kawasan tepian air
-
Upload
r-nurfatin-dh -
Category
Documents
-
view
31 -
download
2
description
Transcript of kawasan tepian air
Pengertian Sungai dan Jenis-jenisnya
Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 35 Tahun 1991 tentang sungai disebutkan
bahwa sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air
mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan.
Sungai juga bisa diartikan sebagai bagian permukaan bumi yang letaknya lebih
rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke
laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain.
Sungai adalah bagian dari permukaan bumi yang karena sifatnya, menjadi
tempat air mengalir (Syarifuddin dkk, 2000 : 63). Dapat disimpulkan bahwa sungai
adalah bagian dari daratan yang menjadi tempat tempat aliran air yang berasal dari
mata air atau curah hujan.
Kawasan tepian sungai adalah termasuk kawasan tepian air yang memiliki
beberapa kelebihan, terutama berkaitan dengan fungsi dan aksessibilitas yang lebih
strategis. Dengan memanfaatkan sungai manusia dapat berpindah-pindah,
mendapatkan permukiman baru mereka untuk selanjutnya menetap dan berkembang
menjadi permukiman yang lebih ramai, menjadi desa, lalu berkembang menjadi kota.
1. Ada bermacam-macam jenis sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan
menjadi tiga macam yaitu:
a. Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber
mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa
Tenggara.
b. Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh
sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich)
boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India
(yang berhulu di Peg. Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang
berhuludi Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.
c. Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es
(gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah
sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).
2. Berdasarkan debit airnya menurut (Syarifuddin dkk 2000 : 64 ) sungai dibedakan
menjadi 4 macam yaitu:
a. Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif
tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan
Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
b. Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak,
sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak
terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di
Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta
serta sungai Brantas di Jawa Timur.
c. Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan
pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai
Kalada di pulau Sumba.
d. Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim
hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik,
hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
3. Berdasarkan asal kejadiannya (genetikanya) sungai dibedakan menjadi 5 jenis
yaitu:
a. Sungai Konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng
awal.
b. Sungai Subsekuen atau strike valley adalah sungai yang aliran airnya
mengikuti strike batuan.
c. Sungai Obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan
sungai konsekuen atau berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan
serta bermuara di sungai subsekuen.
d. Sungai Resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah
kemiringan lapisan batuan dan bermuara di sungai subsekuen.
e. Sungai Insekuen, adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litologi
maupun struktur geologi.
4. Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran
airnya walaupun ada struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi
karena kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang
merintanginya.
b. Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya
dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya.
5. (Tim Geografi, Yudhistira) Berdasarkan pola alirannya sungai dibedakan menjadi 6
macam yaitu :
a. Radial atau menjari, jenis ini dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Radial sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan
pusatnya. Pola aliran ini terdapat di daerah gunung yang berbentuk
kerucut.
Gambar 1. Sungai Radial Sentrifugal
2. Radial sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat.
Pola ini terdapat di daerah basi (cekungan).
Gambar 2. Sungai Radial Sentripetal.
b. Dendritik, adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti pohon, di
mana sungai induk memperoleh aliran dari anak sungainya. Jenis ini biasanya
terdapat di daerah datar atau daerah dataran pantai.
Gambar 3. Sungai dendritic
c. Trellis, adalah pola aliran yang menyirip seperti daun.
Gambar 4. Sungai trellis
d. Rektangular, adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-
siku 90°.
Gambar 5. Sungai rektanguler
e. Pinate, adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya membentuk sudut
lancip.
Gambar 6. Sungai pinate
f. Anular, adalah pola aliran sungai yang membentuk lingkaran.
