KELAYAKAAN 6C TERHADAP PEMBIAYAAN SERTA PENGARUHNYA...
Transcript of KELAYAKAAN 6C TERHADAP PEMBIAYAAN SERTA PENGARUHNYA...
KELAYAKAAN 6C TERHADAP PEMBIAYAAN SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP NON PERFOMING FINANCING (NPF) PADA BMT
KOMUNITAS AMAL SHOLEH (KAS) CILEDUG TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
GILANG ANGGIT PAMBUDI
NIM :1111046100060
PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439H/2018M
KELAYAKAAN 6C TERHADAP PEMBIAYAAN SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP NON PERFOMING FINANCING (NPF) PADA BMT
KOMUNITAS AMAL SHOLEH (KAS) CILEDUG TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
GILANG ANGGIT PAMBUDI
NIM : 1111046100060
Pembimbing :
Dr. Sofyan Rizal, SE, M.Si
NIP. 19760430 2011011002
PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439H/2018M
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Gilang Anggit Pambudi
NIM : 1111046100060
Konsentrasi : Perbankan Syariah
Fakultas : Ekononomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan unutk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam skripsi ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, maka saya
siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya
Jakarta, 11 Januari 2017
Gilang Anggit Pambudi
iv
ABSTRAK
Gilang Anggit Pambudi, 1111046100060. Analisis Kelayakan 6C
Terhadap Pembiayaan Serta Pengaruhnya Terhadap Non Performing Financing
(NPF) Pada BMT Komunitas Amal Sholeh (KAS). Konsentrasi Perbankan
Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 1439H/2017M
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis prinsip 6C yang
diimplementasikan dalam proses penilaian calon debitur dan menganalisis
pengaruh antara penilaian berdasarkan prinsip 6C terhadap Non Performing
Financing pada BMT KAS. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode Regresi Berganda. Kuesioner didistribusikan kepada 50 debitur BMT
KAS yang memiliki tingkat kolektibilas lancer, dalam perhatian khusus, kredit
kurang lancar, diragukan dan macet. Berdasarkan analisis pengaruh penilaian
prinsip 6C terhadap terjadinya Non Performing Financing dengan menggunakan
metode regresi berganda, diketahui bahwa character (X1), capacity (X2), capital
(X3), collateral (X4), condition of economy (X5), dan constrain (X6) secara
serentak mempengaruhi Non Performing Financing. Pengaruhnya diantaranya
yaitu character berpengaruh negatif terhadap NPF sebesar 0.390, capacity atau
kapasitas berpengaruh negatif terhadap NPF sebesar 0.320, capital memiliki
pengaruh positif terhadap NPF sebesar 0.288, collateral memiliki pengaruh
negatif terhadap NPF sebesar 0.403, condition of economy memiliki pengaruh
negatif terhadap terjadinya NPF sebesar 0.250, dan constrain memiliki pengaruh
negatif terhadap terjadinya NPF sebesar 0.437.
Kata kunci : Non Performing Financing, Analisis Kelayakan 6C
Pembimbing : Dr. Sofyan Rizal, SE, M.Si
Daftar pustaka :Tahun 1999 sampai dengan tahun 2016.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji syukur atas limpahan karunia allah SWT yang telah
mempermudah penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.. Sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW
beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu istiqamah dalam menegakkan
agama islam. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar S1
(Strata- Satu), yang di pandang sebagai salah satu proses untuk mengetahui
kemampuan mahasiswa dan mahasiswinya. Pada penulisan skripsi ini membuat
penulis berfikir secara ilmiah untuk dapat menyampaikan apa yang penulis bahas
dalam penelitian ini.
Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan yang penulis rasakan namun
dengan dukungan dan motivasi dari para pihak yang membuat penulis
merasatidak terbebani dalam menulis skripsi ini. Penulis juga ingin
menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para
pihak yang telah membantu penulis hingga skripsi ini selesai. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak AM.Hasan Ali, MA, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan
Bapak Abdurrauf, Lc, MA selaku Sekretaris Program Studi Muamalat
fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA, selaku Ketua Program Studi
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
5. Bapak Dr. Sofyan Rizal, SE, M.SI. selaku Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan waktu luangnya untuk memberikan banyak arahan kepada
penulis.
vi
6. Bapak Yusuf selaku Manager BMT KAS yang telah memberikan izin
untuk mengadakan penelitian di tempat tersebut.
7. Segenap dosen Fakultas Syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, terima kasih atas segala ilmu yang diberikan kepada penulis,
semoga ilmu ini dapat bermanfaat dunia dan akhirat
8. Ibu dan bapak, ibu Rina dan bapak Suyanta yang selalu mendoakan dan
memberikan motivasi kepada anaknya, dan doa yang tiada hentinya untuk
anaknya agar menjadi orang sukses.
9. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan moril
dan materil sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
10. Kepada seluruh responden, yang mau meluangkan waktunya untuk
mengisi kuesioner, semoga bantuan dan doanya dijadikan amal kebaikan
11. Kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian
karya tulis ini yang tidak disebutkan satu persatu. Semoga bantuannya
dijadikan amal kebaikan.
.
Jakarta, Januari 2018
Gilang Anggit Pambudi
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
DAFTAR ISI .............................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 4
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 6
F. Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 6
G. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS .............................................................................. 14
A. Pengertian Pembiayaan ................................................................................... 14
B. Tujuan Pembiayaan ......................................................................................... 14
C. Jenis-jenis Pembiayaan ................................................................................... 15
D. Pembiayaan Bermasalah ................................................................................. 17
E. Kriteria Penggolongan Kolektibilitas Pembiayaan ......................................... 21
F. Prinsip-Prinsip 6C (Character, Capital, Capacity, Collateral, Condition of
Economy, Constrain) ............................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 29
A. Jenis Penelitian ................................................................................................ 29
B. Pendekatan Penelitian ..................................................................................... 29
viii
C. Populasi dan Sampel ....................................................................................... 30
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 32
E. Teknik Pengolahan Data ................................................................................. 33
1. Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................................... 33
2. Uji Normalitas .............................................................................................. 34
3. Uji Asumsi Klasik ........................................................................................ 35
4. Regresi Linier Berganda ............................................................................... 36
5. Uji Hipotesis ................................................................................................. 36
F. Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 38
G. Hipotesis .......................................................................................................... 39
H. Teknik Penulisan ............................................................................................. 39
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................ 40
A. Gambaran Umum BMT Komunitas Amal Sholeh (KAS) .............................. 40
1. Sejarah BMT KAS ....................................................................................... 40
2. Visi dan Misi BMT KAS .............................................................................. 42
3. Struktur BMT KAS ...................................................................................... 42
4. Prosedur Penyaluran Pembiayaan Pada BMT KAS ..................................... 43
B. Analisis Data ................................................................................................... 44
1. Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................................... 44
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................................................ 46
3. Regresi Linier Berganda ............................................................................... 49
4. Uji Hipotesis ................................................................................................. 52
C. Pembahasan Hasil ........................................................................................... 57
1. Character ...................................................................................................... 57
2. Capacity ........................................................................................................ 57
3. Capital .......................................................................................................... 58
4. Collateral ...................................................................................................... 58
5. Condition Of Economy ................................................................................ 59
6. Constrain ...................................................................................................... 60
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 61
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 61
ix
B. Saran ................................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 63
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Uji Validitas ............................................................................................................ 44
Tabel 4.2 Uji Reliabilitas ........................................................................................................ 46
Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas................................................................................................ 48
Tabel 4.4 Hasil Koefisiensi Regresi Variabel Independen ..................................................... 49
Tabel 4.5 Koefisien Determinasi ............................................................................................ 53
Tabel 4.6 Hasil Uji F ............................................................................................................... 53
Tabel 4.7 Uji -t ........................................................................................................................ 54
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................................ 38
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BMT KAS ........................................................................... 42
Gambar 4.2 Grafik P-Plot ....................................................................................................... 46
Gambar 4.3 Grafik Histogram ................................................................................................ 47
Gambar 4.4 Scatterplot ........................................................................................................... 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) terbilang mengalami
perkembangan paling menonjol selama lima belas tahun terakhir, jika
diperbandingkan dengan berbagai lembaga keuangan syariah lainnya di
indonesia. LKMS-LKMS tersebut lebih dikenal masyarakat luas dengan
sebutan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Masing-masing BMT memiliki
nama yang diperlihatkan pada nama papan kantor dan berbagai identitas
operasional lainnya. Ada yang mempublikasikan nama dengan
mencatumkan status badan hukum sebagai Koperasi Jasa Keuangan
Syariah (KJKS), serta ada pula yang secara lengkap menyatakan diri
sebagai KJKS BMT dengan nama tertentu.1
Hingga saat ini terdapat lebih dari 5000 BMT yang beroperasi di
seluruh Indonesia yang jika dihimpun total asetnya diperkirakan sudah
mencapai lebih dari 5 triliun rupiah dan pengusaha mikro dan kecil yang
terlah mendapatkan pembiayaan sudah sekitar 4 juta unit usaha.2
Sementara menurut data Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil
(PINBUK), hingga awal tahun 2014 BMT yang didirikan PINBUK telah
mencapai 3.868 BMT dengan jumlah anggota dan calon anggota telah
mencapai angka 10 juta orang dan asset BMT seluruhnya mencapai 4
triliun rupiah.3
Keberhasilan perbankan syariah di tanah air tak bisa dilepaskan dari
peran lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) yang antara lain
diinterprestasikan oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul
Mal Wat Tamwil (BMT), Koperasi Pesantren (Kopontren) sangat vital
1 Perhimpunan BMT Indonesia, Haluan BMT 2020, Cet. Kedua, h.1. 2 Anonimus, Islamic Microfinance di Indonesia (Sharing, November 2010) 3 Euis Amalia, Keuangan Mikro Syariah (Bekasi: Gramata Publishig, 2016), h., 141
2
dalam menjangkau transaksi syariah di daerah yang tak bisa dilayani oleh
Bank umum maupun Bank yang membuka unit usaha syariah.4
BMT secara faktual telah berkembang menjadi salah satu lembaga
keuangan mikro (LKM) yang penting di Indonesia, baik dilihat dari
kinerja keuangan maupun jumlah anggota masyarakat yang bisa
dilayaninya. Segala keunggulan yang biasa dimiliki LKM sudah pula
menjadi bagian dari karakter BMT. Satu diantaranya adalah daya tahan
yang cukup kuat atas goncangan perekonomian akibat faktor eksternal
Indonesia.5
Fakta BMT yang paling menonjol adalah keberhasilannya dalam
penyaluran dana yang berupa pemberian pembiayaan yang diberikan
kepada anggota atau nasabah. BMT berhasil menjangkau pihak-pihak yang
selama ini dapat dikatakan tak mempunyai akses kepada pembiayaan oleh
perbankan (unbankable).6
Keberhasilan BMT dalam menyalurkan pembiayaan kepada anggota
atau nasabah yang tidak mempunyai akses ke perbankan (unbankable)
justru memberikan masalah tersendiri kepada BMT. Tidak sesuainya
kriteria nasabah membuat tingginya resiko pembiayaan di BMT. Banyak
BMT yang mulai gulung tikar karena kurangnya perhatian dalam menilai
kriteria calon nasabah pembiayaan. Sehingga terjadi permasalahan pada
pembiayaan dikemudian hari.
Risiko timbul karna adanya ketidak pastian, yang berarti kondisi itu
menyebabkan timbulnya risiko karena mengakibatkan keragu-raguan
dalam meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan terjadi
dimasa medatang. Agar risiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan,
maka harus dimanajemen dengan sebaik-baiknya, secara spesifikasi risiko-
risiko yang dihadapi akan menyebabkan bervariasinya tingkat keuntungan
4 M.luthfi Hamidi, Jejak – jejak Ekonomi Syariah, (Jakarta: Senayan Abadi Publishing,
2003),h.3. 5 Perhimpunan BMT Indonesia, Haluan BMT 2020, Cet. Kedua, h.33. 6 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan
UKM di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.84.
3
bank meliputi risiko likuiditas adalah risiko yang berkaitan dengan ketidak
mampuan bank dalam memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo.
Risiko likuiditas dapat dikatagorikan sebagai risiko likuditas pasar dan
risiko likuiditas pendanaan, risiko pembiayaan murabahah adalah risiko
yang terjadi akibat kegagalan pihak nasabah (counterparty) dalam
memenuhi kewajibannya. Tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok
atau bunga dari pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang
dilakukannya, risiko modal adalah merefleksikan tingkat pengaruh yang
dipakai oleh bank. Salah satu fungsional modal adalah meliputi para
penyimpan dana terhadap kerugian yang terjadi pada bank.7
Manajemen risiko merupakan suatu cara, metode atau ilmu
pengetahuan yang mempelajari berbagai jenis risiko, bagaimana pula
mengaturnya dan mengelola risiko tersebut dengan tujuan agar terhindar
dari risiko.8
Jika penyaluran dana tersebut mengalami kerugian maka pihak BMT
dalam kegiatan operasionalnya akan terganggu. Jika pembiayaan sudah
mengalami penunggakan pembayaran, pihak bank harus siaga memantau
usaha nasabah agar tidak terjadi lagi penunggakan dibulan berikutnya.
