KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENANAMAN NILAI …
Transcript of KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENANAMAN NILAI …
8 JURNAL IDRUS QAIMUDDIN, VOL.1, No. 1, JULI-DESEMBER 2019
KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENANAMAN NILAI
PENDIDIKAN ISLAM DI RAUDHATUL ATHFAL AL-HIKMAH
KOTA BAUBAU
Lanri Febrianty M. Nunsi
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) YPIQ Baubau
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penanaman nilai pendidikan
Islam di Raudhatul Athfal Al-Hikmah dan dampak penerapan kebijakan kepala
sekolah dalam Penanaman Nilai Pendidikan Islam di Raudhatul Athfal Al-Hikmah
Kota Baubau. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa bentuk penanaman nilai pendidikan Islam di Raudhatul Athfal
Al-Hikmah yaitu apel pagi untuk mengajarkan kedisiplinan, moving class untuk
mengembangkan minat anak dan kegiatan inti yakni mengajarkan anak tentang
doa sehari-hari dan surah pendek. Sedangkan dampak kebijakan kepala sekolah
dalam Penanaman Nilai Pendidikan Islam di Raudhatul Athfal Al-Hikmah Kota
Baubau adalah pendidik memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik dalam
menyampaikan ajaran agama Islam, dengan adanya praktek sholat membuat
peserta didik sudah dapat menirukan gerakan beribadah walaupun belum teratur
dan peserta didik dapat menghafal surah pendek serta doa sehari-hari.
Kata Kunci: Kebijakan sekolah, Kepala Sekolah dan Nilai Pendidikan Islam
9 JURNAL IDRUS QAIMUDDIN, VOL.1, No. 2, JULI-DESEMBER 2019
1. Pendahuluan
Ara Hidyat dan Imam Machali (2012: 106), mengemukakan bahwa kepala
sekolah dalam satuan pendidikan merupakan pemimpin. Dalam proses pendidikan,
kepala sekolah mempunyai dua jabatan yakni kepala sekolah sebagai pengelola
pendidikan di sekolah dan kepala sekolah sebagai pemimpin formal pendidikan di
sekolah.
Pada dasarnya kepala sekolah berperan sebagai pemberi contoh di dalam
lingkungan sekolah dan bertanggung jawab penuh dalam meningkatkan kinerja
tenaga kependidikan. Sebagaimana terjemahan firman Allah SWT dalam
QS Ali ’Imran (3:104), ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
Kaitannya ayat tersebut di atas dengan peran kepala sekolah sebagai pendidik
nampak dari pola hidup keseharian yang senantiasa dijadikan cerminan oleh semua
guru, peserta didik, dan karyawan yang berada di bawah pimpinanya. Konsep ini
dipertegas dengan beberapa ayat Al-Quran dan Al-Hadis tentang pentingnya uswah
hasanah dari seorang pemimpin.
Wahjosumidjo (20017: 83) mengemukakan bahwa, kepala sekolah merupakan
pimpinan pada lembaga yang dipimpinnya. Maju dan berkembangnya suatu lembaga
pendidikan tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah serta para
pendidik. Sedangkan pemimpin adalah orang yang melakukan kegiatan dalam usaha
mempengaruhi orang lain yang ada di lingkungannya pada situasi tertentu agar orang
lain mau bekerja dengan penuh rasa tanggungjawab demi tercapainya tujuan yang
telah direncanakan ataupun ditetapkan.
Mulyasa (2007: 216) mengemukakan bahwa keberhasilan kepala sekolah
dalam pelaksanaan setiap program kebijakan yang telah diprogramkan tersebut,
dapat diasumsikan merupakan hasil dari kerja keras kepala sekolah dalam membuat
kebijakan-kebijakan operasional serta meningkatkan profesionalitas guru-guru.
