KARYA TULIS ILMIAH UJI EFEK ANTIPIRETIK DEKOKTA …
Transcript of KARYA TULIS ILMIAH UJI EFEK ANTIPIRETIK DEKOKTA …
1
KARYA TULIS ILMIAH
UJI EFEK ANTIPIRETIK DEKOKTA (REBUSAN) DAUN COCOR BEBEK (KALANCHOE PINNATA LAM) PADA
MERPATI (COLUMBIA LIVIA) PARASETAMOL SEBAGAI PEMBANDING
LASOMA R. O. TAMBUNAN
P07539015014
POLTEKKES KEMENKES MEDAN JURUSAN FARMASI
2018
2
KARYA TULIS ILMIAH
UJI EFEK ANTIPIRETIK DEKOKTA (REBUSAN) DAUN COCOR BEBEK (KALANCHOE PINNATA LAM) PADA
MERPATI (COLUMBIA LIVIA) PARASETAMOL SEBAGAI PEMBANDING
Sebagai Pendidikan Diploma III Syarat Menyelesaikan
LASOMA R. O. TAMBUNAN
P07539015014
POLTEKKES KEMENKES MEDAN JURUSAN FARMASI
3
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL : UJI EFEK ANTIPIRETIK DEKOKTA(REBUSAN) DAUN COCOR
BEBEK(KalanchoepinnataLam) PADA MERPATI (Columbia
livia)PARASETAMOL SEBAGAI PEMBANDING
NAMA : LASOMA R. O. TAMBUNAN
NIM : P07539015014
Telah diterima diseminarkan dihadapan penguji.
Medan, Agustus 2018
Menyetujui Pembimbing
Dra. D. Elysa Putri Mambang, M.Si, Apt
NIP. 195410101994032001
KETUA JURUSAN FARMASI
Poltekkes Kemenkes Medan
Dra.Masniah, M.Kes, Apt
NIP. 196204281995032001
4
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL :UJI EFEK ANTIPIRETIK DEKOKTA (REBUSAN) DAUN COCOR BEBEK (Kalanchoepinnata Lam) PADA MERPATI (Columbia livia) PARASETAMOL SEBAGAI PEMBANDING
NAMA : LASOMA R. O. TAMBUNAN
NIM : P07539015014
Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diuji pada Sidang Ujian Akhir Program Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Medan
2018
Penguji I Penguji II
Drs. Masniah, M.Kes., Apt Nadroh br Sitepu,M.Si NIP. 196204281995032001 NIP.198007112015032002
Ketua Penguji
Dra. D. ElysaPutriMambang, M.Si, Apt NIP. 195410101994032001
Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
Dra. Masniah, M.Kes., Apt NIP. 196204281995032001
5
PERNYATAAN
UJI EFEK ANTIPIRETIK DEKOKTA (REBUSAN) DAUN COCOR BEBEK (Kalanchoe pinnata Lam ) PADA MERPATI (Columbia livia)
PARASETAMOL SEBAGAI PEMBANDING
Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2018
Lasoma R. O. Tambunan
P07539015014
iv
6
MEDAN HEALTH POLYTECHNICS OF MINISTRY OF HEALTH PHARMACY DEPARTMENT SCIENTIFIC PAPER, August 2018
LASOMA R. O. TAMBUNAN
Antipyretic Effect Test of Decoction of Cocor Bebek Leaves (Kalanchoepinnata Lam) in Pigeons (Columbia livia) Using Paracetamol As Comparation
ix + 23 pages, 4 Tables, 1 Picture, 1 Graph, 6 Appendix
ABSTRACT
Fever is a disease that often occurs characterized by changes in body temperature beyond normal temperature. Cocor Bebek Leaf Plant (Kalanchoepinnata Lam) is one type of plant that is useful as a medicine.
This study aimed to determine the antipyretic effect of decoction of cocor bebek leaves on pigeons with paracetamol as a comparison.
Cocor bebek leaves are made in the form of decoction. Decoction of cocor bebek leaves was made into 3 types of concentration, 10%, 20%, and 30%. Antipyretic effect tests were carried out on 18 pigeons as experimental animals divided into 6 groups.
Through the results of the study, it was found that the decoction of cocor bebek leaves at a concentration of 30% had an antipyretic effect which was almost equivalent to paracetamol, reaching the normal temperature of 38.7 0C at 110 minutes.
Keywords : Antipyretics, Cocor Bebek, Paracetamol, pigeon Reference : 10 (1994-2015)
v
7
POLITEKNIK KESEHATAAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN FARMASI
KTI, Agustus 2018
LASOMA R. O. TAMBUNAN
Uji Efek Antipiretik Dekokta (Rebusan) Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata Lam) Pada Merpati (Columbia livia) Parasetamol Sebagai Pembanding
ix + 23 halaman, 4 Tabel, 1 Gambar, 1 Grafik, 6 Lampiran
ABSTRAK
Demam merupakan suatu gejala yang sering terjadi. Penyebab terjadinya demam ditandai dengan perubahan suhu yang lebih dari suhu tubuh normal. Tanaman Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata Lam) merupakan salah satu tanaman yang berguna sebagai obat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efekan tipiretik darirebusan daun cocor bebek pada merpati dengan parasetamol sebagai pembanding.
Daun cocor bebek dibuat secara rebusan. Rebusan daun cocor bebek dibuat menjadi 3 konsentrasi yaitu 10%, 20%, 30%. Uji efek antipiretik dilakukan dengan menggunakan hewan percobaan merpati sebanyak 18 ekor yang dibagi menjadi 6 kelompok.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, rebusan daun cocor bebek pada konsentrasi 30% memiliki efek antipiretik yang hampir setara dengan parasetamol dengan suhu normal yang didapat 38,7 ℃ pada menit 110.