Pembiayaan ini harus ditangani agar tidak menjadi pembiayaan
bermasalah (macet) yang nantinya menimbulkan kerugian bagi pihak
BMT.
Kredit yang bermasalah ini merupakan beban bagi BMT karena akan
mempengaruhi kelangsungan usaha dan tingkat kesehatan BMT. Semakin
besar jumlah persentase kredit bermasalah pada BMT maka akan semakin
menyulitkan bank tersebut dalam menjalankan usahanya.
Diperlukan sebuah upaya pencegahan oleh BMT agar kredit atau
pembiayaan bermasalah ini tidak terjadi. Ada beberapa teori tentang
7 Muhammad Firdaus, dkk, Konsep dan Implementasi Bank Syariah (Jakarta : Renaisan,
2005), cet- 1, h. 15 8 Syafri Ayat, Manajemen Risiko (Jakarta : Gema Akastri, 2003), h. 1
4
manajeman risiko pembiayaan, salah satunya dengan penerapan analisis
kelayakan kredit untuk mengukur kriteria calon nasabah apakah dapat
menjamin pengembalian pembiayaan atau tidak. Sehingga diharapkan
mampu menekan tingkat pembiayaan bermasalah atau NPF pada BMT
tersebut.
BMT Komunitas Amal Sholeh (KAS) merupakan salah satu BMT
yang terletak di Kelurahan Kreo, Kecamatan Larangan, Ciledug,
Tangerang. BMT ini berdiri sejak tahun 2007 dengan jumlah anggota
sekitar 26 orang. BMT KAS merupakan salah satu BMT yang berkembang
cukup baik. Terlihat dari asset yang selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Keberhasilan BMT dalam mengembangkan usaha tidak berarti tanpa
hambatan. Seperti kebanyakan LKMS, BMT KAS juga mempunyai
persolan terkait dengan pembiayaan bermasalah. Namun, pembiayaan
bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) pada BMT KAS tidak
terlalu besar. Pada periode 2010-2016 rata-rata tingkat NPF pada BMT
KAS berada pada rentang 2% - 3%.
Dengan melihat dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian, memberikan gambaran apa dan bagaimana
Penerapan prinsip 6C pada Pembiayaan. sehingga penulis tertarik
mengambil judul “KELAYAKAAN 6C TERHADAP PEMBIAYAAN
SERTA PENGARUHNYA TERHADAP NON PERFOMING
FINANCING (NPF) PADA BMT KOMUNITAS AMAL SHOLEH
(KAS) CILEDUG, TANGERANG.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. NPF yang tinggi masih menjadi permasalahan pokok BMT
2. Pertumbuhan jumlah BMT tidak dibarengi dengan peningkatan
manajemen sehingga banyak pula BMT yang akhirnya bangkrut
5
3. Kurangnya profesionalitas BMT dalam menerapkan prinsip-prinsip
kelayakan kredit
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas serta
menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi ini, maka
dalam penulisan ini, penulis memfokuskan dan membatasi pembahasan
hanya dalam ruang lingkup Non Performing Financing dan kelayakan 6C
pada BMT KAS Ciledug, Tangerang.
2. Perumusan masalah
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme penerapan prinsip 6C pada BMT KAS
2. Bagaimana Pengaruh analisis kelayakan 6C terhadap Non Perfoming
Financing
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jawaban terhadap
masalah yang muncul melalui batasan pelaksanaan penelitian yang akan
dilaksanakan. Sifatnya merupakan pernyataan mengenai ruang lingkup dan
kegiatan yang dilakukan berdasarkan masalah yang dirumuskan, adapun
tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis mekanisme penerapan prinsip 6C
2. Untuk menganalisis pengaruh kelayakan 6C terhadap Non Perfoming
Financing
6
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat menjadi salah satu literatur mengenai analisis
kelayakan 6C dan NPF
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi upaya
pengembangan ilmu pengetahuan, dan berguna untuk menjadi
bahan referensi bagi mahasiswa yang melakukan kajian terhadap
analisis kelayakan 6C dan NPF
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi BMT, penelitian ini dapat menjadi evaluasi dalam
pelaksanaan operasional BMT khususnya dalam penanganan dan
pencegahan NPF melalui analisis kelayakan 6C
b. Bagi Pemerintah, penelitian ini dapat menjadi dasar dalam
membuat regulasi yang dapat melindungi atau mencegah BMT
dari permasalahan NPF
c. Bagi nasabah, hasil penelitian ini dapat menjadi dasar
pengambilan keputusan dalam pengajuan pembiayaan di BMT
F. Penelitian Terdahulu
Adapun kajian pustaka dalam penelitian ini dengan melihat beberapa
penelitian skripsi:
NO 1
Nama Peneliti,
Universitas
Reza Juwinda
UIN Syarif Hidayatullah (2014)
Jenis
Penelitian
Skripsi
Judul
Penelitian
Pengaruh Prinsip 6 C dan 6 Aspek Pembiayaan Murabahah
pada Usaha Nasabah di KBMT Al-Ittihad Ciputat Kota
7
9 Reza Juwinda, “Pengaruh Prinsip 6 C dan 6 Aspek Pembiayaan Murabahah pada Usaha
Nasabah di KBMT Al-Ittihad Ciputat Kota Tangerang Selatan” (Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014. 10 Syam Maulana Idris, “Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro Pada Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Al Salaam”, (Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2015).
Tangerang Selatan9
Isi Penelitian Menjelaskan Pengaruh Prinsip 6 C dan 6 Aspek Pembiayaan
Murabahah pada Usaha Nasabah.
Persamaan
dengan penulis
Persamamaan pada penelitian ini adalah mengenai teori
prinsip 6C yang digunakan
Perbedaan
dengan penulis
Pada penelitian sebelumnya hanya membahas mengenai
pengaruh prinsip 6C pada usaha nasabah, sedangkan
penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh 6C
terhadap NPF
NO 2
Nama Peneliti,
Universitas
SYAM MAULANA IDRIS
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2015)
Jenis
Penelitian
Skripsi
Judul
Penelitian
Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro Pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Al Salaam10
Isi Penelitian Menjelaskan mekanisme pemberian pembiayaan mikro pada
BPRS Al Salaam
Persamaan
dengan penulis
Persamaan terletak pada teori penyaluran pembiayaan dengan
menggunakan analisis kelayakan kredit
Perbedaan
dengan penulis
Perbedaannya penelitian sebelumnya hanya terbatas pada
prosedur penyaluran kredit saja.
NO 3
Nama Peneliti,
Universitas
Bintang Sulistyo
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010)
Jenis Skripsi
8
11 Bintang Sulistyo, “Analisis Pengawasan Pemberian Pembiayaan Murabahah kepada
Nasabah berdasarkan Prinsip 5C dengan Metode Analytic Hierarchy Proces” (Fakultas Syariah
dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010). 12 Azhar Muttaqin, “Model Pembiayaan Baitul Maal Wa Tamwil dan Peranannya dalam
Pembinaan Kesejahteraan Usaha Kecil Menengah (UKM)”, Jurnal Humanity, 7, 2, (Juli 2012),
h.35 - 45
Penelitian
Judul
Penelitian
Analisis Pengawasan Pemberian Pembiayaan Murabahah
kepada Nasabah berdasarkan Prinsip 5C dengan Metode
Analytic Hierarchy Proces (Studi kasus pada BMT Wilayah
Tegal)11
Isi Penelitian Menjelaskan analisis proses hirarkhi (analytic hierarchy
process) untuk menganalisis pengawasan dalam pemberian
pembiayaan kepada nasabah berdasarkan prinsip 5C
Persamaan
dengan penulis
Persamaan penelitian sebelumnya terletak pada pembahasan
penyaluran kredit dan pencegahan kredit macet
Perbedaan
dengan penulis
Perbedaan terletak pada teori yang digunakan, penelitian
sebelumnya menggunakan teori kelayakan 5C, sedangkan
penulis menggunakan terori 6C
NO 4
Nama Peneliti,
Universitas
Azhar Muttaqin
Universitas Muhammadiyah Malang
Jenis
Penelitian
Jurnal
Judul
Penelitian
Model Pembiayaan Baitul Maal Wa Tamwil dan Peranannya
dalam Pembinaan Kesejahteraan Usaha Kecil Menengah
(UKM)12
Isi Penelitian Menjelaskan proses pemberian pembiayaan kepada anggota
BMT serta peranan BMT dalam membina anggota BMT
untuk meminimalisir NPF dan Peningkatan Kesejahteraan
anggota BMT
9
13 Rahma Yudi Astuti, “Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyaluran Pembiayaan
dan Kredit pada Lembaga Keuangan Mikro”, Al Tijarah, 2, 1, (Juni 2016), h. 119-145
Persamaan
dengan penulis
Persamaan terletak pada teori penyaluran pembiayaan dan
pencegahan NPF
Perbedaan
dengan penulis
Perbedaan penelitian sebelumnya hanya terbatas pada analisis
model pembiayaan dan peranan BMT dalam meningkatkan
kesejahteraan anggota dengan pendekatan metode kualitatif
NO 4
Nama Peneliti,
Universitas
Rahma Yudi Astuti
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen,
Universitas Darussalam Gontor
Jenis
Penelitian
Jurnal
Judul
Penelitian
Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyaluran
Pembiayaan dan Kredit pada Lembaga Keuangan Mikro13
Isi Penelitian Penelitian tersebut menganalisis pen erapan prinsip kehati-
hatian dalam penyaluran pembiayaan pada LKM. Hasil
penelitian menunjukan bahwa tingkat NPF pada LKM sangat
tinggi sehingga setiap LKM harus memperhatikan prinsip
kehati-hatian agar meminimalisir tingkat pembiayaan
bermasalah
Persamaan
dengan penulis
Penelitian tersebut sama-sama melakukan penelitan tentang
faktor yang mempengaruhi tingkat NPF salah satunya dengan
menerapkan prinsip kehati-hatian yang didalamnya terdapat
teori kelayakan kredit 5C
Perbedaan
dengan penulis
Penelitian tersebut menggunaan teori 5C dengan metode
analis kualitatif, berbeda dengan penelitian ini yang
menggunakan teori 6C dan metode analisis kuantitatif
NO 5
10
14 Daniatu Listanti, dkk, “Upaya Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada
Lembaga Keuangan Syariah (Studi Pada KJKS Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Mandiri Sejahtera
Karangcangkring Gresik Jawa timur Periode 2011-2013)”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 1, 1
(Januari, 2015), h.1-9
Nama Peneliti,
Universitas
Daniatu Listanti , Moch Dzulkirom, Topowijono
Universitas Brawijaya Malang
Jenis
Penelitian
Jurnal
Judul
Penelitian
Upaya Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada
Lembaga Keuangan Syariah (Studi Pada KJKS Baitul Maal
Wat Tamwil (BMT) Mandiri Sejahtera Karangcangkring
Gresik Jawa timur Periode 2011-2013)14
Isi Penelitian Penelitian tersebut menganalisis proses pemberian
pembiayaan murabahah, perkembangan Non Performing
Financing (NPF) dan upaya yang dilakukan KJKS BMT
Mandiri Sejahtera Karangcangkring Gresik Jawa Timur dalam
menangani pembiayaan bermasalah.
Persamaan
dengan penulis
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti
tentang pembiayaan murabahah dan kaitannya dengan
pembiayaan bermasalah atau NPF
Perbedaan
dengan penulis
Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada metode analisis
yang digunakan. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan
kualitatif sedangkan penelitian ini mengunakan pendekatan
kuantitatif dengan analisis regresi berganda
NO 6
Nama Peneliti,
Universitas
Edi Susilo
Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu)
Jenis
Penelitian
Jurnal
11
15 Edi Susilo, “Analisi Perbandingan Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Lembaga
Keuangan Mikro Syariah”, Ekonomi Bisnis & Kewirausahaan, IV, 2, (Agustus, 2015), h.22-47 16 Syafik Wildan Afif, Darwanto, “Tata Kelola Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Berbasis Prinsip
6C Dan Modal Sosial”, al-Uqud, 1, 2, (July, 2017), h. 121-138
Judul
Penelitian
Analisi Perbandingan Penerapan Manajemen Risiko
Pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro Syariah15
Isi Penelitian Penelitian tersebut menganalisis perbandingan manajemen
risiko pembiayaan di LMKS.
Persamaan
dengan penulis
Persamaan penelitian ini terletak pada pembahasan seputar
risiko pembiyaan di LKMS. Menggunakan teori prinsip
kelayakan kredit sebagai variable dalam penelitian
Perbedaan
dengan penulis
Perbedaan terdapat pada variable yang digunakan. Penelitian
tersebut menggunakan variable dari teori 5C sedangkan
penulis menggunakan teori 6C sebagai variable independent
NO 7
Nama Peneliti,
Universitas
Syafik Wildan Afif, Darwanto
Universitas Diponegoro
Jenis
Penelitian
Jurnal
Judul
Penelitian
Tata Kelola Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)
Berbasis Prinsip 6C Dan Modal Sosial16
Isi Penelitian Penelitian tersebut menganalisis bagaimana tata kelola BMT
yang menggunakan prinsip 6C dan modal sosial dalam
penyaluran pembiayaan dan penanganan pembiayan
bermasalah
Persamaan
dengan penulis
Persamaan terletak pada teori yang digunakan dan pokok
permasalahan yang dibahas
Perbedaan
dengan penulis
Penelitian tersebut menggunakan analisis deskriptif dengan
data kualitatif
NO 8
12
Berbeda dengan karya-karya ilmiah diatas, bahwa penelitian yang akan
penulis lakukan dengan judul “Analisis Pengaruh Kelayakan 6C Terhadap
Non Perfoming Financing Pada BMT KAS ” adalah bertujuan untuk
mengetahui bagaimana potret penerapan analisis kelayakan 6C serta
pengaruhnya terhadap NPF dalam penyaluran pembiayaan oleh BMT KAS.
