KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai...

20
1 i

Transcript of KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai...

Page 1: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

1

i

Page 2: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

2

LAPORAN PENELITIAN

UJI IN VIVO POTENSI DAUN KELOR (Moringa oleifera)

TERHADAP DAYA TAHAN BABI PADA INFEKSI BAKTERI

INTESTINAL

Peneliti : Dr. drh. Hapsari Mahatmi, MP.

Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, MP.

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDYANA

NOPEMBER 2015

Page 3: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

3

ABSTRACT

Research has been done to determine the effect of Moringa oliefera on pig body weight.. In the present study were used 24 pigs 2 months age , divided into 6

groups. In group I as control (pigs were not given treatment) , group II were given 5 % Moringa oliefera , group III were given 10 % Moringa oliefera , group IV 5

%Moringa oliefera and were infected with E coli bacteria , group V given Moringa oliefera 10 % and infected with E coli bacteria , group VI only infected with E coli

bacteria. The results showed that Moringa oliefera influence to the weight gain of

pigs, E. coli bacterial and infections. Concentration Moringa oliefera 10 % gives the best effect on weight gain of pigs, and prevent the development E coli bacteria.

. Keywords: pigs , Moringa oliefera, pig weight , E coli.

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh daun kelor (Moringa oliefera) terhadap pertanbahan berat badan babi. Pada penelitian ini dipergunakan 24 ekor babi umur 2 bulan yang terbagi menjadi 6 kelompok. Pada kelompok I babi tidak diberikan perlakuan, kelompok II diberi daun kelor 5%, kelompok III diberi daun kelor 10 %, kelompok IV diberi daun kelor 5% selanjutnya dinfeksi dengan bakteri E coli , kelompok V diberi daun kelor 10% selanjutnya dinfeksi dengan bakteri E coli, kelompok VI hanya dinfeksi dengan bakteri E coli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian daun kelor (Moringa oliefera) dapat berpengaruh terhadap berat badan babi, infeksi bakteri E.coli dan konsentrasi daun kelor (Moringa oliefera) 10 % memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertambahan berat badan babi, serta menghambat perkembangan bakteri E coli . Kata kunci : babi, daun kelor (Moringa oliefera), berat badan, E coli.

Ii

Page 4: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

4

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat

rahmatnyalah maka penelitian dengan judul : Daun Kelor (Moringa oleifera) Sebagai

Produk Feed Suplemen Ramah Lingkungan yang Mampu Meningkatkan Produktivitas

Serta Daya Tahan Babi terhadap Infeksi Bakteri dan Parasit Intestinal dapat dilaksanakan

sesuai dengan harapan. Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terimakasih

kepada Rektor Universitas Udayana, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Universitas Udayan, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Udayana, serta semua pihak yang ikut berperan aktif pada penelitian ini. Semoga

penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat

menanggulangi penyakit bakterial dan paratik pada babi, yang pada akhirnya dapat

meningkat produktivitas peternakan babi.

Page 5: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

5

BAB I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Bali tidak terlepas dari keberadaan usaha

ternak Babi. Bali merupakan salah satu wilayah dengan jumlah populasi babi terbesar di

Indonesia yaitu sekitar 1 juta ekor lebih pada tahun 2008. Hal ini tidak terlepas dari

kebutuhan masyarakat Bali terhadap komoditas Babi yang terus meningkat dari tahun ke

tahun.

Dengan semakin sempitnya wilayah yang mendapat ijin masyarakatnya untuk

beternak babi maka ke depan Bali berpotensi menjadi pusat peternakan babi dan penelitian

tentang babi khususnya di universitas Udayana. Oleh karenanya sangat penting dilakukan

penelitian tentang berbagai aspek pada Babi selain bertujuan untuk meningkatkan

kompetensi juga merupakan bagian dari implementasi Pola Ilmiah Pokok Kebudayaan

yang dicanangkan oleh Universitas Udayana.