Asumsi ini dilatar belakangi oleh kerangka pikir bahwa kunci keberhasilan
pendidikan di sekolah/madrasah pada dasarnya bergantung pada kebijakan kepala
sekolah/madrasah dalam meningkatkan profesionalitas guru terutama di Raudhatul
Athfal Al-Hikmah kota Baubau.
Raudhatul Athfal berasal dari kata raudhah yang berarti taman dan athfal
yang berarti anak-anak. Secara bahasa raudatul athfal berarti taman kanak-kanak atau
tempat bermain. Raudhatul Athfal merupakan salah satu lembaga pendidikan pra
sekolah. Penyebutan nama istilah Raudhatul Athfal pertama sekali ditemukan dalam
Undang-undang pendidikan nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
10 JURNAL IDRUS QAIMUDDIN, VOL.1, No. 2, JULI-DESEMBER 2019
Nasional pada pasal 28. Sedangkan Raudhatul Athfal Al-Hikmah kota Baubau
merupakan pendidikan sekolah usia dini yang bertempat di Jalan Bakti Abri
Kelurahan Bukit Wolio Indah Kecamatan Wolio Kota BauBau.
Sugeng Listyo Prabowo (2008: 201) mengatakan bahwa, proses pencapaian
visi misi Raudhatul Athfal Al-Hikmah dapat dilaksanakan jika sekolah memiliki
kebijakan utama dalam proses pengembangannya. Kebijakan utamanya yaitu
memiliki otoritas yang diperlukan dalam melaksanakan kepemimpinan secara
keseluruhan, serta mampu mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan suatu
perubahan dan dapat mengontrol sumber daya yang dimiliki dalam
mengimplementasikan kebijakannya. Kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga
pendidikan harus memiliki manajemen kepemimpinan yang baik serta kebijakan yang
pro terhadap peningkatan mutu sekolah yang dipimpin.
Dalam kaitan antara kebijakan dan peningkatan mutu sekolah/madrasah
Raudhatul Athfal Al-Hikmah, maka peneliti mengambil judul penelitian, “Kebijakan
Kepala Sekolah dalam Penanaman Nilai Pendidikan Islam di Raudhatul Athfal
Al-Hikmah Kota Baubau”.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
yakni bagaimana bentuk penanaman nilai pendidikan Islam di Raudhatul Athfal
Al-Hikmah dan bagaimana dampak penerapan kebijakan kepala sekolah dalam
Penanaman Nilai Pendidikan Islam di Raudhatul Athfal Al-Hikmah Kota Baubau.
3. Manfaat Penelitian
Secara ilmiah dari hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi kontribusi
tentang kebijakan kepala sekolah dalam penanaman nilai pendidikan Islam
di Raudhatul Athfal Al-Hikmah kota Baubau. Memberikan hasanah pemikiran baru
yang berkaitan dengan kebijakan kepala sekolah dalam penanaman pendidikan agama
islam di Raudhatul Athfal dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita pendidikan yang
berkuwalitas islami serta bernuansa Islam pada anak-anak usia dini.
Adapunmanfaat secara praktis yaitu bagi pembaca penelitian ini dapat
menambah pemahaman berbagai aspek yang berhubungan dengan dunia pendidikan
agama Islam khususnya pendidikan anak usia dini, serta dapat menjadi referensi
tambahan dalam penelitian pendidikan Islam yang terfokus pada anak usia dini dalam
nilai agama Islam.
4. Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Kebijakan
Konsep kebijakan atau dalam bahasa Inggris istilah Policy. EM Zul Fajri dan
Ratu Aprilia Senja (2008: 166), dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan
11 JURNAL IDRUS QAIMUDDIN, VOL.1, No. 2, JULI-DESEMBER 2019
diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak
(tentang pemerintahan, organisasi, ataupun yang lainnya); pernyataan cita-cita,
tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.
Carl J Federick sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008: 7), mendefinisikan
kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang,
kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat
hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap
pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Pendapat ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang
memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi kebijakan,
karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya
dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu
masalah.