Kata Kunci : Antipiretik, Cocor Bebek, Paracetamol, Merpati
DaftarBacaan : 10 (1994-2015)
vi
8
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah (KTI) yang berjudul “Uji Efek Antipiretik Dekokta (Rebusan) Daun
Cocor Bebek Pada Merpati Parasetamol sebagai Pembanding”.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, dimaksudkan untuk memenuhi syarat
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Farmasi di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan. Penyelesaian KTI ini, Penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan arahan secara lisan maupun tulisan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini, Penulis juga menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan.
2. Ibu Dra. Masniah, M.Kes., Apt., selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan.
3. Ibu Dra. Masniah, M.Kes., Apt., sebagai Pembimbing Akademik yang telah
membimbing Penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Medan.
4. Ibu Dra. D. Elysa Putri Mambang, M.Si, Apt sebagai Pembimbing dan Ketua
Penguji dalam Penulisan KTI ini yang telah banyak memberikan masukan,
bimbingan dan arahan serta banyak meluangkan waktunya selama
penelitian dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Dra. Nasdiwaty Daud, Apt sebagai Dosen Penguji I dan Ibu Dra.
Masniah, M.Kes., Apt, sebagai Penguji IIKTI dan UAP yang telah menguji
serta memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan Karya Tulis
Ilmiah ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengetahuan selama masa perkuliahan.
7. Teristimewa kepada orang tua saya yaitu Ibunda Maria Simanjuntak
Spd,beserta saudara-saudari tersayang atas dukungan, motivasi dan doa
untuk Penulis selama perkuliahan dan penelitian.
vii
9
8. Para sahabat Penulis yang telah membantu saya selama perkuliahan dan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Dalam penyusuanan KTI ini, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya
Tulis Ilmiah ini memiliki kekurangan, hal ini tidak lepas dari keterbatasan
pengetahuan Penulis. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil
yang baik dan bermutu sehingga dapat dimanfaatkan semua pihak yang
membutuhkannya.
Medan, Juli 2018 Penulis
Lasoma R. O. Tambunan NIM P07539015014
viii
9
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ................................................................................................... iv
ABSTRACT ......................................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .........................................................................………1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... .2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... .2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. .2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ............................................................................ 4
2.1 Uraian Tanaman ................................................................................. 4
2.1.1 Nama Lain dan Nama Daerah .................................................. 4
2.1.2 Sistematika tanaman. ............................................................... 4
2.1.3 Morfologi tanaman ................................................................... 5
2.1.4 Zat yang terkandung ................................................................. 6
2.2 Demam .............................................................................................. 6
2.2.1 Mekanisme Terjadinya demam ................................................. 6
2.3 Antipiretik ........................................................................................... 7
2.3.1 Mekanisme Kerja Antipiretik ...................................................... 7
2.4 Paracetamol ....................................................................................... 7
2.4.1 Mekanisme Kerja Paracetamol ................................................. 8
2.5 2,4-Dinitrofenol ................................................................................... 8
2.5.1 Mekanisme Kerja 2,4-Dinitrofenol ............................................. 9
2.6 Hewan Percobaan .............................................................................. 9
2.7 Kerangka Konsep ............................................................................... 9
ix
10
2.8 Defenisi Oprasional .......................................................................... 10
2.9 Hipotesis .......................................................................................... 10
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 11
3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian .............................................................. 11
3.2 Pengambilan Sampel ....................................................................... 11
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian........................................................... 11
3.3.1 Waktu Penelitian ..................................................................... 11
3.3.2 Tempat Penelitian ................................................................... 11
3.4 Alat dan Bahan yang Digunakan ...................................................... 11
3.4.1 Alat ......................................................................................... 11
3.4.2 Bahan ..................................................................................... 12
3.5 Hewan Percobaan ............................................................................ 12
3.6 Pembuatan Sediaan ......................................................................... 12
3.6.1 Pembuatan Sediaan Rebusan ................................................ 12
3.6.2 Pembuatan Larutan 2,4-Dinitrofenol ....................................... 13
3.7 Perhitungan ...................................................................................... 13
3.7.1 Perhitungan Volume Sirup Paracetamol ................................. 13
3.7.2 Perhitungan Volume Larutan 2,4-Dinitrofenol......................... 13
3.7.3 Volume Daun Cocor Bebek ..................................................... 14
3.7.4 Volume Aquadest ................................................................... 14
3.8 Prosedur Kerja.................................................................................. 14
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 16
4.1 Hasil ................................................................................................. 17
4.2 Pembahasan .................................................................................... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 22
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 22
5.2 Saran ............................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23
LAMPIRAN ........................................................................................................ 24
x
11
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Daun cocor bebek ......................................................................... 4
Gambar 2.2 Rumus Bangun Paracetamol ....................................................... 7
Gambar 2.3 Kerangka Konsep ........................................................................ 10
Gambar 4.1 Grafik Penurunan Suhu Tubuh Merpati ....................................... 20
xi
12
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Tabel Data SuhuTubuh Merpati Sebelum Pemberian 2,4-
DNF ............................................................................................ 16
Tabel 4.2 Tabel Data Suhu Tubuh Merpati Setelah Pemberian 2,4-
Dinitrofenol .................................................................................. 17
Tabel 4.3 Suspensi Parasetamol, Rebusan Daun Cocor Bebek (10%,
20% dan 30%), Larutan 2,4-Dinitrofenol, Suspensi CMC
0,5% b/v. .............................................................................. 18
Tabel 4.4 Rata-rata Suhu Tubuh Merpati setelah diberikan Sirup
Paracetamol, Rebusan Daun Cocor Bebek (10%, 20%,
30%), Aquadest dan Kontrol ....................................................... 19
xii
13
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 ................................................................................................. 23
Lampiran 2 Herbarium Daun Cocor Bebek ........................................................ 26
Lampiran 3 Lembar Bimbingan .................................................................... 27
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam, kesuburan dan
kemakmurannya.Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia membuat
keinginan masyarakat untuk lebih menggali potensi alamnya. Berdasarkan
Undang-undang RI No.36 tahun 2009 Pasal 1 ayat 9 tentang kesehatan, yang
dimaksud obat tradisional bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan,
dan sangat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat.