Ternak babi mempunyai banyak kelebihan diantaranya beranak banyak,

pertumbuhan cepat, sumber makanan bervariasi mulai limbah dapur, hasil pertanian dan

pakan jadi berupa pellet. Hal ini terkait susunan organ pencernaannya yang merupakan

peralihan antara monogaster dan poligaster, sehingga mampu mencerna berbagai jenis

pakan. Kebanyakan peternakan babi yang ada di Bali merupakan peternakan rakyat yang

berskala kecil, hanya sebagai tabungan yang dipelihara secara rumahan dengan jumlah 2 –

6 ekor, meskipun ada beberapa yang sudah berbentuk peternakan Babi intensif. Babi juga

merupakan jenis ternak yang sangat rentan terhadap penyakit terutama penyakit yang

disebabkan infeksi bakteri dan parasit dan berpotensi sebagai agen penyebar penyakit

Page 6: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

6

zoonosis. Pada umumnya usaha terapi yang dilakukan adalah dengan pemberian preparat

antibiotik dan anthelmintik.

Babi ditinjauan dari struktur anatomi dan jaringannya merupakan mamalia yang

merupakan peralihan antara bangsa ruminansia (poligaster) dengan monogaster (monyet,

manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian

potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan pilihan yang tepat agar hasil

penelitian ini nantinya bisa diterapkan penggunaannya pada berbagai jenis ternak bahkan

bangsa hewan kesayangan dan bahkan bangsa ikan.

Tanaman Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman yang banyak tumbuh di

kebun, halaman rumah, pinggir ladang atau sawah yang telah dikenal oleh nenek moyang

masyarakat Bali sebagai tanaman yang mempunyai khasiat sebagai; obat tradisional

terutama kulit batangnya dan daun serta buahnya dimanfaatkan sebagai sayur. Selain itu

di beberapa daerah tanaman kelor digunakan untuk memandikan jenasah orang yang

meninggal dan dimitoskan sebagai tananam yang bisa mengusir roh-2 jahat. Dari cerita-

cerita tersebut maka dapat disimpulkan bahwa daun kelor mempunyai khasiat tertentu

yang tidak dijelaskan oleh nenek moyang. Tanaman Kelor justru banyak diteliti oleh

peneliti dari Eropa, India, dan Amerika namun masih sangat sedikit diteliti oleh peneliti di

Indonesia. Menurut Reyes,.( 2006) daun kelor mempunyai kandungan nutrisi yang sangat

tinggi yang mampu meningkatkan produksi susu pada sapi perah yang sangat signifikan

yaitu sampai 50 % dari produksi awal. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman et al

(2009) menunjukkan bahwa daun kelor mempunyai potensi sebagai antibakterial terhadap

bakteri pathogen yang menyerang manusia. Hasil Penelitian Vingga (2010) menunjukkan

bahwa ekstrak kasar daun Kelor (Moringa oleifera) mampu menghambatan pertumbuhan

bakteri E.coli yang diisolasi dari ayam.

Page 7: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Babi merupakan hewan ternak yang mempunyai nilai komoditas yang sangat tinggi

di Bali, Selain itu Babi mempunyai tempat tersendiri bagi masyarakat bali terkait dengan

adat, budaya dan kehidupan sosial sebagian besar masyarakatnya. Sehingga kebutuhan

babi cenderung meningkat dari waktu ke waktu sesuai dengan peningkatan daya beli

masyarakat. Oleh karenanya maka sudah menjadi kebiasaan khususnya disebagian besar

masyarakat di pedesaan selalu memelihara babi sebagai tabungan untuk menghadapi hari

raya keagamaan maupun upacara-upacara perayaan perkawinan bahkan kematian.

Kendala yang muncul pada usaha peternakan Babi adalah adanya serangan

penyakit, terutama pada babi muda. Penyakit yang berdampak pada kerugian ekonomi

akibat penurunan berat badan, biaya pengobatan dan kematian terutama adalah penyakit

yang menyerang saluran cerna. Penyakit saluran cerna yang diakibatkan oleh adanya

infeksi bakteri yang sering menyerang babi adalah Kolibasilosis.

Kolibasilosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Escherichia

coli strain pathogen. Penyakit ini tidak saja menyerang Babi tetapi juga unggas, sapi,

ruminansia lainnya bahkan strain Escherichia coli tertentu bisa bersifat zoonosis atau

mampu menular dan menyerang manusia (Casey, et al. 2005; Rodney, et al. 1999;

Montagne et al. 2005). Umumnya kolibasilosis yang menyerang babi mempunyai angka

morbiditas antara 30-40 % dan mortaliatasnya cukup tinggi terutama pada anak babi yang

baru lahir.

Kolibasilosis atau diare neonatal disebabkan oleh infeksi bakteri enterotoxigenic E

coli (ETEC) yang mempunyai antigen perlekatan K88, K99, F41 atau 987P merupakan

salah satu penyebab utama kematian anak babi pada umur dua minggu. ETEC berada pada

Page 8: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

8

lingkungan kandang induk babi beranak. Anak babi terinfeksi oleh ETEC melalui mulut

dengan masa inkubasi 6-18 jam. Anak babi neonatal yang terinfeksi oleh ETEC akan

menderita diare terus-menerus, tinja encer seperti air berwarna kekuning-kuningan. Anak

babi neonatal yang menderita diare akan mengalami dehidrasi, asidosis, dan cepat mati

(Hailton, et.al 2000). Vu-Khac, et al. (2004) melaporkan bahwa didapatkan beberapa

isolat strain E. coli pathogen penyebab diare pada anak babi umur 28 hari berdasarkan

metode PCR$ terhadap gen fimbrie yaitu F4, F5, F6, F18 dan F41, enterotoxins (STa,

STb and LT), verotoxin (VT2e or Stx2e) dan enteroaggregative heat-stable enterotoxin 1

(EAST1). Hal ini menunjukan bahwa ada suatu mobilitas terhadap strain atau gen baru

yang muncul pada strain E. coli.

Pengobatan yang dilakukan biasanya dengan pemberian antibiotik seperti

tetracycline, penstrep, preparat sulfa dll. Obat-obatan yang diberikan tanpa mengindahkan

aturan baik dosis maupun waktu pemberian akan berdampak pada timbulnya kasus

resistensi obat (Tzipori, 1985 dalam Supar, 1992). Rensistensi terhadap antibiotik selain

merugikan pada ternak babi secara langsung karena penggunaan antibiotik yang sudah

resisten tidak lagi bisa dipakai sebagai tindakan terapi, juga kejadian resistensi akan bisa

berdampak pada kesehatan konsumen. Oleh karenanya maka perlu dicari alternative

pengobatan yang murah, ramah lingkungan dan dampaknya minimal. Ali et al ( 2009).

Mendapatkan bahwa dampak resistensi antibiotic pada unggas sudah sangat meresahkan

Tanaman Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman perdu yang mampu

tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Sejak jaman dulu tanaman kelor

dipercaya mempunyai banyak khasiat sebagai obat tradisional yang sampai saat ini masih

sangat sedikit laporan ilmiah dari potensi daun kelor. Makkar and Becker, (1996)

melaporkan bahwa kandungan protein kasar pada daun yang diekstrak dan yang tidak

diekstrak adalah 43.5 dan 25.1%. daun Kelor (Moringa oleifera ) mengandung tannins

Page 9: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

9

dan saponin yang sama banyaknya yang terkandung pada tepung kedelai . Daun Kelor

tidak mengandung inhibitor trypsin dan tidak ditemukan adalanya kandungan lectin.

Sonia, et al. (2010). Mendapatkan bahwa ternyata pemberian serbuk daun kelor pada anak

babi sebanyak 10 % dari total konsentrat yang diperlukan mampu meningkatkan berat

badan sebanyak 6.42 %.

Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam) merupakan satu-satunya anggota family

dari Moringaceae yang ditemukan mampu tumbuh diberbagai wilayah seperti di wilayah

Himalaya, india, Pakistan, banglades dan di Afganistan (Fahey, 2005) Tanaman Kelor

digunakan secara luas untuk mengobati infeksi bakteri, infeksi jamur, antiinflamasi,

penyakit menular kelamin, malnutrisi dan diare pada manusia. Moringa oleifera sudah

sejak jaman dulu kala dikenal sebagai bahan obat tradisional yang yang dipercaya dapat

dipakai untuk pengobatan tumor (Ramachandran et al.1980). Hasil penelitian Rahman et

al. (2009) mendapatkan bahwa daun Kelor mampu menghambat bakteri pathogen pada

manusia seperti S. aureus dan Streptococcus-B- haemolytica. Mahatmi, et al. (2012)

melaporkan bahwa ekstrak daun Kelor (Moringa oleifera) mampu menghambat

pertumbuhan beberapa serotype E. coli pathogen yang berpotensi zoonosis yang diisolasi

dari babi penderita colibacillosis.. Hasil penelitian Mahatmi et al. (2012) juga

menunjukkan bahwa ekstrak Kelor (Moringa oleifera) juga secara signifikan mampu

menghambat daya berembryo telur Ascaris suum infektif. Hal ini menunjukkan bahwa

ekstrak daun Kelor (Moringa oleifera) mampu mengurangi atau mencegah infeksi dan

infestasi pathogen saluran cerna babi yang secara ekonomi sangat merugikan.

Penggunaan daun kelor sebagai pakan sapi perah ternyata berdampak sangat signifikan

terhadap peningkatan produksi dan kualitas susu yang dihasilkan Penelitian tentang daun

kelor di berbagai negara sebenarnya sudah banyak dilaporkan namun masih sangat sedikit

yang dilakukan di Indonesia meskipun manfaat daun kelor sudah menjadi mitos dari

Page 10: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

10

beratus tahun yang lalu. Mahajan dan Mehta (2008) mendapatkan bahwa ternyata biji

Kelor mampu menghambat reaksi alergi yang umum pada manifestasi asma.

BAB III . TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu diketahui secara ilmiah khasiat

daun kelor terutama kemampuan sebagai pemacu pertumbuhan dan antibakteri serta

anthelmintik sehingga nantinya bisa dipakai sebagai pengganti penggunaan obat kimia

yang berdampak buruk pada kesehatan konsumen khususnya pada manusia. Hasil akhir

dari penelitian ini adalah produk feed suplemen untuk pakan ternak tidak terbatas untuk

babi namun bisa diberikan pada ayam, sapi, dan bangsa ikan.

Page 11: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

11

BAB IV. METODE PENELITIAN

Pada tahun ke II penelitian difokuskan pada penelitian invivo, pada anak babi

sebagai model, mulai dengan pengujian dosis optimal pemberian, metode pemberian dan

uji tantang dan penghitungan jumlah E.coli yang dieksresikan oleh anak babi .

Anak babi yang dipakai adalah anak babi usia 8 minggu berat badan sekitar 10 kg

sebanyak 24 ekor yang terbagi dalam 6 kelompok masing-masing terdiri dari 4 ekor yang

diletakan pada kandang terpisah. Semua anak babi diadaptasikan selama 1 minggu.

Sebelum diberi perlakuan. Selama adaptasi anak babi diberi pakan pabrik seperti biasa.

Selanjutnya pada minggu kedua perlakuan dimulai yaitu sebagai berikut :

No. Kelompok Diskripsi

1. kelompok I

(P 1)

adalah kelompok kontrol negatif tanpa diberi perlakukan apapun

2. Kelompok II

(P2)

adalah kelompok kontrol positif : diberikan ekstrak daun kelor 5

% dari konsentrat tanpa diberikan tantangan bakteri .

3. Kelompok III

(P3)

kelompok yang diberi ekstrak daun kelor 10% dari konsentrat

tanpa diberi tantangan. bakteri .

