KARAKTERISTIK KOLOM PASIR GROUTING SEBAGAI METODE ...
Transcript of KARAKTERISTIK KOLOM PASIR GROUTING SEBAGAI METODE ...
KARAKTERISTIK KOLOM PASIR GROUTING SEBAGAIMETODE PERKUATAN TANAH LEMPUNG KEPASIRAN
CHARACTERISTIC OF GROUTED SAND COLUMN AS
A METHOD FOR SANDY CLAY SOIL STRENGTHEN
NOOR DHANI
PROGRAM PASCASARJANAPROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2013
KARAKTERISTIK KOLOM PASIR GROUTING SEBAGAI METODEPERKUATAN TANAH LEMPUNG KEPASIRAN
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister Teknik
Program Studi
Teknik Sipil
Disusun dan Diajukan Oleh
NOOR DHANI
Kepada
PROGRAM PASCA SARJANAUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2013
TESIS
KARAKTERISTIK KOLOM PASIR GROUTINGSEBAGAI METODE PERKUATANTANAH LEMPUNG KEPASIRAN
Disusun dan diajukan oleh
NOOR DHANI
Nomor Pokok P2305211402
telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis
pada tanggal 01 Agustus 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui
Komisi Penasihat,
Prof. Dr. Ir. Lawalenna S, MS., M.Eng. Ir. Achmad Bakri Muhiddin, M.Sc., Ph.D.Ketua Anggota
Ketua Program StudiTeknik Sipil,
Dr. Rudy Djamaluddin, ST., M.Eng
Direktur Program PascasarjanaUniversitas Hasanuddin.
Prof. Dr. Ir. Mursalim, M.Sc
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Noor Dhani
Nomor mahasiswa : P230 5211 402
Program studi : Teknik Sipil
Konsentrasi : Geoteknik
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis
ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar, 08 Agustus 2013Yang menyatakan,
Noor Dhani
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala
dengan selesainya tesis ini.
Gagasan yang melatari tajuk permasalahan ini timbul dari hasil
pengamatan kejadian kerusakan tanah dasar perencanaan konstruksi
bangunan disebabkan oleh kurangnya daya dukung dari tanah dasar
sehingga penulis melakukan penelitian di laboratorium mekanika tanah
untuk menganalisis pengaruh kolom pasir grouting, diharapkan hasil
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti selanjutnya serta
merupakan sumbangsi pemikiran perkembangan teknologi perkuatan
tanah.
Banyak kendala yang di hadapi oleh penulis dalam rangka
penyusunan tesis ini, berkat bantuan berbagai pihak maka tesis ini dapat
selesai. Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan
terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Lawalenna
Samang, MS., M.Eng. sebagai Ketua Komisi Penasihat dan Bapak Ir.
Achmad Bakri Muhiddin, M.Sc., Ph.D. sebagai Anggota Komisi Penasihat
atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mulai dari
pengembangan minat terhadap permasalahan penelitian ini, pelaksanaan
penelitian sampai dengan penulisan tesis ini. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Bapak Laode Muhammad Arsal, S.Sos., M.Si. selaku
Rektor Universitas Dayanu Ikhsanuddin atas bantuan, perhatian dan
vi
dorongannya. Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Program Studi
Teknik Sipil Konsentrasi Geoteknik angkatan 2011. Rekan-rekan
mahasiswa Pascasarjana Program Studi Teknik Mesin angkatan 2011 dan
2012 yang telah banyak membantu dalam proses penelitian. Ucapan
terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada orang tua tercinta,
saudara-saudara penulis atas doa dan dorongan moril yang telah
diberikan. Ucapan terimakasihku yang tak terhingga untuk istriku tercinta
Wa Nurnia, SE. dan anak-anakku Alfi Thojonk Kofeilino dan Irfi Auwwalil
Nur atas segala kesabarannya.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat dan digunakan untuk pengembangan wawasan serta
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua termasuk penelitian lebih
lanjut.
Makassar, 08 Agustus 2013
Noor Dhani
Nama Penulis : Noor Dhani
KARAKTERISTIK KOLOM PASIR GROUTING SEBAGAI METODEPERKUATAN TANAH LEMPUNG KEPASIRAN
NOOR DHANI. Karakteristik Kolom Pasir Grouting Sebagai Metode Perkuatan TanahLempung Kepasiran (dibimbing oleh H. Lawalenna Samang dan Achmad BakriMuhiddin)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji karakteristik sifat fisik dan mekanis tanahlempung kepasiran, tanah pasir dan sifat mekanis kolom pasir grouting dan mengetahuibesarnya kapasitas dukung yang terjadi pada kolom pasir grouting akibat pengaruh tanahlempung kepasiran disekitarnya serta mengevaluasi pola deformasi sistem pondasi kolompasir grouting terhadap kekuatan daya dukung tanah lempung kepasiran.
Pengujian karakteristik tanah, pasir dan kolom pasir grouting menggunakan standarSNI dan ASTM. Metode experimental pengembangan pengujian dilakukan dalam mengujirancangan model perkuatan dalam bak selinder fiberglass uji dengan ukuran 60x60x50 cm.Dirancang sebuah model perkuatan tanah dasar dengan jarak variasi kedalaman kolom pasirgrouting 20, 30 dan 40 cm yang mendukung tanah dasar dan diuji dengan pelat pembebanansebagai beban merata. Untuk menginvestigasi efektifitas dari kolom pasir grouting yangdapat mereduksi penurunan tanah digunakan Metode Elemen Hingga.
Dari hasil pengujian yang dilakukan, pola penurunan tanah dasar yang terjadi denganadanya perkuatan kolom pasir grouting dapat mereduksi penurunan yang terjadi akibat adanyapembebanan dan terjadinya peningkatan daya dukung seiring dengan penambahan kedalamanperkuatan kolom pasir grouting. Efektifitas dari penggunaan perkuatan kolom pasir groutingbaik untuk digunakan, dimana semakin dalam perkuatan kolom pasir grouting yangdigunakan untuk mendukung tanah dasar, semakin besar penurunan yang dapat direduksi danpeningkatan daya dukung tanah semakin besar. Dari hasil validasi model laboratorium dananalisa numerik dimana dibandingkan pengujian laboratorium dan analisa PLAXIS 2D dan3D, perkuatan kolom pasir grouting sebagai perkuatan pada tanah dasar dengan penggunaanmodel kolom dengan kedalaman yang bervariasi menghasilkan garis yang membentuk sudut45 derajat tidak terjadi penyimpangan yang besar.
Kata kunci : Kolom pasir grouting, pasir-semen, penurunan, uji plat pembebanan.
Writer : Noor Dhani
CHARACTERISTIC OF GROUTED SAND - COLUMNTO STRENGTHEN SANDY CLAY SOIL
(Preceptor : H. Lawalenna Samang and Achmad Bakri Muhiddin)
ABSTRACT
This study aims to examine the characteristics of the physical and mechanicalproperties, know the size and carrying capacity, evaluate the deformation patterns of groutedsand column foundation system.
Testing using SNI and ASTM standards. Experimental testing methods designed testcylinder models retrofitting tub dimensions 60x60x50 cm. Designed a model of soilreinforcement on the basis of variations in the depth of the grouted sand column 20, 30, 40 cmsoil which supports basic and tested with the loading plate. To investigate the effectiveness ofgrouted sand column fields to reduce soil degradation used the Finite Element Method.
From the results of tests performed, the pattern of decline that occurs with the basicsoil reinforcement grouted sand column can reduce the decline due to the increased loadingand carrying capacity with the addition of depth along the reinforcement grouted sandcolumn. Strengthening the effectiveness of the use of grouted sand column to good use, wherethe retrofitting of insulation in grouted sand column used to support the basic soil, the greaterthe reduction that can be reduced and increase the carrying capacity of the land. Validation ofthe results of laboratory models and numerical analysis which compared PLAXIS 2D and 3Dlaboratory testing and analysis, grouted sand column reinforcement as reinforcement in sandsubgrade with the use of the model into a column with varying yield results that are not muchdifferent.
Keywords : Grouted sand column, sand-cement, reduction, plate loading test.
KARAKTERISTIK KOLOM PASIR GROUTINGSEBAGAI METODE PERKUATAN TANAH LEMPUNG KEPASIRAN
CHARACTERISTIC OF GROUTED SAND - COLUMNTO STRENGTHEN SANDY CLAY SOIL
Noor Dhani1), Lawalenna Samang2), Achmad Bakri Muhiddin2)
1)Mahasiswa Pascasarjana, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Makassar2)Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Makassar
ABSTRAK
Tanah memiliki sifat dasar, seperti penyebaran ukuran butiran, kemampuan mengalirkan air, sifat pemampatanbila dibebani (compressibility), kekuatan geser, kapasitas daya dukung, serta sebagai inovasi dalam mereduksideformasi tanah dan penurunan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji karakteristik sifat fisik dan mekanis,mengetahui besarnya kapasitas dukung serta, mengevaluasi pola deformasi sistem pondasi kolom pasir grouting.Pengujian menggunakan standar SNI dan ASTM. Metode experimental dirancang model perkuatan bak ujiselinder dimensi 60x60x50 cm. Dirancang sebuah model perkuatan tanah dasar dengan variasi kedalamankolom pasir grouting 20, 30, 40 cm yang mendukung tanah dasar dan diuji dengan pelat pembebanan. Untukmenginvestigasi efektifitas kolom pasir grouting yang dapat mereduksi penurunan tanah digunakan MetodeElemen Hingga.
Untuk menginvestigasi efektifitas dari kolom pasir grouting yang dapat mereduksi penurunan tanah digunakanMetode Elemen Hingga. Hasil dari pengujian pada model fisik skala labolatorium menunjukkan bahwaperkuatan kolom pasir grouting sangat efektif dalam mendukung tanah dasar yang berada diatas sampel tanah.Selama pengujian pembebanan, tanah dasar hanya mengalami deformasi yang sangat kecil. Sementara kolompasir grouting memberikan dukungan yang cukup signifikan dalam mendukung menahan beban vertical akibatbeban yang diberikan selama pengujian.
Kata kunci : Kolom pasir grouting, pasir-semen, penurunan, uji plat pembebanan.
ABSTRACT
Basic soil properties, such as grain size distribution, water flow capacity, compression properties when loaded(compressibility), shear strength, bearing capacity, as well as innovation in reducing soil deformation anddecline. This study aims to examine the characteristics of the physical and mechanical properties, know the sizeand carrying capacity, evaluate the deformation patterns of grouted sand column foundation system. Testingusing SNI and ASTM standards. Experimental testing methods designed test cylinder models retrofitting tubdimensions 60x60x50 cm. Designed a model of soil reinforcement on the basis of variations in the depth of thegrouted sand column 20, 30, 40 cm soil which supports basic and tested with the loading plate. To investigatethe effectiveness of grouted sand column fields to reduce soil degradation used the Finite Element Method.
To investigate the effectiveness of grouted sand column which can constantly reduce soil degradation used theFinite Element Method. Results of tests on laboratory scale physical model shows that retrofitting insulationgrouted sand column being very effective in supporting the subgrade which is above the soil sample. Duringload testing, subgrade deforms only very small. While the grouted sand column consistently provide significantsupport in favor of vertical load bearing due to load given during the test.
Keywords : Grouted sand column, sand-cement, reduction, plate loading test.
ix
DAFTAR ISI
halaman
PRAKATA
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
v
vii
viii
ix
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
xii
xv
DAFTAR PERSAMAAN xxiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 4
E. Batasan Masalah 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Umum 6
B. Karakteristik dan Komposis Tanah
C. Daya Dukung Tanah Lempung
7
14
D. Daya Dukung Tanah Pasir
E. Portland Composite Cement (PCC)
21
24
x
F. Kolom Semen-Pasir (Soil-Cement Columns)
G. Perbaikan Tanah Dengan Metode Grouting
25
27
H. Matriks Penelitian Terdahulu
I. Kerangka Konsep Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
32
43
44
A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan 44
B. Kerangka Alir Penelitian 45
C. Rancangan Sampling dan Data Penelitian
1. Persiapan material dasar
2. Persiapan bahan dan alat
3. Pelaksanaan penelitian
48
48
48
53
D. Analisa Data dan Validasi Numerik
1. Data input plaxis 2D V8.2
2. Perhitungan validasi numerik
62
62
76
E. Definisi Operasional Variabel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Tanah Lempung Kepasiran
1. Sifat karakteristik tanah lempung kepasiran
2. Sifat mekanis tanah lempung kepasiran
3. Klasifikasi Tanah
B. Karakteristik Tanah Pasir Uji Model Kolom Pasir
1. Sifat karakteristik tanah pasir
2. Sifat mekanis tanah pasir
82
85
85
86
88
90
91
92
94
xi
C. Hasil Uji Model Laboratorium Perkuatan Tanah DasarTipe Kolom Pasir Grouting
1. Pola deformasi pembebanan dan penurunan hasilpengujian laboratorium
2. Pola pembebanan dan deformasi tanah dasarpengujian laboratorium
D. Hasil Uji Model Analisa Numerik Plaxis Perkuatan TanahDasar Tipe Kolom Pasir Grouting
1. Pola deformasi pembebanan dan penurunan hasilanalisa numerik plaxis
E. Diagram Arah Gaya Tanah Dasar Hasil Analisa NumerikPlaxis
1. Pola deformasi analisa numerik plaxis tanah dasartanpa perkuatan kolom pasir grouting
2. Pola deformasi analisa numerik plaxis tanah dasardengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 20 cm
3. Pola deformasi analisa numerik plaxis tanah dasardengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 30 cm
4. Pola deformasi analisa numerik plaxis tanah dasardengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 40 cm
F. Validasi Hasil Dengan Kurve Penurunan AnalisaNumerik Plaxis dan Penurunan Uji ModelLaboratorium
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
97
97
102
114
114
122
122
126
131
137
145
149
149
151
152
xii
xv
DAFTAR GAMBAR
nomor halaman
1
2
3
Peta penyebaran tanah lunak di indonesia
Tanah lempung kepasiran
Diagram fase tanah
6
9
9
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Batas – batas konsistensi tanah
Model pondasi
Grafik hubungan antara beban dan penurunan
Keruntuhan geser menyeluruh dari tanah dibawahpondasi
Keruntuhan setempat menyeluruh dari tanah dibawahpondasi
Penurunan konsolidasi
Pembebanan pondasi dan bentuk bidang geser
Portland composite cement
Sketsa kolom pasir semen
Grouting dari bawah ke atas
Grouting dari atas ke bawah
Kerangka konsep penelitian
Kerangka alir penelitian
Sketsa tampak model pengujian kolom pasir grouting
Tampak model pengujian tanpa perkuatan plat bearing L= 10 cm kolom pasir grouting
Sketsa tampak model pengujian tanpa perkuatan platbearing L = 20 cm kolom pasir grouting
12
18
18
19
19
20
24
25
27
29
31
43
47
57
57
58
xvi
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Sketsa tampak model pengujian dengan perkuatan platbearing L = 10 cm kolom pasir groutingkedalaman 20 cm
Sketsa tampak model pengujian dengan perkuatan platbearing L = 20 cm kolom pasir groutingkedalaman 20 cm
Sketsa tampak model pengujian dengan perkuatan platbearing L = 10 cm kolom pasir groutingkedalaman 30 cm
Sketsa tampak model pengujian dengan perkuatan platbearing L = 20 cm kolom pasir groutingkedalaman 30 cm
Sketsa tampak model pengujian dengan perkuatan platbearing L = 10 cm kolom pasir groutingkedalaman 40 cm
Sketsa tampak model pengujian dengan perkuatan platbearing L = 20 cm kolom pasir groutingkedalaman 40 cm
Menu open program plaxis
Menu general settings program plaxis
Menu general settings pada dimensi satuan
Penggambaran area garis geometri
Menu beban untuk menerapkan kondisi batas standar
Menu plate sebagai pada menu geometri
Lembar-tab general dari jendela kumpulan data tanahdan antar muka
Perubahan warna klaster setelah data material di Dragke dalam klaster
Menu generate mesh deformasi
Menu ko-procedure generate initial stresses
58
59
59
60
60
63
63
64
64
66
67
67
70
71
72
74
xvii
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
Menu modus konfigurasi geometri update initial soilstresses
Jendela perhitungan dengan lembar-tab general
Jendela perhitungan dengan lembar-tab general
Jendela pengaktifan beban pada tahapan calculation
Jendela pemilihan titik untuk kurva
Jendela informasi perhitungan
Jaringan elemen terdeformasi
Jaringan elemen terdeformasi dalam mode arrows
Jaringan elemen terdeformasi dalam mode shadings
Contoh out put gambar kolom perkuatan tanah padapondasi menggunakan program plaxis 3D
Grafik analisa butiran tanah
Grafik hubungan kadar air dan berat isi kering tanah asli
Grafik kuat tekan bebas sampel tanah
Pola retak sampel tanah yang terjadi setelah di uji
Grafik geser langsung sampel tanah
Grafik analisa butiran pasir
Grafik hubungan kadar air dan berat isi kering pasir
Grafik kuat tekan bebas kolom pasir grouting
Pola retak kolom pasir grouting yang terjadi setelah di uji
Grafik geser langsung kolom pasir grouting
Foto pengujian sampel
Foto pengujian sampel material kolom pasir grouting
75
76
78
79
80
80
81
81
81
84
87
88
89
89
90
94
95
95
96
97
98
98
xviii
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
Foto pengujian tanah dasar perkuatan kolom pasirgrouting (a) kedalaman 20 cm, (b) kedalaman 30cm dan (c) kedalaman 40 cm
Grafik hasil uji model laboratorium hubungan beban vspenurunan dengan plat bearing diameter 10 cm
Grafik hasil uji model laboratorium hubungan beban vspenurunan dengan plat bearing diameter 20 cm
Foto keruntuhan akibat pembebanan
Grafik hasil uji model hubungan jarak vs deformasisampel tanah tanpa perkuatan dengan platbearing diameter 10 cm
Grafik hasil uji model hubungan jarak vs deformasisampel tanah tanpa perkuatan dengan platbearing diameter 20 cm
Grafik hasil uji model hubungan jarak vs deformasi tanahdasar dengan perkuatan pada kedalaman 20 cmdengan plat bearing dimeter 10 cm
Grafik hasil uji model hubungan jarak vs deformasi tanahdasar dengan perkuatan pada kedalaman 20 cmdengan plat bearing dimeter 20 cm
Grafik hasil uji model hubungan jarak vs deformasi tanahdasar dengan perkuatan pada kedalaman 30 cmdengan plat bearing dimeter 10 cm
Grafik hasil uji model hubungan jarak vs deformasi tanahdasar dengan perkuatan pada kedalaman 30 cmdengan plat bearing dimeter 20 cm
Grafik hasil uji model hubungan jarak vs deformasi tanahdasar dengan perkuatan pada kedalaman 40 cmdengan plat bearing dimeter 10 cm
Grafik hasil uji model hubungan jarak vs deformasi tanahdasar dengan perkuatan pada kedalaman 40 cmdengan plat bearing dimeter 20 cm
Gambar geometrik plaxis 2D (a). tanah dasar tanpaperkuatan plat bearing diameter 10 cm, (b).
99
100
100
102
103
104
106
107
109
110
112
113
116
xix
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
tanah dasar tanpa perkuatan plat bearingdiameter 20 cm, (c). dengan perkuatankedalaman 40 cm - plat bearing diameter 10 cm,& (d). dengan perkuatan kedalaman 40 cm - platbearing diameter 20 cm
Gambar geometrik plaxis 3D (a). model tanah dasartanpa perkuatan plat bearing diameter 10 cm,(b). dengan perkuatan kedalaman 40 cm - platbearing diameter 10 cm.
Diagram pola deformasi tanah dasar (a). pola deformasitanpa perkuatan (plaxis 2D), (b). pola deformasidengan perkuatan (plaxis 2D) (c). poladeformasi plaxis 3D, & (d). pola deformasi plaxis3D dalam mode potongan (cross section).
