KATA PENGANTAR - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/jasa/LAKIN BBPOPT TW I...
Transcript of KATA PENGANTAR - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/jasa/LAKIN BBPOPT TW I...
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Karunia dan
Rahmat-Nya kegiatan Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu
Tumbuhan (BBPOPT) Triwulan I Tahun 2018 dapat terlaksana dengan
baik.
Laporan kinerja triwulan I ini berisi capaian kinerja BBPOPT selama
periode bulan Januari - Maret 2018. Laporan kinerja merupakan bentuk
pertangggungjawaban sesuai Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. BBPOPT sebagai salah
satu instansi pemerintah yang dibiayai oleh APBN berkewajiban untuk
menyampaikan laporan kinerja sebagai pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi penyelenggara peramalan organisme pengganggu tumbuhan.
Kinerja Balai Besar Peramalan OPT diharapkan selalu berjalan dengan
baik dan meningkat dibanding sebelumnya, walaupun masih terdapat
permasalahan yang menyebabkan tidak tercapainya target yang telah
ditetapkan. Hasil evaluasi triwulan I ini dapat dijadikan sebagai masukan
dalam perbaikan perencanaan pada triwulan selanjutnya dalam mencapai
sasaran Balai Besar Peramalan OPT.
Semoga laporan kinerja triwulan I dapat menggambarkan apa yang telah
dicapai oleh BBPOPT sampai dengan Maret 2018 bagi pihak yang
membutuhkan. Selanjutnya laporan ini dapat dijadikan pendorong BBPOPT
untuk meningkatkan kinerja, sehingga good governance dan clean
government akan terwujud.
Karawang, April 2018
Kepala Balai,
Ir. Tri Susetyo, M.M.
NIP. 195903111983031022
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR LAMPIRAN viii
I. PENDAHULUAN 1
1.1. LATAR BELAKANG 1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN 2
1.3. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI 2
1.4. DUKUNGAN SUMBER DAYA MANUSIA 6
1.5. DUKUNGAN ANGGARAN 6
II. PERENCANAAN KINERJA 7
2.1. RENCANA STRATEGIS 2015-2019 9
2.2. SASARAN KEGIATAN 10
2.3. RENCANA KERJA TAHUNAN 10
2.4. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 11
III. AKUNTABILITAS KINERJA 13
3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI 13
3.2. REALISASI KEUANGAN 24
IV. PENUTUP 25
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Sasaran Output Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan
OPT Tahun 2018
10
2. Identifikasi Sampel di Laboratorium Fitopatologi 16
3. Identifikasi Sampel di Laboratorium PCR 17
4. Rasio Luas Serangan OPT Padi yang Terjadi Terhadap Luas
Serangan OPT yang Diramalkan
18
5. Rasio Luas Serangan OPT Jagung yang Terjadi Terhadap Luas
Serangan OPT yang Diramalkan
21
6. Rasio Luas Serangan OPT Kedelai yang Terjadi Terhadap Luas
Serangan OPT yang Diramalkan
7. Realisasi Anggaran Balai Besar POPT Triwulan I Tahun 2018
22
24
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Struktur Organisasi Balai Besar Peramalan OPT 6
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, Indonesia
membutuhkan tambahan ketersediaan pangan, sehingga komoditas
tanaman pangan memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pangan, pakan, dan industri dalam negeri yang
setiap tahun terus meningkat. Untuk itu, Pemerintah selalu berusaha
untuk meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas pangan
strategis nasional. Dalam usaha peningkatan produksi pangan,
perlindungan tanaman mempunyai peranan yang penting dan menjadi
bagian yang tidak dapat dipisahkan.
Mengingat upaya khusus yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian
dalam rangka meningkatkan produksi padi, jagung, dan kedelai melalui
peningkatan luas tambah tanam (LTT) dan percepatan kegiatan budidaya
yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, maka
diperlukan upaya pengamanan produksi untuk mengantisipasi serangan
OPT. Untuk itu perlu dikembangkan metode pengamatan, peramalan dan
pengendalian serangan organisme pengganggu tumbuhan.
Balai Besar Peramalan OPT sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis
(UPT) di lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang mempunyai
tugas melaksanakan dan mengembangkan peramalan organisme
pengganggu tumbuhan (OPT) serta rujukan proteksi tanaman pangan
dan hortikultura, harus dapat turut serta berperan aktif dan memberikan
kontribusi nyata dalam mendukung program peningkatan produksi padi,
jagung, dan kedelai.
Dasar hukum penyusunan laporan kinerja triwulan I tahun 2018 BBPOPT
antara lain:
1. Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tentang SAKIP
2
2. Permenpan RB Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman
Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah
3. Permenpan RB Nomor 25 Tahun 2012 tentang Juklak Evaluasi AKIP
4. Permenpan RB Nomor 20 Tahun 2013 tentang Perubahan Lampiran
Permenpan RB Nomor 25 Tahun 2012 tentang Juklak Evaluasi AKIP
5. Permenpan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Juknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah
6. Permentan Nomor 153/Permentan/OT.140/12/2013 tanggal 31
Desember 2013 tentang Pedoman SAK Kementan
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud penyusunan laporan kinerja triwulan I tahun 2018 antara lain:
1. Mengukur capaian kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU)
2. Mengevaluasi dan menganalisis capaian kinerja IKU
Adapun tujuan disusunnya laporan kinerja triwulan I tahun 2018 antara
lain:
1. Sebagai gambaran tingkat keberhasilan dan ketidakberhasilan
kinerja IKU sampai dengan triwulan I tahun 2018
2. Sebagai gambaran kekuatan dan kelemahan, serta kendala
1.3. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 76/Permentan/
OT.140/11/2011 Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu
Tumbuhan merupakan unit pelaksana teknis yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal tanaman Pangan. Balai
Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan secara teknis
dibina oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan dan Direktur Perlindungan Hortikultura, Direktorat
Jenderal Hortikultura.
