KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TANAMAN HIAS …/Kegiatan...KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat...
Transcript of KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TANAMAN HIAS …/Kegiatan...KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat...
i
KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TANAMAN
HIAS PEKARANGAN DI KECAMATAN LAWEYAN
KOTA SURAKARTA
Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertaniandi Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Oleh :
FARIDA NOVIANINGSIH
H 0405029
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TANAMAN HIAS
PEKARANGAN DI KECAMATAN LAWEYAN
KOTA SURAKARTA
Yang dipersiapkan dan disusun oleh
FARIDA NOVIANINGSIH
H 0405029
Telah dipertahankan di depan Dewan PengujiPada tanggal : 30 Juli 2010
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Prof.Dr.Ir. Totok Mardikanto, MSNIP.19470713 198103 1 001
Anggota I
Arip Wijianto, SP, MSiNIP.19771226 200501 1 002
Anggota II
Dr. Ir. Suwarto, MSiNIP.19561119 198301 1 002
Surakarta, Agustus 2010
Mengetahui Universitas Sebelas Maret
Fakultas PertanianDekan
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MSNIP. 19551217 198203 1 003
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya yang
telah melindungi serta membimbing penulis sehingga penulis dapat melaksanakan
dan menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul ”Kegiatan Penyuluhan
Pertanian Tanaman Hias Pekarangan Di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta”.
Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh
bantuan serta pengarahan dari berbagai pihak. Untuk ini pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Bapak Dr. Ir. Kusnandar, MSi, selaku Ketua Jurusan/Program Studi
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS., selaku Pembimbing Utama
Skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan
skipsi dan studi
4. Bapak Arip Wijianto, SP, MSi., selaku Pembimbing Pendamping yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis hingga selesainya skripsi ini
5. Bapak Dr. Ir. Suwarto, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan kepada penulis
6. Kepala Kantor BAPPEDA Kota Surakarta beserta staf yang telah memberikan
izin dan bantuannya selama ini
7. Kepala Kantor Dinas Pertanian Kota Surakarta beserta segenap penyuluh atas
bantuan dalam menyediakan data yang penulis butuhkan.
8. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
9. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan bantuan
10. Segenap Kelompok Tani yang ada di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
atas informasi yang telah diberikan
iv
11. Keluarga penulis (Bapak, Ibu, Kakak dan Adik-adikku) dan keluarga Kakak
Wagino atas segala doa, dukungan baik moril, materiil, dan semangat yang
telah diberikan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi
12. Teman-teman PKP atas bantuan, dukungan, dan semangat yang diberikan
kepada penulis untuk tetap berjuang, dan
13. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung telah membantu
penulis dalam menyusun skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kemajuan di masa mendatang. Ridho Allah SWT yang
penulis harapkan, semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, Agustus 2010
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI.............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. ix
RINGKASAN ............................................................................................ x
SUMMARY ............................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
D. Kegunaan Penelitian .................................................................... 4
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka.......................................................................... 5
B. Kerangka Berpikir ....................................................................... 47
C. Dimensi Penelitian....................................................................... 48
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Desain Penelitian............................................................ 51
B. Lokasi Penelitian ......................................................................... 51
C. Teknik Cuplikan (Sampling)....................................................... 52
D. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 54
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen.................................. 55
F. Validitas Data.............................................................................. 57
G. Teknik Analisis Data................................................................... 59
vi
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam............................................................................. 62
B. Keadaan Penduduk...................................................................... 63
C. Keadaan Pertanian dan Peternakan ............................................. 66
D. Keadaan Sarana Perekonomian................................................... 68
E. Keadaan Kelembagaan Penyuluhan ............................................ 68
V. SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sajian Data ................................................................................... 70
1. Sistem Penyuluhan Pertanian................................................ 70
2. Proses Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian .................... 77
3. Kinerja Penyuluh................................................................... 85
4. Kelembagaan Pendukung Penyuluhan Pertanian.................. 86
5. Kegiatan Penyuluhan Pertanian ............................................ 87
6. Keberhasilan Penyuluhan Pertanian...................................... 89
7. Faktor Pendukung Penyuluhan Pertanian ............................. 92
8. Faktor Penghambat Penyuluhan Pertanian............................ 93
B. Temuan Pokok dan Pembahasan.................................................. 95
1. Sistem Penyuluhan Pertanian................................................ 95
2. Proses Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian .................... 98
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Penyuluhan Pertanian.. 103
4. Keberhasilan Penyuluhan Pertanian...................................... 104
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 105
B. Saran........................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 107
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Anggota Kelompok Tani di Kota Surakarta ..................... 51Tabel 2. Rincian Sampel Penelitian ............................................................. 52Tabel 3. Sumber Data Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias
Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta ..................... 54Tabel 4. Luas dan Tata Guna Lahan di Kecamatan Laweyan...................... 62Tabel 5. Kelompok Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin di Kecamatan Laweyan pada bulan Januari 2010 ........... 63Tabel 6. Kelompok Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan
Laweyan pada bulan Januari 2010 ................................................. 65Tabel 7. Kelompok Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan
Laweyan pada bulan Januari 2010 ................................................. 66Tabel 8. Jumlah Produksi Komoditas Pertanian di Kecamatan Laweyan
pada bulan Maret tahun 2010......................................................... 67Tabel 9. Jumlah Ternak Menurut Jenisnya di Kecamatan Laweyan............ 68Tabel 10. Daftar Penyuluh Pertanian Lapangan di Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta................................................................................ 69Tabel 11. Jumlah Anggota dalam Kelembagaan Petani di Kecamatan
Laweyan ......................................................................................... 81Tabel 12. Bentuk Peran Serta dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan KotaSurakarta ....................................................................................... 83
Tabel 13. Jalinan Kerjasama dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan ...................... 84
Tabel 14. Kelembagaan Pendukung Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Laweyan ......................................................................................... 87
Tabel 15. Jenis Kegiatan Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Laweyan...... 88Tabel 16. Perubahan Pengetahuan yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan
di Kecamatan Laweyan.................................................................. 90Tabel 17. Perubahan Sikap yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan
di Kecamatan Laweyan.................................................................... 91Tabel 18. Perubahan Ketrampilan yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan
di Kecamatan Laweyan.................................................................... 92Tabel 19. Sarana dan Prasarana Kelopmpok Tani di Kecamatan Laweyan…. 93
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Kegiatan Penyuluhan PertanianTanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta ........................................................................................ 48
Gambar 2. Bagan Trianggulasi Data................................................................ 58Gambar 3. Bagan Trianggulasi Metode ........................................................... 58Gambar 4. Model Analisis Interaktif ............................................................... 60Gambar 5. Struktur Kelembagaan di Dinas Pertanian Kota Surakarta ............ 72
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta ......... 111
Lampiran 2. Identitas Subjek dan Informan Kegiatan PenyuluhanPertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta ............................................................. 132
Lampiran 3. Hasil Wawancara Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.......... 133
Lampiran 4. Rincian Triangulasi Data............................................................. 170Lampiran 5. Rincian Triangulasi Metode........................................................ 185Lampiran 6. Dokumentasi ............................................................................... 203Lampiran 7. Peta Kecamatan Laweyan Kota Surakarta .................................. 206Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian..................................................................... 207Lampiran 9. Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan PUMK Tanaman Hias
Kota Surakarta Tahun 2008 ........................................................ 208
x
RINGKASAN
FARIDA NOVIANINGSIH, H0405029. ”KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TANAMAN HIAS PEKARANGAN DI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA”. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto,MS. dan Arip Wijianto, SP, MSi.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji proses penyelenggaraankegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. (2) Mengkaji faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta (3) Mengkaji tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
Metode penelitian kualitatif dan pendekatan deskriptif digunakan sebagai metode dari penelitian ini. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik snowball sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan content analysis. Uji validitas data menggunakan teknik triangulasi data, triangulasi metode dan review informan, sedangkan analisis data menggunakan tiga komponen utama yaitu: (1) reduksi data (2) sajian data (3)penarikan simpulan dan verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komponen yang berperan dalam menunjang kelancaran kegiatan penyuluhan pertanian yaitu kebijakan penyuluhan pertanian, kelembagaan penyuluhan, ketenagaan penyuluhan, pembiayaan penyuluhan, pengawasan dan pengendalian penyuluhan.Proses penyelenggaraan penyuluhan pertanian mencakup lima aspek yaitu programa penyuluhan, mekanisme kerja, metode penyuluhan, materi penyuluhan,peran serta dan kerjasama. Programa penyuluhan berisi gambaran keadaan wilayah, kebijakan pemerintah, dan rencana penyuluhan selama satu tahun yang akan datang. Mekanisme kerja yang berjalan yaitu mekanisme dari bawah dan atas sedangkan metode penyuluhan yang dominan digunakan yaitu metode perorangan dan kelompok. Materi yang disampaikan yaitu budidaya anggrek, olahan pangan, pembuatan pupuk kompos dan cair, perikanan, peternakan, penyilangan anggrek dan pengembangan tanaman obat. Pihak yang berperan serta dalam kegiatan penyuluhan pertanian yaitu THL; PDP; Lurah; ketua, pengurus dan anggota kelompok tani; Dinas Lingkungan Hidup; Dinas Pertanian Propinsi; Staff Kehutanan Dinas Pertanian dan masyarakat. Kerjasama yang terjalin berkaitan dengan subsidi tanaman anggrek, penanggulangan hama penyakit, fasilitas studi banding, silaturahmi, penyuluhan, pelatihan, pemasaran hasil tani, pameran tanaman hias, jualan hasil tani atau produk olahan pangan dan pemberian modal usaha. Kegiatan penyuluhan setiap kelompok tani dilaksanakan sebulan sekali. Tidak ada kelembagaan swasta dan swadaya, Tetapi ada kelembagaan pendukung penyuluhan pertanian. Terdapat faktor pendukung dan penghambat serta tindak lanjut penyuluhan selanjutnya. Dampak kegiatan penyuluhan pertanian yaitu adanya perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani.
xi
SUMMARY
FARIDA NOVIANINGSIH, H0405029. “AN AGRICULTURE EXTENSION ACTIVITY ON YARD DECORATION PLANTATION IN DISTRICT LAWEYAN OF SURAKARTA CITY.” Under tuitions of Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS. and Arip Wijianto, SP, MSi.
This research aims to: (1) Study the process of agriculture extension implementation activity on yard decoration plantation in District Laweyan of Surakarta City, (2) to study the factors supporting and inhibiting the agriculture extension activity on yard decoration plantation in District Laweyan of Surakarta City, and (3) to study the follow-up of the agriculture extension activity on yard decoration plantation in District Laweyan of Surakarta City.
The research employed a qualitative and descriptive approach. The sampling technique used was snowball sampling. Techniques of collecting data used were in-depth interview, observation and content analysis. The data validity test employed was data and method triangulations, and informant review, meanwhile the data analysis was done using three main components: (1) data reduction, (2) display, (3) conclusion drawing and verification.
Considering the result of research it can be concluded that the components supporting the agriculture extension activity smoothness include: the agriculture extension policy, extention institution, extention staffing, extension funding, supervision and control. The process of agriculture extension activity encompasses five aspects: extention program, work mechanism, extention method, extention material, participation and cooperation. The extention program contains a description of location condition, governmental policy, and extention plan for the next one year. The work mechanism proceeding is the bottom-up one while the dominant extention methods used were private and group method. The materials delivered include orchid cultivation, food processing, compost and liquid fertilizer development, fishery, animal husbandry, orchid cross-breeding and medicinal plantation development. The parties participating in the agriculture extention activity are THL, PDP, Lurah, chief, administrator, and farmer group member; living environmental service; provincial agricultural service, forestry staff of agricultural service and society. The cooperation established relates to the orchid plant subsidy, pest management, comparative study facility, visit, extention, training, produce marketing, decoration plantation exhibition, agriculture yield or processed-food selling and business capital grant. The extention activity of each farmer group is done once a month. There is no private and self-help, but there is institution supporting the agriculture extention. There is supporting and inhibiting factor as well as the follow-up of extention. The effect of agriculture extention activity includes the change in the farmer’s knowledge, attitude and skill.
xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian merupakan proses yang berkesinambungan
dan memerlukan perhatian semua pihak. Artinya, suatu proses pembangunan
pertanian tidak akan berhasil apabila dalam pelaksanaannya hanya bersifat
parsial. Keberhasilan suatu proses pembangunan pertanian tidak hanya
dipandang dari out put yang dihasilkan tetapi juga perlu aspek lain yang
diperhatikan yaitu bagaimana pembangunan pertanian ini dapat terus
berlanjut.
Pembangunan pertanian di Indonesia bertujuan untuk memanfaatkan
sumber daya pertanian secara optimal, dengan cara mengikutsertakan
masyarakat kota menuju ke pertanian agribisnis yang maju, mandiri dan
sejahtera serta tercapainya perbaikan taraf hidup petani dan masyarakat pada
umumnya. Salah satu caranya adalah dengan adanya penyuluhan pertanian.
Penyuluhan pertanian menurut Mardikanto (2009) adalah proses aktif yang
memerlukan interaksi antara penyuluh dan sasaran, agar terbangun proses
perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) seseorang yang
dapat diamati oleh orang atau pihak lain baik secara langsung (berupa: ucapan,
tindakan dan bahasa tubuh) maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau
hasil kerja).
Pembangunan pertanian ditunjukkan ke semua sektor pertanian, salah
satunya adalah di sektor tanaman pangan dan hortikultura. Hortikultura dibagi
menjadi tiga golongan tanaman yakni buah-buahan, sayuran dan tanaman hias.
Hortikultura banyak memberikan keuntungan bagi manusia dan lingkungan
hidup. Buah-buahan dan sayuran yang dikonsumsi oleh manusia dapat
bermanfaat bagi tubuh. Pohon buah-buahan, sayuran dan tanaman hias dapat
berfungsi sebagai penyejuk, penyerap air hujan, peneduh dan penyerap CO2
atau pencemar udara lainnya. Limbah tanamannya serta limbah buah atau
sayuran dapat dipergunakan sebagai pupuk organik atau kompos yang dapat
menyuburkan tanah, sedang keindahannya dapat dinikmati dan berpengaruh
xiii
baik bagi kesehatan jiwa manusia. Usaha budidaya tanaman hortikultura, pada
dasarnya tidak memerlukan lahan yang cukup luas. Salah satunya di lahan
pekarangan rumah masing-masing.
Pekarangan merupakan perpaduan pertanian yang melibatkan peran
manusia dengan ekosistemnya. Secara ekologis, pekarangan dengan struktur
tanaman yang tingginya berjenjang dan beraneka jenisnya, mulai dari jenis
tanaman keras sampai tanaman perdu dan sejenis rerumputan, bukan saja akan
mampu mengoptimalkan penggunaan energi matahari, melainkan juga dapat
melindungi tanah dari erosi air hujan. Sehingga, berbagai jenis tanaman dapat
tumbuh berdampingan serta kesuburan tanah dan tata air tetap terjaga. Selain
itu, di pekarangan juga terjadi sistem daur ulang yang sangat baik. Dedaunan
yang jatuh, sampah-sampah organik sisa rumah tangga dan kotoran hewan
ternak merupakan sumber daya yang baik bagi pertumbuhan tanaman
pekarangan. Sebaliknya, dedaunan dan rerumputan segar merupakan sumber
daya yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Kota Surakarta merupakan salah satu daerah perkotaan yang padat
penduduk dengan lahan pertanian yang sempit karena sebagian besar lahannya
digunakan untuk pemukiman dan pabrik. Sehingga kegiatan penyuluhan
pertanian difokuskan pada intensifikasi penggunaan lahan yang ada melalui
pendampingan dan pembinaan masyarakat pada umumnya dan kelompok tani
pada khususnya. Oleh karena itu, kegiatan penyuluhan dilakukan tidak hanya
di bidang pertanian tanaman pangan saja tetapi juga meliputi bidang tanaman
hias yang sangat berpotensi untuk dikembangkan di Kota Surakarta. Salah
satunya adalah pengembangan tanaman hias pekarangan di Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta. Peneliti memilih Kecamatan Laweyan sebagai
lokasi penelitian karena sebagian besar masyarakat di Kecamatan Laweyan
telah membudidayakan tanaman hias di pekarangan rumah masing-masing.
Tanaman hias yang sudah dibudidayakan di Kecamatan Laweyan Kota
Surakarta adalah anggrek, melati, adenium, anthurium, rosella dan agloenema.
xiv
B. Perumusan Masalah
Pengembangan pertanian yang sudah dilaksanakan sekarang ini masih
terbatas pada penanganan lahan sawah, sedangkan untuk pekarangan belum
banyak mendapatkan perhatian. Mengenai pekarangan, hampir semua tempat
di Indonesia ini dapat kita jumpai adanya pekarangan. Pekarangan merupakan
agroekosistem yang sangat baik serta mempunyai potensi yang tidak kecil
dalam mencukupi kebutuhan hidup pemiliknya. Bahkan kalau dikembangkan
secara baik akan dapat bermanfaat lebih jauh lagi, seperti kesejahteraan
masyarakat sekitar, pemenuhan kebutuhan pasar bahkan mungkin memenuhi
kebutuhan nasional. Selain digunakan untuk budidaya tanaman hortikultura
(buah-buahan dan sayuran), pekarangan juga dimanfaatkan untuk budidaya
tanaman hias. Tanaman hias adalah tanaman yang dipergunakan sebagai
dekorasi baik ruangan ataupun luar ruangan. Tanaman hias memiliki berbagai
macam jenis mulai dari tanaman berbunga sampai tanaman yang berbentuk
unik. Bentuk tanaman ini sangat beraneka ragam dan masing-masing tanaman
memiliki daya tarik tersendiri untuk layak dikoleksi.
Sejak disadari oleh masyarakat tentang arti pentingnya tanaman hias
bagi kehidupan mereka, maka orang-orang mulai mengusahakan dan mencari
jenis-jenis tanaman hias yang menarik dan dapat tumbuh di dalam maupun
luar ruangan. Pemeliharaan tanaman hias pun cukup mudah dan di setiap
rumah sudah banyak terdapat tanaman hias yang mampu tumbuh dengan
subur. Tanaman hias dapat berfungsi untuk memperindah lingkungan dan
mengurangi polusi udara sehingga lingkungan menjadi sejuk dan segar. Hal
tersebut dapat menimbulkan keinginan masyarakat kota untuk lebih
meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilannya dengan cara mengikuti
kegiatan penyuluhan pertanian.
Berdasarkan uraian singkat di atas dapat dijabarkan beberapa rumusan
masalah terkait dengan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pakarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, yakni sabagai berikut:
1. Bagaimana proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian
tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta?
xv
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dari
kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta?
3. Bagaimana tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengkaji proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman
hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
2. Mengkaji faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dari
kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta.
3. Mengkaji tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang
harus ditempuh untuk mendapatkan banyak pengetahuan mengenai
kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi masyarakat kota atau petani, dapat dijadikan informasi untuk
melaksanakan kegiatan budidaya tanaman hias di lahan pekarangan rumah
masing-masing.
3. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam
penyusunan penelitian sejenis.
4. Bagi pengambil kebijakan (pemerintah dan instansi terkait), dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan
penyuluhan pertanian yang akan datang guna memperoleh manfaat yang
lebih baik.
xvi
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Pertanian
a. Pembangunan pertanian
Mosher (1991) memaparkan bahwa pembangunan pertanian
cenderung dipikirkan dan dibicarakan hanya karena pembangunan itu
menyediakan lebih banyak hasil untuk manusia. Dalam kenyataannya
ada terdapat suatu hasil tambahan bahkan barangkali merupakan hasil
yang lebih penting, yaitu: pembangunan pertanian mengubah manusia-
manusia yang bekerja didalamnya. Supaya pembangunan pertanian itu
terlaksana, pengetahuan dan keterampilan para petani haruslah terus
meningkat dan berubah. Karena para petani terus-menerus menerima
metoda baru, cara berpikir mereka pun berubah. Mereka
mengembangkan suatu sikap baru yang berbeda terhadap pertanian,
terhadap alam sekitar mereka dan terhadap diri mereka sendiri.
Menurut Soetriono et all (2006), dalam pembangunan pertanian
masalah penting tentang usahatani adalah mengubah usahatani dalam
arti luas dan pengaturannya agar dapat menggunakan metode berusaha
tani secara baik, benar dan efisien. Bentuk usahatani yang sesuai bagi
pertanian primitif bukanlah bentuk produktif jika metode modern
dipergunakan. Tindakan yang dianggap lebih efisien antar lain:
1) Pemetaan dan registrasi hak pemilikan tanah
2) Pemagaran tanah untuk mencegah pengembalian sewenang-
wenang
3) Konsolidasi yang terpencar-pencar
4) Redistribusi tanah untuk mendapatkan satuan manajemen yang
efisien
5) Mengubah syarat-syarat penyakapan.
xvii
Arifin (2010) mengungkapkan bahwa pembangunan pertanian di
Indonesia sebenarnya telah menunjukkan kontribusi yang sukar
terbantahkan, bahwa peningkatan produktivitas tanaman pangan
melalui varietas unggul, lonjakan produksi peternakan dan perikanan
telah terbukti mampu mengatasi persoalan kelaparan dalam empat
dasawarsa terakhir. Pembangunan perkebunan dan agroindustri juga
telah mampu mengantarkan pada kemajuan ekonomi bangsa,
perbaikan kinerja ekspor, dan penyerapan tenaga kerja.
Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai suatu proses
yang ditujukan untuk selalu menambah produksi pertanian untuk tiap-
tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan
produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan
ketrampilan untuk memperbesar turut campur tangannya manusia di
dalam perkembangan tumbuhan dan hewan (Hadisapoetro, 1973).
Menurut Mardikanto (2007), di dalam proses pembangunan
pertanian, perbaikan kualitas hidup yang dicita-citakan itu diupayakan
melalui kegiatan peningkatan produktivitas usahatani, yakni melalui
semakin besarnya turut campur tangan manusia (petani) selama proses
produksi berlangsung. Dengan kata lain, pembangunan pertanian
menuntut adanya perubahan perilaku petani yang mutlak diperlukan
dalam upaya peningkatan produktivitas usahatani dan peningkatan
pendapatan demi perbaikan kualitas hidupnya sendiri dan
masyarakatnya.
b. Pembangunan pertanian berkelanjutan
Pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan aktivitas
ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari
itu, pertanian atau agrikultur adalah sebuah cara hidup (way of life atau
livehood) bagi sebagian besar petani di Indonesia. Oleh karena itu,
pembahasan mengenai sektor dan sistem pertanian harus
menempatkan subjek petani, sebagai pelaku sektor pertanian secara
utuh, tidak saja petani sebagai homo economicus, melainkan juga
xviii
sebagai homo socius dan homo religius. Konsekuensi pandangan ini
adalah dikaitkannya unsur-unsur nilai sosial-budaya lokal, yang
memuat aturan dan pola hubungan sosial, politik, ekonomi dan budaya
ke dalam kerangka paradigma pembangunan sistem pertanian
(Mubyarto et all, 2009).
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah
pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable
resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable
resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak
negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang
dimaksud meliputi: penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas
produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang
berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati
yang ramah terhadap lingkungan (Sudirja, 2010).
Pembangunan pertanian berkelanjutan membutuhkan perhatian
serius terutama terhadap kemampuan ekosistem dan kegiatan yang
ekploratif terhadap sumberdaya alam tersebut. Walaupun pertanian
masa depan adalah pertanian yang bersifat sinergis dengan
industrialisasi dan antisipatif terhadap dinamika perdagangan bebas,
tetapi pada misi pembangunan pertanian berbudaya industry tetap
mengemban misi kelestarian lingkungan. Pengelolaan pertanian
berkelanjutan memliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,
yaitu:
1) Mantap secara ekologis
Sesuai dengan arti penting pengelolaan pertanian berkelanjutan
bahwa pengelolaan pertanian erat kaitannya dengan bidang
ekologi, terutama pendekatan ekosistem. Pengelolaan pertanian
harus dapat mempertahankan kualitas sumberdaya alam yang ada.
Dengan demikian, ekosistem secara keseluruhan tetap dapat
dipertahankan.
xix
2) Berlanjut secara ekonomis
Pertanian yang dikelola oleh petani harus dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri baik pangan, sandang maupun papan tanpa
harus merusak ekosistem yang ada, sekaligus meminimalkan
resiko untuk tidak tercukupi kebutuhan petani. Artinya, dengan
usaha pertanian, petani akan merasa bahwa kebutuhannya terjamin
dan terpenuhi serta resiko kekurangan terhadap kebutuhannya
relatif sangat kecil.
3) Adil
Sumberdaya dan kekuasaan sering kali hanya dikuasai oleh
beberapa orang yang notabene kekayaannya telah melimpah,
sedangkan anggota masyarakat terutama petani secara keseluruhan
tidak mendapatkan sumberdaya dan kekuasaan yang pantas. Untuk
itu, pendistribusian sumberdaya dan kekuasaan secara merata dan
adil harus benar-benar diterapkan sehingga hak-hak mereka
terpenuhi.
4) Manusiawi
Syarat ini menekankan pada persamaan hak, derajat dan martabat
manusia (hak asasi manusia), artinya apa pun bentuk kehidupan di
masyarakat asalkan sesuai dengan aturan, tata nilai dan norma
yang ada harus dihargai secara benar dan tepat.
5) Luwes
Masyarakat pedesaan harus mampu beradaptasi dengan perubahan
kondisi usahatani yang terus berkembang, seperti penggunaan
teknologi dalam pengelolaan lahan pertanian, perubahan inovasi
teknologi dan bentuk penggunaan teknologi di bidang pertanian
lainnya.
(Mangunwidjaja et all, 2005).
xx
c. Pertanian Kota
Peran tanaman dalam keindahan kota dapat dilihat dalam
pertamanan, jalur hijau terutama di kota-kota besar. Mengingat
aktivitas di kota sangat padat dan sarana serta prasarana yang lebih
padat, maka secara langsung dapat berpengaruh terhadap kondisi iklim
setempat. Biasanya kota mempunyai suhu udara lebih panas daripada
luar kota. Untuk menciptakan suasana yang sejuk dan nyaman,
penanaman jenis tanaman yang sesuai merupakan upaya yang baik dan
sekaligus merupakan upaya pelestarian hayati (Ashari, 1995).
Pertanian kota (urban agriculture) didefinisikan sebagai
usahatani, pengolahan, dan ditribusi dari berbagai komoditas pangan,
termasuk sayuran dan peternakan di dalam atau pinggir kota di daerah
perkotaan. Kerawanan pangan di perkotaan umumnya disebabkan
karena permasalahan ketersediaan pangan, ketidakmampuan rumah
tangga miskin di perkotaan untuk mengakses pangan yang aman,
berkualitas dalam jumlah yang cukup. Bakker, et al. (2000)
menunjukkan bahwa pertanian kota adalah salah satu pilihan untuk
mengatasi ketahanan pangan rumah tangga (Hanani, 2009).
Secara sempit dan secara luas penggunaan definisi Pertanian
Kota menurut Mougeot (2000) dalam Redwood (2009): pertanian
kota adalah suatu lokasi industri yang ada di dalam kota atu di
pinggiran kota, sebuh kota kecil atau kota taraf kota dunia, yang mana
pertumbuhan dan pemeliharaan, pengolahan dan penyebaran
perbedaan hasil-hasil makanan dan hasil-hasil bukan makanan,
menggunakan sebagian besar manusia dan sumber-sumber daya yang
ada, hasil-hasil dan berdasarkan pada pelayanan dan sekitar area kota,
dan dalam mengubah persediaan manusia dan sumber daya, hasil dan
sebagian besar pelayanan untuk area kota.
