Kekurangan Energi Protein
-
Upload
gina-annisah -
Category
Documents
-
view
65 -
download
1
description
Transcript of Kekurangan Energi Protein
Kekurangan energi protein (KEP) adalah penyakit atau keadaan klinis yang
diakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan energy dan protein, dapat terjadi karena asupan
yang kurang atau kebutuhan atau keluaran yang meningkat atau keduanya secara bersama.
KEP hamper selalu disertai dengan defisiensi nutrient lain. Sindrom kwasiorkor terjadi
manakala defisiensi lebih menampakkan dominasi protein, dan marasmus termanifestasi jika
terjadi kekurangan energi yang parah. Kombinasi kedua bentuk ini yaitu marasmik –
kwasiorkor, juga tidak sedikit, meskipun sulit menentukan kekurangan apa yang lebih
dominan. Secara garis besar penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan
makanan yang kurang atau anak sering sakit / terkena infeksi.
a) Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain :
1. Tidak tersedianya makanan secara adekuat
Tidak tersedinya makanan yang adekuat terkait langsung dengan kondisi
sosial ekonomi. Kadang kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan
politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini.
Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makan yang adekuat. Data
Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa adanya hubungan timbal balik
antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau
akar masalah gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan
pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang
kekurangan gizi.
2. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang
Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan sesudahusia 6
bulan anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)yang tepat, baik
jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadapstatus gizi bayi. MP-ASI
yang baik tidak hanya cukup mengandung energy dan protein, tetapi juga
mengandung zat besi, vitamin A, asam folat,vitamin B serta vitamin dan mineral
lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada
keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali
anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan
gizi balita karena ketidaktahuan.
3. Pola makan yang salah
Suatu studi "positive deviance" mempelajari mengapa dari sekianbanyak bayi
dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang giziburuk, padahal
orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi inidiketahui pola
pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk.
Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagiibunya
berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandudan kebersihan,
meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebihsehat.Unsur pendidikan
perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhananak.Sebaliknya sebagian anak
yang gizi buruk ternyata diasuh olehnenek atau pengasuh yang juga miskin dan
tidak berpendidikan.Banyaknya perempuan yang meninggalkan desa untuk
mencari kerja dikota bahkan menjadi TKI, kemungkinan juga dapat menyebabkan
anakmenderita gizi buruk.
Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan atau adat istiadat masyarakattertentu
yang tidak benar dalam pemberian makan akan sangat merugikananak. Misalnya
kebiasaan memberi minum bayi hanya dengan air putih,memberikan makanan
padat terlalu dini, berpantang pada makanan tertentu( misalnya tidak memberikan
anak anak daging, telur, santan dll) , hal inimenghilangkan kesempatan anak untuk
mendapat asupan lemak, proteinmaupun kalori yang cukup.
b. Sering sakit (frequent infection)
Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di negara-negara
terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimanakesadaran akan
kebersihan / personal hygine yang masih kurang, serta ancamanendemisitas penyakit
tertentu, khususnya infeksi kronik seperti misalnyatuberkulosis (TBC) masih sangat
tinggi. Kaitan infeksi dan kurang gizi sepertilayaknya lingkaran setan yang sukar
diputuskan, karena keduanya saling terkaitdan saling memperberat. Kondisi infeksi
kronik akan meyebabkan kurang gizi dankondisi malnutrisi sendiri akan memberikan
dampak buruk pada system pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
Penentuan prevalensi KEP diperlukan klasifikasi menurut derajat beratnya KEP, klasifikasi
demikian yang sering dipakai adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan proses terjadinya dapat dibedakan menjadi :
KEP Primer : bila terjadinya akibat tidak tersedianya zat gizi/bahan makanan.
KEP Sekunder : bila terjadinya karena adanya kelainan/menderita penyakit.
2. Berdasarkan jenisnya, ada tiga tipe KEP, diantaranya adalah :
a. Marasmus (Defisiensi Kalori)
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan
karbohidrat.7Malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan
tidak cukup atau hygine jelek.Sinonim marasmus ditetapkan pada pola
penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih tanda defisiensi protein dan
kalori.Gambaran klinis marasmus berasal dari masukan kalori yang tidak
cukup karena diet yang tidak cukup, karena kebiasaan makan yang tidak tepat
seperti mereka yang hubungan orangtua-anak terganggu, atau karena kelainan
metabolik atau malformasi kongenital.Gangguan berat setiap sistem tubuh
dapat mengakibatkan malnutrisi.Pada awalnya, terjadi kegagalan menaikkan
berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,
dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar
karena lemak subkutan hilang.
