Karya Tulis Peranan Komunikasi
Transcript of Karya Tulis Peranan Komunikasi
PERANAN KOMUNIKASI MASSA DALAM PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
O l e h :
AZIZUL GAFFAR05.20102.001
SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMENYAYASAN PERGURUAN ISLAM MAROS
2008
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Tulis : PERANAN KOMUNIKASI MASSA DALAM
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Karya Tulis Bidang : IPS
Nama Mahasiswa : AZIZUL GAFFAR
Nomor Induk Mahasiswa : 05.20102.001
Jurusan / Program Studi : MANAJEMEN KEUANGAN S.1
Utusan : SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN
YAYASAN PERGURUAN ISLAM MAROS
Maros, 02 Maret 2008
Pembantu Ketua IBidang Akademik
MUH. YUSUF, SE, MM
Penulis
AZIZUL GAFFAR
Mengetahui,
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu ManajemenYayasan Perguruan Islam Maros
(STIM YAPIM)
Drs. SULAIMAN HAFID, M.Si
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang
telah melimpahkan kekuatan dan ketabahan selama ini, sehingga penulis dapat
merampungkan karya tulis ini.
Penulisan karya tulis ini sebagai bahan Lomba Karya Tulis Mahasiswa
(LKTM) di bidang IPS dalam rangka mengembangkan kreativitas, wawasan dan
kemampuan akademik mahasiswa Kopertis Wilayah IX Sulawesi.
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis tentunya tidak terlepas dari berbagai
kesulitan namun atas bantuan dari semua pihak maka kesulitan-kesulitan tersebut
dapat teratasi.
Oleh sebab itu kami sadar sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu ide serta saran dari pemerhati karya tulis ini yang
bersifat membangun kami sangat harapkan, mudah-mudahan dapat berarti buat diri
pribadi mahasiswa, semoga apa yang kami perbuat selama ini menjadi manfaat bagi
kita semua. Amin.
Maros, Maret 2008
Penyusun
iii
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar Isi .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................... 2
1.4 Kegunaan ................................................................................... 2
1.5 Metode Penelitian ...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
2.1 Pengertian Komunikasi dan Komunikasi Massa ....................... 4
2.2 Proses Komunikasi .................................................................... 4
2.3 Media Massa ............................................................................. 5
2.4 Pers dan Jurnalistik ................................................................... 7
2.5 Model-Model Komunikasi Massa ............................................. 7
2.6 Peranan Komunikasi Massa dalam Perubahan Sosial ............... 9
2.7 Dampak Negatif dari Komunikasi Massa ................................. 10
2.8 Dampak Positif dari Komunikasi Massa ................................... 12
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 15
3.1 Simpulan ................................................................................... 15
3.2 Saran .......................................................................................... 16
Daftar Pustaka
iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Fajar globalisasi informasi menyinsing sudah semua negara termasuk
Indonesia, tak punya pilihan lain selain menyingkap tirai jendela rumah kaca mereka
untuk menikmati sinar surya globalisasi. Jika tidak, mereka akan terkurung dalam
kepengapan dan kegelapan primorelialitas nasional yang sempit. Teknologi
komunikasi dengan bantuan satelit dan komputer telah melahirkan era globalisasi
informasi dimana peranan komunikasi massa mempengaruhi dalam perubahan sosial
bangsa kita. Dengan adanya era globalisasi informasi ini memiliki potensi untuk ikut
mengubah hampir seluruh sistem kehidupan masyarakat, baik dari segi politik,
ekonomi, sosial dan budaya bahkan Hamkan.
Pertanyaan yang muncul adalah strategi apa yang perlu diambil oleh negara
berkembang seperti Indonesia untuk mengambil manfaat era globalisasi informasi ini.
Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu kita perlu mengkaji kondisi
perekonomian dewasa ini karena dengan kesadaran yang cukup tentang kondisi kini,
serta dengan antisipasi yang memadai tentang kemungkinan serta manfaat dari
komunikasi kita bisa berbaur dalam era globalisasi komunikasi ini dengan penuh
harapan.