Di Indonesia, tentu saja bahkan belum masuk sebagai suatu
kategori guna lahan perkotaan yang resmi. Pertanian Kota (PK) di
negeri sedang berkembang karena post-poverty syndrom cenderung
xxi
menganggap PK sebagai masalah sebagai sisa-sisa ketertinggalan,
sebagai akibat dari tidak terselesaikannya kawasan pedesaan. Namun,
nyatanya PK tetap ada, bahkan di Kota-Kota negara maju sekalipun.
Makin cepat suatu Kota mengakuinya dan memasukkannya di dalam
perencanaan tata ruangnya, makin cepat mereka merasakan
manfaatnya. Kini PK dihubungkan dengan cara-cara Kota mengurangi
ecological footprint-nya, membantu keluarga miskin menambah
penghasilan dan makanan segar, serta meningkatkan keamanan
makanan di banyak Kota. PK juga menghasilkan tanaman hias serta
mengindahkan lahan-lahan terbengkalai Kota (Kusumawijaya, 2009).
Intensifikasi pertanian di sekitar kota memerlukan berbagai input
seperti pupuk, makhluk hidup, tenaga kerja dan air. Banyak input yang
mahal dalam istilah lain harta langsung dan mungkin pengaruh
lingkungan dari pupuk-pupuk dan pestisida-pestisida. Supaya
lingkungan dapat seimbang maka perlu dicari pilihan-pilihan (mendaur
ulang botol, menggabungkan manajemen hama), meskipun air dapat
menjadi faktor kunci. Kecepatan dan perencanaan pertumbuhan alam
di kota akan menghasilkan air dan dekat berhubungan dengan masalah
kebersihan, banyak kota-kota mempunyai perlengkapan air yang tidak
teratur. Dalam area peri urban, seringkali menganjurkan pada
pengairan yang efisien dan meneruskan cara dengan penggunaan
tanah. Seperti contohnya, dalam memproduksi sayuran, persaingan
dari air dapat menjadi faktor kunci pengaruh kelangsungan hidup dari
pertanian dekat kota (Livingston, 1987 dalam Smith, 1999 ).
2. Penyuluhan Pertanian
a. Penyuluhan pertanian
Menurut Setiana (2005) penyuluhan adalah suatu sistem
pendidikan di luar sekolah untuk anggota masyarakat, terutama yang
berada di pedesaan agar meningkat pengetahuan, keterampilan dan
sikap mentalnya menjadi lebih produktif sehingga mampu
xxii
meningkatkan pendapatan keluarganya, dan pada gilirannya akan
meningkat pula kesejahteraan hidupnya. Karena penyuluhan pertanian
dalam jangka panjang adalah terjadinya peningkatan taraf hidup
masyarakat, maka hal ini hanya dapat dicapai apabila para petani
dalam masyarakat telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara usaha taninya
dengan cara-cara yang lebih baik.
b. Better business, berusaha yang lebih menguntungkan, mau dan
mampu menjauhi para pengijon, lintah darat dan melakukan teknik
pemasaran yang benar.
c. Better living, hidup lebih baik dengan mampu menghemat, tidak
berfoya-foya dan setelah berlangsungnya masa panenan bisa
menabung, bekerja sama memperbaiki hygiene lingkungan dan
mampu mencari alternatif lain dalam usaha.
Penyebaran informasi tentang teknologi baru merupakan hal
yang penting sehingga petani dapat menggunakan perkembangan
pertanian terkini. Tetapi dalam pelaksanaannya, ada jurang pemisah
antara temuan penelitian dan kebutuhan petani. Agar teknologi
tersebut dapat sukses menyebar di kalangan petani maka sebaiknya
teknologi tersebut memberikan tujuan yang berguna bagi pengguna
akhirnya. Institusi yang menjembatani jurang pemisah antara petani
dan para peneliti dalam bidang pertanian adalah layanan penyuluhan
pertanian (National Portal Content Management Team, 2010).
Salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab setiap penyuluhan
adalah mengkomunikasikan inovasi, dalam arti mengubah perilaku
masyarakat sasaran agar tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi
demi tercapainya perbaikan mutu hidup. Dalam hal ini, sasaran
penyuluhan sangatlah beragam baik mengenai karakteristik individu,
lingkungan fisik dan sosialnya serta kebutuhan-kebutuhannya,
motivasi dan tujuan yang diinginkannya. Oleh karena itu, di dalam
setiap pelaksanaan penyuluhan, setiap penyuluh harus memahami dan
xxiii
mampu memilih metode dan teknik penyuluhan yang paling baik
sebagai suatu cara yang terpilih untuk tercapainya tujuan penyuluhan
yang dilaksanakannya (Soesmono, 1975 dalam Mardikanto, 1993).
Ballantyne dalam Hawkins dkk (1982) mengemukakan bahwa
komunitas pertanian merupakan grup klien atau pendengar yang
terpenting dalam penyuluhan pertanian. Bagaimanapun, ada pihak lain
yang walaupun tidak memiliki dan bekerja di lahan pertanian,
mempunyai ketertarikan yang besar dalam peningkatan produksi
pertanian. Organisasi komersial pengolahan barang atau penjual jasa
kepada para petani tergantung pada keberuntungan dalam industri
lokal pada mata pencaharian mereka. Lagipula, staf mereka sering
dimintai pertimbangan oleh petani tentang penggunaan pestisida,
pupuk, alat-alat pertanian, dan lain sebagainya. Studi telah
menunjukkan bahwa staf perusahaan tersebut, walaupun semata-mata
hanya memperhatikan penjualan produk barang dan jasa mereka, tetapi
mereka sering memberikan saran teknis dan terkadang memberikannya
dalam bentuk pelatihan nonformal.
Selaras dengan peran kunci yang dimainkan oleh kegiatan
penyuluhan tersebut, telah dapat dilihat bahwa di semua sektor
kegiatan yang berkaitan dengan upaya pembangunan pertanian,
kehadiran penyuluhan pertanian selalu dirasakan manfaatnya. Bukan
saja oleh orang pertanian sendiri (penyuluh, administrator bahkan
peneliti), tetapi juga oleh semua pihak yang terkait seperti: produsen
sarana produksi pertanian, produsen alat/mesin pertanian, pedagang,
maupun penyedia kredit usahatani dan para pengusaha atau pimpinan
wilayah dari tingkat pusat sampai yang terendah di tingkat
desa/kelurahan. Akan tetapi, arti penting penyuluhan pertanian itu
sering belum mendapat perhatian yang wajar sebagai kebutuhan yang
dirasakan (felt need) oleh mereka yang terkait di dalamnya
(Mardikanto, 1994).
xxiv
Penyuluhan adalah proses pemberdayan masyarakat yang
bertujuan untuk meningkatkan kapasitas demi kemandiriannya. Katena
itu, penyuluhan pertanian tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas dan pendapatan usahatani, tetapi juga untuk
meningkatkan kapasitasnya agar mampu dan berani menyampaikan
kebutuhan dan hak-hak politiknya serta mampu dan berani memilih
alternatif pemecahan masalah yang dihadapi yang paling efisien dan
tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial, budaya dan kearifan lokal.
Peningkatan kapasits ini penting, agar masyarakat (petani) memiliki
“posisi tawar” dalam pengambilan keputusan politik tentang kebijakan
pembangunan pertanian yang berpihak kepada masyarakat
(Mardikanto, 2007).
Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian
fungsi lingkungan hidup (Departemen Pertanian, 2006).
Penyuluhan pertanian bukanlah suatu hal yang bisa ditangai
secara mandiri oleh satu pihak namun memerlukan keterkaitan dan
kerjasama antar lembaga, bukan hanya peneliti dan penyuluh namun
juga antara petugas penyuluh dengan pelaku bisnis pertanian lainnya
seperti pelaku pemasaran, transportasi, penyimpanan, lembaga
keuangan dan asuransi serta institusi lain yang terkait dengan
pembangunan pertanian dan pedesaan. Harmonisasi pembagian peran
layanan penyuluhan dan pendanaan antara sektor publik dan private
akan menjadi tema strategis dalam layanan dan pendanaan penyuluhan
pertanian di masa mendatang. Privatisasi penyuluhan pertanian yang
dimaknai sebagai pembagian peran yang serasi juga merupakan
wahana demokratisasi karena membuka peluang partisipasi aktif dari
xxv
stakeholders terkait untuk berkontribusi dalam proses penyuluhan
pertanian. Monopoli sepihak dalam penyuluhan pertanian bisa
dihindari, namun justru memunculkan iklim kompetisi sehat yang
memungkinkan client untuk bisa memilih alternatif yang terbaik yang
mampu menyediakan kebutuhan akan layanan penyuluhan pertanian.
Meskipun penyuluhan private akan semakin menguat karena
efektifitas dan efeisiensinya, namun bagaimanapun juga penyuluhan
publik tetap penting sebagai penyedia public goods. Nampaknya perlu
segmentasi layanan, untuk komoditas yang melibatkan orang banyak
dengan profitabilitas dan harga produk rendah tetap menjadi
tanggungjawab sektor public yang memungkinkan client mendapat
layanan tanpa dipungut biaya. Penyuluh public juga dapat berfungsi
sebagai mediator dan koordinator penyuluhan (Subejo, 2010).
Penyuluhan adalah sistem pendidikan luar sekolah di mana orang
dewasa dan pemuda belajar dengan mengerjakan. Penyuluhan adalah
hubungan kemitraan antara pemeritah, tuan tanah, dan masyarakat,
yang menyediakan pelayanan dan pendidikan terencana untuk
menemukan kebutuhan masyarakat. Tujuan utamanya adalah
kemajuan masyarakat (Kelsey and Cannon, 1955).
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang agar
memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki, mengenali dirinya
sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga dapat menentukan
sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung
pada orang lain. Dalam hal ini perlu diingat bahwa orang yang
memberi bimbingan bukanlah decision maker melainkan sebagai
katalisator. Pembimbing yang baik seringkali tidak menentukan jalan
yang akan ditempuh seseorang, melainkan hanya membantu dalam
menemukan dan menentukan sendiri jalan yang akan ditempuh
(Partowisastro, 1985).
Tiap masyarakat menyediakan pendidikan umum untuk setiap
masyarakat muda. Latihan ini memberikan kebutuhan ketrampilan
xxvi
setiap anak untuk hidup dalam bermasyarakat. Latihan ini mencoba
untuk mengembangkan kemampuan setiap anak sesuai dengan
kebiasaan-kebiasaan yang dilahirkan oleh masyarakat. Latihan ini
mungkin atau tidak mungkin berisi tentang unsur-unsur yang
mendorong pembangunan. Pendidikan pembangunan adalah
pendidikan yang ingin mengembangkan sederetan masyarakat.
Pendidikan ini harus berhati-hati dalam memilih bagian bahan-bahan
yang akan digunakan untuk mengajar. Dan pendidikan ini secara adil
dapat memilih tentang pengetahuan baru, kemampuan dan
ketrampilan-ketrampilan menolong setiap murid untuk belajar
(Mosher, 1966).
Salah pengertian yang sering terjadi mengenai peranan
penyuluhan ialah bahwa tugas penyuluhan adalah untuk
menyampaikan hasil-hasil penelitian pertanian kepada petani-petani.
Penyuluh pertanian yang baik memang berbuat demikian, tetapi akan
lebih tepat bila dikatakan bahwa tugasnya adalah menyadarkan petani-
petani akan adanya alternatif-alternatif, adanya metode-metode lin
untuk menyelenggarakan pekerjaan usahatani mereka. Beberapa dari
alternatif itu ada yang telah dipraktekkan olah masyarakat setempat.
Dewasa ini tidak semua petani mengikuti cara-cara kerja yang sama.
Beberapa di antara mereka lebih berhasil dari yang lain
(Mosher, 1978).
Penyuluhan pertanian merupakan kata majemuk, gabungan dari
kata penyuluhan dan pertanian. Penyuluhan berasal dari kata suluh
yang berarti obor atau pelita pemberi terang dalam kegelapan.
Karenanya, penyuluhan dapat diartikan sebagai usaha memberi terang
atau petunjuk bagi orang yang berjalan dalam kegelapan. Sedangkan
pertanian berarti pengetrapan karya manusia pada alam sehingga dapat
memperoleh dan menaikkan produksi yang lebih bermanfaat bagi
kehidupannya sendiri beserta keluarganya, dan bagi masyarakat
lingkungannya. Sehingga, penyuluhan pertanian dapat diartikan
xxvii
sebagai usaha untuk memberikan keterangan, penjelasan, petunjuk,
bimbingan, tuntunan, jalan dan arah yang harus ditempuh oleh setiap
orang yang berusaha tani sehingga dapat menaikkan guna, mutu dan
nilai produksi yang lebih bermanfaat bagi kehidupannnya sendiri dan
keluarganya serta masyarakat lingkungannya, dengan tetap
mempertahankan dan membina kelestarian serta potensi sumberdaya
alam yang diolahnya (Mardikanto et all, 1982).
Penyuluhan adalah sistem pendidikan nonformal tanpa paksaan
menjadikan seseorang sadar dan yakin bahwa sesuatu yang dianjurkan
akan membawa ke arah perbaikan dari hal-hal yang dikerjakan atau
dilakukan sebelumnya. Sifat penyuluhan tidak terbatas sampai dengan
penjelasan, tapi diteruskan dengan usaha bimbingan agar timbul suatu
hasrat untuk mencoba dan melaksanakan hal-hal yang telah
disampaikan oleh seorang penyuluh. Hasrat ini timbul akibat adanya
perubahan pengetahuan, sikap, kecakapan dan bentuk tindakan dari
pihak penerima. Juga penyuluhan ditujukan kepada usaha untuk
menimbulkan keyakinan bahwa hal-hal yang disuluhkan lebih baik
dari hal yang telah dikerjakan sebelumnya (Samsudin, 1982).
b. Sistem Penyuluhan pertanian
Menurut UU No 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa sistem
penyuluhan pertanian adalah seluruh rangkaian pengembangan
kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama dan
pelaku usaha melalui penyuluhan. Tujuan pengaturan sistem
penyuluhan meliputi pengembangan sumber daya manusia dan
peningkatan modal sosial, yaitu:
1) Memperkuat pengembangan pertanian, perikanan serta kehutanan
yang maju dan modern dalam sistem pembangunan yang
berkelanjutan
2) Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam
peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang
kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi,
xxviii
pemberian peluang, peningkatan kesadaran dan pendampingan
serta fasilitasi
3) Memberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya penyuluhan
yang produktif, efektif, efisien, terdesentralisasi, partisipatif,
terbuka, berswadaya, bermitra sejajar, kesetaraan gender,
berwawasan luas ke depan, berwawasan lingkungan dan
bertanggung jawab yang dapat menjamin terlaksananya
pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan
4) Memberikan perlindungan, keadilan dan kepastian hukum bagi
pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendapatkan pelayanan
penyuluhan serta bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan
5) Mengembangkan sumber daya manusia yang maju dan sejahtera
sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan pertanian,
perikanan dan kehutanan
Sedangkan fungsi sistem penyuluhan meliputi:
1) Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha
2) Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha
ke sumber informasi, teknologi dan sumber daya lainnya agar
mereka dapat mengembangkan usahanya
3) Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial dan
kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha
4) Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam
menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi
yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola
berusaha yang baik dan berkelanjutan
5) Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon
peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku
usaha dalam mengelola usaha
6) Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap
kelestarian fungsi lingkungan
xxix
7) Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian,
perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku
utama secara berkelanjutan.
Ruang lingkup pengaturan dalam Undang-Undang tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian ini terdiri atas kebijakan, kelembagaan,
ketenagaan, penyelenggaraan, pembiayaan, pengawasan dan
pengendalian penyuluhan pertanian (Mardikanto, 2009).
1) Kebijakan Penyuluhan Pertanian
Jika kebijakan diartikan sebagai pilihan terbaik yang perlu
dilakukan oleh setiap manajemen untuk mengelola sumberdaya
demi tercapainya tujuan yang ditetapkan, maka pemerintah
berkewajiban untuk menetapkan kebijakan penyuluhan pertanian
yang secara empiris memiliki peran strategis sebagai pemicu
maupun pemacu atau pelancar pembangunan pertanian
(Mardikanto, 2009).
Pertanian mengacu pada produksi dan konsumsi komoditas
yang diproduksi dengan menanam tanaman atau mengelola
peternakan. Kebijakan adalah tindakan pemerintah untuk
mengubah perilaku produsen dan kumsumen. Analisis terdiri dari
evaluasi keputusan pemerintah untuk mengubah perilaku ekonomi.
Kerangka pikir untuk analisis kebijakan pertanian, oleh karena itu,
adalah sebuah sistem logis untuk menganalisis kebijakan publik
yang mempengaruhi produsen, pemasar, dan konsumen hasil panen
dan produk pertanian (Pearson et all, 2004).
Mardikanto (1993) juga mengemukakan bahwa salah satu
syarat dan faktor pelancar pembangunan pertanian adalah adanya
kebijakan pemerintah untuk pembangunan pertanian dan
penjabarannya oleh aparat pemerintah di tingkat regional dan lokal,
serta langkah-langkah pelaksanaan yang telah dimusyawarahkan
oleh warga masyarakat setempat. Tentang hal ini, harus diingat
xxx
bahwa kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan harus mengacu dan
merupakan bagian integral yang tidak boleh terlepas bahkan harus
memperlancar pelaksanaan serta tercapainya tujuan-tujuan
pembangunan. Karena itu, setiap penyuluh harus benar-benar
memahami semua kebijakan dan hasil-hasil musyawarah
masyarakat yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan
khususnya pembangunan pertanian. Tanpa adanya pemahaman
yang mendalam tentang kebijakan-kebijakan yang telah disepakati,
penyuluh yang bersangkutan akan kesulitan dalam merumuskan
programa penyuluhannya. Di lain pihak, tanpa adanya pemahaman
yang baik terhadap kebijaksanaan dan kesepakatan yang telah
ditetapkan, dikhawatirkan programa penyuluhan yang dirumuskan
akan kurang bermanfaat, berbeda, atau bahkan mungkin
bertentangan dengan kebijakan dan kesepakatan yang ada.
Adapun beragam bentuk-bentuk kebijakan penyuluhan
pertanian di Indonesia antara lain:
a) Pembangunan Kebun Raya Bogor
b) Pelaksanaan Tanam Paksa
c) Pembentukan Departemen Pertanian
d) Pembentukan LVD (Landbouw Voorlichting Dienst)
e) Penyuluhan oleh LVD
f) Pembentukan BPMD (Balai Pendidikan Masyarakat Desa)
g) Penyuluhan Masal
h) Bimbingan Masal
i) Penyuluhan Pertanian di Masa Reformasi
2) Kelembagaan Penyuluhan Pertanian
Dalam pengertian sehari-hari, kelembagaan dapat diartikan
dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit,
kelembagaan sering diartikan sebatas entitas (kelompok,
organisasi) yaitu himpunan individu yang sepakat untuk
menetapkan dan mencapai tujuan bersama. Tetapi dalam ari luas,
xxxi
kelembagaan mencakup nilai-nilai, aturan, budaya dan lain-lain.
(Mardikanto, 2009).
Undang Undang No.16 Tahun 2006 menetapkan bahwa
Kelembagaan penyuluhan adalah lembaga pemerintah dan/atau
masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan
penyuluhan pertanian. Kelembagaan penyuluhan terdiri atas
kelembagaan penyuluhan pemerintah, kelembagaan penyuluhan
swasta dan kelembagaan penyuluhan swadaya. Untuk kelembagaan
penyuluhan pemerintah, bentuk-bentuknya meliputi: pada tingkat
pusat berbentuk badan yang menangani penyuluhan, pada tingkat
provinsi berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan, pada tingkat
kabupaten/kota berbentuk badan pelaksana penyuluhan, dan pada
tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan. Kelembagaan
penyuluhan swasta dapat dibentuk oleh pelaku usaha dengan
memperhatikan kepentingan pelaku utama serta pembangunan
pertanian dan kehutanan setempat. Kelembagaan penyuluhan
swadaya dapat dibentuk atas dasar kesepakatan antara pelaku
utama dan pelaku usaha.
3) Ketenagaan Penyuluh Pertanian
Mosher dalam Mardikanto (2009) mengungkapkan bahwa
setiap penyuluh (pertanian) harus mampu melaksanakan peran
ganda sebagai:
a) Guru, yang berperan untuk mengubah perilaku (sikap,
pengetahuan dan keterampilan) masyarakat penerima
manfaatnya.
b) Penganalisa, yang selalu melakukan pengamatan terhadap
keadaan (sumberdaya alam, perilaku masyarakat, kemampuan
dana, dan kelembagaan yang ada) dan masalah-masalah serta
kebutuhan-kebutuhan masyarakat sasaran, dan melakukan
analisis tentang alternatif pemecahan masalah atau pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan tersebut.
xxxii
c) Penasehat, untuk memilih alternatif perubahan yang paling
tepat, yang secara teknis dapat dilaksanakan, secara ekonomi
menguntungkan dan dapat diterima nilai-nilai sosial budaya
setempat.
Organisator, yang mampu menjalin hubungan baik dengan
segenap lapisan masyarakat (terutama tokoh-tokohnya), mampu
menumbuhkan kesadaran dan menggerakkan partisipasi
masyarakat, mampu berinisiatif bagi terciptanya perubahan-
perubahan serta dapat memobilisasi sumberdaya, mengarahkan dan
membina kegiatan-kegiatan maupun mengembangkan
kelembagaan-kelembagaan yang efektif untuk melaksanakan
perubahan-perubahan yang direncanakan.
Mukherjee (1969) mengemukakan bahwa riset adalah suatu
proses yang berkelanjutan yang memerlukan sejumlah kompetensi
dan telah teruji dalam pertanian, peternakan, irigasi, pengolahan
makanan dan pemeliharaannya. Dengan demikian, sebelum hasil
riset ditransmisikan untuk diadopsi oleh para petani, maka sangat
penting untuk diadakan suatu pengujian di lapangan oleh staf
ilmuwan yang bekerja dari sejumlah percobaan lokal. Mereka tidak
harus sangat terlatih seperti di pusat penelitian, tetapi mereka perlu
mempunyai suatu dasar pelatihan dan pendidikan pertanian yang
harus berkaitan dengan solusi dari permasalahan praktis yang
dihadapi petani dan memperkenalkannya melalui petugas
penyuluhan. Akhirnya, kader para pekerja yang secara langsung
terlibat dalam diseminasi pengetahuan ilmiah kepada para petani
perlu mengetahui tentang kebutuhan pengetahuan petani dalam
bidang pertanian dan pelatihan tentang praktek yang diperlukan
oleh seorang penyuluh pertanian.
Penyuluhan dilakukan oleh penyuluh PNS, penyuluh swasta,
dan/atau penyuluh swadaya. Penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS)
xxxiii
yaitu pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluh swasta
yaitu penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga
yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan. Dan
penyuluh swadaya yaitu pelaku utama yang berhasil dalam
usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan
kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.
Pengangkatan dan penempatan penyuluh PNS disesuaikan dengan
kebutuhan dan formasi yang tersedia berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Pemerintah dan pemerintah daerah
meningkatkan kompetensi penyuluh PNS melalui pendidikan dan
pelatihan. Alih tugas penyuluh PNS hanya dapat dilakukan apabila
diganti dengan penyuluh PNS yang baru sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Keberadaan penyuluh swasta dan penyuluh
swadaya bersifat mandiri untuk memenuhi kebutuhan pelaku
utama dan pelaku usaha. Pemerintah dan pemerintah daerah
memfasilitasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi penyuluh
swasta dan penyuluh swadaya (Departemen Pertanian, 2006).
4) Pembiayaan Penyuluhan Pertanian
Menurut Mardikanto (2009) menyatakan bahwa unsur
pembiayaan di dalam kegiatan penyuluhan diperlukan untuk:
a. Biaya personil (gaji, upah, tunjangan, intensif dan lain-lain)
b. Pengadaan perlengkapan (alat bantu dan alat peraga
penyuluhan)
c. Biaya operasional (pembuatan atau perbanyakan atau
penyebarluasan materi penyuluhan, biaya perjalanan dan lain-
lain)
d. Biaya manajemen (kantor, perlengkapan, sarana transportasi,
pos dan telekomunikasi, alat tulis atau kantor dan lain-lain)
xxxiv
e. Biaya operasional dan pemeliharaan (kantor, sarana kantor,
sarana transportasi, perlengkapan penyuluhan dan lain-lain)
Sumber pembiayaan untuk penyuluhan disediakan oleh
APBN, APBD baik provinsi maupun kabupaten/kota, baik secara
sektoral maupun lintas sektoral, maupun sumber-sumber lain yang
sah dan tidak mengikat, pembiayaan penyuluhan yang berkaitan
dengan tunjangan jabatan fungsional dan profesi, biaya operasional
penyuluh PNS, serta sarana dan prasarana bersumber dari APBN,
sedangkan pembiayaan penyelenggaraan penyuluhan di provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, dan desa bersumber dari APBD yang
jumlah dan alokasinya disesuaikan dengan programa penyuluhan.
Dalam hal penyuluhan yang diselenggarakan oleh penyuluh swasta
dan penyuluh swadaya, pembiayaannya dapat dibantu oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah (Departemen Pertanian, 2006).
5) Pengawasan dan Pengendalian Penyuluhan Pertanian
Pengawasan merupakan suatu proses yang mana pimpinan
organisasi memantau kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan
serta membuat penyesuaian-penyesuaian jika dipandang perlu.
Pengawasan diartikan sebagai pengamatan dari dekat (secara
langsung) dan atau dari jauh (secara tidak langsung) yang
dilakukan secara menyeluruh dengan jalan membandingkan antara
pekerjaan yang dilakukan dengan yang seharusnya dilakukan. Pada
pelaksanaan penyuluhan, pengawasan dilakukan terhadap
penerapan sistem kerja latihan dan kunjungan yang dilaksanakan
pada suatu organisasi. Sebagai suatu proses, pengawasan ini
mempunyai tiga komponen utama yaitu rencana kerja yang tepat,
pengamatan pelaksanaan kegiatan baik dari dekat maupun dari jauh
dan tindakan koreksi.
Pada komponen rencana kerja yang tepat, rencana kerja
mulai disusun dari unit pelaksana paling bawah yaitu penyuluh
lapangan secara berjenjang sampai pada tingkat pimpinan pada unit
xxxv
organisasi. Penyuluh lapangan mendasarkan rencana kegiatan
mereka pada program kerja dan mingguan mereka. Jadi setiap
penyuluh lapangan harus menyusun program kerja dua mingguan
mereka, yang terinci dan mencakup hari dan tanggal kunjungan,
kelompok tani yang dikunjungi, materi yang akan disampaikan
serta data apa saja yang harus dilengkapi dalam pelaksanaan
pelaporan hasil kegiatan. Demikian juga supervisor harus
menyusun program supervisi terhadap program kerja penyuluh
lapangan dan bersama dengan kepala unit lapangan menyusun
program latihan bagi penyuluh lapangan dalam rangka
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Secara
berjenjang ke atas setiap petugas yang terlibat dalam kegiatan
penyuluhan menyusun programa kegiatan masing-masing, agar
sistem kerja yang telah ditetapkan dapat berjalan secara efektif.
Pengamatan dari dekat dalam pelaksanaan kegiatan
seringkali disebut dengan pemeriksaan, namun jika pemeriksaan
disertai dengan pemberian bimbingan dan petunjuk langsung pada
saat pelaksanaan pemeriksaan maka disebut sebagai supervisi.
Pelaksanaan pengawasan terhadap unit kegiatan biasanya
dilakukan melalui supervisi dengan mendatangi secara langsung
dan membandingkan kegiatan yang seharusnya dilakukan dengan
kegiatan yang sedang berlangsung di lapangan. Sedangkan
pengamatan dari jauh seringkali disebut dengan monitoring.
