Kb Hormonal
-
Upload
buly-buly -
Category
Healthcare
-
view
115 -
download
2
Transcript of Kb Hormonal
KB HORMONAL
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah yang diberikan Oleh Dr.
Farid, Ir., dr., SpC M.Kes. M.H.Kes.
Disusun Oleh :
Mery Tarlina ( D3E613005 )
Nur’Aini ( D3E613007 )
AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA OBGIN
BANDUNG BARAT
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah KB Hormonal ini berdasar pengetahuan dan
kemampuan yang kami miliki. Dan kamipun berterimakasih kepada Dosen yang telah memberikan
tugas ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua pembacanya dan dapat berguna
bagi kami sendiri maupun semuanya.
Bandung, Maret 2015
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................2
BAB II ISI
2.1Definisi Kontrasepsi Hormonal .......................................................................3
2.2Sejarah Kontrasepsi Hormonal.........................................................................3
2.3Macam-macam Kontrasepsi Hormonal ...........................................................4
2.3.1 Kontrasepsi Pil ....................................................................................4
2.3.2 Kontrasepsi Suntikan ...........................................................................18
2.3.3 AKDR Dengan Progestin ....................................................................27
2.3.4 Kontrasepsi Implan .............................................................................30
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Mekanisme Kerja Dari COC (Combination Of Oral Contraception) .............39
3.2 Manfaat COC 39
3.3 Efek Positif Pada Seksualitas Perempuan .......................................................39
3.4 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Penurunan Pelumasan .......................40
3.5 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Estrogen Dan Progesteron .................40
3.6 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Emosi ................................................41
3.7 Pengaruh Terhadap Libido ..............................................................................41
3.8 Etonorgestrel Implan .......................................................................................42
3.9 AKDR-LNG (Mirena) .....................................................................................42
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia cukup besar, sehingga perlu dilakukan program pembatasan angka kelahiran.
Program pembatasan angka kelahiran di Indonesia dikenal dengan program keluarga berencana
yang disingkat dengan KB.
Program KB di Indonesia dijalankan dengan cara kontrasepsi yaitu upaya untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.
Namun sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal, karena idealnya suatu
kontrasepsi dilihat dari daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan
motivasi terus-menerus, dan efek samping minimal .
Ada berbagai macam jenis Alat Kontrasepsi yang tersedia di pasaran yang dapat dibeli
dengan bebas. Pil kontrasepsi dipergunakan oleh kurang lebih 50 juta akseptor di seluruh dunia.
Di Indonesia diperkirakan kurang lebih 60% akseptor mempergunakan pil kontrasepsi. Jumlah ini
tampaknya akan tetap tinggi dibandingkan dengan jumlah akseptor yang mempergunakan cara
kontrasepsi yang lain. Pil mengakibatkan perlunya tenaga pelayanan lebih banyak dibandingkan
IUD, sehingga merupakan beban yang berat bagi tenaga medis serta para medis. Oleh karena itu
perlu pelayanan yang diatur oleh tenaga terlatih yang terdapat dalam masyarakat sendiri.
Sehubungan dengan ini diperlukan pengetahuan dasar serta petunjuk-petunjuk untuk pelaksana
pelayanan tersebut, baik untuk seleksi akseptor maupun cara mengatasi keluhan-keluhan yang
ditemukan.
2
1.2Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian Kontrasepsi Hormonal ?
b. Bagaimakah sejarah Kontrasepsi Hormonal ?
c. Bagaimanakah macam-macam Kontrasepsi Hormonal ?
d. Bagaimanakah Kontrasepsi Hormonal ?
e. Mekanisme kerja dari Kontrasepsi Hormonal ?
f. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal ?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian Kontrasepsi Hormonal.
b. Mengetahui sejarah Kontrasepsi Hormonal.
c. Mengetahui macam-macam Kontrasepsi Hormonal.
d. Mengetahui Kontrasepsi Hormonal.
e. Mengetahui Mekanisme kerja dari Kontrasepsi Hormonal.
f. Mengetahui Pengaruh Kontrasepsi Hormonal.
3
BAB II
ISI
2.1 Definisi Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesterone,
atau salah satu hormonnya.
2.2 Sejarah Kontrasepsi Hormonal
Sejarah perkembangan kontrasepsi hormonal dimulai pada awal abad ke 20. Pada tahun
1921 Haberlandt melakukan transplantasi ovarium binatang percobaan yang sedang hamil
kepada binatang lain dari spesies yang sama. Ia menemukan kemandulan sementara pada
binatang yang menerima transplantasi.
Pada tahun 1930 Allen melakukan isolasi progesteron, dan pada tahuntahun berikutnya
Bickenbach dan von Massenbach menemukan bahwa progesteron, testosteron, dan estrogen
dapat menghambat ovulasi. Walaupun demikian, sampai tahun 1950 hormon steroid ini belum
mendapat tempat sebagai antifertilitas, tetapi banyak diselidiki untuk menghasilkan kortison.1
Barulah pada tahun 1950-an setelah Pincus, Chang,dan Rock menemukan bahwa
pemberian progesteron per os pada hari ke 5 sampai ke 25 daur haid dapat menghambat ovulasi,
hormon steroid ini dipakai untuk keperluan kontrasepsi. Percobaan pertama pemakaian
kontrasepsi oral dengan noretindrel dan mestranol di Puerto Rico pada tahun 1956
membuktikan daya guna yang sangat tinggi sebagai kontrasepsi.1
Semenjak itu perkembangan kontrasepsi hormonal berlangsung terus. Tahun 1960 pil
kombinasi estrogen-progesteron mulai digunakan. Tahun 1963 pil sekuensial diperkenalkan.
Sejak tahun 1965 sampai sekarang banyak diadakan penyesuaian dosis atau penggunaan
progesteron saja, sehingga muncul pil mini, dll. Perkembangan ini pada umumnya bertujuan
mencari suatu kontrasepsi hormonal yang mempunyai daya guna tinggi, efek samping minimal,
dan keluhan pasien yang sekecil-kecilnya.1
4
2.3Macam-macam Kontrasepsi Hormonal
2.3.1 Kontrasepsi Pil
A. Sejarah
Perkembangan penggunaan pil kontrasepsi sebagai pencegah kehamilan diawali
ketika pada tahun 1940 Sturgis dan Albright menjelaskan tentang efek hambatan ovulasi
pada wanita yang mengkonsumsi preparat estrogen.. Penggunaan preparat progesteron
untuk menghambat ovulasi pertama kali dilakukan oleh Rock, Pincus dan Gracia dengan
menggunakan derivat dari 19 nortestosterone yang diberikan selama 20 (dua puluh) hari,
dimulai dari hari ke 5 (lima) menstruasi sampai dengan hari ke 25 (duapuluh lima)
dalam satu siklus menstruasi.
Secara intensif, penelitian tentang penggunaan pil kombinasi dilakukan dibawah
pimpinan Pincus dan Rock yang melakukan percobaan lapangan di Puerto Rico. Pil
tersebut mengandung progestin norethynodrel dan estrogen mestranol, ternyata pil
tersebut memiliki daya yang sangat tinggi untuk mencegah kehamilan sehingga menjadi
permulaan terciptanya pil kombinasi.
Pil yang terdiri dari kombinasi antara etinilestradiol atau mestranol dengan salah
satu jenis progestagen (progesteron sintetik) kini banyak digunakan untuk kontrasepsi.
Sebagai hasil penelitian lebih lanjut, ditemukan pil sekuensial, mini pill, morning after
pill, dan Depo-Provera yang diberikan sebagai suntikan. Dewasa ini masih terus
dilakukan kegiatan penelitian lebih lanjut untuk menemukan suatu cara untuk
menjadikan kontrasepsi hormonal yang mempunyai daya guna tinggi dan dengan efek
samping yang sekecil mungkin.
