Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD
-
Upload
nia-agustin -
Category
Documents
-
view
12 -
download
4
description
Transcript of Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD
20
Makalah Presentasi
Mata Kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik 1 (PDW2218)
Perkembangan Sosioemesional Dalam buku Life-Span Development
John W. Santrock
Oleh:Nia Agustin (151134033)Hilaria heladita (151134074)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah DasarFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata DharmaYogyakarta
2015
20
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.
Adapun hambatan yang kami alami dalam menyusun makalah ini.
Hambatan yang paling utama adalah hambatan dalam mencari sumber refrensi
buku, karena tidak semua teori perkembangan membahas tentang sosioemosional.
Melalui kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Dosen Pembimbing, yakni Ibu Irine Kurniastuti, M.Psi, selaku dosen mata kuliah
Perkembangan dan Belajar Peserta Didik (PBPD) di jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (PGSD) pada Program Sarjana Universitas Sanata Dharma, yang telah bersedia
membimbing kami dalam bentuk materi maupun fisik.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sleman, 23 September 2015
Penyusun
20
DAFTRAR ISI
Halaman Judul......................................................................................................i
Kata Pengantar.....................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Hakikat emosi pada anak.................................................................................4
A.1.1 Fungsi Emosi dalam Perkembangan Anak.................................................4
B. Perkembangan Sosioemosional pada Masa Awal anak...................................5
B.1.1 Keluarga......................................................................................................6
B.2.1 Teman Sebaya............................................................................................10
B.3.1 Perkembangan Emosi dan Kepribadian.....................................................13
C. Perkembangan Sosioemosi di Masa Kanak-kanak Pertengahan dan Akhir. . .14
C.1.1 Perkembangan emosi dan Kepribadian......................................................15
C.2.1 Keluarga ....................................................................................................17
C.3.1 Kawan-kawan Sebaya................................................................................18
C.4.1Sekolah........................................................................................................20
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan..........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................22
20
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan kehidupan anak SD yang cukup mendasar adalah
semakin meluasnya lingkungan pergaulan. Sejak memasuki lembaga
pendidikan pra-sekolah atau taman kanak-kanak, anak memperoleh
perluasan dalam jangkauan interaksi sosialnya. Kalau semula hanya
bergaul dengan lingkungan keluarga dan teman sebaya yang ada disekitar
rumahnya maka sekarang ia mulai mengenal guru dan teman-teman
sekelasnya.
Semakin luas dan kompleksnya lingkungan pergaulan anak
tersebut adalah suatu proses kehidupan yang wajar dalam arti merupakan
suatu tugas perkembangan yang secara normal perlu dijalani oleh anak.
Buakan hanya tuntutan lingkungan yang membuat anak berperilaku seperti
itu, tetapi perkembangan internal pribadi anak sendiri juga mendorongnya
untuk semakin memperluas lingkup pergaulannya. Secara internal, dalam
diri anak juga terjadi perubahan-perubahan yang mendorongnya untuk
lebih interest terhadap interaksi pertemanan dan pergaulan sosial yang
lebih luas. Dikuasainya berbagi perangkat keterampilan fisik dan bahasa
serta semakin berkurangnya ketergantungan kepada pihak orang tua.
Mendorong anak untuk memperluas lingkup interaksi sosialnya. Begitu
pula, pengalaman-pengalaman menyenangkan yang didapat dari hubungan
teman sebaya semain menumbuhkan minat anak untuk memperluas
lingkungan pergaulannya.
Sesuai dengan kekhasan perkembangan sosioemosional dan pribadi
anak di atas, ada beberapa aspek mendasar yang perlu dipahami oleh calon
guru SD, yakni berkenaan dengan perkembangan sosioemosional,
20
hubungan pertemanan, dan perkembangan identitas diri (self identity).
Pemahaman tentang aspek perkembangan anak tersebut diharapkan dapat
membantu dalam merancang suasana lingkungan belajar yang kondusif
bagi perkembangan sosial-pribadi anak.
Manfaat lain yang dapat diperoleh dengan memahami
perkembangan sosioemosional-pribadi anak adalah memberikan landasan
konseptual dalam menentukan alternatif perlakuan pendidikan terhadap
anak didik yang sesuai dengan perkembangannya. Dengan demikian, guru
diharapkan akan bisa menjadi fasilitator perkembangan ssosioemosional-
pribadi anak.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis merumuskan beberapa masalah
yang berkaitan dengan perkembangan sosioemosional pada anak SD,
yaitu:
1. Bagiamana perkembangan emosi dan kepribadian di masa kanak-
kanak awal, pertengahan dan akhir?
