi cukup dekat agar bisa memenuhi hampir semua bingkai gambar dengan
kepala dan bahu terwawancara tanpa harus melakukan pembesaran gambar. Berdiri
terlalu jauh dan membesarkan gambar (zoom-in) berisiko menghasilkan gambar yang
kabur ketika ditampilkan di layar lebar. Memutar kamera video biasanya juga tidak
membantu.
Rekam kalimat lengkap
Ajukan pertanyaan terbuka yang dapat ditanggapi oleh terwawancara secara baik, dan
minta terwawancara untuk menjawabnya dengan kalimat utuh. Ingatlah, jawaban selalu
lebih penting daripada pertanyaan Anda, yang mungkin saja akan disunting lagi.
Rekam secara terpisah-pisah
Berhentilah merekam sesudah satu jawaban, dan lanjutkan kembali untuk pertanyaan
berikutnya. Langkah ini bisa mengurangi materi yang harus disunting nanti.
Buat catatan sebagai cadangan sepanjang perekaman video.
Setelah sesi perekaman, Anda mungkin baru menyadari kegagalan teknologi. Tanpa
catatan tertulis, Anda mungkin tidak bisa mengingat informasi penting yang Anda
duga sudah tertangkap lewat perekaman. Jadi, ketika membuat rekaman video, minta
seseorang untuk mencatat. Anda juga bisa melakukannya sendiri jika kamera
terpasang di tripod atau ditaruh di atas permukaan yang pas. Jika Anda harus
memegang kamera (yang memang tak dapat dihindari saat menggunakan ponsel
PROGRAM INOVASI DESA
196| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
cerdas), minta kolega untuk membuat catatan. Catatan tentang poin-poin khusus bisa
membantu Anda mengingat inti pengalaman dan memungkinkan Anda membangun
dokumen pembelajaran meski rekamannya gagal.
Daftar periksa perekaman
Daftar periksa berikut memerinci aspek organisasi, teknis, dan konten dari wawancara
video. Bawa selalu daftar periksa ini sebelum, sepanjang, dan setelah sesi perekaman.
Sebelum hari wawancara
Pastikan lokasinya nyaman dan menghadirkan suasana yang kondusif dari sisi
suara, cahaya, dan latar belakang visual.
Konfirmasi ulang tanggal, waktu, dan lokasi dengan terwawancara.
Pastikan Anda tahu jalan dan bisa hadir di lokasi wawancara.
Persiapkan daftar pertanyaan Anda.
Kuasai cara menggunakan peralatan rekam Anda.
Sediakan mikrofon eksternal.
Sediakan headphone untuk memeriksa kualitas rekaman audio.
Sediakan tripod atau lakukan pengaturan lain yang bisa membantu Anda menjaga
kestabilan peralatan rekam.
Isi penuh baterai kamera/ponsel cerdas.
Siapkan baterai cadangan jika ada dan kabel pengecas.
Sediakan pita rekam atau ruang rekam kosong secukupnya di ponsel atau kartu
memori Anda.
Siapkan kartu memori kosong jika ada.
Pada hari wawancara
Tibalah di lokasi wawancara terlebih dahulu untuk menguji peralatan dan memastikan
kelayakan tempat.
Tepat sebelum wawancara
Ingatkan obyek wawancara perihal tujuan wawancara.
Minta obyek wawancara untuk menjawab pertanyaan secara utuh dengan kalimat
lengkap karena pertanyaan Anda cenderung disunting lagi.
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 197
Minta obyek wawancara untuk mula-mula menjawab pertanyaan secara ringkas
("jawaban pendek", namun tetap dengan kalimat utuh) sebelum menjabarkan
lebih lanjut.
Tulis ejaan nama dan gelar obyek wawancara dengan benar. Kiat: sorot kartu
namanya dalam jarak dekat.
Sepanjang wawancara
Pastikan agar catatan poin-poin kunci membuat Anda bisa merekonstruksi
wawancara seandainya perekamannya tidak sempurna atau hilang.
Mulai dan hentikan perekaman untuk tiap-tiap pertanyaan untuk membuat klip-
klip terpisah, yang memudahkan penyuntingan.
Sering-seringlah memeriksa kinerja peralatan Anda (dan ingatlah untuk menekan
tombol "rekam"). Dengan seringnya mengecek, hanya satu dua pertanyaan yang
perlu diulang (mungkin inilah satu-satunya kesempatan Anda untuk mendapat
jawaban!) ketika masalahnya selesai.
Tindak lanjuti pertanyaan yang jawabannya terasa kurang memadai, beri atau
usulkan kesempatan bagi aset pengetahuan yang baru.
Pada akhir wawancara
Ucapkan terima kasih kepada obyek wawancara.
Minta obyek wawancara untuk meminjamkan referensi visual apa saja yang bisa
membantu memperjelas jawaban, semisal gambar, peta, dan artikel berita. Kiat:
obyek wawancara mungkin juga bisa membantu jika Anda memfilmkan lokasi
pengalaman yang sedang dilaporkan atau mewawancarai saksi, jika dirasa tepat.
Setelah wawancara
Simak kembali semua jawaban dan kenali potensi timbulnya kesenjangan
pengetahuan.
Lakukan perbaikan ulang yang diperlukan untuk mengisi kesenjangan
pengetahuan, mungkin dengan menelepon obyek wawancara untuk meminta
klarifikasi atau penjadwalan wawancara yang lain.
Sunting semua segmen lebih dari satu pertanyaan dan jawaban menjadi klip-klip
terpisah.
Buang materi yang tak ada kaitannya dari tiap-tiap klip.
Manfaatkan alat editing apa saja yang ada untuk memperbaiki kendala suara atau
pencahayaan.
PROGRAM INOVASI DESA
198| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Informasi 4.5.1
Mengemas Inovasi Desa (Capturing) dalam
Program Inovasi Desa (PID)
C. Pendahuluan
Program Inovasi Desa (PID) mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas
pembangunan desa melalui strategi pertukaran pengetahuan dan inovasi yang dikenal
dengan Pengelolaan Pengetuan dan Inovasi Desa (PPID). Program ini memberikan
peluang kesempatan kepada masyarakat untuk belajar dari kegiatan inovasi yang
dilakukan oleh berbagai pihak melalui pemanfaatan dokumen pembelajaran sesuai
dengan karakteristik pengguna dan daya jangkau informasi agar mudah dilakukan
replikasi. Dalam pelaksanaan PID, para pelaku di tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan
akan membantu proses pengelolaan pertukaran pengetahuan dan inovasi desa dalam
bentuk sajian informasi telusur dan pemanfaatan media sebagai bahan pembelajaran
penting bagi masyarakat. Koleksi informasi berupa pengetahuan, pengalaman dan
praktek inovasi akan dikemas dan dikeleksi dengan mempertimbangkan jenis dokumen,
sistem telusur, hingga layanan pemanfaatan dokumen sesuai dengan karakteristik
pengguna. Desa diharapkan dapat mengakses koleksi dokumen pembelajaran yang
telah dikemas sesuai dengan karakteristik pengguna yang lebih spesifik baik dalam
bentuk tulisan, artikel, publikasi buku, laporan teknik, prosiding, audio-visual, e-book,
presentasi, dan sejenisnya.
Pada tahap awal, kemasan dokumen inovasi lebih diarahkan agar dapat
dumanfaatkan secara tertutup (close access system) khususnya diaerah yanh tidak
memiliki akses internet, meskipun ada beberapa layanan informasi di daerah yang
menggunakan sistem layanan terbuka (open access system). Masyarakat desa sebagai
pemanfaat langsung (actual user) dari inovasi yang dikebangkan membutuhkan
informasi seputar kegiatan inovasi yang dilakukan oleh desa atau lembaga lainnya. Oleh
karena itu hasil inovasi sebagai bahan pertukaran iinformasi pembelajaran perlu dikemas
dalam bentuk yang mudal diakses. Koleksi dokumen pembelajaran yang telah dihasilkan
dari serangkaian prosedur validasi yang dilakukan sejatinya diperuntukkan untuk
masyarakat luas khususnya di Desa agar dapat dijadikan bahan replikasi dan adaptasi
inovasi.
Namun kerapkali kemasan informasi yang disajikan justru menyulitkan pengguna
dalam mendapatkan dan memanfaatkannya. Hal ini disebabkan informasi tidak disajikan
dalam bentuk dan jenis kemasan yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan, lebih
bersifat akademis, kurang populis, sulit dipahami, dan sulit dioperasikan. Dalam
mengemas pesan atau bahan pembelajaran perlu dilihat dari aspek tujuan penyajian,
karekteristik materi, dan kemudahan mengakses dokumen. Beraneka ragam informasi
setiap tahun akan bertambah di setiap desa. Berbagai jenis dokumen inovasi terus
menerus bertambah dan perlu segera dikelola, diolah, disebarkan guna kepentingan
masyarakat. Banyaknya dokumen inovasi bukan tidka mungkin akan mengakibatkan
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 199
pengguna kesulitan dalam memilih dan mendapatkan informasi yang relevan,
menyeluruh serta up to date.
Pusat belajar masyarakat di daerah atau di desa akan menjadi penopang dan
penyedia informasi terkait dokumen pembelajaran inovasi yang menuntut kecepatan
layanan dan kelengakapan koleksi bagi pengguna. Berbagai inovasi di layanan
pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa banyak digunakan. Pendamping juga
dituntut kreatif dalam memberikan berbagai informasi layanan bagi masyarakat dalam
mengakses dokumen pembelajaran inovasi desa dengan berbagai kemasan yang
menarik, mudah, cepat dan murah.
Salah satu usaha mendayagunakan informasi bagi kepentingan pengguna adalah
melalui kemasan informasi. Lebih lanjut dibawah ini penulis mencoba menjelaskan
pengertian pengemasan informasi, tujuan, bentuk, dan manfaatnya.
D. Pengemasan Inovasi Desa
Pengemasan informasi adalah kegiatan yang dimulai dari menyeleksi berbagai informasi
dari sumber yang berbeda, mendata informasi yang relevan, menganalisis, mensintesa,
dan menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pemakai. Informasi yang
dikemas kembali memberi kemudahan dalam penyebaran informasi dan temu kembali
informasi. Beberapa literature mengungkapkan bahwa pengemasan tidak hanya
terbatas pada informasi namun juga pada dokumentasi.
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang
menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai.