Irfan Islamy sebagaimana dikutip oleh Sarwiji Suwandi (2010: 12), dalam
bukunya yaitu kebijakan harus dibedakan dengan kebijaksanaan. Policy
diterjemahkan dengan kebijakan yang berbeda artinya dengan wisdom yang artinya
kebijaksanaan. Pengertian kebijaksanaan memerlukan pertimbangan pertimbangan
lebih jauh lagi, sedangkan kebijakan mencakup aturan- aturan yang ada di
dalamnya. James E Anderson sebagaimana dikutip Irfan Islamy (2009:17),
mengutarakan bahwa kebijakan adalah“a purposive course of action followed by
anactorer set of actor sindealing with a problem or matter of concern” (Serangkaian
tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh
seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).
Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan yang sengaja dilakukan
atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau pemerintah yang di
dalamnya terdapat unsure keputusan berupa upaya pemilihan di antara berbagai
alternatif yang berguna untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu yang telah
direncanakan.
B. Kepala Sekolah
Lembaga Administrasi Negara RI (1978: 24), dijelaskan Kepemimpinan
(leadership) adalah figur kunci untuk mempengaruhi orang lain supaya dapat
membuat keputusan yang tepat di dalam membuat suatu kebijakan dan dapat
menyiapkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar. Karena seorang
pemimpin harus selalu aktif menjalankan tugas kepemimpinannya, maka yang
bersangkutan harus memiliki stamina, jasmani, serta rohani yang sehat. Penampilan
12 JURNAL IDRUS QAIMUDDIN, VOL.1, No. 2, JULI-DESEMBER 2019
yang menarik selalu segar, serta cerah akan memberikan kesan kepala sekolah
sebagai seorang pemimpin, tampak selalu wibawa di depan bawahannya. Selain
itu, kepala sekolah harus bijaksana dalam bertindak dan didalam mengambil
keputusan.
Wahjosumidjo (2007: 79), Kepemimpinan merupakan suatu ilmu dan seni
tentang bagaimana mempengaruhiorang lain (bawahan) untuk mencapai tujuan
tertentu. Pemimpin adalah orang yang berada pada posisi terdepan dalam
kelompoknya. Dengan demikian, kepala sekolah berada diposisi paling depan
ditengah-tengah guru, karyawan, dan siswa sekolahnya.
Prestasi kepemimpinan seorang dipengaruhi oleh harapan-harapan dari para
anggota kelompok yang dipimpinnya. Harapan-harapan tersebut bukan hanya
berhubungan dengan pengaruh kepemimpinan bagi si pemimpin, melainkan juga
efektifitas, efesiensi dan kepuasan kerja staf. Harapan- harapan mengenai program
pengajaran perlu diteliti tentang hakekat, pentingnya, pengaruh dan cara-cara
melakukannya, dalam rangka membantu pimpinan mengatasi tantangan pengajaran
pada era globalisasi ini.
Wahjosumidjo (2007: 79), Cara kerja kepala sekolah dan cara memahami
peranannya dipengaruhi oleh kepribadiannya, persiapan dan pengalaman
profesionalnya, dan kebijakan yang dibuat oleh sekolah mengenai perananya sebagai
kepala sekolah dibidang pengajaran. Pelayanan pendidikan dalam pendidikan sebagai
administrator dapat memperjelas harapan-harapan atas kebijakan kepala sekolah.
C. Nilai Pendidikan Islam
J.R. Fraenkel dalam Chabib Thoha (1996: 61), “a value is an idea a concept
about what some one think is important in life”. Begitupula dengan Abdullah Sigit
dalam Chabib Thoha menggolongkan nilai dalam tujuh jenis yaitu: 1) nilai ilmu
pengetahuan, 2) nilai ekonomi, 3) nilai keindahan, 4) nilai politik, 5) nilai
keagamaan, 6) nilai kekeluargaan, dan 7) nilai kejasmanian.