1.1 Latar Belakang
Penulisan karya tulis ini sebagai bahan Lomba Karya Tulis Mahasiswa
(LKTM) di bidang IPS dalam rangka mengembangkan kreatifitas, wawasan dan
kemampuan akademik mahasiswa, Kopertis Wilayah IX Sulawesi dalam hal
keterampilan menulis, berbahasa dan berbicara di depan khalayak.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang ingin dipecahkan dalam karya tulis ini adalah
bagaimana pentingnya peranan komunikasi massa dalam perubahan sosial budaya
dengan adanya era globalisasi informasi dewasa ini yang mempengaruhinya.
1
1
1.3 Tujuan
Penulisan karya tulis ini bertujuan sebagai tambahan bahan pustaka bagi
para mahasiswa mengenai pentingnya peranan komunikasi massa dalam
perubahan sosial budaya dan untuk mengetahui bagaimana pengertian proses,
model-model komunikasi massa serta untuk mengetahui dampak positif dan
dampak negatif dari komunikasi massa itu sendiri.
1.4 Kegunaan
Kegunaan dari karya tulis ini sebagai bahan referensi atau masukan bagi
mahasiswa serta sebagai bahan studi di bidang rubrikasi media massa dan secara
umum bermanfaat untuk ilmu komunikasi massa.
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian
kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif, dengan melakukan studi kepustakaan
yaitu mengumpulkan dan membaca sejumlah literatur yang berhubungan dengan
tema judul karya tulis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi dan Komunikasi Massa
Mengeluarkan pikiran, berarti memindahkan gagasan melalui lambang-
lambang yang dimengerti kepada orang lain, dengan jujur agar orang lain itu
memahami apa yang dimaksudkan.
Karenanya, kegiatan memindahkan gagasan seperti dikemukakan di atas
merupakan kegiatan berkomunikasi, yang kemudian oleh orang dirumuskan
sebagai berikut :
“Komunikasi adalah suatu pernyataan antar-manusia yang bersifat umum dengan
menggunakan lambang-lambang yang berarti”.
Sedangkan komunikasi massa adalah suatu proses. Membicarakan
komunikasi massa tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan. Kedua istilah itu
sering dipertukarkan, baik dalam arti yang sama maupun dalam istilah yang
berbeda pengertiannya, namun kemudian pemakaiannya tidak tepat karena
memang pengertian yang diberikan terhadapnya juga tidak tepat.
Meskipun sulit dibedakan antara massa dan antara pers dan jurnalistik,
tetapi secara ilmiah tentu masih dapat selalu diusahakan dilakukannya
pembedaan terhadapnya.
Karena itu karya tulis ini akan membahas melalui suatu sistematika, apa
dan bagaimana, serta ciri-cirinya, komunikasi massa, media massa; perbandingan
pers dan media yang lain seperti film, radio saran dan televisi siaran; selanjutnya
dibahas pula serba sedikit tentang masa depan komunikasi massa dengan media
massanya, khususnya pers. Semua ini mengingat perkembangan teknologi
komunikasi yang demikian cepatnya, sehingga mau tidak mau kita haruslah
melakukan penyesuaian-penyesuaian baru terhadap perkembangan ini, terutama
sikap kita dalam menyongsong atau menghadapi era baru tersebut, yang sering
disebut sebagai “Masyarakat Informasi”.
3
3
2.2 Proses Komunikasi
Sebagai suatu proses, komunikasi pada dasarnya tidak berbeda dengan
proses-proses komunikasi lain. Perbedaan yang khas ialah bahwa pada
komunikasi massa dipergunakan media massa. bahkan teknologi modern dalam
bentuk media massa itu adalah esensial bagi proses komunikasi massa tersebut.
Meskipun demikian, kehadiran dan pemakaian media ini hendaknya jangan
mengelirukannya dengan prosesnya itu sendiri.
Wilbur Schramm menyatakan bahwa perbedaan antara proses komunikasi
massa dengan yang lain, seperti komunikasi sosial, adalah sifat-sifat yang
terkandung dalam proses tersebut, yaitu misalnya bahwa sumbernya atau
komunikatornya lebih banyak bersifat terorganisasikan dan terlembagakan;
kemudian disalurkan melalui media massa secara massalitas ditujukan kepada
orang banyak yang bersifat anonym dan heterogen (1965).
Charles Wright (1959) mengidentifikasi beberapa karakteristik
komunikasi massa sebagai berikut :
1. Komunikasi massa itu ditujukan kepada audience yang relatif besar atau luas,
bersifat heterogen dan anonim. Kegiatannya dilakukan secara cepat dalam
waktu-waktu tertentu.