Kegiatan monitoring dapat dilakukan melalui pelaporan. Untuk
memperoleh hasil pelaporan yang baik, artinya tepat waktu dan
akurat, perlu ditetapkan terlebih dahulu sistem dan prosedur
pelaporan di samping penetapan informasi yang ingin disajikan.
Tindakan koreksi dilakukan dengan maksud untuk
mengarahkan kembali semua kegiatan agar dapat mencapai sasaran
yang ingin dicapai. Tindakan koreksi hanya dilakukan jika telah
terjadi penyimpangan pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah
xxxvi
ditetapkan. Penyimpangan ini dapat diketahui dari laporan yang
diterima melalui monitoring maupun dari kegiatan supervisi
lapangan (Suhardiyono, 1992).
c. Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian
Penyelenggaraan penyuluhan pertanian merupakan sebuah sistem
yang terdiri dari input, proses dan output. Pengkajian dalam konteks
input dimulai dengan mempelajari kebijakan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi, selanjutnya ditelusuri proses penyelenggaraan serta
dampak yang terjadi. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah
suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring evaluasi untuk
mencapai tujuan penyuluhan pertanian. Keseluruhan aspek
penyelenggaraan penyuluhan pertanian berdampak terhadap
pelaksanaan penyuluhan pertanian kepada masyarakat tani
(Departemen Pertanian, 2004).
Menurut Saptaji (2010), keberhasilan penyelenggaraan
penyuluhan pertanian dipengaruhi dan berhubungan erat dengan
penyelengaraan kegiatan-kegiatan bidang-bidang lain, seperti: (1)
Kegiatan Penelitian (research) yang menghasilkan teknologi baru; (2)
Kegiatan Pelayanan (service) yang berperan dalam penyediaan saprodi
(pupuk, pestisida, dan lain-lain) membantu dalam perolehan usaha
tani; (3) Kegiatan pengaturan (regulation) yang berperan dalam hal
peraturan-peraturan, izin usaha, pengendalian harga dan kebijakan-
kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan pertanian; (4)
Pembinaan masyarakat dalam hal ini dimaksudkan untuk
mengembangkan dukungan dan pendapat umum terhadap
pembangunan pertanian. Oleh karenanya penyuluhan pertanian
haruslah dilakukan secara akrab serta serasi dan bekerjasama antar
kelembagaan baik pemerintah, maupun swasta, antar penyuluh
pertanian dan keluarga tani-nelayan dan antar petani-nelayan itu
sendiri, yang ruang lingkupnya meliputi pembudidayaan yang lebih
xxxvii
baik (better farming), pengelolaan usaha tani-nelayan yang lebih
menguntungkan (better bussines) dan kehidupan yang lebih sejahtera
(better living).
Komponen-komponen yang merupakan bagian dari
penyelenggaraan penyuluhan pertanian yaitu meliputi programa
penyuluhan, mekanisme kerja penyuluhan, metode penyuluhan, materi
penyuluhan, peran serta dan kerjasama.
a) Programa Penyuluhan Pertanian
Definisi programa penyuluhan pertanian menurut
Departemen Pertanian (2006) adalah rencana tertulis yang disusun
secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat
pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. Programa penyuluhan
terdiri atas programa penyuluhan desa atau kelurahan atau unit
kerja lapangan, programa penyuluhan kecamatan, programa
penyuluhan kabupaten/kota, programa penyuluhan provinsi dan
programa penyuluhan nasional. Menurut Kartasapoetra (1991),
program kerja penyuluhan pertanian adalah hasil pemikiran tentang
sesuatu yang akan dilakukan dalam kegiatan penyuluhan pertanian
di suatu tempat tertentu, sebagai langkah lanjutan untuk kegiatan
usahatani atau pengelolaan pertanian yang masa datang di tempat
tersebut dengan harapan apa yang dilakukan atau kegiatan
penyuluhan yang perlu dilakukan dapat mencapai tujuan yang telah
digariskan. Tujuan yang telah digariskan adalah peningkatan
teknologi pengelolaan pertanian agar tercapai peningkatan
produksi, pendapatan, dan kesejahteraan hidup para petani beserta
keluarganya.
Mardikanto (2009) mengemukakan bahwa untuk
mengetahui seberapa jauh perencanaan program yang dirumuskan
itu telah baik, maka beberapa acuan tentang pengukurannya
mencakup hal-hal sebagai berikut:
xxxviii
i. Analisis fakta dan keadaan
Perencanaan program yang baik harus mengungkapkan hasil
analisis fakta dan keadaan yang lengkap yang menyangkut
keadaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, kelembagaan,
tersedianya sarana/prasarana, dan dukungan kebijaksanaan,
keadaan sosial, keamanan, dan stabilitas politik.
ii. Pemilihan masalah berlandaskan pada kebutuhan
Perumusan masalah perlu dipusatkan pada masalah-masalah
nyata yang telah dirasakan masyarakat. Artinya, perumusan
masalah hendaknya dipusatkan pada masalah-masalah yang
dinilai sebagai penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan nyata
masyarakat yang telah dapat dirasakan oleh mereka.
iii. Jelas dan menjamin keluwesan
Perencanaan program harus jelas sehingga tidak menimbulkan
keragu-raguan dan kesalahpengertian dalam pelaksanaannya.
Setiap perencanaan juga harus luwes (memberikan peluang
untuk dimodifikasi) sebab jika tidak, program tersebut tidak
dapat dilaksanakan dan pada gilirannya justru tidak dapat
mencapai tujuan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan
masyarakat.
iv. Merumuskan tujuan dan pemecahan masalah yang menjanjikan
kepuasan
Tujuan yang ingin dicapai haruslah menjanjikan perbaikan
kesejahteraan atau kepuasan masyarakat penerima manfaatnya.
Jika tidak, program semacam ini tidak mungkin menggerakkan
motivasi masyarakat untuk berpartisipasi didalamnya.
v. Menjaga keseimbangan
Setiap perencanaan program harus mampu mencakup
kepentingan sebagian besar masyarakat dan bukan demi
kepentingan sekelompok kecil masyarakat saja.
xxxix
vi. Pekerjaan yang jelas
Perencanaan program, harus merumuskan prosedur dan tujuan
sasaran kegiatan yang jelas, yang mencakup : masyarakat
penerima manfaatnya; tujuan, waktu, dan tempat; metode yang
akan digunakan; tugas dan tanggung jawab masing-masing
pihak yang terkait; pembagian tugas atau kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh setiap kelompok personel; serta ukuran-
ukuran yang digunakan untuk evaluasi kegiatannya
vii. Proses yang berkelanjutan
Perumusan masalah, pemecahan masalah, dan tindak lanjut
(kegiatan yang harus dilakukan) pada tahapan berikutnya harus
dinyatakan dalam suatu rangkaia kegiatan yang berkelanjutan.
viii. Merupakan proses belajar dan mengajar
Semua pihak yang terlibat dalam perumusan, pelaksanaan dan
evaluasi program perlu mendapat kesempatan “belajar” dan
“mengajar”.
ix. Merupakan proses koordinasi
Perumusan masalah, tujuan, dan cara mencapai tujuan harus
melibatkan dan mau mendengarkan kepentingan semua pihak
di dalam masyarakat. Oleh karena itu, penting adanya
koordinasi untuk menggerakkan semua pihak untuk
berpartisipasi didalamnya.
x. Memberikan kesempatan evalusi proses dan hasilnya
Perencanaan program harus memuat dan memberi kesempatan
untuk dapat dilaksanakannya evaluasi, baik evaluasi terhadap
proses maupun hasilnya.
b) Mekanisme Kerja Penyuluhan Pertanian
Mekanisme adalah susunan atau hubungan dari bagian
sesuatu yang diadaptasikan untuk menghasilkan sebuah efek
(Brainy Media, 2010). Sebelum pelaksanaan otonomi daerah,
penyelenggaraan penyuluhan pertanian dilakukan dalam satu
xl
kesatuan jalur vertikal dari tingkat pusat sampai kepada kelompok
tani dan nelayan beserta keluarganya melalui Dinas Pertanian
Propinsi, Kabupaten dan Balai Penyuluhan Pertanian. Penanggung
jawab penyelenggara penyuluhan pertanian dari pusat sampai
daerah adalah sebagai berikut:
i. Di tingkat pusat adalah Menteri Pertanian
Pelaksanaan sehari-hari, wewenang dan tanggung jawab
dilimpahkan kepada Kepala Badan Pendidikan, Latihan dan
Penyuluhan Pertanian/Ketua Komisi Penyuluhan Pertanian
Nasional yang disingkat KPPN.
ii. Di tingkat Propinsi Daerah Tingkat I adalah Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I
Pelaksanaan sehari-hari selaku penanggung jawab
koordinasinya dilimpahkan kepada Kepala Kantor Wilayah
Departemen Pertanian/Ketua Forum Koordinasi Penyuluhan
Pertanian Propinsi Daerah Tingkat I (FKPP I).
iii. Di tingkat Kabupaten Daerah Tingkat II adalah Bupati Kepala
Daerah Tingkat II
Pelaksana sehari-hari selaku penanggung jawab koordinasinya
dilimpahkan kepada Ketua Pelaksana Harian BIMAS/Ketua
Forum Koordinasi Penyuluhan Pertanian Kabupaten Daerah
Tingkat II (FKPP II).
iv. Di tingkat Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian
(WKBPP) adalah Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP),
setelah dikoordinasikan dengan Camat dan Kepala
Desa/Kelurahan setempat.
Hubungan kerja antara KPPN – FKPP I – FKPP II – BPP
adalah hubungan kerja koordinatif fungsional dalam aspek-aspek
penyusunan program, pelaporan, pemantauan dan penilaian
penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Hubungan kerja horisontal
antara unit-unit kerja penyuluhan pertanian di berbagai tingkat
xli
wilayah daerah adalah hubungan kerja fungsional yang dilakukan
secara langsung berdasarkan programa yang telah ditetapkan untuk
masing-masing tingkat wilayah daerahnya. Hubungan kerja antara
Kelompok Tani Nelayan Andalan di berbagai tingkat wilayah
daerah dengan BPP/FKPP di wilayah daerah yang bersangkutan
adalah hubungan kerja konsultatif. Hubungan kerja BPP dengan
unit Pelaksana Teknis Lingkup Departemen dengan BPP diatur
oleh Menteri Pertanian dengan konsultasi Menteri Dalam Negeri.
Pada era reformasi, pelaksanaan penyuluhan pertanian
menggunakan mekanisme kerja yang didasarkan pada pendekatan
partisipatif yang memungkinkan petani ikut merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi serta menarik manfaat dari
kegiatan penyuluhan pertanian (Supanggyo, 2007).
c) Metode Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan memerlukan beberapa metode dan peralatan
mengajar. Masyarakat dipengaruhi untuk membuat perubahan
perilaku dalam proporsi pada kontak mereka dengan sejumlah
metode atau alat yang berbeda. Metode yang menjangkau sasaran
dalam jumlah besar disebut media massa. Jumlah yang lebih kecil
dijangkau dengan aktivitas kelompok. Metode kontak personal
sangat penting dan efektif tetapi memerlukan waktu yang lebih
lama dan energi yang lebih besar. Penyuluhan tidak dapat
dilakukan tanpa kontak personal tetapi penyuluhan bukanlah hal
yang berjalan seorang diri. Setiap alat mengajar mempunyai
posisinya tersendiri dan mereka saling mendukung satu sama
lainnya. Bersama-sama mereka memberikan stimulus untuk minat,
harapan, tindakan, dan kepuasan (Kelsey and Cannon, 1955).
Menurut Mardikanto dan Arip (2005) mengemukakan
bahwa metode adalah cara penyuluh untuk mendekatkan dirinya
dengan masyarakat sasaran. Kemampuan seseorang untuk
mempelajari sesuatu berbeda-beda demikian juga tahap
xlii
perkembangan mental, keadaan lingkungan dan kesempatannya
berbeda-beda. Oleh karena itu perlu ditetapkan suatu metode
penyuluhan pertanian yang berhasil guna dan berdaya guna.
Adapun dasar-dasar dalam pertimbangan pemilihan metode
penyuluhan dapat digolongkan menjadi empat, yaitu :
i. Sasaran
Yang harus diperhatikan penyuluh dari segi sasarannya
meliputi tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap sasaran,
sosial budaya dan banyaknya sasaran yang hendak dicapai.
ii. Sumberdaya penyuluhan
Dalam hal ini yang perlu dipertimbangkan antara lain
kemampuan penyuluh, materi penyuluh, serta sarana dan biaya
penyuluhan. Kemampuan penyuluh dan pengalaman penyuluh
yang meliputi penguasaan ilmu dan keterampilan serta sikap
yang dimiliki perlu dipertimbangkan. Materi penyuluhan yang
akan disampaikan perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
metode penyuluhan. Untuk yang bersifat teknis biasanya dipilih
metode yang memungkinkan praktek di lapangan dan untuk
materi yang bersifat nonteknis, misalnya agar petani mau
berkelompok dan mau memasarkan hasil usahanya biasanya
diipilih metode diskusi kelompok. Keadaan peralatan, alat-alat
bantu, fasilitas dan biaya yang tersedia juga akan menentukan
dalam pemilihan metode penyuluhan.
iii. Keadaan daerah
Pemilihan metode penyuluhan perlu mempertimbangkan
kondisi daerah pelaksanaan penyuluh pertanian, antara lain
musim, keadaan usahatani, dan keadaan lapangan. Terkait
dengan musim, apabila pada suatu keadaan tertentu tidak dapat
dilaksanakan suatu proses produksi maka tentu tidak akan
diadakan penyuluhan di tempat usahatani seperti demonstrasi
sehingga dalam hal ini akan lebih memungkinkan untuk
xliii
diadakan pertemuan di rumah petani. Keadaan usahatani turut
mempengaruhi pemilihan metode penyuluhan. Misalnya untuk
mengintensifkan ternak unggas di suatu daerah maka dipilih
metode demonstrasi, sedangkan untuk tujuan introduksi
diterapkan metode karya wisata ke tempat lain. Keadaan
lapangan seperti topografi, jenis tanah, sistem pengairan, serta
sarana juga perlu dipertimbangkan. Misalnya untuk
perkampungan yang letaknya terpisah-pisah maka kegiatan
penyuluhan akan lebih efektif dilakukan di tempat tinggal
petani atau di lahan usahataninya.
iv. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah yang berasal dari pusat atau daerah
terkadang menentukan pemilihan metode penyuluhan.
Pendekatan intensifikasi secara massal dan cash program
memerlukan waktu yang relatif cepat daripada pendekatan
perorangan yang pada dasarnya akan membutuhkan waktu
yang relatif lebih lama.
Metode penyuluhan menurut keadaan psiko sosial
sasarannya dibedakan menjadi tiga hal, yaitu:
1) Pendekatan perorangan, artinya penyuluh berkomunikasi secara
pribadi orang seorang dengan setiap sasarannya, misalnya
melalui kunjungan ke rumah dan kunjungan ke tempat kegiatan
sasarannya
2) Pendekatan kelompok, manakala penyuluh berkomunikasi
dengan sekelompok sasaran pada waktu yang sama, seperti
pada pertemuan di lapangan dan penyelenggaraan latihan
3) Pendekatan massal, jika penyuluh berkomunikasi secara tidak
langsung atau langsung dengan sejumlah sasaran yang sangat
banyak bahkan mungkin tersebar tempat tinggalnya, misalnya
penyuluhan lewat TV dan penyebaran selebaran.
(Mardikanto, 1993).
xliv
Sastraatmadja (1993) mengungkapkan bahwa penggolongan
metode penyuluhan pertanian di negara berkembang sekurang-
kurangnya ada tiga penggolongan. Pertama adalah berdasarkan
jarak jangkauan sasaran. Metode menurut penggolongan seperti ini
dapat dibedakan dalam metode langsung (tatap muka) seperti
kunjungan rumah, pertemuan, kursus tani, demonstrasi,
karyawisata dan metode tidak langsung (memakai media massa)
seperti terbitan, siaran radio, siaran TV, sandiwara dan lain
sebagainya.
Kedua adalah berdasarkan jumlah sasaran. Menurut
penggolongan ini ada tiga pendekatan yang sering dilakukan.
Ketiga pendekatan tersebut adalah pendekatan perorangan seperti
kunjungan rumah, telepon; pendekatan kelompok seperti
pertemuan, demonstrasi, karyawisata, perlombaan, diskusi, kursus
tani; dan pendekatan massal seperti radio, siaran televisi, wayang,
brosur, leaflet, folder, poster, spanduk dan sandiwara.
Ketiga adalah berdasarkan indera penerima yaitu yang dapat
dilihat atau dibaca seperti terbitan, spanduk, poster, surat, slide,
film, pameran; dapat didengar seperti siaran radio, rekaman tape
recorder, telepon; dapat dilihat dan didengar seperti film bersuara,
siaran TV, wayang, demonstrasi dari lapangan dan lain sebagainya.
d) Materi Penyuluhan Pertanian
Materi penyuluhan menurut Undang Undang No.16 tahun
2006 adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para
penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai
bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial,
manajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkungan.
Vademecum Bimas dalam Mardikanto (2009)
mengemukakan bahwa ragam materi yang disiapkan dalam setiap
penyuluhan perlu mencakup kebijaksanaan dan peraturan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan pertanian seperti pola
xlv
kebijakan umum pembangunan pertanian, kebijakan harga dasar,
penyaluran kredit usahatani, distribusi sarana produksi,
pengelolaan air dan sebagainya; hasil-hasil penelitian atau
pengujian dan rekomendasi teknis yang permintaan oleh instansi
yang berwenang; pengalaman petani yang telah berhasil; informasi
pasar; petunjuk teknis tentang penggunaan alat dan sarana
produksi; informasi tentang kelembagaan dan kemudahan-
kemudahan yang berkaitan dengan pembangunan pertanian seperti
informasi tentang pusat-pusat informasi penelitian, lembaga
keuangan dan perbankan, lembaga pemasaran sarana produksi,
perlengkapan pertanian, dan sebagainya; serta dorongan dan
rangsangan untuk terciptanya swakarsa, swakarya dan swadaya
masyarakat.
Kartasapoetra (1991) mengungkapkan bahwa materi
penyuluhan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran dengan
demikian maka mereka akan tertarik perhatiannya dan terangsang
untuk mempraktekkanya. Materi yang menarik perhatian para
petani tentunya adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha
perbaikan produksi, pendapatan dan tingkat hidupnya.
e) Peran Serta dan Kerjasama
Materi penyuluhan menurut Undang Undang No.16 tahun
2006 adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para
penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai
bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial,
manajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkungan.
Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi dan mendorong
peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pelaksanaan
penyuluhan. Kerja sama penyuluhan dapat dilakukan
antarkelembagaan penyuluhan, baik secara vertikal, horizontal
maupun lintas sektoral. Kerja sama penyuluhan antara
kelembagaan penyuluhan nasional, regional, dan/atau internasional
xlvi
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari menteri.
Penyuluh swasta dan penyuluh swadaya dalam melaksanakan
penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha dapat
berkoordinasi dengan penyuluh PNS.
Supanggyo (2007) menyatakan bahwa kerjasama
penyuluhan pertanian dapat dilakukan antara sesama lembaga
penyuluh pertanian, maupun antara kelembagaan penyuluhan
pertanian dengan lembaga pelayanan lain, petani dan pelaku usaha
serta masyarakat lainnya.
d. Kinerja Penyuluh Pertanian
Kinerja penyuluh pertanian adalah cara kerja yang dilakukan
oleh penyuluh supaya kegiatan penyuluhannya dapat berjalan sesuai
dengan tujuan. Dalam kinerja penyuluh terdapat pengawasan dan
pengendalian. Kegiatan pengawasan (supervisi) lebih bersifat fasilitas
atau pembinaan, utamanya yang berkaitan dengan pemecahan masalah
yang tidak dapat diselesaikan oleh PPL atau PPS (Mardikanto, 2009).
e. Kelembagaan Pendukung Penyuluhan Pertanian
Menurut Mardikanto (1993), organisasi dapat diartikan sebagai
himpunan yang terdiri dari kelompok-kelompok orang yang saling
bekerja sama di dalam struktur tata hubungan antar kelompok-
kelompok (unit kegiatan) yang melaksanakan fungsi masing-masing,
demi tercapainya tujuan (bersama) tertentu yang menjadi tujuan
organisasi yang bersangkutan. Dengan demikian, pengorganisasian
dapat diartikan sebagai upaya untuk mengkoordinasikan atau
menghubung-hubungkan kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap unit
(kelompok) kegiatan yang terdapat dalam organisasi yang
bersangkutan demi tercapainya tujuan organisasi yang menjadi tujuan
bersama.
1) Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi
Di tingkat Nasional dan Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan
kelembagaan penyedia sarana produksi dilakukan oleh BUMN dan
xlvii
swasta (produsen/distributor/penyalur), sedang di tingkat
Desa/Kelurahan ditangani oleh swasta (pengecer) dan koperasi
(Koperasi Unit Desa/KUD dan Koperasi Kelompok Tani/KKT).
2) Kelembagaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Di masa lalu, kelembagaan pengolahan dan pemasaran hasil
dilakukan oleh BUMN (BULOG), swasta dan koperasi
(KUD/KKT).
3) Kelembagaan Keuangan (Kredit)
Secara konvensional, lembaga keuangan yang banyak berperan
dalam pembangunan pertanian dilaksanakan oleh bank (Bank
Rakyat Indonesia/BRI) dan swasta (pedagang/tengkulak dan
pelepas uang). Peran BRI sangan dominan sejak dikembangkannya
program BIMAS, utamanya sejak dibentuknya BRI Unit Desa pada
tahun 1970.
4) Kelembagaan Pengangkutan (Transportasi)
Sejak dilaksanakannya pembangunan di segala bidang sebagai
pelaksana Rencana Pembangunan Lima Tahunan sejak 1970,
kelembagaan pengangkutan semakin membaik, utamanya berperan
dalam mendukung pembangunan pertanian.
f. Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Kegiatan penyuluhan pertanian adalah kegiatan terencana dan
berkelanjutan yang harus diorganisasikan dengan baik. Menurut
Lionberger dan Gwin (1983) dalam Mardikanto (2009) dengan tegas
menyatakan bahwa kegiatan penyuluhan pertanian merupakan salah
satu diantara sekian banyak variable yang menyebabkan terjadinya
perubahan perilaku petani dan perubahan-perubahan yang menjadi
tujuan akhir dari penyuluhan pertanian. Artinya, penyuluhan pertanian
yang baik tidak selalu menjamin tercapainya tujuan pembangunan dan
kegagalan pembangunan pertanian tidak selalu hanya disebabkan
karena buruknya pelaksanaan penyuluhan pertanian.
xlviii
g. Keberhasilan Penyuluhan Pertanian
Menurut Mardikanto (2009), penyuluhan merupakan proses
perubahan perilaku manusia (petani) yang dilakukan melalui suatu
sistem pendidikan. Dengan demikian, efektivitas atau keberhasilan
suatu kegiatan penyuluhan dapat diukur dari seberapa jauh telah terjadi
perubahan perilaku (petani) penerima manfaatnya, yang baik yang
menyangkut: pengetahuan, sikap dan ketrampilannya. Yang
kesemuanya itu dapat diamati pada:
1) Perubahan-perubahan pelaksanaan kegiatan bertani yang
mencakup macam dan jumlah sarana atau teknik bertaninya.
2) Perubahan-perubahan tingkat produktivitas dan pendapatannya.
3) Perubahan dalam pengelolaan usaha (perorangan, kelompok,
koperasi) serta pengelolaan pendapatan yang diperoleh dari
usahataninya.
h. Faktor Pendukung Penyuluhan Pertanian
Menurut Mardikanto (2009), tentang beberapa faktor atau
kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi proses perubahan yang
diupayakan melalui penyuluhan pertanian, dapat terjadi karena:
1) Keadaan pribadi penerima manfaat
a) Motivasi pribadi untuk melakukan perubahan, yang berupa
perasaan ketidakpuasaan atau penderitaan atas keadaan yang
sedang dialami (baik yang berupa keadaan alam yang kurang
subur, tingkat produktivitas yang sangat rendah, pendapatan
yang terlalu kecil atau struktur kelembagaan yang kurang
mendukung).
b) Adanya kekuatan-kekuatan pendukung untuk terus melakukan
perubahan-perubahan, baik yang disebabkan karena:
i. Adanya kebutuhan untuk memenuhi atau menyelesaikan
tugas atau kegiatan yang telah dilakukan pada waktu-waktu
sebelumnya
xlix
ii. Adanya kebutuhan untuk melaksanakan perubahan secara
bertahap
2) Keadaan lingkungan fisik
a) Sifat-sifat alami yang dimiliki oleh sumberdaya alam seperti:
sifat fisika dan kimia tanah, kemiringan lahan, curah hujan dan
tersedianya sarana pengairan.
b) Teknologi yang tersedia
c) Status penggunaan lahan.
d) Luas lahan yang diusahakan relatif sempit.
3) Lingkungan sosial dan budaya masyarakat
a) Kebudayaan
b) Opini publik
c) Pengambil keputusan dalam keluarga
d) Kekutan lembaga sosial
4) Macam dan aktivitas kelembagaan yang tersedia untuk menunjang
kegiatan penyuluhan.
i. Faktor Penghambat Penyuluhan Pertanian
Menurut Mardikanto (2009), adanya kekuatan-kekuatan yang
menghambat terjadinya perubahan, sebagai akibat dari:
1) Ketakutan atau trauma masa lampau yang berupa ketidakberhasilan
dari upaya-upaya perubahan yang dilakukan, baik yang bersifat
teknis (bencana alam), ekonomis (kenaikan harga input,
merosotnya harga jual produk, kurang berfungsinya KUD) maupun
sosial (pencurian dan perusakan pada plot-plot pengujian).
2) Kekurangsiapan untuk melakukan perubahan karena keterbatasan
pengetahuan, ketrampilan, dana dan kurangnya pengalaman untuk
melakukan perubahan-perubahan.
3) Ketakutan terhadap berkurangnya kepuasan yang selama ini telah
dirasakan.
l
4) Adanya sebagian kegiatan yang tidak diterima masyarakat
meskipun tujuan kegiatan secara keseluruhan diterima oleh
masyarakat yang bersangkutan
5) Adanya ancaman-ancaman dari pihak luar (yang akan tersaingi
maupun yang akan dirugikan) dari perubahan yang direncanakan.
j. Penyuluhan pertanian untuk masyarakat Kota
Pengertian penyuluhan pertanian sebelum krisis (Repelita I s.d.
Repelita V) adalah pendidikan di luar sekolah (nonformal) yang
ditujukan kepada petani-nelayan beserta keluarganya agar mereka
dapat berusaha tani lebih baik (better farming), menguntungkan (better
business), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat lebih
baik (better community). Dengan demikian, tujuan penyuluhan
pertanian adalah mengubah perilaku petani agar dapat berusaha tani
lebih baik, berusaha tani lebih menguntungkan, hidup lebih sejahtera
dan bermasyarakat lebih baik. Mengingat sumber daya manusia petani
sangat rendah, maka untuk mengubah perilaku petani dilakukan
melalui pendidikan luar sekolah (nonformal) dengan berbagai cara
atau metode seperti kursus tani, demonstrasi, karyawisata, siaran
pedesaan (RRI dan televisi) dan sekolah lapang serta penyebaran
informasi melalui media cetak seperti brosur, folder/lipatan, poster,
surat kabar dan lain-lain (Daniel et all, 2006).
