KEBERADAAN TEATER TRADISIONAL SUNGGING DI DESA SUMBER KLIDUNG KECAMATAN TEGAL SIWALAN KABUPATEN...
-
Upload
alim-sumarno -
Category
Documents
-
view
90 -
download
0
description
Transcript of KEBERADAAN TEATER TRADISIONAL SUNGGING DI DESA SUMBER KLIDUNG KECAMATAN TEGAL SIWALAN KABUPATEN...
KEBERADAAN TEATER TRADISIONAL SUNGGING DI DESA SUMBER
KLIDUNG KECAMATAN TEGAL SIWALAN KABUPATEN PROBOLINGGO
ABSTRAKNama Mahasiswa: Dewi safitri firga Era EvritaNim : 10020134224Pembimbing : Arif Hidajad S.Sn,M.Pd
Desa Sumber Klidung merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Tegal Siwalan Kabupaten Probolinggo. Masyarakat Desa Sumber Klidung merupakan masyarakat agraris yang mengandalkan alam untuk keberlangsungan hidupnya. Keadaan masyarakat yang sederhana, membuat kesenian Sungging hidup dimasyarakat. Menjadi sebuah suguhan ketika masyarakat lelah bekerja seharian di sawah. Saat ini, Sungging merupakan satu – satunya teater tradisional di Desa Sumber Klidung dan keberadaannya mulai tergeser oleh perubahan pola hidup masrakatnya. Inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti kesenian ini, disamping itu belum pernah ada yang meneliti kesenian ini sebelumnya, sehingga memperkuat penulis untuk mengangkat kesenian ini menjadi bahan penelitian yang berjudul “Keberadaan Teater Tradisional Sungging Didesa Sumber Klidung Kecamatan Tegal Siwalan Kabupaten Probolinggo”. Dari keadaan tersebut, peneliti memfokuskan permasalahan tentang posisi kesenian Sungging dan keberadaan kesenian teater tradisional ini di Desa Sumber Klidung.
Dalam melaksanakan penelitian, metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitaitf digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah – langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan atau analisis data, membuat kesimpulan dan laporan.
Penelitian telah dilakukan oleh penulis. Hasil yang diperoleh dilapangan adalah, bahwa Sungging merupakan wadah masyarakat Desa Sumber Klidung untuk berinteraksi sosial. Disamping itu, sungging merupakan penyeimbang antara kehidupan tradisional masyarakat dan kehidupan modern saat ini. Masyarakat Desa Sumber Klidung tidak mau dianggap sebagai masyarakat tradisional dan belum bisa dikatakan sebagai masyarakat modern sehingga dikatakan sebagai masyarakat transformasi. Pada kenyataanya masyarakat masih mematuhi dan mengikuti pesan moral yang terkandung dalam sungging untuk menjalani kehidupan modern. Grup “Sinar Famili” adalah satu – satunya teater tradisional di Desa Sumber Klidung, grup ini masih bertahan sampai saat ini karena masyarakat Desa Sumber Klidung masih hidup secara komunal dan pengelolaan grup ini dilakukan secara profesional meskipun sebagian besar anggota grup adalah sanak saudara.
Kata Kunci : Desa Sumber Klidung,Teater Tradisional, Sungging
PENDAHULUAN
Teater Tradisional merupakan salah satu bentuk seni kolektif yang terpadu dan
menggunakan unsur berbagai media ekspresi. Umumnya menggunakan media
ekspresi berupa tari, drama, dan musik, ketiganya terjalin terpadu. Tetapi ketiga
media ekspresi dapat berdiri sendiri – sendiri. Teater Tradisional adalah sebuah
kesenian yang mengikuti tata cara, tingkah laku dan cara berkesan mengikuti tradisi,
ajaran turun – temurun dari nenek moyang sesuai dengan budaya lingkungan etnik
yang bersangkutan.( Achmad,2006: 4)
Membicarakan teater tradisional sebenarnya membicarakan tentang masa
lampau. Secara sosiologis, teater pada khususnya tidak dapat dipandang lepas dari
tata hidup dan kehidupan masyarakat di sekelilingnya. Sebab, sadar atau tidak sadar
sebagaimana bagi seni pada umumnya, masyarakat lingkungan dengan tata
kehidupannya merupakan sumber ilham yang tidak habis – habisnya bagi pencipta
seni teater. Masyarakat lingkungan merupakan tempat berproses dan sekaligus
pengolahan seni teater tersebut. (Achmad,2006: 2)
Kesenian Sungging merupakan salah satu kesenian teater tradisional, yang
berkembang di Desa Sumber Klidung, Kecamatan Tegal Siwalan, Kabupaten
Probolinggo. Kurangnya minat masyarakat terhadap kesenian ini merupakan salah
satu penyebab kesenian Sungging menjadi termaginalkan. keadaan ini membuat
Sungging kehilangan penikmat dan penggemarnya. Ditambah dengan jarangnya
tanggapan yang di peroleh oleh Grup –grup kesenian yang semakin hari semakin
berkurang membuat kesenian ini jarang ditemui.