Grafik hasil uji model analisa numerik plaxis hubunganbeban vs penurunan tanpa perkuatan – platbearing diameter 10 cm
Grafik hasil uji model analisa numerik plaxis hubunganbeban vs penurunan tanpa perkuatan – platbearing diameter 20 cm
Grafik hasil uji model analisa numerik plaxis hubunganbeban vs penurunan, dengan perkuatankedalaman 20 cm – plat bearing diameter 10 cm
Grafik hasil uji model analisa numerik plaxis hubunganbeban vs penurunan, dengan perkuatankedalaman 20 cm – plat bearing diameter 20 cm
Grafik hasil uji model analisa numerik plaxis hubunganbeban vs penurunan, dengan perkuatankedalaman 30 cm – plat bearing diameter 10 cm
Grafik hasil uji model analisa numerik plaxis hubunganbeban vs penurunan, dengan perkuatankedalaman 30 cm – plat bearing diameter 20 cm
Grafik hasil uji model analisa numerik plaxis hubunganbeban vs penurunan, dengan perkuatankedalaman 40 cm – plat bearing diameter 10 cm
Grafik hasil uji model analisa numerik plaxis hubungan
116
117
118
119
119
119
120
120
120
121
xx
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
beban vs penurunan, dengan perkuatankedalaman 40 cm – plat bearing diameter 20 cm
Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasartanpa perkuatan – plat bearing diameter 10 cm(plaxis 2D)
Diagram Arah Gaya Shadings Deformasi Total TanahDasar Tanpa Perkuatan – Plat Bearing Diameter10 Cm (Plaxis 2D)
Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasartanpa perkuatan – plat bearing diameter 10 cm(plaxis 3D)
Diagram arah gaya shadings deformasi total tanah dasartanpa perkuatan – plat bearing diameter 10 cm(plaxis 3D)
Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasartanpa perkuatan – plat bearing diameter 20 cm(plaxis 2D)
Diagram arah gaya shadings deformasi total tanah dasartanpa perkuatan – plat bearing diameter 20 cm(plaxis 2D)
Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasartanpa perkuatan – plat bearing diameter 20 cm(plaxis 3D)
Diagram arah gaya shadings deformasi total tanah dasartanpa perkuatan – plat bearing diameter 20 cm(plaxis 3D)
Diagram arah gaya arrows deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 20 cm – plat bearing diameter 10 cm(plaxis 2D)
Diagram arah gaya shadings deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 20 cm – plat bearing diameter 10 cm(plaxis 2D)
Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah
123
123
123
124
125
125
125
126
127
128
128
xxi
92
93
94
95
96
97
98
99
dasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 20 cm – plat bearing diameter 10 cm(plaxis 3D)
Gambar (a) diagram arah gaya shadings deformasi totaltanah dasar (b) cross section shadingsdeformasi total tanah dasar dengan perkuatankolom pasir grouting kedalaman 20 cm – platbearing diameter 10 cm (plaxis 3D)
Diagram arah gaya arrows deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 20 cm – plat bearing diameter 20 cm(plaxis 2D)
Diagram arah gaya shadings deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 20 cm – plat bearing diameter 20 cm(plaxis 2D)
Diagram arah gaya arrows deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 20 cm – plat bearing diameter 20 cm(plaxis 3D)
Gambar (a) diagram arah gaya shadings deformasi totaltanah dasar (b) cross section shadingsdeformasi total tanah dasar dengan perkuatankolom pasir grouting kedalaman 20 cm – platbearing diameter 20 cm (plaxis 3D)
Diagram arah gaya arrows deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 30 cm – plat bearing diameter 10 cm(plaxis 2D)
Diagram arah gaya shadings deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 30 cm – plat bearing diameter 10 cm(plaxis 2D)
Diagram arah gaya arrows deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 30 cm – plat bearing diameter 10 cm(plaxis 3D)
128
130
130
130
131
133
133
134
xxii
100
101
102
103
104
105
106
107
108
Gambar (a) diagram arah gaya shadings deformasi totaltanah dasar (b) cross section shadingsdeformasi total tanah dasar dengan perkuatankolom pasir grouting kedalaman 30 cm – platbearing diameter 10 cm (plaxis 3D)
Diagram arah gaya arrows deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 30 cm – plat bearing diameter 20 cm(plaxis 2D)
Diagram arah gaya arrows deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 30 cm – plat bearing diameter 20 cm(plaxis 2D)
Diagram arah gaya arrows deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 30 cm – plat bearing diameter 20 cm(plaxis 3D)
Gambar (a) diagram arah gaya shadings deformasi totaltanah dasar (b) cross section shadingsdeformasi total tanah dasar dengan perkuatankolom pasir grouting kedalaman 30 cm – platbearing diameter 20 cm (plaxis 3D)
Diagram arah gaya arrows deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 40 cm – plat bearing diameter 10 cm(plaxis 2D)
Diagram arah gaya shadings deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 40 cm – plat bearing diameter 10 cm(plaxis 2D)
Diagram arah gaya arrows deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 40 cm – plat bearing diameter 10 cm(plaxis 3D)
Gambar (a) diagram arah gaya shadings deformasi totaltanah dasar (b) cross section shadingsdeformasi total tanah dasar dengan perkuatankolom pasir grouting kedalaman 40 cm – plat
134
136
136
136
137
139
139
140
140
xxiii
109
110
111
112
113
114
115
116
bearing diameter 10 cm (plaxis 3D)
Diagram arah gaya arrows deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 40 cm – plat bearing diameter 20 cm(plaxis 2D)
Diagram arah gaya shadings deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 40 cm – plat bearing diameter 20 cm(plaxis 2D)
Diagram arah gaya arrows deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 40 cm – plat bearing diameter 20 cm(plaxis 3D)
Gambar (a) diagram arah gaya shadings deformasi totaltanah dasar (b) cross section shadingsdeformasi total tanah dasar dengan perkuatankolom pasir grouting kedalaman 40 cm – platbearing diameter 20 cm (plaxis 3D)
Grafirk hubungan penurunan hasil uji laboratorium vspenurunan hasil analisa numerik plaxis tanpaperkuatan
Grafirk hubungan penurunan hasil uji laboratorium vspenurunan hasil analisa numerik plaxis denganperkuatan kolom pasir grouting kedalaman 20cm
Grafirk hubungan penurunan hasil uji laboratorium vspenurunan hasil analisa numerik plaxis denganperkuatan kolom pasir grouting kedalaman 30cm
Grafirk hubungan penurunan hasil uji laboratorium vspenurunan hasil analisa numerik plaxis denganperkuatan kolom pasir grouting kedalaman 40cm
142
142
142
143
146
146
147
147
xii
DAFTAR TABEL
nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Hubungan nilai indeks plastisitas dengan jenis tanahmenurut Atterberg
Nilai perkiraan modulus elastisitas tanah
Hubungan antara jenis tanah dan poisson’s ratio
Perbandingan bahan utama semen
Hasil penelitian tentang kolom pasir grouting
Rencana schedulle pelaksanaan penelitian
Daftar alat-alat dan gambar pengujian
Sampel pengujian untuk kolom pasir grouting
Input parameter tanah kolom pasir grouting
Rekapitulasi hasil pemeriksaan karakteristik tanahasli
Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Karakteristik Pasir
Hubungan jarak terhadap deformasi tanah dasartanpa perkuatan hasil uji laboratorium platbearing diameter 10 cm.
Hubungan jarak terhadap deformasi tanah dasartanpa perkuatan hasil uji laboratorium platbearing diameter 20 cm.
Hubungan jarak terhadap deformasi tanah dasardengan perkuatan pada kedalaman 20 cmhasil uji laboratorium plat bearing diameter10 cm.
Hubungan jarak terhadap deformasi tanah dasardengan perkuatan pada kedalaman 20 cmhasil uji laboratorium plat bearing diameter
halaman
12
13
14
24
37
45
49
61
69
85
91
103
104
105
106
xiii
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
20 cm.
Hubungan jarak terhadap deformasi tanah dasardengan perkuatan pada kedalaman 30 cmhasil uji laboratorium plat bearing diameter10 cm.
Hubungan jarak terhadap deformasi tanah dasardengan perkuatan pada kedalaman 30 cmhasil uji laboratorium plat bearing diameter20 cm.
Hubungan jarak terhadap deformasi tanah dasardengan perkuatan pada kedalaman 40 cmhasil uji laboratorium plat bearing diameter10 cm.
Hubungan jarak terhadap deformasi tanah dasardengan perkuatan pada kedalaman 40 cmhasil uji laboratorium plat bearing diameter20 cm.
Input parameter tanah kolom pasir grouting
Input parameter material loading plate
Tabel korelasi penurunan analisa numerik plaxisuntuk tanah dasar tanpa perkuatan – platbearing diameter 10 cm.
Tabel korelasi penurunan analisa numerik plaxisuntuk tanah dasar tanpa perkuatan – platbearing diameter 20 cm.
Tabel korelasi penurunan analisa numerik plaxisuntuk tanah dasar dengan perkuatankedalaman 20 cm – plat bearing diameter 10cm.
Tabel korelasi penurunan analisa numerik plaxisuntuk tanah dasar dengan perkuatankedalaman 20 cm – plat bearing diameter 20cm.
Tabel korelasi penurunan analisa numerik plaxisuntuk tanah dasar dengan perkuatan
108
109
111
112
114
115
122
124
127
129
132
xiv
27
28
29
30
kedalaman 30 cm – plat bearing diameter 10cm.
Tabel korelasi penurunan analisa numerik plaxisuntuk tanah dasar dengan perkuatankedalaman 30 cm – plat bearing diameter 20cm.
Tabel korelasi penurunan analisa numerik plaxisuntuk tanah dasar dengan perkuatankedalaman 40 cm – plat bearing diameter 10cm.
Tabel korelasi penurunan analisa numerik plaxisuntuk tanah dasar dengan perkuatankedalaman 40 cm – plat bearing diameter 20cm.
Hubungan beban ultimit vs penurunan hasil ujilaboratorium dan hasil analisa numerik plaxis
135
138
141
145
xxiv
DAFTAR PERSAMAAN
nomor halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Hubungan volume – berat tanah
Berat total tanah
Angka pori/void ratio (e)
Porositas (n)
Derajat kejenuhan (s)
Hubungan antara angka pori dan porositas (e)
Hubungan antara angka pori dan porositas (n)
Kadar air (w)
Berat volume ()
Spesific grafity (Gs)
Indeks Plastisitas (PI)
Kapasitas dukung ultimit
10
10
10
10
10
11
11
11
11
11
12
23
xxv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah pondasi pendu-kung suatu bangunan, atau bahan
kon-struksi dari bangunan itu sendiri seperti halnya pada bendungan, dan
juga sebagai sumber penyebab gaya luar pada bangunan, seperti dinding
penahan tanah. Tanah berperan pada setiap pekerjaan teknik sipil dalam
mempelajari sifat dasarnya, seperti asal usulnya, penyebaran ukuran
butiran, kemampuan mengalirkan air, sifat pemampatan (compressibility),
kekuatan geser, dan kapasitas daya dukung terhadap beban.
Secara umum permasalahan pada konstruksi di atas tanah lunak,
terjadinya geseran (shearing). Mekanisme hilangnya keseimbangan terjadi
pada tanah dengan daya dukung rendah, diakibatkan dari beban berat
tanah itu sendiri. Permasalahan lain biasanya berupa tolakan ke atas
(uplift) yang banyak terjadi pada lapisan lempung (clay) dan lanau (silt)
akibat perbedaan tekanan air, juga dapat mengakibatkan terjadinya
penurunan permukaan (settlement).
Pertambahan daya dukung tanah dapat dicapai dengan mengubah
sifat-sifat tanah dari sudut geser tanah (φ), kohesi (c) dan berat satuannya
(). Penurunan dapat direduksi dengan menambahkan kerapatan rongga
dari pemampatan partikel tanah. Perancangan suatu pondasi harus
2
mempertimbangkan adanya keruntuhan geser dan penurunan yang
berlebihan. maka perlu dipenuhi dua kriteria dalam perkuatan daya
dukung tanah, yaitu kriteria stabilitas dan penurunan.
Salah satu metode perkuatan tanah lunak dilakukan dengan cara
grouting yang merupakan bagian pekerjaan konstruksi, yakni sebagai
salah satu cara dalam perbaikan pondasi (foundation-treatmen). Grouting
adalah proses, dimana suatu cairan campuran semen dan air diinjeksikan
dengan tekanan kedalam rongga, pori, rekahan dan retakan batuan yang
selanjutnya cairan tersebut dalam waktu tertentu menjadi padat secara
fisika maupun kimiawi.
Pada naskah ini disajikan hasil kajian laboratorium tentang
pengaruh penggunaan kolom pasir grouting terhadap kekuatan daya
dukung tanah lempung kepasiran dan hasil validasi data akan dihitung
dengan analisa numerik menggunakan Program Plaxis. Dimana kolom
pasir adalah suatu model kolom yang terbuat dari campuran air semen
yang terjadi pengikatan pada butiran pasir disekitar area grouting.
Atas dasar pertimbangan teori yang akan dilakukan penelitian
dilaboratorium maka peneliti mengambil tema karakteristik kolom pasir
grouting sebagai metode perkuatan tanah lempung kepasiran.
3
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini dijabarkan dalam rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik fisik dan mekanis tanah lempung
kepasiran, tanah pasir dan sifat mekanis kolom pasir grouting
terhadap variasi kedalaman kolom pasir grouting dan plat
bearing.
2. Bagaimana kapasitas dukung kolom pasir grouting pada tanah
lempung kepasiran.
3. Bagaimana pola deformasi sistem pondasi kolom pasir grouting
terhadap kekuatan daya dukung tanah lempung kepasiran.
C. Tujuan Penelitian
Terkait dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka
tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menguji karakteristik dari sifat fisik dan mekanis tanah lempung
kepasiran, tanah pasir dan sifat mekanis kolom pasir grouting.
2. Mengetahui besarnya kapasitas dukung kolom pasir grouting
yang terjadi pada tanah lempung kepasiran.
3. Mengevaluasi pola deformasi sistem pondasi kolom pasir
grouting terhadap kekuatan daya dukung tanah lempung
kepasiran.
4
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian dapat diperoleh gambaran tentang kolom
pasir grouting pada tanah lempung kepasiran sebagai salah satu
metode perbaikan daya dukung tanah.
2. Sebagai referensi bagi para peneliti dalam melakukan metode
perbaikan tanah pada jenis tanah lempung kepasiran terhadap
kolom pasir grouting.
E. Batasan Masalah
Agar penelitian dapat berjalan efektif dan mencapai sasaran yang
diinginkan maka penelitian dibatasi pada :
1. Pada penelitian ini digunakan material jenis tanah lempung
kepasiran.
2. Menggunakan bahan material pengikat semen PCC (portland
compossite cement) untuk kolom pasir grouting.
3. Metode test yang dipergunakan adalah berdasarkan metode
ASTM dan SNI.
4. Menganalisis pola deformasi vertikal dengan tekanan kapasitas
20 ton pada kolom pasir grouting terhadap tanah lempung
kepasiran.
5. Metode prapembebanan (preloading), untuk melihat besaran
kekuatan dan daya dukung tanah serta sifat pemampatannya,
5
dalam penurunan/keruntuhan yang terkendali pada umur 21 (dua
puluh satu) hari terhadap variasi kedalaman kolom pasir grouting
dan variasi plat bearing, dengan perbandingan Water Cement
Rasio/Faktor Air Semen (WCR) = 1,0 : 1.
a. Variasi Kedalaman Kolom Pasir Grouting :
(1) Kedalaman H1 = 20 cm
(2) Kedalaman H2 = 30 cm
(3) Kedalaman H3 = 40 cm
b. Variasi Plat Bearing :
(1) Plat Bearing T = 1,2 cm dengan D = 10 cm.
(2) Plat Bearing T = 1,2 cm dengan D = 20 cm.
6. Hasil validasi data dihitung dengan analisa numerik
menggunakan program plaxis, yang merupakan program elemen
hingga dalam menganalisa masalah geoteknik dalam
perencanaan sipil.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum
Sebagian besar deposit tanah di Indonesia merupakan tanah lunak.
Tanah jenis ini umumnya ditemui di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan
Irian Jaya, ketebalannya mencapai lebih dari 30 m. Selain wilayah yang
telah disebutkan di atas, tanah lunak juga tersebar di kawasan Indonesia
lainnya walaupun dalam jumlah yang relatif lebih sedikit.
Gambar 1. Peta penyebaran tanah lunak di indonesia (Sumber : Panduangeoteknik 1, departemen pemukiman dan prasarana wilayah).
Tanah lunak merupakan tanah yang berkarakteristik buruk. Hal
ini karena tanah lunak memiliki sifat kompresibilitas yang tinggi. Faktor
yang menyebabkan tingginya tingkat kompresibilitas pada tanah lunak
adalah karena tanah lunak memiliki angka pori yang tinggi dan memiliki
7
kadar air yang tinggi sehingga menyebabkan tanah lunak memiliki daya
dukung yang sangat rendah dan memiliki masalah deformasi.
B. Karakteristik dan Komposisi Tanah
1. Karakterstik tanah lempung
Lempung didefinisikan sebagai susunan partikel yang ukurannya
kurang dari 0.002 mm (Das, 1995). Menurut Hardiyatmo (2010), sifat-sifat
yang ada pada tanah lempung adalah ukuran butiran-butiran halusnya
>0,002 mm, permeabilitas rendah, kenaikan air kapiler yang tinggi, bersifat
sangat kohesif, kadar kembang susut yang tinggi dan proses konsolidasi
lambat. Jenis tanah lempung kepasiran dapat dilihat pada Gambar 2.
Dalam mempelajari lempung maka perlu dibedakan istilah :
a. Penggunaan istilah ukuran lempung,
b. Penggunaan istilah mineral lempung.
Mineral utama pembentuk tanah lempung adalah Montmorilonite,
Illite, dan Kaolinite. Ketiga mineral tersebut membentuk kristal Hidro
Aluminium Silikat (Al2O3n Si O2 kH2O), ketiga mineral tersebut mempunyai
sifat dan struktur dalam yang berbeda satu dengan lainnya, yaitu :
a. Mineral Montmorilonite, mempunyai sifat pengembangan yang
sangat tinggi, sehingga tanah lempung yang mengandung
mineral ini akan mempunyai potensi pengembangan yang
sangat tinggi.
8
b. Mineral Illite, mineral ini mempunyai sifat pengembangan yang
sedang sampai tinggi, sehingga material lempung yang
mengandung mineral ini mempunyai sifat pengembangan yang
medium.
c. Mineral Kaolinite, mempunyai ukuran partikel yang lebih besar
dan mempunyai sifat pengembangan yang lebih kecil.
2. Karakteristik tanah pasir
Definisi pasir menurut Wesley (1977), merupakan agregat yang
butirannya hampir selalu terdiri dari satu macam zat mineral, terutama
kwarza. Pasir sering kali di kenal sebagai tanah tidak kohesif dan berbutir
kasar. Pasir memiliki batas ukuran butiran antara 0.06 mm sampai 2 mm.
Menurut Bouwles (1983), pasir merupakan partikel tambang yang
lebih kecil dari kerikil dengan ukuran butir antara 0.05 mm sampai 0.074
mm. pasir adalah bahan yang tak berkohesi, tetapi jika pasir, tersebut
lembab maka tegangan permukaan memberikan kohesi yang nyata, yang
akan menghilang bila bahan mengering.
ASTM menyebutkan bahwa pasir merupakan agregat tak berkohesi
yang tersusun dari fragma-fragma dengan bentuk sub-rounded, rounded,
sub-angular, angular, dengan partikel berukuran 0.075 mm samapi 2 mm.
Menurut Terzaghi (1987), pasir merupakan agregat tak berkohesi yang
tersusun dari fragmen dengan bentuk angular dan sub-angular, berasal
dari batuan dengan ukuran partikel dibawah 1/8 inchi.
9
Gambar 2. Tanah lempung kepasiran.
3. Komposisi tanah
Tanah menurut Braja M. Das (1995), didefinisikan sebagai material
yang terdiri dari agregat mineral padat yang tidak satu sama lain dan dari
bahan-bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan gas
yang mengisi ruang kosong di antara partikel padat tersebut. Tanah terdiri
dari tiga fase elemen yaitu: butiran padat (solid), air dan udara, seperti
terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram fase tanah.