Quraish Shihab (1998: 172), menyatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai
dengan pembacaan, penyucian dan pengajaran adalah pengabdian kepada Allah SWT.
sejalan dengan tujuan penciptaan manusia yang ditegaskan dalam terjemahan
Al-Qur’an Surat al-Zariyat (51: 56): “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
13 JURNAL IDRUS QAIMUDDIN, VOL.1, No. 2, JULI-DESEMBER 2019
5. Metodologi Penelitian
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian (fieldresearch) yaitu penelitian lapangan
yang bersifat kualitatif. Menurut Mardalis (2007: 24), penelitian kualitatif yaitu suatu
penelitian yang ditunjukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis sebuah
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang
secara individu ataupun kelompok.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Raudhatul Athfal Al-Hikmah kota Baubau Provinsi
Sulawesi Tenggara.
C. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan penelitian ini adalah pendekatan pedagogis, pendekatan
psikologis, dan pendekatan menejemen pendidikan. Ketiga pendekatan ini digunakan
karena pendekatan pedagogis menuntut pendidik untuk berpandangan bahwa seorang
anak pada usia dini berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan rohaniah
dan jasmaniah yang memerlukan bimbingan dan pengarahan melalui proses
kependidikan, pendekatan psikologis digunakan untuk mengetahui tentang hal-hal
menyangkut jiwa dan fisik anak didik di Raudhatul Athfal agar kepala sekolah serta
guru untuk mengembangkan metode pengajaran di Raudhatul Athfal Al-Hikmah kota
Baubau dan pendekatan manajemen pendidikan digunakan untuk mengetahui bentuk
ataupun upaya kebijakan kepala sekolah untuk menghasilkan nilai-nilai keislaman di
Raudhatul Athfal Al-Hikmah kota Baubau.
D. Sumber Data
Menurut sumbernya, data penelitian digolongkan menjadi dua macam yaitu:
1) Data Primer (utama)
Sugiyono (2010: 15), Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat
pengambilan data bersifat langsung (melalui obsevasi dan wawancara) pada subjek
sebagai sumber informasi yang dicari. Adapun Sumber data primer (utama) dalam
penelitian ini adalah Kepala sekolah, para guru dan peserta didik di Raudhatul
Athfal Al-Hikmah kota Baubau.
2) Data Sekunder (tambahan)
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi dekumentasi yang
diperoleh dari Raudhatul Athfal Al-Hikmah kota Baubau, literatur-literatur, jurnal
penelitian dan sumber bacaan yang lainnya, berupa artikel-artikel dan data yang
bersumber dari internet. Sumber data ini merupakan sumber data benda yang
14 JURNAL IDRUS QAIMUDDIN, VOL.1, No. 2, JULI-DESEMBER 2019
sifatnya mendukung yang dapat berupa dokumen, program kerja, surat dinas,
arsip-arsip, serta suasana dan kontak sosial yang terjadi di lokasi penelitian.
E. Metode Pengumpulan Data
1) Observasi
Nana Syaodah Sukmadinata (2008: 220), Observasi (observation) atau
pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Data
observasi berupa data faktual, cermat, terinci mengenai keadaan lapangan, keadaan
manusia dan situasi sosial dengan penelitian secara langsung.
2) Wawancara
S. Margono (2004: 165), Wawancara atau interview adalah dialog yang dilakukan
oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari responden. Wawancara dilakukan
dengan menggunakan instrumen yang berisi pertanyaan-pertanyaan secara lisan
yang relevan dengan fokus penelitian. Responden dalam wawancara ini adalah
kepala sekolah, guru-guru dan orang tua peserta didik.
3) Dokumentasi
S. Margono (2004: 181), Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data
melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga tentang buku-
buku tentang pendapat, teori dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah
penelitian. Sugiyono (2010: 146), Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau
karya-karya monumental dari seseorang.
6. Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Bentuk Kebijakan Penanaman Nilai Pendidikan Islam di Raudhatul Athfal
Al-Hikmah Kota Baubau
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di Raudhatul Athfal Al-Hikmah
dimulai pada pukul 07:00-11:00 hingga peserta didik dijemput orang tua mereka
masing-masing. Hal tersebut diungkapkan oleh Darma (5 Agustus 2017), “Proses
pembelajaran diawali pada jam 07.15 yakni proses baris-berbaris atau apel pagi
sampai jam 08.00. Kemudian jam 08:30 dilanjutkan moving pagi sampai jam 09:00,
jam 09:00 sampai jam 09:30 kegiatan inti, setelah itu anak-anak istrahat 15 menit,
jam 10:00 terus masuk lagi persiapan berdoa untuk pulang. Setelah proses belajar
mengajar selesai anak-anak dijemput orang tuanya”.
Kedisiplinan menjadi landasan dasar pembelajaran pada anak usia dini di
Raudhatul Athfal Al-Hikmah. Hal senada juga diungkapkan oleh Erna (2 Agustus
2017), dengan pernyataan bahwa mulai pelajaran jam 08:00 sampai jam 09:00
15 JURNAL IDRUS QAIMUDDIN, VOL.1, No. 2, JULI-DESEMBER 2019
sebagai pelajaran inti, sedangkan moving class dimulai jam 07:15 sampai jam 08:00,
adapun kegiatan akhir 09:30 sampai mereka pulang.
Secara umum kegiatan pembelajaran di Raudhatul Athfal Al-Hikmah terbagi
dalam tiga bentuk kegiatan berupa kegiatan berbaris atau apel dan moving class,
kegiatan inti dan terakhir kegiatan persiapan untuk pulang. Kegiatan berbaris atau
apel pagi yang dilakukan di Raudhatul Athfal Al-Hikmah merupakan salah satu
bagian pembentukan karakter yakni melatih kedisiplinan setiap anak, kerapian dalam
barisan, menanamkan prilaku untuk saling menghargai sesama mereka, guru ataupun
orang lain sehingga nilai toleransi yang semakin baik diantara siswa dan para
pengajar semakin baik, moving class mengajarkan kepada anak didik untuk memilih,
mengetahui dan mengasah minat belajar dipandu oleh para pengajar dengan
memanfaatkan alat peraga sehingga siswa mudah memahami dan tidak cepat bosan,
kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti dengan mengajarkan kepada anak tentang
doa sehari-hari serta surah pendek.
Darma (5 Agustus 2017) mengatakan bahwa, moving class itu kegiatan yang
diberikan oleh guru untuk menyambut kegiatan pembelajaran inti, atau penyegaran
kepada anak-anak sebelum memasuki pelajaran inti. Moving class merupakan bagian
dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan di Raudhatul Athfal Al-Hikmah, kegiatan
tersebut dilaksanakan sebelum memulai pelajaran, dengan tujuan membuat peserta
didik aktif dan hingga menjauhkan mereka dari suasana kejenuhan dari belajar
di kelas ataupun ketika mengajarkan sesuatu pada anak usia dini, kegiatan tersebut
harus disesuaikan dengan tema yang akan disampaikan ataupun diajarkan pada anak
usia dini.
Kegiatan pembelajaran di Raudhatul Athfal disesuaikan dengan tema setiap
minggunya. Hal itu, senada dengan pernyataan Erna (2 Agustus 2017), “Proses
pembelajaran yaitu tergantung dari tema yang diberikan perminggu, misalnya dalam
tema sekarang identitas, biasa juga ada praktek, mengisi pola, bisa juga belajar
berhitung membilang pokoknya ada psikomotorik, kognitif termasuk dalam satu hari
itu ada dua mata pelajaran atau dua kegiatan yang dilakukan”.