3
Tugas Balai Besar POPT adalah melaksanan dan mengembangkan
peramalan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) serta rujukan
proteksi tanaman pangan dan hortikultura.
Sedangkan fungsi BBPOPT adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan program dan evaluasi peramalan, pengembangan
peramalan OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan
hortikultura;
2) Pelaksanaan analisis data dan informasi serangan OPT, dan faktor
penentu perkembangan OPT;
3) Pelaksanaan dan penyusunan peramalan, pengamatan, dan
pengendalian OPT;
4) Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan teknologi peramalan
dan pengamatan, pengendalian OPT berdasarkan sistem
Pengendalian Hama Terpadu (PHT);
5) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penerapan teknologi
peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT;
6) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengembangan sistem mutu
standar Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP);
7) Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis peramalan, pengamatan,
dan pengendalian OPT;
8) Pemberian pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan
peramalan OPT dan rujukan proteksi tanaman pangan dan
hortikultura;
9) Pengelolaan cadangan bahan pengendali OPT tingkat nasional;
10) Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga BBPOPT.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Balai Besar Peramalan OPT
dipimpin oleh seorang Kepala dan memiliki tiga Eselon III dan kelompok
fungsional sebagai berikut:
4
1. Bagian Umum
Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan
kepegawaian, tata usaha, keuangan, rumah tangga dan
perlengkapan serta penyimpanan dan pengelolaan cadangan bahan
pengendali OPT tingkat nasional. Dalam melaksanakan tugasnya,
Bagian Umum mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Pelaksanaan urusan kepegawaian, surat menyurat dan kearsipan.
b) Pelaksanaan urusan keuangan.
c) Pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan.
d) Pengelolaan cadangan bahan pengendali OPT tingkat nasional.
Dalam melaksanakan tugasnya, Bagian Umum dibantu oleh
Subbagian Kepegawaian dan Tata Usaha, Keuangan, serta Rumah
Tangga dan Perlengkapan.
2. Bidang Program dan Evaluasi
Pengelolaan penyusunan program dan evaluasi peramalan,
pengembangan peramalan OPT,dan rujukan proteksi tanaman
pangan dan hortikultura merupakan tugas Bidang Program dan
Evaluasi. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Program dan
Evaluasi menyelanggarakan fungsi:
a) Penyusunan rencana, program dan anggaran peramalan,
pengembangan peramalan OPT, dan rujukan proteksi tanaman
pangan dan hortikultura.
b) Pelaksanaan kerjasama peramalan, pengembangan peramalan
OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura.
c) Pemantauan dan evaluasi peramalan, pengembangan peramalan
OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura.
d) Penyusunan laporan hasil peramalan, pengembangan peramalan
OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura.
5
Dalam melaksanakan fungsinya, Bidang Program dan Evaluasi
dibantu oleh Seksi Program, dan Seksi Pemantauan dan Evaluasi.
3. Bidang Pelayanan Teknis
Pengelolaan pemberian dan pelayanan peramalan, pengamatan dan
pengendalian OPT, penyusunan informasi dan dokumentasi hasil
peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT, pengembangan
peramalan, pengamatan, pelaksanaan pemberian bimbingan teknis
peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT serta rujukan
proteksi tanaman pangan dan hortikultura merupakan tugas Bidang
Pelayanan Teknis, Informasi dan Dokumentasi mempunyai fungsi :
a) Pemberian pelayanan teknis peramalan, pengamatan, dan
pengendalian OPT, pengembangan peramalan, pengamatan, dan
pengendalian OPT, serta rujukan proteksi tanaman pangan dan
hortikultura.
b) Penyusunan informasi dan dokumentasi hasil peramalan,
pengamatan, dan pengendalian OPT, serta pengembangan
peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT, dan rujukan
proteksi tanaman pangan dan hortikultura .
Dalam melaksanakan fungsinya, Bidang Pelayanan Teknis, Informasi
dan Dokumentasi di bantu oleh Seksi Pelayanan Teknis, dan Seksi
Informasi dan Dokumentasi.
Struktur Organisasi Balai Besar Peramalan OPT seperti pada gambar
berikut:
STRUKTUR ORGANISASI BALAI BESAR Peramalan OPT
(Permentan Nomor 76/Permentan/OT.140/11/2011)
6
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar Peramalan OPT
1.4. Dukungan Sumberdaya Manusia
Sampai akhir Maret 2018, sumber daya manusia (SDM) BBPOPT
berjumlah 92 pegawai, terdiri dari 11 Pejabat Struktural (11,95%), 39
Pejabat Fungsional Umum (42,39%) dan 42 Pejabat Fungsional Khusus
POPT (45,65%). Sedangkan proporsi pegawai berdasarkan
bagian/bidang adalah Bagian Umum 27 pegawai (29,34%); Bidang
Program dan Evaluasi 10 pegawai (10,86%); Bidang Pelayanan Teknis,
Informasi dan Dokumentasi 13 pegawai (14,13%); dan Kelompok
Jabatan Fungsional 42 pegawai (45,65%).
Klasifikasi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan dapat
dikelompokkan sebagai berikut: SMP 1 pegawai (1.18%), SLTA 43
pegawai (50.59%), Diploma III 9 pegawai (10.59%), Sarjana 28 pegawai
(32.94%), dan Pasca Sarjana 4 pegawai (4.71%).
1.5. Dukungan Anggaran
Dukungan anggaran Balai Besar Peramalan OPT anggaran pada tahun
2018 sebesar Rp. 15.362.846.000,- untuk mendukung kegiatan utama
dan pendukung, termasuk pelaksanaan kegiatan pelayanan
perkantoran. Seluruh alokasi anggaran bersumber dari APBN.
