KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN RELAKSASI BENSON … · terjadi peningkatan volume sekuncup dan...
Transcript of KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN RELAKSASI BENSON … · terjadi peningkatan volume sekuncup dan...
KARYA TULIS ILMIAH
PEMBERIAN RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN
DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DENGAN
HIPERTENSI DI RSUD SUKOHARJO
DISUSUN OLEH :
PRIHANA SEKTIAWAN
NIM. P.12102
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
KARYA TULIS ILMIAH
PEMBERIAN RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN
DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DENGAN
HIPERTENSI DI RSUD SUKOHARJO
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
PRIHANA SEKTIAWAN
NIM. P.12102
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Relaksasi Benson Terhadap Tekanan Darah
Pada Asuhan Keperawatan Ny. S Dengan Hipertensi Di RSUD Sukoharjo”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D III
Keperawatan dan dosen pembimbing akademik, atas segala arahan, dorongan,
dan nasehat yang berguna selama proses pendidikan ilmu keperawatan.
3. Aria Nurahman Hendra Kusuma, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing
Karya Tulis Ilmiah yang telah bersedia meluangkan waktu di tengah
kesibukannya, mengajar serta menyusun disertasi untuk membimbing
jalannya studi kasus ini. Terima kasih juga atas arahan, bimbingan dan
motivasi kepada peneliti selama proses penyusunan.
4. Anissa Cindy N. A, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji satu Karya Tulis
Ilmiah yang telah bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukanya menajar
serta menyusun disertai untuk membimbing jalanya studi kasus ini . Terima
v
kasih juga atas arahan , masukan , bimbingan dan motivasi kepada peneliti
selama proses penyusunan.
5. Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns selaku penguji dua Karya Tulis Ilmiah yang telah
bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukanya menajar serta menyusun
disertai untuk membimbing jalanya studi kasus ini . Terima kasih juga atas
arahan , masukan , bimbingan dan motivasi kepada peneliti selama proses
penyusunan.
6. Semua dosen Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orang tuaku yang tercinta, yang selalu menjadi inspirasi, motivasi dan
memberikan semangat lahir maupun batin untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa program studi D III Keperawatan
STIKes Kusuma Husada dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu
per satu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 27 Mei 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................... 4
C. Manfaat Penulisan ................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ....................................................................... 6
B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis ................................... 15
C. Kerangka Teori ...................................................................... 25
D. Kerangka Konsep .................................................................. 26
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subyek Aplikasi Riset ........................................................... 27
B. Tempat Dan Waktu ................................................................ 27
C. Media dan Alat ...................................................................... 27
D. Prosedur Tindakan Keperawatan ........................................... 27
E. Alat Ukur ............................................................................... 27
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien ....................................................................... 30
B. Pengkajian .............................................................................. 30
C. Diagnosa Keperawatan ........................................................... 37
D. Perencanaan ........................................................................... 37
vii
E. Implementasi .......................................................................... 38
F. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 40
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian .............................................................................. 43
B. Rumusan Masalah .................................................................. 45
C. Intervensi Keperawatan .......................................................... 47
D. Implementasi Keperawatan .................................................... 49
E. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 51
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 52
B. Saran ....................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah ....................................................................... 6
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori...................................................................................... 25
Gambar 2.2 Kerangka Konsep .................................................................................. 26
Gambar 4.1 Genogram .............................................................................................. 30
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup
2. Jurnal KTI
3. Asuhan Keperawatan
4. Loog Book KTI
5. Surat Pernyataan
6. Usulan Judul Aplikasi Jurnal
7. Pendelegasian Pasien
8. Lembar Konsultasi KTI
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan penelitian kesehatan dunia WHO tahun 2012
menunjukan,diseluruh dunia 982 juta orang atau 26,4% penghuni bumi
mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita.
Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025
(WHO, 2012). Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus
meningkat. Hipertensi tahun 2006 menempati urutan ke dua penyakit yang
paling sering di derita oleh pasien rawat jalan Indonesia (4,67%) (Depkes,
2008). Prevelensi hipertensi di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dasar
(2007) juga menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar
30% dengan insiden komplikasi penyakit kardio vaskuler lebih banyak pada
perempuan (52%) dibandingkan laki-laki (48%) (Depkes, 2008).
Menurut Wahdah (2011:15) sebanyak 1 milyar orang di dunia atau
1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah
penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun
2025. Di Indonesia belum ada data nasional namun, pada studi MONICA
2000 di daerahperkotaan Jakarta dan FKUI 2000-2003 di daerahLido
pedesaan kecamatan Cijeruk memperlihatkan kasus hipertensi derajat II
(berdasarkan JNC VII) masing 20,9% dan 16,9%.
1
2
Menurut Wahdah (2011) dari seluruh populasi pengidap hipertensi,
pengidap hipertensi primer memiliki populasi 90% dan hipertensi sekunder
10%. Menurut Riskesdas prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%
dari populasi usia 18 tahun ke atas, dari jumlah itu 60% penderita hipertensi
mengalami komplikasi stroke. Sedangkan sisanya mengalami penyakit
jantung, gagal ginjal, dan kebutaan.
Hipertensi sebagai penyebab kematian ke 3 setelah stroke dan
tuberculosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian
pada seumuran di Indonesia (Endang. 2014:3). Prevalensi kasus hipertensi
primer di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan dari 1,87% pada
tahun 2006 menjadi 2,02% pada tahun 2007, dan 3,30% pada tahun 2008.
Prevalensi sebesar 3,30% artinya setiap 100 orang terdapat 3 orang
penderita hipertensi primer. Terdapat 4 kabupaten atau kota dengan
prevalensi sangat tinggi diatas 10% yaitu kab. Brebes sebesar 18,60%, kota
tegal 15,41%, kab. Karanganyar 13,81%, dan kab. Sukoharjo 10,89% (Profil
Kesehatan Prov. Jawa Tengah, 2008 : 34).
Menurut Corwin (2000), menjelaskan bahwa hipertensi tergantung
pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan total peripheral
resistance (TPR). Maka peningkatan salah satu dari variabel yang tidak di
kompensasi dapat menyebabkan hipertensi.Peningkatan kecepatan jantung
denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon
pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung
kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme.
3
Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya
dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak
menimbulkan hipertensi (Astawan, 2002).Peningkatan volume sekuncup
yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume
plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air
oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan
renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat
mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal.Peningkatan volume
plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga
terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkatan
preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik
(Amir,2002).
Untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi
Dilakukan terapi benson. Terapi relaksasi benso terkandung unsurpenenang
diri yang dapat menstabilkan tekanan darah. Selain itu, relaksasi benson
juga merupakan usaha untuk menghilangkan stress sebagai salah satu fakor
pemicu utama hipertensi.Relaksasi benson telah digunakan untuk
penanganan pasien berbagai usia. Dalam membantu penurunan tekanan
darah, kecemasan, membantu rileks, mengurngi rasa nyeri, meningkatakan
fungsi kognitif, meningkatkan perasaan bahagia, dan meningkatkan
toleransi seseorang dalam tindakan invasif. (Suryani, 2011)
Kekuatan dari relaksasi benson yang merupakan sumber
penyembuhan emosional yang sangat kuat menangkal kekuatan negatif dan
4
meningkaatkan kekuatan positif. Hasilpenelitiandari Purwanti, Suryani dan
Supriyono (2012). DiwilayahkerjaPukesmasKarangayuSemarang,
jugamenunjukanadanyaperbedaantekanandarahsebelumdansesudahterapirela
ksasibensonpadapasienhipertensi.Dilihatdarihasilujihasilanalisis
ujipairedsample T-testdidapatkanP-value sebesar 0,0001< 0,05.
Rekomendasihasilpenelitianini
adalahmengatasipertensitidakhanyadenganmenggunakanobat-
obatanmedistetapi bias
jugamenggunakanteknikrelaksasibensonsecarateratursebagaipengobatanpen
damping.Denganhasilpenelitiantersebutmakapenulistertarikuntukmengambil
judulPemberianRelaksasiBensonTerhadapTekananDarahpadaPasienHiperte
nsi .
