kasus lengkap pbl
Transcript of kasus lengkap pbl
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
1/45
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit pernafasan yang bersifat
kronis progresif dan sangat sering dijumpai di masyarakat. PPOK ditandai dengan
gangguan aliran udara yang tidak sepenuhnya dapat dikembalikan seperti semula.
Gangguan aliran udara ini umumnya bersifat progresif dan berkaitan dengan
respon radang yang tidak normal dari paru akibat gas atau partikel yang bersifat
merusak. 1,2
eberapa !aktu ini jumlah pasien PPOK terus meningkat seiring dengan
peningkatan usia harapan hidup, meningkatnya pre"alensi merokok, pesatnya
industrialisasi dan polusi udara terutama di kota#kota besar dan lokasi industri
serta pertambangan. $ekitar seperempat populasi de!asa di dunia yang berusia %&
tahun ke atas diketahui menderita penyakit obstruksi saluran pernafasan. $ebagai
penyebab kematian, PPOK menduduki peringkat ke enam setelah penyakit
jantung, kanker dan penyakit serebro "as'ular. iaya yang dikeluarkan untuk
penyakit ini men'apai 2% milyar per tahunnya $uatu badan yang bernama
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GO*) memperkirakan
PPOK nantinya akan menjadi penyebab kematian tersering ketiga di seluruh dunia
pada tahun 2&2&.+,%
dukasi merupakan aspek yang sangat penting dalam tatalaksana PPOK. $ebuah
pendekatan yang komprehensif terhadap pasien dengan PPOK diperlukan untuk
menetapkan materi edukasi yang tepat, yang sesuai dengan kondisi biologis,
psikologis, sosio#ekonomis, dan kultural pasien. -elalui edukasi yang tepat,
pasien diharapkan dapat memahami dengan lebih baik mengenai penyakit yangdideritanya serta memfasilitasi diskusi yang terbuka. $ebagai tujuan akhir, edukasi
diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien, men'egah perburukan
penyakit, serta men'egah berulangnya episode eksaserbasi akut penyakit ini.
1
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
2/45
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat di'egah
dan diobati, ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya
re"ersibel, bersifat progresif, dan berhubungan dengan respon inflamasi paru
terhadap partikel atau gas bera'un atau berbahaya, disertai efek ekstra#paru yang
berkontribusi terhadap derajat berat penyakit.
2.2. Faktor Risiko
/dentifikasi faktor risiko merupakan langkah penting dalam pen'egahan dan
penatalaksanaan PPOK. -eskipun saat ini pemahaman faktor risiko PPOK dalam
banyak hal masih belum lengkap, diperlukan pemahaman interaksi dan hubungan
antara faktor#faktor risiko sehingga memerlukan in"estigasi lebih lanjut. eberapa
hal yang berkaitan dengan risiko timbulnya PPOK antara lain dapat dilihat pada
tabel di ba!ah ini0 ,
Tae! 2. 1. Faktor Risiko "OPD1
1. Gen
2. Paparan terhadap partikel
# sap rokok
# Polusi di tempat kerja (bahan kimia, 3at iritasi, gas bera'un
# Polusi di dalam ruangan dari asap kompor, pemanas ruangan dan
"entilasi rumah yang kurang baik
# Populasi di luar ruangan
+. 4umbuh kembang paru
%. $tress oksidatif
. Gender
. 5mur
6. /nfeksi saluran nafas
7. 8i!ayat tuber'ulosis dan asma
9. $tatus sosioekonomi
2
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
3/45
1&. :utrisi
1. sap 8okok
sap rokok memiliki pre"alensi yang tinggi sebagai penyebab gejala respirasi dan
gangguan fungsi paru. *ari beberapa penelitian dilaporkan bah!a terdapat rerata
penurunan ;P1. 8isiko PPOK pada perokok tergantung dari dosis rokok yang
dihisap, jumlah batang rokok pertahun dan lamanya merokok (indeks rinkman).
*erajat berat merokok dengan /ndeks rinkman (/) yaitu perkalian jumlah rata#
rata batang rokok yang dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun0
8ingan0 &&
$edang0 2&&&
erat 0 al ini
menegaskan bah!a asma, bronkitis kronis, dan emfisema merupakan "ariasi dari
dasar penyakit yang sama, yang dimodulasi oleh faktor lingkungan dan genetik
untuk menghasilkan gambaran patologis yang nyata. >ipotesis alternatif dari
British berpendapat bah!a asma dan PPOK pada dasarnya merupakan penyakit
3
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
4/45
yang berbeda. sma merupakan suatu fenomena alergi sedangkan PPOK
diakibatkan dari hubungan#rokok inflamasi dan kerusakan.1
+. /nfeksi 8espirasi
/nfeksi respirasi telah diteliti sebagai faktor risiko potensial dalam perkembangan
dan progresi"itas PPOK pada orang de!asa,1 terutama infeksi saluran nafas
ba!ah berulang.+ /nfeksi respirasi pada !aktu anak#anak juga telah dinyatakan
sebagai faktor predisposisi potensial pada perkembangan akhir PPOK.1
%. Paparan Pekerjaan
-eningkatnya gejala#gejala respirasi dan obstruksi aliran udara merupakan akibat
dari paparan debu di tempat kerja. eberapa paparan pekerjaan yang khas
termasuk penambangan batu bara, panambangan emas, dan debu kapas tekstil
telah ditegaskan sebagai faktor risiko obstruksi aliran udara kronis. agaimanapun
juga, !alaupun pekerja yang bukan perokok berkembang mengalami reduksi
?;1, yang paling penting adalah paparan debu sebagai faktor risiko PPOK, tidak
merokok bukanlah sesuatu jaminan.1
. Polusi 5dara
eberapa peneliti melaporkan meningkatnya gejala respirasi pada orang#orang
yang tinggal di daerah padat perkotaan dibandingkan dengan mereka yang tinggal
di daerah pedesaan, yang berhubungan dengan meningkatnya polusi di daerah
padat perkotaan. Pada !anita bukan perokok di banyak negara berkembang,
adanya polusi udara di dalam ruangan yang biasanya dihubungkan dengan
memasak, telah dikatakan sebagai kontributor yang potensial. Pada sebagian besar
populasi, polusi udara adalah faktor risiko yang kurang begitu penting untuk
terjadinya PPOK daripada asap rokok.1
. Paparan 8okok PasifPaparan terhadap janin dari ibu#ibu perokok menghasilkan penurunan
pertumbuhan paru yang signifikan. Paparan asap tembakau dalam rahim juga
memberikan kontribusi penurunan yang signifikan pada fungsi paru post natal.1
6. *efisiensi α1 Antitrypsin
*efisiensi @14 yang berat adalah merupakan faktor risiko genetik terjadinya
PPOK. Aalaupun hanya 1#2B dari pasien#pasien PPOK yang me!arisi defisiensi
@14 yang berat, namun pasien#pasien ini menunjukkan bah!a faktor genetik ini
4
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
5/45
dapat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap ke'enderungan untuk
berkembangnya PPOK. @14 adalah suatu anti protease yang diperkirakan sangat
penting untuk perlindungan terhadap protease yang terbentuk se'ara alami oleh
bakteri, leukosit P-:, dan monosit.1
2.#. Patofisio!o$i%
Keterbasan aliran udara dan air trapping
uasnya inflamasi, fibrosis dan eksudat pada lumen saluran nafas ke'il
berkorelasi dengan reduksi ;P1 dan ;P1CK;P. $elama ekspirasi udara
terperangkap akibat adanya obstruksi saluran nafas perifer se'ara progresif
sehingga mengakibatkan hiperinflasi. Pada parenkim paru, penghan'uran elemen
struktural yang dimediasi protease menyebabkan emfisema. -eskipun emfisema
lebih terkait dengan gangguan pertukaran udara dibanding dengan
penurunan;P1, tetapi itu juga berpengaruh terhadap terperangkapnya udara
selama fase ekspirasi. >al ini khususya diakibatkan oleh rusaknya alveolar
attachment Kerusakan sekat al"eolar menyebabkan berkurangnya elastisitas
re'oil pada paru dan kegagalan dinamika saluran udara akibat rusaknya sokongan
pada saluran udara ke'il non#kartilago. kibatnya terjadi jebakan udara !air
trapping" di al"eoli bagian distal menyebabkan distensi sakus al"eoli sehingga
mengakibatkan hiperinflasi. >iperinflasi mengakibatkan penurunan kapasitas
inspirasi sehingga mengakibatkan kapasitas residual fungsional meningkat,
khususnya selama berkati"itas, sehingga mengakibatkan dyspnea dan limitasi dari
kemampuan berakti"itas.
bnormalitas pertukaran gas
Peradangan merupakan elemen kun'i terhadap patogenesis PPOK. /nhalasi asaprokok atau gas berbahaya lainnya mengaktifasi makrofag dan sel epitel untuk
melepaskan faktor kemotaktik yang merekrut lebih banyak makrofag dan
neutrofil. Kemudian, makrofag dan neutrofil ini melepaskan protease yang
merusak elemen struktur pada paru#paru. Protease sebenarnya dapat diatasi
dengan antiprotease endogen namun tidak berimbangnya antiprotease terhadap
dominasi akti"itas protease yang pada akhirnya akan menjadi predisposisi
terhadap perkembangan PPOK. Gangguan pertukaran gas akan mengakibatkan
5
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
6/45
hipoksemia dan hiperkapnia dan beberapa mekanisme lainnya pada PPOK. $e'ara
umum pertukaran gas memburuk sejalan dengan progresifitas dari penyakit.