Kemas ulang informasi dalam bahasa Inggris adalah repackaging information . Istilah
lain kemas ulang infomasi adalah pengemasan informasi. Beberapa literatur
mengungkapkan bahwa pengemasan tidak hanya terbatas pada iformasi namun juga
pada dokumentasinya. Pada prosesnya, kemas ulang informasi mencakup kegiatan
sebelum proses dan pada saat pengemasan. Kualitas pengemasan tidak dilihat pada
peningkatan nilai isi informasinya, melainkan pada sisi pemanfaatannya. Kemas ulang
informasi merupakan kegiatan penataan ulang yang dimulai dari menyeleksi berbagai
informasi dari sumber yang berbeda, mendata informasi yang relevan, menganalisis,
mensintesa, dan menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna
(Mulida Djamarin, 2016).
E. Tujuan Pengemasan Inovasi Desa
Tujuan pengemasan informasi untuk memperoleh/mendapatkan informasi, menemukan
kembali informasi kembali, mengevaluasi, serta memberikan penafsiran. Melalui
pengemasan informasi, pengguna akan berhemat dalam hal waktu, tenaga serta biaya.
Dengan berkembangnya teknologi informasi bidang perpustakaan, dokumentasi dan
informasi, saat ini pengemasan informasi jauh lebih bervariasi.
Agada (1995) dalam Mulida Djamarin (2016) tujuan kemas ulang informasi adalah
untuk menempatkan, menemukan kembali, mengevaluasi, menginterpretasikan dan
PROGRAM INOVASI DESA
200| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
mengemas informasi tentang subjek tertentu dalam rangka efektifitas dan efisiensi
waktu, tenaga, biaya yang semua diperuntukkan bagi pengguna. Merujuk beberapa
literatur terkait tujuan kemas informasi inovasi dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1) Memudahkan untuk memperoleh dan mendapatkan informasi atau dokumen
pembelajaran inovasi desa;
(2) Mempercepat penelusuran dan penemuan kembali informasi dan dokumen
pembelajaran inovasi desa;
(3) Mengevaluasi dan memberikan penafsiran seberapa jauh tingkat pemanfaatannya;
(4) Memberikan kepuasan kepada pemakai;
(5) Mengawetkan koleksi, khususnya jika dikemas dari bentuk tercetak ke bentuk
digital;
(6) Memudahkan pengelola pengetahuan dan inovasi desa mengatur koleksi yang
semakin bertambah banyak;
(7) Menghemat ruang dan rak untuk menyimpan koleksi tercetak;
(8) Memudahkan penelusuran informasi setelah dientri dalam pangkalan data;
(9) Mudah dibawa dan ditransfer dalam jejaring sistem informasi dan media lainnya
untuk sharing dan transfer pengetahuan maupun pengalaman;
Berbagai kemasan informasi dibuat sesuai dengan kebutuhan informasi bagi
pemakai khususnya masyarakat desa. Kemasan informasi inovasi dapat dikemas dalam
bentuk seperti: Brosur, Newsletter, Majalah Kesiagaan Informasi, Majalah Abstrak dan
Indeks, Bibliografi, Karangan Baru, Presentasi Lisan, disajikan dalam web, Tinjauan
Perkembangan Inovasi, Tinjauan Literatur, Monografi, Prosiding Konferensi, Laporan
Teknis, Laporan Bisnis atau Laporan Manajemen, Buku Panduan, Direktori, Katalog,
Majalah Primer Media dengar pandang.
F. Tahapan Pengemasan Inovasi Desa
Pada prosesnya, pengemasan informasi mencakup kegiatan sebelum proses/re-
processing dan kemasan (packaging). Sebelum membuat kemasan informasi, perlu
diketahui langkah-langkah dalam proses pengemasan informasi, yaitu:
1. Menyeleksi dan menetapkan topik dari kemasan yang akan dibuat dan informasi
yang akan dicakup. Menurut Kothler, untuk menentukan topik, perlu dikumpulkan
berbagai masukan dan ide-ide yang biasanya berasal dari: konsumen/pemakai
produk dan jasa (prosentasi paling banyak), ilmuwan, pesaing, karyawan, saluran
pemasaran, manajemen puncak atau pengambil kebijakan. Kontribusi subyek atau
topik yang disampaikan peneliti sebagai upaya agar pengemasan informasi
tersebut tepat, sasaran dan tepat guna;
2. Menentukan strategi dalam mencari informasi. Kegiatan ini meliputi: menentukan
jenis informasi yang dibutuhkan, dan jenis sumber informasi yang dapat
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 201
membantu menemukan informasi yang dibutuhkan. Informasi bisa didapat dari
koleksi yang kita miliki, maupun pencarian literature di luar;
3. Menentukan lokasi informasi dan cara mengakses. Kegiatan ini meliputi:
menggunakan katalog perpustakaan, menggunakan indeks majalah, mencari
informasi di internet, CD-ROM. Mengemas informasi;
4. Mengevaluasi produk yang dibuat, dan mengevaluasi proses pembuatannya.
Distribusi kemasan informasi Untuk membuat suatu kemasan informasi yang baik,
harus didukung oleh informasi penting yang cukup atau memadai.
Lebih rinci tahapan pengemasan informasi atau dokumen pembelajaran inovasi
menurut Mulida Djamarin (2016) sebagai berikut:
1. Identifikasi kebutuhan pengguna. Kebutuhan pengguna dapat diketahui melalui
wawancara dengan pengguna maupun pihak terkait, pengamatan langsung di
lapangan, serta mempelajari laporan atau dokumen yang ada. Dengan mengetahui
kebutuhan pengguna maka tujuan pengemasan informasi akan lebih tepat
sasaran;
2. Pengumpulan informasi serta pemilihan sumber informasi. Berdasarkan hasil
identifikasi kebutuhan pengguna, selanjutnya dilakukan pengumpulan informasi
yang relevan. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain
perpustakaan, diskusi dengan pakar/ahli, dan internet. Namun demikian,
pengemas informasi perlu memperhatikan sumber informasi tersebut. Pemilihan
sumber informasi penting untuk menjamin kebenaran informasi yang
dikumpulkan. Untuk informasi tentang inovasi teknologi pertanian, pengemas
informasi dapat mengakses lembaga-lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan
sumber lain yang relevan. Informasi yang bersumber dari kearifan lokal dapat pula
dimanfaatkan bila relevan;
3. Pengemasan informasi. Kemampuan pengemas informasi sangat menentukan nilai
guna kemasan informasi yang dihasilkan. Oleh karena itu, pengemas informasi
perlu memahami materi yang akan dikemas, bentuk kemasan, serta cara
mengemasnya. Seyogianya, pengemas informasi adalah orang yang ahli di
bidangnya. Mengemas kembali informasi dengan cara mensintesa ke dalam
bentuk/format kemasan informasi sesuai dengan kebutuhan pemakai. Namun,
pengemasan dapat pula dilakukan oleh bukan ahlinya bekerja sama dengan yang
ahli di bidangnya;
4. Menentukan sasaran audience, bentuk kemasan, dan membuat time schedule
serta merancang biaya;
5. Menentukan strategi dalam mencari jenis sumber informasi yang dapat membantu
menemukan informasi yang dibutuhkan. .Menentukan lokasi informasi dan
bagaimana cara mengaksesnya apakah menggunakan katalog perpustakaan,
indeks, internet, maupun CD-ROM;
6. Menetapkan cara dan sistem penyebarluasan kemasan informasi yang sudah jadi;
PROGRAM INOVASI DESA
202| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
7. Mentransfer informasi dalam bentuk tercetak (printed out) maupun basis data baik
ke disket, CD-R/RW, CD-ROM, flash disk/USB untuk keperluan penyebaran kepada
masyarakat luas;
8. Mendistribusikan, menyebarkan, mendiseminasikan, memasarkan kemasan
informasi dengan cara promosi maupun pendidikan pemakai. Menyampaikan
kemasan informasi berupa paket maupun lembar informasi kepada pengguna.Hal
ini bisa dilakukan baik secara langsung (face to face, door to door), telepon, via
surat/pos, email, faksimil maupun media lainnya.;
9. Evaluasi produk dan proses pembuatannya. Evaluasi terhadap kemasan informasi
bertujuan untuk mengetahui manfaat informasi bagi pengguna serta efektivitas
media yang digunakan. Evaluasi terhadap proses pembuatan juga penting,
terutama berkaitan dengan efisiensi waktu, tenaga, dan biaya. Evaluasi kegiatan
kemas ulang informasi. Dilakukan secara terus menerus, dan berkelanjutan dalam
suatu periode tertentu untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan
sudah tercapai dan memenuhi target.
G. Bentuk Pengemasan Inovasi Desa
Berbagai hasil dari pengalaman dapat dikemas dalam beragam bentuk dokumen
pembelajaran yang memungkinkan setiap orang dapat mengaksesnya baik dalam offline
maupun online. Tidak saja pengemasan inovasi dilakukan secara tercetak namun dapat
dilakukan secara digital. Seperti CD Teknologi Pencerdasan bangsa buatan kantor
menristek, mengemas informasi Teknologi Tepat Guna, Kliping Elektronik buatan
Perpustakaan ITB mengemas informasi surat kabar dan majalah Cybermedia, dan yang
sedang tren saat ini Digital Library yang mempublikasikan Local Content. Kemudian
munculah istilah e-book untuk buku elektronik; e-Journal untuk majalah elektronik ; e-
Klip untuk kliping elektronik.
Secara khusus, bentuk pengemasan pengetahuan dan inovasi desa dapat
mengikuti kaidah pendokumentasian informasi diantaranyya berupa bibliografi, sari,
multimedia, brosur/leaflet, news letter:
Bibliografi
Bibliografi (dari bahasa Yunani βιβλιογραφία, bibliographia, secara harfiah "penulisan
buku"), sebagai sebuah praktik, adalah buku studi akademis seperti fisik, benda-benda
budaya, dalam pengertian ini, juga dikenal sebagai bibliology (dari bahasa Yunani-
λογία,-logia) . Secara keseluruhan, bibliografi tidak peduli dengan isi buku-buku sastra,
melainkan lebih kepada "bookness" buku.
Sebuah bibliografi, produk dari praktik bibliografi, adalah daftar sistematis buku
dan karya-karya lain seperti artikel jurnal. Bibliografi berkisar dari "karya dikutip" daftar
di akhir buku dan artikel untuk menyelesaikan, publikasi independen. Sebagai karya-
karya yang terpisah, mereka mungkin dalam volume terikat seperti yang ditunjukkan di
sebelah kanan, atau terkomputerisasi database bibliografis. Sebuah katalog
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 203
perpustakaan, meskipun tidak disebut sebagai bibliografi, adalah bibliografis di alam.
Bibliografi karya hampir selalu dianggap sebagai sumber tersier.
Biasanya bibliografi diterbitkan oleh perpustakaan atau badan penerbit dengan
tujuan untuk disebarkan kepada perpustakaan lain sebagai bahan rujukan bagi pencari
informasi baik secara tercetak atau terekam. Jenis bibliografi ada dua macam yakni
bibliografi umum dan khusus.