Suhu badan diatur oleh keseimbangan antara produksi dan hilangnya
panas.Alat pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus.Pada keadaan demam
keseimbangan ini terganggu tetapi dapat dikembalikan kenormal oleh obat mirip
aspirin.Penyebab dari demam tersebut adalah terjadi infeksi pada tubuh oleh
bakteri atau virus.(Ganiswan Sulistia, 2007)
Salah satu keluhan dari masyarakat yang paling sering dijumpai pada
beberapa penyakit adalah demam dan dapat terjadi pada semua tingkat umur
manusia.Masyarakat umum, telah lama memiliki ramuan-ramuan tradisional yang
digunakan untuk menurunkan demam.Tanaman yang sering digunakan sebagai
pereda demam secara tradisional adalah daun cocor bebek.Bagian yang
digunakan dari tumbuhan tersebut adalah daunnya.Tanaman tradisional tersebut
tidak hanya digunakan dalam fase pengobatan saja, melainkan juga digunakan
dalam fase preventif, promotif dan rehabilitasi.
Menurut penelitian obat-obatan tersebut banyak digunakan karena
keberadaannya yang mudah didapat, ekonomis, dan memiliki efek samping
relatif rendah serta adanya kandungan yang berbeda yang memiliki efek saling
mendukung secara sinergis.Cocor bebek (Kalanchoe pinnata Lam) merupakan
salah satu tanaman obat yang sejak lama digunakan sebagai obat tradisional,
selain digunakan untuk mengatasi demam, daun cocor bebek juga bisa
menghilangkan nyeri kepala, mengatasi asma, mengatasi luka, mengatasi perut
mulas, menyembuhkan bisul, mengatasi radang telinga dan lain-lain. (Suparni
dan Ari Wulandari, 2012)
2
Tanaman cocor bebek memiliki daun yang lebat dan tebal. Tanaman cocor
bebek terkenal dengan metode reproduksinya yang hanya melalui tunas daun.
Cocor bebek (Kalanchoe pinnata Lam) merupakan salah satu tanaman yang
berkhasiat obat.Cocor bebek mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, vitamin
c, zat asam apel, zat asam lemon, quercetin-3-diarabinoside, kaempferol-3-
glucoside, tanin,dan mengandung banyak air yang berasal dari
Madagaskar.Senyawa bufadienolida dalam cocor bebek memiliki kerja
antibakteri, antitumor, insektisida, dan mencegah kanker. (Abdul Latief, 2012)
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik ingin melakukan penelitian tentang
“Uji Efek Antipiretik Rebusan Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnataLam) Pada
Merpati (Columba livia) Paracetamol Sebagai Pembanding”.
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek daun cocor bebek
sebagai antipiretik dan untuk mengetahui konsentrasi efektif ekstrak daun cocor
bebek sebagai antipiretik.Manfaat penelitian ini adalah sebagai tambahan
informasi bagi masyarakat tentang penggunaan daun cocor bebek sebagai
antipiretik dan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah rebusan daun cocor bebek memiliki khasiat antipiretik terhadap
merpati sebagai binatang percobaan?
2. Pada konsentrasi berapa rebusan daun cocor bebek memiliki khasiat
antipiretik yang hampir setara dengan Parasetamol?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui efek antipiretik dari rebusan daun cocor bebek pada
merpati sebagai hewan percobaan.
2. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapa rebusan daun cocor bebek
memiliki khasiat antipiretik yang hampir setara dengan parasetamol.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan informasi kepada
masyarakattentang penggunaan Rebusan Daun Cocor Bebek sebagai
tanaman obat yang dapat menurunkan demam.
2. Untuk mengetahui tentang efek pemberian rebusan daun cocor bebek
terhadap merpati sebagai pembanding paracetamol.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman
Cocor bebek (Kalanchoe pinnataLam) termasuk tumbuhan sukulen
(mengandung air) tahunan. Tinggi tumbuhan ini bisa mencapai 3 meter, tetapi
umumnya sekitar 70 cm. Tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan dengan tunas
daun.Daun cocor bebek tebal, banyak mengandung air, bentuk lonjong atau
bundar panjang, ujung daun tumpul, pangkal daun membundar, pinggir daun
beringgit, dan permukaan daun gundul.Bunga majemuk, malai, menggantung,
kelopak silindris, dan warna merah keunguan.Buah kotak dan berwarna ungu.Biji
kecil putih.Akar tunggang. (Abdul Latief, 2012)
2.1.1Nama Lain dan Nama Daerah
Jawa :Suru bebek, Sosor bebek, Teres
Sunda :Kawasa, Tere, Ceker itik
Madura :Ancar bebek, Daun ghemet
2.1.2 Sistematika Tanaman
Sistematika tanaman cocor bebek (Kalanchoe pinnata Lam) adalah :
Kingdom :Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom :Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi :Spermatophta (Menghasilkan biji)
Divisi :Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub kelas :Rosidae
Ordo :Rosales
Famili :Crassulaceae
Genus :Kalanchoe
Spesies :Kalanchoe pinnata
4
2.1.3 Morfologi Tanaman
Cocor bebek (Kalanchoe pinnata Lam) merupakan jenis tanaman herbal,
dengan tinggi pohon mencapai 30-100 meter.Cocor bebek merupakan tanaman
asli dari Madagaskar. Kesamaan iklim dan cuaca yang hampir sama dengan
Indonesia, membuat cocor bebek tumbuh subur dan semakin dikenal oleh
masyarakat sebagai bahan obat alternatif. Cocor bebek termasuk pada suku
Crassulaceae, tanaman ini tersebar di daerah tropis, ditanam dihalaman rumah
sebagai tanaman hias yang berguna atau tumbuh liar di semak, tepi jalan, dan
tempat-tempat lain yang tanahnya berbatu pada daerah panas dan
kering.Tanaman cocor bebek tidak hanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias,
tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan karena daun cocor bebek
mengandung saponin, flavonoid, dan tanin.Daun cocor bebek berbentuk
memanjang atau bulat telur dengan ujung tumpul tepi bergerigi.Setiap helai
daunnya tebal, dan mengandung banyak air.Selain itu, tangkai daunnya
bersayap dan dapat dikembangbiakkan sebagai tanaman atau bibit baru. Jika
daunnya dipetik akan membentuk kuncup-kuncup anak tanaman dalam toreh-
toreh pinggiran daunnya.Cocor bebek memiliki batang yang tegak, dan
pangkalnya berkayu dengan bentuk segi empat tumpul atau membulat.