B. Jenis-Jenis Kontrasepsi Pil
1. Pil kombinasi
Pil kombinasi ini dipakai oleh lebih dari 65 juta wanita di seluruh
dunia. Dalam satu pil terdapat baik estrogen maupun progestin sinetik. Pil
diminum setiap hari selama 3 minggu, diikuti dengan 1 minggu tanpa pil atau
plasebo, pada saat mana suatu perdarahan surut akan terjadi. Estrogennya
ialah etinil estradiol atau mestranol, dalam dosis 0.05; 0,08; atau 0,1 mg per
5
tablet. Progestinnya bervariasi: yang yang merupakan androgen, yang
merupakan progesteron, atau mempunyai pengaruh estrogen instrinsik. Daya
guna teorotis hampir 100% (tigkat kehamilan 0,1/100 tahun-wanita). Daya
guna pemakaian ialah 95 – 98% efektif (tingkat kehamilan 0,7/100 tahun-
wanita).1
Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopouse.
Mudah dihntikan setiap saat.
Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
Dapat digunkaan sebagai kontrasepsi darurat
Membantu mencegah :
⁻ Kehamilan ektofik,
⁻ Kanker ovarium,
⁻ Kanker endometrium,
⁻ Kista ovarium,
⁻ Penyakit radang
panggul,
⁻ Kelainan jinak pada payudara,
⁻ Kelainan jinak pada payudara,
⁻ Disminore,
⁻ Akne. 2
1.A. Kontraindikasi Pil Kombinasi :
Hamil atau dicurigai hamil,
Menyusui ekslusif,
Pendarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya,
Penyakit hati akut (Hefatitis),
Perokok dengan usia > 35 Tahun,
Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/100 mmHg,
Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis >20 tahun
Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara,
Migran dan gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat efilepsi),
Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.
6
1.B. Perhatian Khusus Untuk Penggunaan Pil Kombinasi
keadaan Saran
Tekanan Darah
Tinggi
Sistolik >160 mmHg, atau
Diastolik >90 mmHg
Pil tidak boleh digunakan
Kencing Manis Tanpa komplikasi Pil dapat diberikan
Migran Tanpa gejala neurologik
fokal yang berhubungan
dengan nyeri kepala
Pil dapat diberikan
Menggunakan
obat fenitoin,
barbiturat,
ritampisin.
Pil dengan dosis
otinitestradiol 50 µg
Anemia Bulan
Sabit
Pil jangan digunakan
1.C. Penanganan Efek Samping Yang Sering Terjadi Dan Masalah-Masalah
Kesehatan Lainnya
Efek Samping atau
MasalahPenanganan
Amenorea (tidak ada
perdarahan, atau
spooting)
Periksa dalam atau tes kehamilan, bila tidak
hamil dan klien minum pil dengan beenar,
tenanglah. Tidak datang haid kemungkinan
besar karena kurang adekuatnya efek estrogen
terhadap endometrium. Tidak perlu pengobatan
khusus, coba berikan pil dengan dosis estrogen
50 µg, atau dosis estrogen tetap, tetapi dosis
progestin dikurangi. Bila klien hamil
intrauterin, hentikan pil, dan yakinkan pasien,
bahwa pil yang telah diminumnya tidak punya
6
efek pada janin.
Muat, pusing, atau
muntah (akibat
reaksi anatilaktik)
Tes kehamilan, atau pemeriksaan ginekologik.
Bila tidak hamil, sarankan minum pil saat
makan malam, atau sebelum tidur.
Pendarahan
pervaginam/spotting
Tes kehamilan, atau pemeriksaan ginekologik.
Saraankan minum pil pada waktu sama.
Jelaskan bahwa pendarahan/spotting hal yang
biasa terjadi pada 3 bulan pertama, dan lambat
laun akan berhenti. Bila pendarahan/spotting
tetap saja terjadi, ganti pil dengan dosis
estrogen lebih tinggi (50 µg) sampai
pendarahan teratasi, lalu kembali ke dosis awal.
Bila pendarahan/spotting timbul lagi, lanjutan
lagi dengan dosis 50 µg, atau ganti dengan
metode kontrasepsi yang lain.
1.D. Keadaan Yang Perlu Mendapatkan Perhatian
Tanda Masalah Yang Mungkin Terjadi
Nyeri dada hebat, batuk,
napas pendek.
Serangan jantung atau bekuan darah di
dalam paru.
Sakit kepala hebat. Stroke, hipertensi, migran.
Nyeri tungkai hebat (betis
atau paha).
Sumbatan pembuluh darah tungkai.
Nyeri abdomen hebat. Penyakit kandungan empedu, bekuan
darah, pankreatitis.
Kehilangan penglihatan
atau kabur.
Stroke, hipertensi, atau problem vaskular.
Tidak terjadi Kemungkinan kehamilan.
7
pendarahan/spotting
setelah selesai minum pil.
1.E. Jenis
Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dalam dosis yang sama,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dengan dua dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dengan tiga dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
1.F. Cara Kerja Pil Kombinasi
− Menekan ovulasi.
− Mencegah implantasi.
− Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.
− Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula.
1.G. Manfaat Pil Kombinasi
8
Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivas
tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 100
perempuan dalam tahun pertama penggunaan).
Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
Tidak menggangu hubungan seksual.
Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang
(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang
(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
1.H. Keterbatasan
o Mahal dan membosankan karena harus menggunakan setiap hari.
o Mual, terutama pada 3 bulan pertama.
o Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan pertama.
o Pusing.
o Nyeri payudara.
o Berat badan naik sedikit, jarang pada pil kombinasi.
o Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (dapat mengurangi
ASI).
o Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi, dan
perubahan suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan
hubungan berkurang.
o Dapat meningkatkan tekan darah dan retensi cairan, sehingga risiko
stroke, dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit
meningkat. Pada perempuan usia > 35 tahun dan merokok perlu hati-
hati.
o Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV, HIV/AIDS.
1.I. Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Pil Kombinasi
9
Pada prinsipnya hampir semua Ibu boleh menggunakan pil
kombinasi, seperti :
Usian Reproduksi
Telah memiliki anak ataupn yang belum memiliki anak.
Gemuk atau kurus.
Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi.
Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI ekslusif,
sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi
ibu tersebut.
Pascakeguguran.
Anemia karena haid berlebihan.
Siklus haid tidak teratur.
Riwayat kehamilan ektofik.
Kelainan payudara jinak.
Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata
dan saraf.
Penyakit tiroid, penyakit radang panggu, endometriosis, atau tumor
ovarium jinak.
Menderita tuberkolosis (kecuali yang sedang menggunakan
rifampisin).
1.J. Yang Boleh Menggunakan Pil Kombinasi :
Hamil, atau dicurigai hamil.
Menyusui ekslusif.
Pendarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.
Penyakit hati akut (hepatitis).
Perokok dengan usia > 35 tahun.
Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110
mmHg.
10
Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis > 20
tahun.
Kanker payudara atau dicurigai neurologik fokal (epilepsi/riwayat
epilepsi).
Tidak dapat mengunakan pil secara teratur setiap hari.
1.K. Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi
Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut
tidak hamil
Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.
Boleh menggunakan pada hari ke 8, tetapi perlu menggunakan metode
kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke 8 sampai hari ke 14 atau
tidak melakukan hubungan seksual sampai anda telah menghabiskan
paket pil tersebut.
Setelah melahirkan :
− Setelah 6 bulan pemberian ASI ekslusif.
− Setelah 3 bulan dan tidak menyusui.
− Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari).
Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin
menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa
perlu menunggu haid.
