Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf
-
Upload
yana-taryana -
Category
Documents
-
view
86 -
download
15
description
Transcript of Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA DAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Sdr.E DI KELUARGA Tn.W
DENGAN PENYAKIT DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI KECAMATAN
CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Kelompok
Pada Mata Kuliah Keperawatan Komunitas I
Kelompok 2 :
Aap Palahwi
Erfan Fardiansyah
Maya Nurlela
Ratih Nuriza Gusman
Riska Dwi Nur Arifin
Yana Taryana
STIKes MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
Jl. Tamansari Gobras PO BOX 114 Tlp. (026523 50982)
2013
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA YANG MENGALAMI PENYAKIT DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)
A. Definisi
Beberapa pengertian DHF (Dengue Haemoragic Fever) menurut beberapa ahli:
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leucopenia, dengan/tanpa
ruam (rash) dan limfadenopati. Trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan
(petekie) spontan. (Noer Sjaefullah, 2000 : 20)
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam
manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan
kematian. (Arief Mansjoer, 2000 : 428)
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat
serotype virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam tinggi,
manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda–tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya
renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat
menyebabkan kematian. (Soegeng Soegijanto, 2002 : 45)
Dari beberapa pengertian DHF (Dengue Haemoragic Fever) diatas penulis dapat
menyimpulkan dengue haemoragic fever adalah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul
renjatan dapat menyebabkan kematian.
B. Etiologi
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4
keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang
lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter
40 meter dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang
berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel–sel
Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 2001: 36)
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan berperan infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2000: 420)
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus
dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti
merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural)
kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada
genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes
Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan
bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya (Aedes Albopictus). Nyamuk
betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi
hari dan senja hari. (Soedarto, 2001 : 37)
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin
untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue
Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus
dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula
terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah
mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 2001 : 38)
C. Patofisiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi viremia,
yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti
sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan
sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem
retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa.
Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan dari
intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma akibatnya terjadi
pengurangan volume plasma yang terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bias
terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bias menyebabkan
anaphylaxia.
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresi
sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan
perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada
perdarahan kelenjar adrenalin. Plasma merembas sejak permulaan demam dan mencapai
puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang
sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma
yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan
kematian. Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7. Reaksi lainnya yaitu
terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan pada hemostasis yang mencakup
perubahan vaskuler, trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi
trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen).
Pembekuan yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bias terjadi saat renjatan. Perdarahan
yang terjadi seperti petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai
perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal. (Salmiyatun, 2004 : 18 dan Soegeng
Soegijanto, 2002 : 48)
D. Manifestasi Klinik
1. Masa Inkubasi
Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue ke dalam kulit ,
terdapat masa laten yang berlangsung 4 – 5 hari diikuti oleh demam , sakit kepala dan
malaise.
2. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlagsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju
suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsungnya demam , gejala- gejala
klinik yang tidak spesifik misalnya , anoreksia , nyeri punggung , nyeri tulang dan persendian
, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyertainya.
3. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan umumnya terjadi pada
kulit, dan dapat berupa uji turniket yang positif , mudah terjadi perdarahan pada tempat
fungsi vena , petekia dan purpura. Selain itu juga dapat dijumpai epstaksis dan perdarahan
gusi , hematomesis dan melena.
4. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba , meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba
kenyal , harus diperhatikan kemungkinan akan terjadinya renjatan pada penderita.
5. Renjatan ( syok )
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda–tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab , dingin pada ujung hidung, jari
tangan dan jari kaki serta cyanosis di sekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka
biasanya menunjukkan prognosis yang buruk. Nadi menjadi lembut dan cepat , kecil bahkan
sering tidak teraba. Tekanan darah sistolik akan menurun sampai di bawah angka 80 mmHg.
6. Gejala klinik lain
Nyeri epigastrum , muntah-muntah , diare maupun obstipasi dan kejang-kejang.
Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan terjadinya perdarahan
gastrointestinal dan syok. ( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002 )
E. Penatalaksanaan
Pemberantasan Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti juga penyakit menular laibn
didasarkan atas meutusan rantai penularan, terdiri dari virus, aedes dan manusia. Karena
sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif terdapat virus itu maka pemberantasan
ditujukan pada manusia terutama pada vektornya. (Soemarmo, 2000 : 56)
Prinsip tepat dalam pencegahan DHF (Soemarmo, 2000 : 57)
1. Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat
sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu sekolah dan
RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
Menurut Rezeki S, 2002 : 22 , Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever
(DHF) ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat
perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu :
1) Menguras tempat–tempat penampungan air secara teratur sekurang– kurangnya
sxeminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya.
2) Menutup rapat – rapat tempat penampung air.
3) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung air hujan
seperti dilanjutkan di baliknya.
Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF) bersifat
simtomatis dan suportif (Ngastiyah, 2001 : 344)
Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue Haemoragic
Fever (DHF) sedang kadang – kadang tidak memerlukan perawatan, apabila orang tua dapat
diikutsertakan dalam pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok
yaitu perburukan gejala klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk, 2001 : 571)
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 2004 : 203) yaitu:
Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau kejang–
kejang. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet positif/negatif,
kesakitan, Hb dan Ht/PCV meningkat, Panas disertai perdarahan, Panas disertai renjatan.
Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA,
2004 : 203 – 206 adalah.
Belum atau tanpa renjatan:
1. Grade I dan II
Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface
cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen,asetosal tidak
boleh diberikan Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari
Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari
Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari
Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari
TERAPI CAIRAN
1) infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak
dengan BB< 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10
10 kg bersama-sama di berikan minuman oralit, air susu secukupnya
2) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum
sebanyak – banyaknya dan sesering mungkin.
3) Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus
yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam
kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik
untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Dengan Renjatan ;
2. Grade III
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi
teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan
dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan
infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan
dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan
sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ).
Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jam diperhitungkan sebagai berikut :
100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan berat badan 26-30 Kg.
60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
1) Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan
tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin
maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran
L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang
maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum
membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi
renjatan.
2) Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam
keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi
cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma
atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1
jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
F. Komplikasi
Adapun komplikasi dari Dengue Haemoragic Fever adalah
1. Perdarahan
Perdarahan pada Dengue Haemoragic Fever disebabkan adanya perubahan vaskuler,
penurunan jumlah trombosit dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan
meningkatnya megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit. Tendesi perdarahan saluran cerna, hematemesis, melena.
