KATA PENGANTAR - DJPb · 2020. 11. 5. · Modal, Belanja Bantuan Sosial di Provinsi Lampung (miliar...
Transcript of KATA PENGANTAR - DJPb · 2020. 11. 5. · Modal, Belanja Bantuan Sosial di Provinsi Lampung (miliar...
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan karunia-
Nya penyusunan Kajian Fiskal Regional (KFR) Flash Report Triwulan II Tahun 2019
Provinsi Lampung dapat diselesaikan tepat waktu.
KFR adalah salah satu kajian yang disusun oleh Kantor Wilayah DJPb Provinsi
Lampung yang diarahkan untuk memotret kondisi fiskal dan kebijakan fiskal di Provinsi
Lampung. Hasil analisis yang tertuang dalam KFR menggambarkan potret fiskal
secara ringkas yang dikaitkan dengan indikator makroekonomi pada periode kajian.
Pemilihan umum, Ramadhan, lebaran, serta momen liburan sekolah yang terjadi di
triwulan II 2019 berdampak pada peningkatan aktivitas perekonomian di Provinsi
Lampung sehingga mampu tumbuh 5,62 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan kuartal I
2019 yaitu 5,21 persen. Konsumsi Rumah Tangga tetap menjadi motor utama
didukung kenaikan pendapatan masyarakat dari rapel gaji PNS, gaji dan tunjangan ke-
14, Tunjangan Hari Raya (THR) serta daya beli yang stabil karena inflasi terkendali.
Dari sisi produksi, sektor Industri Pengolahan menjadi kontributor terbesar
pertumbuhan triiwulan ini dengan 2,05 persen.
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, angka kemiskinan di
Provinsi Lampung juga turun dari 13,01 persen menjadi 12,62 persen. Program Dana
Desa yang digulirkan sejak 2015 terbukti berhasil menurunkan angka kemiskinan di
desa yang dalam 3 tahun terakhir penurunannya lebih cepat dibandingkan penurunan
angka kemiskinan di perkotaan. Namun demikian, ketimpangan pengeluaran penduduk
justru naik yang terlihat dari kenaikan gini ratio sebesar 0.03 poin menjadi 0,329.
Realisasi APBN sebagai salah satu instrumen kebijakan fiskal di triwulan I 2019 masih
rendah, dimana realisasi pendapatan tercatat 33,32 persen. Terjadi penurunan
realisasi penerimaan perpajakan sebesar 5 persen, namun sebaliknya Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) meningkat 3,89 persen. Adapun penyerapan APBN
sebesar 47,66 persen termasuk transfer daerah dan dana desa. Dari sisi APBD,
realisasi pendapatan sebesar Rp12,949 triliun dan realisasi belanja mencapai
Rp10,476 triliun sehingga terjadi surplus Rp2,041 triliun. Realisasi pendapatan dalam
APBD sampai akhir tahun 2019 diperkirakan akan mencapai Rp28,65 triliun dengan
realisasi belanja Rp25,99 triliun. Sementara itu, pendapatan total konsolidasian turun
4,3 persen. Total belanja konsolidasian meningkat 1,43 persen dibanding kondisi
triwulan II tahun 2018. Kontribusi pemerintah dalam Produk Domestik Regional Bruto
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………. i
Daftar isi……………………………………………………………………………..……... iii
Daftar Grafik……………………………………………………………………………….. iv
Daftar Tabel………………………………………………………………………………... vi
I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL……….………. 1
A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)……………………..........…… 1
B. Inflasi……………………………………………………………………………. 3
C. Indikator Kesejahteraan………………………………………………...…… 3
II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN………………. 5
A. Pendapatan Negara………………………………………………….........…. 5
B. Belanja Negara………………………………………………………….......... 7
C. Prognosis Realisasi APBN………………………………………….........… 9
III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD…………….... 10
A. Pendapatan Daerah………………………………………………….........…. 11
B. Belanja Daerah………………………………………………………..........…. 13
C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2019…....… 14
IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN
KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)……………………………………........
15
A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian…………..........……….. 15
B. Pendapatan Konsolidasian…………………………………………............ 15
C. Belanja Konsolidasian……………………………………………….........… 18
D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam Produk Domestik Regional.... 20
V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH…………………………………... 21
A. DAK Fisik Gagal Salur, Kesejahteraan Masyarakat Berkurang.…….... 21
B. Ironi Kopi Lampung : Daerah Penghasil dan Pengekspor Justru
Mengimpor.................................................................................................
23
iv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Lampung dan Nasional (yoy), 2017-
2019…………………………………………………………….......
2
Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Lampung dan Nasional (q-to-q),
2017-2019…………………………………………………………..
2
Grafik 1.3. Inflasi Bulanan (mtm) Bandar Lampung, Metro, Gabungan,
dan Nasional, Januari - Juni 2019………………………..……...
3
Grafik 1.4. Angka Kemiskinan Lampung dan Nasional, 2016 - 2019…….. 4
Grafik 1.5. Gini Ratio Lampung dan Nasional, 2015 - 2019 …………….... 4
Grafik 2.1. Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Triwulan II
Lingkup Provinsi Lampung (miliar rupiah), 2019…….....
6
Grafik 2.2. Realisasi Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Triwulan II Lingkup Provinsi Lampung (miliar rupiah), 2019.....
6
Grafik 2.3. Perkembangan Pendapatan Cukai Triwulan II Lingkup
Provinsi Lampung (juta rupiah), 2015 - 2019...........................
7
Grafik 2.4. Tren Realisasi Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Belanja
Modal, Belanja Bantuan Sosial di Provinsi Lampung (miliar
rupiah) 2019…...................……...……………………................
8
Grafik 2.5. Tren Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa Lingkup
Provinsi Lampung (miliar rupiah), 2019....................................
8
Grafik 2.6. Tren Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa Lingkup Prov.
Lampung (miliar rupiah), 2018-2019....................................
8
Grafik 3.1. Realisasi Dana Transfer Kabupaten/Kota Se-Provinsi
Lampung Triwulan II 2019 ……………………………………....
12
Grafik 3.2. Rasio Belanja Pegawai Terhadap PAD vs Rasio Belanja
Modal Terhadap Total Belanja Modal……..…………………….
13
Grafik 4.1. Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di
Provinsi Lampung (Juta Rupiah), Triwulan II 2019 dan
Triwulan II 2018……………………………..…………….….
16
Grafik 4.2. Perbandingan Pendapatan Pempus dan Pemda Terhadap
Pendapatan Konsolidasian Provinsi Lampung (Juta Rupiah),
Triwulan II 2019…………………………………………
16
Grafik 4.3. Perbandingan Pendapatan Konsolidasian (Juta Rupiah),
Triwulan II 2019 dan Triwulan II 2018…………...……
17
v
Grafik 4.4. Perbandingan Belanja dan Transfer Pempus dan Pemda
terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian Provinsi
Lampung......................................…...……………………....…..
18
Grafik 4.5. Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Lampung Triwulan
II Tahun 2019……………………………....………………………
19
Grafik 4.6. Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Lampung Triwulan
II 2018………….…………………………………………….……
19
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Lampung s.d.
Triwulan II (miliar rupiah), 2018 dan 2019….…………….
5
Tabel 2.2. Perkiraan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Lampung (miliar
rupiah), 2019……………………………………………………....
9
Tabel 3.1. Realisasi APBD Lingkup Provinsi Lampung s.d Akhir Triwulan
II Tahun 2018 dan 2019 (Juta rupiah)……….………………
10
Tabel 3.2. Pagu dan Realisasi PAD Se-Provinsi Lampung Triwulan II
Tahun 2019...............................................................................
11
Tabel 3.3. Realisasi Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Belanja
Modal Lingkup Provinsi Lampung s.d Triwulan II Tahun
2019..........................................................................................
14
Tabel 4.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah
Provinsi Lampung (juta rupiah), Triwulan II 2019.......
15
Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pempus dan Pemda di
Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2018 dan 2019 (juta
rupiah)…………………………………………….......…….
17
Tabel 4.3. Laporan Statistik Keuangan Tingkat Wilayah Provinsi
Lampung Triwulan II Tahun 2019………………………………..
20
Tabel 5.1. Rencana Kegiatan DAK Fisik Tahap I 2019 yang Gagal Salur
Lingkup Kanwil DJPb Provinsi Lampung..................................
