Kata Pengantar - Probolinggo Kab · 2021. 3. 16. · 19 OKTA PURWO INA RANY, S.TP Kasi. Tanaman...
Transcript of Kata Pengantar - Probolinggo Kab · 2021. 3. 16. · 19 OKTA PURWO INA RANY, S.TP Kasi. Tanaman...
Halaman i
Kata Pengantar
Bismillahirahmanirohim,
Laporan akuntabilitas kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo menampilkan capaian
indikator kinerja utama dan indikator kinerja individu dalam
menangani urusan pangan dan urusan pertanian.
Dalam LKJiP ini ditampilan kinerja DKPP dimana masing-
masing bidang secara bersama-sama berusaha menyokong
upaya kepala dinas dalam meningkatkan ketahanan pangan
dan meningkatan produksi pertanian. Namun upaya Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian tahun 2020 terkendala
pandemi Covid 19 sehingga secara umum terjadi penurunan
kinerja dihampir semua sektor, sedangkan untuk sektor pertanian
juga terjadi permasalahan yang menonjol.
Bersama ini kami sampaikan terima kasih atas segala upaya
yang telah dilakukan oleh semua pihak dalam mendukung kinerja
kami.
Probolinggo, Pebruari 2021
KEPALA DINAS
KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN
KABUPATEN PROBOLINGGO
Ir. NANANG TRIJOKO S, MM. Pembina Utama Muda
NIP. 19621005 198903 1 019
Halaman i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR LAMPIRAN iv
IKHTISAR EKSEKUTIF v
BAB I.
PENDAHULUAN
1
A Data Umum Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian
1
B Aspek Strategis Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian
9
C
D
Struktur Organisasi – Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian
Permasalahan Utama
12
13
BAB II.
PERENCANAAN KINERJA
35
A Tujuan dan Sasaran Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian
36
B Strategi, Kebijakan, dan Rencana
Aksi Dinas Ketahanan Pangan
dan Pertanian
40
C Perjanjian Kinerja tahun 2020 71
BAB III.
AKUNTABILITAS KINERJA
82
A Analisis Capaian Kinerja Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian
100
B Akuntabilitas Keuangan 132
BAB IV.
PENUTUP
143
Lampiran a- o
Halaman ii
DAFTAR TABEL
Nomor
tabel
Uraian Halaman
1.1 Data Aparatur Sipil Negara yang
Mendukung Kinerja Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kab. Probolinggo th. 2020
2
1.2 Jumlah estimasi ekspor dan impor
pangan di Kab. Probolinggo tahun
2017
15
1.3 Data tingkat ketahanan dan
kerentanan pangan di Kabupaten
Probolinggo
18
1.4 Perbandingan produksi dan
konsumsi beras (ton) per bulan
19
1.5 Desa yang diprioritaskan dalam
penanganan balita stunting
20
1.6 Konsumsi pangan penduduk
Kabupaten Probolinggo tahun 2017
22
1.7 Perbandingan produksi dan
konsumsi pangan di Kabupaten
Probolinggo berdasarkan komoditi
pertanian tahun 2017
23
2.1 Misi, Tujuan, dan Sasaran Pemkab
Probolinggo 2018-2023
35
2.2 IKU Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian
39
Halaman iii
2.3 Strategi dan arah kebijakan Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian
tahun 2019-2023
41
2.4 Daftar perjanjian kinerja Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian
71
2.5 Rencana aksi pencapaian kinerja
perubahan tahun anggaran 2020
dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo
73
3.1. Pencapaian kinerja DKPP tahun
2020
84
3.2. Pengukuran Pencapaian Sasaran
(PPS) Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian TA 2020
85
3.3. Perbandingan tanaman utama
2019-2020
94
3.4. Perkembangan jumlah desa rawan
pangan berdasarkan prioritas tahun
2019-2020
99
3.5. Target dan realisasi kinerja eselon II,
eselon III, dan eselon IV Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo TA 2020
102
3.6. Laporan Realisasi Anggaran Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo
132
3.7 Pagu dan realisasi belanja langsung
DKPP Kabupaten Probolinggo TA
2019
140
Halaman iv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran
Uraian Halaman
1 Perjanjian Kinerja Bupati Probolinggo
dengan Kepala Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian Kabupaten
Probolinggo
a
2 Perjanjian Kinerja Tahun Anggaran 2020 b
3 Laporan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Tahun 2020
n
Halaman v
IKHTISAR EKSEKUTIF
Secara umum Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo telah telah melaksanakan semua program-program yang telah ditetapkan. Kinerja URUSAN PANGAN dan URUSAN PERTANIAN tahun 2020 ditandai pencapaian penerapan SPM Ketahanan Pangan dan tingkat produksi komoditi pertanian. Dalam LKjIP ini dicantumkan visi, misi, tujuan, dan sasaran. Indikator Kinerja Sasaran ditetapkan sebagai IKU selama satu tahun yang berarti sebagai target yang harus dipertanggungjawabkan oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian,. Untuk indikator Kinerja Sasaran ditetapkan sebanyak 2, yaitu (1) Peningkatan Produksi tanaman pertanian Peningkatan Ketahanan Pangan.
Pencapaian IKU Urusan Pertanian tahun 20 sangat berbeda dengan pencapaian tahun-tahun sebelumnya, hal ini terkait dengan PANDEMI COVID
. Beberapa persoalan eksternal dampak pandemi covid ikut berpengaruh secara nyata terhadap kinerja urusan pangan dan urusan pertanian. Selain itu juga ketersediaan air pada tahun 2020 di Kabupaten Probolinggo mengalami musim kering yang panjang sehingga menyebabkan perubahan luas tanam, luas panen, dan produktivitas komoditi pertanian.
Dengan hasil pengukuran sebagai berikut :
No IKU Peningkatan Ketahanan Pangan
Sasaran Tahun 20 Realisasi
Renstra PK
Ketersediaan Pangan (ton)
Penguatan Cadangan Pangan (ton)
Ketersediaan informasi pasokan, harga, dan akses pangan per desa (%)
Tidak ada
data Tidak ada
data
Stabilitas harga dan pasokan pangan (%)
Tidak ada
data Tidak ada
data
Pencapaian skor PPH (%)
Pengawasan dan pembinaan keamanan (%)
Tidak ada
data Tidak ada
data
Penanganan Kerawanan Pangan (%)
Tidak ada
data Tidak ada
data
No IKU Peningkatan Produksi Tanaman Pertanian
Sasaran Tahun 2020 Realisasi
Renstra PK
Tanaman pangan (%)
Tanaman hortikultura (%)
Tanaman perkebunan(%)
Halaman vi
Penyusunan LKjIP ini memuat IKU dan IKI, Dimana ditampilkan kinerja masing-masing personel Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian sesuai dengan target yang tercantum dalam IKU dan IKI. Dalam mencapai target kinerja ini Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo mendapatkan dukungan anggaran dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, dan APBN.
No Program Jumlah
Kegiatan
Anggaran (Rp 000)
Fisik (%)
Sumber Dana Pagu
Pagu RAPBD
(covid 19) Realisasi
Penyediaan Pelayanan Administrasi
Perkantoran
APBD
Kabupaten
Probolinggo
Peningkatan Ketahanan Pangan
Pembinaan Lingkungan Sosial di
Bidang Ketahanan Pangan
Peningkatan Produksi Perkebunan
Peningkatan Produksi, Produktivitas,
dan Mutu Komoditi Pertanian
Peningkatan Kualitas Bahan Baku
Peningkatan Kesejahteraan Petani
Penyediaan Sarana dan Prasarana
Pertanian
Pembinaan Lingkungan Sosial di
Bidang Pertanian
Penyediaan dan Pengembangan
Prasarana dan Sarana Pertanian
APBN Ditjen
PSP
Peningkatan Produksi dan Nilai
Tambah Hortikultura
APBN Ditjen
Hortikultura
Peningkatan Diversifikasi dan
Ketahanan Pangan Masyarakat BKP RI
Budidaya, Penanganan Panen dan
Pascapanen Tanaman Kopi
APBD Provinsi
Jawa Timur
(Disbun)
Standarisasi Kualitas Bahan Baku
Pengendalian Organismi Pengganggu
Tumbuhan Tanaman Tahunan
Perkebunan
Bantuan Pemerintah Provinsi
Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan
Bantuan alsintan 24 unit
APBN Ditjen
Tanaman
Pangan
Program kegiatan yang ada di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian baik yang berasal dari APBN maupun APBD sebagian besar memprioritaskan kepada peningkatan produksi padi, jagung, bawang merah, bawang putih, aneka cabe, kopi, mangga, tembakau, dan tebu.
Adapun output dari kegiatan-kegiatan baik APBD Kabupaten, APBD Provinsi, maupun APBN yang telah dilakukan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian secara garis besar adalah :
Halaman vii
(1) Penyuluhan, pembinaan, bimbingan teknis, pelatihan, GAP, dan sosialisasi kepada petani/ kelompok tani, kelembagaan, dan kelompok pengolah hasil pertanian tentang program, teknologi, asuransi pertanian, dan informasi pertanian;
(2) Bantuan Saprodi (Benih, pupuk, pestisida, alat mesin pertanian, dan obat-obatan) kepada petani / kelompok tani;
(3) Perlindungan prasarana lahan pertanian melaluikan penerapan kebijakan penataan ruang di tingkat kabupaten.