7
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis 2015-2019
1. Visi
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta menjawab
tantangan lingkungan strategis yang dihadapi tersebut di atas,
BBPOPT mempunyai visi “Menjadi Lembaga Terpercaya dan Pusat
Pengembangan Peramalan OPT dan Diakui Dunia Internasional”.
2. Misi
Dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka BBPOPT
merumuskan misi sebagai berikut:
a) Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Petugas di
Bidang Pengamatan, Peramalan, dan Pengendalian OPT
(P3OPT);
b) Menciptakan Model Peramalan OPT yang tepat dan akurat;
c) Menciptakan Metode Pengamatan OPT yang tepat dan
akurat;
d) Merakit dan Mengembangkan Teknologi Pengendalian OPT
tepat guna yang efektif, efisien dan aman;
e) Menerapkan dan mengembangkan teknologi PHT spesifik
lokasi; dan
f) Meningkatkan pelayanan dan diseminasi informasi P3OPT.
3. Motto “Peramalan Akurat, Pengendalian Tepat, Produksi
Meningkat”
4. Maklumat “BBPOPT Melayani Konsultasi Teknologi P3OPT Gratis”
5. Tujuan dan Sasaran BBPOPT
8
Dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi, visi, dan misi, BBPOPT
telah merumuskan tujuan strategis, yaitu “Memberikan dukungan
pengamanan produksi dan mengoptimalkan penggunaan
teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan dan Dampak Perubahan Iklim”.
Sesuai dengan tujuan strategis yang ingin dicapai, maka
dirumuskan sasaran strategi yang ingin dicapai BBPOPTsebagai
berikut :
a) Meningkatnya sumber daya manusia (SDM) baik petugas,
petani maupun masyarakat lainnya di bidang peramalan,
pengamatan, dan pengendalian OPT dalam rangka
pemahaman, pelaksanaan, pemasyarakatan dan
pelembagaan konsepsi PHT.
b) Tercapainya koordinasi dan sinkronisasi instansi pemerintah,
swasta dan masyarakat terkait dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian pembangunan perlindungan
tanaman.
c) Terlaksananya penyusunan program dan mengevaluasi
peramalan, pengembangan peramalan OPT dan rujukan
proteksi tanaman pangan dan hortikultura, serta sinkronisasi
dengan program dan kegiatan perlindungan tanaman antar
berbagai instansi baik di tingkat pusat maupun daerah.
d) Terwujudnya dukungan teknologi di bidang peramalan,
pengamatan, dan pengendalian OPT (P3OPT) kepada pihak
pengambil kebijakan dalam pelaksanaan P3OPT dan rujukan
proteksi.
e) Terwujudnya peran aktif dalam mendukung kegiatan
pembangunan tanaman pangan khususnya pencapaian dan
9
pertumbuhan produksi pangan nasional khususnya padi,
jagung, kedelai dan ubi kayu pada tahun 2015-2019.
6. Arah Kebijakan
Peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian OPT
secara terpadu merupakan salah satu kebijakan Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan yang melekat pada tugas dan fungsi
Direktorat Perlindungan Tanaman dan BBPOPT. Kebijakan
tersebut untuk mendukung Program Peningkatan Produksi,
Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk mencapai
Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan.
Dukungan tersebut diharapkan dapat menjadi arah kebijakan
untuk menjamin terjadinya peningkatan produksi dan
produktivitas pada taraf tinggi, menguntungkan bagi petani dan
aman terhadap lingkungan.
7. Strategi
Strategi Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu
Tumbuhan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta
misi untuk mencapai visi yang diinginkan yaitu :
a) Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya
manusia yang bergerak dalam bidang perlindungan tanaman.
b) Meningkatkan kuantitas dan kualitas teknologi peramalan
dan rujukan proteksi tanaman pangan.
c) Meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi, komunikasi
dan diseminasi hasil peramalan dan rujukan proteksi
tanaman.
d) Menjalin dan meningkatkan kualitas kemitraan dalam rangka
mewujudkan hubungan sinergi antara kelembagaan
10
perlindungan tanaman pangan dan hortikultura di tingkat
pusat dan daerah.
e) Mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas, sumber daya
manusia, dan dana untuk pengembangan peramalan dan
rujukan proteksi.
2.2. Sasaran Kegiatan BBPOPT
Sasaran kegiatan BBPOPT adalah:
a) Meningkatnya kualitas layanan publik.
b) Meningkatnya implementasi rekomendasi peramalan serangan
OPT yang diberikan oleh BBPOPT.
c) Meningkatnya akuntabilitas kinerja di lingkungan BBPOPT.
2.3. Rencana Kerja Tahunan
Rencana Strategis BBPOPT disusun dengan mengacu kepada
Strategi Umum Pembangunan Pertanian, Rencana Strategis
Kementerian Pertanian, Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan dan Rencana Strategis Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan.
Selanjutnya dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan
dalam Rencana Strategis BBPOPT Tahun 2015-2019, disusun
Rencana Kerja dalam setiap periode pelaksanaan anggaran.
Berdasarkan DIPA-BBPOPT, RKT dirangkum menjadi 3 sasaran fisik
output kegiatan yang ingin dicapai (Tabel 1).
Tabel 1. Sasaran Output Kegiatan Pengembangan Peramalan
Serangan OPT Tahun 2018
No Kegiatan/ Sub
Kegiatan/Uraian/Indikator Output
Sasaran
Fisik Satuan
1. Terlaksananya Pengembangan Model
Peramalan OPT
15 Model
11
No Kegiatan/ Sub
Kegiatan/Uraian/Indikator Output
Sasaran
Fisik Satuan
2. Terlaksananya Layanan Perkantoran 12 Bulan
3. Terlaksananya Layanan Internal 12
Bulan
2.4. Perjanjian Kinerja Tahun 2018
Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan
kesepakatan kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan
target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki
oleh instansi. Perjanjian Kinerja dimaksud adalah bagian dari Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang merupakan
serangkaian dokumen perencanaan dan mempunyai keterkaitan
sangat erat dengan Rencana Strategis, Rencana Kerja (Renja),
Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan DIPA yang telah disusun
sebelumnya. Perjanjian Kinerja digunakan sebagai ukuran dalam
menilai tingkat capaian sasaran Kegiatan Pengembangan
Peramalan Serangan OPT secara efektif, efisien, akuntabel, dan
terukur, serta berorientasi pada keluaran (output) dan hasil
(outcome).
