Risk Management¸„ู่มือความเสี่ยง... · คู่มือการบริหารความเสี่ยง (Risk Management) โรงพยาบาลวารินช
Karakteristik Preferensi Risiko Investor Berdasarkan Jenis...
Click here to load reader
Transcript of Karakteristik Preferensi Risiko Investor Berdasarkan Jenis...
1
KARAKTERISTIK PREFERENSI RISIKO INVESTOR BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN DAN EFIKASI DIRI
(Studi Empiris pada Sentra Inventasi Danareksa Salatiga)
Kristina 212008002
PENDAHULUAN Maraknya perkembangan pasar modal di Indonesia tidak terlepas dari
peran serta pemodal (investor) yang melakukan transaksi di pasar modal. Definisi
investasi menurut Halim (2005:4) adalah sebagai penanaman sejumlah dana pada
saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.
Investasi juga dapat dikatakan sebagai penundaan konsumsi saat ini untuk
konsumsi di masa yang akan datang. Harapan keuntungan di masa yang akan
datang ini merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait dengan suatu
investasi yang dilakukan. Investasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, baik
untuk saat ini maupun di masa datang, dengan cara membeli suatu aset yang
diharapkan di masa yang akan datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih
tinggi.
Seberapa besar investor bersedia menanggung risiko tertentu saat mereka
melakukan investasi, berbeda antara investor yang satu dengan yang lain. Sembel
dalam Putra (2011) mengklasifikasikan tipe investor menurut preferensi risiko
menjadi tiga kelompok, yaitu tipe investor yang berani mengambil risiko yang
disebut risk taker atau risk lover atau risk seeker, tipe investor yang takut atau
enggan menanggung risiko yang disebut risk averter dan tipe investor yang hanya
2
berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya
atau disebut moderate investor atau indifference investor.
Tim Research DWAC (http://dcoins.co.id) memperoleh hasil penelitian
investor yang sukses memiliki kepercayaan diri dan stamina yang kuat untuk
setiap hari bergelut dengan gejolak pasar. Naik turunnya harga saham merupakan
pergulatan setiap hari, dan membutuhkan kekuatan psikis yang kuat untuk bisa
bertahan. Jika investor tidak dapat bertahan, maka investor akan kehilangan
kepercayaannya terhadap investasi (baik investasi jangka pendek maupun jangka
panjang). Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Malinda
(2005) yang menyimpulkan bahwa pedoman dasar bagi investor pemula adalah
cakap, uang, keberanian, ukuran, dan percaya. Penelitian ini ingin melihat
karakteristik preferensi risiko yang dimiliki oleh investor berdasarkan efikasi diri
investor itu sendiri, dimana efikasi diri merupakan salah satu mekanisme dalam
merefleksikan diri manusia (Bandura dalam Feist & Feist, 2010:211).
Efikasi diri adalah penilaian seseorang terhadap dirinya mengenai
seberapa besar kemampuannya dalam mencapai suatu hasil dan tingkah laku
tertentu terhadap suatu tugas pada situasi tertentu (Bandura, 1997). Teori efikasi
diri diduga mempengaruhi keberanian seseorang dalam menghadapi risiko sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya. Individu dengan keyakinan diri rendah
akan menarik diri dari proyek yang gagal karena individu tersebut tidak percaya
akan kemampuan yang dimilikinya dan mudah berkecil hati menghadapi
kenyataan (Evelin, 2010).
3
Zarutskie (2008) menemukan bahwa manajer investasi yang sebelumnya
berprofesi sebagai manajer bisnis atau sebagai venture capitalist memiliki
performa yang lebih baik daripada manajer investasi yang hanya memiliki latar
belakang pendidikan MBA. Dalam penelitian ini peneliti juga akan
mengungkapkan (mengeksplorasi) karakteristik preferensi risiko investor dilihat
dari sisi jenis pekerjaan yang sedang digeluti oleh investor.
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini karena peneliti-peneliti
sebelumnya yang meneliti tentang preferensi risiko, sebagian besar
menghubungkan preferensi risiko dengan tipe kepribadian investor. Beberapa
diantaranya adalah Agustina (2009) dengan hasil penelitian sebagian besar dari
pegawai BUMN Salatiga memiliki ciri kepribadian piawai dengan preferensi
risiko sedang. Putra (2011) menyatakan bahwa mayoritas pedagang etnis Jawa
dan Tionghoa di Salatiga memiliki ciri kepribadian luwes dan berpreferensi risiko
rendah. Sedangkan penelitian yang membahas mengenai karakteristik preferensi
risiko berdasarkan jenis pekerjaan dan efikasi diri investor, masih terbatas
jumlahnya.
Penelitian yang mengkaitkan efikasi diri terhadap preferensi risiko, sangat
jarang ditemukan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui gambaran tipe preferensi risiko investor berdasarkan jenis pekerjaan
dan efikasi dirinya.
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka dapat dirumuskan persoalan
penelitian sebagai berikut:
4
1. Karakteristik preferensi risiko seperti apa yang dimiliki oleh investor di Outlet
SID Salatiga berdasarkan jenis pekerjaan?
2. Karakteristik preferensi risiko seperti apa yang dimiliki oleh investor di Outlet
SID Salatiga berdasarkan efikasi diri?
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Dalam bidang akademis, sebagai referensi dalam bidang manajemen keuangan
berbasis perilaku (behavioural finance) terutama yang berkaitan dengan
karakteristik preferensi risiko investor.
2. Memberi masukan terhadap Manajer Investasi dalam menganalisis karakter
investor berdasarkan jenis pekerjaan dan efikasi diri investor.
3. Untuk investor agar dapat memilih instrumen investasi yang sesuai dengan
karakteristik dirinya sendiri.
TELAAH TEORETIS
Telaah Teoretis
Di dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai konsep-konsep yang
menjadi landasan dalam menjawab persoalan penelitian.
Preferensi Risiko
Setiap investor pasti ingin memperoleh keuntungan dalam berinvestasi
pada suatu barang tertentu. Namun, dalam berinvestasi dalam bentuk apapun,
pasti ada risiko yang terkandung di dalamnya. Risiko yang ditanggung oleh
5
investor dapat berupa capital loss atau justru mendapatkan keuntungan. Besarnya
tingkat risiko yang bersedia ditanggung oleh investor satu dan lainnya tidaklah
sama, walaupun kepribadian investor tersebut sama (Sembel dan Sembel dalam
Putra, 2011).
Vaughan dalam Darmawi (2006:18) mengemukakan beberapa definisi
mengenai risiko sebagai berikut:
• Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian)
Chance of loss biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu
keadaan dimana terdapat kemungkinan untuk terjadi rugi.
• Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian)
Pendapat ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Griffin dan
Ebert dalam Fahmi (2006:103) yaitu risiko adalah uncertainty about
future events. Ketidakpastian muncul dari ilusi seseorang akibat
terbatasnya pengetahuan orang tersebut di bidangnya. Dengan adanya
ketidakpastian berarti bahwa penerimaan yang diperoleh seorang
investor di masa mendatang belum diketahui nilainya (Hartono,
1998:100).
Hartono (2009:7) mengungkapkan dalam berinvestasi, investor bisa
memilih menginvestasikan dananya pada berbagai aset, baik aset yang berisiko
maupun aset yang bebas risiko, ataupun kombinasi dari kedua aset tersebut. Aset
berisiko adalah aset-aset yang tingkat return aktualnya di masa depan masih
mengandung ketidakpastian. Salah satu contoh aset berisiko adalah saham.