2. Bagaimana perubahan perkembangan pada relasi anak-orang tua,
orang tua sebagai manajer, dan perubahan sosial dalam keluarga?
3. Bagaimana perubahan dalam relasi dengan kawan sebaya di masa
kanak-kanak awal, pertengahan dan akhir?
4. Bagaimana Mencirikan aspek-aspek sekolah dalam perkembangan
anak di masa kanak-kanak awal, pertengahan dan akhir?
C. Tujuan
1. Mendiskusikan perkembangan emosi dan kepribadian di masa kanak-
kanak awal, pertengahan dan akhir.
2. Mendeskripsikan perubahan perkembangan pada relasi anak-orang tua,
orang tua sebagai manajer, dan perubahan sosial dalam keluarga.
3. Mengidentifikasi perubahan dalam relasi dengan kawan sebaya di
masa kanak-kanak awal, pertengahan dan akhir.
20
4. Mencirikan aspek-aspek sekolah dalam perkembangan anak di masa
kanak-kanak awal, pertengahan dan akhir.
20
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Hakikat emosi anak-anak
Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan suatu
campuran antara gejolak fisiologis dan perilaku yang terlihat. Emosi dapat
diklasifikasikan ke dalam afeksi positif dan negatif.
Afektifitas positif (positif affectivity, PA) mengacu kepada derjat
emosi yang positif, dari energi yang tinggi, antusiasme, dan kegembiraan
hingga perasaan sabar, tenang, dan menarik diri. Sukacita, kegembiraan,
dan tertawa termasuk perasaan yang positif.
Afektifitas negatif (negative affectivit, NA) mengacu kepada emosi
yang sifatnya negatif, seperti kecemasan, kemarahan, perasaan bersalah,
dan kesedihan.
PA dan NA merupakan dimensi yang independen, dalam arti
seorang anak dapat beada pada derajat yang sama-sama tinggi pada kedua
dimensi tersebut pada waktu yang sama (misalnya, berada di dalam
keadaan energi yang tinggi dan bersemangat tinggi sekaligus marah).
A.1.1 Fungsi Emosi dalam Perkembangan Anak
1. Penyesuaian diri dan kelangsungan hidup (adaptation and survival)
Berkaitan demgan ini misalnya berbagai ketakutan, seperti takut gelap
dan takut akan perubahan tiba-tiba di dalam lingkungan.
2. Pengaturan (regulation)
Emosi mempengaruhi informasi yang anak-anak seleksi dari dunia
presepsi dan perilaku yang mereka perlihatkan. Misalnya, anak-anak
yang merasa gembira cenderung lebih mengikuti apa yang mereka
20
sedang kaji dan pelajari dibandingkan dengan anak-anak yang sedang
merasa sedih.
3. Komunikasi
Anak-anak menggunakan emosi untuk menginformasikan orang lain
tentang perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhan mereka. Anak-
anak yang tersenyum tampaknya sedang memberitahukan orang lain
bahwa mereka merasa senang; anak-anak yang menangis pada
dasarnya sering mengkomunikasikan sesuatu yang tidak
menyenangkan bagi mereka.
B. Perkembangan Sosioemosional pada Masa Awal anak
Disini ada 2 contoh gambaran perkembangan masa hidup sebagai berikut :
Gambaran 1
Seorang ibu muda sedang menggendong seorang bayi dan
mencoba mengawasi dua anak laki-laki yang berjalan di belakangnya
(Dash, 1986). Anak laki-laki yang lebih muda, berusia sekitar 3 tahun,
mengepit payung tetapi tampaknya ia mengalami kesulitan dalam payung
itu. Ia memegang ganggang payung dan dan menyeret payung itu di tanah,
yang memekakkan telinga ibunya. Sang ibu memintaya membawa payung
itu dengan benar atau ia akan menonjoknya (kata seru) sampai roboh.
“Bawa dengan benar, kubilang ,” kata sang ibu, dan kemudian ia
menampar muka sang anak, sehingga keseimbangannya goyah. Sang ibu
jarang mengurus anaknya dan selalu memukulnya demikian keras
sehingga bekasnya tidak hilang selama berhari-hari. Sang ibu hidup dalam
kemiskinan di suatu pusat kota dan ia adalah pengagguran. Ia tidak sadar
bagaimana stres hidupnya sendiri berdampak terhadap perilaku
pengasuhan bagi anak-anaknya.