Selain pelaksanaan kegiatan yang bersifat kurikuler yang dilaksakan enam
hari dalam seminggu, Raudhatul Athfal Al-Hikmah melaksanakan kegiatan
ekstrakurikuler berupa baca tulis Al-Qura’n atau dalam istilah lain (mengaji sore)
atau biasa juga dilaksanakan pada saat jam pulang sekolah sambil menunggu
anaknya di jemput oleh orang tuanya.
Penerapan nilai-nilai pendidikan Islam pada Raudhatul Athfal ataupun
pendidikan anak usia dini melibatkan seluruh elemen yang menunjang iklim sekolah,
agar terbangun interaksi positif antara peserta didik dan guru.
16 JURNAL IDRUS QAIMUDDIN, VOL.1, No. 2, JULI-DESEMBER 2019
Para guru sebagai eksekutor di lapangan harus menanamkan nilai pendidikan
Islam kepada peserta didik sebagai mana tertuang dalam visi misi sekolah yakni
terampil, kreatif, sehat, cerdas, ceria dan islami. Sehingga nilai-nilai pendidikan islam
yang mereka dapatkan teraktualisasikan dalam kehidupan mereka di sekolah ataupun
di rumah. Hal tersebut seirama dengan pernyataan kepala sekolah (2 Agustus 2017),
“Kami menghimbau agar guru-guru selalu fokus masalah pendidikan terutama
berkaitan dengan perilaku anak usia dini. Dimana kami menyampaikan bahwa
pendidikan agama haruslah diajarkan dari dasar. Walaupun hal tersebut belum
memadai tapi kami berusaha memulai setidaknya 50% untuk anak usia 4-5 tahun”.
Hal ini sejalan dengan hasil observasi peneliti di lapangan, bahwa proses
pembelajaran di Raudhatul Athfal Al-Hikmah sudah tertata dengan rapi sesuai
dengan metodologi pengajaran pada anak usia dini. Dengan penataan aktifitas
keseharian secara teratur di Raudhatul Athfal membuat para pendidik dapat
memahami peran mereka masing-masing sehingga guru dapat mempersiapkan diri
dan merencanakan materi dengan baik.
B. Dampak Kebijakan Kepala Sekolah Dalam Penanaman Nilai Pendidikan
Islam di Raudhatul Athfal Al-Hikmah Kota Baubau
Adapun dampak kebijakan penanaman nilai pendidikan Islam di Raudhatul
Athfal Al-Hikmah adalah pendidik memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik
dalam menyampaikan ajaran agama Islam, dengan adanya praktek sholat yang
dilakukan tiap minggu maka peserta didik sudah dapat menirukan gerakan beribadah
walaupun belum teratur dan peserta didik sudah dapat menghafal surah pendek serta
doa sehari-hari.
4. PENUTUP
A. Penutup
Hasil penelitian terkait kebijakan kepala sekolah dalam penanaman nilai
pendidikan Islam di Raudhatul Athfal Al-Hikmah kota Baubau, dapat disimpulkan
bahwa :
1) Bentuk penanaman nilai pendidikan Islam di Raudhatul Athfal Al-Hikmah kota
Baubau yakni kegiatan berbaris atau apel pagi yang merupakan salah satu bagian
pembentukan karakter dalam melatih kedisiplinan setiap anak, kerapian dalam
barisan, moving class untuk menanamkan perilaku terhadap anak untuk belajar
sesuai dengan minat dengan bantuan penjelasan dan alat peraga sehingga siswa
mudah memahami dan kelas inti yakni mengajarkan kepada anak tentang doa
sehari-hari serta surah pendek.
17 JURNAL IDRUS QAIMUDDIN, VOL.1, No. 2, JULI-DESEMBER 2019
2) Dampak kebijakan penanaman nilai pendidikan Islam di Raudhatul Athfal Al-
Hikmah adalah Pendidik memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik
dalam menyampaikan ajaran agama Islam, dengan adanya praktek sholat yang
dilakukan tiap minggu maka peserta didik sudah dapat menirukan gerakan
beribadah walaupun belum teratur dan peserta didik dapat menghafal surah
pendek serta doa sehari-hari.