6
Misalnya kita hari ini membeli saham perusahaan tertentu, kita tidak tahu pasti
berapa return aktual yang akan diperoleh di masa yang akan datang baik yang
berupa dividen maupun keuntungan dari selisih harga saham tersebut. Demikian
halnya apabila kita membeli obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan, kita
tidak dapat memastikan bahwa pada saat jatuh tempo, obligasi tersebut akan dapat
terbayarkan atau tidak oleh perusahaan yang mengeluarkan obligasi. Aset bebas
risiko merupakan aset yang tingkat return-nya di masa depan sudah bisa
dipastikan pada saat ini. Contoh aset bebas risiko adalah obligasi yang diterbitkan
pemerintah (ORI), atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia. Pilihan investor atas aset-aset tersebut akan tergantung dari
sejauh mana preferensi investor terhadap risiko.
Hsee dan Weber (1998) mengungkapkan bahwa preferensi risiko
didefinisikan sebagai kecenderungan seorang individu untuk memilih opsi
berisiko. Dapat diartikan juga bahwa preferensi risiko adalah sikap pembuat
keputusan atau investor untuk sebuah risiko. Dilihat dari kesediaannya
menanggung resiko investasi, investor dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok
atau tipe (Sembel dalam Agustina, 2009; Fred, Weston, Copeland dalam Cahyadi,
2010) yaitu:
a. Tipe investor yang berani mengambil resiko yang disebut risk taker atau
risk lover atau risk seeker. Investor tipe ini adalah investor yang berani
menanggung risiko. Widoatmojo dalam Putra (2011) mengungkapkan
bahwa investor berpreferensi risiko tinggi sangat menikmati risiko.
Sebagai contoh investor saham akan lebih senang apabila ditawari saham
7
yang memiliki gejolak harga yang tinggi atau beta saham yang tinggi.
Mereka berani melakukan investasi yang mengandung risiko tinggi seperti
instrumen derivatif dan deposito valas. Beberapa investor dengan tipe risk
taker biasanya sering menghadapi risiko yang tinggi di lingkungan
kerjanya, misalnya mantan pedagang yang pernah jatuh bangun, mantan
penjudi, mantan pengusaha entertaintment dan mantan koruptor
(Widoatmojo dalam Putra, 2011).
b. Tipe investor yang takut atau enggan menanggung resiko yang disebut risk
averter atau risk aversion. Investor yang masuk dalam kategori preferensi
risiko rendah memiliki kecenderungan menggunakan pendekatan investasi
yang konservatif atau mengutamakan keamanan (Sembel dan Sembel
dalam Putra, 2011). Sedangkan menurut Harefa, dkk dalam Putra (2011)
sebagian besar individu adalah investor yang konservatif. Mereka
cenderung tidak mau mengambil risiko tambahan yang mereka anggap
tidak terlalu diperlukan. Tipe risk averter akan merasa senang ditawari
saham yang memiliki beta yang rendah karena risikonya juga rendah.
Investor yang termasuk tipe risk averse, contohnya pegawai berpendapatan
tetap dan pedagang yang berpenghasilan cukup untuk menutupi
kebutuhannya. Mereka cenderung memilih investasi dengan tingkat risiko
yang rendah seperti tabungan deposito, unit link, dan obligasi pemerintah.
c. Tipe investor yang hanya berani menanggung risiko yang sebanding
dengan return yang akan diperolehnya atau disebut risk moderate,
moderate investor atau indifference investor. Semakin besar risiko yang
8
akan dihadapi, semakin tinggi return yang diharapkan, semakin kecil
resiko atas suatu investasi, semakin kecil return yang diharapkan atau
dikenal dengan istilah high risk high return, low risk low return. Tipe
moderate investor tidak hanya melihat beta saham tetapi juga melihat
return yang ditawarkan oleh saham bersangkutan. Saham yang memiliki
beta saham tinggi dan return yang juga tinggi dalam jumlah sebanding
sangat disenangi oleh tipe moderate investor. Investor tipe moderate akan
mempertimbangkan secara hati-hati jenis instrumen yang akan dimilikinya
dan membatasi jumlah dana yang akan diinvestasikannya ke dalam
instrumen berisiko hingga porsi tertentu (Kusumastuti dalam Putra, 2011).
Investor dengan preferensi sedang memilih jenis investasi yang memiliki
risiko relatif rendah seperti obligasi pemerintah, saham unggulan, maupun
reksadana saham (Sembel dalam Indrayana, 2011).
Jenis Pekerjaan
Menurut Slovic (1972) seseorang yang telah mendapatkan pelatihan dan
terbiasa dalam situasi menghadapi risiko akan cenderung berperilaku memilih
pilihan yang berisiko dibandingkan dengan orang lain. Pendapat Slovic tersebut
sejalan dengan Alderfer dan Bierman (1970), dimana dalam penelitian mereka
terdapat perbedaan dalam pembuatan keputusan antara pelajar/mahasiswa dan
manajer serta diantara anggota kelompok manajer. Perbedaan terlihat pada asumsi
yang diambil oleh subjek terhadap situasi dalam simulasi pilihan risiko personal
dan tingkat penerimaan risiko pribadi. Peneliti lain juga mengungkapkan bahwa
9
tingkat tanggung jawab atas keputusan dapat mempengaruhi keputusan yang
diambil apakah berisiko atau cenderung berhati-hati (Staw; Fox; Bazerman et al.
dalam Biyanto, 2003).
Self employed investor lebih cenderung suka mengambil risiko yang lebih
tinggi karena karakteristik yang melekat pada dirinya, seperti kepercayaan diri,
motivasi tinggi dan ketekunan. Sehingga individu yang bekerja mandiri biasanya
akan memilih investasi yang lebih berisiko dan menerima volatilitas investasi
yang meningkat jika dibandingkan dengan salaried investor (Sultana dan
Pardhasaradhi, 2011). Para peneliti telah menyimpulkan bahwa status pekerjaan
(seperti eksekutif bisnis) memegang peranan penting sebagai salah satu faktor
yang ikut mempengaruhi besarnya toleransi risiko yang sanggup diterima investor
(Sultana dan Pardhasaradhi, 2011). Individu yang berhati-hati terhadap risiko
biasanya memilih pekerjaan dengan risiko politik dan ekonomi yang kecil.
Jenis pekerjaan mempengaruhi investor dalam menentukan jenis investasi
yang dipilih (Cahyadi, 2010). Misalnya investor yang bekerja pada perusahaan
yang dipercaya dapat menjamin masa depannya, akan cenderung memilih jenis
investasi dengan risiko yang tidak terlalu tinggi seperti investasi di sektor riil.
Sedangkan investor yang bekerja di perusahaan yang dinilai belum cukup
memberikan jaminan masa depan, lebih memilih investasi dengan return tinggi
seperti saham. Barnewall dalam Cahyadi (2010) mengemukakan bahwa kelompok
pekerjaan tertentu seperti eksekutif perusahaan, pengacara, dokter lebih
menghindari resiko dalam berinvestasi. Dari karakteristik keputusan investasi ini
dapat diketahui tipe preferensi risiko yang dipilih oleh seorang investor.