2. Pesan-pesan disiarkan secara umum (publicly), sering tertentukan waktunya
untuk mencapai sebagian besar audience secara simultan atau serempak.
3. Komunikator dikerjakan oleh suatu bentuk organisasi yang menggunakan
pembiayaan sangat besar atau banyak.
Setiap kegiatan komunikasi massa dapat dibagi ke dalam lima komponen,
yaitu para komunikator yang menyampaikan pesan-pesan melalui media massa
kepada suatu audience dengan beberapa efek tertentu.
Komunikator sering juga disebut sebagai sumber, meskipun dapat
dikatakan tunggal, tetapi terdiri atas banyak orang. Kegiatan atau pekerjaan para
komunikator ini adalah melalui suatu organisasi komunikasi yang rumit dengan
suatu tingkat kemahalan tertentu. Melakukan kegiatan dengan komunikasi massa
jauh lebih sukar daripada komunikasi antarpersona atau tatap muka. Sebabnya
4
adalah komunikator itu harus menyampaikan pesan kepada banyak komunikan
yang masing-masingnya berbeda pribadi, pada saat yang sama. Meskipun jumlah
audience atau komunikan ini dapat mencapai jumlah jutaan, kontak komunikasi
yang fundamental adalah sama antara dua orang, yaitu otak atau kepala
komunikator harus mengenai otak atau kepala komunikan; dalam hal ini setiap
otak atau kepala komunikan yang demikian banyaknya. Sehingga kita dapat
mengatakan kontak pribadi-kontak pribadi yang diulangi sekian banyak kali
secara serentak.
Pesan-pesan dalam komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan
melalui media massa, bersifat massalitas, dan ditujukan kepada audience yang
luas. Penyampaian pesan-pesan bersifat umum atau publik, disampaikan secara
cepat, bersifat transient, terbuka buat semua orang.
Media massa ini di sini adalah dalam pengertian instrumen itu sendiri,
atau cara memakainya, mempergunakannya; hal inilah merupakan media massa
atau hanya suatu orang tertentu saja. Untuk mengkualifikasi massa, tidaklah
suatu komunikasi yang menimbulkan bersifat impersonal, tetapi juga kegiatan
sumber.
Audience atau komunikan merupakan bersifat heterogen, anonym,
terpisah-pisah dengan jarak yang dapat sangat jauh.
Dibandingkan dengan komunikasi sosial, dikatakan bahwa komunikasi
massa tidak bersifat alamiah, tetapi selalu dibentuk dan direncanakan, tersusun,
bahkan terorganisasikan atau terlembagakan; dikerjakan dalam bentuk jamak
serta massalitas; berlangsung dalam jangkauan yang luas, dan karena itulah tidak
bersifat pribadi atau personal. Kegiatan komunikasi massa mempunyai tujuan
dan terarah, karenanya disebut kegiatan yang terencana.
2.3 Media Massa
Biasanya dikatakan bahwa media massa itu adalah pers, film, radio dan
televisi. Tanpa adanya penjelasan yang lain. Hal ini tentu saja akan mudah
5
menimbulkan kesalahpahaman ataupun kesimpangsiuran pengertian, dan tentu
saja pemakaiannya.
Saya ingin menggarisbawahi apa yang telah dikemukakan lebih dahulu,
yaitu bahwa media massa itu bukanlah instrumennya itu sendiri, tetapi jalan atau
cara yang bagaimana mempergunakan media itu. Suatu media baru dapat
dikualifikasikan sebagai suatu media massa apabila ia tidak hanya mempunyai
kemampuan untuk dapat menyalurkan suatu komunikasi yang dapat membuat
hubungan yang inpersonal antara komunikator dan komunikan atau audience-
nya. Tetapi juga sebenarnya dapat dipergunakan untuk berkomunikasi secara dari
suatu sumber tunggal kepada sejumlah besar orang atau audience yang luas.
Karena itu, televisi yang dipergunakan untuk memutar video kaset bukanlah
media massa. Juga suatu film (keluarga/rumah tangga) yang diputar di tengah
keluarga di rumah, juga bukan suatu media massa. Begitu pula radio yang
dipergunakan dalam kalangan terbatas seperti radio antar penduduk (CB), atau
dipergunakan untuk mendengarkan musik dari kaset misalnya, juga bukanlah
suatu media massa.