Perjanjian Kinerja BBPOPT yang telah ditandatangi Kepala BBPOPT
dan Direktur Jenderal Tanaman Pangan dengan indikator kinerja
sebagai berikut :
a. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik BBPOPT
dengan target 3,5 (skala likert).
b. Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang terjadi terhadap luas
serangan OPT yang diramalkan dengan target 67 %.
12
c. Rasio luas serangan OPT tanaman jagung yang terjadi terhadap
luas serangan OPT yang diramalkan dengan target 67 %.
d. Rasio luas serangan OPT tanaman kedelai yang terjadi terhadap
luas serangan OPT yang diramalkan dengan target 20 %.
e. Jumlah temuan BPK atas pengelolaan keuangan BBPOPT yang
terjadi berulang dengan target 0 (nihil).
f. Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi
berulang dengan target 0 (nihil).
Dalam rangka mendukung tercapainya sasaran kinerja BBPOPT,
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2011 tentang
Sasaran Kerja Pegawai (SKP), maka seluruh pegawai BBPOPT telah
menyusun SKP 2017. Secara berjenjang SKP Kepala Balai Besar
Peramalan OPT dijabarkan menjadi SKP pejabat Eselon III (Kepala
Bagian/Kepala Bidang), SKP pejabat Eselon III dijabarkan menjadi
SKP Pejabat Eselon IV (Kepala Subbagian/Kepala Seksi). Tugas
Eselon IV yang dituangkan dalam SKP Eselon IV dijabarkan menjadi
SKP pejabat Fungsional Umum yang berada dibawah binaannya,
sedangkan untuk Pejabat Fungsional Khusus (POPT) SKP disusun
dengan merujuk kepada uraian tugas jabatan fungsional POPT yang
disesuaikan dengan tugas, fungsi, visi, misi dan sasaran kinerja
BBPOPT.
13
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Capaian Kinerja Organisasi
Untuk menilai keberhasilan dan kegagalan capaian sasaran kinerja Balai
Besar Peramalan OPT tahun 2018 (sampai dengan triwulan I) ditetapkan
berdasarkan penilaian capaian melalui metode scoring. Mengacu pada
kriteria ukuran keberhasilan yang digunakan oleh Kementerian
Pertanian, maka kriteria pengukuran yang digunakan, yaitu (1). Sangat
berhasil apabila capaian > 100%, (2). Berhasil apabila capaian 80-100%,
(3). Cukup berhasil apabila capaian 60-80%, dan (4). Kurang berhasil
apabila capaian < 60% terhadap sasaran output yang telah ditetapkan.
3.1.1. Pencapaian Sasaran Strategis
Akuntabilitas kinerja dilakukan untuk menentukan keberhasilan kinerja
dalam mewujudkan visi, misi yang telah ditentukan dengan
membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator
kinerja sebagai alat ukur keberhasilan.
Sampai dengan triwulan I tahun 2018, berdasarkan hasil pengukuran
terhadap indikator kinerja utama pada perjanjian kinerja, baru satu
indikator kinerja yang dapat dilakukan penilaian, sementara lainnya
belum dapat diukur, dengan rincian sebagai berikut:
1. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Balai Besar
Peramalan OPT belum ada penilaian karena dilakukan setiap
semester (bulan Juni dan November).
2. Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang terjadi terhadap luas
serangan OPT yang diramalkan dengan hasil 72,0 %.
14
3. Jumlah temuan BPK atas pengelolaan keuangan Balai Besar POPT
yang terjadi berulang, sampai saat ini belum ada pemeriksaan oleh
BPK
4. Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi berulang (5
aspek SAKIP sesuai PermenPAN RB Nomor 12 Tahun 2015), tidak
ada uji petik penilaian SAKIP oleh Itjen atas Eselon II, penilaian hanya
di tingkat Eselon I.
3.1.2. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Balai Besar Peramalan OPT
Evaluasi dan analisis capaian kinerja Balai Besar Peramalan OPT adalah
sebagai berikut:
3.1.2.1. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik BBPOPT
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) bertujuan untuk memberikan
informasi yang terukur terhadap kepuasan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan dan informasi dari BBPOPT. Metode yang
digunakan dalam penilaian IKM adalam melalui metode survei terhadap
pelanggan/customer dan penerima manfaat lainnya terhadap pelayanan
Balai Besar POPT. Hasil pengolahan data terhadap 14 unsur pelayanan
survei kepuasaan masyarakat dilaksanakan setiap satu semester yaitu
bulan Juni dan November. Sehingga sampai dengan triwulan I, belum
ada data hasil pengolahan penilaian IKM. Sementara capaian tahun
2017 IKM Balai Besar POPT sebesar 87,40.
Dalam mendukung upaya peningkatan IKM atas layanan publik Balai
Besar POPT, Balai Besar POPT melaksanakan kegiatan-kegiatan antara
lain sebagai berikut:
1. Mengikuti kegiatan pelatihan identifikasi nematoda pada tanaman
padi pada tanggal 14-16 Maret 2018 di Balai Besar Uji Standar
Karantina Pertanian yang diikuti oleh Umi Kulsum, SP, MSc dan Uci
Niscahya Bhakti, Amd. Pelatihan ini bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan identifikasi nematoda, khususnya
nematoda parasit di tanaman padi.
