Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

22
Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar Kebudayaan Reog Ponorogo Dalam Pandanggan Islam Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar Dosen Pembimbing : Romi Faslah SP,d. M.M Disusun Oleh : M. Nur Ali Ramadhan (08510133)

Transcript of Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

Page 1: Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

Karya Tulis Ilmu Budaya DasarKebudayaan Reog Ponorogo Dalam Pandanggan Islam

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar

Dosen Pembimbing :

Romi Faslah SP,d. M.M

Disusun Oleh :

M. Nur Ali Ramadhan (08510133)

JURUSAN MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG2008/2009

Page 2: Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

KATA PEGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Alhamdulilah dengan segenap kerendahan hati kami ucapkan puji syukur ke hadiran

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayahnya sehingga kami

mampu dan menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul Ilmu Budaya Dasar

(Kebudayaan Reog Ponorogo Dalam Pandanggan Islam)

Shalawat serta salam senangtiasa terlimpahkan ke hadirat Nabi Agung Muhammad SAW

yang telah membimbing kita dari jaman jahiliyah menuju jaman Addinul Islam. Suatu

kebanggan sebagai penuliskarena dapat menyelesaikan makalah ini. Itu semua karena adanya

kontribusi dari pihak lain sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ini, terutama pada Dosen

Pembimbing Ilmu Budaya Dasar

Dengan kerendahan hati kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan

kekeliruan baik dari penulisan atau materi yang telah kita sampaikan dalam karya tulis ini, Oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan saran kritik dari pembaca untuk menjadikan kita lebih

baik.

Akhirnya semoga penulisan karya tulis ini membawa manfaat bagi penulis dan pembaca

dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat,

taufik, hidayah, serta inayah kepada kami semua Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 5 Mei 2009

M. Nur Ali Ramadhan

ا

Page 3: Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan ..........................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................3

A. Sejarah Awal Munculnya Kebudayaan Reog Ponorogo.................................................3

B. Kebudayaan Reog Menurut Pandangaan Islam.............................................................6

BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 12

2.1 Kesimpulan..................................................................................................................12

Daftar Pustaka

ب

Page 4: Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan salah satu

negara di dunia yang kaya akan kebudayaan-

kebudayaan, yang masing-masing daerah memiliki

ciri khas yang tidak sama dengan kebudayaan derah

lain, salah satunya adalah kebudayaan Reog

Ponorogo yang unsur kebudayannya masih sangat

kental dan masih sangat terjaga, akan tetepi

kebudayaan Reog Ponorogo banyak orang yang

mengatakan bahwa kebudayaan tersebut banyak yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam.

Dari masalah yang ada diatas saya akan menjabarkan agar kita dapat mengetahui

sejarah lahirnya Reog Ponorogo, asal-usul nama dari Reog Ponorogo serta, kebudayaan-

kebudayaan Reog Ponorogo yang menyimpang dari ajara-ajaran Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana menjelaskan sejarah awal munculnya atau lahirnya kebudayaan Reog

Ponorogo.

1.2.2 Bagaimana menjelaskan asal-usul nama Reog Ponorogo.

1.2.3 Bagaimana menjelaskan kebudayan-kebudayaan Reog Ponorogo apa saja yang

menyimpang dari ajara-ajaran Islam.

1

Page 5: Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

1.2 Tujuan Penulisan

1.3.1 Menjelaskan sejarah awal munculnya atau lahirnya kebudayaan Reog Ponorogo.

1.3.2 Menjelaskan asal-usul nama Reog Ponorogo.

1.3.3 Menjelaskan kebudayan-kebudayaan Reog Ponorogo apa saja yang menyimpang

dari ajara-ajaran Islam.

1.3 Manfaat Penulisan.

1.4.1 Kita dapat menjelaskan sejarah awal munculnya atau lahirnya kebudayaan Reog

Ponorogo.

1.4.2 Kita dapat menjelaskan asal-usul nama Reog Ponorogo.

1.4.3 Kita dapat menjelaskan kebudayan-kebudayaan Reog Ponorogo apa saja yang

menyimpang dari ajara-ajaran Islam.

2

Page 6: Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

BAB II

DASAR TEORI

A. Sejarah Awal Munculnya Kebudayaan Reog Ponorogo.

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut

dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi

oleh sosok Warok dan Gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat Reog dipertunjukkan.