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah mengetahui pemberian relaksasi benson terhadap
penurunan tekanan darah pada Asuhan Keperawatan Ny. S dengan
Hipertensi di RSUD Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan hipertensi.
b. Mampu melakukan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan
hipertensi.
5
c. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada Ny. S dengan
hipertensi.
d. Mampu melakuakan implementasi keperawatan pada Ny. S dengan
hipertensi.
e. Mampu melakukan evaluasi.
f. Mampu menganalisa pemberian relaksasi bensonterhadap tekanan
darah pada Ny. S dengan hipertensi.
C. ManfaatPenulisan
1. BagiRumahSakit
Agar dapat menjadikan teknik relaksasi benson sebagai salah satu
kebijakandalam pemberian pelayanan kesehatan untuk dapat menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi dengan tetap memperhatikan
penyakit-penyakit lain yang menyertai.
2. BagiPerawat
Perawat diharapkan mampu memberikan pendidikan kesehatan dan
latihan–latihan tentang terapi benson terhadap penderita hipertensi
3. BagiPasien
Sebagai alternativterapitambahanterhadappenderitahipertensi.
4. BagiPenulis
Menambah pengetahuan dan menerapkan relaksasi benson untuk
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh
angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah
baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat
digital lainnya (Wahdah, 2011: 7).
Klasifikasi tekanan darah pada dewasa
Kategori Tekanan darah
sistolik
Tekanan darah
diastolic
Normal Dibawah 130 mmhg Dibawah 85 mmhg
Normal tinggi 130-139 mmhg 85-89 mmhg
Stadium 1 (hipertensi
normal
140-159 mmhg 90-99 mmhg
Stadium 2 (hipertensi
sedang)
160-179 mmhg 100-109 mmhg
Stadium 3 (hipertensi
berat
180-209 mmhg 110-119 mmhg
Stadium 4 (hipertensi
malignan)
210 mmhg atau lebih 120 mmhg atau
lebih
Tabel 2.1
(Wahdah, 2011:22)
Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan
darah tinggi tidaklah jelas, menurut WHO, di dalam guidelines
6
7
terakhir tahun 1999, batas tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah bila kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih
dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi dan di antara nilai
tersebut dikategorikan sebagai normal-tinggi (batasan tersebut
diperuntunkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun). Nilai normal
tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan,
tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80
mmHg (Wahdah, 2011:8).
b. Penyebab Hipertensi
Menurut Yekti dan Ari (2011:48) bahwa hipertensi disebabkan
oleh beberapa faktor yang sangat mempengaruhi satu sama lain.
Berikut ini faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi :
1. Toksin adalah zat yang di buat oleh organisme hidup (tanaman,
hewan, bakteri tertentu) yang beracun bagi manusia
2. Faktor genetik adalah faktor keturunan yang di dapat sejak lahir.
3. Etnis adalah himpunan manusia karena kesamaan ras , agama,
asal usul bangsa ataupun kombinasi dari katagori tersebut yang
terikat pada sistem nilai budaya.
4. Alkohol adalah sekelompok senyawa yang mengandung satu atau
lebih gugus fungsi hidroksil (-HO) pada suatu senyawa alkana.
5. kafein adalah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan
berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan
deuretik ringan.
8
6. Jenis kelamin
7. Umur
8. Stres
9. Kegemukan
10. Nutrisi
11. Merokok
12. kurang olah raga
13. kolesterol tinggi.
Menurut Dewi (2013:21) menyebutkan bahwa penyebab
hipertensi adalah
1) Secara genetik
a) Gangguan fungsi barostat renal Sensitifitas terhadap
konsumsi garam
b) Abnormalitas transportasi natrium kalium
c) Respon SSP (siatem saraf pusat) terhadap stimus psiko-
sosial
d) Gangguan metabolism (glukosa, lipid, dan resistensi
insulin)
2) Faktor lingkungan
a) Faktor psikososial : kebiasaan hidup, pekerjaan, stress
mental, aktivitas fisik, status social ekonomi, keturunan,
kegemukan, dan konsumsi minuman keras (beralkohol)
9
b) Faktor konsumsi garam
Pengguna obat-obatan seperti golongan kortikosteroid
(cortisone) dan beberapa obat hormone, termasuk
beberapa obat antiradang (anti-inflamasi) secara terus
menerus dapat meningkatkan tekanan darah seseorang
c) Merokok juga merupakna faktor penyebab terjadinya
peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau
yang berisi nikotin
3) Adaptasi struktural jantung serta pembuluh darah
a) Pada jantung : terjadi hypertropi dan hyperplasia miosit
b) Pada pembuluh darah : terjadi vaskuler hypertropi.
c. Tanda dan Gejala Hipertensi
Menurut Dewi (2011:32) tanda dan gejala hipertensi yaitu :
1) Penglihatan kabur karena kerusakan retina
2) Nyeri pada kepala
3) Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intara kranial
4) Edema dependent
5) Adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan intra
kapiler
Menurut Adinil, (2004) gejala klinis yang dialami oleh
para penderita hipertensi yaitu pusing, mudah marah, telinga
berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk,
10
mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan mimisan (jarang
dilaporkan).
(Crowin, 2000) menyebutkan bahwa sebagian gejala
klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun
berupa nyeri kepala saat terjaga, kadang disertai mual muntah.
Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula dijumpai
perubahan retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan
cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat,
edema pupil (edema pada diskus optikus).
d. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi
melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga
mengalirkan banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak
dpat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya
tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding arterinya
telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada
saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk
sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di
11
dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan
fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga
tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri
mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka
tekanan darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor
tersebut dilaksanankan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan
sistem saraf otonom (bagian ari sistem saraf yang mengatur berbagai
fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal
mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika tekanan
darah meningkat, ginjal akn menambah pengeluaran garam dan air,
yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan
mengembalikan tekanan darah normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi
pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan
tekanan darah kembali ke normal. Ginjal juga bisa meningkatkan
tekanan darahdengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang
memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ
penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya
12
tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke
salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah.
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf
otonom yang untuk sementara waktu akan meningkat tekanan darah
selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari
luar), meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung, dan juga
mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola
di daerah tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan
darah lebih banyak), mengurangi pembuangan air dan garam oleh
ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh
melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin
(noradrenalin), yang merangsangjantung dan pembuluh darah. Faktor
stres merupakan satu faktor pencetus terjadinya peningkatan tekanan
darah dengan proses pelepasan hormon epinefrin dan norepinefrin.
( Triyanto, 2014:12)
e. Komplikasi
Menurut Triyanto (2014:14) komplikasi yang terjadi pada hipertensi
yaitu :
1) Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi. Strok dapat terjadi pada hipertensi
13
kronok apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah
yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang
mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala
terkena strok adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang
bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk,
salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakkan
(misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat
berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara
mendadak.
2) Infarkmiokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosisnya tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik
dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium
mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertrofi ventrikel
dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung,
dan peningkatan resiko pembentukan bekuan .
3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan
14
rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit funsional
ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotikkoloid
plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai
pada hipertensi kronik.
4) Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan
terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema.
Cairan didalam paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan
cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering
dikatakan edema. Ensefalopati dapat terjadi terutama pada
hipertensi maligna (hipertensi cepat). Tekanan yang tinggi pada
bkelainan ini menyebabkan peningkatan tekanaan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh saraf
pusat. Neuron- neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma.
f. Penatalaksanaan
Menurut Wahdah (2011:52) penatalaksanaan dalam hipertensi dibagi
dalam 2 golongan :
1) Pengobatan non farmakologis
a) Penurunan berat badan
b) Olah raga
15
c) Mengurangi asupan garam
d) Tidak merokok
e) Hindari stres
f) Pemberian terapi relaksasi benson ( Yanti, 2012).