>ipersekresi -ukus
>ipersekresi mu'us mengakibatkan batuk kronis yang produktif yang merupakan
manifestasi dari brokitis kronis. >al ini diakibatkan oleh penigkatan jumlah sel
goblet dan pembesaran kelenjar mukosal sebagai respon terhadap iritasi saluran
nafas kronis oleh asap rokok dan 3at berbahaya lainnya 4erdapat pula disfungsi
silier pada epitel, menyebabkan terganggunya klirens produksi mu'us yang
berlebihan. eberapa mediator dan protease merangsang hipersekresi mu'us
melalui akti"asi reseptor faktor G?8.
&a'ar 2.1. Patogenesis PPOK
ksaserbasi
ksaserbasi dapat disebabkan oleh infeksi atau faktor D faktor lain seperti polusi
udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi dan sepertiga dari eksersebasi akut
penyebabnya tidak dapat diidentifikasi. /nfeksi dapat berperan sebagai faktor
pen'etus karena dengan adanya infeksi maka inflamasi yang sudah ada semakin
memberat sehingga penyempitan saluran nafas makin meningkat, dan gejala
sesakpun akan meningkat
6
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
7/45
2.(. )anifestasi K!inis
Gejala dan tanda PPOK sangat ber"ariasi, mulai dari tanda dan gejala ringan
hingga berat. -anifestasi klinis dari PPOK ditandai dengan adanya sesak nafas
yang progresif, bertambah berat dengan akti"itas, dan persisten. Pasien PPOK
juga sering mengeluhkan batuk berdahak lebih dari + bulan. Pada kasus yang
parah juga sering disertai dengan adanya penurunan berat badan dan anoreEia.
$esak nafas dan pola nafas yang tidak selaras menyebabkan penderita PPOK
sering kali menjadi panik, 'emas dan akhirnya frustasi. Gejala ini merupakan
penyebab utama pasien PPOK mengurangi akti"itas fisis untuk menghindari sesak
nafas sehingga menjadi tidak aktif.%
2.%. Dia$nosis,
Gejala dan tanda PPOK sangat ber"ariasi, mulai dari tanda dan gejala ringan
hingga berat. *iagnosis PPOK dipertimbangkan bila timbul tanda dan gejala
seperti terlihat pada tabel di ba!ah ini.
Tae! 2.2 /ndikator kun'i untuk mendiagnosis PPOK 1,%
Gejala Keterangan
$esak # Progresif (sesak bertambah berat seiring berjalannya !aktu)
# ertambah berat dengan akti"itas
# Persisten (menetap sepanjang hari)
# Pasien mengeluh berupa, FPerlu usaha bernafas, berat,
sukar bernafas, terengah#engah
atuk Kronis >ilang timbul dan mungkin tidak berdahak
atuk Kronis
erdahak
$etiap batuk kronik berdahak dapat mengindikasikan PPOK
8i!ayat
4erpajan ?aktor
8isiko
• sap rokok
• *ebu
• ahan kimia di tempat kerja
• sap dapur
/ndikator tersebut bukan merupakan diagnosis pasti, tetapi keberadaan beberapa
indikator kun'i meningkatkan kemungkinan diagnosis PPOK. 5ntuk menegakkan
diagnosis PPOK se'ara rin'i diuraikan sebagai berikut 0
7
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
8/45
namnesis
a. 8i!ayat terpajan faktor resiko seperti merokok atau bekas perokok dengan
atau tanpa gejala pernapasan
b. 8i!ayat terpajan 3at iritan yang bermakna ditempat kerja
'. 8i!ayat penyakit emfisema pada keluarga
d. 4erdapat faktor presdiposisi pada masa bayiCanak, missal berat badan lahir
rendah (8), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok
dan polusi udara
e. atuk berulang dengan atau tanpa dahak
f. $esak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan ?isis,
Pemeriksaan fisis jarang digunakan untuk mendiagnosis pasien PPOK. 4anda#
tanda fisik adanya hambatan aliran udara biasanya tidak tampak sampai terjadi
adanya gangguan yang signifikan dari fungsi paru, dan deteksi dari tanda#tanda
tersebut memiliki spesifitas dan sensiti"itas yang rendah. eberapa tanda#tanda
fisik yang mungkin dapat timbul pada penderita PPOK antara lain adalah
1. /nspeksi
b. #ursed $ lips breathing (mulut setengah terkatup men'u'u)
'. Barrel chest (diameter antero # posterior dan trans"ersal sebanding)
d. Penggunaan otot bantu napas
e. >ipertropi otot bantu napas
f. Pelebaran sela iga
g. ila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut "ena jugularis
leher dan edema tungkai
h Penampilan pin% puffer atau blue bloater
2 Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
+ Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung menge'il, letak diafragma
rendah, hepar terdorong ke ba!ah
% uskultasi
8
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
9/45
a. $uara napas "esikuler normal, atau melemah
b. 4erdapat ronki dan atau mengi pada !aktu bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa ekspirasi memanjang bunyi jantung terdengar jauh
iri khas yang mungkin ditemui pada penderita PPOK 0
# #in% puffer Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit
kemerahan dan pernapasan pursed & lips breathing
# Blue bloater Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk
sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis
sentral dan perifer
# #ursed $ lips breathing adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut
men'u'u dan ekspirasi yang memanjang. $ikap ini terjadi sebagai
mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi O2 yang terjadi pada gagal
napas kronik.
Pada PPOK terjadi gangguan otot pernapasan yang dipengaruhi kontraksi otot dan
kekuatan otot pernapasan. >ilangnnya daya elastisitas paru pada PPOK
menyebabkan hiperinflasi dan obstruksi jalan nafas kronis yang mengganggu pada
proses ekspirasi sehingga "olume udara yang masuk dan keluar tidak seimbang
dan terdapat udara yang terjebak (air trapping ). ir trapping dalam keadaan lama
menyebabkan kontraksi otot kurang efektif dan fungsinya sebagai otot utama
pernafasan berkurang terhadap "entilasi paru. erbagai kompensasi otot
interkosta dan otot inspirasi tambahan yang biasa dipakai pada kegiatan tambahan
akan dipakai terus menerus sehingga peran diafragma akan menurun sampai B.
Pemeriksaan Penunjang
a. $pirometri
$pirometri harus dilakukan pada semua pasien yang di'urigai menderita PPOK.
/ni diperlukan untuk menegakkan diagnosis pasti dari PPOK dan mengeksklusi
diagnosis lain yang memiliki gejala yang serupa. -eskipun spirometri sendiri
tidak berdampak langsung terhadap kesehatan pasien, tetapi spirometri masih
tetap menjadi gold standard dalam mendiagnosis penyakit dan menga!asi progesi
9
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
10/45
penyakit tersebut. >al yang harus diukur dalam spirometri antara lain adalah
kapasitas "ital ekspirasi paksa (K;P) yaitu "olume udara yang dikeluarkan se'ara
paksa dari titik inspirasi maksimal, "olume ekspirasi paksa pada detik pertama
(;P1) yaitu "olume udara yang diekspirasi pada detik pertama dari maneu"er ini,
dan rasio dari keduanya (;P1C K;P). Pada pasien dengan PPOK biasanya
menunjukkan penurunan nilai ?;1 dan K;P. 4ingkat abnormalitas dari nilai
spirometri dapat menunjukkan derajat keparahan dari PPOK.
Tae! 2. # Klasifikasi PPOK
*erajat Klinis ?aal paru
*erajat /0 PPOK 8ingan
Gejala batuk kronik dan produksi sputum adatapi tidak sering.
#;P1CK;P H 6&B#;P1 I 7&B prediksi
*erajat //0
PPOK $edang
Gejala sesak mulai dirasakan saat akti"itas dan
kadang ditemukan gejala batuk dan produksi
sputum.
#;P1CK;P H 6&B
#& H ;P1 H 7&B prediksi
*erajat ///0
PPOK erat
Gejala sesak lebih berat, penurunan akti"itas,
rasa lelah dan serangan eksaserbasi makin
sering
# ;P1CK;P H 6&B
#+& H ;P1 H &B prediksi
*erajat /;0PPOK $angat
erat
Gejala di atas ditambah tanda#tanda gagal napasatau gagal jantung kanan dan ketergantungan
oksigen.
# ;P1CK;P H 6&B# ;P1H+&B prediksi atau
;P1 H &B disertai gagal
napas kronik.
danya hambatan aliran nafas dapat diketahui dari nilai ?;1C ?;H &,6&
postbronkdilator. $pirometri harus dilakukan setelah administrasi short a'ting
inhaled bron'hodilator dengan dosis yang tepat untuk meminimalisasi adanya
"ariabilitas.
10
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
11/45
&a'ar 2.2 Perbandingan spirometri pada orang normal dan penderita PPOK
:ilai yang didapat harus dibandingkan sesuai umur untuk menghindari adanya
o"erdiagnosis PPOK pada lanjut usia. 4es spirometri ini dapat dilakukan pada
pederita PPOK yang dalam keadaan stabil.
b. Pemeriksaan aboratorium
• *arah engkap
Pada pemeriksaan darah lengkap didapatkan A dalam batas normal dan
penurunan jumlah sel darah merah, hemoglobin, dan hematokrit yang sangat
sedikit. :ilai A yang berada dalam batas normal belum dapat menyingkirkan
adanya infeksi pada pasien karena fungsi sistem imunitas tubuh
(immunocompetence) menurun sesuai umur. Aging (penuaan) dihubungkan
dengan sejumlah perubahan pada fungsi imun tubuh, khususnya penurunan
imunitas mediated sel. Aging juga mempengaruhi akti"itas leukosit termasuk
makrofag, monosit, neutrofil, dan eosinofil. :amun hanya sedikit data yang
tersedia menjelaskan efek penuaan terhadap sel#sel tersebut. Pada pasien PPOK
dengan eksaserbasi akut yang diakibatkan oleh adanya infeksi, akan didapat
gambaran terjadinya peningkatan kadar sel darah putih. :amun terkadang hal ini
tidak terjadi pada pasien usia lanjut.