Gambaran 2
Seorang ibu berusia 28 tahun sedang berjalan-jalan dengan
putrinya yang berusia 4 tahun. Mereka sednag mempercakapkan
20
perkembangan prasekolah putrinya. Sementara perckapan berlanjut terus,
mereka saling melempar senyum berkali-kali ketika sang putri
menceritakan kegiatan-kegiatan yang ia lakukan. Setelah mereka tiba di
rumah, sang ibu memberi tahu ibunya bahwa ia sayang padanya dan
memberinya satu pelukan erat. Sang ibu tinggal di suatu pinggiran kota
yang secara ekonomis menguntungkan, dan prasekolah yang dimasukki
oleh putrinya menduduki peringkat yang tinggi. Sang ibu melaporkan
bahwa ia benar-benar menikmati kebersamaan dengan putrinya dan senang
merencankan hal-hal yang menyenangkan baginya untuk dikerjakan.
Dalam kedua gambaran tersebut jika kita tinjau memiliki perbedaan yang
berbanding terbalik. Pada gambaran pertama ibu anak laki-laki kecil tadi
sedang mengalami belitan kemiskinan, yang menghambat kemampuannya
dalam mengasuh anaknya secara tidak efektif. Pada gambaran kedua, ibu
dan putrinya memiliki hubungan yang hangat dan menyenangkan. Dalam
bab ini kita akan mempelajari tipe gaya pengasuhan yang berbeda dan
bagaimana gaya pengasuhan itu mempengaruhi perkembangan anak. Kita
juga akan menjelajahi dimensi lain dari keluarga tempat anak-anak hidup,
bersama dengan relasi teman sebaya, permainan, telivisi, diri, gender, dan
perkembangan moral.
B.1.1 Keluarga
Keluarga sebagai suatu sistem yang terdiri atas individu-individu
yang berinteraksi yang saling bersosialisasi dan saling mengatur.
Gaya Pengasuhan
a. Pengasuhan yang otoriter (authoritation parenting)
Adalah suatu gaya membatasi dan menghukum yang menuntut
anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan
menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang otoriter
menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang
20
yang besar kepada anak-anak untuk berbicara (bermusyawarah).
Pengasuhan yang otoriter diasosiasikan dengan inkompetensi sosial
anak-anak.
Misalnya : seorang orang tua yang otoriter mungkin mengatakan,
“Kau lakukan itu sesuai dengan perintahku atau tidak sama sekali.
Tidak usah banyak bicara!” Anak-anak yang orang tuanya otoriter
seringkali cemas akan perbandingan sosial, gagal memprakarsai
kegiatan, dan memiliki ketrampilan komunikasi yang rendah.
b. Pengasuhan yang otoritatif (authorithative parenting)
Mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan
batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka.
Musyawarah verbal yang ekstensif dimungkinkan, dan orang tua
memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak.
Pengasuhan yang otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi sosial
anak-anak.
Misalnya : orang tua yang otoritatif mungkin melingkarkan
lengannya kepada anak dengan cara yang baik dan berkata, “Kau
tahu kau seharusnya tidak boleh melakukan hal itu, ayo kita bicara
bagaimana kau dapat mengatasi situasi seperti ini lebih baik di
masa yang akan datang.” Anak- anak yang mempunyai orang tua
yang otoritatif berkompeten secara sosial, percaya diri, dan
bertanggung jawab secara sosial.
c. Pengasuhan yang premisif (permissive parenting)
Pengasuhan yang premisif terjadi dalam dua bentuk permissive-
indifferent dan permissive-indulgent (Maccoby & Martin, 1983).
Pengasuhan yang permissive-indifferent
Adalah suatu gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat
dalam kehidupan anak, tipe pengasuhan ini diasosiasikan
20
dengan inkompetensi sosial anak, khusunya kurang kendali
diri.
contoh : orang tua ini tidak dapat menjawab pertanyaan,
“Ini sudah jam 10 malam. Kau tahu dimana anak kita?”
Anak-anak yang orang tuanya bergaya permissive-
indifferent mengembangkan suatu perasaan bahwa aspek-
aspek lain kehidupan orang tua lebih penting daripada
mereka. Akibatnya mereka memperlihatkan kendali diri
yang buruk dan tidak membangun kemandirian dengan
baik.
Pengasuhan yang permissive-indulgent
Adalah suatu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat
terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi
menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap mereka.
Pengasuhan yang permissive-indulgent diasosiasikan
dengan inkompetensi sosial anak, khususnya kurangnya
kendali diri.
Contoh : orang tua dengan gaya pengasuhan yang
permissive-indulgent membiarkan anak-anak mereka
melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya
anak-anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku
mereka sendiri dan selalu mengharapkan kemauan mereka
dituruti. Anak-anak yang orang tuanya permissive-
indulgent jarang belajar menaruh hormat pada orang lain
dan mengalami kesulitan mengendalikan perilaku mereka.