Gambar 2.1 Daun Cocor Bebek
5
2.1.4 Zat-zat yang dikandung
Cocor bebek mengandung alkaloid, triterpen, glikosida, flavonoid, steroid,
dan lipid.Daun mengandung senyawa-senyawa bufadienolida, yang sangat aktif,
seperti briofilin A dan C. Briofilin A memiliki aktivitas antitumor, sedangkan
briofilin C dapat bekerja sebagai insektisida.
2.2 Demam
Demam adalah suatu keadaan saat suhu badan melebihi 37 C yang
disebabkan oleh penyakit atau peradangan.Demam juga merupakan pertanda
bahwa sel antibodi manusia sedang melawan suatu virus atau bakteri. Demam
yang melebihi tiga hari mungkin merupakan malaria atau penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk lainnya. Demam memang menjadi sebuah masalah
yang hampir semua orang pasti mengalaminya, bahkan penyakit demam ini
telah memakan banyak korban.Salah satunya adalah dengan mengompres
dengan es batu, beristirahat ataupun mengkonsumsi makanan bergizi.
2.2.1 Mekanisme Terjadinya Demam
Pirogen eksogen mula-mula merangsang fasogit untuk membentuk
pirogen tubuh sendiri, yang kemudian melalui peningkatan sintesis prostaglandin
akan menimbulkan reaksi kenaikan suhu tubuh dengan cara menyempitkan
pembuluh darah tepid an menghambat sekresi kelenjar keringat. Sehingga terjadi
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. (Mutschler, 1997)
Penyebab demam yaitu:
1. Pirogen
a. Adanya infeksi
Contoh: - Infeksi saluran kemih (sering buang air kecil disertai rasa
nyeri).
- Absesi gigi (bengkak pada bagian mulut).
b. Tertularnya suatu penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri
atau mikroorganisme lain.
Contoh: Influenza yang disebabkan oleh virus influenza
c. Zat yang bersifat toksik
Contoh: -2,4-dinitrofenol (DNF)
6
2. Pirogen Endogen
Contoh: Kelelahan karena kepanasan atau terkena sinar matahari
dalam jangka waktu yang lama, dehidrasi atau stress.
2.3 Antipiretik
Antipiretik adalah obat-obat atau zat-zat yang dapat menurunkan suhu
tubuh pada keadaan demam. Antipiretik bekerja dengan merangsang pusat
pengaturan panas di hipotalamus sehingga pembentukan panas yang tinggi akan
dihambat dengan cara memperbesar pengeluaran panas yaitu dengan
menambah aliran darah ke perifer dan memperbanyak pengeluaran keringat
(Tjay, 2007).
2.3.1 Mekanisme Kerja Antipiretik
Antipiretik bekerja dengan merangsang pusat pengaturan panas di
hipotalamus sehingga pembentukan panas yang tinggi akan dihambat dengan
cara memperbesar pengeluaran panas yaitu dengan menambahkan aliran darah
ke perifer dan memperbanyak pengeluaran keringat. Penurunan suhu tersebut
adalah hasil kerja obat pada system saraf pusat yang melibatkan pusat pusat
kontrol suhu hipotamalus.
2.4 Paracetamol
Paracetamol adalah salah satu diantara analgetik-antipiretik derivate para
amino fenol yang paling banyak digunakan saat ini.
Rumus bangun :
Gambar 2.2Rumus bangun paracetamol
Sinonim : Acetaminophenum, asetaminofen, N-asetil-4-aminofenol
Rumus Molekul : C8H9NO2
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, dan rasa
pahit
7
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 70 bagian etanol (95%)
p dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P
dan dalam 9 bagian propilenglikol P, larut dalam larutan
alkali hidroksida.
Khasiat : Analgetikum, antipiretikum (FI ed III, 1979)
2.4.1 Mekanisme Kerja Paracetamol
Paracetamol menurunkan suhu tubuh dipusat pengatur suhu hipotalamus
dengan mengikat enzim siklooksigenase yang berperan pada sintesa
prostaglandin yang merupakan media terpenting untuk menginduksi demam
sehingga keseimbangan hipotalamus terganggu dan suhu tubuh dapat
dipertahankan disertai dengan pengeluaran keringat.
Pemakaian utama yaitu untuk menurunkan suhu tubuh pada saat keadaan
demam, dimana efek antipiretiknya ditimbulkan oleh gugus amino benzen dan
mekanismenya juga secara sentral pada hipotalamus dengan mengahambat
sintesis prostaglandin.