2. Kegagalan Sirkulasi
DSS (Dengue Syock Syndrome) biasanya terjadi sesudah hari 2-7 disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke
rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang
mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena, preload, miokardium, penurunan volume
sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan
penurunan perfusi organ. Dengue Syock Syndrome juga disertai dengan kegagalan
homeostatis mengakibatkan aktifitas dan integritas sistem kardiovaskuler, perfusi miokard
dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan iskemi jaringan dan kerusakan
fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
akan meninggal dalam waktu 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan nekrosis
karena perdarahan yang terjadi pada lobules hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel
metrofil dan limfosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau
komplek virus antibodi.
4. Efusi Pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dapat dibuktikan adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi
efusi pleura akan terjadi dispnea.
G. Pengkajian Fokus
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Utama DHF
(Dengue Haemorragic Fever)
Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga dengan DHF menurut Friedman.
1. Identitas Data
a. Nama Kepala Keluarga :
b. Usia :
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan :
e. Alamat :
f. Komposisi keluarga
Jumlah keluarga yang banyak (extended family), status social ekonomi menurun dan
tingkat pendidikan dan pengetahuan rendah menyebabkan keluarga tidak mampu
menjalankan 5 fungsi keluarga di bidang kesehatan (5 tahap) terhadap penderita DHF
di keluarga.
g. Tipe keluarga
Biasanya tipe keluarga besar yang ekonominya rendah, lebih berpengaruh terhadap
status kesehatan terutama DHF.
h. Suku bangsa
Asal suku, identifikasi budaya suku yang terkait dengan masalah kesehatan.
i. Agama
Agama yang dianut serta kepercayaan yang dapat berpengaruh pada persepsi keluarga
dalam pengobatan atau perawatan pada penderita DHF.
j. Status sosial ekonomi keluarga
Pendidikan yang rendah, didukung pendapatan yang rendah pula kan berpengaruh
pada keluarga dalam mengenal masalah DHF dalam pengambilan keputusan, dan
keluarga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan gizi
pada penderita DHF serta biaya pengobatannya.
k. Latar Belakang Budaya
1) Kebiasaan fasilitas Kesehatan
Keluarga mempunyai kebiasaan jika ada anggota keluarga yang sakit, sumber
pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat merupakan tempat pertama yang
dituju dalam rangka pengobatan. Contohnya Puskesmas.
2) Pengobatan Tradisional
Keluarga biasanya hanya memberikan pengobatn tradisional, misalnya untuk
mengurangi demam, keluarga menganjurkan penderita untuk istirahat dan jika
masih demam hanya dibelikan obat di warung.
l. Aktivitas di waktu senggang
Kebiasaan aktivitas yang mempengaruhi penderita DHF yaitu aktivitas yang banyak
apalagi di tempat yang kotor. Penderita DHF harus mengurangi aktivitas, istirahat dan
harus bayak minum air putih secara teratur.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Anggota keluarga yang tertua akan berpengaruh pada keluarga, dalam pengambilan
keputusan untuk mengatasi masalah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Dalam tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi misalnya dalam masalah
kesehatan, keluarga belum bisa meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
c. Riwayat keluarga inti
Jika dalam silsilah keluarga didapatkan anggota keluarga ada yang menderita DHF
maka tidak dapat beresiko pada kerabat atau keturunan berikutnya untuk menderita
DHF, sebab DHF merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue.
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Karakteristik luas tipe, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabot, jarak sumber air dengan septic tank, sumber air yang digunakan,
status kepemilikan dan denah rumah. Keadaan rumah yang kecil, sempit, kotor,
ventilasi yang kurang, perabotan rumah berserakan, penataan ruangan atau kamar
yang banyak baju bergantungan. Hal tersebut merupakan factor predisposisi
timbulnya penyakit DHF. Di samping itu, tempat-tempat di luar rumah penderita
DHF, misal : lingkungan dengan kondisi atau keadaan kotor, pembuangan sampah
terbuka, pembuangan air limbah tidak lancar. (Nelson, 2001)
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Karakteristik fisik tetangga dan masyarakat yang berpengaruh pada penyakit DHF,
misal : sanitasi jalan terlihat kumuh, rumah, pekerjaan, kelas sosial dan karakteristik
sosial budaya masyarakat, serta sulitnya masyarakat menggunakan transportasi.
c. Mobilitas geografis keluarga
Penderita DHF biasanya sering bertempat tinggal di daerah yang kumuh, kotor
sehingga akan mempengaruhi pada penderita DHF.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga menyadari pentingnya intoleransi dengan masyarakat dan menggunakan
fasilitas pelayanan masyarakat misalnya pelayanan kesehatan.
e. Sistem pendukung keluarga
Biasanya yang membantu keluarga saat membutuhkan bantuan adalah tetangga
dekat atau sanak keluarga dan petugas kesehatan dalam membantu kesehatan
keluarga.
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Kurang komunikasi diantara keluarga yang menderita DHF akan mempengaruhi
pengambilan keputusaN dalam memutuskan suatu masalah.
b. Struktur kekuatan keluarga
Dalam keluarga yang membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah biasanya
dilakukan oleh kepala keluarga dengan cara demokrasi. Jika kepala keluarga tidak
mampu mengambil keputusan tepat dalam mengatasinya maka dapat memperberat
penyakit DHF.
c. Struktur Peran
Peran kepala keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarganya dan setiap
anggota keluarga mempunyai peran masing-masing dalam menaggulangi, mencegah
serta merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Nilai dan norma keluarga
Keluarga mempunyai persepsi bahwa suatu penyakit tidak dapat sembuh tanpa diobati
seperti DHF tidak dapat sembuh tanpa pengobatan.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Perhatian yang kurang sehingga penderita DHF tidak mendapatkan perawatan
kesehatan yang dibutuhkan.
b. Fungsi Sosialisasi
Tingkat kependidikan dan pengetahuan masyarakat rendah, sehingga dalam proses
sosialisasi masyarakat, keluarga tidak mendapatkan informasi yang tepat tentang DHF
dan penanganannya.
c. Fungsi Kesehatan
Keluarga mampu melakukan lima tugas kesehatan keluarga yaitu :
1) Mengenal masalah kesehatan tentang penyakit DHF (pengertian, faktor
penyebab, tanda dan gejala, akibat serta penatalaksanaan).
2) Mengambil keputusan jika ada anggota keluarga yang sakit.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit dengan menjauhkan factor-faktor
pencetus terjadinya DHF (Dengue Haemorragic Fever) dan pemenuhan nutrisi
yang cukup.