Keluarga yang Berubah
Keluarga yang berubah menyebabkan anak-anak tidak mendapatkan perhatian
yang lebih besar atau banyak. Berikut ini yang termasuk keluarga yang
berubah :
a. Ibu-ibu bekerja
20
Suatu pengalaman-pengalaman umum ibu-ibu bekerja adalah perasaan
bersalah karena jauh dari anak-anaknya. Perasaan bersalah itu dapat
diperparah oleh orang tua yang kehilangan anaknya, yang kuatir bahwa
anaknya akan kehilangan mereka, yang prihatian akan implikasi-implikasi
bekerja, kuatir akan pengaruh jangka panjang bekerja. Perasaan bersalah
orang tua bekerja dapat juga dikurangi bila orang tua mulai memberi
perhatian yang lebih besar terhadap bagaimana keadaan anak-anak
mereka.
b. Perceraian
Ada 2 model yang menjelaskan bagaimana perceraian mempengaruhi
perkembangan anak.
Model struktur keluarga
Menyatakan bahwa setiap perbedaan-perbedaan yang terdapat pada
anak-anak dari struktur keluarga yang berbeda adalah disebabkan oleh
variasi-variasi struktur keluarga, seperti tidak adanya ayah dalam
suatu keluarga.
Model faktor ganda perceraian
Mempertimbangkan kompleksitas konteks perceraian dan menguji
sejumlah pengaruh terhadap perkembangan anak, yang meliputi tidak
hanya struktur keluarga tetapi juga kekuatan-kekuatan dan kelemahan-
kelamahan anak sebelum perceraian, hakekat peristiwa-peristiwa yang
mengitari perceraian itu sendiri, tipe pengasuhan anak yang diberikan,
pola-pola kunjungan, status sosial ekonomi, dan keberfungsian
keluarga setelah perceraian.
c. Orang tua yang depresi
Ibu-ibu depresi memperlihatkan tingkat perilaku yang lebih lambat dan
afeksi yang kecil, melakukan strategoi kontrol yang kurang kuat terhadap
anak-anaknya, dan kadang-kadang memperlihatkan tindakan yang
bermusuhan dan negatif terhadap anak-anaknya.
20
B.2.1 Teman Sebaya
Ketika anak-anak semakin besar, mereka semakin banyak
meluangkan waktu dengan kawan-kawan sebanyaknya, yaitu anak-anak
yang kurang lebih berusia atau memiliki level kematangan yang sama.
Fungsi terpenting dari kelompok kawan sebaya adalah menyediakan
sumber informasi dan sumber perbandingan mengenai dunia di luar
keluarga. Anak-anak menerima umpan balik mengenai kemampuannya
dari kelompok sebaya. Anak-anak mengevaluasi hal-hal yang mereka
lakukan sebagai sesuatu yang lebih baik, sama baik, atau lebih buruk,
dibandingkan yang dilakukan oleh anak-anak lain. Dengan teman-teman
sebaya, anak-anak belajar merumuskan dan menegaskan pendapat mereka
sendiri, menghormati pandangan teman-teman sebaya, berkerja sama
mencari solusi atas ketidaksetujuan, dan membangun standar-standar
perilaku yang dapat diterima bersama. Penilaian-penilaian semacam ini
sulit dilakukan di rumah karena saudara-saudara kandung mereka biasanya
lebih tua atau lebih muda.
Perubahan perkembangan ketika berusia 3 tahun anak-anak lebih
memilih menghabiskan waktunya dengan kawan-kawan sesama gender
dibandingkan dengan lawan jenis. Pada anak-anak prasekolah interaksi
dengan kawan sebaya banyak diwarnai dengan sekedar bercakap-cakap
mengenai hal-hal seperti “ berunding, berdebat, dan menyepakati aturan-
aturan dalam bermain (Rubin, Bukowski, & Parker, 2006).
Sahabat, bagi sebagian anak-anak awal seorang sahabat adalah orang
yang diajak bermain. Anak-anak prasekolah lebih cenderung memiliki
sahabat berbeda gender (Howes, 2009).
Bermain
20
Bermain merupakan salah satu aktivitas menyenangkan yang
dilakukan demi aktivitas itu sendiri , bermain memiliki berbagai fungsi
dan bentuk.
Fungsi bermain, bermain penting bagi perkembangan kognitif dan
sosioemosi anak-anak.
Menurut Freud dan Erikson, bermain membantu anak dalam
mengatasi kecemasan dan konflik-konfliknya. Karena ketegangan dapat
diredakan melalui aktivitas bermain, anak dapat mengatasi masalah-
masalah hidup. Bermain memungkin anak untuk mengeluarkan kelebihan
energi dan melepaskan ketegangan yang tertahan
Bermain juga merupakan konteks penting dalam perkembangan
kognitif. Baik Piaget maupun Vygotsky menyimpulkan bahwa bermain
adalah pekerjaan anak-anak. Piaget (1962) mengatakan bahwa
perkembangan kognitif anak-anak membatasi cara mereka bermain.