21
Perkembangan APBN
Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN & APBD)
Pertumbuhan Ekonomi (yoy)
K
0.24
-0.33
0.35
0.690.81
0.63
Jan Feb Mar April Mei Juni
4.27 4.52 4.92
4.01 4.21 4.22017 2018 2019
Lampung Nasional
Inflasi (mtm)
8.92
14.27
12.62
Kota Desa Lampung
Kemiskinan Gini Rasio
0.329
Perkembangan APBD
Berita/Isu Regional Terpilih
•Lamtim : Jalan (Reg); Irigasi (Penugasan)41 M•Tulang Bawang : Air Minum (Reg); Jalan
(Reg); Transportasi (Afirmasi)32 M•Provinsi Lampung : Kesehatan (Reg);
Kesehatan (Penugasan)28 M
•Lamsel : Air Minum (Reg); Air Minum (Penugasan)4 M
•Metro : SIKM (Reg)1 M
DAK Fisik Tidak Salur Tahap 2019 100rb Ton
8.000 Ton
16.000-18.000
0,78ton/ha jadi 4ton/ha
1,4kg/
kapita
Produksi Kopi Robusta Lampung Tahun 2018
Rata-rata Harga kopi Lampung turun untuk
Impor Kopi Vietnam s.d Juni 2019
Rata-rataKonsumsi kopi
Pengembangan penelitiandiharapkan produktivitas
47.31%
23.26%
12.09%
5.58%
0.36% 11.39%
BelanjaPegawai
BelanjaBarang
BelanjaModal
Hibah
Belanjalain-lain
Transfer
Komposisi Belanja Konsolidasian Triwulan II
Pajak PNBP Hibah Transfer
4297036.35
905161.48
4902755.04
454982.3
77997.370
2019 2018
Komposisi Pendapatan Konsolidasian Triwulan II (juta Rupiah)
Pendapatan Negara
5202197.83
5435734.71
2019 2018
Prov. Lampung
Lampung Barat
Tanggamus
Lampung SelatanLampung Timur
Lampung TengahWay KananTulang Bawang
Pesawaran
PringsewuMesuji Tulang Bawang Barat
Pesisir Barat
Bandar LampungMetro0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Ras
io B
ela
nja
Pe
gaw
ai
terh
adap
PA
D
Rasio Belanja Pegawai terhadap Total Belanja
Pendapatan Belanja
Surplus
Pendapatan Belanja
Defisit
37.21%
39.72%
22.94%
0.13%
Komposisi Belanja APBN Provinsi Lampung
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG
BELANJA MODAL
BELANJA BANTUAN SOSIAL
1
I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
Perekonomian Provinsi Lampung semakin baik seiring meningkatnya aktivitas
perekonomian pada momen pemilihan umum, Ramadhan, dan Lebaran di triwulan II
2019. Tingginya realisasi investasi menjadi salah satu penopang pertumbuhan. Hal ini
tak lain buah dari upaya pelayanan prima pada Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan mempermudah dan mempercepat
proses perizinan melalui sistem pelayanan perizinan online e-PTSP yang sudah
terintegrasi dengan sistem Online Single Submission di Pusat. Ketersediaan bahan
baku, keamanan yang kondusif serta infrastruktur yang kian memadai juga mendorong
peningkatan daya saing Provinsi Lampung sebagai daerah tujuan investasi. Faktor
tersebut membuat perekonomian Lampung di triwulan II 2019 tumbuh 5,62 persen (y-
o-y), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 5,05 persen dan
menempatkan Lampung pada peringkat kedua pertumbuhan ekonomi tertinggi di
Sumatera. Capaian ini menumbuhkan optimisme tercapainya target pertumbuhan
ekonomi tahun 2019 didukung inflasi yang terkendali direntang 2-3 persen, konsumsi
rumah tangga sebagai motor utama perekonomian Lampung tetap stabil serta
peningkatan investasi.
A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
Perekonomian Provinsi Lampung triwulan II-2019 yang diukur berdasarkan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp91,79
triliun dan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010 mencapai Rp62,28 triliun
atau tumbuh 5,62 persen (y-oy) menguat dibandingkan triwulan I sebesar 5,21
persen. Angka ini merupakan pertumbuhan tertinggi dalam 7 tahun terakhir.
Dengan share 2.3 persen terhadap nasional, maka kontribusi Lampung terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional adalah 0,12 persen.
Menurut lapangan usaha, struktur perekonomian masih didominasi sektor pertanian
(30,53 persen) dengan sumber utama pertumbuhan sektor industri pengolahan
(2,05 persen). Semua sektor tumbuh positif kecuali sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi (-2,27 persen). Sektor pertanian tumbuh seiring pergeseran musim panen
raya pada bulan April juga berdampak pada penurunan harga padi dan ubi kayu.
Selama bulan Ramadahan dan Idul Fitri aktivitas industri pengolahan khususnya
idustri makanan/minuman dan industri tekstil dan pakaian jadi meningkat. Sektor
transportasi, akomodasi makan minum, dan rekreasi juga tumbuh 5,92 persen.
2
Pendaftaran siswa dan mahasiswa baru mendongkrak pertumbuhan sektor jasa
pendidikan sebesar 8,94 persen.
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Lampung dan Nasional (y-o-y), 2017-2019
Sumber: BPS Provinsi Lampung
Di sisi permintaan, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) menjadi motor
utama perekonomian dengan share 60,42 persen sekaligus kontributor utama
pertumbuhan dengan 3,66 persen (yoy). Tingginya konsumsi masyarakat di musim
Ramadhan, lebaran, dan libur sekolah didukung dengan meningkatnya pendapatan
karena dibayarnya rapel kenaikan gaji bagi PNS, gaji dan tunjangan ke-14 PNS,
dan THR bagi karyawan swasta. Adapun komponen PMTB menjadi penyumbang
pertumbuhan 2,04 persen seiring kenaikan yang signifikan pada realisasi PMA dan
PMDN yang tercatat di BKPM selama triwulan II mencapai Rp.1,6 triliun atau naik
81,97 persen (y-o-y). Sementara itu meningkatnya pengeluaran operasional partai
politik pada puncak kegiatan Pemilihan Umum mendorong komponen LNPRT
tumbuh 10,65 persen.
Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Lampung dan Nasional (q-to-q), 2017-2019
Sumber: BPS Provinsi Lampung
Dibandingkan triwulan I (qtoq), pertumbuhan ekonomi Lampung triwulan ini
sebesar 4,92 persen. Industri pengolahan, transportasi dan pergudangan serta
industri penyediaan akomodasi makan minum tumbuh paling tinggi. Sementara di
5.125.03
5.25.3
5.09
5.355.19
5.385.21
5.62
5.01 5.01 5.065.19
5.06
5.275.17 5.18
5.07 5.05
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2017 2018 2019
Lampung Nasional
6.624.27 3.52
-8.5
6.424.52
3.36
-8.34
6.224.92
-0.3
4.01 3.19
-1.70.41
4.21 3.09
-1.69-0.52
4.2
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2017 2018 2019
Lampung Nasional
3
sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah yaitu 30,89 persen karena pembayaran rapel, gaji, tunjangan,
penyaluran Dana Desa Tahap I serta naiknya realisasi belanja barang dan belanja
modal pemerintah pada triwulan II 2019.
B. INFLASI
Perhitungan inflasi di Provinsi Lampung dilakukan di dua kota yaitu Bandar
Lampung dan Metro. Inflasi di Kota Bandar Lampung pada triwulan II tercatat 2,05
persen (qtoq). Inflasi dipicu naiknya permintaan pada kelompok bahan makanan
terutama cabai merah dan bawang merah. Pasokan bawang merah asal Brebes
yang terbatas disubtitusi dengan bawang merah asal Padang melambungkan
harga bawang merah menjadi Rp.40.000,00 per kilogram. Namun sinergi
Pemerintah Daerah bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) melakukan
operasi pasar untuk memastikan ketersediaan barang serta musim panen raya padi
pada April 2019 berhasil menekan kenaikan harga sehingga inflasi relatif
terkendali.
Grafik 1.3 Inflasi Bulanan (mtm) Bandar Lampung, Metro, dan Nasional, Januari-Juni 2019
Sumber: BPS Provinsi Lampung
Sementara itu inflasi bulan Mei juga disumbang kenaikan harga pada kelompok
transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Aktivitas mudik sebagai tradisi
menjelang lebaran serta kebutuhan komunikasi untuk silaturahmi dengan keluarga
dan kebutuhan dana yang meningkat menaikkan permintaan pada kelompok ini.
Namun seiring berakhirnya lebaran bulan Juni 2019 harga volatile food semakin
terkendali dan inflasi cenderung menurun.
C. INDIKATOR KESEJAHTERAAN
1. Angka Kemiskinan
Angka kemiskinan Provinsi Lampung Maret 2019 menurun 0,39 poin
dibandingkan September 2018 yaitu dari 13,01% menjadi 12,62%. Namun
0.32
-0.08
0.11
0.44
0.68 0.55
1
0.24
-0.33
0.35
0.690.81
0.63
0.14-0.04
0.16
0.52 0.49 0.48
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
Jan Feb Mar April Mei JuniIndonesiaBandar LampungMetro
4
demikian laju penurunan ini belum mampu mengejar angka kemiskinan
nasional yang telah mencapai 9,41%. Kantong kemiskinan berada di perdesaan
yaitu 14,27% (831 ribu jiwa) cukup jauh terpaut dengan angka kemiskinan di
perkotaan sebesar 8,92% (231 ribu jiwa) yang sudah lebih baik dari nasional.
Grafik 1.4 Angka Kemisinan Lampung dan Nasional, 2016- 2019
Sumber: BPS Provinsi Lampung
Melanjutkan tren dalam tiga tahun terakhir, pada periode ini penurunan angka
kemiskinan di perdesaan (0,46 poin) lebih besar dibandingkan di perkotaan
(0,14 poin). Hal ini antara lain dampak dari Dana Desa yang digulirkan sejak
2015. Dana Desa dengan prinsip swakelola memberdayakan masyarakat desa
melalui pembangunan infrastuktur, pendirian BUMDes, dan pembangunan
lainnya secara langsung telah meningkatkan pendapatan masyarakat desa.
