eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/382/1/Jurnal Keguruan dan Ilmu... · pemebalajaran,...
Transcript of eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/382/1/Jurnal Keguruan dan Ilmu... · pemebalajaran,...
Abstrak
Kualitas pendidikan tercermin dari kualitas sumber daya manusianya. Sumber Daya
manusia di Indonesia masih rendah berarti kualitas pendidikan pun masih rendah. Hal ini
trjadi karena opini masyarakat beranggapan bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur
oleh hasil tes. Apabila hasil nilai ujian nasional baik maka dianggap sudah berhasil
mendidik, mengajar dan melatih peserta didik. Kalau suatu sekolah banyak meluluskan
peserta didiknya ke sekolah yang favorit dengan label RSBI/SBI atau label lain yang
kemudian diterima kepergurauan tinggi melalui SPMB atau jalur bakat dan minat maka
sekolah yang bersangkutan dinilai favorit dan banyak diserbu orang tua untuk
menyekolahkan anaknya.
PENGKAJIAN TERHADAP PEMBELAJARAN DAN PENELITIAN TINDAKAN
(Model Meningkatkan Kualitas Guru)
Oleh : Subarto
Desen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pamulang
I. PENDAHULUAN
Kualitas pendidikan tercermin dari kualitas sumber daya manusianya. Sumber daya
manusia d Indonesia masih rendah berarti kualitas pendidikan pun masih rendah. Hal ini
terjadi karena opini masyarakat beranggapan bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur
oleh hasil tes. Apabila hasil nilai ujian nasional baik maka dianggap sudah berhasil mendidik,
mengajar dan melatih peserta didiknya. Kalau suatu sekolah banyak meluluskan peserta
didiknya ke sekolah yang favorit dengan lebel RSBI/SBI atau lebel lain yang kemudian di
terima ke perguruan tinggi melalui SPMB atau jalur bakat dan minat maka sekolah yang
bersangkutan dinilai fovorit dan banyak diserbu orang tua untuk menyekolahkan anaknya.
Keniscayaan seperti ini berakibat semakin banyaknya orang tua harus mengeluarkan
uang ekstra untuk menitipkan anaknya pada tempat kursus atau bimbingan belajar yang
secara strategi pembelajaran banyak melakukan latihan menjawab soal-soal ujian nasional
atau SPMB,karena orang tua menghendaki anaknya dapat diterima di sekolah pavorit atau
perguruan tinggi bergengsi. Proses pemeblajaran di dalam kelas kurang mendapat perhtian
dari orang tua dan pemerintah, yang penting hasil ujian nasional. Umumnya proses
pembelajaran dilakukan dalam bentuk satu arah, guru lebih banyak menggunakan metode
ceramah dihadapan peserta didik sementara peserta didik mendengar, peserta didik hanya
dijadikan objek saja. Guru beranggapan tugasnya hanya mentransfer pengetahuan yang
dimiliki guru kepada peserta didik dengan target tersampaikannya topik-topik yang tertulis
dalam dokumen kurikulum kepada peserta didik.
Pada umumnya guru tidak memberikan inspirasi kepada peserta didik untuk berkreasi
dan tidak melatih peserta didik untuk belajar secara mandiri. Proses pembelajaran yang
disampaikan guru kurang menantang peserta didik untuk berpikir, akibatnya mereka tidak
menyenangi proses kembelajaran tersebut. Proses pemebalajaran di dalam kelas tidak ada
yang tahu kecuali guru itu sendiri. Kepala sekolah umumnya lebih mementingkan dokumen
administrasi guru, seperti perangkat pembelajaran dari pada masuk kelas untuk melakukan
observasi dan supervise terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru. Begitu juga
pengawas dari dinas pendidikan belum berfungsi sebagai supervisor pembelajaran di kelas.
Ketika dating di sekolah, pengawas hanya memeriksa kelengkapan administrasi guru berupa
dokumen perangkat pembelajaran. Pengawas sangat jarang datang ke sekolah apalagi masuk
ke dalam kelas untuk melakukan observasi terhadap pembelajaran dan menjadi nara sumber
pembelajaran bagi guru disekolah. Akibatnya guru tidak tertantang melakukan persiapan
mengajar dengan baik, seperti memikirkan strategi pembelajaran yang bervariasi,
mempersiapkan bahan ajar, disain pembelajaran maupun rancangan penilaian.