Demikian perbedaan pokok bahasan serta materi antara penulis dengan
skripsi tersebut diatas.
17 Riri Rizqi As’adiyyah Wulandari, Toto Suharto, “Penerapan Manajemen Pembiayaan
Terhadap Tingkat Pengembalian Pembiayaan Bermasalah”, Al Amwal, 9,2 (2017), h.224-238
Nama Peneliti,
Universitas
Riri Rizqi As’adiyyah Wulandari, Toto Suharto
Program Studi Perbankan Syariah FSEI IAIN Syekh Nurjati
Cirebon
Jenis
Penelitian
Jurnal
Judul
Penelitian
Penerapan Manajemen Pembiayaan Terhadap Tingkat
Pengembalian Pembiayaan Bermasalah17
Isi Penelitian Menganalisis pengaruh manajemen pembiayaan terhadap
tingkat pengembalian pembiayaan bermasalah.
Persamaan
dengan penulis
Persamaan penelitian ini terletak pada pokok permasalahan
tentang NPF atau pembiayaan bermasalah.
Perbedaan
dengan penulis
Perbedaan dengan penelitian ini terletak dari variable yang
digunakan. penelitian tersebut menggunakan variable dengan
teori 5C dan 5P sedangkan penelitian ini menggunakan teori
6C.
13
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Penelitian
Terdahulu, serta Sistematika Penulisan.
BAB II Tijauan Teoritis Megenai Prinsip Analisi Kelayakan 6C dan
Pembiayaan Bermasalah, bab ini membahas tentang pengertian
pembiayaan, Analisis 6C (Character, Capital, Condition, Collateral,
Capacity, Constrain), dan Pembiayaan Bermasalah
BAB III Metodologi Penelitian, menjelaskan tentang objek penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik
analisis data dan tekhnik penulisan skripsi .
BAB IV Hasil dan Pembahasan. Bab ini merupakan inti dari penelitian,
hasil analisis data dan pembahasan. Pada bab ini data-data yang telah
dikumpulkan, dianalisis dengan menggunakan alat analisis yang telah
disiapkan.
BAB V Penutup, merupakan bagian terakhir penulisan yang akan
menunjukkan pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan ini.
bagian permasalahan di atas yang berisi kesimpulan, saran dan lampiran.
14
BAB II
Tinjauan Teoritis
A. Pengertian Pembiayaan
Pengertian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut Undang-
undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah pasal 1 ayat (25)
adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
1. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
2. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik;
3. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’;
4. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
5. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau
UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi
fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Pembiayaan menurut Muhammad adalah pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi-
investasi yang telah direncanakan.18
B. Tujuan Pembiayaan
Dalam membahas tujuan pembiayaan, mencangkup lingkup yang luas,
pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari pembiayaan,
yaitu sebagai berikut.
18 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP
YKPN,2005) h. 17.
15
1. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa
keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang
dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan
pembiayaan kepada usaha-usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau
mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. Dalam factor
kemampuan dan kemauan ini tersimpul unsur keamanan (safety) dan
sekaligus unsur keuntungan (Profitability) dari suatu pembiayaan,
sehingga kedua unsur tersebut saling berkaitan. Dengan demikian,
keuntungan merupakan tujuan dari pemberi pembiayaan yang terjelma
dalam bentuk hasil yang diterima.
2. Safety, Keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus
benarbenar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar
tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu dengan keamanan
ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang
atau jasa itu betul-betul terjamin pengembaliannya, sehingga keuntungan
(profitability)yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.
C. Jenis-jenis Pembiayaan
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal
berikut.
1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. Menurut keperluannya,
pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut.
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan:
1) Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah
hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan
kualitas atau mutu hasil produksi.
16
2) Dan untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of
place dari suatu barang.
b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-
barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat
kaitannya dengan pembiayaan.19
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumtif, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
Pada pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan
primer (pokok atau dasar) dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer
adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang, seperti makanan, minuman,
pakaian, dan tempat tinggal, maupun berupa jasa, seperti pendidikan dasar
dan pengobatan.
Adapun kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan, yang secara
kuantitatif maupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan
primer, baik berupa barang, seperti makanan dan minuman,
pakaian/perhiasan, bangunan rumah, kendaraan, dan sebagainya, maupun
berupa jasa, seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, pariwisata, hiburan
dan sebagainya
Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk
pemenuhan kebutuhan barang konsumsi dengan menggunakan skema
berikut ini:
1. Al-bai’ bi tsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) atau jual beli
dengan angsuran.
2. Al-ijarah al-muntahia bit-tamlik atau sewa beli.
19 M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001),
h.160-161.
17
3. Al-musyarakah mutanaqhishah atau descreasing participation, di
mana secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya.
4. Ar-Rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa.
Adapun jenis pembiayaan menurut jangka waktu, antara lain:
1. Pembiayaan jangka waktu pendek, yaitu pembiayaan yang dilakukan
dengan waktu satu bulan sampai dengan satu tahun
2. Pembiayaan jangka waktu menengah, yaitu pembiayaan yang
dilakukan dengan waktu satu tahun sampai dengan lima tahun
3. Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan
dengan waktu lebih dari lima tahun.
D. Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah atau kredit macet adalah suatu keadaan dimana
seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit atau pembiayaan pada
bank tepat pada waktunya.20
Kegagalan nasabah mengembalikan pembiayaan sesuai dengan jangka
waktu yang telah disepakati dalam perjanjian atau kontrak dengan pihak bank
syariah adalah wanprestasi. Terdapat tiga macam perbuatan ingkar janji atau
wanprestasi dalam kaitannya dengan kredit macet atau pembiayaan
bermasalah, yaitu :
1. Nasabah sama sekali tidak membayar angsuran kredit atau pembiayaan.
2. Nasabah membayar sebagian angsuran kredit atau pembiayaan. Dalam
hal ini tidak dipersoalkan apakah sebagian besar atau sebagian kecil
pembayaran kredit atau pembiayaan yang dilakukan nasabah, karena
kekurangan pembayaran angsuran kredit atau pembiayaan satu kali
tetap tergolong sebagai kredit macet atau pembiayaan bermasalah.
3. Nasabah membayar lunas kredit atau pembiayaan setelah jangka waktu
yang diperjanjikan berakhir. Keadaan ini dimungkinkan terjadi apabila
20 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit : Suati Tinjauan Yuridis,
(Jakarta :Djambatan, 1996), h. 131.
18
pihak bank mengambil langkah penyelesaian kredit macet atau
pembiayaan bermasalah melalui pengadilan, sehingga dengan
pertimbangan reputasi nasabah bersedia membayat lunas kredit atau
pembiayaannya.21
Salah satu risiko yang dihadapi oleh bank adalah risiko tidak terbayarnya
pembiayaan yang telah diberikan atau sering disebut risiko pembiayaan.
Risiko pembiayaan umumnya timbul dari berbagai pembiayaan yang masuk
dalam kategori bermasalah atau non performing financing (NPF).
Ada beberapa pengertian pembiayaan bermasalah, yaitu :22
1. Pembiayaan yang di dalam pelaksanaannya belum mencapai atau
memenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank.
2. Pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko dikemudian
hari bagi bank dalam arti luas.
3. Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajiban, naik
dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga,
denda keterlambatan serta ongkos-ongkos bank yang menjadi beban
nasabah yang bersangkutan.
4. Pembiayaan dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama
apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan
diperkirakan tidak cukup untu membayar kembali pembiayaan, sehingga
belum memenuhi target yang diinginkan oleh bank
5. Pembiayaan dimana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali sesuai
perjanjian, sehingga terdapat tunggakan atau ada potensi kerugian di
perusahaan nasabah sehingga memiliki kemungkinan timbulnya risiko di
kemudian hari bagi bank dalam arti luas.
6. Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya
terhadap bank, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya,
21 Ibid. h, 132 22 Veithzal Rivai. Credit Management Handbook, Teori, konsep, prosedur, dan aplikasi
panduan praktisi mahasiswa, banker dan nasabah, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2006) h.
475
19
pembayaran bunga, pembayaran ongkos-ongkos bank yang menjadi beban
nasabah yang bersangkutan.
7. Pembiayaan golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan
macet serta golongan lancar yang berpotensi menunggak. Untuk
mengetahui besarnya non performing financing suatu bank, maka
diperlukan suatu ukuran. Bank Indonesia menginstruksikan perhitungan
non performing financing (bermasalah) dalam laporan keuangan
perbankan nasional sesuai Surat Edaran No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004, tentang perhitungan rasio keuangan bank yang dirumuskan sebagai
berikut :
NPF =
Keterangan :
Pembiayaan yang merupakan kredit yang diberikan kepada pihak
ketiga (tidak termasuk kredit pada bank lain)
Pembiayaan bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang
lancar, diragukan dan macet.
Pembiayaan bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi
PPAP)
Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan)
Pembiayaan bermasalah adalah suatu keadaan dimana seorang nasabah
tidak mampu membayar lunas pembiayaan-pembiayaan pada bank tepat pada
waktunya.23
Pembiayaan bermasalah dimungkinkan besar dapat terjadi. Pada lembaga
keuangan dapat mengakibatkan menurunnya tingkat kesehatan bank dan
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bonafiditas lembaga keuangan dan
kelangsungan usaha menjadi terganggu.
23 Gatot Supramono, “Perbankan dan Masalah Kredit : Suatu Tinjauan Yuridis”,
(Jakarta: Djambatan, 1996) h.131
Pembiayaan bermasalah
Total Pembiayaan
20
Berdasarkan pendapat Gatot Supramono, faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya pembiayaan bermasalah antara lain berasal dari nasabahnya sendiri
yang sering kali menyalahgunakan pembiayaan yang diperolehnya, terkadang
nasabah juga kurang mampu dalam mengelola usahanya. Sedangkan yang
berasal dari bank adalah adanya tingkat kualitas pejabat bank yang tidak
professional pada saat nasabah bank mengajukan permohonan pembiayaan.
Selain itu, adanya persaingan antar bank sehingga menimbulkan persaingan
yang tidak sehat dan pengawasan yang sangat lemah, termasuk hubungan
orang dalam (koneksi) yang tidak wajar.24
Penyebab pembiayaan bermasalah menurut Gatot Supramono, ada 2
penyebab utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal dan faktor usaha
debitur :25
1. Faktor internal:
a. Adanya self dealing atau tindak kecurangan dari aparat pengelola
pembiayaan
b. Pengetahuan yang kurang atau keterampilan yang minim dari para
pengelola pembiayaan.
c. Kurang baiknya sistem informasi manajemen yang dibangun pada
lembaga keuangan tersebut.
d. Tidak adanya kebijakan pembiayaan yang baik pada bank yang
bersangkutan.
e. Kurangnya pengwasan pembiayaan yang dilakukan oleh bank yang
bersangkutan terhadap penerima pembiayaan.
f. Sikap meremehkan, ceroboh dan lalai dari pengelola pembiayaan.
2. Faktor eksternal:
a. Perubahan perekonomian makro
b. Kejadian diluar dugaan
24 Ibid. h.132-134 25 Ibid. h.132-135
21
c. Tekanan-tekanan politis dari luar lembaga keuangan yang
berakibat adanya kompromi terhadap prinsip-prinsip pembiayaan
yang sehat.
d. Kesulitan atau kegagalan dalam proses likuiditas dari perjanjian
kredit yang disepakati atara bank dan nasabah.
E. Kriteria Penggolongan Kolektibilitas Pembiayaan
Sesuai dengan Peraturan Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Republik Indonesia No. 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 tentang
Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah, kolektibilitas
adalah keadaan pembayarn pokok atau angsuran pokok atau pelunasan pokok
oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang
ditanamkan dalam surat berharga atau penanaman lain. Kriteria penggolonga
kolektibilitas pembiayaan atau kredit terbagi menjadi 5, yaitu :
a) Lancar
Suatu kredit digolongkan lancar apabila pembayaran tepat
waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta
sesuai dengan persyaratan kredit. Hubungan debitur dengan bank
baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara
teratur dan akurat. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan
agunan kuat.
b) Dalam Perhatian Khusus
Suatu kredit digolongkan dalam perhatian khusus jika terdapat
tunggakan pembayaran pokok atau bunga sampai dengan 90 hari,
jarang mengalami cerukan. Hubungan debitur dengan bank baik
dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara
teratur dan masih akurat. Pelanggaran perjanjian kredit yang tidak
prinsipil.
c) Kurang Lancar
Suatu kredit digolongkan kurang lancar apabila terdapat
tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah
22
melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari. Terdapat cerukan yang
berulang kali khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan
kekurangan arus kas. Hubungan debitur dengan bank memburuk
dan informasi keuangan tidak dapat dipercaya. Dokumentasi kredit
kurang lengkap dan pengikatan agunan lemah. Pelanggaran
terhadap persyaratan pokok kredit. Perpanjangan kredit untuk
menyembunyikan kesulitan keuangan.
d) Diragukan
Suatu kredit digolongkan diragukan apabila terdapat tunggakan
pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari
sampai dengan 270 hari. Terjadi cerukan yang bersifat permanent
khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan
arus kas. Hubungan debitur dengan bank semakin memburuk dan
informasi keuangan tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya.