2. Pil Sekuensial
Pil sekuensial dewasa ini kurang populer. Selama14-15 hari
pertama hanya diberikan estrogen, selanjutnya kombinasi estrogen dan
progesteron sampai siklus haid selasai. Khasiat utama pil sekuensial
adalah mengahmbat ovulasi. Dosis estrogen pada pil sekuensial lebih
11
tinggi dari pada dosis estrogen pada pil kombinasi. Berhubung tidak ada
progesteron pada pil-pil pertama, maka lupa minum pil itu dapat
menimbulkan kehamilan. 1
Efek samping dan kontraindikasi hampir sama dengan pil kombinasi.
3. Kontrasepsi Pil Progestin (MINIPIL)[3]
3.A. Profil
Cocok untuk perrempuan menyusui yang ingin memakai pil kb
Sangat efektif pada masa laktasi
Dosis rendah
Tidak menurunkan produksi ASI
Tidak memberikan efek samping estrogen
Efek samping utama adalah gangguan perdarahan; perdarahan bercak,
atau perdarahan tidak teratur
Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.
3.B. Jenis MINIPIL
− Kemasan dengan isi 35 pil: 300 µg levonorgestrel atau 350 µg
noretindron
− Kemasan dengan isi 28 pil: 75 µg desogestrel.
3.C. Cara Kerja MINIPIL
Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis streroid seks di ovarium
(tidak begitu kuat).
12
Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi
lebih sulit.
Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.
Mengubah motilitas tuba sehingga transfortasi sperma terganggu.
3.D. Efektivitas MINIPIL
Sangat efektif (98,5 %). Pada penggunaan minipil jangan sampai terlupa
satu dua tablet atau jangan sampai terjadi gangguan gastrointestinal (muntah,
diare), karena akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar.
Penggunaan obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil perlu
dihindari karena mukolitik jenis ini dapat meningkatkan penetrasi sperma
sehingga kemampuan kontrasepsi dari minipil dapat terganggu
Agar didapatkan kehandalan yang tinggi, maka:
Sangat efektif bila digunakan secara benar
Tidak mengganggu hubungan seksual
Tidak mempengaruhi ASI
Kesuburan cepat kembali
Nyaman dan mudah digunakan
Sedikit efek samping
Dapat dihentikan setiap saat
Tidak mengandung estrogen.
3.E. Keuntungan MINIPIL
Mengurangi nyeri haid
Mengurangi jumlah darah haid
Menurunkan tingkat anemia
Mencegah kanker endometrium
Melindungi dari penyakit radang panggul
Tidak meningkatkan pembekuan darah
Dapat diberikan pada penderita endometriosis
13
Kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala, dan
depresi
Dapat mengurangi keluhan premenstrual sindrom ( sakit kepala, perut
kembung, nyeri payudara, nyeri pada betis, lekas marah)
Sedikit sekali mengganggu metabolisme karbohidrat sehingga relatif
aman diberikan pada perempuan pengidap kencing manis yang belum
mengalami komplikasi.
3.F. Keterbatasan MINIPIL
Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid ( perdarahan sela, spotting,
amenorea).
Peningkatan/penurunan berat badan.
Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.
Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar.
Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat.
Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan), tetapi
risiko ini lebih rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak
menggunakan minipil.
Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat
tuberkulosis atau obat epilepsy.
Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS.
Hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan di daerah muka), tetapi
sangat jarang terjadi.
3.G. Yang Boleh Menggunakan MINIPIL
¤ Usia reproduktif.
¤ Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak.
14
¤ Menginginkan suatu metode kontraspsi yang sangat efektif selama
periode menyusui.
¤ Pascapersalinan dan tidak menyusui.
¤ Keguguran.
¤ Perokok segala usia.
¤ Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/110 mmHg) atau
dengan masalah pembekuan darah.
¤ Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak
menggunakan estrogen.
3.H. Yang Tidak Boleh Menggunakan Minipil
⁻ Hamil atau diduga hamil.
⁻ Pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
⁻ Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
⁻ Menggunakan obat tuberkolosis (rifampisin), atau obat untuk (fenition dan
barbiturat).
⁻ Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
⁻ Sering lupa menggunakan pil.
⁻ Miom uterus. Progestin memicu pertumbuhan miom uterus.
⁻ Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh darah.
3.I. Waktu Mulai Menggunakan Minipil
Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid. Tidak diperlukan
pencegahan dengan kontrasepsi lain.
Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi kehamilan. Bila
menggunakannya setelah hari ke-5 siklus haid, jangan melakukan
hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi
lain untuk 2 hari saja.
15
Bila klien tidak haid (amenorea), minipil dapat digunakan setiap saat, asal
saja diyakini tidak hamil. Jangan melakukan hubungan seksual selama 2
hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.
Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan dan tidak
haid, minipil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak
memerlukan metode kontrasepsi tambahan.
Bila lebih dari 6 minggu pascapersalinan dan klien telah mendapatkan
haid, minipil dapat dimulai pada hari 1 – 5 hari siklus haid.
Minipil dapat diberikan segera pascakeguguran.
Bila sebelumnya klien menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
menggantinya dengan minpil, minipil dapat segera diberikan, bila saja
kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar atau ibu tersebut sedang
tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
Bila kontrasepsi yang sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan,bminipil
diberikan pada jadwal sutikan berikutnya. Tidak diperlukan penggunaan
metode kontrasepsi yang lain.
Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kotasepsi nonhormonal dan ibu
tersebut ingin menggantinya dengan minipil, minipil diberikan pada hari 1
– 5 siklus haid dan tidak memerlukan kontrasepsi lain.
Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan adalah AKDR (termasuk
AKDR yang mengandung hormon), minipil dapat diberikan pada hari 1 –
5 siklus haid. Dilakukan pengangkatan AKDR.
3.J. Keadaan Yang Memerlukan Perhatian Khusus
Keadaan Anjuran
Stroke Sebaiknya jangan menggunakan minipil
Penyakit Jantung
Koronor/Infark
Jangan diberi minipil. Progestin menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah.
16
3.K. Intruksi Kepada Klien
Minum minipil setiap hari pada saat yang sama.
Minum pil yang pertama pada hari pertama haid.
Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil,
minumlah pil yang lain, atau gunakan metode kontrasepsi lain bila klien
berniat melakukan hubungan seksual pada 48 jam berikutnya.
Bila klien lupa 1 aatau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa tersebut
sesegera klien ingat dan gunakan metode pelindung sampai akhir bulan.
Walaupun klien blum haid, mulailah paket baru sehari setelah paket
terakhir habis.
Bila haid klien teratur setiap hari dan kemudian kehilangan 1 siklus
(tidak haid), atau bila merasa hamil, temui petugas kesehatan klien untuk
memeriksa uji kehamilan.
3.L. Peringatan Khusus Untuk Pemakai Minipil
Bila beberapa bulan mengalami haid teratur dan kemudian terlambat haid,
perlu dipikirkan kemungkinan telah terjadi kehamilan.
Bila mengeluh pendarahan bercak yang disertai dengan nyeri perut hebat,
maka yang pertama kali dipikirkan mungkin adakah kehamilan ektofik
Problem mata (kehilangan penglihatan, atau mata kabur), nyeri kepala
hebat, maka perlu diikirkan kemungkinan terjadi hipertensi atau problem
vaskuler.
3.M. Penanganan Efek Samping Yang Sering Ditemukan
Efek Samping Penanganan
Amenorhe Pastikan hamil atau tidak bila tidak hamil, tidak perlu
tindakan khusus. Cukup konseling saja. Bila amenorhe
berlanjut atau hal tersebut membuat klien khawatir,
rujuk ke klinik. Bila hamil, hentikan pil, dan
kehamilan dilanjutkan. Jelaskan kepada klien bahwa
minipil sangat kecil dapat menimbulkan kelainan
17
janin. Bila diduga kehamilan ektofik, klien perlu
dirujuk, jangan memberikan obat-obatan hormonal
untuk menimbulkan haid. Kalaupun diberikan tidak
akan ada gunanya.