10
Efikasi Diri
Efikasi diri (self efficacy) adalah keyakinan seseorang mengenai
peluangnya untuk berhasil mencapai tugas tertentu (Kreitner dan Kinicki dalam
Engko, 2006). Menurut Philip dan Gully dalam Engko (2006), self efficacy dapat
dikatakan sebagai faktor personal yang membedakan setiap individu dan
perubahan self efficacy dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku
terutama dalam penyelesaian tugas dan tujuan. Penelitian Philip dan Gully dalam
Engko (2006) menemukan bahwa self efficacy berhubungan positif dengan
penetapan tingkat tujuan. Individu yang memiliki self efficacy tinggi akan mampu
menyelesaikan pekerjaan atau mencapai tujuan tertentu, mereka juga akan
berusaha menetapkan tujuan lain yang tinggi. Efikasi diri lebih mengarah ke
penilaian individu terhadap kemampuannya.
Keyakinan diri merupakan suatu bentuk kepercayaan yang dimiliki
seseorang terhadap kapabilitas masing-masing untuk meningkatkan prestasi
kehidupannya (Eveline, 2010). Keyakinan ini dapat berupa perasaan seseorang,
cara ia berpikir, motivasi diri dan besarnya keinginan terhadap sesuatu.
Penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Bobko dalam Engko (2006:4)
menyatakan bahwa individual yang memiliki efikasi diri tinggi pada situasi
tertentu akan mencurahkan semua usaha dan perhatiannya sesuai dengan tuntutan
situasi tersebut dalam mencapai tujuan dan kinerja yang telah ditentukannya.
Kegagalan dalam mencapai suatu target tujuan akan membuat individu tersebut
berusaha lebih giat lagi dan tetap bertahan sampai keberhasilan diraihnya. Mereka
mengatasi rintangan yang membuat gagal dan kemudian akan menetapkan target
11
lain yang lebih tinggi lagi. Sehingga dengan efikasi diri yang tinggi, seseorang
akan lebih ulet dan memiliki daya tahan yang lebih kuat dalam mengerjakan tugas
dibandingkan dengan orang yang mempunyai efikasi diri rendah. Hal ini sejalan
dengan apa yang telah diungkapkan oleh Philip dan Gully dalam Engko (2006)
dan Evelin (2010).
Individu yang mempunyai self efficacy rendah ketika menghadapi situasi
yang sulit dan tingkat kompleksitas tugas yang tinggi akan cenderung malas
berusaha atau lebih menyukai kerja sama. Individu yang mempunyai self efficacy
rendah menetapkan target yang lebih rendah pula serta keyakinan terhadap
keberhasilan akan pencapaian target yang juga rendah sehingga usaha yang
dilakukan lemah (Bandura dalam Engko, 2006).
Bandura dalam Engko (2006) mendefinisikan self efficacy sebagai
judgment individu atas kemampuan mereka untuk mengorganisasi dan melakukan
serangkaian tindakan yang diperlukan untuk mencapai tingkat kinerja yang
ditentukan.
Self efficacy menurut Bandura dalam Feist dan Feist (2010:213) dapat
ditumbuhkan dan dipelajari melalui 4 sumber yaitu kinerja atau pengalaman masa
lalu, model perilaku (mengamati orang lain yang melakukan tindakan yang sama),
persuasi dari orang lain, serta keadaan faktor fisik dan emosional. Pencapaian
prestasi merupakan sumber pengharapan efikasi yang terbesar karena didasarkan
pada pengalaman-pengalaman pribadi individu berupa keberhasilan atau
kegagalan.
12
Caprara, et al. dalam Sawitri (2008) mengemukakan bahwa efikasi diri
tidak datang dengan sendirinya, tetapi merupakan hasil dari berbagai
pengetahuan dan tanggung jawab, hubungan yang beragam, tugas-tugas yang
bermanfaat, dan interaksi dengan orang lain.
Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku pembeliannya
(Kotler, 1987:262). Kepribadian yang dimaksud meliputi kepercayaan diri,
otonomi, keramahan, kesanggupan menyesuaikan diri, dan lainnya. Tim Research
DWAC (http://dcoins.co.id) memperoleh hasil penelitian investor yang sukses
memiliki kepercayaan diri dan stamina yang kuat untuk setiap hari bergelut
dengan gejolak pasar. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Malinda (2005) bahwa dengan memiliki efikasi diri yang tinggi, investor
akan lebih yakin terhadap keputusan investasinya, sehingga apabila dihubungkan
dengan tingkat kesanggupan investor dalam menanggung risiko, ia akan
cenderung risk taker. Kurniati, dkk dalam Triono (2010) juga mendapatkan hasil
dari penelitian yang mereka lakukan mengenai faktor psikologi yang
mempengaruhi perilaku investor bahwa faktor kepercayaan diri dapat digunakan
untuk memprediksi perilaku seseorang (investor) terhadap risiko.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah investor yang sedang melakukan
investasi. Metode pemilihan sampel adalah purposive sampling, yaitu peneliti
13
terlebih dahulu menetapkan kriteria tertentu untuk sampel. Kriteria yang
dimaksud adalah investor yang memiliki alamat e-mail, untuk mempermudah
pendistribusian kuesioner. Yang menjadi sampel adalah investor yang menjadi
nasabah di Outlet Sentra Investasi Danareksa cabang Salatiga yang terletak di
Plasa UKSW. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner
sejumlah 40 lembar. Untuk menjawab permasalahan penelitian, digunakan daftar
pertanyaan yang beberapa diantaranya telah dikembangkan oleh peneliti
sebelumnya:
• Preferensi risiko investor diukur dengan menggunakan daftar pertanyaan dari
Sembel dalam Putra (2011) yang terdiri dari 9 butir pertanyaan.
• Jenis pekerjaan diukur dengan pertanyaan mengenai jenis profesi pekerjaan
yang digeluti oleh investor. Peneliti mengelompokkan menjadi 5 tipe
pekerjaan, yaitu wirausahawan, karyawan swasta, pegawai negeri sipil,
profesional, dan lainnya (mahasiswa, pelajar, dan ibu rumah tangga).
• Efikasi diri diukur dengan menggunakan 6 item pertanyaan yang sebelumnya
dipakai oleh Padan (2009) dengan dilakukan penyesuaian.
Teknik Analisis
Data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner akan diolah dengan uji
validitas, uji reliabilitas, serta analisis deskriptif kuantitatif. Suatu kuesioner
dikatakan valid apabila pertanyaannya mampu mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dilakukan dengan perhitungan
statistik angka korelasi yang diperoleh dan selanjutnya dibandingkan dengan
14
angka kritis pada tabel korelasi nilai r dengan taraf signifikansi 5 persen. Untuk
megukur kekonsistenan jawaban responden, dilakukan uji reliabilitas. Berikut
adalah tabel yang berisi indikator yang dipakai untuk mengukur variabel.
Tabel 1. Pengukuran Variabel
Variabel Indikator
Preferensi Risiko
1. Kerugian keuangan tidak membuat pesimis untuk terus melakukan investasi.
2. Lebih baik mempunyai satu investasi dengan laba tinggi daripada beragam investasi dengan risiko laba rendah.
3. Tetap berinvestasi walaupun pasar tidak menentu. 4. Mengambil waktu sebanyak mungkin untuk
memperhatikan investasi. 5. Menikmati tren perdagangan investasi. 6. Tidak terlalu memperhatikan fluktuasi harga pada
investasi yang miliki. 7. Lebih suka pertumbuhan modal daripada pendapatan
deviden yang tetap. 8. Tidak masalah jika investasi tidak termasuk dalam
kategori saham yang cepat terjual. 9. Tidak merasa perlu mengecek portofolio sesering
mungkin dan membiarkannya bertumbuh sendiri.
