KELOMPOK 4

16
KELOMPOK 4 Nama Kelompok : 1. Dewi Nina Arifa ( 09110765) 2. Fertiana Sari ( 09110773) 3. Hervina ( 09110777) 4. Maulida Wulansari (09110793) 5. Maximus Manuel (09110794) 6. Richardus M.Anapah (09110804) 7. Ridha Rachmathiany (09110806) Skenario Kasus 1 “Seorang laki-laki,56 Tahun datang ke Poliklinik Mata dengan keluhan penurunan ketajaman penglihatan .Tidak ada riwayat memakai kaca mata,mata merah,dan trauma pada mata sebelumnya” Kelainan Refraksi : PRESBIOPI A. Pengertian Presbiopi Adalah suatu bentuk gangguan refraksi, dimana makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin meningkatnya umur. Makin bertambahnya umur maka setiap lensa akan menga lami kemunduran kemampuan untuk mencembung. Berkurangnya kemampuan mencembung ini akan memberikan kesukaran melihat dekat, sedang untuk melihat jauh tetap normal. B. Etiologi Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat : * Kelemahan otot akomodasi * Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya

Transcript of KELOMPOK 4

Page 1: KELOMPOK 4

KELOMPOK 4

Nama Kelompok :

1. Dewi Nina Arifa ( 09110765)2. Fertiana Sari ( 09110773)3. Hervina ( 09110777)4. Maulida Wulansari (09110793)5. Maximus Manuel (09110794)6. Richardus M.Anapah (09110804)7. Ridha Rachmathiany (09110806)

Skenario Kasus 1

“Seorang laki-laki,56 Tahun datang ke Poliklinik Mata dengan keluhan penurunan ketajaman penglihatan .Tidak ada riwayat memakai kaca mata,mata merah,dan trauma pada mata sebelumnya”

Kelainan Refraksi :

PRESBIOPI

A. Pengertian PresbiopiAdalah suatu bentuk gangguan refraksi, dimana makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin meningkatnya umur.Makin bertambahnya umur maka setiap lensa akan menga lami kemunduran kemampuan untuk mencembung. Berkurangnya kemampuan mencembung ini akan memberikan kesukaran melihat dekat, sedang untuk melihat jauh tetap normal.

B. EtiologiGangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat :

* Kelemahan otot akomodasi

* Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.

C. Patofisiologi

Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur kaka lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung, dengan demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang.

Page 2: KELOMPOK 4

Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat :

* Kelemahan otot akomodasi

* Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.

D. Manifestasi Klinis1. Suatu kecenderungan untuk memegang bahan bacaan lebih jauh untuk menddapatkan panfdangan yang jelas 2. Penglihatan kabur pada jarak baca normal3. Mata lelah atau sakit kepala setelah membaca atau melakukan pekerjaan dekat

E. Masalah Keperawatan

1.Gangguan daya akomodasi mata pada usia lanjut akibat kelemahan otot akomodasi2.Gangguan aman nyaman3.Resiko cidera akibat sering mengedipkan mata

F. Diagnostik/Cara Pemeriksaan1. Penderita lebih dahulu dikoreksi penglihatan jauhnya dengan metode rial and error

hingga visus mencapai 6/62. Dengan menggunakan koreksi jauhnya kemudian secara binokuler ditambahkan lensa

sferis positif dan diperiksa menggunakan kartujaeger pada jarak 0,33 meter (33 cm)

G. Penatalaksanaan

Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai dengan pedoman umur yaitu : umur 40 tahun (umur rata-rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 dan setiap 5 tahun diatasnya ditambahkan lagi lensa Sferis + 0.50.

Lensa sferis (+) yang ditambahkandapat diberikan dalam berbagai cara :

1. Kacamata baca untuk melihat dekat saja.

2. Kacamata bifocal untuk melihat jauh dan dekat.

Jika koreksi jauhnya tidak dapat mencapai 6/6 maka penambahan lensa sferis (+) tidak

Page 3: KELOMPOK 4

terikat pada pedoman umur, tetapi boleh diberikan seberapapun sampai dapat membaca cukup memuaskan.