Istilah “media massa”, yang merupakan singkatan dari “media
komunikasi massa”, dipergunakan untuk menunjukkan penerapan suatu alat
teknis (media) yang menyalurkan atau merupakan wadah komunikasi massa.
Dari sudut pandang itu, kita dapat mengatakan bahwa media massa itu
terdiri atas :
1. Media tercetak atau cetakan, yaitu surat kabar, majalah, buku, pamphlet,
bahkan dapat diperluas dengan billboard, dan banyak alat teknis lainnya yang
dapat membawakan pesan-pesan untuk orang banyak.
2. Media elektronika, yaitu radio siaran atau programa dalam arti bersifat
auditif; televisi siaran atau programa; film atau gambar hidup, dalam arti
bersifat audiovisual bisa didengar maupun dilihat.
6
2.4 Pers dan Jurnalistik
Pers sebagaimana dikatakan pada bagian terdahulu, adalah salah satu
media massa. Pers dalam arti sempit meliputi surat kabar dan majalah; dalam arti
luas dapat meliputi semua media tercetak. Apabila kita berbicara tentang pers,
maka kita dapat melepaskan diri dari jurnalistik. Kedua pengertian ini sering
dipertukarkan. Jurnalistik merupakan kegiatan komunikasinya, si komunikasinya
atau komunikasi massanya. Sedangkan pers merupakan wadahnya, atau
medianya tempat komunikasi massa itu disalurkan. Dengan demikian, kita akan
mengenal istilah-istilah seperti jurnalistik pers, jurnalistik film, jurnalistik radio,
dan jurnalistik televisi.
2.5 Model-Model Komunikasi Massa
Sampai kini kita mengenal adanya empat model komunikasi massa.
Pertama adalah “model jarum hopodermis”, yang adanya ini ialah anggapan
bahwa pengaruh media massa itu sangat kuat, langsung, cepat, dan hampir tak
ada kekuatan apapun yang dapat menghambatnya. Selain itu audience dianggap
bersifat atomistis, dalam arti bahwa individu-individu terhubungkan langsung
kepada media, dan tidak kepada individu-individu lainnya atau kelompoknya.
Audience dianggap bersifat pasif.
Setelah berbagai penelitian Lazarsfeld, Berelson, dan Gaudet (1948),
mereka pun memperkenalkan konsep atau “model komunikasi dua tahap”. Tahap
pertama adalah pengalihan informasi dari media massa kepada para pemuka
pendapat, dan ini merupakan bentuk komunikasi massa. Akan tetapi kemudian
tahap kedua yaitu dari para pemuka pendapat kepada para pengikutnya atau
anggota-anggota lain masyarakatnya merupakan penyebarluasan pengaruh; ini
bukan lagi berbentuk komunikasi massa, melainkan bentuk komunikasi
antarpersona. Sehingga dengan demikian, dalam model komunikasi dua tahap ini,
selain diperkenalkannya orang-orang yang dianggap “kaya informasi” dan
disebut para pemuka pendapat, diperkenalkannya pula hubungan maupun
7
peranan yang sangat erat antara kedua bentuk komunikasi tadi, yaitu komunikasi
antarpersona dan komunikasi massa.
Ketika kemudian setelah sekitar 25 tahun dipergunakan, terdapat
kelemahan-kelemahan yang ada pada model komunikasi dua tahap ini, kemudian
timbul dua model lainnya.
Model ketiga adalah “model komunikasi massa satu tahap”. Meskipun
sama atau satu tahapnya dengan model jarum hypodermis, namun terdapat
beberapa perbedaan. Misalnya model komunikasi satu tahap mengakui bahwa
tidak semua media memiliki kekuatan pengaruh yang sama. Model komunikasi
satu tahap memperhitungkan peranan selektifitas sebagai faktor yang
menentukan penerimaan audience. Kemudian model komunikasi satu tahap
mengakui kemungkinan timbulnya reaksi yang berbeda dari audience terhadap
pesan komunikasi yang sama.