Dokumen kredit tidak lengkap dan pengikatan agunan yang lemah.
Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam
perjanjian kredit
e. Macet
Suatu kredit digolongkan macet apabila terdapat tunggakan
pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari.
Dokumentasi kredit dan atau pengikatan agunan tidak ada.
F. Prinsip-Prinsip 6C (Character, Capital, Capacity, Collateral, Condition
of Economy, Constrain)
1. Pengertian Prinsip 6C
Analisa pembiayaan dapat dilakukan dengan berbagai metode sesuai
kebijakan bank. Dalam beberapa kasus seringkali digunakan metode
analisa 6C, yang meliputi:
23
a. Character (Karakter)
Character adalah keadaan watak atau sifat dari debitur, baik dari
kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. 26 Analisa ini
merupakan analisa kualitatif yang tidak dapat dideteksi secara
numerik, namun merupakan pintu gerbang utama proses persetujuan
pembiayaan. Kesalahan dalam menilai karakter calon nasabah dapat
berakibat fatal pada kemungkinan pembiayaan terhadap orang yang
beritikad buruk. Untuk memperkuat data ini, dapat dilakukan hal-hal
sebagai berikut: 27
1) Wawancara
Karakter seseorang dapat dideteksi dengan melakukan verifikasi dan
interview.
2) BI (Bank Indonesia) checking
BI checking dilakukan untuk mengetahui riwayat pembiayaan yang
telah diterima oleh nasabah berikut status nasabah yang ditetapkan
oleh BI.
3) Bank checking
Bank checking dilakukan secara personal antara sesame officer bank,
baik dari bank yang sama maupun bank yang berbeda karena
biasanya officer bank memiliki pengalaman tersendiri dalam
berhubungan dengan calon nasabah.
4) Trade checking
Analisa dilakukan terhadap usaha-usaha sejenis, pesaing, pemasok
dan konsumen. Pengalaman kemitraan semua pihak terkait pasti
meninggalkan kesan tersendiri yang dapat memberikan indikasi
tentang karakter calon nasabah, terutama masalah keuangan seperti
cara pembayaran.
b. Capacity (Kapasitas)
26 Veithzal Rivai, Credit Management Handbook Manajemen Pengkreditan Cara Mudah
Menganalisis Kredit (Jakarta : Rajawali Press, 2013) h.251. 27 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, h.144
24
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon debitur dalam
menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan.28
Kapasitas calon nasabah sangat penting diketahui untuk memahami
kemampuan seseorang untuk berbisnis karena watak yang baik saja
tidak menjamin seseorang mampu menjalankan bisnis dengan baik.
Untuk perseorangan, dapat terindikasi dari referensi atau curriculum
vitae yang dimilikinya, yang dapat menggambarkan pengalaman bisnis
yang bersangkutan. Untuk perusahaan, dapat terlihat dari laporan
keuangan dan past performance usaha untuk mengetahui kemampuan
perusahaan memenuhi semua kewajibannya termasuk pembayaran
pelunasan pembiayaan.29 Untuk mengetahui kapasitas nasabah, bank
harus memperhatikan:
1) Angka-angka hasil produksi
2) Angka-angka penjualan dan pembelian
3) Perhitungan rugi laba perusahaan saat ini dan proyeksinya
4) Data finansial perusahaan beberapa tahun terakhir yang
tercermin dalam neraca laporan keuangan
c. Capital (Modal)
Capital atau modal merupakan jumlah modal yang dimiliki oleh
calon debitur atau berapa banyak dana yang akan diikutsertakan dalam
proyek yang dibiayai oleh calon debitur. Semakin besar modal yang
dimiliki oleh calon debitur akan semakin meyakinkan bagi bank akan
keseriusan calon debitur alam mengajukan kredit.30
Analisa modal diarahkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
keyakinan calon nasabah terhadap usahanya sendiri. Untuk mengetahui
hal ini, maka bank harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Melakukan analisa neraca sedikitnya 2 tahun terakhir
28 Veitzal Rivai, Credit Management Handbook Manajemen Perkreditan Cara Mudah
Menganalisis Kredit, (Jakarta : Rajawali Press, 2013) h. 252 – 253. 29 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, h. 146 30 Ismail, Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi (Jakarta : Kencana, 2010),
h.112 – 113.
25
2) Melakukan analisa rasio untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas
dan rentabilitas dari perusahaan
d. Condition of Economy (Kondisi Ekonomi)
Condition adalah situasi kondisi yang mempengaruhi keadaan
perekonomian pada suatu saat yang kemungkinannya memengaruhi
kelancaran calon debitur.31 Analisa diarahkan pada kondisi sekitar
yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap
usaha calon nasabah.
Kondisi yang harus diperhatikan bank antara lain:
1) Keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi perkembangan usaha
calon nasabah
2) Kondisi usaha calon nasabah, perbandingannya dengan usaha
sejenis dan lokasi lingkungan wilayah usahanya
3) Keadaan pemasaran dari hasil usaha calon nasabah
4) Prospek usaha di masa yang akan datang
5) Kebijakan pemerintah yang mempengaruhi prospek industri
dimana perusahaan calon nasabah terkait di dalamnya
e. Collateral (Jaminan)
Collateral merupakan jaminan/agunan yang diberikan oleh calon
debitur atas kredit yang di ajukan. Agunan merupakan sumber
pembayran kedua, artinya apabila debitur tersebut tidak dapat
membayar angsurannya dan termasuk dalam kredit macet, maka bank
dapat melakukan eksekusi terhadap agunan.32
Analisa ini diarahkan terhadap jaminan yang diberikan oleh
nasabah. Jaminan dimaksud harus mampu meng-cover risiko bisnis
calon nasabah. Analisa yang dilakukan antara lain:
1) Meneliti kepemilikan jaminan yang diserahkan
2) Mengukur dan memperkirakan stabilitas harga jaminan dimaksud
31 Veitzal Rivai, Credit Management Handbook Manajemen Perkreditan Cara Mudah
Menganalisis Kredit, (Jakarta : Rajawali Press, 2013) h. 253. 32 Ismail, Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi,113.
26
3) Memperhatikan kemampuan untuk dijadikan uang dalam waktu
relatif singkat tanpa harus mengurangi nilainya
4) Memperhatikan pengikatannya, sehingga secara legal bank dapat
dilindungi
5) Rasio jaminan terhadap jumlah pembiayaan. Semakin tinggi rasio
tersebut, maka semakin tinggi kepercayaan bank terhadap
kesungguhan calon nasabah
6) Marketabilitas jaminan. Jenis dan lokasi jaminan sangat
menentukan tingkat marketable suatu jaminan.
f. Constrain
Constrain adalah faktor hambatan seperti sosial psikologi yang ada
pada suatu daerah yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat
dilaksanakan.
Adapun menurut Nur S. Buchori, kriteria kriteria nasabah yang layak untuk
dibiayai harus memenuhi syarat 6 C, yaitu:33
1. Character of Akhlaq ( karakter akhlaknya)
Karakter ini dapat dilihat dari interaksi kehidupan keluarga dan para
tetangganya. Untuk mengetahui lebih dalam adalah dengan bertanya
kepada tokoh masyarakat setempat atau lingkungan tempat usaha calon
penerima pembiayaan tentang karakter / akhlaknya.
2. Condition of Economy (kondisi usaha)
Usaha yang dijalankan calon anggota pembiayaan harus baik, dalam
arti mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, menutupi biaya
operasi usaha dan kelebihan dari hasil usaha dapat menjadi penambah
modal usaha untuk berkembang. Apabila kelak mendapat pembiayaan dari
BMT maka usaha tersebut dapat tumbuh lebih baik dan mampu untuk
melunasi kewajibannya.
33 Nur S.Buchori, Koperasi Syariah :Teori dan Praktik , h. 172-174.
27
3. Capacity (kemampuan manajerial)
Calon anggota pembiayaan mempunyai kemampuan manajerial,
handal dan tangguh dalam menjalankan usaha. Biasanya seorang
wiraswasta sudah dapat mengatasi permasalahan yang mungkin timbul
dari usahanya apabila sudah berjalan minimal 2 (dua) tahun. Oleh karena
itu, kebijakan yang berlaku di BMT sebaiknya apabila calon anggota
pembiayaan tersebut belum menjalankan usaha sejenis minimal dua tahun
maka tidak dapat diproses permohonan pembiayaannya.
4. Capital (modal)
Calon anngota pembiayaan harus pintar mengatur keuangannya dengan
baik. Pengusaha harus dapat menyisihkan sebagian keuntungan usahanya
untuk menambah modal sehingga skala usahanya dapat ditingkatkan. Satu
hal yang perlu diwaspadai adalah apabila usaha calon anggota pembiayaan
yang sebagian besar struktur permodalannya berasal dari luar (bukan
modal sendiri) maka hal ini akan menimbulkan kerawanan pembiayaan
bermasalah.
5. Collateral (jaminan)
Petugas pembiayaan harus dapat menganalisis usaha calon anggota
pembiayaan di mana sumber utama pelunasan pembiayaan nantinya
dibayarkan dari hasil keuntungan usahanya. Untuk mengatasi
kemungkinan sulitnya pembayaran kembali kepada Koperasi Syariah
maka perlu dikenakan jaminan.
Ada dua fungsi jaminan. Pertama, sebagai pengganti pelunasan
pembiayaan apabila nasabah sudah tidak mampu lagi. Namun demikian
BMT tidak dapat langsung mengambil alih jaminan tersebut, tetapi
memberikan tangguh atau tenggang waktu untuk mencari alternatif lain
yang disepakati bersama dengan anggotanya/ nasabah. Kedua, sebagai
28
pelunasan pembiayaan apabila anggotanya melakukan tindakan
wanprestasi.
6. Constrain (keadaan yang menghambat)
Ketepatan pemberian modal usaha sangat berkaitan pula dengan
iklim/musim suatu usaha tertentu. Sebagai contohnya pedagang buah yang
memiliki musim tersendiri, tidak tepat jika diberikan pembiayaan usaha
dengan jangka waktu yang lebih dari dua bulan. Karena musim buah-
buahan paling lama 3 bulan.
29
BAB III
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Dalam Pendekatan penelitian ini metode yang akan digunakan adalah
dengan menggunakan metode penelitian Penelitian kuantitatif, yaitu
menggunakan anlisis data secara mendalam dalam bentuk angka. Penelitian
kuantitatif bertumpu sangat kuat pada pengumpulan data, berupa angka hasil
pengukuran, karena itu dalam penelitian ini statistik memegang peranan penting
sebagai alat untuk menganalisa. Tujuan penelitian kuantitatif adalah
mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori atau
hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah
bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan
hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis
dari hubungan-hubungan kuantitatif.34 Menurut Tanzeh pada bukunya
pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, dan membangun fakta,
menunjukkan gabungan antar variabel, memberikan deskripsi statistik, menaksir
dan meramalkan hasilnya, desain penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif harus terstruktur, baku, formal, dan dirancang sematang mungkin
sebelumnya.35
B. Pendekatan Penelitian
Adapun tipe atau pendekatan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini berupa penelitian langsung dalam rangka mendapatkan data
secara langsung.
1. Jenis data dan sumber data.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis data
yaitu data kuantitartif. Serta menggunakan dua sumber data yaitu :
34 Istijanto, Aplikasi riset Pemasaran , (Jakarta : PT Gramedia,2005), hal 93 35 Ahmad Tanzeh, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 99
30
a. Sumber Data Primer
Merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data yang diperoleh langsung dari hasil penyebaran
daftar pertanyaan atau kuisioner kepada nasabah yang mempunyai
tingkat kolektibilitas pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet.
b. Sumber Data Sekunder
Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Data yang diperoleh dari literatur-literatur
kepustakaan seperti buku-buku, internet, Surat kabar, jurnal serta
sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi ini.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Definisi lain dari
populasi adalah keseluruhan (universum) dari obyek penelitian yang dapat
berupa manusia, hewan, tumbuh- tumbnuhan, udara, gejala, nilai,
peristiwa, sikap hidup dan sebagainnya. Sehingga obyek- obyek ini dapat
menjadi sumber data penelitian.36 Selanjutnya sugiono menyebutkan
bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang yang di
tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.37 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan obyek atau subyek
yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi Syarat- syarat tertentu
yang berkaitan dengan masalah penelitian. Jadi populasi bukan hanya
orang, tetapi juga obyek dan benda- benda alam lain. Populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada obyek yang di pelajari, tetapi meliputi
karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Adapun
36 Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Jakarta: Kencana, 2011), hal.109 37 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R &D,(Bandung: Alfabeta,2011
Cet 14), hal.80
31
obyek penelitian dalam penelitian ini adalah nasabah pembiayaan
khususnya nasabah pembiayaan.