Hal ini menunjukkan bahwa selama ini guru masih kurang memperhatikan proses
pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Semestinya, guru memporsikan waktunya
untuk lebih banyak lagi dalam hal memperhatikan proses pembelajaran dan hasil tes
merupakan dampak dari proses pembelajaran tersebut. Secara umum kualitas pendidikan di
negeri ini masih rendah, hal ini tercermin dari peringkat hasil TIMSS ( the Trends in
International Mathematics and Science Study ) dan indek pembangunan manusia yang
berada pada posisi di bawah peringkat Negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Pada
tingkat Internasioanal, peserta didik Indonesia pada umumnya hanya dapat menjawab soal-
soal yang bersifat hafalan tetapi tidak dapat menjawab soal-soal yang memerlukan nalar atau
keterampilan proses.
Meningkatkan kualitas pendidikan adalah menjadi tanggungjawab semua pihak yang
terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru, yang merupakan ujung tombak dalam
pendidikan. Guru adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi.
Proses pemebalajaran yang baik seharusnya menghasilkan nilai tes yang baik. Paradigma
yang hanya mementingkan hasil tes harus segera diubah menjadi memperhatikan proses
pemebalajaran, sementara hasil tes merupakan dampak dari proses pembelajaran yang benar.
Dan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengetahuan guru harus
disegarkan, yaitu dengan mengikuti kegiatan seminar atau forum diskusi ilmiah sebagi
bentuk media penyegaran pengetahuan guru baik materi subyek maupun pedagogi. Dalam
hal ini pimpinan sekolah harus merespon positif yaitu dengan mendorong, memfasilitasi dan
memberikan ijin bagi guru untuk berpartisipasi dalam kegiatan seminar atau forum diskusi
seprofesi dalam kegiatan sanggar atau MGMP guna meningkatkan pengetahuan dan
wawasan guru
Dari paparan di atas sangat jelas, bahwa ini merupakan tantangan bagi guru yaitu
bagaimana guru dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Karena kualitas proses
pembelajaran merupakan dampak dari keprofesionalan pendidiknya. Undang-undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan merupakan acuan bagi pendidik professional. Namun
demikian, untuk menjadi guru berkualitas diperlukan usaha yang sistemik dan konsisten serta
berkesinambungan dari guru itu sendiri dan pengambil kebijakan. Melalui pengkajian
terhadap pembelajaran dan penelitian tindakan kelas sangat dimungkinkan untuk dapat
meningkatkan keprofesionalan guru, karena pengkajian terhadap pembelajaran dan penelitian
tindakan kelas merupakan model pembinaan dan pengembangan profesi guru melalui
pengkajian pembelajaran dan bentuk tindakan kelas secara koloboratif dan
berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk
membangun komunitas dan ketuntasan belajar.
II. LANDASAN KOMPETENSI GURU
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dapat dijadikan
landasan bagi guru dalam meningkatkan kualitasnya karena Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah tersebut menuntut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru
agar guru menjadi professional. Di satu pihak, pekerjaan sebagai guru akan memperoleh
penghargaan yang lebih tinggi, tetapi dipihak lain pengakuan tersebut mengharuskan guru
untuk memenuhi sejumlah persyaratan agar mencapai standar minimal seorang professional.
Dalam UU tersebut Pasal 8, menjelaskan bahwa pengakuan terhadap guru sebagai tenaga
professional akan diberikan manakala guru telah memiliki antara lain kualifikasi akademik,
komptensi dan sertifikasi pendidik yang dipersyaratkan. Pasal 9, menjelaskan kualifikasi
akademik tersebut harus diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma
empat. Pasal 10 ayat 1, menjelaskan sertifikasi pendidik diperoleh guru setelah mengikuti
pendidikan profesi.
Adapun jenis-jenis kompetensi yang dimaksud meliputi kompetensi pedagogik,
komptensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional dengan penjabaran
masing-masing kompetensi sebagai berikut :
A. Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci komptensi pedagogik meliputi :
1. Memahami karakteristik pesrta didik dari aspek fisik, social, moral, kultural,
emosional dan intelektual;
2. Memahami latar elakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan
belajar dalam konteks kebhinekaan budaya;
3. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik;
4. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik;
5. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik;
6. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran;
7. Merancang pembelajaran yang mendidik;
8. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik;
9. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
B. Kompetensi kepribadian yaitu memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi ini
meliputi :
1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa;
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi
peserta didik dan masyarakat;
3. Mengevaluasi kinerja sendiri;
4. Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
C. Kompetensi professional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi. Komptensi ini mencakup :
1. Menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya;
2. Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi;
3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan kmunikasi dalam
pembelajaran;
4. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi; dan
5. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengkajian terhadap pembelajaran dan
penelitian tindakan kelas.
D. Kompetensi social yaitu kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali pserta didik, dan masyarakat
sekitar. Dengan kompetensi ini guru diharapkan dapat :
1. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat;
2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat;
3. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat local, regional,
nasional, dan global; dan
4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan
pengembangan diri.