Jenis Pekerjaan
1. Wirausahawan 2. Karyawan Swasta 3. Pegawai Negeri Sipil 4. Profesional 5. Lainnya
Efikasi Diri
• Penilaian atas kesanggupan kerja • Memiliki keyakinan teguh • Optimis • Motivasi berprestasi
Untuk mengetahui tipe preferensi risiko dan tingkat efikasi diri investor,
peneliti menggunakan jumlah skor yang didapat dari jawaban atas pertanyaan
yang tertera pada kuesioner. Di dalam penelitian ini peneliti membagi preferensi
risiko investor menjadi tiga, yakni rendah, sedang, dan tinggi (Sembel dalam
Putra, 2011). Apabila tingkat preferensi risiko investor rendah, maka ia masuk ke
15
dalam kategori risk averter. Jika tingkat preferensi risiko investor sedang, maka ia
tergolong ke dalam risk moderat, dan apabila tingkat preferensi risikonya tinggi,
maka investor tersebut masuk ke dalam kategori risk seeker. Demikian pula
dengan efikasi diri, peneliti membagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang,
dan tinggi.
Dalam menentukan batas skor dalam pengkategorian di atas, digunakan
rumus interval skoring (Padan, 2009) sebagai berikut:
interval = jumlah skor tertinggi−jumlah skor terendahjumlah kategori
……………..(1)
Setiap kategori jawaban dalam pertanyaan yang berkaitan dengan
preferensi risiko diberikan skor berikut:
Tabel 2. Skor Tiap Jawaban Petanyaan
Variabel Pertanyaan Skor Tiap Kategori Jawaban
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju Netral Setuju Sangat
Setuju
Preferensi Risiko
1 1 2 3 4 5 2 5 4 3 2 1 3 1 2 3 4 5 4 5 4 3 2 1 5 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 7 1 2 3 4 5 8 1 2 3 4 5 9 1 2 3 4 5
Efikasi Diri
1 1 2 3 4 5 2 1 2 3 4 5 3 5 4 3 2 1 4 1 2 3 4 5 5 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5
Sumber: data primer (2012)
16
Dari skoring di atas dapat diketahui bahwa skor total tertinggi preferensi
risiko untuk tiap responden adalah 45 (9 x 5 = 45). Sedangkan skor terendah
adalah 9 (9 x 1 = 9). Berikut adalah hasil perhitungan dengan menggunakan
rumus interval skoring untuk mengkategorikan tingkat preferensi risiko investor:
interval = jumlah skor tertinggi−jumlah skor terendahjumlah kategori
interval =45 − 9
3
interval = 12
Berdasarkan nilai interval tersebut di atas, ditentukan kategori skor untuk
mengukur tingkat preferensi risiko investor sebagai berikut:
9 ≤ x ≤ 19 = rendah
20 ≤ x ≤ 32 = sedang
33 ≤ x ≤ 45 = tinggi
Tabel 3. Hasil Pengkategorian Tingkat Preferensi Risiko
Skor Kriteria Frekuensi Persentase Min. Max 9 ≤ x ≤ 19 Rendah 0 0.00%
23 33 20 ≤ x ≤ 32 Sedang 29 93.55% 33 ≤ x ≤ 45 Tinggi 2 6.45%
Total 31 100.00% Mean 28.5483871
Standart Deviasi 2.742732332 Sumber: data primer (2012)
Dapat dilihat pada tabel 3 diatas bahwa tidak ada investor dengan tingkat
preferensi risiko rendah. Dengan kata lain tidak ada risk averter diantara
responden dalam penelitian ini. Investor dengan tingkat preferensi sedang
berjumlah 29 orang dimana kelompok ini merupakan dominan dalam responden.
Sedangkan investor dengan tingkat preferensi risiko tinggi atau risk taker
17
sebanyak 2 orang dengan 6,45%. Dan dari tabel diatas didapatkan mean 28,55 dan
standart deviasi sebesar 2,74 dengan nilai minimum sebesar 23 dan nilai
maksimum sebesar 33.
Dari pemberian skor pada tiap jawaban untuk mengetahui tingkat efikasi
diri investor, didapatkan nilai tertinggi yaitu 30 (6 x 5 = 30) dan skor terendah
adalah 6 (6 x 1 = 6). Interval skor untuk setiap kategori tingkat efikasi diri
investor dapat diketahui melalui perhitungan berikut:
interval = jumlah skor tertinggi−jumlah skor terendahjumlah kategori
interval =30 − 6
3
interval = 12
Nilai interval untuk tingkat efikasi diri investor adalah sebagai berikut:
6 ≤ x ≤ 12 = rendah
13 ≤ x ≤ 21 = sedang
22 ≤ x ≤ 30 = tinggi
Dari analisis deskriptif variabel efikasi diri diperoleh nilai minimum 18
dan nilai maksimum 26, dengan mean 21,16 dan standart deviasi sebesar 1,95.
Analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut:
18
Tabel 4. Hasil Pengkategorian Tingkat Efikasi Diri
Skor Kriteria Frekuensi Persentase Min. Max 6 ≤ x ≤ 12 Rendah 0 0.00%
18 26 13 ≤ x ≤ 21 Sedang 11 35.48% 22 ≤ x ≤ 30 Tinggi 20 64.52%
Total 31 100.00% Mean 21.16129032
St. Dev. 1.951012971 Sumber: data primer (2012)
Dari hasil perhitungan yang ada pada tabel di atas diketahui bahwa efikasi
diri yang masuk ke kategori tinggi merupakan dominan dengan persentase 64,52%
dari seluruh jumlah responden. Responden yang mempunyai efikasi diri sedang
berjumlah 11 orang dengan persentase 35,48%. Sedangkan persentase terkecil
yakni 0,00% adalah efikasi diri kategori rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tidak ada investor yang memiliki efikasi diri rendah.
ANALISIS DATA
Gambaran Subyek Penelitian
Outlet SID UKSW Salatiga merupakan salah satu dari 35 jumlah SID yang
didirikan oleh PT. Danareksa. Tujuan didirikannya Sentra Investasi Danareksa
(SID) yaitu sebagai jalur distribusi PT. Danareksa dalam memasarkan berbagai
macam produk serta melayani transaksi masyarakat dalam bidang pasar modal.
Selain itu, dengan adanya SID, masyarakat dapat mengenal lebih dekat dunia
pasar modal.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner melalui
e-mail terhadap nasabah di Sentra Investasi Danareksa cabang Salatiga selama
19
dua bulan. Jenis investasi yang dipilih oleh para nasabah ini beragam. Mulai dari
investasi yang mengandung resiko tinggi, seperti saham, sampai investasi yang
berisiko rendah, seperti obligasi. Dari 40 kuesioner yang disebarkan, terkumpul 31
responden (77,5%) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh peneliti.
Dari data 31 responden yang diperoleh, diketahui bahwa sebanyak
29,03% dari total responden berusia di bawah 25 tahun, dan responden yang
berusia antara 25 – 40 tahun mendominasi sebesar 51,61%, sedangkan proporsi
terkecil yaitu 19,35% merupakan responden berusia lebih dari 40 tahun (lihat
tabel 5).
Tabel 5. Karakteristik Usia terhadap Tolerasi Risiko Investor
Usia Toleransi Risiko Investor Total Skor Rata-Rata Sedang Tinggi
< 25 8 88.89% 1 11.11% 9 29.03% 29.78 25 - 40 16 100.00% 0 00.00% 16 51.61% 27.38
> 40 5 83.33% 1 16.67% 6 19.35% 29.83 Total 29 93.55% 2 6.45% 31 100.00%
Sumber: data primer (2012)
Responden dengan usia kurang dari 25 tahun didominasi oleh investor
dengan tingkat toleransi sedang terhadap risiko dengan nilai rata-rata 29,78.