3. Tanaman Hias
Tanaman hias adalah tanaman yang dipergunakan sebagai dekorasi
baik ruangan ataupun luar ruangan. Tanaman hias memiliki berbagai
macam jenis mulai dari tanaman berbunga sampai tanaman yang
berbentuk unik. Bentuk tanaman ini sangat beraneka ragam dan masing-
masing tanaman memiliki daya tarik tersendiri untuk layak dikoleksi.
Tidak hanya fashion, tanaman hias juga mengenal trend. Di saat trend
sedang berlangsung harga tanaman hias bisa jadi sangat tinggi dan akan
turun saat trend yang baru atau berikutnya berlangsung. Tidak heran
banyak pecinta tanaman yang beralih profesi untuk menjual tanaman
li
koleksinya karena bisnis tanaman hias cukup menjanjikan. Beberapa jenis
bunga juga menjadi tanaman industry yang dijual melalui floris atau toko
bunga untuk disalurkan ke industry perhotelan, perkantoran ataupun
industry lainnya. Beberapa jenis bunga yang menjadi tanaman industry
adalah mawar, gladiol, krisan, tulip, dan lain lain. Tanaman bunga yang
memiliki harga lebih tinggi dan selalu menjadi dambaan para pecinta
bunga adalah tanaman anggrek. Tanaman anggrek bulan terutama yang
memiliki warna yang langka atau unik dapat memiliki harga hingga jutaan
rupiah (Naibaho, 2010).
Mengenal habitat asli tanaman hias merupakan hal penting dalam
aspek budi daya. Ditinjau dari asal-usul tanaman hias, sifat dan karakter
yang tepat dengan lingkungan tumbuhnya bisa diketahui lebih mendalam.
Hal ini tentu saja berkaitan dengan media tanam, ketinggian lokasi,
kebutuhan suhu, kelembaban, tingkat keasaman, unsur hara hingga
perlakuan khusus lainnya. Pada prinsipnya, penyesuaian tanaman agar
serasa hidup di habitatnya (Redaksi PS, 2008).
Tanaman hias yang ditanam di taman, kebun, halaman rumah, atau
di dalam rumah merupakan tanaman yang berasal dari alam bebas atau
hasil silangan. Pada dasarnya, tanaman tersebut memerlukan perawatan
yang baik sesuai dengan kebutuhan dan syarat tumbuhnya. Perawatan
tanaman meliputi penyiraman, pemberian zat makanan (hara) tambahan,
pencegahan datangnya hama dan penyakit, penggantian media serta
pemangkasan. Perawatan tanaman yang sesuai dengan kebutuhan
kelembaban, suhu udara, suhu media serta cahaya akan memberikan hasil
tampilan tanaman hias yang sempurna. Beberapa tanda atau indikasi
kelainan yang sering dijumpai pada tanaman hias di dalam ruangan antara
lain layu, daun menguning dan akhirnya mati. Kadang pula ditemukan
adanya cendawan, kutu atau ulat daun. Kehadiran hama tersebut selain
menandakan tanaman tidak bersih, kemungkinan juga tidak dilakukan
perawatan secara teratur dan berkala. Bila dijumpai gejala seperti itu,
penanganan pertama yang harus dilakukan adalah segera memindahkan
lii
tanaman yang terserang ke tempat lain supaya tidak menulari tanaman
yang sehat. Dapat pula tanaman tersebut langsung dibuang atau
dimusnahkan bila serangannya sudah cukup parah (Arifin, 2007).
Pada garis besarnya, anggrek mempunyai dua cara pertumbuhan.
Kedua cara pertumbuhan itu mempengaruhi sekali cara perbanyakan
vegetatif. Dua macam pertumbuhan anggrek adalah cara tumbuh
monopodial dan sympodial. Anggrek yang tumbuh secara monopodial
adalah anggrek monopodial yaitu tanaman yang hanya mempunyai satu
sumbu utama. Artinya pertumbuhan ujung batangnya boleh dikatakan
tidak terbatas. Contohnya Arachnis, Ascocenda dan Vanda. Tanaman yang
termasuk sympodial yaitu tanaman yang pertumbuhan ujung-ujung
batangnya terbatas, mula-mula sumbunya tumbuh dahulu, kemudian
menghentikan pertumbuhannya disusul tunas baru muncul sebagai cabang
di pangkal batang pertama, tumbuh, berhenti lagi pada tinggi tertentu,
begitu terus berulang-ulang. Contohnya: Cattleya, Dendrobium dan
Oncidium (Soeryowinoto et all, 2000).
Anggrek sudah lama dipelihara di mana-mana. Di tempat asalnya,
anggrek ada yang hidup di pohon yaitu menempel pada batang dan dahan
pohon, dan ada juga yang hidup di atas tanah yang kaya dengan sampah-
sampah atau daun-daun yang telah berubah menjadi humus. Sifat khas
tanaman anggrek dapat dilihat dari bentuk-bentuk batang dan bunga.
a. Batang
1) Bentuk batang monopodial
Yaitu batang tanaman hanya mempunyai sumbu utama, artinya
pertumbuhan ujung batang boleh dikatakan tidak terbatas (tumbuh
terus ke atas). Bentuk ini terdapat pada: Vanda, Arachnis dan
Aerides.
2) Bentuk batang sympodial
Yaitu batang tanaman yang pertumbuhan ujung-ujung batangnya
terbatas. Bentuk ini terdapat pada: Cattleya, Dendrobium dan
Oncidium.
liii
b. Bunga
Warna anggrek merupakan alat yang ampuh untuk memikat serangga.
Warna-warna ini disebabkan oeh zat warna yang terkandung dalam
bunga tersebut. Zat warna tersebut terkandung dalam plastida-plastida
atau cairan anthocyan. Tetapi anehnya, tiap-tiap warna dikunjungi oleh
serangga yang berbeda. Misalnya lalat menyukai bunga berwarna
putih, kumbang suka warna bunga yang kuning, lebah suka bunga
yang berwarna biru atau merah serta kupu-kupu akan datang bila
bunga sudah masak.
(Soeryowinoto, 1997).
Pada umumnya tanaman anggrek berasal dari daerah tropika bertipe
iklim basah. Tanaman anggrek berdasarkan sifat tumbuhnya dapat dibagi
menjadi dua yaitu anggrek epifit dan anggrek terestrial. Anggrek epifit
yaitu anggrek yang tumbuhnya menopang pada tumbuhan lain namun
tidak merugikan tanaman yang ditumpanginya, contohnya Cattleya,
Dendrobium dan Vanda. Sedangkan anggrek terestrial yaitu anggrek yang
seluruh perakarannnya di dalam tanah, rawa atau daratan, contohnya:
Arachnis dan Calanthe (Ashari, 1995).
4. Pekarangan
Menurut Soetriono et all (2006), pekarangan selain berfungsi sebagai
perbaikan gizi, juga berfungsi sebagai sumber tambahan penghasilan. Bagi
masyarakat yang tidak mengharapkan pekarangan sebagai sumber
pendapatan atau kebutuhan sehari-hari, pekarangan difungsikan sebagai
pemuas kebutuhan rohani dalam bentuk keindahan. Hal ini disebabkan
adanya pengusahaan penanaman tanaman bunga atau tanaman hias.
Sehubungan dengan hal tersebut, pekarangan ditekankan sebagai lahan
yang ditanami tanaman bergizi tinggi serta obat-obatan yang siap
memberikan hasil setiap kali dibutuhkan. Untuk itu, fungsi pekarangan
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Letaknya harus berdekatan dengan rumah
b. Isinya beraneka macam kebutuhan rumah tangga
liv
c. Hasilnya kecil untuk kebutuhan rumah tangga
d. Tidak memerlukan modal besar.
Pekarangan merupakan perpaduan pertanian yang melibatkan peran
manusia dengan ekosistemnya. Secara ekologis, pekarangan dengan
struktur tanaman yang tingginya berjenjang dan beraneka jenisnya, mulai
dari jenis tanaman keras dengan ketinggian yang menjulang, sampai
dengan tanaman perdu dan sejenis rerumputan, bukan saja akan mampu
mengoptimalkan penggunaan energi matahari, melainkan juga melindungi
tanah dari erosi oleh guyuran air hujan. Dengan demikian, berbagai jenis
tanaman memungkinkan tumbuh berdampingan, dan kesuburan tanah serta
tata air tetap terjaga. Di samping itu, dalam pekarangan juga terjadi sistem
daur ulang yang sangat baik. Sebagai lumbung pangan, pekarangan
mempunyai peranan yang besar sebagai penopang ketahanan pangan
(Djoen, 2009).
Pekarangan adalah lingkungan kita sehari-hari, jika ditata dengan
baik bakal menjadi taman. Dan jika dipelihara dengan baik, akan
memberikan lingkungan menarik, nyaman, sehat serta menyenangkan dan
membuat kita betah berlama-lama tinggal di rumah. Dengan menanam
tanaman yang berproduktif, taman pekarangan dapat memberikan
kesehatan yang memenuhi kepuasan jasmaniah dan rohaniah. Pemanfaatan
pekarangan dengan tanaman produktif seperti tanaman holtikultura
(tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan tanaman hias), rempah-rempah,
obat-obatan, bumbu-bumbuan dan lainnya akan memberikan keuntungan
yang berlipat ganda (Irwan, 2009).
5. Intensifikasi hortikultura di pekarangan
Hortikultura adalah suatu cabang dari ilmu pertanian yang ditunjang
oleh beberapa ilmu pengetahuan lainnya, seperti Agronomi, pemuliaan
tanaman, proteksi tanaman dan teknologi benih. Hortikultura sendiri
terbagi menjadi tiga golongan tanaman yakni tanaman buah-buahan,
tanaman sayuran dan tanaman bunga atau hias. Tanaman hortikultura ini
terpisah dari jenis tanaman perkebunan, tanaman pangan dan tanaman
lv
yang lain. Hal ini disebabkan hortikultura berfungsi dan bersifat lain.
Adapun fungsi tanaman hortikultura bisa dibedakan menjadi beberapa
bagian seperti: berfungsi sebagai sumber vitamin dan mineral, sebagai
stabilator lingkungan dan sebagai penghapus budi nurani manusia
(Arief, 1990).
Istilah hortikultura biasanya dihubungkan dengan sejarah dari umat
manusia. Asal kata hortikultura muncul baru-baru saja yaitu pada abad ke-
17. Hortikultura berasal dari bahasa Latin yaitu hortus yang berarti kebun
dan colere yang berarti pengolahan. Hal ini merupakan sebuah konsep dari
perkebunan (Anglo-Saxon gyrgan, terlampir). Sebuah daerah pertanian
dengan konsep abad pertengahan yang telah dilakukan selam beberapa
periode. Pertanian sekarang ini mempunyai makna luas yaitu sebuah
teknologi untuk meningkatkan kualitas flora dan fauna. Konsep awal dari
hortikultura yaitu holtikultura merupakan bagian dari sebuah system
pertanian yang dihubungkan dengan sistem penanaman dalam sebuah
kebun dan lebih dikonsentrasikan pada agronomi (yaitu pertanian dengan
hasil utamanya berupa biji-bijian dan makanan ternak serta perhutanan
yang hasilnya berupa kayu (Janick, 1972).
Istilah hortikultura berasal dari dua kata bahasa Latin yaitu hortus
yang artinya sebuah kebun dan cultura yang artinya pengolahan. Di masa
lampau, perkebunan yang luas dikelilingi oleh dinding yang tinggi atau
struktur yang serupa dengan bangunan tersebut, dan juga tanaman
panenan. Di dalam area tersebut ditanami buah-buahan seperti buah apel,
buah per, buah persik, buah kurma, buah delima atau pohon ara, dan atau
bisa juga berupa sayuran, tanaman bunga dan tanaman hias. Pada
umumnya, istilah hortikultura yang sebenarnya yaitu pengolahan tanaman
tanpa pagar pelindung. Sering kali area ini disebut sebagai kebun. Dengan
demikian, hortikultura adalah sebuah budidaya menumbuhkan tanaman
dalam kebun (Edmond et all, 1977).
Kontribusi hortikultura terhadap manusia dan lingkungan cukup
besar. Manfaat produk hortikultura bagi manusia di antaranya adalah
lvi
sumber pangan dan gizi, pendapatan keluarga dan pendapatan negara.
Sedangkan bagi lingkungan adalah rasa estetikanya, konservasi genetik
sekaligus sebagai penyangga kelestarian alam.
a. Bahan pangan
Untuk pertumbuhan jasmani yang normal membutuhkan pangan yang
cukup bergizi. Pangan yang bergizi terdiri dari zat pembakar seperti
karbohidrat, zat pembangun misalnya protein, serta zat pelindung
seperti vitamin dan mineral. Karbohidrat banyak terdapat pada pangan
beras, jagung dan ketela pohon. Sedangkan pangan protein dapat
diperoleh dari hewan (protein hewani) atau tanaman (protein nabati).
Buah-buahan dan sayuranmengandung cukup banyak pangan protein
maupun vitamin serta mineral. Protein hewani harganya sangat mahal,
hingga tidak terjangkau oleh kebanyakan penduduk Indonesia.
b. Pendapatan keluarga (petani) dan Negara
Usahatani hortikultura memerlukan biaya dan tenaga kerja terampil
serta sarana yang lebih mahal dibandingkan dengan usahatani tanaman
pangan. Tanaman hortikultura perlu lebih intensif, sehingga
memerlukan modal yang besar. Namun demikian, nilai jual produk
hortikultura pun lebih tinggi sehingga memberikan keuntungan yang
memadai.
c. Estetika
Kesegaran (kenyamanan), kesejukan dan keindahan maupun kesehatan
lingkungan sangat ditentukan oleh flora yang tumbuh. Flora di
samping memberikan nilai keindahan tajuk juga bentuk, warna bunga
dan kerangka tanaman. Selanjutnya flora sebagai sumber oksigen yang
diperlukan untuk kehidupan.
d. Budaya bangsa
Taraf kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari tingkat masyarakat
dalam memanfaatkan produk hortikultura. Bagi masyarakat yang telah
maju, konsumsi hortikultura merupakan kebutuhan primer.
lvii
e. Kelestarian alam dan tanaman
Dewasa ini promosi dan perlombaan lingkungan indah dan bersih
untuk kota dan pemukiman baru menonjol. Bangunan besar, gedung
bertingkat dan jalur hijau perkotaan semakin indah dan tertata rapi.
Dengan demikian, peranan bunga dan tanaman hias semakin penting.
Sehingga secara tidak langsung, bunga dan tanaman hias dapat
berfungsi untuk menjaga kelestarian tanaman dan lingkungan.
(Ashari, 1995).
Hortikultura merupakan salah satu komoditas yang mempunyai
peran yang penting dalam sektor pertanian, baik dari sisi sumbangan
ekonomi nasional, pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja maupun
berbagai segi kehidupan masyarakat. Beberapa manfaat komoditas
hortikultura dalam kehidupan masyarakat antara lain:
a. Manfaat sebagai bahan pangan
Kemanfaatan komoditas hortikultura sebagai bahan pangan,
ditunjukkan oleh kandungan nutrisi yang berguna sebagai sumber-
sumber energi, vitamin, mineral dan serat alami.
b. Manfaat di bidang ekonomi
Kemanfaatan di bidang ekonomi dapat dilihat secara nasional, regional
maupun tingkat rumah tangga petani. Sementara di tingkat rumah
tangga petani, hortikultura merupakan sumber pendapatan rumah
tangga yang penting pula. Bahkan banyak diantara petani-petani
hotikultura yang mempunyai kehidupan ekonomi yang cukup baik di
pedesaan.
c. Manfaat di bidang kesehatan
Kemanfaatan dalam bidang kesehatan dapat digambarkan peranannya
dalam menjaga kesehatan, terutama terhadap penyakit-penyakit
degeneratif. Pencegahan penyakit-penyakit diabetes, hipertensi, gangguan
jantung dan penyakit-penyakit yang terkait dengan umur lanjut manusia,
sangat dipengaruhi oleh konsumsi hortikultura.
lviii
d. Manfaat di bidang budaya.
Di bidang budaya, komoditas hortikutura sangat erat berkaitan dengan
keindahan rumah, perkantoran dan sarana umum (taman-taman dan
lain-lain), pesta-pesta dan upacara-upacara adat atau keagamaan serta
pariwisata.
(Soekirno, 2009).
B. Kerangka Berpikir
Penyuluhan pertanian merupakan suatu sistem pemberdayaan terhadap
para pelaku utama dan pelaku usaha untuk mengubah perilaku petani ke arah
perbaikan cara berusahatani untuk mewujudkan peningkatan produktivitas,
pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Untuk itu, pelaksanaan penyuluhan
pertanian kini semakin menuntut koordinasi dan kekompakkan dari berbagai
institusi pemerintah dan masyarakat sekitarnya. Salah satu faktor yang
memberikan konstribusi besar terhadap keberhasilan pembangunan pertanian
di Indonesia adalah dengan peningkatan kegiatan penyuluhan pertanian.
Kegiatan penyuluhan pertanian memerlukan suatu sistem penyuluhan
pertanian yang terdiri dari kebijakan penyuluhan pertanian, kelembagaan
penyuluhan pertanian, ketenagaan penyuluhan pertanian, pembiayan
penyuluhan pertanian, pengawasan penyuluhan pertanian dan pengendalian
penyuluhan pertanian. Sistem penyuluhan pertanian tersebut akan
mempengaruhi kinerja penyuluh dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian.
Dalam penyelenggaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan Kota
Surakarta membutuhkan programa penyuluhan, metode penyuluhan, materi
penyuluhan serta peran serta dan kerjasama. Dengan penyelenggaraan
penyuluhan dan kinerja penyuluh yang baik, maka kegiatan penyuluhan di
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dapat berjalan dengan baik. Selain itu,
kegiatan penyuluhan di Kecamatan Laweyan memerlukan lembaga pendukung
bagi kelancaran penyuluhan. Dan pada akhirnya, dapat dilihat keberhasilan
terkait dengan faktor pendukung dan faktor penghambat dari kegiatan
lix
penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota
Surakarta bagi para petani tanaman hias. Adapun alur kerangka berpikir dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
C. Dimensi Penelitian
1. Sistem penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pengembangan
kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan sikap petani beserta
keluarganya dan pelaku usaha pertanian lainnya melalui penyuluhan
pertanian.
Kelembagaan pendukung penyuluhan pertanian
Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Kinerja penyuluh
Keberhasilan Penyuluhan Pertanian:1. Perubahan
Pengetahuan2. Perubahan Sikap3. Perubahan
Keterampilan
Faktor pendukung penyuluhan pertanian
Faktor penghambat penyuluhan pertanian
Sistem Penyuluhan Pertanian: 1. Kebijakan penyuluhan pertanian2. Kelembagaan penyuluhan pertanian3. Ketenagaan penyuluhan pertanian4. Pembiayaan penyuluhan pertanian5. Pengawasan dan pengendalian penyuluhan pertanian
Penyelenggaraan penyuluhan pertanian:1. Programa penyuluhan
pertanian 2. Mekanisme kerja penuluhan
pertanian3. Metode penyuluhan pertanian4. Materi penyuluhan pertanian5. Peran serta dan kerjasama
lx
a. Kebijakan merupakan suatu pilihan terbaik yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mengelola sumberdaya demi tercapainya tujuan
yang ditetapkan.
b. Kelembagaan merupakan suatu entitas (kelompok atau organisasi)
yang berkewajiban melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian.
Kelembagaan Penyuluhan Pertanian adalah lembaga pemerintah,
petani, dan masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi
menyelenggarakan penyuluhan pertanian.
c. Ketenagaan dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah para
penyuluh (PNS, swasta dan swadaya) yang mempunyai kualifikasi
tertentu baik menyangkut kepribadian, pengetahuan, sikap dan
ketrampilan menyuluh.
d. Pembiayaan dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta meliputi biaya
personil, pengadan perlengkapan, biaya operasional, biaya manajemen
dan biaya pemeliharaan.
e. Pengawasan dan pengendalian penyuluhan pertanian ditunjukkan
dengan adanya kegiatan supervisi serta pemantauan dan evaluasi
program penyuluhan.
2. Penyelenggaraan dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, meliputi:
a. Programa penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun secara
sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat
pengendali pencapaian tujuan penyuluhan.
b. Mekanisme kerja yaitu tata cara atau tata urutan pelaksanaan
penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
c. Metode penyuluhan pertanian tanaman hias di pekarangan Kota
Surakarta adalah cara penyuluh untuk mendekatkan dirinya dengan
penerima manfaat.
lxi
d. Materi penyuluhan pertanian merupakan segala pesan yang ingin
dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat penerima
manfaatnya.
e. Peran serta yaitu peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam
penyelenggeraan penyuluhan pertanian; sedangkan kerjasama adalah
kerjasama yang dimulai dari penyusunan rencana, pelaksanaan sampai
dengan pemantauan penyelenggaraan penyuluhan.
3. Kinerja penyuluh adalah cara kerja yang dilakukan oleh penyuluh supaya
kegiatan penyuluhannya dapat berjalan sesuai dengan tujuan.
4. Kelembagaan pendukung penyuluhan pertanian adalah lembaga yang
mendukung keberhasilan penyuluhan pertanian.
5. Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta ini merupakan kegiatan menyampaikan pesan
dan memberikan pelatihan kepada khalayak petani untuk mengubah
perilaku, sikap dan keterampilannya mengenai penyuluhan pertanian
tanaman hias pekarangan sampai mereka tahu, mau dan mampu untuk
menerapkan kegiatan penyuluhan tersebut. Kegiatan penyuluhan meliputi
siapa yang melakukan, bagaimana pelaksanaannya, kapan, dimana, siapa
yang dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan.
6. Keberhasilan penyuluhan pertanian dapat diukur dari seberapa jauh telah
terjadi perubahan perilaku penerima manfaat baik pengetahuan, sikap dan
ketrampilan.
7. Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang mendukung keberhasilan
penyuluhan pertanian.
8. Faktor penghambat adalah faktor-faktor yang menghambat keberhasilan
penyuluhan pertanian.
lxii
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Bogdan dan
Taylor (1975) dalam Moleong (2000) mendefinisikan penelitian kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian
ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh. jadi, dalam hal ini
tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau
hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara
deskriptif. Menurut Nawawi dan Martini (1996), penelitian deskriptif dapat
diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat
sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Penelitian ini memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact
linding) sebagaimana keadaan sebenarnya.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dipilih secara sengaja yaitu ditetapkan secara sengaja
oleh peneliti dengan kriteria dan pertimbangan tertentu. Pemilihan lokasi
penelitian di Kecamatan Laweyan karena Kecamatan Laweyan mempunyai
jumlah anggota kelompok tani pembudidaya tanaman hias terbanyak di Kota
Surakarta. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Jumlah Anggota Kelompok Tani di Kota Surakarta
No Kecamatan Jumlah Anggota Kelompok Tani Pembudidaya Tanaman Hias
1.2.3.4.5.
LaweyanSerenganBanjarsariJebresPasar Kliwon
9947578975
Sumber: Database Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan PUMK Tanaman Hias Kota Surakarta Tahun 2008.
lxiii
C. Teknik Cuplikan (Sampling)
Penentuan subjek dan informan dalam penelitian ini menggunakan
snowball sampling (pengambilan sampel bola salju), yaitu pemilihan sampel
dengan terlebih dahulu menetapkan satu informan kunci (key-person), untuk
kemudian pemilihan sampel-sampel yang berikutnya, tergantung pada
informasi atau pertimbangan yang diberikan oleh informan kunci tersebut.
Pada tahap selanjutnya, penetapan sampel yang berikutnya, juga berdasarkan
informasi yang diberikan oleh responden-responden yang terpilih tadi,
sedemikian rupa sehingga seperti “bola salju” yang menggelinding
(Mardikanto, 2006). Rincian sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Rincian Sampel Penelitian
Sampel KeteranganSubjek1. Penyuluh
a. PDP (Petugas Dinas Pertanian)b. THL (Tenaga Harian Lepas)
2. Ketua Kelompok Tani3. Petani
Informana. Lurahb. Pedagang Tanaman Hias
Pihak-pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
Pihak-pihak yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
1. Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang mempunyai
keterlibatan langsung dengan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
di pekarangan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah:
a. Penyuluh (PDP dan THL)
Penyuluh disini adalah penyuluh yang berasal dari Dinas Pertanian
Surakarta yang melaksanakan kegiatan penyuluhan mengenai kegiatan
penyuluhan pertanian tanaman hias di pekarangan. Pertimbangannya
lxiv
karena merupakan pihak yang berkaitan erat dan terkait langsung
dengan adanya kegiatan penyuluhan.
b. Ketua kelompok tani
Ketua kelompok tani menjadi informan karena dianggap mengetahui
seluk beluk kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, sehingga dapat memberikan
informasi mengenai masalah yang akan diteliti.
c. Petani
Petani disini adalah petani yang mengetahui informasi tentang kegiatan
penyuluhan pertanian tanaman hias di pekarangan serta petani yang
menjadi anggota kelompok tani karena dianggap mengetahui tentang
masalah yang akan diteliti.
2. Informan
Informan adalah pihak-pihak yang tidak mempunyai keterlibatan
langsung dalam kegiatan penyuluhan, tetapi mereka bisa digali
informasinya tentang kegiatan penyuluhn pertanian tanaman hias
pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Jadi informan harus
mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Informan
berkewajiban menjadi tim penelitian walaupun hanya bersifat informal.
Syarat yang digunakan untuk memilih informan antara lain, jujur, taat
pada janji, patuh terhadap peraturan, suka berbicara, tidak termasuk
anggota tim yang menentang penelitian (Moleong, 2000). Adapun
informan dalam penelitian ini antara lain:
a. Lurah
Lurah disini adalah Lurah yang berasal dari Kelurahan Sondakan
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang dapat memberikan
informasi mengenai masalah yang akan diteliti.
b. Pedagang Tanaman Hias
Pedagang tanaman hias menjadi informan karena dianggap mengetahui
asal usul darimana tanaman hias di Kecamatan Laweyan Kota
Surakarta itu berasal.
lxv
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer
dan data sekunder. Sedangkan sumber data utama dari penelitian menurut
Lofland dan Lofland (1984) dalam Moleong (2000) ialah kata-kata dan
tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-
kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik. Beragam sumber
data tersebut menuntut teknik pengumpulan data tertentu yang sesuai dengan
sumber datanya guna mendapatkan data yang diperlukan. Adapun sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3. Sumber Data Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
Data Yang Digunakan Sifat Data Sumber DataPr. Sk. Kn. Kl.
Data Pokok1. Sistem Penyuluhan Pertanian
a. Kebijakanb. Kelembagaanc. Ketenagaand. Pembiayaane. Pengawasan dan Pengendalian
2. Penyelenggaraan Penyuluhan Pertaniana. Programa penyuluhanb. Mekanisme kerjac. Metode penyuluhand. Materi penyuluhane. Peran serta dan Kerjasama
3. Kinerja Penyuluh 4. Kelembagaan pendukung
Penyuluhan Pertanian5. Kegiatan Penyuluhan Pertanian6. Keberhasilan Penyuluhan
Pertaniana. Faktor pendukungb. Faktor penghambat
7. Arsip atau Dokumen Data Pendukung1. Keadaan Alam2. Keadaan Penduduk3. Keadaan Pertanian4. Keadaan Perekonomian5. Keadaan Kelembagaan
XXXXX
XXXXXXX
X
XX
X
XXXXX
X
XXXXX
XXXXX
XXXXXXX
X
XXX
XXXXX
Subjek atau InformanSubjek atau Informan Subjek atau InformanSubjek atau InformanSubjek atau Informan
Subjek atau Informan Subjek atau InformanSubjek atau Informan Subjek atau InformanSubjek atau Informan Subjek atau InformanSubjek atau Informan
Subjek atau Informan
Subjek atau Informan Subjek atau InformanDinas Pertanian
Kecamatan LaweyanKecamatan LaweyanKecamatan LaweyanDinas PertanianDinas Pertanian
Pr.: Primer Sk.: Sekunder Kn.: Kuantitatif Kl.: Kualitatif
lxvi
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Menurut Goetz dan Le Compte (1984) dalam Sutopo (2006) menyatakan
bahwa strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum
dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu metode atau teknik
pengumpulan data yang bersifat interaktif dan non interaktif. Metode interaktif
meliputi wawancara mendalam dan observasi berperan. Sedangkan metode
non interaktif meliputi kuisioner, mencatat dokumen atau arsip (content
analysis) dan juga observasi berperan tak berperan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam (in-depth interviewing), observasi serta mengkaji dokumen dan
arsip (content analysis).