Probolinggo merupakan sebuah wilayah yang berada di Jawa Timur dan
merupakan asal dari kesenian Sungging. Sejauh ini kesenian Sungging yang ada di
probolinggo yang terdaftar di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berjumlah empat
kelompok yang tersebar di beberapa wilayah Probolinggo diantaranya Tongas,
Dringu, Randu Pitu dan Sumber Klidung. Peneliti akan memfokuskan penelitian
pada Grup kesenian “Sinar Famili” pimpinan Bapak Alfi yang berada di Desa
Sumber Klidung Kecamatan Tegal Siwalan Kabupaten Probolinggo. Alasan
mengapa memilih kelompok kesenian “Sinar Famili” karena dekatnya lokasi
penelitian dari rumah peneliti menjadi salah satu alasan agar dapat mengenal lebih
dalam tentang kesenian tersebut. Kedekatan emosional antara peneliti dan seluruh
anggota yang terlibat dalam kelompok kesenian ini menjadi pertimbangan penulis
untuk memilih kelompok ini, dengan demikian diharapkan peneliti mendapatkan
informasi yang relevan sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Keunikan kelompok kesenian “Sinar Famili” ini terletak pada kekompakan
antara pemilik, aktor, pemusik dan tim yang lainnya untuk kesuksesan sebuah
pertunjukan Sungging. Hal ini di tuturkan oleh pimpinan kelompok “Sinar Famili”,
yaitu Bapak Alfi mengatakan bahwa semangat yang tunjukkan oleh pemain
khususnya, membuat beliau bangga memiliki sebuah kelompok kesenian yang
menyatukan masyarakat Sumber Klidung dalam sebuah kelompok kesenian.
Fungsi teater tradisional salah satunya adalah sebagai tontonan, begitu juga
dengan Sungging berfungsi sebagai tontonan. Keadaan ini mendapat dorongan dari
masyarakat yang minim akan hiburan. Setelah bekerja keras sehari di sawah atau
ladang, para petani atau masyarakat umumnya perlu istirahat atau hiburan. Saat
itulah Sungging menjadi satu – satunya pelepas penat bersama keluarga dan
masyarakat lainnya untuk sekedar berkumpul dan menikmati pertunjukan yang telah
disuguhkan. Ketika unsur – unsur teater melepaskan diri dari kaitannya sebagai
sarana dalam upacara dan telah menemukan bentuknya sebagai teater, maka pada
mulanya ia mempunyai fungsi ganda. Disamping masih sebagai sarana upacara, juga
untuk kepentingan hajatan, perhelatan dan sekaligus juga untuk hiburan masyarakat.
( Achmad, 2006: 104)
Sungging merupakan satu – satunya teater tradisional yang ada di Kabupaten
Probolinggo, namun harus berjuang dan mempertahankan kesenian ditengah arus
modernisasi dan globalisasi. Teknologi yang mulai masuk ke desa – desa sedikit
banyak mempengaruhi masyarakat. Misalnya internet, masuknya internet kedaerah
tersebut mempegaruhi pola pikir masyarakat, khusunya tentang kesenian.
Masyarakat secara tidak langsung telah dipengaruhi oleh budaya – budaya modern,
lambat laun meninggalkan kesenian teater tradisional dan cenderung terbiasa dengan
budaya baru yaitu budaya praktis ekonomis. Keadaan ini lambat laun jika terus
terjadi akan mengikis budaya mereka sendiri. Bahkan cenderung akan melupakan
tuntunan atau ajaran yang terkandung dalam sebuah pertunjukan teater tradisional
yang dalam hal ini adalah Sungging.
Kesenian ini hadir dan bermula dari datangnya Haji Harun, seorang seniman
yang berasal dari madura. Kesenian diperkenalkan pertamakali pada tahun 1981.