Sari Karangan
Sari karangan, biasanya memuat keterangan seperti latar belakang, tujuan, sasaran,
metode, kesimpulan dan saran yang terdapat pada dokumen aslinya. Jenis sari karangan
yang dibuat bisa sari karangan indikatif maupun sari karangan informatif. Bentuk ringkas
dari karangan yang masih memperlihatkan sosok dasar dari aslinya. Inti tidak
meninggalkan urutan dasar yang melandasinya. Dengan kata lain memangkas hal-hal
yang lebih kecil yang meliputi gagasan utama bacaan, kerangka dasar masih tampak
jelas. Ringkasan merupakan bentuk penyajian karangan atau peristiwa yang panjang
dalam bentuk yang singkat dan efektif. Ringkasan adalah sari karangan tanpa hiasan.
Ringkasan itu dapat merupakan ringkasan sebuah buku, bab, ataupun artikel. Fungsi
sebuah ringkasan adalah memahami atau mengetahui sebuah buku atau karangan.
Dengan membuat ringkasan, kita mempelajari cara seseorang menyusun pikirannya
dalam gagasan-gagasan yang diatur dari gagasan yang besar menuju gagasan
penunjang, melalui ringkasan kita dapat menangkap pokok pikiran dan tujuan penulis.
Multi Media
Satu lagi inovasi dalam bidang pendokumentasian informasi yaitu multi media.
Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan
teks, suara, gambar, animasi, audio dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link)
sehingga pengguna dapat melakukan navigasi, berinteraksi, berkarya dan
berkomunikasi. Multimedia sering digunakan dalam dunia informatika. Selain dari
dunia informatika, multimedia juga diadopsi oleh dunia game, dan juga untuk
membuat website.
Pada awalnya multimedia hanya mencakup media yang menjadi konsumsi indra
penglihatan (gambar diam, teks, gambar gerak video, dan gambar gerak rekaan/
animasi), dan konsumsi indra pendengaran (suara) dan juga berupa ( berwujud). Dalam
perkembangannya multimedia mencakup juga kinetik (gerak) dan bau yang merupakan
konsumsi indra penciuman. Multimedia mulai memasukkan unsur kinetik sejak
diaplikasikan pada pertunjukan film 3D yang digabungkan dengan gerakan pada kursi
tempat duduk penonton. Kinetik, dan film 3 dimensi membangkitkan sense realistis.
Media pandang dengar ini dapat berupa company profile, program pendidikan
pemakai serta media promosi jasa layanan teknis. Sasaran pengguna pada bentuk
pengemasan multi media umumnya adalah kelompok. Misalnya apabila ada pameran
jasa layanan teknis (PJLT), pengunjung disuguhkan beragam informasi mengenai jasa
layanan teknis serta cara mengaksesnya. Demikian juga dalam pengelolaan
PROGRAM INOVASI DESA
204| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
pengetahuan dan inovasi pembanguan desa dapat menggunakan multi media sebagai
sarana program pendidikan dan pelatihan bagi pemakai (user education program).
Multimedia dimanfaatkan juga dalam dunia pendidikan dan bisnis. Di
dunia pendidikan, multimedia digunakan sebagai media pengajaran, baik dalam kelas
maupun secara sendiri-sendiri atau otodidak. Di dunia bisnis, multimedia digunakan
sebagai media profil perusahaan, profil produk, bahkan sebagai media kios
informasi dan pelatihan dalam sistem e-learning.
Brosur/leaflet
Leaflet atau brosur banyak dibuat oleh berbagai lembaga untuk memperkenalkan hasil
produk atu jasa yang dapat diberikan kepada pengguna. Bagi perpustakaan pembuatan
Leaflet atau brosur khususnya dapat dimanfaatkan untuk penyebaran informasi
mengenai beberapa hal seperti pedoman perpustakaan, daftar bacaan tertentu, koleksi
khusus produk setempat, bahan arsip, pengenalan terhadap minat/studi, kegiatan atau
peristiwa di lingkungan sekitar. Suatu unit atau pusat informasi harus selalu menerbitkan
brosur dan leaflet.
Brosur promosi bertujuan mengumumkan keberadaan unit kerja tersebut, tujuan
dan program-programnya, layanannya dan informasi lain yang berkaitan. Brosur bisa
juga membuat kuesiner ringkas mengenai perolehan advis, tanggapan dan minat
masyarakat informasi. Umpan balik akan menandakan respon dari pengguna. Brosur
ditulis secara ringkas dan jelas dengan penyajian yang menarik. Brosur informatif
bermanfaat untuk memperkenalkan dan mempromosikan topik/subyek yang dicakup
suatu unit informasi. Bahasa yang digunakan dalam brosur sebaiknya sederhana, dan
mudah dipahami masyarakat.
Leaflet diterbitkan untuk memberitahukan adanya terbitan baru. Harus dijelaskan
secara ringkas mengenai isinya, ukuran, harga dan cara memperolehnya. Bila terbitan
jumlahnya banyak dapat diterbitkan brosur kumulatif yang memberikan rincian semua
terbitan.
Langkah-langkah pembuatan Leaflet atau brosur yaitu:
1. Pemilihan dan penetapan subyek;
2. Menentukan format yang akan digunakan;
3. Buat desain;
4. Proses cetak;
5. Distribusi dan sebarluaskan.
Newsletters
Newsletter merupakan terbitan yang penting karena lebih fleksibel dalam hal topik yang
dicakupnya dan bentuk isi atau kandungannya. Terbitan ini dimaksudkan untuk
memberikan berbagai jenis informasi yang tidak dimuat dalam terbitan lain dari pusat
informasi. Newsletter biasanya berisi aktivitas pusat informasi itu sendiri, berita proyek
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 205
yang sedang berjalan, laporan pertemuan yang baru selesai diselenggarakan, bisa
ditambah publikasi terbaru peneliti, info buku dan jurnal baru.
Tabel. Jenis Kemasan berdasarkan Status Pemakai
Status Pemakai Jenis kemasan
Jasa Kemasan
Pengetahuan dan Inovasi
Peneliti/Dosen/Akademisi Penyebaran Informasi
Terseleksi
Fokus Informasi
Indonesia sesuai bidang
Info Ristek
Info HaKI
Tinjauan literatur
Kesiagaan Informasi
(Current Awarnness
Services)
Informasi Kilat
Buletin Info Kilat
Kumpulan Abstrak
Database suatu bidang
Pengambil Kebijakan Ringkasan Eksekutif Info Riset dan Teknologi
Ringkasan Eksekutif
Industri kecil dan
Menengah
Brosur atau Pamflet Pohon Industri
Panduan Usaha
Info Teknologi Tepat
Guna (TTG)
Kliping
Majalah Usaha
Industri besar Proposal pabrik Studi kelayakan bisnis
Studi AMDAL
Pendidikan dan Pelatihan Dokumen pembelajaran Studi TNA
Artikel ilmiah
Multimedia
Panduan dan modul
H. Aspek Komersial Pengemasan Inovasi Desa
Bukan hal yang mustahil bahwa pemanfaatan informasi pembangunan desa mulai
menyentuh aspek-aspek komersialisasi layanan. Perubahan paradigma bahwa unit atau
pusat informasi saat ini bukan hanya sebagai tempat penyimpanan koleksi yang pasif,
namun juga bisa menjadi pusat informasi yang aktif dan dinamis serta mampu
menghasilkan produk yang menjual.
Perlu disadari bahwa unit atau pusat informasi layanan masyarakat merupakan unit
kerja yang banyak membutuhkan biaya (cost centre). Namun kucuran dana untuk
perpustakaan nyaris tidak ada. Atas dasar hal tersebut maka perpustakaan harus
mengubah posisinya dari cost centre menjadi profit centre. Perubahan paradigma
PROGRAM INOVASI DESA
206| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
tersebut memacu dan menjadi tantangan perpustakaan untuk lebih kreatif dan inovatif
dalam upaya menjadi profit centre.
Perlu dipikirkan dalam menerapkan komersialisasi informasi pembangunan desa
terkait dengan layanan inovasi hendaknya dipilah layanan mana yang akan
dikomersialisasikan dan yang mana yang tidak. Hal-hal yang menjadi kepentingan
publik secara umum perlu dibebaskan dari aspek komersial termasuk untuk kepentingan
pembelajaran dan peningkatan kapasitas masyarakat desa. Beberapa hal yangdapat
dikomersialkan terutama untuk kepentingan pembiayaan operasional layanan unit atau
pusat layanan informasi diantaranya; inter unit information loan (pinjam antar unit
informasi), penelusuran terpasang (on-line), layanan referensi, bibliografi, salinan bahan
(fotocopi), layan antar bahan koleksi dan jasa kesiagaan informasi.
Sudarmini dan Mansjur (2001) menyatakan tujuh elemen atau unsur yang
menunjang keberhasilan pemasaran di bidang komersial dapat pula dimanfaatkan untuk
kegiatan pertukaran pengetahuan dan inovasi atau pusat informasi. Tujuh unsur
tersebut yaitu: (1) product (termasuk jasa penyediaan informasi juga jasa informasi
terbaru); (2) price (informasi ditentukan harganya); (3) place (informasi yang ditawarkan
harus selalu tersedia di perpustakaan atau dimanapun dan selalu siap dibutuhkan); (4)
promotion (pameran koleksi baru, brosur perpustakaan, penyebaran bibliografi, abstrak,
daftar judul artikel majalah dan informasi terseleksi); (5) process (informasi perlu diolah
agar pengguna dapat memperolehnya dengan mudah bila membutuhkan; (6) people
(sumber daya manusia merupakan unsure kekuatan dalam pemasaran, baik ia pemberi
informasi, pengguna sesuai segmennya maupun orang lain yang terlibat didalamnya);
(7) physical evidence (produk yang dipasarkan harus bersifat kasat mata, dalam hal ini
dituliskan, dicetak, direkam dan diterbitkan sehingga manfaatnya dapat dirasakan).
Hal yang perlu ditekankan dalam menerapkan sistem perpustakaan yang
komersial pihak pengelola perpustakaan perlu memperhatikan aspek-aspek penting,
seperti; bentuk permintaan pemakai yang sering diminta, sistem keamanan informasi
pribadi anggotanya, kecanggihan sistem automasi perpustakaan, hingga studi
kelayakan kepuasan pemakai (lebih pada user studies).
Pengemasan informasi berpotensi mendatangkan fulus bagi perpustakaan.