Scenario Kasus 2“Seorang pasien Perempuan,33 Tahun,datang ke poliklinik Mata dengan keluhan mata merah dan nyeri.dialami sejak 1 hari yang lalu”

Infeksi pada mata :

KONJUNGTIVITIS

A. Pengertian Konjungtivitis (mata merah) adalah inflamasi pada konjungtiva oleh virus, bakter,

clamydia, alergi, trauma (sengatan matahari)(Barbara C Long, 1996)Konjungtivitas adalah inflamasi peradangan konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat, matatampak merah sehingga sering disebut penyakit mata merah.(Brunner dan suddarth, 2001)

B. Etiologi1)Bisa bersifat infeksius (bakteri, klamidia, virus, jamur, parasit)2)Imunologis (alergi)3)Iritatif (bahan kimia, suhu listrik, radiasi, misalnya akibat sinar ultraviolet)4)Berhubungan dengan penyakit sistemik(Brunner dan Suddarth, 2001)

C. Macam – Macam1. Konjungtivitis bakteri

Pasien datang dengan :1.Mata merah2.Sekret mata3.Iritasi mata

Organisme penyebab tersering adalah staphylococcus, streptococcus, pneumococcus dan haemophilus. Kondisi ini biasanya sembuh sendiri meski obat tetes mata antibiotik spektrum luas akan mempercepat kesembuhan. Apusan konjungtiva untuk kultur diindikasikan bila keadaan ini tidak menyembuh.

Page 4: KELOMPOK 4

Oftalmia neunatorum, yaitu konjungtivitis yang terjadi pada 28 hari pertama kehidupan neunatus, merupakan penyakit yang mudah dikenali. Apusan untuk kultur harus dilakukan. Selain itu penting untuk memerikasa kornea untuk menyingkirkan ulserasi.

Organisme penyebab tersering adalah :

Konjungtivitis bakteri (biasanya gram positif) Neisseria gonorrhea. Pada kasus berat dapat menyebabkan perforasi kornea. Penisilin topical dan sistemik masing – masing diberikan untuk mengobati penyakit local dan sistemik. Herpes simpleks, yang dapat menyebabkan parut kornea. Antivirus topical digunakan untuk mengobati keadaan ini. Klamidia. Penyakit ini dapat menyebabkan konjungtivitis kronis dan parut kornea yang dapat mengancam penglihatan. Saleb tetrasiklin topical dan eritromisin sistemik masing – masing digunakan untuk mengobati penyakit local dan sistemik.

2. Konjungtivitis virusKonjungtivitis ini dibedakan dari konjungtivitis bakteri berdasarkan :

Sekret berair dan kurulen terbatas Adanya folikel konjungtiva dan pembesaran kelenjar getah bening preaurikular. Selain itu mungkin juga terdapat edema kelopak dan lakrimasi berlebih.

Konjungtivitis ini merupakan penyakit yang sembuh sendiri namun sangat menular. Organisme penyebab tersering adalah adenovirus dan, yang lebih jarang,coxsackie dan pikornavirus. Adenovirus juga dapat menyebabkan konjungtivitis yang berhubungan dengan pembentukan pseudomembran pada konjungtiva. Serotipe adenovirus tertentu juga menyebabkan keratitis pungtata yang menyulitkan. Terapi untuk konjungtivitis ini tidak diperlukan kecuali terdapat infeksi bakteri sekunder. Pasien harus diberikan instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi (missal menggunakan handuk yang berbeda). Terapi keratitis masih kontrofersial. Penggunaan steroid mengurangi gejala dan menyebabkan hilangnya opasitas kornea, namun inflamasi ulangan (rebound inflammation) sering terjadi ketika steroid dihentikan.

Page 5: KELOMPOK 4

3.Konjungtivitis Alergi Konjungtivitis alergi dapat dibagi menjadi akut dan kronis: 1.Akut (konjungtivitis demam hay).Merupakan suatu bentuk reaksi akut yang diperantarai IgE terhadap allergen yang tersebar diudara ( biasanya serbuk sari ). Tanda dan gejala antara lain: a. rasa gatal b. injeksi dan pembengakanan konjungtiva ( kemosis)c. lakrimasi

2.Vernal (kataral musim semi).Juga diperantarai oleh IgE. Sering mengenai anak laki – laki dengan riwayat atopi. Dapat timbul sepanjang tahun. Tanda dan gejala antara lain :

a.rasa gatalb. fotofobiac. lakrimasid. konjungtivitis papilar pada lempeng tarsal atas ( papilla dapat bersatu untuk membentuk

cobblestone raksasa).e. folikel dan bintik putih limbus

Terapi awal dengan antihistamin dan penstabil sel mast ( missal; natrium, kromoblikat; nedokromil; lodoksamid).Steroid topical dibutuhkan pada kasus – kasus berat, namun pemakain jangka panjang mungkin dihindari karena dapat menginduksi glukoma atau katarak.