Ditempat asalnya yaitu sumenep, kesenian ini bernama “Ketoprak madura” belum
diketahui bagaimana masyarakat probolinggo menyebut kesenian ini “Sungging”.
Kemudian masyarakat mengembangkan, bahkan tidak jarang masyarakat membuat
kelompok kesenian sendiri dan bertahan sampai sekarang.
Ketertarikan penulis untuk mengangkat kesenian ini untuk menjadi bahan
dalam penyusunan skripsi. Kesenian Sungging di Probolinggo ini mampu bertahan
sampai sekarang seiring dengan perkembangan jaman.
KESENIAN SUNGGING
Seni Tradisional Sunging adalah suatu kesenian yang berasal dari pulau
madura. Awalnya kesenian ini di bawa ke probolingo oleh H.Harun yang
merupakan salah satu seniman madura pada tahun 1982. Sungging sering
mengangkat tema – tema sosial. Sungging adalah grup kesenian yang masing
masing terdiri dari seperangkat alat musik gamelan yang terdiri dari 14 penabuh
dan 2 orang sinden, dan beberapa pemain (aktor) sesuai dengan kebutuhan lakon
yang di perlukan.
Bapak alfi merupakan seorang seniman yang berasal dari desa Watu
Wungkuk, Kec.Dringu, Kabupaten Probolinggo yang kemudian berhijrah ke Desa
Sumber Klidung, Kec. Tegal Siwalan Kab. Probolinggo dan mendirikan sebuah
grup kesenian Teater Tradisional Sungging yang bernama “Sinar Family”.
Kelompok kesenian yang di pimpin oleh bapak alfi ini sudah berdiri mulai tahun
2005 hingga sekarang.
SUNGGING SEBAGAI TEATER TRADISIONAL
Masyarakat pertanian menaruh arti penting pada tanah, alam, pepohonan, air
sungai dan juga roh – roh halus yang menjaganya. Di sini terkait dengan adanya
kepercayaan terhadap adanya roh – roh halus (roh nenek moyang) yang
mempengaruhi kehidupannya. Teater tradisional lahir dari spontanitas kehidupan dan
dihayati oleh masyarakat lingkungannya, karena merupakan warisan budaya nenek
moyangnya. Kelahirannya, pada umumnya didorong kebutuhan masyarakat, dimulai
sebagai pendukung sarana kelengkapan upacara, dan setelah itu sekaligus merupakan
pemenuhan kebutuhan akan hiburan. (Ahmad, 2006:37)
Masyarakat Desa Sumber Klidung yang agrasis tentu turut memunculkan tradisi
bahkan kebudayaan yang mengikutinya. Masyarakat yang mengandalkan alam
sebagai mata pencahariannya tentu masih percaya dengan hal – hal yang dianggap
mistis dan supranatural. Upacara – upacara dan slametan pun sering mereka lakukan
dengan tujuan diberikan keselamatan hidup dan kebahagiaan di dunia. Disamping
itu, adanya upacara dalam masyarakat sebagai wadah mengingat roh – roh leluhur
mereka.
Pada dasarnya. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat agraris yang sangat
sederhana. Oleh karena itu, masyarakat yang demikian tidak rumit dan belum
mengenal spesialisasi dandeferensiasi. Teater tradisional lahir dari masyarakat yang
guyub (akrab dan memiliki kebersamaan) yang fungsinya antara lain untuk
mempererat hubungan antar warga, yaitu saling dukung, menciptakan solidaritas
warga dalam kegiatan, karena merupakan warisan budaya nenek moyangnya.
Pertunjukan teater tradisional biasanya dilakukan bersamaan dengan keperluan
masyarakatnya. Pertunjukan dilakukan atas dasar tata cara yang diikuti secara
mentradisi, secara turun – menurun. Pengalaman pentas generasi tua (pendahulu)
dialihkan / dilanjutkan kegenarasi yang lebih muda (generasi penerus) dan mengikuti
serta setia kepada pakem yang sudah ada (Achmad, 2006:11).
Nampaknya keadaan masyarakat yang demikian juga terjadi pada masyarakat
Desa Sumber Klidung. Mereka mengedepankan sebuah kesenian Tradisioanal untuk
sebuah sajian hiburan untuk masyarakat saat senggang dan melepas penat saat
bekerja seharian. Kelompok kesenian “Sinar Famili” ini adalah satu – satunya seni
tradisional yang masih bertahan dan tetap menggunakan pakem – pakemnya dalam
sebuah pementasan. Kekompakan aktor, pemusik dan seluruh tim dalam kelompok
“Sinar Famili” ini merupakan alasan yang kuat mengapa sampai sekarang kesenian
ini terus bertahan dalam modernisasi dan globalisasi saat ini.