Gambar 7. Sungai anular
6. Bagian-bagian Sungai dan Ciri-cirinya
Bagian-bagian dari sungai bisa dikategorikan menjadi tiga, yaitu: bagian hulu, bagian
tengah dan bagian hilir.
a. Bagian Hulu
Bagian hulu memiliki ciri-ciri: arusnya deras, daya erosinya besar, arah erosinya
(terutama bagian dasar sungai) vertikal. Palung sungai berbentuk V dan lerengnya
cembung (convecs), kadang-kadang terdapat air terjun atau jeram dan tidak terjadi
pengendapan.
b. Bagian Tengah
Bagian tengah mempunyai ciri-ciri: arusnya tidak begitu deras, daya erosinya mulai
berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan samping (vertikal dan horizontal), palung
sungai berbentuk U (konkaf), mulai terjadi pengendapan (sedimentasi) dan sering
terjadi meander yaitu kelokan sungai yang mencapai 180° atau lebih.
c. Bagian Hilir
Bagian hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya erosi kecil dengan arah ke samping
(horizontal), banyak terjadi pengendapan, di bagian muara kadang- kadang terjadi
delta serta palungnya lebar.
Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kawasan yang dibatasi oleh
pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang
jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau/laut (Manan, 1979).
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ekosistem yang terdiri dari unsur utama
vegetasi, tanah, air dan manusia dengan segala upaya yang dilakukan di dalamnya
(Soeryono, 1979). Sebagai suatu ekosistem, di DAS terjadi interaksi antara faktor
biotik dan fisik yang menggambarkan keseimbangan masukan dan keluran berupa
erosi dan sedimentasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pengertian DAS
adalah sebagai berikut :
a. Suatu wilayah daratan yang menampung, menyimpan kemudian mengalirkan
air hujan ke laut atau danau melalui satu sungai utama.
b. Suatu daerah aliran sungai yang dipisahkan dengan daerah lain oleh pemisah
topografis sehingga dapat dikatakan seluruh wilayah daratan terbagi atas
beberapa DAS.
c. Unsur-unsur utama di dalam suatu DAS adalah sumberdaya alam (tanah,
vegetasi dan air) yang merupakan sasaran dan manusia yang merupakan
pengguna sumberdaya yang ada.
d. Unsur utama (sumberdaya alam dan manusia) di DAS membentuk suatu
ekosistem dimana peristiwa yang terjadi pada suatu unsur akan mempengaruhi
unsur lainnya.
Daerah aliran sungai dapat dibedakan berdasarkan bentuk atau pola dimana
bentuk ini akan menentukan pola hidrologi yang ada. Corak atau pola DAS
dipengaruhi oleh faktor geomorfologi, topografi dan bentuk wilayah DAS.
Sosrodarsono dan Takeda (1977) mengklasifikasikan bentuk DAS sebagai berikut :
DAS bulu burung. Anak sungainya langsung mengalir ke sungai utama. DAS
atau Sub-DAS ini mempunyai debit banjir yang relatif kecil karena waktu tiba
yang berbeda.
DAS Radial. Anak sungainya memusat di satu titik secara radial sehingga
menyerupai bentuk kipas atau lingkaran. DAS atau sub-DAS radial memiliki
banjir yang relatif besar tetapi relatif tidak lama.
Das Paralel. DAS ini mempunyai dua jalur sub-DAS yang bersatu.
DAS merupakan kumpulan dari beberapa Sub-DAS. Mangundikoro (1985)
mengemukakan Sub-DAS merupakan suatu wilayah kesatuan ekosistem yang
terbentuk secara alamiah, air hujan meresap atau mengalir melalui sungai. Manusia
dengan aktivitasnya dan sumberdaya tanah, air, flora serta fauna merupakan
komponen ekosistem di Sub-DAS yang saling berinteraksi dan berinterdependensi.
Pengelolaan DAS dapat dianggap sebagai suatu sistem dengan input manajemen
dan input alam untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan baik di tempat
(on site) maupun di luar (off-site). Secara ekonomi ini berarti bentuk dari proses
produksi dengan biaya ekonomi untuk penggunaan input manajemen dan input alam
serta hasil ekonomi berupa nilai dari outputnya (Hulfschmidt, 1985). Tujuan
pengelolaan DAS secara ringkas adalah :
a. menyediakan air, mengamankan sumber-sumber air dan mengatur pemakaian
air.
b. menyelamatkan tanah dari erosi serta meningkatkan dan mempertahankan
kesuburan tanah.