2. Gini Ratio
Gini ratio merupakan koefisien yang menunjukkan ketimpangan pengeluaran
penduduk. Gini ratio Provinsi Lampung Maret 2019 sebesar 0,329 sedikit
meningkat dari 0,326 pada periode September 2019. Meski naik, angka
tersebut masih lebih rendah dibanding gini ratio nasional. Meningkatnya gini
ratio menunjukkan semakin tinggi ketimpangan pengeluaran antar penduduk.
Secara spasial, ketimpangan lebih tinggi di perkotaan yaitu 0,346 sedangkan di
perdesaan 0,299.
Grafik 1.5 Gini Ratio Lampung dan Nasional, 2015- 2019
Sumber: BPS Provinsi Lampung
10.53
8.92
15.69
14.27
14.29 13.86 13.6913.04 13.14 13.01 12.62
8
10
12
14
16
18
Mar'16 Sept'16 Mar'17 Sept'17 Mar'18 Sept'18 Mar'19Kota Desa Lampung Nasional
0.352 0.364 0.3580.334 0.33 0.346 0.326 0.329
0.402 0.397 0.394 0.393 0.391 0.389 0.384 0.382
Sep'15 Mar'16 Sep'16 Mar'17 Sep'17 Mar'18 Sep'18 Mar'19
Lampung Nasional
5
II. PERKEMBANGAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sampai dengan triwulan
II 2019 mencatatkan defisit Rp12,077 triliun, naik 6,29 persen dibandingkan triwulan II
2018. Penerimaan perpajakan masih menjadi sumber pendapatan dengan kontribusi
88,72 persen. Sementara Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) hanya
berkontribusi 11,3 persen. Meningkatnya defisit pada periode ini disebabkan turunnya
penerimaan pajak yang membuat pendapatan terkoreksi 5,35 persen.
Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Lampung
s.d Triwulan II (miliar Rupiah), 2018 dan 2019
Uraian Tahun 2018 Tahun 2019
Pagu Realisasi Pagu Realisasi A. PENDAPATAN NEGARA 10,995.45 4,084.98 11,603.65 3,866.24
I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 10,995.45 4,084.98 11,601.15 3,866.24
1. Penerimaan Perpajakan 10,443.04 3,665.08 11,023.41 3,429.99
2. PNBP 552.41 419.90 577.74 436.25
II. HIBAH - - 2.50 - B. BELANJA NEGARA 33,184.23 15,448.13 33,453.34 15,943.84 I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 10,851.53 3,827.12 10,741.69 4,541.83
1. Belanja Pegawai 3,457.34 1,535.36 3,348.62 1,690.03
2. Belanja Barang 4,674.15 1,340.33 4,486.04 1,803.97
3. Belanja Modal 2,700.98 943.53 2,889.15 1,041.90
4. Belanja Bantuan Sosial 19.06 7.90 17.88 5.93
5. Belanja Lain-Lain - - - -
II. BELANJA KE DAERAH DAN DANA DESA 22,332.70 11,621.01 22,711.65 11,402.01
1. Transfer Ke Daerah 19,967.05 10,230.43 20,081.36 9,847.04
a. Dana Perimbangan 19,967.05 10,230.43 20,081.36 9,847.04
1) Dana Alokasi Umum 12,891.53 7,520.06 13,361.96 7,788.16
2) Dana Bagi Hasil Pajak 797.40 290.04 548.95 182.35
4) Dana Alokasi Khusus Fisik 2,361.71 303.32 2,020.67 28.86
5) Dana Alokasi Khusus Non Fisik 3,916.41 2,117.01 4,149.78 1,847.67
b. Dana Transfer Lainnya - - - -
2. Dana Insentif Daerah 277.25 138.63 203.18 101.59
3. Dana Desa 2,088.40 1,251.95 2,427.11 1,453.38
Surplus / Defisit (22,188.78) (11,363.15) (21,849.69) (12,077.60)
Sumber : LKBUN Kanwil DJPb Prov. Lampung (data diolah)
A. Pendapatan Negara
1. Penerimaaan Perpajakan
Penerimaan pemerintah pusat di Provinsi Lampung pada Triwulan II 2019
baru mencapai 31,12 persen atau sebesar Rp3,87 tirliun, turun 6,41
persen dibandingkan triwulan II 2018.
a) Pajak Penghasilan (PPh)
Penerimaan PPh mencapai Rp1,70 triliun yang disebabkan kenaikan
pembayaran PPh final oleh sektor perbankan dan peningkatan PPh
pasal 21 dan PPh pasal 25/29 saat jatuh tempo SPT Tahunan di bulan
April. Dilihat berdasarkan kabupaten/kota, penerimaan PPh tertinggi
tercatat di Pemda Provinsi Lampung dan Pemda Kota Bandar
6
Lampung, masing-masing sebesar 48,93 persen dan 30,04 persen,
mengingat pusat perekonomian penduduk terpusat di daerah tersebut.
Grafik 2.1 Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Lingkup Provinsi Lampung (miliar Rupiah), 2019
Sumber : Data Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung (data diolah)
b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Grafik 2.2 Realisasi Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Lingkup Provinsi Lampung (miliar Rupiah), 2019
Sumber : Data Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung (data diolah)
Penerimaan PPN mencatatkan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2015 yaitu
30,6 % (yoy) menjadi 1,29 triliun. Kenaikan ini didorong peningkatan
pembayaran di sektor perdagangan dan industri. Tiga Pemda yang menjadi
kontributor utama penerimaan PPN adalah Provinsi Lampung, Kota Bandar
Lampung dan Lampung Selatan masing-masing sebesar 50,33 persen,24,23
persen dan 10,96 persen.
c) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Penerimaan PPnBM pada triwulan II 2019 sebesar Rp683,29 juta,
meningkat Rp224,88 juta dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya. Sumbangan terbesar berasal dari Provinsi Lampung,
Tulang Bawang, dan Bandar Lampung dengan kontribusi 50,34 persen,
14,36 persen dan 12,29 persen.
277.22 259.47 235.21
389.37 365.99
168.22181.11145.28 144.95
246.29202.02
121.16
9 12.7 3.63 6.72 17.6380.1
-100
0
100
200
300
400
500
Januari Februari Maret April Mei Juni
Provinsi LampungKota Bandar LampungLampung SelatanPringsewuPesawaranTanggamusKota MetroLampung TimurLampung TengahLampung BaratPesisir BaratLampung UtaraMesujiTulang BawangTulang Bawang BaratWay Kanan
190.33149.1
194.9226.52
251.26272.47
94.03 77.96 76.79101.76
125.31 142.64
17.47 16.6346.48 60.63 61.10 77.46
-50
0
50
100
150
200
250
300
Januari Februari Maret April Mei Juni
Provinsi LampungKota Bandar LampungLampung SelatanPringsewuPesawaranTanggamusKota MetroLampung TimurLampung TengahLampung BaratPesisir BaratLampung UtaraMesujiTulang BawangTulang Bawang BaratWay Kanan
7
d) Penerimaan Cukai
Pendapatan Cukai pada triwulan
II 2019 sebesar Rp93,97 juta,
turun 52,83 persen dibandingkan
tahun 2018. Sumber penerimaan
cukai adalah Cukai Tembakau,
Administrasi Cukai, Cukai Ethyl
Alkohol dan Cukai Lainnya.
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sampai dengan triwulan II 2019, Pendapatan PNBP untuk Provinsi Lampung
sebesar Rp432,23 miliar, turun 15,4 persen dibandingkan triwulan II tahun 2018.
a) Penerimaan PNBP Pendapatan Jasa Pendidikan
Kontributor utama PNBP Provinsi Lampung adalah Pendapatan Jasa
Pendidikan yang merupakan pendapatan Satker BLU dengan penerimaan
sebesar Rp188,29 miliar atau 43,56 persen. Pendapatan Jasa Pendidikan
naik signifikan seiring masa penerimaan siswa dan mahasiswa baru antara
April-Juni 2019.
b) Penerimaan PNBP Biaya Pendidikan
Seiring dengan pendapatan Jasa Pendidikan, Biaya Pendidikan dari Satker
Non BLU juga memberikan kontribusi yang cukup besar pada PNBP yaitu
Rp48,41 miliar atau 11,2 persen. Mengikuti Pendapatan Jasa Pendidikan,
Pendapatan Biaya Pendidikan memberikan kontribusi kedua terbesar sebesar
Rp48,41 miliar atau 11,2 persen. Di bidang Pendidikan, pendapatan Satker
BLU lebih besar daripada Satker Non BLU.
B. Belanja Negara
1. Belanja Pemerintah Pusat
Realisasi belanja pemerintah pusat sampai dengan triwulan II 2019 mencapai
Rp4,54 triliun, meningkat 18,67 persen dibandingkan tahun 2018 didorong
kenaikan di semua komponen belanja. Belanja Pegawai mencatatkan realisasi
tertinggi dengan 50,47 persen. Sedangkan Belanja Modal yang diharapkan dapat
menstimulus perekonomian justru baru terserap 36,06 persen. Rendahnya
penyerapan Belanja Modal antara lain disebabkan beberapa proyek pemerintah
baru memulai Lelang setelah lebaran (Juni 2019).