15
2. Mengikuti kegiatan seminar nasional dengan tema “Menemukan
kembali PHT kita, memutus lingkatan setan ledakan wereng coklat
dan virus padi” pada tanggal 22 Maret 2018 di Fakultas Pertanian
IPB Bogor yang diikuti oleh Dedi Darmadi, SP dan Umi Kulsum, SP,
MSc. Keynote speaker pada seminar nasional ini adalah Prof. Dr. Ir.
Soemartono Sosromarsono, MSc.
3. Mengikuti Bimbingan Teknis Membangun Pelayanan Prima Tahun
2018 pada tanggal 8-10 Maret 2018 di Bandung yang diikuti oleh
Retno Ayu Prasetyaningtyas, SP dan Rospina Limbong. Tujuan dari
bimbingan teknis ini adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan
dan akuntabilitas kinerja aparatur birokrasi pemerintah. Kegiatan ini
diikuti oleh 70 orang peserta yang berasal dari unit kerja yang
menyelenggarakan pelayanan/perizinan/pelayanan publik yang
terdapat di Pulau Jawa. Materi pada kegiatan pelayanan prima ini
adalah Pelayanan dalam bentuk verbal dan non verbal (narasumber
dari ASMI) dan standar pelayanan tolak ukur (narasumber dari
Kemenpan RB).
4. Mengikuti sosialisasi peningkatan kemampuan petugas tata naskah
dinas dan kearsipan pada tanggal 21-23 Maret 2018 di Bandung
yang diikuti oleh Arif Hidayat, Mamat Rahmat, Rospina Limbong,
Siyam dan Tarsim. Sosialisasi ini bertujuan untuk (a). Meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pelayanan tata naskah dinas dan kearsipan,
(b). Memperlancar arus komunikasi terkait surat pimpinan, (c).
Meningkatkan kualitas dan peran SDM bidang persuratan dan
kearsipan, dan (d). Meningkatkan pengelolaan dan penataan arsip.
5. Pelayanan Pengujian BBPOPT
BBPOPT mempunyai fungsi sebagai rujukan proteksi tanaman dari
seluruh wilayah Indonesia. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut,
BBPOPT melayani pegujian ataupun identifikasi sampel baik berupa
virus, jamur ataupun bakteri yang menginfeksi jaringan tanaman.
16
Sampel untuk kegiatan pengujian dikirimkan langsung ke BBPOPT
ataupun dibawa oleh petugas BBPOPT yang melaksanakan kegiatan
di daerah.
Kegiatan pengujian dilakukan dengan cara identifikasi morfologi di
laboratorium fitopatologi. Pada bulan Januari – Maret 2018 telah
dilakukan identifikasi sebanyak 11 kali. Sedangkan identifikasi
molekuler dilakukan di laboratorium PCR dan telah dilakukan
sebanyak 22 kali pengujian.
Tabel 1. Identifikasi Sampel di Laboratorium Fitopatologi
17
No Asal Sampel Gejala/varietas Patogen
1Ciampanan,
TasikmalayaPadi var Lokal Alternaria sp
2Ciampanan,
TasikmalayaPadi var Lokal Bipolaris oryzae
3 Merauke, Papua
Tanaman Padi kerdil, ujung daun
mengering, pada daun terdapat
bercak tidak beraturan, terdapat
puru pada akar
Meloidogyne spp.
4Kuningan, Jawa
Barat
Busuk pada batang tanaman ubi
jalar, bercak coklat pada daunAlternaria spp.
5Kec. Kotabaru
Karawang
Terdapat busuk hitam pada batang
bunga matahari
Petrobacterium
carotovorum
6Kec. Kotabaru
KarawangBusuk pada umbi bawang merah
Dickeya
chrysanthemi
7Kec. Kotabaru
Karawang
Bercak coklat pada daun bawang
merah disertai kumpulan spora
berwarna peach dan hitam
Colletotrichum
gloeosporioides
8Kec. Batujaya
Karawang
Hawar tanpa batas dari ujung hingga
daun padi mengeringFaktor abiotik
9Kec. Ciamis
Ciamis
Tanaman padi ujung daunnya
berwarna putih dan melintirBukan nematoda
10Kec. Jatisari
Karawang
Malai padi yang diduga terinfeksi
BGR
Burkholderia
glumae
11
Kec. Raman
Utara Lampung
Timur
Daun padi menguning dan malai
tidak berkembangFaktor abiotik
Tabel 2. Identifikasi Sampel di Laboratorium PCR
18
No Asal Sampel Jenis Sampel DugaanHasil Identifikasi /
Pengujian
1Jayalaksana,
IndramayuPadi Var. Inpari
Virus Kerdil
Rumput/hampaNegatif KH/KR
2Jayalaksana,
IndramayuPadi Var. Inpari
Virus Kerdil
Rumput/hampaPositif Kerdil Hampa
3Jayalaksana,
IndramayuPadi Var. Inpari
Virus Kerdil
Rumput/hampaPositif Kerdil Hampa
4
Kondangjaya,
Karawang
Timur
Padi Var. CiherangVirus Kerdil
Rumput/hampaNegatif KH/KR
5
Kondangjaya,
Karawang
Timur
Padi Var. CiherangVirus Kerdil
Rumput/hampaPositif Kerdil Hampa
6Jatisari,
KarawangPadi Var. Ciherang
Virus Kerdil
Rumput/hampaPositif Kerdil Hampa
7Pabayuran,
BekasiPadi Var IR 42
Virus Kerdil
Rumput/hampaNegatif KH/KR
8
Sirnagalih,
Indihiang
Tasikmalaya
Padi Var Lokal (IR Blu)Virus Kerdil
Rumput/hampaPositif Kerdil Hampa
9
Sirnagalih,
Indihiang
Tasikmalaya
Padi Var Lokal (IR Blu)Virus Kerdil
Rumput/hampaPositif Kerdil Hampa
10
Sindangkerta,
Cipatujah,
Tasikmalaya
Padi Var Lokal (IR Blu)Virus Kerdil