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
Untuk mewujudkan tujuan ini maka perlu diperhatikan aspek-aspek seperti :
Aspek fisik teknis yaitu pengolaan tata guna lahan sebagai prakondisi dalam
mengusahakan dan menerapkan teknik atau perlakuan yang tepat sehingga
pengelolaan DAS akan memberikan manfaat yang optimal dan kelestarian
lingkungan tercapai
Aspek manusia, yaitu mengembangkan pengertian, kesadaran sikap dan
kemauan agar tindakan dan pengaruh terhadap sumberdaya alam di DAS
dapat mendukung usaha dan tujuan pengelolaan
Aspek institusi yaitu menggerakkan aparatur sehingga struktur dan prosedur
dapat mewadahi penyelenggaraan pengelolaan DAS secara efektif dan efisien
Aspek hukum, yaitu adanya peraturan perundangan yang mengatur
penyelenggaraan pengelolaan DAS
Contoh kota / kawasan tepian air sungai :
1. Kota Banjarmasin
Banjarmasin merupakan salah satu ibukota provinsi di Pulau Kalimantan yang
memiliki banyak sungai sebagai salah satu sumber daya alamnya. Kota Banjarmasin
merupakan sebuah kota delta atau kota kepulauan yang terdiri dari sedikitnya 25 buah
pulau kecil dan merupakan bagian-bagian kota yang dipisahkan oleh sungai-sungai.
Kondisi ini memberikan pengaruh terhadap pembentukan karakter kota
Banjarmasin secara fisik karena 40% dari wilayahnya terdiri dari sungai-sungai besar
maupun kecil yang saling berpotongan. Banjarmasin merupakan kota yang berbasis
budaya perairan (water culture), hal ini bisa ditelusuri dari catatan sejarah
perkembangan Kota Banjarmasin. Sungai dan kehidupan budaya disekililingnya
merupakan saksi sejarah terbentuknya Kota Banjarmasin. Diperkirakan muncul pada
perempat kedua abad ke 16, Kota Banjarmasin awalnya dibangun di daerah muara
tepian Sungai Kuin dan Alalak (Subiyakto, 2005). Banyaknya sungai yang mengaliri
kota ini telah ada secara alami, ditambah juga adanya kanal-kanal (saluran air/kali)
dan anak sungai yang banyak dibuat oleh pemerintah Belanda pada jaman
penjajahan.
Sungai juga menjadi lokasi pusat pemerintahan Kerajaan Banjar di beberapa titik
di sepanjang tepian sungai. Besarnya fungsi sungai dan kayanya sejarah yang
tersimpan disana sehingga bisa dikatakan pertumbuhan dan perkembangan Kota
Banjarmasin dapat ditelusuri dari pertumbuhan dan perkembangan permukiman tepi
sungainya. Perkembangan kota Banjarmasin sebagai ibukota propinsi Kalimantan
Selatan semakin pesat. Fungsinya sebagai kota perdagangan (industri) dan kota
pelabuhan yang dikenal dengan “Kota Seribu Sungai”
Aktifitas yang terdapat pada tepi sungai Banjarmasin :
1. Permukiman Tepi Sungai di Banjarmasin
Pada awal perkembangan pola permukiman di Kota Banjarmasin berbentuk linier
mengikuti alur sungai-sungainya. Hal ini dapat dilihat dari rumah- rumah tradisional
yang masih bertahan hingga sekarang. para pemukim mendekati sumber air untuk
kegiatan mereka sehari- hari serta berkaitan dengan mata pencaharian mereka
sebagai pedagang yang menggunakan sungai sebagai jalur transportasi
perdagangan dan berbagai bangunan yang diperuntuhkan bagi kelengkapan
permukiman penduduk seperti pabrik, pelabuhan dan kegiatan ekonomi lainnya.