Vygotsky (1962) ia secara khusus tertarik didalam aspek-aspek simbolik
dan aspek pura-pura dari kegitan bermain, misalnya ketika seorang anak
memperlakukan sebuah tongkat sebagai seekor kuda kemudian
mengendarai tongkat itu.
Tipe-tpe permainan anak yang banyak dipelajari adalah permainan
sensorimotor serta permainan praktis, permainan pura-pura/ simbolik,
permainan sosial, permainan konstruktif, dan games (Bergen, 1988).
a. Permainan sensorimotor
Perilaku yang dilakukan bayi para bayi untuk memperoleh
kenikmatan dari melatih skema sensorimotor mereka.
b. Permainan praktis
Kegiatan bermain yang melibatkan pengulangan dari tingkah laku,
yang terjadi ketika sejumlah ketrampilan baru sedang dipelajari, atau
ketika anak dituntut untuk memiliki kekuasan fisik atau mental dan
mengoordinasi ketrampilannya yang diperlukan untuk games atau
olahraga.
c. Permainan pura-pura /simbolik
20
Kegitan bermain anak mengubah lingkungan fisik menjadi sebuah
simbol.
d. Permainan sosial
Kegiatan bermain yang melibatkan interkasi sosial dengan kawan-
kawan sebaya.
e. Permainan konstruktif
Bermain yang mengkombinasikan aktivitas sensorimotor dengan
aktivitas repetitif ide-ide simbolik. Bermain konstriktif terjadi ketika
anak-anak terlibat didalam kreasi yang bersifat regulasi-diri atau
didalam konstruksi dari sebuah produk atau sebuah solusi masalah.
f. Games
Aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan, memiliki
aturan-aturan, dan sering kali bersifat kompetitif dengan satu individu
lain atau lebih.
Televisi
Televisi dapat memberikan dampak negatif terhadap anak-anak
karena televisi membuat anak-anak menjadi pelajar yang pasif, melalaikan
pekerjaan rumah, megajarkan stereotip, menyediakan model-model yang
agresif, dan menyajikan tayangan-tayangan yang tidak realistis mengenai
dunia. Meskipun demikian, televisi dapat memberikan dampak positif bagi
perkembangan anak-anak melalui penayangan program-program
pendidikan yang dapat memotivasi, serta menyediakan model-model dari
perilaku prososial.
Efek televisi terhadap agresi anak , ketika anak-anak dalam sebuah
eksperimen, anak-anak prasekolah secara acak dimasukkan dalam dua
kelompok : satu kelompok menonton film kartun dengan kekerasan;
kelompok kedua menonton tayangan televisi yang kekerasannya sudah
dihilangkan. Anak-anak kemudian di observasi selama bermain di
prasekolahnya. Siswa-siswa prasekolah yang menonton tayangan
kekerasan di film kartun lebih sering menendang , mencekik, dan
20
kekerasan. Kita dapat menyimpulkan bahwa paparan kekerasan di televisi
dapat menyebabkan peningkatan agresi anak-anak dalam penelitian ini.
Dampak televisi terhadap perilaku prososial anak-anak, peneliti
menemukan bahwa ketika anak-anak memnonton perubahan sosial yang
positif diaman anak-anak diajarkan menggunakan ketrampilan sosial
dalam fil Sesame street, anak-anak akan meniru perilaku sosial yang
positif ini (Bryant, 2007).
B.3.1 Perkembangan Emosi dan Kepribadian
Di masa kanak-kanak awal, perkembangan sosio-emosi anak-anak
kecil ditandai oleh sejumlah perubahan. Perkembangan pikiran serta
pengalaman emosi yang terjadi menghasilkan kemajuan yang nyata dalam
perkembangan diri, kematangan emosi, pemahaman moral, serta kesadaran
gender.
Diri (Self)
Menurut teori Erikson, masa kanak-kanak awal merupakan suatu
periode di mana perkembangan yang berlangsung melibatkan penyelesaian
konflik inisiatif versus rasa bersalah. Pemahaman-diri yang sederhana dari
para bayi yang baru belajar berjalan berkembang menjadi representasi diri
dari anak-anak prasekolah dalam hal gambaran tubuh, kepemilikan
material, dan aktivitas fisik.