Berbagai bentuk kemasan tidak saja memudahkan pengguna dalam memperoleh
informasi tetapi juga menjadi nilai tambah bagi perpustakaan. Mengubah image bahwa
perpustakaan hanya menyediakan informasi tanpa mampu mengemasnya menjadi
menarik. Mempercantik kemasan informasi yang akan disajikan, akan menarik pengguna
dalam memanfaatkan informasi di dalamnya. Tidak cukup sampai disitu, jika orang
bilang, jangan melihat sesuatu dari kulit luarnya saja, itu berlaku pula dalam hal layanan
pengemasan informasi. Bahwa informasi yang terkandung didalamnyapun harus betul-
betul berbobot, tepat sasaran dan pengguna tidak akan merasa kecewa karenanya.
Daftar Pustaka
Mulida Djamarin (2016). Pengemasan Informasi. Universitas Negeri Padang. UPT
Perpustakaan, Padang
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 207
Sankarto, Bambang S. (2008). Pedoman/Pengemasan Informasi. Pusat Perpustakaan dan
Penyebaran Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian.
Sri Hartinal (2015) Kemas Ulang Informasi (Information Repackaging). Disampaikan pada
Pelatihan Pengenalan Kemas Ulang Informasi pada UPT BIT – Bandung 27-28
Juli 2005.
http://p4tkmatematika.org/file/INFO%20UNIT/Unit%20Perpustakaan/kemas%20Ulang
%20Informasi%202013_41.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengemasan
http://yudhim.blogspot.co.id/2008/01/pengemasan‐dan‐pemasaran-informasi.html
(diunduh tgl. 7 April 2016)
https://fpdp.wordpress.com/e‐learning/kiat‐penelusuran/ (diunduh tgl 4 April 2016.
PROGRAM INOVASI DESA
208| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Informasi 5.1.1
Strategi Peningkatan Kapasitas Pelaku dalam Pengembangan
Keterampilan Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
A. Latar Belakang
Pengembangan kapasitas bagi pelaku Program Inovasi Desa (PID) tentu tidak hanya
berorientasi pada kemampuan pendamping saja, namun mencakup keseluruhan lingkup
sistem dan kelembagan yang terdiri dari struktur penataan organisasi atau sering dikenal
dengan sistem manajemen, kebijakan, target capaian, strategi pencapaian, dan
peraturan operasional. Hal demikian mengisyaratkan adanya tingkat pengembangan
kapasitas (capacity development) yang berarti mengembangkan kemampuan yang
sudah ada (existing capacity), dan pengembangan kapasitas yang mengedepankan
proses kreatif untuk membangun kapasitas yang belum terlihat atau constructing
capacity.
Pengembangan kapasitas merupakan suatu proses untuk melakukan sesuatu, atau
serangkaian kegiatan untuk melakukan perubahan multilevel pada diri individu,
kelompok, organisasi, dan sistem guna memperkuat kemampuan penyesuaian individu
dan organisasi dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Oleh karena itu
peningkatan kapasitas pendamping dapat dilakukan melalui proses menganalisis
lingkungan, mengidentifikasi masalah, menemukenali kebutuhan pengembangan diri,
isu-isu strategis dalam masyarakat dan peluang yang dapat diperankan pendamping,
membuat formulasi strategi dalam proses mengatasi masalah, serta merancang sebuah
rencana aksi agar dapat dilaksanakan guna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam The Capacity Building For Local Government Toward Good Governance
bahwa peningkatan kapasitas perlu memperhatikan tiga aspek yaitu. Pertama,
pengembangan SDM melalui pelatihan, sistem rekruitmen yang transparan, pemutusan
pegawai secara profesional, dan updating pola manajerial dan teknis. Kedua,
pengembangan kelembagaan yang mencakup pada aspek menganalisis postur struktur
organisasi berdasarkan peran dan fungsi, proses pengembangan SDM, dan gaya
manajemen organisasi. Ketiga, pengembangan jejaring kerja (networking) yang
dilakukan melalui penguatan koordinasi, memperjelas fungsi jejaring, serta interaksi
formal dan informal antarkelembagaan.
B. Tingkatan Pengembangan Kapasitas
Pengembangan kapasitas demikian menjelaskan adanya tingkatan yang mencakup
keseluruhan aspek berdasarkan analisis kebutuhan organisasi atau dalam lingkup
Peningkatan Kapasitas Pendamping Desa dalam bidang pembangunan dan
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 209
pemberdayaan masyarakat Desa. Secara umum, tingkatan pengembangan kapasitas
diuraikan sebagai berikut:
Pertama, tingkat pengembangan sistem pendampingan. Pada tingkatan ini,
pengembangan kapasitas dilakukan terhadap kerangka kerja yang berhubungan
dengan pengaturan, kebijakan dan kondisi dasar yang mendukung pencapaian tujuan
kebijakan atau program tertentu. Ketika Tim pelaksana inovasi baik ditingkat
Kabupaten/Kota maupun tingkat Kecamatan memiliki target capaian yang menjadi
sasaran yang hendak dicapai secara berkualitas dan berintegritas, maka pada tingkatan
ini perlu dibangun adanya pengaturan sistem pendidikan dan pelatihan yang baik
sebagaimana ditetapkan dalam standar kompetensi Pendamping Desa.
Penerapan manajemen kualitas pelayanan yang dilakukan oleh pra pelaku
program khususnya OPD terkait merupakan langkah untuk terwujudnya pelayanan yang
mengedepankan kepentingan pengguna yaitu masyarakat yang dilayaninya. Fokus pada
pengguna mutlak dilakukan karena pelayanan sangat tergantung pada keberadaan
pengguna yang membutuhkan jasa pelayanan. Dalam hal ini, OPD dan pendamping
teknis memiliki pengguna bukan sekadar kelompok, aparatur Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Desa, tetapi juga pemangku kepentingan lain yang mendukung pelaksanan
Program Inovasi Desa (PID). Oleh karena itu, pengembangan kapasitas pelaku tidak
hanya berperan dalam pelatihan saja lebih dari bagaimana mendorong kinerja,
koordinasi dan mensertifikasi seluruh pelaku dalam pemanfaatan inovasi bagi
pembangunan desa.
Kedua, tingkat pengembangan kelembagaan. Pada tingkatan ini, pengembangan
dilakukan untuk mengembangkan prosedur dan mekanisme pekerjaan serta
membangun hubungan atau jejaring kerja dengan pemangku kepentingan lain. Dalam
organisasi, jejaring kerja jelas sangat dibutuhkan untuk setiap tingkatan manajemen
yang biasa dikenal dengan perencanaan, pengorganisasian, pembagian kerja,
pengawasan. Oleh karena itu, dalam setiap tahapan harus didukung adanya penguasaan
tentang cara-cara berinteraksi dengan orang lain untuk dapat menciptakan jejaring kerja
dengan siapa saja, agar mendapatkan respon positif dalam organisasi. Hal ini penting
dan tentu harus dilakukan oleh seluruh pelaku baik pendamping, OPD tau pihak lainnya
agar target capaian organisasi tidak mungkin dapat diselesaikan oleh seorang diri tetapi
harus diselesaikan dengan berkolaborasi untuk mencapai hasil yang sinergis. Jika kondisi
tersebut dapat terwujud, maka akan dapat menciptakan suasana kerja yang kondusif
dan terkuranginya ketegangan atau stres yang memicu menurunnnya tingkat
produktivitas kerja.
Dalam proses pengembangan kapasitas, salah satu cara yang cukup efektif untuk
meningkatkan kemampuan membangun jejaring kerja dengan meniru bagaimana
orang-orang sukses berinteraksi dengan orang lain. Namun perlu diketahui bahwa
proses meniru bukan merupakan perkerjaan yang mudah asal mengikuti, tetapi butuh
adanya kecerdasan dalam mengidentifikasi berbagai aspek terkait dengan proses
interaksi, misalnya bagaimana cara mengendalikan emosi, cara menghargai orang lain,
cara berbicara, cara merespon dan sebagainya. Setidaknya membangun jejaring
kerja merupakan suatu seni sehingga tidak mudah dibuat suatu pola hubungan yang
baku.
PROGRAM INOVASI DESA
210| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Ketiga, tingkat pengembangan individu. Pada tingkatan ini, pengembangan
diarahkan pada diskrepansi kompetensi teknis dan kompetensi manajerial melalui
pengelompokan pekerjaan, misalnya sebagai pendamping, tim pelaksana dan tenaga
termapil lainnya. Harus diahamai bahwa kompetensi merupakan satu kesatuan utuh
yang menggambarkan potensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang dimiliki
seseorang terkait dengan pekerjaannya agar dapat diaktualisasikan dalam bentuk
tindakan nyata.
Secara umum, diskrepansi kompetensi ditelaah melalui proses analisis kebutuhan
peningkatan kapasitas pelaku program dengan mengukur kompetensi yang ada dan
membandingkannya dengan standar kompetensi pekerjaan yang sudah baku. Dengan
demikin pelaksanaan kajian diperlukan suatu standar kompetensi yang berisi acuan ideal
tentang seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang seharusnya dimiliki
seseorang Pendamping Desa untuk melakukan pekerjaan tersebut secara efektif. Inilah
yang kemudian disebut standar kompetensi bidang keahlian sebagai refleksi atas
kompetensi yang diharapkan dimiliki seseorang yang berkerja dalam bidang tersebut.
C. Pola Kerja Pengembangan Kapasitas
Peristilahan capacity building atau peningkatan kapasitas berkembang mulai dari fase
1950-an dan 1960-an yang dimaksudkan untuk menyebut proses pengembangan
masyarakat yang berfokus pada peningkatan kapasitas penguasaan teknologi di daerah
pedesaan. Pada 1970-an, laporan badan organisasi PBB menekankan pentingnya
pembangunan kapasitas untuk keterampilan teknis di daerah pedesaan, dan juga di
sektor administrasi negara berkembang. Pusatnya, pada 1990-an, UNDP menjadikan
gerakan capacity building sebagai konsep pembangunan untuk meningkatkan kapasitas
pemberdayaan dan partisipasi keseluruhan unit organisasi.
Dengan demikian, pola kerja pengembangan kapasitas sangat menekankan
adanya keterlibatan keseluruhan komponen organisasi secara kesederajatan dan adanya
dialog terbuka untuk bersepakat mencapai tujuan sasaran organisasi. Sebuah proses
kapasitas yang efektif harus mendorong partisipasi oleh semua pihak yang terlibat. Jika
stakeholder yang terlibat dan keseluruhan anggota organisasi dalam proses perumusan
target capaian terlibat, tentu kesemuanya akan merasa memiliki organisasi dan akan
lebih bertanggung jawab atas hasil dan keberlanjutan capaian organisasi. Keterlibatan
keseluruhan komponen secara langsung jelas sangat memungkinkan untuk
pengambilan keputusan yang cepat dan efektif, sekaligus lebih transparan.