Investor muda hanya mau menanggung risiko yang sepadan dengan return yang
akan ia dapatkan. Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Pratomo (et al.,
2001), dimana ia menyatakan bahwa semakin muda usia investor, akan cenderung
memberikan toleransi yang cukup tinggi pada risiko. Meskipun pada umumnya
orang muda senang dengan risiko, namun hal ini tidak berlaku pada investor usia
muda. Sebagian besar pendapatan investor usia muda bersumber dari orang tua.
20
Dengan dana yang terbatas, mereka akan berpikir ulang untuk memilih jenis
investasi beserta risikonya. Selain itu, pemahaman serta pengalaman yang didapat
dalam berinvestasi juga masih terbatas. Hal inilah yang membuat para investor
muda bersikap risk moderat.
Pada usia 25 sampai 40 tahun, seluruh investor berpreferensi risiko
sedang. Seperti halnya investor berusia kurang dari 25 tahun, investor usia 25
sampai 40 tahun memiliki kecenderungan berperilaku risk moderate. Dengan
demikian, tidak terdapat perbedaan sikap terhadap toleransi risiko pada investor
usia 25 tahun dan investor berusia 25 sampai 40 tahun. Hasil penelitian ini
berbeda dengan Evans (2004) yang menyimpulkan bahwa investor usia muda
(dibawah 30 tahun) lebih cenderung risk seeker dibanding investor yang berusia
lebih tua (diatas 30 tahun).
Investor dengan usia lebih dari 40 tahun, 83,33% termasuk dalam tingkat
preferensi risiko sedang dengan nilai rata-rata 29,83. Sama seperti investor dengan
usia kurang dari 25 tahun dan investor berusia 25 tahun sampai 40 tahun. Hal ini
mengindikasikan bahwa usia investor tidak menunjukkan perbedaan sikap
terhadap toleransi risiko.
Tabel 6. Karakteristik Jenis Kelamin terhadap Tolerasi Risiko Investor Jenis
Kelamin Toleransi Risiko Investor Total Skor
Rata-Rata Sedang Tinggi Pria 26 92.86% 2 7.14% 28 90.32% 28.50
Wanita 3 100.00% 0 0.00% 3 9.68% 29.00 Total 29 93.55% 2 6.45% 31 100.00%
Sumber: data primer (2012)
Berdasarkan tabel 6, proporsi responden berdasarkan jenis kelamin
didominasi oleh pria yakni 90,32%, sedangkan wanita sebesar 9,68%. Hal ini
21
menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin pria lebih suka berinvestasi
dibandingkan dengan wanita. Seperti yang telah diungkapkan oleh Barber dan
Odean (2001) dalam jurnal mereka yang berjudul “Boys Will Be Boys : Gender,
Overconvidence, And Common Stock Investment”, bahwa pria lebih banyak
melakukan trading dibandingkan dengan wanita. Lewellen, Lease, dan
Schlarbaum (1977) juga mengungkapkan hal serupa, yakni pria menginvestasikan
waktu dan uang untuk menganalisa surat-surat berharga serta melakukan transaksi
lebih banyak daripada investor wanita.
Sejumlah 92,86% pria memiliki tingkat toleransi risiko sedang, sedangkan
sisanya sebesar 7,14% memiliki toleransi risiko tinggi. Pada investor wanita,
semua responden termasuk dalam kategori tingkat toleransi risiko sedang. Skor
rata-rata pria yaitu 28,50 lebih rendah daripada skor rata-rata wanita senilai 29.
Perbedaan ini menunjukkan wanita lebih menyukai risiko, meskipun perbedaan
ini tidak terlalu jauh. Hal ini berbeda dengan pendapat Pawlowski et al. (2008)
dimana pada umumnya pria lebih suka risiko.
Berdasarkan pengumpulan data, maka dapat diperoleh hasil sebagai
berikut:
Gambar 1. Jenis Pekerjaan Responden
42%
16% 6%
36%
Jenis Pekerjaan Responden
Wirausahawan
Karyawan Swasta
PNS
Lainnya
22
Berdasarkan gambar diagram pie di atas, pekerjaan investor didominasi
dari jenis pekerjaan wirausahawan yaitu sebesar 42%. Sedangkan investor yang
memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta sebesar 16%, pegawai negeri sipil
sebesar 6% dan sisanya, yakni sebesar 36% merupakan investor dengan jenis
pekerjaan lainnya. Jenis pekerjaan dengan kategori lainnya meliputi mahasiswa,
pelajar dan ibu rumah tangga. Pada tabel 7 berikut dapat dilihat responden yang
masih tergolong pelajar berjumlah 1 orang dengan persentase 9,09% dari total
responden dengan jenis pekerjaan berkategori lainnya. Persentase terbesar yaitu
72,73% yang merupakan mahasiswa. Sedangkan responden yang bekerja sebagai
ibu rumah tangga memiliki proporsi sebesar 18,18%.
Tabel 7. Jenis Pekerjaan Lainnya
Sumber: data primer (2012)
Gambar 2 di bawah ini menunjukkan jumlah responden yang memiliki
efikasi diri tinggi yakni 65% responden atau 20 orang dari total keseluruhan 31
responden. Sedangkan responden dengan efikasi diri sedang berjumlah 11 orang
atau 35%. Dalam data yang diperoleh, tidak ada responden yang memiliki efikasi
diri rendah. Dengan demikian, responden didominasi oleh efikasi diri tinggi.
Jenis Pekerjaan F Persentase Pelajar 1 9.09% Mahasiswa 8 72.73% Ibu Rumah Tangga 2 18.18%
Total 11 100.00%
23
Gambar 2. Efikasi Diri Responden
Tipe preferensi risiko responden yang paling dominan adalah tipe
preferensi sedang yang mencapai 94% dari total jumlah responden dalam
penelitian ini. Sisanya, yakni sebesar 6% atau 2 orang mempunyai preferensi
risiko yang tinggi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada responden yang
memiliki preferensi risiko rendah.
Gambar 3. Preferensi Risiko Responden
Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk mengetahui apakah skala yang telah ditetapkan mampu
menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu
65%
35%
Efikasi Diri Responden
Tinggi
Sedang
94%
6%
Preferensi Risiko Responden
Sedang
Tinggi
24
pengujian validitas. Di dalam penelitian ini, item-item pertanyaan yang tertera di
dalam kuesioner akan diuji berdasarkan Corrected Item – Total Corellation untuk
mendukung validitas data. Apabila nilai r-hitung lebih besar daripada r-tabel,
maka item pertanyaan dinyatakan valid. Nilai r-hitung didapat dari nilai Corrected
Item – Total Corellation yang didapat dari perhitungan dengan menggunakan
SPSS (Statistical Package for the Social Sciences).
Dalam penelitian dengan menggunakan metode kuesioner, sangatlah
penting untuk mengetahui apakah instrumen yang terdapat dalam kuesioner dapat
digunakan lebih dari satu kali. Instrumen dikatakan reliabel apabila hasilnya tetap
konsisten, baik dengan responden yang sama maupun berbeda. Untuk menguji
reliabilitas data, digunakan Cronbach’s Alpha. Apabila nilai Cronbach’s
Alphanya lebih besar dari 0,600, maka data tersebut dinyatakan reliabel. Namun,
apabila kurang dari 0.600, maka data tersebut dianggap tidak reliabel (Nugroho,
2005:72).