10
Hubungan volume – berat := + = + + (1)Dimana ∶Vs = Volume butiran padat Vv = Volume poriVw = Volume air dalam pori Va = Volume udara dalam poriApabila udara dianggap tidak memiliki berat, maka berat total dari contoh
tanah dapat dirumuskan sebagai berikut := + (2)Dimana ∶Ws = Berat butiran padat Ww = Berat airHubungan dipakai untuk suatu elemen tanah adalah angka pori (void
ratio), porositas (porosity), dan derajat kejenuhan (degree of saturation).
a. Angka pori/void ratio (e), didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume pori dan volume butiran padat, atau := (3)
b. Porositas (n) didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori
dengan volume tanah total, yang dinyatakan dalam persen yaitu := (4)
c. Derajat kejenuhan (s) didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume air dengan volume pori, yang dinyatakan dalam persen, yaitu := (5)
11
Hubungan antara angka pori dan porositas diturunkan dari persamaan,
dengan hasil sebagai berikut := = (6)
= (7)
d. Kadar air (w), disebut juga sebagai water content yang didefinisikan
sebagai perbandingan antara berat air dengan berat butiran padat dari
volume tanah yang diselidiki, yaitu := (8)
e. Berat volume (γ) adalah berat tanah per satuan volume := (9)
f. Specific gravity (Gs) adalah perbandingan antara berat satuan butir
dengan berat satuan volume : = (10)
(1) Batas konsistensi tanah
Batas konsistensi tanah atau yang biasa disebut Atterberg Limit
merupakan hal yang penting dan selalu dilakukan pada saat penyelidikan.
Kegunaan batas Atterberg dalam perencanaan adalah memberikan
gambaran secara garis besar akan sifat-sifat tanah yang bersangkutan.
Batas-batas konsistensi tanah dapat dilihat pada Gambar 4 :
12
Gambar 4. Batas-batas konsistensi tanah.
(a) Batas Cair (LL) adalah kadar air tanah antara keadaan cair dan
keadaan plastis.
(b) Batas Plastis (PL) adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis.
(c) Indeks Plastisitas (PI) adalah selisih antara batas cair dan batas
plastis, dimana tanah tersebut dalam keadaan plastis, atau := − (11)
Apabila nilai Indeks Plastisitas tinggi, maka tanah banyak mengandung
butiran lempung. Klasifikasi jenis tanah menurut Atterberg berdasarkan
nilai Indeks Plastisitas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hubungan nilai indeks plastisitas dengan jenis tanah menurutAtterberg.
IP Jenis Tanah Plastisitas Kohesi
0 Pasir Non Plastis Non Kohesif< 7 Lanau Rendah Agak Kohesif
7 – 17 Lempung Berlanau Sedang Kohesif> 17 Lempung Murni Tinggi Kohesif
(Sumber : Mekanika Tanah II, Ir. Indrastomo DA. M.Ing)
13
(2) Modulus elastisitas tanah
Nilai modulus young menunjukkan besarnya nilai elastisitas tanah
yang merupakan perbandingan antara tegangan yang terjadi terhadap
regangan. Nilai ini bisa didapatkan dari Triaxial Test. Nilai modulus
elastisitas (Es) secara empiris dapat ditentukan dari jenis tanah dan data
sondir seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai perkiraan modulus elastisitas tanah (Bowles, 1977).
Jenis Tanah Es ( Kg/Cm2 )Lempung
Sangat LunakLunakSedangKerasBerpasir
3 – 3020 – 4045 – 9070 – 200
300 – 425Pasir
BerlanauTidak PadatPadat
50 – 200100 – 250
500 – 1000Pasir dan Kerikil
PadatTidak Padat
800 – 2000500 – 1400
Lanau 20 – 200Loses 150 – 600Cadas 1400 – 14000
Sumber : Mekanika Tanah II. Tim Dosen Teknik Sipil Undip.
(3) Poisson’s ratio
Nilai poisson’s ratio ditentukan sebagai rasio kompresi poros
terhadap regangan pemuaian lateral. Nilai poisson’s ratio dapat ditentukan
berdasarkan jenis tanah seperti yang terlihat pada Tabel 3.
14
Tabel 3. Hubungan antara jenis tanah dan poisson’s ratio.
Jenis Tanah Poisson’s Ratio (µ)Lempung Jenuh 0,4 – 0,5
Lempung Tak Jenuh 0,1 – 0,3Lempung Berpasir 0,2 – 0,3
Lanau 0,3 – 0,35Pasir Padat 0,2 – 0,4
Pasir Kasar (e = 0,4 – 0,7) 0,15Pasir Halus (e = 0,4 – 0,7) 0,25
Batu 0,1 – 0,4Loses 0,1 – 0,3
Sumber : Mekanika Tanah II. Tim Dosen Teknik Sipil Undip.
C. Daya Dukung Tanah Lempung
Daya dukung tanah adalah parameter tanah yang berkenaan
dengan kekuatan tanah untuk menopang suatu beban di atasnya. Daya
dukung tanah dipengaruhi oleh jumlah air yang terdapat di dalamnya,
kohesi tanah, sudut geser dalam, dan tegangan normal tanah. Dapat
dikatakan pula bahwa daya dukung merupakan gaya maksimum yang
dapat dipikul/ditahan tanpa menyebabkan keruntuhan geser dan
penurunan/Settlement yang berlebihan untuk melawan gaya geser.
Sebagian teori daya dukung dikembangkan berdasarkan teori
plastisitas dimana tanah dianggap berkelakuan sebagai bahan yang
bersifat plastis. Paham ini dikenalkan oleh Prandtl (1921), yang
mengembangkan persamaan dari analisis kondisi aliran. Teori ini
dikembangkan oleh Terzaghi (1943), Meyerhof (1955), Hansen( 1970),
Vesic (1975). Analisa perhitungan daya dukung tanah lempung yang
dikembangkan tersebut mengasumsikan tanah lempung dalam keadaan
15
undrained.
Tanah yang terdapat di lapangan bersifat mudah tertekan, atau
mempunyai indeks konsistensi yang tidak sesuai, permeabilitas yang
tinggi, maka perlu dilakukan perbaikan tanah. Berikut ini adalah beberapa
usaha perbaikan tanah :
a. Penggantian material (cut and fill)
b. Pemadatan (compaction)
c. Pra pembebanan
Tujuannya untuk mereduksi settlement dan menambah kekuatan
geser.
d. Drainase vertikal (vertikal drain)
Tujuannya untuk menaikkan laju konsolidasi lempung jenuh
dengan permeabilitas rendah.
e. Stabilisasi (mekanis dan kimiawi)
Tujuannya untuk perbaikan mutu tanah yang tidak baik dan
meningkatkan mutu dari tanah.
f. Grouting (chemical and cementious)
Grouting adalah proses penginjeksian bahan-bahan yang
bersifat seperti cairan dan setelah waktu yang ditentukan
bereaksi ke bentuk solid, semi solid atau gel.
g. Penggunaan geosynthetis (geotextile, geomembran, geogrid, dll)
h. Trucuk bambu
16
Peningkatan daya dukung tanah menggunakan trucuk bambu
umumnya digunakan pada daerah dengan muka air tinggi.
Untuk memahami konsep daya dukung batas suatu tanah, terlebih
dahulu kita memahami konsep pola keruntuhan geser dalam tanah.
Perhatikan model pondasi bentuk persegi yang memanjang dengan lebar
B yang diletakkan pada permukaan lapisan tanah pasir padat/tanah yang
kaku seperti terlihat pada Gambar 5 dengan asumsi apabila beban-beban
terbagi rata q per satuan luas diletakkan diatas model pondasi, maka
pondasi tadi akan turun. Apabila beban terbagi rata q tersebut ditambah,
tentu saja penurunan pondasi yang bersangkutan akan bertambah pula.
Tetapi, bila besar q = qu telah dicapai, maka keruntuhan daya dukung
akan terjadi, yang berarti pondasi akan mengalami penurunan yang
sangat besar tanpa penambahan beban q lebih lanjut. Tanah disebelah
kanan dan kiri pondasi akan menyembul dan bidang longsor akan
mencapai permukaan tanah. Hubungan antara beban dan penurunan
akan seperti pada Gambar 6. Untuk keadaan ini kita mendefinisikan qu
sebagai daya dukung batas tanah. Pola keruntuhan daya dukung seperti
ini dinamakan keruntuhan geser menyeluruh (general shear failure).
Apabila pondasi turun karena suatu beban yang diletakkan diatasnya,
maka suatu zona keruntuhan blok segitiga dari tanah zona I akan tertekan
kebawah, dan selanjutnya tanah dalam zona I menekan zona II dan zona
III kesamping dan kemudian ke atas terlihat pada Gambar 7. Pada beban
batas qu, tanah berada dalam keseimbangan plastis dan keruntuhan
17
terjadi dengan cara menggelincir. Apabila model pondasi yang kita
jelaskan diatas kita letakkan dalam tanah pasir yang setengah padat,
maka hubungan antara beban dan penurunan akan berbentuk seperti
terlihat pada Gambar 6. Sementara itu, apabila harga q = qu΄ maka
hubungan antara beban dan penurunan menjadi curam dan lurus. Dalam
keadaan ini qu΄ kita definisikan sebagai daya dukung batas dari tanah.
Pola keruntuhan seperti ini dinamakan keruntuhan geser setempat (local
shear failure). Zona keruntuhan blok segitiga zona I di bawah pondasi
akan bergerak ke bawah seperti terlihat pada Gambar 8 tetapi tidak
seperti keruntuhan geser menyeluruh (general shear failure), bidang
keruntuhan berakhir di suatu tempat di dalam tanah.
Keruntuhan geser menyeluruh (general shear failure) merupakan
karakteristik dari telapak pondasi yang sempit dengan kedalaman yang
dangkal yang terletak pada tanah yang relatif padat dan relatif kuat yang
relatif tidak kompresibel. Untuk tanah yang relatif lemah dan relatif
kompresibel, dengan telapak yang relatif lebar dan relatif dalam, jenis
keruntuhan yang terjadi adalah keruntuhan geser setempat (local shear
failure).
18
Gambar 5. Model pondasi.
Gambar 6. Grafik hubungan antara beban dan penurunan.
19
Gambar 7. Keruntuhan geser menyeluruh dari tanah dibawah pondasi.
Gambar 8. Keruntuhan geser setempat dari tanah dibawah pondasi.
1. Penurunan konsolidasi/consolidation settlement
Jika suatu lapisan tanah dibebani, maka tanah akan mengalami
regangan atau penurunan (settlement), atau boleh dikatakan tanah yang
mengalami tegangan akan mengalami regangan dalam tanah. Penurunan
yang terjadi pada tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus kering
atau tidak jenuh terjadi dengan segera sesudah beban bekerja, penurunan
pada kondisi ini di sebut penurunan segara (immideate settlement).
20
Penurunan konsolidasi adalah penurunan yang diakibatkan
keluarnya air dalam pori tanah akibat beban yang bekerja pada pondasi
yang besarnya ditentukan oleh waktu pembebanan dan terjadi pada tanah
jenuh (Sr = 100%) atau yang mendekati jenuh (Sr = 90 % – 100 %) atau
pada tanah berbutir halus, yang mempunyai harga K≤ 10-6 m/s, seperti
terlihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Penurunan konsolidasi ( Sumber : Rekayasa Pondasi II,Penerbit Gunadharma, Hal. 49 ).
Penurunan konsolidasi yang tejadi dibagi dua, yaitu :
a. Penurunan konsolidasi primer
Penurunan konsolidasi primer dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
jenis yaitu :
(1) Tanah normal konsolidasi
(2) Tanah over konsolidasi
b. Penurunan konsolidasi sekunder
21
2. Konsep pembebanan
Beban yang bekerja pada struktur bangunan dapat berupa
kombinasi dari beberapa beban yang terjadi secara bersamaan. Beban
struktur dibedakan menjadi dua macam, yaitu gaya statis dan gaya
dinamis. Gaya statis adalah gaya yang bekerja secara terus menerus
pada struktur dan mempunyai karakter steady states. Sedangkan gaya
dinamis adalah gaya yang bekerja secara tiba-tiba pada struktur. Pada
umumnya tidak bersifat steady states dan mempunyai karakteristik besar
dan lokasinya berubah dengan cepat. Deformasi pada struktur akibat
beban ini juga berubah-ubah secara cepat.
Beberapa penyebab terjadinya penurunan akibat pembebanan
yang bekerja di atas tanah antara lain :
a. Kegagalan atau keruntuhan geser akibat terlampauinya kapasitas
dukung tanah,
b. Kerusakan atau terjadi defleksi yang besar pada pondasi,
c. Distorsi geser (shear distorsion) dari tanah pendukungnya,
d. Turunnya tanah akibat perubahan angka pori.
D. Daya Dukung Tanah Pasir
Kapasitas dukung menyatakan tahanan geser tanah untuk
melawan penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat
dikerahkan oleh tanah di sepanjang bidang-bidang gesernya.
Perancangan pondasi harus mempertimbangkan keruntuhan geser
22
dan penurunan yang berlebihan. Untuk itu perlu dipenuhi dua kriteria,
yaitu kriteria stabilitias dan kriteria penurunan.
Analisis kapasitas dukung, dilakukan dengan cara pendekatan
untuk memudahkan hitungan. Persamaan-persamaan yang dibuat,
dikaitkan dengan sifat tanah dan bentuk bidang geser yang terjadi saat
keruntuhan. Analisisnya dilakukan dengan menggangap bahwa tanah
berkelakuan sebagai bahan yang bersifat plastis. Konsep ini pertama kali
dikenalkan oleh Prandtl (1921), yang kemudian dikembangkan oleh
Terzaghi (1943), Meyerhof (1955), De Beer dan Vesic (1958), dan lain-
lainnya.
1. Analisis kapasitas dukung
Terzaghi (1934), melakukan analisis kapasitas dukung tanah
dengan beberapa asumsi, sebagai berikut :
a. Pondasi berbentuk memanjang tak terhingga.
b. Tanah di bawah dasar pondasi homogen.
c. Berat tanah di atas dasar pondasi digantikan dengan beban
terbagi rata sebesar, Po = Df, dengan Df adalah kedalaman dasar
pondasi dan adalah berat volume tanah di atas dasar pondasi
d. Tahanan geser tanah di atas dasar pondasi diabaikan.
e. Dasar pondasi kasar.
f. Bidang keruntuhan terdiri dari lengkung spiral logaritmis dan linier.
g. Baji tanah yang terbentuk di dasar pondasi dalam kedudukan
23
elastis dan bergerak bersama-sama dengan dasar pondasi.
h. Pertemuan antara sisi baji dan dasar pondasi membentuk sudut
sebesar sudut geser dalam tanah .
2. Kapasitas dukung ultimit
Menurut Terzaghi Kapasitas dukung ultimit (qu) didefenisikan
sebagai beban maksimum per satuan luas dimana tanah masih dapat
mendukung beban tanpa mengalami keruntuhan. Bila dinyatakan dalam
persamaan, maka : = (12)Dimana ∶q = Kapasitas dukung ultimitP = Beban ultimitA = Luas pondasiAnalisis kapasitas dukung tanah, ditinjau suatu pondasi berbentuk
memanjang tak terhingga, dengan lebar B terletak diatas tanah homogen
dan dibebani dengan beban terbagi rata qu terlihat pada Gambar 10
dimana beban total pondasi per satuan panjang adalah Pu = quB. Karena
pengaruh beban Pu tersebut, pada tanah tepat dibawah pondasi akan
berbentuk sebuah baji yang menekan tanah ke bawah. Gerakan baji
memaksa tanah disekitarnya bergerak, yang menghasilkan zona geser di
kanan dan kirinya dengan tiap-tiap zona terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian
24
B
Baji
Geser radialGeser radial
geser radial yang berdekatan dengan baji dan bagian geser linear yang
merupakan kelanjutan dari bagian geser radial. Hardiyatmo, H.C. (2002).
Gambar 10. Pembebanan pondasi dan bentuk bidang geser (Sumber :Hardiyatmo, H.C. 2002).
E. Portland Composite Cement (PCC)
Portland Composite Cement merupakan bubuk halus yang bila
dicampur dengan air akan menjadi ikatan yang akan mengeras,
karena terjadi reaksi kimia sehingga membentuk suatu massa yang
kuat dan keras, yang disebut hidroulic cement. Perbandingan bahan utama
dari semen menurut SNI dapat dilihat pada Tabel 4 dan pada Gambar 11.
Tabel 4. Perbandingan bahan utama semen.
Kapur (CaO) 60% - 65%Silika (SiO2) 20% - 25%
Oxida Besi dan Alumina (Fe2O3 dan AI2O3) 7% - 12%Sumber : Tabel Semen SNI 15-7064-2004
Semen digunakan pada tanah pasir, sementasi yang terjadi
menyerupai proses pembuatan beton, namun perbedaannya pada
25
pembuatan beton pasta semen mengisi semua rongga sedangkan pada
tanah pasir sementasi terjadi hanya pada titik-titik kontak antar butiran.
Beberapa pengaruh utama reaksi antara tanah dan semen adalah :
1. Kenaikan pada kekuatan dan bearing capacity tanah.
2. Menurunnya swell pada tanah lempung tetapi kecenderungan
menyusut naik pada tanah pasir.
3. Perbaikan pada ketahanan terhadap lalu-lintas dan cuaca buruk.
4. Menurunnya permeabilitas.
Gambar 11. Portland composite cement.
F. Kolom Semen-Pasir (Soil-Cement Columns)
Pencampuran semen dengan air dan tanah, yang secara normal
akan membentuk kolom semen-pasir in situ, sangat umum digunakan
dalam metode perbaikan tanah lunak (soft ground improvement) e.g.,
26
Broms and Boman (1979), Bergado et al (1994). Dalam instalasi kolom
semen-pasir, baik semen sluri (pencampuran basah) atau semen bubuk
(pencampuran kering) akan diinjeksikan ke dalam tanah dibawah tekanan.
Proses instalasi secara umum dilaksanakan dengan menggunakan
peralatan rotary dengan kapasitas torsi tinggi. Semen tersebut secara
kontinyu akan di injeksi dan secara mekanis akan tercampur dengan
partikel tanah oleh alat khusus yang terpasang pada mesin rotary. Semen
akan terhidrasi dan bereaksi terhadap partikel tanah dan akhirnya akan
membentuk material solid yang biasanya secara signifikan lebih kaku dan
kuat dari lapisan tanah asli.
Injeksi kolom semen-pasir pada tanah lempung lunak dapat
mengurangi jumlah penurunan (settlement) yang ditimbulkan oleh beban
tambahan Chai and Carter (2011). Ketika kolom terpenetrasi secara
keseluruhan pada lapisan lunak tanah, metode ekuilibrium atau metode
modulus composite terbatas dapat digunakan untuk menghitung besarnya
penurunan pada perbaikan tanah seperti terlihat pada Gambar 12.
Instalasi kolom semen-pasir merupakan proses yang kompleks, dan
walaupun dengan menggunakan analisa numerik, masih terdapat
beberapa hambatan signifikan dalam mensimulasi proses keseluruhan
Shen et. Al (1999). Mekanisme utama yang menyebabkan perpindahan
lateral selama instalasi kolom adalah perluasan dan perekahan hidrolik
dalam tanah yang disebabkan oleh injeksi tekanan dan penambahan
material tambahan kedalam tanah Miura et al (1998). Dapat diasumsikan
27
bahwa perluasan terjadi disebabkan oleh instalasi kolom semen-pasir
yang serupa dengan perluasan kavitas atau rongga. Metode analisis yang
tersedia untuk menangani masalah ini hanya bisa ditangani dengan
metode yang di usulkan oleh Chai et al (2005, 2007, 2009), yang dimana
berdasarkan teori perluasan rongga.
Gambar 12. Sketsa kolom pasir semen.
G. Perbaikan Tanah Dengan Metode Grouting
Menurut Bowles, dalam bukunya yang berjudul "Geotechnical
Analysis" (hal. 78), yang dimaksud dengan Grouting (sementasi) adalah
proses dimana material-material cair, baik dalam bentuk suspensi ataupun
larutan yang dimasukkan ke bawah permukaan tanah ataupun batu yang
bertujuan untuk mengurangi permeabilitas (penyebaran), meningkatkan
kekuatan geser, dan mengurangi kompresibilitas (penekanan).
dh
28
Maksud dan tujuan Grouting adalah untuk menyuntikkan bahan
berupa campuran semen atau bahan kimia lain dan air ke dalam lapisan
tanah dengan tujuan untuk memperbaiki kekuatan dan daya dukung
lapisan tanah di bawah pondasi, juga untuk menurunkan harga koefisien
permeabilitas tanah sehingga pergerakan tanah dapat diatasi. Bahan
suspensi grouting umumnya menggunakan material berupa : betonit,
semen, kapur, aspal, serta bahan larutan lain berupa bahan kimiawi.