1. Wawancara mendalam (in-depth interviewing)
Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
secara langsung. Adapun jenis wawancara yang akan dilakukan dalam
penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur atau yang sering disebut
sebagai wawancara mendalam.
Cohen (1976) dalam Bell (1993) mengatakan bahwa seperti halnya
memancing, wawancara adalah sebuah aktivitas yang memerlukan
persiapan yang teliti, kesabaran yang lebih, dan latihan yang dapat
dipertimbangkan jika akhir yang menguntungkan menjadi sebuah
tangkapan yang berharga.
Sutopo (2006), memaparkan bahwa wawancara ini dilakukan dalam
keadaan peneliti tidak tahu mengenai apa yang terjadi sebenarnya dan
ingin menggali informasinya secara mendalam dan lengkap dari
narasumbernya. Dengan demikian, wawancara ini dilakukan dengan
pertanyaan yang bersifat terbuka (open ended) dan mengarah pada
kedalaman informasi. Untuk menjaga agar pokok-pokok penting dalam
pertanyaan tidak terlewatkan, maka dalam berwawancara sering digunakan
semacam pedoman wawancara atau juga dapat disebut sebagai petunjuk
wawancara.
lxvii
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan secara langsung terhadap objek
penelitian. Observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data
yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman
gambar. Jenis observasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
observasi berperan pasif di mana peneliti hanya mendatangi lokasi tetapi
sama sekali tidak berperan sebagai apa pun selain sebagai pengamat pasif,
namun peneliti benar-benar hadir dalam konteksnya (Sutopo, 2006).
Observasi langsung memungkinkan untuk dapat lebih dipercaya
daripada apa yang dikatakan orang dalam beberapa hal. Terutama
observasi langsung dapat berguna untuk menemukan apa yang dilakukan
manusia, apa yang mereka katakan, lakukan, ataupun berperilaku sejalan
dengan apa yang mereka nyatakan sebagai cara untuk bertingkah laku
(Bell, 1993). Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan mendatangi
lokasi penelitian secara langsung. Kegiatan ini dilakukan bersamaan
dengan wawancara dengan informan. Adapun instrumen yang dibutuhkan
antara lain adalah kamera sebagai alat dokumentasi.
3. Mengkaji dokumen atau arsip (Content Analysis)
Menurut Berelson (1952) dalam Moleong (2000) mendefinisikan
content analysis sebagai teknik penelitian untuk keperluan
mendeskripsikan secara objektif, sistematis dan kuantitatif tentang
manifestasi komunikasi. Menurut Yin (1987) dalam Sutopo (2006)
mengemukakan bahwa content analysis sebagai cara untuk menemukan
beragam hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Content
analysis ini merupakan kegiatan mencatat isi penting yang tersurat dalam
dokumen atau arsip kemudian peneliti dapat memaknai isi yang tersirat di
dalamnya. Oleh karena itu, dalam menghadapi beragam dokumen atau
arsip tertulis sebagai sumber data, peneliti hrus bisa bersikap kritis dan
teliti.
lxviii
F. Validitas Data
Data yang telah digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan
penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu,
peneliti harus memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk
mengembangkan validitas data. Cara-cara tersebut antara lain berupa teknik
trianggulasi dan reviu informan. Trianggulasi merupakan teknik yang didasari
pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif, artinya untuk menarik
simpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang (Sutopo,
2006). Menurut Patton (1984) dalam Sutopo (2006) ada 4 macam trianggulasi
yaitu: (1) Trianggulasi data atau data triangulation, (2) Trianggulasi peneliti
atau investigator triangulation, (3) Trianggulasi metodologis atau
methodological triangulation dan (4) Trianggulasi teoretis atau theoretical
triangulation.
Trianggulasi data (trianggulasi sumber) merupakan suatu cara
mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, peneliti tersebut
wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data yang
sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari berbagai
sumber data yang berbeda. Trianggulasi sumber ini bisa menggunakan satu
jenis sumber data misalnya informan, namun beberapa informan atau
narasumber yang digunakan harus merupakan kelompok atau tingkatan yang
berbeda-beda misalnya di dalam status atau posisi peranannya yang berkaitan
dalam konteks tertentu. Trianggulasi peneliti adalah hasil penelitian baik data
ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhan bias diuji
validitasnya dari beberapa peneliti. Trianggulasi metode merupakan jenis
trianggulasi yang bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan
data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik dan metode pengumpulan data
yang berbeda. Dan trianggulasi teori merupakan jenis trianggulasi yang
dilakukan oleh peneliti dengan perspektif lebih dari satu teori dalam
membahas permasalahan yang dikaji.
Berdasarkan pengertian di atas, maka teknik yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah trianggulasi data (trianggulasi sumber) dan trianggulasi
lxix
metode. Trianggulasi data (trianggulasi sumber) yaitu dalam mengumpulkan
data, peneliti tersebut wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia.
Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila
digali dari berbagai sumber data yang berbeda. Adapun bagan dari trianggulasi
data dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2. Bagan Trianggulasi Data (Sutopo, 2006)
Sedangkan trianggulasi metode merupakan jenis trianggulasi yang bisa
dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi
dengan menggunakan teknik dan metode pengumpulan data yang berbeda. Di
sini yang ditekankan adalah penggunaan metode pengumpulan data yang
berbeda, dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data
yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. Adapun bagan dari
trianggulasi metode dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 3. Bagan Trianggulasi Metode (Sutopo, 2006)
Selain itu, pengembangan validitas juga dilakukan dengan cara
melakukan revieu informan kunci. Pada waktu peneliti mendapatkan data
Data
Wawancara Informan
Content analysis
Observasi
Dokumen/arsip
Aktivitas/perilaku
Data
Kuesioner
Wawancara
Observasi
Sumber data
lxx
yang cukup lengkap dan berusaha menyusun sajian datanya walaupun masih
belum utuh dan menyeluruh, tetapi apa yang telah disusunnya perlu
dikomunikasikan dengan informannya khususnya informan pokok (key
informant). Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah laporan yang ditulis
merupakan pernyataan yang disetujui oleh mereka (Sutopo, 2006).
Pernyataan-pernyataan yang ditulis dalam penelitian ini merupakan hasil yang
disetujui oleh key informant.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi
data, sajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Tiga komponen
tersebut harus ada (dibuat atau dikembangkan), dan selalu terlibat dalam
proses analisis, saling berkaitan serta saling menentukan arahan isi dan
simpulan, baik yang bersifat sementara maupun simpulan akhir sebagai hasil
analisis akhir.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan, abstraksi data dari catatan lapangan. Reduksi data
dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh di
lapangan. Dalam penyusun ringkasan peneliti membuat coding,
memusatkan tema, menentukan batas permasalahan dengan menulis memo
(Sutopo, 2006).
2. Sajian Data
Sajian data menurut Sutopo (2006) merupakan rakitan organisasi
informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan
dapat dilakukan. Sajian data ini merupakan rakitan kalimat yang disusun
secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca akan mudah dipahami
yang mengacu pada rumusan masalah yang telah dibuat sebagai
pertanyaan penelitian sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi
mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap
permasalahan yang ada.
lxxi
3. Penarikan kesimpulan (verifikasi)
Kegiatan ketiga adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Kesimpulan-kesimpulan final mungkin tidak muncul sampai pengumpulan
data berakhir, tergantung pada besarnya kumpulan catatan lapangan,
pengkodeannya, penyimpanan, metode pencarian ulang yang digunakan,
kecakapan penelti, dan tuntutan-tuntutan pemberi dana, tetapi seringkali
kesimpulan itu telah dirumuskan sebelumnya sejak awal, sekalipun
seorang peneliti menyatakan telah melanjutkannya “secara induktif”
(Miles dan Huberman, 1992).
Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, penelti mulai
melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan
semua hal yang terdapat dalam reduksi atau sajian data. Bilamana
kesimpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam
reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti akan mengulangi kembali
pengumpulan data yang terfokus untuk mencari pendukung simpulan yang
ada dan juga bagi pendalam data (Sutopo, 2006). Dalam keadaan ini
tampak bahwa penelitian kualitatif prosesnya berlangsung dalam bentuk
siklus sebagaimana gambar di bawah ini:
Gambar 4. Model Analisis Interaktif
Pengumpulan Data
Sajian DataReduksi Data
Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
lxxii
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa proses analisis
dengan tiga komponen yang ada saling menjalin dan dilakukan secara
terus menerus di dalam proses pelaksanaan pengumpulan data. Selain itu,
tiga komponen tersebut aktivitasnya dapat dilakukan dengan cara interaktif
baik antara komponennya maupun dengan proses pengumpulan data dalam
proses yang berbentuk siklus. Setelah peneliti melakukan pengumpulan
data dengan cara terjun langsung ke lapang melalui wawancara dengan
beberapa subjek dan informan. Maka peneliti melakukan reduksi data
dengan memilah-milah data yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian
ini. Dalam melakukan proses reduksi, peneliti sekaligus membuat sajian
datanya yaitu menyusun data yang diperoleh secara sistematis sehingga
mudah dibaca dan dipahami alur berpikirnya. Selama proses reduksi dan
penyajian data ini peneliti sudah mulai dapat menarik kesimpulan yang
akan diperoleh melalui data atau informasi yang didapatkan. Dalam
menarik kesimpulan ini apabila kesimpulan yang diperoleh kurang
meyakinkan maka peneliti menggali lagi informasi yang ada (kembali ke
tahap pertama) sehingga semakin meyakinkan kesimpulan yang diperoleh.
Oleh karena itu, model analisis interaktif ini merupakan satu kesatuan
yang saling berkesinambungan satu dengan yang lainnya sehingga dalam
proses pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan antar satu dengan yang
lainnya.
lxxiii
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam
1. Kondisi Geografi dan Topografi
Kecamatan Laweyan mempuyai luas wilayah sebesar 863,57 Ha.
Kecamatan laweyan terbagi menjadi 11 Kelurahan yaitu Kelurahan
Pajang, Kelurahan Laweyan, Kelurahan Panularan, Kelurahan Sriwedari,
Kelurahan Penumping, Kelurahan Purwosari, Kelurahan Bumi, Kelurahan
Sondakan, Kelurahan Kerten, Kelurahan Jajar dan Kelurahan Karangasem.
Tinggi tempat Kecamatan Laweyan dari permukaan laut yaitu 80 – 110 m
dan mempunyai kemiringan lahan sebesar 0 – 2 %. Adapun batas-batas
wilayah Kecamatan Laweyan yaitu:
Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar
Sebelah Timur : Kecamatan Banjarsari
Sebelah Selatan : Kecamatan Serengan
Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo
2. Luas dan Tata Guna Lahan
Luas Wilayah Kecamatan Laweyan adalah 863,86 Ha yang terdiri
dari perumahan atau pemukiman, perusahaan, tegalan, sawah, taman kota
dan lain-lain. Keterangan secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Luas dan Tata Guna Lahan di Kecamatan LaweyanNo. Lahan Luas (Ha) Prosentase (%)1.2.3.4.5.6.7.8.9.
10.11.
Perumahan/pemukimanJasa PerusahaanIndustriTanah kosongTegalanSawahKuburanLapangan olahragaTaman kotaLain-lain
563,8388,6142,2039,40
7,280,00
40,906,05
12,240,15
63,20
65,2710,26
4,884,560,840,004,730,701,420,027,32
Jumlah 863,86 100
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2008
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar lahan
di Kecamatan Laweyan dimanfaatkan untuk perumahan atau pemukiman
lxxiv
sebesar 563,83 (65,27%). Penggunaan lahan untuk pemukiman atau
perumahan disebabkan oleh adanya peralihan fungsi lahan, sehingga
sebagian besar masyarakat kota khususnya Kecamatan Laweyan bercocok
tanam di pekarangan rumah masing-masing. Selain digunakan untuk
pemuliman, lahan di Kecamatan Laweyan juga dimanfaatkan untuk jasa
sebesar 10,26%, perusahaan sebesar 4,88% dan industri sebesar 4,56%. Di
Kecamatan Laweyan masih terdapat sawah sebesar 4,73%, tanah kosong
sebesar 0,84%, kuburan sebesar 0,70%, lapangan olahraga 1,42%, taman
kota sebesar 0,02% dan tidak terdapat tegalan (0%). Sedangkan untuk
lain-lain seperti pusat perbelanjaan, apotik dan rumah sakit sebesar
7,32%.
B. Keadaan Penduduk
1. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Rasio jenis kelamin (Sex Ratio) adalah perbandingan banyaknya
penduduk pria dengan banyaknya penduduk wanita pada suatu daerah dan
waktu tertentu. Sedangkan untuk penduduk usia 0-14 tahun dan 65 tahun
ke atas sebagai kelompok usia non produktif, dan penduduk umur 15-64
tahun sebagai kelompok usia yang produktif (Mantra, 2003). Untuk
tingkatan umur dan jenis kelamin dapat diamati pada tabel di bawah ini:
Tabel 5. Kelompok Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Laweyan pada bulan Januari 2010
No Umur Jumlah Penduduk Jumlah Prosentase (%)
Laki-laki Perempuan1.2.3.4.5.6.7.8.9.
10.
0 – 45 – 9
10 – 1415 – 1920 – 2425 – 2930 – 3940 – 4950 – 59
60 +
6.2985.0605.2855.8276.1146.0035.7835.2114.2973.358
7.2405.4165.5365.7786.4336.4826.4255.3834.6793.520
13.53810.47610.82111.60512.54712.48512.20810.5948.9766.878
12,299,519,83
10,5411,3911,3411,09
9,628,156,25
Jumlah 53.236 56.892 110.128 100
Sumber: Data Monografi Kecamatan Laweyan Bulan Januari 2010
lxxv
Berdasarkan jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk
perempuan dapat diketahui nilai rasio jenis kelamin (Sex Ratio). Rasio
jenis kelamin dapat diketahui rumus berikut ini:
94
100 x 56.892
53.236
100
xwanitapenduduk
lakilakipendudukRatioSex
Sex ratio 94, ini berarti bahwa tiap 100 perempuan terdapat 94 laki-
laki. Apabila angka ini jauh di bawah angka 100, maka akan menimbulkan
berbagai masalah. Karena di wilayah Kecamatan Laweyan kekeurangan
penduduk laki-laki, akibatnya di wilayah ini kekurangan tenaga laki-laki
untuk melksanakan pembangunan atau masalah lain yang berkaitan
dengan perkawinan. Sedangkan untuk angka beban tanggungan
merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif
dengan penduduk usia produktif. Angka beban tanggungan dapat
diketahui dengan rumus berikut :
60,97
100 x 68.415
41.713
100
xproduktifusiapenduduk
produktifnonusiapendudukABT
Angka beban tanggungan penduduk di Kecamatan Laweyan
sebesar 60,97. Berarti tiap 100 orang penduduk usia produktif harus
menanggung 61 orang penduduk usia non produktif. Angka beban
tanggungan ini termasuk tinggi. Tingginya angka beban tanggungan ini
merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi di Kecamatan
Laweyan, karena sebagian dari pendapatan yang diperoleh oleh golongan
produktif, terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka
yang non produktif. Berdasarkan tabel 5, juga dapat dihitung kepadatan
penduduk di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Kepadatan penduduk
lxxvi
adalah jumlah penduduk per satuan unit wilayah. Jumlah penduduk yang
digunakan sebagai pembialng dapat berupa jumlah penduduk di wilyah
tersebut, atau bagian-bagian penduduk tertentu seperti penduduk daerah
pedesaan atau penduduk yang bekerja di sektor pertanian. Sedangkan
sebagai penyebut dapat berupa luas wilayah, luas daerah pertanian atau
luas daerah pedesaan. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :
Kepadatan Penduduk = wilayahLuas
pendudukJumlah
= 2km8,6357
jiwa110.128
= 12.752,64 jiwa / km2.
Hal ini berarti bahwa dalam tiap lahan seluas 1 km2 terdapat 12.753
penduduk.
2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Suatu negara dengan tingkat pendidikan tinggi berarti memiliki
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Untuk mengetahui
keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Laweyan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Laweyan pada bulan Januari 2010
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)1.2.3.4.5.6.7.
Tamat akademik/ PTTamat SLTATamat SLTPTamat SDTidak Tamat SDBelum Tamat SDTidak Sekolah
9.86519.69621.45815.4587.451
10.5719.212
10,5121,0122,8916,59
7,9511,22
9,83Jumlah 93.757 100
Sumber: Data Monografi Kecamatan Laweyan Bulan Januari 2010
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan yang
paling banyak ditempuh oleh penduduk di Kecamatan Laweyan adalah
tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yaitu sebesar 21.458
orang atau sebesar 22,89%. Sedangkan untuk sekolah yang pernah
ditampuh olah masyarakat Kecamatan Laweyan adalah tamat
lxxvii
akademik/PT (10,51%), tamat SLTA (21,01%), tamat SD (16,59%), tidak
tamat SD (7,95%), belum tamat SD (11,22%) dan tidak sekolah (9,83%).
3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Penduduk di Kecamatan Laweyan bekerja di berbagai bidang, hal
ini menunjukkan bahwa keaktifan penduduk secara ekonomi cukup tinggi.
Keadaan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Laweyan pada bulan Januari 2010
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)1. Petani sendiri 38 0,042. Buruh tani 39 0,053. Pengusaha 977 1,174. Buruh industry 16.512 19,745. Buruh bangunan 13.105 15,676. Pedagang 5.388 6,447. Pengangkutan 2.164 2,598. Pegawai Negeri Sipil 4.990 5,979. Pensiunan 36.653 43,8210. Lain-lain 3.777 4,52
Jumlah 83.643 100
Sumber: Data Monografi Kecamatan Laweyan Bulan Januari 2010
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk
di Kecamatan Laweyan bekerja sebagai pensiunan (43,82%), buruh
industry (19,74%) dan buruh bangunan (15,67%). Adapun jumlah
penduduk yang bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani sendiri
maupun buruh tani masing-masing 0,04% dan 0,05%. Jumlah penduduk
paling sedikit adalah mereka yang bekerja di sektor pertanian, hal ini
dikarenakan lahan sawah di Kecamatan Laweyan cukup sempit hanya
40,90 Ha. Sehingga penduduk yang bekerja dan berminat untuk bekerja
sebagai petani pun hanya sedikit.
C. Keadaan Pertanian dan Peternakan
Produksi pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta cukup
banyak mulai dari hasil padi, buah-buahan hingga hasil perikanan dan
peternakan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan pangan dan gizi penduduk
Kota Surakarta cukup baik. Untuk mengetahui jumlah produksi komoditas
pertanian di Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
lxxviii
Tabel 8. Jumlah Produksi Komoditas Pertanian di Kecamatn Laweyan pada bulan Maret 2010
No. Komoditas Pertanian Jumlah Produksi1.2.3.
4.
Padi sawahKelapaHortikultura- Belimbing- Jambu biji- Nangka - Pepaya- Pisang- Sawo- Sirsak- MelinjoTanaman Hias- Anggrek - Mawar- Melati- Aglonema- Adenium- Euphorbia- Anthurium- Caladium
7 ton/Ha0,012 ton
61 kw9 kw3 kw
29 kw60 kw12 kw1 kw
183 kw
270 tangkai125 tangkai30 tangkai
60 pohon/rumpun600 pohon/rumpun450 pohon/rumpun255 pohon/rumpun300 pohon/rumpun
Sumber: Laporan Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian Kota Surakarta pada bulan Maret 2010
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa komoditas pertanian di
Kecamatan Laweyan jumlah produksi padi sawahnya sebesar 7 ton/Ha dan
kelapa 0,012 ton. Sedangkan untuk produksi hortikultura yang paling banyak
adalah produksi tanaman melinjo yaitu sebesar 183 kw dan untuk tanaman
hias yang paling banyak adalah tanaman anggrek yaitu sebesar 270 tangkai.
Dengan hasil produksi melinjo yang banyak, maka selain diadakan kegiatan
peyuluhan tanaman hias khususnya anggrek, di Kecamatan Laweyan juga
diadakan kegiatan penyuluhan olahan pangan yang bahan daasarnya dari
melinjo misalnya membuat emping melinjo. Komoditas ternak yang terdapat
di Kecamatan Laweyan yaitu sapi, kerbau, kambing, ayam buras, dan itik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
lxxix
Tabel 9. Jumlah Ternak Menurut Jenisnya di Kecamatan LaweyanNo Jenis Ternak Jumlah (ekor)1.2.3.4.5.6.7.8.9.
10.
Sapi perahSapi biasaKerbauKambing/dombaKuda Ayam kampungAyam rasItikItik manilaAngsa
2399
77180
868.118
38165
6520
Sumber: Data Monografi Kecamatan Laweyan Bulan Januari 2010
Kecamatan Laweyan juga merupakan salah satu penghasil ayam
kampung paling banyak yaitu 8.118 ekor. Hal ini disebabkan oleh adanya
bantuan dari pemerintah kota untuk mengembangkan usahanya selain usata
pertanian. Selain ayam kampung, ada juga hasil peternakan yang lain yaitu
sapi perah (239 ekor), sapi biasa (9 ekor), kerbau (77 ekor), domba atau
kambing (180 ekor), kuda (86 ekor), ayam ras (38 ekor), itik (165 ekor), itik
manila (65 ekor) dan angsa (20 ekor).
D. Keadaan Sarana Perekonomian
Tersedianya sarana perekonomian di suatu wilayah sangat diperlukan
untuk menunjang kegiatan perekonomian penduduk di wilayah tersebut.
Adapun sarana perekonomian yang terdapat di Kecamatan Laweyan yaitu 2
unit kios saprotan. Industri yang berkembang di Kecamatan Laweyan yaitu
industri kecil rumah tangga yang didominasi industri olahan pangan dan
sektor jasa seperti penjahit, fotocopy, bengkel, dan salon. Selain itu,
Kecamatan Laweyan juga ditunjang dengan lembaga keuangan yang berupa 1
unit Bank Unit Desa (BPR dan BRI).
E. Keadaan Kelembagaan Penyuluhan
Dinas Pertanian merupakan salah satu kelembagaan penyuluhan
pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Jumlah Kelurahan di
wilayah Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yaitu sebanyak 11 Kelurahan.
Jumlah kelembagaan yang ada di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta terdiri
atas 8 kelompok tani, yang terdiri dari 5 kelompok tani dewasa (83 orang) dan
lxxx
3 wanita tani (53 orang). Dari sebelas Kelurahan yang ada di Kecamatan
Laweyan dibagi menjadi 4 wilayah binaan (wibi) penyuluh pertanian di mana
masing-masing wilayah binaan terdiri atas dua Kelurahan. Masing-masing
wilayah binaan dibawahi oleh satu orang penyuluh pertanian. Berdasarkan
Data Base THL TBPP, tim penyuluh pertanian yang ada di Kecamatan
Laweyan adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Daftar Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Laweyan
No. Nama Penyuluh Jabatan Dalam Dinas
Wilayah Binaan Kelurahan
1.
2.
3.
4.
Sodi
Wahyu Utomo, SP.
Sri Rahayu Waluyaningsih, SP.Anang Dwinanto B.,B.Sc
Petugas Dinas Pertanian (PDP)THL
THL
THL
Koordinator
Laweyan
Laweyan
Laweyan
-
Karangasem,Kerten.Karangasem, Jajar.Karangasem, Sondakan.
Sumber Data: Data Base THL TBPP pada bulan Maret tahun 2010
lxxxi
V. SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sajian Data
1. Sistem Penyuluhan Pertanian
a. Kebijakan Penyuluhan Pertanian
Kebijakan pemerintah yang terdapat di Kecamatan Laweyan yaitu
program peningkatan kesejahteraan petani; program peningkatan
penerapan teknologi pertanian, perikanan dan perkebunan; program
peningkatan produksi pertanian, perikanan, perkebunan yang didukung
dengan adanya program-program pemerintah seperti subsidi bibit
tanaman anggrek dan pupuk tanaman anggrek, alat mekanisasi (drayer
dan pompa air), pinjaman per kelompok tani Rp 10 juta1, SLPTT,
budidaya tanaman anggrek, olahan pangan, tanaman sayur, perikanan dan
tanaman obat2.
Wilayah Kecamatan Laweyan, sebagian besar lahan pertaniannya
dimanfaatkan untuk perumahan. Sehingga, sebagian besar masyarakat
Kecamatan Laweyan membudidayakan tanaman hortikultura (tanaman
buah, tanaman sayur dan tanaman hias) di pekarangan rumah masing-
masing. Selain digunakan untuk mengembangkan tanaman hortikultura,
pekarangan rumah mereka juga digunakan untuk membudidayakan ikan
lele dan lobster. Serta untuk bahan olahan pangan, mereka menggunakan
berbagai jenis tanaman yang ada di pekarangan rumah mereka seperti
1
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Heri Iswanti selaku Ketua Kelompok Tani Mawar Merah Kecamatan laweyan Kota Surakaarta:
“Setiap kelompok tani yang ada di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta telah mendapatkan pinjaman uang RP 10 juta. Pinjaman tersebut kami pergunakan untuk mengembangkan usaha” (wawancara 17 Mei 2010).
2Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi selaku PDP Kecamatan Laweyan:
“PDP hanya penyambung lidah dari Dinas ke masyarakat. PDP itu dibantu oleh penyuluh yang berhubungan langsung dengan petani. Kebijakan yang pernah diberikan di Kecamatan Laweyan antara lain bantuan subsidi pupuk, bibit anggrek, alat mekanisisasi (seperti drayer dan pompa air), pinjaman 10 juta tiap kelompok tani, tanaman sayuran, olahan pangan, perikanan, budidaya tanaman anggrek dan tanaman obat” (wawancara 11 Mei2010).
lxxxii
rosella untuk membuat sirup dan jahe untuk membuat minuman jahe
instan.
Terkait dengan kebijakan-kebijakan tersebut, pemerintah daerah
(pemda) juga ikut berperan dalam kegiatan penyuluhan pertanian di
Kecamatan Laweyan. Peran pemda tersebut berupa pemberian pembinaan
berupa pelatihan-pelatihan, kerjasama dan koordinasi. Karena tanpa peran
pemda tersebut program-program pemerintah tidak akan berjalan lancar.
Selain itu, pemerintah daerah juga memberikan bantuan fasilitas-fasilitas
yang berupa drayer dan pompa air untuk mendukung kelancaran kegiatan
penyuluhan di lapangan.