2) Pengobatan farmakologis
Ada beberapa golongan obat anti hipertensi, pada dasarnya
menurunkan tekanan darah dengan cara mempengaruhi jantung
atau pembuluh darah atau keduanya. Pengobatan hipertensi
biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat :
a) Diuretic tablet Hydrochlorothiazide(HCT), lasix
(Furosemide). Merupakan golongan obat hipertensi dengan
proses pengeluaran cairan tubuh via urin. Tetapi karena
potasium berkemungkinan terbuang dalam cairan urin,
maka pengontrol konsumsi potasium harus dilakukan.
b) Beta – blockers Atenolol (Tenorim), Capoten (captopril).
Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan
tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung
dan memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah.
c). Calcium channel blockers Norvasc (amlopidine),
Angiotensinconverting enzyme (ACE). Merupakan salah
satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah
tinggi atau hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh
darah yang juga memperlebar pembuluh darah.
16
g. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Dewi (2011:33) pemeriksaan penunjang pada hipertensi
yaitu
1) EKG (elektro kardio graf atau rekam jantung)
2) Pemeriksaan darah kimia (kretinin, BUN)
3) Radiografi dada
2. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis
a.Pengkajian
Data biografi : nama, alamat, umur, tanggal MRS, diagnosa medis,
penanggung jawab, catatan kedatangan (Saiful, 2012)
b. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan
kepala terasa pusing dan bagian kuduk terasa berat, tidak bisa
tidur.
b. Riwayat kesehatan sekarang : biasanya pada saat dilakukan
pengkajian pasien masih mengeluh kepala terasa sakit dan berat,
penglihatan berkunang-kunang, tidak bisa tidur.
c. Riwayat kesehatan dahulu : biasanya penyakit hipertensi ini
adalah penyakit yang menahun yang sudah lama dialami oleh
pasien, dan biasanya pasien mengkonsumsi obat rutin seperti
captopril.
d. Riwayat kesehatan keluarga : biasanya penyakit hipertensi ini
adalah penyakit keturunan.
17
3. Data dasar pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda : kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan
warna kulit, suhu dingin
c. Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, faktor stres multipel
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan
menghela, peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
e. Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
18
f. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit
kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,
perubahan retinal optik
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,
ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa
sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan,
bunyi napas tambahan, sianosis
i. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episodeparestesia unilateral transein, hipotensi postural
j. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala : faktor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantunng, DM, penyakit ginjal, faktor resiko etnik,
penggunaan pil KB atau hormon
19
4. Diagnosa keperawatan
a. Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventrikular
b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
c. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung
berhubungan dengan gangguan sirkulasi
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit dan perawatan diri
5. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventrikular
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan afterload tidak meningkat, tidak terjadi
vasokontriksi, tidak terjadi iskemia miokard
Hasil yang diharapkan :
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
20
Intervensi keperawatan :
1) Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan
tekhnik yang tepat
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
4) Amati warna kullit, kelembaban, suhu dan masa pengisian
kapiler
5) Catat edema umum
6) Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas
7) Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat
tidur/kursi
8) Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
9) Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan
leher
10) Anjurkan tekhnik relakssi, panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan
11) Pantau respon terhadap obat untk mengontrol tekanan darah
12) Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikaasi
13) Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan nyeri berkurang.
21
Hasil yang diharapka :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak
nyaman
Intervensi keperwatan :
1) Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit
penerangan
2) Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
3) Batasi aktivitas
4) Hindari merokok atau menggunakan penggunaan nikotin
5) Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
6) Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti
kompres es, posisi nyaman, tekhnik relaksasi, bimbingan
imajinasi, hindari konstipasi
c. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung
berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan sirkulasi tubuh tidak terganggu
Hasil yang diharapkan :
Pasien mendemonstrasikan perfusi jarngan yang membaik
seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat
diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai
laboratorium dalam batas normal.
22
Haluaran urin 30 ml/menit
Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring, tinggikan kepala tempat tidur
2) Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua kedua lengan ;
tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia
3) Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
4) Amati adanya hipotensi mendadak
5) Ukur masukan dan pengeluaran
6) Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
7) Ambulasi sesuai kemampuan, hindari kelelahan
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan pasien terpenuhi dalam informasi tentang
hipertensi
Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan
penatalaksanaan perawatan dini
Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan
23
Intervensi :
1) Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan
prosedur
2) Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh
dengan stres
3) Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu
pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik
4) Jelaskan perlunnya menghindaripemakaian obat bebas tanpa
pemeriksaan dokter
5) Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk
dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan
muntah
6) Diskusiikan tentang mempertahankan berat badan stabil
7) Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan
mengangkat berat
8) Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium
sesuai pesanan
9) Jelaskan pentingnya mempertahankan pemasukan cairan
yang tepat, jummlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti
kopi yang mengandung kafein, teh serta alkohol
10) Jelaskan perlunnya menghindari konstipasi dan penahanan
24
2. Terapi Relaksasi Benson
Relaksasi benson merupakan intervensi mandiri
keperawatan.Pada prinsipnya metode relaksasi dapat di sesuaikan dengan
keyakinan masing-masing individu . kata yang di pilih berupa frase yang
di yakini berguna, penting,dan cocok untuk masing-masing individu.
Dengan menggunakan keyakinan itusecara teratur maka akan di dapatkan
manfaat sepenuhnya dari keyakinan tersebut (Hastono, 2007).
Relaksasi benson merupakan pengembangan metode respon
relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan, pasien yang dapat
menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien
mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan lebih tinggi. (Benson &
Proctor, 2000, dalam Purwanto 2006:36).
Relaksasi benson merupakan teknik relaksasi yang digabungkan
dengan keyakinan yang dianut oleh pasien. Kata atau kalimat tertentu
yang dibaca berulang-ulang dengan melibatkan unsur keimanan dan
keyakinan akan menimbulkan respon relaksasi yang lebih kuat di
bandingkan dengan relaksasi tanpa melibatkan unsur keyakinan.
Ungkapan yang di pakai dapat berupa nama tuhan atau kata-kata lain
yang memiliki makna menenangkan bagi pasien.(Benson & Proctor,
2000).
25
a. Langkah –langkah terapi benson adalah :
1. Atur posisi nyaman
2. Pilih satu kata atau ungkapan singkat yang mencerminkan
keyakinan, seperti nama allah, tenang, rileks dan sebagainya
3. Pejamkan mata hindari menutup mata dengan kuat
4. Bernafas lambat dan wajar sambil melepaskan otot ,mulai dari
kaki ,betis, paha, perut, pinggang, kemudian disusul melepaskan
leher dan pundakdengan memutar kepala dan mengangkat
pundak perlahan-lahan. Ulurkan kedua lengan dan tangan ,
kemudian kendurkan dan biarkan terkulai diatas lutut dengan
tangan terbuka, dalam posisi berdoa (jika posisi duduk).
5. Perhatikan nafas dan mulailah menggunakan kata fokus yang
berakar pada keyakinan. Tarik nafas dari hidung , pusatkan
kesadaran pada pengembangan perut,lalu keluarkan nafas
melaui mulut secara perlahan sambil mengucapkan ungkapan
yang telah dipilih.
6. Pertahankan sikap pasif
7. Lakukan selama 15 menit 2x sehari pagi.
26
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
(Dew,i 2013)
Tindakan relaksasi benson
Umur Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas
Hipertensi
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluh darah
Vasokontruksi
Gangguan sirkulasi
Otak
Resistensi pembuluh darah otak Suplai O2 otak menurun
Nyeri kepala Gangguan pola tidur
Gangguan perfusi
jaringan Serebral
Sinkop
27
D. KerangkaKonsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
(Dewi, 2013)
Relaksasi Benson Tekanandarahmenurun
28
BAB III
METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. SubjekAplikasiRiset
Pasien Ny, S dengan hipertensi di Ruang Cempaka 2 RSUD Sukoharjo
B. TempatdanWaktu
Tempat : Ruang Cempaka 2 RSUD Sukoharjo
Waktu : Terapi Relaksasi benson dilakukan pada tanggal 12-14 maret
2015 jam 10.00 dan 21.00 WIB. Selama 15 menit 2x sehari pagi
C. Media danAlat
Alat ukur tensi jarum atau air raksa dan stetoskop
D. ProsedurdanTindakan
1. Aturposisinyaman
2. Pilihsatu kata atauungakapansingkat yang mencerminkankeyakinan.
3. Pejamkan mata dan hindari menutup mata dengan kuat.
4. Bernafas lambat dan wajar
5. Perhatikan nafas dan mulailah menggunakan kata fokus yang berakar
pada keyakinan
6. Pertahankan sikap pasif
7. Lakukan selama 15 menit 2xsehari
E. AlatukurEvaluasi
Alat ukur yang digunakan adalah sfigmomanometerair raksa
atau tensi jarum dan stestoskop. Peneliti kemudian melakukan
28
29
pngukuran respon emosional (yang diindikasikan tekanan darah, nadi,
suhu, respirasi) dengan segera setelah diberikan terapi untuk dilakukan
pengolahan data dan analisa. Pengukuran respon emosional (yang
diindikasikan tekanan darah, nadi, suhu, respirasi) dilakukan sendiri
oleh peneliti.