Rumput/hampaPositif Kerdil Hampa
11
Sindangkerta,
Cipatujah,
Tasikmalaya
Padi Var Lokal (IR Blu)Virus Kerdil
Rumput/hampaPositif Kerdil Hampa
12Cikalongari,
JatisariPadi Var. Inpari 30
Virus Kerdil
Rumput/hampaPositif Kerdil Hampa
13Cikalongari,
JatisariPadi Var. Inpari 31
Virus Kerdil
Rumput/hampaPositif Kerdil Hampa
14Cikalongari,
JatisariPadi Var. Inpari 32
Virus Kerdil
Rumput/hampaPositif Kerdil Hampa
15
Kolongan,
Kalawat,
Minahasa Utara
Padi VUB Lusi Virus Tungro Positif Tungro
16Minahasa
SelatanPadi Lokal Virus Tungro Positif Tungro
17
Sumarayar,
Langoan Timur,
Minahasa
Padi Var. Superwin
Tondano
Virus Tungro,
KR/KH
Negatif Tungro, Negatif
KR/KH
18 Minahasa Utara Padi Var Inpari 24 Virus Tungro Positif Tungro
19
Kolongan,
Kalawat,
Minahasa Utara
Padi Var Inpari 25 Virus Tungro Positif Tungro
20
Kolongan,
Kalawat,
Minahasa Utara
Padi, VUB Tarabas Virus Tungro Positif Tungro
21
Wasian, Kakas
Barat,
Minahasa
Padi Var. Superwin
TondanoVirus Tungro Positif Tungro
22
Sumarayar,
Langoan Timur,
Minahasa
Padi Var. InpariVirus Kerdil
RumputNegatif KR
19
3.1.2.2. Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang terjadi terhadap
luas serangan OPT yang diramalkan
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada Tabel 3, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Padi pada MT 2017/2018 secara
nasional adalah sebesar 72,0 % dari luas prakiraannya yaitu 216.727,9
ha (maksimal). Hasil ini mengindikasikan bahwa informasi angka
prakiraan serangan dan saran tindak pengelolaan yang disampaikan
telah memberi manfaat dan ditindaklanjuti dengan kegiatan
pengelolaannya secara proporsional, kecuali pada serangan penyakit
blas (Pyricularia oryzae). Hal ini diakibatkan oleh belum optimalnya
pemanfaatan agen pengendali hayati (APH) yaitu Paenibacillus polymixa
dalam perlakuan benih, karena penyakit blas yang disebabkan oleh P.
oryzae ini merupakan penyakit yang tertular dan terbawa benih.
Tabel 3. Rasio Luas Serangan OPT Padi yang Terjadi Terhadap Luas
Serangan OPT yang Diramalkan (%)
Min Rerata Mak
1 PBP 46.115,8 51.474,2 52.346,8 53.220,5 43.334,8 81,4
2 WBC 51.840,2 55.218,3 56.345,7 57.543,7 19.168,1 33,3
3 Tikus 51.353,8 51.667,8 52.471,3 53.278,0 40.110,1 75,3
4 Tungro 2.828,6 1.616,3 2.554,2 3.497,5 1.147,9 32,8
5 Blas 16.727,3 19.577,6 20.529,2 21.487,4 24.226,2 112,7
6 BLB 21.666,1 25.815,7 26.754,2 27.700,8 27.958,1 100,9
Jumlah 190.531,8 205.369,9 211.001,4 216.727,9 155.945,2 72,0
Prakiraan Luas Serangan MT
2017/2018 (Ha)No OPT UtamaKLTS MT
2017 (Ha)
Kejadian Luas
Serangan MT
2017/2018 (Ha)
Rasio Luas Serangan
OPT Padi yang
Terjadi Thd Luas
Serangan OPT yang
Diramalkan (%)
OPT Utama Tanaman padi yang dievaluasi pada workshop ini adalah
Penggerek Batang Padi (PBP, Scirpophaga spp), Wereng Batang Coklat
(WBC, Nilaparvata lugens Stal), Tikus Sawah (Rattus argentiventer),
Penyakit Tungro (ditularkan oleh Nephotettix virescens), Penyakit Blas
(Pyricularia oryzae), Penyakit Bacterial Leaf Blight (BLB, Xanthomonas
campestris pv oryzae), dan Ulat Grayak (Spodoptrera exigua).
20
Kejadian serangan penyakit blas melebihi angka prakiraan yaitu sebesar
112,7 %. Tingginya serangan blas pada periode MT 2017/2018 ini
disebabkan oleh faktor iklim terutama tingginya curah hujan dan faktor
terbatasnya penggunaan sumber benih sehat yang digunakan petani
(tertular melalui benih).
Perkembangan penyakit blas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain: (a). Faktor Lingkungan yaitu jamur Pyricularia grisea berkembang
optimal pada lingkungan dengan suhu berkisar antara 24-28 oC serta
kelembaban udara mencapai 90 %. Penyebaran spora dibantu angin dan
masih dapat menginfeksi tanaman sehat sejauh 2 km dari sumber
inokulum awal, (b). Faktor inang alternatif yaitu rerumputan (Digitaria
cilaris, Echinochloa colona) dan tanaman jagung atau jerami sisa-sisa
panen dapat menjadi tempat hidup miselia jamur, (c). Faktor pemupukan
nitrogen yang tinggi menyebabkan jaringan daun menjadi lemah
sehingga spora jamur menginfeksi secara optimal dan menyebabkan
kerusakan serius pada tanaman padi. Gabungan antara pemupukan
nitrogen yang tinggi dengan sedikit unsur kalium dan jarak pertanaman
yang rapat juga menjadi faktor penyebab tingginya serangan blas.
Persentase kejadian serangan blas yang melebihi angka prakiraan
terjadi di beberapa provinsi yaitu provinsi Aceh, Sumatera Selatan, DIY,
Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur dan Papua.