Untuk mengukur variabel tipe preferensi risiko, peneliti menggunakan
kuesioner yang telah baku. Yaitu kuesioner yang disusun oleh Sembel yang
peneliti peroleh dari Putra (2011). Kuesioner ini telah teruji validitas dan
reliabilitasnya. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya peneliti yang menggunakan
kuesioner tersebut untuk mengukur variabel preferensi risiko investor, beberapa
diantaranya yaitu Agustina (2009), Indrayana (2011), Kusuma (2011) dan Putra
(2011). Oleh karena telah teruji validitas dan reliabilitas-nya, peneliti tidak perlu
menguji ulang reliabilitas dan validitas kuesioner tersebut
(http://fourseasonnews.blogspot.com).
25
Variabel efikasi diri diukur dengan kuesioner yang digunakan sebelumnya
oleh Padan (2009) dengan dilakukan penyesuaian. Sebelum menyebarkan
kuesioner efikasi diri kepada responden, dilakukan pretest terhadap 20 orang
responden terlebih dahulu. Tujuan dilakukan pretest adalah untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tertera
di dalam kuesioner. Dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas, maka dapat
diketahui sejauh mana pemahaman responden tersebut.
Uji Validitas Pretest Efikasi Diri
Dengan menggunakan jumlah responden pretest sebanyak 20 responden,
maka nilai r-tabel dapat diperoleh melalui degree of freedom (df) = n – 2. N
merupakan jumlah kasus dalam suatu variabel. Sehingga df = 20 – 2 = 18, maka
r-tabel = 0,4438. Butir pertanyaan dikatakan valid apabila nilai r-hitung yang
didapat dari Corrected Item – Total Corellation lebih besar dari r-tabel. Analisis
output dapat dilihat pada tabel 8 di bawah.
26
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation Keterangan
ED1 75.5714 41.757 .046 Tidak Valid ED2 74.8571 40.129 .363 Tidak Valid ED3 75.1905 42.362 .014 Tidak Valid ED4 75.6190 37.548 .515 Valid ED5 75.7619 38.890 .364 Tidak Valid ED6 75.4762 39.062 .351 Tidak Valid ED7 75.7143 36.014 .657 Valid ED8 76.5714 40.357 .080 Tidak Valid ED9 75.4286 40.457 .248 Tidak Valid ED10 75.1429 39.329 .414 Tidak Valid ED11 75.6667 37.933 .406 Tidak Valid ED12 75.2857 40.214 .273 Tidak Valid ED13 75.2857 38.714 .412 Tidak Valid ED14 75.4762 36.962 .491 Valid ED15 75.5238 40.362 .186 Tidak Valid ED16 75.3810 39.348 .321 Tidak Valid ED17 75.7143 37.614 .332 Tidak Valid ED18 75.4286 37.257 .538 Valid ED19 75.4286 37.557 .502 Valid ED20 75.5238 37.062 .461 Valid
Nilai r Tabel = 0.4438
Hasil SPSS di atas menunjukkan bahwa item pertanyaan ED1, ED2, ED3,
ED5, ED6, ED8, ED9, ED10, ED11, ED12, ED13, ED15, ED16, dan ED17 tidak
dapat digunakan dalam penelitian ini. Semua item tersebut masing-masing
mempunyai nilai Corrected Item-Total Correlation lebih kecil dari r-tabel. Item
pertanyaan yang memenuhi persyaratan valiliditas adalah ED4, ED7, ED14,
ED18, ED19, dan ED20. Keenam item pertanyaan tersebut masing-masing
mempunyai nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r-tabel.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari 20 item pertanyaan dalam kuesioner
pretest efikasi diri terdapat 6 item pertanyaan yang valid dan dapat digunakan
dalam analisis data selanjutnya. Jika dilakukan proporsi, maka 30,00% dari
jumlah total item pertanyaan efikasi diri yang dibagikan kepada responden pretest
Tabel 8. Hasil Pengolahan Validitas Efikasi Diri
Sumber: data diolah (2012)
27
merupakan item pertanyaan yang mampu mengukur variabel efikasi diri. Item
pertanyaan yang tidak dapat digunakan untuk mengukur variabel efikasi diri
dalam kuesioner pretest berjumlah 70,00% dari total item pertanyaan efikasi diri.
Tabel 9. Persentase Hasil Validitas Efikasi Diri Item Pertanyaan Valid Item Pertanyaan Tidak Valid Total
ED4, ED7, ED14, ED18, ED19, ED20
ED1, ED2, ED3, ED5, ED6, ED8, ED9, ED10, ED11, ED12, ED13,
ED15, ED16, ED17 20
30.00% 70.00% 100.00% Sumber: data diolah (2012) Uji Reliabilitas Pretest Efikasi Diri
Pengukuran reliabilitas dilakukan untuk menilai sejauh mana instrumen
(kuesioner) yang telah dibuat oleh peneliti dapat diandalkan untuk mencapai
tujuan penelitian. Apabila alat ukur yang sama digunakan untuk mengamati lebih
dari satu kali, hasil pengamatan-pengamatan tersebut seharusnya sama. Jika
hasilnya berbeda-beda atau tidak sama, maka alat ukur tersebut dinyatakan tidak
reliabel.
Dari 20 item pertanyaan, yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah
sejumlah 6 item pertanyaan yang telah valid.
Tabel 10. Hasil Pengolahan Reliabilitas Efikasi Diri
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.802 .805 6
Sumber: data diolah (2012)
Berdasarkan hasil uji reliabilitas di atas, terlihat bahwa nilai Cronbach’s
Alpha untuk variabel efikasi diri adalah sebesar 0,802. Karena lebih besar dari
28
0,60, maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir pertanyaan terkait dengan efikasi
diri adalah reliabel.
Analisis Deskriptif
Jenis Pekerjaan terhadap Preferensi Risiko
Tabel 11 dibawah memaparkan secara detail jumlah sampel yang memiliki
preferensi risiko tertentu berdasarkan jenis pekerjaan. Dari 31 responden, yang
memiliki preferensi risiko sedang berjumlah 29 orang (93,55%) dan yang
berpreferensi risiko tinggi sebanyak 2 orang (6,45%).
Tabel 11. Kategori Preferensi Risiko Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Total Wirausahawan Karyawan
Swasta PNS Lainnya
Preferensi Sedang Count 13 4 2 10 29 Risiko Tinggi Count 0 1 0 1 2 Total Count 13 5 2 11 31
Sumber: data diolah (2012)
Mayoritas responden dengan preferensi risiko sedang memiliki pekerjaan
sebagai wirausahawan dengan 13 orang responden (42%). Responden dengan
jenis pekerjaan lainnya berjumlah 10 orang responden (36%). Sedangkan 16%
merupakan karyawan swasta dan sisanya, yakni 6% adalah PNS. Terlihat pada
tabel bahwa responden dengan preferensi risiko tinggi berasal dari golongan
karyawan swasta sejumlah 1 orang dan pekerjaan lainnya (pelajar, mahasiswa,
dan ibu rumah tangga) sebanyak 1 orang. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa dari data 31 responden yang terkumpul, mayoritas berpreferensi risiko
sedang dengan berlatar belakang pekerjaan sebagai wirausahawan.
29
Beveridge dan Davidson (1989:143) menyatakan bahwa dalam
menjalankan bisnisnya, seorang wiraswastawan harus mengambil risiko terbatas.