• nalisis Gas *arah (G*)
danya proses destruktif pada paru mengakibatkan hilangnya sebagian besar
dinding al"eolus sehingga mengakibatkan penurunan kemampuan paru untuk
mengoksigenasi darah dan mengeluarkan karbon dioksida dari darah. Proses
obstruktif seringkali jauh lebih buruk pada beberapa bagian paru daripada bagian
lainnya, sehingga beberapa bagian paru "entilasinya baik, sementara bagian lain
11
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
12/45
"entilasinnya buruk. Keadaan ini seringkali menghasilkan rasio "entilasi perfusi
yang abnormal, dengan ;aCJ yang sangat rendah pada beberapa bagian
mengakibatkan aerasi darah yang buruk, dan ;aCJ yang sangat tinggi pada
beberapa bagian lain yang mengakibatkan "entilasi per'uma. danya
hipo"entilasi pada banyak al"eoli dan kerusakan dindng al"eolus mengakibatkan
terjadinya peningkatan kadar pO2 dalam darah dan penurunan kadar pO2 dalam
darah.
'. hest #8ay
>asil foto thoraE yang abnormal jarang digunakan sebagai diagnostik PPOK,
tetapi sangat berguna dalam mengeksklusi diagnosis lainnya dan menegakkan
adanya komorbditas seperti gagal jantung. Perubahan radiologi terkait dengan
PPOK adalah ditemukannya gambaran hiperinflasi, hiperlusen dan peningkatan
'orakan bronko"askular dari paru.
d. lektrokardiografi
Pemeriksaan elektrokardiografi (KG) diperlukan pada pasien PPOK untuk
mengetahui adanya komplikasi pada jantung yang ditandai dengan adanya
gambaran P pulmonal dan hipertropi "entrikel kanan.
e. akteriologi
Pemeriksaan bakeriologi sputum pe!arnaan gram dan kultur resistensi diperlukan
untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. /nfeksi
saluran nafas berulang merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada pasien
PPOK di /ndonesia.
2.*. Dia$nosis Ban+in$
dapun diagnosis banding dari PPOK antara lain dapat dilihat pada tabel di ba!ah
ini0
Tae! 2.( *iagnosis anding PPOK ,
Dia$nosis &a'aran K!inis
As'a 1. Onset usia dini
12
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
13/45
2. Gejala ber"ariasi dari hari ke hari
+. Gejala pada !aktu malamCdini hari lebih menonjol
%. *itemukan ri!ayat alergi, rinitis, atau e'3ema
. da ri!ayat asma dalam keluarga
. >ambatan aliran udara umumnya re"ersibel
&a$a! ,ant-n$
kon$estif
1. danya ri!ayat hipertensi
2. *itemukan ronkhi basah pada basal paru
+. Gambaran foto thoraks berupa pembesaran jantung
dan edema paru
%. Pemeriksaan faal paru restriksi, bukan obstruksi
Bronkiektasis 1. $putum purulen dalam jumlah yang banyak
2. $ering berhubungan dengan infeksi bakteri
+. 8onkhi basah kasar
%. Gambaran foto thoraks tampak honey'omb
appearan'e dengan penebalan dinding bronkus.
T-erk-!osis 1. Onset semua usia
2. Gambaran foto thoraks berupa infiltrat
+. *itemukan 4 pada pemeriksaan mikrobiologi
Bronkio!itiso!iterasi
1. 5sia muda2. 4idak merokok
+. *apat ditemukan ri!ayat adanya artritis reumatoid
%. 4 paru ekspirasi terlihat gambaran hipodens
Diff-se
anron/0io!itis
$ering pada perempuan tidak merokok
$eringkali berhubungan dengan sinusitis
6 Pada foto rontgen dan 4 paru resolusi tinggi
memperlihatkan bayangan diffuse nodul opak
sentrilobular dan hiperinflasi.
2.. Asses'ent +ari PPOK
4ujuan dari assessment PPOK adalah untuk menentukan se"eritas dari penyakit,
yang berdampak pada status kesehatan pasien dan risiko ke depannya (seperti
eksaserbasi, hospitalisasi dan kematian) dan juga panduan terapi. 5ntuk men'apai
tujuan tersebut, penilaian PPOK harus mempertimbangkan hal#hal di ba!ah ini0
• Gejala pasien saat ini
13
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
14/45
• $e"eritas dari abnormalitas spirometri
• 8isiko eksaserbasi
• danya kormobiditas
a. ssesment gejala
eberapa kuisioner yang ter"alidasi yang dapat digunakan untuk menilai
gejala pada pasien PPOK antara lain -odified ritish -edi'al 8esear'h
oun'il (m-8) yang menilai disabilitas akibat dampak dari sesak, atau
OP* ssessment 4est (4) yang memiliki 'akupan yang lebih luas
mengenai dampak PPOK terhadap kehidupan sehari#hari pasien.
Tae! 2.% -odified ritish -edi'al 8esear'h oun'il (m-8)
Grade &0 / only get breathless !ith strenuous eEer'ise
Grade 10 / get shorth of breath !hen hurrying on the le"el or !alking up a slight hill
Grade 20 / !alk slo!er than people of the same age on the le"el be'ause of
breathlessness, or / ha"e to stop for breath !hen !alking on my o!n pa'e on the le"el
Grade +0 / stop for breath after !alking about 1&& meters or after a fe! minutes on the
le"el
Grade %0 / am too breathlessness to lea"e the house or / am breathless !hen dressing or
undressing.
b. ssesment spirometri
Tae! 2.* Klasifikasi dari $e"eritas imitasi liran pada PPOK
Pa+a asien +en$an EP13KP 4 5657
GO* 10 -ild (;P1 I 7&B predi'ted)
GO* 20 -oderate ( &B L ;P1 H 7&B predi'ted )
GO* +0 $e"ere ( +&B L ;P1 H &B predi'ted )
GO* %0 ;ery se"ere (;P1 H +&B predi'ted )
'. ssesment dari eksaserbasi
ksaserbasi dari PPOK merupakan peristi!a akut yang dikarakterisasi dengan
perburukan gejala pernafasan yang berbeda dengan "ariasi normalnya sehari#hari
dan mengakibatkan perubahan dalam pengobatan. ngka dimana eksaserbasi itu
terjadi ber"ariasi antara setiap pasien. Perburukan dari limitasi aliran udara
14
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
15/45
memiliki keterkaitan dengan peningkatan pre"alensi dari eksaserbasi dan risiko
kematian.
ksaserbasi dapat menurunkan fungsi paru, perburukan status kesehatan dan
risiko kematian. Penilaian risiko eksaserbasi dapat juga dilihat sebagai penilaian
dari faktor prognostik yang buruk.
d. ssesment kormobiditas
Karena PPOK sering berkembang pada perokok jangka panjang dalam usia
peretengahan, pasien juga sering kali memiliki berbagai "ariasi dari penyakit lain
yang terkait dengan merokok atau penuan. PPOK sendiri juga memiliki efek
ekstrapulmonari (sistemik) yang signifikan meliputi penurunan berat badan,
gangguan nutrisi, dan disfungsi otot skeletal. Pada fase lanjut dikarakterisasi
dengan sarcopenia (penurunan jumlah sel otot) dan fungsi abnormal dari sel#sel
sisa. >al ini menyebabkan terjadi inntoleransi dalam e'ercise dan rendahnya
status kesehatan pasien PPOK.
Kormobiditas yang terjadi pasien PPOK sering kali meliputi penyakit
kardio"askuler disfungsi otot skeletal, sindrom metabolik, osteoporosis, depresi
dan kanker paru. Keberadaan PPOK dapat meningkatkan risiko untuk penyakit
lain khususnya keterkaitan anatara PPOK dan kanker paru. pakah keterkaitan ini
akibat faktor risikonya ( merokok) keterlibatan gen, atau gangguan clearance dari
karsinogen itu sendiri, itu masih belum jelas. Kormobiditas dapat terjadi pada
pasien dengan airflo( limitation yang ringan, sedang maupun berat. Kormobiditas
itu sendiri juga dapat mempengaruhi mortalitas dan hospitalisasi se'ara
independen oleh karena itu kormobiditas harus dilihat se'ara rutin dan ditangani
se'ara tepat pada setiap pasien dengan PPOK.
e. Kombinasi ssesment PPOK
$kala -8 atau 4 direkomendasikan untuk assesment gejala, dimana nilai
m-8 I2 atau :ilai 4I1& mengindikasikan gejala yang berat. ($kor 4
lebih dipilih karena penilaiannya lebih komprehensifM jika skor 4 tidak ada,
skor m-8 dapat digunakan. 4idak perlu menggunakan lebih dari 1 skala).