Selain penyakit blas, rasio luas serangan OPT padi yang terjadi pada MT
2017/2018 terhadap luas serangan OPT yang diramalkan yang melebihi
target adalah BLB (Kresek) yaitu 100,9 %. Penyakit BLB ini menyebar
dengan terbawa air, angin dan benih serta infeksi melalui stomata (seed
transmitted). Perkembangan penyakit BLB sangat dipengaruhi oleh
kelembaban tinggi dan suhu rendah yang umumnya terjadi pada musim
penghujan. Gejala serangan terjadi pada awal pertumbuhan, tanaman
layu dan mati. Bila serangan BLB terjadi pada saat berbungan, proses
pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak
terisi penuh atau bahkan hampa.
21
Persentase kejadian serangan BLB yang melebihi angka prakiraan terjadi
di Provinsi Aceh, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, DIY, Banten,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi Barat.
3.1.2.3. Rasio luas serangan OPT tanaman jagung yang terjadi terhadap
luas serangan OPT yang diramalkan
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada Tabel 4, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Jagung pada MT 2017/2018 secara
nasional adalah sebesar 58,3 % dari luas prakiraannya yaitu 28.142,9
ha (maksimal). Hasil ini mengindikasikan bahwa informasi angka
prakiraan serangan dan saran tindak pengelolaan yang disampaikan
telah memberi manfaat dan ditindaklanjuti dengan kegiatan
pengelolaannya secara proporsional dan rasio luas serangan OPT jagung
yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan adalah sebesar
58,3 % atau masih dibawah target 67 %. Meskipun pada kejadian
serangan penyakit Hawar Daun Jagung (Helmithosporium turcicum)
masih relatif tinggi yaitu sebesar 79,9 %. Hal ini diakibatkan oleh belum
optimalnya kegiatan sanitasi lahan dari sisa-sisa bahan organik yang ada
di lapangan khususnya pada daerah-daerah yang tanam jagungnya 2
(dua) kali dalam satu musim dan pemanfaatan agen pengendali hayati
(APH) yaitu Paenibacillus polymixa dalam pengendalian dini (fase
vegetatif awal). Sedangkan masih relatif tingginya kejadian serangan ulat
grayak dikarenakan perkembangan ulat grayak dominan dipengaruhi
oleh perubahan musim dari musim kemarau ke musim penghujan.
Persentase kejadian penyakit hawar daun jagung yang melebihi angka
prakiraan terjadi di Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan persentase
kejadian serangan ulat grayak yang melebihi angka prakiraan terjadi di
Provinsi Sumatera Barat, NTB, Sulawesi Tenggara, Gorontalo dan
Sulawesi Barat.
22
Tabel 4. Rasio Luas Serangan OPT Jagung yang Terjadi Terhadap Luas
Serangan OPT yang Diramalkan (%)
Kejadian Luas
Serangan MT
2017/2018 (Ha)
Min Rerata Mak (ha)
1 Lalat Bibit 955 1.073 1.971 2.886 778 27,0
2 Penggerek Batang 2.319 3.888 4.690 5.493 2.608 47,5
3 Bulai 2.215 3.423 4.466 5.508 2.627 47,7
4 Tikus 2.872 1.801 2.660 3.718 2.347 63,1
5 PenggerekTongkol 1.592 1.343 2.209 3.100 1.963 63,3
6 Ulat Grayak 1.479 1.658 2.406 3.184 2.678 84,1
7 Hawar Daun 2.579 2.434 3.360 4.255 3.398 79,9
Jumlah 14.009 15.620 21.762 28.143 16.400 58,3
No OPT Utama
Rasio Luas Serangan
OPT Jagung yang
Terjadi Thd Luas
Serangan OPT yang
Diramalkan (%)
KLTS MT
2017 (ha)
Prakiraan Luas Serangan MT
2017/2018 (Ha)
OPT Utama Tanaman Jagung yang dievaluasi adalah Lalat Bibit,
Penggerek Batang Jagung (PBJ), Penyakit Bulai (Peronospora maydis),
Tikus sawah (Rattus argentiventer), Penggerek Tongkol Jagung, Ulat
Grayak (Spodoptrera excemota), dan Penyakit Hawar Daun Jagung
(Helminthosporium sp).
3.1.2.4. Rasio luas serangan OPT tanaman kedelai yang terjadi terhadap
luas serangan OPT yang diramalkan
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada Tabel 5, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Kedelai pada MT 2017/2018 secara
nasional adalah sebesar 13.5 % atau masih dibawah target rasio luas
serangan OPT kedelai yang terjadi terhadap luas serangan OPT yang
diramalkan sebesar 20 %. Hasil ini mengindikasikan bahwa informasi
angka prakiraan serangan dan saran tindak pengelolaan yang
disampaikan telah memberi manfaat dan ditindaklanjuti dengan
kegiatan pengelolaannya secara proporsional, meskipun pada kejadian
serangan Hama Penggulung Daun (Lamprosema indicata) masih relatif
tinggi yaitu sebesar 22.3 %. Hal ini diakibatkan oleh belum optimalnya
23
kegiatan sanitasi lingkungan terhadap gulma-gulma yang dapat menjadi
inang alternatif dari perusak daun tersebut.
Tabel 5. Rasio Luas Serangan OPT Kedelai yang Terjadi Terhadap Luas
Serangan OPT yang Diramalkan (%)
Kejadian
KLTS MT
2017/2018
Min Rerata Mak (ha)
1 Penggerek Polong 137 -158 681 1.550 255 16,5
2 Lalat Kacang 111 -527 270 1.122 55 4,9
3 Ulat Grayak 348 -138 743 1.668 281 16,8
4 Tikus 153 -300 380 1.103 28 2,5
5 Penggulung Daun 379 580 1.359 2.144 478 22,3
6 Ulat Jengkal 161 -433 315 1.125 80 7,1
Jumlah 1.289 -976 3.748 8.712 1.177 13,5
OPTKLTS MT
2017 (Ha)
Rasio Luas Serangan
OPT Kedelai yang
Terjadi Thd Luas
Serangan OPT yang
Diramalkan (%)
Prakiraan Luas Serangan MT
2017/2018 (Ha) No
OPT Utama Tanaman Kedelai yang dievaluasi adalah Penggerek Polong
(Etiella zinckinella), Lalat Kacang, Ulat Grayak (Spodoptera litura), Tikus
sawah (Rattus argentiventer), Penggulung Daun (Lamprosema inclusa),
dan Ulat Jengkal.