Berdasarkan cara pelaksanaannya, grouting dibagi menjadi 2 cara,
yaitu : grouting dari bawah ke atas dan grouting dari atas ke bawah. Cara
yang akan dipakai tergantung dengan keadaan geologi dari batuan yang
dapat dilihat dari pengeboran (boring log), pengujian kelulusan air, dan
pengujian (test grouting).
1. Grouting dari bawah ke atas (packer grouting, ascending grouting,atau upstage grouting).
Adapun tahapan pelaksanaan grouting dari bawah ke atas adalah :
a. Lubang grouting dibor sampai mencapai kedalaman yang telah
ditetapkan.
b. Kemudian dipasang alat packer di dalam lubang bor. Alat packer
digunakan untuk menutup lubang agar campuran semen tidak
kembali ke atas dan dapat masuk ke tanah samping.
c. Setelah packer dipasang maka grouting dapat dilaksanakan dengan
tekanan yang cukup tinggi (bagian 1) terlihat pada Gambar 13.
29
d. Sesudah selesai bagian pertama, packer ditarik ke atas kemudian
grouting dilaksanakan lagi sehingga (bagian 2) penuh dengan pasta
semen.
e. Kemudian packer ditarik lagi dan dilakukan sementasi lagi sehingga
seluruh bagian penuh terisi campuran semen (bagian 1,2,3, dan
seterusnya). Grouting dilaksanakan setiap jarak 5 m, dengan
maksud untuk mendapatkan hasil yang baik, dapat dilihat pada
Gambar 13.
Gambar 13. Grouting dari bawah ke atas (Sumber : Buku TeknikBendungan, Ir. Sudibyo).
Keuntungannya :
(1) Karena pengeboran dilakukan pada seluruh kedalaman, maka
pelaksanaannya cepat.
30
(2) Mengurangi kesulitan pemindahan dan pemasangan kembali mesin
pengeboran.
(3) Hasil pengeboran dapat diambil dan diteliti jenis batuannya, dengan
demikian dapat diperkirakan lebih tepat campuran dan tekanan
grouting.
(4) Lebih mudah mengadakan pemeriksaan terhadap rembesan yang
keluar melalui celah-celah yang ada.
Kerugiannya :
Karena pelaksanaan grouting dari bawah, apabila terdapat banyak
lubang di sebelah atas akan lebih sukar melaksanakannya.
2. Grouting dari atas ke bawah (stage grouting, descending grouting,downstage grouting)
Tahapan pelaksanaan grouting dari atas ke bawah adalah :
a. Lubang grouting dibor lebih dulu setiap 5 m, kemudian diadakan
pembersihan lubang dengan air sampai bersih. Setelah itu diadakan
grouting sepanjang 5 m tadi sampai selesai. Setelah (bagian 1)
selesai digrouting, mesin pengeboran diletakkan di tempat semula,
lalu diadakan pengeboran lagi (redrilling) sampai kedalaman 10 m.
b. Pelaksanaan ini diulang kembali dari kedalaman 5 m sampai 10 m.
Agar hasilnya baik, waktu setiap tahap pelaksanaan grouting
sekurang-kurangnya 12 jam sehingga campurannya dapat
mengeras, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 14.
31
Gambar 14. Grouting dari atas ke bawah (Sumber : Buku TeknikBendungan, Ir. Sudibyo).
Keuntungannya :
(1) Peralatannya lebih sederhana karena tidak menggunakan alat
packer sehingga tidak ada masalah jika rembesan melewati alat ini.
(2) Tekanan grouting (sementasi) dapat dibuat lebih tinggi karena
kebocoran di dalam batuan di atasnya telah diatasi.
(3) Dihasilkan grouting yang baik dan efisien terutama untuk pondasi
batuan yang lulus air.
Kerugiannya :
(1) Karena mobilitas mesin pengeboran yang membutuhkan waktu
yang sangat lama.
32
(2) Dengan adanya pemindahan dan pemasangan kembali mesin
pengeboran serta membutuhkan waktu yang lama menyebabkan
biaya yang relatif lebih mahal karena pekerjaannya lebih dari 1 kali.
H. Matriks Penelitian Terdahulu
Untuk dapat mendukung penelitian ini digunakan referensi sebagai
pendukung. Diantara penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang
pernah dilakukan adalah :
Agus Setyo Muntohar, Anita Widianti, Willis Diana, Edi Hartono,
dan Ekrar Oktoviar (2008), Aplikasi Teknik Kolom-Semen (Cement-
Column) Pada Tanah Berpasir. Hasil penelitiannya, Teknik grouting dan
deep mixing adalah teknik yang lebih efektif mengurangi likuifaksi. Pada
naskah ini akan disajikan hasil kajian laboratorium tentang pengaruh
penggunaan teknik kolom-semen terhadap kekuatan tanah di sekitar
kolom-semen. Kolom-semen dibuat dalam skala model laboratorium
dengan diameter 0,051 m (2 inch) dan panjang 0,22 m (8 inch) pada
media tanah pasir berukuran 1,2 m x 1,2 m x 1,0 m untuk panjang, lebar
dan tinggi. Kekuatan tanah di sekitar kolom diukur pada arah radial dan
vertikal dengan alat uji sondir konus ganda (biconus CPT) yang diuji pada
umur kolom-semen 1, 3 dan 7 hari setelah pemasangan. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa kekuatan tanah baik perlawanan ujung (qc) dan
perlawanan gesek (qf) di sekitar kolom-semen meningkat setelah
pemasangan kolom-semen. Kekuatan tanah berkurang jika jaraknya
33
semakin jauh dari kolom-semen. Kekuatan tanah juga meningkat dengan
bertambahnya umur kolom-semen. Secara umum dapat dikatakan bahwa
pemasangan kolom-semen telah mampu meningkatkan kekuatan tanah di
sekitarnya baik pada arah radial maupun vertikal. Peningkatan kekuatan
ini merupakan indikasi berkurangnya resiko likuifaksi pada tanah berpasir.
F. Rackwitz dan M. Schubler (2010), Model test on granular soil
columns for ground improvement of very soft soil. Hasil penelitiannya
mengunakan granular column yang pasang di dalam tanah organik
sebagai perkuatan tanah dengan menggunakan uji model labolatorium
dengan beban vertikal. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kuat
geser, deformasi vertikal, tekanan air pori dan tekan tanah sebelum dan
sesudah pemasangan granular column dilaksanakan. Hasil pengujian
didapat perbandingan regangan vertikal yang diukur dengan tes
oedometer pada tegangan 25 kPa, tanpa menggunakan granular column
sebesar 35 % dan dengan menggunakan granular column sebesar 17,5 %
dan penurunan yang terjadi sebesar 50 %. Sebagian besar penurun
terjadi pada kedalam 2,5 kali diameter kolom. Dengan adanya granular
column beban yang diberikan dapat meningkatkan kekuatan tanah
organik.
Heru Dwi Jatmoko (2012), Confining Pressure Tiang Meruncing
Pada Tanah Lempung Dengan Variasi Overburden. Hasil penelitiannya,
Keruncingan tiang adalah parameter yang belum banyak dipelajari
terhadap peningkatan kapasitas dukungnya. Perilaku distribusi gaya yang
34
terjadi disepanjang tiang merupakan satu hal yang penting. Penelitian
dilakukan dengan tiang berukuran kecil berbentuk meruncing dan
seragam sebagai pembanding. Ukuran tiang meruncing diameter atas 5
cm dan bawah 4 cm sedang untuk tiang seragam berdiameter luar 4,5 cm
masing-masing dengan panjang efektif 20 cm serta ketebalan tiang 0,3
cm. Sebagai batasan tanah uji pengujian dilakukan di dalam mould
dengan diameter 30 cm. Untuk mengetahui perilaku distribusi gaya maka
dipasang strain gauge pada tiang dan mould dengan 3 posisi. Media
tanah digunakan tanah asli, lempung tak organik dengan plastisitas tinggi
(CH) yang diambil dari Desa Kedung Sari, Sentolo, Kulonprogo, DIY, yang
dijenuhkan pada berat volume kering, d = 10,9 kN/m3 dan kadar air, w =
52%. Untuk mengkondisikan kedalaman tiang tanah diberikan tekanan
vertikal, v sebesar 163 kN/m2, 326 kN/m2 dan 489 kN/m2. Setelah tiang
diposisikan dan tanah dimasukan dalam mould pengujian geser dilakukan
sampai runtuh. Analisa dilakukan tentang perilaku distribusi gaya dan
displacement hasil pengujian menunjukan dengan bertambahnya takanan
vertikal, confining pressure akan naik, pada tiang seragam diperoleh
tekanan confining pressure lebih besar dari tiang meruncing. Saat uji
geser (P) akan terjadi peningkatan confining pressure, walaupun pada
awalnya cofining pressure pada tiang meruncing lebih kecil namun
dengan bertambahnya gaya gesek (P) akan terjadi peningkatan lebih
besar sehingga melebihi confining pressure pada tiang seragam, hal ini
terjadi karena proses pemampatan akibat keruncingan tiang.
35
Prof. Dr. Ir. Lawalenna Samang, MS.,M.Eng., Dr.Eng. Tri harianto,
ST.,MT. dan Ir. Achmad Zubair, MT (2010), Efektifitas Pondasi Raft dan
Pile Dalam Mereduksi Penurunan Tanah Dengan Metode Numerik. Desain
pondasi Raft dan Pile diperkenalkan dalam studi ini untuk mereduksi
penurunan tanah. Metode Elemen Hingga digunakan untuk
menginvestigasi efektifitas dari pondasi raft dan pile mereduksi penurunan
tanah khususnya pada jalan raya yang dibangun didaerah rawa.
Selanjutnya, model numerik digunakan dalam mempelajari pengaruh dari
tipe dan kedalaman pondasi yang dipasang dilapangan. Penurunan dan
deformasi tanah dianalisa dalam penelitian ini untuk menentukan
efektifitas dan kemungkinan aplikasi dari model pondasi ini dilapangan.
Hasil dari metode elemen hingga yang digunakan menunjukkan bahwa
tipe pondasi raft dan pile secara signifikan menurunkan besarnya
penurunan dari badan jalan akibat beban permukaan. Deformasi yang
terjadi pada badan jalan tanpa pekuatan mencapai 0,553 m sedangkan
dengan perkuatan 3 m dan 5 m masing masing sebesar 0,246 m dan
0,225 m.
Suherman, M (2004), Metode kolom grouting untuk mengatasi
likuifaksi tanah di bawah pondasi. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa
grouting merupakan suntikan bahan cair ke dalam rongga-rongga tanah
atau ruang antara tanah dengan bangunan di dekatnya, biasanya
dilakukan melalui lobang bor dan diberi tekanan. Kebanyakan grouting
didesain untuk memperoleh perubahan sifat tanah dengan secara
36
serentak atau melalui jangka waktu, setelah dilakukan injeksi. Tujuan
utama dari teknik grouting adalah untuk mendapatkan yang lebih kuat,
lebih padat, dan kurang permeabel pada tanah atau batuan. Grouting
terhadap tanah pondasi dimaksudkan untuk menambah stabilitas dan
mereduksi kompresibilitas baik bersifat permanen maupun sementara.
Tanah non kohesif dengan gradasi tidak lebih halus dari pasir medium,
pemberian semen grouting sering dilakukan dengan menggunakan
tekanan rendah.
Tandel Y.K, Solanki C.H dan Desai A.K (2012), Reinforced
Granular Column For Deep Soil Stabilization. Dalam penelitian ini granular
column dibungkus dengan geosynthetic dan dipasang pada tanah yang
dalam yang akan distabilisasikan. Dari hasil pengujian ini didapat granular
column yang berdiameter kecil lebih baik dibandingkan dengan yang
berdiameter besar karena tekanan dalam column berdiameter kecil lebih
rendah, kapasitas beban ultimit column meningkat seiring peningkatan
kekakuannya, granular column yang dibungkus dengan geisynthetic dapat
mengurangi penurunan hingga 50 % dari tanah tanah yang tidak
menggunakan perkuatan granular column, kapasitas beban ultimit
granular column yang diperkuat geosynthetic dapat meningkat 2 sampai 3
kali dari yang tanpa perkuatan granular column dan analisis teoritis serta
hasil uji model menghasilkan bahwa granular column yang terbungkus
geosynthetic efisien untuk perbaikan tanah lunak.
37
Tabel 5. Hasil penelitian tentang kolom pasir grouting.
Nama Judul Hasil Keterangan
Agus SetyoMuntohar, AnitaWidianti, WillisDiana, EdiHartono, danEkrar Oktoviar(2008).
Aplikasi TeknikKolom-Semen(Cement-Column)Pada TanahBerpasir.
Kolom-semen dibuat dalam skala model laboratoriumdengan diameter 0,051 m (2 inch) dan panjang 0,22 m (8inch) pada media tanah pasir berukuran 1,2 m x 1,2 m x1,0 m untuk panjang, lebar dan tinggi. Kekuatan tanah disekitar kolom diukur pada arah radial dan vertikal denganalat uji sondir konus ganda (Biconus CPT) yang diuji padaumur kolom-semen 1, 3 dan 7 hari setelah pemasangan.Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan tanah baikperlawanan ujung (q
c) dan perlawanan gesek (q
f) di sekitar
kolom-semen meningkat setelah pemasangan kolom-semen. Kekuatan tanah berkurang jika jaraknya semakinjauh dari kolom-semen. Kekuatan tanah juga meningkatdengan bertambahnya umur kolom-semen.
Teknik grouting dandeep mixing adalahteknik yang lebihefektif mengurangilikuifaksi. Padanaskah ini akandisajikan hasil kajianlaboratorium tentangpengaruhpenggunaan teknikkolom-sementerhadap kekuatantanah di sekitarkolom-semen.
38
Lanjutan Tabel 5.
Nama Judul Hasil Keterangan
F. Rackwitz danM. Schubler(2010).
Model test ongranular soilcolumns for groundimprovement of verysoft soil.
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kuat geser,deformasi vertikal, tekanan air pori dan tekan tanahsebelum dan sesudah pemasangan granular columndilaksanakan. Hasil pengujian didapat perbandinganregangan vertikal yang diukur dengan tes oedometer padategangan 25 kPa, tanpa menggunakan granular columnsebesar 35 % dan dengan menggunakan granular columnsebesar 17,5 % dan penurunan yang terjadi sebesar 50%. Sebagian besar penurun terjadi pada kedalam 2,5 kalidiameter kolom. Dengan adanya granular column bebanyang diberikan dapat meningkatkan kekuatan tanahorganik.
Penelitiannyamengunakangranular columnyang pasang didalam tanah organiksebagai perkuatantanah denganmenggunakan ujimodel labolatoriumdengan bebanvertikal.
39
Lanjutan Tabel 5.
Nama Judul Hasil Keterangan
Heru DwiJatmoko (2012).
Confining PressureTiang MeruncingPada TanahLempung DenganVariasi Overburden
Penelitian dilakukan dengan tiang berukuran kecilberbentuk meruncing dan seragam sebagai pembanding.Ukuran tiang meruncing diameter atas 5 cm dan bawah 4cm sedang untuk tiang seragam berdiameter luar 4,5 cmmasing-masing dengan panjang efektif 20 cm sertaketebalan tiang 0,3 cm. Sebagai batasan tanah ujipengujian dilakukan di dalam mould dengan diameter 30cm. Untuk mengetahui perilaku distribusi gaya makadipasang strain gauge pada tiang dan mould dengan 3posisi. Media tanah digunakan tanah asli, lempung takorganik dengan plastisitas tinggi (CH) yang diambil dariDesa Kedung Sari, Sentolo, Kulonprogo, DIY, yangdijenuhkan pada berat volume kering, d = 10,9 kN/m3dan kadar air, w = 52%. Untuk mengkondisikankedalaman tiang tanah diberikan tekanan vertikal, vsebesar 163 kN/m2, 326 kN/m2 dan 489 kN/m2. Setelahtiang diposisikan dan tanah dimasukan dalam mouldpengujian geser dilakukan sampai runtuh. Analisadilakukan tentang perilaku distribusi gaya dandisplacement hasil pengujian menunjukan denganbertambahnya takanan vertikal, confining pressure akannaik, pada tiang seragam diperoleh tekanan confiningpressure lebih besar dari tiang meruncing.
Penelitiannya,Keruncingan tiangadalah parameteryang belum banyakdipelajari terhadappeningkatankapasitasdukungnya. Perilakudistribusi gaya yangterjadi disepanjangtiang merupakansatu hal yangpenting.
40
Lanjutan Tabel 5.
Nama Judul Hasil Keterangan
Prof. Dr. Ir.LawalennaSamang,MS.,M.Eng.,Dr.Eng. TriHarianto, ST.,MT.dan Ir. AchmadZubair, MT (2010).
Efektifitas PondasiRaft dan Pile DalamMereduksiPenurunan TanahDengan MetodeNumerik
Hasil dari metode elemen hingga yang digunakanmenunjukkan bahwa tipe pondasi raft dan pile secarasignifikan menurunkan besarnya penurunan dari badan jalanakibat beban permukaan. Deformasi yang terjadi pada badanjalan tanpa pekuatan mencapai 0,553 m sedangkan denganperkuatan 3 m dan 5 m masing masing sebesar 0,246 m dan0,225 m.
Desain pondasi Raftdan Pilediperkenalkan dalamstudi ini untukmereduksipenurunan tanah.Metode ElemenHingga digunakanuntukmenginvestigasiefektifitas daripondasi raft dan pilemereduksipenurunan tanahkhususnya padajalan raya yangdibangun didaerahrawa.
41
Lanjutan Tabel 5.
Nama Judul Hasil Keterangan
Suherman M.(2004).
Metode kolomgrouting untukmengatasi likuifaksitanah di bawahpondasi.
Kebanyakan grouting didesain untuk memperolehperubahan sifat tanah dengan secara serentak ataumelalui jangka waktu, setelah dilakukan injeksi. Tujuanutama dari teknik grouting adalah untuk mendapatkanyang lebih kuat, lebih padat, dan kurang permeabel padatanah atau batuan. Grouting terhadap tanah pondasidimaksudkan untuk menambah stabilitas dan mereduksikompresibilitas baik bersifat permanen maupunsementara. Tanah non kohesif dengan gradasi tidak lebihhalus dari pasir medium, pemberian semen groutingsering dilakukan dengan menggunakan tekanan rendah.
Penelitiannyamenyatakan bahwagrouting merupakansuntikan bahan cairke dalam rongga-rongga tanah atauruang antara tanahdengan bangunan didekatnya, biasanyadilakukan melaluilobang bor dandiberi tekanan
42
Lanjutan Tabel 5.
Nama Judul Hasil Keterangan
Tandel Y.K,Solanki C.H danDesai A.K (2012).
Reinforced GranularColumn For DeepSoil Stabilization.
Dari hasil pengujian ini didapat granular column yangberdiameter kecil lebih baik dibandingkan dengan yangberdiameter besar karena tekana dalam columnberdiameter kecil lebih rendah, kapasitas beban ultimitcolumn meningkat seiring peningkatan kekakuannya,granular column yang dibungkus dengan geisyntheticdapat mengurangi penurunan hingga 50 % dari tanahtanah yang tidak menggunakan perkuatan granularcolumn, kapasitas beban ultimit granular column yangdiperkuat geosynthetic dapat meningkat 2 sampai 3 kalidari yang tanpa perkuatan granular column dan analisisteoritis serta hasil uji model menghasilkan bahwa granularcolumn yang terbungkus geosynthetic efisien untukperbaikan tanah lunak.
Penelitian inigranular columndibungkus dengangeosynthetic dandipasang pada tanahyang dalam yangakandistabilisasikan.
43
I. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 15. Kerangka konsep penelitian.
Bertambahnya kebutuhan lahan dalam pembangunan konstruksi.Tidak memenuhinya syarat daya dukung tanah padapembangunan konstruksi diatas tanah lunakDapat menggunakan metode perkuatan tanah yang lebih efektifdan mudah dalam pelaksanaannya.