Pengguna lensa kontak dapat mengalami reaksi alergi terhadap lensa yang digunakan atau bahan pembersih lensa yang menyebababkan konjungtivitis papilla raksasa( giant papillary conjungtivitis ,GPC) dengan secret mukoid. Walaupun hal ini member respons terhadap terapi topical dengan pens stabil sel mast, sering kali pengguna lensa kontak harus dihentikan sementara waktu atau permanen. Beberapa pasien tidak bisa meneruskan penggunaan lensa kontak karena kambuhnya gejala.

D.Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala konjungtivitis bisa meliputi1)Hiperemia (kemerahan)2)Cairan3)Edema4)Pengeluaran air mata5)Gatal pada kornea6)Rasa terbakar/rasa tercakar7)Seperti terasa ada benda asing

Page 6: KELOMPOK 4

E.Patofisiologi

Sebagian besar inflamasi mata disebabkan oleh makroorganisme, irigasi mekanis, atau sensitivitas terhadap suatu zat. untungnya inflamasi tersebut tidak meningalkan bekas yang permanen. inflamasi kornea yang berat atau ulkus kornea dapat menyebabkan kerusakan kornea yang meyebabkan ganguan penglihatan. komplikasi dari uveitis dapat menimbulkan perekatan, glaukoma sekunder dan hilang penglihatan.Sebaian besar inflamasi mata adalah tembel dan konjungstivitis. Tembel adalah infeksi folikel bulu mata atau kelenjar pinggir kelopak mata yang relatif ringan. Organisme orang yang sering menginfeksi adalah stafilokokus. Infeksi ini cenderung berkumpul karena organisma infeksi menyebar dari folikel rambut yang satu ke yang lainnya. Kebersihan yang kurang dan gangguan kosmetik yang berlebihan dapat merugikan faktor pendukung. Orang–orang seharusnya diajarkan untuk tidak memencet tembel karena infeksi dapat menyebar dan menyebabkan selulitis pada kelopak mata.Konjungtivitis merupakan bagian besar dari penyakit mata dan ada yang akut dan ada yang kronik. Konjungstivitis bakteri akut biasanya ditularkan oleh kontak langsung. Orang yang menyentuh matanya dengan jari akan mengkontaminasi benda–benda seperti : handuk atau lap. Organisme penyebabnya biasanya stafilokokus dan adenovirus. Konjungstivitis sederhana biasanya tidak lama.Infeksi oleh Chlamydia trachomatis menyebabkan trachoma, suatu bentuk konjungstivitis yang jarang di Amerika Serikat. tetapi bisa menyebabkan kebutaan terutama bagi orang-orang yang hidup didaerah kering dan pendapatannya rendah, negara-negara di mediterranean yang panas dan timur jauh. Trachoma timbul mengikuti konjungstivitis akut, kelopak mata menjadi berparut dan terbentuk granulasi-granulasi di permukaan dalam kelopak dan menyebar ke kornea yang pada akhirnya menimbulkan hilangnya penglihatan. Pemeliharaan kebersihan penting untuk mencegah dan mengatasi trachoma. Kornea yang parut memerlukan transplantasi kornea mata. Konjungstivitis alergi biasanya disertai demam, kronis dan berulang-ulang.(Barbara C .Long, 1996)

F.Komplikasi

1)Komplikasi pada konjungstivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis2)Komplikasi pada konjungstivitis purulenta adalah seringnya berupa ulkus kornea3)Komplikasi pada konjungstivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea dapat mengganggu penglihatan orang menjadi buta4)Komplikasi konjungstivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu pengelihatan

Page 7: KELOMPOK 4

G.Pemeriksaan Penunjang

a.Pemeriksaan Mata1)Pemeriksaan tajam penglihatan 2)Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat pemeriksaan lapang pandangan)3)Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel kornea)4)Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran kornea)5)Pemeriksaan oftalmoskop6)Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda menjadi lebih besar dibanding ukuran normalnya)(Prof.dr. H. Sidafta Ilyas, SpM , 2008) b.Therapi Medik Konjungtivitis : Antibiotik topikal, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes simplek virus)

H.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan, konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi, bergantung pada penyebabnya, terapi dapat meliputi antibiotik sistemik atau topikal, bahan antiinflamasi, irigasi mata, pembersih kelopak mata, atau kompres hangat. Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan. Untuk mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien.