Pada penggunaan yang lama dan dosis tinggi, paracetamol dapat
mengakibatkan efek samping seperti kerusakan hati dan ginjal, mual dan
muntah.Wanita hamil dapat menggunakan paracetamol dengan aman juga
selama laktasi.Paracetamol diberikan secara oral, diabsorbsi cepat dan
sempurna melalui saluran pencernaan.Obat ini tersebar keseluruh cairan
tubuh.Paracetamol sedikit terikat pada protein plasma dan sebagian di
metabolisme di hati oleh enzim mikrosom hati. (FI ed III, 1979)
2.5 2,4-Dinitrofenol
2,4-Dinitrofenol merupakan senyawa yang sering digunakan dalam
eksperimen untuk menginduksikan demam paa hewan percobaan.
Berat molekul : 184,11
Sinonim : Nitrophene, Aldifen, Alpha-Dinitrophenol, Dinofan
Rumus molekul : (NO2)2C6H3OH
Pemerian : Kristal agak kuning sampai kuning
Kelarutan : Sulit larut dalam air dingin, larut hangat, dalam CHCL3
dan larut dalam pelarut alkali
Kegunaan : Sebagai racun dan digunakan sebgai peptisida sebagai
8
reagensia untuk mendeteksi ion K dan NH4 sebagai
bahan pewarna di pabrik
2.5.1 Mekanisme kerja 2,4-Dinitrofenol
Mekanisme 2,4-Dinitrofenol adalah dengan memacu pelepasan
prostaglandin. Dengan dilepaskannya prostaglandin yang berlebihan akan
mengganggu keseimbangan pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga suhu
meningkat dan terjadi demam.
2.6 Hewan Percobaan
Dalam melakukan penelitian tentang pengetahuan obat-obatan sangat
dibutuhkan hewan percobaan yang sehat dan berkualitas.Untuk mendapatkan
hewan percobaan yang sehat dan berkualitas standart, maka dibutuhkan
beberapa fasilitas dalam peliharaannya antara lain, fasilitas kandang yang
bersih, makanan serta minuman yang bergizi dan cukup, pengembangbiakannya
yang terkontrol serta pemeliharaan kesehatan hewan itu sendiri.Disamping itu,
harus diperhatikan pula factor lingkungan dan factor obat-obatan yang
disediakan.
Ada bermacam-macam hewan yang biasa dijadikan sebagai hewan
percobaan baik kelompok hewan rodent (tikus, mencit, tupai, dan lain-lain) dan
kelompok hewan non rodent (kelinci, marmot, merpati, monyet, kambing, dan
lain-lain).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan merpati sebagai hewan
percobaan karena merpati masih tahan pada suhu tubuh 45℃.Merpati yang
digunakan adalah merpati yang sehat.
Ciri-ciri merpati yang sehat adalah :
1. Tingkah laku merpati lincah
2. Matanya bening
3. Bulunya mulus atau tidak kusut
Ciri-ciri merpati yang tidak sehat :
1. Merpati menunjukkan tingkah laku yang lamban dan malas
2. Matanya sayup, sering memejamkan mata dalam waktu cukup lama
3. Bulunya tampak kusam atau kusut
9
Untuk menjaga agar tetap sehat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Lingkungan harus nyaman dan sehat seperti kandang yang kering,
ventilasi yang baik
2. Makanan yang diberikan harus bermutu baik
3. Minuman merpati harus diberikan secara teratur
4. Keadaan merpati harus diamati setiap hari, jika ada gejala merpati kurang
sehat harus segera diatasi
2.7 Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Keterangan :
2,4 DNF : 2,4 dinitrofenol
PCT : Parasetamol
RDCB : Rebusan daun cocor bebek
2.8 Defenisi Operasional
1. Antipiretik adalah obat-obat atau zat-zat yang dapat menurunkan suhu
tubuh pada keadaan demam. Antipiretik akan mencegah terjadinya
peningkatan suhu tubuh sebagai respons terhadap endogen dan mikroba.
2. 2,4-dinitrofenol adalah zat yang bersifat toksik (Racun)
3. Paracetamol adalah salah satu diantara analgetik-antipiretik derivate para
amino fenol yang paling banyak digunakan saat ini, dan dalam penelitian
ini sirup Paracetamol sebagai pembanding.
2,4 DNF
RDCB
PCT
Suhu
Merpati
Prostaglandin
Otak (pengatur suhu)
10
2.9 Hipotesis
Rebusan Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata Lam) memiliki efek
antipiretik.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakanadalah metode eksperimental dengan
menguji efek antipiretik ekstrak etanol daun Cocor bebek pada burung merpati
sebagai hewan percobaan. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan sirup
paracetamol.
3.2 Pengambilan Sampel
Sampel yang diuji pada penelitian ini adalah daun Cocor bebek segar yang
terdapat di Jln. Binjai km 16. Sampel yang diambil adalah daun Cocor bebek
segar yang tidak terlalu muda tidak terlalu tua. Sampel dikumpulkan dan dicuci
bersih untuk memisahkannya dari berbagai kotoran, kemudian dikeringkan dan
diangin-anginkan diudara terbuka terhindar dari cahaya matahari
langsung.Kemudian ditimbang sesuai dengan kebutuhan.
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
3.3.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan.
3.3.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Medan
3.4 Alat dan Bahan yang Digunakan
3.4.1 Alat
1. Botol steril 50 ml
2. Tampah
3. Gelas ukur 10 ml
4. Jarum suntik 1 ml
5. Lumpang dan Stamper
6. Panci rebusan
7. Stopwatch
8. Sonde kecil
9. Termometer digital
12
10. Timbangan hewan
11. Gunting
12. Kain flannel
13. Kayu penyaring
14. Spuit 1 ml dan 3 ml
3.4.2 Bahan
1. Daun cocor bebek
2. Sirup Paracetamol 120mg/5ml
3. Aquadest
4. 2,4-dinitrofenol
3.5 Hewan Percobaan
Merpati jantan 18 ekor.