-
500
1.000
1.500
2.000
2015 2016 2017 2018 2019
1.755
276 404
199 94
Juta
Ru
pia
h
Grafik 2.4 Perkembangan Pendapatan Cukai Triwulan II Lingkup Provinsi Lampung (juta rupiah), 2015-2019
Cukai
Sumber : LKPP Kanwil DJPb Prov Lampung (data diolah)
8
Grafik 2.4 Tren Realisasi Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Belanja Modal, Belanja Bantuan Sosialdi Provinsi Lampung (miliar Rupiah), 2019
Sumber : LKPP UAPPAW Kanwil DJPb Provinsi Lampung, OM SPAN,
2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)
Realisasi TKDD hingga akhir bulan Juni 2019 di Provinsi Lampung
sebesar Rp9,84 triliun atau 49,04 persen. Dana Bagi Hasil (DBH)
meningkat signifikan di bulan Juni mencapai 11,98% dari target atau
Rp65,78 miliar. Sedangkan realisasi Dana Desa di bulan Juni 2019
mencapai 37,78 persen atau Rp917,08 miliar seiring dengan pencairan
Dana Desa Tahap I dan II dibulan tersebut.
Grafik 2.5 Tren Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa Lingkup Provinsi Lampung (miliar Rupiah), 2019
Sumber: OM SPAN, Aplikasi Simtrada (data diolah)
3. Pengelolaan BLU Grafik 2.6 Tren Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa
Lingkup Provinsi Lampung (miliar Rupiah), 2018-2019
Sumber: OM SPAN, Aplikasi MEBE (data diolah)
12,27%
19,49%
28,22%
42,67%
50,47%
5,10%
13,27%
22,86%
35,32%40,20%
36,06%
33,17%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Januari Februari Maret April Mei Juni
BELANJA PEGAWAIBELANJA BARANGBELANJA MODALBELANJA BANTUAN SOSIAL
24,89%
38,70%
32,35%
41,35%
56,20%
0,00%
73,54%
38,30%
28,20%
39,64%
59,94%66,50%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
-
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
300,00
350,00
400,00
Bandar Udara Radin Inten
Lampung
Baristrand Industri
Lampung
Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang
UIN Raden Intan Bandar Lampung
Universitas Lampung
Rumkit Bhayangkara B.Lampung
2018 BLU
2018 RM
2019 BLU
2019 RM
2018 Kemandirian
2019 Kemandirian
9
Di wilayah Provinsi Lampung terdapat 6 (enam) satker BLU yaitu Universitas
Lampung, Poltekes Tanjung Karang, IAIN Raden Inten, Baristrand Lampung,
Bandar Udara Radin Inten, dan Rumkit Bhayangkara. Berdasarkan ketersediaan
dana yang bersumber dari BLU, Bandar Udara Radin Inten Lampung memiliki
kemandirian tertinggi sebesar 73,54 persen. Rumkit Bhayangkara Bandar
Lampung sebagai Satker BLU baru di Provinsi Lampung tingkat kemandiriannya
telah mencapai 66.50 persen.
4. Manajemen Investasi Pusat.
Per 30 Juni 2019, Penyaluran KUR di Provinsi Lampung untuk usaha Mikro
sebanyak Rp1,48 Triliun untuk 71.840 debitur, Usaha Kecil sebesar Rp601,24
miliar untuk 4.797 debitur, usaha TKI sebesar Rp36,71 miliar untuk 2.324 debitur.
Melalui Lembaga Keuangan Bukan Bank di Provinsi Lampung telah disalurkan Ultra
Mikro (UMi) sebesar Rp36,87 miliar untuk 7.595 debitur. Penyaluran KUR terbesar
di bidang pertanian, perburuan dan kehutanan dengan akad sebesar Rp1.28 triliun
untuk 64.871 debitur dan terkecil di bidang jasa perorangan yang melayani rumah
tangga sebesar Rp120,11 juta dengan 8 debitur.
C. Prognosis Realisasi APBN
Tabel 2.2 Perkiraan Realisasi APBN Lingkupi Provinsi Lampung (miliar Rupiah), 2019
URAIAN Pagu Tahun
2019
Realisasi Triwulan II Tahun 2019
Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV
Tahun 2019 Rp % Rp %
(1) (2) (3) (4) (5)
PENDAPATAN NEGARA 11,601.15 3,866.24 33.33% 9,481.62 81.73%
- Penerimaan Pajak 11,023.41 3,429.99 31.12% 8,610.39 78.11%
- PNBP 577,74 436.25 75.51% 809.88 140.18%
BELANJA NEGARA 33,453.35 15,943.85 47.66% 32,007.48 95.47%
- Belanja Pegawai 3,348.62 1,690.03 50.47% 3,270.26 97.66%
- Belanja Barang 4,486.04 1,803.97 40.21% 4,056.73 90.43%
- Belanja Modal 2,889.15 1,041.90 36.06% 2,680.55 92.78%
- Belanja Bansos 17.88 5.93 33.17% 17.33 96.90%
- Transfer ke Daerah dan Dana Desa 22,711.66 11,402.02 50.20% 21,982.62 96.79%
Defisit/Surplus (21,852.20) 3,298.09
(22,525.86)
Sumber : OM SPAN (data diolah)
Prognosis realisasi APBN sampai dengan triwulan IV 2019 dihitung berdasarkan
tren realisasi APBN yang terjadi mulai 2012 sampai dengan 2019. Pendapatan
kemungkinan besar hanya mencapai 81,73%. Pendapatan negara diperkirakan
menurun 5,94% di dorong oleh penurunan pendapatan negara bukan pajak. Dari
sisi pengeluaran, belanja negara diperkirakan mengalami penurunan sebesar 0,30%
didorong oleh tren realisasi belanja barang yang semakin menurun kecuali di tahun
2017 yang mencapai 93,62%.
10
III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELKSANAAN APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu mesin
pendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Melalui APBD, pemerintah menjalankan
kebijakan fiskal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sampai dengan
triwulan II 2019 APBD Provinsi Lampung mencatatkan surplus Rp2,041 triliun. Belanja
pegawai masih mendominasi, khususnya pada anggaran belanja kabupaten/kota.
Meskipun demikian, komitmen pemerintah daerah terhadap pengeluaran yang bersifat
produktif semakin tinggi yang tercermin dari meningkatnya anggaran belanja modal.
Tabel 3.1. Realisasi APBD Provinsi Lampung s.d Akhir Triwulan II Tahun 2018 dan Tahun 2019 (Juta rupiah)
Uraian Tahun 2018 Tahun 2019
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
Pendapatan 29.700.324 12.802.200 31.001.959 12.517.909
PAD 5.373.886 1.680.630 5.705.967 1.275.458
Pajak daerah 3.836.913 1.238.903 3.770.954 865.267 Retribusi daerah 133.742 35.315 129.910 39.851 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 91.019 48.428 103.187 78.418 Lain-lain PAD yang sah 1.312.211 357.984 1.701.916 291.922
Dana Perimbangan 19.887.244 9.468.152 19.910.544 9.241.137
DBH 848.562 244.448 594.716 176.095
DAU 12.891.526 6.926.249 13.360.854 7.338.880
DAK 6.147.156 2.297.455 5.954.974 1.726.162
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 4.439.194 1.653.418 5.385.449 2.001.314
Hibah 618.047 77.997 946.456 69.760 DBH pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya 1.410.323 71.961 1.961.827 383.027 Dana penyesuaian dan otonomi khusus 1.547.531 1.037.600 1.386.214 1.054.190 DID 18.000 9.000 9.690 000 Dana Desa 300.368 180.233 222.076 53.497 Bantuan keuangan dari Provinsi /Pemda lainnya 28.000 32.790 116.100 435 Lain-lain 516.924 243.836 743.087 440.404
Belanja 31.699.106 10.312.570 31.922.038 10.476.445
Belanja Tidak Langsung 17.972.313 6.788.741 18.356.269 7.799.345
Belanja Pegawai 10.648.949 4.303.753 11.378.383 5.306.046 Belanja Bunga 69.463 13.839 61.064 28.738 Belanja Subsidi 4.745 926 21.652 1.426 Belanja Hibah 2.003.392 1.220.838 1.800.275 844.518 Belanja Bantuan sosial 416.850 5.079 103.897 10.436 Belanja Bagi hasil kpd Prov/Kab/dan Pemdes 1.485.708 69.484 1.321.442 673.638 Belanja Bantuan keuangan kpd Prov/Kab/ Pemdes 3.078.765 1.167.285 3.632.259 822.800 Belanja Bantuan Keuangan kpd Partai Politik 242.377 2.874 1.268 104.359 Belanja tidak terduga 22.064 4.663 36.029 7.384
Belanja Langsung 13.726.793 3.523.829 13.565.769 2.677.099
Belanja Pegawai 812.020 618.038 721.084 182.435 Belanja Barang dan jasa 6.160.122 1.789.108 6.914.107 1.707.774 Belanja Modal 6.754.651 1.116.683 5.930.577 786.891
Surplus/(Defisit) -1.998.783 2.489.631 -920.079 2.041.464
Sumber : LRA TA 2019 Pemda se-Provinsi Lampung
Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan II 2019 tercatat Rp12,949 triliun atau
40,38 persen dari target. Pencapaian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun
2018 yang mencapai Rp12,802 triliun atau 43,10 persen dari target APBD 2018.