2. Sampling
Sampling adalah proses dan cara mengambil sampel atau contoh untuk
menduga keadaan suatu populasi. Metode pengambilan sampel
menggunakan sampel nonprobabilitas dengan pemakaian teknik purposive
sampling merupakan sampel yang di pilih sedemikian rupa dari populasi
sehingga setiap anggota tidak memiliki probabilitas atau peluang yang
sama untuk di jadikan sampel.
3. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki
oleh populasi.38 Pendapat lain menurut Dr. Suharsimi Arikunto yang
menjelaskan bahwa “apabila subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik
diambil semua, dan jika jumlah subjeknya lebih besar dapat diambil antara
10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih 2. Dalam penelitian ini, penulis
mengambil 30 % dari jumlah populasi yaitu sebanyak 50 responden,
sedangkan dalam teknik pengambilan sampel peneliti menggunakan
Accidental sampling yaitu memilih sampel dari orang atau unit yang
paling mudah dijumpai atau diakses sehingga pengumpulan datanya
mudah dan terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah ditetapkan.39 Sampel
dalam penelitian ini adalah nasabah pembiayaan khususnya yang
mempunyai tingkat kolektibilitas pembiayaan kurang lancar, diragukan
dan macet.
38 Sukidin dan mundir, Metode Penelitian Membimbing Mengantar Kesuksesan Anda
dalam Dunia Penelitian, (Surabaya: Insan Cendikia, 2005), hal. 198 39 Muhammad, Meteodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif (Jakarta:
Raja Grafindo Persada), 2008, hal. 174
32
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Arsip Dokumen
Yaitu bahan tertulis yang sudah lama digunakan dalam penelitian
sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai
sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk
meramalakan atau bisa juga disebut penelitian yang dilakukan dengan
cara mengumpulkan dan mempelajari data-data atau bahan-bahan dari
berbagai daftar kesusastraan yang ada.40 Dengan cara membaca,
mempelajari, mencatat, dan merangkum teori-teori yang ada kaitannya
dengan masalah pokok pembahasan melalui buku-buku, skripsi
terdahulu, majalah, surat kabar, artikel, buletin, brosur, internet dan
media lainnya yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini.
b. Metode Angket (Kuesioner)
Metode Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan
memberikan daftar pertanyaan tertulis kepada responden dengan
harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan
Tersebut.41 Kuesioner disini adalah model tertutup karena jawaban
telahdisediakan dan pengukurannya menggunakan skala likert. Skala
likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial.42 Jawaban
setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, dengan 5 alternatif
jawaban sebagai berikut :
1. Skor 5 = untuk pilihan Sangat Setuju
2. Skor 4 = untuk pilihan Setuju
40 Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002),
h.47 41 Husein Umar, Research Methods In Finance and Banking, (Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 2002), hlm. 114 42 18Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta,
2008), hlm. 93
33
3. Skor 3 = untuk pilihan Kurang Setuju
4. Skor 2 = untuk pilihan Tidak Setuju
5. Skor 1 = untuk pilihan Sangat Tidak Setuju
Hal ini digunakan sebagai patokan untuk menyusun instrument
yang berupa pertanyaan yang nantinya dijawab oleh responden.
Teknik ini sangat efektif digunakan dan lebih baik jika pertanyaan–
pertanyaan terarah dengan baik dan efektif. Teknik ini berbentuk
pengisian kuesioner. Dan merupakan bentuk alat pengumpulan data
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Diharapkan dengan
menyebarkan daftar pertanyaan kepada setiap responden, peneliti
dapat menghimpun data yang relevan sesuai dengan tujuan penelitian.
E. Teknik Pengolahan Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Menurut Husaini Usman dan Purnomo penelitian yang menggunakan
metode kuantitatif, kualitas pengumpulan datannya sangat ditentukan oleh
kualitas instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan. Instrumen
itu disebut berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan pemakainnya
apabila sudah terbukti validitas dan reliabilitasnya. Validitas ialah
mengukur apa yang ingin diukur sedangakan reliabilitas ialah mengukur
instrument terhadap ketepatan. Reliabilitas disebut juga keterandalan,
keajengan.43
Validitas menunjukkan seberapa cermat suatu alat tes melakukan
fungsi ukurnya atau suatu alat ukur yang dapat mengukur apa yang ingin
diukur. Selanjutnya disebutkan bahwa validitas bertujuan untuk menguji
apakah tiap item atau instrumen (bisa pertanyaan maupun pernyataan)
43 Husaini Usman dan Purnomo Setiady akbar, Pengantar Statistik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), hal. 287
34
benar-benar mampu mengungkap variabel yang akan diukur atau
konsistensi internal tiap item alat ukur dalam mengukur suatu variabel.44
Sedangkan uji reliabilitas menunjukkan hasil pengukuran yang dapat
dipercaya. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data
sesuai dengan tujuan pengukuran.45 Untuk mencapai hal tersebut,
dilakukan reliabilitas dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha di
ukur berdasarkan skala Cronbach’s Alpha 0 sampai 1. Triton
mengemukakan bahwa skala itu di kelompokkan ke dalam lima kelas
dengan reng yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat
diinterprestasikan sebagai berikut:
1. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d 0,20, berarti kurang reliabel.
2. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d 0,40 berarti agag reliabel
3. Nilai alpha Cronbach 0,41 s.d 0,60 berarti cukup reliabel
4. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d 0,80 berarti reliabel
5. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d 1,00 berarti sangat reliabel
2. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data
penelitian kita berasal dari populasi yang sebenarnya normal. Uji ini perlu
dilakukan karena semua perhitungan statistik parametrik memiliki asumsi
normalitas sebaran. Disini untuk mendeteksi normalitas data digunakan
Kolmologrov – Smirnov. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal, seperti diketahui bahwa uji t mengasumsikan bahwa
nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar
maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua
44 Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publiser, 2009), hal.96 45 Ibid. hal. 97
35
cara yang tepat untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi
pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square
(OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan
persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal.
Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis
regresi linear, misalnya uji multikolinearitas tidak dilakukan pada analisis
regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada
data cross sectional. Uji asumsi klasik juga tidak perlu dilakukan untuk
analisis regresi linear yang bertujuan untuk menghitung nilai pada variabel
tertentu. Misalnya nilai return saham yang dihitung dengan market model,
atau market adjusted model. Perhitungan nilai return yang diharapkan
dapat dilakukan dengan persamaan regresi, tetapi tidak perlu diuji asumsi
klasik.
Uji asumsi klasik yang sering digunakan yaitu uji multikolinearitas,
uji heteroskedastisitas, uji normalitas, dan uji linearitas. Tidak ada
ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi.
Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Sebagai contoh,
dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi klasik, lalu dilihat mana
yang tidak memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan perbaikan pada uji
tersebut, dan setelah memenuhi persyaratan, dilakukan pengujian pada uji
yang lain.
a. Uji Multikolonialitas
Multikolonialitas timbul sebagai akibat adannya hubungan kausal
antara dua variabel bebas atau lebih atau adannya kenyataan bahwa
dua variabel penjelas atau lebih bersama- sama dipengaruhi oleh
variabel ketiga yang berada diluar model. Untuk mendeteksi adannya
36
Multikolonialitas, Nugroho (2005) menyatakan jika nilai Varience
Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari
multikolonialitas.46
b. Uji Heterokedasiitas
Heterokedasitas, pada umumnya sering terjadi pada model- model
yang menggunakan data cross section dari pada time series. Namun
bukan berarti model- model yang menggunakan data time series bebas
dari Heterokidasitas. Sedangkan untuk mendeteksi ada tidaknya
Heterokedasitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar
Scatterplot model tersebut. Tidak terdapat Heterokisiditas jika : (1)
penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola; (2) titik- titik data
menyebar di atas dan di bawah atau sekitar angka 0 dan (3) titik-titik
data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.
4. Regresi Linier Berganda
Setelah data penelitian berupa jawaban responden atas angket yang
dibagikan dikumpulkan, selanjutnya dilakukan analisis data dengan
berpedoman pada analisis regresi sebagi berikut47 : Y=a + b1 X1 + b2 X2
+ e
Keterangan :
Y = Pembiayaan Ijarah
a = Nilai Konstanta
b = Koefisien Regresi
X = Variabel Bebas
e = Nilai Eror
5. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secar
sama-sama ( Simultan) terhadap variabel dependen digunakan uji anova
atau F- test. Sedangkan pengaruh dari masing- masing variabel
46 24Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0 (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publiser, 2009), hal.96 47 Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0 (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publiser, 2009), hal. 58
37
independent secara parsial (individu) diukur dengan menggunakan uji t-
statistik.
a. Uji t
Untuk mengetahui apakah Pengaruh Mekanisme kelayakan 6C
Kepada Nasabah terhadap pembiayaan berpengaruh secara parsial
terhadap pembiayaan
1) Apabila t hitung lebih kecil dari t tabel maka masing- masing
variabel Character, capacity, capital, collateral dan condition
berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan dan NPF.
2) Apabila t hitung lebih besar dari t tabel maka masing- masing
variabel Character, capacity, capital, collateral dan condition tidak
berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan dan NPF .
b. Uji F
Untuk mengetahui apakah Pengaruh Mekanisme kelayakan 6C
kepada nasabah terhadap pembiayaan berpengaruh secara simultan
terhadap Pembiayaan dan NPF .
1) Apabila F hitung lebih Kecil dari Ftabel maka keputusannya variabel
Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition tidak
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan dan NPF .
2) Apabila F hitung lebih besar dari Ftabel maka keputusannya variabel
Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan dan NPF.
6. Uji Determinasi
Nilai Koefisien determinasi (R Square) digunakan untuk mengetahui
besarnya variasi variabel independen dalam menerangkan variabel
dependen. Nilai koefision determinasi adalah diantara nol dan satu. Jika
nilai R2 kecil, berarti kemampuan variabel – variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Namun apabila nilai
R2 mendekati satu, berarti variabel-variabel independen memberikan
38
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi-
variabel independen.48
F. Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran
48 Yudhi Wicaksono, Aplikasi Excel dalam menganalisis Data, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2006),hal. 119-121
BMT KAS
Produk Pembiayaan
Prosedur Penyaluran Pembiayaan
Analisis Kelayakan Kredit dengan
Prinsip 6C:
Character
Capacity
Capital
Collateral
Condition of Economy
Constrain
Penilaian Nasabah
Tepat Tidak Tepat
Tidak Terjadi
NPF
Terjadi NPF Analisis Regresi
Berganda
39
G. Hipotesi
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. H01 : Tidak terdapat pengaruh antara penilaian character dan NPF.
2. Ha1 : Terdapat pengaruh antara penilaian character dan NPF.
3. H02 : Tidak terdapat pengaruh antara penilaian capacity dan NPF.
4. Ha2 : Terdapat pengaruh antara penilaian capacity dan NPF
5. H03 : Tidak terdapat pengaruh antara penilaian capital dan NPF.
6. Ha3 : Terdapat pengaruh antara penilaian capital dan NPF.
7. H04 : Tidak terdapat pengaruh antara penilaian collateral dan NPF.
8. Ha4 : Terdapat pengaruh antara penilaian collateral dan NPF.
9. H05 : Tidak terdapat pengaruh antara penilaian condition dan NPF.
10. Ha5 : Terdapat pengaruh antara penilaian condition dan NPF.
11. H06 : Tidak terdapat pengaruh antara penilaian condition dan NPF.
12. Ha6 : Terdapat pengaruh antara penilaian condition dan NPF.
H. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2017”.
40
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum BMT Komunitas Amal Sholeh (KAS)
1. Sejarah BMT KAS
Berdasarkan data, jumlah sektor Usaha Mikro dan kecil (UMK) saat
ini mencapai 45 Juta lebih atau sekitar 99,5% dari total unit usaha yang
ada di Indonesia. Dalam sejarah Indonesia sangat terlihat sekali
bagaimana daya tahan pemgusaha mikro dan kecil ketika menghadapi
krisis tahun 1998 dibanding usaha-usaha besar yang gulung tikar.
Namun sayangnya kondisi para pengusaha mikro dan kecil ini
banyak yang terjerat dengan rentenir, karena akses permodalan sangat
sulit mereka dapatkan dari perbankan. Baik karena sedikitnya perbankan
yang melayani sektor mikro atau prosedur perbankan yang terlalu sulit
bagi sekelas pengusaha mikro.
Oleh karena itulah BMT KAS berdiri dan tergerak untuk berperan
aktif mencoba menjadi bagian dari solusi bagi masalah social-ekonomi
masyarakat kecil, khususnya untuk wilayah Tangerang dan Jakarta, yaitu
dengan fokus kepada permodalan pengusaha mikro dan kecil disertai
pendampingan dan bimbingan manajemen. Dengan demikian diharapkan
kesejahteraan dan keadilan ekonomi terwujud dan dapat dirasakan oleh
masyarakat khususnya di wilayah Tangerang dan Jakarta dan umumnya
masyarakat Indonesia.