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 19 dijabarkan
bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan, guru dalam setiap proses pembelajarannya
mampu mengembangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pada satuan pendidikan proses pembelajaran dapat diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberkan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik;
2. Dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan;
3. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Dari apa yang dipaparkan di atas ini memberikan indikasi bahwa kualitas proses
pembelajaran harus ditindaklanjuti sehingga kualitas pendidikan menjadi kenyataan yang
akan berdampak terhadap kemajuan bangsa. Tentunya guru yang harus berusaha keras untuk
selalu meningkatkan kualitasnya dalam mengimplemantasikan proses pembelajaran dan
untuk meningkatkan kualitas tersebut pengkajian terhadap pembelajaran dan penelitian
tindakan dapat dijadikan suatu model bagi guru dalam pengembangannya.
III. PENGERTIAN PENGKAJIAN TERHADAP PEMBELAJARAN
Peningkatan kualitas guru boleh dikatakan sudah sering dilakukan oleh dinas
pendidikan tingkat kabupaten/kota maupun proipnsi, sayang usaha yang sudah dilakukan ini
kurang memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan guru. Minimal ada tiga
hal yang menyebabkan pelatihan guru belum berdampak pada peningkatan mutu pendidikan,
yaitu :
1. Pelatihan tidak berbasis pada permasalahan nyata di dalam kelas. Materi pelatihan yang
sama disampaikan kepada semua guru tanpa mengenal asal dan budaya daerah. Padahal
kondisi dan karakter sekolah dia suatu daerah belum tentu sama dengan sekolah di daerah
lain.
2. Tidak ada kegiatan monitoring dari Kepala Sekolah maupun pengawas dinas, sehingga
hasil pelatihan hanya menjadi pengetahuan saja, tidak diimplentasikan pada proses
pembelajaran di kelas atau kalaupun diimplentasikan hanya satu, dua kali saja selanjutnya
kembali”seperti dulu lagi, back to basic”.
3. Tidak ada forum umpan balik untuk saling bertukar pengalaman di antara guru-guru,
khususnya guru-guru bidang studi serumpun.
Untuk mengatasi kelemahan pelatihan tersebut yang belum dapat menekankan pada
pasca pelatihan maka perlu diupayakan suatu model pelatihan yang berbasis kelas, yaitu
model in-service training yaitu pelatihan yang lebih memfocuskan pada usaha pemberdayaan
guru dalam mengatasi permaslahan-permaslahan yang terjadi di kelas. Model tersebut adalah
Pengkajian Terhadap Pembelajaran (PTP) yang dikenal dalam bahasa Inggris Lesson Study.
Pengkajian Terhadap Pembelajaran (PTP), yaitu model pembinaan profesi bagi
guru-guru serumpun atau guru-guru mata pelajaran sejenis melaui pengkajian
pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Pengkajian
Terhadap Pembelajaran bukan metode atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan pengkajian
terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran di
kelas. Dalam kegiatan pengkajian ini guru dapat menerapkan berbagai metode atau strategi
pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi nyata di kelas.
Tujuan Pengkajian Terhadap Pembelajaran antara lain meningkatkan pengetahuan
tentang materi dan bahan ajar, meningkatkan pengetahuan tentang pembelajaran,
meningkatkan kemampuan mengobservasi aktivitas belajar, meningkatkan hubungan
kolegalitas, menguatkan hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dan tujuan
jangka panjang yang harus dicapai, meningkatkan motivasi untuk selalu berkembang, dan
meningkatkan kualitas perencanaan pembelajaran. Apabila tujuan ini dapat tercapai maka
sanga tmembantu guru-guru karena guru-guru memperoleh manfaat yang sangat besar berupa
informasi sekaligus implementasi berharga untuk meningkatkan keterampilan mengajarnya
IV. DESAIN PENGKAJIAN TERHADAP PEMBELAJAR
Pengkajian Terhadap Pembelajaran dapat dilaksanakan oleh guru dalam tiga tahapan,
yaitu merencanakan (plan), melaksanakan (do), dan merefleksi (see) yang sifat
berkelanjutan. Artinya Pengkajian Terhadap Pembelajaran merupakan suatu cara dalam
meningkatkan kualitas pendidikan yang tak pernah berakhir (continous improvement).
Desain Pengkajian Terhadap Pembelajaran diperlihatkan pada Gambar 1.
Langkah pertama dalam Pengkajian Terhadap Pembelajaran dimulai dari tahap
perencanaan yang bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan
peserta didik dan berpusat pada peserta didik, bagaimana supaya peserta didik berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran. Perencana yang baik tidak dilakukan sendirian tetapi
dilakukan bersama, beberapa guru dapat berkolaborasi untuk memperkaya ide-ide.