(4) Peningkatan kapasitas Unit Pelayanan Teknis milik Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian melalui penguatan permodalan / aset.
(5) Bantuan hibah (APBN / ke rekening masyarakat/ petani / kelompok tani);
(6) Pembangunan dan rehabilitasi Pengadaan Prasarana UPT dan Balai Penyuluhan Pertanian .
(7) Pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyebaran informasi urusan pangan dan pertanian;
(8) Meningkatkan nilai tambah komoditi pertanian Probolinggo melalui Pembiayaan operasional kegiatan administrasi dinas maupun produksi di unit-unit Pembenihan.
(9) Penyediaan bahan pangan dan penyaluran cadangan beras.
Halaman i
``
Halaman 1
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten
Probolinggo sebagai salah satu OPD yang khusus menangani
urusan pangan dan urusan pertanian subsektor tanaman
pangan, hortikultura, dan perkebunan, dalam pelaksanaannya
banyak berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Provinsi Jawa Timur, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa
Timur maupun Kementerian Pertanian RI terutama Ditjen
Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura, Ditjen Perkebunan, Badan
Ketahanan Pangan Kementan RI, Badan Penyuluhan dan
Pengembangan SDM Pertanian, dan Ditjen Prasarana dan
Sarana Pertanian.
Sesuai dengan Perda No. 6 tahun 2016 tentang
PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH, yang
merupakan penjabaran dari PP 23 tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah ditetapkan nomenklatur OPD yang
mengurusi Urusan Pangan dan Urusan Pertanian adalah Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo.
Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo terdapat dalam Peraturan
Bupati nomor 66 tahun 2018 tentang KEDUDUKAN, SUSUNAN
ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETAHANAN PANGAN
DAN PERTANIAN KABUPATEN PROBOLINGGO. Dalam BAB IV
Halaman 2
pasal 5 ayat 1 dinyatakan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian mempunyai tugas pokok membantu bupati
melaksanakan urusan pemerintahan bidang pangan dan
pertanian serta tugas pembantuan yang diberikan kepada
daerah. Sedang ayat 2 dinyatakan untuk melaksanakan tugas
pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian mempunyai fungsi :
(1) Perumusan kebijakan dibidang ketahanan pangan,
pertanian dan perkebunan;
(2) Pelaksanaan kebijakan dibidang ketahanan pangan,
pertanian, dan perkebunan;
(3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang ketahanan
pangan, pertanian, dan perkebunan;
(4) Pelaksanaan administrasi Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian;
(5) Pembinaan terhadap UPT dan Kelompok Jabatan
Fungsional Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian;enetapan perencanaan program
(6) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati.
Di lingkungan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo secara keseluruhan mempunyai
karyawan sebanyak 200 orang (Pejabat struktural, staf, Petugas UPT,
BPP-PPL, POPT tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan, UPT PSB).
Tabel 1.1. DATA ASN PENDUKUNG KINERJA DINAS KETAHANAN
PANGAN DAN PERTANIAN TAHUN 2020
No. Nama Jabatan
Eselon II, III, dan IV
1 IR. NANANG TRIJOKO S, MM Kepala Dinas
2 IR. YULIS SETYANINGSIH, MM. Sekretaris
``
Halaman 3
3 DIDIK TULUS PRASETYO, SP, MM. Kepala Bidang Tanaman Pangan
dan Hortikultura
4 NURUL KOMARIL ASRI, SP.,MP Kepala Bidang Perkebunan
5 IR. BAMBANG SUPRAYITNO, MMA Kepala Bidang Sarana dan
Prasarana
6 SYAFI`I, SP, MMA. Kepala Bidang Ketahanan Pangan
7 ARIF KURNIADI, SP Kepala Bidang Pelaksanaan
Penyuluhan dan Bina Usaha Tani
8 NANANG SETYODJATMIKO, SP,
MP.
Kasi. Pengolahan dan
Penganekaragaman Pangan
9 SAFARUL LUKMAN FAUZI, S.P. Kasi. Alat Mesin Pertanian
10 FEBTI SURYANI, SP Kasi. Kelembagaan
11 HETI LISNAWATI, S.TP. Kasi. Ketersediaan dan Cadangan
Pangan
12 FALENTINA EKAWATI DYAH P, SP Kasi. Konsumsi Pangan
13 SUHAERIYANTO, SP.MMA Kasi. Bina Usaha Tani
14 ARIFANI WULANDARI, SP. MM. Kasi. Perlindungan Tanaman
Pangan dan Hortikultura
15 MUCHLISIN, SP Kasi. Perlindungan Tanaman
Perkebunan
16 UMI NUR AZIZAH, SP.,M.MA. Kasi. Penyuluhan
17 SUPARLAN, SP. Kasi. Pupuk dan Pestisida
18 M. HARI AGUSTAMI, SP. Kasi. Tanaman Hortikultura
19 OKTA PURWO INA RANY, S.TP Kasi. Tanaman Pangan
20 IR. EVI ROSELLAWATI, MM Kasi. Tanaman Perkebunan Semusim
21 SUYITNO, SP, MM Kasi. Tanaman Perkebunan Tahunan
22 SITI HOESNOEL CHOTIMAH, S.P. Kasi. Tata Guna Lahan dan Irigasi
23 ARIF YUDI PURWANTO, SE Kasubbag. Keuangan
24 MURFI ANGGORO, STP MAP Kasubbag. Perencanaan
25 ENDANG DWI SULISTYOWATI, SP Kasubbag. Umum dan
Kepegawaian
26 ARIEF RACHMAN, SP,MM Kepala UPT Produksi Benih Tanaman
Pangan
27 NURHADI, SP Kepala UPT Produksi Benih Tanaman
Hortikultura
28 ABDUL AZIS, SP. Kepala UPT Pengawasan dan
Sertifikasi Pertanian
Petugas Penyuluh Pertanian (PNS)
1 ABD. RASYID, SP. MMA Penyuluh Pertanian Utama
2 NURWIN, SP. Penyuluh Pertanian Madya
3 ENY PUDYASTUTI, SP. Penyuluh Pertanian Madya
4 JOKO SUSILO, SP. Penyuluh Pertanian Madya
5 SRI PASEMI SOFIA, SP. Penyuluh Pertanian Madya
6 ENDANG RESINOWIYATI, SP. Penyuluh Pertanian Madya
7 SUMADI, SP, MP. Penyuluh Pertanian Madya
8 LUSIAR AGUS, sp Penyuluh Pertanian Muda
9 HENI IRAWATI Penyuluh Pertanian Muda
Halaman 4
10 YOYOK WAGIYANTO, SP Penyuluh Pertanian Muda
11 GURITNO DWIJANTORO, SP. Penyuluh Pertanian Muda
12 ENDANG KARSINI WATI, SP Penyuluh Pertanian Muda
13 SUADHINI, SP Penyuluh Pertanian Muda
14 ABD. RACHMAN, SP. Penyuluh Pertanian Muda
15 JEMMARUDDIN Penyuluh Pertanian Pelaksana
Lanjutan
16 NASRUL HALIM, SP Penyuluh Pertanian Pelaksana
Lanjutan
17 SLAMET HARIYONO, SP Penyuluh Pertanian Pelaksana
Lanjutan
18 SUROTO Penyuluh Pertanian Penyelia
19 REKNO WAHYU WIDOWATI Penyuluh Pertanian Penyelia
20 SYAMSUL ABDULLAH Penyuluh Pertanian Penyelia
21 EKO BUDI SANTOSO, S.P.,MMA Penyuluh Pertanian Penyelia
22 KURNIAWAN PRIHANDHOKO, SP Penyuluh Pertanian Pertama
23 DILLA HERMANTO, SP Penyuluh Pertanian Pertama
24 AKHMAD MULYONO, SP. Penyuluh Pertanian Pertama
25 AMELIA FIRIKA RIZAL, S.TP Penyuluh Pertanian Pertama
26 KHOLID MANSHUR, SP. Penyuluh Pertanian Pertama
27 NANANG SETIONO, SP Penyuluh Pertanian Pertama
28 AGUS STYAGUNG
PURWANDONO, S.TP Penyuluh Pertanian Pertama
29 ENDANG RAHMAWATI, SP Penyuluh Pertanian Pertama
30 JULAIHIN, SP Penyuluh Pertanian Pertama
31 MUHAMMAD YAHYA, S.TP. Penyuluh Pertanian Pertama
32 YUNI INDRIAWATI, S.TP Penyuluh Pertanian Pertama
33 ADSAN RAHYONO, SP. Penyuluh Pertanian Pertama
34 RATIH AGUNG PRADANA,
S.Pt,MM Penyuluh Pertanian Pertama
35 TRI LAKSONO HENDRO
GUWANAN, SP Penyuluh Pertanian Pertama