Perkembangan Emosi
Di masa kanak-kanak awal, rentang emosi anak-anak kecil meluas
seiring dengan meningkatnya pengalaman emosi-emosi sadar-diri seperti
bangga, mal, dan rasa bersalah. Anak-anak usia dua dan tiga tahun
menggunakan lebih banyak istilah untuk mendeskripsikan emosi dan lebih
banyak belajar mengenai berbagai penyebab dan konsekuensi dari
perasaan. Pada usia 4 hingga 5 tahun, anak-anak memperlihatkan
peningkatan kemampuan untuk mereflesikan emosi-emosi dan memahami
20
bahwa sebuah kejadian tunggal dapat membangkitkan emosi –emosi yang
berbeda pada orang-orang yang berbeda. Mereka juga memperlihatkan
peningkatan kesadaran dari kebutuhan mengelola emosi-emosi untuk
memenuhi standard sosial. Para orang tua yang melatih-emosi memiliki
anak-anak yang lebih efektif dalam meregulasi-diri berkaitan dengan
emosi-emosinya, dibandingkan dengan para orang tua yang menolak-
emosi. Regulasi emosi memainkan perasaan penting bagi keberhasilan
menjalin relasi dengan kawan sebaya.
Perkembangan Moral
Perkembangan moral melibatkan pikiran, perasaan, dan tindakan,
dalam mempertimbangkan kaidah-kaidah serta peraturan-peraturan
mengenai apa yang seharusnya dilakukan seseorang ketika berinteraksi
dengan orang lain. Teori psikoanalitik Freud menekankan pentingnya
perasaan dalam perkembangan superego, cabang moral dari kepribadian.
Dalam pandangan Freud, superego berkembang melalui identifikasi
dengan orang tua yang berjenis kelamin sama, dan anak-anak
menyesuaikan diri dengan standard sosial agar terhindar dari rasa bersalah.
Gender
Gender merujuk pada dimensi sosial dan psikologis dari menjadi
pria atau wanita. Pada sebagian besar anak, identitas gender diperoleh
ketika anak mencpai usia 3 tahun. Sebuah peran gender merupakan
seperangkat ekspektasi yang menentukan bagaimana para wanita , atau
para pria seharusnya berpikir, bertindak, dan merasa.
C. Perkembangan Sosioemosi di Masa Kanak-kanak Pertengahan dan
Akhir
Selama masa kanak-kanak menegah dan akhir, kehidupan sosial dan
emosional anak-anak mengalami banyak perubahan. Mereka mengalami
20
transformasi dalam berelasi dengan orang tua dan kawan-kawan sebaya,
dan sekolah juga memperkaya kehidupan akedemik mereka. Di samping
itu mereka juga mengalami perkembangan yang penting dalam bidang
konsepsi-diri, penalaran moral, dan perilaku moral.
C.1.1 Perkembangan emosi dan Kepribadian
Dalam bagian ini akan mengekplorasi perkembangan diri selama
masa kanak-kanak pertengahan dan akhir serta perubahan emosi yang
terjadi di tahun-tahun tersebut.
Diri
Perkembangan pemahaman diri, anak usia 8-11 tahun lebih besar
cenderung mendeskripsikan mereka sendiri sebagai “popular, baik, suka
membantu, kejam, dan cerdas”. Selama tahun-tahun sekolah dasar, anak-
anak cenderung lebih mengenali aspek-aspek sosial dari dirinya.
Pemahaman-diri anak-anak di tahun-tahun sekolah dasar juga
ditandai dengan meningkatnya kecenderungan mereka untuk melakukan
perbandingan sosial. Anak-anak usia sekolah dasar tidak lagi berpikir
mengenai apa yang mereka lakukan atau tidak lakukan, melainkan
cenderung berpikir apa yang dpat dilakukannya dibandingkan dengan yang
dapat dilakukan oleh anak lain.
Singkatnya, di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, deskripsi-
diri semakin melibatkan karakteristik sosial dan psikologis, termasuk
perbandingan sosial.
Memahami orang lain, di masa kanak-kanak pertengahan dan
akhir, anak-anak menunjukan peningkatan dalam pengambilan perspektif,
yaitu kemampuan untuk mengamsumsi perspektif orang lain serta
memahami pikiran dan perasaannya. Di masa kanak-kanak pertenghan dan
akhir, anak-anak juga lebih merasa skeptis terhadap kalim anak lain. Di
masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, anak-anak menjadi semakin
skeptis terhadap beberapa sumber informasi tentang sikap psikologis.
20
Contoh, dalam sebuah penelitian terhadap anak usia 10-11 tahun, mereka
cenderung akan menolak laporan diri anak lain bahwa anak itu cerdas dan
jujur dibanding ketika berusia 6-7 tahun
Penghargaan-Diri dan konsep-diri merujuk pada evaluasi global
mengenai diri; penghargaan-diri disebut juga martabat-diri atau citra-diri.