Perencanaan diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran di
kelas. Permasalahan dapat berupa materi bidang studi, bgaimana menjelaskan suatu konsep
dengan menggunakan metode pembelajaran yag tepat agar pembelajaran lebih efektif dan
efisien atau permasalahan dapat berupa fasilitas dan bagaimana mensiasati kekurangan
fasilitas pembelajaran.
Selanjutnya guru secara bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang di
hadapi yang dituangkan dalam rencana pelaksanaan pemebelajaran (lesson plan) atau bahan
ajar (teaching materials) berupa media pembelajaran dan lembaran kerja peserta didik serta
rencana penilaian. Teaching material yang telah dirancang perlu diujicoba sebelum
diterapkan di dalam kelas. Kegiatan perencanaan memerlukan beberapa kali pertemuan agar
lebih mantap, karena pertemuan-pertemuan yang sering dilaksanakan dalam workshop
rangka perencanaan pembelajaran menyebabkan terbentuknya kolegalitas anatar guru dengan
guru dan antara guru dengan dosen. Mereka akan membagi pengalaman dan saling belajar
sehingga sehingga melalui kegiatan ini akan terbentuk mutual learning pada diri seorang
guru.
MEREFLEKSI ( SEE )
MELAKSANAKAN ( DO )
MERENCANAKAN ( PLAN )
10 Pengkajian Terhadap Pembelajaran dan Penelitian Tindakan, oleh Subarto.
Langkah kedua dalam Pengkajian Terhadap Pembelajaran adalah pelaksanaan
pembelajaran untuk menerapkan rancangan pelaksanaan pembelajaran yang telah
dirumuskan dalam perencanaan. Dalam perencanaan telah disepakati siapa guru yang akan
mengimplementasikan pembelajaran dan sekolah yang akan menjadi tuan rumah. Langkah
ini bertujuan untuk mengujicoba efektivitas model pembelajaran yang telah dirancang. Guru-
guru yang tidak bertindak sebagai pengajar bertugas sebagai pengamat (observer)
pembelajaran. Kepala sekolah bertindak sebagai pemandukegiatan sekaligus sebagai
pengamat dalam proses pembelajaran tersebut. Sebelum pemebelajaran di mulai sebaiknya
dilakukan briefing kepada para pengamat untuk menginformasikan kegiatan pembelajaran
yang diencanakan oleh seorang guru dan mengingatkan bahwa selama pembelajaran
berlangsung pengamat tidak mengganggu kegiatan pembelajaran tetapi mengamati aktivitas
peserta didik selama pembelajaran. Fokus pengamatan ditujukan pada interaksi antar peserta
didik, peserta didik dengan bahan ajar,peserta didikdengan guru, dan peserta didik dengan
lingkungan yang terkait dengan 4 kompetensi guru.
Lembaran observasi pembelajaran perlu dimiliki oleh para pengamat sebelum
pembelajaran dimulai. Selama proses pembelajaran berlangsung para pengamat tidak boleh
berbicara dengan sesama pengamat dan tidak menggangguaktivitas dan konsentrasi peserta
didik. Para pengamat diperkenankan untukmelakukan perekaman melalui video kamera atau
foto digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan studi lebih lanjut atau analisis. Dan
keberadaan para pengamat di ruangan kelas adalah bertidak sebagai pengumpul informasi
atau data sekaligus untuk belajar dari proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan
bukan untuk mengevaluasi guru.
Langkah ketiga, adalah refleksi. Setelah selesai proses pembelajaran langsung
dilakukan diskusi antara guru pengajar dengan guru yang bertindak sebagai pengamat yang
dipandu oleh kepala sekolah atau personil yang telah ditunjuk untuk membahas pembelajaran
yang telah berlangsung. Guru mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam
melaksanakan pembelajaran. Selajutnya pengamat diminta menyampaikan komentar dan
lesson learnt dari pembelajaran terutama berkaitan dengan aktivitas peserta didik. Tentunya,
kritik dan saran untuk guru disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajaran.
Sebaliknya, guru harus dapat menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan
pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang kembali
pembelajaran berikutnya. Pada prinsipnya, semua orang yang terlibat dalam kegiatan
Pengkajian Terhadap Pembelajaran harus memperoleh lesson learnt dengan demikian guru
telah membangun komunitas belajar melalui Pengkajian Terhadap Pembelajaran.
