KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN MOTILITAS SPERMA …repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2982/1/KTI...
Transcript of KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN MOTILITAS SPERMA …repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2982/1/KTI...
-
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN MOTILITAS SPERMA
PADA PEROKOK AKTIF
Oleh :
I NYOMAN WAHYU GANESHA P.
NIM. P07134016 054
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
DENPASAR
2019
-
ii
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN MOTILITAS SPERMA
PADA PEROKOK AKTIF
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah
Jurusan Analis Kesehatan
Program Studi Diploma III
Oleh :
I NYOMAN WAHYU GANESHA P.
NIM. P07134016 054
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
DENPASAR
2019
-
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Terimakasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang senantiasa memberikan
tuntunan dan terus menyertai setiap waktu.
Terima kasih kepada pembimbing I dan II yang telah membimbing dan
menginspirasi saya selama proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, Saya juga
tidak akan mungkin mencapai tahap ini tanpa motivasi dari kedua orang tua saya
yang selama ini mendidik dan mendukung saya.
Terimakasih kepada orang orang hebat yang saya temui atas arahan, bimbingan,
inspirasi dan motivasinya pada saya untuk tetap semangat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini. Terimakasih juga kepada teman teman, sahabat, adik, pacar dan
keluarga JAK 16 untuk dukungan, semangat, bantuan, candatawa, serta
perjuangan kita bersama
Karya Tulis Ilmiah ini hanya sebagian kecil dari ilmu pengetahuan yang luas,
namun saya berharap dapat menjadi inspirasi dan bagian dari karya selanjutnya
yang lebih baik
Karya ini sepenuh hati saya persembakan bagi semua orang yang membutuhkan
dan semoga dapat bermanfaat
-
iv
-
v
-
vi
-
vii
RIWAYAT PENULIS
Penulis adalah I Nyoman Wahyu Ganesha P.
dilahirkan di Jungutbatu pada tanggal 5 April 1998 dari
Ayah I Ketut Suyana dan Ibu Ni Wayan Suratni.
Penulis merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara dan
berkewarganegaraan Indonesia serta beragama Hindu.
Penulis memulai pendidikan pada tahun 2003-
2004 di TK Kumara Jaya Desa Jungutbatu. Pada tahun 2004-2010 melanjutkan
pendidikan ke jenjang sekolah dasar di SDN 1 Jungutbatu. Pada tahun 2010-2013
penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMPN 4
Nusa Penida. Pada tahun 2013-2016 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang
sekolah menengah atas di SMAN 2 Denpasar dan lulus pada tahun 2016. Pada
tahun 2016 penulis menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas dan
melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan Denpasar program studi Diploma
III Jurusan Analis Kesehatan.
-
viii
DESCRIPTION OF SPERM MOTILITY IN ACTIVE SMOKERS
ABSTRACT
Infertility is a condition where a married couple has not been able to have
offspring after having sexual intercourse without using any type of contraception.
Infertility can be influenced by several factors, one of which is smoking. This
study aims to determine the description of sperm motility in active smokers. The
type of this study used is deskripitive research with the sampling technique using
purbosive sampling technique by taking 10% of 200 samples which means 20
samples. Analysis of the data used in this study is descriptive. The results obtained
were active smokers who consumed alcohol as much as 75%, exercised as much
as 30% and smoked more than 5 years as much as 65%. The results of sperm in
all active smokers used as respondents were obtained by Progressive (PR) 100%,
while Nonprogressive and Immotyl did not exist.
Keyword : active smoker, sperm, sperm motility.
-
ix
GAMBARAN MOTILITAS SPERMA
PADA PEROKOK AKTIF
ABSTRAK
Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu
memiliki keturunan setelah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat
kontrasepsi jenis apapun. Infertilisasi dapat dipengaruhi beberapa faktor salah
satunya yaitu merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
motilitas sperma pada perokok aktif. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskripitf dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
purbosive sampling dengan mengambil 10% dari 200 sampel yang berarti 20
sampel. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Hasil
yang didapat adalah perokok aktif yang mengonsumsi alkohol sebanyak 75%,
melakukan akitivitas olahraga sebanyak 30% dan merokok lebih dari 5 tahun
sebanyak 65%. Hasil sperma pada semua perokok aktif yang dijadikan responden
didapatkan hasil Progresif (PR) 100%, sedangkan Nonprogresif dan Immotyl
tidak ada.
Kata kunci: perokok aktif, sperma, motilitas sperma
-
x
RINGKASAN PENELITIAN
Gambaran motilitas sperma pada perokok aktif
Oleh : I Nyoman Wahyu Ganesha P. (NIM : P0713416054)
Tingginya angka pria perokok di seluruh dunia dan fakta bahwa asap rokok
mengandung lebih dari 4000 bahan berbahaya yang dapat mengganggu sistem
reproduksi. Gangguan yang terjadi dapat berupa penurunan kualitas spermatozoa
yang dapat dilihat melalui analisis sperma. Parameter kelainan morfologi
spermatozoa (teratozoospermia) diukur menurut kriteria WHO yaitu apabila
jumlah sperma yang ditemukan dalam bentuk normal ≥ 30%. Hal ini akan
menyebabkan terbentuknya sperma yang memiliki bentuk tidak sempurna dan
mengganggu pergerakan sperma.
Pemeriksaan sperma dilakukan untuk mengetahui kualitas sperma
seseorang untuk dapat tidakmya orang tersebut melakukan pembuahan.
Pemeriksaan sperma dilakukan mulai dari secara makroskopis, mikroskopis
hingga pemeriksaan secara kimia, sebelum melakukan pemeriksaan sperma,
terlebih dahulu subjek diberikan edukasi cara pengambilan sampel. Subjek harus
melakukan puasa mengeluarkan sperma 3-7 hari. Pengambilan sampel dilakukan
dengan melakukan masturbasi. Tidak dianjurkan untuk melakukan senggama
terputus (koitus interuptus) karena dapat mengganggu hasil yang sebenarnya.
Penampungan sampel harus menggunakan wadah pot kaca bersih dengan mulut
lebar dan berulir. Sampel yang diperoleh harus segera dilakukan pemeriksaan, jika
10 dilakukan penundaan, stabilitas sampel hanya 1 jam setelah liquefasi. Sperma
ketika diejakulasikan akan berwarna putih keruh dan kental, sperma biasanya akan
mengalami liquefasi (penurunan kekentalan) dalam waktu kurang dari 60 menit
akibat adanya fibrinolysis.
-
xi
Pengujian motilitas sperma bertujuan untuk mengetahui persentase sperma
yang bergerak dengan bebas setelah sampel mengalami liquefasi, untuk
melakukan pengujian motilitas sperma, diteteskan 10-50µl yang kemudian ditutup
dengan cover glass berukuran 20x20 mm dan diamati dibawah mikroskop dengan
pembesaran mulai 10x objektif untuk melihat penyebaran sperma yang merata
pada preparat, kemudian dilanjutkan dengan pembesaran 40x objektif untuk
menilai motilitas sperma.
Berdasarkan penelitian gambaran motilitas sperma yang sudah dilakukan
pada 20 sampel yang sudah disajikan pada Tabel 4 didapatkan hasil dari 20
sampel adalah Progresif (PR) 100%, sedangkan Nonprogresif (NP) dan Immotyl
(IM) didapatkan hasil 0%. Penelitian mengenai efek bahan kimia dari rokok
menunjukkan adanya gangguan pada spermatogenesis melalui peningkatan
produksi radikal bebas atau oksigen yang reaktif.
Daftar bacaan : 16 (2006-2017)
-
xii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena atas rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Gambaran Motilitas Sperma pada Perokok Aktif”.
Penulis berharap agar tulisan ini dapat memberikan manfaat secara
keilmuan bagi semua kalangan medis khususnya analis kesehatan, serta dapat
menjadi pengetahuan bagi masyarakat luas khususnya pria. Penulis menyadari
bahwa keberhasilan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar - besarnya
kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, yaitu
kepada :
1. Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Denpasar yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti
pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar.
2. Cok. Dewi Widhya Hana Sundari, S.KM., M.Si selaku Ketua Jurusan
Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar, yang telah memberikan
kesempatan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Dr. dr. Dewi Sarihati, M.Biomed selaku pembimbing utama sekaligus
pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
-
xiii
4. I Nyoman Jirna, SKM., M.Si selaku pembimbing pendamping sekaligus
pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Seluruh dosen yang telah memberikan bimbingan, saran, dan dukungannya
sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktu.