Perdarahan
tidak
teratur/spotting
Bila tidak menimbulkan masalah kesehatan/tidak
hamil, tidak perlu tindakan khusus. Bila klien tetap
saja tidak dapat menerima kejadian tersebut, perlu
dicari metode kontrasepsi lain.
4. KB Darurat Hormonal : digunakan setelah berhubungan seksual.
2.3.2 Kontrasepsi Suntikan :
2.3.1 Kontrasepsi Suntikan Progestin
Kontrasepsi suntikan di indonesia adalah salah satu kontrasepsi yang
popular. Kontrasepsi suntikan yang digunakan ialah long-acting progestin,
yaitu Noretisteron enantat (NETEN) dengan nama dagang Noristrat dan
Depomedroksi progesterone acetat (DMPA) dengan nama dagang
Depoprovera. Suntikan diberikan pada hari ke 3-5 hari pasca persalinan, segera
setelah keguguran, dan pada masa interval sebelum hari kelima haid. Teknik
penyuntikannya yaitu secara intramusculer dalam, didaerah m. gluteus
maksimus atau deltoideus.
Kontraindikasi kontrasepsi suntikan kurang lebih sama dengan
kontrasepsi hormonal lainnya. Efek samping yang berupa gangguan haid ialah
amenorea, menoragia, dan spotting. Efek samping lain yang bukan merupakan
gangguan haid dan keluhan subjektif lainnya juga kurang lebih sama dengan
kontrasepsi hormonal lainnya.
18
2.A. Profil :
Sangat efektif
Aman
dapat dipake oleh semua perempuan dalam usia reproduksi
kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan
cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI
2.B. Jenis
Tersedia dua jenis suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu:
⁻ Depo medroksiprogesteron asetat (depo proveta), mengandung 150 mg
DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM (di daerah
bokong) .
⁻ Depo noretisteron enantat (depo noristerat), yang mengandung 200 mg
noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik IM
2.C Cara Kerja :
Mencegah ovulasi
Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma
Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi
Mengahmbat transportasi gamet oleh tuba.
2.D Keuntungan :
Sangat efektif
Pencegahan kehamilan jangka panjang
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
19
Sedikit efek samping
Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause
Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
Mencegah beberapa penyebab terjadinya penyakit radang panggul
Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
2.E. keterbatasan :
Sering ditemukan gangguan haid, seperti:
⁻ Siklus haid yang memendek atau memanjang
⁻ Perdarahan yang banyak atau sedikit
⁻ Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
⁻ Tidak haid sama sekali
klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntikan)
tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
tidak menjamin perlindungan terhadap penularan ims, hepatitis b virus,
atau infeksi virus hiv
terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya perusakan atau
kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan
obat suntikan dai deponya (tempat suntikan)
pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan
tulang (densitas)
Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina,
menurunkan libido, sakit kepala, nervositas, jerawat.
2.F. Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
usia reproduksi
nulipara yang telah memiliki anak
20
menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas tinggi
menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
setelah melahirkan dan tidak menyusui
Setelah abortus atau keguguran
Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
Perokok
Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit
Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin)
Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
Anemia defesiensi besi
Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan
pil kontrasepsi kombinasi.
2.G. Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7/100.000 kelahiran)
Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya
Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
Terutama amenorea
Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Diabetes mellitus disertai komplikasi
2.H. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
¤ Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
¤ Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
¤ Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan
ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual
¤ Ibu yang neggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal
21
sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hami, suntikan pertama dapat
segera diberikan tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang
¤ Bial ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin menggantinya
dengan jenis kontrasepsi yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan
diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
¤ Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya
dengan jenis kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal
yang akan diberikan dan segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil,
dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu
disuntik hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah disuntikan tidak
boleh berhubungan seksual.
¤ Ibu inginmenggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan
pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid atau
dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal ibu tidak hamil
¤ Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama
dapat diberikan setiap saat selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual
2.I. Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan Progestin
− Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan
− Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik
terganggu
− Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi
− Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya
penglihatan
− Perdarahan berat yang dua kali lebih panjang dari masa haid atau dua kali
lebih banyak dalam satu periode masa haid
2.3.2 Suntik Kombinasi
Jenis suntik kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5
mg Estradiol sipionat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali (Cyclofem), dan 50
22
mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M
sebulan sekali.
A. Cara kerja :
o Menekan ovulasi
o Membuat lendir serviks menjadin kental sehingga penetrasi sperma
terganggu
o Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu.
o Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
B. Efektifitas
Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama
penggunaan.
C. Yang boleh menggunakan suntikan kombinasi
Usia reproduksi
Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi
Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan
Pascapersalinan dan tidak menyusui
Anemia
Nyeri haid hebat
Haid teratur
Riwayat kehamilan ektopik
Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
D. Kontraindikasi suntik kombinasi :
Hamil atau diduga hamil.
Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan.
Pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
23
Penyakit hati akut (virus hepatitis).
Usia >35 tahun yang merokok.
Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>
180/110 mmHg).
Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis >20 tahun.
Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migran.
Keganasan pada payudara.
E. Waktu Mulai Menggunakan Suntikan Kombinasi
Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak
diperlukan kontrasepsi tambahan
Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid, klien tidak boleh
melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain
untuk 7 hari
Bila klieh tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja
dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan
hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode kkontrasepsi
yang lain selama masa waktu 7 hari.
Bila klien pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan
pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil.
Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, maka
suntika pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7
Bila pascapersalinan < 6 bulan dan menyusui, jangan diberi suntikan kombinasi.
Bila pascapersalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat
diberi
Pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7
hari
Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal kombinasi. Selama
ibu tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan
kombinasi dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-ragu,
perlu dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu.
Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut
24
dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode
kontrasepsi lain.
Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi nonhormonal dan ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntika pertama dapat segera
diberikan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tanpa
perlu menunggu datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid,
metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila sebelumnya menggunakan
AKDR, dan ingin menggantinya dengan suntika kombinasi, maka suntika
pertama diberikan hari 1-7 siklus haid. Cabut segera AKDR.
F. Cara penggunaan
Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskuler
dalam. Klien diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari
lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan
setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak
hamil. Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.
G. Keadaan yang perlu memerlukan perhatian khusus
Keadaan Anjuran
Tekanan darah tinggi < 180/110 mmHg dapat diberikan, tetapi perlu
pengawasan.
Kencing manis Dapat diberikan pada kasus tanpa komplikasi
dengan kencing manisnya terjadi < 20 tahun. Perlu
diwaspadai
Migran Bila tidak ada gejala neurologik yang
berhubungan dengan sakit kepala, boleh diberikan.
Menggunakan obat Berikan pil kontrasepsi kombinasi dengan 50 µg
25
tuberkolosis/obat epilepsi etinilestradiol atau cari metode kontrasepsi lain.
Mempunyai penyakit
anemia bulan sabit (sickle
cell).
Sebaiknya jangan menggunakan suntik kombinasi.
Efek samping Anjuran
Amenore. Singkirkan kehamilan, bila tidak terjadi kehamilan,
dan tidak perlu diberi pengobatan khusus. Jelaskan
bahwa darah haid tidak berkumpul dalam rahim.
Anjurkan klien untuk kembali ke klinik bila tidak
datangnya haid masih menjadi masalah. Bila klien
hamil, rujuk klien. Hentikan penyuntikan, dan
jelaskan bahwa hormon progestin dan estrogen sedikit
sekali pengaruhnya pada janin.
Mual/pusing/muntah. Pastikan tidak ada kehamilan. Bia hamil, rujuk. Bila
tidak hamil, informasi bahwa hal ini adalah hal biasa
dan akan hilang dalam waktu dekat
Perdarahan/perdarahan
bercak (spotting).
Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil cari penyebab
perdarahan yang lain. Jelaskan bahwa perdarahan
yang terjadi merupakan hal biasa. Bila pendarahan
berkelanjutan dan mengkhawatirkan klien, metode
kontrasepsi lain perlu dicari.
H. Intruksi Untuk Klien
Klien harus kembali ke dokter/klinik untuk mendapatkan suntikan kembali
setiap 4 minggu.
Bila tidak haid lebih dari 2 bulan, klien harus kembali ke dokter/klinik untuk
memastikan hamil atau tidak
Jelaskan efek samping tersering yang didapat pada penyuntikan dan apa yang
harus dilakukan bila hal tersebut terjadi. Bila klien mengeluh mual, sakit kepala,
26
atau nyeri payudara, serta perdarahan, informasikan kalau keluhan tersebut
sering ditemukan, dan biasanya akan hilang pada suntikan ke-2 atau ke-3.
Apabila klien sedang menggunakan obat-obat tuberculosis atau obat epilepsy,
obat-obat tersebut dapat menggangu efektifitas kontrasepsi yang sedang
digunakan.
I. Tanda-Tanda Yang Harus Diwaspadai Pada Penggunaan Suntikan Kombinasi
Nyeri dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan adanya bekuan darah paru,
atau serangan jantung.
Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi stroke,
hipertensi, atau migrain.
Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah pada
Tidak terjadi perdarahan atau spooting selama 7 hari sebelum suntikan
berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.
2.3.3 AKDR Dengan Progestin
Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah prigestase yang
mengandung progesterone dari mirena yang mengandung Levonorgestel.
3.A. Cara Kerja :
Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atropi sehingga
mengganggu implantasi.
Mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum
dengan sperma.
Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba faloppii
Menginaktifkan sperma
3.B. Efektifitas :
Sangat efektif, yaitu 0,5-1 kehamilan per 100 perempuan salama satu tahun
pertama penggunaan.
27
3.C. Keuntungan Kontrasepsi
Efektif dengan proteksi jangka panjang (satu tahun)
Tidak mengganggu hubungan suami istri
Tidak berpengaruh terhadap ASI
Kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat
Efek sampingnya sangat kecil
Memiliki efek sistemik yang sangat kecil
3.D. Keterbatasan
Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi genitalia sebelum
pemasangan AKDR
Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR
Klien tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat, sehingga sangat
tergantung pada tenaga kesehatan
Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi amenorea
Dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi (< 1/1000 kasus)
Kejadian kehamilan ektopik relatif tinggi
Bertambahnya risiko mendapat penyakit radang panggul sehingga dapat
menyebabkan infertilitas
Mahal
Progestin sedikit meningkatkan risiko trombosis sehingga perlu hati-hati
pada perempuan premenopause. Risiko ini lebih rendah bila dibandingkan
dengan pil kombinasi
Progestin dapat menurunkan kadar HDL-kolesterol pada pemberian jangka
panjang sehingga perlu hati-hati dan perempuan dengan penyakit
kardiovaskuler
Memburuk perjalanan penyakit kanker payudara
Progestin dapat mempengaruhi jenis-jenis tertentu hiperlipidemia
Progestin dapat memicu pertumbuhan miom uterus
Yang boleh menggunakan AKDR dengan progestin
Usia reproduksi
Telah memiliki anak maupun belum
28
Menginginkan kontrasepsi yang efektif jangka panjang untuk mencegah
kehamilan
Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi
Pascakeguguran dan tidak ditemukan tanda-tanda radang panggul
Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi
Sering lupa menggunakan pil
Usia perimenopause dan dapat digunakan bersamaan dengan pemberian
estrogen
Mempunyai resiko yang rendah mendapat penyakit menular seksual
Yang tidak boleh menggunakan AKDR dengan progestin
Hamil atau diduga hamil
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Menderita vaginitis, salpingitis, endometritis
Menderita penyakit radang panggul atau pascakeguguran septik
Kelainan kongenital rahim
Miom submukosum
Rahim yang sulit digerakkan
Riwayat kehamilan ektopik
Penyakit trofoblas ganas
Terbukti menderita penyakit tuberculosis panggul
Kanker genitalia/payudara.
Sering ganti pasangan
Gangguan toleransi glukosa. Progestin menyebabkan sedikit peningkatan
kadar gula dan kadar insulin
Waktu AKDR dan progestin dipasang
Setiap waktu selama siklus haid, jika ibu tersebut dapat dipastikan tidak
hamil.
Sesudah melahirkan, dalam waktu 48 jam pertama pascapersalinan, 6-8
minggu, ataupun lebih sesudah melahirkan
Segera susudah induksi haid, pascakeguguran spontan, atau keguguran
buatan, dengan syarat tidak terdapat bukti-bukti adanya infeksi.
3.E. Intruksi Kepada Klien
29
¤ Dalam keadaan normal klien kembali untuk control rutin sesudah
menstruasi pertama kali pascasenggama (4-6 minggu) tetapi jangan sampai
melewati 3 bulan sesudah pemakaian AKDR.
¤ Cek benang AKDR dan jika terjadi salah-satu keadaan berikut ini, klien
harus kembali ke klinik. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
¤ Timbul kram diperut bagian bawah
¤ Adanya perdarahan bercak antara haid atau sesudah melakukan senggama
¤ Nyeri sesudah melakukan senggama atau jika suaminya mengalami
perasaan kurang enak sewaktu melakukan senggama
¤ AKDR perlu diangkat setelah satu tahun ataupun lebih awal bila
dikehendaki
¤ Bila terjadi ekspulsi AKDR, atau keluar cairan yang berlebihan dari
kemaluan, lihat terjadi infeksi atau tidak
¤ Muncul keluhan sakit kepala atau sakit kepala makin parah.
¤ Jadwal kunjungan kembali ke klinik
¤ Normalnya klien harus kembali untuk kontrol pertama sesudah datang haid
pertama setelah AKDR dipasang (4-6 minggu), tetapi jangan lebih dari 3
bulan. Ditanyakan masalah-masalah yang muncul selama pemakaian
AKDR.
2.3.4 Kontrasepsi Implan
Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen
dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun. Metode
ini dikembangkan oleh The Population Council, yaitu suatu organisasi
internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknologi
kontrasepsi.
A. Berbagai Jenis Kontrasepsi Hormonal Implan
Norplant terdiri dari 6 kapsul yang secara total bermuatan 216 mg
levonorgestrel. Panjang kapsul adalah 34 mm dengan diameter 2,4 mm.
Kapsul terbuat dari bahan silastik medik (polydimethysiloxane) yang fleksibel
30
di mana kedua ujungnya ditutup dengan penyumbat sintetik yang tidak
mengganggu kesehatan klien. Setelah penggunaan setelah 5 tahun, ternyata
masih tersimpan sekitar 50% bahan aktif levonorgestrel asal yang belum
terdistribusi ke jaringan insterstisial dan sirkulasi. Enam kapsul Norplant
dipasang menurut konfigurasi kipas di lapisan subdermal lengan atas.
A.1 Jadelle (Norplant II)
Studi dan perkembangan implant levonorgestrel dua kapsul
(implan-2) telah dilakukan sejak 20 tahun yang lalu. Setelah diproduksi
dan penggunaannya disetujui oleh badan pengawasan obat internasional,
implan-2 digunakan di banyak negara (Eropa, Asia, dan Afrika). Implan-
2 Eropa dikenal sebagai Implan-II dan kemudian dipasarkan dengan
nama dagang jadelle (Schering, Berlin).
Implan-2 yang sama, juga diproduksi di China dengan nama
Sinoplan II. Walaupun telah mendapat persetujuan dari U.S. food and
Drug Administration (FDA), tetapi belum ada rencana untuk melakukan
pemasaran implan-2 secara luas di Amerika Serikat hingga saat ini.