Dalam rangka mencapai target rasio luas serangan OPT tanaman pangan
yang terjadi terhadap luas serangan OPT yang diramalkan adalah melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan bimbingan teknis pengendalian OPT yang dilakukan oleh
petugas BBPOPT kepada gapoktan/poktan.
2. Melakukan pengamatan (surveilans) OPT tanaman pangan.
3. Mendistribusikan agens pengendali hayati ke stakeholder terkait
seperti BPTPH, Lab PHP/AH, PPAH dan gapoktan/poktan.
4. Mengadakan workshop evaluasi prakiraan serangan OPT utama PJK
MT 2017/2018.
24
3.1.2.5. Jumlah temuan BPK atas pengelolaan keuangan BBPOPT yang
terjadi berulang
Sampai dengan triwulan I belum ada pemeriksaan oleh BPK terhadap
pelaksanaan anggaran Balai Besar POPT tahun 2017. Kegiatan yang
mendukung pencapaian indikator ini yaitu pengelolaan keuangan dan
perlengkapan, yang antara lain: pengelolaan administrasi satuan kerja
Balai Besar POPT dan pemberian honorarium Kuasa Pengguna
Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Pembuat Tagihan dan
Penandatangan SPM, Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan
PNBP dan Staf Pengelola keuangan, termasuk juga laporan SAI dan
SABMN yang dilaksanakan selama 12 bulan. Sampai dengan triwulan I
telah dilaksanakan pengelolaan keuangan dan perlengkapan selama tiga
bulan.
3.1.2.6. Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi
berulang (5 aspek SAKIP sesuai Permenpan RB No. 12 Tahun 2015)
Dalam pelaksanaan evaluasi pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) lingkup Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan tahun 2017 oleh Tim Inspektorat Jenderal Kementan, tidak ada
penilaian SAKIP untuk tingkat Eselon II. Meskipun tidak ada penilaian,
Balai Besar POPT tetap menerapkan SAKIP dengan kegiatan pendukung
antara lain:
1. Rancangan Kerja Balai Besar Peramalan OPT. Sampai dengan
triwulan I baru dilaksanakan penyusunan dokumen Perjanjian
Kinerja pejabat struktural lingkup Balai Besar POPT, SK Tim
Perencanaan, pengisian e-PK, penyusunan Rencana Operasional
Kegiatan (ROK) dan revisi POK tahun 2018.
2. Penyusunan laporan bulanan dan simonev yang telah disusun
sampai dengan bulan Maret 2018.
25
3. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang sampai triwulan
I telah melaksanakan penetapan SK Tim Satlak PI lingkup Balai
Besar POPT, dan penyusunan petunjuk teknis SPI.
3.2. Realisasi Anggaran
Realisasi keuangan pada tahun 2018 sampai dengan 31 Maret 2018
mencapai Rp 3.040.335.342,- (tiga milyar empat puluh juta tiga ratus
tiga puluh lima ribu tiga ratus empat puluh dua rupiah) atau 19,40 %.
Realisasi anggaran Balai Besar POPT tahun 2018 berdasarkan output
seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Realisasi Anggaran Balai Besar POPT Triwulan I
Tahun 2018 Berdasarkan Output (posisi: s.d 31 Maret 2018)
Kode Output Pagu (Rp) Realisasi (Rp) %
1768.007 Model Peramalan OPT 5.661.400.000 819.177.115 14,47
1768.951 Layanan Internal 2.085.546.000 357.502.300 17,14
1768.994 Layanan Perkantoran 7.921.900.000 1.863.655.927 23,53
15.668.846.000 3.040.335.342 19,40Jumlah
Beberapa permasalahan yang ditemui dalam pencapaian indikator
kinerja Balai Besar POPT Triwulan I tahun 2018 antara lain:
1. Indikator jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi
berulang (5 aspek SAKIP sesuai PermenPAN RB Nomor 12 Tahun
2015) tidak dapat dinilai, karena tidak ada penilaian SAKIP untuk
tingkat Eselon II dari Inspektorat Jenderal Kementan pada tahun
2018.
2. Pelaksanaan kegiatan pendukung semua indikator belum berjalan
sesuai rencana operasional yang telah disusun.
26
BAB IV
PENUTUP
Laporan kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi serta pengelolaan SDM dan program dan kegiatan
yang dibiayai melalui APBN. Laporan kinerja triwulan I tahun 2018 Balai
Besar POPT ini dapat dijadikan sebagai alat kendali dalam pencapaian
kinerja sampai dengan bulan Maret 2018. Melalui laporan kinerja
triwulan I ini dapat memberikan gambaran keberhasilan ataupun
kegagalan pelaksanaan kegiatan dengan membandingkan terhadap
target yang telah ditetapkan. Sehingga dapat menjadi bahan masukan
bagi pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya untuk
pencapaian target sesuai dengan yang telah direncanakan.
Perlu dilakukan evaluasi atas Indikator kinerja yang tidak dilakukan
penilaian yaitu jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi
berulang (5 aspek SAKIP sesuai PermenPAN RB Nomor 12 Tahun 2015),
sehingga tidak akan menjadi kendala dalam penyusunan LAKIN Balai
Besar POPT pada triwulan selanjutnya dan akhir tahun 2018.