4erdapat 2 metode untuk menilai risiko eksaserbasi. $alah satu metode yang
15
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
16/45
(C)(D)(A)(B)
RI S K
G OL D C l a s s i f c at i on o A i r ow
L i i t at i on
RI S K
! " a c #r $ at i on% i s t or &
'rc 01CA) *10
'rc + 2CA) +10
1
2
3
4
+2
0
1
Symptoms
berdasarkan populasi menggunakan klasifikasi spirometri (tabel 2.), dengan
kategori GO*+ atau GO*% mengindikasikan risiko tinggi. -etode lain
didasarkan pada ri!ayat eksaserbasi dari indi"idu pasien, dengan dua atau lebih
eksaserbasi dalam setahun mengindikasi risiko tinggi.
5ntuk menggunakan Gambar 2.2 pertama nilai gejala dengan skala m-8 atau
4, dan tentukan jika pasien tergolong ke kotak atau # Gejala ringan (m-8
tingkat atau 4 H1&)# atau ke kotak atau *# gejala lebih berat dengan
m-8 grade I 2 atau 4 I 1&.
Kemudian nilai risiko eksaserbasi untuk menentukan jika pasien tergolong pada
kotak bagian ba!ah# risiko rendah atau kotak bagian atas Drisiko tinggi. >al ini
dapat dilakukan dengan dua metode. Pertama menggunakan $pirometri untuk
menentukan derajat GO* dari airflo( limitition (kategori GO* 1 dan GO* 2
mengindikasikan reisiko rendah, sedangkan GO* + dan GO* %
mengindikasikan reNisiko tinggi). Kedua menilai jumlah eksaserbasi yang dialami
pasien dalam 12 bulan sebelumnya mengindikasikan resiko rendah, sedangkan
2 atau lebih mengindikasikan risiko tinggi. *alam beberapa pasien terdapat 2 'ara
dalam menilai risiko eksaserbasi yang tidak akan mengarahkan ketingkat resiko
yang sama.
&a'ar 2.# sosiasi antara Gejala, Klasifikasi $pirometri, dan 8isiko
ksaserbasi
Kelompok ini dapat diringkas sebagai berikut0
16
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
17/45
• Pasien Grup 0 8esiko rendah gejala minimal. Khususnya pada GO* 1
atau GO* 2 ( airflo! limitation ringan atau sedang) dan atau kali
eksaserbasi pertahun dan m-8 atau niali 4 H 1&
• Pasien Grup 0 8esiko rendah, gejala lebih berat. Khususnya pada GO*
1 atau GO* 2 (airflo! limitation ringan atau sedang) dan atau kali
eksaserbasi pertahun dan m-8 I 2 atau nilai 4 I 1&
• Pasien Grup 0 8isiko tinggi, gejala minimal. Pada pasien GO* + atau
GO* % ( airflo! limitation yang parah atau sangat parah) dan atau I 2
kali eksaserbasi pertahun dan m-8 I 2 atau nilai 4 I 1&
• Pasien Grup *0 8esiko tinggi, gejala lebih berat. Pada pasien dengan
GO* + atau GO* % ( airflo! limitation yang parah atau sangat parah)
dan atau I 2 kali eksaserbasi pertahun dan m-8 I 2 atau nilai 4 I 1&
2.8. Penata!aksanaan
4ujuan pelaksanaan PPOK men'akup beberapa komponen yaitu 0
a. -engurangi gejala
b. -en'egah progresi"itas penyakit
'. -eningkatkan toleransi latihan
d. -eningkatkan status kesehatan
e. -en'egah dan menangani komplikasi
f. -en'egah dan menangani eksaserbasi
g. -enurunkan kematian
Penatalaksanaan se'ara umum PPOK meliputi 0
• dukasi
• erhenti merokok
• Obat#obatan
• 8ehabilitasi
• 4erapi oksigen
• ;entilasi mekanis
•
:utrisi
17
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
18/45
1. dukasi
dukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada
PPOK stabil. dukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena
PPOK adalah penyakit kronik yang ire"ersibel dan progresif, inti dari edukasi
adalah menyesuaikan keterbatasan akti"itas dan men'egah ke'epatan
perburukan fungsi paru. erbeda dengan asma yang masih bersifat re"ersibel,
menghindari pen'etus dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi atau
tujuan pengobatan dari asma. 4ujuan edukasi pada pasien PPOK 0
1. -engenal perjalanan penyakit dan pengobatan
2. -elaksanakan pengobatan yang maksimal
+. -en'apai akti"itas optimal
%. -eningkatkan kualitas hidup
dukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan berlanjut se'ara
berulang pada setiap kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun bagi
keluarganya. dukasi dapat diberikan di poliklinik, ruang ra!at, bahkan di
unit ga!at darurat ataupun di /5 dan di rumah. $e'ara intensif edukasi
diberikan di klinik rehabilitasi atau klinik konseling, karena memerlukan
!aktu yang khusus dan memerlukan alat peraga. dukasi yang tepat
diharapkan dapat mengurangi ke'emasan pasien PPOK, memberikan
semangat hidup !alaupun dengan keterbatasan akti"itas. Penyesuaian
akti"itas dan pola hidup merupakan salah satu 'ara untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien PPOK.
ahan dan 'ara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat
penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan kondisi ekonomi
penderita.$e'ara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah
1. Pengetahuan dasar tentang PPOK
2. Obat # obatan, manfaat dan efek sampingnya
+. ara pen'egahan perburukan penyakit
%. -enghindari pen'etus (berhenti merokok)
. Penyesuaian akti"itas
2. erhenti merokok
18
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
19/45
erhenti merokok merupakan satu#satunya inter"ensi paling efektif dalam
mengurangi resiko berkembangnya PPOK dan memperlambat progresi"itas
penyakit.
Tae! 2. Penatalaksanaan terhadap Ketergantungan dan pengguna rokok
Penata!aksanaan ter0a+a Keter$ant-n$an +an en$$-na rokok
1. Ketergantungan rokok merupakan kondisi kronis yang perlu
mendapatkan pengobatan jangka panjang hingga abstinence yang permanen bisa
di'apai
2. $egala pengobatan efektif yang ada untuk ketergantungan
rokok harus dita!arkan pada setiap perokok.+. *okter harus menginstituionalisasi identifikasi, dokumentasi,
pengobatan pada setiap pengguna rokok, di setiap kali pertemuan.
%. Konseling yang singkat mengenai berhenti merokok sangat
efektif dan nasihat harus diberikan kepada perokok setiap bertemu dengan pelayan
kesehatan
. 4erdapat hubungan selaras antara intensitas konseling dengan
efekti"itas keluarannya.
. 4erdapat + tipe konseling yang ditemukan efektif 0 konseling
praktis, dukungan sosial sebagai bagian dari pengobatan, dan dukungan sosial yang
diluar pengobatan
6. 4erapi utama untuk ketergantungan rokok D "areni'line.
uproprion, $8, ni'otine gum, ni'otine inhaler, ni'otine nasal spray, dan ni'otine
pat'h# sangat efektif dan minimal satu harus diresepkan jika tidak ada kotraindikasi.
7. Pengobatan ketergantungan rokok merupakan pengobatan
yang relatif 'osteffe'ti"e dibandingkan inter"ensi terhadap pen'egahan medis lainnya.
+. Obat#obatan
Tae! 2.8 Penatalaksanaan a!al farmakologi pada PPOK 1
19
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
20/45
a. ronkodilator
*iberikan se'ara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit. Pada derajat berat
diutamakan pemberian obat lepas lambat atau obat berefek panjang.
-a'am#ma'am bronkodilator
• Golongan antikolinergik
*igunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai
bronkodilator juga dapat mengurangi sekresi mukus.
• Golongan agonis #2
entuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah
penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. entuk
nebuli3er dapat digunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak
dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang. entuk injeksi subkutan
atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.
• Kombinasi antikolinergik dan agonis #2
Kombinasi ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena keduanya
mempunyai tempat kerja yang berbeda.
20
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
21/45
• Golongan Eantin
*apat digunakan sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang derajat
sedang maupun berat.
• ntiinflamasi
*igunakan bila terjadi ksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
intra"ena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi dipilih golongan
metilprednisolon atau prednisone.
• ntibiotika
>anya diberikan bila terdapat eksaserbasi
• ntioksidan
*apat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup, digunakan
:#asetilsistein.
• -ukolitik
>anya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan memper'epat
perbaikan eksaserbasi, terutama pada bron'hitis kronik dengan sputum
yang kental. -engurangi eksaserbasi pada PPOK bron'hitis kronik.
• ntitusif
*iberikan dengan hati#hati
• Phosphodiesterase#% inhibitor
*iberikan kepada pasien dengan derajat /// atau derajat /; dan memiliki
ri!ayat eksaserbasi dan bron'hitis kronik.
%. 8ehabilitasi PPOK
4ujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi terhadap latihan
dan memperbaiki kualitas hidup pasien PPOK. Pasien yang dimasukkan ke
dalam program rehabilitasi adalah mereka yang telah mendapatkan
pengobatan optimal yang disertai 0
• $ymptom pernapasan berat
• eberapa kali masuk ruang ga!at darurat
• Kualitas hidup yang menurun
Program rehabilitasi terdiri dari + komponen yaitu 0 latihan fisis, psikososial,
dan latihan pernapasan.