POSISI KESENIAN SUNGGING DI MASYARAKAT DESA SUMBER
KLIDUNG
Masyarakat Desa Sumber Klidung merupakan masyarakat agraris yang posisi
desa jauh dari pusat keramaian kota, keadaan ini membuat masyarakat haus akan
hiburan yang dapat di nikmati secara langsung. Hal ini menjadikan Sungging sebagai
satu – satunya teater tradisional yang sangat menghibur masyarakat. Hadirnya
sungging seperti angin segar dalam kehidupan masyarakat Desa Sumber Klidung
karena sajiannya yang ringan dan dapat dimengerti oleh masyarakat, disamping itu
pesan – pesan moral yang sirat dan tersurat dalam sungging ikut memberikan respon
positif bagi masyarakat .
Disisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa modernisasi yang telah berlangsung saat
ini telah menggeser keberadaan seni tradisional menjadi tertinggal jauh dengan
hiburan yang produktif dan menghibur seperti televisi. Perkembangan teknologi
komunikasi yang saat ini berkembang bak jumur di musim penghujan, membuat
sungging lambat – laun ditinggalkan oleh penggemarnya. Modernisasi yang sedang
berlangsung selama ini selain bisa melahirkan terjadinya perubahan sosial,
kenyataannya juga bisa mempengaruhi terjadinya perubahan bentuk pementasan dan
fungsi dari beberapa pertunjukan (Sahid, 2000:4).
Sungging memiliki tempat sendiri di hati masyakarat transformasi seperti
masyarakat Desa Sumber Klidung Kecamatan Tegal Siwalan Kabupaten
Probolinggo. Dikatakan sebagai masyarakat transformasi karena keadaan masyarakat
yang mangka’ kata orang jawa, yang artinya ditengah – tengah. Maksudnya,
masyarakat Desa Sumber Klidung tidak mau dikatakan tradisional dan masih belum
bisa dikatakan masyarakat modern, jadi masyarakat seperti ini masih ada ditengah –
tengah dalam perkembangan teknologi saat ini. Kondisi yang seperti ini menjadikan
Sungging menjadi sebuah sajian seni tradisional yang mulai di tinggalkan oleh
penikmatnya karena penyajian yang masih tradisional sehingga memaksa Sungging
mengikuti perkembangan dalam segi penyajian.
Menurut Bronislaw Manilawski dalam buku Dr. Phil Astrid S. Susanto
mengatakan pembentukan budaya baru karena manusia dihadapi dengan persoalan
yang meminta pemecahan serta penyelesaian olehnya. Terutama usaha manusia
untuk mempertahankan kehidupannya mengakibatkan kebudayaan baru (1983: 122).
Disini, sungging sebagai seni tradisional masih mencoba bertahan dengan aslinya,
namun tadak dapat dipungkiri secara sadar ataupun tidak, sungging sudah mulai
banyak perubahan sehingga sungging sendiri memiliki arti sendiri dalam masyarakat.
Perubahan pola hidup masyarakat yang mulai meninggalkan cara yang tradisional
dalam setiap bidang seperti persawahan, pendidikan, transportasi, komunikasi dan
lainnya juga mengubah posisi sungging di masyarakat Desa Sumber klidung yang
mulai tergeser oleh perubahan jaman. Sungging yang pada mulanya menjadi satu –
satunya hiburan di masyarakat, saat ini menjadi hiburan nomor sekian setelah
televisi, internet dan huburan lainnya yang lebih berfariatif. Hal ini dibuktikan
dengan antusias warga saat pertunjukan sungging digelar, mayoritas penonton adalah
orang dewasa berumur 30 tahun sampai lanjut usia. Bahkan anak muda yang
menikmati pertunjukan ini hanya dapat dihitung jari, keadaan ini jika terus terjadi
akan membuat sungging benar – benar ditinggalkan oleh penikmatnya.