36 GUNTUR EKO SETIAWAN, SP Penyuluh Pertanian Pertama
37 YACONUS KURNIAWAN, SP. Penyuluh Pertanian Pertama
38 MUHAMMAD MUSTAJIB, SP Penyuluh Pertanian Pertama
39 VIVIN TYAS PAMUNGKAS, SP.MP Penyuluh Pertanian Pertama
40 MUHAMAD TEGUH ARISTO ADHY,
S.Pt Penyuluh Pertanian Pertama
Staf (PNS)
1 SUGI Staf UPT Produksi Benih Hortikultura
2 SUJONO .E Staf Seksi. Ketersediaan Pangan
3 RP.RONY SUJATMIKO Staf Seksi. Konsumsi Pangan
4 KUSNADI HARYONO Staf Subbag. Umum dan
Kepegawaian
5 SUBOWO Staf Subbag. Umum dan
Kepegawaian
6 PURWANINGRUM Bendahara Penerimaan
``
Halaman 5
7 SUHERI, S.Sos Staf Seksi. Penyuluhan
8 IMAM SUJARWANTO Staf Seksi. Penyuluhan
9 ISLAMAH Staf Seksi. Distribusi Pangan
10 LILIK PURWATI Staf Seksi. Perlindungan Tanaman
Perkebunan
11 DADIK EKO SUPRAPTO, SP Staf Seksi. Tanaman Hortikultura
12 HIDAYAT TAUFIQ, SP Staf UPT Produksi Benih Tanaman
Pangan
13 NURAISYAH RAGIL
CAHYANINGATI Staf Seksi. Pupuk dan Pestisida
14 DIDIK KRISTIADI Bendahara Pengeluaran
15 HESTI WIJAYANTI, S.Hut Staf Seksi. Tanaman Perkebunan
Musiman
16 HERI YULIANTO Staf Seksi. Tanaman Perkebunan
Tahunan
17 DJUHANTORO Staf Seksi Alat Mesin Pertanian
18 ENI SUHARTI Staf Subbag. Umum dan
Kepegawaian
19 ABDUL ASIS Staf UPT Sertifikasi dan Pengawan
Mutu Hasil Pertanian
Staf (Non PNS)
1 INDRIANA MILAHAYATI, SP Staf seksi tanaman pangan
2 EDY SAPUTRO, A.MD Staf Subbag. Umum dan
Kepegawaian
3 MOH. FAJAR YUNUS, ST Staf UPT Sertifikasi dan Pengawan
Mutu Hasil Pertanian
4 NURANI WITYASARI, S.TP Staf Subbag Perencanaan
5 SANTI YUNIANDARI Staf Seksi Kelembagaan
6 UMMI KHOIRUN NISA, SP Staf Seksi Pupuk dan Pestisida
7 SHELLY ANDRANTY, S.TP Staf Seksi Ketersediaan dan Distribusi
Pangan
8 AGUS MULYANIK Staf Seksi Seksi Alat dan Mesin
Pertanian
9 ANITA WINDIAASTUTI Staf Seksi Distribusi Pangan
10 ARIE DWI ARDINA Staf Seksi Tata Guna Lahan dan Air
11 ARIESTA YESY MANDELA Staf Seksi Perlindungan Tanaman
Pangan dan Hortikultura
12 BUDI SANTOSO Staf Seksi Tanaman Hortikultura
13 BUDI SUSANTO Staf seksi Tanaman pangan
16 IRVAN YULIANTO PUTRO PRATAMA Staf Subbag Keuangan
17 TOMI Staf Subbag Umum Kepegawaian
18 PRIA MUJAHIT Staf Seksi Ketersediaan dan Distribusi
Pangan
19 SAMUD Staf Subbag Umum Kepegawaian
20 TAUFIK BURAHMAN Staf Subbag Umum Kepegawaian
21 TOFAN FIRGUNTORO Staf Subbag Umum Kepegawaian
22 TONI CAHYO SANTOSO Staf Subbag Umum Kepegawaian
Halaman 6
23 YOSSY AGUS BASTIAN Staf Seksi Penyuluhan
24 ZUL FITRI KANTI LESTARI Staf Seksi Konsumsi dan Keamanan
Pangan
25 DRS. I MADE DARMAYANA Staf Seksi Kelembagaan
26 EDY YULYUS, S.HUT. Staf Subag Perencanaan
27 ARIEF NUR HIDAYAT, S.SOS Staf Seksi Bina Usaha
Penyuluh Pertanian Lapangan-Non PNS
1 AGUNG SUPRAYITNO Alas Tengah, Sumberan, Alas Sumur
Lor (Besuk)
2 MAHMUD YUNUS Randu Jalak, Sindet Lami, Alas
Kandang (Besuk)
3 SLAMET SETIAWAN Besuk Agung, Krampilan, Matekan
(Besuk)
4 HARDJONO PRAWIRO, SP Sumberagung, Watuwungkuk,
Pabean (Dringu)
5 MISNADI Sekarkare, Sumbersuko, Kalisalam
(Dringu)
6 SAIFUL HAK Randu Putih, Tamansari (Dringu)
7 SUTARMI Kaliacar, Nogosaren, Gading Wetan
(Gading)
8 DWI RAMANDATI Prasi, Bulu Pandak, Condong
(Gading)
9 YETTI HARINI WENIWATI, S.TP Wangkal, Keben, Ranu Wurung
(Gading)
10 INTAN TRI ASRI Gending, Bulang (Gending)
11 VERAWATI SANTI DEWI M, SP Klaseman, Jatiadi, Brumbungan Lor
(Gending)
12 IWAN PRASETYO, SP Sidomulyo, Tambak Ukir (Kotaanyar)
13 HARJONO PRAWIRO, A. MD Kandangjati Wetan, Sumberlele,
Kandang Jati Kulon (Kraksaan)
14 ATMADIYANTO Taman Sari, Asembakor (Kraksaan)
15 PRIYO BASUKI, SP Kregenan, Sidopekso, Rangkang
(Kraksaan)
16 SAENOL ARIFIN Kamal Kuning, Rawan (Krejengan)
17 BIBIT Krobungan, Seneng, Betek (Krucil)
18 DONY PRAYOGO, SP Tambenglang, Bremi, Krucil (Krucil)
19 HERI IRAWAN Pandan Laras, Plaosan (Krucil)
20 AGUS SURYANTO, AMD Menyono, Wonoasri, Jatisari
(Kuripan)
20 SUKANAN Branggah, Sapih, Palang besi
(Lumbang)
22 SUHERWOTO Negororejo, Lambangkuning, Boto
(Lumbang)
23 SATRIYONO Ganting Kulon, Suko, Pegalangan
Kidul (Maron)
24 MOHAMMAD SUGIYANTO Maron Kulon, Gerongan (Maron)
25 SULASTRI Kedungsari, Brumbungan Kidul,
Maron Wetan (Maron)
``
Halaman 7
26 BABUN, AMD Taman, Petunjungan, Pandean
(Paiton)
27 ZAKIYATUL UMMAH, SP Paiton, Sumber Anyar (Paiton)
28 ABDUL RAJAK Tanjung, Karanggeger (Pajarakan)
29 ABDUL HARIS NASRULLAH, STP Kertonegoro, Kalidandan
(Pakuniran)
30 HADI PRASETYO, SP Bima, Gunggungan Kidul
(Pakuniran)
31 MOHAMMAD ZAMRONI Ranon (Pakuniran)
32 ROHMADI Pakel, Kedasih, Ngepung
(Sukapura)
33 IFTACHOL ARIFIN, SP Pandan Sari, Sumber, Tukul, Cepoko,
Rambaan (Sumber)
34 RIDHO S WAHYUDI, SP Pesisir, Sumberbendo, Mentor
(Sumberasih)
35 MOHAMMAD SIDIK, SP Banjar sari, Lemah Kembar, Jangur
(Sumberasih)
36 ALI MUKHSIN, SP Tegalmojo, Blado Kulon
(Tegalsiwalan)
37 YETTI PUJI RAHAYUNINGSIH, SP Bulujaran Kidul, Tegalsiwalan
(Tegalsiwalan)
38 DIDIK KURNIAWAN Rejing, Tulupari (Tiris)
39 GUNADI Tiris, Ranuagung, ranugedang (Tiris)
40 DARTONO Tongas Kulon, Sumberrejo (Tongas)
41 KARYANTOKO Sumberkramat, Pamatan, Klampok
(Tongas)
42 FAKTUL ARIFIN, SP Jrebeng, Wonorejo, Poh sangit
ngisor (Wonomerto)
43 TITIN AGUSTINI, SP Sepuh Gembol, Patalan
(Wonomerto)
44 AHMADI Kramat Agung, Kropak (Bantaran)
45 IR. SUGIK HARIYONO
Klenang Kidul, Gading Kulon,
Banyuanyar Kidul, Sentulan
(Banyuanyar)
46 HARIYANTO Bago, Kecik, Jambangan,
Klampokan (Besuk)
47 AHMAD RIYADI, AMD Renteng, Duren, Sumber Secang
(Gading)
48 ZAENAL ARIFIN, AMD Batur, Betek Taman, Jurang Jero
(Gading)
49 EDY AHMAD SALEH Sumber Kerang, Pikatan (Gending)
50 ABDUL TAWAB, SP Sambirampak Kidul, Curah Temu
(Kotaanyar)
51 ASWARIANTO, SP Pasembon, Sidorejo (Kotaanyar)
52 RUSMINI, SP Kedung Rejoso, Sukorejo
(Kotaanyar)
53 ALI USMAN Kebun Agung, Alassumur Kulon
(Kraksaan)
54 EKO YULIANTO, SP Semampir, Kalibuntu (Kraksaan)
55 DIAH PERMATASARI, SP Sokaan, Gebangan (Krejengan)
Halaman 8
56 ABDUL RACHMAN, AMD Patemon, Tanjang Sari (Krejengan)
57 MUNALI Kalianan, Watu Panjang, Guyangan
(Krucil)
58 NURSIADI, AMD Kedawung, Resongo (Kuripan)
59 TITIK MUKTI RAHAYU, AMD Waru Jinggo, Clarak, (Leces)
60 EKO SISWANTO, SP Tigasan Kulon, Malasan Kulon,
Jorongan (Leces)
61 IR. RAHARTO Tigasan Wetan (Leces)
62 NURHAYATI, AMD Tandon Sentul, Purut (Lumbang)
63 HERMANTO, SPT Puspan, Santrean, Brani Wetan
(Maron)
64 IR. NUR SAMSU Plampang, Pondok Kelor, Sukodadi
(Paiton)
65 JAMALUDDIN Binor Sumberrejo (Paiton)
66 EKA KUSWILWATIKTANTO,SP Kalikajar Wetan, Alas Tengah,
Kalikajar Kulon (Paiton)
68 SUSI CANDRA KIRANA Selogudig Kulon, Selogudig Wetan
(Pajarakan)
69 MARGONO, AMD Pakuniran, Glagah (Pakuniran)
70 SRI HASTUTI, SP Bucor Kulon, Bucor Wetan
(Pakuniran)
71 SYAIFUDDIN, SP Sogaan, Kedungsumur (Pakuniran)
