kasus diskusi
-
Upload
asnan-azis-fatoni -
Category
Documents
-
view
26 -
download
2
description
Transcript of kasus diskusi
Kasus Pemicu Diskusi 1Altruisme dalam Profesi Medis
Seorang pasien laki-laki usia 60 tahun adalah salah satu pasien yang dirawat di bangsal
penyakit jantung karena keluhan sesak nafas selama hampir 1 minggu. Selama ini ia
dirawat oleh ahli jantung sebagai konsultan, sedang dokter ruangan adalah dokter umum.
Pasien ini memang pasien lama, ia telah menjalani rawat jalan maupun rawat inap
beberapa kali karena sesak maupun nyeri dada sehingga ia sudah akrab dengan para dokter
maupun perawat. Begitu pun para dokter yang merawatnya pun sudah kenal dengan
keluarga pasien, dokter telah berterus terang pada pasien dan keluarga mengenai penyakit
yang diderita oleh pasien. Dalam pengobatannya, dokter ahli jantung telah memberikan
berbagai macam obat, baik generik maupun paten, untuk penyembuhan penyakit pasien,
namun karena banyak komplikasinya, seperti darah tinggi dan gula, sehingga
penyembuhan menjadi sulit, belum lagi posturnya gemuk, sulit untuk melakukan diet
sedang serta olah raga ringan yang dianjurkan oleh dokter ahli malas dikerjakan oleh
pasien. Namun begitu dengan senda gurau dokter selalu memberikan anjuran dan nasehat
kepada pasien untuk tetap menjaga kondisi, minum obat, agar selalu tinggi semangat
hidup, begitu pun kepada keluarga agar selalu mendukungnya.
Pada hari ke 10 perawatan, saat jam bezoek, pasien banyak menerima tamu, dokter telah
memberitahukan kepada pasien dan keluarga karena kondisinya berangsur membaik
direncanakan untuk pulang dalam beberapa hari. Rasa bahagia sangat dirasakan oleh
pasien maupun keluarga, sebagian keluarga telah berkemas-kemas, dan oleh pasien diminta
untuk tidak perlu lagi ia ditemani di RS. Setelah jam bezoek selesai, pasien merasa capek
sehingga memberitahu kepada keluarga yang menemaninya bahwa ia hendak istirahat.
Tiba-tiba pasien merasakan nyeri dada dan tidak sadarkan diri, saat melihat kondisi itu
keluarga yang menemani menjadi histeris, dan segera memanggil perawat. Perawat segera
memanggil dokter jaga ruangan. Dalam 5 menit, dokter jaga datang, segera menilai
keadaan pasien: tidak sadar, tidak terasa hembusan nafas dari hidung dan mulut, nadi
pergelangan tangan dan leher tidak teraba. Dokter segera melompat ke atas tempat tidur
pasien dan melalukan resusitasi jantung dan paru, membuat denyut jantung buatan dengan
memberikan tekanan pada dada dan dan memberikan nafas buatan melalui ambubag secara
simultan. RJP baru dilakukan selama 5 menit dan belum ada respon, namun pihak keluarga
semakin histeris. Keluarga bersepakat merelakan kepergian pasien dan meminta dokter
jaga untuk menghentikan RJP saat itu juga.
Tugas Mandiri Blok I dr.Humaryanto (PSPD Universitas Jambi)
Kasus Pemicu Diskusi 2Prinsip Do No Harm dalam situasi emergensi dan praktek medis
Dokter Prima adalah seorang Spesialis Bedah di kota Manokat, sebuah Ibu Kota
Kabupaten. Selain berpraktek di RS Kabupaten, ia juga membuka praktek pribadi di
rumhanya pada pagi hari sebelum ke RS dan sore setelah dinas di RS. Suatu pagi ditempat
praktek pribadinya, ia kedatangan seorang pasien dari desa. Pasien itu korban tabrak lari, ia
mengeluh nyeri perut kiri atas akibat benturan dengan sepeda motor yang menabraknya.
Keadaan pasien saat datang masih sadar. Setelah diperiksa, dokter Prima segera
menganjurkan pasien untuk masuk Rumah Sakit karena harus menjalani pengawasan
lanjut yang ketat (observasi trauma tumpul abdomen), namun pasien menolak.