Selain itu timbul “model komunikasi banyak tahap”, yang mencakup
semua model tahapan komunikasi terdahulu. Model ini tidak menjurus kepada
tahapan-tahapan tertentu dalam penyebarluasan atau arus informasi melalui
media massa. Juga tidak menetapkan bahwa suatu informasi itu pasti tersebarnya
melalui media massa. Model ini menunjukkan bahwa dalam suatu
penyebarluasan pesan-pesan yang berasal dari suatu sumber informasi kepada
audience yang luas, akan terdapat banyak sekali variasi; sehingga dalam
menganalisis berbagai situasi komunikasi ataupun suatu kejadian dalam proses
itu, kita juga akan mempunyai banyak variasi. Misalnya mungkin sebagian
audience memperoleh informasi langsung dari media massa sebagai sumber
informasi, tanpa terikat kepada keharusan bahwa mereka itu merupakan para
pemuka pendapat; sebab mungkin saja penerima informasi langsung ini adalah
orang-orang biasa, kemudian menyampaikan informasi ini kepada para pemuka
pendapat. Mungkin sebagian audience memperoleh informasi setelah melalui
berbagai tahap yang harus dilalui setelah oleh suatu sumber informasi.
8
2.6 Peranan Komunikasi Massa dalam Perubahan Sosial
Bagaimana sesungguhnya situasi perkomunikasian di tingkat nasional dan
global dewasa ini? Secara umum dapat dikatakan bahwa akibat kemajuan
teknologi komunikasi, jumlah dan jenis, luas cakupan, kecepatan edar, dan daya
penetrasi informasi kian tinggi. Baik komunikasi intra-nasional maupun yang
internasional.
Banyak hal positif dapat diharapkan dari peningkatan, perluasan dan
percepatan jumlah dan arus informasi global ini. Yang paling diharapkan adalah
kemauan dan kemampuan manusia untuk share atau berbagai pengalaman,
pengetahuan dan kebijakan untuk meningkatkan kualitas dan martabat hidup
manusia. Dalam bahasa yang lebih umum di tingkat nasional, bagaimana hal itu
dapat dimanfaatkan untuk mendukung program pembangunan nasional?
Dalam skala internasional dapat dikatakan bahwa dengan percepatan arus,
peningkatan jumlah dan jenis informasi diharapkan terjadi saling pengertian antar
bangsa.
Dengan demikian, solidaritas internasional dapat menumbuhkan, diikuti
dengan bentuk kerjasama global untuk menciptakan keadaan yang lebih konkrit
dapat membahagiakan umat manusia.
Sesungguhnya sudah sejak dulu, kebudayaan telah saling bertemu.
Manusia dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, ras, politik dan agama
telah saling berinteraksi sejak awal peradaban manusia. Apa yang dilakukan dan
dinikmati dalam suatu masyarakat tertentu, baik dalam bentuk benda maupun
sistem kehidupan pada dasarnya adalah buah dari interaksi yang panjang dari
berbagai kebudayaan.
Fenomena baru dalam era globalisasi ini hanyalah bahwa tempo edar
informasi kian pendek dan cakupannya kian luas. Berita tentang sesuatu kejadian,
diikuti secara serentak oleh ratusan juta manusia dari seluruh permukaan bumi.
Dapat dikatakan bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah peradaban manusia
arus kebudayaan Timur dan Barat bertemu dalam samudera peradaban global
kini. Dari pertemuan akbar ini diharapkan manusia mendapatkan yang terbaik.
9
Model dan bentuk-bentuk sharing apa yang telah didapatkan untuk kemaslahatan
manusia? Kita berharap bahwa dengan kemajuan ini manusia bisa mempelajari
segi-segi terbaik dari semua budaya untuk memperkaya peradaban manusia.
Mereka yang di Timur mendapat segi positif rationalitas Barat, sedangkan
mereka yang di Barat bisa mempelajari segi-segi terbaik religiusitas Timur.
Demikian pula materialisme yang berkembang pesat di Barat dengan ditopang
oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat bersanding bahagia dengan
spiritualitas Timur.
Dalam skala nasional diharapkan bahwa teknologi komunikasi ini juga
dapat menjembatani antara mereka yang ada di kota dan di desa; mereka yang
memerintah dan yang diperintah; kaum elit dengan massa; sipil dan militer; IBB
dan IBT, dan seterusnya.