3.6 Pembuatan Sediaan
3.6.1 Pembuatan Sediaan Rebusan
Rebusan yang dibuat dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%.
a. Untuk membuat rebusan konsentrasi 10%, diperlukan daun cocor bebek
sebanyak
10% =
x 100 ml = 10 gram
b. Untuk membuat rebusan konsentrasi 20%, diperlukan daun cocor bebek
sebanyak
20% =
x 100 ml = 20 gram
c. Untuk membuat rebusan konsentrasi 30%, diperlukan daun cocor bebek
sebanyak
30% =
x 100 ml = 30 gram
Rebusan daun cocor bebek dibuat dengan menimbang masing-masing 10
gram, 20 gram, 30 gram daun cocor bebek yang segar yang telah diiris-iris,
kemudian masing-masing dimasukkan kedalam panci rebusan dan diberi air
suling sebanyak 100 ml, panaskan selama 30 menit pada suhu 90℃ sambil
diaduk, serkai dengan kain flannel kemudian diperas. Jika jumlahnya tidak
13
mencukupi tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh
100 ml.
3.6.2 PembuatanLarutan 2,4-Dinitrofenol
Timbang 2,4-dinitrofenol sebanyak 250 mg, masukkan kedalam botol steril 50 ml,
tambahkan aquadest tutup botol lalu kocok sampai larut, tambahkan aqua pro
injeksi sampai 50 ml.
3.7 Perhitungan
3.7.1 Perhitungan Volume Sirup Paracetamol
Dosis lazim paracetamol untuk manusia 500 mg .
Berdasarkan table konversi, dosis untuk merpati 200 gram dibandingkan dengan
manusia dengan berat 70 kg adalah 0,018
Sirup paracetamol generik yang digunakan mengandung 120 mg/5 ml
dosis Paracetamol untuk merpati 200 gram = 500 mg x 0,018 = 9 mg/200 g
Jadi dosis paracetamol merpati per Kg adalah =
x 9 mg = 45 mg/kg BB
Maka volume larutan paracetamol yang diambil :
x BB
Misal : berat badan merpati yang digunakan = 250 g, maka volume larutan
paracetamol yang diberikan pada merpati adalah :
x250 g = 0,46 ml
Pemberian Sirup Paracetamol menggunakan spuit 1 ml dengan ujung sonde.
3.7.2 Perhitungan Volume larutan 2,4-Dinitrofenol
Dosis 2,4-dinitrofenol 5 mg/Kg BB = 5 mg/1000 BB
Konsentrasi larutan 2,4-Dinitrofenol 0,5% = 0,5g/100 ml = 5 mg/ml
Misal : berat badan merpati yang digunakan = 254 g, maka larutan 2,4-
Dinitrofenol yang diambil :
x254 g =0,25 ml
14
3.7.3 VolumeDaun Cocor Bebek
Berdasarkan table konversi,
Konversi dosis untuk merpati 200 gram dibandingkan manusia 70 kg
= 0,018
Dosis rebusan sekali minum untuk manusia 50 kg = 100 ml
Dosis rebusan untuk merpati dikonversikan dari label sebagai berikut =
untuk manusia 70 kg, dosis rebusan =
x 100 ml = 140 ml
Jadi dosis rebusan untuk merpati 200 gram = 140 x 0,018 = 2,52 ml
a. Konsentrasi 10%
1.
x 2,52 ml = 3,21 ml
2.
x 2,52 ml = 3,72 ml
3.
x 2,52 ml = 3,47 ml
b. Konsentrasi 20%
1.
x 2,52 ml = 3,55 ml
2.
x 2,52 ml = 3,37 ml
3.
x 2,52 ml = 3,36 ml
c. Konsentrasi 30%
1.
x 2,52 ml = 3,35 ml
2.
x 2,52 ml = 3,83 ml
3.
x 2,52 ml = 3,37 ml
3.7.4 Volume Aquadest
Volume aquadest adalah
x 2,52 ml
15
3.8 Prosedur Kerja
1. Seluruh merpati ditimbang dan diberi kode.
2. Hitung dosis rebusan daun cocor bebek 10%, 20%, 30%, sirup
paracetamol dan 2,4-Dinitrofenol sesuai dengan berat badan merpati.
3. Ukur suhu tubuh masing-masing merpati sebanyak 3 kali dengan elang
waktu 5 menit sekali, hitung suhu tubuh rata-ratanya.
4. Seluruh merpati disuntik secara IM dengan larutan 2,4-Dinitrofenol pada
daerah dada dengan dosis sesuai berat badan.
5. Amati dan catat perubahan suhu tubuh merpati setiap 5 menit sekali
sebanyak 3 kali.
6. Setelah 15 menit :
a. Merpati 1, 2 dan 3 diberi rebusan daun cocor bebek 10% secara oral
dengan dosis sesuai berat badan.
b. Merpati 4, 5 dan 6 diberi rebusan daun cocor bebek 20% secara oral
dengan dosis sesuai berat badan.
c. Merpati 7, 8 dan 9 diberi rebusan daun cocor bebek 30% secara oral
dengan dosis sesuai berat badan.
d. Merpati 10, 11 dan 12 diberi sirup paracetamol secara oral dengan
dosis sesuai berat badan.
e. Merpati 13, 14 dan 15 diberi aquadest sama dengan volume rebusan
daun cocor bebek secara oral.