6. Ibu, Bapak, adik-adik, pacar, dan seluruh keluarga yang selalu
memberikan motivasi dan dukungannya.
7. Seluruh teman-teman Analis Kesehatan angkatan 2016 Politeknik
Kesehatan Denpasar, selaku sahabat dan saudara seperjuangan yang tidak
mungkin penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu serta memberi
semangat dan motivasinya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Seluruh kerabat dan sejawat yang tidak mungkin penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak
sangat diharapkan.
Denpasar, Januari 2019
Penulis
-
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................ ii
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................v
LEMBAR SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ..................... vi
RIWAYAT PENULIS ........................................................................ vii
ABSTRACT ...................................................................................... viii
ABSTRAK .......................................................................................... ix
RINGKASAN PENELITIAN ................................................................x
KATA PENGANTAR ........................................................................ xii
DAFTAR ISI .....................................................................................xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................xix
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..................................................................................1
B. Rumusan masalah ............................................................................4
C. Tujuan penelitian .............................................................................4
D. Manfaat penelitian ............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
-
xv
A. Spermatozoa ....................................................................................6
B. Spermatogenesis ..............................................................................6
C. Fungsi dan kualitas sperma ...............................................................8
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sperma ...........................9
E. Pemeriksaan sperma ....................................................................... 12
F. Faktor pengganggu motilitas sperma .............................................. 16
G. Cara dan syarat mendapatkan spesimen sperma .............................. 17
H. Kelainan sperma ............................................................................. 17
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka konsep ............................................................................ 20
B. Variabel penelitian dan definisi operasional variabel ...................... 21
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian ............................................................................... 22
B. Tempat dan waktu penelitian .......................................................... 22
C. Populasi dan sampel penelitian ....................................................... 22
D. Jenis, teknik dan instrumen pengumpulan data ............................... 24
E. Pengolahan dan analisis data .......................................................... 27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian ............................................................................. 29
B. Pembahasan .................................................................................. 33
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................ 37
B. Saran .............................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 38
-
xvi
LAMPIRAN ........................................................................................ 39
-
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Definisi operasional variabel .................................................. 21
Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan lama merokok .............. 30
Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan mengonsusi alkohol ...... 30
Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan aktivitas berolahraga .... 31
Tabel 5 Hasil gambaran motil sperma pada perokok aktif ................... 31
Tabel 6 Karakteristik pada responden yang berolahraga ...................... 32
Tabel 7 Karakteristik pada responden yang mengonsumsi alkohol ..... 32
-
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka konsep ................................................................ 20
Gambar 2. Bagan Prosedur penelitian .................................................. 28
-
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran Hasil ................................................................. 39
Lampiran 2. Informed concent (surat persetujuan) ................................ 40
Lampiran 3. Pedoman wawancara ........................................................ 41
Lampiran 4. Hasil pengelompokan berdasarkan karakteristik ............... 42
Lampiran 5. Kuesioner merokok .......................................................... 43
Lampiran 6. Hasil pemeriksaan motil sperma responden ...................... 44
Lampiran 7.Surat ijin ............................................................................ 45
Lampiran 8. Dokumentasi kegiatan penelitian ....................................... 46
DAFTAR SINGKATAN
-
xx
ADH : Alkohol Dehidrogenase
DM : Diabetes Melitus
DNA : Deoxyribose-Nucleic Acid
IM : Immotyl
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
ml : Mili Liter
NP : Non Progresif
PAH : Polynuclear Aromatic Hydrogen
pH : Power of Hydrogen
PR : Progresif
Poltekkes : Politeknik Kesehatan
RI : Republik Indonesia
ROS : Reactive Oxygen Species
SK : Surat Keterangan
SMA : Sekolah Menengah Atas
WHO : World Health Organization
µl : Micro Liter
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebiasaan manusia sejak ratusan tahun yang
lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat. Saat ini sekitar 30% penduduk
Indonesia adalah perokok, sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar 60% laki-
laki dan 5% wanita Indonesia adalah perokok. Dua reaksi yang terjadi pada proses
merokok adalah reaksi pembakaran dan reaksi pirolisa. Reaksi pembakaran
dengan oksigen akan membentuk senyawa CO2, H2O2, NO, SO, dan CO. Reaksi
pirolisa menyebabkan pemecahan struktur kimia rokok menjadi banyak senyawa
kimia yang strukturnya sangat kompleks. Dilaporkan ada sekitar 100 senyawa
kimia yang terkandung dalam rokok bersifat toksik seperti bahan karsinogen, tar,
nikotin, nitrosamin, karbon monoksida, senyawa PAH (Polynuclear Aromatic
Hydrogen), fenol, karbonil, klorin dioksin, dan furan. (Rahmah, 2015).
Tingginya angka pria perokok di seluruh dunia dan fakta bahwa asap rokok
mengandung lebih dari 4000 bahan berbahaya yang dapat mengganggu sistem
reproduksi. Gangguan yang terjadi dapat berupa penurunan kualitas spermatozoa
yang dapat dilihat melalui analisis sperma. Parameter kelainan morfologi
spermatozoa (teratozoospermia) diukur menurut kriteria WHO yaitu apabila
jumlah sperma yang ditemukan dalam bentuk normal ≥ 30%. Hal ini akan
menyebabkan terbentuknya sperma yang memiliki bentuk tidak sempurna dan
mengganggu pergerakan sperma (Putra, 2014).
Asap rokok sangat banyak mengandung campuran racun yang kompleks,
beberapa dari racun tersebut adalah radikal bebas. Asap rokok dapat diuraikan
-
2
menjadi gas dan partikulat, tiap bentuk tersebut mempunyai zat kimia yang
berbeda. Secara keseluruhan bentuk gas mengalami oksidasi sedangkan bentuk
partikulat mengalami reduksi. Beberapa unsur pokok pada asap rokok dalam
bentuk gas diantaranya adalah amonia (NH3), karbonmonoksida (CO), carbon
diosida (CO2), nitrogen oksida (NO), nitrogen diokida (NO2), hidrogen sianida
(HCN), sedangkan dalam bentuk partikulate diantaranya adalah tar, nikotin, metal
(seperti kadmium, timah (lead), nikel, besi, kromium, arsenik) (Halliwell &
Gutteridge, 1999). Berdasarkan kandungan zat kimia tersebut, maka dapat
dipastikan efek rokok sangat merugikan bagi kesehatan, salah satunya pada
kualitas kesehatan sperma (Sukendro, 2007).
Beberapa penelitian mengenai efek bahan kimia dari rokok menunjukkan
adanya gangguan pada spermatogenesis melalui peningkatan produksi radikal
bebas atau oksigen yang reaktif. Merokok dapat meningkatkan radikal bebas dan
menurunkan antioksidan pada semen serta dapat menimbulkan kerusakan DNA
melalui fragmentasi DNA seluler dan abnormalitas morfologi (kepala, leher dan
ekor) spermatozoa. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan kadar 8-OhdG (marker
fragmentasi DNA) sebesar 50% pada spermatozoa pria perokok. Merokok tidak
hanya berbahaya bagi perokok aktif tetapi berbahaya juga untuk individu di
sekitarnya atau disebut sebagai non-perokok (perokok pasif). Konsentrasi atau
jumlah spermatozoa pada perokok aktif 23% lebih rendah dibandingkan dengan
non-perokok (Aina, 2005).
Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu
memiliki keturunan setelah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 sampai 3
kali seminggu dalam 1 tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun
-
3
Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas antara lain usia, stres, lingkungan,
dan juga aktivitas seksual (frekuensi, posisi, waktu, dan lain-lain). Faktor
lingkungan yang dimaksud disini adalah alkohol, ganja dan juga rokok. Merokok
sendiri sudah menjadi hal yang lumrah di Indonesia, bukan hanya dilakukan oleh
lelaki dewasa, tetapi juga oleh remaja bahkan anak-anak. Data Riset Kesehatan
Dasar tahun 2010 menyebutkan prevalensi merokok di Indonesia mencapai
34,7%, dengan umur rata-rata mulai merokok 17,6 tahun (RISKESDAS, 2010).
Terdapat studi yang menyatakan bahwa rokok menurunkan antioksidan dan
meningkatkan Reactive Oxygen Species (ROS) di dalam cairan semen, sehingga
perokok lebih berisiko mengalami infertilitas karena tingginya radikal bebas
dalam sperma dapat mengganggu DNA mitokondria dan apoptosis spermatozoa.
