Kebijakan Energi dalam Peningkatan Perkembangan Industri Energi Listrik di Indonesia
-
Upload
putrimeriyen -
Category
Documents
-
view
13 -
download
8
description
Transcript of Kebijakan Energi dalam Peningkatan Perkembangan Industri Energi Listrik di Indonesia
Kebijakan Energi dalam Peningkatan Perkembangan
Industri Energi Listrik di Indonesia
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi energi (TM-4021) yang diajar
oleh Bapak Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro MSc. MA. PhD.
Oleh
Nama : Putri Meriyen Budi S
NIM : 12013048
Jurusan : Teknik Geologi
Institut Teknologi Bandung
2015
Sejarah Pembangkit Tenaga Listrik di Indonesia
Listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat penting dan sebagai sumber
daya ekonomis yang paling utama yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan usaha. Energi listrik
mempunyai peranan vital dan strategis. Vital itu memenuhi hajat hidup semua orang dan
stategis itu menunjang pembangunan nasional. Maka listrik harus diwujudkan secara andal,
aman, dan ramah lingkungan. Andal berarti kontiunitasnya terjamin, aman berarti baik bagi
manusia, lingkungan, dan instalasi listrik itu sendiri.
Badan Usaha Milik Negara masih tetap memegang peranan penting dalam usaha penyediaan
tenaga listrik untuk kepentingan umum. Penyediaan tenaga listrik dapat diselenggarakan
dengan jalan memberikan tugas kepada Badan Usaha Milik Negara untuk mengelola segmen
usaha monopoli alamiah seperti transmisi dan distribusi. Selain itu Badan Usaha Milik
Negara juga memberikan kesempatan untuk tetap mengelola segmen usaha yang bersifat
strategis seperti pengelolah sistem tenaga listrik yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa
perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri.
Pengusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi untuk kepentingan umum, diawali
dengan perusahaan swasta Belanda yaitu NV. NIGM yang memperluas usahanya dari hanya
di bidang gas ke bidang tenaga listrik. Tahun 1972, Pemerintah Indonesia menetapkan status
Perusahaan Listrik Negara sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN). Tahun 1990
melalui Peraturan Pemerintah No. 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha
ketenagalistrikan. Tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta
untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan dengan kebijakan di atas, pada
bulan Juni 1994 status PLN dialihkan dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero).
UU No 20 tahun 2002 tentang ketenagalistrikan menyatakan bahwa pelaku usaha penyediaan
tenaga listrik di Indonesia terdiri dari Badan Usaha Milik Negara, swasta, koperasi dan Badan
Usaha Milik Daerah. Dengan diberlakukannya Undang Undang Ketenagalistrikan tersebut,
industri listrik nantinya akan membuka peluang bagi pihak swasta ikut bagian dalam
penyediaan layanan.
Permasalahan
Beberapa permasalahan pada perkembangan industri energi listrik di Indonesia adalah
1. BPP (Biaya Produk Produksi) dan TDL (Tarif Dasar Listrik)
PLN diberlakukan sebagai industri dan untuk membeli BBM harus mengikuti harga pasar,
dan patokannya adalah harga pasar BBM dunia yang fluktuatif. Sedangkan dalam proses
produksi PLN harus mengikuti harga pasar (market price) dan TDL menjadi kewenangan
presiden melalui Keppres. Penggunaan BBM sebagai energi primer akan memberatkan PLN
karena harganya yang mahal . Komponen dalam BPP adalah kebutuhan BBM, biaya
pengiriman dan handling dari Depo Pertamina ke pembangkit-pembangkit listrik PLN, biaya
pembangunan (investasi) seperti pembangkit, transmisi, dan distribusi, dan biaya operasional
lainnya. PLN sering mengalami defisit karena harga TDL per kwh lebih rendah daripada
harga BPP per kwh.
2. Sumber energi pembangkit listrik
Kehidupan modern tenaga listrik merupakan unsur mutlak untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat oleh karena itu energi listrik merupakan tolak ukur kemajuan masyarakat.
Pertumbuhan kebutuhan listrik di Indonesia tiap tahun rata-rata mencapai 7%. Peningkatan
pemakaian listrik khususnya pada sektor inndustri, tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan
jumlah pelanggan industri yang semakin banyak dan Produk Domestik Regional Bruto yang
terus meningkat. Hal ini merupakan suatu indikator pertumbuhan dan keadaan perekonomian
negara yang semakin baik.