4) Memodifikasi lingkungan misal menjaga kebersihan agar terhindar dari
penyakit.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan misalnya : membawa anggota
keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan terdekat seperti Puskesmas.
d. Fungsi Reproduksi
Berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak, metode yang
digunakan.
e. Fungsi Ekonomi
Keluarga mempunyai fungsi dalam memenuhi kebutuhan ekonominya dan termasuk
pemanfaatan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status
kesehatan keluarga.
6. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor jangka pendek
Apabila keluarga mempunyai masalah dalam kesehatan, anggota keluarga ada yang
menderita DHF maka bagaimana cara keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita tersebut.
b. Stressor jangka panjang
Keluarga mampu bertindak tenang dan sabar dalam perawatan DHF dan
pengobatannya.
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Keluarga begitu peka terhadap situasi yang terjadi dalam anggota keluarga, sehingga
akan lebih cepat dalam mengambil keputusan sehingga tidak berakibat buruk, misal
akibat atau komplikasi dari DHF (Dengue Haemorragic Fever).
d. Strategi koping yang digunakan
Keluarga yang menggunakan mekanisme koping yang tidak adaptif terkait dengan
masalah kesehatan yang muncul, misal tidak segera membawa anggota keluarga yang
sakit ke pelayanan kesehatan cenderung akan mempengaruhi tingkat kesehatan
keluarga.
7. Keluhan utama
Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit kepala, lemah,
nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
8. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat
demam kesadaran kompos mentis. Turunya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak
semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi
(grade III, IV), melena atau hematemasis.
9. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.
10. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
11. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada factor predisposisinya. Anak yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
12. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang kurang
bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).
13. Pola kebiasaan
a) Nutrisi dan metabolism
Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan
nafsu makan menurun.
b) Eliminasi BAB
Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara
DHF grade III-IV bisa terjadi melena.
c) Eliminasi BAK
Eliminasi BAK: perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit atau
tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
d) Tidur dan istirahat
Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau
nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya
kurang.
e) Kebersihan
Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti. Perilaku
dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
14. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :
a) Kesadaran : Apatis
b) Vital sign : TD : 110/70 mmHg
c) Kepala : Bentuk mesochepal
d) Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata anemis
e) Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
f) Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis
g) Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada rongga
mulut, terjadi perdarahan gusi.
h) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada, nyeri telan
i) Dada
Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
Perkusi : Sonor
Palpasi : taktil fremitus normal
j) Abdomen
Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)
Auskultasi : bising usus 8x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian ata
k) Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulang
l) Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter
15. Sistem integument
Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan
lembab. Kuku sianosis atau tidak.
a) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tamp0ak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis,
hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II,III, IV. Pada mulut
didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan
telingga (grade II, III, IV ).
b) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat adanya cairan
yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura), rales, ronchi, yang biasanya
terdapat pada grade III dan IV.
c) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites. Ekstremitas :
akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
16. Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat An. L yang mengalami DHF (Dengue
Haemorragic Fever).
2. Kurangnya volume cairan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah An. L yang mengalami DHF
(Dengue Haemorragic Fever).
3. Kurangnya pengetahuan pada An. L dikeluarga Tn. A dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah An. L yang mengalami DHF (Dengue
Haemorragic Fever).
17. Fokus Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan 1
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi dapat
terpenuhi.
b) Rencana tindakan
1) Pencegahan primer
- Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
- Meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
kontipasi.
- Mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan.
- Menurunkan kebutuhan metabolisme untuk mencegah penurunan kalori
dan simpanan energy dengan melakukan tirah baring atau pembatasan
aktivitas selama fase sakit.
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan masukan Fe, protein dan Vitamin
C.
2) Pencegahan sekunder
- Anjurkan untuk sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan
menyenangkan karena lingkungan yang menyenangkan akan
menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan.
- Berikan kebersihan oral karena mulut yang bersih dapat meningkatkan
rasa makanan.
3) Pencegahan tersier
- Monitor mual dan muntah.
- Monitor adanya penurunan BB.
- Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan.
- Kolaborasi nutrisi perenteral total, terapi IV sesuai indikasi.
2. Diagnosa Keperawatan II
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak adanya tanda-tanda
dehidrasi, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
b) Rencana tindakan
1) Pencegahan primer
- Pantau status hidrasi (kelembaban membran, nadi akurat).
- Monitor masukan makanan/cairan.
2) Pencegahan sekunder
- Anjurkan banyak minum 1500-2000 ml/hari.
- Batasi aktivitas yang menguras tenaga.
3) Pencegahan tersier
- Kolaborasi dokter juga pemberian cairan IV sesuai dengan suhu ruangan.
- Memberikan deuritik sesuai intruksi.
3. Diagnosa Keperawatan III
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mengetahui sumber-
sumber informasi.
b) Rencana tindakan
1) Pencegahan primer
- Menentukan tingkat pengetahuan keluarga sebelumnya.
- Mempunyai perencanaan pada kondisi kegawatan.
- Dorong untuk mengikuti informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan
lain.
2) Pencegahan sekunder
- Diskusikan tentang proses penyakit (pengertian, tanda dan gejala, faktor
penyebab dan komplikasi.
- Jelaskan secara rasional tentang pengelolaan terapi atau perawatan yang
dianjurkan.
- Ajarkan tentang makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan.
3) Pencegahan tersier
- Kaji ulang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit.
- Rujuk kepelayanan kesehatan bila kondisi pasien semakin memburuk.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA SDR.E DI KELUARGA TN.W
DENGAN PENYAKIT DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)
DI KAMPUNG PANGADEGAN KEC. CIBEUREUM
A. DATA UMUM
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. W
2. Alamat Kepala Keluarga : Kp. Pangadegan Rt/Rw 06/01 kel. Kota Baru,
Kec. Cibeurem
3. Pendidikan Kepala Keluarga : SMA
4. Komposisi Keluarga
No Nama Hubungan
Dengan
KK
Umur Jenis
Kelami
n
Status
Perkawina
n
Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Imunisasi
1 Ny.L Istri 52 th P kawin SD Penjahit lengkap
2 Tn.H Ank.kandu
ng
30 th L kawin SMK Buruh lengkap
3 Sdr.E Ank.
kandung
20 th L belum SMA Pelajar lengkap
4 Ny.R menantu 29 th P kawin SMA IRT lengkap
5 Ank.
M
Cucu 2 th P belum ____ ___ lengkap
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Sudah Meninggal
: Klien
: Menikah
: Garis Keturunan
: Tinggal Serumah
5. Tipe Keluarga
Keluarga Tn W termasuk keluarga besar (estended family) yang terdiri dari Kepala
Keluarga, istri, 2 anak, 1 orang menantu, 1 orang cucu.