Dengan tersibaknya tirai rumah kaca lokal dan nasional yang kita diami,
kita amati peristiwa dan dapat menyaksikan kejadian di luar “rumah”. Pada
tingkat nasional, seorang petani di Dusun dapat menyaksikan gaya hidup orang
gedongan di kota lewat layar televisi, dengan segala kemungkinan implikasinya.
Pada tingkat internasional, seseorang politisi misalnya, dengan leluasa dapat
menganalisis kejadian di Tiananmen, model demokrasi ala Amerika, keruntuhan
Tembok Berlin. Krisis di Timur Tengah, dengan segala kemungkinan dampak
individu dan sosialnya.
2.7 Dampak Negatif dari Komunikasi Massa
Sayang sekali, masih banyak hal yang kurang menggembirakan dalam
sistem komunikasi internasional dan nasional dalam tatanan global dewasa ini.
Yang patut mendapatkan perhatian kita bersama, antara lain : pertama, sistem
komunikasi nasional dan global masih vertikal dan timpang. Kesempatan
“dialog” antar bangsa belum termaafkan. Yang terjadi adalah “monolog” dengan
“kesempatan” bicara lebih besar pada kalangan yang maju dan berkuasa. Isi
pesan masih sangat didominasi oleh negara maju. Perhatikanlah tayangan televisi
kita yang terus diwarnai software Hollywood. Sumber-sumber berita
10
internasional masih berkisar pada raksasa Reuters, UPI, AF, dan AP. Dalam
skala nasional gambaran yang sama juga tampak. Media kita terasa sangat urban
sentries, pemerintah sentries, dan elit sentries. Pemberitaan tentang desa dan
warga masyarakat marginal, sangat kecil porsinya di media massa kita.
Kedua, media massa terutama televisi yang jangkauannya kian luas, ini
masih mengembangkan fungsi hiburan. Fungsi pendidikan dalam arti terencana
dan luas jika tepat disebut begitu, terasa begitu kerdil. Media elektronika,
terutama televisi dijejali dengan film hiburan, musik, dan sebagainya.
Ketiga, media massa tampak lebih menghidupkan sikap konsumtifisme
dan hedonisme, belum mendorong secara meyakinkan munculnya inisiatif rakyat
untuk peningkatan produktivitasnya. Gambaran di media massa terkesan masih
memperlihatkan cara hidup mewah.
Keempat, kemajuan teknologi komunikasi terkesan elitis, lebih dan kian
menguntungkan segmen kecil dari masyarakat. Misalnya, telepon yang
pemiliknya masih sangat terbatas di kalangan elit di ibu kota negara dan propinsi.
Masih lebih kurang 50 juta saudara-saudara kita belum punya akses menerima
siaran TV di daerah-daerah blackspot, walaupun parabola di kota-kota telah
merelay siaran negara ini. Dari segi isi media cenderung meng-cover elit,
penguasa dan orang glamour. Kondisi, aspirasi dan problema hidup dari
golongan bawah dan segala romantiknya terkesan tak mendapat sentuhan
memadai. Kecuali jika mereka terkena bencana.
Empat asumsi yang dikemukakan di atas memperhatikan bahwa jika
trend ini terus terjadi, maka komunikasi dalam era globalisasi ini belum dapat
menopang pembangunan nasional. Malahan pada batas-batas tertentu, hal itu
menciptakan problema-problema baru. Misalnya, muncul kebergantungan baru,
lebih melebarnya kesenjangan sosial ekonomi dan sebagainya.
Dengan demikian, sistem komunikasi belumlah memberikan kontribusi
optimal dalam upaya memecahkan tantangan terbesar yang dihadapi dalam
pembangunan bangsa, yakni pengangguran, arus urbanisasi, kesenjangan antar
11
golongan kaya dan miskin, desa dan kota. Ia juga belum merangsang
produktivitas masyarakat.
Dari sini terlihat bahwa arah dan strategi komunikasi perlu dibenahi terus
agar kemajuan teknologi komunikasi pada era globalisasi ini bukannya counter
productive bagi pembangunan nasional. Namun perlu diingat bahwa mustahil
membuat strategi komunikasi tanpa menghubungkannya dengan faktor ekonomi,
politik sosial budaya yang mengkondisikan, dan menentukan keberadaannya.