Contoh, seorang anak mungkin dapat melihat dirinya tidak hanya sebagai
seorang pribadi, namun seorang pribadi yang baik. Ada empat cara yang
dapat ditempuh untuk meningkatkan penghargaan-diri, yaitu :
a. Mengidentifikasi penyebab rendahnya penghargaan diri
b. Menyediakan dukungan sosial dan persetujuan sosial
c. Membantu anak-anak meriah sesuatu
d. Membantu anak mengatasi tantangan atau masalah yang di hadapi
Konsep-diri merujuk pada evaluasi mengenai bidang-bidang
menentu dari diri. Anak-anak dapat membuat evaluasi-diri di berbagai
bidang kehidupannya-akademik, atletik, penampilan, dan seterusnya.
Self-Efficacy keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai sebuah
situasi dan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan. Self-Efficacy
adalah keyakinan bahwa “Saya bisa”; ketidakberdayaan adalah keyakianan
bahwa “Saya tidak bisa”. Para siswa dengan Self-Efficacy yang tinggi
akan menggunakan pernyataan seperti “Saya tahu bahwa saya akan
disampaikan di kelas ini” dan”Saya berharap mampu menyelesaikan
aktivitas ini dengan baik”.
Regulasi diri salah satu aspek penting dari diri di masa
perkembangan anak-anak pertengahan dan akhir adalah meningkatnya
kapasitas bagi regulasi-diri. Dicirikan dengan usaha mengelola perilaku,
emosi, dan pikiran, yang menghasilkan kompetensi sosial dan pencapaian.
Perkembangan emosi
Perubahan perkembangan dalam emosi dapat menyangkut :
pemahaman terhadap emosi-emosi yang kompleks seperti bangga dan
malu, mendeteksi bahwa ada lebih dari sebuah emosi yang dapat dialami
20
di dalam sebauh situasi khusus, mempertimbangkan lingkungan yang
dapat dialami di dalam sebuah situasi khusus, mempertimbangkan
lingkungan yang dapat menggiring pada reaksi emosional, memperbaiki
kemampuan menekan dan mengungkapakan emosi-emosi negatif, serta
penggunaan inisisatif-diri untuk mengarahkan kembali perasaan-perasaan
yang ada.
Inteligensi emosional adalah bentuk inteligensi sosial yang
mencakup kemampuan memonitor perasaan dan emosinya sendiri dengan
orang lain, melakukan deskriminasi terhadap perasaan dan emosi tersebut,
serta menggunakan informasi ini untik mengarahkan pikiran dan tindakan
seseoarang. Goleman menyatakan bahwa inteligensi emosional mencakup
empat bidang : kesadarn diri emosional, mengelola emosi, membaca
emosi, mereka akan menggunakam strategi penanggulangan masalah dan
strategi kognitif yang lebih banyak.
Gender
Ditinjau dari dari sudut pandang perbedaan sosioemsional, secara
fisik pria lebih agresif dibandingkan wanita; sementara dibandingkan pria,
wanita meregulasi emosinya secara lebih baik dan lebih banyak terlibat
dalam tingkah laku prososial. Klasifikasi gender memfokuskan
perhatiannya pada seberapa maskulin, feminim, atau androginilah sesorang
itu. Androgini berarti memiliki karakteristik feminim dan maskulin yang
positif.
C.2.1 Keluarga
Menjelaskan perubahan perkembangan dalam relasi orang tua-anak,
orang tua sebgai manajer, serta perubhan sosial dalam keluarga.
Perubahan perkembangan dalam relasi orang tua anak
Dibandingkan di masa kanak-kanak awal, orang tua meluangkan
lebih sedikit waktu di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir. Ada
20
berbgai isu-isu baru muncul dan berbagai perubahan dalam disiplin.
Orang tua sebagai manajer
Orang tua berperan penting sebagai manajer bagi kesempatan-
kesempatan yang dimiliki oleh anak, mengawasi perilaku anak, serta
inisiator dan pengaturan sosial. Para ibu cenderung lebih berperan dalam
peran pengasuhan ini daripada ayah.
Keluarga Tiri
Ketika orang tuanya bercerai, anak-anak yang tinggal di keluarga
tiri mengalami lebih banyak masalah penyesuaian diri dibandingkan anak-
anak yang tinggal di keluarga normal. Meskipun demikian, mayoritas
anak-anak tinggal di dalam keluarga tiri tidak memiliki masalah
penyesuaian diri.
C.3.1 Kawan-kawan Sebaya
Memiliki relasi positif dengan kawan sebaya sangat penting di
masa kanak-kanak pertengahan dan akhir.