Karena ia adalah pasien terakhir, dokter Prima kemudian mengajak pasien untuk ke RS
bersama-sama, disertai alasan perlu pemeriksaan darah untuk melihat parah tidaknya
penyakit pasien. Pasien setuju. Dokter Prima berpesan agar hasil pemeriksaan segera
disampaikan padanya.
Hasil pemeriksaan menunjukkan penurunan Hb dan pada pemeriksaan fisik ulang, dr
Prima menemukan perut mulai membesar dan kencang serta abdominal tap positif
(terdapat cairan bebas/darah dalam rongga perut). Dokter Prima menyimpulkan sang
pasien mengalami perdarahan dalam rongga perut yang kemungkinan diakibatkan oleh
ruptur atau robeknya limpa. Dokter Prima langsung menjelaskan keadaan sakit penderita
dan rencana untuk operasi laparatomi. Tapi walaupun sudah dijelaskan bahwa jika tidak
dioperasi maka perdarahan dalam rongga perut akan berlangsung terus dan akan
mengakibatkan kematian, pasien tetap menolak operasi namun bersedia masuk untuk
perawatan.
Beberapa jam kemudian kesadaran pasien makin menurun dan jatuh dalam keadaan tidak
sadar. Tindakan yang harus segera diambil satu-satunya adalah operasi untuk
menghentikan perdarahan. Dokter Prima akhirnya melakukan tindakan operasi. Pasca
operasi pasien membaik dan pulang dalam keadaan sehat.
Tugas Mandiri Blok I dr.James Siwu (FK UnSrat)
Kasus Pemicu Diskusi 3Autonomi Pasien dalam berbagai Situasi
Kanker paru adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini sulit untuk diobati, apalagi
jika pasien datang pada stadium lanjut. Biasanya pada stadium lanjut paru banyak masalah
yang sulit diatasi seperti misalnya efusi pleura masif.
Dr Pras yang praktek di RS Rujukan Nasional, mendapat pasien yang dirujuk oleh dokter
spesialis pulmonologi dari Sumatera. Pasien adalah seorang laki–laki, usia 60–an dengan
masalah efusi pleura masif pada salah satu parunya. Dokter tersebut telah melakukan
tindakan diagnostik dan beberapa kali tindakan untuk mengeluarkan cairan pleura tersebut,
tetapi hasil pemeriksaan diagnostik tidak memberikan kepastian penyakitnya.
Saat pertama kali bertemu pasien dan keluarga, dr Pras melakukan anamnesis, pemeriksaan
ulang dan menganalisis seluruh hasil yang di bawa. Ia menjelaskan bahwa akan dilakukan
pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnostis, terutama penyebab efusi pleura masif.
Selain itu ia akan melakukan evakuasi cairan pleura yang masih ada. Kepada keluarga Ia
menjelaskan hasil pemeriksaannya, dan menyarankan agar pasien dirawat karena keadaan
umumnya lemah dan ada keluhan sesak napas. Keluarga menerima.
Di bangsal, direncanakan pengambilan cairan pleura dan biopsi untuk pemeriksaan.
Sebelum tindakan, dr Pras menjelaskan tujuan dan akibat dari tindakan tersebut. Keluarga
dan pasien beberapa kali meminta penjelasan tentang akibat, efek samping yang mungkin
timbul, serta manfaat pengeluaran cairan pleura dan biopsi pleura. Setelah semuanya
cukup jelas, pasien beserta keluarga setuju, tindakan pun dilakukan. Hasil analisis dan
sitologi cairan pleura yang didapat adalah suatu keganasan, sedangkan hasil biopsi pleura
tidak ditemukan keganasan.
Dr Pras menyarankan dilakukan pemasangan water sealed drainage (WSD) agar produksi
cairan pleura yang banyak dapat keluar tanpa harus dilakukan punksi pleura percobaan
serta dapat dilakukan pleurodesis (pemberian kemoterapi yang dimasukan ke dalam rongga
pleura melalui selang WSD). Setelah berbagai penjelasan diberikan, pasien menolak
pemasangan WSD tapi setuju dengan punksi pleura percobaan, meskipun dilakukan secara
berulang. Pasien juga menolak kemoterapi..