30
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas klien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 Maret 2015 jam 09.00 WIB.
Pengkajian dilakukan dengan metode alloanamnesa dan autoanamnesa.
Pengkajian identitas pasien didapatkan hasil, pasien bernama Ny.S, umur 49
tahun, jenis kelamin perempuan, alamat bendungan gunting wonosari kalten,
pekerjaan ibu rumah tangga, tingkat pendidikan SD. Tanggal masuk rumah
sakit pada tanggal 12 Maret 2015, dengan diagnosa hipertensi, identitas
penanggung jawab Ny.S adalah Tn.k, umur 60 tahun, hubungan dengan klien
adalah suami.
B. Pengkajian
Hasil pengkajian pada tanggal 12 Maret 2015 jam 09.00 pasien
mengeluhkan pusing bagian kepala dan kepala bagian belakang terasa cekot-
cekot. Riwayat penyakit sekarang, pasien mengatakan sebelum datang
kerumah sakit, pasien berobat ke pukesmas, pasien mengeluh pusing cekot-
cekot, pada kepala bagian belakang. Dari pukesmas pasien dirujuk ke RSUD
Sukoharjo pada pukul 08.00 WIB. Pasien datang ke IGD di antar
keluarganya. Kemudian di IGD di dapatkan pemeriksaan tekanan darah
170/110mmHg, nadi102x/menit, pernfasan 28x /menit, suhu37oC dan
mendapat terapi ijeksi ranitidin5mg/12jam dan terpasang infus RL ditangan
kiri.
31
Dan pada pukul 09.00 di bawa ke bangsal cempaka 2 RSUD Sukoharjo.
Kemudian pada saat saya kaji di bangsal cempaka 2 pukul 09.10 di dapatkan
hasil pemeriksaan tekanan darah 170/110mmHg, pernafasan 28x/menit, nadi
102x/menit, suhu 37oC , serta nyeri pada kepala bagian belakang terasa cekot-
cekot dengan (P) saat tidut atau duduk, (Q)cekot-cekot, (R) kepala bagian
belakang,( S) 4, ( T) hilang timbul.
Riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan ia pernah di rawat di
rumah sakit karena operasi payudara selama 3 hari.Pasien juga mengatakan ia
tidak memiliki alergi makanan, obat-obatan ataupun yang lainnya.Riwayat
kesehatan keluarga, pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada
anggota keluarga yang memiliki penyakit menular. Riwayat kesehatan
lingkungan, pasien mengatakan lingkungan rumahnya bersih, jauh dari polusi.
Genogram :
Gambar 4.1 genogram Ny. S
32
Keterangan :
: Meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
- - - - - - - : Tinggal satu rumah
Hasil pengkajian menurut pola Gordon, pola persepsi dan pemeliharaan
kesehatan, pasien mengatakan kesehatan itu sangat penting dan jika pasien
sakit ia juga sering berobat kepelayanan kesehatan seperti puskesmas, bidan,
dan dokter praktek.
Pada pengkajian pola nutrisi dan metabolik diperoleh hasil pasien
mengatakan sebelum dan selama sakit asupan nutrisi tidak ada masalah yaitu
makan dengan frekuensi 3x sehari 1 porsi habis dengan nasi atau bubur,
sayur, lauk, air putih atau teh manis serta tidak ada keluhan setelah makan.
Pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan buang air kecil 3-4
kali sehari dengan warna kencing kuning jernih dan berbau khas, sedangkan
buang air besar pasien satu kali sehari dipagi hari dengan konsistensi lunak
dan bau khas. Saat buang air besar dan buang air kecil tidak mengalami
keluhan dan gangguan apapun. Sedangkan selama sakit pasien mengatakan
tidak ada keluhan dan gangguan apapun.
33
Pada pengkajian pola aktivitas dan latihan diperoleh hasil sebelum sakit
pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas dan latihan seperti
makan/minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, dan
ambulasi pasien mampu melakukan secara mandiri. Selama di rumah sakit
pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas dan latihan secara mandiri
kecuali pada saat berpakaian dibantu orang lain karena tangan kiri terpasang
infus (skor 2).
Pada pengkajian pola tidur diperoleh hasil sebelum sakit pasien
mengatakan tidur ± 8 jam /hari dan terbiasa tidur siang ± 2 jam/hari serta
tidak ada pengantar tidur, perasaan setelah tidur yaitu nyaman dan tidak ada
keluhan. Selama di rumah sakit pasien mengatakan tidur ± 5 jam/hari dan
sering terbangun karena tidak nyaman dengan keadaan lingkungan dan pusing
diseluruh kepala yang kadang timbul. Perasaan setelah tidur yaitu masih
merasa mengantuk.
Pada pengkajian kognitif perseptual diperoleh hasil (P) pasien
mengatakan kepala terasa pusing saat tidur atau duduk, (Q) pasien
mengatakan pusing terasa cekot-cekot, (R) pasien mengatakan pusing kepala,
(S) pasien mengatakan nyeri yang terasa cekot-cekot dengan skala 4, (T)
pasien mengatakan pusin hilang timbul. Pola persepsi konsep diri, identitas
diri pasien adalah seorang wanita dan ia anak ke 4 dari 4 bersaudara, peran
diri pasien adalah seorang ibu rumah tangga dengan anak dari 2 orang cucu.
Harga diri pasien mengatakan dirinya merasa dihargai oleh keluarga yang
lain, tetangganya, yang ditandai dengan adanya komunikasi yang positif.
34
Ideal diri pasien mengatakan dirinya ingin menjadi orang yang berguna untuk
orang lain. Gambaran diri pasien mengatakan ia tetap bersyukur walaupun
sekarang sedang sakit.
Pola hubungan peran, sebelum dan selama sakit pasien mengatakan
bahwa hubungan dengan keluarga dan tetangganya harmonis dan tidak
memiliki permasalahan. Pola seksualitas reproduksi, pasien mengatakan dia
seorang wanita berusia 49 tahun sudah menikah, memiliki 3 orang anak dan
jarang melakukan hubungan seksual.
Pola mekanisme koping, pasien mengatakan ketika ada masalah dirinya
selalu bercerita kepada keluarga dan mengambil keputusan dilakukan secara
musyawarah. Pola nilai dan keyakinan, pasien mengatakan beragama islam,
selalu menjalankan ibadah sholat 5 waktu. Selama sakit pasien selalu berdoa
untuk kesembuhannya.
Pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien baik dengan kesadaran
composmentis dan tanda-tanda vital tekanan darah 170 /110 mmHg,
nadi102x/menit dengan irama cepat dan kuat, respirasi 28x/menit dengan
irama teratur, suhu 37oC.
Pada pemeriksaan fisik dari kepala sampai leher diperoleh hasil bentuk
kepala mesochepal dengan kulit kepala berminyak dan rambut sedikit
beruban. Pada mata diperoleh hasil mata simetris, kantung mata sedikit hitam,
tidak terdapat odema pada palbebra, konjungtiva tidak enemis, sclera tidak
ikterik, pupiil isocor, reflek terhadap cahaya positif dan tidak menggunakan
alat bantu penglihatan.