KEBERADAAN TEATER TRADISIONAL SUNGGING DI DESA SUMBER
KLIDUNG KECAMATAN TEGAL SIWALAN KABUPATEN PROBOLINGGO
Sudah diketahui sebelumnya bahwa Desa Sumber Klidung merupakan
wilayah yang jauh dari pusat keramainan kota. Secara ekonomi dapat diketahui
bahwa masyarakat mayoritas berprofesi sebagai petani dan mengelola lahan kosong
dipekarangan untuk menanam sayur – mayur. Dari data desa, 526 jiwa
menggantungkan hidup dari hasil bumi sehingga sebagian besar masyarakat Desa
Sumber Klidung banyak menghabiskan waktu disawah, begitu pula yang menjadi
pekerja, yaitu buruh tani sebanyak 275 jiwa juga banyak menghabiskan waktu
diluar rumah. Masyarakat sebagian kecil lainnya memilih untuk menjadi karyawan
sebanyak 22 jiwa, wiraswasta 27 jiwa, tukang 7 jiwa, dan jasa 13 jiwa.
Masyarakat Desa Sumber Klidung mulai mengenal dan menggunakan
teknologi yang belakangan ini berkembang luas dimasyarakat. Salah satunya dalam
bidang komunikasi yaitu penggunaan handphone. Ada 876 jiwa di Desa Sumber
klidung yang telah menggunakan handphone, kegunaannya untuk mempermudah
berkomunikasi dengan rekan kerja, berkomunikasi dengan sanak saudara yang
sedang merantau dan untuk sekedar mengirim pesan singkat. Begitu pula pemilik
pesawat televisi sebanyak 763 jiwa, hampir setiap rumah memiliki televisi.
Keadaan ini membuat masyarakat memiliki hiburan sendiri – sendiri dalam rumah
masing – masing, dan meninggalkan kesenian tradisional Sungging yang dalam
penyajiannya harus keluar rumah untuk menikmatinya.
Secara ekonomi masyarakat Desa Sumber Klidung dapat digolongkan
dalam masyarakat kalangan menengah kebawah, hal ini dibuktikan dari alat
transportasi yang dimiliki. Pemilik mobil pribadi sebanyak 54 jiwa, motor 775 jiwa,
sepeda 681 jiwa, truck 1 jiwa, mobil pick up 21 jiwa dan becak 3 jiwa. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarat Desa Sumber Klidung adalah
masyarakat yang sederhana dan hidup apa adanya sesuai dengan keadaan ekonomi
yang mereka miliki.
Banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat Desa Sumber Klidung
berada dibawah rata – rata dalam perekonomian, salah satunya pendidikan.
Masyarakat Desa Sumber Klidung tidak begitu memperdulikan pendidikan untuk
anak – anak mereka. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya sekolah dan manfaat yang didapat oleh seorang yang menempuh
pendidikan tinggi. Didesa Sumber Klidung terdapat 306 jiwa tidak tamat SD, 425
jiwa tamat SD, 40 jiwa tamat SMP / MTS, 25 jiwa tamat SMA/SMK/MA, dan 11
jiwa tamat universitas / akademi. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa
masyarakat mengabaikan pendidikan. Minimnya peduli masyarakat terhadap
pendidikan menjadikan kehidupan masyarakat secara ekonomi dan sosial berjalan
begitu lambat.
Keparcayaan yang dianut oleh masyarakat Desa Sumber Klidung 100%
beragama islam, yaitu sebanyak 3.625 jiwa. Selain melakukan ibadah setiap hari di
masjid atau musholla, masyarakat Desa Sumber Klidung juga melaksanakan
kegiatan kerohanian setiap satu minggu sekali, yaitu pengajian. Pengajian
dilakukan oleh kaum laki – laki dan kaum perempuan, sehingga ada dua pengajian
yang dilaksanakan setiap minggunya. Hal ini dirasa perlu karena selain bertujuan
untuk beribadah kepada Tuhan YME juga sebagai wadah untuk berinteraksi dengan
masyarakat sekitar. Disamping itu, masyarakat Desa Sumber Klidung masih
mempercayai tentang kekuatan gaib, dan masih melakukan kegiatan slametan yang
bertujuan untuk keselamatan dan rasa syukur.
Sebagai makluk sosial, masyarakat Desa Sumber Klidung memiliki sistem
kekerabatan yang kuat. Dalam satu desa mereka hampir seluruhnya saling kenal
dan memiliki hubungan yang sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan cara
masyarakat memanggil kerabat atau tentangga dengan sebutan Le’ , kakang, mbak
dan sebagainya. Meskipun tidak ada hubungan darah antara mereka. Hal ini
menjadikan masyarakat desa ini memiliki rasa persaudaraan dan kekompakan
sesama warga desa.