4. Kelompok IV

(P4)

adalah kelompok yang diberikan ekstrak daun kelor 5 % dari total

konsentrat dan ditantang dengan 1x 108 cfu/ml isolat . Ecoli

lapang. .

5. Kelompok V

(P5)

kelompok anak babi yang diberikan 10 % dari konsentrat dan

Ditantang 1x 108 cfu/ml isolat . Ecoli lapang...

6 Kelompok VI

(P6)

kelompok anak babi yang ditantang 1x 108 cfu/ml 5 isolat . Ecoli

lapang.

Uji Invivo dengan uji tantang dilakukan pada mimggu ke 2 setelah perlakuan pemberikan

ekstrak daun kelor. Pengamatan dilakukan setiap minggu sampai minggu ke 8 pasca

infeksi. Berat badan anak babi dilakukan penimbangan pada awal penelitian dan selama

periode penelitian.

Page 12: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

12

Parameter yang diukur adalah :

1. Kondisi babi

2.Berat badan

3. Jumlah E. coli (cfu/ml).

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptip, selain itu juga dianalisis secara

statistik dengan uji Time series (Split time)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kondisi Babi

Pada minggu pertama setelah diberikan perlakukan dengan tantangan bakteri dan

telur cacing, anak babi yang tanpa diberikan daun kelor tapi dilakukan uji tantang (P6)

menunjukkan gejala diare. Sedangkan babi lainnya belum menunjukkan gejala klinis yang

mengarah sakit. Pada minggu kedua tampak diare makin berat terjadi pada babi yang

ditantang tapi tidak diberikan daun kelor P6), selain itu diare juga terjadi pada babi yang

tidak diberikan apa-apa (P1), sedangkan babi lainnya tidak terjadi diare.

Pada minggu ketiga diare terjadi pada P6, pada perlakuan P1 dan juga terjadi diare

ringan pada perlakuan P2, namun pada minggu keempat diare hanya masih terjadi pada

perlakuan P6, yaitu pada babi yang ditantang dengan bakteri dan telur cacing, tapi tidak

dibrikan daun kelor.

Diare secara umum tidak terjadi pada babi yang tidak ditantang dengan bakteri

dan telur cacing, serta pada babi yang diberikan daun kelor dengan konsentrasi 10 % (P3

dan P5)

Page 13: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

13

Tabel 1. Kondisi babi selama penelitian

Perlakuan Minggu 0 Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV P1 Normal normal 1 ekor

diare diare Normal

P2 Normal normal Normal Diare ringan

Normal

P3 Normal normal Normal Normal Normal P4 Normal normal 1 ekor

diare Normal Normal

P5 Normal normal Normal Normal Normal P6 Normal 1 ekor

diare 1 ekor diare berat

2 ekor diare

2 ekor diare

5.2. Berat Badan Babi

Pada penelitian ini tampak bahwa terjadi peningkatan berat badan yang berbeda

pada setiap perlakuan, setelah dianalisis ternyata perlakuan pemberian daun kelor

(Moringa olifera) berpengaruh terhadap berat badan babi (P<0,05). Dalam hal ini tampak

bahwa peningkatan berat badan babi yang diberikan daun kelor lebih baik dibandingkan

dengan babi yang tidak diberikan kelor. Peningkatan berat badan yang terbaik terkihat

pada perlakuan dengan pemberian daun kelor 10% tanpa dilakukan tantangan bakteri dan

cacing. (Tabel 2 dan Gambar 1)

Tabel 2. Berat Badan Babi Selama Penelitian

Perelakuan Minggu 0

(Kg) Minggu I (Kg)

Minggu II (Kg)

Minggu III (Kg)

Minggu IV (Kg)

P1 20.25 22.6 23.2 24.,8 25.5 P2 16.1 17.6 18.9 19,7 20.9 P3 16,7 19,65 22,25 25.15 26.4 P4 17.67 19.03 22.93 26.53 27.6 P5 19.57 26.03 26.77 28.97 30 P6 15.9 17.35 18.2 20.75 21.3