Namun, Indonesia masih memiliki keterbatasan kapasitas pembangkit PLN dan masalah
pasokan sumber energi primer. Ketidakpastian pasokan sumber energi primer (BBM, gas,
batubara) dan dominasi penggunaan BBM sebagai sumber energi primer dimana BBM
cenderung lebih mahal. Hal ini menyebabkan pertumbuhan demand yang lebih tinggi
daripada supply. Masalah lainnya adalah masih dibutuhkan pembangunan pembangkit baru
untuk menambah kapasitas listrik, pasokan listrik belum mampu menjangkau seluruh wilayah
secara merata, banyak instalasi pembangkit tenaga listrik yang sudah tua dan tidak memenuhi
standar ketentuan yang berlaku dan pemakaian energi listrik yang boros dan tidak efisien.
Analisis dan Pembahasan
Dalam menghadapi permintaan tenaga listrik yang tinggi dan meningkatkan perkembangan
industri energi listrik di Indonesia, pemerintah telah menyusun kebijakan energi nasional.
Kebijakan energi nasional disusun agar terjadi pengembangan dan pemanfaatan energi yang
menjamin security of supply dan mendapatkan nilai tambah yang tinggi. Kebijakan energi
nasional akan menjadi acuan bagi semua pelaku sektor energi yang mendorong terciptanya
pembangunan berkelanjutan.
Gambar 1. Prinsip dasar perencanaan energi
(Sumber slide materi kuliah Ekonomi Energi)
Salah satu langkah awal yang pemerintah lakukan adalah dengan membuat blueprint
Pengelolaan Energi Nasional 2006 – 2025 (Keputusan Presiden RI nomer 5 tahun 2006).
Secara garis besar, dalam blueprint tersebut ada dua macam solusi yang dilakukan secara
bertahap hingga tahun 2025, yaitu peningkatan efisiensi penggunaan energi (penghematan)
dan pemanfaatan sumber-sumber energi baru (diversifikasi energi).
Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait perkembangan industri energi
listrik adalah
Kebijakan Penyelenggaraan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Pembangunan di bidang ketenagalistrikan masih bergantung pada BUMN yakni PT PLN
(Persero). Dengan meningkatnya skala kebutuhan tenaga listrik nasinonal dan terbatasnya
kemampuan pemerintah, maka peranan investasi perusahaan listrik swasta (Independent
Power Producer/IPP) dan badan usaha lain menjadi sangat diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga listrik nasional. Dalam UU No 20 tahun 2002 tentang ketenagalistrikan
menyatakan bahwa pelaku usaha penyediaan tenaga listrik di Indonesia terdiri dari Badan
Usaha Milik Negara, swasta, koperasi dan Badan Usaha Milik Daerah.
Kebijakan Pemanfaatan Energi Primer
Kebijakan pemanfaatan energi primer untuk pembangkit tenaga listrik ditujukan agar pasokan
energi primer tersebut dapat terjamin. Untuk menjaga keamanan pasokan tersebut,
diberlakukan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO), pemanfaatan sumber energi
primer setempat, dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Kebijakan pengamanan
pasokan energi primer untuk pembangkit tenaga listrik dilakukan melalui dua sisi, yaitu pada
sisi pelaku usaha penyedia energi primer dan pada sisi pelaku usaha pembangkitan tenaga
listrik.
Kebijakan di sisi pelaku usaha penyedia energi primer, diantaranya adalah pelaku usaha di
bidang energi primer khususnya batu bara dan gas diberikan kesempatan untuk memasok
kebutuhan energi primer bagi pembangkit tenaga listrik sesuai harga dengan nilai
keekonomiannya.
Kebijakan di sisi pelaku usaha pembangkitan tenaga listrik diantaranya adalah kebijakan
diversifikasi energi untuk tidak bergantung pada satu sumber energi, khususnya energi fosil
dan konservasi energi.
Tabel 1. Diversifikasi energi di
Indonesia (Sumber slide materi kuliah Ekonomi Energi)
Kebijakan Tarif Dasar Listrik
Kebijakan Pemerintah tentang tarif dasar listrik adalah bahwa tarif listrik secara bertahap dan
terencana diarahkan untuk mencapai nilai keekonomiannya sehingga tarif listrik rata-rata
dapat menutup biaya produksi penyediaan tenaga listrik yang telah dikeluarkan. Meskipun
penetapan tarif nantinya dilakukan sesuai dengan nilai keekonomiannya, namun khusus untuk
pelanggan yang kurang mampu, pemerintah masih memberlakukan subsidi untuk tarif dasar
listrik. Kebijakan tarif listrik yang tidak seragam (nonuniform tariff) dimungkinkan untuk
diberlakukan di masa mendatang, dengan pertimbangan adanya perbedaan perkembangan
pembangunan ketenagalistrikan dari satu wilayah dengan wilayah lainnya dan kemampuan
bayar masyarakat yang berbeda.