6. Suku Bangsa
Seluruh anggota keluarga berasal dari suku sunda, Indonesia
7. Agama
Semua anggota keluarga menganut agama islam dan mereka selalu taat beribadah dan
menjalankan perintah Tuhan YME.
8. Status Social Ekonomi Keluarga
Pekerjaan Anggota Keluarga
Tn.W bekerja sebagai buruh jasa di sebuah perusahaan. Sedangkan Ny. L bekerja sebagai
penjahit rumahan. Anak pertama yang sudah menikah bekerja sebagai supir di
perusahaan.
Sebagian besar anggota keluarga mempunyai penghasil perbulannya, yaitu :
Kepala Keluarga : 1.500.000/bulan
istri (Ibu l) : 500.000/bulan
Anak 1 : 900.000/bulan
Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
Dilihat dari penghasilan masing-masing anggota keluarga yang sudah bekerja, keluarga
mempunyai status social ekonomi menengah. Dengan pengeluaran perbulan mencapai
untuk Tn.W dengan Ny.L sebesar ± Rp. 1.500.000. sedangkan penghasilan anak pertama
di gunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarganya sebesar Rp. ±700.000.
9. Kebutuhan Rekreasi
1) Rekreasi Yang Digunakan Dalam Rumah
Keluarga Tn. W tidak pernah pergi bersama untuk berekrasi, hanya saja bila ada
kemauan dan waktu luangnya digunakan menonton TV dan membersihkan rumah
bersama-sama anggota keluarga di saat hari libur.
2) Rekreasi Yang Dilakukan Di Luar Rumah
Keluarga Tn. W jarang berekreasi di luar di tempat rekreasi, hanya saja berkunjung ke
rumah saudara terdekat.
B. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn. W mempunyai 2 orang anak, anak pertama laki-laki dengan umur 30 tahun
dan sudah menikah mempunyai 1 orang isteri dan 1 orang anak, dan anak ke-2 laki-laki
20 tahun. Maka keluarga Tn. W berada pada tahap perkembanngan keluarga dengan
anak dewasa.
2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tn. W sampai saat ini telah memenuhi tugas perkembangan yaitu :
1) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Penataan kembali peran ortu dan kegiatan rumah
Namun, hanya sebagian tugas kepala keluarga untuk membantu anak untuk mandiri
sebagai keluarga baru di masyarakat. Sebab anak pertama yang telah menikah belum
tinggal sendiri atau terlepas dari KK yang dilatar belakangi materil.
3. Riwayat Keluarga Inti
Dalam keluarga, tidak ada riwayat penyakit menular, menahun, dan menurun. Riwayat
masing-masing anggota keluarga adalah sebagai berikut :
1) Kepala Keluarga, Tn. W pernah mengalami riwayat penyakit Vertigo, sehingga
harus dirawat inap selama 10 hari di Rumah Sakit dan sekarang dinyatakan belum
sembuh total sehingga menyebabkan mobilisasinya terganggu.
2) Isteri, Ny. L tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L berobat
dan rawat inap di Rumah Sakit.
3) Anak Pertama, Tn. H tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L
berobat dan rawat inap di Rumah Sakit.
4) Anak Kedua, Sdr. E pernah mengalami riwayat penyakit DHF, sehingga harus
dirawat inap selama 10 hari di Rumah Sakit dan sekarang dinyatakan sudah
sembuh .
5) Menantu, Ny. R tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L
berobat dan rawat inap di Rumah Sakit.
6) Cucu , An. M tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L berobat
dan rawat inap di Rumah Sakit.
4. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Dari keluarga Tn.W, Tn.W pernah mengidap penyakit vertigo. Akibat dari vertigo
sendiri keseimbangan berjalan Tn.W tidak normal seperti semula. Sedangkan anggota
keluarga yang lain hanya mengalami penyakit pusing biasa dan sembuh dengan membeli
obat dari warung.
C. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah
a) Status
Luas tanah 12 m x 8 m luas rumah 6 m x 7 m .
Tipe rumah : permanen dengan jumlah 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi, 1 ruang kerja. Jendela 16 buah, pintu 5 buah,
setiap ruangan dimanfaatkan sebagaimana fungsinya. perlengkapan rumah tangga
tertata dengan rapi, cahaya matahari dapat tersalurkan kesetiap ruangan, sumber air
dari PDAM.
b) Perincian Denah
8
3
3
3
utama
4
1 65
2Keterangan :
1. Dapur2. Kamar mandi3. Kamar tidur4. Ruang tamu5. Ruang kerja6. Parkir7. halaman
7
c) Keadaan rumah
Lantai menggunakan keramik, tidak licin, ruang tamu tampak tidak tertata rapi.
Ruang tamu memiliki 1 jendela selalu terbuka. Tiap kamar tidak terdapat genting
kaca sehingga rumah terlihat kurang terang. Kamar tidur utama mempunyai jendela,
kamar tidur ketiga tidak ada jendela namun memiliki ventilasinya. An. L lebih sering
tidur di kamar ketiga. Dapur terletak seruangan dengan ruang makan terdapat
ventilasi. Lingkungan sekitar rumah jalan sudah dikeraskan atau di semen, posisi
rumah dekat dengan rel kereta api dan tidak ada pembuangan sampah (bak sampah).
d) Kebiasaan Keluarga dalam Perawatan Rumah
Kebersihan rumah adalah tanggung jawab semua anggota keluarga, dimana semua
anggota keluarga mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam
kebersihan rumah. Namun keluarga Tn. W dan Tn. H jarang untuk membersihkan
atau merawat rumah karena kesibukan pekerjaan sehingga pekerjaan membersihkan
rumah dilakukan oleh Ny.L dan Ny.R.
e) Sistem Pembuangan Sampah
Dalam keluarga Tn. W sampah keluarga di buang di belakang rumah di tampung dan
di bakar. Karena tidak terjangkau mobil angkutan sampah sehingga sampah rumah di
musnahkan dengan cara di bakar di belakang rumah sekitar 2 m dari rumah.
f) System drainase air
Sumber air yang digunakan Tn.W menggunakan air PDAM, disediakan tempat
penampungan air dan memisahkan antara air buat memasak dan buat mencuci. Di
samping rumah ada selokan dan dijadikan pembuangan air bekas.
g) Kondisi air
Kondisi air tidak berwarna, jernih dan tidak berasa. Air PDAM di gunakan untuk
memasak dan keperluan sehari-hari. Untuk minum menggunakan air isi ulang.
h) Pengetahuan Keluarga Mengenal Masalah Kesehatan yang Berkaitan dengan
Lingkungan
Keluarga menganggap kesehatan sangat penting harus tetap jaga kebersihan.
2. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas Rw
Keluarga merasa nyaman hidup ditengah-tengah warga sekitar rumah karena keluarga
merasa warga sekitar saling bantu-membantu dan tidak merugikan dalam berbagai hal.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Sejak Tn. W Menikah Dengan Ny. L keluarga Tn. W tinggal di kp pangadean dan tidak
perrnah pindah. Alat transportasi yang ada di daerah keluarga Tn. W adalah angkutan
umum dan angkutan motor (ojek). Alat Transportasi yang Biasa Digunakan Keluarga
Alat transportasi yang digunakan keluarga sehari-hari adalah sepeda motor dan angkutan
umum.
4. Perkunpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
a) Peran Serta Keluarga dalam Perkumpulan di Masyarakat
Hubungan keluarga dengan tetangga tampak baik dan harmonis. Walaupun Ny. L
tidak bisa mengikuti kegiatan ibu-ibu setempat karena sibuk kerja dari pagi sampai
malam namun tetap menjaga hubungan baik dengan warga sekitar. Tn.W mengkuti
kegiatan perkumpulan tiap bulan sekali, sedangkan Tn.H suka pulang kerja tidak
menentu tetapi bila ada kgiatan dalam masyarakat selalu mengikuti
b) Persepsi Keluarga Mengenai Perkumpulan di Masyarakat
Keluarga mengatakan perkumpulan di masyarakat sangat berguna memecahkan
masalah-masalah yang ada lingkungan dan tempat berinteraksi antar tetangga
(silaturahim).
c) Adat dan Kebiasaan Komunitas Sekitar
Selama ini tetangga-tetangganya mempunyai kebiasaan apabila ada salah satu
tetangganya yang sakit mereka saling bantu-membantu. Bergotong royong
membersihkan kampung tiap dua minggu sekali.
5. System pendukung keluarga
Keluarga memiliki fasilitas kesehatan yang memadai misalnya: tersedia MCK, kotak
obat pribadi, motor sebagai sarana transportasi. Sedangkan fasilitas sosialnya berupa
mengikuti penyuluhan kesehatan misalnya : penyuluhan DBD, diadakannya imunisasi
seperti tetanus, campak, polio, dan lain-lain. Sedangkan dukungan psikologi dan spiritual
keluarga terpenuhi dengan baik.
D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga menerapkan kepada seluruh anggota keluarga untuk selalu terbuka jika ada
sesuatu hal. Komunikasi yang diterapkan dalam keluarga adalah dua arah.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga keputusan yang diambil adalah hasil musyawarah bersama, setiap
anggota berperan sesuai dengan perannya, dan dapat menyampaikan idenya jika ada
masalah yang dirasakan. Pengambil keputusan adalah Tn. W tetapi bila dalam keadaan
tertentu Tn. W tidak ada di tempat, maka keputusan diambil oleh istrinya.
3. Struktur peran (formal dan informal)
Tn.W:
Peran formal : Tn.W tidak pernah menjadi pengurus dalam masyarakat, sekarang
hanya menjadi anggota masyarakat
Peran informal : menjadi kepala keluarga, suami, ayah kakek, mertua, dan
menantu.
Ny.L:
Peran formal : aktif sebagai anggota masyarakat, perkumpulan ibu-ibu pengajian,
dan perkumpulan ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal.
Peran informal : sebagai ibu rumah tangga, sitri, nenek, dan mertua.
Tn. H :
Peran formal : sebagai anggota masyarakat, anggota ketua karang taruna.
Peran informal : aktif sebagai anggota keluarga, suami, anak, ayah.
Ny.R :
Peran formal : sebagai anggota perkumpulan ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal
Peran informal : sebagai ibu rumah tangga, ibu, istri, menantu di keluarga.
Sdr.E :
Peran formal : sebagai anggota ikatan mahasiswa
Peran informal : anak, adik. Sepupu.
An.M :
Peran formal : --------
Peran informal : anak, cucu, keponakan.
4. Nilai dan norma keluarga
Keluarga hidup dalam nilai dan norma budaya Jawa dimana suami bertindak sebagai
pencari nafkah dan istri di rumah mengurus anak, menurut pendapat keluarga bisa saja
istri bertindak sebagai pencari nafkah tambahan asalkan tugas sebagai istri dan ibu tidak
begitu terabaikan. Nilai yang dianut keluarga adalah saling menghormati antar anggota
keluarga dan menyayangi serta memberi kebebasan pada An. E tetapi bertanggung
jawab. Nilai yang ada di keluarga merupakan gambaran nilai dari agama yang dianut,
tidak terlihat adanya konflik dalam nilai dan tidak ada yang mempengaruhi status
kesehatan anggota keluarga dalam menggunakan nilai yang diyakini oleh masyarakat
dan tidak bertentangan dengan masyrakat sekitar.
E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Perhatian yang kurang sehingga penderita DHF (Dengue Haemorragic Fever) tidak
mendapatkan perawatan kesehatan yang dibutuhkan.
2. Fungsi Sosial
Tingkat kependidikan dan pengetahuan masyarakat rendah, sehingga dalam proses
sosialisasi masyarakat, keluarga tidak mendapatkan informasi yang tepat tentang DHF
dan penanganannya.
3. Fungsi perawatan keluarga
1. Mengenal Masalah
Saat pengkajian semua anggota keluarga dalam keadaan sehat, akan tetapi An. E
yang sudah 10 hari di rawat di Rumah Sakit sudah sembuh dari penyakit DHF,
namun masih mengalami mual tiap kali makan, BB menurun, keengganan untuk
makan, membran mukosa bibir kering, tampak masih lemah dan merasakan selalu
haus. Keluarga tidak tahu tentang pengertian DHF, penyebab DHF, tanda dan gejala
serta faktor penyebab yang mempengaruhi DHF.
2. Mengambil Keputusan
Keluarga Tn. W mengatakan saat Sdr. E demam tinggi dulu diberi obat dari warung.
Namun selama 2 hari demam tinggi Sdr.E tidak mengalami penurunan suhu tubuh.