Pengaruh kebijakan terhadap kinerja penyuluh dan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah
cukup bagus karena penyuluh lebih cepat mendapatkan informasi dari
manasaja baik dari pusat maupun dari sasaran dan permintaan dari bawah
dapat cepat ditanggapi, SLPTT dapat memberikan motivasi kepada
kelompok tani untuk lebih aktif, pinjaman modal Rp 10 juta untuk setiap
kelompok tani dapat digunakan oleh para anggota kelompok tani untuk
mengembangkan usahataninya seperti ternak ayam potong.
b. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan penjelasan para subjek dan informan, bentuk
kelembagaan penyuluhan pertanian yang ada di Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta adalah pemerintah3, karena dana yang didapat untuk
kegiatan penyuluhan dan dana untuk tenaga penyuluh berasal dari
pemerintah4. Tugas kelembagaaan selama kegiatan penyuluhan pertanian
tanaman hias pekarangan adalah memberikan penyuluhan dan pelatihan-
pelatihan seperti pembuatan pupuk cair dan penyilangan tanaman 3
Seperti halnya diungkapkan oleh Bapak Wahyu Utomo selaku Ketua Koordinator THL-TBPP Dinas Pertanian Kota Surakarta
“…. Bentuk kelembagaannya penyuluhan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah pemerintah yang langsung ke Dinas. Tugasnya mengatur kegiatan kelompok tani, kebutuhan pupuk, kebutuhan sarana dan prasarana kelompok tani serta mengkoordinasi kegiatan penyuluhan” (wawancara 22 April 2010).
4Hal tersebut diperjelas dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi selaku PDP Kecamatan Laweyan:
“… Dana yang didapatkan untuk kegiatan penyuluhan dan untuk biaya penyuluh berasal dari pemerintah”(wawancara 11 Mei 2010).
lxxxiii
anggrek, mengatur kegiatan kelompok tani, membina penyuluh pertanian
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, mengkoordinasi kegiatan-kegiatan
penyuluhan serta memberikan bantuan pinjaman. Adapun struktur
kelembagaan di Dinas Pertanian Jagalan Kota Surakarta adalah sebagai
berikut:
= garis komando
= garis koordinasi
Gambar 5. Struktur Kelembagaan di Dinas Pertanian Jagalan Kota Surakarta
Berdasarkan struktur kelembagaan di Dinas Pertanian Jagalan Kota
Surakarta dapat dijelaskan bahwa PDP adalah staff yang ditugasi
menangani secara teknis di wilayah (Kecamatan) dan koordinator dengan
Kabid Produksi. Sedangkan THL adalah koordinasi dengan PDP dalam
pelaksanaan penyuluhan di lapang (wilayah) dan koordinator dengan
Kabid Pertanian. Sehingga PDP dan THL merupakan satu kesatuan unit
kerja yang dapat mendukung keberhasilan penyuluhan pertanian di
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta5.
Kekurangan dari kelembagaan pemerintah yaitu masalah pertanian
yang belum terarah dengan baik, kurangnya koordinasi antara penyuluh
dan lahan pertanian yang sempit. Sedangkan kelebihan dari kelembagaan
pemerintah yaitu tenaga penyuluhnya sudah banyak, sarana dan
prasarananya sudah mencukupi dan bisa mendukung kegiatan kelompok
5
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Luluk selaku THL di Kecamatan Laweyan:“… Di Kecamatan Laweyan, terdapat PDP dan THL. THL dan PDP merupakan satu kesatuan unit kerja yang sangat mendukung kegiatan penyuluhan pertanian ” (wawancara 11 Mei 2010).
Kepala Dinas
Kabid Produksi
Kabid Pertanian
PDP (Petugas Dinas Pertanian)
THL TBPP (Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian)
lxxxiv
tani. Berdasarkan penjelasan dari para informan bahwa di Kecamatan
Laweyan tidak ada kelembagaan penyuluhan swasta6 dan swadaya7.
c. Ketenagaan Penyuluhan Pertanian
Jumlah penyuluh di Kecamatan Laweyan adalah 4 orang penyuluh
pertanian yang terdiri dari 1 PDP dan 3 THL TBPP. Masing-masing
penyuluh memegang wilayah binaan yang terdiri dari 2 Kelurahan.
Koordinator tidak mempunyai wilayah binaan. Tetapi yang sering
menghadiri pertemuan rutin hanya dua orang8. Peran penyuluh
pemerintah dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan
adalah memberikan penyuluhan, melakukan pendampingan kelompok,
menyampaikan informasi-informasi dari pusat kepada para petani yang
terkait dengan pertanian, melakukan pemasaran, pameran hasil pertanian,
mengikuti ketahanan pangan dan melihat keunggulan yang ada dalam
kelompok tani. Berdasarkan penjelasan dari para subjek dan informan
bahwa di Kecamatan Laweyan tidak ada penyuluh swasta dan swadaya9.
Kekurangan dari tenaga penyuluh pemerintah yaitu intensitas
pendampingan kelompok tani yang kurang, penyuluh yang masih kalah
pengalaman dengan para petani dan penyuluh di Kecamatan Laweyan
sebagian besar masih honorer. Sedangkan kelebihan dari tenaga penyuluh
pemerintah yaitu mempunyai keterampilan untuk membuat inovasi-
inovasi baru, bisa menjembatani kebutuhan kelompok tani, penyuluh
6
Hal tersebut seperti penjelasan yang diberikan Ibu Karbino selaku Ketua Kelompok Tani Srikandhi Kecamatan Laweyan “…. Di Kecamatan Laweyan tidak ada kelembagaan swasta dan swadaya, langsung ke Dinas” (wawancara 24 Mei
2010).
7Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu Utomo selaku Ketua Koordinator THL-TBPP:
“…. Kalau di Kecamatan Laweyan, kelembagaan swasta dan swadaya belum ada, semua kegiatan yang berhubungan dengan pertanian langsung ke Dinas” (wawancara 22 April 2010).
8Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi selaku PDP Dinas Pertanian Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yaitu:
“….Di Kecamatan Laweyan jumlah penyuluhnya 3 orang dan PDPnya 1 orang. Tapi masih THL belum PNS. Dan yang sering menghadiri pertemuan tiap bulan hanya 2 orang saja, karena satu orang penyuluh sedang mendapat tugas ke Ngawi” (wawancara 11 Mei 2010).
9Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu selaku Ketua Koordinator THL-TBPP yaitu:
“…. Penyuluh swasta dan swadaya di Kecamatan Laweyan sampai saat ini belum ada” (wawancara 22 April 2010).
lxxxv
lebih dekat dengan pemerintah dan sering mendapatkan informasi yang
lebih dari pemerintah, tidak pamrih, bisa mengetahui pengalaman-
pengalaman baru serta memberikan penyuluhan dan informasi sesuai
dengan kebutuhan petani.
d. Pembiayaan Penyuluhan Pertanian
Sumber pembiayaan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan
Laweyan berasal dari APBD Kota Surakarta, APBD Propinsi, APBN
pusat10 dan swadaya anggota11. Proporsi pembiayaan dari masing-masing
sumber pembiayaan adalah pembiayaan untuk kegiatan penyuluhan
pertanian lebih banyak berasal dari APBD Kota Surakarta yaitu sebesar
50% lebih sedangkan sisanya berasal dari swadaya anggota12.
Prosedur penggunaan pembiayaan penyuluhan adalah dari pusat
dikirimkan ke Dinas Pertanian kemudian dari Dinas membaginya per
kelompok tani dan penggunaannya tergantung kebutuhan per kelompok
tani. Serta untuk para penyuluh PNS termasuk biaya operasional dan
pemeliharaan drayer dan pompa air, dana dari pemkot Surakarta
disalurkan ke Dinas Pertanian untuk disalurkan ke penyuluh PNS,
sedangkan untuk para THL dana langsung ditransfer oleh pemkot
Surakarta ke masing-masing rekening THL. Sedangkan pembiayaan
untuk program-program pemerintah begitu masuk ke Dinas Pertanian,
pembiayaan ditetapkan oleh tim satuan kerja Kecamatan untuk dibuat
perencanaan yang selanjutnya dana tersebut akan didistribusikan kepada
kelompok tani. Penentuan prioritas penggunaan pembiayaan penyuluhan
adalah lebih banyak digunakan untuk konsumsi, studi banding, membeli
media tanam dan praktek. Pembiayaan penyuluhan pertanian oleh 10
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu selaku Ketua Koordinator THL-TBPP yaitu:“….Sumber pembiayaan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan berasal dari APBD Kota Surakarta, APBD Propinsi, APBN pusat” (wawancara 22 April 2010).
11Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Thoyyib selaku ketua kelompok tani Putri Mandiri yaitu:
“…. Pembiayaan dari setiap kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh kelompok tani berasal dari swadaya anggota, sedangkan dari pusat untuk kelompok kami belum ada” (wawancara 28 April 2010).
12Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:
“….Proporsi terbesar berasal dari APBD kota Surakarta sekitar 50 % lebih tapi untuk lebih jelas itu tugasnya struktural” (wawancara 22 April 2010).
lxxxvi
pemerintah tersebut dirasakan oleh penyuluh dan kelompok tani sudah
cukup untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta.
Kekurangan dari pembiayaan penyuluhan pertanian di Kecamatan
Laweyan yaitu kelompok tani sangat sulit untuk menentukan penggunaan
dana tersebut, kelompok tani tidak bisa merinci penggunaan modal,
banyak anggota kelompok tani yang belum punya kesadaran untuk datang
dalam pertemuan dan anggota kelompok tani yang sulit untuk melunasi
pinjman. Sedangkan kelebihan dari pembiayaan penyuluhan pertanian di
Kecamatan Laweyan yaitu dana yang didapatkan dari pemerintah daerah
bisa langsung dipinjamkan ke masing-masing anggota kelompok tani
untuk kebutuhan hidupnya dan mengembangkan usahataninya serta bisa
untuk menunjang kegiatan kelompok tani (misalnya untuk praktek dan
studi banding).
e. Pengawasan dan Pengendalian Penyuluhan Pertanian
Bentuk pengawasan dan pengendalian kegiatan penyuluhan
pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah membuat
laporan tiga bulan sekali untuk tanaman pangan dan satu bulan sekali
untuk tanaman hias13, melakukan monitoring dan evaluasi (monev) satu
bulan sekali serta mengumpulkan kelompok tani yang tidak sehat selama
tiga bulan untuk dievaluasi kegiatan penyuluhan14. Berdasarkan Buku
Kerja Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian
Tahun 2009 tentang Supervisi, monitoring evaluasi dan pelaporan bahwa:
supervisi, monitoring evaluasi dilakukan oleh pusat dilakukan enam bulan
sekali, oleh Provinsi dilakukan tiga bulan sekali dan oleh Kota dilakukan
sebulan sekali. Dan pelaporan yang dilakukan oleh Tenaga Harian Lepas
(THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian yaitu:
13
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi yaitu:“….Di Kecmatan Laweyan pengawasannya dalam bentuk laporan 3 bulan untuk tanaman pangan dan sebulan sekali untuk tanaman hias. Dan selanjutnya dilaporkan ke pusat” (wawancara 11 Mei 2010).
14Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:
“….Untuk kegiatan penyuluhan tanaman hias pekarangan, pengawasannya dilakukan dengan memantau tiap bulan serta mengumpulkan kelompok tani yang kurang sehat untuk dievaluasi kegiatannya” (wawancara 22 April 2010).
lxxxvii
1) Menyusun laporan yang memuat data monografi wilayah, potensi
agroekosistem, poktan atau gapoktan, usahatani atau produksi
pertanian, kelembagaan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar
dalam penetapan materi penyuluhan pertanian.
2) Menyusun laporan hasil identifikasi masalah-masalah dan upaya
pemecahan masalah yang dihadapi petani dan keluarganya dalam
berusahatani.
3) Menyusun laporan hasil pengamatan dan pengembangan sumberdaya.
4) Menyusun laporan hasil RDKK.
5) Menyampaikan laporan kepada Kepala atau Koordinator Dinas.
6) Laporan disampaikan paling lambat hari pertama Minggu kedua.
Pihak yang melakukan pengawasan dan pengendalian adalah Dinas
Pertanian (PDP dan THL), Pusat (staff khusus kepresidenan), Bappeda,
Lurah, pengurus dan anggota kelompok tani15. Pengawasan yang
dilakukan oleh Dinas Pertanian, terkait dengan kegiatan penyuluhan yang
telah dilakukannya dan melakukan pelaporan ke Pusat. Untuk Lurah
melakukan pengawasan di tiap Kelurahan terkait dengan dana Blockgrant
yang diberikan kepada setiap kelompok tani. Bappeda dan Pusat
melakukan pengawasan kaitannya dengan laporan dari Dinas Pertanian.
Pengurus dan anggota kelompok tani melakukan pengawasan sendiri
terhadap kebutuhan yang diperlukan oleh kelompoknya kemudian
melaporkannya ke Dinas Pertanian.
Kekurangan dari pengawasan dan pengendalian kegiatan
penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah dari kelompok
taninya sendiri belum dapat menjalankan dengan baik dari kegiatan yang
ada, masyarakat belum punya kesadaran untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan pertanian dan intensitas pertemuan kelompok tani yang
15
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi yaitu:“….Biasanya pengawasan diakukan oleh PDP dan THL, pernah juga dari Bappeda dan Pusat yang datang untuk meninjau langsung kegiatan penyuluhan. Selain itu dari puhak Kelurahan dan Kelompok tani juga ikut mengawasi setiap kegiatan penyuluhan yang berlangsung setiap bulannya” (wawancara 11 Mei 2010).
lxxxviii
kurang. Sedangkan kelebihan dari pengawasan dan pengendalian kegiatan
penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah antara penyuluh dan
petani bisa saling mengisi kelebihan dan kelemahannya, permasalahan
kegiatan kelompok tani bisa diawasi secara langsung, terpantau
kegiatannya dan jika dari Dinas Pertanian dan Pusat datang semua,
pengalaman petani bisa bertambah lebih banyak serta bisa saling tukar
menukar pengalaman.
2. Proses Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian
a. Programa Penyuluhan
Langkah penyusunan programa penyuluhan pertanian di
Kecamatan Laweyan adalah dilakukan bersama-sama antara penyuluh
dan petani. Untuk mengetahui kebutuhan petani biasanya petani
mengadakan pertemuan dengan Dinas Pertanian. Hal ini dilakukan
supaya kebutuhan yang sangat diperlukan oleh para petani dapat
diprioritaskan terlebih dahulu. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 25/Permentan/OT.140/5/2009 tentang Pedoman Penyusunan
Programa Penyuluhan Pertanian menyatakan bahwa ada beberapa
langkah penyusunan programa penyuluhan pertanian di tingkat Kelurahan
yaitu:
1) Penyusunan programa Kelurahan dimulai dengan penggalian data
atau informasi mengenai potensi, monografi, jenis komoditas
unggulan dan tingkat produktivitasnya, keberadaan kelompok tani
(poktan) atau gabungan kelompok tani (gapoktan), kelembagaan
agribisnis dan masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku utama.
Penggalian data dan informasi ini dilakukan dengan menggunakan
metode PRA (Participatory Rural Appraisal) atau teknik identifikasi
keadaan wilayah lainnya.
2) Hasil penggalian data informasi tersebut merupakan masukan untuk
menyusun rencana kegiatan poktan atau gapoktan dalam setahun yang
mencerminkan upaya perbaikan produktivitas usaha di tingkat poktan
lxxxix
atau gapoktan (RDK/Rencana Definitif Kelompok) yang dilengkapi
dengan rincian kebutuhan sarana produksi atau usaha yang diperlukan
untuk mendukung pelaksanaan rencana tersebut (RDKK/ Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok).
3) Selanjutnya hasil rekapitulasi RDK dan RDKK seluruh poktan atau
gapoktan di Kelurahan akan dikaji dengan kegiatan dinas.
4) Pengkajian kegiatan poktan atau gapoktan dilakukan melalui
serangkaian pertemuan-pertemuan yang dimotori oleh para penyuluh,
Lurah dan pengurus poktan atau gapoktan.
5) Programa yang sudah final ditandatangani oleh para penyusun
kemudian ditandatangani oleh Lurah sebagai tanda mengetahui.
6) Selanjutnya akan disampaikan ke Kecamatan dan untuk disampaikan
di dalam forum Musrenbangkel (Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Kelurahan).
Langkah yang ditempuh untuk mengakomodasi kebutuhan petani
dalam programa penyuluhan pertanian adalah dengan mengadakan
percontohan terlebih dahulu, menyamakan kegiatan kelompok dengan
Musren (Musyawarah Rencana) antara kelompok tani dengan Dinas
Pertanian dan mengadakan pertemuan16. Tujuan dibuat programa
penyuluhan pertanian adalah untuk mengetahui dan mengatur kebutuhan
kelompok tani, sebagai acuan untuk melakukan kegiatan penyuluhan
selanjutnya dan supaya kegiatan penyuluhan dapat berjalan dengan baik.
Hal terpenting yang ingin dicapai dengan pembuatan programa
penyuluhan pertanian adalah terciptanya kepuasan petani atas kegiatan
penyuluhan yang diadakan. dengan melakukan pendekatan-pendekatan
kepada para petani untuk dapat mencapai kepuasan mereka. Pendekatan-
16
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:“….Dulu pernah ada program penyuluhan tapi tahun ini belum dibuat karena awalnya tidak ada penyuluh PNS, tidak ada motivasi untuk membuat programa dan Kota Solo sendiri bukan sentral pertanian. Programa yang biasanya kita buat hanya berupa buku laporan kegiatan THL-TBPP saja. Buku laporan ini dibuat dengan cara melakukan musyawarah terlebih dahulu antara kelompok tani dengan Dinas Pertanian dan melakukan pertemuan rutin setiap bulannya ” (wawancara 22 April 2010).
xc
pendekatan tersebut dilakukan melalui pendekatan perseorangan,
pendekatan kelompok maupun dengan pendekatan secara massal.
Selama ini sudah ada pembinaan dan pengawasan dari Dinas
Pertanian dan ketua kelompok tani dalam penyusunan dan pelaksanaan
programa penyuluhan pertanian. Bentuk pembinaan dan pengawasan
yaitu berupa rapat pelaksanaan programa dan mengadakan pertemuan dan
pelatihan tiap bulan yang meliputi: pembuatan programa penyuluhan
sudah jadi atau belum, kapan diselesaikan, masalah yang dihadapi dan
upaya pemecahan masalah. Permasalahan yang dihadapi dalam
penyusunan dan pelaksanaan programa penyuluhan pertanian adalah tidak
ada anggaran untuk penyusunan programa, kebutuhan kelompok yang
bermacam-macam dan sebagian besar anggota kelompok tani yang masih
aktif adalah ibu-ibu. Cara mengatasi permasalahan tersebut adalah untuk
anggaran biasanya dilakukan secara gotong royong, untuk kebutuhan
kelompok biasanya dengan rencana kegiatan kelompok setiap enam bulan
sekali dan setiap pertemuan diberi undangan serta para anggota kelompok
tani beralih ke olahan pangan seperti peyek kacang, tahu mangkuk, telur
asin, sirup rosella dan jahe instan. Bahan olahan pangan pada umumnya
berasal dari tanaman yang ditanam di pekarangan rumah anggota
kelompok tani.
Programa penyuluhan pertanian Kecamatan Laweyan merupakan
jabaran dari program tingkat Kotamadya dan usulan dari kelompok tani di
tingkat wilayah binaan. Di dalam programa penyuluhan pertanian termuat
latar belakang dan tujuan penyusunan programa penyuluhan, keadaan
umum wilayah Laweyan kaitannya dengan sektor pertanian, penerapan
teknologi pada tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan, serta
kebijakan pembangunan pertanian. Selain itu juga termuat tujuan dan
sasaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan, permasalahan
dalam kegiatan penyuluhan pertanian baik dari aspek sosial, ekonomi
maupun teknis dan cara untuk mencapai tujuan yang terangkum dalam
rencana-rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh para penyuluh
xci
pertanian di Kecamatan Laweyan untuk masa satu tahun yang akan
datang.
b. Mekanisme Kerja Penyuluhan Pertanian
Mekanisme kerja penyuluh pertanian yang ada di Kecamatan
Laweyan ada dua jalur, yaitu berasal dari atas dan dari bawah. Jalur yang
berasal dari atas (sentralistik) yaitu berasal dari Dinas Pertanian menuju
ke Kelurahan yang selanjutnya akan diberikan ke RW lalu ke RT.
Terakhir, kegiatan penyuluhan pertanian akan disampaikan kepada para
petani melalui pertemuan kelompok tani. Selain mekanisme sentralistik,
ada juga mekanisme yang berasal dari bawah (partisipatif). Masalah atau
usulan dari para anggota kelompok tani disampaikan kepada penyuluh
pertanian melalui pertemuan kelompok tani. Kemudian dari penyuluh
akan langsung lapor ke Dinas Pertanian dan dari Dinas langsung lapor ke
pusat17.
Pihak yang berperan dalam mekanisme penyuluhan pertanian
adalah THL, Lurah, ketua dan anggota kelompok tani, Kasi Pertanian dan
Perkebunan Dinas Pertanian18, Ketua RW dan Ketua RT19. Ada
pembinaan dan pengawasan dalam mekanisme kerja penyuluhan
pertanian. Bentuk pembinaan dan pengawasan adalah THL ikut
mendampingi kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh berkoordinasi
langsung dengan Kasi Pertanian dan Perkebunan Dinas Pertanian,
perwakilan 2 orang tiap kelompok tani untuk dilatih di Dinas Pertanian
dan studi banding dengan kelompok tani lainnya.
17
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi yaitu:“….Modelnya yaitu permintaan-permintaan dari bawah atau kemauan-kemauan dari masyarakat itu apa kemudian lapor ke atas Dinas terus ke Propinsi. Ada juga yang berasal dari Pusat yang kemudian diberikan kepada para petani misalnya olahan pangan” (wawancara 11 Mei 2010).
18Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:
“….Dalam mekanisme penyuluhan pertanian, pihak yang berperan antara lain THL, kelompok tani,Kasi Pertanian dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Lurah” (wawancara 22 April 2010).
19Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Yus selaku anggota kelompok tani Srikandhi yaitu:
“….Pihak yang berperan dalam mekanisme penyuluhan pertanian, antara lain THL, kelompok tani, Ketua RT, Ketua RW dan Lurah” (wawancara 24 Mei 2010).
xcii
Permasalahan yang ditemukan dalam mekanisme penyuluhan
pertanian adalah jadwal Senin sampai Kamis tidak bisa dijalankan dengan
baik oleh para penyuluh karena penyuluh merangkap secara struktural
(administrasi dan penyuluh lapang) dan sebagian besar anggota kelompok
tani yang masih aktif adalah ibu-ibu rumah tangga. Cara mengatasi
permasalahan tersebut adalah melaksanakan kegiatan administrasi
terlebih dahulu lalu kemudian penyuluh baru ke lapang, mencari jadwal
yang sesuai dengan penyuluh dan anggota kelompok tani dan langsung
mendekati per RW untuk bersosialisasi. Meskipun jumlah tani wanita
lebih sedikit bila dibandingkan dengan tani dewasa, tetapi tani wanita di
Kecamatan Laweyan lebih aktif melakukan kegiatan penyuluhan bila
dibandingkan dengan tani dewasa. Hal ini disebabkan karena sebagian
besar anggota kelompok tani dewasa pada saat pertemuan rutin mereka
masih bekerja. Adapun jumlah anggota dalam kelembagaan petani di
Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 11. Jumlah Anggota dalam Kelembagaan Petani di Kecamatan Laweyan
Nama Kecamatan
Jumlah Kelompok
Tani
Jumlah Kelompok TaniTani Dewasa Tani Wanita Taruna Tani
Jml.Kel.
Jml.Ang.
Jml.Kel.
Jml.Ang.
Jml.Kel.
Jml. Ang.
Laweyan 8 5 83 3 53 - -
Sumber Data: Laporan Kegiatan THL TBPP pada bulan Maret tahun 2010
Keterangan: Jml.Kel. = Jumlah Kelompok Tani
Jml.Ang. = Jumlah Anggota
c. Metode Penyuluhan Pertanian
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian
adalah pendekatan perorangan dan pendekatan kelompok. Metode yang
dominan digunakan dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan
Laweyan yaitu pendekatan kelompok. Hal tersebut dikarenakan dana
yang tersedia untuk melaksanakan metode penyuluhan sangat terbatas,
jadi dengan penggunaan metode tersebut materi penyuluhan dapat
tersampaikan kepada para petani dengan dana yang relatif murah. Dasar
pemilihan metode adalah permintaan dari anggota kelompok tani
xciii
kemudian penyuluh menindaklanjuti metode tersebut. Penerimaan metode
oleh sasaran adalah sudah diterima dengan baik dan sudah dipraktekkan
oleh anggota kelompok tani20.
Permasalahan yang ditemukan dalam penggunaan metode
penyuluhan pertanian antara lain teknik komunikasi kurang baik, usia
anggota kelompok tani yang sudah tua, sulit untuk mengumpulkan
anggota kelompok tani dan dana yang tidak ada untuk melakukan
kegiatan yang menggunakan biaya lebih banyak. Cara mengatasi
permasalahan adalah memakai bahasa campuran dalam berkomunikasi,
melihat VCD atau studi banding, dimusyawarahkan bersama antara
penyuluh dan anggota kelompok tani serta mengajukan proposal ke Pusat.
d. Materi Penyuluhan Pertanian
Jenis materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan
pertanian di Kecamatan Laweyan adalah olahan pangan, pembuatan
pupuk kompos dan cair, perikanan (lele), peternakan (ayam), penyilangan
anggrek serta penggantian media tanam verikultur dan pelatihan
verikultur (tanaman anggrek). Untuk saat ini, materi penyuluhan yang
banyak disampaikan oleh para penyuluh adalah tentang budidaya
tanaman anggrek dan olahan pangan. Hal ini disebabkan oleh sebagian
besar anggota kelompok tani berasal dari kalangan ibu-ibu rumah tangga.
Dasar penentuan materi penyuluhan pertanian adalah permintaan dari
anggota kelompok tani kemudian Dinas Pertanian yang menjembatani
terus melakukan pertemuan dan bulan depan langsung dipraktekkan.
Berdasarkan keterangan para subjek dan informan, materi yang telah
disampaikan dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tersebut sudah sesuai
20
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:“…. Metode yang pernah digunakan dalam kegiatan ini antara lain dengan demonstrasi atau praktek langsung, diskusi, ceramah, studi banding dan pendampingan kelompok. Pemilihan metode tergantung kebutuhan petani dan dapat diterima dengan baik oleh sasaran dan sudah dipraktekkan karena biasanya disertai dengan gambar transparan dan dengan langsung praktek” (wawancara 22 April 2010).
xciv
dengan kebutuhan petani. Hal ini disebabkan karena materi tersebut
didasarkan pada permintaan para anggota kelompok tani21.
Permasalahan dalam menetapkan dan menyampaikan materi
penyuluhan pertanian adalah banyak anggota kelompok tani yang berusia
tua sehingga mereka malas untuk mengikuti pertemuan. Cara untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan teori sebentar
kemudian praktek langsung dan dengan melakukan pendekatan setiap
anggota kelompok tani supaya ikut terlibat dalam kegiatan penyuluhan.
e. Peran Serta dan Kerjasama
Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di
Kecamatan Laweyan dapat berjalan karena adanya peran serta dari
berbagai pihak. Pihak yang berperan serta dalam kegiatan penyuluhan
pertanian adalah THL, PDP, Lurah, ketua dan anggota kelompok tani,
Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian Propinsi, Staff Kehutanan
Dinas Pertanian dan masyarakat sekitar. Bentuk dan pihak yang berperan
serta dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 12. Bentuk Peran Serta dalam Kegiatan Penyuluhan PertanianTanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan
No. Pihak yang Berperan Serta Bentuk Peran Serta
1.
2.3.
4.5.
6.
7.