72 AMAN, AMD Sapikerep, Sariwani (Sukapura)
73 EDI SUTAMAN, SP Gemito, Wonokerso, Sumber Anom,
Ledokombo (Sumber)
74 ARWAN PRAHARA, SP Gili Ketapang, Sumurmati, Laweyan,
Ambulu (Sumberasih)
75 DEDI TRI BASUKI, SP Gunung Bekel (Tegalsiwalan)
76 RINA BUDHI WIJAYANTI, AMD Andungbiru, Segaran, Andungsari
(Tiris)
77 SUGENG EKO SUBANDRI, AMD Racek, Jangkang, Wedusan (Tiris)
78 ASMADI, AMD Wringin Anom, Curah Dringu, Tongas
Wetan (Tongas)
79 ISTIYAR HIDAYADI, SP
Sumber kare, Pohsangit Tengah,
Kareng Kidul, Poh Sangit Lor
(Wonomerto)
Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Tanaman
Pangan dan Hortikultura (ASN Provinsi Jatim) 1 SAENUL HADI POPT Paiton/Besuk
2 SUGIONO POPT Kotaanyar/Pakuniran
3 SUYONO POPT Kraksaan / Maron
4 M. ILYAS, SP. POPT Krejengan / Gading
5 SADI POPT Banyuanyar
6 SUPARTO, SP. POPT Gending, Leces, tegalseiwasan
7 BRENY HERMANTO POPT Pajarakan, Bantaran/ Wonomerto
8 ANTON HEDRIANTO POPT Sukapura, Lumbang, Tongas
9 SUHARSONO POPT Dringu/Kota Probolinggo/
Sumberasih
``
Halaman 9
10 KASIADI POPT Koordinator
11 SAMSUL ARIFIN POPT Krucil dan Tiris
12 DIDIK HERMANTO POPT Sumber-Kuripan
Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (ASN Balai Besar
Proteksi dan Perbenihan Tan. Perkebunan Jombang)
1 IKA POPT wilayah Kabupaten
Probolinggo
Petugas Pembenihan tanaman pangan & hortikultura (ASN
Diperta KP Provinsi Jatim)
1 M. SYAIFUDIN MALIK UPT-PSB Diperta Propinsi
Sumber : Sekretariat Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kab.
Probolinggo (2020)
B. ASPEK STRATEGIS DINAS KETAHANAN PANGAN DAN
PERTANIAN
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten
Probolinggo mempunyai tujuan yang berkaitan dengan Urusan
Pangan dan Urusan Pertanian dimana kedua urusan ini sangat
penting bagi kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Probolinggo, sehingga dalam RPJMD ditetapkan secara
langsung yang terkait dengan urusan pangan (Indeks Ketahanan
Pangan) dan urusan pertanian ini (Laju pertumbuhan ekonomi).
Sebagaimana tercantum dalam RPJMD Kabupaten
Probolinggo tahun 2018-2023 Misi 2 Sasaran 10 (meningkatkan
ketahanan Pangan) dan Misi 4 Sasaran 13 (Meningkatnya
Produk Domestik Regional Bruto sektor Strategis).
Dalam penjabarannya Indeks ketahanan pangan
dapat dicapai jika bisa melaksanakan implementasi kegiatan
yang mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Ketahanan Pangan. Pencapaian SPM ketahanan Pangan akan
menggambarkan seberapa jauh pemenuhan/ kesejahteraan
pangan masyarakat Kabupaten Probolinggo, yang untuk saat
Halaman 10
ini masih mencapai tahap 69,75 (kategori sedang). Beberapa
parameter dalam meningkatkan ketahanan pangan di
Kabupaten Probolinggo, antara lain :
(1) Meningkatkan ketersediaan dan cadangan pangan ~
Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Probolinggo
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda antara
daerah satu dengan daerah lainnya. Sehingga dalam
pemenuhan pangan mempunyai tingkat kesulitan
yang berbeda. Di beberapa desa malahan terindikasi
sebagai daerah yang rawan / rentan pangan atau
malahan daerah dengan tingkat kemiskinan cukup
tinggi yang disebabkan oleh masalah pangan ini. Jika
dihitung dengan ketersediaan beras sebagai pangan
utama maka terdapat desa-desa yang benar-benar
harus mengimpor beras, sedang akses mendapatkan
beras bisa diperoleh dengan biaya yang lebih mahal.
(2) Meningkatkan tingkat konsumsi pangan ~ profil
Kabupaten Probolinggo yang mempunyai daerah
pantai hingga penggunungan telah menyebabkan
perbedaan pola konsumsi. Dimana hal tersebut terkait
dengan jenis makanan yang dikonsumsi, tingkat
pengetahuan tentang pola pangan oleh masyarakat,
dan peredaran pangan segar yang aman di
masyarakat.
(3) Meningkatkan distribusi pangan~ Pangan yang
seharusnya didapatkan setiap hari secara mudah dan
dan terjangkau ternyata tidak selalu tersedia.
Persoalannya adalah harga pangan yang tidak stabil
karena dari waktu ke waktu. Jika melihat komoditi
``
Halaman 11
beras sebagai pangan utama maka komoditi beras ini
bisa diperoleh dengan harga yang cukup stabil karena
beras sendiri diperlakukan sebagai komoditi inelastisitas
oleh pemerintah, sehingga komoditi beras selalu dijaga
tingkat harganya dari tingkat petani hingga tingkat
pemasarannya. Namun terdapat beberapa komoditi
pertanian lainnya yang masih sering mengalami
fluktuasi harga yang cukup tinggi yang tentu saja hal ini
juga memberatkan para petani sebagai produsen
dan masyarakat umum secara konsumen.
Dalam penjabaran Peningkatan PDRB Sektor Strategis.
PDRB sektor Lapangan Usaha Pertanian kabupaten Probolinggo
memberikan kontribusi + 33% dari keseluruhan PDRB. Namun
dalam perkembangannya PDRB sektor pertanian
pertumbuhannya cenderung stagnan atau semakin sulit untuk
meningkat dibanding sektor lainnya, padahal hingga saat ini
postur PDRB Kabupaten Probolinggo masih didominasi oleh
sektor pertanian keseluruhan dan sektor pertanian diperkiraan
masih memberikan dampak ikutan kepada keberlangsungan
sektor lainnya (pengolahan). Jika PDRB sektor pertanian ini
mengalami penurunan maka akan memberikan angka
penurunan yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi
yang ada di Kabupaten Probolinggo.
Halaman 12
C. STRUKTUR ORGANISASI DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN
Adapun Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo dapat
dilihat pada bagan struktur organisasi berikut ini.
``
Halaman 13
D. PERMASALAHAN UTAMA
Terdapat beberapa Permasalahan utama dari
pembangunan Urusan Pangan dan Pertanian secara umum
adalah bagaimana harus menyediakan pangan yang
berkualitas sehingga dapat meningkatkan indeks ketahanan
pangan sedangkan kondisi masyarakat di Kabupaten
Probolinggo masih banyak yang miskin dan meningkatkan nilai
tambah produksi pertanian/ Produksi Pertanian bagi
masyarakat Kabupaten Probolinggo, sedangkan lahan dan
sarana pendukung produksi semakin terbatas.
Beberapa permasalahan utama yang mempengaruhi
kinerja urusan pangan dan urusan pertanian antara lain :
d.1. Permasalahan Urusan Pangan (Wajib non pelayanan dasar) Sesuai dengan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian disebutkan terdapat tiga aspek yang ditangani dalam
bidang Ketahanan Pangan yaitu [1] Ketersediaan Pangan dan
Cadangan Pangan, [2] Konsumsi Pangan, dan [3] Distribusi dan
Akses Pangan, yang melalui ketiga aspek ini diharapkan bisa
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat secara layak. Di
Kabupaten Probolinggo indeks Ketahanan Pangan pada tataran
sedang (indeks ketahanan pangan = 69,75). Dari angka ini dapat
disimpulkan masih terdapat permasalahan yang perlu diselesaikan.