Hal ini dapat mengakibatkan kelainan pada sperma, termasuk berkurangnya
motilitas spermatozoa. Berdasarkan penelitian dari Joice Marlina pada tahun
2010, dibuktikan bahwa terdapat penurunan motilitas spermatozoa pada pasien
infertil perokok bila dibandingkan dengan pasien infertil yang tidak merokok.
Penelitian terakhir menunjukan bahwa merokok dapat memiliki efek buruk pada
fertilitas. Penelitian-penelitian ini menunjukan bahwa merokok dapat mengurangi
jumlah sperma dalam ejakulasi dan menyebabkan kerusakan DNA dalam
mengembangkan sel sperma. Menurut sebuah penelitian, perokok yang
menghabiskan lebih dari 10 batang rokok perhari dilaporkan mengalami
pengurangan jumlah sperma sekitar 13 sampai 17% jika dibandingkan dengan
orang yang bukan perokok. Sebuah penelitian yang melacak jumlah sperma dari 3
perokok 5 sampai 15 bulan sampai mereka berhenti merokok melaporkan bahwa
jumlah sperma meningkat sampai sedikitnya 50%. Studi terakhir memperlihatkan
-
4
sel tunas dalam testis rentan terhadap kerusakan genetis, juga terbukti bahwa
kerusakan DNA sperma akibat merokok dapat diteruskan kepada embrio dan
anak. DNA sperma tersebut juga terkait terhadap peningkatan resiko anak
terhadap kanker (Amarudin, 2012).
B. Rumusalan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah gambaran motilitas sperma pada
Perokok aktif?
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran motilitas sperma pada perokok aktif.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik perokok aktif
b. Untuk menghitung jumlah spermatozoa motil pada perokok aktif.
c. Untuk mendeskripsikan spermatozoa motil berdasarkan karakteristik
responden seperti : mengonsumsi alkohol dan yang aktif berolahraga.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat praktis
Sebagai bahan informasi sebagai bahan informasi dalam memberikan
penyuluhan kepada masyarakst tentang efek merokok.
-
5
2. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan sumber
informasi mengenai analisis sperma dan juga sebagai acuan untuk penelitian-
penelitian selanjutnya yang membutuhkan informasi tentang motilitas sperma.
-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Spermatozoa
Sistem reproduksi manusia terutama terdiri dari sistem reproduksi pria dan
system reproduksi wanita. Sistem reproduksi pria menghasilkan spermatozoa.
Spermatozoa yang berkualitas baik akan memungkinkan terjadinya fertilisasi.
Kualitas spermatozoa meliputi beberapa aspek, yaitu motilitas spermatozoa yang
dapat dibagi menjadi tiga kriteria (motilitas baik, motilitas kurang baik dan tidak
motil), morfologi spermatozoa meliputi bentuknya (normal atau abnormal,
abnormalitas dapat terjadi pada kepala, midpiece atau ekor), konsentrasi atau
jumlah spermatozoa dan viabilitas (daya hidup) spermatozoa (Jonge, 2006).
B. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah suatu proses kompleks dimana sel germinativum
primordial yang relatif belum berdiferensiasi, spermatogonia (masing-masing
mengandung komplemen diploid 46 kromosom), berproliferasi dan diubah
menjadi spermatozoa yang sangat khusus dan mudah bergerak, masing-masing
mengandung sel haploid 23 kromosom yang terdistribusi secara acak.
Spermatogenesis pada manusia membutuhkan waktu 64 hari untuk pembentukan
dari spermatogenium menjadi sperma matang (Solihati et al., 2013).
Spermatogenesis mencakup tiga tahapan utama:
1. Proliferasi mitotic
Spermatogonia yang berada di lapisan terluar tubulus terus menerus
bermitosis, dengan semua sel anak mengandung komplemen lengkap 46
kromosom identik dengan sel induk. Proliferasi ini menghasilkan pasokan sel
-
7
germinativum baru yang terus-menerus, kemudian setelah pembelahan mitotik
sebuah spermatogonium, salah satu sel anak tetap di 2 tepi luar tubulus sebagai
spermatogonium tak berdiferensiasi sehingga turunan sel germinativum tetap
terpelihara. Sel anak yang lain mulai bergerak ke arah lumen sembari menjalani
berbagai tahap yang dibutuhkan untuk membentuk sperma, yang kemudian akan
dibebaskan ke dalam lumen. Pada manusia, sel anak penghasil sperma membelah
secara mitosis dua kali lagi untuk menghasilkan empat spermatosit primer identik,
setelah pembelahan mitotik terakhir, spermatosit primer masuk ke fase istirahat
saat kromosom-kromosom terduplikasi dan untaian-untaian rangkap tersebut tetap
menyatu sebagai persiapan untuk pembelahan meiotik pertama.
2. Meiosis
Selama meiosis, setiap spermatosit primer (dengan jumlah diploid 46
kromosom rangkap) membentuk dua spermatosit sekunder (masing-masing
dengan jumlah haploid 23 kromosom rangkap) selama pembelahan meiosis
pertama, akhirnya menghasilkan empat spermatid (masing-masing dengan 23
kromosom tunggal) akibat pembelahan meiotic, setelah tahap spermatogenesis ini
tidak terjadi lagi pembelahan lebih lanjut. Setiap spermatid mengalami
remodelling menjadi spermatozoa karena setiap spermatogonium secara mitosis
menghasilkan empat spermatosit primer dan setiap spermatosit primer
menghasilkan empat spermatid, maka rangkaian spermatogenesis pada manusia
menghasilkan 16 spermatozoa setiap kali spermatogonium memulai proses 3 ini.
Biasanya sebagian sel lenyap di berbagai tahap sehingga defisiensi produksi
jarang setinggi ini.
-
8
3. Pengemasan
Spermatid setelah meiosis masih memiliki struktur mirip spermatogonia
yang belum berdiferensiasi, kecuali bahwa komplemen kromosomnya kini hanya
separuh. Pembentukan spermatozoa yang sangat khusus dan bergerak dari
spermatid memerlukan proses remodelling, atau pengemasan ekstensif elemen-
elemen sel, suatu proses yang dikenal sebagai spermiogenesis.
C. Fungsi dan kualitas sperma
Fungsi sperma ialah untuk pembuahan secara alamiah, untuk mampu
melakukan pembuahan tentunya sperma harus memiliki kualitas yang baik,
penilaian kualitas sperma dapat dilihat dari fungsi organ hingga fungsi hormonal
sel sperma itu sendiri, dalam menilai kualitas sperma dapat dilakukan melalui tiga
penilaian, yaitu daya tahan sperma, flagel, dan komponen sitoplasma.
Daya tahan sperma yang baik sangat dibutuhkan untuk keberhasilan
fertilisasi, karena semakin baik daya tahan sperma maka semakin banyak sperma
yang mampu mencapai sel telur sehingga kemungkinan keberhasilan fertilisasi
semakin besar. pH sperma yang basa sangat berbeda dengan pH normal vaginal
yang asam, sehingga perbedaan pH ini sangat berpengaruh terhadap daya tahan
sperma. Daya tahan sperma dapat dinilai dengan melihat kelangsungan hidup
sperma dari durasi motilitas sperma, jika terdapat banyak sperma yang IM maka
dilanjutkan dengan melihat vitalitas sperma.
Flagel berfungsi untuk melakukan pergerakan, sperma juga menggunakan
flagel untuk melepaskan diri dari epitel oviduk. Flagel sperma juga berperan saat
terjadinya pembuahan karena berfungsi ketika sperma melakukan penetrasi
oopharus cumulus dan zona pelusida. Penilaian dapat dilakukan dengan melihat
-
9
motilitas sperma, dan juga dapat dilakukan dengan penilaian morfologi sperma.
Komponen sitoplasma mempengaruhi morfologi kepala sperma, sehingga untuk
menilai kualitas komponen sitoplasma dapat dilakukan dengan menilai morfologi
sel sperma melalui sediaan kering dengan pengecatan (Nieschlag, 2010).