THL dan PDP
LurahKetua, pengurus dan anggota kelompok taniDinas Lingkungan HidupDinas Pertanian Propinsi(PHP: Petugas Hama Penyakit)Staff Kehutanan Dinas Pertanian
Masyarakat sekitar
Penanggung jawab kegiatan penyuluhan pertanian dan penyampai informasiPendorong kelompok taniPerencana, penerima dan pelaksana informasiPenyampai informasi pembuatan komposPenanggulangan hama dan penyakit
Pengawasan kegiatan penyuluhan pertanianMembantu kegiatan penyuluhan secara tidak langsung
Sumber: Data Primer
21
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:“…. Materi yang pernah kita sampaikan dalam kegiatan penyuluhan antara lain teknik budidaya adenium, anggrek, hortikultura, pembutan kompos dan olahan pangan. Dasar penentuan materi biasanya dari kelompok tani mintanya apa, Dinas Cuma menjembatani saja dan materinya sudah sesuai dengan kebutuhan sasaran karena petani yang minta, kalau kita yang menentukan kebutuhan dari petani biasanya petani kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan” (wawancara 22 April 2010).
xcv
Selain adanya peran serta dari berbagai pihak tersebut, maka
diperlukan juga adanya dukungan dari pemerintah daerah setempat.
Sikap pemerintah daerah terhadap pihak-pihak yang berperan serta dalam
kegiatan penyuluhan adalah sudah cukup bagus22. Hal tersebut dibuktikan
dengan adanya kunjungan mereka dalam kegiatan penyuluhan dan ikut
serta dalam memecahkan masalah yang ada, pemberian bantuan sarana
dan prasarana kepada kelompok-kelompok tani serta adanya pembinaan
dan pengawasan kepada kelompok tani. Permasalahan yang ditemukan
oleh pihak yang berperan serta adalah kelompok tani sangat susah diatur,
modal, pinjaman yang belum lunas, waktu dan lahan sempit. Cara
mengatasi permasalahan adalah sosialisasi, pendampingan, pertemuan
rutin, mengajukan proposal, melaksanakan pembinaan dan membayar
pinjaman setiap bulan.
Selain adanya peran serta dari berbagai pihak, kegiatan penyuluhan
pertanian di Kecamatan Laweyan juga menimbulkan beberapa jalinan
kerjasama antara berbagai pihak sehingga tercipta keadaan yang saling
menguntungkan di antara pihak-pihak yang bekerjasama. Jalinan
kerjasama tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13. Jalinan Kerjasama dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
No. Lingkup Kerjasama Pihak-pihak yang Bekerjasama1.
2.
3.
4.
Kegiatan penyuluhan danpembiayaan penyuluhanSubsidi tanaman anggrek
Pemasaran hasil tani, pameran tanaman hias dan jualan hasil tani
Penanggulangan hama dan penyakit
Lurah, Dinas Pertanian dan kelompok taniPenyedia bibit anggrek dari Salatiga dan Dinas PertanianAspartan (Assosiasi Pasar Tani), pedagang tanaman hias, masyarakat sekitar dan kelompok tani PHP Propinsi, Dinas Pertanian dan kelompok tani
Sumber: Data Primer
22
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:“…. Sikap pemerintah daerah jelas cukup bagus karena dipantau langsung dari propinsi dan pemerintah daerah sudah menyerahkan ke Dinas Pertanian. Yang ikut berperan serta biasanya Lurah, Dinas Lingkungan Hidup terkait dengan pembuatan kompos dan Dinas Pertanian propinsi (PHP) terkait dengan hama dan penyakit” (wawancara 22 April 2010).
xcvi
Berdasarkan tabel 13, jalinan kerjasama dalam kegiatan
penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah sudah baik karena
Dinas Pertanian, Lurah dan kelompok tani merupakan satu kesatuan yang
sangat mendukung kegiatan penyuluhan pertanian serta adanya kerjasama
dengan penyedia bibit anggrek dari Salatiga, Aspartan, pedagang tanaman
hias dan dari masyarakat sekitar. Dalam hal ini, Dinas berperan sebagai
sebagai penanggung jawab kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh
pertanian sebagai penyampai informasi, Lurah sebagai pendorong
kelompok tani, Aspartan dan pedagang tanaman hias sebagai tempat
pemasaran hasil pertanian dan tanaman hias serta kelompok tani sebagai
perencana, penerima dan pelaksana informasi. Lingkup kerjasama adalah
subsidi tanaman anggrek, penanggulangan hama penyakit, fasilitas studi
banding, kegiatan penyuluhan, pelatihan, pemasaran hasil tani, pameran
tanaman hias, jualan hasil tani atau produk olahan pangan dan pemberian
modal usaha.
Permasalahan yang ditemukan dalam hubungan kerjasama adalah
penyuluh sudah memberikan informasi tapi dari kelompok tani belum
melaksanakan informasi tersebut dengan baik, pemikiran kelompok tani
yang inginnya selalu dibantu terus, jarak jualannya jauh serta waktunya
setiap hari. Cara mengatasi permasalahan adalah untuk kegiatan pelatihan
atau pemantauan dari kelompok tani diberi undangan supaya bisa datang
semua serta beralih ke olahan pangan.
3. Kinerja Penyuluh
Kinerja penyuluh di Kecamatan Laweyan adalah sudah baik karena
petani sudah mendapatkan tambahan pengetahuan tentang pertanian,
penyuluh sering melakukan pemantauan ke rumah-rumah yang sering
dibantu dan penyuluh mempunyai ide-ide kreatif untuk membuat inovasi-
inovasi baru. Pihak yang berperan dalam kinerja penyuluh adalah ketua dan
xcvii
anggota kelompok tani, THL, PDP dan Struktural Dinas23. Dalam kinerja
penyuluh, ada pembinaan dan pengawasannya. Bentuk pembinaan dan
pengawasan adalah dengan membuat laporan tiga bulan sekali ke pusat oleh
PDP dan laporan bulanan ke PDP oleh THL, sedangkan dari kelompok tani
terdapat laporan sebulan sekali ke Dinas. Permasalahan yang ditemukan
dalam kinerja penyuluh adalah Kota Surakarta bukan merupakan konsentrasi
pertanian dan kelompok tani belum mempunyai inisiatif untuk membuat
inovasi-inovasi baru. Cara mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan
memberikan inovasi olahan pangan dan memberikan teknik budidaya
tanaman hortikultura.
4. Kelembagaan Pendukung Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan penjelasan dari para subjek dan informan bahwa di
Kecamatan Laweyan hanya terdapat kelembagaan pendukung penyuluhan
pertanian yaitu berupa kios saprotan dan Bank Unit Desa (BPR dan BRI)24.
Kios saprotan adalah kelembagaan yang berfungsi untuk menyediakan
sarana produksi pertanian seperti pupuk, pestisida dan media tanam.
Sedangkan Bank Unit Desa (BPR dan BRI) adalah kelembagaan yang
berguna memberikan pinjaman modal kepada para petani untuk
mengembangkan usahanya. Namun selama dua tahun terakhir ini, para
petani lebih senang meminjam uang di kelompok taninya masing-masing.
Hal ini disebabkan karena bunga dari bank lebih besar jika dibandingkan
dengan bunga yang berasal dari kelompok tani25. Adapun kelembagaan
23
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:“…. Kinerja penyuluh disini sudah baik, karena penyuluh disini sudah ada pembinaan yang dilakukan oleh struktural Dinas dan pengawasannya berupa laporan bulanan ke pusat” (wawancara 22 April 2010).
24Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:
“….Kecamatan Laweyan hanya mempunyai beberapa kelembagaan pendukung yaitu berupa BRI dan kios saprotan, tetapi untuk kegiatan penyuluhan pertanian langsung ditangani oleh Dinas Pertanian” (wawancara 22 April 2010).
25Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Heri Iswanti selaku Ketua Kelompok Tani Mawar Merah
yaitu:“….Dahulu kelompok tani di Kecamatan Laweyan meminjam modzl untuk kegiatan penyuluhan kepada bank. Namun karena bunganya terlalu besar, maka sekarang ini para anggota lebih senang meminjam uang kepada kelompok tani” (wawancara 17 Mei 2010).
xcviii
pendukung kegiatan penyuluhan pertanian dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 14. Kelembagaan Pendukung Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Laweyan
Jumlah BUUD/ KUD
Koperasi Pertanian di luar KUD
Bank Unit Desa (BPR, BRI)
Kios Saprotan
Lembaga Swadaya Desa (LSD)
Lumbung Padi Desa
Buah Ang. Buah Ang.
- - - - ada 2 - -
Sumber: Laporan Kegiatan THL TBPP pada bulan Maret tahun 2010
Keterangan: Ang. = Anggota
Tugas dari kelembagaan pendukung penyuluhan pertanian adalah
memberikan pinjaman dan menyediakan sarana produksi pertanian seperti
pupuk, pestisida dan media tanam. Adapun kekurangan dari kelembagaan
pendukung penyuluhan pertanian adalah kios saprotan masih sedikit dan
suku bunga banknya besar. Sedangkan untuk kelebihan dari kelembagaan
pendukung penyuluhan pertanian adalah kebutuhan pertanian dapat diatasi,
bisa untuk menunjang kegiatan penyuluhan, bisa untuk dana studi banding
dan bisa untuk pengembangan usahanya.
5. Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Kegiatan penyuluhan pertanian adalah kegiatan terencana dan
berkelanjutan yang harus diorganisasikan dengan baik. Kegiatan penyuluhan
pertanian di Kecamatan Laweyan banyak memanfaatkan lahan pekarangan
rumah masing-masing untuk membudidayakan tanaman hias seperti anggrek
dan rosella. Tetapi pada saat sekarang ini harga tanaman hias semakin
menurun sehingga banyak dari anggota kelompok tani yang beralih ke
olahan pangan seperti pembuatan sirup dari tanaman rosella. Selain itu ada
juga beberapa Kelurahan di Kecamatan Laweyan yang membudidayakan
tanaman padi (seperti di Kelurahan Karangasem dan Kelurahan Jajar) serta
beternak ayam potong (seperti di Kelurahan Pajang). Adapun jenis kegiatan
penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
xcix
Tabel 15. Jenis Kegiatan Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
No. Nama Kelurahan
Nama Kelompok Tani
Jumlah Anggota (orang)
Jenis Usaha Tani Pokok
Luasan
1.2.3.4.5.
6.7.8.9.
KarangasemKertenLaweyanSondakanPurwosari
PajangPajangJajarKarangasem
Bulak IndahSrikandhiPutri CakaMawar MerahPaguyuban Seratus ManunggalAnggrek JinggaRukun MakmurJajarPutri Mandiri
3915221611
114
1825
PadiTanaman hiasTanaman hiasTanaman hiasTanaman hias
Tanaman hiasAyam potongPadi Tanaman hias
31 Ha15 petak0,9 Ha0,24 Ha0,3 Ha
0,275 Ha-4 petak0,7 Ha
Sumber: Laporan Kegiatan THL TBPP pada bulan Maret tahun 2010
Pihak yang melakukan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan
Laweyan adalah THL, Lurah, ketua dan anggota kelompok tani, PDP26 dan
semua warga Kelurahan27. Waktu diadakan kegiatan penyuluhan pertanian
di Kecamatan Laweyan adalah sesuai dengan jadwal yang telah disepakati
antara penyuluh pertanian dengan kelompok tani yaitu setiap kelompok tani
mengadakan pertemuan sebulan sekali. Daerah yang masih aktif melakukan
kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah Kelurahan
Sondakan, Kelurahan Kerten dan Kelurahan Karangasem. Jadwal pertemuan
untuk kelompok tani Srikandhi di Kelurahan Kerten yang diketuai oleh Ibu
Karbino setiap tanggal 5 sebulan sekali, kelompok tani Mawar Merah di
Sondakan yang diketuai oleh Ibu heri Iswanti setiap tanggal 7 sebulan sekali
dan kelompok tani Putri Mandiri di Karangasem yang diketuai oleh Ibu
Thoyib setiap tanggal 28 sebulan sekali28.
26
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:“…. Pihak yang melakukan kegiatan penyuluhan berasal dari penyuluh, kelompok tani, lurah dan PDP” (wawancara 22 April 2010).
27Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Karbino selaku ketua kelompok tani Srikandhi yaitu:
“…. Selain penyuluh, kelompok tani dan Lurah yang melakukan penyuluhan, ada juga dari masyarakat sekitar yang ikut dalam kegiatan penyuluhan yang kami lakukan setiap bulannnya” (wawancara 24 Mei 2010).
28Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Luluk selaku THL di Kecamatan Laweyan Kota
Surakarta yaitu:“…. Kegiatan penyuluhannya ada sedikit kendala, tanaman hias kurang diminati lagi oleh msyarakat sehingga kelompok lebih banyak beralih ke olahan pangan. Tetapi pertemuan rutin tiap bulannnya sudah berjalan dengan baik. Untuk kelompok tani Srikandhi di Kerten tiap tanggal 5, kelompok tani Mawar Merah di Sondakan tiap tanggal 7 dan kelompok tani Putri Mandiri di Karangasem tiap tanggal 28. Dan hanya tiga kelompok tani ini saja yang masih aktif, yang lainnya hanya namanya saja dan kegiatannya sudah tidak jalan” (wawancara 22 April 2010).
c
6. Keberhasilan Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian adalah proses perubahan perilaku
(pengetahuan, sikap dan ketrampilan) di kalangan masyarakat (petani) agar
mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam
usahataninya demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan atau
keuntungan dan perbaikan kesejahteran keluarga atau masyarakat yang ingin
dicapai melalui pembangunan pertanian (Mardikanto, 2009). Berdasarkan
keterangan dari subjek dan informan bahwa tingkat keberhasilan dari
kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah sudah berhasil
karena ada beberapa tanaman hias misalnya anggrek yang sudah dapat
dipasarkan serta terdapat perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan29.
a. Perubahan Pengetahuan
Salah satu dampak yang terbentuk dari hasil kegiatan penyuluhan
petanian tanaman hias pekarangan yaitu adanya perubahan perilaku
petani ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku tersebut meliputi
perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan pengetahuan
yaitu perubahan yang terjadi dalam diri petani dari yang semula tidak
tahu berubah menjadi tahu. Tahu berarti benar-benar memahami dengan
pikirannya tentang segala ilmu atau teknologi dan informasi yang
disampaikan oleh penyuluh. Perubahan pengetahuan yang terlihat dalam
sasaran yaitu pengetahuan tentang teknik budidaya tanaman anggrek,
dosis penggunaan pupuk, cara pembuatan dan penggunaan pupuk cair
serta olahan pangan. Adapun perubahan pengetahuan yang dialami oleh
sasaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
29
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:“….Tingkat keberhasilan kegiatan penyuluhan di Kecamatan Laweyan yaitu sudah ada perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan serta ada beberapa tanaman anggrek yang dapat dipasarkan” (wawancara 22 April 2010).
ci
Tabel 16. Perubahan Pengetahuan yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan di Kecamatan Laweyan
DimensiJumlah Anggota
Kelompok Tani (orang)Jumlah Anggota yang
Berubah (orang)Prosentase
(%)1. Budidaya tanaman
anggrek2. Dosis Penggunaan
pupuk3. Cara pembuatan
dan penggunaan pupuk cair
4. Olahan pangan
56
56
56
56
43
28
19
51
77
50
34
91
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan pada tabel 16, bahwa kegiatan penyuluhan pertanian
tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan telah berdampak pada
perubahan pengetahuan petani. Perubahan pengetahuan paling banyak
terjadi pada dimensi olahan pangan yaitu dari 56 orang jumlah anggota
tani sebanyak 51 orang telah mengetahui bagaimana cara mengolah hasil
tani mereka atau sebesar 91%. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar
masyarakat di Kecamatan Laweyan adalah ibu-ibu rumah tangga dan
sebagian besar lahan pertaniannya dimanfaatkan untuk perumahan.
b. Perubahan Sikap
Perubahan sikap yaitu perubahan yang terjadi dalam diri petani
dari yang semula tidak mau mejadi mau melaksanakan suatu teknologi.
Perubahan sikap yang terlihat yaitu petani mau mencoba dan
mempraktekkan cara penyilangan anggrek, dosis penggunaan pupuk,
cara pembuatan dan penggunaan pupuk cair serta membuat berbagai
macam olahan pangan. Mau disini berarti sukarela dan atas kemauan
sendiri untuk mencari, menerima, memahami, menghayati dan
menerapkan atau melaksanakan segala informasi baru yang diperlukan
untuk peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan
kesejahteraan keluarga atau masyarakatnya. Perubahan sikap yang
dialami sasaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
cii
Tabel 17. Perubahan Sikap yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan di Kecamatan Laweyan
DimensiJumlah Anggota
Kelompok Tani (orang)Jumlah Anggota yang
Berubah (orang)Prosentase
(%)1. Budidaya tanaman
anggrek2. Dosis penggunaan
pupuk3. Cara pembuatan
dan penggunaan pupuk cair
4. Olahan pangan
56
56
56
56
30
17
16
46
54
30
29
82
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan pada tabel 17, selain berdampak pada perubahan
pengetahuan, kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di
Kecamatan Laweyan juga berdampak pada perubahan sikap. Perubahan
sikap paling banyak juga terjadi pada dimensi olahan pangan yaitu dari
56 orang jumlah anggota kelompok tani sebanyak 46 orang petani telah
mau menerapkan pengetahuan mereka tentang olahan pangan atau
sebesar 82%. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar masyarakat di
Kecamatan Laweyan adalah ibu-ibu rumah tangga dan bahan olahan
pangan mereka berasal dari pekarangan rumah. Sehingga mereka tidak
kesulitan untuk mencari bahan olahan pangan.
c. Perubahan Ketrampilan
Adanya perubahan pengetahuan dan sikap akan membawa
perubahan keterampilan pada petani yang terlihat dengan timbulnya
keterampilan. Perubahan ketrampilan yang terlihat yaitu petani mampu
untuk mengembangkan tanaman anggrek. Mampu baik dalam pengertian
trampil untuk melakukan semua kegiatan maupun dapat mengupayakan
sendiri sumberdaya (input) yang diperlukan demi tercapainya
peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan
kesejahteraan keluarga atau masyarakatnya. Perubahan ketrampilan yang
dialami sasaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
ciii
Tabel 18. Perubahan Ketrampilan yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan di Kecamatan Laweyan
DimensiJumlah Anggota
Kelompok Tani (orang)Jumlah Anggota yang
Berubah (orang)Prosentase
(%)
1. Pemilihan bibittanaman anggrek
2. Pemeliharaan tanaman anggek
3. Dosis penggunaan pupuk
4. Cara pembuatan dan penggunaan pupuk cair
5. Olahan pangan
56
56
56
56
56
34
32
23
16
39
61
57
41
29
70
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan pada tabel 18, adanya perubahan pengetahuan dan
perubahan sikap, kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan di Kecamatan Laweyan juga berdampak pada perubahan
ketrampilan. Perubahan ketrampilan paling banyak juga terjadi pada
dimensi olahan pangan yaitu dari 56 orang jumlah anggota kelompok
tani sebanyak 39 orang telah mampu untuk mengupayakan sendiri bahan
untuk olahan pangan atau sebesar 70%. Hal ini disebabkan oleh sebagian
besar ibu-ibu rumah tangga ingin mengembangkan hasil pertanian
dengan cara mengolah hasil tani yang berasal dari pekarangan.
7. Faktor Pendukung Penyuluhan Pertanian
Penerima manfaat penyuluhan adalah manusia yang memiliki
kebutuhan, keinginan, harapan serta perasaan-perasaan tentang tekanan-
tekanan maupun dorongan-dorongan tertentu yang tidak selalu sama pada
seseorang dengan orang lainnya. Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman
hias pekarangan di Kecamatan Laweyan, terdapat beberapa faktor
pendukung yaitu motivasi dari diri sendiri, sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh kelompok tani, swadaya anggota, adanya pertemuan rutin,
adanya simpan pinjam30, penyuluhnya sangat aktif, adanya kerja sama dan
30
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:“….Faktor yang mendukung kegiatan penyuluhan antara lain motivasi masyarakat, pertemuan rutian tiap bulan, modal dri pusat, swadaya anggota dan simpan pinjam” (wawancara 22 April 2010).
civ
studi banding31. Motivasi pribadi ditentukan oleh keadaan yang dirasakan
oleh penerima manfaat untuk melakukan perubahan-perubahan misalnya
adanya kebutuhan keluarga yang berubah selaras dengan semakin
dewasanya anak-anak untuk sekolah. Sarana dan prasarana yang dimiliki
petani antara lain 4 unit hand sprayer, 3 unit traktor dan 2 unit mesin tetas.
Swadaya anggota didapatkan dari iuran anggota tani setiap pertemuan.
Simpan pinjam didapatkan oleh para anggota tani dari modal yang didaptkan
oleh kelompok tani sebesar Rp. 10 juta. Penyuluh di Kecamatan Laweyan
sangat aktif dalam memberikan informasi atau inovasi baru kepada petani.
Informasi ini didapatkan oleh penyuluh dari programa pemerintah maupun
dari internet. Adapun kerjasama yang pernah dilakukan adalah dengan
Aspartan, penyedia bibit anggrek dari Salatiga dan PHP (Petugas Hama
Penyakit) Propinsi serta studi banding yang pernah dilakukan adalah studi
banding ke Semarang (tanaman anggrek) dan ke Sragen (budidaya atau
ternak cacing). Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kelompok
tani dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 19. Sarana dan Prasarana Kelompok Tani di Kecamatan LaweyanKepemilikan
Hand Sprayer Traktor Mesin Tetas
Milik
Petani
Milik
Dinas
Milik
Swasta
Milik
Petani
Milik
Dinas
Milik
Swasta
Milik
Petani
Milik
Dinas
Milik
Swasta
4 - - 3 - - 2 - -
Sumber: Laporan Kegiatan THL TBPP pada bulan Maret tahun 2010
8. Faktor Penghambat Penyuluhan Pertanian
Selain faktor pendukung penyuluhan pertanian, ada juga faktor
penghambat dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan
yaitu lahan pertanian yang sempit, tanaman hias hanya sekedar hobi, nilai
jual tanaman hias yang rendah, dana, pengembalian pinjaman sering macet,
kurang berfungsinya KUD (Koperasi Unit Desa), sulit untuk menambah
31
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Dardji selaku Lurah Sondakan yaitu:“…. Faktor pendukungnya banyak contohnya SDM (penyuluh dan anggota kelompok tani), peralatan, studi banding dan modal dari pusat” (wawancara 25 Mei 2010).
cv
anggota dan organisasi sendiri kurang semangat untuk mengembangkan
usahanya32. Luas lahan yang diusahakan relatif sempit akan menjadi kendala
untuk dapat mengusahakan kegiatan pertanian secara efisien. Petani yang
berlahan sempit seringkali tidak dapat menerapkan usahatani yang sangat
intensif. Bagi masyarakat kota tanaman hias hanya sekedar hobi karena
tanaman hias sekarang ini mempunyai nilai jual yang rendah, sehingga
mereka membudidayakan tanaman hias untuk dirinya sendiri dan tanaman
hias seperti rosella juga dapat digunakan untuk bahan pembuar sirup. Terkait
dengan dana, untuk kegiatan penyuluhan tanaman dana yang diberikan oleh
pemerintah masih kurang. Karena dana RP 10 juta dari pemerintah
digunakan oleh anggota kelompok tani untuk mengembangkan usahataninya
seperti beternak ayam potong. Pengembalian pinjaman dari pemerintah
sering mengalami kemacetan karena ekonomi para anggota tani yang pas-
pasan serta kurang berfungsinya KUD (Koperasi Unit Desa) yang
menyediakan sarana produksi pertanian seperti pupuk, pestisida dan media
tanam dengan harga yang relatif murah.
Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan
Laweyan sudah terdapat tindak lanjutnya yaitu dengan memberikan inovasi-
inovasi baru kepada para anggota kelompok tani seperti olahan pangan dan
penyilangan anggrek, mengadakan studi banding, pinjaman tiap bulan bergilir
terus dan bisa dipakai untuk semua anggota, teori langsung praktek, tiap
bulannnya ada pertemuan rutin (memberikan pinjaman), diikutkan pameran
dan obor blarak (mengaktifkan kembali kelompok tani yang sudah tidak aktif)
untuk ikut dalam kegiatan penyuluhan pertanian.
32
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Dardji yaitu:“…. Organisasi sendiri kurang semangat untuk mengembangkan usahanya dan sebagai penanggung jawab, saya harus melakukan obor blarak supaya kelompok taninya lebih aktif kembali.” (wawancara 25 Mei 2010).
cvi
B. Temuan Pokok dan Pembahasan
1. Sistem Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan pernyataan Mardikanto (2007) bahwa “Sampai dengan
dasawarsa 1970-an, kelembagaan penyuluhan pertanian hanya dilakukan
oleh instansi pemerintah. Tetapi seiring dengan kebijakan pembangunan
pertanian yang semakin memberikan peluang bagi swasta dan LSM, peran
pemerintah semakin berkurang meskipun dalam praktek masih didominasi
oleh institusi pemerintah. Di masa lalu, kelembagaan penyuluhan
pemerintah di tingkat nasional melekat pada Departemen Pertanian dan di
tingkat propinsi atau kabupaten atau kota melekat pada Dinas terkait
(Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan). Sejak dilaksanakan Proyek Penyuluhan Tanaman Pangan pada
tahun 1976, dikembangkan Balai Penyuluhn Pertanian di tingkat wilayah
Pembantu Bupati. Pada periode 1995-2000, di tingkat Kabupaten pernah
dicoba pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian yang terpisah
dari Dinas yaitu Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP), tetapi
seiring dengan bergulirnya reformasi, BIPP tersebut banyak yang berubah
menjadi beragam bentuk. Sebgai tindak lanjut ditetapkannya kebijakan
Revitalisasi Pertanian pada 11 Juni 2005, pada bulan Desember 2006
diundangkan UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan yang antara lain mengatur kelembagaan
penyuluhan pertanian yaitu di tingkat pusat (Badan Penyuluhan dan Komisi
Penyuluhan Nasional), di tingkat Provinsi (Badan Koordinasi Penyuluhan
Provinsi, dan Komisi Penyuluhan Pertanian Provinsi), di tingkat
Kabupaten/Kota (Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota dan
Komisi Penyuluhan Pertanian Kabupaten/Kota), di tingkat Kecamatan
(Balai Penyuluhan Pertanian)dan di tingkat Desa/Kelurahan (Pos
Penyuluhan Desa/Kelurahan)”. Kelembagaan pertanian yang ada di
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah pemerintah yang bentuknya
Dinas Pertanian. Karena di Kecamatan Laweyan belum ada Balai
Penyuluhan Pertanian (BPP), sehingga ruang kerja untuk PDP dan THL
cvii
berada di Dinas Pertanian. Meskipun di Kecamatan Laweyan belum ada
BPP dan belum adanya kelembagaan swasta dan swadaya, namun kegiatan
penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan sudah berjalan sesuai
dengan kebijakan pemerintah dan jadwal pertemuan masing-masing
kelompok tani di Kecamatan Laweyan. Tugas kelembagaaan selama
kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan adalah
memberikan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan seperti pembuatan pupuk
cair dan penyilangan tanaman anggrek, mengatur kegiatan kelompok tani,
membina penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas-tugasnya,
mengkoordinasi kegiatan-kegiatan penyuluhan serta memberikan bantuan
pinjaman (Hal ini sesuai dengan keretangan yang diberikan oleh Bapak
Wahyu Utomo).
Menurut Mosher dalam Mardikanto (2009) mengungkapkan bahwa
“Ketenagaan penyuluhan pertanian terdiri atas tiga macam penyuluh
pertanian, yaitu penyuluh pertanian pemerintah yang terdiri dari penyuluh
PNS, penyuluh swasta dan penyuluh swadaya. Penyuluh Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yaitu pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluh swasta yaitu penyuluh
yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai
kompetensi dalam bidang penyuluhan. Sedangkan penyuluh swadaya yaitu
pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya
yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh”.