BMT KAS mulai beroperasi pada bulan September 2007 tepatnya 1
Ramadhan 1428H dengan jumlah karyawan sebanyak 2 orang, dan
jumlah pedagang yang diberi pembiayaan sebanyak 26 orang di wilayah
Larangan, Ciledug. Saat itu BMT KAS memiliki asset sebesar Rp
53.008.268,-
41
Pada bulan Mei 2008 kantor BMT KAS pindah menempati ruko
baru di wilayah Kecamatan Larangan, tepatnya di Jl. HOS Cokroaminoto
No.21 D Kel. Kreo, Kec. Larangan hingga saat ini.
Pada bulan Juni 2009 BMT KAS dengan karyawan 5 orang telah
mempunyai 737 Anggota di wilayah Kec. Larangan, Ciledug, Karang
Tengah, dan sekitarnya. BMT KAS juga telah bekerjasama dengan
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT Baitul Maal) di daerah Pondok
Aren, Tangerang Selatan untuk membuka counter tabungan siswa. Total
asset BMT KAS pada tahun 2009 menembus angka Rp 384.191.231,-
BMT KAS terus melakukan terobosan dan pengembangan hingga
akhir Desember 2011 BMT KAS memiliki satu pasar binaan di daerah
Ciledug, yaitu Pasar Anugrah. Dengan total asset Rp 998.967.234,-
Pada bulan April 2012 BMT KAS telah membuka Unit Usaha di
daerah karang Tengah. Total asset BMT KAS Pusat dengan Unit pada
bulan Desember 2012 mencapai Rp 2.540.776.296,- dengan jumlah
anggota sebanyak 1500 orang. Hingga akhir 2013 asset BMT KAS Pusat
dan Unit mencapai Rp 2.906.968.543,- dengan jumlah anggota 2.048
orang.
Gambar 4.1 Jumlah Asset BMT KAS 2010-2016
0
500,000,000
1,000,000,000
1,500,000,000
2,000,000,000
2,500,000,000
3,000,000,000
3,500,000,000
4,000,000,000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Asset BMT KAS Periode 2010-2016
Asset
42
2. Visi dan Misi BMT KAS
a. VISI:
Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang terdepan di Kota
Tangerang
b. Misi:
1) Pemberdayaan ekonomi kecil, menengah dan mikro dengan
sistem syariah
2) Mempromosikan ekonomi islam pada masyarakat
3) Berkomitmen terhadap sistem syariah secara profesional demi
kepuasan anggota
3. Struktur BMT KAS
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BMT KAS
Struktur Organisasi BMT KAS Periode 2014-2019
43
4. Prosedur Penyaluran Pembiayaan Pada BMT KAS
Dibawah ini prosedur pembiayaan di BMT KAS :
a. Calon anggota / calon mitra melakukan permohonan pembiayaan.
b. Calon mitra mengisi surat permohonan pembiayaan dengan lengkap
dan benar dan dengan membawa Foto copy KTP Suami & Istri yang
masih berlaku, Foto Copy Kartu Keluarga (KK), Rekening listrik
bulan sebelumnya, Foto Copy BPKB, STNK, AJB, sertifikat dan
kwitansi pembelian bagi yang belum balik nama (bagi pembiayaan
dengan agunan), syarat usaha telah berjalan minimal 6 bulan,
kwitansi sewa bagi yang rumah / kiosnya kontrak.
c. Data yang telah lengkap harus di ACC oleh bagian legal/ kabag
pembiayaan dan diserahkan pada surviyer pada hari yang sama.
d. Survey dan analisa pembiayaan dilakukan pada hari ke 2 & ke 3
sejak diterimanya berkas.
e. Rapat komite pembiayaan dengan ketentuan : Plafond Rp 500.000
s/d 10.000.000 harus mendapat persetujuan dari manager, kabag
pembiayaan, kabag keuangan dan AO. Plafon diatas Rp 10.000.000
harus mendapat persetujuan pengurus.
f. Akad & pencairan : waktu pencairan hari senin s/d jum’at, mulai
pukul 09.00.
g. Manager / kabag pembiayaan melakukan kunjungan ke nasabah
baru.
Berdasarkan prosedur pembiayaan di BMT KAS dalam penerapan
sistem pengawasan pada tahap permohonan pembiayaan dengan
menganalisa data-data dari mitra kemudian setelah pencairan dilakukan
maka langkah selanjutnya dilakukan pengawasan oleh Account Officer,
Kabag pembiayaan, atau manager untuk melakukan kunjungan ke mitra
baru yang telah mengajukan pembiayaan. Kemudian penerapan sistem
pengawasan dilakukan dengan menggunakan sistem komputer yakni
melihat nilai NPF dari kategori lancar, dalam perhatian khusus, kurang
lancar, diragukan, dan macet
44
B. Analisis Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Untuk mengetahui apakah butir-butir pertanyaan valid, maka
dilakukan uji validitas terhadap 50 kuesioner yang telah diisi oleh
responden. Suatu pertanyaan dapat dikatakan valid apabila nilai koefisien
korelasi positif dan bernilai >0,30. Berikut hasil uji validitas dapat dilihat
dalam table dibawah ini
Tabel 4.1 Uji Validitas
Pertanyaan
Corrected
Item-Total
Correlation
Keterangan
Character
x11 .762 VALID
x12 .745 VALID
x13 .587 VALID
x14 .848 VALID
x15 .711 VALID
Capacity
x21 .584 VALID
x22 .725 VALID
x23 .632 VALID
x24 .737 VALID
x25 .722 VALID
Capital
x31 .651 VALID
x32 .665 VALID
x33 .695 VALID
x34 .676 VALID
x35 .741 VALID
45
Collateral
x41 .688 VALID
x42 .862 VALID
x43 .722 VALID
x44 .788 VALID
x45 .751 VALID
Condition Of
Economy
x51 .507 VALID
x52 .521 VALID
x53 .539 VALID
x54 .088 TIDAK VALID
x55 .292 TIDAK VALID
Constrain
x61 .632 VALID
x62 .300 VALID
x63 .634 VALID
x64 .457 VALID
x65 .417 VALID
Dari hasil uji validitas diketahui dari 50 butir pertanyaan terdapat
48 butir yang valid. Untuk butir pernyataan yang tidak valid maka pada
penelitian ini, butir-butir yang tidak valid dihapus.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai
dengan tujuan pengukuran Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan
reliabilitas dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha di ukur
berdasarkan skala Cronbach’s Alpha 0 sampai 1. Menurut Triton,
instrument dapat dikatakan reliable jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha
> 0,60. Berikut ini hasil Uji Reliabilitas instrument variabel kelayakan
kredit 6C (X)
46
Tabel 4.2 Uji Reliabilitas
Variable (X) Cronbach's
Alpha N of Items
Keterangan
X1 .886 5 Reliabel
X2 .852 5 Reliabel
X3 .856 5 Reliabel
X4 .903 5 Reliabel
X5 .620 3 Reliabel
X6 .712 5 Reliabel
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Adapun uji normalitas sebagai berikut:
Gambar 4.2 Grafik P-Plot
47
Berdasarkan gambar 4.1 di atas, grafik normal probability plot terlihat
persebaran data mengikuti garis diagonal yang ada. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa residual terdistribusi normal. Adapun grafik histogram
dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut:
Gambar 4.3 Grafik Histogram
Dari gambar histogram di atas dapat dilihat bahwa data berdistribusi
normal yaitu dari simetrisnya bentuk histogram tidak lebih condong ke
salah satu sisi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa residual terdistribusi
normal.
b. Uji Multikolonialitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen.
Multikolonieritas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2)
Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi dapat dikatakan bebas
multikolinearitas jika nilai TOL ≥ 0,1 atau jika memiliki nilai VIF ≤ 10.
48
Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Character .214 4.666
Capacity .249 4.008
Capital .122 8.198
Collateral .172 5.823
Condition Of Economy .235 4.256
Constrain .468 2.138
a. Dependent Variable: Y
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap variabel independen memiliki
nilai TOL ≥ 0,1 dan masing masing variabel tersebut juga memiliki nilai VIF
≤ 10. Jadi dapat dipastikan bahwa penelitian ini terbebas dari masalah
multikolinearitas.
c. Uji Heterokedasitas
Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
heterokedasitas. Pengujian untuk melihat ada atau tidaknya
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat scatterplot antara nilai
prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Hasil
pengujian heterokedastisitas yang dilakukan terhadap penelitian ini dapat
dilihat pada gambar 4.3 berikut ini:
49
Gambar 4.4 Scatterplot
3. Regresi Linier Berganda
Model regresi linier berganda (multiple linear regression model)
digunakan untuk mengkaji hubungan atau pengaruh antara dua variabel
atau lebih, dalam penelitian ini yaitu variabel prinsip 6C dengan variabel
NPF. Berdasarkan perhitungan statistik menggunakan program SPSS 16
diperoleh hasil estimasi model regresi linear berganda yang dapat dilihat
pada Tabel 4.4, yaitu:
Tabel 4.4 Hasil Koefisiensi Regresi Variabel
Independen
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error
1 (Constant) 10.564 .525
Character -.390 .192
Capacity -.320 .163
50
Capital -.288 .214
Collateral -.403 .194
Condition Of
Economy -.250 .220
Constrain -.437 .135
a. Dependent Variable: NPF
Tabel 4.4 menginformasikan model persamaan regresi yang diperoleh
dari koefisien konstanta dan koefisien variabel. Berdasarkan Tabel 3
tersebut diperoleh model persamaan regresi:
y = 10.564 – 0.390X1 - 0.320X2 - 0.288X3 - 0,403X4 - 0.250X5 –
0.437X6..................(6)
Keterangan:
y = NPF.
X1 = Character (Karakter)
X2 = Capacity (Kapasitas)
X3 = Capital (Modal)
X4 = Collateral (Jaminan)
X5 = Condition of economy (Kondisi Ekonomi)
X6 = Constrain (Penghambat)
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa character
berpengaruh negatif terhadap NPF dengan nilai koefisien 0.390 maka
setiap terjadi penambahan satu character akan menurunkan NPF sebesar
0.390. Pengaruh negatif tersebut dapat diartikan semakin tinggi karakter
maka semakin rendah jumlah NPF yang terjadi. Menganalisis karakter
berhubungan erat dengan integritas dari calon debitur, karena integritas ini
sangat menentukan mengenai kemauan membayar atau mengembalikan
pinjaman pembiayaan yang diperolehnya. Fakta-fakta yang dikumpulkan
melalui informasi dalam menganalisis karakter adalah terdiri dari riwayat
hubungan dengan BMT, riwayat peminjam, reputasi bisnis dan keuangan,
manajemen serta legalitas usaha.
51
Capacity mempunyai pengaruh negatif terhadap NPF dengan nilai
koefisien 0.320 maka setiap terjadi penambahan satu capacity akan
menurunkan NPF sebesar 0.320. Kapasitas yang dimiliki seseorang
menyangkut tentang kemampuan bayar (ability to pay). Pengaruh negatif
tersebut dapat diartikan semakin tinggi kemampuan peminjam dalam
memenuhi kewajibannya maka semakin rendah jumlah NPF yang terjadi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengukur kemampuan calon
debitur adalah mengenai kemampuan menyediakan dana untuk objek yang
dibiayai dengan pinjaman dari BMT, kemampuan untuk melaksanakan
usaha dan kemampuan untuk memproduksi dan memasarkan hasil
produksinya serta memperoleh keuntungan.
Capital memiliki pengaruh negatif terhadap NPF dengan nilai
koefisien 0.288 maka setiap terjadi penambahan satu capital akan
menurunkan NPF sebesar 0.288. Prinsip capital digunakan untuk
mengukur kemampuan usaha nasabah untuk mendukung pembiayaan
dengan modalnya sendiri. Pengaruh negatif berdasarkan persamaan
tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat capital yang dimiliki
peminjam maka semakin rendah jumlah NPF. Capital yang dimiliki
pemohon tidak hanya menyangkut ketersediaan dana tetapi juga faktor
produksi yang dimiliki peminjam. Sehingga dalam hal ini nasabah yang
memiliki Capital lebih, berpeluang lebih besar pula dalam membayar
angsuran pembiayaan.
Selanjutnya jika dilihat berdasarkan collateral dapat diketahui bahwa
collateral memiliki pengaruh negatif terhadap NPF dengan nilai koefisien
0,403 maka setiap terjadi penambahan satu collateral akan menurunkan
NPF sebesar 0,403. Pengaruh negatif tersebut dapat diartikan semakin
tinggi nilai jaminan maka semakin rendah jumlah NPF yang terjadi. Nilai
collateral yang lebih tinggi dibandingan jumlah pembiayaan yang
diberikan merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh debitur/calon debitur
pada saat analisis dilakukan oleh petugas kredit, hal ini dilakukan guna
memberikan dorongan kepada debitur untuk tetap memenuhi
52
kewajibannya. Selain itu, jaminan dapat memberikan hak dan kekuasaan
pada BMT untuk mendapatkan pelunasan jika terjadi wanprestasi yang
dilakukan debitur.