Perubahan perkembangan
Beberapa perubahan perkembangan yang menyangkut relasi
dengan kawan-kawan sebayadi masa kanak-kanak pertengahan dan akhir
adalah : meningkatnya preferensi terhadap kelompok kawan yang berjenis
kelamin sama, meningkatnya waktu yang digunakan dalam interkasi
dengan kawan sebaya dan ukuran kelompok, serta berkurangnya supervisi
dari orang dewasa terhadap aktivitas kelompok.
Kognisi Sosial
20
Anak-anak yang populer sering kali dipilih sebagai kawan terbaik
dan jarang tidak disukai oleh kawan-kawannya. Anak-anak rata-rata
memperoleh angka rata-rata baik.
Status Kawan Sebaya
Para ahli perkembangan membedakan lima status kawan sebaya (Wentzel
& Asher, 1995):
a. Anak-anak yang popular (popular children)
Anak-anak yang sering kali dipilih sebgai kawan terbaik dan jarang
tidak disukai oleh kawan-kawannya.
b. Anak rata-rata (avarage children)
Memperoleh angka rata-rata untuk dipilih secara positif maupun
negatif oleh kawan sebaya.
c. Anak yang dibaikan (neglected children)
Anak-anak yang jarang dipilih sebagi kawan terbaik namun tidak
ditolak oleh kawan-kawannya.
d. Anak yang ditolak (rejected children)
Anak-anak yang jarang dipilih sebagai kawan terbaik seseorang dan
secara aktif tidak disukai oleh kawan-kawannya.
e. Anak yang kontroverdial (controversial children)
Anak-anak yang sering dipilih sebagai kawan terbaik seseorang dan
umumnya tidak disukai oleh kawan-kawannya.
Anak-anak yang ditolak dapat diajarkan untuk menilai secar lebih
efektif, apakah kawan-kawannya memiliki intensi negatif. Mereka dapaat
diminta melakukan bermain peran atau mendiskusikan situasi hipotesis
yang menggambarkan pertemuan negatif dengan kawan-kawan; misalnya
ketika kawan-kawan menjegalnya.
Bullying
20
Terdapat sejumlah anak-anak yang mengalami bullying dan hal ini
dapat memberikan dampak negatif jangka pendek dan jangka panjang pada
korban maupun pelaku.
Sahabat
Seperti halnya kawan-kawan orang dewasa, anak-anak yang saling
bersahabat cenderung satu sama lain. Persahabatan pada anak-anak
memiliki enam fungsi : kebersamaan, stimulasi, dukungan fisik, dukungan
ego, perbandingan sosial, dan intimasi/ afeksi.
C.4.1Sekolah
Anak-anak akan meluangkan banyak waktunya di sekolah sebagai
anggota dari masyarakat kecil; anak akan dihadapkan tugas-tugas yang
harus diselesiakan, orang-orang dimana dia harus belajar bersosialisasi,
aturan-aturan yang membatasi perilaku, perasaan, dan sikapnya.
Pendekatan Kontemporer terhadap pembelajaran siswa
Pendekatan kontemporer terhadap belajar siswa dapat meliputi
instruksi kontruktivitas (pendekatan yang berpusat pada pelajar) dan
instruksi langsung (pendekatan yang berpusat pada guru).
Status Sosiekonomi dan Entisitas
Anak-anak miskin banyak menghadapi rintangan untuk belajar di
sekolah maupun di rumah. Efek dari SES dan etnisitas di sekolah saling
bercampur-baur karena ada banyak sekolah AS yang dipisahkan. Salah
satu bentuk rintangan belajar yang dihadapi mereka adalah adanya
ekspektasi yang rendah terhadap anak-anak yang berasal dari etnik
minoritas.
BAB 3
20
PENUTUP
Kesimpulan
Pada masa awal anak-anak, dunia sosioemosional anak-anak berkembang
untuk mencakup lebih banyak waktu luang bergaul dan bermain dengan teman-
teman sebaya. Dunia mereka menemukan tempat-tempat perlindungan baru dan
orang-orang baru, walaupun orang tua terud memainkan peran yang penting
dalam perkembangan meraka.
Perkembangan sosioemosional anak-anak berubah dengan berbagai cara
selama masa pertengahan dan akhir anak-anak. Perubahn-perubahan ini
melibatkan diri, gender, dan perkembangan moral ketika anank berinteraksi
dengan orang lain dalam konteks keluarga, teman-teman sebaya, dan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
20
Santrock, W J. (2002). Edisi kelima Life-Span Development Perkembangan Masa
Hidup jilid 1.Jakarta: Erlangga.
Santrock, W J.(2011).Edisi ketigabelas Life-Span Development Perkembangan
Masa Hidup jilid 1.Jakarta: Erlangga.