Rendahnya realisasi PAD dan Dana Perimbangan triwulan II 2019 menjadi penyebab
menurunnya realisasi pendapatan triwulan II 2019. Sedangkan penyerapan anggaran
belanja daerah sebesar Rp10,476 triliun atau 32,82 persen dari target. Secara nominal
11
dan persentase, realisasi anggaran belanja tercatat naik sebesar Rp163,875 miliar
atau sebesar 1,59 persen dibandingkan periode yang sama tahun anggaran 2018.
Surplus APBD triwulan II 2019 turun Rp448,167 miliar (yoy). Meningkatnya belanja
pegawai pada triwulan II 2019 sebesar Rp5,306 triliun berdampak terhadap surplus
APBD. Tekanan belanja disebabkan karena meningkatnya belanja pegawai, belanja
bagi hasil dan belanja bantuan keuangan kepada parta politik untuk mendukung
pemilihan umum 2019.
A. Pendapatan Daerah
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Proporsi PAD dan DBH terhadap pendapatan menggambarkan tingkat
kemandirian suatu daerah dan pada saat yang sama menunjukan tingkat
ketergantungan suatu daerah terhadap pemerintah pusat.
Tabel 3.2. Pagu dan Realisasi PAD Se-Provinsi Lampung Triwulan II 2019
Uraian
Pajak Dearah Retribusi LLPAD Yang Sah Total PAD
Realisasi sd trw II
Persentase Realisasi sd trw II
Persentase Realisasi sd trw II
Persentase Realisasi sd trw II
Persentase
Prov. Lampung 490.304 18,19% 4.154 31,83% 27.685 4,05% 522.142 15,39% Lampung Barat 4.420 40,91% 809 37,56% 22.572 54,02% 27.801 50,78% Tanggamus 8.431 33,31% 609 8,43% 3.840 7,51% 12.881 15,40% Lampung Selatan 40.912 31,46% 3.472 31,48% 71.082 63,14% 115.466 45,52% Lampung Timur 22.910 40,20% 1.253 25,26% 29.564 39,60% 53.727 39,33% Lampung Tengah 33.406 46,26% 4.036 56,96% 18.061 19,30% 55.502 32,10% Lampung Utara 10.132 50,41% 170 8,81% 709 0,50% 11.011 6,73% Way Kanan 5.416 24,86% 907 42,05% 9.833 37,06% 16.155 32,01% Tulang Bawang 9.963 31,23% 486 27,97% 2.783 4,59% 13.231 14,04% Pesawaran 9.848 34,68% 4.492 81,87% 7.996 23,77% 22.336 33,07% Pringsewu 7.242 34,02% 1.783 39,73% 2.009 3,35% 11.034 12,87% Mesuji 2.053 21,83% 1.349 16,07% 4.052 20,42% 7.454 19,80% Tuba Barat 4.717 37,52% 1.405 50,02% 1.460 9,21% 7.582 24,28% Pesisir Barat 000 0,00% 306 5,91% 4.830 25,31% 5.136 17,03% Bandar Lampung 204.081 33,63% 11.614 25,29% 17.132 10,86% 232.827 28,73% Metro 11.432 52,15% 3.006 47,80% 68.316 62,07% 82.754 59,85%
Agregat 865.267 22,95% 39.851 30,68% 291.922 17,15% 1.197.040 21,37%
Sumber : LRA TA 2019 Pemda se-Provinsi Lampung
Total realisasi PAD sampai dengan triwulan II sebesar Rp1,197 triliun atau
21,39% dari pagu. Realisasi PAD tertinggi tercatat di Metro sebesar Rp82,753
miliar atau 59,85% dari pagu, sedangkan realisasi terendah adalah Kabupaten
Lampung Utara yaitu sebesar Rp11,011 miliar atau 6,73% dari pagu.
Penyebabnya adalah realisasi penerimaan retribusi dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah sangat rendah.
a. Penerimaan Pajak Daerah
Realisasi pajak daerah (agregat) Provinsi Lampung sebesar 21,37 persen
dari pagu. Kota Metro mencatat penerimaan tertinggi sebesar Rp11,432
12
milyar atau 52,15 persen dari pagu, sedangkan yang terendah adalah
Provinsi Lampung sebesar Rp490,303 milyar atau 18,19 persen.
b. Penerimaan Retribusi Daerah
Dalam dua tahun terakhir realisasi retribusi daerah menggambarkan
progress Pemda dalam menggali potensi penerimaan daerah diluar dana
perimbangan. Penerimaan retribusi (agregat) per triwulan II 2019 mencapai
Rp39,850 miliar atau 30,68 persen. Kenaikan tersebut karena realisasi
penerimaan retribusi di Provinsi Lampung, Kab. Lampung Tengah, Kab.
Pesawaran dan Kota Metro cukup signifikan.
c. Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Realisasi penerimaan (agregat) hasil kekayaan daerah yang dipisahkan
sampai triwulan II 2019 adalah Rp78,417 milyar, turun 13,37 persen
dibandingkan triwulan II 2018. Kenaikan terutama disumbang oleh Provinsi
Lampung, Kabupaten Lampung Barat dan Kota Metro.
2. Pendapatan Transfer
Penerimaan dana perimbangan triwulan II 2019 (agregat) sebesar Rp9,615
triliun, naik 1,53 persen dibandingkan triwulan II 2018. Realisasi dana transfer
tertinggi dicapai oleh Provinsi Lampung sebesar Rp2,273 triliun sedangkan
yang terendah Kabupaten Mesuji sebesar Rp153,715 miliar. Kontribusi dana
transfer terhadap total pendapatan daerah masih diatas 50% yang
mengindikasikan tingginya ketergantungan daerah terhadap Pusat.
Grafik 3.1. Realisasi Dana Transfer Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung Triwulan II 2019
Sumber : LRA TA 2019 Pemda se-Provinsi Lampung
3. Lain-lain Pendapatan Yang Sah
Realisasi Penerimaan Lain-lain pendapatan yang sah di Provinsi Lampung
sebesar Rp2,001 triliun, penyumbang terbesar penerimaan ini adalah dari
2,273,290354,283
557,520618,011
745,569912,016
342,820445,993414,391442,962432,906
153,715313,261277,730
651,515305,154
9,241,137
Provinsi LampungLampung Barat
TanggamusLampung Selatan
Lampung TimurLampung Tengah
Lampung UtaraWay Kanan
Tulang BawangPesawaranPringsewu
MesujiTulang Bawang Barat
Pesisir BaratBandar Lampung
MetroAgregat
13
penerimaan dana penyesuaian dan otonomi khusus yaitu sebesar Rp1,054
triliun. Secara keseluruhan, realisasi lain-lain pendapatan yang sah semester
II 2019 naik sebesar 21,04 persen bila dibandingkan dengan realisasi triwulan
II 2018.
B. Belanja Daerah
1. Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal
Sampai triwulan II 2019, realisasi PAD (agregat) masih rendah yang tercermin
pada rasio belanja pegawai terhadap PAD yang nilainya diatas 100 persen.
Belanja pegawai yang lebih besar dibanding PAD, dapat dimaknai bahwa
belum ada satupun Pemda yang mampu membiayai belanja pegawai dengan
sumber PAD-nya. Pemda masih sangat tergantung pada dana perimbangan
dari pusat untuk membiayai belanjanya. Beberapa Pemda seperti Pesisir
Barat, data pajak daerahnya masih nihil karena SKPD belum menginput data.
Untuk meningkatkan PAD di daerahnya masing-masing perlu extra effort
dengan menggali sumber potensial untuk mengupayakan realisasi PAD
sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Grafik 3.2. Rasio Belanja Pegawai Terhadap PAD vs Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja
Sumber : LRA TA 2019 Pemda se-Provinsi Lampung
Dari grafik diatas terlihat bahwa hanya 1 (satu) Pemda yang rasio belanja
modalnya mencapai 30,16 persen yaitu Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Tercatat Kota Bandar Lampung dan Kota Metro yang rasionya diatas 10
persen, sedangkan 13 (tiga belas) Pemda lainnya rasio belanja modalnya
masih dibawah 10 persen. Hal ini perlu menjadi perhatian Pemda untuk
memperbaiki kualitas APBD-nya. Realisasi belanja modal hendaknya tidak
menumpuk diakhir tahun anggaran, tetapi direalisasikan sejak awal tahun
0%
500%
1000%
1500%
2000%
2500%
3000%
3500%
4000%
4500%
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%
Ras
io B
elan
ja P
egaw
ai t
erh
adap
PA
D
Rasio Belanja Pegawai terhadap Total Belanja
14
anggaran berjalan sehingga multiplier effect dapat berdampak positif terhadap
kesejahteraan masyarakat.
2. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan
APBD wilayah Provinsi Lampung digunakan untuk membiayai empat puluh
enam urusan. Terdapat 5 (lima) urusan yang mendapat alokasi tertinggi yaitu
urusan pendidikan 26,86 persen, urusan keuangan 22,78 persen, urusan
pemerintahan umum 10,98 persen, urusan kesehatan 10,89 persen, dan
urusan pekerjaan umum 10,19 persen. Sayangnya, Lampung sebagai daerah
yang kegiatan ekonominya bertumpu pada sektor pertanian, alokasi anggaran
untuk sektor pertanian hanya 1,5 persen dari APBD. Kabupaten Lampung
Timur sebagai salah satu sentra wilayah pertanian hanya mengalokasikan
anggaran sebesar 4,66 persen untuk sektor pertanian.