Reog adalah salah satu bukti budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-

hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.

Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang

asal-usul Reog dan Warok1, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang

pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja

Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat

dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat

bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan

mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri,

dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari

kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk

melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan

seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran

Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan

kepopuleran Reog.

1 Reog di Jawa Timur, Departmen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1978-1979

3

Page 7: Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

Dalam pertunjukan Reog ditampilkan

topeng berbentuk kepala singa yang dikenal

sebagai "Singa Barong", raja hutan, yang menjadi

simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan

bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa

yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan

Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-

geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-

kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan

kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol

untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih

dari 50kg hanya dengan menggunakan giginya2. Populernya Reog Ki Ageng Kutu akhirnya

menyebabkan Kertabumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan

oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan

warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun

begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah

menjadi pertunjukan populer diantara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru

dimana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewondono,

Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.

Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang

berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh

Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan

dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok (pria

berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan.

Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan

2 Herman Joseph Wibowo. Drama Tradisional Reog: Suatu Kajian Sistem Pengetahuan Dan Religi,' in Laporan Penelitian JARAHNITRA,

4

Page 8: Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan 'kerasukan' saat

mementaskan tariannya3.

Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur

mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog

merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara

turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi

orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut

garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.

Pementasan Seni Reog

Reog modern biasanya dipentaskan dalam

beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan

dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo

terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian

pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan

oleh 6 – 8 pria gagah berani dengan pakaian

serba hitam, dengan muka dipoles warna merah.

Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang

dibawakan oleh 6 – 8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya

diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang,

yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya

jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu.

Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung

kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang

ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita

pendekar,

3 Balai Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 1995-6, pp. 1-59, dan kaset video no 24, 14/7/1991, arsip video milik Josko Petkovic.

5

Page 9: Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini

selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-

kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan

oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan

seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.

Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala

singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-

60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk

membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh

dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.

B. Kebudayaan Reog Menurut Pandangaan Islam

Sejarah keberadaan Reog sebagai seni mulai muncul ketika pada thn 1400-an ketika itu

Dadak Merak dimaksudkan untuk menyindir Raja Brawijaya V, yang lebih terpengaruh oleh

permaisurinya. Ini digambarkan pada Dadak Merak (Singo Barong), bahwa Kepala Macan/Singo

barong simbolisasi laki-laki diatasnya adalah Burung Merak sebagai simbolisasi wanita, Artinya

Lelaki yang dibawah wanita. Konon waktu itu para penari reog sebenarnya adalah sekumpulan

pendekar-pendekar (bekas pasukan khusus Majapahit) yang kecewa terhadap junjungannya

yang berniat memberontak. Akhirnya diredam oleh para petinggi kerajaan yang sangat

berpengaruh dengan dialihkan menjadi suatu bentuk perkumpulan kesenian.

Sebenarnya adanya Singo barong sendiri itu sudah sejak abad 6, pada waktu jaman

Hindu Buddha, dan terus mengalami perubahan sesuai perkembangan budaya yang dibawa

masing-masing kerajaan jawa kuno waktu itu. Hingga pada saat Bathara katong (salah satu

keturunan Brawijaya terakhir) yang beragama Islam turut memberi warna dalam reog.

6

Page 10: Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

Pada pertunjukan reog, musik terdiri dari ketuk, kempul, genggam, kenong, ketipung,

angklung, dan salompret bergaung menyajikan nada salendro dan pelog. Nada –nada yang

dibawakan bernuansakan mistis, apalagi ditambah aroma menyan. Kemudian wajah-wajah

sangar berpakaian hitam bertali kolor putih melilit dipinggang, menari sambil berteriak-

teriak yang dikenal sebagai Warok, mengitari pertunjukan. Lalu Singo barongpun muncul,

penari mengangkat Barongan seberat 40-50 kg dengan digigit, menunjukkan kekuatan

supranatural ada pada penarinya.