35
Pada hidung diperoleh hasil tidak ada sekret, tidak ada polip. Pada
mulut diperoleh hasil mukosa bibir lembab, lidah bersih. Pada gigi diperoleh
hasil tidak ada lubang gigi, rapi, dan sedikit kuning. Pada telinga diperoleh
hasil bentuk simetris, terdapat sedikit serumen, tiadak ada benjolan, dan
pendengaran jelas, tidak menggunakan alat bantu pendengaran. Pada leher
diperoleh hasil tiadak ada pembesaran kelenjar tyroid.
Pada pemeriksaan paru-paru diperoleh hasil saat inspeksi bentuk dad
simetris, tidak ada luka. Pada saat palpasi vokal vremitus kanan dan kiri
sama. Pada saat perkusi diperoleh hasil ketukan sonor. Pada saat auskultasi
suara paru vasikuler. Pada pemeriksaan jantung diperoleh hasil saat inspeksi
ictus cordis tidak tampak. Pada saat palpasi ictus cordis teraba. Pada saat
perkusi batas jantung terkesan tidak melebar dan saat auskultasi suara
jantung normal dengan terdengar lup dup. Pada saat pemeriksaan abdomen
diperoleh hasil saat inspeksi tidak ada benjolan dan luka. Pada saat auskultasi
peristaltik usus 26x/menit. Pada saat perkusi tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran hati. Pada saat palpasi suara ketukan abdomen timpani.
Pada pemeriksaan genitalia diperoleh hasil tidak terpasang DC. Pada
pemeriksaan rektum diperoleh hasil tidak ada iritasi dan benjolan.Pada
pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah diperoleh hasil yaitu ekstremitas atas
kekuatan otot 4/5, terpasang infus RL di tangan kiri, tidak ada deformitas
tulang, akral teraba hangat, ROM kanan kiri aktif, dan Capilary refile kurang
dari 2 detik. Pada ekstremitas bawah diperoleh hasil kekuatan otot kanan dan
36
kiri 4/5, tidak ada deformitas tulang, akral teraba hangat, ROM kanan kiri
aktif, dan capilary refile kurang dari 2 detik.
Pada pemeriksaan penunjang pasien Ny.S tanggal 12 Maret 2015
diperoleh hasil dari pemeriksaan laboratorium yaitu leukosit 9,9103/µL
,
eritrosit 5,13 106/µL, hemoglobin 12,7 g/dL, hematokrit 37,5%, MCV 73,7fL,
MCH 24,78 pg, MCHC 33,7 g/dL, trombosit261 103/µ
L, RDW-CV 13,6 %,
PDW 8,1 fL, MPV 8,7 P-LCR 13,9 %, DIFF-count 0,23 %, NRBC 0,00 %,
neutrofil 50%, limfosit 31,0 %, monosit 3,50 %, eosinofil 2,70 %, basofil
0,40 %, IG 0,60 %, golongan darah B, gula darah sewaktu 141 mg/dL, ureum
22,1 mg/dL, creatinin 0,72 mg/dL, SGOTo,9 µ/L, SGPT µ/L, HbsAG non
reaktif.
Terapi tanggal 12 Maret 2015 pasien mendapatkan terapi dari dokter
infus RL 20 tpm golongan larutan elektrolit yang memliki fungsi untuk
mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi, injeksi
furosemide 20 mg/12jam golonngan diuretik yang memiliki fungsi
mengurangi odema karena gangguan jantung, sirosis hati, gangguan ginjal,
hipertensi ringan maupun sedang, ranitidin 50 mg/12jam golongan antasida
yang memiliki fungsi untuk pengobatan tukak lambung, duodenum akut,
refluk esofagus, antalgin 1000 mg/12jam golongan analgetik non narkotik
yang memiliki fungsi meringankan nyeri.
Tanggal 13 Maret 2015 pasien mendapat terapi infus RL 16 tpm, injeksi
furosemide 20 mg/24jam, ranitidin 5 0mg/12 jam, antalgin 1000 mg/12jam,
obat peroral amlodipine 10 mg/24 jam golongan antihipertensi yang berfungsi
37
sebagaai pengobatan hipertensi, captopril 25 mg 3x1 golongan hipertensi
yang memiliki fungsi mengobati hipertensi ringan hingga sedang, clonidine
0,15 mg 2x1 golongan apertensintihi yang memiliki fungsi mengobati
hipertensi ringan hingga sedang.
Pada tanggal 14 Maret 2015 pasien mendapatkan terapi infus RL 16
tpm, injeksi furosemide 20 mg/24jam, ranitidin 50 mg/12jam, antalgin 1000
mg/12jam, obat peroral amlodipin 10 mg 1x1, captopril 25 mg 3x1, clonidin
0,15 mg 2x1.
C. Diagnosa keperawatan
Setelah dilakukan analisa hasil pengkajian diperoleh diagnosa
keperawatan utama adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis, ditandai dengan data subyektif (P) pasien mengatakan pusing
(Q)nyeri terasa cekot-cekot, (R) nyeri pada kepala bagian belakang, (S) 4, (T)
hilang timbul dan data obyektif, pasien terlihat meringis kesakitanmenahan
nyeri.
Diagnosa keperawatan yang kedua adalah resiko ketidak efektifan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi, di tandai dengan
adanya data obyektif yaitu tekanan darah 170/110mmHg, nadi 102x/menit
,pernafasan 28x/menit, suhu 37 oC, pasienmengeluhpusing.
D. Perencanaan
Rencana keperawatan yang akan di lakukan pada Ny. S pada diagnosa
pertamanyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien
38
berkurang dengan kriteria hasil,pasien terlihat rileks, pasien melaporkan
nyerinya berkurang , skala nyeri berkurang 0-3. intervensi yang dialakukan
kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T (Provoking incident, Quality of pain,
Region, Severity of pain,Time)rasional untuk mengetahui status nyeri, ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam rasional untuk mengurangi nyeri, berikan posisi
yang nyaman rasional mengurangi nyeri, kolaborasi pemberian obat analgesik
rasional untuk mengurangi nyeri.
Diagnosa yang kedua adalah resikoketidak efektifan perfusi jaringan
serebralberhubungan dengan hipertensi adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3 x 24 jam di harapkan hipertensi dapat teratasi dengan kriteria
hasil TTV klien datam batas normal 120/80-130/90 mmHg, terciptan kondisi
yang nyaman dan tenang. Intervensi atau rencana yang di lakukan : pantau
tekanan darah rasional untuk mengetahui tekanan darah pasien,ajarkan teknik
relaksasi benson rasional untuk menurunkan tekanan darah pasien, berikan
posisi yang nyaman rasional agar pasien bisa istirahat denagan tenang, pantau
respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah, rasional untuk
menurunkan tekanan darah, kolaborasi dalam pemberian obat rasional
menurunkan tekanan darah.
E. Implementasi
Tindakan keperawatan pada diagnosa pertama yang dilakukan pada
hari Kamis tanggal 12 maret 2015 pada jam 09.30. Mengkaji karateristik
nyeri respon subjektif (P) pasien mengatakan kepalanya pusing saat tidur dan
duduk (Q) cekot cekot (R) kepala bagian belakang, (S) 4, (T) hilang timbul.
39
09:45 diagnosa keduamemantau tanda tanda vital respon subyektif pasien
mau di cek tekanan darahnya. 10.00 diagnosa kedua meberikan relaksasi
benson10-15 menit respon subyektif pasien bersedia diberikan relaksasi
benson. 11.00 diagnosa kedua memberikan posisi yang nyaman respon
subyektif pasien mau di berikan posissi yang nyaman. 12.00 diagnosa
pertama dan kedua memberikan obat oral captofil, subyektif pasien bersedia
minum obat. 12.30 mengganti cairan infus subyektif pasien mengatakan
bersedia diganti infusnya.