Berikut ini disampaikan permasalahan urusan Pangan di
Kabupaten Probolinggo melalui pendekatan 3 Pilar Ketahanan
Pangan yaitu Ketersediaan Pangan, Akses Pangan, dan
Pemanfaatan Pangan sehingga dapat diidentifikasikan beberapa
hal yang perlu ditangani.
Halaman 14
i. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan Pangan dapat diuraikan menjadi Ketersediaan
Pangan dan Cadangan Pangan, dimana kedua hal tersebut pada
intinya adalah mengukur keberadaan pangan bagi masyarakat di
Kabupaten Probolinggo. Sedang pangan yang dihitung terdiri dari
pangan nabati dan hewani. Kondisi ketersediaan pangan yang ada
di Kabupaten Probolinggo dapat diuraikan sebagaimana berikut:
(1) Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan di Kabupaten Probolinggo tergantung
kepada tingkat produksi, pangan yang masuk, pangan yang keluar,
stok pangan yang ada di pemerintah dan stock pangan
dimasyarakat. Beberapa komoditi pangan didapatkan dapat
diperoleh secara mandiri dari dalam daerah Kabupaten
Probolinggo sendiri seperti misalnya padi, jagung, ubi kayu, kentang,
ikan, dan lainnya. Sedang produksi seperti susu, daging unggas, dan
pangan lainnya masih harus mendatangkan daerah lainnya. Untuk
daging ruminansia walaupun populasi sangat melimpah namun
sapi-sapi tersebut kebanyakan dikirim keluar daerah dalam
keadaan hidup-hidup, dan pemotongan sapi di Kabupaten
Probolinggo relatif sedikit dibanding populasi yang ada. Sehingga
tidak bisa diklaim sebagai produksi daging sapi.
Ketersediaan komoditi pangan di tiap-tiap daerah berbeda-
beda, di daerah dataran tinggi ketersediaan ikan lebih sedikit
dibanding di daerah rendah (dekat pantai), Hingga saat ini
Ketersediaan pangan belum terdeteksi dan tertata secara baik,
masih kurang kelembagaan yang menopang ketersediaan pangan
``
Halaman 15
bagi masyarakat. Di beberapa daerah (kecamatan) kondisi pangan
dalam keadaan defisit dalam bulan-bulan tertentu.
Upaya back up tata kelola ketersediaan dan cadangan
pangan adalah membangun gudang cadangan pangan, dimana
dalam pelaksanaannya adalah pembangunan gudang, lantai
jemur, dan RMU.
Tabel 1.2 Jumlah estimasi Ekspor dan Impor pangan di Kab.
Probolinggo Tahun 2017
Jenis Pangan
Jumlah Estimasi
Impor (ton)
Jumlah Estimasi Ekspor (ton)
Jenis Pangan Jumlah
Estimasi Impor (ton)
Jumlah Estimasi Ekspor (ton)
Beras 49.917 Susu 18.609 -
Jagung 246.263,5 Minyak Kelapa sawit
10.973,6 -
Terigu 41.723,5 - Kelapa 696 -
Ubi Kayu 35.839 Kacang tanah - 756,2
Ubi Jalar 1.131,6 - Kacang kedelai 13.533 -
Kentang - 49.054 Gula pasir 4.111,3 -
Ikan - 868,5 Gula merah 283,3 -
Daging Ruminansia
74,2 - Sayuran - 47.167,7
Daging Unggas
3.370,8 - Buah-buahan 27.228,1 -
Telur 4.183,3 -
Sumber : Laporan Akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
(2) Cadangan pangan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan, pada pasal 23 menyatakan bahwa dalam
mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan
ketahanan pangan, pemerintah menetapkan cadangan pangan
nasional. Cadangan pangan nasional terdiri dari atas cadangan
pangan pemerintah, cadangan pangan pemerintah daerah dan
cadangan pangan masyarakat. Pengembangan cadangan
pangan nasional dimaksudkan untuk mengantisipasi kekurangan
Halaman 16
ketersediaan pangan, kelebihan ketersediaan pangan, gejolak
harga pangan dan atau keadaan darurat.
Cadangan Beras Nasional (CBN) sebesar 20% dari total
kebutuhan beras nasional. Cadangan tersebut terbagi atas 11,5% di
masyarakat, 8% dikuasai oleh pemerintah pusat, dan 0,5 % di
pemerintah daerah. Sedangkan Kebutuhan konsumsi beras nasional
33,47 juta ton. Survei BPS (2015) beras tersebar di rumah tangga
(47,57%), Bulog (19,30%) pedagang (18,32%), penggilingan (8,22%),
dan Horeka (6,59%).
Tentang lumbung pangan yang ada di Kabupaten
Probolinggo sebagaimana berikut ini :
Lumbung Pangan Pemerintah Daerah
Lumbung Pangan Pemerintah Daerah di Kabupaten
Probolinggo terletak di Desa Sukodadi Paiton Kabupaten
Probolinggo. Dimana pengelolaan lumbung tersebut sesuai dengan
UU 23 tahun 2014 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang
Pangan, pemerintah daerah baik provinsi, maupun kabupaten/kota
bertanggungjawab untuk melaksanakan pengembangan
cadangan pangan pemerintah. Pemerintah dan masyarakat
bertanggung jawab terhadap pengelolaan Cadangan Pangan
Nasional, penguatan cadangan pangan sebagai antisipasi
terhadap dampak anomali iklim yang semakin sulit diprediksi, seperti
terjadinya pergeseran masa tanam, masa pemanenan yang tidak
merata sepanjang tahun, dan meningkatnya bencana yang tidak
terduga (banjir, longsor, kekeringan, gempa) sehingga memerlukan
sistem cadangan pangan yang kuat.
``
Halaman 17
i. Kerawanan Pangan
Kerawanan Pangan terdapat di Kabupaten Probolinggo,
dimana Kerawanan Pangan bisa diidentifikasi melalui metode Food
Security and vulnerability Atlas (FSVA). Terdapat Indikator yang
digunakan untuk penentuan wilayah tahan dan rentan terhadap
kerentanan pangan antara lain :
1. Ketersediaan pangan
2. Keterjangkauan pangan
3. Pemanfaatan pangan
Dengan menggunakan data dari Potensi Desa (Podes) yang
dimiliki oleh BPS Kabupaten Probolinggo maka dapat disusun Peta
ketahanan dan Kerentanan Pangan di Kabupaten Probolinggo.
Dengan data tersebut bisa diperoleh indeks ketahanan pangan
tiap-tiap desa sehingga dapat disusun peringkat desa di Kabupaten
Probolinggo. dari Peta dan Data berikut ini dapat disimpulkan
bahwa desa Kalianan Krucil, desa Renteng Gading, desa Plaosan
Krucil, dan desa Bulupandak Gading merupakan daerah dengan
kerawanan pangan tertinggi.
Halaman 18
Berdasarkan data tingkat ketahanan dan kerentanan
pangan di Kabupaten Probolinggo, masih terdapat wilayah
yang sangat rawan sebagaimana data berikut ini.