Diduga Sdr. E mengalami penyakit tipes sehingga keluarga memberikan obat
tradisional. Akan tetapi tidak sembuh-sembuh Sehingga keluarga Tn. W mendapat
saran dari tetangga terdekat untuk mengambil keputusan membawa Sdr.E ke
pelayanan kesehatan terdekat (Puskesmas).
4. Fungsi Reproduksi
Tn. W mempunyai 2 anak (Tn.H dan sdr. E), keluarga Tn. W merencanakan jumlah
anak dengan melakukan KB terutama Ny. L sejak dulu. Tn. W dan Ny. L tidak
mengalami gangguan dalam reproduksi.
5. Fungsi ekonomi
Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandnag, pangan, dan papan dari pendapatan
yang diterima perbulan serta keluarga mampu menyisihkan pendapatannya untuk
keperluan yang tidak terduga.
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, seperti puskesmas,
posyandu balita, dan rumah sakit.
F. STRESS DAN KOPING KELUARGA
1. Stressor Jangka Pendek
Apabila keluarga mempunyai masalah dalam kesehatan, anggota keluarga ada yang
menderita DHF maka bagaimana cara keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita tersebut.
2. Stressor jangka panjang
Kekambuhan penyakit vertigo pada Tn.W.
3. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Stressor
Keluarga Tn. A begitu peka terhadap situasi yang terjadi dalam anggota keluarga,
sehingga akan lebih cepat dalam mengambil keputusan sehingga tidak berakibat
buruk, misal akibat atau komplikasi dari DHF.
4. Stressor Koping yang Digunakan
Keluarga yang menggunakan mekanisme koping yang tidak adaptif terkait dengan
masalah kesehatan yang muncul, misal tidak segera membawa anggota keluarga
yang sakit ke pelayanan kesehatan cenderung akan mempengaruhi tingkat kesehatan
keluarga.
5. Strategi adaftasi disfungsional
Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam terhadap anak,
mengkambing hitamkan anak, memberikan ancaman-ancaman dalam menyelesaikan
masalah.
6. Harapan Keluarga pada Perawat
Keluarga Tn.W dan Ny.L menyambut baik mahasiswa kesehatan yang dating
kerumahnya, sehingga semakin tahu bagaimana bahaya dan pelajaran cara mencegah
penularan nyamuk yang menyebabkan DHF/DBD. Keluarga juga mengharapkan
mahasiswa aktif dalam bersosialisasi kepada masyarakat sehingga ilmu yang didapat
dapat diaplikasikan kepada masyarakat.
G. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisikNama anggota keluarga
Tn.W Ny.L Tn.H Ny.R Sdr.E An.M
TB 169 cm 160 cm 170 cm 165 cm 167 cm 75 cm
BB 65 kg 70 kg 65 kg 60 kg 55 kg 15 kg
TD 130/80 mmHg 130/80 mmHg 120/80 mmHg 110/80 mmHg 110/70 mmHg -------
RR 25 x/menit 23 x/menit 25 x/menit 22 x/menit 25 x/menit 20 x/menit
N 80 x/menit 84 x/menit 70 x/menit 75 x/menit 80 x/menit
RambutBersih,
beruban, lurus
Bersih, hitam,
agak ikal
Bersih, hitam,
lurus
Bersih, hitam,
lurus
Bersih, hitam,
lurusBersih, hitam, lurus
konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis Masih pucat Tidak anemis
Sclera Tidak ikhterik Tidak ikhterik Tidak ikhterik Tidak ikhterik Tidak ikhterik Tidak ikhterik
Hidung
Simetris, tidak
ada sekret,
tidak ada polip
Simetris, tidak
ada sekret,
tidak ada polip
Simetris, tidak
ada sekret,
tidak ada polip
Simetris, tidak
ada sekret,
tidak ada
polip
Simetris, tidak
ada sekret,
tidak ada
polip
Simetris, tidak ada
sekret,
tidak ada polip
MulutBersih, tidak
ada stomatitis
Bersih, tidak
ada stomatitis
Bersih, tidak
ada stomatitis
Bersih, tidak
ada stomatitis
Sedikit kotor,
mukosa
bibir kering
Bersih, tidak ada
stomatitis
TelingaBersih,
simetris
Bersih,
simetris
Bersih,
simetris
Bersih,
simetris
Bersih,
simetrisBersih, simetris
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada pembesaran
pembesaran
kelenjar
tiroid
pembesaran
kelenjar
tiroid
pembesaran
kelenjar
tiroid
pembesaran
kelenjar
tiroid
pembesaran
kelenjar
tiroid
kelenjar
tiroid
Dada
Simetris, tidak
ada nyeri
tekan,
tidak ada
wheezing
Simetris, tidak
ada nyeri
tekan,
tidak ada
wheezing
Simetris, tidak
ada nyeri
tekan,
tidak ada
wheezing
Simetris, tidak
ada nyeri
tekan,
tidak ada
wheezing
Simetris, tidak
ada nyeri
tekan,
tidak ada
wheezing
Simetris, tidak ada
nyeri tekan,
tidak ada wheezing
Abdomen
Tidak ada
nyeri tekan,
tympani, tidak
teraba massa
Tidak ada
nyeri tekan,
tympani, tidak
teraba massa
Tidak ada
nyeri tekan,
tympani, tidak
teraba massa
Tidak ada
nyeri tekan,
tympani, tidak
teraba massa
Tidak ada
nyeri tekan,
tympani, tidak
teraba massa
Tidak ada nyeri tekan,
tympani, tidak teraba
massa
Ekstremitas Atas : baik,
tidak ada nyeri
tekan, rentang
gerak tangan
baik.
Bawah : tidak
baik,
keseimbangan
jalan tidak
baik. tidak ada
Atas : baik,
tidak ada nyeri
tekan, rentang
gerak tangan
baik.
Bawah : baik,
tidak ada nyeri
tekan, rentang
gerak kaki
Atas : baik,
tidak ada nyeri
tekan, rentang
gerak tangan
baik.
Bawah : baik,
tidak ada nyeri
tekan, rentang
gerak kaki
Atas : baik,
tidak ada
nyeri tekan,
rentang gerak
tangan
baik.
Bawah : baik,
tidak ada
nyeri
Atas : baik,
tidak ada
nyeri tekan,
rentang gerak
tangan
baik.
Bawah : baik,
tidak ada
nyeri
Atas : baik, tidak ada
nyeri tekan, rentang
gerak tangan
baik.