Memberikan perkuatan tanah dasar dengan menggunakan “KolomPasir Grouting”
Pengujian dengan metode plate bearing test pada sampel tanahyang diperkuat dengan “Kolom Pasir Grouting”.Menguji karakteristik fisik dan mekanis material ujiMengetahui besarnya kapasitas dukung pada “Kolom PasirGrouting”Mengetahui pola deformasi sistem pondasi “Kolom PasirGrouting”. terhadap perkuatan tanah
Pengaruh “Kolom Pasir Grouting”. pada kedalaman dandiameter yang efektif terhadap daya dukung tanah
Analisis numerik menggunakan program “Plaxis”yang merupakan program elemen hingga dalam
menganalisa masalah geoteknik dalamperencanaan sipil
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimental dengan melakukan pengujian karakteristik dari sifat fisik
dan mekanis tanah lempung kepasiran, tanah pasir dan sifat mekanis
kolom pasir grouting. Analisis numerik menggunakan program plaxis,
yang merupakan program elemen hingga dalam menganalisa masalah
geoteknik dalam perencanaan sipil.
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mekanika Tanah
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. Pengujian
akan dimulai pada awal bulan Januari 2013 dalam mempersiapkan alat
dan bahan serta melakukan pengujian karakteristik fisik dan mekanis
tanah lempung kepasiran dan tanah pasir. Sedangkan pengujian model
Kolom Pasir Grouting akan dimulai di bulan Maret – Mei 2013 dan pada
bulan Juni 2013 akan dilakukan analisis numerik menggunakan program
plaxis yang merupakan program elemen hingga dalam menganalisa
masalah geteknik.
45
Tabel 6. Rencana schedulle pelaksanaan penelitian.
Pengujian Waktu Pelaksanaan
Januari Februari Maret April Mei Juni
Persiapan Alat dan BahanPemeriksaan Sifat Fisik danMekanisPengujian Model “Kolom PasirGrouting”Analisa Numerik ProgramPlaxis
B. Kerangka Alir Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini dibuat langkah-langkah
pelaksanaan alir kegiatan penelitian agar proses pelaksanaan dapat
berjalan secara sistematis agar dapat tepat sesuai dengan tujuan
penelitian. Langkah pertama yang dilakukan adalah studi pendahuluan
yang selanjutnya diteruskan dengan kajian pustaka dan berbagai teori
dasar. Untuk dapat mendalami hal tersebut maka dibuat kerangka alir
penelitian seperti pada flowchart Gambar 16.
46
Ya
Ya
Ya
Tidak
S T A R T
Studi Literatur Tentang“Kolom Pasir Grouting”
Pemeriksaan Sifat FisikTanah Lempung KepasiranDistribusi Ukuran Butir, Bobot Isi,
Kompaksi Standar, Atterberg, Berat Jenis,Kadar Air
Pemeriksaan Sifat FisikTanah Pasir
Distribusi Ukuran Butir, Berat Jenis,Kompaksi Standar dan Kadar Air
Sampel TanahLempung Kepasiran
dan Tanah PasirMemenuhi Persyaratan
Pemeriksaan Sifat MekanisTanah Lempung Kepasiran
Berat Isi, Unconfined TanahLempung Kepasiran dan Geser
Langsung
Pemeriksaan Sifat MekanisKolom Pasir GroutingUnconfined Kolom Pasir
Grouting dan Geser LangsungKolom Pasir Grouting
Lanjut Pada Halaman Berikut......
47
Gambar 16. Kerangka alir penelitian.
Ya
Variasi Variabel Pada Injeksi Semen PadaBak Selinder Fiberglass WCR = 1,0 : 1
Curing Time 21 Hari
Plat Bearing Ø 10dan 20 cm2
Tekanan: 4, 6 dan 8kg/cm2
Analisis Numerik Menggunakan Program Plaxis
Kesimpulan dan Saran
S E L E S A I
Tidak
Rekayasa dan Pembuatan Uji Model Diameter 10 cm :Tanpa perkuatan “Kolom Pasir Grouting”Dengan perkuatan “Kolom Pasir Grouting” denganH1 = 20 cmDengan perkuatan “Kolom Pasir Grouting” denganH2 = 30 cmDengan perkuatan “Kolom Pasir Grouting” denganH3 = 40 cm
Pengujian Permodelan
DidapatkanKedalaman Efektif
pada Ø 10 cm
48
C. Rancangan Sampling dan Data Penelitian
1. Persiapan material dasar
Tanah lempung kepasiran yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari tanah lempung kepasiran yang berlokasi di Kelurahan
Borongroloe, Kecamatan Bontomaranu, Kabupaten Gowa
Tanah granular yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
sungai bili-bili kabupaten gowa
2. Persiapan bahan dan alat
a. Alat Pengukuran Sifat Fisik Tanah : Alat Kadar Air, Alat Pengujian
Berat Jenis Tanah, Alat Pengujian Batas-Batas Atterberg, Alat Uji
Analisis Hydrometer dan Alat Uji Analisa Saringan.
b. Alat Pengujian Sifat Mekanis Tanah : Alat Pengujian Kompaksi dan
Alat Unconfined.
c. Bak Pengujian : Model perkuatan tanah dengan menggunakan
Kolom Pasir Grouting menggunakan bak selinder yang terbuat dari
fiberglass dengan dimensi, H = 60 cm dan Diameter = 60 cm.
d. Pembebanan : pemberian beban pada plate pengujian dihasilkan
dari pompa hidrolis (hydraulic jack).
e. Plate bearing test sebagai pembagi beban secara merata.
f. Pembacaan Pola Deformasi dan Kapasitas Dukung : penurunan
tanah dari model uji diukur dengan menggunakan dial indikator (dial
gauge).
49
Tabel 7. Daftar alat-alat dan gambar pengujian.
No Nama Alat Gambar Alat
1. PengujianBerat Jenis
2.Pengujian
Batas-BatasAtterberg
3.
Alat UjiAnalisa
Saringan danHydrometer
4.Alat
PengujianKompaksi
50
Lanjutan Tabel 7.
No Nama Alat Gambar Alat
5. Alat UjiUnconfined
6.
BakPengujian
ModelSelinder
Fiberglass
7.Hydraulic
Jack
51
Lanjutan Tabel 7.
No Nama Alat Gambar Alat
8. Pompa
9. PlateBearing
10.
10. Dial Gauge.
Dial Gauge
52
Lanjutan Tabel 7.
No Nama Alat Gambar Alat
11. MagneticStand
12. MesinCompressor
13. TabungInjeksi
53
3. Pelaksanaan penelitian
a. Pemeriksaan Karakteristik Fisik dan Mekanis Tanah Lempung
Kepasiran
(1) Pengujian Berat Jenis Tanah disesuaikan dengan SNI 03-1964-
2008/ASTM D854-88 (72). Alat yang digunakan adalah
piknometer, timbangan, wash bottle, oven, desikator,
Lanjutan Tabel 7.
No Nama Alat Gambar Alat
14. Batang/TiangInjeksi
15. Manometer
54
termometer, cawan porselen (mortar), alat vacuum atau
kompor.
(2) Pengujian Kadar Air disesuaikan dengan ASTM D 2216-(71).
Alat yang digunakan adalah oven, timbangan, desikator dan
cawan.
(3) Alat Uji Analisis Hidrometer disesuaikan dengan SNI 03-3423-
1994. Alat yang digunakan adalah hidrometri, saringan,
timbangan, tabung gelas, gelas silinder kapasitas, cawan
parselen (mortar), alat pengaduk suspensi (stirring apparatus),
thermometer, stopwach, air destilasi, bahan disperse
(reagment).
(4) Alat Uji Analisa Saringan disesuaikan dengan SNI 03-1968-
1990. Alat yang digunakan adalah saringan, timbangan,
stopwach, dan air destilasi.
(5) Alat Pengujian Batas Cair (liquid limit, LL) disesuaikan dengan
SNI 03-1967-1990. Alat yang digunakan adalah alat batas cair
casagrande, alat pembarut (grooving tool), cawan porselen
(mortar), pestel (penumbuk/penggerus), saringan No.40 dan
wash bottler.
(6) Alat Pengujian Batas Plastis (plastic limit, PL) dan indeks
plastisitas (plasticity index, PI). Pengujian ini disesuaikan
dengan SNI 03-1966-1990. Alat yang digunakan adalah cawan
55
porselen, pestel (penumbuk/penggerus), plat kaca, saringan
No.40 dan sebatang kawat 3 mm.
(7) Alat Uji Pemadatan mengacu pada SNI 03-1742-1989 atau SNI
03-1743-1989. Alat yang digunakan adalah saringan No.4,
silinder pemadat dengan diameter 10,150 cm dan tinggi 11,675
cm, penumbuk standart, alat untuk mengeluarkan contoh tanah,
pisau perata dan timbangan
b. Pemeriksaan Karakteristik Fisis dan Mekanis Tanah Pasir
(1) Pengujian Berat Jenis Tanah disesuaikan dengan SNI 03-1964-
2008/ASTM D854-88 (72). Alat yang digunakan adalah
piknometer, timbangan, wash bottle, oven, desikator,
termometer, cawan porselen (mortar), alat vacuum atau
kompor.
(2) Pengujian Kadar Air disesuaikan dengan ASTM D 2216-(71).
Alat yang digunakan adalah oven, timbangan, desikator dan
cawan.
(3) Alat Uji Analisa Saringan disesuaikan dengan SNI 03-1968-
1990. Alat yang digunakan adalah saringan, timbangan,
stopwach, dan air destilasi.
(4) Alat Uji Pemadatan mengacu pada SNI 03-1742-1989 atau SNI
03-1743-1989. Alat yang digunakan adalah saringan No.4,
silinder pemadat dengan diameter 10,150 cm dan tinggi 11,675
56
cm, penumbuk standart, alat untuk mengeluarkan contoh tanah,
pisau perata dan timbangan.
Langkah pertama pengisian tanah pada bak pengujian dengan
tinggi 50 cm kepadatan tertentu, material berupa tanah lempung kepasiran
selanjutnya dibuat kolom pasir grouting dengan diameter sesuai model
pengujian. Plat bearing diletakkan pada permukaan kolom pasir grouting,
dan dibebani menggunakan alat hydraulic jack. Dial indikator (dial gauge)
berjumlah 4 buah di letakkan pada posisi yang ditentukan. Yang pertama
diatas pelat bearing untuk membaca kapasitas dukung dan pola
deformasi, kedua dial lainnya diletakan di antara dinding dan kolom pasir
grouting sejarak 10 cm, untuk membaca pola deformasi pada muka tanah.
Setelah dilakukan pengujian tanpa perkuatan tanah lempung
kepasiran sebagai timbunan dibongkar dan tanahnya disimpan dengan
menjaga kondisi kadar airnya, selanjutnya tanah lempung kepasiran
dalam bak dibongkar ulang dan di padatkan ulang dan dipasang
perkuatan kolom pasir grouting dengan kedalaman variasi sesuai rencana
model. Tanah lempung kepasiran lalu dimasukkan dan dimodelkan
sebagai struktur tanah dasar setinggi 50 cm dengan melakukan
perkuatan. Seperti terlihat pada Gambar 17 sampai dengan Gambar 25
sketsa tampak model pengujian kolom pasir grouting.
Plat bearing diletakkan pada permukaan kolom pasir grouting yang
selanjutnya akan dibebani menggunakan alat dongkrak hidrolis (hydraulic
jack).
57
Dial indikator (dial gauge) di letakkan pada posisi. Yang pertama
tepat diatas plat bearing untuk membaca kapasitas dukung dan pola
penurunan; kedua dial yang lainnya diletakan dari antara dinding dan
kolom pasir grouting sejarak 10 cm, untuk membaca pola deformasi yang
terjadi pada muka tanah.
Gambar 17. Sketsa tampak model pengujian kolom pasir grouting.
Gambar 18. Sketsa tampak model pengujian tanpa perkuatan platbearing L = 10 cm kolom pasir grouting.
58
Gambar 19. Sketsa tampak model pengujian tanpa perkuatan bearing L =20 cm kolom pasir grouting.
Gambar 20. Sketsa model pengujian dengan perkuatan plat bearing L =10 cm kolom pasir grouting kedalaman 20 cm.
59
Gambar 21. Sketsa model pengujian dengan perkuatan plat bearing L =20 cm kolom pasir grouting kedalaman 20 cm.
Gambar 22. Sketsa model pengujian dengan perkuatan plat bearing L =10 cm kolom pasir grouting kedalaman 30 cm.
60
Gambar 23. Sketsa model pengujian dengan perkuatan plat bearing L =20 cm kolom pasir grouting kedalaman 30 cm.
Gambar 24. Sketsa model pengujian dengan perkuatan plat bearing L =10 cm kolom pasir grouting kedalaman 40 cm.
61
Gambar 25. Sketsa model pengujian dengan perkuatan plat bearing L =20 cm kolom pasir grouting kedalaman 40 cm.
Selama pengujian, beban ditambahkan secara perlahan-lahan
sambil membaca pergerakan dial ukur, dan selanjutnya mengamati pola
penurunan serta perubahan bentuk permukaan tanah, dengan sampel
pengujian dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sampel pengujian untuk kolom pasir grouting.
Variasi Campuran“Kolom Pasir
Grouting”
Kolom PasirGrouting Ø 10 Cm,
Tekanan = 4,6,8Kg/Cm2
WCR = 1,0 : 1
Sampel Uji PlatBearing Ø 10 dan
20 cm, TanpaPerkuatan
Sampel Uji PlatBearing Ø 10 dan20 cm, Dengan
Perkuatan
KedalamanH1 = 20 cm 2 Sampel 1 Sampel 1 Sampel
KedalamanH2 = 30 cm 2 Sampel 1 Sampel 1 Sampel
KedalamanH3 = 40 cm 2 Sampel 1 Sampel 1 Sampel
Total Sampel Uji 6 Sampel 3 Sampel 3 Sampel
62
D. Analisa Data dan Validasi Numerik
Dalam menganalisa deformasi yang terjadi pada tanah lempung
dalam penelitian ini dingunakan metode elemen hingga dengan
menggunakan program Plaxis. Perilaku tanah yang diberikan adalah
Mohr-Coulomb. Perilaku tanah ini merupakan yang paling sederhana
dengan dua parameter kekakuan yaitu E’ dan ’, dan tiga parameter
kekuatan yaitu Cref, ’ dan yang umumnya bisa didapatkan dalam
penelitian dasar tanah.
1. Data input plaxis 2D V8.2
Pada bagian ini dijelaskan tentang cara-cara untuk memodelkan
hasil penelitian laboratorium ke dalam bentuk analisa model dengan
menggunakan program PLAXIS. Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut :
Jalankan program PLAXIS dengan klik ganda pada ikon program
masukan (Plaxis Input). Sebuah dialog Create/Open Project, dimana
pengguna dapat memilih proyek yang telah ada atau membuka proyek
yang baru, pilih New Project dan klik tombol <OK>, seperti terlihat pada
Gambar 26.
63
Gambar 26. Menu open program plaxis.
a. Pengaturan global
Langkah pertama dalam setiap analisis adalah mengatur parameter
dasar dari model elemen hingga. Hal ini dilakukan dalam jendela
General Settings seperti terlihat pada Gambar 27 dan Gambar 28.
Pengaturan ini mencakup deskripsi permasalahan, jenis analisa,
jenis elemen, satuan dasar dan ukuran bidang gambar. Langkah-
langkah pengaturan mencakup sebagai berikut :
(1) Dalam lembar tab Project, masukkan nama file yang akan
digunakan untuk pemodelan tersebut.
(2) Selanjutnya dalam kotak General ditentukan jenis analisis
(Model) dan jenis elemen dasar (Elements). Dimana untuk kasus
ini digunakan Axisymmetry dari Combo Box Model dan 15-Node
dari Combo-box Elements.
64
Gambar 27. Menu general settings program plaxis.
(3) Kotak Acceleration mengindikasikan sudut percepatan gravitasi
telah ditetapkan -90°, yang berarti mempunyai arah ke bawah.
Klik tombol Next dibawah lembar-tab atau klik lembar-tab
Dimensions.
(4) Dalam lembar-tab Dimensions, gunakan satuan-satuan pra-pilih
dalam kotak Units.
Gambar 28. Menu general settings pada dimensi satuan.
65
(5) Dalam kotak Geometry Dimensions, ukuran dari bidang gambar
harus dimasukkan. Saat memasukkan koordinat teratas dan
terbawah dari geometri yang akan dibuat, plaxis akan
menambahkan sebuah marjin kecil sehingga geometri akan
berada dalam bidang gambar.
(6) Kotak Grid berisi nilai-nilai untuk mengatur spasi grid. Grid ini
akan membentuk matriks titik-titik pada layar yang dapat
digunakan sebagai titik-titik referensi.
(7) Klik tombol <OK> untuk mengaplikasikan nilai-nilai yang telah
dimasukkan. Bidang gambar akan muncul dimana model
geometri dapat mulai digambarkan.
b. Kontur geometri
Setelah General Settings diatas selesai dilengkapi, bidang gambar
serta indikator sumbu koordinat akan muncul. Sumbu X akan
menunjukkan ke kanan dan sumbu y menunjuk ke atas. Geometri
dapat digambarkan dimana saja di dalam bidang gambar. Untuk
menggambarkan kontur dari model geometri dapat dilakukan
sebagai berikut :
(1) Pilih Opsi Garis Geometri untuk menggambar area dan
objek seperti beban. Atau dapat juga menggunakan input
berdasarkan titik disumbu kartesian (X dan Y). Hasil dari
penggambaran geometri dapat dilihat pada gambar 29.
66
Gambar 29. Penggambaran area garis geometri.
c. Kondisi batas
Pada prinsipnya, seluruh batas harus mempunyai sebuah kondisi
batas pada tiap area. Dengan kata lain, jika kondisi batas tidak
dinyatakan secara eksplisit pada suatu batas tertentu (batas bebas),
maka kondisi alami akan diterapkan, yaitu dimana gaya tertentu
adalah nol dan perpindahan adalah bebas.
Untuk membentuk kondisi-kondisi batas, maka dilakukan langkah
sebagai berikut :
Klik tombol Standart Fixities atau pilih dari menu Load untuk
menerapkan kondisi batas standar seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 30 dan Gambar 31.
67
Gambar 30. Menu beban untuk menerapkan kondisi batas standar.
(2) PLAXIS kemudian akan membentuk jepit penuh pada dasar
geometri dan kondisi rol pada sisi vertikal ( = 0; = ).Jepit pada arah tertentu akan ditampilkan pada layar berupa dua
garis paralel yang tegak lurus terhadap arah jepitan. Karena itu
rol akan berupa dua garis vertikal sejajar dan jepit penuh akan
berupa dua pasang garis vertikal sejajar yang bersilangan.
(3) Pilihan Plate pada toolbar atau pilih pada menu Geometry,
dimana material Plate digunakan untuk memodelkan Plate
Bearing yang digunakan pada pengujian di laboratorium.
Gambar 31. Menu plate sebagai pada menu geometri
68
Pilih tombol Point Load-Load System A, dimana digunakan
untuk memodelkan Beban yang diaplikasikan di
laboratorium. Pengaplikasian beban dilakukan pada saat
proses Calculation.
d. Kumpulan data material
Untuk memodelkan perilaku dari tanah, model tanah yang tepat dan
parameter material yang sesuai harus diterapkan pada geometri.
Dalam Plaxis, sifat-sifat dari tanah dikumpulkan dalam kumpulan
data material dan berbagai kumpulan data disimpan dalam sebuah
basis data material. Dari basis data, sebuah kumpulan data dapat
diterapkan pada satu atau beberapa klaster. Sistem serupa juga
berlaku untuk obyek struktural (seperti dinding, pelat jangkar, geogrid
dan lain-lain), tetapi jenis struktur yang berbeda akan memiliki
parameter yang berbeda, sehingga menjadi kumpulan data yang
berbeda pula. PLAXIS membedakan kumpulan data material untuk
Soil & Interface, Plate, Struture dan Geogrid.
Pembuatan kumpulan data material umunya dilakukan setelah
memasukkan kondisi batas. Sebelum penyusunan jaring elemen,
dapat dilihat pada Tabel 9 seluruh kumpulan data material harus
didefinisikan dan seluruh klaster serta obyek struktural harus sudah
dikaitkan terhadap kumpulan data material yang sesuai.