Punksi percobaan sempat dilakukan beberapa kali dilakukan di poliklinik tetapi tindakan
tersebut tidak banyak membantu dan akhirnya pasien meninggal dunia.
Tugas Mandiri Blok I dr.Prasenohadi (FK UI)
Kasus Pemicu Diskusi 4Prinsip Keadilan dalam Konteks Hubungan Dokter-Pasien
Seorang pasien wanita, 55 tahun datang ke Gawat Darurat RS A dengan keluhan kejang.
Pasien diterima oleh dokter jaga UGD dan kemudian dikonsulkan ke bagian neurologi.
Saat dilakukan pemeriksaan pasien dalam keadaan sadar, pemeriksaan fisik umum dalam
batas normal, pemeriksaan laboratorium dalam batas normal dan pemeriksaan CT Scan
tidak ditemukan adanya kelainan. Dokter neurologi memutuskan untuk merawat inap
pasien untuk diobservasi lebih lanjut. Saat dirawat di bangsal perawatan, tiba-tiba
kesadaran pasien tersebut menurun dan terjadi henti nafas dan henti jantung. Pada saat
dokter neurologi akan memberikan bantuan hidup dasar, ternyata peralatan yang
dibutuhkan tidak ada karena masih dipergunakan untuk menolong pasien kritis di ruangan
lain. Dokter neurologi segera mengkonsultasikan ke bagian anestesiologi. Lima menit
kemudian dokter anestesi datang ke bangsal perawatan tanpa membawa alat-alat yang
diperlukan untuk melakukan resusitasi karena dokter anestesi mengira bahwa di ruang
perawatan tersebut sudah terdapat alat-alat yang lengkap. Akhirnya dokter anestesi
menghubungi Ruang Tindakan untuk dibawakan alat-alat resusitasi, akan tetapi karena
terlalu lama tidak diberikan bantuan pasien akhirnya meninggal
Tugas Mandiri Blok I dr.Henky (FK UnUd)
Kasus Pemicu Diskusi 5Dinamika Keputusan Klinis yang Etis (konsep Prima Facie)
Dokter Anton adalah seorang yang taat beragama, ia menjadi dokter keluarga Pak Budi
sejak mereka menikah. Budi dan istrinya telah menikah selama 12 tahun dan mereka telah
dikaruniai 2 orang anak, anak pertama berumur 10 tahun dan yang kedua berumur 5 tahun.
Ibu Budi sedang mengandung anak ketiga dan ia rutin memeriksakan diri kepada dokter
Anton. Pada waktu kehamilan 15 minggu, kedua anaknya terkena penyakit rubella.
Mengingat penyakit rubella dapat menyebabkan gangguan pada janin yang dikandung oleh
ibu Budi, dr Anton menganjurkan agar kedua anaknya dirawat di RS atau di rumah nenek
atau kerabat dan tidak tinggal bersama ibu Budi.
Ketika pak Budi menanyakan apakah ada hubungannya dengan kehamilan istrinya, dokter
Anton hanya menerangkan bahwa hal itu dianjurkan supaya ibu Budi tidak disibukkan
mengurus kedua anaknya yang sakit, sehingga tidak kecapekan. Namun dokter Anton sama
sekali tidak menyinggung tentang resiko penularan penyakit rubella yang sedang di derita
kedua anaknya terhadap istrinya yang sedang hamil dan dapat berakibat kecacatan pada
janin yang sedang di kandungnya. Ia tidak ingin menambah beban pikiran Bapak dan Ibu
Budi.
Sudah beberapa hari ini ibu Budi sakit meriang dan menunjukkan adanya gejala penyakit
yang mirip gajala penyakit kedua anaknya, sehingga oleh bapak Budi, istrinya tersebut
diajak periksa ke dokter Anton. Setelah diperiksa, dokter Anton sampai pada kesimpulan
diagnosis bahwa ibu Budi terkena penyakit rubella. Ia pun memberikan perawatan yang
semestinya pada ibu Budi. Namun ia tidak memberitahukan adanya kemungkinan
kecacatan pada janin karena ia khawatir pasangan suami istri tersebut akan melakukan
aborsi.
Tugas Mandiri Blok I dr.Arif Sadad (RS Karyadi)