Kebersamaan mengembangkan kapasitas juga pada akhirnya akan mengevaluasi
target capaian yang pernah ada pada masa sebelumnya, dan memungkinkan adanya
pembangun kapasitas untuk melihat sisi mana yang membutuhkan penguatan, hal mana
yang mesti diprioritaskan, dan tentunya dengan cara apa pencapaian target akan
dilakukan. Oleh karena itu, pengembangan kapasitas yang tidak diawali adanya studi
komprehensif tentang kebutuhan organisasi dan penilaian kondisi yang sudah ada
sebelumnya, pada umumnya hanya akan membatasi pada pelatihan saja, padahal sesuai
tingkatan pengembangan harus mencakup keseluruhan komponen organisasi. Perlu
adanya evaluasi peningkatan kapasitas guna mengontrol akuntabilitas kinerja organisasi
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 211
melalui pengukuran berdasarkan pada perubahan kinerja berbasis pengaturan
kelembagaan, kepemimpinan, pengetahuan, dan akuntabilitas.
D. Kompetensi Pelaku
Pelaku Proram Inovasi Desa (PID) baik OPD, TIK-PID, TPID dan Pendamping Desa yang
berkualitas dan handal dicirikan antara lain oleh kinerja yang tinggi, khususnya
kompetensi teknis bidang khusus misalnya penangkapan inovasi desa (capturing),
kompetensi berinteraksi dengan masyarakat, mengelola pemangku kepentingan dan
kompetensi kewirausahaan (entrepreneurship), serta memiliki daya fisik yang sehat.
Sebelum dan selama berkiprah melakukan kegiatan pembimbingan teknis kepada
pelaku dan masyarakat, maka kompetensi tertentu yang dimiliki oleh seorang
pembimbing di luar kemampuan teknisnya perlu lebih ditajamkan dan ditingkatkan
sedemikian rupa, sehingga memiliki penampilan sederhana, low profile, berjiwa kritis,
arif, terbuka, berkepribadian tinggi, ramah, kooperatif, mampu bekerja dalam tim,
menghargai dan menghormati orang-orang lain, memiliki daya penguasaan dan
pengendalian diri yang kuat.
Merujuk pada gagasan Rotwell, maka tenaga pembimbing, tutor atau fasilitator
dituntut memiliki empat kompetenasi, yaitu:
1. Kompetensi Teknis (Technical Competence), yaitu kompetensi mengenai bidang
yang menjadi tugas pokok dalam mendampingi masyarakat;
2. Kompetensi Manajerial (Managerial Competence) adalah kompetensi yang
berhubungan dengan berbagai kemampuan manajerial yang dibutuhkan dalam
menangani tugas organisasi atau tim kerja;
3. Kompetensi Sosial (Social Competence) yaitu kemampuan melakukan komunikasi
yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam pelaksanaan tugas pokoknya;
4. Kompetensi lntelektual/Strategik (Intelectual/Strategic Competence) yaitu
kemampuan untuk berpikir secara stratejik dengan visi jauh ke depan.
Mengingat masyarakat senantiasa dinamis seiring dengan perkembangan jaman,
ilmu pengetahuan dan teknologi serta persaingan global, maka pengembangan
kompetensi merupakan suatu hal yang harus dilakukan secara terencana dan
berkelanjutan. Artinya setiap pengembangan kompetensi harus didasarkan pada hasil
analisis kebutuhan pekerjaan atau tugas dan analisis jabatan, sehingga pengembangan
kapasitas tepat sasaran dan berdayaguna dalam meningkatkan kinerja.
Dengan demikian, pengembangan kompetensi personil bukan sebagai beban
organisasi, akan tetapi menjadi alat strategis untuk meningkatkan kinerja individu dan
organisasi secara keseluruhan. Pada hakekatnya, pengembangan kompetensi
Pendamping Desa dapat dikelompokkan dalam dua katagori, yaitu:
1. Kompetensi Umum (General Competency), artinya, meskipun pendamping
memiliki posisi atau jabatan dan tugas pokoknya berbeda dalam tingkatan
organisasi, namun jenis kemampuan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
bersifat dasar yang dibutuhkan akan disamakan. Misalnya, Tenaga Ahli
PROGRAM INOVASI DESA
212| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Pemberdayaan Masyarakat, Pendamping Desa, Pendamping Lokal Desa, TIK-PID,
TPID, dan KPMD tentunya memiliki kebutuhan yang sama sebagai pendamping
atau pembimbing dalam hal teknik fasilitasi kelompok.
2. Kompetensi Khusus (Spesific Competency), artinya setiap unit atau satuan kerja
dalam organisasi tidak sama kebutuhan jenis keahliannya, karena latar belakang
teknis substantif (Technical Competence). Misalnya kemampuan mebuat produk
atau keterampilan menangkap inovasi desa (capturing)
E. Berorietasi pada Kualitas
Peningkatan Kapasitas pelaku Program Inovasi Desa (PID) perlu dilakukan melalui
tindakan terkoordinasi, artinya seluruh elemen yang terlibat dalam pembangunan dan
pemberdayaan Desa menjadi bagian dari proses pembelajaran. Hal ini juga terkait
dengan peran kelembagaan atau instansi pemerintah sebagai pemangku kepentingan
utama dalam pengembangan masyarakat terkait dengan pelaksanaan Program Inovasi
Desa (PID) terkait pengelolan pengetahuan dan inovasi desa. Oleh karena itu,
peningkatan kapasitas dilakukan dengan melakukan inventarisasi dan mengkaji hal-hal
sebagai berikut:
1. Keberadaan program pendidikan dan pelatihan pelaku PID;
2. Keberadaan dan program pendmapingan dan bimbingan teknis dari kalangan
aparat atau OPD terkait;
3. Keberadaan dan status dari pelaku beserta tugas dan kewajibannya;
4. Sarana dan dana yang tersedia bagi program pemberdayaan masyarakat.
Mengupayakan penggunaan Dana Desa atau Dana Alokasi Desa dibangun dalam
kerangka perubahan dan keberlanjutan bukan “proyek”. Termasuk dana
peningkatan kapasitas pelaku yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK);
5. Keberadaan dukungan dan kebijakan dari Pemerintah Daerah, khususnya terkait
dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota bersangkutan dalam
mendukung kegiatan inovasi desa.
Pada tahap selanjutnya disusun perencanaan umum untuk melakukan kegiatan
pembinaan dan pembimbingan bagi semua pendamping di tingkat Kabupaten/Kota. Di
sini keterlibatan unit teknis/OPD terkait, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi
mutlak diperlukan, khususnya untuk mengukur kesenjangan kompetensi pendamping,
antara yang dimiliki sekarang dengan apa yang menjadi harapan masyarakat, serta
merancang materi pembelajaran (subject matters) untuk peningkatan kompetensi pelaku
program. Dari proses ini dihasilkan rumusan tentang kompetensi baru yang perlu
internalisasikan kepada para pelaku di daerah. Pada tahap ini diidentifikasi dan dipilah-
pilah materimateri pembelajaran yang diperlukan, diantaranya mencakup kompetensi
umum dan kompetensi khusus termasuk dalam keterampilan sosial.
Secara lebih rinci rencana peningkatan kapasitas dijabarkan secara rinci dalam
bentuk kurikulum, berupa GBPP (Garis-garis Besar Program Pembelajaran), TIU (Tujuan
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 213
Instruksional Umum dan TIK (Tujuan Instruksional Khusus), serta Kerangka Acuan dari
program yang akan diselenggarakan. Semua kegiatan ini dilandaskan kepada materi
pembelajaran sesuai dengan upaya peningkatan kompetensi khusus.
Efektivitas dan efisiensi proses belajar hendaklah dijadikan pedoman di dalam
upaya meningkatkan kapasitas dan kualitas Pendamping Desa. Oleh karena itu, semua
pihak terkait, yakni OPD, Pemerintah Kabupaten/Kota, pakar perguruan tinggi, LSM dan
sukarelawan terkait serta lembaga penyandang dana (donor), perlu sepakat dan
mendukung gagasan pengembangan kapasitas yang lebih bersifat bottom-up program
planning.
F. Pemberdayaan Pendamping
Pemberdayaan pendamping sebagai bagian dari investasi SDM (Empowerment of
Human Resources), merupakan aspek manajemen yang sangat strategis, karena
pendamping diharapkan dapat menjadi penggerak dan daya terhadap sumber-sumber
lainnya pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Desa. Apabila pendamping
tidak dapat menunjukkan daya dan memberikan daya terhadap sumber lainnya, maka
dapat dipastikan pembangunan dan pemberdayaan tidak berjalan secara efektif dan
efisien.
Dalam pemberdayaan pendamping ada dua istilah yang perlu dipahami yaitu
“pemberdayaan” dan “pendamping”. Dua kata ini memiliki makna yang sangat strategis
terkait upaya memperkuat posisi dan peran dalam masyarakat. Pemberdayaan
mengandung makna bahwa terjadi perubahan dinamis dan berkelanjutan dari
ketidakmampuan menuju kesuksesan atau kemandirian. Sedangkan, kata pendamping
bermakna subjek dan objek yang memiliki peran, kemampuan (competency) dan mandat
dalam mendukung pembangunan dan pemberdayaan Desa.
Upaya peningkatan merupakan serangkaian tindakan sistematis dalam
membangun kepribadian pendamping yang mampu bertindak dan bekerja secara
profesional, adaptif, berjiwa sukarela, kreatif dan siap menghadapi berbagai tantangan
dan perubahan yang terjadi. Pendamping adalah mental dan cara pandang bukan
identitas yang melekat dalam diri seseorang yang bersifat kontraktual, tetapi sebagai
panggilan jiwa untuk bekerja bersama masyarakat dalam mencapai visi dan tujuan
bersama. Cara pemberdayaan pendamping, yaitu:
1. Memberi Peran
Setiap unit lembaga pasti ada yang ditunjuk untuk sebagai peran dalam melaksanakan
pekerjaan yang sesuai dengan tingkat yang ada dalam lembaga tersebut. Seseorang
yang diberi peran dalam pekerjaan akan merasa ada perhatian khusus dari lembaga
yang dapat mempengaruhi psikologi pelakunya dan secara langsung dia mempunyai
tuntutan agar orang lain berperilaku kepadanya yang sesuai dengan kondidi perannya.
Misal seorang guru akan bererilaku sebagai guru yang baik dalam setiap waktu. Kondisi
PROGRAM INOVASI DESA
214| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
yang seperti itu dapat mempengaruhi dari dorongan pemberian peran. Dan jangan
sampai peran yang diberikan bertentangan dengan kompetensi yang dimiliki dan
kemauan jiwa yang dimiliki. Begitu pula peran yang diberikan tidak over load . Agar
semua bisa teratasi dengan baik diperlukan :
(a) Rancangan beban tugas harus jelas dan pas.