69
Tabel 9. Input parameter tanah kolom pasir grouting.
Parameter Nama Pasir-Semen Tanah Dasar Satuan
Model Material Model Mohr-Coulomb Mohr-Coulomb -
Jenis Perilaku Material Jenis Non-Porous Undrained -
Berat Isi Tanah Di Atas Muka Air Tanah ɣunsat 19,5 17,70 kN/m³
Berat Isi Tanah Di Bawah Muka Air Tanah ɣsat - 21,00 kN/m³
Permeabilitas Horizontal Kx - 0,0001 m/hari
Permeabilitas Vertikal Ky - 0,0001 m/hari
Modulus Young E 15000,0 1000,00 kN/m²
Angka Poisson v 0,2 0,35 -
Kohesi c 50,0 4,00 kN/m²
Sudut Geser φ 45,0 17,00 °
Sudut Dilatansi ψ 0,0 0,00 °
Masukkan dari kumpulan data material dapat dilakukan dengan
menggunakan Material Sets pada menu Materials atau dari pilihan
yang tersedia pada tool-bar. Pilih Material Sets pada menu
tool-bar.
(1) Pilih tombol <New> disisi bawah dari jendela Material Sets.
Sebuah kotak dialog akan muncul dengan tiga buah lembar-tab,
yaitu General, Parameters, dan Interface.
(2) Masukkan Parameter Model sesuai dengan tabel di atas, dan
selanjutnya seret (drag) kumpulan data material yang telah di
input ke dalam klaster tanah dalam bidang gambar dan lepaskan
di atasnya (lepaskan tombol utama Mouse). Perhatikan bahwa
kursor akan berubah bentuk untuk mengindikasikan apakah
70
kumpulan data dapat diaplikasikan di lokasi tersebut atau tidak.
Aplikasi kumpulan data yang benar pada klaster akan
ditunjukkan dengan perubahan warna dari kluster.
(3) Klik tombol <OK>> pada jendela Material Sets untuk menutup
basis data seperti yang ditunjukkan pada Gambar 32 dan
Gambar 33.
Gambar 32. Lembar-tab general dari jendela kumpulan data tanah danantar muka.
71
Gambar 33. Perubahan warna klaster setelah data material di dragkedalam klaster.
e. Penyusunan jaring elemen
Setelah model geometri lengkap selesai, model elemen hingga dapat
disusun. PLAXIS menyediakan prosedur penyusunan jaring elemen
yang sepenuhnya dilakukan secara otomatis, dimana geometri dari
model dibagi menjadi elemen-elemen dasar dan elemen struktural
yang kompatibel, jika ada dalam geometri. Penyusunan jaring
elemen akan mengikutsertakan seluruh titik dari garis yang ada
dalam model geometri, sehingga posisi yang tepat dari seluruh
lapisan, beban dan struktur ikut diperhitungkan dalam jaring elemen
hingga.
72
Untuk menyusun jaring elemen, selanjutnya dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
Klik tombol Mesh pada toolbar atau pilih generate mes dari menu
Mesh. Setelah penyusunan jaring elemen, maka sebuah jendela
baru akan tebuka (jendela keluaran) dimana ditunjukkan jaring
elemen hingga seperti yang ditunjukkan pada Gambar 34.
(2) Klik Tombol <Update> untuk kembali ke modus masukkan
geometri.
Gambar 34. Menu generate mesh deformasi
73
f. Kondisi awal
Dengan terbentuknya jaring elemen, maka model elemen hingga
telah selesai dibentuk. Walaupun demikian, kondisi awal harus
ditentukan dan dihitung terlebih dahulu sebelum memulai
perhitungan. Secara umum, kondisi awal terdiri dari kondisi awal
untuk tekanan air, konfigurasi geometri awal dan kondisi tegangan
efektif awal. Kondisi awal diatur dalam modus yang berbeda dengan
program Input. Untuk membentuk kondisi awal dilakukan sebagai
berikut : Klik tombol Initial conditions pada toolbar atau pilih Initial
Conditions dari menu Initial.
(1) Pertama sebuah jendela kecil akan muncul dan menunjukka nilai
para-pilih dari berat isi air, yaitu sebesar 10 kN/m³. Klik <OK>
untuk menerima nilai tersebut dan kemudian modus kondisi air
awal akan muncul. Perhatikan bahwa toolbar dan latar belakang
dari geometri telah berubah dibandingkan dengan modus
masukan geometri.
Pilihan kondisi awal terdiri dari dua buah modus yang berbeda,
yaitu modus kondisi air awal dan modus konfigurasi geometri
awal. Perpindahan antar kedua modus ini dilakukan dengan
menggunakan tombol “switch” dalam toolbar.
Karena dalam pemodelan ini tidak mengikutsertakan
tekanan air, maka lanjutan ke modus konfigurasi geometri awal
dengan meng-klik tombol sebelah kanan dari ‘switch’ (Tegangan
74
dan konfigurasi geometri awal). Garis freatik secara otomatis
akan diletakkan pada dasar geometri.
Klik tombol Generate Initial Stresses (tanda tambah
berwarna merah) pada toolbar atau pilih dari menu Calculate.
Kotak dialog Prodesur-Ko akan muncul seperti terlihat pada
Gambar 35.
(2) Masukkan faktor pengali total untuk berat tanah, ΣMweight,
sebesar 1,0. Hal ini berarti bahwa berat tanah sepenuhnya akan
diaplikasikan dalam perhitungan tegangan awal.
Gambar 35. Menu ko-procedure generate initial stresses
(3) Setelah perhitungan tegangan awal, jendela keluaran akan
muncul dan menunjukkan tegangan-tegangan efektif yang
dinyatakan dalam tegangan-tegangan utama dapat dilihat pada
Gambar 36.
75
Gambar 36. Menu modus konfigurasi geometri update initial soil stresses
Panjang dari garis-garis yang ditampilkan menyatakan nilai
tegangan utama secara relatif dan orientasi dari garis-garis
tersebut menunjukkan arah utama. Klik tombol <Update> untuk
kembali ke modus konfigurasi geometri awal di dalam program
Input.
(4) Setelah perhitungan tegangan awal, maka tahapan perhitungan
dapat dimulai. Setelah mengklik tombol <Update>, pengguna
akan diminta untuk menyimpan data dalam hard disk. Klik tombol
<Yes>, Jendela permintaan berkas akan muncul. Masukkan
nama berkas yang diinginkan dan klik tombol <Save>.
76
2. Perhitungan validasi numerik
Setelah meng-klik tombol <Calculate>, dan menyimpan data
masukkan, dapat dilihat pada Gambar 37 program masukkan akan
tertutup dan program perhitungan akan berjalan. Program perhitungan
dapat digunakan untuk mendefinisikan dan mengeksekusi tahap-tahap
perhitungan. Program ini juga dapat digunakan untuk memilih tahapan
perhitungan dimana keluaran dari program ingin ditampilkan.
Gambar 37. Jendela perhitungan dengan lembar-tab general
77
Lembar-tab (General, Parameter dan Multipler) digunakan untuk
mendefinisikan satu tahapan perhitungan. Tahapan perhitungan ini
dapat berupa satu pembebanan, tahapan konstruksi (Stage
Construction), tahapan konsolidasi atau analisis keamanan.
Untuk setiap proyek dapat didefinisikan berbagai tahapan
perhitungan. Seluruh tahapan perhitungan yang telah didefinisikan akan
muncul dalam daftar di bagian bawah jendela.
Untuk mendefiniskan tahap perhitungan, ikuti langkah-langkah
berikut :
(1) Dalam kotak Number/ID digunakan untuk mendefiniskan nama
untuk tiap tahap perhitungan dan untuk Start for phase
digunakan untuk mengecek tahapan perhitungan (dalam kasus
ini perhitungan hanya dapat dimulai dari tahap 0 – initial phase).
(2) Masih dalam lembar-tab Umum, pilih Plastic dari kotak
Calculation Type dalam Combo Box, dimana pilihan digunakan
untuk pembebanan langsung.
(3) Klik tombol <Paramaters> atau klik tab Parameters.
78
Gambar 38. Jendela perhitungan dengan lembar-tab general
(4) Lembar-tab Parameters memuat parameter-parameter untuk
mengatur perhitungan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
38. Biarkan nilai para-pilih untuk maksimum yang dikehendaki
dari Additional Steps (250) dan pilih Standart Settings dari kotak
Iterative Prosedur.
(5) Dari kotak Loading Input, pilih Staged construction.
(6) Klik tombol <Define>.
(7) Jendela Staged construction akan muncul dan menampilkan
konfigurasi geometri yang aktif saat ini. Pilih Point Load dengan
klik ganda pada garis di bagian atas geometri atau klaster
berada. Sebuah kotak dialog akan muncul.
79
Gambar 39. Jendela pengaktifan beban pada tahapan calculation
(8) Setelah kotak dialog Point Load muncul maka pemndefinisian
beban akan dimulai. Untuk penginputan nilai beban didasarkan
atas perilaku Axisymetery, maka beban yang di Input terlebih
dahulu dibagi dengan 2π, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
39 dan selanjutnya di input ke dalam kolom Y-Value.
(9) Dan selanjutnya klik tombol <Update>.
(10) Dan setelah kembali ke jendela Calculation, maka selanjutnya
menentukan titik untuk kurva. Klik tombol Select poin for Curve
pada toolbar seperti terlihat pada Gambar 40. Sebuah jendela
akan terbuka dan menampilkan seluruh titik noda yang berada
dalam model elemen hingga.
(11) Dan selanjutnya pilih titik yang akan dijadikan tinjauan.
80
Gambar 40. Jendela pemilihan titik untuk kurva
(12) Setelah itu klik tombol <Update> dan program akan kembali ke
jendela Calculate, dan selanjutnya klik tombol <Calculate> untuk
memulai proses perhitungan. Proses perhitunga ditandai dengan
munculnya jendela perhitungan seperti pada Gambar 41.
Gambar 41. Jendela informasi perhitungan
81
(13) Setelah perhitungan selesai maka program akan menampilkan
hasil keluaran yang ditandai dengan pola deformasi dari hasil
running tersebut seperti halnya terlihat pada Gambar 42 sampai
dengan Gambar 45.
Gambar 42. Jaringan elemen terdeformasi
Gambar 43. Jaringan elemen terdeformasi dalam mode arrows
Gambar 44. Jaringan elemen terdeformasi dalam mode shadings
82
Material kolom pasir grouting pada program Plaxis diasumsikan
sebagai geogrids dengan memasukkan data Modulus Elastisitas yang
didapatkan dari hasil pengujian pendahuluan. Data yang dimasukkan
selain (E) juga luas penampang yang dipergunakan dalam perhitungan.
Material kolom pasir grouting dalam program plaxis diasumsikan
sebagai plate dengan memasukkan data Modulus Elastisitas, luasan
penampang, inersia dan poisson’s ratio material kolom pasir grouting.
E. Definisi Operasional Variabel
Variable yang digunakan dalam penelitian diperlukan kesepahaman
pengertian dalam mengenali variabel yang digunakan antara lain :
1. Kapasitas Dukung Ultimit (qu)
Sebagai beban maksimum yang diberikan persatuan luas
dimana tanah masih dapat mendukung beban tanpa mengalami
keruntuhan.
2. Beban Ultimit (Pu)
Sebagai beban maksimum yang diberikan pada suatu luasan
yang didistribusikan ke tanah hingga tanah mengalami
keruntuhan.
3. Luas Bidang Beban (A)
Sebagai luasan yang diberi beban. Sebagai perantara beban
yang akan didistribusikan ke tanah.
83
Variabel yang digunakan dalam program plaxis sebagai berikut :
1. Axisymmetry
Pilihan bentuk umum Axisymmetry didefinisikan sebagai analisis
beban yang dihitung dihasilkan dari displacement tertentu yang
menunjukkan gaya per jarak diluar dari arah sumbu z.
2. Berat Volume Tanah Basah/Wet Soil Weight (wet)
Sebagai berat tanah termasuk zat cair dalam pori per satuan
volume. Berat volume ini digunakan untuk merepresentasikan
semua material yang berada dibawah muka air tanah.
3. Berat Volume Tanah Kering/Dry Soil Weight (dry)
Sebagai berat tanah per satuan volume. Berat volume ini
digunakan untuk mempresentasikan semua material yang
berada diatas muka air tanah.
4. Modulus Young Efektif/Young’s Modulus (Eref)
Sebagai pebandingan antara tegangan dengan regangan pada
suatu material. Modulus young merupakan kekakuan dasar pada
bentuk Mohr-Coulomb.
5. Poisson’s Ratio ()
Sebagai rasio regangan material pada arah lateral terhadap arah
aksial.
6. Kohesi/Cohesion (c)
Sebagai lekatan tanah. Gaya tarik menarik antar partikel sejenis.
84
7. Sudut Geser/Friction Angle ()
Sebagai komponen kuat geser tanah akibat geseran antara
partikel. Merupakan sudut yang terbentuk saat pergeseran dua
atau lebih partikel tanah.
8. Sudut Dilatansi/Dilatancy Angle ()
Sebagai sudut yang terbentuk saat terjadi pengembangan
volume tanah akibat tegangan geser.
Gambar 45. Contoh out put gambar kolom perkuatan tanah pada pondasimenggunakan program plaxis 3D.
85
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Tanah Lempung Kepasiran
Dari hasil pengujian di laboratorium diperoleh data-data
karakteristik fisik dan mekanis tanah dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rekapitulasi hasil pemeriksaan karakteristik tanah asli.
Jenis Pemeriksaan Hasil PemeriksaanPengujian Karakterisitk Sifat Fisik Tanah DasarKadar Air (w) 43,40 %Berat jenis (Gs) 2,70Pemeriksaan Analisa Saringan
a. Berbutir Halus 57,50 %b. Berbutir Kasar 42,50 %
Atterberga. Batas Cair ( LL ) 45,97 %b. Batas Plastis ( PL ) 31,54 %c. Index Plastis ( PI ) 14,42 %d. Batas Susut ( SL ) 16,47 %
Bobot Isi 1,66 gram/cm³Kompaksi Standar
a. Maximum Dry Density, d(MDD) 1,33 gram/cm³
b. Optimum Moisture Content(OMC) 36,00 %
Pengujian Sifat Mekanis Tanah DasarBerat Isi Tanah Dasar Kepadatan 1,66 gram/cm³Kuat Tekan Bebas
a. qu 2,25 Kg/Cm²b. Modulus Elatisitas 5555,56 kN/m²
Pengujian Geser Langsunga. Cohesi ( c ) 0,19 Kg/cm²b. Sudut Geser Dalam ( Ø ) 11,31 °
86
Dari Tabel 10 dapat dijelaskan sifat karakteristik dan mekanis jenis
tanah yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Sifat karakteristik tanah lempung kepasiran
a. Kadar air
Dalam pengujian kadar air didapat nilai kadar air alami dari tanah asli
yang di ambil dari lapangan (w) sebesar 43,40 %.
b. Berat jenis spesifik
Dari hasil pemeriksaan berat jenis spesifikasi diperoleh nilai berat
jenis (Gs) 2,70.
c. Analisa gradasi butiran
Dalam pelaksanaan pengujian gradasi yang dilakukan dengan
pengujian analisa saringan dan pengujian hidrometer di dapat hasil
tanah tersebut labih dari 50 % lolos saringan No. 200 yaitu 57,5 %.
Tanah tersebut merupakan tanah Berbutir Halus. Hal ini terlihat pada
Gambar 46 menunjukkan persentase butiran halusnya cukup
dominan. Menurut AASHTO tanah ini termasuk dalam tipe A-7-5
jenis tanah berlempung dimana indeks plastisitasnya >11.
Peninjauan klasifikasi tanah yang mempunyai ukuran butir lebih kecil
dari 0,075 mm, tidak didasarkan secara langsung pada gradasinya
sehingga penentuan klasifikasinya lebih didasarkan pada batas-
batas Atterbergnya.
87
Gambar 46. Grafik analisa butiran tanah.
d. Batas – batas atterberg
Dalam pengujian batas-batas atterberg maka didapat hasil sebagai
berikut :
1. Batas Cair (Liquid Limit, LL) dari hasil grafik hubungan jumlah
ketukan dan kadar air diperoleh nilai batas cair (LL) = 45,97 %
2. Batas Plastis (Plastic Limit, PL) dalam pengujian diperoleh hasil
batas plastis (PL) = 31,54 %.
3. Indeks plastisitas diperoleh dari selisih antara batas cair dan batas
plastis, dengan rumus PI = LL – PL maka diperoleh nilai Indeks
Plastisitas (PI) = 14,42%.
4. Batas Susut (Shringkage Limit, SL) dari pengujian batas susut
diperoleh nilai batas susut (SL) = 16,47 %.
e. Bobot isi
Pengujian bobot isi yang dilakukan didapat hasil sebesar 1,66
gram/cm3.
88
f. Pemadatan tanah
Pengujian pemadatan standar (proctor standard test) didapat hasil
dari Gambar 47 dimana kadar air optimum sebesar wopt = 36 % dan
berat isi kering maksimumnya dmaks = 1,328 gram/cm3.
Gambar 47. Grafik hubungan kadar air dan berat isi kering tanah asli.
2. Sifat mekanis tanah lempung kepasiran
a. Kuat tekan bebas sampel tanah
Dari hasil pemeriksaan kuat tekan bebas sampel tanah di peroleh
nilai qu = 2,25 kg/cm2, nilai ½ qu 1,125 kg/cm2, nilai regangan 2,025
% dan nilai modulus elastisitas (E) sebesar 5555,56 kN/m2 yang
terlihat pada Gambar 48 menandakan bahwa tanah lempung
tersebut berada pada kondisi konsistensi sedang dan pada Gambar
49 menunjukkan pola retak sampel tanah yang telah di uji.
89
Gambar 48. Grafik kuat tekan bebas sampel tanah.
Gambar 49. Pola retak sampel tanah yang terjadi setelah di uji.
b. Geser langsung sampel tanah
Dari hasil pemeriksaan geser langsung seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 50 sampel tanah diperoleh nilai sudut geser dalam =
11,31° dan nilai kohesi = 0,19 kg/cm2.
5 cm
10 cm
90
Gambar 50. Grafik geser langsung sampel tanah.
3. Klasifikasi tanah
a. AASHTO (American Association of State Highway andTransportation Officials)
Dari hasil pengujian analisa saringan berdasarkan presentase yang
lolos saringan No. 200 diperoleh hasil tanah tersebut lebih dari 50 %
(> 35 %) sehingga tanah diklasifikasikan dalam kelompok tanah
berlanau atau berlempung (A-4, A-5, A-6, A-7).
Berdasarkan batas cair (LL) = 45,97 % dan Indeks plastisnya = 14,42
%, maka tanah tersebut masuk dalam kelompok A-7-5. Tanah yang
masuk kategori A-7-5 termasuk dalam klasifikasi tanah berlempung
dimana indeks plastisitasnya > 11.
91
b. USCS (Unified Soil Classification System)
Dari analisis saringan didapatkan tanah lolos saringan No. 200 lebih
dari 50 % sehingga masuk ke dalam klasifikasi tanah berbutir halus.
Dengan Batas cair (LL) = 45,97 % dan Indeks Plastisitas (PI) = 14,42
%, maka tanah tergolong dalam klasifikasi ML (Lempung pasir halus)
dengan sifat plastis tinggi.
B. Karakteristik Tanah Pasir Uji Model Kolom Pasir
Pengujian karakteristik fisik dan mekanis pasir dilakukan untuk
mengklasifikasi jenis pasir yang digunakan pada penelitian. Berdasarkan
hasil pengujian di laboratorium diperoleh data-data karakteristik fisik dan
mekanik pasir pada Tabel 11.