Artinya, wiraswastawan adalah pengambil risiko sedang. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian dimana semua responden yang bekerja sebagai wiraswastawan
berpreferensi risiko sedang.
Di dalam dunia bisnis juga penuh dengan risiko, seperti harga naik turun,
barang tidak terjual, munculnya pesaing. Semua tantangan ini harus dihadapi
dengan penuh perhitungan (Chang, 2010:13) dan berpikir secara realistis
(Beveridge dan Davidson, 1989:143). Sifat penuh perhitungan inilah yang
membuat wirausahawan cenderung bersikap moderat terhadap toleransi risiko.
Selain itu, wirausahawan kurang menyukai risiko yang terlalu rendah karena akan
memperoleh sukses yang relatif rendah. Mereka juga tidak terlalu suka risiko yang
terlalu tinggi. Seperti prinsip high risk high return, low risk low return, untuk
memperoleh sukses yang tinggi selalu ada resiko tinggi yang harus dihadapi.
Sehingga mereka lebih menyukai risiko yang seimbang antara risiko dan return-
nya.
Responden yang berprofesi sebagai karyawan swasta berjumlah 5 orang,
dengan 4 orang memiliki preferensi risiko sedang dan seorang berpreferensi risiko
tinggi. Di lain sisi, responden dengan profesi sebagai Pegawai Negeri Sipil yang
berjumlah 2 orang, juga memiliki preferensi risiko sedang.
Investor yang mendapatkan upah tetap dari pekerjaannya mengganggap
upah yang mereka dapatkan telah mencukupi kebutuhan mereka. Hal ini membuat
mereka merasa tidak perlu menanggung risiko yang terlalu tinggi untuk investasi
30
yang mereka pilih. Karena untuk mendapatkan return yang tinggi, mereka harus
sanggup menanggung risiko yang tinggi pula. Dengan penghasilan mereka yang
tetap, mereka lebih memilih risiko yang sebanding dengan return yang akan
mereka dapatkan (Sultana dan Pardhasaradhi, 2011).
Seperti halnya responden dengan pekerjaan sebagai wirausahawan, jenis
pekerjaan lainnya yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan ibu rumah tangga, juga
didominasi oleh responden berpreferensi risiko sedang. Dari 11 responden yang
termasuk dalam jenis pekerjaan lainnya hanya 1 orang yang berpreferensi risiko
tinggi, sedangkan 10 orang (90,9%) sisanya berpreferensi risiko sedang.
Kesepuluh responden ini terdiri atas 10% pelajar; 70% mahasiswa; dan 20% ibu
rumah tangga.
Efikasi Diri terhadap Preferensi Risiko
Dari tabel Kategori Preferensi Risiko Berdasarkan Efikasi Diri berikut ini,
didapatkan responden berpreferensi risiko sedang cenderung memiliki efikasi diri
yang tinggi dengan 19 orang responden (65,52%). Sedangkan 34,48% (10 orang)
adalah reponden yang memiliki tingkat preferensi risiko sedang dengan efikasi
diri sedang. Preferensi risiko yang tinggi sebanyak 2 orang adalah investor dengan
efikasi diri sedang (1 orang) dan tinggi (1 orang).
31
Tabel 12. Kategori Preferensi Risiko Berdasarkan Efikasi Diri
Efikasi Diri
Total Sedang Tinggi Preferensi Sedang Count 10 19 29 Risiko Tinggi Count 1 1 2 Total Count 11 20 31 Sumber: data primer (2012) Hasil penelitian ini tidak sepenuhnya sejalan dengan penelitian Malinda
(2005) dimana seseorang dengan efikasi diri tinggi akan cenderung ke risk taker.
Dalam penelitian ini responden dengan efikasi diri tinggi berpreferensi risiko
sedang. Sedangkan responden dengan efikasi diri sedang mempunyai preferensi
risiko sedang.
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini memaparkan karakteristik preferensi risiko berdasarkan jenis
pekerjaan dan efikasi diri investor. Berikut adalah beberapa kesimpulan hasil
penelitian:
a. Mayoritas responden memiliki profesi sebagai wirausahawan. Investor dengan
jenis pekerjaan sebagai wirausahawan cenderung memiliki preferensi risiko
sedang. Mereka berani menghadapi risiko yang sebanding dengan return yang
akan diperoleh. Hasil yang sama juga didapatkan untuk jenis pekerjaan
karyawan swasta, PNS, dan profesi lainnya (pelajar, mahasiswa, dan ibu
rumah tangga).
32
b. Investor dengan efikasi diri tinggi dan sedang sama-sama menunjukkan
kecenderungan berpreferensi risiko sedang. Investor hanya akan menanggung
risiko sampai batas tertentu dalam menjalankan investasi mereka. Selain
melihat karakteristik preferensi risiko dari sisi jenis pekerjaan investor,
penelitian ini juga melihat dari sisi efikasi diri investor. Efikasi diri merupakan
keyakinan seseorang akan kesanggupannya menyelesaikan tugas tertentu.
Dalam dunia investasi, seseorang dengan efikasi diri tinggi belum tentu akan
berperilaku berani mengambil risiko. Hal ini terbukti dalam hasil penelitian
ini. Investor dengan efikasi diri tinggi dan sedang cenderung berperilaku
sebagai risk moderat terhadap toleransi risiko investasi.
Implikasi Terapan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis menyarankan kepada para
manajer investasi Outlet Sentra Investasi Danareksa Salatiga sebaiknya ikut
mempertimbangkan karakteristik preferensi risiko berdasarkan jenis pekerjaan dan
efikasi diri dalam melakukan pengambilan keputusan investasi. Dengan
mengetahui karakteristik tersebut, manajer investasi dapat menawarkan produk
investasi yang sesuai bagi investor mereka. Di samping itu, pengetahuan
mengenai karakteristik preferensi risiko ini bermanfaat bagi investor. Melalui
karakteristik preferensi risiko, investor dapat menentukan jenis investasi yang
tepat bagi dirinya. Sehingga dapat mengurangi risiko kerugian investasi.
33
Implikasi Teori
Hasil penelitian ini menambah wacana mengenai karakteristik investor
seperti jenis pekerjaan dan efikasi dirinya terhadap toleransi risiko dalam
berinvestasi. Sejalan dengan pendapat Beveridge dan Davidson (1989), bahwa
wirausahawan mengambil risiko terbatas dalam menjalankan bisnisnya. Di dalam
penelitian ini sebagian besar responden yang berprofesi sebagai wirausahawan
terbukti berpreferensi risiko sedang, dimana risiko yang sanggup ditanggung
dalam menjalankan investasinya terbatas.
Investor dengan jenis pekerjaan lainnya (pelajar, mahasiswa, dan ibu
rumah tangga) cenderung berpreferensi risiko sedang. Begitupula dengan
responden yang berprofesi sebagai karyawan swasta dan Pegawai Negeri Sipil
dimana mereka juga cenderung berperilaku risk moderate.
Dari penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa efikasi diri yang tinggi
pada investor belum tentu membuat investor tersebut berperilaku risk taker.
Sebagian besar responden dengan efikasi diri tinggi hanya memiliki tingkat
preferensi risiko sedang. Hasil ini berbeda dengan penelitian Malinda (2005) yang
mengungkapkan bahwa investor dengan efikasi diri tinggi akan berperilaku risk
taker.
Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat
dihindari oleh peneliti. Adapun keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut:
34
1. Peneliti tidak memasukkan pertanyaan mengenai jenis investasi kepada
para responden.