Tabel 1.3. Data Tingkat ketahanan dan kerentanan pangan di Kabupaten Probolinggo
No Tingkat Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Jumlah desa
1 Sangat rawan 12 desa
2 Rawan 103 desa
3 Tahan pangan 168 desa
4 Sangat tahan pangan 47 desa
Sumber : Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Tingkat Desa Provinsi Jawa Timur (2016)
ii. Akses Pangan
Distribusi pangan secara real time, belum menggambarkan
distribusi ketersediaan dan konsumsi pangan nabati, pangan hewani
di seluruh wilayah Kabupaten Probolinggo hingga tingkat desa;
``
Halaman 19
Tabel 1.4. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Beras (ton) per per bulan
No Kecamatan Surplus dan Difisit antara Produksi dan Konsumsi Beras (Ton) per per Bulan Tahun 2017
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okto Nop Des
1. Sukapura -107,5 -141,8 -141,5 -114,1 -105,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -142,0
2. Sumber -184,1 -130,1 -164,2 -111,9 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,7 -183,6
3. Kuripan -173,0 587,9 789,1 335,8 -79,7 67,1 -117,6 -212,4 -212,4 -212,5 -216,6 -224,0
4. Bantaran -309,6 29,6 983,5 212,0 -201,6 -290,7 -274,7 -303,4 -303,4 -303,4 -306,3 -309,7
5. Leces -399,4 -293,5 295,8 435,6 -256,5 -406,6 -332,0 -407,0 -406,6 -400,1 -357,2 -411,8
6. Tegalsiwalan -232,4 -125,7 926,4 1.124,7 -53,4 -235,9 -258,0 -258,0 -257,0 -256,9 -254,9 -246,6
7. Banyuanyar -381,4 609,2 2.864,1 979,5 -21,0 -358,3 -286,3 -388,6 -370,6 -394,3 -404,4 -421,5
8. Tiris 865,2 3.486,3 -111,0 54,5 25,9 -353,4 -223,0 -260,9 -167,8 -278,5 -204,4 363,3
9. Krucil -397,5 -387,4 1.047,4 711,4 295,4 7,6 -251,1 -382,7 -337,5 -311,1 -373,3 -362,9
10. Gading 1.411,1 1.748,3 1.662,7 1.335,5 1.450,6 1.502,2 1.644,1 1.527,1 1.527,4 1.495,2 1.720,2 1.313,9
11. Pakuniran -144,1 212,7 1.254,7 1.312,8 413,9 1.096,3 714,8 -298,9 -275,7 -92,6 -216,0 -240,0
12. Kotaanyar -287,1 -180,1 1.678,8 1.912,3 -164,6 -132,3 44,6 -248,1 -96,3 -264,2 -264,4 -271,0
13. Paiton -423,3 -436,2 935,4 3.677,6 387,6 -251,8 232,4 63,0 -466,4 -476,5 -476,5 -483,2
14. Besuk 522,6 2.324,4 3.136,8 2.190,2 2.673,4 2.349,0 1.886,8 691,7 40,4 -136,7 -160,5 -296,9
15. Kraksaan -288,4 -247,4 -205,7 3.443,6 891,5 86,2 1.216,4 867,7 -121,9 -40,8 638,9 774,2
16. Krejengan -165,3 481,3 3.496,3 2.428,1 2.783,2 2.401,9 885,3 211,1 -45,6 -49,4 -20,8 -34,3
17. Pajarakan -23,5 -17,7 317,0 1.149,2 1.293,1 509,0 408,8 744,4 424,1 397,1 671,4 168,0
18. Maron -326,2 1.007,3 3.503,4 1.468,3 -344,6 464,1 1.084,7 567,6 100,0 -313,7 11,3 130,6
19. Gending 96,0 294,8 415,6 990,7 414,2 670,1 854,7 546,3 394,7 101,8 74,9 78,4
20. Dringu -305,0 367,4 881,1 985,5 141,4 -322,2 -366,6 -264,3 -242,2 -355,3 -346,6 -365,9
21. Wonomerto -295,2 115,7 287,5 1.347,7 1.047,1 243,0 -216,3 -264,8 -282,2 -282,2 -283,6 -303,5
22. Lumbang -235,8 -164,1 484,2 707,0 67,4 366,3 70,7 -229,5 -228,3 -170,4 -77,0 -241,8
23. Tongas -150,8 -274,7 1.655,7 4.488,3 219,1 -429,5 -389,8 510,9 -267,2 -424,0 -407,0 149,5
24. Sumberasih -455,7 -360,5 1.100,0 3.484,0 -278,2 -263,2 -373,0 -115,4 -392,9 -392,4 -376,0 -378,2
Jumlah -2.390,0 8.505,7 27.093,2 34.548,3 10.415,2 6.394,2 5.630,3 1.771,1 -2.312,0 -3.485,6 -1.954,1 -1.939,0
Sumber : Bidang Ketahanan Pangan DKPP di olah (2017)
Halaman 20
Dari tabel di atas secara keseluruhan Kabupaten Probolinggo
mengalami surplus beras sebesar 82.277 ton beras, namun terdapat
beberapa mengalami defisit seperti Sukapura, Sumber, Bantaran,
Leces, Tegalsiwalan, Krucil, dan Dringu.
Dilihat dari persebaran persediaan setiap bulan maka dapat
diketahui bahwa masyarakat untuk memenuhi kebutuhan beras
(pangan) harus mengambil beras dari daerah lain (sekitar/ lain),
disini peran distribusi pangan dan cadangan pangan menjadi
sangat penting. Contohnya adalah daerah seperti Sukapura
menggantungkan pasokan beras dari luar , Peran penyimpanan
beras oleh masyarakat sendiri sangat penting.
iii. Pemanfaatan Pangan
Pola komsumsi pangan akan mempengaruhi status gizi
individu. Permasalahan gizi di Kabupaten Probolinggo cenderung
pada gizi kurang, Hal ini ini terlihat dengan banyaknya jumlah balita
kurus, pendek dan wanita (ibu/calon ibu) yang beresiko kurang
energi kronis. Hasil Pemantauan status gizi (PSG) 2017, terdapat balita
dengan gizi kurang dan buruk (underweight) sebesar 16%, balita
pendek dan sangat pendek (stunting) sebesar 32 %, balita kurus dan
sangat kurus (wasting) 6.1% dan balita gemuk 4%. Balita yang
mendapat ASI eksklusif hanya sebesar 33,6%, ibu hamil beresiko KEK
(Kurang Energi Kronis) sebesar 25,1% dan wanita usia subur beresiko
KEK sebesar 14,9%.1
Tabel 1.5. Desa yang diprioritaskan dalam penanganan balita stunting
No Kecamatan Desa No Kecamatan Desa
1 Krejengan Widoro 10 Gading Batur
1 Laporan akhir analisis pola konsumsi dan
suplai pangan Kabupaten Probolinggo tahun 2018 DKPP & MWA
``
Halaman 21
2 Pakuniran Alaspandan 11 Banyuanyar Banyuanyar Tengah
3 Dringu Mranggon Lawang 12 Paiton Kalikajar Kulon
4 Paiton Petunjungan 13 Krejengan Kedung Caluk
5 Gending Klaseman 14 Dringu Randuputih
6 Krejengan Opo-opo 15 Paiton Sukodadi
7 Gending Bulang 16 Gading Nogosaren
8 Pakuniran Betektaman 17 Sumber Pandansari
9 Gading Bucor wetan 18 Sumber Cepoko
Sumber : Bappeda Kabupaten Probolinggo
Konsumsi pangan penduduk Kabupaten Probolinggo sudah
mencukupi secara kuantitas namun belum berkualitas. Konsumsi
energi dan protein di Kabupaten Probolinggo tahun 2016 sebesar
2.078 kkal/kap/hari (96,6% AKE) dan 55,9 g/kap/hari (98% AKP).
Adapun konsumsi energi dan protein tahun 2017 sebesar 2.055
kkal/kap/hari (95,5% AKE) dan 55,5 gr/kap/hari (97,3 AKP). Konsumsi
energi menurun sebesar 1.1% konsumsi protein menurun sebesar
0,72% dari tahun 2017 terhadap tahun 2016. Skor PPH Kabupaten
Probolinggo tahun 2016 adalah 69, meningkat sebesar 4,3% menjadi
72 pada tahun 2017. Konsumsi padi-padian dan gula sudah
mencukupi standar ideal. Kelompok pangan lainnya yaitu umbi-
umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak,
kacang-kacangan, serta sayur dan buah masih belum memenuhi
standar ideal.
Pada tahun 2016, pola konsumsi pangan sumber karbohidrat
penduduk adalah beras (71%), terigu (16%), dan jagung (10%). Pada
tahun 2017, pola konsumsi pangan sumber karbohidrat adalah beras
(70%) dan terrigu (21%). Jagung tidak lagi menjadi konsumsi pangan
sumber karbohidrat. Selain ikan dan kacang kedelai, pola konsumsi
Halaman 22
pangan sumber protein pada tahun 2016 adalah kacang kedelai
(45%), ikan (19%), daging unggas (10%), telur (10%), dan susu (9%).
Adapun pola konsumsi pangan sumber protein pada tahun 2017
memiliki pola yang sama dengan tahun sebelumnya yaitu kacang
kedelai (40%), ikan (22%), daging unggas (13%) , telur (11%), susu (6%)
dan daging ruminansia (5%). Pola konsumsi vitamin dan mineral
pada tahun 2016-2017 adalah sayuran dan buah-buahan. Minyak
sawit adalah sumber kelompok minyak dan lemak yang paling
banyak dikonsumsi. Hal ini terlihat dari kontribusi konsumsi energi
minyak sawit tahun 2016 dan 2017 sebesar 90% dan 93% berturut-
turut. Gula pasir menjadi pola konsumsi pangan sumber gula dengan
kontribusi energi sebesar 98%.
Tabel 1.6. Konsumsi Pangan Penduduk Kabupaten Probolinggo Tahun 2017
No Kelompok Pangan Gram/ kapita/
hari
Kkal/ Kapita/ hari
% AKE 2
g/kapita/ hari
% AKP 3
1 Padi-padian 326,5 1.329 61,8 29,5 51,6
2 Umbi-umbian 48,5 54 2,5 0,5 0,9
3 Pangan hewani 71,3 111 5,2 11,5 20,2
4 Minyak dan Lemak 23,6 213 9,9 0,0 0,0
5 Buah/ Biji berminyak
2,1 12 0,6 0,2 0,4
6 Kacang-kacangan 34,0 86 4,0 8,7 15,3
7 Gula 33,1 121 5,6 0,0 0,0
8 Sayur dan buah 152,9 85 3,9 2,8 4,9
9 Lain-lain 70,8 45 2,1 2,3 4,0
Total 2.055 95,6 55,5 97,3
Sumber : Laporan Akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
2 Angka Kecukupan Energi : 2.150 kkal/ kapita/ hari 3 Angka Kecukupan Protein : 57 g /kapita /hari
``
Halaman 23
Kemandirian pangan di suatu wilayah dianalisis
berdasarkan perspektif swasembada pangan dimana
pemenuhan kebutuhan (konsumsi) pangan diutamakan
berasal dari kemampuan produksi pangan wilayah.