Dilihat berdasarkan klasifikasi urusan, kebijakan pemerintah daerah wilayah
Provinsi Lampung lebih menitik beratkan pada bidang pelayanan masyarakat,
pembangunan sumber daya manusia melalui pendidikan dan kesehatan, dan
pembangunan infrastruktur untuk menunjang perekonomian di wilayah
Provinsi Lampung.
C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun Anggaran 2019
Untuk memproyeksikan realisasi APBD di Provinsi Lampung telah memper-
timbangkan faktor internal dan eksternal, perkembangan indikator ekonomi makro
dan kebijakan fiskal yang telah, sedang dan akan dilaksanakan. Proyeksi realisasi
APBD sampai dengan triwulan IV tahun 2019 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3. Realisasi Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Belanja Modal Lingkup Provinsi Lampung s.d Triwulan II Tahun 2019
Uraian Pagu 2019 Realisasi Triwulan II 2019
Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV 2019
Rp % Rp %
Pendapatan 31.001.959.070.639 12.517.933.812.301 40,38% 28.654.925.975.365 92,64%
Belanja 31.922.037.850.116 10.476.444.909.063 32,82% 25.994.115.421.349 81,43%
Surplus/DefisitT (920.078.779.477) 2.041.488.903.238 2.660.810.554.015
Sumber : LRA TA 2019 Pemda se-Provinsi Lampung
Dengan memperhitungkan rata-rata persentase penambahan realisasi dari
triwulan I hingga akhir tahun sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2019 pada
masing-masing jenis pendapatan, realisasi pendapatan pada akhir tahun 2019
diperkirakan akan mencapai ±Rp28,65 triliun. Realisasi belanja diproyeksikan
pada akhir tahun 2019 mencapai ±Rp25,99 triliun.
15
IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian
Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang disusun
berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian dalam periode tertentu. LKPK Tingkat
Wilayah Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung periode triwulan II tahun
2019 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Lampung (juta rupiah), Triwulan II 2019
Sumber: LKPK-TW Kanwil DJPb Provinsi Lampung Triwulan II Tahun 2019 (Per 2 Agustus 2019)
B. Pendapatan Konsolidasian
Pendapatan Pemerintah Umum (General Goverment Revenue) atau Pendapatan
Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh pendapatan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode
pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal
(berelasi).
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
2018
Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan Negara 3.865.504,55 12.063.354,15 5.202.197,83 -4,30 5.435.734,71
Pendapatan Perpajakan 3.429.987,25 867.049,10 4.297.036,35 -12,35 4.902.755,04
Pendapatan Bukan Pajak 435.517,29 11.196.305,05 905.161,48 98,94 454.982,30
Hibah 100,00 77.997,37
Transfer
Belanja Negara 15.943.140,22 9.907.888,63 15.124.367,99 1,43 14.910.578,70
Belanja Pemerintah 4.541.120,62 8.860.157,21 13.401.277,83 1,49 13.204.861,37
Transfer 11.402.019,60 1.047.731,42 1.723.090,15 1,02 1.705.717,33
Surplus(Defisit) (12.077.635,68) 2.155.465,52 (9.922.170,16) 4,72 (9.474.843,99)
Pembiayaan 192.054,87 192.054,87 -37,15 305.570,61
Penerimaan Pembiayaan Daerah 306.753,19 306.753,19 -17,15 370.233,71
Pengeluaran Pembiayaan Daerah 114.698,32 114.698,32 77,38 64.663,10
Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran (12.077.635,68) 2.347.520,39 (9.730.115,29) 6,12 (9.169.273,38)
Uraian2019
16
Pendapatan Konsolidasian triwulan II 2019 tercatat sebesar Rp5,2 triliun atau
menurun 4,3 persen dibanding triwulan II 2018. Pendapatan perpajakan
sebesar 4,29 triliun, turun 12,35 persen. Terjadi kenaikan signifikan pada PNBP
yang tercatat sebesar Rp905,16 miliar atau naik 98,94 persen dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya, diantaranya karena kanaikan PNBP
bidang pendidikan di saat penerimaan siswa/mahasiswa baru.
Grafik 4.2 terlihat bahwa pendapatan perpajakan pemerintah pusat sebesar
Rp3,4 triliun sedangkan untuk pemerintah daerah sebesar Rp867,04 miliar,
namun untuk pendapatan Bukan Pajak pemerintah daerah cukup besar
sebesar Rp11,19 triliun dibandingkan dengan pemerintah pusat yang hanya
sebesar Rp435,5 milyar. Dari Total pendapatan triwulan II 2019 terlihat bahwa
pendapatan daerah Provinsi Lampung sebesar Rp12,06 triliun lebih besar
dibandingkan dengan pendapatan pemerintah pusat sebesar Rp3,8 triliun. Hal
tersebut disebabkan karena adanya transfer pusat sebesar Rp11,1 triliun
Grafik 4.2 Perbandingan pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap
Pendapatan Konsolidasian Provinsi Lampung (juta Rupiah) Triwulan II 2019
Sumber : LKPK-TW II Kanwil DJPb Provinsi Lampung
Grafik 4.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi
Lampung (juta Rupiah), Triwulan II 2019 dan Triwulan II 2018
Sumber : LKPK-TW II Kanwil DJPb Provinsi Lampung
17
sehingga murni dari sisi pendapatan bukan pajak daerah hanya sebesar
Rp469,64 milyar.
2. Analisis Perubahan
Total pendapatan konsolidasian triwulan II 2019 menurun 4,3% dibandingkan
dengan triwulan II 2018. Penurunan tersebut terutama disebabkan rendahnya
penerimaan pajak yang turun Rp700 miliar dengan triwulan II 2018.
Berdasarkan data dari Kanwil Pajak Bengkulu dan Lampung, realisasi pajak
baru mencapai 39,18 persen sampai 24 Juli 2019. Sementara itu, penerimaan
pajak dari sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil
dan sepeda motor serta sektor industri pengolahan yang selama ini menjadi
sektor dominan penerimaan pajak di Lampung, juga mengalami penurunan
sebesar 10,25 persen dan 24,92 persen.
3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan realisasi pendapatan
konsolidasian.
Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pempus dan Pemda di Wilayah
Provinsi Lampung Tahun 2018 dan 2019 (juta rupiah)
Sumber: BPS Lampung dan LKPK-TW Kanwil DJPb Provinsi Lampung
PDRB Provinsi Lampung Triwulan II tahun 2019 terealisasi sebesar Rp91,78
triliun dengan pertumbuhan ekonomi 5,62%, menguat dibandingkan dengan
tahun 2018. Pertumbuhan tersebut belum optimal meningkatkan penerimaan
perpajakan yang justru turun pada triwulan ini. Hal ini karena pemicu
pertumbuhan pada periode ini adalah tingginya konsumsi rumah tangga saat
Sumber : LKPK-TW II Kanwil DJPb Provinsi Lampung
Grafik 4.3 Perbandingan pendapatan konsolidasian (juta Rupiah), Triwulan II 2019
dan Triwulan II 2018
Realisasi Kenaikan Realisasi Kenaikan
Penerimaan Perpajakan 4.902.755,04 11,95% 4.297.036,35 -12,35
PNBP 454.982,30 -61,36% 905.161,48 98,94
Total 5.357.737,34 5.202.197,83
PDRB/Pertu. Ekonomi 84,44T 5,35% 91,78T 5,62%
Uraian 20192018
18
ramadhan dan lebaran serta peningkatan aktivitas LNPRT dimasa pemilihan
umum. Selain itu tren penurunan harga komoditas unggulan akibat sentimen
pelemahan ekonomi global juga turut andil dalam penurunan penerimaan
perpajakan ini. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi berdampak terhadap
peningkatan PNBP triwulan II sejalan pertumbuhan di sektor jasa pendidikan.
Sektor jasa pendidikan tumbuh 8,94 persen diikuti kenaikan PNBP disektor jasa
pendidikan yang cukup besar.
C. Belanja Konsolidasian
Belanja Pemerintahan Umum atau Belanja Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah
konsolidasian antara seluruh belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang sama, dan telah dilakukan
eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi).
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Secara agregat belanja dan transfer konsolidasian triwulan II 2019 meningkat
1,43% atau Rp213,78 miliar dibanding dengan periode triwulan II 2018.
Berdasarkan jenis belanja Konsolidasian, belanja operasional masih didominasi
oleh belanja pegawai sebesar Rp7,15 triliun naik 11,62% dibanding triwulan II
2018, adapun belanja barang mencapai Rp3,5 triliun dengan kenaikan 7,41%,
belanja modal turun Rp438,5 miliar atau sebesar 19,35% dibandingkan triwulan
II 2018. Sedangkan porsi belanja modal jumlahnya lebih kecil dibanding dengan
porsi belanja pegawai dan belanja barang. Hal tersebut mengindentifikasikan
pemerintah belum optimal mengalokasikan belanja modal. Belanja lebih banyak
terserap untuk belanja pegawai dan belanja barang. Padahal belanja modal
merupakan indikator yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Lampung. Sebaiknya belanja/pengeluaran lebih difokuskan pada jenis
program atau kegiatan yang mampu memberikan dampak langsung terhadap
perekonomian (stimulus ekonomi).