Pada hari Jumat 13 Maret 2015 jam 07.30memberikan tidakan
diagnosa yang pertama dan kedua berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat, antalgin 500mg,ranitidin 50mg. Respon subyektif pasien
bersedia di beri obat 07.40 mengganti cairan infus respon subyektif pasien
bersedia di ganti infusnya. 08.00 diagnosa pertama mengkaji karakteristik
nyeri respon subyektif (P) pasien mengatakan kepalanya pusing saat tidur
dan duduk (Q) cekot cekot (R) kepala bagian belakang, (S) 3,(T) hilang
timbul. 09:00diagnosa pertama mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
respon subyektif pasien mau diajarkan teknik relaksasi nafas dalam. 10.00
diagnosa kedua mengajarkan teknik relaksasi benson respon subyektif pasien
bisa melakukan sendiri , pasien kooperati. 11.00 diagnosa kedua memantau
tanda tanda vital respon subyektif pasien mau di cek tekanan darahnya ,
obyektif tekana darah 130/90mmHg. Nadi 90x/menit pernafasan 26x/menit
Suhu 36,7oC.12.00 diagnosa kedua memberikan posisis yang nyaman respon
subyektif pasien bersedia di berikan posisi yang nyaman.
40
Hari Sabtu tanggal 14 Maret 2015 diagnosa pertama dan kedua
berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat , antalgin 500mg,ranitidin
50mg. Respon subyektif pasien bersedia di beri obat. 08.00 diagnosa kedua
mengkaji karakteristik nyeri respon subyektif (P) pasien mengatakan
kepalanya pusing saat tidur dan duduk (Q) cekot cekot (R) kepala bagian
belakang, (S) 1 (T) hilang timbul. Objektif pasien tampak lebih tenang.
10:00memantau tanda tanda vital respon subyektif pasien mau di cek tekanan
darahnya , obyektif tekana darah 130/90mmHg. Nadi 90x/menit pernafasan
24x/menit. Suhu 36,7oC.
F. Evaluasi
Setelahdilakukantindakankeperawatan,
hasilevaluasidilakukanpadahari Kamis 12 Maret 2015.jam 13.40 WIB
denganmenggunakanmetode SOAP (Subyektif, Obyektif, Assessment,
Plainning),
Diagnosa yang pertama, data subyektif (P) pasien mengatakan
kepalanya pusing saat tidur dan duduk (Q) cekot cekot (R) kepala bagian
belakang, (S) 4 (T) hilang timbul. Objektif pasien terlihat lemah, pasien
terlihat meringis kesakitan menahan nyeri.Analisa masalah nyeri kepala
belum teratasi . Planing lanjutkan intervensi, kaji karakteristik nyeri
P,Q,R,S,T (Provoking incident, Quality of pain, Region, Severity of
pain,Time), ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian obat
analgesik dan antihipertensi.
41
Diagnosa yang keduadata subyektif pasien mau di cek tekanan
darahnya. Obyektif tekana darah 150/90mmHg. Nadi 90x/menit pernafasan
26x/menit. Suhu 36,7oC. Analisa masalah tekanan darah belum teratasi,
Planing lanjutkan intervensi, pantau tekanan darah, ajarkan teknik relaksasi
benson, berikan posissi yang nyaman ,pantau respon terhadap obat untuk
mengontrol tekanan darah.
Hari Jumat, tanggal 13 Maret 2015 jam 13:40 WIB. Diagnosa yang
pertama, data subyektif (P) pasien mengatakan kepalanya pusing saat tidur
dan duduk (Q) cekot cekot (R) kepala bagian belakang, (S)3 (T) hilang
timbul. Objektif pasien terlihat lemah. Analisa masalah nyeri kepala teratasi
sebagian. Planing lanjutkan intervensi: kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T
(Provoking incident, Quality of pain, Region, Severity of pain,Time), ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik dan
antihipertensi
Diagnosa yang kedua, data subyektif pasien mau di cek tekanan
darahnya, data obyektif tekana darah 130/90mmHg. Nadi 90x/menit
pernafasan 24x/menit. Suhu 36,7oC. Analisa masalah tekanan darah teratasi
sebagian. Planning lanjutkan intervensi, pantau tekanan darah, ajarkan
teknik relaksasi benson,berikan posisis yang nyaman, pantau respon terhadap
obat untuk mengontrol tekanan darah.
Hari Sabtu tanggal 14 Maret 2015 jam 13:40 WIB. Diagnosa yang
pertama, data subyektif(P) pasien mengatakan kepalanya pusing saat tidur
dan duduk (Q) cekot cekot (R) kepala bagian belakang, (S) 1 (T) hilang
42
timbul. data Objektif pasien terlihat lebih tenang dan rileks.Analisa masalah
nyeri kepala teratasi . Planning hentikan intervensi , pasien pulang.
Diagnosa kedua data subyektif pasien mau di cek tekanan darahnya,
data obyektif tekana darah 130/90mmHg. Nadi 90x/menit pernafasan
24x/menit. Suhu 36,7oC. Analisa masalah tekanan darah teratasi. Planning
hentikan intervensi pasien pulang.
43
43
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada bab ini penulis akan membahas tentang aplikasi jurnal
pemberian terapi relaksasi benson untuk menurunkan tekanan darah pada
asuhan keperawatan Ny.S dengan hipertensi di bangsal cempaka 2 RSUD
Sukoharjo yang dilakukan pada tanggal 12 Maret sampai 14 Maret 2015.
Penulis juga akan membahas tentang adanya kesesuaian maupun
kesenjangan antara teori dengan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan
hipertensi.
Langkah pertama dari proses keperawatan yaitu pengakajian,
dimulai perawat dengan menerapkan pengetahuan. Pengakajian
keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verikasi dan
komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua
langkah pengumpulan data yaitu pengumpulan data primer (klien) dan
sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai
dasar untuk diagnosa keperawatan. (Potter dan Perry, 2005)
Pengkajian yang dilakukan penulis meliputi pengakajian identitas
pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga dan 11 fungsi gordon serta pemeriksaan fisik
head to toe. (Potter dan Perry, 2005).
44
Keluhan utama yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian
pasien mengatakan pusing di bagian kepala dan kepala bagian belakang
terasa cekot-cekot. Dari hasi pengkajian tanggal 12 maret 2015 jam 09.00
didapatkan hasil TD : 170/110 mmHg, N : 102x/menit, R : 28x/menit, S :
37oC . Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka
sistolok (bagian atas) dan angka bawah (diastolik) pada pengukuran tensi
darah menggunakan alat pengukur tekanan darah. (Rudi & Sulis, 2013).
Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana penyebab hipertensi
sekunder tidak ditemukan. (Endang, 2014). Hipertensi maligna adalah
hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan menimbulkan
kematian dalam waktu 3-6 bulan. (Endang, 2014).
Manifestasi klinis dari hipertensi salah satunya adalah nyeri kepala
yang diakibatkan pembuluh darah mengalami vasodilatasi yang
menimbulkan rasa nyeri pada kepala. (Saputro dkk, 2013). Data yang
mendukung keluhan utama klien nyeri pada yaitu pola fungsi kognitif dan
perceptual dengan melakukan pengkajian nyeri menggunakan P, Q, R, S , T
(Provoking, Quality, Region, Scale, Time), P : pasien mengatakan kepala
terasa pusing saat duduk daan hilang saat tidur, Q : pasien mengatakan
pusing terasa cekot-cekot dan terkadang pandangan kabur, R : pasien
mengatakan pusing diseluruh bagian kepala, S : pasien mengatakan nyeri
yang terasa cekot-cekot dengan skala 4, T : pasien mengatakan pusin hilang
timbul.
45
B. Perumusan Masalah
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon aktual dan
potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literature
yang berkaitan, catatan medis klien. (Potter dan Perry, 2005)
Dari hasil pengkajian dan pengelompokkan data penulis
menemukan beberapa masalah kesehatan dan memfokuskan pada fungsi
kesehatan fungsional yang membutuhkan dukungan dan bantuan pemulihan
sesuai dengan kebutuhan hirarki maslow. (Potter dan Perry, 2005).
1. Nyeri akut
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi
tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri dapat
menimbulkan kelelahan dan menuntut energi seseorang, dapat
mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna kehidupan
(Potter & Perry, 2006).
Diagnosa keperawatan: nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera biologis (iskemik, penurunan suplai oksigen ke otot jaringan
miokard). Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial (Wilkinson, 2010).