Kemandirian energi di Kabupaten Probolinggo adalah
3.527 kkal/kapita/hari (147% AKE), protein sebesar 94,3
g/kapita/hari (94,3 %AKE) dan skor PPH 55,8. Kondisi ini
menunjukkan bahwa secara umum Kabupaten
Probolinggo tergolong surplus pangan (>110% AKE) 57
gram namun pangan yang diproduksi keragamannya
masih rendah. Produksi pangan padi-padian (beras,
jagung), umbi-umbian dan sayuran sudah mampu
memenuhi kebutuhan penduduknya dan berpotensi
ekspor. Namun produksi kelompok pangan lainnya masih
belum mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk
secara ideal dan harus dipenuhi dari pasokan (impor)
pangan.
Tabel 1.7. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Pangan di Kabupaten Probolinggo berdasarkan komoditi pertanian Tahun 2017
No Komoditi Produksi
(ton) Konsumsi
(ton)
Surplus/ Defisit (ton)
1 Beras 179.832 97.549,75 82.282
2 Jagung 229.366 4.082,74 184.115
3 Ubi kayu 44.795 16.110,25 28.685,35
4 Kedelai 126 13.682,68 -13.556
5 Daging sapi 3.913 2.202,03 1.711,53
Halaman 24
6 Daging ayam Tidak ada
data 2.202,03
Tidak ada data
7 Daging Kambing 121 2.202,03 (2.080,72)
8 Daging Kambing Domba
259 2.202,03 (1.942,04)
9 Daging ayam ras 1.558 2.202,03 (643,96)
10 Daging ayam buras 15 2.202,03 (2.186,54)
11 Telur ayam buras 797 2.202,03 (1.404,26)
12 Telur itik 2.454 2.202,03 252,07
13 Telur ayam ras 1.801 2.202,03 (400,09)
14 Daging sapi 24.096 2.202,03 21.893,97
15 Daging ayam 3.913 2.202,03 1.711,53
16 Daging Kambing Domba
121 2.202,03 (2.080,72)
Sumber : Bidang Ketahanan Pangan DKPP (2018)
Keamanan Pangan bagi masyarakat masih belum dapat
dipenuhi, karena perlakuan proses produksi pangan segar masih
belum dapat dipantau secara baik dan pendidikan bagi produsen
pangan masih belum terselenggara secara optimal.
Salah satu proses meningkatkan keamanan pangan adalah
dengan meningkat standar keamanan produksi hasil pangan segar
yang diproduksi oleh para petani di Probolinggo, hal ini dilakukan UPT
Pengawasan dan Sertifikasi Hasil Pertanian. Untuk saat ini UPT ini masih
dalam tahap pembangunan gedung UPT. Sehingga tidak banyak yang
bisa diperoleh dari UPT ini.
d.2. Permasalahan Urusan Pertanian (Pilihan)
Secara umum masalah Urusan pertanian berkaitan dengan
bagaimana mendapatkan nilai tambah pada subsektor bahan
pangan, hortikultikultura, dan perkebunan. Nilai tambah dapat
``
Halaman 25
diketahui dengan menggunakan indikator Produksi sektor Tanaman
Pertanian. Sebagaimana kecenderungan pada tahun-tahun
terakhir sektor Pertanian semakin sulit untuk meningkatkan laju
pertumbuhannya. Indikator Produksi tanaman pertanian ini juga
terkait secara langsung pendapatan para petani. Baik produksi
tanaman pertanian maupun pendapatan petani saling
mempengaruhi secara langsung. Namun peningkatan produksi
tidak selalu meningkatkan pendapatan petani, selama beberapa
tahun terakhir ini semakin banyak faktor yang berpengaruh seperti
kebijakan impor komoditi pertanian, persaingan komoditi yang sama
antar daerah, kelembagaan petani yang belum menunjang, tata
niaga lokal komoditi pertanian yang kurang menguntungkan, dan
kapasitas pasca panen yang masih rendah.
Sedangkan untuk produksi pertanian mengalami kesulitan
yang sangat
besar di 2 (dua)
tahun terakhir
(tahun 2017-
2018), dimana
produksi
pertanian
mengalami
penurunan yang
sangat drastis
akibat serangan
hama penyakit
dan kurangnya air untuk pertanian. Sebagaimana terlihat pada
tabel 3.2. dimana tanaman padi mengalami penurunan yang
signifikan. Untuk tanaman lainnya dari tahun ke tahun secara
Gambar 3.2. Produksi Pertanian Tahun 2003
Halaman 26
perlahan mengalami penurunan produksi (tanaman ubi kayu,
tembakau, mangga, tebu, kedelai, kelapa, dan lainnya).
Berdasarkan data yang ada penurunan ini terjadi karena alih
komoditi (ke padi atau ke jagung atau ke sengon) atau terjadi alih
fungsi lahan pertanian ke non pertanian (pemukiman, jalan, dan
lainnya).
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Dinas Pertanian
Kabupaten Probolinggo tahun 2016 bersama dengan Universitas
Airlangga
menunjukkan
bahwa bahwa
permasalahan
terbesar yang
dirasakan petani
di Kabupaten
Probolinggo
adalah masalah
Stabilitas Harga.
Hingga sekarang
harga komoditi
pertanian belum
memuaskan dan
belum dapat memberikan kesejahteraan kepada petani secara
layak.
Secara umum ketidakseimbangan antara permintaan dan
penawaran masih menjadi permasalahan. Ketidakseimbangan ini
merugikan produsen (petani) dan konsumen (masyarakat) karena
ketidakpastian yang tinggi menyebabkan barang / komoditi
Sumber: Evaluasi Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Dinas Pertanian Unair (2016)
Gambar 3.3. Tingkat permasalahan dirasakan petani
``
Halaman 27
pertanian tidak tepat waktu panen dan konsumsi, dan menimbulkan
kerugian akibat kerusakan-kerusakan yang dialaminya selama masa
tunggu antara panen dengan masa konsumsi.
Masalah harga ini juga disebabkan oleh petani tidak bisa
mengelola hasil produksinya, dimana petani secara umum tidak
mempunyai kemampuan untuk menyimpan hasil panennya secara
maksimal beberapa sebab antara lain :
o Petani terikat untuk segera menjual dengan para pemodal
yang memberikan sarana produksi saat budidaya
o Petani membutuhkan dana untuk kehidupan sehari-hari;
o Hasil panen tidak maksimal (rusak akibat serangan OPT),
sehingga dijual dengan dengan umur tanaman tidak
maksimal
o Biaya panen semakin mahal, misalnya ketiadaan prasarana
(jalan usaha tani)
o Petani tidak memanen hasil panennya sendiri, petani tidak
mau mengalami keruwetan dalam masalah panen dan
pemasaran.
Stabilitas harga komoditi pertanian, Harga komoditi pertanian
setiap tahun selalu mengalami fluktuasi, dimana hal tersebut telah
menyulitkan bagi produsen dan konsumen. Tingkat harga komoditi
pertanian terkait dengan tingkat produksi yang selalu berubah
setiap waktu dan keadaan. Selama lima tahun terakhir (2014-2018)
terjadi lonjakan inflasi beberapa kali akibat tingkat harga komoditi
pertanian, utamanya tanaman pangan (padi) dan tanaman
hortikultura (bawang merah dan cabe). Beberapa sebab utama
fluktuasi harga komoditi pertanian yang tinggi antara lain :
Halaman 28
o Produksi komoditi yang sama di daerah lain, dengan sering
terjadinya bencana alam yang mengakibatkan puso
menyebabkan lonjakan harga komoditi;
o Petani kebanyakan sangat tergantung kepada pola
pemasaran tradisional. Sebagaimana contohnya terjadi
pola kemitraan tradisional pemasaran bawang merah
yang melibatkan petani, kios pertanian, pedagang lokal,
pengepul, pedagang besar dimana proses pembiayaan
yang didapatkan oleh petani pada awal budidaya
membawa konsekuensi pada penjualan hasil panen yang
tidak menguntungkan para petani dibandingkan potensi
keuntungan yang seharusnya didapatkan.
o Kualitas yang menurun akibat perubahan cuaca dan
serangan hama penyakit;
o Semakin mudahnya akses teknologi informasi
mempengaruhi perubahan harga komoditi secara cepat;
o Kebijakan impor komoditi pertanian, isue impor bagi petani
sering dianggap tidak berpihak kepada para petani, pada
beberapa kasus petani tebu sering melakukan proses
terhadap kebijakan impor gula oleh pemerintah. Sistem
pasar bebas menyebabkan hasil lelang gula harus
berhadapan dengan gula impor, sehingga menyulitkan
peningkatan harga gula lokal;
o Tidak tersedianya sarana pasca panen dan pengolahan
komoditi pertanian yang memadai dalam mendongkrak
daya saing komoditi pertanian. Hal ini terjadi pada
komoditi tebu, dimana animo petani tebu dalam
budidaya sering terkendala dengan proses penggilingan
tebu di pabrik gula. Harapan yang tinggi sering tidak
``
Halaman 29
tercapai karena hasil proses penghitungan rendemen
dianggap rendah, dengan beberapa sebab seperti
antrian penggilingan yang panjang.
o Kurang sesuainya mutu komoditi dengan permintaan
pasar, Hal ini terjadi pada tanaman jagung, Dimana hasil
panen jagung Kabupaten Probolinggo kurang memenuhi
mutu produk yang diharapkan beberapa perusahaan
pembeli karena dianggap masih kotor, tingkat kerusakan
yang besar. Disini pengaruh varietas benih jagung dengan
produktivitas yang tinggi kadang tidak bagus jika diolah
dengan teknologi pasca panen yang dimiliki perusahaan
tersebut, akibatnya jagung Probolinggo dibeli dengan
harga yang lebih rendah dari jagung wilayah lain
(Banyuwangi atau Situbondo)
Disamping permasalahan yang dirasakan oleh petani
sebagaimana hasil survei diatas maka terdapat persoalan besar
yaitu masalah perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan
bencana alam yang membawa konsekuensi kinerja bidang
pertanian. Sedangkan untuk menjaga tingkat kestabilan harga
komoditi (terutama komoditi hortikultura) diperlukan kemitraan,
namun hal tersebut tidak mudah. Selama ini para petani kesulitan
mencari pihak yang dapat diajak bermitra secara langsung dalam
menampung hasil panen mereka.