Implan-2 memakai levonorgestrel 150 mg dalam kapsul 43 mm dan
diameter 2,5 mm. Pelepasan harian hormon levonorgestrel dari implan-2
hampir sama dengan Norplant dan secara teoritis, masa kerjanya menjadi
40% lebih singkat. U.S. FDA menyetujui masa kerja Norplant adalah 5
tahun tetapi studi komparasi dengan implan-2 ternyata 5-year pregnancy
rates dan efek samping kedua kontrasepsi subdermal ini adalah sama.
Population Council baru-baru ini menyatakan bahwa Jadelle
direkomendasikan untuk penggunaan 5 tahun dan Norplant untuk 7
tahun. Kumulasi dari 5 tahun pregnancy rate per 100 women-years
Jadelle di antara 0,8 hingga 1,0 dan Norplant sebesar 0,2 per tahun.
A.2 Implanon
Implanon (Organon, Oss, Netherlands) adalah kontrasepsi
subdermal kapsul tunggal yang mengandung etonogestrel (3-
ketodesogestrel), merupakan metabolit desogestrel yang efek
androgeniknya lebih rendah dan aktivitas progestational yang lebih tinggi
31
dari levonorgestrel. Kapsul polimer (ethylene vinyl acetate) mempunyai
tingkat pelepasan hormon yang lebih stabil dari kapsul silastik Norplant
sehingga variabilitas kadar hormon dalam serum menjadi lebih kecil.
Telah banyak dilakukan penelitian tentang keamanan, efektivitas
dan penerimaan Implanon dan bnayak negara di Eropa dan Asia telah
menggunakan Implanon. Implanon dikemas dalam trokar steril yang
sekaligus disertai dengan pendorong (inserter) kapsul sehingga
pemasangan hanya membutuhkan waktu 1-2,5 menit. Tidak seperti
implan-2 (Jadelle, Implan-2 dan Sinoplant), implanon diirancang khusus
untuk inhibisi ovulasi selama masa penggunaan. Karena ovulasi pertama
dan luteinisasi terjadi pada paruh kedua tahun ketiga penggunaan
walaupun ada penelitian yang menyatakan masa aktifnya dapat mencapai
4 tahun. Dengan tidak terjadinya kehamilan selama penggunaan pada
70.000 siklus perempuan maka implanon dikategorikan sebagai alat
kontrasepsi paling efektif dari yang pernah dibuat selama ini.
A.3 Implan lainnya
The Population Council telah mengembangkan implan-1
menggunakan Nestorone atau ST-1435. Nestorone adalah progesteron
kuat yang dapat menghambat ovulasi dan tidak terikat dengan sex
hormone-binding globulin (SHBG) serta tanpa efek estrogenik atau
androgenik. Nestorone menjadi tidak aktif bila diberikan per oral karena
segera dimetabolisme dalam hati sehingga aman bagi bayi yang mendapat
ASI dari seorang ibu pengguna kontrasepsi hormon subdermal. Penelitian
saat ini mengarah penggunaan kapsul 40 mm dengan dosis normal atau 30
mm dengan dosis yang lebih tinggi agar dapat bekerja aktif untuk jangka
waktu 2 tahun. Kapsul tunggal 30 mm sedang diteliti di tiga senter tetapi
dalam waktu yang sama. Nestorone kapsul tunggal 30 mm telah
diregistrasi di Brazil dengan nama EL-cometrine tetapai digunakan untuk
pengobatan endometriosis dengan wkatu kerja aktif 6 bulan.
Mekanisme Kerja
Implan mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara.
Seperti kontrasepsi progestin pada umumnya, mekanisme utamanya
32
adalah menebalkan mukus serviks sehingga tidak dapat dilewati oleh
sperma. Walaupun pada konsentrasi yang rendah, progestin akan
menimbulkan pengentalan mukus serviks. Perubahan terjadi segera
setelah pemasangan implan. Progestin juga menekan pengeluaran follicle
stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) dari
hipotalamus dan hipofis. Lonjakan LH (surge) direndahkan sehingga
ovulasi ditekan oleh levonorgestrel. Level LH ditekan lebih kuat oleh
etonogestrel sehingga tidak terjadi ovulasi pada 3 tahun pertama
penggunaan implan-1.
Penggunaan progestin jangka panjang, juga menyebabkan
hipotropisme endometrium sehingga dapat mengganggu proses
implantasi. Perubahan pertumbuhan dan maturasi endometrium, juga
menjadi penyebab terjadinya perdarahan ireguler.
Hal ini baru dalam implan-2 ialah cara pengeluaran hormon
levonogestrel di dalam tubuh, yang terjadi secara terus-menerus dan stabil
selama 3-4 tahun. Metode kontrasepsi subdermal ini setara dengan 1095-
1460 progestin yang harus diminum tiap hari.
Kemasan
Implans 2 tersedia dalam kemasan 2 kapsul yang masing-masing
berisi 75 mg levonogestrel dalam kantong plastik steril yang tertutup
(diinsersikan subdermal menggunakan trokat) atau 2 kapsul di dalam
selubung stokar stril, di mana hanya diperlukan pendorong (inserter-plus
atau inserter fin) untuk menempatkan kedua kapsul levonogestrel pada
lapisan subdermal lengan atas klien.
Penyimpanan dan Masa Simpan
Penyimpanan kemasan steril dari impaln-2 harus disimpan di
tempat yang sejuk dan kering. Kemasan steril dari implan-2 harus tetap
terjaga baik, tidak koyak atau rusak. Bila disimpan dengan benar,
mempunyai masa simpan 3 tahun. Tanggal akhir (masa kadaluarsa) untuk
pemasangan tercetak pada setiap kotak atau kemasannya.
33
Masa Pakai
Bila dipasang sebelum tanggal kadaluarsa, implan-2 bekerja efektif
mencegah kehamilan hingga 3-4 tahun. Kapsul yang dipasang harus
dicabut menjelang akhir masa 3-4 tahun (masa pakai). Kapsul yang baru
dapat dipasang kembali setelah pencabutan apabila dikehendaki oleh
klien.
Pengaruh Pada Lendir Serviks
Mungkin pengaruh kontrasepsi yang paling penting dari LNG
adalah perubahan yang terjadi pada komposisi lendir serviks-walaupun
siklus haid perempuan tersebut teratur. Penelitian yang dilakukan
menunjukan bahwa kental, jumlahnya menjadi berkurang, sehingga
mencegah penetrasi sperma.
Mencegah Ovulasi
Sejumlah kecil LNG yang dilepas secara terus menerus dari kapsul,
bekerja pada daerah tertentu di otak (hipotalamus dan kelenjar hipofise
anterior) untuk:
Menurunkan sekresi FSH (follicle Stimulation Hormone) dan LH
(luteinizing Hormone)
Menghambat (mengurangi) sentakan gelombang (surge) LH pada
pertengahan siklus.
Pengaruh Pada Endometrium
Levonorgestrel dan progestin sintetik lainnya menghambat
reseptor progesteron. Mekanisme keeja ini menyebabkan sel endometrium
yang melapisi kavum uteri menjadi tipis, sekresi kelenjar lebih sedikit
sehingga fungsi reseptif endometrium menjadi terganggu. Efek sekunder
tersebut sangat penting untuk mencegah terjadinya kehamilan.
34
Efektivitas Implant-2
Implant-2 merupakan salah satu kontrasepsi efektif yang pernah
dibuat. Angka kehamilan pada tahun pertama hanya 0,2 per 100
perempuan dan angka kumulatif pada tahun kelima hanya 1,6. Tidak ada
metode kontrasepsi lain yang seefektif kontrasepsi subdermal levonorgtrel
atau etonogestrel. Pada tahun 1990, lebih dari 55.000 perempuan pada 46
negara, termasuk Amerika telah ikut berpartisipasi dalam uji klinik.