Grup “Sinar Famili” sampai saat ini bertahan karena pengelolaan oleh
pihak – pihak yang ada didalamnya selalu mengedepankan profesionalisme
meskipun sebagian besar anggota dalam kelompok ini adalah keluarga sendiri.
Selain itu, kelompok kesenian ini tidak bisa dikatakan kesenian yang dapat berdiri
sendiri karena masyarakat desa Sumber Klidung merupakan masyarakat komunal
sehingga apapun yang ada didalamnya dilakukan secara bersama – sama.
Fungsi sungging merupakan suguhan tontonan yang menarik
dimasyarakatnya, disamping itu sungging mampu memberikan tuntunan yang
terkadung dalam pesan moral yang disampaikan. Sungging tidak begitu saja
ditinggalkan masyarakatnya karena tatanan yang ada didalamnya menjadikan
masyarakat yang didalamnya bisa hidup berdampingan bersama – sama yang guyup
dan rukun.
Dari beberapa ulasan diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
perubahan pola hidup suatu masyarakat mempengaruhi kesenian yang berada
didalamnya. Sungging sebagai seni tradisional di desa Sumber Klidung memiliki
peranan yang penting dalam kehidupan masyarakatnya, yaitu sebagai salah satu
tempat interaksi sosial antar masyarakat dan mempertemukan masyarakat dalam
satu tempat untuk sekedar menyapa dan berdiskusi tentang keadaan sawah mereka.
Keadaan ini jika terus terjadi akan mempererat kebersamaan masyarakat yang ada
didalamnya yaitu masyarakat Desa Sumber Klidung sendiri.
Pada satu sisi, keberadaan Sungging sangat mengkhawatirkan karena
adanya hiburan lain seperti televisi yang memberikan hiburan dan tayangan tanpa
batas dan tidak disesuaikan dengan keadaan mayarakat yang sedang menikmatinya.
Dan masyarakat menilai hal tersebut lebih menarik dan mengikuti perkembangan
jaman. Tanpa disadari, jika hal ini terus menerus terjadi akan mengeser keberadaan
sungging di Desa Sumber klidung yang belakangan ini mulai kehilangan
penikmatnya.
PENUTUP
Fokus penelitian penulisan adalah posisi kesenian dalam masyarakat
transfomasi disini adalah masyarakat Desa Sumber Klidung kecamatan Tegal
Siwalan Kabupaten Probolinggo. Maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
posisi kesenian Sungging dalam masyarakat transformasi menjadi sebuah
penyeimbang antara kehidupan modern dan tradisional dalam masyarakatnya.
Keberadaan teater tradisional Sungging di Desa Sumber Klidung
Kecamatan Tegal Siwalan Kabupaten Probolinggo menjadi sebuah keadaan
yang delematis. Satu sisi, kesenian ini menjadi sebuah seni yan mempertemukan
masyarakatnya untuk saling berineraksi sosial. Disisi lain, Sungging lambat laun
kehilangan penikmatnya karena tergesernya oleh perubahan jaman.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Autar. 2008. Dramaturgi 1. Surabaya: Unesa University Press
Abidin, Zainal. 2009. Filsafat Manusia. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Achmad, A. Kasim. 2006. Mengenal Teater Tradisional di Indonesia. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Probolinggo. 2013. Daya Tarik Wisata Kabupaten Probolinggo. Surabaya: DISBUDPAR Jatim
KM,Saini,Dkk. 1994. Seni Pertunjukan Indonesia. Surakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Lindsav, Jennifer. 1991. Klasik Kitsch Kontemporer. Jogjakarta:Gadjah Mada University Press
Moleong, Lexy J. Dr. MA. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo. 2013. Rancangan Awal Rencana Kerja Pembangunan Daerah. Probolinggo: Pemerintah Kabupaten Probolinggo
Permas, Achsan, Dkk. 2003. Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan. Jakarta: PPM
R.M. Soedarsono. 1999. Seni Pertunjukan Dan Pariwisata. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta
Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011. Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara Semarang CV.
Sahid, Nur. 2000. Interkulturalisme (Dalam) Teater. Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia
Sumardjo, Jakob. 1997. Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia. Bandung: STSI Press
Sutarto, Ayu dkk. 2008. Pemetaan Kebudayaan di Provinsi Jawa Timur. Jember: Kompyawisda Jatim
Tim ISBD Unesa. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Surabaya: Unesa University Press.`
Tim Peneliti Sejarah Kabupaten Probolinggo. 2005. Sejarah Kabupaten Probolinggo. Probolinggo: DISBUDPAR Probolinggo