Tabel 11. Rekap hasil pemeriksaan karakteristik kolom pasir grouting
Jenis Pemeriksaan Hasil PemeriksaanKadar Air (w) 28,32 %Berat jenis (Gs) 2,66Pemeriksaan Analisa Saringan
a. Pasir Berbutir Halus 5,00 %b. Pasir Berbutir Sedang 35,00 %c. Pasir Berbutir Kasar 60,00 %
Kompaksi Standara. Maximum Dry Density, gd (MDD) 1,70 gram/cm³b. Optimum Moisture Cont. (OMC) 10,25 %
Pengujian Sifat Mekanis Kolom Pasir GroutingKuat Tekan Bebas Kolom Pasir Grouting
a. qu 3,00 Kg/Cm²b. Modulus Elatisitas 7500,00 kN/m²
Pengujian Geser Langsung Kolom Pasir Groutinga. Cohesi ( c ) 0,18 Kg/cm²b. Sudut Geser Dalam ( Ø ) 38,66 °
92
1. Sifat karakteristik tanah pasir
a. Kadar air
Dari hasil pemeriksaan kadar air sampel pasir diperoleh kadar air
alami/kadar air natural 28,32 %.
b. Berat jenis spesifik
Dari hasil pemeriksaan berat jenis spesifikasi diperoleh nilai berat
jenis 2,66.
c. Analisa gradasi butiran
Dalam pelaksanaan pengujian gradasi yang dilakukan dengan
pengujian analisa saringan ditunjukkan pada Gambar 51 didapat
hasil pasir yang berbutir halus 5 %, berbutir sedang 35 % dan yang
berbutir kasar 60 %.
d. Klasifikasi pasir
Berdasarkan sistem klasifikasi USCS (Unified Soil Classification
System), maka tanah pasir yang digunakan pada penelitian ini
adalah :
(1) Divisi utama
(a) Pasir masuk kedalaman kelompok tanah berbutir kasar yaitu
lebih 50% butiran tertahan saringan no. 200 (0,075 mm).
(b) Pasir lebih dari 50% fraksi kasar lolos saringan no. 4 (4,75
mm)
(c) Kerikil bersih (sedikit atau tak ada butiran halus)
93
(2) Simbol kelompok
Berdasarkan persentase butiran halus kurang dari 5% lolos
saringan no. 200, dimana nilai Cu adalah 4,06 mm dan Cc
adalah 0,70 mm. Syarat untuk nilai kualitas (SW) jika Cc diantara
1 dan 3, dan Cu >6. Maka simbol untuk tanah pasir adalah SP.
(3) Nama jenis
Pasir gradasi buruk, pasir berkerikil, sedikit atau tidak
mengandung butiran halus
Sistem klasifikasi AASHTO (American Associationof State Highway
and Transporttation Officials Classification) membagi tanah ke dalam 7
kelompok, A-1 sampai A-7 termasuk sub-sub kelompok. Berdasarkan
table sistem klasifikasi AASHTO, tanah yang digunakan pada penelitian ini
dikelompokkan sebagai berikut :
(1) Klasifikasi umum : Material granular (< 35% lolos saringan No. 200)
(2) Klasifikasi kelompok : (A-1)
(3) Analisa saringan (% lolos)
(a) 2,00 mm ( no. 10 ) : 50 maks
(b) 0,425 mm ( no. 40 ) : 30 maks
(c) 0,075 mm ( no. 200 ) : 15 maks
(4) Sifat fraksi lolos saringan no. 40
(a) Batas cair ( LL ) : -
(b) Indeks plastis ( PI ) : NP
94
(5) Indeks kelompok : ( GI )
GI = ( F-35)[0,2 + 0,005 (LL-40)] + 0,01 (F-15)(PI-10) = (0-35)[0,2 +
0,005 (0-40)] + 0,01 (0-15)(0-10) = 1.5 → A-1-a ( 0 )
(6) Tipe material yang pokok pada umumnya : Pecahan batu, Kerikil dan
Pasir.
Gambar 51. Grafik analisa butiran pasir.
2. Sifat mekanis tanah pasir
a. Pemadatan pasir
Hasil yang diperoleh dari pengujian pemadatan diinterpretasikan
dalam bentuk grafik hubungan antara berat volume tanah kering (dry
density) dan kadar air (moisture content). Hasil dari pengujian
menunjukkan bahwa tanah pasir yang digunakan pada penelitian ini
memiliki berat volume kering sebesar dry = 1,7 gr/cm3, sedangkan
95
untuk kadar air optimum diperoleh sebesar wopt = 10,25%. Dapat
dilihat pada Gambar 52.
Gambar 52. Grafik hubungan kadar air dan berat isi kering pasir.
b. Uji kuat tekan bebas kolom pasir grouting
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari tanah pasir
yang sudah di campur dengan bahan stabilisasi Semen PCC. Nilai
parameter kuat tekan bebas dapat dilihat pada Gambar 53 dan pada
Gambar 54 menunjukkan pola retak kolom pasir grouting.
Gambar 53. Grafik kuat tekan bebas kolom pasir grouting.
96
Gambar 54. Pola retak kolom pasir grouting yang terjadi setelah di uji.
Dari hasil pemeriksaan kuat tekan bebas pasir semen pada Gambar
53. di peroleh nilai qu = 3,00 kg/cm2, nilai ½ qu 1,50 kg/cm2, nilai
regangan 0,50 % dan nilai modulus elastisitas (E) sebesar 7500,00
kN/m2.
c. Uji geser langsung kolom pasir grouting
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai kohesi dan sudut
geser internal dari tanah pasir yang sudah di campur dengan bahan
stabilisasi Semen PCC (portland compossite cement). Nilai
parameter kuat geser tersebut dapat dilihat pada Gambar 55.
8 cm
10 cm
97
Gambar 55. Grafik geser langsung kolom pasir grouting.
Pada Gambar 55. di dapatkan nilai sudut geser internal pasir semen
sebesar Ø = 38,44° dan memiliki kohesif sebesar c = 0,16 kg/cm2.
C. Hasil Uji Model Laboratorium Perkuatan Tanah Dasar Tipe KolomPasir Grouting
1. Pola deformasi pembebanan dan penurunan hasil pengujianlaboratorium
Dalam melakukan pengujian model dilakukan dalam 4 pola
pengujian, dimana pertama pegujian model uji tanpa perkuatan. Pengujian
ini diperuntukkan untuk menganalisis kondisi tanah yang menerima beban
sebagai parameter untuk analisa bagi model perkuatan tanah dengan
kolom pasir grouting yang akan digunakan. Selanjutnya adalah model-
model perkuatan dengan menggunakan kolom pasir grouting terhadap
98
variasi kedalaman dan diameter kolom pasir grouting yang akan
digunakan adalah untuk menentukan efisiensi dan efektifitas dari
penggunaan perkuatan kolom pasir grouting seperti terlihat pada Gambar
56 sampai dengan Gambar 58.
Gambar 56. Foto pengujian sampel.
Gambar 57. Foto pengujian sampel material kolom pasir grouting.
99
Yang kedua adalah model uji tanah dasar dengan perkuatan kolom
pasir grouting dengan kedalaman 20 cm. Ketiga adalah dengan perkuatan
kolom pasir grouting dengan kedalaman 30 cm, yang terakhir dengan
perkuatan kolom pasir grouting dengan kedalaman 40 cm.
Gambar 58. Foto pengujian tanah dasar perkuatan kolom pasir grouting(a) kedalaman 20 cm, (b) kedalaman 30 cm dan (c)kedalaman 40 cm.
(a) (b)
(c)
100
Hasil pengujian model dapat dilihat pada Gambar 59 dan Gambar
60 grafik hubungan beban vs penurunan terhadap variasi plate bearing.
Gambar 59. Grafik hasil uji model laboratorium hubungan beban vspenurunan dengan plat bearing diameter 10 cm.
Gambar 60. Grafik hasil uji model laboratorium hubungan beban vspenurunan dengan plat bearing diameter 20 cm.
101
Dari hasil pengujian model terlihat pola keruntuhan akibat dari
pembebanan dapat dilihat pada Gambar 61 sebagai hasil dari pengujian
model yang dilakukan, diketahui bahwa tanah dasar yang tanpa perkuatan
mengalami penurunan yang lebih besar dengan nilai sebesar 58,10 mm
dengan beban ultimit pada tanah dasar sebesar 20,0 kN, dengan
persentase penurunan yang terjadi sebesar 11,62 % dari tinggi total tanah
dasar.
Hasil pengujian kedua dengan perkuatan kolom pasir grouting
dengan kedalaman 20 cm didapat besar penurunan 47,21 mm dengan
beban ultimit pada tanah dasar sebesar 47,5 kN, dengan persentase
penurunan yang terjadi sebesar 9,44 % dari tinggi total tanah dasar.
Selanjutnya pengujian yang ketiga menggunakan kolom pasir
grouting dengan kedalaman 30 cm didapatkan besar penurunan 25,10
mm dengan beban ultimit pada tanah dasar 60,0 kN, dengan persentase
penurunan yang terjadi sebesar 5,02 % dari tinggi total tanah dasar.
Yang terakhir adalah pengujian dengan kedalaman 40 cm
didapatkan hasil penurunan 9,98 mm dengan beban ultimit pada tanah
dasar sebesar 65 kN, dengan persentase penurunan yang terjadi sebesar
1,99 % dari tinggi total tanah dasar.
102
Gambar 61. Foto keruntuhan akibat pembebanan.
2. Pola pembebanan dan deformasi tanah dasar pengujianlaboratorium
1. Pola pembebanan dan deformasi tanah dasar tanpa perkuatankolom pasir grouting
Hasil pengujian model tanpa perkuatan kolom pasir grouting
dapat dilihat pada tabel hubungan Jarak vs deformasi tanah dasar
pada beban yang bervariasi.
103
Tabel 12. Hubungan jarak terhadap deformasi tanah dasar hasil ujilaboratorium plat bearing diameter 10 cm.
No Jarak
Tanpa Perkuatan - D = 10 cm
Beban5 kN
Beban10 kN
Beban15 kN
Beban20 kN Ket.
1 0 -7,720 -18,450 -35,400 -58,100 PembacaanPenurunan2 10 -7,720 -18,450 -35,400 -58,100
3 15 0,421 0,691 0,904 12,217 Dial 14 25 0,179 0,350 0,594 2,015 Dial 25 35 0,273 0,477 0,777 1,266 Dial 3
Gambar 62. Grafik hasil uji model hubungan Jarak vs deformasi tanahtanpa perkuatan dengan Plat Bearing diameter 10 cm.
104
Tabel 13. Hubungan jarak terhadap deformasi tanah dasar tanpaperkuatan hasil uji laboratorium plat bearing diameter 20 cm.
No Jarak
Tanpa Perkuatan - D = 20 cm
Beban10 kN
Beban20 kN
Beban30 kN
Beban40 kN Ket.
1 0 -7,968 -19,800 -30,200 -37,290 PembacaanPenurunan2 20 -7,968 -19,800 -30,200 -37,290
3 25 0,170 0,318 0,425 21,334 Dial 14 32,5 0,267 0,752 1,146 23,508 Dial 25 40 0,390 0,901 1,444 15,239 Dial 3
Gambar 63. Grafik hasil uji model hubungan Jarak vs deformasi dasartanpa perkuatan dengan plat bearing diameter 20 cm.
Pada Tabel 12 dan Tabel 13 menunjukkan bahwa semakin besar
beban semakin besar pula deformasi yang terjadi pada tanah dasar.
Seperti terlihat pada grafik hubungan jarak dengan deformasi pada
Gambar 62 dan Gambar 63. Dimana beban yang berkerja sebesar 5
kN maka deformasi yang terjadi pada dial 1 sebesar 0,421 mm, dial
105
2 sebesar 0,179 mm, dial 3 sebesar 0,273 mm, Pada beban 10 kN
deformasi yang terjadi pada masing-masing penempatan dial adalah
dial 1 sebesar 0,691 mm, dial 2 sebesar 0,350 mm, dial 3 sebesar
0,477 mm. Selanjutnya pada beban 15 kN deformasi yang terjadi
pada dial 1 sebesar 0,904 mm, dial 2 sebesar 0,594 mm, dial 3
sebesar 0,777 mm, dan terakhir untuk beban 20 kN deformasi yang
terjadi pada dial 1 sebesar 12,217 mm, dial 2 sebesar 2,015 mm, dial
3 sebesar 1,266 mm.
2. Pola pembebanan dan deformasi tanah dasar dengan perkuatankolom pasir grouting kedalaman 20 cm.
Pada hasil pengujian model dengan perkuatan kolom pasir
grouting kedalaman 20 cm dapat dilihat pada Tabel 14 dan Tabel 15
hubungan jarak vs deformasi tanah dasar pada beban 10 kN, 20, kN,
30 kN, 40 kN, 47,5 kN.
Tabel 14. Hubungan jarak terhadap deformasi tanah dasar denganperkuatan pada kedalaman 20 cm hasil uji laboratorium platbearing diameter 10 cm.
No Jarak
Perkuatan H = 20 cm - D = 10 cm
KeteranganBeban10 kN
Beban20 kN
Beban30 kN
Beban40 kN
Beban47,5 kN
1 0 -0,900 -2,400 -7,120 -12,400 -47,210 PembacaanPenurunan2 10 -0,900 -2,400 -7,120 -12,400 -47,210
3 15 0,402 0,882 1,060 1,868 21,190 Dial 14 25 0,137 0,482 0,740 1,929 11,900 Dial 25 35 0,301 0,712 1,099 2,476 12,991 Dial 3
106
Gambar 64. Grafik hasil uji model hubungan jarak vs deformasi tanahdasar dengan perkuatan pada kedalaman 20 cm PlatBearing dimeter 10 cm.
Tabel 15. Hubungan jarak terhadap deformasi tanah dasar perkuatanpada kedalaman 20 cm hasil uji laboratorium bearing diameter20 cm.
No Jarak
Perkuatan H = 20 cm - D = 20 cm
KeteranganBeban10 kN
Beban20 kN
Beban30 kN
Beban40 kN
Beban50 kN
Beban60 kN
Beban67,5 kN
1 0 -0,362 -1,900 -3,900 -5,800 -11,600 -18,600 -22,700 PembacaanPenurunan2 20 -0,362 -1,900 -3,900 -5,800 -11,600 -18,600 -22,700
3 25 0,081 0,299 0,468 0,759 3,093 13,568 14,187 Dial 1
4 32,5 0,278 0,565 0,843 1,526 3,288 12,026 12,026 Dial 2
5 40 0,413 0,661 1,107 1,853 3,713 12,689 12,689 Dial 3
107
Gambar 65. Grafik hasil uji model hubungan jarak vs deformasi tanahdasar dengan perkuatan pada kedalaman 20 cm denganplat bearing diameter 20 cm.
Pada Tabel 14 dan Tabel 15 menunjukkan bahwa semakin besar
beban semakin besar pula deformasi yang terjadi pada tanah dasar.
Seperti terlihat pada grafik hubungan jarak dengan deformasi pada
Gambar 64 dan Gambar 65. Dimana beban yang berkerja sebesar
10 kN maka deformasi yang terjadi pada dial 1 sebesar 0,402 mm,
dial 2 sebesar 0,137 mm, dial 3 sebesar 0,301 mm. Pada beban 20
kN deformasi yang terjadi pada masing-masing penempatan dial
adalah dial 1 sebesar 0,882 mm, dial 2 sebesar 0,482 mm, dial 3
sebesar 0,172 mm. Selanjutnya pada beban 30 kN deformasi yang
terjadi pada dial 1 sebesar 1,06 mm, dial 2 sebesar 0,740 mm, dial 3
sebesar 1,09 mm, Selanjutnya pada beban 40 kN deformasi yang
108
terjadi pada dial 1 sebesar 1,86 mm, dial 2 sebesar 1,92 mm, dial 3
sebesar 2,47 mm, dan terakhir untuk beban 47,5 kN deformasi yang
terjadi pada dial 1 sebesar 21,19 mm, dial 2 sebesar 11,9 mm, dial 3
sebesar 12,99 mm
3. Pola pembebanan dan deformasi tanah dasar dengan perkuatankolom pasir grouting kedalaman 30 cm.
Pada hasil pengujian model dengan perkuatan kolom pasir
grouting kedalaman 30 cm dapat dilihat pada Tabel 16 dan Tabel 17
hubungan jarak vs deformasi tanah dasar pada beban 10 kN, 20, kN,
30 kN, 40 kN, 50 kN, 60 kN.
Tabel 16. Hubungan jarak terhadap deformasi tanah dasar denganperkuatan pada kedalaman 30 cm hasil uji laboratorium platbearing diameter 10 cm
No Jarak
Perkuatan H = 30 cm - D = 10 cm
Beban10 kN
Beban20 kN
Beban30 kN
Beban40 kN
Beban50 kN
Beban60 kN Keterangan
1 0 -1,300 -2,900 -3,521 -4,853 -8,742 -25,100 PembacaanPenurunan2 10 -1,300 -2,900 -3,521 -4,853 -8,742 -25,100
3 15 0,366 0,732 0,935 1,041 1,277 3,292 Dial 14 25 0,167 0,330 0,511 0,836 1,809 6,018 Dial 25 35 0,232 0,491 0,761 1,149 2,222 6,720 Dial 3
109
Gambar 66. Grafik hasil uji model hubungan jarak vs deformasi tanahdasar dengan perkuatan pada kedalaman 30 cm denganplat bearing diameter 10 cm.
Tabel 17. Hubungan jarak terhadap deformasi tanah dasar denganperkuatan pada kedalaman 30 cm hasil uji laboratorium platbearing diameter 20 cm
No Jarak
Perkuatan H = 30 cm - D = 20 cm
KeteranganBeban10 kN
Beban20 kN
Beban30 kN
Beban40 kN
Beban50 kN
Beban60 kN
Beban65 kN
1 0 -0,381 -0,570 -0,900 -1,900 -4,100 -8,750 -12,500 PembacaanPenurunan2 20 -0,381 -0,570 -0,900 -1,900 -4,100 -8,750 -12,500
3 25 0,071 0,153 0,000 0,046 0,717 2,481 6,019 Dial 1
4 32,5 0,232 0,446 0,6999 0,941 1,707 3,360 6,681 Dial 2
5 40 0,212 0,572 0,891 1,149 1,951 3,609 6,917 Dial 3
110
Gambar 67. Grafik hasil uji model hubungan jarak vs deformasi dasardengan perkuatan pada kedalaman 30 cm dengan platbearing diameter 20 cm.
Pada Tabel 16 dan Tabel 17 menunjukkan bahwa semakin besar
beban semakin besar pula deformasi yang terjadi pada tanah dasar.
Seperti terlihat pada grafik hubungan jarak dengan deformasi pada
Gambar 66 dan Gambar 67. Dimana beban yang berkerja sebesar
10 kN maka deformasi yang terjadi pada dial 1 sebesar 0,366 mm,
dial 2 sebesar 0,167 mm, dial 3 sebesar 0,232 mm. Pada beban 20
kN deformasi yang terjadi pada masing-masing penempatan dial
adalah dial 1 sebesar 0,732 mm, dial 2 sebesar 0,330 mm, dial 3
sebesar 0,491 mm. Selanjutnya pada beban 30 kN deformasi yang
terjadi pada dial 1 sebesar 0,935 mm, dial 2 sebesar 0,511 mm, dial
3 sebesar 0,761 mm, Selanjutnya pada beban 40 kN deformasi yang
terjadi pada dial 1 sebesar 1,041 mm, dial 2 sebesar 0,836 mm, dial
111
3 sebesar 1,149 mm, Selanjutnya pada beban 50 kN deformasi yang
terjadi pada dial 1 sebesar 1,277 mm, dial 2 sebesar 1,809 mm, dial
3 sebesar 2,222 mm,dan terakhir untuk beban 60 kN deformasi yang
terjadi pada dial 1 sebesar 3,292 mm, dial 2 sebesar 6,018 mm, dial
3 sebesar 6,720 mm.
4. Pola pembebanan dan deformasi tanah dasar dengan perkuatankolom pasir grouting kedalaman 40 cm.
Pada hasil pengujian model dengan perkuatan kolom pasir
grouting kedalaman 40 cm dapat dilihat pada Tabel 18 dan Tabel 19
hubungan jarak vs deformasi tanah dasar pada beban 10 kN, 20, kN,
30 kN, 40 kN, 50 kN, 60 kN, 65 kN.