Berdasarkan hasil dari seluruh negara, indeks dari pearl (yaitu jumlah
kehamilan per 100 pengguna dalam 1 tahun) adalah 0,2 dan 0,9 untuk dua
tahun pertama; 0,5 dan 1,1 per 100 perempuan untuk tahun ketiga sampai
tahun kelima. Angka kegagalan pada tahun pertama dan kedua tersebut
dibandingkan dengan angka kegagalan terendah untuk tubektomi dan
vasektomi.
Efektivitas dan berat badan
Penelitian awal menunjukan peningkatan angka kehamilan
kumulatif secara keseluruhan pada perempuan dengan berat badan lebih
dari 70 kg (9,3 berbanding 4,5 pada pemakai dengan berat badan 60
sampai 69 kg). Penelitian ini dilakukan menggunakkan implandengan
kapsul densitas tinggi. Pada penelitian lanjutan dengan kapsul densitas
rendah, ternyata angka kehamilan juga lebih rendah. Pada kapsul densitas
tinggi, angka kehamilan kumulatif 5 tahun menjadi sedikit lebih tinggi
pada perempuan dengan berat badan 70 kg atau lebih (2,4 berbanding 1,5)
dibandingkan perempuan yang lebih kurus. Implan-2 yang sekarang
dipakai di seluruh dunia adalah jenis lunak atau densitas rendah, oleh
sebab itu, petugas pelayanan tidak perlu khawatir lagi untuk
menganjurkan pemakaian implan-2 pada perempuan yang gemuk (>70
kg).
Angka kegagalan kontrasepsi subdermal juga meningkat pada
mereka yang menggunakan obat yang dapat meningkatkan produksi
enzim hati. Enzim tersebut akan memetabolisir levonorgetrel yang
35
dikeluarkan dari implan-2. Obat-obat yang termasuk dalam kategori ini
adalah:
Obat anti epilepsi (anti kejang) seperti barbiturat (misalnya
fenobarbital), fenitoin (misalnya dilantin) dan karbamazepine
(misalnya tegretol), tetapi tidak termasuk asam valproat; dan
Antibiotika (hanya rifampisin dan griseofulvin).
Kelangsungan pemakaian
Angka kelangsungan pemakaian yang dilaporkan dari berbagai
pusat penelitian adalah antara 76-95% pada tahun pertama dan menurun
menjadi 25-78% pada tahun kelima. Lama masa pemakaian pada
penelitian ini rata-rata 3,5 tahun.
Perubahan pola perdarahan haid dari pemakai implan-2 merupakan
penyebab utama untuk menghentikan pemakaiannya. Berdasarkan data
yang dikumpulkan dari penelitian international committee for
contraception research (ICCR) klien yang menghentikan pemakaian
implan karena perubahan haid, kurang lebih 9% selama tahun pertama,
tetapi kemudian menurun menjadi 3% pada tahun kelima.
Akibat Pada Kehamilan
Pemakaian implan-2 tidak meningkatkan insidens hamil ektopik.
Menurut penelitian, anhka kejadian kehamilan ektopik hanya 1,3 per 1000
perempuan per tahun pada pengguna implan-2. Anhka ini sama dengan
kehamilan ektopik di amerika pada perempuan yang tidak memakai
kontrasepsi, yaitu 1,4 per 1000 orang per tahun 1980-an (sivin 1990).
Pemakaian implan-2 tidak berhubungan dengan masalah pada
kehamilannya. Sampai sekarang hanya ada satu kelainan bawaan pada
janin dari permepuan yang memakai kontrasepsi subdermal
levonorgestrel. Kasus tersebut berupa kelainan pada genital (penis dan
skrotum tidak tumbuh dengan sempurna, testis hanya satu) tetapi tidak ada
bukti bahwa kelainan tersebut disebabkan oleh penggunaan implan-2
(Croxatto 1993).
36
Pulihnya Kesuburan
Salah satu karakteristik penting dari implan-2 adalah efek
kontrasepsinya yang tidak permanen. Setelah kapsul dicabut, kadar LNG
serum dalam beberapa hari sudah menghilang. Kesuburan perempuan
akan cepat kembali pulih seperti saat sebelum dipasang implan-2. Dari
beberapa penelitian dilaporkan, setelah pencabutan, tidak ada efek jangka
panjang untuk kesuburannya. Tanpa memandang umur satu pun paritas
(perempuan muda yang belum pernah hamil dapat dengan aman memakai
metode ini). Pada kenyataannya, angka kehamilan pada perempuan yang
memakai implan-2 hampir sama dengan perempuan yang tidak memakai
kontrasepsi.
Efek Samping
Pemakaian klinik pada lebih dari 4 juta perempuan di 30 negara
(termasuk lebih dari 1 juta di AS) menunjukan bahwa tingkat ditoleransi
dari sebagian besar perempuan terhadap implan-2 adalah sangat tinggi.
Keuntungan utama dari implan-2 adalah tidak mengandung estrogen yang
menyebabkan berbagai efek samping pada pemakaian implan adlah
perubahan pola perdarahan haid. Dapat terjadi perdarahan bercak atau
terus-menerus pada 6-9 bulan pertama dari penggunaan implan-2.
Masalah ini sama dengan ynag sering terjadi pada pemakaian
kontrasepsi suntikan dan pil yang hnaya mengandung progestin saja.
Meskipun hampir semua pengguna akan mengalami satu atau beberapa
efek samping dalam 3 sampai 5 tahun pemakaian, jarang terjadi masalah
yang berat. Sayangnya, efek smaping ringan ini, seringkali menyebabkan
pengguna menghentikan pemakaian implan-2. Penjelasan yang akurat
oleh petugas dan pemahaman yang baik dari klien tentang bebbagai efek
samping dan cara mengatasinya dapat membnatu kelangsungan
pemakaian implan-2.
Konseling sebelum pemasangan implan-2 sangat berpengaruh
terhadap kepuasaan/kelangsungan penggunaan.
37
Perubahan Perdarahan Haid
Perubahan pada pola perdarahan haid dialami oleh sebagian besar
perempuan yang memakai implan Norplant, terutama pada 90 hari
pertama pemakaian. Ini merupakan efek smaping terbanyak dan tersering
dilaporkan, termasuk:
Perdarahan yang lama selama beberapa bulan pertama pemakaian
Perdarahan atau bercak perdarahan diantara siklus haid
Lamanya perdarahan atau bercak perdarahan berkurang
Tidak mengalami perdarahan atau bercak perdarahan sama sekali
selama beberapa bulan (aminore)
Kombinasi terhadp efek samping tersebut di atas.
Endometrium
Beberapa penelitian untuk mengetahui efek levonortrel terhadap
endometrium. Kajian mikroskopis 225 endometrium pengguna implan
dari 2 sampai 116 bulan masih terlihat aktivitas sekresi dan poliferasi,
tetapi sebagian diantaranya menujukan penurunan aktivitas endometrium
(hipoflasia atau atropi) serupa dengan pola yang ada pada pengguna pil
oral kombinasi dan hanya progestin. Sebagai tambahan, tidak dijumpai
perubahan patologi yang mempunyai arti klinis, berdasarkan penelitian
ini, disimpulkan bahwa pemakaian yang lama dari LNG tidak ada
hubungannya dengan efek yang membahayakan pada endometrium.
38
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mekanisme Kerja Dari COC (Combination Of Oral Contraception)
Mekanisme utama tindakan COC adalah dengan penekanan ovulasi [6]. Seperti
dijelaskan oleh Rivera et al., COC menghambat produksi hipofisis dan sekresi follicle
stimulating hormone (FSH) dan hormon luteinizing (LH). Hasilnya adalah pengembangan
folikular, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum dihambat [7]. Akibatnya, ada
penurunan sekresi estradiol dan progesteron ovarium produksi.