21
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
22/45
• atihan fisis
*itujukan untuk memperbaiki efisiensi dan kapasitas system
transportasi oksigen. atihan fisis yang baik akan menghasilkan0
o Peningkatan ;O2 maE
o Perbaikan kapasitas kerja aerobi' maupun anaerobi'
o Peningkatan cardiacoutput dan stro%e volume
o Peningkatan efisiensi distribusi darah
o Pemendekkan !aktu yang diperlukan untuk pemulihan
• Psikososial
$tatus psikologi pasien perlu diamati dengan 'ermat dan apabiladiperlukan dapat diberikan obat
• atihan pernapasan
4ujuan latihan ini adalah untuk mengurangi dan mengontrol sesak napas.
4eknik latihan meliputi pernapasan diafragma dan pursed lips breathing
guna memperbaiki "entilasi dan mensinkronkan kerja otot abdomen dan
toraks.
. 4erapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang
menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler
dan men'egah kerusakan sel.
. ;entilasi -ekanis
;entilasi mekanis pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas
akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik, atau pada pasien PPOK
derajat berat dengan gagal napas kronik.
6. :utrisi
-alnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya
kebutuhan energy akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena
hipoksemia kronik dan hiperkapnia menyebabkan terjadi hipermetabolisme.
Kondisi malnutrisi akan menambah mortalitas PPOK karena berkolerasi
dengan derajat penuruna faal paru dan perubaan analisis gas darah.
22
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
23/45
2.7.1. Penatalaksanaan Pada Keadaan $tabil
Penatalaksanaan PPOK stabil dilaksanakan di poliklinik sebagai e"aluasi berkala
atau di rumah untuk mempertahankan PPOK yang stabil dan men'egah
eksaserbasi. Penatalaksanaan dirumah meliputi0
a. Penggunaan obat#obatan dengan tepat
Obat#obatan sesuai klasifikasi. Pemilihan obat dapat dalam bentuk inhaler,
nebulhaler, turbuhaler, atau bree3haler karena pasien PPOK biasanya berusia
lanjut, koordinasi neurologis dan kekuatan otot sudah berkurang.
b. 4erapi oksigen
4erapi oksigen untuk PPOK derajat sedang hanya digunakan bila timbul sesak
yang disebabkan pertambahan akti"itas. Pada PPOK derajat berat yang
menggunakan terapi oksigen di rumah pada !aktu akti"itas atau terus#
menerus selama 1 jam terutama pada !aktu tidur. *osis oksigen tidak lebih
dari 2 liter.
'. Penggunaan mesin bantu napas dan pemeliharaannya
d. 8ehabilitasi
# -enyesuaikan akti"itas
# atihan ekspektorasi atau batuk yang efektif
# atihan ekstremitas atas dan otot bantu napas
e. "aluasi dan monitor
# 4anda eksaserbasi
# fek samping obat
# Ke'ukupan dan efek samping penggunaan oksigen
2.7.2. Penatalaksanaan pada eksaserbasi akutksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan
kondisi sebelumnya. Gejala eksaserbasi berupa sesak yang bertambah,
meningkatnya produksi sputum dan perubahan !arna sputum (sputum menjadi
purulen).
ksaserbasi akut dibagi menjadi + 0
# 4ipe / (eksaserbasi berat), memiliki + gejala
# 4ipe // (eksaserbasi sedang), memiliki 2 gejala
23
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
24/45
# 4ipe /// (eksaserbasi ringan), memiliki 1 gejala diatas ditambah infeksi
saluran napas atas lebih dari hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan
batuk, peningkatan mengi, atau peningkaatan frekuensi penapasan
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
25/45
Penatalaksanaan eksaserbasi akut dapat dilakukan di rumah atau di rumah sakit.
Pada eksaserbasi ringan dapat dilakukan penatalaksanaan di rumah. da beberapa
hal yang menjadi indikasi untuk ra!at inap pada pasien PPOK eksaserbasi akut
berdasarkan diagnosis dan penatalaksanaan PPOK (P*P/) antara lain0
# ksaserbasi sedang dan berat
# 4erdapat komplikasi
# /nfeksi saluran nafas berat
# Gagal napas akut pada gagal napas kronis
# Gagal jantung kanan
erdasarkan GO* 2&11 kriteria indikasi ra!at inap antara lain0
# *itandai dengan peningkatan gejala seperti sesak nafas mendadak pada
saat istirahat
# danya tanda#tanda fisis seperti sianosis dan edema perifer
# Kegagalan pengobatan eksaserbasi dengan penatalaksanaan a!al
# danya komplikasi
# ksaserbasi yang sering
# ritmia yang baru terjadi
# *iagnosis belum pasti
# 5sia lanjut
# Keadaan rumah dan lingkungan yang kurang mendukung
Pemeriksaan spirometri perlu diren'anakan untuk memantau perjalanan penyakit
dan efekti"itas obat yang telah diberikan. $elain itu juga perlu dilakukan
pemeriksaan sputum gramCkultur untuk mengetahui sensiti"itas bakteri terhadap
antibiotika sehingga dapat dipilih antibiotika yang sesuai. -onitoring terhadapsesak nafas, "ital sign dan pemeriksaan G* se'ara serial dilakukan untuk
memantau kondisi pasien dan melihat efekti"itas dari pengobatan yang dilakukan.
2.9. Ko'!ikasi%
Komplikasi pada PPOK merupakan bentuk perjalanan penyakit yang progresif
dan tidak sepenuhnya re"ersible seperti0
1. Gagal nafas
25
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
26/45
# Gagal nafas kronik
Pada gagal nafas kronik, hasil analisa gas darah, PO2H&mm>g dan
PO2g, dan p> normal, penatalaksanaan 0
a. jaga keseimbangan PO2 dan PO2
b. bronkodilator kuat
'. terapi oksigen yang adekuat terutama !aktu akti"itas dan tidur
d. antioksidan
e. latihan pernafasan dengan pursed lips breathing
# Gagal nafas akut
Pada gagal nafas kronik, yang ditandai oleh 0
$esak nafas dengan atau tanpa sianosis, sputum bertambah dan
purulen, demam, dan kesadaran menurun.
2. /nfeksi berulang
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan
terbentuknya koloni kuman, hal ini memudahkan terjadinya infeksi
berulang. Pada kondisi kronik ini imunitas menjadi lebih rendah, ditandai
dengan menurunnya kadar limfosit darah.
+. or Pulmonale ( Gagal jantung Kanan)
Pertukaran udara yang jelek pada penderita PPOK menyebabkan
menurunnya jumlah oksigen di darah sehingga timbul refleks spasme
per'abangan#per'abangan ke'il arteri pulmonalis (hypo'ic
vasoconstriction). Kesemuanya ini akan lebih meningkatkan tahanan
perifer dalam paru. -aka "entrikel kanan harus bekerja lebih keras,
sehingga terjadi hipertrofi "entrikel kanan. ila sudah tidak mampu lagi
mengkompensasi meningkatnya tahanan perifer intrapulmonal, maka akanterjadi kegagalan jantung kanan. 4anda dan gejala gagal jantung kanan
antara lain pembengkakan ekstemitas ba!ah yaitu kaki, dispneu, tidak
mampu mentoleransi latihan, sianosis, meningkatnya "ena leher.
26
http://copd.about.com/od/complicationsofcopd/a/corpulmonale.htmhttp://copd.about.com/od/complicationsofcopd/a/corpulmonale.htm
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
27/45
BAB III
LAPORAN KASUS
//
PO8: K$5$
/. /*:4/4$ P:*8/4
:ama 0 :*
5mur 0 1 tahun
=enis kelamin 0 aki#laki
angsa 0 /ndonesia
$uku 0 ali
gama 0 >indu
Pendidikan 0 4amat $4P
$tatus 0 $udah menikah
Pekerjaan 0 4idak bekerja
lamat 0 =l. 4ukad alian, :o 1 , 8enon, *enpasar
4anggal -8$ 0 21 $eptember 2&124anggal Pemeriksaan 0 2% $eptember 2&12
8uangan 0 ngsoka //
54O:-:$/$
//. K5>: 54-
$esak nafas
///. :-:$/$ K>5$5$
8i!ayat penyakit sekarang 0
Pasien datang ke /8* 8$5P $:G> dengan keluhan sesak nafas sejak /
minggu $-8$ dan memburuk sejak 2 hari $-8$. $esak nafas timbul se'ara
mendadak pada pagi tanpa didahului oleh akti"itas fisik yang berat. $esak
mulanya terasa ringan, tidak pernah hilang dan makin lama dirasakan semakin
memberat. $esak nafas dirasakan terus#menerus sepanjang hari saat pasien
menarik nafas dalam#dalam dan memburuk saat batuk kuat. $esak nafas dirasakan
27
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
28/45
seperti tertekan sampai membuat pasien merasa tidak bisa bernafas dan pasien
mengeluh sulit tidur. $esak tidak dipengaruhi oleh posisi dan juga tidak membaik
dengan perubahan posisi. Pasien juga mengeluh sesak nafas terkadang disertai
dengan bunyi Fngik # ngikQ. $esak nafas juga membuat pasien menjadi lemas dan
tidak bisa berakti"itas. $elama pera!atan pasien mengatakan sesaknya masih
terasa namun sudah terasa berkurang.
Pasien juga mengeluhkan batuk sebelum keluhan sesak terjadi. atuk
dikatakan mun'ul sejak 9 hari yang lalu dan semakin lama dirasakan bertambah
berat sejak + hari $-8$. atuk dirasakan pasien terus#menerus sepanjang hari
dengan dahak kental ber!arna kuning. ;olume dahak yang keluar sekali batuk
sekitar R hingga S sendok makan. atuk dengan dahak berdarah disangkal oleh
pasien. $ampai saat pera!atan pasien masih batuk berdahak dengan !arna putih
kekuningan namun dikatakan frekuensinya sudah berkurang.