Grafik 4.4 Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pada Provinsi Lampung
Triwulan II Tahun 2019 (Jutaan Rupiah)
Sumber : LKPK-TW II Kanwil DJPb Provinsi Lampung
19
2. Analisis Perubahan
Secara umum, tidak terjadi perubahan mendasar dalam komposisi realisasi
belanja konsolidasian pada triwulan II 2019 dibandingkan triwulan II 2018.
Belanja pegawai tetap dominan diikuti belanja barang dan belanja modal.
Namun terdapat perubahan dalam kontribusi setiap jenis belanja, dimana
kontribusi belanja pegawai naik 4,32 persen, belanja barang naik 1,29 persen,
sebaliknya kontribusi belanja modal justru turun 3,11 persen.
Naiknya persentase belanja pegawai pada triwulan ini karena pembayaran rapel
dan gaji dan tunjangan ke-14 bagi PNS. Kenaikan belanja barang sejalan
dengan tren realisasi belanja barang yang mulai naik di triwulan II. Sedangkan
realisasi belanja modal turun karena pengerjaan lelang dan proyek pemerintah
lebih banyak dimulai setelah lebaran (bulan Juni 2019).
3. Analisis Dampak Kebijakan Fiskal Kepada Indikator Ekonomi Regional
Kebijakan fiskal pemerintah diantaranya tercermin dari besarnya alokasi APBN
dan APBD di daerah. Realisasi transfer pemerintah pusat melalui DAK Fisik dan
Dana Desa serta bantuan sosial di triwulan II berkontribusi pada penurunan
angka kemiskinan Provinsi Lampung pada periode ini. Realisasi Dana Desa
yang mencapai Rp9,84 triliun menciptakan peluang lapangan kerja serta
peningkatan pendapatan masyarakat desa sehingga angka kemiskinan di desa
turun dari 14,73 persen menjadi 14,27 persen. Naiknya realisasi belanja
pegawai melalui pembayaran rapel gaji PNS serta gaji dan tunjangan ke-14 juga
meningkatkan pendapatan masyarakat dan memicu kenaikan konsumsi rumah
tangga yang pada akhirnya meningkatkan aktivitas dan pertumbuhan ekonomi
di Lampung.
Grafik 4.5 Komposisi Belanja Konsolidasian Prov. Lampung
II
Sumber : LKPK-TW II Kanwil DJPb Provinsi Lampung Sumber : LKPK-TW II Kanwil DJPb Provinsi
Lampung
Grafik 4.6 Komposisi Belanja Konsolidasian Prov. Lampung
Triwulan II 2019
20
D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam Produk Domestik Regional
Tabel 4.3 Laporan Statistik Keuangan Tingkat Wilayah Provinsi Lampung
Triwulan II Tahun 2019
Sumber: LO GFS Triwulan II Kanwil DJPb Provinsi Lampung Kontribusi Pemerintah terhadap PDRB dari sisi Belanja Pemerintah dihitung
dengan cara membandingkan pengeluaran konsumsi pemerintah dengan PDRB.
Kontribusi belanja pemerintah terhadap PDRB Lampung pada triwulan II mencapai
16,23 persen. Dampak belanja pemerintah terhadap pembentukan PDRB
tercermin dari pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah yang tumbuh
30,89 persen (qtoq) serta menyumbang 0,42 persen terhadap pertumbuhan
lampung yang sebesar 5,62 persen. Kontribusi pengeluaran pemerintah relatif
kecil karena struktur PDRB Provinsi Lampung masih didominasi konsumsi rumah
tangga. Adapun porsi pengeluaran pemerintah hanya 7 persen dari PDRB Provinsi
Lampung. Kontribusi investasi pemerintah dalam PDRB Lampung triwulan II
adalah 1,8 persen. Peranan investasi pemerintah cukup rendah dibandingkan
investasi swasta, dimana total PMTB dalam PDRB Provinsi Lampung mencapai
Rp30,272 triliun artinya investasi pemerintah hanya 5,5 persen dari total realisasi
investasi di Provinsi Lampung. Dengan demikian, investasi pemerintah
menyumbang 0,01 persen dari total 5,62 persen pertumbuhan Provinsi Lampung
periode ini.
Transaksi yang mempengaruhi kekayaan netto
Pendapatan 22.748.518.169.820
a. Pajak 4.308.985.714.967
b. Kontribusi sosial
c. Hibah 1.271.819.446.927
d. Pendapatan lain 17.167.713.007.926
Beban 14.899.248.097.606
a. Kompensasi pegaw ai 7.202.478.194.580
b. Penggunaan barang dan jasa 3.295.660.207.131
c. Konsumsi aset tetap
d. Bunga 28.738.029.069
e. Subsidi 1.426.015.480
f. Hibah 4.170.315.022.088
g. Manfaat sosial 16.363.723.630
h. Beban lainnya 184.266.905.628
Keseimbangan operasi bruto/neto 7.849.270.072.214
Transaksi Aset Non Keuangan Neto 1.828.300.009.237
a. Aset tetap 1.693.777.061.088
b. Persediaan
c. Barang berharga
d. Aset nonproduksi 134.522.948.149
Net Lending/Borrowing 6.020.970.062.977
Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban
a. Akuisisi Neto Aset Keuangan 6.114.740.770.239
- Domestik 6.114.740.770.239
- Luar Negeri
b. Keterjadian Kew ajiban -83.598.319.190
- Domestik -83.598.319.190
- Luar Negeri
Sumber : LO GFS triw ulan II 2019 Kanw il DJPBN Provinsi Lampung
Tabel 4.3 Laporan Statistik Keuangan Tingkat Wilayah Provinsi Lampung
Triwulan II Tahun 2019
21
V. BERITA/ISU REGIONAL TERPILIH
A. DAK Fisik Gagal Salur, Kesejahteraan Masyarakat Berkurang
Pemerintah terus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah melalui
alokasi dana transfer dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
diantaranya dengan memberikan Dana Alokasi Khusus Fisik (DAK Fisik). DAK Fisik
diarahkan untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat melalui pemenuhan
pelayanan dasar dan pemerataan ekonomi, mendukung pencapaian prioritas nasional
yang menjadi kewenangan daerah serta mempercepat pembangunan infrastruktur dan
pelayanan dasar di lokasi perbatasan, kepulauan, tertinggal, dan transmigrasi. Sejak
tahun 2016, Pengalokasian DAK Fisik didasarkan pada proposal daerah (proposal
based). Seluruh kegiatan yang dibiayai DAK Fisik adalah usulan daerah yang
diselaraskan dengan prioritas nasional. Hal ini dilakukan agar DAK Fisik lebih tepat
sasaran dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah.
Pagu DAK Fisik Provinsi Lampung tahun 2019 sebesar Rp.2.020.670.664.000,00.
Jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun 2018 yaitu Rp.2.361.712.726.000,00.
Tahun lalu realisasi DAK Fisik lingkup Provinsi Lampung mencapai 95,4 persen.
Sementara batas akhir penyerahan dokumen persyaratan DAK Fisik tahap I tahun
2019 adalah 22 Juli 2019. Dari 223 bidang DAK Fisik di enam belas Pemda Lingkup
Provinsi Lampung, terdapat 10 bidang yang tidak layak salur tahap I.
Tabel 5.1 Rencana Kegiatan DAK Fisik Tahap I 2019 yang Gagal Salur Lingkup Kanwil DJPb Provinsi Lampung
No Pemda Tidak Salur Nilai Kegiatan Rencana Kegiatan Alasan Tidak
Salur
1 Provinsi
Lampung
Reguler Kesehatan
Rp24,816,367,000
Rehab Gedung Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Jiwa Lampung; alat IGD dan alat kesehatan di ruang operasi RSU Abdoel Moeloek.
Tidak memiliki kontrak fisik
Penugasan Kesehatan
Rp3,271,816,000
Pemberian Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (PMT BUMIL KEK)
2 Lampung Selatan
Reguler Air Minum
Rp1,993,204,000
Pembangunan Sumur Bor Kapasitas 2 L/det Desa Bandar Agung Kec.Sragi Kab.Lampung Selatan.
Tidak memiliki kontrak fisik
Penugasan Air Minum
Rp2,332,000,000 Pengembangan SPAM dan Sumur Bor di beberapa Desa
3 Tulang
Bawang
Reguler Air Minum
Rp1,933,397,000 Pengembangan jaringan pipa SPAM di Banjar Agung
Terdapat Permasalahan dalam proses lelang (LPSE diretas)
Reguler Jalan Rp27,587,226,000 Pembangunan jalan lingkungan, jalan sungai dan jembatan
Affirmasi transportasi
Rp5,316,251,000 Pembangunan jalan.
22
4 Lampung
Timur
Reguler Jalan Rp38,545,311,000 Peningkatan struktur dan kapasitas jalan.