Lemak pada daerah pipih adalah bagian terakhir yang hilang sehingga
untuk beberapa waktu muka bayi tampak relative normal sampai nantinya
menyusut dan berkeriput.Abdomen dapat kembung atau datar dan gambaran
usus dapat dengan mudah dilihat.Terjadi atrofi otot dengan akibat
hipotoni.Suhu biasanya subnormal, nadi mungkin lambat, dan angka
metabolism basal cenderung menurun.Mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi
kemudian menjadi lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi,
tetapi dapat muncul diare dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus
dan sedikit.
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak
terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit),
rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan
(sering diare), pembesaran hati dan sebagainya.Anak tampak sering rewel dan
banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar.
Ciri dari marasmus antara lain:
- Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua (Old Man Face)
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
(pakai celana longgar-baggy pants)
- Perut umumnya cekung
- Iga gambang
- Sering disertaipenyakit infeksi umumnya kronis berulang dan diare
Gambar .Gambaran anak dengan Marasmus
b. Kwashiorkor (Defisiensi Protein)
Anak harus mengkonsumsi cukup makanan nitrogen untuk
mempertahankan keseimbangan positif (karena sedang dalam masa
pertumbuhan). Walaupun defisiensi kalori dan nutrient lain mempersulit
gambaran klinik dan kimia, gejala utama malnutrisi protein disebabkan karena
masukan protein tidak cukup bernilai biologis baik.Dapat juga karena
penyerapan protein terganggu, seperti pada diare kronis, kehilangan protein
abnormal seperti pada proteinuria atau nefrosis, infeksi, perdarahan atau luka
bakar, dan gagal mensistensis protein seperti pada penyakit hati kronis.
Kwashiorkor merupakan sindroma klinis akibat dari malnutri protein berat
(MEP berat) dan masukan kalori tidak cukup.Dari kekurangan masukan atau
dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang
disebabkan oleh infeksi kronis, akibat defisiensi vitamindan mineral dapat
turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut.Bentuk malnutrisi
yang paling serius dan paling menonjol di dunia saat ini terutama yang berada
didaerah industri belum berkembang. Kwashiorkor berarti “anak
tersingkirkan”, yaitu anak yang tidak lagi menghisap, dapat menjadi jelas
sejak masa bayi awal sampai sekitar usia 5 tahun, biasanya sesudah menyapih
dari ASI. Walaupun penambahan tinggi dan berat badan dipercepat dengan
pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat badan anak
normal.Ciri dari Kwashiorkor antara lain:
- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum
pedis).
- Wajah membulat dan sembab (Moon Face).
- Pandangan mata sayu.
- Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa sakit, rontok.
- Perubahan status mental, seperti apatis dan rewel.
- Pembesaran hati (Hepatomegaly).
- Otot mengecil (Hipotrofi).
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis).
- Sering disertai penyakit infeksi umumnya akut, anemia, dan diare.
Gambar .Gambaran anak dengan Kwashiorkor
c. Marasmik-Kwashiorkor (Campuran)
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus.Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung
protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita
demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal
memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut,
kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula.
Gambar .Gambaran anak dengan Marasmus-Kwashiorkor
3. Klasifikasi menurut Gomez (1956)
Table1. Klasifikasi Gomez
Klasifikasi tersebut didasarkan atas berat badan individu dibandingkan dengan berat
badan yang diharapkan pada anak sehat seumur. Sebagai baku patokan dipakai
persentil 50 baku Harvard.
4. Modifikasi yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan R.I.
Table 2. Modifikasi RI
5. Klasifikasi kualitatif menurut Welcome Trust (FAO/WHO Exp. Comm.1997)
Table 3. Klasifikasi Welcome Trust
Cara Wellcome Trust dapat dipraktekkan dengan mudah, tidak diperlukan penentuan
gejala klinis maupun laboratoris, dan dapat dilakukan oleh tenaga para medis setelah
diberi latihan seperlunya. Untuk survei lapangan guna menentukan prevalensi tipe-
tipe KEP banyak gunanya. Akan tetapi jika cara Wellcome Trust diterapkan pada
penderita yang sudah beberapa hari dirawat dan dapat pengobatan diet, maka
adakalanya dapat dibuat diagnosa yang salah.
6. Klasifikasi kualitatif menurut McLaren, dkk (1967)
Tabel 4. Klasifikasi mc Laren
Penentuan tipe didasarkan atas jumlah angka yang dapat dikumpulkan dari tiap
penderita:
0 – 3 angka = marasmus
4 – 8 angka = kwashiorkor marasmik
9 – 15 angka = kwashiorkor
Cara demikian mengurangi kesalahan-kesalahan jika dibandingkan dengan cara
Wellcome Trust, akan tetapi harus dilakukan oleh seorang dokter dengan bantuan
laboratorium.