Pasien juga mengeluh demam sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit yangmun'ul bersamaan dengan keluhan batuk yang pasien alami. *emam terjadi
mendadak dan dirasakan terus menerus baik siang maupun malam. *emam
dikatakan merespon obat penurun panas, dan pasien mengaku sudah tidak demam
sejak + hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien menyangkal adanya keluhan mual dan muntah. Pasien juga
menyangkal adanya penurunan nafsu makan dan berat badan, serta berkeringat
pada malam hari saat tanpa akti"itas. K pasien dikatakan biasa, dengan
frekuensi berkemih sekitar %# kali dalam sehari, "olume tiap berkemih T
hingga 1 gelas, !arna jernih kekuningan. pasien juga dikatakan biasa,frekuensi rata#rata sekali sehari, !arna ke'okelatan, konsistensi padat.
8i!ayat Penyakit *ahulu
Pasien mengaku sering mengalami batuk terutama saat bangun tidur dengan
dahak kental sebelum keluhan saat ini mun'ul. atuk dirasakan mun'ul sejak +
tahun terakhir namun hilang dengan pengobatan dari dokter praktek umum.
4erkadang pasien juga mengeluh sesak saat batuk mun'ul, namun tidak pernah
separah yang dirasakan sekarang.Pasien juga mengatakan memiliki ri!ayat
hipertensi yang diketahui + tahun yang lalu ketika pasien berobat di 8$5P
$anglah. 8i!ayat ken'ing manis, penyakit jantung, asma disangkal oleh pasien.
8i!ayat Pengobatan
Pasien sempat berobat ke 8umah $akit 5mum $anglah + tahun yang lalu
dengan keluhan yang sama. depun pada masa itu pasien menolak dira!at di
rumah sakit dan lebih memilig pengobatan alternati"e (herbal). Kemudian 2 bulan
28
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
29/45
yang lalu keluhan yang sama timbul kembali dan dira!at di 8$5P $anglah.
Pasien juga mengalami keluhan biasanya berobat ke praktek dokter umum yang
berada dekat rumahnya. dapun pasien biasanya mendapatkan pengobatan
berupa suntikan , obat batuk dan obat hipertensi.
8i!ayat Penyakit Keluarga
*i keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama seperti ini,
adanya kelainan ba!aan di keluarga juga disangkal. 8i!ayat penyakit sistemik
lain pada keluarga seperti hipertensi, sakit jantung, ginjal, dan ken'ing manis
disangkal oleh penderita.
8i!ayat $osial dan konomi
Penderita saat ini tidak berkerja selama 1 tahun. $ebelumnya pekerjaan
pasien adalah sebagai petani. Pasien berkerja sebagai petani selama & tahun.
dapun selama berkerja pasien tidak pernah menggunakan alat perlindungan diri,
khususnya masker ketika menyemprotkan pestiside.
Pasien memiliki ri!ayat merokok sejak & tahun yang lalu. *alam sehari
pasien mampu menghabiskan batang rokok. :amun pasien mengaku sudah
berhenti merokok sejak 1& tahun yang lalu. 8i!ayat mengkonsumsi alkohol
disangkal oleh pasien.
*alam 1 rumah pasien tinggal bersama 2 orang 'u'u dan 2 orang keluarga
yang kos di rumah pasien. Pasien memiliki 2 orang anak yang sudah menikah dan
tinggak di rumah yang berbeda dengan pasien. depun istri pasien sudah
meninggal 1& tahun yang lalu. Keluarga pasien merupakan golongan sosial
ekonomi menengah. nak# anaknya sebagai pega!ai s!asta dikatakan 'ukupuntuk membiayai kehidupan sehari#hari pasien bersama keluarganya.
/;. P-8/K$: ?/$/K
$tatus present
Keadaan umum 0 tampak sakit sedang
Kesadaran 0 'ompos mentis (%;-)
4ekanan darah 0 16&C11& mm>g
29
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
30/45
, ,, ,,,
-i.#rsonor -i.#rsonor-i.#rsonor -i.#rsonor-i.#rsonor -i.#rsonor
:adi 0 7% ECmenit, reguler, isi 'ukup
8espirasi 0 2% EC menit
4emp. aEilla 0 +, U
0 %9 kg
4 0 12 'm
-/ 0 17.6 kgCm2
$tatus general
)ata 0 nemis #C#, ikterus #C#, reflek pupil VCV isokor, edema palpebra #C#
Biir 0 Pursued lips breathing
THT
4elinga 0 $ekret #C#, hiperemis #C#
>idung 0 $ekret (V) mu'oid
4enggorokan 0 4onsil 41C41, faring hiperemi (V)
idah 0 Papil atrofi (#)
Le0er 0=;P V + 'm>2O, kelenjar tiroid normal, penggunaan otot
bantu nafas(V)
T0ora: 0
or
/nspeksi 0 Pulsasi iktus 'ordis tampak pada /$ ; - $
Palpasi 0 /ktus kordis teraba pada /$ ; - $, kuat angkat (#)
Perkusi 0 atas atas jantung /$ //
atas kanan jantung P$ kanan
atas kiri jantung 2'm - kiri /$ ;
uskultasi 0 $1$2 tunggal, regular, murmur (#)Pulmo
/nspeksi 0 $imetris (V), arrel 'hest (V), tampak pelebaran 'elah iga
Palpasi 0 ;o'al fremitus Pelebaran 'elah iga
(V)
Perkusi 0
30
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
31/45
, ,, ,,,
////
/ /
/ // /
uskultasi 0 ;esikuler
,
8hon'hi
Ahee3ing
A+o'en 7
/nspeksi 0 *istensi (#)
uskultasi 0 ising usus (V) normal
Palpasi 0>eparClien tidak teraba, nyeri tekan (#), ballottement (#),
:yeri ketok sudut 'osto "ertebral #C#
Perkusi 0 4impani, shifting dullness (#)
Ekstre'itas 0 >angat , , 4rem, edema dema
;. P-8/K$: P:5:=:G
*arah engkap (22C9C2&12)
;ariabel $atuan :ormal
A 7,76 E 1&+CW %,1,&&
:e +,79 E 1&+CW 2,,&
ym 2,1& E 1&+CW 1,&%,&&
-o &,61 E 1&+CW &,1,2&
o &.1& E 1&+CW &,&&,&
a &.+& E 1&+CW &,&&,1&
8 ,&& E 1&CW %,,9&
>G 1,&& gCd 1+,
16,&
>4 %6,7 B %1#+
-; 7,2& f 7&&
-> 2,29 Pg 2#+%
P4 161,6& E 1&+CW 1%%&
Kimia Klinik (22C9C2&12)
31
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
32/45
;ariabel >asil $atuan :ormal
$GO4 +1, 5C 11,&++,&&
$GP4 %,&& 5C 11,&&,&&
5: 2&,&& 5C 7,&& D 2+,&&Glu'ose darah 1+,&& mgCd 6&,&%&,&&
Analisis Gas ara% (2292012
Parameter Result Unit Remarks Reference
range
pH !"# $ !"% & !'%
pC# *!++ mmHg H "%!++ &
'%!++
p# +!++ mmHg L *+!++ &
,++!++
HC"$ "%!++ mmol-. - ##!++ &
#!++
/C# #0!+ mmol-. #'!++ &
"+!++
S#c **!++ 1 $$
B2ecf *!0+ mmol-. - $#!++$#!++
3atrium ,",!++ mmol-. L ,"!++$
,'%!++
Kalium '!#+ mmol-. "!%$%!,
32
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
33/45
#emeri%saan rontgent thora' #A
8o 4horaE P0
• or0 -embesar dengan 48
&B, tampak kalsifikasi aorti'
knob
• Pulmo0 4ampak honey 'omb
appearan'e dengan infiltrate di
sekitarnya di para'ardial kanan
kiri, tampak hiperaerated di kedua
paru
• $inus pleura kanan tajam, kiri
tumpul
• *iafragma kanan kiri normal
• 4ulang#tulang0 4ak tampak kelainan
Kesan 0 ardiomegali dengan atheros'lerosis di aorta
$uspek bron'hie'tasis dengan infeksi sekunder
>iperaerated lung
fusi pleura kiri
#emeri%saan )CG
/rama 0 sinus
>8 0 116ECmnt
Eis 0 8ight aEis
de"iation
Gel P 0 P pulmonal
di //, ///, a;?
ompleE J8$ 0 ;1
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
34/45
dengan pembesaran
"entrikel dan atrium
kanan
;/ */G:O$/$ K8=
PPOK eEa'erbasi akut
# P*
# sidosis respiratorik
# ronkiektasis
>ipo"olemi hiponatremia hipoosmolar asimtomatik
$uspek Pneumonia (>P)
>>*
;// 48P/
#/;?* :al &.9B 2& tpm
#Oksigen 2Cmm (-8 bag 7lmp)
#:ebuli3er salbutamol tiap 7 jam
#-ethylprednisolon 2E2. mg /;
#;alsartan 1E &mg
#efta3idine +E2g /;
#iprofloEa'in 2E%&& mg /;
#romheEyn syr +E X
#?urosemide 2E 2&mg /;
;///. P::/:G */G:O$/$
# $putum gramC kulturC $4
# $pirometri bila keadaan stabil
# Konsul ke di"isi 'ardiologi
# G* setiap 12 jam
/ -O:/4O8/:G
34
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
35/45
# Keluhan
# "ital sign
35
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
36/45
BAB I
DISKUSI HASIL KUNJUN&AN RU)AH
(.1. Daftar Per'asa!a0an
dapun sejumlah permasalahan yang masih menjadi kendala penderita dalam hal
menghadapi penyakitnya antara lain01. Pasien masih kurang paham dengan penyakitnya, gejala#gejala eksaserbasi
akut, dan penanganannya.2. Pasien tinggal di rumah dengan "entilasi rumah yang kurang baik dan kurang
mendapat pen'ahayaan dari sinar matahari.+. Pasien saat ini tidak bekerja, dan biasanya pasien sering duduk#duduk di
!arung pinggir jalan dekat rumah pasien, dimana paparan terhadap debu'ukup tinggi.