2. Penelitian ini hanya mengamati karakteristik preferensi risiko berdasarkan
jenis pekerjaan dan efikasi diri investor saja.
3. Dengan responden yang terbatas jumlahnya, peneliti merasa hasil
penelitian yang dicapai belum sepenuhnya mencerminkan karakteristik
preferensi risiko investor yang sebenarnya apabila dilihat dari jenis
pekerjaan dan efikasi diri.
Penelitian Mendatang
Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan penelitian yang telah diuraikan
sebelumnya, maka pada penelitian mendatang diharapkan untuk:
1. Mengamati pula jenis investasi yang diambil oleh investor sesuai dengan
preferensi risiko mereka.
2. Manambahkan faktor demografi lainnya, seperti keyakinan, suku, ras,
status perkawinan, jumlah anggota keluarga, penghasilan per bulan, dan
tingkat pendidikan yang dikaitkan dengan kesanggupan investor dalam
menanggung risiko investasi.
3. Memperluas cakupan responden, sehingga hasil yang diperoleh dapat
mencerminkan keadaan yang sebenarnya (tidak bias).
35
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Amita, 2009, Profil Kepribadian dan Preferensi Risiko Investor
dalam Investasi Aset Finansial (Studi pada Pegawai Badan Usaha Milik
Negara di Salatiga), Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).
Alderfer, Clayton P. dan Harold Bierman Jr., 1970, Choices with Risk: Beyond
the Mean and Variance, Business of Journal, Vol. 43, Juli, pp. 341-353.
Bandura, Albert, 1997, Self-Efficacy: Exercise of Control, New York: W. H.
Freeman and Company.
Barber, M. dan Odean Terrance, 2001, Boys Will Be Boys : Gender,
Overconvidence, And Common Stock Investment, The Quarterly Journal
of Economics, Vol. 116, Juni, pp. 261-292.
Beveridge, Don Jr. dan Jeffrey P. Davidson, 1989, Tantangan Berprestasi:
Menjadi Nomor Satu dalam Bisnis, Jakarta: Binarupa Aksara.
Biyanto, Frasto, 2003, Hubungan Pembingkaian Informasi Anggaran, Tanggung
Jawab, dan Pengalaman Terhadap Pilihan Keputusan pada Investasi
Berisiko, Jurnal Akuntansi dan Manajemen STIE YKPN, April.
Cahyadi, Sonny Mey, 2010, Pengaruh Faktor Demografi terhadap Perilaku
Investor dan Jenis Investasi, Skripsi Program S1 Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Perbanas.
Chang, Pa’e Pay, 2010, Membangun Bisnis yang Berhasil dan Seluk Beluk
Bisnis Pribumi, Keturunan Cina dan Jepang, Pena Saran Publishing.
Darmawi, Herman, 2006, Manajemen Risiko, Jakarta: Bumi Aksara.
36
Engko, Cecilia, 2006, Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Individual
dengan Self Esteem dan Self Efficacy sebagai Variabel Intervening,
Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang 1 Universitas Pattimura
Padang, 23-26 Agustus 2006 K-AMEN 06.
Evans, Jeffrey, 2004, Wealthy Investor Attitudes, Expectations, and Behaviors
Toward Risk and Returns, Journal of Wealth Management, Vol. 7, pp.
12-18.
Evelin, Farida, 2010, Pengaruh Adverse Selection, Pembingkaian Negatif, dan
Self Efficacy terhadap Eskalasi Komitmen Proyek Investasi yang Tidak
Menguntungkan, Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol.21, No. 2,
Agustus, pp. 181-198.
Fahmi, Irham, 2006, Analisis Investasi dalam Perspektif Ekonomi dan Politik,
Bandung: PT Refika Aditama.
Feist, Jess dan G. J. Feist, 2010, Teori Kepribadian, Jakarta: Salemba Humanika.
Halim, Abdul, 2005, Analisis Investasi, Jakarta: Salemba Empat.
Hartono, Jogiyanto, 1998, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta:
BPFE.
, 2009, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta: BPFE.
Hsee, Christopher dan Elke U. Weber, 1998, Cross-cultural Differences in Risk
Perception, but Cross-cultural Similarities in Attitudes Towards Perceived
Risk, Management Science, Vol. 44, No. 9, September, pp. 1205-1217.
http://dcoins.co.id/index.php/id/penelitian/trader-aktif-disini (diunduh pada 15
Oktober 2011).
37
http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/05/pengertian-uji-validitas-
kuesioner.html (diunduh pada 3 September 2012).
http://jeffy-louis.blogspot.com/2011/02/efikasi-diri.html (diunduh pada 17
September 2011).
Indrayana, 2011, Tipe Kepribadian dan Preferensi Risiko Investor dalam
Investasi Aset Financial (Studi pada Investor Outlet Sentra Investasi
Danareksa Salatiga dan PT. Fasting Futures Semarang), Skripsi
Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana (tidak dipublikasikan).
Kusuma, Surya Probo, 2011, Framming Effect dan Preferensi Risiko dalam
Pengambilan Keputusan Investasi Pedagang Kaki Lima di Salatiga,
Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen
Satya Wacana (tidak dipublikasikan).
Kotler, Philip, 1987, Dasar-Dasar Pemasaran, Jakarta: Intermedia.
Lewellen, Wilbur, Ronald C Lease dan Gary G. Schlarbaum, 1977, Patterns of
Investment Strategy and Behavior Among Individual Investors, The
Journal of Business, Vol. 50, Juli, pp. 296-333.
Malinda, Maya, 2005, Investasi Keuangan dengan Pedoman “CUKUP”.
Nugroho, Bhuono Agung, 2005, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik
Penelitian dengan SPSS, Yogyakarta: Penerbit Andi.
Padan, Widya Hiltraut, 2009, Pengaruh Sensation Seeking dan Self Efficacy
terhadap Motivasi Mendaki Gunung pada Para Pendaki Gunung,
Skripsi Program S1 Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana
(tidak dipublikasikan).
38
Pawlowski et al., 2008, Sex Differences in Everyday Risk-Taking Behavior in
Humans. Evolusionary Psychology, Vol. 6, No. 1.
Pratomo, Eko Priyo et al., 2001, Reksa Dana: Solusi Perencanaan Investasi di
Era Modern, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Putra, Bima Ekawarna, 2011, Analisis Ciri Kepribadian dan Preferensi Risiko
pada Pedagang di Salatiga, Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).
Sawitri, Dian Ratna, 2009, Pengaruh Status Identitas dan Efikasi Diri Keputusan
Karir terhadap Keraguan Mengambil Keputusan Karir pada Mahasiswa
Tahun Pertama di Universitas Diponegoro, Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5,
No. 2, Desember.
Slovic, Paul, 1972, Psychological Study of Human Judgment: Implications for
Investment Decision Making, Journal of Finance, Vol. 27, September, pp.
779-799.
Sultana dan Pardhasaradhi, 2011, An Empirical Investigation of the Relation
Between Risk Tolerance and Socioeconomic Characteristics of Individual
Investors, Advances in Management, Vol. 4, Oktober, pp. 60-65.
Triono, Wahyudi Pujo, 2010, Pengaruh Faktor Psikologi terhadap Perilaku
Investor dan Jenis Investasi, Skripsi Program S1 Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Perbanas.
Zarutskie, Rebecca, 2008, The role of top management team human capital in
venture capital markets: evidence from first‐time funds. SSRN Accepted
Paper Series.