7. Klasifikasi Waterlow
Table 5. Klasifikasi Waterlow
Waterlow membedakan antara penyakit KEP yang terjadi akut dan menahun. Beliau
berpendapat, bahwa defisit berat terhadap tinggi mencerminkan gangguan gizi yang
akut dan menyebabkan keadaan wasting (kurus-kering), sedangkan deficit tinggi
menurut umur merupakan akibat kekurangan gizi yang berlangsung sangat lama.
Akibat yang disebut belakangan ini mengganggu melajunya tinggi badan, hingga anak
menjadi pendek (stunting) untuk umurnya. Waterlow membagi keadaan wasting
maupun stunting dalam 3 kategori.
DIAGNOSIS
KWASHIORKOR
Definisi
Kwashiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi
protein berat dan asupan kalori yang tidak adekuat.Dari kekurangan masukan
atau dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang
disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat
turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut. Kwashiorkor berarti
“anak tersingkirkan”, yaitu anak yang tidak lagi menghisap, dapat menjadi
jelas sejak masa bayi awal sampai sekitar usia 5 tahun, biasanya sudah
menyapih dari ASI. Walaupun pertambahan tinggi dan berat dipercepat
dengan pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat
badan anak yang secara tetap bergizi baik
Etiologi
Etiologi dari kwashiorkor adalah
- Kekurangan intake protein
- Gangguan penyerapan protein pada diare kronik
- Kehilangan protein secara berlebihan seperti pada proteinuria dan
infeksi kronik
- Gangguan sintesis protein seperti pada penyakit hati kronis.
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang
berlangsung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut antara lain :
1) Pola makan
Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk
tumbuh dan berkembang.Meskipun intake makanan mengandung kalori
yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein / asam amino yang
memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari
ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI
protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dll) sangatlah
dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi
anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa
peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
2) Faktor social
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan
sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk
menggunakan makanan tertentu dan sudah berlangsung turun temurun
dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
3) Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga / penghasilan yang rendah yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak
terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan
proteinnya.
4) Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan
infeksi.Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan
sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan
imunitas tubuh terhadap infeksi. Seperti gejala malnutrisi protein
disebabkan oleh gangguan penyerapan protein, misalnya yang dijumpai
pada keadaan diare kronis, kehilangan protein secara tidak normal pada
proteinuria (nefrosis), infeksi saluran pencernaan, serta kegagalan
mensintesis protein akibat penyakit hati yang kronis.
Patofisiologi
MEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam
makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG),
dan biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya.
Disebut malnutrisi primer bila kejadian MEP akibat kekurangan asupan
nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi,
pendidikan serta rendahnya pengetahuan di bidang gizi. Malnutrisi
sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti di atas disebabkan karena
adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun
kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan
nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/ meningkatnya
kehilangan nutrisi. Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan
mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi
penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat
kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik.
Kalau terjadi stress katabolik (infeksi) maka kebutuhan protein akan
meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif,
kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih di atas -3 SD (-2SD- -
3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut /”decompensated
malnutrition”). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti
oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi di bawah -3
SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi
kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai di bawah -3 SD maka akan
terjadilah marasmik (malnutrisi kronik / compensated malnutrition).
Dengan demikian pada MEP dapat terjadi: gangguan pertumbuhan, atrofi
otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan
sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesis enzim.
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang
sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah
kalori dalam dietnya.Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik
dan perubahan sel yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena
kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam
amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan
disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini
akan menyebabkan kekurangan tekanan onkotik dan peningkatan tekanan
hidrostatik. Ini akan menyebabkan cairan dalam vaskular berpindah
ruangan ke ruang interstisial yang kemudian berakibat timbulnya edema
dan ascites. Edema juga terjadi karena hormonal akibat dari gangguan
eliminasi ADH. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan
beta liprotein, sehingga transport lemak dari hati terganggu dengan akibat
terjadinya penimbunan lemak dalam hati.3,7
Karena terjadi kekurangan protein dalam serum akan menyebabkan kurangnya
produksi albumin oleh hepar.Sehingga kekurangan protein pada hati menyebabkan
infiltrasi glikogen dan trigliserida.Kekurangan energi pada hati juga bisa
menyebabkan infiltrasi glikogen dan trigliserida dan atrofi hati. Kedua-dua ini akan
menyebabkan hepatomegali.
Karena terjadi hipoproteinemia menyebabkan kekurangan produksi
eritropoietin.Produksi eritrosit berkurang. Hipoproteinemia juga bisa menyebabkan
stem sel tidak berkembang, sehingga akan mengakibatkan anemia.