Sedangkan untuk condition of economy memiliki pengaruh negatif
terhadap terjadinya NPL dengan nilai koefisien 0.250 maka setiap terjadi
penambahan satu condition of economy akan menurunkan NPL sebesar
0.250. Kondisi ekonomi merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi
kegiatan usaha, Pengaruh negatif berdasarkan tabel tersebut dapat
diartikan bahwa semakin baik kondisi ekonomi maka semakin rendah
jumlah pembiayaan bermasalah yang terjadi. Kondisi ekonomi yang baik
yang dialami nasabah debitur disebabkan karena kondisi perekonomian
yang terjadi saat ini mendukung usaha usaha debitur.
Selanjutnya untuk Constrain diketahui memiliki pengaruh yang
negatif terhadap NPF dengan nilai koefisien 0,437 maka setiap terjadi
penambahan satu Constrain maka akan menurunkan NPF sebesar 0,437.
Constrain merupakan kondisi yang mempengaruhi kelancaran usaha
seperti factor cuaca, iklim, adat atau kebiasaan masyarakat. Jika usaha
yang dijalankan oleh debitur dapat berjalan disegala kondisi atau tidak
berpengaruh dari cuaca serta dapat diterima dikalangan masyarakat, maka
debitur akan mampu untuk membayar pembiayaan.
4. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R Square) dilakukan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Koefisien determinasi (R Square) dalam penelitian ini berfungsi untuk
mengetahui besarnya persentase dari variabel dependen (NPF) yang dapat
diprediksi dengan variabel independen (character, capacity, capital,
collateral, condition of economy, dan Constrain). Besarnya koefisien
determinasi (R Square) dapat dilihat pada Tabel 2, yaitu:
53
Berdasarkan Tabel 4.5 tersebut, nilai R Square sebesar 0,914 artinya
kemampuan variabel character (X1), capacity (X2), capital (X3),
collateral (X4), condition of economy (X5), dan Constrain (X6) dalam
ketepatan memprediksi variasi variabel NPF sebesar 91.4%, sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel lain yang tidak diteliti
yang mampu mempengaruhi NPF seperti kematian, nasabah yang beritikat
tidak baik, dan nasabah yang kabur.
b. Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Uji statistik F digunakan untuk melihat seberapa baik data sampel
suatu penelitian fit dengan model regresi yang diajukan didalam penelitian.
Uji statistik F pada penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh variabel
independen (character, capacity, capital, collateral, condition of economy,
dan constrain) terhadap variabel dependen (NPF) pada BMT KAS secara
simultan. Setelah dilakukan penganalisaan dengan SPSS 16 maka
diperoleh hasil uji F yang dapat dilihat pada Tabel 3, yaitu:
Tabel 4.6 Hasil Uji F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 89.404 6 14.901 60.472 .000a
Residual 10.596 43 .246
Tabel 4.5 Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .956a .914 .902 .44640
a. Predictors: (Constant), Constrain, Character, Condition Of Economy, Capacity, Collateral,
Capital
b. Dependent Variable: NPF
54
Total 100.000 49
a. Predictors: (Constant), Constrain, Collateral, Capacity, Character, Condition Of Economy, Capital
b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan Tabel 4.6 tersebut, dapat dilihat bahwa signifikan pada
0,000 yaitu ≤ 0,05, dengan kata lain mampu menolak H10, artinya bahwa
semua variabel independen : character (X1), capacity (X2), capital (X3),
collateral (X4), condition of economy (X5), dan constrain (X6) secara
serentak mempengaruhi NPF. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
data sampel suatu penelitian telah fit dengan model regresi yang diajukan,
sehingga model regresi dapat dikatakan baik.
c. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Uji parsial ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen, seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen atau variabel penjelas secara individual
mampu menerangkan variabel dependennya. Untuk melihat pengaruh
Character, Capacity, Capital, Condition Of Economy, dan Cosntrain
terhadap Non Performing Financing dapat lihat pada Tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.7 Uji -t
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.564 .525 20.129 .000
Character -.390 .192 -.196 -2.029 .049
Capacity -.320 .163 -.176 -1.966 .056
Capital -.288 .214 -.172 -1.344 .186
Collateral -.403 .194 -.224 -2.083 .043
Condition Of
Economy -.250 .220 -.104 -1.133 .264
55
Constrain -.437 .135 -.212 -3.246 .002
a. Dependent Variable: NPF
1) Pengaruh Character Terhadap NPF
Berdasarkan dari tabel 4.5 diatas diperoleh nilai t hitung variabel
Character sebesar -2.029 dengan nilai signifikansi sebesar 0,049 <
0.05 artinya signifikan. Karena nilai t hitung (-2,029) lebih besar dari t
tabel (2,017), dapat disimpulkan bahwa Character secara parsial
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap NPF. Arah pengaruh
bertanda negatif menunjukkan bahwa Character yang tinggi
cenderung membuat NPF menurun. Ini berarti Ho¹ ditolak dan Ha¹
diterima.
2) Pengaruh Capacity Terhadap NPF
Berdasarkan dari tabel 4.5 diatas diperoleh nilai t hitung variabel
Capacity sebesar -1.966 dengan nilai signifikansi sebesar 0,056 > 0.05
artinya tidak signifikan. Karena nilai t hitung (-1,966) lebih kecil dari t
tabel (2.017), dapat disimpulkan bahwa Capacity secara parsial
memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap NPF. Arah
pengaruh bertanda negatif menunjukkan bahwa Capacity yang tinggi
cenderung membuat NPF menurun. Ini berarti Ho² diterima dan Ha²
ditolak.
3) Pengaruh Capital Terhadap NPF
Berdasarkan dari tabel 4.5 diatas diperoleh nilai t hitung variabel
Capital sebesar -1.344 dengan nilai signifikansi sebesar 0.186 > 0.05
artinya tidak signifikan. Karena nilai t hitung (-1,344) lebih kecil dari t
tabel (2.017) (untuk nilai t yang diabsolutkan), dapat disimpulkan
bahwa Capital memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
Capital. Arah pengaruh bertanda negatif menunjukkan bahwa Capital
56
yang tinggi cenderung membuat NPF menurun. Ini berarti Ho³
diterima dan Ha³ ditolak.
4) Pengaruh Collateral Terhadap NPF
Berdasarkan dari tabel 4.5 diatas diperoleh nilai t hitung variabel
Collateral sebesar -2.083 dengan nilai signifikansi sebesar 0,043 <
0.05 artinya signifikan. Karena nilai t hitung (-2,083) lebih besar dari t
tabel (2.017), dapat disimpulkan bahwa Collateral secara parsial
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap NPF. Arah pengaruh
bertanda negatif menunjukkan bahwa Collateral yang tinggi
cenderung membuat NPF menurun. Ini berarti Ho¹ ditolak dan Ha¹
diterima.
5) Pengaruh Condition Of Economy Terhadap NPF
Berdasarkan dari tabel 4.5 diatas diperoleh nilai t hitung variabel
Condition Of Economy sebesar -1.133 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,264 > 0.05 artinya signifikan. Karena nilai t hitung (-1.133)
lebih kecil dari t tabel (2.017), dapat disimpulkan bahwa Condition Of
Economy secara parsial memiliki pengaruh yang tidak signifikan
terhadap NPF. Arah pengaruh bertanda negatif menunjukkan bahwa
Condition Of Economy yang tinggi cenderung membuat NPF
menurun. Ini berarti Ho² diterima dan Ha² ditolak.
6) Pengaruh Constrain Terhadap NPF
Berdasarkan dari tabel 4.5 diatas diperoleh nilai t hitung variabel
Constrain sebesar -3.246 dengan nilai signifikansi sebesar 0.002 <
0.05 artinya signifikan. Karena nilai t hitung (-3.246) lebih besar dari t
tabel (2.017) (untuk nilai t yang diabsolutkan), dapat disimpulkan
bahwa Constrain memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Constrain. Arah pengaruh bertanda negatif menunjukkan bahwa
57
Constrain yang tinggi cenderung membuat NPF menurun. Ini berarti
Ho³ ditolak dan Ha³ diterima.
C. Pembahasan Hasil
1. Character
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel character
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Non Performing
Financing. Yang berarti setiap kenaikan character akan menurunkan
tingkat Non Performing Financing.
Character adalah keadaan watak atau sifat dari debitur, baik dari
kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. 49 Analisa ini
merupakan analisa kualitatif yang tidak dapat dideteksi secara
numerik, namun merupakan pintu gerbang utama proses persetujuan
pembiayaan. Kesalahan dalam menilai karakter calon nasabah dapat
berakibat fatal pada kemungkinan pembiayaan terhadap orang yang
beritikad buruk.
2. Capacity
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel capacity
mempunyau pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Non
Performing Financing. Yang berarti setiap kenaikan capacity akan
menurunkan tingkat Non Performing Financing.
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon debitur dalam
menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan.50
Kapasitas calon nasabah sangat penting diketahui untuk memahami
kemampuan seseorang untuk berbisnis karena watak yang baik saja tidak
menjamin seseorang mampu menjalankan bisnis dengan baik. Untuk
perseorangan, dapat terindikasi dari referensi atau curriculum vitae yang
49 Veithzal Rivai, Credit Management Handbook Manajemen Pengkreditan Cara Mudah
Menganalisis Kredit (Jakarta : Rajawali Press, 2013) h.251. 50 Veitzal Rivai, Credit Management Handbook Manajemen Perkreditan Cara Mudah
Menganalisis Kredit,h. 252 – 253.
58
dimilikinya, yang dapat menggambarkan pengalaman bisnis yang
bersangkutan. Dengan begitu dapat ditarik kesimpulan, bahwa nasabah
yang memiliki kapasitas berbisnis yang baik, akan menurunkan resiko
terjadinya kredit macet atau Non Performing Financing.
3. Capital
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel capital
mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Non
Performing Financing. Yang berarti setiap kenaikan capital akan
menurunkan tingkat Non Performing Financing.
Capital atau modal merupakan jumlah modal yang dimiliki oleh
calon debitur atau berapa banyak dana yang akan diikutsertakan dalam
proyek yang dibiayai oleh calon debitur. Semakin besar modal yang
dimiliki oleh calon debitur akan semakin meyakinkan bagi bank akan
keseriusan calon debitur dalam mengajukan kredit.51
Dalam hal ini BMT akan melihat total penghasilan nasabah sebagai
capital. Sehingga semakin besar penghasilan nasabah semakin kecil pula
resiko terjadinya kredit macet. Karena nasabah akan memiliki cadangan
modal untuk menunaikan kewajibannya.
4. Collateral
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel collateral
mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap Non Performing
Financing. Yang berarti setiap kenaikan collateral akan menurunkan
tingkat Non Performing Financing.
Collateral merupakan jaminan/agunan yang diberikan oleh calon
debitur atas kredit yang di ajukan. Agunan merupakan sumber
pembayaran kedua, artinya apabila debitur tersebut tidak dapat
membayar angsurannya dan termasuk dalam kredit macet, maka bank
51 Ismail, Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi (Jakarta : Kencana, 2010),
h.112 – 113.
59
dapat melakukan eksekusi terhadap agunan.52 Jaminan dimaksud harus
mampu meng-cover risiko bisnis calon nasabah.
Ada dua fungsi jaminan. Pertama, sebagai pengganti pelunasan
pembiayaan apabila nasabah sudah tidak mampu lagi. Namun demikian
BMT tidak dapat langsung mengambil alih jaminan tersebut, tetapi
memberikan tangguh atau tenggang waktu untuk mencari alternatif lain
yang disepakati bersama dengan anggotanya/ nasabah. Kedua, sebagai
pelunasan pembiayaan apabila anggotanya melakukan tindakan
wanprestasi. Dengan begitu BMT tidak perlu khawatir lagi dengan
kedisiplinan nasabah dalam menjalankan kewajibannya. Sehingga kredit
macetpun bisa dihindari
5. Condition Of Economy
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel condition of
economy mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Non
Performing Financing. Yang berarti setiap kenaikan condition of economy
akan menurunkan tingkat Non Performing Financing.
Condition adalah situasi kondisi yang mempengaruhi keadaan
perekonomian pada suatu saat yang kemungkinannya memengaruhi
kelancaran calon debitur.53 Kondisi tersebut dapat berupa kondisi sosial,
politik, ekonomi, keamanan dan pertahanan negara yang memiliki
pengaruh terhadap kelancaran usaha nasabah. Dalam hal ini usaha yang
sangat tergantung pada kondisi tersebut akan memiliki resiko yang lebih
besar. Seperti usaha sayur mayur yang memiliki ketergantungan terhadap
mekanisme pasar. Ketika harga sayur anjlok akan membuat nasabah
kesulitan untuk melaksanakan kewajibannya.
52 Ismail, Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi,113. 53 Veitzal Rivai, Credit Management Handbook Manajemen Perkreditan Cara Mudah
Menganalisis Kredit, 253.
60
6. Constrain
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel constrain
mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap Non Performing
Financing. Yang berarti setiap kenaikan constrain akan menurunkan
tingkat Non Performing Financing.
Constrain adalah faktor hambatan seperti sosial psikologi, iklim, dan
cuaca yang ada pada suatu daerah yang menyebabkan suatu usaha tidak
dapat dilaksanakan. Usaha yang memiliki ketergantungan terhadap musim
atau cuaca juga memiliki resiko terjadinya Non Performing Financing.