Kebijakan Lindungan Lingkungan
Kerusakan dan degradasi ekosistem dalam pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan harus
dikurangi. Berkaitan dengan hal ini, pelaku usaha yang melakukan kegiatan ketenagalistrikan
yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting diwajibkan untuk melakukan
AMDAL (ANDAL, RKL dan RPL) sedangkan yang tidak mempunyai dampak penting
diwajibkan membuat Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL), serta produk hukum terkait lainnya.
Kebijakan Standardisasi, Keamanan, Keselamatan, dan Pengawasan
Tujuan keselamatan ketenagalistrikan antara lain melindungi masyarakat dari bahaya yang
diakibatkan oleh tenaga listrik, meningkatkan keandalan sistem ketenagalistrikan,
meningkatkan efisiensi dalam pengoperasian dan pemanfaatan tenaga listrik.
Kebijakan dalam standardisasi tersebut meliputi standar peralatan tenaga listrik dan standar
pemanfaat tenaga listrik (yaitu semua produk atau alat yang dalam pemanfaatannya
menggunakan tenaga listrik untuk berfungsinya produk atau alat tersebut).
Kebijakan keamanan instalasi antara lain meliputi kelayakan operasi instalasi tenaga listrik,
keselamatan peralatan dan pemanfaat tenaga listrik, dan kompetensi tenaga teknik. Instalasi
tenaga listrik yang layak operasi dinyatakan dengan Sertifikat Layak Operasi. Untuk
peralatan dan pemanfaat tenaga listrik yang memenuhi Standar Nasional Indonesia
dinyatakan dengan Sertifikat Produk untuk dapat membubuhi Tanda SNI (SNI) pada
peralatan tenaga listrik dan penerbitan Sertifikat Tanda Keselamatan S pada pemanfaat
tenaga listrik dan tenaga teknik yang kompeten dinyatakan dengan Sertifikat Kompetensi.
Kebijakan Fiskal atas Impor Barang Modal
Dalam upaya menunjang perkembangan usaha penyediaan tenaga listrik yang
berkesinambungan, maka pemerintah memberikan insentif berupa pemberian bea masuk atas
impor barang modal untuk pembangunan pembangkit tenaga listrik untuk kepentingan umum
melalui penerbitan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.011/2008 tentang
Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang Modal Dalam Rangka Pembangunan dan
Pengembangan Industri Pembangkit Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum sebagaimana
telah diubah melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128/PMK.011/2009.
Berkenaan dengan pemberian kewenangan tersebut, maka telah diterbitkan Peraturan
Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Nomor 57-12/20/600.3/2009 tentang Tata
Cara Permohonan Persetujuan dan Penandasahan Rencana Impor Barang Modal Untuk
Pembangunan dan Pengembangan Industri Pembangkit Tenaga Listrik Untuk Kepentingan
Umum.
Kesimpulan
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia, akan diikuti dengan
peningkatan permintaan energi listrik. Namun, di Indonesia perkembangan industri energi
listrik masih mengalami kendala seperti biaya BPP (Biaya Produk Produksi) dan TDL (Tarif
Dasar Listrik), krisis energi listrik, pasokan listrik yang belum merata, pembangunan
infrastruktur, dan masalah sumber energi primer. Namun pemerintah tidak tinggal diam dan
telah menyusun kebijakan energi nasional dalam rangka peningkatan perkembangan energi
listrik di Indonesia seperti Kebijakan Penyelenggaraan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik,
Kebijakan Pemanfaatan Energi Primer, Kebijakan Tarif Dasar Listrik, Kebijakan Lindungan
Lingkungan, Kebijakan Standardisasi, Keamanan, Keselamatan, serta Pengawasan, dan
Kebijakan Fiskal atas Impor Barang Modal. Disamping itu, juga dibutuhkan kerjasama dan
koordinasi antara pihak pemerintah, swasta,dan masyarakat agar kebijakan dapat terlaksana
dengan baik melalui komunikasi yang baik.
Referensi
Slide materi kuliah Ekonomi Energi-TM 4021 oleh Bapak Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro
MSc. MA. PhD.
http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/10/sejarah-listrik-nasional-dan.html ( diakses Kamis,
26 Maret 2015 pukul 12.45 WIB)
http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/5149-kebijakan-pemerintah-dibidang-
kelistrikan.html ( diakses Kamis, 26 Maret 2015 pukul 13.00 WIB)
http://elektro.umy.ac.id/kuliah-umum-kondisi-dan-permasalahan-ketenagalistrikan-di-
indonesia/ ( diakses Kamis, 26 Maret 2015 pukul 13.30 WIB)