(b) Mempunyai tujuan peran yang jelas seperti program promosi
(c) jabatan dan lain-lainnya.
(d) Menerapkan manajemen kinerja yang efektif.
(e) Merancang sesuai dengan kebutuhan tugas pendamping.
(f) Menjelaskan keseluruhan kepada pemangku kepentingan.
(g) Membuat struktur organisasi kerja yang jelas.
2. Membentuk Kelompok Kerja
Memberdayakan pendamping dapat dilakukan dengan membentuk tim atau kelompok
kerja baik dilakukan secara fomal maupun non formal. Secara formal kelompok dibentuk
atas dasar tugas yang diberikan oleh organisasi atau lembaga penyelenggara atau biasa
disebut kelompok kerja. Sedangkan pembentukan kelompok non formal dilakukan
hanya kepada personal yang mempunyai kepentingan bersama. Ada beberapa langkah
dalam mebentuk kelompok:
(a) Storming, yaitu menghimpun pendapat dari beberapa anggota kelompok dan
merumuskan bersama-sama.
(b) Pembentukan diri, yaitu saling mengenali satu sama lain dan mempelajari peran
mereka dalam kelompok.
(c) Norming, yaitu menentukan norma atau aturan-aturan yang ditetapkan.
(d) Performing, yaitu menampilkan kegiatan yang sudah disepakati bersama-sama.
G. Pola Pengembangan Kapasitas Pelaku
Penyelenggaraan program pelatihan dan pengembangan bagi pelaku Program Inovasi
Desa (PID) khusunya dalam aspek keterampilan mengelola pengetahuan dan inovasi
desa bersifat programatik dan situasional. Artinya dirumuskan sesuai perhitungan
kepentingan organisasi dan kebutuhan, penerapan prinsip belajar dapat berbeda dalam
aksentuasi dan intensitas, yang pada gilirannya tercermin pada penggunaan teknik
dalam proses pembelajaran.
Melaksanakan program pelatihan dan pengembangan kompetensi tekni pada
prinsipnya melaksanakan proses pembelajaran, artinya ada pelatih yang mengajarkan
suatu topik atau mata latih. Oleh karena itu, tepat tidaknya suatu teknik fasilitasi
tergantung pada pertimbangan yang ingin ditonjolkan, seperti penghematan dalam
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 215
pembiayaan, materi dan fasilitas yang tersedia, kemampuan peserta, kemampuan
pelatih dan prinsip belajar yang digunakan.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan program
pelatihan dan pengembangan antara lain :
(a) On the job atau pelatihan dalam jabatan, merupakan teknik pelatihan di mana para
peserta dilatih langsung di tempat dia bekerja. Sasarannya adalah meningkatkan
kemampuan peserta latihan mengerjakan tugasnya yang sekarang. Yang bertindak
sebagai pelatih bisa seorang pelatih formal, atasan langsung, atau rekan sekerja
yang lebih senior dan berpengalaman. Pelatihan dalam jabatan ini meliputi empat
tahap yaitu :
peserta pelatihan memperoleh informasi tentang pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya dan hasil yang diharapkan, kesemuanya dikaitkan dengan
relevansi pelatihan dengan peningkatan kemampuan peserta pelatihan yang
bersangkutan.
pelatih mendemonstrasikan cara yang baik melaksanakan pekerjaan tertentu
untuk dicontoh oleh pegawai yang sedang dilatih.
peserta pelatihan disuruh mempraktekkannya sendiri apa yang telah
didemonstrasikan pelatih.
pendamping menunjukkan kemampuan bekerja menurut cara yang telah
dipelajarinya secara mandiri.
(b) Vestibule merupakan metode pelatihan untuk meningkatkan keterampilan
terutama yang bersifat teknikal, di tempat pekerjaan, akan tetapi tanpa
menggangu kegiatan organisasi sehari-hari. Hal ini berarti organisasi harus
menyediakan lokasi dan fasilitas khusus untuk berlatih, sehingga tidak
mengganggu pekerjaan yang sebenarnya. Vestibule merupakan bentuk
pengembangan kapasitas yang dilakukan dalam situasi tugas atau kerja. Misalnya
di kantor, agar pelatihan tidak mengganggu kegiatan administrasi sehari-hari,
maka disediakan satu ruang khusus yang digunakan berlatih, seperti menata ruang
pelayanan atau pengaduan, menerima pengaduan dari masyarakat langsung,
kegiatan konsutasi, dan lain-lain.
(c) Apprenticeship (magang), biasa dipergunakan untuk pekerjaan yang membutuh-
kan keterampilan (skill) yang relatif tinggi. Program ini biasanya mengkombinasi-
kan on the job training dengan pengalaman sistem magang ini dapat mengambil
empat macam kegiatan yaitu:
seorang pegawai belajar dari pegawai lain yang lebih berpengalaman.
coaching dalam hal mana seorang pemimpin mengajarkan cara-cara kerja
yang benar kepada bawahannya di tempat pekerjaan dan cara-cara yang
diajarkan atasan tersebut ditini oleh pegawai yang sedang mengikuti latihan.
menjadikan pegawai yang dilatih sebagai ”asisten”.
PROGRAM INOVASI DESA
216| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
menugaskan pegawai tertentu untuk duduk dalam berbagai panitia, sehingga
yang bersangkutan mendapat pengalaman lebih banyak.
(d) Classroom methods. Dirancang dalam bentuk pembelajaran keterampilan di dalam
kelas dengan menggunakan metode demontrasi/peragaan, tim kerja, praktek
kerja, simulasi, pemecahan masalah, dan belajar unit kompetensi. Aktivitas
pembelajaran pada umumnya berjalan sepihak yang instruktur aktif memberikan
informasi atau pengetahuan kepada peserta. Banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan metode ini, diantaranya adalah faktor peserta, bahan belajar, pelatih.
Semakin banyak jumlah peserta dalam suatu ruang belajar biasanya semakin
kurang efektif (satu kelas lebih dari lima puluh orang). Demikian juga dengan
bahan belajar, bila pelatih tidak menyediakan bahan belajar (hand out)
menyebabkan peserta kesulitan mengikuti jalannya pembelajaran. Hal yang tidak
kalah pentingnya adalah instruktur, untuk model kuliah diperlukan pelatih yang
benar-benar mampu menguasai kelas dengan berbagai keahliannya.
Daftar Pustaka
D. Susanto (2010). Strategi Peningkatan Kapasitas Modal Sosial dan Kualitas Sumberdaya
Manusia Pendamping Pengembangan Masyarakat. Jurnal Komunikasi
Pembangunan ISSN 1693-3699 Februari, Vol. 08, No. 1.
Wahjudin Sumpeno., dkk (2016). Modul Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli Peberdayaan
Masyarakat: Peningkatan Kapasitas Pendamping dalam Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Desa, Daerah Tertinggadal dan
Transmigrasi.
http://bpsdm.kemenkumham.go.id/artikel-bpsdm/35-capacity-building-dan-strategi-
peningkatan-kualitas-sdm-organisasi
http://drpriyono.blogspot.co.id/2012/03/bab-iii-pengembangan-pemberdayaan-
sdm.html
PROGRAM INOVASI DESA
218| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
Lembar Informasi 5.2.1
Pembimbingan Keterampilan Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
A. Latar Belakang
Pembimbingan merupakan suatu kegiatan yang diperuntukkan untuk memberikan
bantuan yang pada umumnya berupa nasehat dan tuntunan untuk menyelesaikan
persoalan/masalah yang bersifat teknis atau membutuhkan kompetensi tertentu yang
bersifat keterampilan. Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing)
bertujuan untuk menyelesaikan berbagai kebutuhan dalam mendokumentasikan
pengalaman, praktek baik dan inovasi yang dilakukan oleh Desa sekaligus membantu
memecahkan masalah yang dihadapi oleh pelaku program, sehingga penyelesaiannya
dapat dipertanggungjawabkan sesuai standar atau ketentuan yang berlaku.
Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilakukan untuk
memberikan kesempatan dan pengalaman kepada Pelaku PID khususnya TIK-PID dan
TPID dalam menyelasaikan tugas dalam mengembangkan dokumen pembelajaran
yangdidasarkan pengalaman Desa dalam penyelenggaraan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat. Setiap pembimbing tentunya memiliki cara yang berbeda-
beda dalam memahami berbagai situasi dalam tugas termasuk menemukan alternatif
solusinya. Selama ini, pembimbingan oleh para pendamping dilakukan secara
berjenjang dan cenderung mengikuti mekanisme struktural dari atas ke bawah. Namun
terkadang persoalan yang dihadapi oleh pelaku program tidak hanya berkaitan dengan
tanggung jawab pekerjaan atau tugas manajerial saja tetapi juga menyangkut
keterampilan teknis yang komplek harus diselesaikan melalui cara-cara yang lebih kreatif
dan inovatif, termasuk melibatkan pihak-pihak yang dianggap mampu untuk
menyelesaikannya.
Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) sebagai langkah
penyiapan tenaga pelaksana khususnya dalam pelaksanaan PID dalam memberikan
dukungan teknis kepada masyarakat agar mampu memberikan layanan informasi dan
tukar informasi pembangunan di tingkat Desa, Kecamatan dan Kabupaten/Kota serta
mampu dimanfaatkan secara optimal. Bimbingan dilakukan untuk membantu pelaku PID
khususnya TIK-PID da TPID agar mampu menangkap pnegtahuan dan infasi yang
berkembang dan menjadi praktek baik dalam masyarakat. Disisi lain pembimbingan
dilakukan untuk memperkuat kinerja Tim sebagai kelompok kerja atau gugus tugas
tertentu dengan tugas utama membantu UPTD di tingkat Kecamatan, OPD atau Dinas
terkait dalam mendorong pembanguan dan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka
pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID).
Sejalan dengan upaya tersebut, kemampuan profesional TAPM dan pelaku lainnya
perlu ditingkat secara terus-menerus melalui bimbingan, konsultasi, asistensi dan
pengarahan (coaching) sesuai kebutuhan di lapangan. Permasalahan mendasar yang
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 219
masih dihadapi dalam proses pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa
(capturing) antara lain (1) terbentuknya tim kerja di tingkat Kabupaten/Kota dan
Kecamatan belum menggambarkan profil pengetahuan, keterampilan atau komptensi
teknis secara utuh,; (2) pola pelatihan tugas yang tidak terintegrasi dan terpisah-pisah
baik substani atau materi maupun satu kompetensi dengan kompetensi lainnya; (3)
pelaku program yang belum memiliki pengalaman dalam menerapkan keterampilan
teknis menangkap inovasi desa; (4) terbatasnya sumber daya di daerah yang memiliki
kompetensi teknis; (5) masih banyak pelaku program yang berlatar belakang akademis
dan belum memiliki pengalaman dan terampil melakukan kegiatan penangkapan inovasi
desa (capturing); dan (5) pembina atau para pemangku keputusan yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan program belum secara efektif membangun sistem pembinaan
dan pelatihan yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan teknis di lapangan.