Satu group Reog biasanya terdiri dari seorang : Warok Tua, beberapa Warok Muda,

Pembarong (penari singa barong/ dadak merak) dan Penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono

Suwandono.Dan beberapa penari pengiring lainya, sehingga jumlah satu grup antara 20 hingga

30-an orang, Sentral dari sebuah grup Reog adalah adalah Para Warok dan Pembarongnya

(penari singo barong/dadak merak)

Menjadi Warok tidaklah gampang, ia harus mampu menjalani penempaan fisik dan

bathin. Tingkatan ilmu warok adalah mulai tingkat ilmu kanuragan sampai tingkat ilmu

kebathinan. Warok muda biasanya baru menguasai ilmu kanuragan : yakni mengolah kekuatan

fisik dengan berbagai laku tertentu seperti silat, pernafasan, puasa dan tirakat .Sebagai tanda ia

menjadi warok ia mempunyai senjata andalan berupa tali kolor putih yangbesar (biasa dililitkan

dipinggang) yang mempunyai daya kekuatan. Konon jaman dahulu ketika dua warok adu

kesaktian dengan saling mencambukkan kolornya ke tubuh lawannya. Barang siapa yang

berhasil menjatuhkan lawan dengan kolornya maka dia sebagai pemenang. Padahal tali kolor

tersebut jika disabetkan ke batu besar, akan pecah berkeping-keping.

Sedang warok tua, ilmunya sudah mumpuni, artinya sudah mengolah bathin, sampai

pada pengertian tentang filsafat kehidupan, yang sudah tidak mengandalkan kekuatan fisik/

kanuragan. Warok tua lebih arif, bijak dan menjadi tokoh sentral atau “orang tua” didaerahnya

masing-masing yang disegani baik oleh penduduk maupun Warok Muda.

Warok sepuh di Ponorogo yang masih hidup saat ini Mbah Wo Kucing di Sumoroto ;

Mbah Kamituwo Welut (90), dan Mbah Senen Kakuk (83) , Mbah Petil (85) , dan Mbaj Tobroni

7

Page 11: Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

(70) Mbah Bikan Gondowiyono (60 thnan), Mbah Legong (60than) yang jarang muncul, seperti

Mbah Benjot (70)

Warok sendiri sudah ada sejak jaman Wengker Kuno, sejak keruntuhan kerajaan

Medang , muncul kerjaan baruseperti kerajaan Wengker di G. Lawu dan G. Wilis yang didirikan

oleh raja Ketut Wijaya yang terkenal hidup sebagai Rahib Buddha, yang mendapat respon dari

rakyat pengikutnya. Untuk punggawa dan pengawal kerajaan diambil dari pemuda-pemuda dan

para warok atau pendekar-pendekar sakti. Ketika tahun 1035 Kerajaan Wengker kemudian

dikuasai oleh Airlangga dan diubah menjadi Kahuripan. Namun para Warok sebagian tetap

melanjutkan kehidupannya sucinya, sebagian menjadi penguasa lokal yang dipercaya raja untuk

mengendalikan wilayah kerajaan.

Eksistensi Warok berlanjut ketika masa akhir Majapahit thn1450, ketika itu sang prabu

Brawijaya V mempercayakan ki Demang Suryongalam (kerabat prabu yang juga pemimpin

warok) untuk menjadi penguasa bekas kerajaan Wengker. Dan para warok dihimpun untuk

digembleng menjadi perwira tangguh. Momentum inilah, yang sering dikatakan sebagai cikal

bakal eksistensi warok tahap kedua.

Para warok lebih eksis lagi setelah Bethara Katong ( keturunan Raja Brawijaya terakhir

yg beraagam Islam, yang hidup keluar dari kerajaan ) mengambil alih kekuasaan Ki Demang

Suryangalam. Pada tahun 1486, hutan dibabat atas perintah Bethara Katong. Bukannya tanpa

rintangan. Banyak gangguan dari berbagai pihak, termasuk makhluk halus, datang. Namun,

karena bantuan warok dan para prajurit Wengker, akhirnya pekerjaan membabat hutan itu

lancar. Kemudian satu persatu bangunan dan infrastrukturnya didirikan, maka penduduk pun

berdatangan . Setelah menjadi kadipaten Bethara Katong kemudian memboyong

permaisurinya, yakni Niken Sulastri. Sedang adiknya, Suromenggolo, tetap di tempatnya yakni

di Dusun Ngampel. Oleh Katong, daerah yang baru saja dibangun itu diberi nama Prana Raga.