Contohnya adalah pedagang es tentunya akan mengalami penurunan
pendapatan karena pengaruh cuaca yang berdampak pada perilaku
konsumen untuk mengurangi pembelian es. Hal tersebut akan berpengaruh
pula pada tingkat pendapatan. Sehingga nasabah mengalami kesulitan
untuk membayar kewajibannya yang berakibat pada terjadinya NPF.
Constrain juga berarti hambatan sosial, sosial yang dimaksud adalah
adat istiadat atau kebiasaan masyarakat. Usaha yang akan dijalankan oleh
nasabah juga harus dapat diterima oleh masyarakat sekitar. Usaha yang
kurang diterima oleh masyarakat akan menjadi hambatan dan akan
berakibat pada kecilnya pendapatan nasabah. Hal ini dapat berimplikasi
pada terjadinya NPF.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari analisis kelayakan kredit
6C yang mempengaruhi tingkat terjadinya Non Performing Financing,
maka dapat ditarik sebagai berikut ini:
1. Implementasi analisis prinsip 6C dalam proses penilaian calon debitur
pada BMT KAS dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip dalam
pemberian pembiayaan sesuai dengan persyaratan dan prosedur dalam
pemberian kredit, dan menganalisa kredit berdasarkan kemampuan
membayar dan kemauan membayar.
2. Dalam penelitian ini diketahui bahwa character (X1), capacity (X2),
capital (X3), collateral (X4), condition of economy (X5), dan
constrain (X6) secara serentak mempengaruhi NPF sebesar 91.4%.
Pengaruhnya diantaranya yaitu character berpengaruh negatif terhadap
NPF sebesar 0.390, capacity atau kapasitas berpengaruh negatif
terhadap NPF sebesar 0.320, capital memiliki pengaruh negatif
terhadap NPF sebesar 0.288, collateral memiliki pengaruh negatif
terhadap NPF sebesar 0.403, condition of economy memiliki pengaruh
negatif terhadap terjadinya NPF sebesar 0.250, dan constrain memiliki
pengaruh negatif terhadap terjadinya NPF sebesar 0.437.
3. Penyebab masih adanya NPF pada BMT KAS terjadi karena beberapa
faktor yaitu:
a. Masih minimya pembinaan usaha yang dilakukan oleh BMT
kepada nasabah, sehingga mereka kesulitan untuk mencari solusi
ketika mengalami kendala pada usaha khususnya dalam
manajemen keuangan
b. Kurangnya kesadaran dari nasabah untuk mendahulukan hutang
dibanding kebutuhan sekunder maupun tersier.
62
B. Saran
1. Penerapan prinsip 6C harus tetap diterapkan sesuai dengan prinsip
kehati-hatian untuk meminimalisir terjadinya risiko kredit bermasalah
yang akan berpengaruh terhadap kinerja BMT.
2. Pemeriksaan terhadap kondisi nasabah sebaiknya dilakukan secara
berkala untuk melihat perkembangan usaha serta siklus usaha nasabah
dari perkembangan kondisi perekonomian saat ini, karena perhatian
BMT secara serius setelah kredit berjalan akan mencegah terjadinya
risiko kredit bermasalah yang terjadi pada BMT.
3. Dalam upaya pengananan NPF, tidak boleh beranggapan bahwa
pembiayaan yang termasuk dalam golongan l dan 2 (Lancar dan dalam
perhatian khusus) masih berada pada posisi aman dan memulainya
pada pembiayaan golongan 3 (kurang lancar) dan seterusnya. Karena
apabila pembiayaan yang termasuk dalam golongan 1 dan 2 tidak
dipantau dan diawasi dengan baik, maka tidak tertutup kemungkinan
pembiayaan tersebut masuk ke dalam pembiayaan bermasalah (kurang
lancar, diragukan dan macet). Oleh karena itu, upaya penanganan
pembiayaan bermasalah harus dimulai dari golongan 1 (lancar) dan
seterusnya. Dan untuk upaya penanganan NPF pada golongan 5
(macet) yang telah diterapkan, seperli halnya rescheduling, yaitu
penjadwalan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil
jumlah angsuran dan reconditioning, yaitu memperkecil margin
keuntungan atau bagi hasil. Keduanya mulai dapat dilerapkan pada
pembiayaan yang termasuk golongan 2 (dalam perhatian khusus), hal
ini dapat dilakukan guna rnengantisipasi munculnya atau
meningkatnya tingkat NPF atau pcmbiayaan bermasalah sejak awal,
sehingga permasalahan NPF dapat segera ditangani.
63
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Helmi Strategi Manajemen Risiko Pada Pembiayaan UKM Di BMT Al
Munawwarah & BMT Berkah Madani, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010
Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0 Jakarta: Prestasi Pustaka
Publiser, 2009
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Teras, 2011
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Depok: Gema
Insani ,2001
Anwari, Ahmad, Bank Rekan Terpercaya dalam Usaha Anda Jakarta: Balai
Pustaka, 1987
Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka alvabet,
2006.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana, 2011
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV. Pustaka Setia,
2002.
Ferry N.Idroes,Sugiarto, Manajemen resiko Perbankan:Dalam Konteks
Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia, Yogyakarta:Graha
Ilmu,2006
Hendrojogi, Koperasi:Asas-Asas,Teori,Dan Praktik, Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada, 2007.
Istijanto, Aplikasi riset Pemasaran , Jakarta : PT Gramedia,2005
Muhammad Firdaus et al, Konsep dan Implementasi Bank Syariah, Jakarta :
Renaisan, 2005
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah Yogyakarta: Ekonisia, 2004
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN, 2005
64
Muhammad, meteodologi penelitian Ekonomi Islam pendekatan kuantitatif
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008
Muslich, Mahammad, Manajemen Risiko Operasional : Teori dan Praktik,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007.
Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Lembaga penerbit
FEUI,1999
Sigiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2008
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R &D,Bandung:
Alfabeta,2011
Sukidin dan mundir, Metode Penelitian Membimbing Mengantar Kesuksesan
Anda dalam Dunia Penelitian, Surabaya: Insan Cendikia, 2005
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah
Syafri Ayat, Manajemen Risiko Jakarta : Gema Akastri, 2003
Tampubolon, Robert, Risk Management (Manajemen Risiko): Pendekatan
Kualitatif Untuk Bank Komersial, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2004.
Undang-Undang Perbankan, Nomor 10 Tahun 1998, Jakarta: Sinar Grafindo,
2002
Veithzal Rivai, Credit Management Handbook Manajemen Pengkreditan Cara
Mudah Menganalisis Kredit Jakarta : Rajawali Press, 2013.
65
Lampiran 1
KUESIONER
Yth. Responden
Assalamualaikum Wr.Wb
Saya Gilang Anggit Pambudi, Mahasiswa Program Studi Muamalat konsentrasi
perbankan syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, sedang mengadakan penelitian dengan kepentingan
penyusunan skripsi untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana (strata Satu/ S-1) dengan judul skripsi saya yaitu “Analisis Kelayakan
6C Terhadap Pembiayaan Serta Pengaruhnya Terhadap Non Performing
Financing Pada BMT Komunitas Amal Sholeh”, maka dalam rangka
pengumpulan data , saya meminta bantuan bapak/ibu bersedia meluangkan
waktunya untuk menjawab kuesioner ini. Semua informasi yang diterima
sebagai hasil pengisian kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan
untuk kepentingan akademis semata. Tidak ada penilaian salah atau benar
terhadap jawaban yang anda berikan, semua jawaban akan diperlakukan
sama dalam penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi Bapak / Ibu / Saudara / i
menjadi salah satu responden yang secara sukarela mengisi kuesioner ini.
_____________________________________________________________________
____________
Petunjuk : Berilah tanda (X) pada salah satu jawaban anda
A. Profil Responden
1. Nama :…………………………….
2. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Usia responden :………Tahun
4. Pendidikan Terakhir
66
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. D3
e. S1
5. Jenis usaha yang dilakukan : (pertanyaan untuk pekerja wiraswasta)
a. Pedagang pakaian
b. Pedagang makanan
c. Pedagang sembako
d. Pedagang lainnya, sebutkan…………..
6. Berapa besar pendapatan saudara/i per bulan :
a. <Rp 1000.000
b. Rp 1.000.001-Rp 2.000.000
c. Rp 2.000.001-Rp 3.000.000
d. Rp 3.000.001-Rp 4.000.000
e. Rp 4.000.001-Rp 5000.000
f. > Rp 5.000.000
7. Tempat tinggal :
a. Kos
b. Rumah orang tua
c. Rumah kontrakan
d. Rumah sendiri
e. Lainnya .................
8. Data keluarga :
a. Istri/suami…………………………..orang
b. Anak………………………………..orang
c. Anak yang menikah………………...orang
9. Tujuan Melakukan Pinjaman:.........................................
10. Besarnya Pembiayaan .......................................................
11. Jangka waktu pembiayaan………………bulan
12. Besarnya angsuran per bulan sebesar Rp………………………
67
B. Pernyataan
Dalam pernyataan khusus diharapkan responden memberikan tanda silang
(X) untuk mengisi pertanyaan kuesioner dibawah ini.
Pilihan Jawaban prinsip 6 C (Character, Capacity, Capital, Collateral,
Condition Of Economy, Constrain)
SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju
S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
CS = Cukup Setuju
I. Character
No. Pernyataan STS TS CS S SS
X11 Saya bertanggung jawab atas
pinjaman yang diberikan
X12 Saya selalu membayar angsuran
dengan tepat waktu
X13 Saya menggunakan pinjaman sesuai
dengan tujuan peminjaman
X14 Saya selalu melunasi segala jenis
pinjaman sebelumnya
X15 Saya mendahulukan melunasi
pinjaman dari kebutuhan lainnya
II. Capacity
No. Pernyataan STS TS CS S SS
X21 Saya mengelola usaha sendiri
68
X22 Usaha saya mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu
ditandai dengan adanya cabang atau
usaha tambahan
X23 Pendapatan usaha meningkat dalam
1tahun terakhir
X24 Saya memiliki kemampuan dan
keterampilan dalam melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen
X25 Saya memiliki kemampuan
mengelola faktor-faktor produksi
seperti tenaga kerja, sumber bahan
baku, peralatan-peralatan,
administrasi dan keuangan
III. Capital
No. Pernyataan STS TS CS S SS
X31 Saya memiliki sumber pendapatan
lebih dari satu
69
X32 Modal dari usaha adalah modal
milik pribadi
X33 Berdasarkan pendapatan, saya
mampu membayar angsuran
pinjaman
X34 Saya sangat memperhitungkan
pengeluaran dan pemasukan
X35 Setelah dipotong angsuran
pinjaman, hasil pendapatan usaha
dapat mencukupi kebutuhan sehari-
hari
IV. Collateral
No. Pernyataan STS TS CS S SS
X41 Saya memberikan jaminan berupa
barang/surat berharga untuk
pinjaman
X42 Barang/surat berharga jaminan
adalah milik pribadi (atas nama
sendiri)
X43 Barang/surat berharga jaminan
memiliki nilai ekonomis tinggi
X44 Nilai Barang/surat berharga jaminan
lebih tinggi dari pinjaman yang
diterima
X45 Barang/surat berharga jaminan
adalah sesuatu yang sangat berharga
bagi saya
V. Condition Of Economy
70
No. Pernyataan STS TS CS S SS
X51 Usaha saya tidak menggunakan kurs
asing
X52 Lokasi usaha saya strategis
X53 Usaha saya dibutuhkan oleh semua
kalangan
X54 Usaha saya dapat bertahan dari
guncangan ekonomi
X55 Usaha saya memiiki prospek yang
bagus diwaktu yang akan datang
VI. Constrain
No. Pernyataan STS TS CS S SS
X61 Usaha saya bergantung pada cuaca
X62 Usaha saya bergantung pada musim
X63 Warga disekitar lokasi usaha
mendukung/mengizinkan
melakukan usaha
X64 Usaha saya tidak bertentangan
dengan adat setempat
X65 Saya dapat menjalankan usaha
kapanpun dan dimanapun
71
Lampiran 2
Kolektabilitas BMT KAS Tahun 2016
Murabahah Nominal Jumlah Mitra
Koll 1. Lancar 1.754.823.948,32 756
Koll 2. Dalam Perhatian
Khusus
183.319.842,89 58
Koll 3. Kurang Lancar 124.635.213,27 35
Koll 4. Diragukan 172.926.172,28 42
Koll 5. Macet 89.142.218,13 26
Komposisi Pedagang Binaan BMT KAS
NO Jenis Usaha % Keterangan
1 Makanan dan
Minuman
47.18 % Nasi Uduk, Jus/Es buah, Bakso/mie
ayam, gorengan, makanan dan
minuman ringan, sate, warteg, dll
2 Sayur Mayur 24.31 % Agen dan rumahan
3 Sembako 10.84 % Agen dan rumahan
4 Service dan Jasa 7.71 % Bengkel, Rental, Warnet, Fotocopy,
dll
5 Perdagangan Umum 9.93 % Konveksi Rumahan, Pakaian, Barang
pecah belah, dll