I.Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.

Page 8: KELOMPOK 4

J.Asuhan keperawatan pada klien dengan konjungtivitisA. BIODATA.Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinana, alamat, penanggung jawab.

B. RIWAYAT KESEHATAN .1. Riwayat Kesehatan Sekarang. Keluhan Utama :Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan kemerahan disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe. Sifat Keluhan ;Keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah meradang menjalar ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan timbul. Keluhan Yang Menyertai :Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus Gonoblenorroe.

2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu.Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat, riwayat operasi mata.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga.Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis).

C. PEMERIKSAAN FISIK.Data Fokus :Objektif : VOS dan VOD kurang dari 6/6.Mata merah, edema konjungtiva, epipora, sekret banyak keluar terutama pada konjungtivitis purulen (Gonoblenorroe).Subjektif : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata) gatal, panas.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN.1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan peradangan konjungtiva, ditandai dengan : Klien mengatakan ketidaknyamanan (nyeri) yang dirasakan. Raut muka /wajah klien terlihat kesakitan (ekspresi nyeri).Kriteria hasil:Nyeri berkurang atau terkontrol.

Page 9: KELOMPOK 4

Intervensi : Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien. Ajarkan kepada klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam dan teratur. Berikan kompres hangat pada mata yang nyeri. Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, aman dan tenang. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesicRasionalisasi :o Dengan penjelasan maka klien diharapkan akan mengerti.o Berguna dalam intervensi selanjutnya.o Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien dengan mengurangi stressor yang berupa kebisingan.o Menghilangkan nyeri, karena memblokir syaraf penghantar nyeri.Evaluasi : Mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri. Mengalami dan mendemonstrasikan periode tidur yang tidak terganggu. Menunjukkan perasaan rileks.

2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya, ditandai dengan : Klien mengatakan tentang kecemasannya. Klien terlihat cemas dan gelisah.Kriteria hasil :Klien mengatakan pemahaman tentang proses penyakitnya dan tenang.Intervensi : Kaji tingkat ansietas / kecemasan. Beri penjelasan tentang proses penyakitnya. Beri dukungan moril berupa do’a untuk klien.Rasionalisasi :o Bermanfaat dalam penentuan intervensi.o Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnyao Memberikan perasaan tenang kepada klien.

Evaluasi : Mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk mengurangi ansietas. Mendemonstrasikan pemahamaan proses penyakit.

3. Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses peradangan.Kriteria hasil :Penyebaran infeksi tidak terjadi.Intervensi :

Page 10: KELOMPOK 4

Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar (k/p lakukan irigasi). Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur. Pertahankan tindakan septik dan aseptik.Rasionalisasi :o Dengan membersihkan mata dan irigasi mata, maka mata menjadi bersih.o Pemberian antibiotik diharapkan penyebaran infeksi tidak terjadi.o Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke perawat atau perawat ke pasien.Evaluasi : Tidak terdapat tanda-tanda dini dari penyebaran penyakit.

4. Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema).Intervensi : Kaji tingkat penerimaan klien. Ajak klien mendiskusikan keadaan. Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang. Jelaskan perubahan yang terjadi. Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan tindakan yang dilakukan.Evaluasi : Mendemonstrasikan respon adaptif perubahan konsep diri. Mengekspresikan kesadaran tentang perubahan dan perkembangan ke arah penerimaan.

5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.Kriteria hasil :Cedera tidak terjadi.Intervensi : Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membungkuk. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat yang dibutuhkan pasien ke tubuhnya. Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat menimbulkan kecelakaan. Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas.Rasionalisasi :o Menurunkan resiko jatuh (cedera).o Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian.o Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi pasien.o Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.

Evaluasi : Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.

Page 11: KELOMPOK 4

Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cedera. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.

Daftar pustaka

Page 12: KELOMPOK 4

James,Bruce, dkk.2006.Oftalmologi.Jakarta:PT. Erlangga

http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/07/askep-konjungtivitis.html

http://syukronaffdoc.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-klien-dengan-infeksi.html

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/ophthalmology/2041755-etiologi-konjungtivitis-bakteri/