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sperma
1. Asap rokok
Beberapa penelitian mengenai efek bahan kimia dari rokok menunjukkan
adanya gangguan pada spermatogenesis melalui peningkatan produksi radikal
bebas atau oksigen yang reaktif. Merokok dapat meningkatkan radikal bebas dan
menurunkan antioksidan pada semen serta dapat menimbulkan kerusakan DNA
melalui fragmentasi DNA seluler dan abnormalitas morfologi (kepala, leher dan
ekor) spermatozoa. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan kadar 8-OhdG (marker
fragmentasi DNA) sebesar 50% pada spermatozoa pria perokok.
2. Nutrisi
Nutrisi atau makanan adalah salah satu hal yang dapat mempengaruhi
motilitas spermatozoa. Nutrisi dapat memberikan dampak yang positif dan
dampak yang negatif bagi motilitas spermatozoa. Nutrisi yang dapat memberikan
dampak positif, yaitu makanan yang mengandung antioksidan, karena antioksidan
dapat menangkal dan mereduksi radikal bebas atau senyawa ROS, contohnya
adalah Vitamin C, Vitamin B2 dan B6, Selenium, dan Zinc. Nutrisi yang dapat
memberikan dampak negatif antara lain alkaloid, minyak, astiri, dan tannin yang
dpaat menyebabkan penhambatan motilitas spermatozoa dan kualitas
spermatozoa.
-
10
3. Polutan (asap kendaraan)
Sumber polusi terbesar dihasilkan asap kendaraan bermotor yang mencapai
70%. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi
masyarakat pengguna jalan dan mereka yang beraktivitas di dekat sumber polusi
merupakan kelompok yang rentan terkena dampaknya, contohnya polisi lalu
lintas. Sebuah penelitian dilakukan terhadap 290 polisi lalu lintas yang telah
bekerja lebih dari 5 tahun dan 58 polisi non lalu lintas. Hasilnya, sperma polisi
lalu lintas memiliki motilitas lebih rendah (44,5%) dibandingkan dengan kondisi
normal (lebih dari 50%).
4. Radiasi ponsel
Radiasi gelombang elektromagnetik dari ponsel dapat mengakibatkan
menurunnya jumlah dan kualitas spermatozoa pada laki-laki fertil pengguna
ponsel, tetapi tidak sampai menyebabkan infertilitas. Mekanisme gangguan ini
memungkinkan terjadi melalui penurunan integritas membrane sperma, hambatan
produksi, dan sekresi hormon gonadotropin.
5. Suhu
Salah satu faktor suhu lingkungan cukup besar memegang peranan dalam
proses spermatogenesis. Spermatogenesis akan terganggu atau 13 terhambat
apabila terjadi peningkatan suhu testis beberapa derajat saja dari temperatur
normal testis, yaitu 35oC. Berdasarkan penelitian sebelumnya, pemberian suhu
40oC memberikan dampak signifikan terhadap penurunan kualitas spermatozoa,
yang salah satunya adalah penurunan motilitas spermatozoa. Pemaparan suhu
tersebut selama 45 menit per hari menunjukkan hubungan yang signifikan.
-
11
6. Status kesehatan
Beberapa gangguan atau penyakit juga dapat menjadi salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi kualitas sperma, contoh penyakit-penyakit sistemik yang
dapat merusak spermatogenesis dan fungsi seks antara lain adalah diabetes
melitus dan penyakit nerulogis. Tuberculosis juga dapat menyebabkan
epididimitis dan prostatitis. Selain itu pria dengan penyakit fibrokistik pankreas
mempunyai angka kejadian tinggi pada disgenesis atau agenesis vas deferen.
Orchitis berhubungan dengan parotitis dicatat sebagai kemungkinan penyebab
kerusakan testis dapatan dan bukan sebagai kelainan sistemik.
7. Alkohol
Pada testis, alkohol dapat mempengaruhi sel-sel Leydig, yang memproduksi
dan mengeluarkan hormon testoteron. Studi menemukan bahwa hasil konsumsi
alkohol berat kadar testoteron berkurang dalam 14 darah. Alkohol juga
mengganggu fungsi sel sertoli testis yang berfungsi untuk pematangan sperma.
Alkohol juga dapat mengganggu produksi hormon di hipotalamus.
8. Obat
Beberapa obat-obatan yang menyebabkan kerusakan spermatogenesis
sementara atau menetap dan dapat mengganggu infertilitas antara lain kemoterapi
kanker pengobatan hormon kortikosteroid dosis tinggi, radiasi, simetidin,
sulfasalasin, spironolakton, nitrofurantoin, nitridisial, kolkisin juga obat-obat
antihipertensi dan obat penenang.
-
12
9. Lain-lain
Masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi motilitas spermatozoa
maupun proses spermatogenesis antara lain faktor psikis, faktor hormonal, faktor
pekerjaan, dan lain-lain. (Ferrial, 2016).
E. Pemeriksaan sperma
Pemeriksaan sperma dilakukan untuk mengetahui kualitas sperma seseorang
untuk dapat tidakmya orang tersebut melakukan pembuahan. Pemeriksaan sperma
dilakukan mulai dari secara makroskopis, mikroskopis hingga pemeriksaan secara
kimia, sebelum melakukan pemeriksaan sperma, terlebih dahulu subjek diberikan
edukasi cara pengambilan sampel. Subjek harus melakukan puasa mengeluarkan
sperma 3-7 hari. Pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan masturbasi.
Tidak dianjurkan untuk melakukan senggama terputus (koitus interuptus) karena
dapat mengganggu hasil yang sebenarnya. Penampungan sampel harus
menggunakan wadah pot kaca bersih dengan mulut lebar dan berulir. Sampel yang
diperoleh harus segera dilakukan pemeriksaan, jika 10 dilakukan penundaan,
stabilitas sampel hanya 1 jam setelah liquefasi. Sperma ketika diejakulasikan akan
berwarna putih keruh dan kental, sperma biasanya akan mengalami liquefasi
(penurunan kekentalan) dalam waktu kurang dari 60 menit akibat adanya
fibrinolysis (Solihati et al., 2013).
1. Penilaian makroskopis
a. Warna sperma normal putih keruh seperti cairan kanji. Warna putih yang
terlalu pekat menunjukan adanya konsentrasi sel sperma yang berlebih atau
terdapat sel leukosit dalam sampel. Warna kekuningan menandakan adanya
-
13
indikasi infeksi. Warna merah kecoklatan menandakan adanya perdarahan atau
adanya luka sehingga terdapat darah pada cairan sperma (hemospermia).
b. Kekentalan diukur untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sperma untuk
mencapai fase optimal pergerakan sperma. Pemeriksaan kekentalan sperma
dilakukan dengan menggunakan pipet tetes dan mengukur panjang tetesan yang
terbentuk. Pengukuran kekentalan sperma dilakukan setelah sampel sperma
terliquefasi.
2. Pengukuran volume sperma
Pengukuran volume sperma bertujuan untuk melihat apakah jumlah ejakulat
dalam batas normal atau tidak, pada umumnya volume sperma normal adalah 3ml
sampai 5ml. Pengukuran volume sperma dilakukan dengan 11 menuangkan
sampel sperma kedalam gelas ukur yang bersih dan dilakukan pengamatan jumlah
volume sampel sperma (Nieschlag, 2010).
3. Pengukuran pH sperma
Pengukuran pH sperma cukup dilakukan dengan menggunakan kertas
indikator pH. Biasanya nilai pH sperma menunjukan angka 6,0 sampai 7,0, jika
nilai pH terukur >8,0 maka kemungkinan terjadi infeksi atau wadah penampungan
sperma yang kurang bersih, apabila nilai pH sperma yang terukur
-
14
4. Pemeriksaan preparat basah
a. Motilitas
Pengujian motilitas sperma bertujuan untuk mengetahui persentase sperma
yang bergerak dengan bebas setelah sampel mengalami liquefasi, untuk
melakukan pengujian motilitas sperma, diteteskan 10-50µl yang kemudian ditutup
dengan cover glass berukuran 20x20 mm dan diamati dibawah mikroskop dengan
pembesaran mulai 10x objektif untuk melihat penyebaran sperma yang merata
pada preparat, kemudian dilanjutkan dengan pembesaran 40x objektif untuk
menilai motilitas sperma (Cheesbrough, 2006).
Motilitas sperma dapat dikelompokkan menjadi (Nieschlag, 2010):
1) PR = Progresif yang artinya sel sperma memiliki kecepatan pergerakan yang
konstan dan arah gerakan yang lurus dan teratur dengan arah pergerakan yang
luas.
2) NP = Non Progresif yang artinya sperma memiliki gerakan yang tak
beraturan dan arah yang tidak beraturan pula, arah pergerakan sempit (diam
ditempat).