V. PENGEMBANGAN KARAKTER GURU
Pelaksanaan Pengkajian Terhadap Pembelajaran idealnya datang dari Kepala Sekolah
dan guru yang harus diwujudkan dalam bentuk kebutuhan yang berorientasi meningkatkan
kualitas guru yang dikembangkan berbasis sekolah, dengan demikian para pelaku yang
terlibat didalamnya adalah semua guru dari berbagai bidang studi di sekolah tersebut beserta
Kepala Sekolah. Upaya yang dilakukan adalah bagaimana agar kegiatan ini dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik menyangkut
semua bidang studi yang diajarkan, oleh karena itu setiap guru harus terlibat aktif dalam
kegiatan itu, yaitu dengan mengembangkan perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi.
Dalam setiap langkah dari kegiatan itu, semua guru memperoleh kesempatan untuk
melakukan identifikasi masalah pembelajaran, mengkaji pengalaman pembelajaran yang
biasa dilaksanakan, memilih dan menentukan alternative metode atau model pembelajaran
yang akan digunakan, mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajran, mengkaji
kelebihan dan kelemahan alternatif metode atau model pembelajaran yang dipilih,
melaksanakan pembelajaran, mengobservasi proses pembelajaran, mengidentifikasi hal-hal
penting yang terjadi dalam aktivitas belajar peserta didik di kelas, melakukan refleksi secara
bersama-sama atas hasil observasi kelas, serta mengambil pelajaran berharga dari setiap
proses yang dilakukan untuk kepentingan peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran
lainnya.
Dengan cara seperti ini, maka setiap anggota komunitas yang terlibat sangat potensial
untuk mampu melakukan self-development sehingga memiliki kemandirian untuk
berkembang bersama-sama dengan anggota komunitas belajar lain dan ini menjadi indicator
bahwa Pengkajian Terhadap Pembelajaran sanat potensial dalam upaya pengembangan
keprofesionalan guru yang akan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan.
VI. PENGERTIAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Pendidik pada waktu melaksanakan tugas sebagai guru dihadapkan pada tugas
mengambil keputusan tentang bagaimana merencanakan pembelajaran, membimbing peserta
didik, mengelola kelas, mengevaluasi dan berbagai banyak tugas lainnya. Sebagai pendidik,
guru dituntut untuk mengembangkan diri baik diri sendiri maupun untuk pengembangan dan
kepentngan peserta didik dengan berbagai cara. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk
pengembangan pengetahuan atau penyelesaian masalah pendidikan adalah dengan
mengadakan penelitian khusus tentang pendidikan, atau penelitian mengenai berbagai kasus
di kelas.
Pada kenyataannya masalah-masalah pendidikan saling berkaitan satu sama
lain,misalnya masalah kualitas pendidikan, kurangnya sarana dan prasarana, kedisiplinandan
sebagainya. Kenyataaanya kegiatan yang dilakukan oleh para guru dalam proses belajar
mengajar ssering kali mendapat banyak kendala yang ditimbulkan dari para peserta
didik,misalnya kurang kemampuan dalam hal bertanya, kelas yang pasif, penyelesaian tugas
yangtidak tepat waktu dan lain-lain. Kendala tersebut seharusnya dipandang sebagai hasil
interaksi antara guru danpeserta didik dan dari kondisi ini para guru seharusnya perlu
melakukan suatu refleksi terhadap semua tindakan dalam rangka proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
Untuk selanjutnya guru dapat mengidentifikasikan berbagai masalah yang berkaitan
dengan dirinya sendiri di kelas,sehingga akhirnya dari berbagai identifikasi masalah tersebut
guru dapat memfocuskan pada masalah-masalah aktual yang perlu dicari pemecahannya
danyang mampu dalam jangkauan guru itu sendiri. Selanjutnya dalam menangani persoalan-
persoalan di kelas guru dapat bekerjasama dengan teman sejawat atau dengan guru serumpun
untuk berkolaborasi sehingga kegiatan yang dilaksnakan dalam menangani masalah di kelas
akan lebih baik dan terjadi penularan (transfer learning) pengetahuan.
Pemecahan masalah-masalah di atas antara lain dapat dilakukan guru diantaranya
dengan cara mengadakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan
jenis penelitian yang mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih
menjanjikan karena memiliki dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan
profesionalisme guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas atau
mengimplementasikan berbagai program disekolahnya dengan mengkaji berbagai indikator
keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada peserta didik. Dengan kata lain
melalui Penelitian Tindakan Kelas, guru langsung memperoleh “teori” yang dibangunnya
sendiri, bukan diberikan oleh pihak lain, maka guru dapat menjadi “the Theorizing
Practitioner”, artinya Penelitian Tindakan Kelas itu dari guru, oleh guru, dan untuk guru (
classroom action research is to teacher, by teacher, and for teacher ).
Penelitian Tindakan Kelas akhir-akhir ini telah menjadi trend untuk dilakukan.
