kejadian kolesterol 1

4
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan modernisasi peradaban dunia yang ditandai peningkatan kesejahteraan manusia dan semakin majunya dunia ilmu pengetahuan khususnya dunia ilmu kedokteran menyebabkan kematian yang disebabkan oleh penyakit menular seperti Tubercullosa (TBC), cacar dan pneumonia menurun secara drastis. Saat ini kematian yang diakibatkan oleh penyakit-penyakit tak menular seperti penyakit kanker, diabetes, hipertensi dan penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner, stroke yang sering disebut sebagai “ Epidemik tersembunyi “ semakin meningkat tajam. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan penyakit “Epidemik tersembunyi “ adalah penyakit fatal dalam tingkat teratas yang meminta korban jiwa secara keseluruhan kurang lebih 17 juta jiwa pertahun dan biaya yang dikeluarkan sudah mencapai milyaran dolar AS. 1 Kematian akibat penyakit kardiovaskuler terutama pada usia dewasa dan usia lanjut di Indonesia terus meningkat dalam kurun waktu 5 sampai 10 tahun terakhir ini. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa prosentase kematian akibat penyakit kardiovaskuler meningkat dari 5,9 % (1975) menjadi 9,1 % (1986) dan 19,0 % (1995). Salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler adalah kadar kolesterol yang tinggi atau yang disebut hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia selalu diidentikkan dengan penyakit jantung koroner ( PJK ). 1 Hiperkolesterolemia juga merupakan faktor resiko penyebab kematian di usia muda, berdasarkan laporan Badan Kesehatan dunia ( WHO ) pada tahun 2002, tercatat sebanyak 4,4 juta kematian karena PJK adalah akibat hiperkolesterolemia atau sebesar 7,9 % dari jumlah total kematian di usia muda. 1 Hiperkolesterolemia atau kolesterol yang berlebih bukanlah suatu penyakit namun merupakan suatu gangguan metabolisme yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar kolesterol total dalam darah. Kolesterol merupakan senyawa lemak

Transcript of kejadian kolesterol 1

Page 1: kejadian kolesterol 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan modernisasi peradaban dunia yang ditandai peningkatan

kesejahteraan manusia dan semakin majunya dunia ilmu pengetahuan khususnya

dunia ilmu kedokteran menyebabkan kematian yang disebabkan oleh penyakit

menular seperti Tubercullosa (TBC), cacar dan pneumonia menurun secara drastis.

Saat ini kematian yang diakibatkan oleh penyakit-penyakit tak menular seperti

penyakit kanker, diabetes, hipertensi dan penyakit kardiovaskuler seperti penyakit

jantung koroner, stroke yang sering disebut sebagai “ Epidemik tersembunyi “

semakin meningkat tajam.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan penyakit “Epidemik

tersembunyi “ adalah penyakit fatal dalam tingkat teratas yang meminta korban jiwa

secara keseluruhan kurang lebih 17 juta jiwa pertahun dan biaya yang dikeluarkan

sudah mencapai milyaran dolar AS.1 Kematian akibat penyakit kardiovaskuler

terutama pada usia dewasa dan usia lanjut di Indonesia terus meningkat dalam kurun

waktu 5 sampai 10 tahun terakhir ini.

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI menyebutkan

bahwa prosentase kematian akibat penyakit kardiovaskuler meningkat dari 5,9 %

(1975) menjadi 9,1 % (1986) dan 19,0 % (1995). Salah satu faktor risiko utama

penyakit kardiovaskuler adalah kadar kolesterol yang tinggi atau yang disebut

hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia selalu diidentikkan dengan penyakit

jantung koroner ( PJK ).1

Hiperkolesterolemia juga merupakan faktor resiko penyebab kematian di usia

muda, berdasarkan laporan Badan Kesehatan dunia ( WHO ) pada tahun 2002,

tercatat sebanyak 4,4 juta kematian karena PJK adalah akibat hiperkolesterolemia

atau sebesar 7,9 % dari jumlah total kematian di usia muda.1

Hiperkolesterolemia atau kolesterol yang berlebih bukanlah suatu penyakit

namun merupakan suatu gangguan metabolisme yang ditandai dengan adanya

peningkatan kadar kolesterol total dalam darah. Kolesterol merupakan senyawa lemak

Page 2: kejadian kolesterol 1

kompleks yang dihasilkan oleh tubuh untuk bermacam-macam fungsi antara lain

untuk memproduksi beberapa hormon, membuat asam empedu, dan fungsi lainnya.

Dua per tiga dari seluruh kolesterol yang ada didalam tubuh kita diproduksi oleh hati

dan sisanya berasal dari makanan yang diserap oleh sistim pencernaan. Selama

pemasukan makanan seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka tidak akan

memberikan pengaruh yang negatif.2

Kadar kolesterol di dalam darah yang melebihi dari nilai normal akan

menyebabkan semakin besar risiko terjadinya PJK. Kelebihan kolesterol

menyebabkan mengendapnya kolesterol pada dinding pembuluh darah yang

menimbulkan penyempitan dan pengerasan pembuluh darah yang dikenal sebagai

aterosklerosis ( proses pembentukan plak pada pembuluh darah ).