3) IM = Immotil yang artinya tidak bergerak, terdapat kemungkinan sel sperma
yang cacat flagel atau sel sperma mengalami kematian.
b. Vitalitas sperma
Pemeriksaan vitalitas sperma dilakukan untuk melengkapi pemeriksaan
motilitas sperma. Banyaknya sel sperma yang Immotil dikonfirmasi dengan uji
vitalitas sperma untuk melihat persentase sel sperma yang hidup dan mati.
Pemeriksaan vitalitas sperma dilakukan dengan membuat preparat basah. Preparat
basah dibuat dengan memipet 50µl sampel sperma dan ditambahkan dengan eosin
-
15
0,5% sebanyak 50µl. Penambahan eosin bertujuan untuk mewarnai sel sperma
secara supravital. Preparat yang sudah jadi diamati di bawah mikroskop dengan
pembesaran 40x. Sel sperma yang hidup akan ditunjukan dengan sel yang tidak
terwarnai eosin 0,5% dan sperma yang mati ditunjukan dengan sel yang terwarnai
eosin (Cheesbrough, 2006).
c. Hitung jumlah sperma
Perhitungan jumlah sperma digunakan sebagai prognosis karena
mencerminkan keberhasilan pembuahan saat melakukan hubungan intim dengan
pasangan, selain itu perhitung jumlah sperma juga dapat digunakan sebagai
cerminan sistem duktus dan epididimis tempat cadangan sperma bekerja dengan
baik. Perhitungan jumlah sperma penting dilakukan karena mencerminkan tingkat
pengenceran oleh cairan kelenjar aksesori dari sel sperma yang dipancarkan dari
epididimis melalui uretra pada saat ejakulasi. Hitung jumlah sperma diukur untuk
menghitung jumlah total sperma dalam ejakulasi, yang diperoleh dengan
mengalikan konsentrasi sperma dengan volume air mani (Nieschlag, 2010).
Perhitungan jumlah sperma dilakukan dengan menggunakan kamar hitung,
biasanya digunakan kamar hitung Improved Neubauer, sebelum dilakukan
perhitungan, terlebih dahulu sperma diencerkan dengan menggunakan reagen
hitung sperma atau dapat juga digunakan aquades, dengan besar pengenceran
sebanyak 20x. Sperma yang telah diencerkan dimasukan kedalam kamar hitung
dan diamati dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 40x objektif
(Nieschlag, 2010).
-
16
d. Pemeriksaan morfologi sperma
Pemeriksaan morfologi sperma dilakukan untuk menganalisis struktur sel
sperma dominan yang mampu diproduksi oleh testis. Pemeriksaan ini
mengevaluasi keadaan kepala sel sperma dan ekor sperma. Pada laki-laki normal,
bentukan sel sperma normal akan banyak ditemukan pada sampel sperma.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara membuat hapusan sperma kemudian di cat
dengan menggunakan cat giemsa dan diamati dengan menggunakan mikroskop
dengan pembesaran 100x objektif (Cheesbrough, 2006).
e. Fertilisasi
Kesuburan adalah multi-faktorial, dengan kata lain ada banyak hal yang
dapat mempengaruhi kemampuan untuk berhasil melakukan pembuahan, dan
tidak semua dari segi medis, untuk menemukan penyebab masalah kesuburan,
penting untuk melihat setiap aspek kesehatan, emosi dan gaya hidup. Fungsi
utama sperma adalah melakukan pembuahan terhadap sel telur, proses pembuahan
secara alami terjadi pada tuba falofi. Ovulasi yang optimal biasanya terjadi pada
pertengahan siklus menstruasi atau yang sering disebut masa subur (Glenville,
2013).
F. Faktor pengganggu motilitas sperma
Gangguan motilitas dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya
energi yang dihasilkan oleh mitokondria, terlalu banyak zat koagulasi 15 dalam
semen sehingga menghalangi gerakan spermatozoa, dan kerusakan struktur
normal terutama pada ekor (flagel) yang merupakan satu-satunya alat gerak
spermatozoa. Kerusakan pada ekor yang dimaksud dapat berupa kerusakan tingkat
-
17
ultrastruktural seperti kerusakan membran pembungkus ekor spermatozoa dan
kerusakan aksonem (Nilani, Eswaramohan and Balasubramaniam, 2012).
G. Cara dan syarat mendapatkan spesimen sperma
a. Persiapan subjek
Subjek diwajibkan melakukan puasa mengeluarkan sperma selama 3-7 hari.
Ejakulat sperma di tampung pada pot sperma yang bersih dan terbuat dari kaca,
setelah sampel ditampung semua didalam pot sperma dilakukan pencatatan waktu
untuk proses liquefasi dan dilakukan labeling sesaui identitas subjek, setelah
sampel sperma melewati fase liquefasi 15 – 20 menit. Prosedur pengambilan dan
penampungan sampel harus diinformasikan secara jelas dan tertulis.
b. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan di ruang tertutup dengan cara melakukan
masturbasi tanpa menggunakan kondom. Koitus interuptus juga tidak dianjurkan
lagi karena ejakulat pertama yang tinggi konsentrasi sperma kemungkinan
tertinggal di dalam vagina, selain itu pH asam vagina dapat mempengaruhi
motilitas sperma dan sperma juga dapat terkontaminasi sel vagina dan bakteri
(Cheesbrough, 2006).
H. Kelainan Sperma
1. Azoosperma
Azoosperma adalah sebuah kondisi medis dimana tidak ditemukan sperma
pada semen. Terdapat berbagai penyebab azoosperma seperti gangguan hormon,
bahkan gangguan genetik. Pada pemeriksaan sperma, tidak terlihat sel sperma
yang memadai.
-
18
2. Oligozoosperma
Oligozoosperma adalah keadaan dimana cairan sperma hanya mengandung
sedikit sel sperma. Hal ini akan berdampak pada infertilitas pria. Konsentrasi
sperma di bawah 20 juta sperma/ml dapat dikatakan oligozoosperma. Pada
keadaan yang berat jumlah sperma dibawah 5 juta sperma/ml.
3. Asthenozoosperma
Asthenozoosperma adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
adanya penurunan motilitas sperma. Sperma yang baik adalah sperma yang dapat
bergerak dengan cepat dan lurus ke depan. Namun apabila terdapat gangguan
morfologi sperma, maka akan menyebabkan kecepatan pergerakan sperma
menurun.
4. Teratozoosperma
Teratozoosperma adalah keadaan dimana bentuk sperma tidak normal.
Penyebab dari keadaan ini tidak diketahui pada sebagian besar kasus. Namun
keadaan Teratozoosperma dikaitkan dengan penyakit Hodgkin‟s, penyakit coeliac
dan penyakit Crohn. Bentuk sperma yang tidak normal dapat menyebabkan
penurunan motilitas sperma dan mencegah masuknya sperma ke sel ovum.
5. Hypospermia
Hypospermia adalah keadaan medis dimana seorang pria memiliki jumlah
cairan sperma yang sedikit, yaitu 1.5 ml. Bedakan dengan oligozoosperma yang
berarti konsentrasi sperma yang rendah. Keadaan ini tidak menyebabkan
infertilitas, namun jika jumlah cairan sperma diikuti dengan konsentrasi sperma
yang rendah, maka keadaan ini dapat menyebabkan infertilitas.
-
19
6. Hyperspermia
Hyperspermia adalah keadaan dimana seorang pria memiliki jumlah sperma
yang banyak. Jumlah cairan sperma pada keadaan hyperspermia melebihi volume
normal, sampai lebih dari 15.5 ml. Keadaan ini adalah lawan dari keadaan
hypospermia (Churu, Road and Rajasthan, 2011).
-
20
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka konsep
Gambar 1. Kerangka konsep gambaran motilitas sperma pada perokok aktif
Keterangan :
= diteliti
= tidak diteliti
Perokok aktif
Faktor Internal :
pH
Komponen Sitoplasma
Nutrisi
Status kesehatan
Faktor Eksternal :
Puasa mengeluarkan
Suhu
Obat alkohol
Asap rokok
Motilitas sperma
-
21
B. Variabel penelitian dan definisi operasional variabel
1. Variabel penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah motilitas sperma pada
perokok aktif.
2. Definisi operasional variabel
Definisi operasional dalam penelitian disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Definisi operasional variabel
Variabel Definisi Cara Ukur Skala
Motilitas
Spermatozoa
Motilitas adalah
pemeriksaan analisis
sperma untuk melihat
pergerakan
spermatozoa.