Ketenagaan penyuluh yang ada di Kecamatan Laweyan adalah penyuluh
pemerintah yaitu satu orang penyuluh yang sudah PNS yang bertugas
sebagai PDP dan tiga orang THL TBPP. Sedangkan untuk penyuluh swasta
dan swadaya, di Kecamatan Laweyan belum terdapat penyuluh swasta dan
swadaya. Masing-masing THL TBPP memegang wilayah binaan yang
terdiri dari 2 Kelurahan dan PDP tidak mempunyai wilayah binaan. Peran
penyuluh pemerintah dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan
Laweyan adalah memberikan penyuluhan, melakukan pendampingan
cviii
kelompok, menyampaikan informasi-informasi dari pusat kepada para
petani yang terkait dengan pertanian, melakukan pemasaran, pameran hasil
pertanian, mengikuti ketahanan pangan dan melihat keunggulan yang ada
dalam kelompok tani.
Sumber pembiayan dan prosedur penggunaan biaya dalam kegiatan
penyuluhan pertanian sudah sesuai dengan pernyataan Departemen
Pertanian (2006) yang menyebutkan bahwa “Sumber pembiayaan untuk
penyuluhan disediakan melalui APBN, APBD baik provinsi maupun
kabupaten atau kota, baik secara sektoral maupun lintas sektoral, maupun
sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat”. Sedangkan menurut
Mardikanto (2009), unsur pembiayaan di dalam kegiatan penyuluhan
pertanian diperlukan untuk biaya personil (gaji, upah, tunjangan, intensif
dan lain-lain), pengadaan perlengkapan (alat bantu dan alat peraga
penyuluhan), biaya operasional (pembuatan atau perbanyakan atau
penyebarluasan materi penyuluhan, biaya perjalanan dan lain-lain), biaya
manajemen (kantor, perlengkapan, sarana transportasi, pos dan
telekomunikasi, alat tulis atau kantor dan lain-lain), dan biaya operasional
dan pemeliharaan (sarana kantor, sarana transportasi, perlengkapan
penyuluhan dan lain-lain)”. Sumber pembiayaan kegiatan penyuluhan
pertanian di Kecamatan Laweyan berasal dari APBD Kota Surakarta,
APBD Propinsi, APBN pusat dan swadaya anggota. Prosedur penggunaan
pembiayaan penyuluhan adalah dari pusat dikirimkan ke Dinas Pertanian
kemudian dari Dinas membaginya per kelompok tani dan penggunaannya
tergantung kebutuhan per kelompok tani. Serta untuk para penyuluh PNS
termasuk biaya operasional dan pemeliharaan drayer dan pompa air, dana
dari pemkot Surakarta disalurkan ke Dinas Pertanian untuk disalurkan ke
penyuluh PNS, sedangkan untuk para THL dana langsung ditransfer oleh
pemkot Surakarta ke masing-masing rekening THL. Sedangkan
pembiayaan untuk program-program pemerintah begitu masuk ke Dinas
Pertanian, pembiayaan ditetapkan oleh tim satuan kerja Kecamatan untuk
dibuat perencanaan yang selanjutnya dana tersebut akan didistribusikan
cix
kepada kelompok tani. Penentuan prioritas penggunaan pembiayaan
penyuluhan adalah lebih banyak digunakan untuk konsumsi, studi banding,
membeli media tanam dan praktek.
Sejalan dengan pernyataan Suhardiyono (1992) bahwa “Pengawasan
diartikan sebagai pengamatan dari dekat (secara langsung) dan atau dari
jauh (secara tidak langsung) yang dilakukan secara menyeluruh dengan
jalan membandingkan antara pekerjaan yang dilakukan dengan yang
seharusnya dilakukan. Pada pelaksanaan penyuluhan, pengawasan
dilakukan terhadap penerapan sistem kerja latihan dan kunjungan yang
dilaksanakan pada suatu organisasi. Sebagai suatu proses, pengawasan ini
mempunyai tiga komponen utama yaitu rencana kerja yang tepat,
pengamatan pelaksanaan kegiatan baik dari dekat maupun dari jauh dan
tindakan koreksi. Tindakan koreksi dilakukan dengan maksud untuk
mengarahkan kembali semua kegiatan agar dapat mencapai sasaran yang
ingin dicapai. Tindakan koreksi hanya dilakukan jika telah terjadi
penyimpangan pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.
Penyimpangan ini dapat diketahui dari laporan yang diterima melalui
monitoring maupun dari kegiatan supervisi lapangan”. Bentuk pengawasan
dan pengendalian kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan
adalah secara langsung yaitu dengan melakukan monitoring dan evaluasi
(monev) satu bulan sekali terhadap para anggota kelompok tani yang telah
dibantu dan secara tidak langsung yaitu dengan membuat laporan satu
bulan sekali untuk tanaman hias serta mengumpulkan kelompok tani yang
tidak sehat selama tiga bulan untuk dievaluasi kegiatan penyuluhan.
2. Proses Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan pernyataan Departemen Pertanian (2006), definisi
programa penyuluhan pertanian adalah rencana tertulis yang disusun secara
sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali
pencapaian tujuan penyuluhan. Programa penyuluhan terdiri atas programa
penyuluhan desa atau kelurahan atau unit kerja lapangan, programa
cx
penyuluhan kecamatan, programa penyuluhan kabupaten atau kota,
programa penyuluhan provinsi dan programa penyuluhan nasional”.
Langkah penyusunan programa penyuluhan pertanian di Kecamatan
Laweyan adalah dilakukan bersama-sama antara penyuluh dan petani
dengan mengadakan pertemuan. Hal ini dilakukan supaya kebutuhan yang
sangat diperlukan oleh para petani dapat diprioritaskan terlebih dahulu.
Programa penyuluhan pertanian Kecamatan Laweyan merupakan jabaran
dari program tingkat Kotamadya dan usulan dari kelompok tani di tingkat
wilayah binaan. Di dalam programa penyuluhan pertanian termuat latar
belakang dan tujuan penyusunan programa penyuluhan, keadaan umum
wilayah Laweyan kaitannya dengan sektor pertanian, penerapan teknologi
pada tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan, serta kebijakan
pembangunan pertanian. Selain itu juga termuat tujuan dan sasaran
penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan, permasalahan dalam
kegiatan penyuluhan pertanian baik dari aspek sosial, ekonomi maupun
teknis dan cara untuk mencapai tujuan yang terangkum dalam rencana-
rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh para penyuluh pertanian di
Kecamatan Laweyan untuk masa satu tahun yang akan datang.
Mekanisme kerja dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan di Kecamatan Laweyan sudah sesuai dengan pernyataan
Supanggyo (2007) bahwa “Sebelum pelaksanaan otonomi daerah,
penyelenggaraan penyuluhan pertanian dilakukan dalam satu kesatuan jalur
vertikal dari tingkat pusat sampai kepada kelompok tani dan nelayan
beserta keluarganya melalui Dinas Pertanian Propinsi, Kabupaten dan Balai
Penyuluhan Pertanian. Pada era reformasi, pelaksanaan penyuluhan
pertanian menggunakan mekanisme kerja yang didasarkan pada pendekatan
partisipatif yang memungkinkan petani ikut merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi serta menarik manfaat dari kegiatan penyuluhan
pertanian”. Mekanisme kerja penyuluh pertanian yang ada di Kecamatan
Laweyan ada dua jalur, yaitu berasal dari atas dan dari bawah. Jalur yang
berasal dari atas (sentralistik) yaitu berasal dari Dinas Pertanian menuju ke
cxi
Kelurahan yang selanjutnya akan diberikan ke RW lalu ke RT. Terakhir,
kegiatan penyuluhan pertanian akan disampaikan kepada para petani
melalui pertemuan kelompok tani. Selain mekanisme sentralistik, ada juga
mekanisme yang berasal dari bawah (partisipatif). Masalah atau usulan dari
para anggota kelompok tani disampaikan kepada penyuluh pertanian
melalui pertemuan kelompok tani. Kemudian dari penyuluh akan langsung
lapor ke Dinas Pertanian dan dari Dinas langsung lapor ke pusat. Pihak
yang berperan dalam mekanisme penyuluhan pertanian adalah THL, Lurah,
ketua dan anggota kelompok tani, Kasi Pertanian dan Perkebunan Dinas
Pertanian, Ketua RW dan Ketua RT.
Sejalan dengan pernyataan Mardikanto, (1993) bahwa “Metode
penyuluhan menurut keadaan psiko sosial sasarannya dibedakan menjadi
tiga hal, yaitu: (1) Pendekatan perorangan, artinya penyuluh berkomunikasi
secara pribadi orang seorang dengan setiap sasarannya, misalnya melalui
kunjungan ke rumah dan kunjungan ke tempat kegiatan sasarannya, (2)
Pendekatan kelompok, manakala penyuluh berkomunikasi dengan
sekelompok sasaran pada waktu yang sama, seperti pada pertemuan di
lapangan dan penyelenggaraan latihan, serta (3) Pendekatan massal, jika
penyuluh berkomunikasi secara tidak langsung atau langsung dengan
sejumlah sasaran yang sangat banyak bahkan mungkin tersebar tempat
tinggalnya, misalnya penyuluhan lewat TV dan penyebaran selebaran”.
Metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah
pendekatan perorangan dan kelompok. Metode yang belum dapat
dilaksanakan adalah pendekatan massal. Pendekatan massal yang belum
dapat dilaksanakan ini berdampak pada perubahan sikap petani dalam
merespon setiap materi yang disampaikan oleh penyuluh. Hal tersebut
dikarenakan informasi yang diterima petani sebelum adanya kegiatan
penyuluhan masih sedikit.
Metode perorangan digunakan oleh para penyuluh untuk melakukan
peninjauan terhadap anggota kelompok tani yang telah dibantu. Merode ini
dilakukan oleh para penyuluh dengan cara masuk ke rumah-rumah. Hal ini
cxii
bertujuan supaya permasalahan petani dapat diatasi secara langsung. Selain
metode perorangan, dalam kegiatan ini digunakan pula metode kelompok.
Metode ini dirasakan oleh penyuluh sudah sesuai dengan tuntutan petani.
Di sini tidak hanya penyuluh yang merasa sudah sesuai, tetapi juga petani
juga merasa sudah sesuai karena pemilihan metode ini berdasarkan
permintaan dari anggota kelompok tani kemudian penyuluh
menindaklanjuti metode tersebut. Adanya metode perorangan dan
kelompok ini menjadikan suatu penilaian yang baik terhadap kegiatan
penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan. Penggunaan metode ini
sesuai dengan pernyataan Mardikanto (1993).
Berdasarkan pernyataan Kartasapoetra (1991) bahwa “Materi
penyuluhan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran dengan demikian maka
mereka akan tertarik perhatiannya dan terangsang untuk mempraktekkanya.
Materi yang menarik perhatian para petani tentunya adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan usaha perbaikan produksi, pendapatan dan tingkat
hidupnya”. Di samping metode penyuluhan yang sesuai, materi penyuluhan
pertanian juga sudah sesuai dengan kebutuhan petani. Disini terlihat materi
yang disampaikan oleh penyuluh sudah jelas karena didukung dengan
adanya kedekatan penyuluh dengan petani. Jenis materi yang disampaikan
dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah
budidaya anggrek, olahan pangan, pembuatan pupuk kompos dan cair,
perikanan (lele), peternakan (ayam), penyilangan anggrek dan penggantian
media tanam verikultur dan pelatihan verikultur (tanaman anggrek). Dasar
penentuan materi penyuluhan pertanian adalah permintaan dari anggota
kelompok tani kemudian Dinas Pertanian yang menjembatani terus
melakukan pertemuan dan bulan depan langsung dipraktekkan. Materi
penyuluhan yang dirasakan secara pokok sudah sesuai dengan dengan
pernyataan Kartasapoetra (1991).
Sejalan dengan pernyataan Supanggyo (2007) bahwa “Kerjasama
penyuluhan pertanian dapat dilakukan antara sesama lembaga penyuluh
pertanian, maupun antara kelembagaan penyuluhan pertanian dengan
cxiii
lembaga pelayanan lain, petani dan pelaku usaha serta masyarakat lainnya”.
Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan
Laweyan dapat berjalan karena adanya peran serta dari berbagai pihak.
Pihak yang berperan serta dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah
THL, PDP, Lurah, ketua dan anggota kelompok tani, Dinas Lingkungan
Hidup, Dinas Pertanian Propinsi, Staff Kehutanan Dinas Pertanian dan
masyarakat sekitar. Selain adanya peran serta dari berbagai pihak tersebut,
maka diperlukan juga adanya dukungan dari pemerintah daerah setempat.
Sikap pemerintah daerah terhadap pihak-pihak yang berperan serta dalam
kegiatan penyuluhan adalah sudah cukup bagus. Hal tersebut dibuktikan
dengan adanya kunjungan mereka dalam kegiatan penyuluhan dan ikut
serta dalam memecahkan masalah yang ada, pemberian bantuan sarana dan
prasarana kepada kelompok-kelompok tani serta adanya pembinaan dan
pengawasan kepada kelompok tani.
Kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan juga
menimbulkan beberapa jalinan kerjasama antara berbagai pihak sehingga
tercipta keadaan yang saling menguntungkan di antara pihak-pihak yang
bekerjasama. Jalinan kerjasama dalam kegiatan penyuluhan pertanian di
Kecamatan Laweyan adalah sudah baik karena Dinas Pertanian, Lurah dan
kelompok tani merupakan satu kesatuan yang sangat mendukung kegiatan
penyuluhan pertanian serta adanya kerjasama dengan penyedia bibit
anggrek dari Salatiga, Aspartan, pedagang tanaman hias dan dari
masyarakat sekitar. Dalam hal ini, Dinas berperan sebagai sebagai
penanggung jawab kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh pertanian
sebagai penyampai informasi, Lurah sebagai pendorong kelompok tani,
Aspartan dan pedagang tanaman hias sebagai tempat pemasaran hasil
pertanian dan tanaman hias serta kelompok tani sebagai perencana,
penerima dan pelaksana informasi. Lingkup kerjasama adalah subsidi
tanaman anggrek, penanggulangan hama penyakit, fasilitas studi banding,
kegiatan penyuluhan, pelatihan, pemasaran hasil tani, pameran tanaman
cxiv
hias, jualan hasil tani atau produk olahan pangan dan pemberian modal
usaha.
3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Penyuluhan Pertanian
Sejalan dengan pernyataan Mardikanto (2009), “Tentang beberapa
faktor atau kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi proses perubahan yang
diupayakan melalui penyuluhan pertanian, dapat terjadi karena: keadaan
pribadi penerima manfaat, keadaan lingkungan fisik, lingkungan sosial dan
budaya masyarakat dan macam dan aktivitas kelembagaan yang tersedia
untuk menunjang kegiatan penyuluhan. Sedangkan faktor penghambat
dapat terjadi karena: ketakutan atau trauma masa lampau, kekurangsiapan
untuk melakukan perubahan, ketakutan terhadap berkurangnya kepuasan
yang selama ini telah dirasakan, adanya sebagian kegiatan yang tidak
diterima masyarakat dan adanya ancaman-ancaman dari pihak luar”.
Penerima manfaat penyuluhan adalah manusia yang memiliki kebutuhan,
keinginan, harapan serta perasaan-perasaan tentang tekanan-tekanan
maupun dorongan-dorongan tertentu yang tidak selalu sama pada seseorang
dengan orang lainnya.
Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di
Kecamatan Laweyan, terdapat beberapa faktor pendukung yaitu motivasi
dari diri sendiri, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kelompok tani,
swadaya anggota, adanya pertemuan rutin, adanya simpan pinjam,
penyuluhnya sangat aktif, adanya kerja sama dan studi banding. Selain
faktor pendukung penyuluhan pertanian, ada juga faktor penghambat dalam
kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan yaitu lahan
pertanian yang sempit, tanaman hias hanya sekedar hobi, nilai jual tanaman
hias yang rendah, dana, pengembalian pinjaman sering macet, sulit untuk
menambah anggota dan organisasi sendiri kurang semangat untuk
mengembangkan usahanya.
cxv
4. Keberhasilan Penyuluhan Pertanian
Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di
Kecamatan Laweyan dirasakan sudah sesuai dengan pernyataan
Mardikanto (2009) bahwa “Efektivitas atau keberhasilan suatu kegiatan
penyuluhan dapat diukur dari seberapa jauh telah terjadi perubahan perilaku
(petani) penerima manfaatnya, baik yang menyangkut pengetahuan, sikap
dan ketrampilannya”. Tingkat keberhasilan dari kegiatan penyuluhan
pertanian di Kecamatan Laweyan adalah sudah terdapat perubahan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan pengetahuan yaitu
perubahan yang terjadi dalam diri petani dari yang semula tidak tahu
berubah menjadi tahu. Perubahan pengetahuan yang terlihat dalam sasaran
yaitu pengetahuan tentang teknik budidaya tanaman anggrek, dosis
penggunaan pupuk, cara pembuatan dan penggunaan pupuk cair serta
olahan pangan.
Perubahan sikap yaitu perubahan yang terjadi dalam diri petani dari
yang semula tidak mau mejadi mau melaksanakan suatu teknologi.
Perubahan sikap yang terlihat yaitu petani mau mencoba dan
mempraktekkan cara penyilangan anggrek, dosis penggunaan pupuk, cara
pembuatan dan penggunaan pupuk cair serta membuat berbagai macam
olahan pangan. Adanya perubahan pengetahuan dan sikap akan membawa
perubahan keterampilan pada petani yang terlihat dengan timbulnya
keterampilan. Perubahan ketrampilan yang terlihat yaitu petani mampu
untuk mengembangkan tanaman anggrek. Selain adanya perubahan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan, kegiatan penyuluhan pertanian di
Kecamatan Laweyan juga terdapat tindak lanjutnya yaitu dengan
memberikan inovasi baru kepada kelompok tani seperti olahan pangan dan
penyilangan anggrek, mengadakan studi banding, pinjaman tiap bulan
bergilir terus dan bisa dipakai untuk semua anggota, teori langsung praktek,
tiap bulannnya ada pertemuan rutin (memberikan pinjaman), diikutkan
pameran dan obor blarak.
cxvi
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis hasil dan pembahasan dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah
a. Penyusunan programa penyuluhan dilakukan dengan menyesuaikan
kegiatan kelompok dengan Musren antara kelompok tani dengan Dinas
Pertanian dan mengadakan pertemuan.
b. Mekanisme kerja penyuluh pertanian yang ada di Kecamatan Laweyan
ada dua jalur yaitu sentralistik dan partisipatif.
c. Metode penyuluhan yang digunakan meliputi metode perorangan dan
metode kelompok.
d. Materi yang disampaikan yaitu budidaya anggrek, olahan pangan,
pembuatan pupuk kompos dan cair, perikanan, peternakan, penyilangan
anggrek, penggantian media tanam verikultur dan pelatihan verikultur
(tanaman anggrek).
2. Faktor pendukung dan penghambat dari kegiatan penyuluhan pertanian
tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah
a. Faktor pendukung yaitu motivasi dari diri sendiri, sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh kelompok tani, swadaya anggota, adanya pertemuan
rutin, adanya simpan pinjam, penyuluhnya sangat aktif, adanya kerja
sama dan studi banding.
b. Faktor penghambat dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan yaitu lahan pertanian yang sempit, tanaman hias hanya
sekedar hobi, nilai jual tanaman hias yang rendah, dana, pengembalian
pinjaman sering macet, sulit untuk menambah anggota dan organisasi
sendiri kurang semangat untuk mengembangkan usahanya.
cxvii
3. Tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan
di Kecamatan Laweyan adalah memberikan inovasi-inovasi baru kepada
para anggota kelompok tani seperti olahan pangan dan penyilangan
anggrek, mengadakan studi banding, pinjaman tiap bulan bergilir terus dan
bisa dipakai untuk semua anggota, teori langsung praktek, tiap bulannnya
ada pertemuan rutin (memberikan pinjaman), diikutkan pameran dan obor
blarak.
B. Saran
1. Penyuluh diharapkan dapat mengupayakan cara pendekatan lain yang dapat
membantu petani dalam merespon dan memahami inovasi atau materi baru
yang disampaikan oleh penyuluh misalnya dengan menambah frekuensi
pelaksanaan diskusi mengenai tanaman hias pekarangan.
2. Kerjasama antara penyuluh, aparat pemerintah, kelompok tani dan
pedagang tanaman hias dalam bentuk bantuan dan pemasaran tanaman hias
dapat ditingkatkan lagi.
cxviii
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Arifin. 1990. Hortikultura. Andi Offset. Yogyakarta.
Arifin, Bustanul. 2010. Strategi Baru Pembangunan Pertanian. http://tkpkri.org/berita/berita/strategi-baru-pembangunan-pertanian.html. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
Arifin, Hadi Susilo. 2007. Tanaman Hias Tampil Prima Cetakan Kedua. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.
Bell, Judith. 1993. Doing Your Research Project. Open University Press. Philadhelphia.
Brainy Media. 2010. Definition of Mechanism. http:/www.brainyquote.com /words/me/mechanism188680.html. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
Daniel, M., Darmawati dan Nieldalina. 2006. PRA (Participatory Rural Appraisal): Pendekatan Efektif Mendukung Penerapan Penyuluhan Partisipatif dalam Upaya Percepatan Pembanguna Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Departemen Pertanian. 2004. Ringkasan Eksekutif Pengkajian 2004. http://www.deptan.go.id/bpsdm/puskaji/hasil-kajian/ringkasan-kajian2004.htm. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
. 2006. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan. http://www.12laws.com/indeks.php?view=article&catid=45:indonesia-actundang-undang&id=984:undang-undang-nomor-16-tahun-2006-undang-undang-tentang-sistem-penyuluhan-pertanian-perikanan-dan-kehutanan-&tmpl=component&print=18page. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
Djoen. 2009. Pekarangan, Lumbung Pangan Kita. http://www.penulislepas.com/pekarangan-lumbung-pangan-kita.htm. Diakses pada tanggal 3 Maret 2009.
Edmond, J. B., Senn, T. L., Andrews, F. S. and Halfacre, R. G. 1977. Fundamentals of Horticulture. Tata McGraw-Hill Publishing Company LTD. New Delhi.
Hadisapoetra, Soedarsono. 1973. Pembangunan Pertanian. Departemen Ekonoi Pertanian Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.
cxix
Hanani, Nuhfil. 2009. Pertanian Kota dan Ketahanan Pangan. http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/category/pertanian-kota-dan-ketahanan-pangan/. Diakses pada tanggal 10 November 2009.
Hawkins, H.S., Dunn, A.M., dan Cary, J.W. 1982. Agricultural and Livestock Extension Volume 2. Australian University International Development Program. Canberra.
Irwan, Z. D. 2009. Lingkungan Hidup: Eksplorasi Pemanfaatan Pekarangan Secara Konseptual. http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&jd=eksplorasi-pemanfaatan-pekarangan-secara-konseptual&dn=2008 1124075 715. Diakses pada tanggal 3 Maret 2009.
Janick, Jules. 1972. Horticultural Science Second Edition. W. H. Freeman and Company. San Francisco.
Kartasapoetra, AG. 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Radar Jaya Offset. Jakarta.
Kelsey, LD and Cannon CH. 1955. Cooperative Extension Work. Comstock Publishing Associates. New York.
Kusumawijaya, Marco. 2009. Pertanian Kota. http://petahijau.wordpress.com/2006/08/27/pertanian-kota/. Diakses pada tanggal 3 November 2009.
Mangunwidjaja, D. dan Sailah, I. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya. Depok.
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum Edisi Kedua. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Mardikanto, Totok dan Sutarni, Sri. 1982. Pengantar Penyuluhan Pertanian: Dalam Teori dan Teori. Hapsara. Surakarta.
. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
. 1994. Bunga Rampai Pembangunan Pertanian Cetakan Pertama. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
dan Arip Wijianto. 2005. Modul Kuliah Metoda dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Proyek SP4 UNS. Surakarta.
. 2006. Prosedur Penelitian: untuk Kegiatan Penyuluhan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Prima Theresia Pressindo. Surakarta.
. 2007. Pengantar Ilmu Pertanian Cetakan Pertama. Pusat Pengembangan Agrobisnis dan Kehutanan Sosial (PUSPA). Surakarta.
cxx
. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press). Surakarta.
Miles, M. B dan Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. UI Press. Jakarta.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Mosher, AT. 1966. Getting Agriculture Moving: Essentials for Development and Modernization. Pyramid Books. New York.
. 1978. Menggerakkan dan Membangun Pertanian: Syarat-syarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi Cetakan Keenam. CV Yasaguna Diterbitkan dengan Kerjasama Franklin Book Programs, Inc. New York. Jakarta.
. 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian: Syarat-syarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi Cetakan Ketigabelas. CV Yasaguna Diterbitkan dengan Kerjasama Franklin Book Programs, Inc. New York. Jakarta.
Mubyarto dan Santosa, Awan. 2009. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan (Kritik Terhadap Paradigma Agribisnis). http://www.ekonomirakyat.org.Diakses pada tanggal 3 November 2009.
Mukherjee. 1969. Role of Rural Institutions in Asian Agriculture Development. University of Tokyo Press. Tokyo.
Naibaho, Yuni. 2010. Tanaman Hias. http://duniatanaman.com/category/tanaman-hias. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
National Portal Content Management Team. 2010. Agricultural Extension Programmes. http://india.gov.in/citizen/agriculture/extprogram.php.Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
Nawawi, Hadari dan Martini, Mimi. 1996. Penelitian Terapan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Partowisastro, H.K. 1985. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-sekolah Jilid I.Erlangga. Jakarta Pusat.
Pearson, S., Gotsch, C. dan Bahri, S. 2004. Application of The Policy Analysis Matrix in Indonesian Agriculture. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Redaksi PS. 2008. Sukses Memulai Bisnis Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Depok.
Redwood, Mark. 2000. Agriculture in Urban Planning. Earthscan and the International Development Research Centre (IDRC). USA.
cxxi
Samsudin. 1982. Dasar-Dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian Cetakan Kedua. Angkasa Offset. Bandung.
Saptaji, Luki. 2010. Reposisi Peranan Penyuluhan di Era Otonomi Daerah. http://distanak.banten.go.id/reposisi-peranan-penyuluhan-di-era-otonomi-daerah. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
Sastraatmadja, Entang. 1993. Penyuluhan Pertanian. Alumni. Bandung.
Setiana, Lucie. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia Indonesia. Bogor.
Smith, Olanrewaju B. 1999. Urban Agriculture In West Africa: Contributing to Food Security and Urban Sanitation. Earthscan and the International Development Research Centre (IDRC). USA.
Soekirno. 2009. Peran Pelaku Perlindungan Tanaman dalam Pasar Internasional Produk-Produk Hortikultura Indonesia. http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id/peran-pelaku-perlindungan-tanaman-dalam-pasar-internasional-produk-produk-hortikultura-indonesia. Diakses pada tanggal 3 Maret 2009.
Soeryowinoto, Sutarni M. 1997. Merawat Anggrek. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
dan Soeryowinoto, Maeso. 2000. Perbanyakan Vegetatif Pada Anggrek Cetakan Ketujuhbelas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Soetriono, Suwandari, Anik dan Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian Cetakan Kedua. Bayumedia Publishing. Malang.
Subejo. 2010. Demokratisasi Pembangunan Pertanian di Era Otonomi Daerah: Tinjauan dari aspek Penyuluhan Pertanian. http://subejo.staff.ugm.ac.id /wp-content/cultivar-juni-2007.pdf. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
Sudirja, Rija. 2010. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sistem Pertanian Organik. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/pembangunan_pertanian_berkelanjutan_berbasis_sistem_pertanian_organik/. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
Suhardiyono, L. 1992. Penyuluhan Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga. Jakarta.
Supanggyo. 2007. Buku Penunjang Kuliah Administrasi Penyuluhan Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sutopo, H. B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Kedua. UNS Press. Surakarta.