Akhirnya, dikenal dengan nama Ponorogo. Dan memberi kedudukan yang istimewa pada para

warok. Katong tahu, warok-warok itu punya kultur Hindu Buddha. Namun mereka sangat

dipercaya masyarakatnya. Sementara Katong sendiri beragama Islam. Maka, terjadilah

8

Page 12: Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

akulturasi budaya yang cantik antara Hindu Buddha dan Islam. Sejak Bethara Katong itulah

posisi warok sangat istimewa di kalangan masyarakat.

Kebudayaan Warok Yang Menyimpang Dari Ajran Islam

Di rumah seorang Warok Raden Darwijanto.

Mbah Darwi, demikianlah yang biasa disapa. Beberapa

perangkat yang dijadikan alat kesaktian seperti keris,

tombak dan sebagainya nyaris memenuhi ruang

tamunya. Sebagai seorang Warok, Mbah Darwi pernah

punya Gemblak hingga 5 orang. Tapi kini ia mengaku

tidak punya lagi. Seseorang diakui sebagai Warok bila ia punya ilmu kanuragan atau ilmu

kekebalan. Agar kesaktian ini terjaga, Warok harus jauh dari perempuan. Sehingga untuk

pemuas batin maka diperlukan Gemblak.

Namun tidak sedikit pula Warok yang membangun keluarga dengan beristri dan

memiliki anak. Tapi konon, perlahan dan pasti diyakini kesaktiannya akan berkurang. Untuk

mendapatkan Gemblak, seorang Warok harus melakukan peminangan terhadap orangtua calon

Gemblak dengan berbagai syarat. Selayaknya meminang calon istri. Biasanya Gemblak

dikontrak selama 2 tahun. Setelah selesai sang Warok akan memberi modal untuk masa depan

si Gemblak, seperti seekor sapi. Namun kontrak bisa diperpanjang lagi tergantung pada bosan

tidaknya sang Warok.

Menurut Mbah Darwi yang juga pengajar di sebuah SMP ini tidak setiap Warok

memelihara Gemblak untuk kepentingan pemuas seks menyimpang. Dirinya memperlakukan

Gemblak layaknya anak asuh. Gemblak di pelihara dan mendapat pendidikan. Karena itu juga

umumnya orangtua calon Gemblak tidak menolak jika putranya dilamar sang Warok. Apalagi

calon Gemblak datang dari keluarga tidak mampu. Kami juga menemui seorang mantan

Gemblak. Sebut saja namanya Kumbang. Ketika usianya masih belasan tahun, ia sudah dipinang

9

Page 13: Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

seorang Warok. Saat itu sang ayah sudah meninggal,

ibunya pun tidak bisa berbuat banyak untuk menopang

hidup.

Tanpa paksaan ataupun takut Kumbang menjadi

Gemblak. Ia tidak menyesal dengan profesinya. Namun

toh ia tetap malu mengungkap jati dirinya. Dalam keseharian, seorang Gemblak melayani

keperluan sang Warok seperti memelihara hewan kesayangan dan menyiapan minuman. Saat-

saat menyenangkan biasanya terjadi ketika Gemblak diajak sang Warok bepergian. Masing-

masing bangga dengan pasangannya. Gemblak yang tanpan dan Warok yang mapan. Namun

bukan saja sang Warok yang bisa memiliki Gemblak. Namun ada sosok lain yakni Pengemblak.

Dalam dunia Reog Ponorogo juga dikenal dengan istilah Pengemblak. Ia bukan Warok,

tapi pernah memimpin grup Reog. Mbah Misman KS, misalnya. Dengan blak-blakan ia

menuturkan pengalamannya. Ia mengaku pernah memiliki Gemblakan lebih dari 4 orang.

Tujuan awalnya memelihara Gemblak untuk memiliki ilmu kanuragan dan kesaktian, agar

seperti Warok. Misman memperlakukan Gemblak layaknya seorang istri. Bahkan untuk pemuas

hasrat seksual Misman melakukan hubungan badan dengan Gemblak. Tapi soal bentuk

hubungan intim itu biasanya tergantung pada kehendak sang tuan.

Tapi perlahan ia pun mulai berubah, seiring kian lekat dirinya mendalami agama Islam.