Penelitian Tindakan Kelas ini biasanya dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah tempatnya
mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses atau praksis
pembelajaran. Guru merencanakan perubahan yang akan dilakukan bersama dengan para
peserta didik, bersama pengamat ( observer ) lainnya ( jika ada ) sambil melakukan
observasi, dan proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan jadual belajar yang telah
ditetapkan semula. Aktivitas ini dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan
dengan mengembangkan proses pembelajaran melalui berbagai cara, antara lain dengan
penyediaan sarana prasarana belajar, peningkatan kualitas guru, penambahan alokasi biaya,
pengembangan pengetahuan dan keterampilan pembelajaran untuk para guru, pengembangan
ilmu melalui penelitian maupun berbagai kegiatan lainnya. Dalam melaksanakan Penelitian
Tindakan Kelas guru harus memperhatikan komponen-komponen yang akan dikaji. Adapun
komponen-komponen yang dikaji dalam Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:
1. Siswa
2. Guru
3. Materi Pelajaran
4. Peralatan atau sarana pembelajaran
5. hasil pembelajaran
6. pengelolaan pembelajaran
Langkah langkah strategis yang dapat mendorong pelaksanaan penelitian tindakan
kelas yaitu :
1. Meningkatkan pemahaman guru tentang hakekat Penelitian Tindakan Kelas secara
komperhensif.
2. Mengembangkan kemampuan guru dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
3. Meningkatkan pengetahuan guru tentang langkah-langkah, teknik melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas serta penyusunan laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas.
4. Menerapkan menejemen Penelitian Tindakan Kelas dalam upaya memperbaiki kualitas
proses pembelajaran.
5. Meningkatkan menejemen pengembangan dan profesionalisme guru
Beberapan manfaat dari pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yaitu:
1. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang
mendalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.
2. Dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas, guru dapat berkembang dan meningkatkan
kinerjanya secara profesional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri dan mampu
memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
3. Melalui Penelitian Tindakan Kelas guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan diri.
4. Dengan Penelitian Tindakan Kelas guru akan lebih percaya diri.
5. Melalui Penelitian Tindakan Kelas sekolah akan lebih berkembang dengan meningkatnya
kualitas pembelajaran yang akan berimplementasi pada peningkatan kualitas pendidikan
disekolah tersebut.
6. Melalui Penelitian Tindakan Kelas dapat memperbaiki kualitas proses pembelajaran yang
diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan nilai hasil belajar siswa.
VII. PARADIGMA SENTRALISASI KE DESENTRALISASI
Pendapat dari Mc Niff (1992) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya
penelitian ini adalah untuk perbaikan, khususnya yang harus dimaknai dalam konteks proses
pembelajaran dan implementasi program sekolah pada umumnya dengan sudut tinjauan yang
lebih dititik beratkan pada sisi pengembanganpesrta didik. Sementara Borg (1986)
menyebutkan secara eksplisit bahwa tujuan utamanya adalah pengembangan keterampilan
guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan
pembelajaran aktual yang dihadapi dikelasnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu ada pergeseran paradigma, yaitu perubahan
paradigma dalam penyelenggaraan pendidikan dari sentralisasike desentralisasi. Perubahan
paradigma ini harus mampu mendorong terjadi restorasi pada beberapa komponen kurikulum
khususnya yang berkaitan dengan strategi pembelajaran dan manajemen sekolah itu sendiri,
maka untuk menjawab antangan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi Masalah
Suatu rencana Penelitian Tindalak Kelas diawali dengan adanya masalah yang
dirasakan atau didasari oleh guru yaitu masalah berasal dari orang yang terlibat dalam
praktek, dalam hal ini guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada
sesuatu yang tidak beres dikelasnya yang jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi
proses dan hasil belajar siswa.
Salah satu ciri Penelitian Tindakan Kelas adalah munculnya masalah
memang dirasakan oleh guru sebagai sesuatu yang masih sulit dipecahkan, namun guru
menyadari bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki guna memecahkan masalah tersebut.
Agar guru dapat merasakan adanya masalah dan mampu mengungkap masalah tersebut
maka guru dituntut untuk jujur pada diri sendiri dan menyadari bahwa pembelajaran yang
dikelola merupakan bagian penting dari dunia dan kehidupan guru. Dengan adanya
kejujuran dan kesadara guru tersebut maka untuk dapat melakukan identifikasi masalah
guru perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri misalnya:
1. Apa yang sedang terjadi di kelas tempat saya mengajar?
2. Apakah kejadian itu menjadi masalah yang perlu dipecahkan?
3. Apa pengaruh masalah tersebut terhadap kelas dan kinerja saya?
4. Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut dibiarkan saja?