Intepretasi, bila
ditemukan normal dan
tidak normal.
Dengan membuat
preparat basah (1 tetes
sampel diatas objek
glass kemudian
ditutup menggunakan
cover glas) dan dibaca
dibawah mikroskop.
Nominal
Perokok aktif Perokok yang
mengonsumsi rokok
dengan rutin
meskipun sekecil
apapun
Observasi Nominal
-
22
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mortiliti sperma pada
perokok aktif, sehingga dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deskriptif. Menurut Notoatmodjo (2012), dalam bidang kesehatan masyakarat
penelitian survey deskriptif digunakan untuk menggambarkan masalah kesehatan
yang terdapat di lingkungan masyarakat yang terkait dengan kesehatan kelompok
penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu.
B. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Kimia Klinik Jurusan
Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Denpasar.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan Pebruari–April 2019.
C. Populasi dan sampel penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi digunakan untuk mendefinisikan seluruh elemen/anggota dari
suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian (Notoatmojo, 2012). Popilasi yang
digunakan dalam proposal ini adalah laki laki Alumni SMA Negeri 2 denpasar
angkatan 48, yang berjumlah kurang lebih 200 orang.
-
23
2. Teknik pengambilan sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sperma dari alumni
SMA Negeri 2 Denpasar angkatan 48, tahun 2016. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan teknik purbosive sampling dengan mengambil
10% dari 200 sampel yang berarti 20 sampel.
Menurut Sugiyono (2017), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang mewakili populasi penelitian. Sampel yang layak dalam suatu
penelitian adalah 30-500, karena keterbatasan responden, waktu, dan tenaga dari
peneliti sehingga dalam penelitian ini penelitian menggunakan sampel minimal
yaitu 20 responden yang mewakili keseluruhan populasi.
Kriteria dan ciri2 khusus tertentu pada penelitian ini adalah :
a. Kriteria inklusi adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel, meliputi :
1) Sampel sperma dari subjek yang melakukan puasa tidak mengeluarkan
sperma selama 3-7 hari.
2) Sampel sperma diperoleh dengan cara masturbasi dan ditampung dengan
menggunakan pot sperma yang bersih dan terbuat dari kaca. Subjek bersedia
sebagai responden.
b. Kriteria eksklusi adalah anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai
sampel, meliputi :
1) Sampel sperma diperoleh dari subjek yang tidak melakukan puasa
mengeluarkan sperma selama 3-7 hari.
-
24
2) Sampel sperma diperoleh dengan cara koitus interuptus atau masturbasi
dengan menggunakan kondom serta penampungan sampel dengan menggunakan
pot sperma yang bersih dan terbuat dari kaca.
3) Subjek tidak bersedia sebagai responden.
D. Jenis, teknik dan instrumen pengumpulan data
2. Jenis data yang dikumpulkan
Pada penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu
data yang diperoleh dari hasil pengamatan oleh peneliti. Data primer yang
diperoleh berupa hasil pengamatan motilitas sperma.
3. Cara pengumpulan data
a. Praanalitik
Dalam pra analitik probandus diharapkan untuk tidak melakukan aktivitas
seksual selama 2-7 hari sebelum pengambilan sampel sperma. Pada saat
pengambilan sperma menggunakan wadah tampung kaca dan volume dari sperma
kurang lebih 3ml. Spermatozoa yang ditampung akan bertahan selama 30 menit.
Catat riwayat mumps, penyakit akut dan demam yang lama, penyakit sistemik
(DM), riawat pembedahan, trauma testis, keterpaparan dengan zat toksik atau
bahan kimia, pengobatan dengan anabolik steroid, alkohol. 3. Melakukan
pemeriksaan fisik terhadap penis, meatus uretra, testis, vasa deferens dan duktus
epididimis, memeriksa ada tidaknya verikokel, memeriksa tanda-tanda seks
sekunder dan colok dubur.
b. Analitik
Pada saat melakukan pemeriksaan motilitas spermatozoa sampel di tampung
di wadah kaca dipipet dan diteteskan satu tetes pada objek glass kemudian di tutup
-
25
dengan cover glass kemudian diamati. Hasil yang didapat dibandingkan dengan
nilai rujukan.
c. Post analitik
Interpretasi hasil : PR + NP > 40%
PR > 32%
Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan pembuatan preparat
basah kemudian menghitung jumlah pergerakan sperma (motilitas) dengan
bantuan mikroskop. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian kali ini
adalah melihat pergerakan spermatozoa, dengan kuesioner untuk mendapatkan
data karakteristik yang meliputi umur, berat badan, tinggi badan, indeks massa
tubuh, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.
4. Instrument pengumpulan data
a. Alat
1) Pot sperma 8 buah (bermulut lebar dan berulir yang terbuat dari kaca).
2) Gelas ukur 10 ml 3 buah, digunakan untuk mengukur volume sperma yang
diejakulasikan subjek.
3) Mikropipet 50 µl 1 buah, digunakan untuk memipet sampel pada objek glas
sebagai preparat.
4) Objek glass dan cover glass 1 kotak, objek glass berguna sebagai tempat
dibuatnya preparat dan cover glass sebagai penutup karena preparat yang
dibuat adalah preparat basah.
5) Mikroskop binokuler 1 buah, digunakan untuk melakukan analisis secara
mikroskopis pergerakan spermatozoa.
5. Prosedur pemeriksaan
-
26
a. Persiapan subjek
Subjek diwajibkan melakukan puasa mengeluarkan sperma selama 3-7 hari.
Prosedur pengambilan dan penampungan sampel harus diinformasikan secara
jelas dan tertulis.
b. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan di ruang tertutup dengan cara melakukan
masturbasi tanpa menggunakan kondom. Koitus interuptus juga tidak dianjurkan
lagi karena ejakulat pertama yang tinggi konsentrasi sperma kemungkinan
tertinggal di dalam vagina, selain itu pH asam vagina dapat mempengaruhi
motilitas sperma dan sperma juga dapat terkontaminasi sel vagina dan bakteri
(Cheesbrough, 2006).
c. Penampungan sampel
Ejakulat sperma di tampung pada pot sperma yang bersih dan terbuat dari
kaca, setelah sampel ditampung semua didalam pot sperma dilakukan pencatatan
waktu untuk proses liquefasi dan dilakukan labeling sesaui identitas subjek,
setelah sampel sperma melewati fase liquefasi 15 – 20 menit.
d. Uji motilitas sperma
Cairan sperma yang telah melewati fase liquefasi dilakukan pemeriksaan
motilitas sperma dengan cara dipersiapkan alat dan bahan yang diperlukan
terlebih dahulu, sampel sperma dibagi kedalam 4 tabung reaksi. Pada tabung
reaksi 1 dipipet 50 µl sampel sperma dan diteteskan pada objek glass dan
dihomogenkan dengan meratakan sperma menggunakan pipet, kemudian ditutup
dengan cover glass. Biarkan selama 30 detik dan dibaca dibawah mikroskop
dengan pembesaran 40x.
-
27
e. Perhitungan motilitas sperma
Penilaian motilitas sperma dilakukan pada 200 spermatozoa dan
dikelompokan kedalam PR (Progresif), NP (Non Progresif), IM (Immotyl) lalu
disajikan dalam bentuk persentase (WHO, 2010).
Nilai rujukan :
PR + NP > 40%
PR > 32%
E. Pengolahan dan analisis data
1. Teknik pengolahan data
Data yang diperoleh dari pemeriksaan gambaran kualitas sperma pada
perokok aktif dicatat, dikelompokkan, diolah, dan kemudian disajikan dalam
bentuk tabel dan narasi.
2. Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu
dengan mendeskripsikan hasil pemeriksaan yang dilakukan di lapangan
berdasarkan karakteristik dan dengan teori yang ada mengenai motilitas sperma.
3. Prosedur penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian yang
dilakukan yaitu pemeriksaan motilitas sperma, dimana populasi sampel yang
digunakan adalah Alumni SMA Negeri 2 Denpasar angkatan 48, tahun 2016.
Motilitas sperma diperiksa untuk melihat kemampuan gerak sperma yang diamati
pada 200 spermatozoa, dengan melihat pergerakan PR = Progresif dan NP = Non
Progresif.