7. Amati dan catat perubahan suhu tubuh merpati tiap 5 menit sekali hingga
dicapai suhu tubuh normal.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Tabel Data SuhuTubuh Merpati Sebelum Pemberian 2,4-DNF
Kelompok Merpati
Suhu Normal Merpati (ºC)
Rata-rata Suhu
Normal (ºC)
Rata-rata Suhu
Normal tiap Kelompok
(ºC) t =5 t = 10 t = 15
I
1 38,7 38,6 38,6 38,6
38,7 2 38,7 38,8 38,6 38,7
3 38,7 38,8 38,7 38,7
II
4 39,1 39 38,9 39
38,7 5 38,7 38,6 38,5 38,6
6 38,6 38,7 38,6 38,6
III
7 39 39 38,5 38,8
38,7 8 38,6 38,7 38,7 38,7
9 38,7 38,6 38,8 38,7
IV
10 38,6 38,7 38,7 38,7
38,7 11 38,7 38,5 38,8 38,7
12 38,9 38,7 38,8 38,8
V
13 38,6 38,7 38,8 38,7
38,7 14 39,1 39 38,9 39
15 38,8 38,5 38,6 38,6
VI
16 38,7 38,6 38,7 38,7
38,7 17 38,8 38,7 38,9 38,7
18 38,7 38,6 38,7 38,7
17
Tabel 4.2 Tabel Data Suhu Tubuh Merpati Setelah Pemberian 2,4-Dinitrofenol
Kelompok Merpati
Rata-rata
Suhu
Normal
(ºC)
Suhu Merpati Setelah Diberi 2,4-DNF
t = 5 t=10 t = 15
I
1 38,6 41,3 41,4 41,3
2 38,7 41,2 41,2 41,3
3 38,7 40,9 41,1 41,2
Suhu Tubuh Rata-rata Merpati tiap 5 menit 41,1 41,2 41,3
II
4 39 41,3 41,5 41,3
5 38,6 41,5 41,4 41,3
6 38,6 40,2 41,3 41,3
Suhu Tubuh Rata-rata Merpati tiap 5 menit 41 41,4 41,3
III
7 38,8 41,1 40,9 40,7
8 38,7 41,7 41,4 41,5
9 38,7 42,1 41,9 41,7
Suhu Tubuh Rata-rata Merpati tiap 5 menit 41,6 41,4 41,3
IV
10 38,7 41,7 41,5 41,6
11 38,7 41,2 41,1 41,1
12 38,8 41,1 41 41
Suhu Tubuh Rata-rata Merpati tiap 5 menit 41,3 41,2 41,2
V
13 38,7 40,9 40,7 41
14 39 41,5 41,6 41,5
15 38,6 40,9 41,3 41
Suhu Tubuh Rata-rata Merpati tiap 5 menit 41,1 41,2 41,1
VI
16 38,7
Kontrol 17 38,7
18 38,7
18
Tabel 4.3 Suspensi Parasetamol, Rebusan Daun Cocor Bebek (10%, 20%
dan 30%), Larutan 2,4-Dinitrofenol, Suspensi CMC 0,5% b/v.
Kel. Merpati Berat
(gram)
Volume
2,4-DNF
Vol.
PCT
Volume RDCB Volume
Aquadest 10% 20% 30%
I
1 266 0,26 0,49
2 287 0,28 0,53
3 265 0,26 0,49
II
4 255 0,25 3,21
5 296 0,29 3,72
6 276 0,27 3,47
III
7 282 0,28 3,55
8 268 0,26 3,37
9 267 0,26 3,36
IV
10 266 0,26 3,35
11 304 0,30 3,83
12 268 0,26 3,37
V
13 298 0,29 3,75
14 302 0,30 3,80
15 276 0,2 3,47
VI
16 279
KONTROL 17 288
18 271
19
Tabel 4.4 Rata-rata Suhu Tubuh Merpati setelah diberikan Sirup Paracetamol, Rebusan Daun Cocor Bebek (10%, 20%, 30%), Aquadest dan Kontrol
Waktu (Menit)
Sirup Parasetamol
Rebusan Daun Cocor Bebek
(RDCB) Aquadest Kontrol
10% 20% 30%
0 41,3 41,5 41,4 41,5 41,4 38,7
10 41,1 41,3 41,2 41,3 41,3 38,8
20 40,7 41,1 41,1 41 41,1 38,6
30 40,5 40,9 40,9 40,8 41,2 38,7
40 40,2 40,6 40,7 40,6 41 38,6
50 39,9 40,4 40,5 40,3 41 38,7
60 39,8 40,4 40,5 40,1 41 38,6
70 39,5 40,3 40,3 39,6 40,8 38,8
80 39,2 40,2 40,1 39,5 40,8 38,7
90 39 40,1 39,8 39,2 40,7 38,6
100 38,7 39,8 39,5 39 40,6 38,6
110 38,5 39,7 39,3 38,7 40,5 38,6
120 38,5 39,5 39,2 38,5 40,5 38,6
130 38,4 39,3 39 38,6 40,6 38,6
140 38,4 39 38,7 38,5 40,3 38,7
150 38,5 38,8 38,5 38,6 40,3 38,6
160 38,4 38,7 38,7 38,4 40,3 38,7
170 38,6 38,7 38,6 38,5 40,4 38,6
180 38,7 38,6 38,6 38,5 40,3 38,5
20
Gambar 4.1 Grafik Penurunan Suhu Tubuh Merpati
4.2 Pembahasan
Penelitian ini menggunakan sampel Rebusan Daun Cocor Bebek
dengan pemberian 2,4-Dinitrofenol yang dapat mengakibatkan demam pada
Merpati. Dari data hasil penelitian daya kerja suspensi Parasetamol, Rebusan
Daun Cocor Bebek (10%, 20% dan 30%), Aquadest dan sebagai Kontrol
diperoleh sebagai berikut:
1. Pada kelompok Merpati 1, 2 & 3 yang telah diberikan 2,4-Dinitrofenol secara
I.M., diperoleh bahwa suhu tubuh merpati naik hingga mencapai suhu rata-
rata 41,2ºC. Setelah 5 menit sesudah pemberian DNF, lalu diberikan
Suspensi Parasetamol secara oral dapat memberikan efek antipiretik pada
merpati hingga normal pada menit ke-100 (Kelompok I).