2. Ragam Keruangan Permukiman Produktif
kota Banjarmasin sebagai kota tepian sungai menunjukkan adanya perkembangan
kota dengan kegiatan industrinya yang meningkat cukup pesat, hal ini
mengakibatkan kawasan-kawasan di kota Banjarmasin mengalami perubahan
suatu fungsi lahan dari pertanian atau tambak menjadi permukiman dan industri
sehigga terjadi urbanisasi secara cepat seiring dengan perkembangan industrinya.
3. Permukiman Produktif (Industri Pengolahan Kayu) Sepanjang Tepi Sungai di
Banjarmasin
Seperti halnya di darat, kota yang berlokasi di tepi sungai berupaya untuk
memanfaatkan potensi letaknya, yaitu dalam hal menyediakan ruang dan akses
untuk kegiatan industri dan komersial untuk mendukung keberadaan permukiman di
sekitarnya tepi sungai. Disamping jalur darat, sampai saat ini penggunaan jalur
sungai merupakan jalur penting bagi aktivitas perekonomian untuk transportasi
guna memperlancar perhubungan dan pengangkutan komoditas antar tempat atau
daerah lain, seperti halnya di tepi sungai Kelurahan Alalak Tengah dan Alalak
Selatan. Kawasan permukiman tersebut memanfaatkan tepi sungai untuk
melakukan aktivitas ekonomi berupa industi pengolahan kayu.
Akibat yang ditimbulkan :
Adanya aktivitas bermukim di kawasan Alalak Tengah dan Alalak Selatan
memunculkan ragam keruangan (berbagai macam tipe keruangan) tersendiri dan
mengakibatkan kondisi ruang sepanjang tepi sungai di kawasan dalam
perkembangannya terus mengalami perubahan secara fisik berupa:
a. Degradasi Lingkungan Pendangkalan alur, penyempitan sungai dan
penyumbatan aliran air akibat semakin banyaknya permukiman liar yang di
bangun sepanjang bantaran sungai dan sampah permukiman yang dibuang ke
sungai.
b. Permukiman KumuhPertumbuhan massa bangunan yang terus berkembang
dan terkonsentrasi di sepanjang tepian sungai yang menyebabkan padatnya
permukiman penduduk, dimana hampir tidak ada jarak yang memisahkan antar
bangunan dan keberadaan fungsi lain yang berbaur menjadi satu (industri saw
mill/pengolahan kayu).
c. Peralihan Oriantasi Akibat Dinamisme PambangunanSungai tidak lagi menjadi
„muka depan‟ aktivitas namun justru menjadi „muka belakang‟, permukiman
menghadap ke jalan darat sebagai akses utama aktivitas (dari menghadap
sungai menjadi membelakangi sungai).
d. Modernisasi Dan Perubahan Budaya Serta Pola Hidup Masyarakat Nilai-nilai
budaya lokal yang akrab dengan sungai, kini kian memudar karena
pembangunan permukiman kota lebih berorientasi pada model pembangunan
berbasis lahan (daratan) sehingga rumah panggung tidak diminati lagi karena
dianggap kuno bahkan keberadaan rumah lanting sudah mulai hilang.
e. Pergeseran Fungsi Dan Paradigma Perlakuan Terhadap Sungai Perubahan
orientasi fungsi secara tidak langsung memberikan andil besar terhadap
perubahan „perlakuan‟ terhadap sungai, contohnya sungai menjadi lokasi bagi
pembuangan sampah rumah tangga serta aktivitas „belakang‟ lainnya seperti
MCK. Hal tersebut mengubah wajah sungai menjadi tidak teratur, kotor dan
bahkan tidak sehat.
f. Hilangnya Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Terbuka PublikHilangnya ruang
untuk bersosialisasi di sepanjang tepian sungai seperti lapangan olahraga,
taman bermain ataupun area parkir semakin terbatas, akibat peran sungai
yang cukup penting bagi aspek kehidupan masyarakat menyebabkan
permukiman penduduk yang ada di sepanjang tepian sungai tersebut menjadi
sangat padat dengan aksesibilitas antar bangunan yang minim.