Selain itu, wanita yang menggunakan kontrasepsi oral kombinasi, lendir serviks
tetap tebal dan sangat kental dan penelitian telah menunjukkan bahwa penetrasi sperma
dihambat akibat efek progestin [7].
39
3.2 Manfaat COC
Pil kontrasepsi adalah bentuk yang sangat efektif dan kontrasepsi reversibel. Tidak
seperti kondom laki-laki, perempuan memiliki kontrol atas metode kontrasepsi. Meskipun
ada banyak formulasi dari COC, dalam uji klinis, ketika digunakan dengan baik, tingkat
kegagalan kurang dari 1%.
3.3 Efek Positif Pada Seksualitas Perempuan
Salah satu indikasi yang paling umum untuk COC adalah gangguan ginekologis
menyakitkan atau masalah seperti endometriosis, dismenore, dan menorrhagia. COC
diketahui efektif dalam mengurangi rasa sakit ginekologi disebabkan oleh berbagai
gangguan, serta kehilangan darah menstruasi; Namun, ada beberapa studi khusus
mengevaluasi dampak dari COC pada fungsi seksual wanita bila digunakan untuk
mengobati gangguan ini. Larson menemukan bahwa kehilangan darah menstruasi
menurun pada semua wanita pada COC sebanyak 40% setelah 3 bulan penggunaan [20].
Sebuah tinjauan baru-baru ini Dienogest untuk pengobatan endometriosis menemukan
bahwa wanita dengan endometriosis memiliki insiden penurunan dispareunia setelah 24
minggu.
Mengingat bahwa kontrasepsi oral kombinasi adalah bentuk kontrasepsi yang
sangat efektif, mereka dapat membantu menghilangkan rasa takut hamil, mungkin
memberikan pengalaman seksual yang lebih santai dan menyenangkan.
Para peneliti menemukan bahwa kekhawatiran tentang kehamilan yang tidak
diinginkan memiliki dampak yang sangat negatif pada gairah seksual, terutama jika salah
satu pasangan tidak berbagi masalah ini. Menariknya, mereka juga menemukan bahwa
wanita merasa bahwa perhatian bersama pasangan tentang kontrasepsi bisa berfungsi
untuk penyangga potensi efek negative pada kemampuan mereka untuk merasa terangsang
.
40
3.4 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Penurunan Pelumasan
Dalam salah satu penelitian awal menggunakan pil modern, McCoy dan Matyas
diberikan kuesioner kepada 364 wanita, usia 18- 26, 30% wanita menggunakan COC [29].
Wanita menggunakan COC secara signifikan lebih mungkin untuk melaporkan penurunan
lubrikasi vaginanya. Dalam sebuah penelitian yang lebih baru oleh Sabatini dan Cagiano,
penulis membandingkan efek samping dan kepuasan seksual pada 280 wanita secara acak
dua COC yang berbeda serta cincin vagina (tiga kelompok). Kedua kelompok pengguna
COC awalnya dilaporkan kekeringan vagina, meskipun efek ini menurun
3.5 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Estrogen Dan Progesteron
Gabungan kontrasepsi hormonal (misalnya, pil), disebut demikian karena
mengandung versi sintetis dari estrogen dan progesteron, yang menghambat produksi
alami hormon esterogen dan progesteron, pada dasarnya menghilangkan variabilitas siklus
menstruasi
Kontrasepsi hormonal mengubah umpan balik hypothalamicpituitary ke ovarium,
mencegah pematangan folikel ovarium, menghalangi ovulasi (Frye, 2006), dan
menghambat peningkatan estrogen yang terjadi selama paruh pertama siklus menstruasi
(Van Heusden & FAUSER, 2002) .
Pil telah terbukti menurunkan kadar serum hormon estradiol bahkan setelah
penghentian (Balogh, Ditroi, & Lampe, 1981; Panzer et al, 2006.).
Bukti-bukti jelas menunjukkan bahwa kombinasi kontrasepsi hormonal
menurunkan kadar estrogen dan progesteron.
3.6 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Emosi
Penurunan estradiol pada akhir siklus menstruasi, post-partum atau menopause
telah dikaitkan dengan perubahan mood negatif dan gejala depresi selama fase ini (Musa-
Kolko, 2009). Di satu sisi, kontrasepsi oral kombinasi mengandung etinil estradiol-
sebagai agonis sintetik untuk reseptor estradiol, yang bisa mempromosikan perubahan
41
mood yang positif. Sifat antagonis untuk reseptor 5-HT3 telah dibuktikan tidak hanya
untuk estradiol, tetapi juga untuk etinilestradiol (Wetzel et al., 1998). Di sisi lain tingkat
penurunan estradiol endogen sebagai konsekuensi dari kontrasepsi oral ( Sahlberg et al.,
1987) dapat mengakibatkan perubahan mood negatif.
Dalam meta-analisis Oinonen dan Mazmanian (2002) menunjukkan bahwa rasio
progesteron / estrogen berkorelasi dengan arah perubahan emosional.dan ditemukan
bahwa terdapat dua populasi wanita dengan diferensial respon emosional terhadap
penggunaan kontrasepsi oral.
3.7 Pengaruh Terhadap Libido
Progesteron only
Depot medroksiprogesteron asetat (DMPA).DMPA adalah progestin injeksi yang
merupakan kontrasepsi yang sangat handal. Nelson menemukan bahwa 5,8% dari wanita
yang menggunakan DMPA melaporkan hilangnya atau menurunnya libido [73]. Ott et al.
melaporkan tidak ada perbedaan dalam minat seksual ketika membandingkan berbagai
bentuk kontrasepsi hormonal, termasuk COC dan DMPA [74]. Terakhir, Schaffir et al.
menemukan bahwa pengguna COC memiliki tingkat yang lebih rendah dari testosteron
bebas dibandingkan dengan pengguna DMPA; Namun, skor keinginan, gairah, dan skor
total pada FSFI tidak berbeda. Para penulis menyimpulkan bahwa sementara pengguna
COC dan DMPA memiliki tingkat hormon seks yang berbeda secara signifikan, mereka
tidak berbeda dalam fungsi seksual [75].
Sebuah artikel baru-baru menilai pengaruh kontrasepsi oral (formulasi khusus tidak
dinilai, namun sebagian besar peserta menggunakan pil estrogen-progestin gabungan) dan
DMPA pada kepentingan seksual pada 328 remaja mengikuti Longi-tudinally selama 41
bulan [74]. Mereka menemukan bahwa minat seksual tidak berubah secara signifikan
dalam kelompok baik selama masa studi. Menariknya, para peneliti menemukan bahwa
minat seksual lebih tinggi ketika menggunakan kontrasepsi oral
Dalam salah satu penelitian terbaru di DMPA, penulis tidak menemukan perbedaan
dalam minat seksual dibandingkan dengan bukan pengguna dari metode hormonal
kontrasepsi pada populasi remaja
42
3.8 Etonorgestrel Implan
The etonorgestrel implan (Implanon) adalah batang yang dimasukkan ke lengan
atas. Meskipun secara umum ada profil efek samping yang rendah, penurunan libido telah
tercatat. Gezginc et al. menemukan bahwa 2,5% wanita melepas implan karena
penurunan libido
3.9 AKDR-LNG (Mirena)
Dalam sebuah penelitian terhadap wanita yang menggunakan LNG IUD,
Skrzypulec dan Drosdzol menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan AKDR-LNG
memiliki keinginan seksual yang besar, gairah yang lebih besar, dan disfungsi seksual
kurang dibandingkan dengan kelompok kontrol perempuan
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, Hanifa. Kontrasepsi. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005, 905-33.
2. Affandi B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 3rd. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawihardjo; 2011. p. MK 29-36.
3. Affandi B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 3rd. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawihardjo; 2011. p. MK 50-2.
iii