5. Apa yang dapat saya lakukan terhadap masalah tersebut?
2. Analisis Rumusan Masalah
Setelah masalah di kelas telah berhasil diidentifikasi maka saelanjutnya dilakukan
analisis dengan introspeksi diri. Selanjutnya dilakukan pemikiran apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Kemudian diseleksi masalah mana
yang paling mungkin dapat dilakukan dan dipecahkan melalui Penelitian Tindakan Kelas.
Beberapa bidang yang dapat dijadikan sebagai fokus masalah dalam Penelitian Tindakan
Kelas adalah:
1. Masalah yang melibatkan prosesa pembelajaran;
2. Masalah yang ditangani oleh guru;
3. Masalah yang sangat menarik minat guru;
4. Masalah yang ingin diubah/diperbaiki dan mudah dilakukan oleh guru melalui
Penelitian Tindakan Kelas.
Masalah yang berhasil dianalisi mungkin lebih dari satu dan masih cukup luas untuk
dikaji. Oleh sebab itu guru perlu memfokuskan perhatiannya pada masalah yang mungkin
dapat dipecahkan dengan Penelitian Tindakan Kelas. Selanjutnya masalah tersebut perlu
dirumuskan dalam suatu kalimat rumusan masalah yang pada umumnya berbentuk
kalimat tanya.
3. Merencanakan Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, selanjurnya disusun rencana tindakan
atau yang sering disebut rencana perbaikan/tindakan. Rencana tindakan ini menyangkut
seluruh langkah tindakan secara rinci. Semua komponen yang diperlukan untuk
melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas tersebut dipersiapkan secara matang dalam
tahap perencanaan ini. Dalam tahapan ini perlu juga diperhitungkan segala kendala yang
mungkin saja muncul pada saat pelaksanaan tindakan. Dengan melakukan antisipasi ini
diharapkan pelaksanaan Penelitian Tindalah Kelas dapat berlangsung dengan baik sesuai
dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana tindakan adalah :
1. Tugas akan lebih berhasil dan menantang jika diberikan setiap minggu atau dua
minggu sekali;
2. Bentuk tugas yang bervariasi akan memotifasi siswa untuk mengerjakannya;
3. Tugas akan cukup menantang jika materinya diambil dari lingkungan siswa;
4. Tugas yang diberikan akan menantang jika dikaitkan dengan bahan belajar.
4. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
Tahap ini merupakan tahap implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana
tindakan yang telah dibuat. Strategi dan skenario pembelajaran yang telah ditetapkan
pada perencanaan harus benar-benar diterapkan dan mengacu pada kurikulum yang
berlaku. Tentu saja rencana tindakan tersebut harus sudah dilatihkan kepada pelaksana
tindakan (guru peaneliti) untuk dapat dilaksanakan dikelas agar sesuai dengan skenario
pembelajaran yang dibuat. Pada tahap pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan
hal-hal sebagai berikut:
1) Menyiapkan Pelaksanaan:
a. Membuat rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan;
b. Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukun yang diperlukan;
c. Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan proses
dan hasil perbaikan;
2) Melaksanakan Tindakan;
a. Pekerjaan guru adalah mengajar, oleh karena itu metodelogi penelitian yang
sedang dilaksanakan tidak boleh mengganggu komitmen guru dalam mengajar;
b. Metodelogi yang diterapkan harus reliabel atau handal, sehingga memungkinkan
guru mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakat
siswa;
c. Sebagai peneliti, guru harus memperhatikan berbagai aturan atau etika yang terkait
dengan tugas-tugasnya.
VII. PENGEMBANGAN KARAKTERISTIK PENELITIAN TINDAKAN
Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas menegaskan bahwa peneliian ini berbeda
dengan jenis riset empirisme ataupun interpretivisme. Dengan kata lain, masalah-masalah
pengambilan populasi atau sampel dan generalisasi sebagai salah stu cirri utama riset
empirisme tidak dipersoalkan oleh Penelitian Tindakan Kelas ini. Penelitian ini tidak
ambisius mengeneralisasikan temuan (finding) tetapi lebih berfokus untuk menawarkan saran
pemecahan masalah.