Ia merasa Warok identik dengan perilaku negatif seperti mabuk-mabukan, merampok dan

perilaku seks menyimpang yang dipersenifikasi dengan Gemblak. Sekarang, ayah 6 anak inipun

memilih hidup normal menjadi petani. Di Ponorogo, citra Warok yang negatif sebetulnya sudah

sejak puluhan tahun lalu terus diperbaiki. Bahkan sejak Batoro Katong mulai menyebarkan

agama Islam di tanah ini.

Salah satu saksi perubahan itu adalah Kasni Gunopati atau yang lebih dikenal sebagai

Mbah Wo Kucing. Sekarang Warok kenamaan ini sakit-sakitan. Namun sesepuh Reog Ponorogo

ini tidak pernah enggan menjernihkan makna Warok. Sesuai dengan asal katanya muwarah

yang bermakna penunjuk atau penuntun, seorang Warok sejatinya bukanlah seorang yang

10

Page 14: Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

sombong dan takabur. Tapi Warok merupakan sosok manusia teladan siap memberikan

tuntutan dan pengajaran serta perlindungan tanpa pamrih kepada masyarakat.

Mengubah citra Warok berarti juga mengubah keberadaan Gemblak, sesosok lelaki belia

yang ganteng dan kemayu kini berganti dengan kehadiran penari jatil yang diperankan

perempuan. Merekalah yang mengantikan posisi Gemblak dalam setiap pentas Reog. Dalam

kesehariannya pun kini sudah sulit menemukan praktek Gemblak. Kalaupun ada mungkin tidak

seintim dahulu. Tidak gampang mengubah perilaku. Buktinya puluhan tahun berlalu, kisah

sumbang hubungan Warok dengan Gemblaknya masih bergaung.

Memang mengubah citra kesenian tidak semudah membalikan tangan, karena Reog

mengakar dari sebuah tradisi. Sebagai sebuah tontoan, Reog tetap menarik dan menghibur.

Tanpa Sang Warok kesenian ini kehilangan makna, kendati sosok menyeramkan ini memiliki sisi

kehidupan yang gelap.

BAB III

11

Page 15: Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

PENUTUP

2.1 KESIMPULAN

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut

dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo

dihiasi oleh sosok Warok dan Gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat Reog

dipertunjukkan . Reog adalah salah satu bukti budaya daerah di Indonesia yang masih sangat

kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.

Meskipun kebudayaan Reog banyak yang menyimpang dari ajaran agama Islam,

contohnya seperti kehidupan Warok yang tidak inggin menikah dan hanya mau menikah

dengan sesama jenis saja, serta sebelum pementasan Reog Ponorogo pawang-pawang Reog

selalu melakukan ritual-ritual terlebih dahulu dengan membakar kemeyan untuk

dipersembahkan pada roh-roh atau jin, padahal perbuatan tersebut merupakan perbuatan sirik

yang dilarang oleh ajaan Islam.

Demikian kesimpulan saya jika ada salah kata dan penjabaran mohon dimaklumi.

DAFTAR PUSTAKA

12

Page 16: Karya Tulis Ilmu Budaya Dasar

1. Reog di Jawa Timur, Departmen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1978-9 2. Herman Joseph Wibowo. Drama Tradisional Reog: Suatu Kajian Sistem Pengetahuan

Dan Religi,' in Laporan Penelitian JARAHNITRA, Balai Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 1995-6, pp. 1-59, dan kaset video no 24, 14/7/1991, arsip video milik Josko Petkovic.

3. Blog Parvita: Reog Ponorogo pindah ke Malaysia? 4. Situs Resmi Kementrian Kebudayaan Kesenian dan Warisan Malaysia 5. Reog Malaysia produk Ponorogo 6. Media Indonesia: Soal Reog Bupati Ponorogo akan 'Lawan' Malaysia 7. Detik.com: Mirip Tari Reog Pemerintah Indonesia akan teliti Tari Barongan Malaysia 8. Ribuan Seniman Reog Demo di Kedutaan Malaysia 9. Situs Resmi Kementrian Kebudayaan Kesenian dan Warisan Malaysia 10. Sinar Harapan11. Harian Pagi Kompas 12. Situs www.wikimedia.com

13