Banyak tanaman buah dan tanaman perkebunan tahunan
(misalnya mangga, alpokat, kelapa, dan kopi) yang mengalami
penurunan produktivitas-beberapa penyebabnya antara lain
tanaman tua atau rusak akibat diserang penyakit sehingga perlu
dilakukan eradikasi.
Halaman 30
Gambar 3.4. Grafik Produktivitas tanaman buah di Kabupaten Probolinggo tahun 2002-2017
Sumber : Statistik Pertanian DKPP (2002-2017)
Serangan hama penyakit, Sejak beberapa tahun terakhir
sering terjadi serangan organisme pengganggu tanaman secara
masif sehingga menimbulkan kerugian yang sangat besar.
Terjadinya serangan OPT yang masif ini bersamaan dengan
perubahan iklim yang tidak pasti (hujan sepanjang tahun ataupun
cuaca yang sangat panas) sehingga mendorong
perkembangbiakan OPT yang ekstrim. Penyebab lain adalah pola
budidaya tanaman pertanian yang masif sehingga mengganggu
ekosistem, seperti misalnya tahun 2017 terjadi ledakan (outbreak)
serangan hama wereng coklat pada tanaman padi sehingga
menyebabkan ratusan hektar mengalami penurunan produktivitas
dan puso. Pada kasus ini terjadi resurjensi karena hama tidak
mempan dikendalikan secara kimia, proses terjadi karena sejak
tahun 2015 dilakukan penamaman padi secara masif. Kejadian
pada tanaman padi juga terjadi pada tanaman bawang merah,
``
Halaman 31
dimana petani harus mengeluarkan biaya ektra untuk pengendalian
hama ulat bawang (spodoptera exiqua).
Serangan hama penyakit pada tanaman padi – berdasarkan
kawasan padi terdapat perbedaan karakter seranngan OPT seperti
misalnya Kecamatan Gading yang lebih banyak mengalami
serangan hama tikus dibandingkan jenis OPT lain.
Pada tanaman kelapa banyak terjadi serangan hama
kwangwung, pada daerah sepanjang pantai utara, sehingga
sepanjang pantai utama tidak layak untuk pengembangan
tanaman kelapa.
Ketersediaan air semakin terbatas, Para petani dalam
melakukan budidayanya tergantung kepada ketersediaan air,
Selama kurun waktu 2010-2017 budidaya pertanian cenderung
mengalami penurunan. Salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi adalah ketersediaan air, sebagaimana terlihat pada
tabel dibawah ini yang menunjukkan adanya kecenderungan
penurunan indeks penanaman padi selama 4 tahun terakhir.
Penanaman padi 3 kali menurun menjadi 2 atau 1 kali tanam.
Penurunan luas tanam padi ini disebabkan oleh peralihan ke
komoditi non padi yang lebih sedikit memerlukan air, seperti
tanaman jagung, tembakau, ataupun tanaman hortikultura (cabe
dan bawang merah).
Subsidi pupuk, Para petani sering mengalami permasalahan
dengan ketersediaan pupuk, dimana waktu tanam dan
ketesediaan pupuk tidak selalu sinkron. Di wilayah yang agak jauh
dari pusat perkotaan, petani sering tidak mendapatkan pupuk yang
berimbang atau hanya menggunakan pupuk urea saja akibatnya
Halaman 32
produktivitasnya sangat rendah (hal ini dibuktikan dengan data
ubinan yang ada). Penyebabnya adalah petani belum memiliki
pengetahuan dan kemampuan / akses dalam mengaplikasikan
teknologi pemupukan.
Upaya pemerintah dalam memperbaiki distribusi pupuk
bersubsidi melalui kartu tani masih belum optimal akibat belum
selesainya pendataan para petani secara akurat sehingga bisa
diaplikasikan oleh pihak bank sebagai penyalur dana.
Penggunaan alsintan, masih belum optimal, selama 5 (lima)
tahun terakhir ini bantuan alsintan sangat banyak dan telah dibentuk
kelompok-kelompok tanam panen (brigade alsintan). Namun
seringkali alat mesin pertanian yang dibantukan tidak dapat
diaplikasi secara optimal, penyebabnya adalah ketidaksesuaian
alsintan mesin dengan kondisi lahan, suku cadang yang rusak.
Bantuan alsintan yang terdahulu belum didukung kesiapan yang
memadai tentang kelembagaan, ketrampilan kelompok, kesiapan
prasarana utamanya jalan usaha tani.
Berkurangnya lahan pertanian baik lahan sawah maupun non
sawah, permasalahan alih fungsi lahan pertanian merupakan
permasalahan yang terjadi di mana-mana, dan mengancam
tingkat produksi hasil pertanian. Dari data penggunaan lahan
terlihat bahwa terdapat penurunan penggunaan lahan untuk
budidaya pertanian. Perubahan ini tidak bisa dihindari, namun yang
perlu dilakukan adalah penataan alih fungsi lahan melalui
penetapan RTRW dan RDTR, sehingga perubahan alih fungsi tidak liar
dan merusak lahan pertanian yang masih berpotensi. Untuk saat ini
telah ditetapkan LP2B yang berfungsi sebagai kendali perubahan
lahan pertanian.
``
Halaman 33
1. Semakin banyak alih fungsi lahan pertanian ke non
pertanian. Pada tahun 2018 dilakukan identifikasi dan
verifikasi luas sawah tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan oleh BPN dimana hasil akhir ditemukan luasan
39.525 Ha, angka ini menjadi bahan bagi pemerintah pusat
dalam mengambil kebijakan tentang PLP2B;
Alih fungsi lahan pertanian yang terjadi adalah diluar LP2B,
sebagaimana diketahui bahwa luas LP2B yang ditetapkan
adalah 38.692 Ha sehingga untuk mengendalikan luasan
LP2B itu dibentuk TKPRD (Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah)
yang secara teknis menilai pemanfaatan tata ruang
khususnya lahan-lahan pertanian yang akan
dialihfungsikan.
Dalam prakteknya walaupun Luas LP2B masih tetap namun
masih ada penurunan luas lahan pertanian di area non
LP2B, dan sawah tersebut adalah sawah yang cukup
produktif. Hal inilah yang secara langsung mengurangi
kinerja produksi tanaman pertanian. Peruntukan paling
banyak adalah Permukiman, industri pengolahan, dan
gudang.
Namun pengendalian lahan ini masih banyak kendala
diantaranya adalah belum adanya data kepemilikan LP2B by name
by adress. Berdasarkan Perda nomor 10 tahun 2015 tentang PLP2B,
dalam pelaksanaan harus mempunyai data kepemilikan lahan
pertanian di kawasan PLP2B dalam bentuk by name by adress.
Berkembangnya secara pesat pohon sengon di wilayah
Kabupaten Probolinggo telah mengikis produksi tanaman pangan,
hortikultura, dan tanaman perkebunan. Perkembangan lima tahun
Halaman 34
terakhir ini terjadi alih fungsi tananam jagung, tanaman mangga,
tanaman ubi kayu ke tanam sengon. Selain itu tanaman sengon di
sinyalir sebagai penyebab penurunan kualitas tanaman pertanian
lainnya, karena tingginya pohon sengon yang menutupi tanaman
lainnya dari sinar matahari.
Kelembagaan petani yang masih lemah, Jika dibandingkan
dengan kelompok tani di Jawa Timur maka Kelompok tani di
Kabupaten Probolinggo masih bisa dianggap tertinggal. Persoalan
ini kelembagaan ini tentu saja sangat menentukan kinerja bidang
pertanian di Kabupaten Probolinggo terutama bagaimana petani
secara umum menerapkan teknologi pertanian yang ada.
Sebaran kelas kelompok tani ini yang perlu diperhatikan
adalah kelompok tani Pemula yang masih banyak di Kabupaten
Probolinggo, jika dilihat korelasi antara kelompok pemula dengan
kinerja maka terlihat bahwa daerah dengan kelompok pemula
yang dominan juga mengalami kinerja yang tidak bagus.
Jika dilihat grafik disamping terlihat kelompok tani pemula
mempunyai komposisi
mencapai 69 % hal ini
saja menjadi perhatian
bagaimana
mengangkat kelompok
tani pemula menjadi
kelompok tani lanjutan.
Tentu saja ini berkorelasi
dengan hasil survey
yang menunjukkan perlunya meningkatkan kunjungan PPL kepada
para petani.
Gambar 3 5. Perbandingan % kelas kelompok tani
``
Halaman 35