2.8 Dampak Positif dari Komunikasi Massa
Untuk dapat memetik manfaat kemajuan teknologi komunikasi, langkah
dan strategi media untuk pembangunan perlu diatur dengan topangan
kebijaksanaan yang lebih berorientasi horizontal, partisipatif, dan multiarah.
Untuk itu, beberapa gagasan dasar dapat ditawarkan.
Gagasan dasar ini dilatarbelakangi oleh pemikiran Everett M. Rogers
yang melihat keruntuhan paradigma pembangunan lama yang memberikan titik
berat pada pertumbuhan ekonomi, teknologi padat karya, dan sentralisasi
perencanaan dan implementasi atau topdown program pembangunan. Munculnya
paradigma baru yang berintikan pada distribusi, perhatian pada kualitas hidup,
tumpuan pada kemampuan sendiri, kian melebarnya peluang prakarsa dan
partisipasi, serta lebih kuatnya potensi-potensi bagi terjadinya bottom-up proses
dari pembangunan. Gagasan-gagasan dasar yang perlu diperhatikan, antara lain :
Pertama, kita sebaiknya melapangkan peluang masyarakat untuk
berprakarsa aktif dalam proses komunikasi pembangunan. Sekarang masyarakat
umum terkesan lebih sebagai penerima pasif dari kajian media massa. Mungkin
diperlukan adanya semacam “bank ide” bagi anggota masyarakat untuk
menginvestasikan usul yang applicable, model-model prakarsa yang berciri
bottom up process, kisah-kisah sukses program yang bisa melahirkan inspirasi
dan inovasi, atau cerita kegagalan yang tidak pantas diulang kembali.
Kedua, perlu diupayakan kemungkinan adanya semacam penggalangan
networking antar masyarakat. Sampai kini ide-ide menarik suguhan media massa
12
terkesan belum terjawab dalam suatu “kebangkitan” yang barangkali pada
jaringan-jaringan kehidupan masyarakat kita. Ide-ide itu barangkali harus diikuti
dengan petunjuk, misalnya di mana orang dapat belajar lebih jauh tentang sesuatu
yang menarik dilihatnya di media massa. Termasuk di sini, umpamanya
bagaimana kelompok-kelompok marginal dapat menyelesaikan persoalan hidup
mereka.
Ketiga, dekolonialisasi informasi harus lebih mewarnai perhatian kita
daripada keasyikan “menerima” dominasi suguhan negara lain. Ini berarti kita
harus andal dalam penguasaan teknologi software. Jika tidak, upaya
demokratisasi informasi akan selalu terdesak oleh kebergantungan dan monopoli
informasi.
Keempat, perlu diupayakan desentralisasi dan de-elitisasi informasi.
Indonesia, negara berdusun lebih dari 60.000 perlu memberikan perhatian utama
kepada warganya yang bermukim di desa-desa itu.
Kalau mereka terus diabaikan, maka magnit dari era globalisasi akan
menyedot golongan menengah ke atas ke area yang sama di negara atau ‘rumah
kaca” yang lain. Kelas menengah ke atas akhirnya akan lebih akrab dengan
“kawan” mereka di negara lain. Solidaritas dan rasa persaudaraan dengan mereka
yang berada di desa pada akhirnya akan tersungkur.
Kelima, perlu perencanaan komunikasi yang lebih terpadu dengan
pendekatan holistik dan lebih berupaya pada optimalisasi pemanfaatan teknologi
komunikasi yang kian canggih sambil tetap memberikan peluang bahkan
mendorong komunikasi antarpersona. Komunikasi perlu diintegrasikan dan
diartikulasikan dalam kebijaksanaan pembangunan nasional. Komunikasi
pembangunan mestilah memiliki hubungan yang harmonis dengan program
pembangunan nasional secara keseluruhan.
Inti dari semua adalah demokratisasi informasi. Yang memungkinkan
orang sharing dan berbagai pengalaman dengan orang dari manapun saja.
Strategi komunikasi pembangunan seyogyanya membuat suatu sistem yang
memungkinkan terjadinya mekanisme belajar-mengajar dalam arti seluas-
13
luasnya. Orang saling memotivasi bagi munculnya inspirasi dan prakarsa;
masyarakat dapat mengaktualkan potensi-potensi yang selama ini mungkin terus
terpendam dalam gelapnya “rumah kaca” mereka.