Terdapat Permasalahan dalam proses lelang (LPSE diretas)
Penugasan Irigasi
Rp3,164,802,000 Rehabilitasi saluran primer sepanjang 3 km.
5 Metro Reguler Sentra Industri Kecil
dan Menengah Rp1,320,000,000
Pengadaan mesin dan peralatan proses produksi laminasi bambu dan pembangunan pagar keliling untuk revitaslisasi senta IKM.
Kontrak masih dalam proses sanggah dan baru bisa di tandatangani 26 Juli 2019
Jumlah Rp 110,280,374,000
Sumber: OMSPAN dan KPPN
Sepuluh (10) bidang tersebut dipastikan tidak salur seluruhnya mengingat sistem
penyaluran tahap II dan tahap III didasarkan pada capaian output. Ini berarti ada dana
yang tidak terserap ke daerah padahal telah dianggarkan oleh pemerintah pusat.
Kerugian akibat tidak salurnya DAK Fisik ini tidak hanya berupa gagalnya
pembangunan sarana publik yang telah direncanakan. Lebih dari itu, multiplier effect
yang diharapkan dari setiap belanja pemerintah untuk menstimulus perekonomian juga
tidak berjalan. Pembangunan DAK Fisik diharapkan mampu menstimulus
perekonomian di daerah tersebut, memenuhi kebutuhan dasar yang penting dan pada
akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan tingkat
kesehatan, pendapatan, perbaikan akses jalan, dan sebagainya. Dalam kasus ini
misalnya, gagal salur DAK Fisik untuk kegiatan PMT Bumil KEK berpotensi
menurunkan tingkat kesehatan masyarakat; kegagalan pengadaan mesin dan
peralatan produksi berpotensi mengurangi produktivitas dan pendapatan pelaku IKM;
gagalnya pembangunan jalan menghambat transportasi masyarakat serta
menghilangkan kesempatan penambahan penghasilan bagi masyarakat yang
seharusnya dipekerjakan untuk proyek pembangunan jalan. Ini hanya sebagian kecil
dari potensi kerugian yang dialami masyarakat akibat gagalnya kegiatan yang
direncanakan dibiayai DAK Fisik terealisasi.
Pemerintah daerah seyogianya lebih aktif berkoordinasi dengan pihak terkait agar
kendala dalam pemenuhan persyaratan DAK Fisik dapat teratasi. Di Kabupaten Tulang
Bawang dan Kabupaten Lampung Timur, akibat website LPSE diretas, proses lelang
untuk kegiatan DAK Fisik terhambat dan tidak bisa selesai tepat waktu. Menurut
Kepala Satgas III Unit Koordinasi dan Supervisi Pencegahan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), Dian Patria website LPSE di lingkup Provinsi Lampung rawan diretas
oknum yang mengintervensi proses pengadaan melalui sistem. Hal ini menjadikan
Provinsi Lampung zona merah dalam pengadaan barang dan jasa. Pemerintah daerah
memang telah berupaya mengalihkan proses lelang ke LPSE Provinsi namun
23
beberapa bidang tetap tidak bisa selesai tepat waktu. Kedepannya, pemerintah daerah
dapat mengantisipasi dan memitigasi risiko ini sekaligus mempercepat proses lelang di
awal waktu agar tidak terlambat menyelesaikan kontrak kegiatan.
KPPN dan Kanwil DJPb Provinsi Lampung juga telah berupaya mendorong Pemda
untuk memenuhi persyaratan DAK Fisik baik melalui surat, kegiatan Focus Group
Discussion, dan media lainnya. Namun kewenangan dalam pemenuhan persyaratan
tersebut sepenuhnya berada di Pemda. Oleh karenanya perencanaan yang baik
dengan memasukkan unsur mitigasi risiko juga perlu terus diperbaiki agar DAK Fisik
selanjutnya dapat terserap sepenuhnya.
B. Ironi Kopi Lampung: Daerah Penghasil dan Pengekspor Justru Mengimpor
Lampung dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi robusta terbesar di
Indonesia. Di tahun 2018 produksi kopi robusta Lampung mencapai lebih dari 100 ribu
ton. Dari jumlah tersebut, selain untuk memenuhi kebutuhan kopi nasional, kopi juga
menjadi salah satu komoditas utama ekspor Lampung.
Meski menjadi salah satu lumbung ekspor kopi, namun harga biji kopi Lampung terus
mengalami penurunan sejak tahun 2018. Petani di wilayah Tanggamus dan Lampung
Barat mengeluhkan harga biji kopi (green bean) kualitas baik kini hanya sekitar
Rp.18.000,00 per kilogram dan kualitas asalan Rp16.000,00 per kilogram. Harga ini
tercatat terendah dalam tujuh tahun terakhir.
Maraknya impor kopi asal Vietnam yang dilakukan oleh oknum perusahaan di
Lampung diduga menjadi salah satu penyebab harga kopi Lampung terus merosot.
Fakta ini cukup mengagetkan Gubernur Lampung yang baru saja dilantik, Arinal
Djunaidi. Menurutnya, Lampung sebagai salah satu daerah penghasil dan pengekspor
kopi tidak seharusnya mengimpor kopi dari negara lain. Beliau geram mengetahui ada
pengusaha kopi asal Lampung yang melakukan impor juga menyayangkan pihak yang
merekomendasikan dan menyetujui impor kopi di Lampung. Data Badan Pusat Statistik
(BPS) Provinsi Lampung, sampai dengan pertengahan tahun ini, impor kopi asal
Vietnam oleh pengusaha kopi Lampung mencapai 8.000 ton.
Modus pengusaha yang mengimpor adalah reekspor. Pengusaha tersebut mengimpor
kopi Vietnam kualitas rendah/asalan dengan harga dibawah harga kopi Lampung yaitu
Rp15.000,00 per kilogram. Selanjutnya biji kopi tersebut dipilih dan dioplos dengan biji
kopi Lampung untuk diekspor ke negara lain. Praktik ini membuat kulitas kopi ekspor
asal Lampung menurun dan menjadikan harga jual kopi ekspor Lampung merosot.
Harga kopi kualitas ekspor asal Lampung seharusnya 3-4 dolar Amerika per kilogram.
24
Dengan kurs dolar Amerika yang mencapai Rp.14.000,00 harga kopi asal Lampung
kini hanya dikisaran 1 dolar saja yaitu Rp.17.500,00-Rp.18.000,00 per kilogram.
Gubernur Lampung mengambil langkah cepat untuk menghentikan impor kopi
tersebut. Pihaknya telah bersurat kepada Kementerian dan pihak terkait untuk
membatasi impor kopi. Beliau juga dengan tegas melarang pengusaha asal Lampung
mengimpor kopi dan akan melakukan investigasi terkait impor kopi ini. Pembatasan
dan penghapusan impor kopi diharapkan dapat memperbaiki posisi neraca
perdagangan Lampung yang sampai Juni 2019 mengalami defisit US$247,23.
Selain pembatasan dan penghentian impor kopi di Lampung, Pemerintah Daerah juga
perlu terus mengembangkan potensi kopi robusta sebagai salah satu identitas Provinsi
Lampung. Banyak cara dapat dilakukan diantaranya dengan terus mendorong
permintaan kopi domestik. Saat ini konsumsi kopi per kapita penduduk Indonesia baru
1,4 kilogram. Bandingkan dengan Singapura yang telah mencapai 4 kilogram per
kapita, Malaysia 5 kilogram per kapita dan Finlandia 12 kilogram per kapita. Dengan
maraknya kedai kopi kekinian, potensi naiknya konsumsi kopi per kapita dapat
ditingkatkan. Pemerintah Daerah juga dapat terus mempromosikan kopi utamanya di
kalangan birokrat dan tamu daerah agar kopi Lampung makin dikenal.
Pemerintah daerah Lampung juga perlu terus mengembangkan agrowisata kopi.
Kualitas kopi yang baik, potensi wisata alam yang sangat besar meliputi pantai,
perkebunan, dan potensi wisata lainnya jika diramu dengan baik menjadikan Lampung
pusat edukasi, penghasil, serta wisata kopi. Sinergi dengan Dinas Pariwisata dan
Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM untuk mempromosikan keunggulan kopi
bersamaan dengan penyelenggaraan festival budaya dan event pariwisata lainnya juga
terus dapat dikembangkan. Dana Alokasi Khusus Fisik (DAK Fisik) bidang pariwisata
juga perlu diarahkan untuk mengembangkan infrastruktur agrowisata kopi sebagai
salah satu objek wisata unggulan Lampung.
Selanjutnya, melalui program Petani Berjaya yang diusung oleh Gubernur Lampung,
dengan pengembangan penelitian bibit unggul diharapkan produktivitas lahan kopi di
Lampung dapat meningkat dari 0,78 ton per hektar menjadi 4 ton per hektar.
Bersamaan dengan itu, kualitas biji kopi robusta asal Lampung terus ditingkatkan.
Pemerintah juga perlu melakukan pembinaan kepada petani lokal dalam mengolah biji
kopi mulai dari petik merah sampai pengeringan biji dan penyangraian. Jika kualitas
pengolahan semakin baik pada gilirannya Lampung tidak hanya dapat mengekspor biji
kopi namun juga mengekspor hasil olahan kopi.
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI LAMPUNG
Jalan Cut Mutia No. 23ABandar Lampung