Bawah : baik, tidak
ada nyeri
tekan, rentang gerak
kaki baik.
nyeri
tekan, rentang
gerak kaki
baik.
baik. baik.
tekan, rentang
gerak kaki
baik.
tekan, rentang
gerak kaki
baik.
1. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Anggota Keluarga
a) Nutrisi
Komposisi makanan pada keluarga Tn. W terdiri dari makanan pokok yaitu nasi,
sayur mayur selalu ada, lauk pauk nabati selalu ada dan lauk pauk hewani
kadang-kadang serta buah. Keluarga Tn. W makan bersama-sama anggota
keluarga pada malam hari sekitar jam 19.00 WIB, tetapi Ny. L sering memasak
lauk pauk atau sayur mayur untuk keluarga. Namun An. M tidak suka makan
terutama sayur, makan dalam porsi kecil dan tidak teratur.
Tn. W : makan sehari 3-4 kali, tidak ada pantangan makanan.
Ny. L : makan sehari 3 kali, tidak ada pantangan makanan.
Tn. H : makan sehari 3-4 kali, tidak ada pantangan.
Ny.R : makan sehari 3 kali, tidak ada pantangan
Sdr.E : makan sehari 2 kali, tidak ada pantangan.
An. M : makan tidak teratur, tidak mau makan sayur, dalam porsi kecil terkadang
tidak habis.
b) Intake cairan
Tn. W minum kurang lebih 7-8 gelas per hari air putih dan pagi hari the manis,
Ny. L minum kurang lebih 7-8 gelas per hari air putih, pagi hari teh manis. Tn.H
minum 2-3 botol minum dan sering minum air suplemen dalam tiap mau
kerja,Ny.R minum 6-7 gelas per hari air putih. Sdr.E suka minum 3-4 gelas per
hari dan 1 botol minum air putih. An. M minum kurang lebih 4-5 gelas per hari
air putih,dan suka jajan minuman es.
c) Eliminasi
Tn.W : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 6-8 kali sehari warna kuning
jernih.
Ny.L : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 5-6 kali sehari warna kuning
jernih.
Tn.H : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 6-8 kali sehari warna kuning
jernih.
Ny.H : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 4-5 kali sehari warna kuning
jernih.
Sdr.E : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 5-7 kali sehari warna kuning
jernih.
d) Mobilisasi
Tn. W beraktifitas dengan pekerjaannya sebagai buruh jasa di perusahaan,
berangkat bila masuk pagi pukul 07.30 WIB dengan menggunakan sepeda motor
dan pulang sore hari sekitar pukul 17.30 WIB tergantung selesainya pekerjaan.
Tn.H berangkat kerja menjadi supir angkut tidak menentu kadang dalam 1 bulan
3 minggu kerja dan pulang tergantung pergantian kerja. Sdr.E suka berangkat
sekolah memakai motor dari pagi jam 07.00 dan pulang jam 03.00. untuk Ny.L
dan Ny.R bekerja di rumah , apabila ada keperluan ke pasar, suka naik angkutan
umum.
e) Personal Hygiene
Tn. W : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci
rambut setiap 3 kali sehari dengan shampo.
Ny. L : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci
rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.
Ny. R : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci
rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.
Tn. H : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci
rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.
Sdr.E : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci
rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.
An.M : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci
rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.
H. ANALISA DATA
NO Simptom Etiologi Problem
1 DS : Sdr E mengeluh
badannya panas sampai
merasa sakit.
DO : Bila suhu badan Sdr. E
naik, keluarga hanya
mengompres Sdr. E.
Ketidakmampuan
keluarga untuk mengenal
tanda-tanda penyakit
DHF.
Meningkatnya suhu
(hipertermi)
2 DS :
- Keluarga Tn. W mengatakan
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Ketidakmampuan
keluarga dalam
Sdr. E masih sering
mual tiap kali makan.
- Keluarga mengatakan Sdr. E
nafsu makan berkurang, porsi
makan tidak pernah habis.
DO :
- BB Sdr. E (57 kg)
- TB 165 cm
- Usia 20 tahun
- Mual tiap kali makan
- Porsi makan tidak
pernah habis
- Membran mukosa
kering.
pada An. L dikeluarga
Tn. A
merawat anggota
keluarga yang
mengalami DHF
(Dengue
Haemorragic
Fever).
3 DS : Jika gejala timbul Sdr. E
hanya diam, tidak ada
kesomunikasi dengan
keluarga.
DO : Sdr. E mengatakan tidak
tahu mengenai tanda dan
gejala DHF
Ketidakefektifan keluarga
dalam berkomunikasi
dengan Sdr. E
Koping keluarga yang
tidakefektif
I. DIAGNOSA MASALAH
1. Resiko terjadinya hipertermi pada Sdr.E berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenali tanda-tanda DHF
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat An. L yang mengalami DHF (Dengue
Haemorragic Fever).
3. Koping keluarga yang tidakefektif yang berhubungan dengan keperawatan dirumah
J. SKORING
1. Resiko terjadinya Hipertermi pada Sdr. E pada keluarga Tn. W berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mnda-tanda mengatasi tanda-tanda DHF.
NO Kriteria Skor Bobot Penghitungan Justifikasi
1
Sifat Masalah
Aktual
Ancaman
Kesehatan
Keadaan
Sejahtera
3
2
1
1 2/3 x 1 = 2/3Sdr. E merasa sakit
karena panas
2
Kemungkinan
masalah dapat
diubah
Mudah
Sebagian
Tidak dapat
2
1
0
2 ½ x 2 = 1
Keluarga hanya
mampu menuntaskan
sebagian
3
Potensi masalah
untuk dicegah
Tinggi
Sedang
Rendah
3
2
1
1 1/3 x 1 = 1/3Masih belum bias
mencegah
4
Menonjolnya
masalah
Masalah berat,
harus segera
ditangani
Ada masalah,
tetapi tidak perlu
segera ditangani
Masalah tidak
dirasakan
2
1
0
4 2/2 x 1 = 1Ketidakmampuan
dalam menangani
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat An. L yang mengalami DHF (Dengue
Haemorragic Fever).