B. Saran
Saran yang diberikan peneliti berdasarkan simpulan hasil penelitian ini
sebagai berikut:
1) Bagi Pihak Sekolah
Pihak sekolah harus lebih sering memberikan pelatihan pada guru-guru tentang
sistim pengajaran serta metode pengajaran yang baik semakin agar meningkatkan
profesionalisme guru dalam mengajar serta menambah koleksi buku-buku Islam
untuk anak-anak didik di sekolah.
2) Bagi Guru
Guru harus sering melakukan pendampingan kepada siswa agar para siswa
selalu menanamkan nilai pendidikan Islam dalam keseharinnya.
3) Bagi Pemerintah
Perlu adanya pelatihan-pelatihan kepada kepala sekolah dan guru tentang
Metode Pembelajaran, agar para guru menjadi lebih paham dan dapat
mengembangkan metode-moteda pengajaran dengan baik sehingga menghasilkan
peserta didik yang baik pula.
18 JURNAL IDRUS QAIMUDDIN, VOL.1, No. 2, JULI-DESEMBER 2019
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2008, Dasar-dasar Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2007, Manajemen Penelitian, Cet. IX; Jakarta: Rineka Cipta.
Darajat, Zakiyah, dkk., 1995, Metodik Husus Pengajaran Agama Islam, Jakarta:
Bumi Aksara.
Fajri, EM Zul dan Ratu Aprilia Senja. 2008, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,
Semarang: Difa Publisher.
Hasan, Tholkhah. 2009, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Keluarga, Jakarta: Mitra
Abadi Press.
Hidayat, Ara dan Imam Machali. 2012, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip
dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, Yogyakarta:
Kaukaba.
Islamy, Irfan. 2009, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara, Jakarta: Bumi
Aksara.
Iwan, 2001. Peran Guru Dalam Mengenali Perkembangan Jiwa Anak Dalam
Pembelajaran, Makalah disajikan dalam Lokakarya Guru Taman Kanak-
kanak di Malang. IGTKI, Malang.
Kementerian Agama RI., 2012, Kontribusi Ditpenamas dalam Pencapaian Tujuan
Pendidikan Nasional, Jakarta: kemenag.
__________, 2014. al-Qur’an dan Terjemahannya, Cet. X; Bandung: Diponogoro.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bandung: Citra
Umbara.
Lembaga Administrasi Negara RI. 1978, Manajemen dalam Pemerintahan, Jakarta:
LSM dan SDM.
Lexy J. Moleong, 2007. Metode Penelitian kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mansur, 2005, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mardalis. 2007, Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal, Cet. IX; Jakarta:
Bumi Aksara.
Maryam, Halim dkk, 2005. Program Pengembangan Kemampuan Khusus Agama
Dan Program Cawu. Jawa Timur: Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan
Muslimat Nahdhatul Ulama YPKM NU.
Mulyasa. 2007, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya.
19 JURNAL IDRUS QAIMUDDIN, VOL.1, No. 2, JULI-DESEMBER 2019
Sugiyono. 2010, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Sugeng Listyo Prabowo, 2008. Menajemen Pengembangan Mutu
Sekolah/Madrasah, Malang: UIN-Malang Press.
Sukmadinata, Nana Syaodah. 2008, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suwandi, Sarwiji. 2010, Model Asses mendalam Pembelajaran, Surakarta: UNS
Press.
Wahab, Solichin Abdul. 2008, Analisis Kebijsanaan dari Formulasi ke Implementasi
Kebijaksaan Negara, Cet; II, Jakarta: Bumi Aksara.
Wahjosumidjo. 2007, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
20 JURNAL IDRUS QAIMUDDIN, VOL.1, No. 2, JULI-DESEMBER 2019