Penulis merumuskan diagnosa keperawatan telah disesuaikan
dengan diagnosa NANDA, 2015-2019 (Wilkinson, 2010). Penulis
mencantumkan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
biologis dengan alasan mengacu pada pengkajian Data subyektif :
46
pasien mengatakan pusing diseluruh bagian kepala dan terasa cekot-
cekot di kepala bagian belakang P : pasien mengatakan pusing
dirasakan saat duduk dan hilang saat tidur, Q : pasien mengatakan nyeri
terasa cekot-cekot dan pandangan terkadang kabur, R : pasien
mengatakan pusing diseluruh bagian kepala, S : pasien mengatakan
skala nyeri ±4, T : pasien mengatakan nyeri yang terasa hilang timbul.
Data obyektif : pasien tampak lemah dan tidak rileks, tanda-tanda vital :
TD : 220/120 mmHg, N : 106x/menit, R : 24x/menit, S : 37,8oC.
Batasan karakteristik nyeri akut berdasarkan NANDA 2015-
2017 yaitu perubahan tanda-tanda vital, diaporesis, ekspresi wajah
menunjukkan nyeri, secara verbal menunjukkan nyeri (Ed. Herman and
Komitsuru, 2014).
2. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral
Batas karakteristik perubahan tekanan darah, pusing, perubahan
status mental, perubahan perilaku, perubahan respon motorik,
perubahan reaksi pupil, kesulitan menelan, kelemahan ekstremitas dan
ketidak normalan dalam berbicara.
Status sirkulasi : aliran darah yang tidak obstruksi dan satu arah
pada tekanan yang sesuai melalui pembuluh darah besar sirkulasi pulmo
dan sistemik. Kognisi : kemampuan untuk menjalankan proses mental
yang kompleks. Status neurologis : kemampuan sistem syaraf perifer
dan sistem syaraf pusat untuk menerima dan merespon terhadap
stimulus internal dan eksternal. Sytem neurologis : kesadaran,
bangkitan , orientasi dan perhatian terhadap lingkungan. Perfusi
47
jaringan serebral adalah keadekuatan aliran darah melewati susunan
pembuluh darah serebral untuk mempertahankan fungsi otak.
Dari hasil pengkajian terhadap pasien di dapatkan data tekanan
darah naik 170/110mmHg dan keluhan pusing. Pusing adalah keadaan
di mana seseorang merasa seperti mau pingsan namun satu hal yang
terpenting adalah tidak adanya sessasi berputar. Pusing kepala biasanya
di sebabkan stres, kadar gula darah yang rendah , tekanan darah naik /
turun, penurunan aliran darah ke otakatau yang di kenal sebagai
insufisiensi vertebrobasiler dan pendarahan (Lindsay, 2004)
C. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang
merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,
bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua
tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).
Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis di
sesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana
tindakan dapat dilakukan dengan SMART (Speesifik, Measurable,
Acceptance, Rasional, dan Timing) (Dermawan, 2012). Pembahasan dari
intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan tindakan pada diagnosa
keperawatan yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Nyeri merupakan
suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan
oleh stimulus tertentu. Nyeri dapat menimbulkan kelelahan dan
48
menuntut energi seseorang, dapat mengganggu hubungan personal dan
mempengaruhi makna kehidupan (Potter & Perry, 2006). Pada kasus
Ny. S penulis melakukan rencana tindakan selama 3x24 jam diharapkan
nyeri dapat terkontrol dengan kriteria hasil skala nyeri berkurang
menjadi 1, menyatakan nyeri berkurang, ekspresi wajah rileks, TTV
normal ( TD : 130/90 mmHg, N : 60-100x/menit, R : 24x/menit, S :
36,5oC ). (Wilkinson, 2009-2011). Intervensi yang dilakukan adalah
kaji karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T) dan TTV, ajarkan tekhnik
relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
analgetik obat diuretik dan antihipertensi.
2. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b.d hipertensi.
tindakan keperawatan 3 x 24 jam di harapkan hipertensi dapat teratasi
dengan kriteria hasil TTV klien datam batas normal 120/80-130/90
mmHg, terciptan kondisi yang nyaman dan tenang. Intervensi atau
rencana yang di lakukan : pantau tekanan darah rasional untuk
mengetahui tekanan darah pasien, ajarkan teknik relaksasi benson
rasional untuk menurunkan tekanan darah pasien, pantau respon
terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah ,rasional untuk
menurunkan tekanan darah , berikan posisi yang nyaman ,kolaborasi
dalam pemberian obat rasional menurunkan tekanan darah
49
D. Implementasi
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
lebih baik yamg menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Dermawan, 2012).
Pemberian terapi non farmakologi dengan terapi relaksasi benson
pada pasien hipertensi mampu menurunkan respon emosional yang
ditimbulkan pada pasien hipertensi seperti kenaikan tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu. Dari implementasi yang dilakukan pasien selama 3x24
jam terhadap Ny. S didapatkan hasil :
1. Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi.
Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu kaji karakteristik nyeri
P,Q,R,S,T (Provoking incident, Quality of pain, Region, Severity of
pain,Time)rasional untuk mengetahui status nyeri, ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam rasional untuk mengurangi nyeri, kolaborasi
pemberian obat analgesik rasional untuk mengurangi nyeri. Diagnosa
keperawatan: nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
(iskemik, penurunan suplai oksigen ke otot jaringan miokard). Nyeri
akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau gambaran dalam hal kerusakan sedemikian rupa
(international for the study of pain), awitan yang tiba-tiba atau perlahan
dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi
50
atau dapat di ramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan
(Wilkinson, 2010).
2. Diagnosa kedua resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b.d
hipertensi.
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis pada diagnosa ini lebih
berfokus pada pemberian terapi relaksasi benson selama 15 menit yang
diberikan pada pasien 2x dalam sehari. Relaksasi benson merupakan
pengembangan metode respon relaksasi dengan melibatkan faktor
keyakinan, pasien yang dapat menciptakan suatu lingkungan internal
sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan
kesejahteraan lebih tinggi.(Benson & Proctor, 2000, dalam Purwanto
200:.36).
Relaksasi benson merupakan teknik relaksasi yang di gabungkan
dengan keyakinan yang dianut oleh pasien. Kata atau kalimat tertentu
yang di baca berulang-ulang dengan melibatkan unsur keimanan dan
keyakinan akan menimbulkan respon relaksasi yang lebih kuat di
bandingkan dengan relaksasi tanpa melibatkan unsur keyakinan.
Ungkapan yang di pakai dapat berupa nama tuhan atau kata-kata
lain yang memiliki makna menenangkan bagi pasien. (Benson &
Proctor, 2000). oleh penulis dimaksudkan untuk mengendalikan
menurnkan tekanan darah tujuan merangsang otak untuk mengeluarkan
hormon endhorpin yang membuat pembuluh darah menjadi rileks dan
hormon endhorpin mempengaruhi tanda-tanda vital pada tubuh seperti
tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu sehingga dapat
51
mengendalikan respon emosional (yang diindikasikaan TD, nadi,
pernafasan, suhu) pada pasien hipertensi sehingga tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu menjadi turun.
Relaksasi benson di berikan selama 10-15 menit dalam satu hari 2x
pada pasien hipertensi. Efeksamping pada relaksasi benson tiadak ada ,
karena terapi ini menekankan pada keyakinan dan buakan pada obat
atau bahan kimia lainya
E. Evaluasi
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asuhan keperawatan
antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon
perilaku klien yang tampil (Dermawan, 2012).
Evaluasi hari pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis data subyektif (P) pasien mengatakan kepalanya pusing saat tidur
dan duduk (Q) cekot cekot (R) kepala bagian belakang, (S) 4 (T) hilang
timbul. Objektif pasien terlihat lemah, pasien terlihat meringis kesakitan
menahan nyeri. Analisa masalah nyeri kepala belum teratasi . Planing
lanjutkan intervensi, kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T (Provoking incident,
Quality of pain, Region, Severity of pain,Time), ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik dan antihipertensi.
Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b.d hipertensi data
subyektif pasien mau di cek tekanan darahnya. Obyektif tekana darah
150/90mmHg. Nadi 90x/menit pernafasan 26x/menit. Suhu 36,7oC. Analisa
masalah tekanan darah belum teratasi, Planing lanjutkan intervensi, pantau
52
tekanan darah, ajarkan teknik relaksasi benson, berikan posissi yang nyaman
,pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
Evaluasi hari kedua, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis, data subyektif (P) pasien mengatakan kepalanya pusing saat tidur
dan duduk, (Q) cekot cekot, (R) kepala bagian belakang, (S) 3, (T) hilang
timbul. Objektif pasien terlihat lemah. Analisa masalah nyeri kepala teratasi
sebagian. Planing lanjutkan intervensi kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T
(Provoking incident, Quality of pain, Region, Severity of pain,Time), ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik dan
antihipertensi
Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b.d hipertensi data
subyektif pasien mau di cek tekanan darahnya, data obyektif tekana darah
130/90mmHg. Nadi 90x/menit pernafasan 24x/menit. Suhu 36,7oC. Analisa
masalah tekanan darah teratasi sebagian. Planing lanjutkan intervensi,
pantau tekanan darah, ajarkan teknik relaksasi benson, berikan posisis yang
nyaman, pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
Evaluasi hari ketiga, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis, data subyektif (P) pasien mengatakan kepalanya pusing saat tidur
dan duduk (Q) cekot cekot (R) kepala bagian belakang, (S) 1 (T) hilang
timbul. data Objektif pasien terlihat lebih tenang dan rileks. Analisa masalah
nyeri kepala teratasi . Planing hentikan intervensi , pasien pulang.
53
Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b.d hipertensi data
subyektif pasien mau di cek tekanan darahnya, data obyektif tekana darah
130/90mmHg. Nadi 90x/menit pernafasan 24x/menit. Suhu 36,7oC. Analisa
masalah tekanan darah teratasi. Planing hentikan intervensi, pasien pulang
54
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi tentang Asuhan Keperawatan Ny.S
dengan Hipertensi di ruang Cempaka 2 RSUD Sukoharjo metode
mengaplikasikan hasil pemberian relaksasi benson sebagai upaya penurunan
tekanan darah pada pasien hipertensi maka dapat ditarik kesimpulan
1. Pengkajian
Setelah penulis melakukan pengkajian pada Ny. S di peroleh
data subyektif (P) pasien mengatakan pusing, (Q) nyeri terasa cekot-
cekot, (R) nyeri pada kepala bagian belakang, (S) 4, (T) hilang timbul
dan data obyektif pasien terlihat meringis kesakitan menahan nyeri.
Data yang kedua di tandai dengan adanya data obyektif yaitu tekanan
darah 170/110mmHg, nadi 102x/menit, pernafasan 28x/menit suhu
37oC.
2. Diagnosa Keperawatan
Hasil perumusan diagnosa keperawatan pada Ny. S adalah
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis dan resiko
ketidak efektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
hipertensi.
54
55
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada Ny. S
diagnosa pertama adalah Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam
diharapkan nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil pasien
terlihat rileks, pasien melaporkan nyerinya berkurang, skala nyeri
berkurang 0-3. intervensi yang dialakukan kaji karakteristik nyeri
P,Q,R,S,T (Provoking incident, Quality of pain, Region, Severity of
pain, Time) rasional untuk mengetahui status nyeri, ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam rasional untuk mengurangi nyeri, kolaborasi
pemberian obat analgesik rasional untuk mengurangi nyeri.
Diagnosa kedua adalah resiko ketidak efektifan perfusi
jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam di harapkan hipertensi
dapat teratasi dengan kriteria hasil TTV klien datam batas normal
120/80-130/90 mmHg, terciptan kondisi yang nyaman dan tenang.
Intervensi atau rencana yang di lakukan pantau tekanan darah rasional
untuk mengetahui tekanan darah pasien, ajarkan teknik relaksasi
benson rasional untuk menurunkan tekanan darah pasien, pantau
respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah, rasional untuk
menurunkan tekanan darah, kolaborasi dalam pemberian obat rasional
menurunkan tekanan darah.
56
4. Implementasi
Implementasi yang penulis lakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan yang pertama adalahmengkaji karakteristik nyeri
P,Q,R,S,T (Provoking incident, Quality of pain, Region, Severity of
pain,Time), mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, berkolaborasi
pemberian obat analgesik dan antihipertensi.
Untuk masalah keperawatan yang ke dua adalah memantau
tekanan darah, memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan teknik
relaksasi benson, kolaborasi pemberian obat .
5. Evaluasi
Setelah penulis implementasi, penulis melakukan evaluasi
selama 3x 24 jam di dapatkan hasil, masalah keperawatan pertama
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis teratasi.
Masalah keperawatan kedua ketidak resiko efektifan perfusi
jaringan berhubungan dengan hipertensiteratasi.
6. Analisa praktik relaksasi benson
Pemberian tindakan keperawatan terapi relaksasi benson
yang di berikan selam 3 hari mampu menurunkan tekanan darah pada
Ny. S. Ny. S mampu melakukan terapi relaksasi benson secara mandiri.
57
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit khususnya RSUD Sukoharjo dapat
memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan kerjasama baik
antar tim kesehatan maupun dengan pasien sehingga asuhan
keperawatan yang diberikan dapat mendukung kesembuhan pasien.
2. Bagi Pasien
Diharapkan dapat membantu menurunkan tekanan darah dan
memberikan pilihan dalam penanganan hipertensi dengan menerapkan
teknik relaksasi benson dalam kehidupan sehari- hari.
3. Bagi Perawat
Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan kesehatan yang
lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat yang
terampil, inovatif, dan professional yang mampu memberikan asuahan
keperawatan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya
pada pasien dengan hipertensi dalam pemberian terapi relaksasi benson
terhadap penurunan tekanan darah .
58
DAFTAR PUSTAKA
Andinil. (2004). Buku Penyakit Dalam Tentang Gejala Hipertensi. Yogjakarta.
Aryana, K.O & Novitasar.D. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson
Terhadap Penurunan Tingkat Stress Lansia Di unit Rehabilitasi Sosial
Wening Wardoyo Ungaran. Ngundi waluyo Ungaran.
Asih. (1996). Farmakolagi : Pendekatan Proses keperawatan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Astawan. (2002). Buku Penyakit Dalam Tentang Hipertensi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Benson, H. & Corliss, J. (2004). Ways to Calm Your Mind, IBT Medica, Inc. The
Newsweek/DailyBest Company LLC, New York.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC
Corwin. (2000). Definisi dan klasifikasi Hipertensi .Jakarta :EGC
Darmawan, dkk., (2014). Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Denpasar Timur Di Tahun 2014.
Program Keperawatan : Universitas Udayana.
DepKes. (2008). Catatan Perkembangan Penyakit Hipertensi. Jakarta : Depkes
RI.
Dewi, Ratna. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta : Nuha Medika.
Hartono, L A. (2007). Stress dan stroke. Yogjakarta: Penerbit Kasinus
NANDA. (2014). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
NANDA. (2011). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Potter & Peri. (2005). Buku Ajar Keperawatan Fundamental. Jakarta : EGC.
Profil Kesehatan. Provensi Jawa Tengah (2008 : 34).
59
Saiful. (2012). Proses Keperawatan teori dan aplikasi. Jogja
Solehati, T & Kosasih.C.T., (2015). Konsep & Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan maternifas. Bandung : PT Refika Aditama.
Suryani, M & Supriyono, M. (2011). Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan
Sesudah Terapi Relaksasi Benson Pada Pasien Hipertensi. SI
Keperawatan : STIKES Telogorejo Semarang.
Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi
Secara Terpadu : Graha Ilmu.
WHO. (2012). Manajemen Masalah Keperawatan Hipertensi. Jakarta : EGC.
Wahdah, Nurul. (2011). Menaklukan Hipertensi Dan Diabetes. CV.Mulya
Solusindo.
Wilkinson. J & Ahern. N.R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 9.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Yekti Dan Ari. (2011). Definisi Penyebab Masalah Hiprtensi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.