Penyempitan dan pengerasan yang berat menyebabkan suplai darah ke otot

jantung tidak memadai sehingga menimbulkan sakit atau nyeri dada yang disebut

angina. Proses penyempitan yang berlanjut menyebabkan matinya jaringan otot

jantung yang disebut infark miokard dan apabila meluas akan menyebabkan gagal

jantung. Asosiasi Jantung Amerika menyebutkan kadar kolesterol yang melebihi 250

mg per 100 ml akan meningkatkan risiko PJK sampai tiga kali lipat di bandingkan

dengan kadar sebesar 194 mg per 100 mg.2,3

Hiperkolesterolemia disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor penyebab

hiperkolesterolemia yaitu diantaranya faktor genetik, pola makan, obesitas,

kurangnya aktivitas berolahraga, stress dan kebiasaan merokok. Prevalensi

hiperkolesterolemia di Indonesia cenderung lebih banyak menyerang pada wanita

daripada laki-laki pada usia 55 tahun keatas dan pada penduduk di daerah perkotaan,

data menunjukkan prevalensi hiperkolesterolemia usia 25 - 34 th adalah 9,3 %, usia

55 - 64 sebesar 15,5 % ,jenis kelamin wanita adalah 14,5 %, laki-laki sebesar 8,6%,

pada penduduk perkotaan adalah 13,2 % dan pedesaan sebesar 10,9 %.2,3

Data tahun 2007 tentang hasil pemeriksaan anggota polisi calon perwira

(capa) pada seleksi alih golongan dari bintara ke perwira di lingkungan Markas

Kepolisian Daerah ( Mapolda ) Jawa Tengah menunjukkan angka kejadian

hiperkolesterolemia adalah 7,14 % dari 168 orang dan dari peserta seleksi yang

menderita hiperkolesterolemia tersebut semuanya tidak lulus seleksi.4

Page 3: kejadian kolesterol 1

Hingga saat ini belum ada publikasi resmi tentang data dan hasil penelitian

hiperkolesterolemia pada anggota polisi di lingkungan Mapolda Jateng.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Apakah ada hubungan antara pola makan, obesitas, keteraturan berolahraga dan

kebiasaan merokok dengan kejadian hiperkolesterolemia pada calon perwira polisi

di lingkungan Mapolda Jawa Tengah ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum : Mengetahui hubungan antara pola makan, obesitas, keteraturan

berolahraga dan kebiasaan merokok dengan kejadian hiperkolesterolemia pada calon

perwira polisi di lingkungan Mapolda Jawa Tengah

Tujuan khusus

1. Mendiskripsikan pola makan pada capa polisi.

2. Mendiskripsikan obesitas pada capa polisi.

3. Mendiskripsikan keteraturan berolahraga pada capa polisi

4. Mendiskripsikan pada kebiasaan merokok capa polisi.

5. Mendiskripsikan kejadian hiperkolesterolemia pada capa polisi.

6. Menganalisis hubungan pola makan capa polisi dengan kejadian

hiperkolesterolemia.

7. Menganalisis hubungan obesitas dengan kejadian hiperkolesterolemia

8. Menganalisis hubungan keteraturan berolahraga dengan kejadian

hiperkolesterolemia.

9. Menganalisis hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hiperkolesterolemia.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat (Anggota Polisi)

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi penting bagi semua anggota polisi

untuk mewaspadai dan mengendalian faktor risiko kejadian hiperkolesterolemia.

Page 4: kejadian kolesterol 1

2. Bagi Institusi Kesehatan (Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jateng)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dapat lebih memahami

faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya hiperkolesterolemia pada capa

polisi di lingkungan Mapolda Jateng tahun 2008, sehingga dapat dilakukan

pengendalian.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang terkait dengan kolesterol tersebut di Tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian tentang Hiperkolesterolemia

No. Peneliti (th)

Judul Desain studi

Variabel bebas dan terikat

Hasil

1 2

Fitri Eka Rahmafuri (2006) Faridah Iriani (2005)

Analisa Kadar Kolesterol Total Serum pada Penderita Infark Miokardial Akut (IMA) Beberapa faktor yang berhubungan dengan hiperkolesterolemia pada lansia

Cross-Sectional Case Control

Kolesterol total serum, Penderita IMA Jenis kelamin, pola makan, obesitas, kebiasaan olahraga, hiperkolesterolemia pada lansia

Ada perbedaan signifikan antara kadar kolesterol total serum antara penderita IMA dan bukan IMA Ada hubungan yang bermakna antara pola makan dan kebiasaan berolahraga dengan hiperkolesterolemia pada lansia

Penelitian tentang hiperkolesterolemia pada kedua penelitian tersebut diatas

berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian pertama berbeda

mengenai variabel bebas, variabel terikat dan desain studi yang dilakukan. Penelitian

kedua ada persamaan mengenai beberapa variabel penelitiannya tetapi berbeda pada

sasaran obyek penelitian.

Penelitian terdahulu tentang hiperkolesterolemia pada anggota Polri di

lingkungan Mapolda Jawa tengah belum pernah dilakukan.