2. Sungai Seine Paris
Sungai Seine merupakan salah satu sungai yang paling terkenal di Perancis dan
telah dibuat bahkan lebih populer sebagai objek wisata di kota Paris. ketika desa
nelayan suku pertama kali didirikan persis di sepanjang tepi, air sungai Seine
meskipun sungai ini tidak banyak digunakan sebagai jalur air komersial, digunakan
secara ekstensif untuk berlayar.
Namun terdapat kapal laut yang masih bisa menyusuri Sungai Seine dari The
Havre ke Rouen, yang berjarak sekitar 120 km, meskipun perahu yang berpesiar
menyusuri Sungai Seine dapat menavigasi sekitar 560 km dan Sungai meluas sampai
ke Dijon di pegunungan Alpen. Tapi karena Sungai lambat mengalir itu membuat
mudah untuk menavigasi dan perjalanan yang sangat menyenangkan bagi pada
sebuah kapal pesiar.
Ketika Paris makmur melalui sungainya perdagangan kembali di Romawi, kanal
yang diletakkan di tempat untuk menghubungkan sungai-sungai besar lain seperti
sungai Loire dan Sungai Rhine. Kemudian dalam ratusan delapan belas kunci
dipasang untuk membuat hidup lebih mudah sebagai tingkat air bervariasi cukup
drastis, terutama di sekitar wilayah Paris, yang sekarang sangat erat dikendalikan.
ketika berlayar di Sungai Seine akan menemukan banyak jembatan yang terdapat
di sungai ini, yang sudah ada dari berabat-abat tahun, salah satunya disebut Pont-
Neuf yang batu pertama diletakkan oleh raja Henri III pada tahun 1578. Namun
penambahan terbaru ini dibangun pada tahun 1996 untuk mengakomodasi lebih
banyak lalu lintas, terutama untuk stadion sepak bola baru dibangun untuk Piala Dunia
FIFA. karena Anda bisa melihat banyak monumen terkenal seperti Menara Eiffel,
Louvre dan Notre Dame untuk nama tapi beberapa.
Wisata kapal pesiar di Sungai Seine di Paris yang dikenal sebagai bateaux
mouches adalah salah satu cara yang paling santai untuk bisa melihat beberapa
bangunan-bangunan bersejarah yang paling terkenal dan monumen lainnya yang
ditawarkan di kota romantis. yang mulai berkembang setelah Perang Dunia II yang
memperlihatkan kapal-kapal yang berkembang di Paris pada longboats asli yang
disebut bateaux-mouches yang dikonversi ke wisata perahu. Dan hari ini, sekarang
ada semakin banyak operator tur yang juga memiliki perahu yang serupa, namun
nama bateaux-mouches telah menjadi identic dengan tur keliling Paris di Seine.
Pilihan pendek cruises tersedia benar-benar luar biasa dari pesiar pendek satu
jam, untuk makan siang yang menyenangkan atau makan malam yang penuh cruise
untuk makan romantis gourmet Perancis, sementara melayang melewati semua situs
yang diterangi oleh lampu menyala di malam hari.
Beberapa operator pelayaran bahkan menawarkan paket lengkap sehingga dapat
mengunjungi beberapa atraksi utama, atau bahkan pergi ke kabaret seperti Moulin
Rouge, sebelum kembali untuk menyelesaikan tur. Yang tentunya akan memberikan
pengalamn yang tak terlupakan.
Daftar Pustaka
http://www.artikelsiana.com/
http://diglilib.unimed.ac.id
REVIEW KAWASAN TEPIAN AIR SUNGAI
OLEH :
R. NURFATIN DH
D52113511
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN2015