Kekurangan protein juga bisa menyebabkan edema saluran nafas dan
meningkatkan sekresi bronkus dan menimbulkan gejala sesak napas, takipnue,
sianosis dan ronki basah halus.
Kekurangan protein juga dapat menyebabkan miodegenerasi yang dapat
mengurangi kontraksi jantung. Ini menyebabkan cardiac output menurun dan akan
menyebabkan hipotensi dan penurunan oksigen arterial. Ini akan menimbulkan
hipoksia yang dapat dilihat pada sianosis pada anak ini.
Kekurangan protein dapat menyebabkan atrofi mukosa.Malnutrisi energi
protein dapat mengakibatkan terjadi atrofi glomerulus sehingga GFR menurun.
Massa otot berkurang karena kurangnya protein.Protein juga dibakar untuk
dijadikan kalori demi penyelamatan hidup.
Pada penderita kwashiorkor terdapat kelainan pada rambut yaitu rambut
mudah tercabut, rambut tampak kusam, kering dan berubah warna menjadi
putih.Rambut yang mudah dicabut terjadi karena kurangnya protein menyebabkan
degenerasi pada rambuut dan kutikula yang rusak. Rambut terdiri dari keratin
(senyawa protein) sehingga kurangnya protein akan menyebabkan kelainan pada
rambut.
Pada penderita kwashiorkor mudah terkena infeksi karena sistem imun yang
lemah, karena terjadi gangguan pembentukan antibodi akibatnya terjadi defek
umunitas seluler dan gangguan sistem komplime yang disebabkan karena
kekurangnya protein.
Protein mempunyai fungsi penting dalam membangun dan memelihara sel
jaringan tubuh.Protein juga merupakan prekusor untuk neurotransmitter yang
mendukung perkembangan otak, sehingga pada kwashiorkor terjadi gangguan
perkembangan otak yang menyebabkan perubahan mental pada anak.
Manifestasi Klinis
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan malnutrisi energi
protein kwashiorkor, antara lain :7,8
1. Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada
ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada
tanda moon face dari akibat terjadinya edema. Penampilan anak kwashiorkor
seperti anak gemuk (sugar baby).
2. Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu.Selain berat badan, tinggi
badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.
3. Perubahan Mental
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel.Pada stadium
lanjut bisa menjadi apatis.Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi
pasif.Perubahan mental bisa menjadi tanda anak mengalami dehidrasi.Gizi buruk
dapat mempengaruhi perkembangan mental anak.
4. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat.Edemanya
bersifat pitting.
5. Kelainan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun
warnanya.Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah
tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam,
halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata menjadi panjang.
6. Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar.Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit karena
habisnya cadangan energi maupun protein.Pada sebagian besar penderita dtemukan
perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis
yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada
bagian tubuh yang sering mendapat tekanan.Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan
disertai kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa poplitea, lutut,
buku kaki, paha, lipat paha, dan sebagainya.Perubahan kulit demikian dimulai dengan
bercak-bercak kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk
menjadi hitam.Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak
mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh
hiperpigmentasi.Kurangnya nicotinamide dan tryptophan menyebabkan gampang terjadi
radang pada kulit.
7. Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan
hambatan pertumbuhan.Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
8. Kelainan Hati
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir
semua sela hati mengandung vakuol lemak besar.Sering juga ditemukan tanda fibrosis,
nekrosis, dan infiltrasi sel mononukleus.Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor
lipotropik.
9. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor.Bila disertai penyakit
lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia
berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan
darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6).Kelainan dari pembentukan
darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi
menahun.Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan
tubuh.Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen.
10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus
halus terjadi perlemakan. Pada pankreas terjadi atrofi sel asinus sehingga menurunkan
produksi enzim pankreas terutama lipase.
11. Kelainan Jantung
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan
hipokalemi dan hipomagnesemia.
12. Kelainan Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting.Anoreksia kadang-kadang
demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat
diberikan dengan sonde lambung.Diare terdapat pada sebagian besar penderita.Hal ini
terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus, intoleransi laktosa,
dan malabsorbsi lemak.Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase.Malabsorbsi
lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu, konjugasi hati, defisiensi lipase pankreas,
dan atrofi villi mukosa usus halus.Pada anak dengan gizi buruk dapat terjadi defisiensi
enzim disakaridase.
13. Atrofi Otot
Massa otot berkurang karena kurangnya protein.Protein juga dibakar untuk dijadikan
kalori demi penyelamatan hidup.
14. Kelainan Ginjal
Malnutrisi energi protein dapat mengakibatkan terjadi atrofi glomerulus sehingga
GFR menurun.
.