%. u'u pasien memiliki kebiasaan merokok, dimana setiap hari mereka sering
duduk#duduk bersama pasien di teras depan kamar pasien, dengan demikian
dapat meningkatkan paparan terhadap asap rokok.. Pasien sehari#hari kurang mendapat perhatian dan pera!atan dari keluarga
oleh karena 'u'u pasien sibuk berkerja.
(.2. Ana!isis Ke-t-0an Pen+eritaKebutuhan ?isik#iomedis
a. Ke'ukupan Gi3i
:utrisi >arian Pasien
Jenis J-'!a0 Ja+;a!30ari Ja+;a!3'in$$-
Karbohidrat :asi 8oti -ie
ainnyaProtein >e!ani
:abati$ayuruah$usu
sendok ##
#
1 potong2 potongS gelas1 buah#
+ kali##
#
2 kali1 kali+ kali1 kali#
21 kali##
#
1% kali6 kali21 kali+ kali#
36
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
37/45
-enurut pengakuan pasien, dalam sehari pasien makan tiga kali. auk yang
disiapkan oleh 'u'unya dikatakan tidak selalu sama, namun dapat dibuat
gambaran umum menu untuk masing#masing jad!al makan sebagai berikut0
# $arapan 0 nasi, tempeCtahu, sayur
# -akan siang 0 nasi, daging ayam, sayur
# -akan malam 0 nasi, tempeCtahu atau ikan laut, sayur
Pasien sesekali makan buah diantara !aktu makan besar, tergantung dari
ketersediaan buah tersebut. uah#buahan yang sering dikonsumsi pasien
antara lain jeruk, pisang, dan mangga.
Kebutuhan kalori pasien dapat dihitung dengan menggunakan rumus ro''adengan pertama#tama menentukan berat badan ideal (/).
/ Y (4 D 1&&) D 1&B E 1kgY (12 D 1&&) D 1&B E 1kgY .7 kg.
erdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan, berat badan pasien saat
ini adalah %9 kg, atau dengan kata lain 76,7B dari /, pasien termasuk
kategori berat badan normal. $elanjutnya dilakukan penghitungan kebutuhan
kalori basal dan penyesuaian terhadap kebutuhan kalori pasien sesuai kondisi
pasien.1. Kebutuhan kalori basal (jenis kelamin aki#laki)
Y / E +& kaloriY % E +& kalori Y 12& kalori
2. Penyesuaiana. 5sia % tahun, maka dikurangi B dari kebutuhan kalori
basalB E 12& kalori Y 71 kalori
b. 4ingkat akti"itas berat, maka ditambah +&B dari
kebutuhan kalori basal1&B E 12& kalori Y 12 kalori
4otal kebutuhan kalori pasien dalam satu hari adalah 12& kalori D 71 kalori V
12 kalori, yaitu 16&1 kaloriChari.
5ntuk memudahkan perhitungan maka dipakai kebutuhan kalori penderita
adalah 16&& kaloriChari.
*istribusi -akanan
37
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
38/45
=umlah kalori per hari pasien ini dibagi dalam + porsi makan utama dan 2
porsi makanan selingan, yaitu0a. -akan pagi 0 2&B E 16&& kalori Y +%& kalori
b. -akan siang 0 +&B E 16&& kalori Y 1& kalori'. -akan malam 0 2B E 16&& kalori Y %2 kalorid. supan di sela makan pagi dan siang 0 1B E 16&& Y 2 kalorie. supan di sela makan siang dan malam0 1&B E 16&& Y 16& kalori
*istribusi makanan berdasarkan komponen makanan adalah0
:
ka!ori?
-akan Pagi +%& kalori 16& kalori 7 kalori 1&2 kalori-akan
$iang
1& kalori 2 kalori 1&2 kalori 1+ kalori
-akan
-alam
%2 kalori 212, kalori 7 kalori 126,
kalori
$elingan 1 2 kalori
$elingan 2 16& kalori
Pemilihan =enis -akanan
*engan penghitungan tersebut maka di'oba untuk memberikan suatu
pola jad!al yang men'akup pilihan jenis makanan dan jumlah makanan.
Perhitungan di atas sudah disesuaikan dengan kondisi penyakit pasien,
dimana pasien membutuhkan diet rendah karbohidrat untuk men'egah
timbulnya gejala eksaserbasi akut.
erdasarkan data dari poliklinik gi3i 8$5P $anglah maka penulis
men'oba menyusun pola makanan yang sudah diubah ke dalam bentuk
ukuran yang dapat dimengerti oleh pasien. Pemilihan jenis makanan pun
disesuaikan dengan makanan yang tersedia dan terjangkau bagi pasien.
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
39/45
:asi putih0 +C%
gelas
$ingkong0 1,
potong
-i basah 0 2 gelas
iskuit0 % buah
besar
V
=eruk manis 1 buah
1,2 potong sedang
4eri kering 1,2 sdm
Putih telur ayam +
btr
Protein :abati
Ka'ang hijau 1,
sdm
Ka'ang tanah 1,
sdm
4ahu &, potong
besar
4empe 1, potong
sedang
butir
>ati ayam 1,2
buah sedang
ebek S potong
sedang
*aging ayam
dengan kulit S ptng
sedang
$elingan 1 iskuit buah besar
Kentang 2, buah sedang
8oti putih + iris
$usu sapi 1 gelas V biskuit 1 buah besar
-akan siang :asi putih 2 gelas
8oti ta!ar iris
-i basah + gelas
Protein he!ani
yam tanpa kulit 2
potong sedang
4eri kering 2 sdm
Putih telur ayam
btr
Protein :abati
Ka'ang hijau 2,
sdm
Ka'ang tanah 2,
sdm
4ahu 1, potong
besar
4empe + potong
4elur ayam 2 butir
4elur bebek asin 2
butir
>ati ayam 2 buah
sedang
ebek 1 potong
sedang
*aging ayam
dengan kulit 1 ptng
sedang
39
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
40/45
sedang
$elingan 2 iskuit % buah besar 1 potong besar pepaya
8oti putih + sisir V 2 buah jeruk
$ingkong 1, potong T buah mangga besar -akan
-alam
:asi putih 1 gelas
8oti ta!ar % iris
-i basah 2, gelas
V
Pepaya S potong
besar
=eruk manis 1 buah
Protein he!ani
yam tanpa kulit 1,
potong sedang
4eri kering 1, sdm
Putih telur ayam +
btr
Protein :abati
Ka'ang hijau 2sdm
Ka'ang tanah 2 sdm
4ahu 1 potong besar
4empe 2 potong
sedang
4elur ayam 1,
butir
4elur bebek asin
1, butir
>ati ayam 1, buah
sedang
ebek +C% potong
sedang
*aging ayam
dengan kulit +C%
ptng sedang
. kses Pelayanan Kesehatan
PPOK merupakan penyakit kronis yang dapat kambuh bila ada faktor
pen'etus bahkan dapat menyebabkan kematian. Pasien tinggal di seputaran
$idakarya, *enpasar, dimana akses pelayanan kesehatan 'ukup mudah
dijangkau. depun pusat layanan kesehatan yang terdekat dari rumah pasien
adalah P5$K$-$ Pembantu 8enon dan 8$5P $anglah yang dapat
di'apai dalam 1 menit. $ebelum sakit pasien biasa mengontrol kondisi
kesehatannya ke praktek dokter umum yang tidak jauh dari rumah pasien.kses pelayanan yang dekat memberikan kemudahan bagi pasien terutama
saat sesaknya kambuh. $ampai saat ini pasien hanya 2 kali saja mengalami
sesak yang sampai harus diba!a ke rumah sakit untuk ra!at inap.
/. ingkungan
$aat ini pasien tinggal bersama 2 orang 'u'u bersama 2 orang keluarga lain
yang kos di rumah pasien. Pasien tinggal di rumah dengan luas bangunan dan
40
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
41/45
pekarangan sekitar + are. 8umah pasien 'ukup rapat dengan rumah#rumah di
sekitarnya. Keadaan rumah pasien tergolong 'ukup layak untuk dihuni.
>anya saja kamar pasien tampak agak kotor dan berantakan.4empat tinggal
pasien terdiri dari 7 kamar yang terpisah. Kamar tidur pasien berukuran E
+ m2. Kamar tidur pasien hanya memiliki 1 buah jendela berukuran 1,2 E
&, m2 dan + lubang "entilasi berukuran 2 E 2 'm. $irkulasi udara hanya
melalui 1 buah jendela dan lubang sirkulasi tersebut, terkadang jendela tidak
dibuka oleh pasien. ahaya matahari yang masuk ke kamar pasien hanya
sedikit. $umber air minum dan air -K untuk keluarga pasien adalah dari
air P*-. *i rumah tersebut, terdapat 1 dapur dengan 1 kompor.