-
28
Bagan prosedur kerja pemeriksaan motilitas sperma :
Hasil pemeriksaan
PR + NP > 40%
PR > 32%
Sampel (n = 20)
Pemeriksaan
motilitas sperma
(mikroskopis)
Interpretasi hasil
PR = Progresif dan
NP = Non
Progresif.
Populasi
Kriteria Penelitian
-
29
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
1. Karakteristik Objek Penelitian
Karakteristik cairan sperma secara makroskopis adalah berupa cairan kental
berwarna putih kanji hingga putih susu dan memiliki bau khas, volume sperma
yang diejakulasikan rata-rata 4,45 ± 0,48 ml dan rerata pH 7,2. Penelitian ini
untuk melihat pergerakan sperma pada perokok aktif untuk melihat kemampuan
bergerak spermatozoa. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang harus
dikontrol yaitu tidak mengeluarkan sperma selama 3-7 hari sebelum pemeriksaan.
Pada penampungan sperma setelah dikeluarkan secara mastrubasi, sampel
disimpan pada wadah bersih terbuat dari kaca yang memiliki mulut lebar dan
tutup berulir.
2. Karakteristik Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian gambaran motilitas
sperma pada perokok aktif di SMA Negeri 2 Denpasar angkatan 48, tahun 2016
sebanyak 10% dari 200 sampel yang berarti 20 sampel. Karakteristik dari subjek
penelitian ini adalah :
-
30
a. Karakteristik Responden berdasarkan lama merokok
Tabel 2
Karakteristik Responden berdasarkan lama merokok.
Lama merokok Jumlah Persentase (%)
5 tahun 7 35%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel 2 di atas dari 20 responden yang diteliti diperoleh data
responden yang lebih banyak lama merokok
-
31
c. Karakteristik Respoden berdasarkan aktivitas berolahraga
Tabel 4
Karakteristik Responden berdasarkan
aktivitas berolahraga
No. Berolahraga Jumlah Persentase(%)
1. Aktif 6 30%
2. Tidak aktif 14 70%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel 3 di atas dari 20 responden yang diteliti diperoleh data
responden lebih banyak tidak melakukan aktivitas olahraga yaitu sebanyak 14
orang dengan persentase 70%.
3. Hasil gambaran motil sperma pada perokok aktif
Tabel 5
Motililitas sperma pada perokok aktif
No. Motil sperma Jumlah Persentase(%)
1. PR (progresif) 20 100%
2. NP (non progresif) 0 0%
3. IM (Immotyl) 0 0%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel 5 di atas dari 20 responden yang diteliti diperoleh data
semua responden memiliki motil sperma yang Progresif sebanyak 20 dengan
persentase 100%.
-
32
4. Hasil gambaran spermatozoa motil berdasarkan karakteristik pada
responden yang mengonsumsi alkohol dan aktif berolahraga
Tabel 6
Hasil gambaran motil spermatozoa motil berdasarkan karakteristik pada
responden yang berolahraga
No. Berolahraga Jumlah Persentase(%)
1. Aktif 6 30%
2. Tidak aktif 14 70%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel 3 di atas dari 20 responden yang diteliti diperoleh data
responden lebih banyak tidak melakukan aktivitas olahraga yaitu sebanyak 14
orang dengan persentase 70%.
Tabel 7
Hasil gambaran motil spermatozoa motil berdasarkan karakteristik pada
responden yang mengonsumsi alkohol
No. Mengonsumsi alcohol Jumlah Persentase (%)
1. Mengonsumsi alcohol 15 75%
2. Tidak mengonsumsi alcohol 5 25%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel 3 di atas dari 20 responden yang diteliti diperoleh data
lebih banyak responden yang mengonsumsi alkohol yaitu sebanyak 15 orang
dengan persentase 75%.
-
33
B. Pembahasan
Pemeriksaan analisis sperma adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk
memantau kemampuan spermatozoa untuk melakukan pembuahan (fertilisasi).
Salah satu parameter pemeriksaan sperma adalah motilitas sperma yang melihat
pergerakan yang dialami pada sperma. Pengujian motilitas sperma bertujuan
untuk mengetahui persentase sperma yang bergerak dengan bebas setelah sampel
mengalami liquefasi. Kualitas sperma yang baik merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk dapat memperoleh keturunan. Kualitas hasil sperma analisa
ditentukan dari bagaimana dan dimana penampungan sperma dilakukan. Proses
dan tempat penampungan sangat menentukan kualitas hasil pemeriksaan sperma
(Nieschlag, 2010).
Penelitian ini menggunakan metode mikroskopis dengan pengamatan
langsung dibawah mikroskop pembesaran10x dan 40x, kemudian diamati
pergerakan motilitas sperma yang dilaporkan sebagai progresif (PR), non
progresif (NP) dan Immotyl (IM). Hasil penelitian menunjukan nilai motilitas
sperma tanpa dilakukan penyimpanan (kontrol) menunjukan hasil dengan rata-rata
70,99% ± 6,09. Nilai motilitas sperma tersebut termasuk ke dalam kategori nilai
normal. Menurut WHO (2010), nilai normal untuk pemeriksaan motilitas sperma
yang optimal untuk fertilisasi adalah > 50%.
Pada penelitian gambaran motilitas sperma pada perokok aktif dengaan
jenis penelitian deskritif menggunakan teknik Purbosive Sampling didapatkan 20
responden yang akan diambil spermanya untuk kemudian diteliti. Pemeriksaan
motilitas sperma dilakukan di Laboratorium Kimia Klinik, Jurusan Analis
Kesehatan, Poltekkes Denpasar. Hasil penelitian dilakukan analisa mencakup
-
34
karakteristik berdasarkan subjek penelitian gambaran motilitas sperma pada
perokok aktif berdasarkan karakteristik mengonsumsi alkohol dan aktivitas
olahraga.
Berdasarkan penelitian gambaran motilitas sperma yang sudah dilakukan
pada 20 sampel yang sudah disajikan pada Tabel 4 didapatkan hasil dari 20
sampel adalah Progresif (PR) 100%, sedangkan Non progresif (NP) dan Immotyl
(IM) didapatkan hasil 0%, jadi dalam penelitian ini probandus yang merokok
selama
-
35
oksigen reaktif (ROS). Produksi ROS dan stres oksidatif dalam sel hati dapat
mengakibatkan alkoholik. Meningkatnya senyawa ROS oleh radikel bebas pada
jaringan yang memproduksi spermatozoa dapat menyebabkan kerusakan membran
spermatozoa, serta mengubah kestabilan dan fungsi membran. Apabila ROS
dalam jumlah yang banyak dapat mengakibatkan toksik terhadap kualitas dan
fungsi spermatozoa (Moustafa et al, 2009).
Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara
terstruktur dengan tujuan untuk mengekspresikan dan meningkatkan kesehatan
fisik dan psikis, membentuk hubungan sosial, maupun sebagai sarana kompetisi
dalam berbagai tingkat. Olahraga baik yang ringan maupun berat pada dasarnya
menyebabkan peningkatan reactive oxygen species (ROS). Pada olahraga ringan
jumlah ROS yang terakumulasi dapat diatasi melalui peningkatan aliran darah dan
status antioksidan yang terjadi ketika melakukan olahraga dengan intensitas,
frekuensi, dan durasi yang tepat, sedangkan pada olahraga yang berlebihan justru
dapat menyebabkan peningkatan radikal bebas hingga 2 sampai 3 kali lebih
banyak dari olahraga dengan intensitas sedang (Nurdyansyah, 2017).
Akumulasi ROS sebagai salah satu oksidan (radikal bebas) dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan jumlah oksidan dan antioksidan intrasel.
Kondisi ini disebut stres oksidatif yang dapat menyebabkan kerusakan berantai
pada lipid, protein, dan pada deoxyribonucleic acid (DNA) sel spermatozoa.
Radikal bebas dapat berasal dari sumber endogen, yaitu reaksi reduksi oksidasi
normal dalam mitokondria, peroksisom, sedangkan radikal bebas dari sumber
eksogen yaitu asap rokok, inflamasi, dan latihan olahraga berlebihan. Olahraga
berlebihan seperti bersepeda lebih dari 5 jam bagi laki-laki dapat menurunkan
-
36
kualitas spermatozoa oleh karena peningkatan produksi ROS yang berlebihan.