Page 14: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

14

0

5

10

15

20

25

30

35

M0 M1 M2 M3 M4

P1

P2

P3

P4

P5

P6

Gambar. 1. Grafik Perkembangan Berat Badan Babi Selama Penelitian 5.3. Jumlah bakteri E.coli Pada penelitian ini tampak bahwa ada pengaruh yang nyata (P<0,005) pemberian

daun kelor terhadap perkembangan bakteri E.coli pada babi. Perkembangan bakteri yang

mencolok tampak pada babi yang tidak diberikan daun kelor, tapi diinfeksi dengan bakteri

dan cacing. Pada babi yang tidak diinfeksi , tapi diberikan daun, tampak bahwaterjadi

penekanan terhadap perkembangan bakteri yang telah ada sebelumnya. Sedangkan pada

babi yang diinfeksi dengan bakteri dan selanjutnya diberikan daun kelor, tampak bahwa

terjadi penekanan terhadap perkembangan bakteri tersebut. (Tabel.2 dan Gambar 2)

Tabel 3. Jumlah E.coli dalam tinja Babi Perelakuan Minggu 0

(cfu/ml) Minggu I (cfu/ml)

Minggu II (cfu/ml)

P1 700.000 155.000 250.000 P2 260 150.000 600 P3 100.000 55.000 40.000 P4 840 480.000 6.800 P5 140.000 230.000 230.000 P6 150.000 750.000 1700.000

Page 15: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

15

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

1600000

1800000

M1 M2 M3

P1

P2

P3

P4

P5

P6

Gambar 2. Perkembangan Jumlah E.coli pada tinja Babi 5.5. Pembahasan

Daun kelor dapat berperan pada kondisi, berat badan babi serta in eksi bakteri dan

parasit, karena daun kelor ini mengandung baha-bahan yang bermanfaat, diantaranya

senyawa gula sederhana seperti rhamnosa, glukosinalat dan isothiocyanat ( Fahey, 2005).

Selain itu , menurut Moyo et al (2011) dan Sirimongkolvorakul et al (2012), tanaman

kelor juga mengandung vitamin E, vitamin A, vitamin C dan β karoten yang dapat

berperanan sebagai antioksidan terhadap proses detoksifikasi. Oluduro (2012) pada

penelitiannya melaporkan bahwaterdapat beberapa beberapa kandungan dari kelor yang

dapat berperanan terhaaaadap terjadi infeksi bakteri atau parasit, yaitu saponin, alkaloid

dan flavonoid.

Page 16: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

16

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :

1. Pemberian daun kelor (Moringa oliefera) dapat berpengaruh terhadap berat badan

babi, infeksi bakteri E.coli .

2. Konsentrasi daun kelor (Moringa oliefera) 10 % memberikan pengaruh yang terbaik

terhadap pertambahan berat badan babi, serta menghambat perkembangan bakteri E

coli .

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disaran untuk melakukan

sosialisasi terhadap manfaat pemberian daun kelor pada peternakan babi.

Page 17: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

17

DAFTAR PUSTAKA

Ali AM., Alam S.,Hassan SMR and Shirin M. 2009. Antibiotic Resistance of Escherichia Coli Isolated From Poultry and Poultry Environment of Bangladesh . Journal of Food Safety, Vol.11. p. 19-23

Blanco M, Blanco J E Gonzalez, E A, Mora A, Jansen W Gomes, T A, Zerbini L F, Yano T, de Castro A F, and Blanco 1997. Genes coding for enterotoxins and verotoxins in porcine Escherichia coli strains belonging to different O:K:H serotypes: relationship with toxic phenotypes . J Clin Microbiol. 35(11): 2958–2963

Fahey, JW. 2005. Moringa oliefera: A Review of the medical evidence for its nutritional. Therapeutic and prophylactic properties. Trees for Life Journal 1:5

Francis, D.H. 1999. Colibacillosis in pigs and its diagnosis. Swine Health Prod. 1999;7(5):241-244.