Guru harus menggunakan berbagai pertimbangan serta tanggung jawab professional
dalam menemukan jalan keluar dalam upaya pemecahan masalah yang terjadi di dalam
proses pembelajaran. Adapun pengembangan karakteristik penelitian ini dalam pemecahan
masalah sebagai berikut:
a. On the Job Problem Oriented
Masalah yang diteliti adalah masalah yang riil yang muncul dari dunia kerj peneliti yang
ada dalam kewenangan dan tanggung jawab peneliti. Artinya masalah yang riil atau nyata
yang dihadapi sehari-hari. Kalau peneliti adalah seorang guru, maka masalah-masalah
yang diteliti adalah masalah kelas atau sekolah yang merupakantanggung jawab
utamanya, karena orang yang paling tahu masalah-masalah kelas adalah guru itu sendiri,
(pendekatan interpretivisme), bukan orang lain ((outsiders).
b. Problem Solving Oriented
Berorientasi pada pemecahan masalah dalam hal ini penelitian-penelitian yang hanya
menghasilkan pengertian atau pemahaman seperti pada riset empirisme dan
interpretivisme dianggap tidak bermanfaat (meaniful), karena kurang mampu
memecahkan masalah yang terjadi.
c. Improvement Oriented
Berorientasi pada peningkatan kualitas. Penelitian ini menegaskan pentingnya masing-
masing komponen dari sutau system organisasi itu berkembang kearah yang lebih baik.
Kalau system itu sekolah, maka komponen-komponen sekolah itu seperti kepala sekolah,
guru, peserta didik, kurikulum dan lingkungan sekolah harus berkembang lebih baik.
Konsep ini diwarnai oleh prinsip riset kritikal, yaitu penelitian harus menghasilkan
produk perubahan (product oriented).
d. Multiple Data Collection
Penjaringan data dilakukan dengan berbagai cara. Artinya untuk memenuhi prinsip
critical approaches (kebenaran itu subyektif atau problematic) berbagai cara untuk
mengumpulkan data pada umumnya dapat digunakan seperti observasi, tes, wawancara,
questioners dan sebaginya. Semua cara ini dilakukan untuk mendapatkan validasi hasil
riset, mengingat kebenaran (realitas) itu disamping subyektif juga problematic. Dengan
penerapan semua cara koleksi data tersebut, apa yang sebenarnya disebut kebenaran atau
realitas dapat lebih terungkap.
e. Cyclic
Konsep tindakan pada dasarnya diterapkan melalui urutan-urutan perencanaan, observasi,
tindakan dan refleksi yang dilakukan secara bersiklus yang pada hakekatnya
menggambarkan pemikiran kritis dan reflektif (critical/reflective thinking) terhadap
efektivitas kepemimpinan atas tindakan. Dengan demikian dampak suatu tindakan
tersebut selalu diikuti secara kritis dan refletif.
f. Participatory
Penelitian ini dapat dilaksanakan secara kolaboratif,yaitu bekerjasama dengan orang lain
atau ahli dalam melakukan setiap langkah penelitian tindakan, seperti perencanaan,
observasi, tindakan dan refleksi. Cirri ini dipengaruhi oleh prinsip cricalisme, yaitu
kebenaran atau realita itu problematik sehingga pendekatan terhadap masalah harus
participatory untuk meningkatkan pengamatan dan memperkecil subyektifitas.
IX. SIMPULAN
1) Manajemen pendidikan sangat diperlukan oleh semua pihak yang terkait dengan dunia
pendidikan.
2) Dalam menghadapi tantangan dan masalah semua pihak harus bekerja sama untuk
menghadapi dan menyelesaikan problematika tersebut.
3) Pengkajian Terhadap Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu
upaya dalam meningkatkan kualitas guru.
4) Pengkajian Terhadap Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu
solusi untuk menyelesaikan problematika yang menyangkut menejemen pengelolaan
dalam proses pembelajaran.
5) Untuk mengatasi terjadinya Stagnasi dibidang pendidikan ini perlu adanya paradikma
baru dibidang pendidikan
6) Kemandirian sekolah akan diikuti oleh daya kompetisi yang tinggi dan lebih akun-
tabilitas publik yang memadai.
7) Dari berbagai masalah yang timbul dalam kaitannya peningkatan menejemen sekolah
dapat terlaksana dengan baik apabila pihak sekolah, guru dan tenaga kependidikan
lainnya dapat bekerja sama untuk melengkapi sarana dan prasarana lainnya yang dapat
menunjang proses pembelajaran sehingga akan diperoleh hasil yang oprtimal.
X. DAFTAR PUSTAKA
Ending Sri Rahayu,2006, Metodologi Penelitian (Khusus tentang Penelitian Kaji
Tindak/Action Research), Jakarta: LAM-UMJ
Indonesia, 2005, Undang-Undang republic Indonesia Nomor 14 Tahun2005 tentang Guru
dan Dosen.
Indonesia, 2005, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Jakarta: Badan Standar Nasional
Pendidikan.
Suharsimi Arikunto, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.
Sunyono, Drs. 2007, Modul Penelitian Tindakan Kelas, Departemen Pendidikan Nassional,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univeritas Lampung.
Wardani. I. G. A. K. Prof. DR. M.Sc.Ed, 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Universitas
Terbuka.