NO Kriteria Skor Bobot Penghitungan Justifikasi
1
Sifat Masalah
Aktual
Ancaman
Kesehatan
Keadaan
Sejahtera
3
2
1
1 2/3 x 1 = 2/3Sdr. E terasa mual
muntah
2
Kemungkinan
masalah dapat
diubah
Mudah
Sebagian
Tidak dapat
2
1
0
2 ½ x 2 = 1
Keluarga menyatakan
pemenuhan nutrisi
Sdr. E masih kurang
3
Potensi masalah
untuk dicegah
Tinggi
Sedang
Rendah
3
2
1
1 1/3 x 1 = 1/3Masalah belum bias
dicegah
4
Menonjolnya
masalah
Masalah berat,
harus segera
ditangani
Ada masalah,
tetapi tidak perlu
segera ditangani
Masalah tidak
dirasakan
2
1
0
1 2/2 x 1 = 1Masalah akan berat
jika dibiarkan
3. Koping keluarga yang tidakefektif yang berhubungan dengan keperawatan dirumah
NO Kriteria Skor Bobot Penghitungan Justifikasi
1
Sifat Masalah
Aktual
Ancaman
Kesehatan
Keadaan
Sejahtera
3
2
1
1 3/3 x 1 = 1Sdr. E diam ketika
gejala timbul
2
Kemungkinan
masalah dapat
diubah
Mudah
Sebagian
Tidak dapat
2
1
0
2 2/2 x 1 = 1Keluarga kurang
komunikasi
3
Potensi masalah
untuk dicegah
Tinggi
Sedang
Rendah
3
2
1
1 2/3 x 1 = 2/3Keluarga belum bias
mencegah itu
4
Menonjolnya
masalah
Masalah berat,
harus segera
ditangani
Ada masalah,
tetapi tidak perlu
segera ditangani
Masalah tidak
dirasakan
2
1
0
1 0/2 x 1 = 0
Keluarga merasa
kurang komunikasi
bukan masalah
NoDiagnosa masalah Tujuan Kriteria evaluasi
Rencana intervensiUmum Khusus Kriteria Standar
1 Resiko terjadinya
Hipertermi pada
Sdr. E pada
keluarga Tn. W
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga dalam
mnda-tanda
mengatasi tanda-
tanda DHF.
Setelah
dilakukan
tindakan
selama 3
hari
diharapkan
keluarga
mampu
mengenali
tanda-tanda
DHF.
1. Keluarga
mampu
mengenal
tanda-tanda
DHF
1. Mengetahui
tanda dan
gejala.
1. Lemah, panas
atau demam
(hipertermi),
sakit kepala,
anoreksia,
nyeri hulu
hati, pegal-
pegal pada
seluruh tubuh
dankosntipasi
(sembelit).
1. Mengkaji saat
timbulnya
demam dan
mengobservasi
TTV atau lebih
sering
2. Memberikan
penkes pada
keluarga tanda
dan gejala DHF
3. Memberikan
penjelasan pada
Sdr.E atau
keluarga tentang
hal yang dapat
dilakukan untuk
mengatasi
demam dan
menganjurkan
Sdr.E atau
K. PERENCANAAN
keluarga untuk
koorperatif
4. Menganjurkan
Sdr.E untuk
banyak minum
dan jelaskan
manfaatnya.
5. Menganjurkan
untuk tidak
memakai
selimut dan
pakaian yang
tebal.
6. Mencatat asupan
dan keluaran
2. Keluarga
mampu
memutuskan
tindakan
yang tepat
untuk
mengatasi
1. Mengompres
sesuai suhu
tubuh Sdr.E
hipertermi
3. Keluarga
mampu
melakukan
tindakan
keperawatan
untuk DHF
2 Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
pada An. L
dikeluarga Tn. A
dengan
ketidakmampuan
keluarga dalam
merawat An. L
yang mengalami
DHF (Dengue
Haemorragic
Fever).
Setelah
dilakukan
tindakan
selama 3 x 1
hari
diharapkan
keluarga
mampu
memenuhi
kebutuhan
nutrisi Sdr.E
1. Keluarga
mampu
mengenal
akan
kebutuhan
nutrisi
2. Keluarga
mampu
melakukan
tindakan
pemunuhan
nutrisi yang
tepat
3. Keluarga
1. Keluarga
harus biasa
memberikan
asupan nutrisi
sesuai
kebutuhan
tubuh yang
cukup
2. Kebutuhan
nutrisi Sdr.E
terpenuhi
1. Memberikan
asupan
vitamin yang
cukup.
1. Memberikan
makanan yang
mudah di telan
dan
dihidangkan
masih hangat
dan
memberikan
makanan dalan
porsi kecil dan
frekuensi
2. Menjelaskan
manfaat
makanan atau
mampu
mempertahan
kan
kecukupan
nutrisi
keluarga
nutrisi pada
Sdr.E saat sakit
3. Memberikan
umpan balik
positif saat
Sdr.E mau
berusaha
menghabiskan
makanan nya
4. Mencatat
jumlah atau
porsi makanan
yang
dihabiskan oleh
Sdr.E setiap
hari.
3 Koping keluarga
yang tidakefektif
yang berhubungan
dengan
keperawatan
dirumah
Setelah
dilakukan
selama 3
hari
diharapkan
keluarga
1. Keluarga
mampu
mengenal
masalah
dalam
keluarga
1. Keluarga
harus
mengungkap
kan
maslahnya
(perasaan
1. Terjalinya
komunikasi
yang baik
2.
1. Membina
hubungan
saling percaya
antar anggota
keluarga
berkomunikasi
mampu
membentuk
mekanisme
koping yang
adekuat.
2. Keluarga
mampu
memutuskan
tindakan yang
tepat.
3. Keluarga
mampu
melakukan
tindakan
keperawatan
mencegah
DHF
4. Keluarga
mampu
memelihara
lingkungan
fisik, spikis,
dan social
untuk
mempertahan
kan drajat
kesehatan.
sakit)
2. Keluarga
mampu
mengidentifik
asi kekuatan
dirinya.
3. Keluarga
mampu
mengidentifik
asi koping
yang baik
4. Keluarga
mampu
mengidentifik
asi dan
memanfaatka
n sumber
eksternal.
dengan bahasa
yang mudah
dimengerti oleh
Sdr.E.
2. Beri
kesempatan dan
dorongan pada
Sdr.E untuk
mengungkapka
n perasaan dan
persefsinya.
3. Membantu
Sdr.E mengkaji
dan
mengidentifika
si situasi dan
masalah yang
timbul saat ini
4. Membatu Sdr.E
mengidentifika
si koping
sebelumnya
baik yang
efektif maupun
yang tidak
efektif.
5. Bantu Sdr.E
menilai
kekuatan
dirinya dan
kemungkinan
pemecahan
masalah
6. Mendiskusikan
koping yang
efektif yang
akan
digunakan.
7. Melibatkan
Sdr.E dalam
perawatan
dirinya.