Sebuah penelitian yang membandingkan kualitas spermatozoa dari berbagai jenis
aktivitas olahraga mulai dari olahragawan (perilaku olahraga berlebihan),
kelompok yang memiliki gaya hidup sedentary (kurang beraktifitas fisik), serta
pria dengan perilaku olahraga ringan mendapatkan hasil bahwa kelompok
olahragawan didapatkan memiliki konsentrasi spermatozoa, motilitas, dan
persentase spermatozoa dengan morfologi normal yang paling rendah di antara
kedua kelompok lainnya. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan bahwa
olahraga dapat memberikan dampak yang baik terhadap kualitas sperma jika
dilakukan dengan dosis yang tepat, namun juga dapat memberikan dampak yang
buruk terhadap kualitas sperma jika dilakukan dengan dosis yang berlebihan
(HIFERI, 2013)
-
37
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian tentang Gambaran motilitas sperma pada perokok aktif
dengan 20 responden dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Perokok aktif lebih banyak merokok kurang dari 5 tahun sebamyak 65 %,
lebih banyak alkohol sebanyak 75% dan tidak aktif berolahraga 70%.
2. Semua responden memiliki motilitas sperma yang progresif.
3. Karakteristik responden yang mengonsumsi alkohol sebanyak 75% dan
karakteristik responden yang tidak aktif berolahraga sebanyak 70%.
B. Saran
Adapun saran-saran yang ingin disampaikan melalui tulisan ini yaitu :
1. Kepada pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian yang serupa,
diharapkan melakukan pengembangan jenis pemeriksaan sperma seperti
vitalitas, morfologi dan hitung jumlah sperma.
-
38
DAFTAR PUSTAKA
Aina N. Pengaruh paparan asap rokok terhadap spermatogenesis dan kualitas
spermatozoa mencit (Mus musculus L.) galur Swiss [skripsi]. UNS. 2005.
hlm.1-2, 60-1Amarudin (2012) „Pengaruh Merokok Terhadap Kualitas
Sperma Pada Pria Dengan Masalah Infertilitas Studi Kasus Kontrol Di
Jakarta Tahun 2011‟, Jurnal Universitas Indonesia, pp. 1-120.
Churu, J., Road, B. and Rajasthan, D. J. (2011) „ISSN 2230 – 8407 Prajapati
Parimal M .* and Solanki Anil S .‟, 2(11), pp. 46–49.
Putra, Y. (2014) „PENGARUH ROKOK TERHADAP JUMLAH SEL
SPERMATOZOA MENCIT JANTAN (Mus Musculus, Strain Jepang),
Jurnal Sainstek, VI(1), pp. 30–42. Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/129106-ID-pengaruh-rokok-
terhadap-jumlah-sel-sperm.pdf.
Cheesbrough,M. (2006) Laboratory Practice in Tropical Countries. Cambridge:
Cambridge University Press.
Glenville, Marilyn. (2013) Understanding Fertility and Infertility. Available at:
https://www.dropbox.com/s/94zzmqtvi6mgy7s/Understanding-Fertility-
andInfertility.pdf?dl=0.diakses tanggal 25 November 2016.
Nieschlag, E., M, B. Hermann, dan N., Susan. (2010) Male Reproductive Health
and Dysfunction . Heidelberg:Springer-Verlag Berlin.
Nurdyansyah F. (2017) Stress oksidatif dan status antioksidan pada latihan fisik.
Jendela Olahraga.2(1):105-9.
K.Nilani, Eswaramohan and Balasubramaniam. (2012) Influence of Temperature
on Motility and Viability of Bovine Spermatozoa during Cold Storage.
International Journal of Scientific and Research Publications. Available at:
https://www.dropbox.com/s/kmqf2pa1y2yw3vq/ijsrp-p1254.pdf?dl=0.
Solihati, N. et al. (2013) „Perkembangan Sel-Sel Spermatogenik dan Kualitas
Sperma Pasca Pemberian Ekstrak Pegagan ( Centella asiatica )‟, 18(3), pp.
192–201. doi: 10.14334/jitv.v18i3.321.
Rahmah, N. (2015) „Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan‟, Pengaruh Rokok
Terhadap Kesehatan, 1(2), p. 78. Available at: https://abcd.com.
RISKESDAS (2010). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2010.h.147-54.Diakses
pada tanggal 28 November.
Jonge, C.D and B. Christopher. (2006) The Sperm Cell. Cambridge: Cambridge
University Press.
Notoatmodjo, S. (2012) Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi Cetakan
Kedua. Jakarta : Rineka Cipta.
Moustafa M, Sharma R, Thorthon J, masche M (2009) Relationship between ROS
Production, Apoptosis and DNA Denaturation in Spermatozoa From
Patients Examined For Infertility. Human Reproduction. 19 (1) 129-138.
Hanafiah, K. A. (2016) Rancangan Percobaan Teori & APlikasi. 3rd edn. Jakarta:
Rajawali Pers.
HIFERI, PERFITRI. (2013) Konsensus Penanganan Infertilitas Hestiantoro A,
editor.
WHO. (2010) Examination and processing of human semen, 5.
https://media.neliti.com/media/publications/129106-ID-pengaruh-rokok-terhadap-jumlah-sel-sperm.pdfhttps://media.neliti.com/media/publications/129106-ID-pengaruh-rokok-terhadap-jumlah-sel-sperm.pdfhttps://www.dropbox.com/s/kmqf2pa1y2yw3vq/ijsrp-p1254.pdf?dl=0
-
39
Lampiran 1.
-
40
Lampiran 2.
No Responden……………..
Informed concent
(surat persetujuan)
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ………………………..
Alamat : ………………………..
Setelah mendapat penjelasan, dengan ini saya menyatakan bersedia / tidak
bersedia *) berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang berjudul
“Gambaran Motilitas Sperma pada Perokok Aktif”. Bila sewaktu-waktu saya
merasa dirugikan dalam bentuk apapun saya berhak membatalkan persetujuan ini.
Demikian surat pernyataan ini dibuat tanpa ada pemaksaan dari pihak
manapun dan informasi yang diperoleh dapat digunakan sepenuhnya untuk
kepentingan penelitian.
Denpasar, Maret 2019
Responden
(……………………….)
*) coret yang tidak perlu
-
41
Lampiran 3.
Pedoman wawancara
Nama Responden : . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Umur : . . . . . tahun
Berilah tanda silang (X) pada pilihan yang disediakan
1. Minum alkohol :
a. Iya
b. Tidak
2. Tingkat pendidikan :
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA/SMK
e. Perguruan tinggi
3. Pekerjaan :
a. Pelajar/Mahasiswa
b. Belum/Tidak bekerja
c. Karyawan swasta
d. Wiraswasta
e. PNS
f. Petani
g. Dll. . . . . . . . . . .
4. Tinggi Badan : …
5. Berat Badan : …
-
42
Lampiran 4.
Hasil pengelompokan berdasarkan karakteristik
Responden Umur (tahun) Tinggi Badan
(cm)
Tingkat
Pendidikan
Pekerjaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-
43
Lampiran 5.
Kuesioner merokok
Nama :
Umur :
Alamat :
No. Telpon :
1. Bagaimana kebiasaan merokok anda?
a. Merokok setiap hari
b. Kadang-kadang
c. Saat ini sudah tidak merokok lagi
d. Tidak pernah merokok
2. Berapa hari dalam seminggu anda merokok?
a. Satu hari atau kurang
b. Setiap hari
c. Dua s.d empat hari
d. Hampir setiap hari
e. Sudah tidak merokok lagi
3. Sejak kapan anda merokok?
Usia : …………………….. tahun
4. Sudah berapa lama anda merokok?
……………………………. tahun
5. Jenis rokok yang paling sering dihisap?
Merk rokok : …………………………
a. Kretek filter
b. Kretek non filter
c. Kretek putih
6. Berapa rata-rata jumlah rokok yang dihisap dalam sehari?
Per hari ………………………………………….. batang
-
44
Lampiran 6.
Hasil pemeriksaan motilitas sperma responden
Responden Umur
(Tahun)
Lama Waktu
Merokok (Tahun)
Jumlah Rokok
Perhari (Batang)
Hasil Motilitas
Sperma
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-
45
Lampiran 7.
SURAT IJIN PENELITIAN
-
46
Lampiran 8.
Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Penetesan specimen sperma
ke objek glass
Pengambilan specimen
sperma dari wadang
penampung kaca
Penempatan cover glass
Specimen sperma dalam
wadah tampung kaca
Pelabelan specimen
sperma
Hasil pembesaran 40%
pada mikroskop