2. Pada kelompok Merpati 4, 5 & 6 yang telah diberikan 2,4-Dinitrofenol secara
I.M., diperoleh bahwa suhu tubuh merpati naik hingga mencapai suhu rata-
rata 41,3ºC. Setelah 5 menit sesudah pemberian DNF, lalu diberikan
Rebusan Daun Cocor Bebek dengan konsentrasi 10% secara oral dapat
menurunkan suhu tubuh merpati hingga normal pada menit ke-160
(Kelompok II).
3. Pada kelompok Merpati 7, 8 & 9 yang telah diberikan 2,4-Dinitrofenol secara
I.M., diperoleh bahwa suhu tubuh merpati naik hingga mencapai suhu rata-
rata 41,4ºC. Setelah 5 menit sesudah pemberian DNF, lalu diberikan
36
37
38
39
40
41
42
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
S
u
h
u
℃
Waktu (menit)
Grafik Penurunan Suhu Tubuh Merpati
Paracetamol RDCB 10% RDCB 20%
RDCB 30% Aquadest Kontrol
21
Rebusan Daun Cocor Bebek dengan konsentrasi 20% secara oral dapat
menurunkan suhu tubuh merpati hingga normal pada menit ke-140
(Kelompok III).
4. Pada kelompok Merpati 10, 11 & 12 yang telah diberikan 2,4-Dinitrofenol
secara I.M., diperoleh bahwa suhu tubuh merpati naik hingga mencapai suhu
rata-rata 41,2ºC. Setelah 5 menit sesudah pemberian DNF, lalu diberikan
Rebusan Daun Cocor Bebek dengan konsentrasi 30% secara oral dapat
menurunkan suhu tubuh merpati hingga normal pada menit Ke-110
(Kelompok IV).
5. Pada kelompok Merpati 13, 14 & 15 yang telah diberikan 2,4-Dinitrofenol
secara I.M., diperoleh bahwa suhu tubuh merpati naik hingga mencapai suhu
rata-rata 41,1ºC. Setelah 5 menit sesudah pemberian DNF, lalu diberikan
Aquadest secara oral tidak menunjukkan penurunan suhu yang berarti pada
merpati (Kelompok V).
6. Pada kelompok Merpati 16, 17 & 18 sebagai kontrol dengan suhu normal
(Kelompok VI).
Adapun penyebab dari turunnya demam pada merpati setelah diberikan
Rebusan Daun Cocor Bebek dengan konsentrasi yang berbeda adalah
kandungan zat aktif yang terdapat dalam ekstrak etanol daun cocor bebek
tersebut. Semakin tinggi konsentrasi Rebusan Daun Cocor Bebek, maka
penurunan suhu tubuh merpati akan semakin cepat, karena sesuai dengan
kaidah farmakologi hubungan dosis dengan respon adalah berbanding langsung,
artinya peningkatan respon suatu senyawa akan meningkat sesuai dengan
peningkatan dosis.
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tabel hasil data pengamatan, maka kesimpulan yang
diperoleh sebagai berikut:
1. Rebusan Daun Cocor Bebek dengan konsentrasi 10%, 20% dan 30%
mempunyai daya antipiretik pada merpati.
2. Rebusan Daun Cocor Bebek (RDCB) dengan konsentrasi 30% memiliki efek
antipiretik yang hampir setara dengan suspensi parasetamol.
3. Rebusan 30% memiliki efek antipiretik yang optimal dari ketiga konsentrasi.
5.2 Saran
1. Disarankan untuk peneliti selanjutnya, meneliti atau menguji khasiat lain dari
Rebusan Daun Cocor Bebek.
2. Disarankan untuk peneliti selanjutnya, meneliti efek Antipiretik Rebusan
Daun Cocor Bebek dengan konsentrasi di atas 30%.
3. Menguji atau meneliti Daun Cocor Bebek dalam bentuk sediaan yang lain.
23
DAFTAR PUSTAKA
Latief, A. 2012.,Obat Tradisional. EGC. Jakarta.
Suparni, I. 2012.,1001 Ramuan Tradisional Asli Indonesia. Rapha Publishing.
Yogyakarta.
Tjay, Tan hoang. 2007., Obat-obat Penting Edisi 5. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013 Farmakope Herbal Indonesia
Edisi I. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2010 Farmakope Indonesia Edisi III.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen
Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014 Farmakope Indonesia Edisi V.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen
Kesehatan RI.
Amplot, P. 1997.,demam dan Berkeringat, Dalam : Walsh, Declan T., Kapita
Selekta Penyakit dan Terapi. EGC.Jakarta
Tamsuri, A., 2009, Tanda-tanda Vital Suhu Tubuh, EGC Buku Kedokterran,
Jakarta
Voigh, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Penerbit UGM Press,
Yogyakarta
Hidayat, S dan Napitupulu, Rodame., 2015. Kitab Tumbuhan Obat.
Agriflo.Jakarta
24
Lampiran 1
Gambar 1 Daun Cocor Bebek
Gambar 2 Merpati yang Ditimbang
25
Gambar 3 Pengukuran Suhu Tubuh Merpati
Gambar 4 Rebusan Daun Cocor Bebek (10%, 20%,30%)
26
Gambar 5 Larutan 2,4 DNF
Gambar 6 Penyuntikkan Larutan 2,4 DNF
27
Lampiran 2
Herbarium Daun Cocor Bebek
28
Lampiran 3
Lembar Bimbingan