Demokratisasi komunikasi ini berkonotasi perubahan perspektif secara
fundamental. Ini tidak hanya berarti membuat kondisi yang memungkinkan
individu atau negara secara aktif berperan dan berpartisipasi di dalam semua
proses komunikasi. Patut diingat bahwa mustahil lahir demokratisasi komunikasi
tanpa adanya demokratisasi politik, ekonomi dan sosial budaya. Dengan kata
lain, demokratisasi komunikasi dan demokratisasi masyarakat adalah dua
variabel yang saling mempengaruhi satu sama lain.
14
BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
1. Komunikasi adalah suatu pernyataan antar-manusia yang bersifat umum
dengan menggunakan lambang-lambang yang berarti.
2. Komunikasi massa adalah suatu proses. Membicarakan komunikasi massa
tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan. Kedua istilah itu sering
dipertukarkan, baik dalam arti yang sama maupun dalam istilah yang berbeda
pengertiannya, namun kemudian pemakaiannya tidak tepat karena memang
pengertian yang diberikan terhadapnya juga tidak tepat.
3. Media massa itu terdiri atas :
a. Media tercetak atau cetakan, yaitu surat kabar, majalah, buku, pamphlet,
bahkan dapat diperluas dengan billboard, dan banyak alat teknis lainnya
yang dapat membawakan pesan-pesan untuk orang banyak.
b. Media elektronika, yaitu radio siaran atau programa dalam arti bersifat
auditif; televisi siaran atau programa; film atau gambar hidup, dalam arti
bersifat audiovisual bisa didengar maupun dilihat
4. Bagaimana sesungguhnya situasi perkomunikasian di tingkat nasional dan
global dewasa ini? Secara umum dapat dikatakan bahwa akibat kemajuan
teknologi komunikasi, jumlah dan jenis, luas cakupan, kecepatan edar, dan
daya penetrasi informasi kian tinggi. Baik komunikasi intra-nasional maupun
yang internasional.
5. Untuk dapat memetik manfaat kemajuan teknologi komunikasi, langkah dan
strategi media untuk pembangunan perlu diatur dengan topangan
kebijaksanaan yang lebih berorientasi horizontal, partisipatif, dan multiarah.
Untuk itu, beberapa gagasan dasar dapat ditawarkan.
15
15
B. Saran
Untuk lebih meningkatkan wawasan pengetahuan dan keterampilan serta
cakrawala berfikir pada karya tulis “Peranan Komunikasi Massa Dalam
Perubahan Sosial Budaya” ini kepada mahasiswa, kami sebagai penyusun
mengharapkan bahwa :
1. Agar mahasiswa yang mengikuti diskusi mata kuliah ini, ada
baiknya mempersiapkan materi, diskusi dari bahan pustaka yang lain sehingga
tercipta hasil yang memuaskan, dimana semua mahasiswa harus aktif sehingga
ada umpan balik antara pemateri dan mahasiswa sehingga diskusi lebih hidup.
2. Kepada dosen pembimbing, agar meningkatkan metode
pembelajaran kepada mahasiswa dengan cara pemberian materi yang sesuai
dengan perkembangan sains dan pengetahuan sekarang ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Riyono Pratikto, Drs. 1987. Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Penerbit : CV. Remaja Karya. Bandung.
Astrid Susanto, 1985. Komunikasi dan Pembangunan. Penerbit : Sinar Harapan. Jakarta.
Djunaedhie, Kurniawan. 1991. Ensiklopedia Pers Indonesia. Penerbit : Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Quail, Dennis Mc. 1985. Teori-teori Komunikasi. Penerbit : Remaja Karya. Bandung.
Achmad A.S. 1990. Komunikasi dan Informasi Media Massa dan Khalayak. Penerbit : Hasanuddin University Press. Ujung Pandang.
17
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : ABD. AZIZUL GAFFAR
Tempat, Tgl. Lahir : Maros, 17 April 1977
Jenis Kelamin : Laki-Laki
S t a t u s : Belum Kawin
A g a m a : Islam
Pendidikan Terakhir : Public Relations Master Diploma Program
A l a m a t : Jl. Melati No. 11 Maros
Telp. (0441) 3881339 HP. 081342416257
18