Guna menanggulangi permasalahan tersebut, Direktorat Jenderal Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa sesuai tugas dan fungsinya perlu (1) menyusun
panduan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) Pendamping Desa; (2)
melaksanakan Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) secara
berjenjang di tingkat Desa, Kabupaten/Kota; (3) menyebarluaskan penerapan metode
Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) berdasarkan nilai-
nilai, karakter dan profesionalitas untuk membentuk kompetensi dan ketermapilan
khusus; (4) mengupayakan metodologi pelatihan yang tidak lagi berupa pelatihan kelas
saja, namun pelatihan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan personal, sosial
dan professional terkait bidang khusus; (5) mengarahkan kegiatan bimbingan berbasis
masyarakat agar mampu mengelola berbagai permasalahan dengan sumber daya yang
dimilikinya.
B. Tujuan
Secara umum tujuan pelaksanaan pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa
(capturing) bagi pelaku PID khususnya TIK-PID dan TPID diarahkan dalam
pengembangan kompetensi atau keahlian teknis, yaitu:
1. meningkatkan kemampuan dalam mengorganisir dukungan sumber daya dalam
menghasilkan keluaran terkait inovasi Desa;
2. meningkatkan keterampilan pelaku PID dalam memperkuat keterimpilan teknis
menangkap inovasi desa (capturing) di tingkat Kecamatan dan Kabupaten/Kota;
3. meningkatkan keterampilan pembimbingan dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapinnya secara kreatif dan inovatif terkait penyelesaian tugas di
lapangan;
C. Prinsip-Prinsip
Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilaksanakan dengan
menerapkan prinsip-prinsip seperti: berjenjang, berkelanjutan, komprehensif,
implementatif dan koordinatif.
PROGRAM INOVASI DESA
220| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
1. Berjenjang
Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilaksanakan secara
berjenjang mulai dari tingkat Pusat, Provinsi atau regional (beberapa provinsi),
Kabupaten/Kota dan Desa. Tim pembina/fasilitator pusat melakukan Pembimbingan
keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) kepada tim pendamping di tingkat
Kabupaten/Kota. Tim Pembina/fasilitator Pusat bersama Provinsi melakukan
Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) kepada tim
pengembang/Tenaga Ahli Kabupaten/Kota dalam hal ini TAPM. Selanjutnya, TAPM
melakukan pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) kepada
kepada TIK-PID dan TPID. Fasilitator pusat/provinsi dalam pelaksanaan Pembimbingan
keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dapat bertindak sebagai pembimbing
atau narasumber di lapangan. Dalam hal tertentu, pemerintah pusat dan provinsi dapat
melaksanakan Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) secara
langsung kepada Tim Pendamping Kabupten/Kota, dan pelaku di daeran (TIK-PID dan
TPID).
2. Berkelanjutan
Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) yang dilaksanakan
oleh Tim Pembina/Tenaga Ahli baik di tingkat Pusat, Provinsi/regional maupun
Kabupaten/Kota kepada TAPM dilakukan secara sistemik, terus-menerus dan terencana.
Hal ini dilakukan agar pelaksanaan program pembimbingan yang akan diberikan kepada
TIK-PID dan TPID dapat meningkat kualitas dan kuantitasnya dari waktu ke waktu.
3. Komprehensif
Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dari semua komponen kompetensi, tugas dan indikator
keterampilan menangkap inovasi desa (capturing). Dalam pelaksanaannya tidak hanya
satu komponen tertentu tetapi meliputi semua komponen dengan maksud agar
permasalahan yang dihadapi pelaku di lapangan dalam pelaksanaan tugasnya dapat
diselesaikan dengan baik, cepat, tepat sasaran dan berbasis hasil (output based).
4. Implementatif
Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilaksanakan dengan
menekankan praktik pengarahan (coaching/mentoring) sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan kerja pelaksana program di kabupaten/Kota dan Kecamatan. Substasi
Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) lebih diarahkan pada
perbaikan keterampilan menangkap gagasan pengetahuan inovasi desa dan
penyelesaian masalah yang dihadapi dan koordianasi lintas sektoral di wilayah kerjanya
masing-masing. Materi yang bersifat teori diberikan hanya untuk memperkuat
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 221
pelaksanaan tugas lapangan dengan tetap mengacu konteks regulasi daerah dan
dukungan terhadap pelaksanaan Undang-Undang Desa.
5. Koordinatif
Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilaksanakan secara
koordinatif antara Tim Pembina/Tenaga Ahli pusat, Tim Pembina/Tenaga Ahli tingkat
provinsi dan Tenaga Ahli kabupaten/kota dalam hal ini TAPM sesuai dengan keahliannya
serta pemangku kepentingan terkait. Hal ini dilakukan untuk memperlancar dan
menyamakan visi, misi, dan tujuan serta gerak langkah bimbingan teknis di tingkat
Kabupaten/Kota yang difasilitasi oleh TIK-PID dan di tingkat Kecamatan yang difasilitasi
TPID dapat menghasilkan dokumen pembelajaran inovasi yang siap dimanfaatkan dan
disebarkan.
D. Mekanisme Pembimbingan Keterampilan Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
Agar memberikan hasil secara optimal pola pembimbingan keterampilan menangkap
inovasi desa (capturing) yang difasilitasi TAPM dirancang melalui pendekatan sistem,
berjenjang dan berkelanjutan menggunakan pola “In-On-In”. Pemilihan pola ini
dimaksudkan untuk memantapkan struktur pengembangan mutu bimbingan teknis
pada tingkat lokal dengan optimalisasi pemberdayaan berbagai forum seperti rapat
kerja, rapat koordinasi, konsultasi, asistensi, kunjungan lapang, supervisi pendamping,
dan Kelompok Kerja Pendamping (KKP). Dengan pemberdayaan berbagai forum dan
kelompok kerja pendamping tersebut, kegiatan Pembimbingan keterampilan
menangkap inovasi desa (capturing) diharapkan dapat berkontribusi terhadap
peningkatan kompetensi bidang penangkapan inovasi desa (capturing) secara
berkelanjutan dalam upaya meningkatkan penyelesaian tugas, pemecahan masalah dan
kualitas program di masyarakat. Di samping itu, kegiatan ini membantu TAPM dalam
mendorong Tim kerjanya di tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan dalam peningkatan
keterampilan menangkap inovasi desa (capturing).
E. Jenis-Jenis Pembimbingan Keterampilan Menangkap Inovasi Desa
(Capturing)
1. Bimbingan Tugas
Bimbingan tugas, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para pendamping
dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah terkait tugas dalam
mendampingi masyarakat. Adapun yang termasuk masalah-masalah dalam tugas
diantaranya, yaitu pengenalan job description, pemilihan spesifikasi atau keahlian, cara
belajar, penyelesaian tugas-tugas dan latihan, pencarian serta penggunaan sumber
informasi pendukung, perencanaan tugas lanjutan, dan lain-lain. Dalam hal ini tugas
pembimbing diantaranya:
PROGRAM INOVASI DESA
222| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
(a) Memberikan bimbingan, arahan dan nasehat pada pendamping mengenai
berbagai masalah yang dihadapi selama melaksanakan tugas, membantu
pendamping dalam penyusunan rencana kerja.
(b) Menyepakati rencana kerja mencakup tujuan, output, target keterampilan
menangkap inovasi desa (capturing) dan jadwal.
(c) Menyepakati evaluasi keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) yang
telah dilakukan oleh TIK-PID dan TPID, bentuk layanan dan laporan hasil serta
rekomendasi tingkat keberhasilan atau pencapaian target keterampilan untuk
keperluan pengembangan karir atau penghargaan atas prestasi yang dicapainya;
(d) Membantu mengatasi masalah-masalah penyelesaian tugas organisasi dengan
memberikan saran, koreksi atau dukungan lainnya.
2. Bimbingan Karir
Bimbingan karir merupakan upaya bantuan terhadap pelaku program secara personal
agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembang-
kan masa depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan. Melalui
layanan bimbingan karir, TIK-PID dan TPID mampu menentukan dan mengambil
keputusan secara tepat dan bertanggung jawab keputusan yang diambilnya sehingga
secara efektif menghasilkan berbagai hasil kerja yang dapat duandalkan dan bermanfaat
bagi masyarakat. Bimbingan karir sangat penting untuk mengarahkan para pelaku
program sesuai dengan potensi dan minat yang dimilikinya. Pemilihan karir yang tepat
pada siswa, akan memberikan kepuasan dan akan meraih hasil yang maksimal.
Menurut Winkel (2005:114) bimbingan karir adalah bimbingan dalam
mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau
jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan
dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapanan pekerjaan yang
dimasuki. Dengan demikian, bimbingan karir juga dapat dipakai sebagai sarana
pemenuhan kebutuhan pendamping yang harus dilihat sebagai bagaian integral dari
program pelatihan yang diintegrasikan dalam setiap pengalaman belajar dalam tugas.
Kekeliruan dalam mengarahkan karir seseorang dalam mengembangkan potensi
dan mintanya, akan berdampak secara luas pada keterampilan dan kehidupan dalam
masyarakat, yang kemungkinan akan menurunkan prestasi bahkan frustasi dan
gangguan psikologis, karena ketidakmampuan beradaptasi, hasil yang diperoleh tidak
maksimal, tertutupinya bakat-bakat bawaan yang sebenarnya lebih dominan dan lain-
lain.
3. Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial merupakan upaya bantuan personal dalam memecahkan masalah-
masalah sosial yang dihadapinya secara pribadi. Hal ini menyangkut masalah hubungan
dengan sesama rekan kerja, staf, tim kerja, atasan atau penyelia dan pemnagku
kepentingan yang terlibat dalam tugasnya sebagai pendamping. Bimbingan sosial
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 223
diarahkan untuk meningkatkan pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri
dengan lingkungan kerja dan masyarakat tempat dimana mereka tinggal, dan
penyelesaian konflik.
Bimbingan sosial bertujuan membantu seseorang dalam membangun sikap dan
kepribadian professional dengan pemantapan pemahaman tentang kekuatan dan
kelemahan diri dan usaha untuk menanggulanginya, kretivitas, produktif dan
pengembangan untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, serta kemampuan
mengambil keputusan.
Bimbingan sosial untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan
kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini
merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan
memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami
oleh individu.
Masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang sosial misalnya: pribadi
bertanggung jawab, kurang menyenangi kritikan orang lain, kurang memahami tata
karma (etika) pergaulan; kurang berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakat, baik
di kampus maupun dimasyarakat, kurang termotivasi dengan tugas, tidak mau
menerima tugas atau beban tambahan, kurang sabar, senang berkonflik, rendah diri,
etos kerja lemah, tidak mampu menghadapi situasi kritis, dan lain-lain.
4. Coaching
Coaching adalah pembinaan. Secara teoritis, coaching merupakan proses pengarahan
yang dilakukan atasan atau senior untuk melatih dan memberikan orientasi kepada
bawahannya tentang realitas di tempat kerja serta membantu mengatasi hambatan
dalam mencapai prestasi kerja secara optimal. Kegiatan ini sangat tepat diberikan
kepada pendamping baru atau yang menghadapi pekerjaan baru, pelaku program yang
sedang menghadapi masalah prestasi kerja atau menginginkan pembinaan kerja.
Tujuannya untuk memperkuat dan menambah keterampilan khususnya dalam
menangkap inovasi desa (capturing) yang telah berhasil atau memperbaiki keterampilan
lain yang bermasalah.
Coaching merupakan suatu cara sistematis untuk memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan dan kapasitas setiap orang sehingga berhasil mencapai sasaran
kerjanya. Coaching dapat dilakukan kapan saja supervisor merasa perlu, tidak
bergantung pada jadwal yang ketat. Seorang coach adalah fasilitator, bukan guru. Coach
berperan menyediakan tools dan memposisikan sebagai motivator yang mendukung
tujuan pendamping dalam melaksanakan tugasnya. Coach menjadi cermin, membantu
dan memberi saran kepada pendamping untuk melakukan pekerjaan yang dibutuhkan
atau menyelesaikan tugas atau proyek tertentu.
Manfaat coaching untuk meningkatkan thereshold competency (TC) adalah
kompetensi dasar yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya tetapi
kompetensi ini belum sebagai keunggulan menjadi Differentiating Competencies (DC)
yaitu karakteristik yang dimiliki oleh orang-orang yang berkinerja tinggi (high performer)
PROGRAM INOVASI DESA
224| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
dan yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang berkinerja rendah (low) atau kurang
(poor). Misalnya seorang pendamping yang telah menguasai keahlian khusus yang
dibutuhkan untuk memelihara jaringan. Pendamping seperti ini bisa dikatakan orang
yang berkinerja tinggi sesuai kompetensi yang dimiliki.
Beberapa metode yang digunakan dalam coaching diantaranya:
(a) Transitional Coaching, merupkan model yang dirancang untuk membantu
pendamping dalam meraih karir baru, sekaligus mengatasi tantangan yang
muncul saat pendamping berakhir tugasnya, berganti pekerjaan, beralih profesi,
atau memasuki lingkungan kerja baru.
(b) Developmental Coaching, dirancang untuk membantu pendamping mengambil
keputusan dalam proses pengembangan karir, dan membantu mereka memasuki
pekerjaan dengan tanggung jawab yang lebih besar baik dalam tim maupun
dengan perubahan tugas/pekerjaan.
(c) Remedial Coaching, merupakan metoda yang digunakan untuk membantu
pendamping memperbaiki performa atau kinerja ahgar kembali ke jalur yang
seharusnya, dengan menangani leadership style issues yang sedang dihadapi saat
ini.
5. Counseling
Counseling adalah teknik untuk meningkatkan efektifitas perilaku dan sikap mental agar
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Konseling dilakukan apabila setelah coaching
dilakukan tidak terjadi perubahan atau peningkatan keterampilan menangkap inovasi
desa (capturing) dari bawahannya. Konseling lebih mengarah pada aspek psikologis dari
individual, sehingga untuk melaksanakan konseling seorang manajer/supervisor perlu
dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk memahami kebutuhan psikologis
tersebut.
Dalam kegiatan pengendlian counseling, mempunyai makna sebagai hubungan
timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seorang (konselor) berusaha
membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam
hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang
(Natawijaya, 1987).
Konseling dalam kerja pendampingan, meliputi:
(a) Penempatan Kerja. Pelayanan penempatan memberikan bantuan bagi para
pendamping baru dengan menyediakan berbagai informasi tentang analisis
pekerjaan, serta aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dari posisi tersebut. Dari
pihak lembaga kerja, peranan konselor adalah membantu organisasi memperoleh
tenaga yang terampil dan cocok dengan keperluan jenis, strata, dan struktur
pekerjaan yang ada. Dipandang dari pihak pendamping dan pengguna, konselor
berusaha membangun suasana the right man on the right place, menempatkan
pekerja secara tepat sesuai dengan kondisi pribadinya, bakat, minat, serta bidang
PROGRAM INOVASI DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 225
keahliannya. Layanan penempatan seperti ini juga berlaku bagi para pelaku
program yang menempati posisi baru dalam struktur atau penjajagan yang ada.
(b) Penyesuaian Kerja. Kepada tenaga atau tim baru atau pemula, konselor
memberikan layanan orientasi. Para pendamping baru perlu mendapat persepsi
yang tepat, wawasan yang memadai dan cara-cara yang akurat tentang bidang
kerja yang baru diampunya. Tema utamanya adalah penyesuaian diri secara tepat
dan cepat terhadap tuntutan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing)
di tempat yang baru sebagai pendamping. Penyesuaian yang seperti ini akan
memberikan jaminan awal tentang keberhasilan kerja.
(c) Kepuasan Kerja. Keadaan yang diharapkan seseorang merasa senang bekerja,
merasa kerasan dan puas dengan kondisi yang ada. Kondisi ini akan mengantarkan
yang bersangkutan bertugas lebih lanjut dengan semangat yang cukup tinggi
bahkan semakin tinggi. Keadaan ketidakpuasan yang menimpa seorang pemula,
perlu diberikan bantuan layanan konseling karena kesulitan belajar untuk
mengembalikan semangat kerja dan sikap positif terhadap pekerjaan tersebut.
(d) Kepindahan Kerja. Kepindahan tenaga atau tim kerja diakibatkan keputusan
rotasi atau mutasi tidak hanya di latar belakangi oleh faktor ketidakpuasan dengan
posisi atau lokasi yang lama, ada kemungkinan mereka ingin pindah karena
berharap memperolah pengalaman baru atau alasan lainnya. Apapun alasannya,
proses mutasi atau rotasi sering kali memerlukan bantuan konseling baik untuk
penempatan maupun penyesuaian.
(e) Pengentasan Masalah Lainnya. Masalah-masalah pribadi berkenaan dengan
keluarga, kesehatan, sikap, dan kebiasaan sehari-hari, hobi dan waktu senggang,
hubungan sosial kemasyarakatan, dan lain-lain merupakan obyek kegiatan
konseling yang dapat dilakukan oleh atasannya. Apabila masalah ini dibiarkan
membesar, akan mempengaruhi hubungan kerja dan keterampilan menangkap
inovasi desa (capturing) pendamping dengan tim atau manajemen. Sebaliknya
apabila masalah pribadi tersebut dapat ditangani dengan baik, dampak positifnya
terhadap hubungan kerja dan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing)
bagi pelaku program baik pendamping maupun tim pelaskana akan dapat
dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.
6. Mentoring
Mentoring merupakan sebuah metode yang bersifat pengalaman individual yang
mencoba membagikan pengetahuan dan ketrampilan serta kompetensinya kepada
seseorang yang mempunyai pengalaman kerja lebih sedikit dengan situasi hubungan
yang penuh kepercayaan dan menguntungkan. Mentors adalah seseorang yang melalui
tindakan dan pekerjaannya membantu karyawan lain untuk memaksimalkan potensi
yang dimilikinya. Mentoring merupakan bentuk ‘Pendampingan/Buddying’ pada orang
yang baru masuk bekerja atau orang yang akan menempati posisi baru atau jabatan
baru. Dalam program mentoring perusahaan memiliki orang ahli atau orang-orang di
dalam organisasi yang berpengalaman yang dapat berbagi, membimbing dan
PROGRAM INOVASI DESA
226| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM
memberikan umpan balik yang di sebut Mentor, terhadap Mentee (orang yang di
mentoring). Seorang Mentee dapat belajar dan mempelajarinya dengan cara osmosis
yaitu dengan cara ditunjukkan dan dengan melakukannya.
Mentoring dianggap sebagai salah satu alat yang tepat bagi pengembangan dan
pemberdayaan personal karena merupakan cara yang efektif dalam membantu
pendamping untuk menemukan potensi diri serta mengembangkan karirnya dengan
lebih baik. Karakteristik mentoring yang bersifat career-focused membuat aktivitas ini
lebih efektif dibandingkan coaching karena mentoring memungkinkan para mentee
untuk mengembangkan karirnya di luar area kerja yang selama ini ditekuni. Selain itu,
inti kegiatan mentoring bersifat sharing sehingga pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh jauh lebih beragam.
Menurut Dalton dalam Thompson Career Development Model, terdapat empat
tahapan dalam pendekatan mentoring, yaitu:
(a) Tahap 1: dependence/ketergantungan. Profesional baru masih tergantung pada
mentor dan mengambil peran subordinat dimana memerlukan supervisi yang
dekat;
(b) Tahap 2: independence/mandiri. Profesional dan mentor mengembangkan
hubungan yang lebih seimbang. Profesional mengubah dari “apprentice” ke
“kolega” dan membutuhkan sedikit supervisi. Kebanyakan profesional akan sampai
tahap ini untuk sebagian besar dalam kehidupan profesional mereka;
(c) Tahap 3: supervising others/Supervisi orang lain. Menjadi mentor bagi dirinya
sendiri dan mendemostrasikan kualitas profesional sebagai mentor;
(d) Tahap 4: managing andsupervising others/mengatur dan mensupervisi orang lain.
Daftar Pustaka
Gomes, Faustino Cardoso (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Sujoko (tt). Program Mentoring Dalam Kasus Penempatan Tenaga Kerja Bermasalah Di
Perpustakaan. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Ilmu Perpustakaan dan
Informasi, Interdisciplinary Islamic Studies UIN Sunan Kalijaga.
Wahjudin Sumpeno., dkk (2016). Modul Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli Peberdayaan
Masyarakat: Peningkatan Kapasitas Pendamping dalam Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Desa, Daerah Tertinggadal dan
Transmigrasi.
http://www.loop-indonesia.com/mentoring-di-tempat-kerja-apa-dan-mengapa-part-
1/
http://www.kompasiana.com/marhaenii/mentoring-dalam-perusahaan-
perlukah_5528bb68f17e61357f8b457b
http://evevacarol.blogspot.co.id/2013/01/konseling-kerja.html