Hong, TTT, 2006. Dietary Modulation to Improve Pig Health and Performance. Doctoral thesis Swedish University of Agricultural Sciences Uppsala

Makkar, H.P.S.and Becker, K. 1996.Nutritional value and antinutritional components of whole and ethanol extracted Moringa oleifera leaves. Animal Feed Science and Technology. Vol. 63. P. 1 -4.

Mahajan, SG.and Mehta, AA. 2008. Effect of Moringa oleifera Lam. seed extract on ovalbumin-induced airway inflammation in guinea pigs. Inhal Toxicol. Aug;20(10):897-909.

Mahatmi, H., Suratma. AN., Besung, NK (2012) Daun Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Produk Feed Suplemen Ramah Lingkungan Yang Mampu Meningkatkan Produktivitas Serta Daya Tahan Babi Terhadap Infeksi Bakteri Dan Parasit Intestinal. Laporan Hibah Unggulan Perguruan Tinggi. Universitas Udayana

Montagne*L., Cavaney JR. 2004. Effect of diet composition on postweaning colibacillosis in piglets . J. Anim. Sci. 2004. 82:2364-2374,

Moyo, B. Masika, P.J. Hugo, A. and Muchenje, V. 2011. Nutritional Characterization of Moringa (Moringa oliefera Lam) Leaves. African Journal of Biotechnology 10 (60): 12925-12933

Narayanan Rita, Ronald BSM., Krishnakumar N., Gopu P., Bharathidasan A., Prabhakaran R.2008. Effect of citric acid as feed additive in swine starter diet. Indian Journal of Animal Research Vol. 42, p. 4

Rahman, MM., Sheikh, MI., Sharmin, SK., Islam, MS., Rahman, MA., Rahman,MM.2 and Alam, MF. 2009. Antibacterial Activity of Leaf Juice and Extracts of Moringa oleifera Lam. Against Some Human Pathogenic Bacteria. CMU. J. Nat.Sci. vol. 8(2) p. 912.

Sads, PR. and Bilkei, G 2003. The effect of oregano and vaccination against Glässer’s disease and pathogenic Escherichia coli on postweaning performance of pigs. Irish Veterinary Journal Volume 56 (12): 611

Sánchez NR. 2006. Moringa oleifera and Cratylia argentea: Potential Fodder Species for Ruminants in Nicaragua. Doctoral thesis Swedish University of Agricultural Sciences Uppsala

Page 18: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

18

Sonia PA., Hazel GD., Masilungan, Babylyn A.M. 2010. Partial Substitution Of Commercial Swine Feeds With Malunggay (Moringa Oleifera) Leaf Meal Under Backyard Conditions. Philippine Journal of Veterinary and Animal Sciences, Vol 36, No 2

Supar, Hirst RG and Patten BE. 1991. The importance of enterotoxigenic Escherichia coli containing the 987P antigen in causing neonatal colibacillosis in piglets in Indonesia. Vet Microbiol. 15;26(4):393-400.

WHO Scientific Working Group. 1980. Escherichia coli diarrhoae. Bull. WHO. 36 (1). 23 -30

Vingga, K 2010. Daya hambat Perasan daun Kelor (Moringa Oliefera) Terhadap Bakteri Escherichia coli Yang Diisolasi Dari Ayam. Skripsi bimbingan dari Mahatmi, H Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

Vu-Khac H., Holoda E. and E. Pilipčinec 2004. Distribution of Virulence Genes in Escherichia coli Strains Isolated from Diarrhoeic Piglets in the Slovak Republic J. of Vet Med. Vol. 57. No. 7.

UMAR D. 1998. Antimicrobial Activity of Moringa oleifera Leaves Journal of Islamic Academy of Sciences 11:1, 27-32,

Page 19: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

19

LAMPIRAN

Kandang babi perlakuan Babi yang dipergunakan penelitian

.

Page 20: KELOR Hapsari 2 - repositori.unud.ac.id · manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan

20