Kebutuhan io#psikososial
a. ingkungan iologis
*alam lingkungan biologisCkeluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan hal
serupa seperti dialami pasien. Kondisi imun pasien sangat penting dalam
timbulnya kekambuhan pada penyakit pasien. ingkungan yang kurang
mendukung serta ke'ukupan gi3i yang tidak sesuai diduga menjadi faktor
penting kambuhnya penyakit pasien.
Kondisi rumah pasien dimana "entilasinya kurang memadai tidak mendukung
untuk perbaikan kondisi kesehatan pasien. $elain itu, rendahnya aliran udara
di dalam rumah pasien akibat minimnya "entilasi meningkatkan risiko
penyebaran penyakit menular yang bersifat airborne di kalangan anggota
keluarga menjadi lebih mudah.
Ke'ukupan gi3i pasien masih tergolong dalam kondisi gi3i kurang. :amun
demikian pola makan pasien tetap perlu diperhatikan sesuai dengan ketentuan
diet yang tepat bagi penderita PPOK, yaitu diet dengan rendah karbohidrat.
. ?aktor Psikososial dan Kultural
Pasien tidak lagi memiliki tanggung ja!ab untuk menghidupi keluarganya
dengan men'ari nafkah. iaya untuk kebutuhan sehari#hari pasien dan
keluarga ditopang oleh putranya. Pasien merasa sudah sangat tua untuk
bekerja dan membantu untuk memenuhi biaya di keluarganya, sehingga
41
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
42/45
masalah apapun yang mengenai biaya di luar kebutuhan sehari#hari, pasien
menyerahkan semuaya kepada putranya dan 'u'unya.
nggota keluarga pasien, terutama yang ikut tinggal serumah dengan
pasien, 'ukup memahami kondisi pasien saat ini, serta 'ukup mendukung
kesembuhan pasien. $e'ara umum putra pasien dan keluarganya memahami
gambaran besar mengenai penyakit pasien serta ikut menjaga supaya penyakit
pasien tidak kambuh. $ebagai 'ontoh, putra dan 'u'u pasien memilih untuk
tidak merokok di dalam rumah atau dimanapun dekat pasien berada untuk
menghindari kambuhnya penyakit pasien akibat asap rokok.
$elain itu karena kesibukan 'u'u pasien dalam berkerja, mereka tidak
sanggup untuk mengurus kebutuhan pasien sehari#hari dan pasien juga tidak
ada keluarga yang diajak untuk berbagi 'erita tentang masalah pasien.
(.#. Saran +an KIE
a. Pasien lebih mengetahui tentang penyakitnya, faktor#faktor risiko yang harus
dihindari untuk men'egah eksaserbasi penyakitnya, serta mengenali gejala
eksaserbasi akut dan 'ara menanganinya.K/ yang diberikan0# PPOK merupakan penyakit yang bersifat kronis dan dapat kambuh
(mengalami eksaserbasi) apabila ada pen'etus.# ?aktor#faktor risiko pemi'u eksaserbasi akut PPOK pada pasien ini0 asap
rokok, paparan terhadap debu dan insektisida, sirkulasi udara dalam
rumah yang kurang baik. -aka dari itu diperlukan juga peranan keluargauntuk menjaga kesehatan pasien.
# Pasien mengenakan masker atau kain penutup hidung dan mulut saat
bepergian keluar rumah, serta dalam setiap kondisi menghindari terpapar
dari asap (saat duduk bersebelahan dengan orang yang merokok)# Pasien selain didiagnosis dengan PPOK juga didiagnosis dengan diabetes
mellitus. -aka penting pula untuk mengedukasi pasien tentang penyakit
ini, dimana penyakit diabetes mellitus dapat meningkatkan resiko
terjadinya suatu infeksi. *iperlukan suatu ketaatan untuk menjaga agar
42
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
43/45
gula darah pasien tetap terkontrol dan perlu memperhatikan tanda#tanda
bahaya hiperglikemi maupun hipoglikemi yang mungkin terjadi pada
pasien.
b. ;entilasi udara di rumah pasien perlu dimaksimalkan penggunaannya, agar
udara bersih dapat masuk dengan lebih efektif.K/ yang diberikan0# "entilasi yang tidak efektif tidak hanya menimbulkan rasa tidak nyaman
bagi anggota keluarga namun juga meningkatkan risiko kambuhnya
penyakit pada pasien# jendela#jendela kamar perlu lebih sering dibuka terutama pada pagi hari
agar sirkulasi udara berjalan dengan baik.# ersamaan dengan itu perlu diperhatikan pula kebersihan "entilasi udara
(bebas dari kotoran pada kain kasa, sarang laba#laba, dll).'. Pasien sebaiknya menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar dan jangan
membiarkan diri begadang sampai dini hari.K/ yang diberikan0# Pasien harus selalu memperhatikan !aktu untuk istirahat pada malam
harinya# 4idak memaksakan diri untuk begadang apabila merasa kondisi tubuhnya
menurund. -engikuti pola makan yang baik dengan gi3i seimbang sesuai dengan pola
yang telah dianjurkan.K/ yang diberikan0# Karbohidrat merupakan sumber tenaga yang baik dan utama bagi tubuh,
namun pasien dengan PPOK perlu membatasi asupan karbohidrat karena
konsumsi karbohidrat yang berlebihan dapat memi'u eksaserbasi akut.# -akanan sumber karbohidrat yang baik dan sekaligus perlu diperhatikan
porsinya antara lain0 nasi, mie, roti, kentang, singkong.# =enis lauk dan sayuran dapat ber"ariasi agar pasien tidak merasa bosan,
namun dengan tetap memperhatikan proporsinya sesuai dengan pola
yang dianjurkan.
e. Pasien sebaiknya mendapat perhatian se'ara khusus oleh keluarganya
khususnya oleh anak pasien dimana 'u'u pasien itu sendiri sudah disibukan
oleh pekerjaan masing#masing atau alternatif lain pasien dapat tinggal di
rumah anaknya
43
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
44/45
f. -elakukan kontrol ke poli interna 8$5P $anglah se'ara teratur serta rajin
dan terbuka dalam melaporkan perkembangan kondisi tubuhnya serta
penyakitnya kepada dokter.
K/ yang diberikan0# *atang ke poliklinik 8$5P $anglah untuk kontrol obat se'ara teratur dan
sesuai jad!al poli di"isi Pulmonologi, yaitu pada hari $enin D =umat.# -enyampaikan dengan sebenar#benarnya perkembangan kondisi dirinya
kepada dokter poliklinik, termasuk keluhan yang sudah membaik,
keluhan yang belum membaik, serta apabila ada keluhan baru.# -emanfaatkan !aktu kontrol di poliklinik untuk berdiskusi dengan
dokter mengenai penyakitnya ataupun hal#hal yang masih belum
dimengerti oleh pasien.g. 4etap optimis menjalani hidup dan jangan merasa terbebani oleh penyakit
yang dideritanya saat ini.K/ yang diberikan0# $enantiasa mendekatkan diri kepada 4uhan Zang -aha sa dengan
menjalani peribadatan sesuai keyakinan yang dianut pasien.# Penyakit yang diderita pasien bukanlah alasan untuk menghentikan
akti"itas pasien ataupun alasan bagi pasien untuk menarik diri dari
kehidupan sosialnya.
# Kepada anggota keluarga yang lain supaya senantiasa mendukung pasien
dalam men'apai kesembuhan dan men'egah kekambuhan penyakitnya,
serta melakukan tindakan nyata yang dapat men'egah kekambuhan
tersebut (seperti menjaga kebersihan rumah, tidak merokok di dalam
rumah dan sekitar pasien)
44
-
8/20/2019 kasus lengkap pbl
45/45
DAFTAR PUSTAKA
1. 8eilly ==, $il"erman K, $hapiro $*. hroni' obstru'ti"e pulmonary
disease./n0 Kasper *, ?au'i $, ongo *, raun!ald , >auser $,
=ameson =, editors. >arrison[s prin'iples of internal medi'ine. 1th ed.
:e! Zork0 -'Gra!#>illM 2&&%. p. 1%6#%.
2. 8iyanto $, >isyam . Obstruksi $aluran Pernapasan kut. *alam0 uku
jar /lmu Penyakit *alam. disi ke#%. =ilid //. 2&&. >al0 97%#
+. Kaner"isto -, dkk. OP*, hroni' ron'hitis, and apa'ity for *ay#to#
day 'ti"ities0 :egati"e /mpa't of /llness on the >ealth#related Juality of
ife. hroni' 8espiratory *isease. 2&1&. 6(%)0 2&6#21.
%. 4an A, :g 4P. OP* in sie0 Ahere ast -eets Aest. >$4. 2&&7M
1++0 16#26
. Perhimpunan *okter Paru /ndonesia. Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK)0 Pedoman *iagnosis dan Penatalaksanaan di /ndonesia. 2&11.
. 8o'he :, dkk. eyond orti'osteroids0 ?uture Prospe'ts in the
-anagement of /nflammation in OP*. ur 8espir 8e" 2&11M 2&0 121,
16#172
6. GO* 8eport. 2&11. -anagement 8eferen'e for hroni' Obstru'ti"e
Pulmonary disease (OP*). !!!.gold'opd.org.