Tabel 18. Hubungan jarak terhadap deformasi tanah dasar denganperkuatan pada kedalaman 40 cm hasil uji laboratorium platbearing diameter 10 cm
No Jarak
Perkuatan H = 40 cm - D = 10 cm
KeteranganBeban10 kN
Beban20 kN
Beban30 kN
Beban40 kN
Beban50 kN
Beban60 kN
Beban65 kN
1 0 -0,690 -1,530 -2,800 -3,890 -5,101 -7,417 -9,980 PembacaanPenurunan2 10 -0,690 -1,530 -2,800 -3,890 -5,101 -7,417 -9,980
3 15 0,198 0,392 0,688 0,762 0,791 0,762 1,257 Dial 1
4 25 0,097 0,320 0,398 0,508 0,729 1,340 2,512 Dial 2
5 35 0,129 0,330 0,522 0,716 0,976 1,634 2,883 Dial 3
112
Gambar 68. Grafik hasil uji model hubungan jarak vs deformasi tanahdasar dengan perkuatan pada kedalaman 40 cm denganplat bearing diameter 10 cm.
Tabel 19. Hubungan jarak terhadap deformasi tanah dasar denganperkuatan pada kedalaman 40 cm hasil uji laboratorium platbearing diameter 20 cm
No Jarak
Perkuatan H = 40 cm - D = 20 cm
KeteranganBeban10 kN
Beban20 kN
Beban30 kN
Beban40 kN
Beban50 kN
Beban60 kN
Beban70 kN
Beban72,5 kN
1 0 -0,410 -1,310 -2,010 -2,660 -3,420 -4,300 -7,920 -7,574 PembacaanPenurunan2 20 -0,410 -1,310 -2,010 -2,660 -3,420 -4,300 -7,920 -7,574
3 25 0,180 0,299 0,352 0,442 0,411 0,174 0,767 1,451 Dial 1
4 32,5 0,130 0,332 0,450 0,601 0,792 1,369 2,393 3,235 Dial 2
5 40 0,195 0,449 0,640 0,892 1,054 1,663 2,701 3,531 Dial 3
113
Gambar 69. Grafik hasil uji model hubungan jarak vs deformasi tanahdasar dengan perkuatan pada kedalaman 40 cm denganplat bearing diameter 20 cm.
Pada Tabel 18 dan Tabel 19 menunjukkan semakin besar beban
semakin besar pula deformasi yang terjadi pada tanah dasar.
Terlihat pada grafik hubungan jarak dengan deformasi pada Gambar
68 dan Gambar 69. Dimana beban yang berkerja sebesar 10 kN
deformasi yang terjadi pada dial 1 sebesar 0,198 mm, dial 2 sebesar
0,097 mm, dial 3 sebesar 0,129 mm. Pada beban 20 kN deformasi
yang terjadi pada masing-masing penempatan dial adalah dial 1
sebesar 0,392 mm, dial 2 sebesar 0,320 mm, dial 3 sebesar 0,330
mm. Selanjutnya pada beban 30 kN deformasi yang terjadi pada dial
1 sebesar 0,688 mm, dial 2 sebesar 0,398 mm, dial 3 sebesar 0,522
mm, Selanjutnya pada beban 40 kN deformasi sebesar pada dial 1
sebesar 0,762 mm, dial 2 sebesar 0,508 mm, dial 3 sebesar 0,716
mm, Selanjutnya pada beban 50 kN deformasi yang terjadi pada dial
114
1 sebesar 0,791 mm, dial 2 sebesar 0,729 mm, dial 3 sebesar 0,976
mm, Selanjutnya pada beban 60 kN deformasi yang terjadi pada dial
1 sebesar 0,762 mm, dial 2 sebesar 1,340 mm, dial 3 sebesar 1,634
mm, dan beban 65 kN deformasi yang terjadi pada dial 1 sebesar
1,257 mm, dial 2 sebesar 2,512 mm, dial 3 sebesar 2,883 mm.
D. Hasil Uji Model Analisa Numerik Plaxis Perkuatan Tanah DasarTipe Kolom Pasir Grouting
1. Pola deformasi pembebanan dan penurunan hasil analisa numerikplaxis
Dengan menggunakan aplikasi numerik dimasukkan data-data
tanah hasil dari pengujian laboratorium untuk menganalisa material tanah
dasar dan kolom pasir grouting, dapat dilihat pada Tabel 20 dan Tabel 21.
Tabel 20. Input parameter tanah kolom pasir grouting.
Parameter Nama Pasir-Semen Tanah Dasar Satuan
Model Material Model Mohr-Coulomb Mohr-Coulomb -
Jenis Perilaku Material Jenis Non-Porous Undrained -
Berat Isi Tanah Di Atas Muka Air Tanah ɣunsat 19,5 17,70 kN/m³
Berat Isi Tanah Di Bawah Muka Air Tanah ɣsat - 21,00 kN/m³
Permeabilitas Horizontal Kx - 0,0001 m/hari
Permeabilitas Vertikal Ky - 0,0001 m/hari
Modulus Young E 15000,0 1000,00 kN/m²
Angka Poisson v 0,2 0,35 -
Kohesi c 50,0 4,00 kN/m²
Sudut Geser φ 45,0 17,00 °
Sudut Dilatansi ψ 0,0 0,00 °
115
Tabel 21. Input parameter material loading plate.
Material Tipe Model EA (kN/m) EI (kNm2/m) d (m) V
PlatBaja Elastis 3,15x107 378 0,012 0.3
Dengan menggunakan Plaxis 2D dan 3D setelah input geometri
dan parameter tanah/material telah selesai dilakukan maka selanjutnya
adalah proses kalkulasi dan menampilkan output dari program plaxis itu
sendiri seperti terlihat pada Gambar 70 sampai dengan Gambar 72.
Analisa numerik plaxis dilakukan dengan menggunakan 4 model
analisa geometrik dimana analisa geometrik yang dilakukan seperti pada
pengujian laboratorium dengan masing-masing model menggunakan plat
bearing yang berdiameter 10 cm dan 20 cm. Dalam analisa numerik
dilakukan analisa permodelan tanpa menggunakan perkuatan kolom pasir
grouting pada gambar geometrik plaxis yang merupakan Analisa pertama.
Analisa kedua adalah analisa geometrik plaxis dengan menggunakan
perkuatan kolom pasir grouting dengan kedalaman 20 cm. Analisa ketiga
menggunakan perkuatan kolom pasir grouting dengan kedalaman 30 cm
pada gambar geometrik plaxisnya, selanjutnya analisa numerik yang
terakhir adalah dengan menggunakan perkuatan kolom pasir grouting
dengan kedalamanan 40 cm pada bidang gambar geometrik plaxisnya.
Berikut merupakan tampilan hasil gambar geometrik analisa numerik
pada Plaxis 2D dan 3D dari model yang diuji.
116
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 70. Gambar geometrik plaxis 2D (a). tanah dasar tanpa diameter 10cm, (b). tanah dasar tanpa plat bearing diameter 20 cm, (c).dengan perkuatan kedalaman 40 cm - plat bearing diameter 10cm, & (d). dengan perkuatan kedalaman 40 cm - plat bearingdiameter 20 cm.
(a) (b)
Gambar 71. Gambar geometrik plaxis 3D (a). model tanah dasar tanpaperkuatan plat bearing diameter 10 cm, (b). dengan perkuatankedalaman 40 cm - plat bearing diameter 10 cm.
117
Dari gambar geometrik maka dapat dianalisis pola deformasi yang
akan terjadi dengan masing-masing model geometrik perkuatan yang di
buat. Berikut merupakan tampilan hasil analisa numerik pola deformasi
pada Plaxis 2D dan 3D dari model yang diuji.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 72. Diagram pola deformasi tanah dasar (a). pola deformasitanpa perkuatan (Plaxis 2D), (b). pola deformasi denganperkuatan (Plaxis 2D) (c). pola deformasi plaxis 3D, & (d).pola deformasi plaxis 3D dalam mode potongan (CrossSection).
118
Hasil analisa finite elemen method (FEM) dengan program plaxis
memberikan gambaran pola keruntuhan tanah dan bidang-bidang yang
mengalami deformasi yang besar serta memperlihatkan perubahan-
perubahan pergerakan tanah dasar akibat dari pengaruh adanya
perkuatan yang diberikan berupa kolom pasir grouting dengan kedalaman
tertentu.
Hubungan load-displacement yang terjadi pada setiap sampel
model hasil analisa numerik program Plaxis 2D dan 3D dapat dilihat pada
gambar-gambar grafik.
Gambar 73. Grafik hasil uji model analisa numerik plaxis hubungan bebanvs penurunan tanpa perkuatan – plat bearing diameter 10cm.
119
Gambar 74. Grafik hasil uji model analisa numerik plaxis hubungan bebanvs penurunan tanpa perkuatan – plat bearing diameter 20 cm
Gambar 75. Grafik hasil uji model analisa numerik plaxis hubungan bebanvs penurunan, dengan perkuatan kedalaman 20 cm – platbearing diameter 10 cm.
Gambar 76. Grafik hasil uji model analisa numerik plaxis hubungan vspenurunan, dengan perkuatan kedalaman 20 cm – platbearing diameter 20 cm.
120
Gambar 77. Grafik hasil uji model analisa numerik plaxis hubungan vspenurunan, dengan perkuatan kedalaman 30 cm – platbearing diameter 10 cm.
Gambar 78. Grafik hasil uji model analisa numerik plaxis hubungan bebanvs penurunan, dengan perkuatan kedalaman 30 cm – platbearing diameter 20 cm.
Gambar 79. Grafik hasil uji model analisa numerik plaxis hubungan bebanvs penurunan, dengan perkuatan kedalaman 40 cm – platbearing diameter 10 cm.
121
Gambar 80. Grafik hasil uji model analisa numerik plaxis hubungan bebanvs penurunan, dengan perkuatan kedalaman 40 cm – platbearing diameter 20 cm.
Dari gambar grafik diatas, dapat dibandingkan antara hubungan
Load-Settlement yang dihasilkan pada pengujian laboratorium dengan
hasil dari analisa numerik program plaxis. Dengan melihat Gambar 73
sampai dengan Gambar 80 disimpulkan beberapa hal diantaranya
terdapat kesamaan perilaku pada tanah dasar ketika dibebani mulai dari
sampel tanah tanpa perkuatan, hingga tanah dasar dengan perkuatan
kolom pasir grouting 30 cm, dimana settlement terbesar terjadi pada tanah
tanpa perkuatan kolom pasir grouting, sedangkan settlement terkecil
terjadi pada tanah dasar dengan perkuatan kolom pasir grouting 40 cm.
Selain itu, dapat dilihat bahwa pada daerah plastis dari tanah dasar,
nilai penurunan yang terjadi pada hasil uji laboratorium, hasil Plaxis 2D,
dan hasil dari Plaxis 3D mulai terjadi penyimpangan dimana penurunan
yang terjadi pada perhitungan Plaxis 2D lebih ekstrem dibandingkan hasil
uji laboratorium dan hasil Plaxis 3D. Keluaran yang dihasilkan oleh plaxis
3D cenderung tetap mendekati hasil dari pengujian sampel hasil
laboratorium.
122
E. Diagram Arah Gaya Tanah Dasar Hasil Analisa Numerik Plaxis
1. Pola deformasi analisa numerik plaxis tanah dasar tanpaperkuatan kolom pasir grouting
Hasil pengujian model analisa numerik plaxis tanpa perkuatan
kolom pasir grouting plat bearing diameter 10 cm dan 20 cm dapat dilihat
pada Tabel 22 dan Tabel 23. Korelasi penurunan analisa numerik plaxis
untuk tanah dasar dan diagram arah gaya deformasi total dari hasil plaxis
dapat dilihat pada Gambar 81 sampai dengan Gambar 88.
Tabel 22. Tabel korelasi penurunan analisa numerik plaxis untuk tanahdasar tanpa perkuatan – plat bearing diameter 10 cm.
Load (kN)Penurunan (mm)
Plaxis 2D Plaxis 3D
0,0 0,0000 0,00002,5 0,1989 2,52975,0 3,1742 7,17177,5 6,3199 10,6056
10,0 9,9780 17,555012,5 15,3418 26,862015,0 25,4207 38,183117,5 36,3029 49,511120,0 51,7253 63,5288
123
Gambar 81. Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasarperkuatan – plat bearing diameter 10 cm (Plaxis 2D).
Gambar 82. Diagram arah gaya shadings deformasi total tanah dasartanpa perkuatan – plat bearing diameter 10 cm (Plaxis 2D).
Gambar 83. Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasar tanpaperkuatan – plat bearing diameter 10 cm (Plaxis 3D).
124
Gambar 84. Diagram arah gaya shadings deformasi total tanah tanpaperkuatan – plat bearing diameter 10 cm (Plaxis 3D).
Tabel 23. Tabel korelasi penurunan analisa numerik plaxis untuk tanahdasar tanpa perkuatan – plat bearing diameter 20 cm.
Load (kN)Penurunan (mm)
Plaxis 2D Plaxis 3D
0,0 0,0000 0,00002,5 1,1281 0,55195,0 2,3881 3,09237,5 2,9992 4,6768
10,0 4,8819 6,018412,5 6,2919 7,374215,0 8,7110 9,738017,5 10,5292 11,906120,0 11,8910 13,478122,5 14,8195 16,493925,0 17,7891 20,543627,5 19,1696 24,606830,0 21,3656 29,672232,5 26,8978 33,737635,0 30,4717 39,119837,5 34,1445 43,117840,0 39,4034 46,2626
125
Gambar 85. Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasar tanpaperkuatan – plat bearing diameter 20 cm (Plaxis 2D).
Gambar 86. Diagram arah gaya shadings deformasi total tanah dasartanpa perkuatan – plat bearing diameter 20 cm (Plaxis 2D).
Gambar 87. Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasar tanpaperkuatan – plat bearing diameter 20 cm (Plaxis 3D).
126
Gambar 88. Diagram arah gaya shadings deformasi total tanah dasartanpa perkuatan – plat bearing diameter 20 cm (Plaxis 3D).
2. Pola deformasi analisa numerik plaxis tanah dasar denganperkuatan kolom pasir grouting kedalaman 20 cm
Pada hasil pengujian model dengan analisa numerik plaxis untuk
pola deformasi dengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 20 cm
dapat dilihat pada Tabel 24 dan Tabel 25. Korelasi penurunan analisa
numerik plaxis untuk tanah dasar dan diagram arah gaya deformasi total
dari hasil plaxis dapat dilihat pada Gambar 89 sampai dengan Gambar 96
dengan pembebanannya menggunakan plat bearing diameter 10 cm dan
20 cm.
127
Tabel 24. Tabel korelasi penurunan analisa numerik plaxis untuk tanahdasar dengan perkuatan kedalaman 20 cm – plat bearingdiameter 10 cm.
Load (kN)Penurunan (mm)
Plaxis 2D Plaxis 3D0,0 0,0000 0,00002,5 0,1860 0,68405,0 0,2878 1,39707,5 0,5720 1,7220
10,0 0,7145 1,988112,5 0,8100 2,285215,0 0,8642 2,603817,5 1,1790 3,134320,0 1,3110 3,559722,5 1,4449 4,363525,0 1,7475 5,126127,5 2,2155 6,251530,0 3,0058 7,821132,5 3,9608 9,432735,0 5,2414 11,317337,5 8,1365 13,944840,0 25,8100 17,406742,5 37,7700 22,875945,0 45,7192 34,354047,5 - 43,601250,0 - 50,5105
Gambar 89. Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasardengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 20 cm –plat bearing diameter 10 cm (Plaxis 2D).
128
Gambar 90. Diagram arah gaya shadings deformasi total tanah dasardengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 20 cm –plat bearing diameter 10 cm (Plaxis 2D).
Gambar 91. Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasardengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 20 cm –plat bearing diameter 10 cm (Plaxis 3D).
Gambar 92. Gambar (a) diagram arah gaya shadings deformasi totaltanah dasar (b) cross section shadings deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 20cm – plat bearing diameter 10 cm (Plaxis 3D).
(a) (b)
129
Tabel 25. Tabel korelasi penurunan analisa numerik plaxis untuk tanahdasar dengan perkuatan kedalaman 20 cm – plat bearingdiameter 20 cm.
Load (kN)Penurunan (mm)
Plaxis 2D Plaxis 3D
0,0 0,0000 0,00002,5 0,1600 0,39035,0 0,2168 0,88187,5 0,3980 1,1323
10,0 0,4580 1,424412,5 0,5570 1,629315,0 0,6512 1,758917,5 0,8370 1,841720,0 1,0100 2,016722,5 1,0888 2,126425,0 1,1890 2,567527,5 1,2780 3,273630,0 1,4342 4,073532,5 1,5637 4,714535,0 1,9967 5,479937,5 2,3478 6,508640,0 2,8168 7,467242,5 3,5253 8,672945,0 4,5384 9,932647,5 5,5539 11,499250,0 7,2370 13,715652,5 9,2110 15,907855,0 11,7800 18,957757,5 15,0110 22,122060,0 19,1100 25,110162,5 22,1190 27,912765,0 24,1000 31,337867,5 - 35,5272
130
Gambar 93. Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasardengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 20 cm –plat bearing diameter 20 cm (Plaxis 2D).
Gambar 94. Diagram arah gaya shadings deformasi total tanah dasardengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 20 cm –plat bearing diameter 20 cm (Plaxis 2D).
Gambar 95. Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasardengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 20 cm –plat bearing diameter 20 cm (Plaxis 3D).
131
Gambar 96. Gambar (a) diagram arah gaya shadings deformasi totaltanah dasar (b) cross section shadings deformasi total tanahdasar dengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 20cm – plat bearing diameter 20 cm (Plaxis 3D).
3. Pola deformasi analisa numerik plaxis tanah dasar denganperkuatan kolom pasir grouting kedalaman 30 cm
Pada hasil pengujian model dengan analisa numerik plaxis untuk
pola deformasi dengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 30 cm
dapat dilihat pada Tabel 26 dan Tabel 27. Korelasi penurunan analisa
numerik plaxis untuk tanah dasar dan diagram arah gaya deformasi total
dari hasil plaxis dapat dilihat pada Gambar 97 sampai dengan Gambar
104 dengan pembebanannya menggunakan plat bearing diameter 10 cm
dan 20 cm.
(a) (b)
132
Tabel 26. Tabel korelasi penurunan analisa numerik plaxis untuk tanahdasar dengan perkuatan kedalaman 30 cm – plat bearingdiameter 10 cm.
Load (kN)Penurunan (mm)
Plaxis 2D Plaxis 3D
0,0 0,0000 0,00002,5 0,1870 0,23035,0 0,2786 0,55487,5 0,3786 0,9011
10,0 0,6770 1,224212,5 0,8110 1,493915,0 0,8847 1,685917,5 0,9112 1,977220,0 1,0870 2,077622,5 1,1371 2,378725,0 1,2980 2,680027,5 1,4770 2,998130,0 1,5209 3,291132,5 1,7176 3,491835,0 1,9181 3,818937,5 2,2259 4,083140,0 2,8532 4,686642,5 3,4850 5,490445,0 4,3311 6,294547,5 5,3938 7,298850,0 7,7417 8,508352,5 9,6800 10,518955,0 12,3801 13,936357,5 16,3200 19,388560,0 23,1000 23,9171
133
Gambar 97. Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasardengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 30 cm –plat bearing diameter 10 cm (Plaxis 2D).
Gambar 98. Diagram arah gaya shadings deformasi total tanah dasardengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 30 cm –plat bearing diameter 10 cm (Plaxis 2D).
134
Gambar 99. Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasardengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 30 cm –plat bearing diameter 10 cm (Plaxis 3D).
Gambar 100. Gambar (a) diagram arah gaya shadings deformasi totaltanah dasar (b) cross section shadings deformasi totaltanah dasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 30 cm – plat bearing diameter 10 cm (Plaxis3D).
(a) (b)
135
Tabel 27. Tabel korelasi penurunan analisa numerik plaxis untuk tanahdasar dengan perkuatan kedalaman 30 cm – plat bearingdiameter 20 cm.
Load(kN)
Penurunan (mm)Plaxis 2D Plaxis 3D
0,0 0,0000 0,00002,5 0,1000 0,18685,0 0,1670 0,22897,5 0,2663 0,2698
10,0 0,3810 0,301212,5 0,6110 0,402215,0 0,6920 0,482617,5 0,7440 0,581120,0 0,8003 0,621922,5 0,8661 0,642025,0 0,9211 0,689127,5 1,0781 0,701230,0 1,2000 0,759932,5 1,3399 1,000935,0 1,5810 1,226037,5 1,6149 1,545840,0 1,7548 1,940642,5 2,0396 2,301445,0 2,3302 2,765947,5 2,7682 3,379150,0 3,2074 4,074252,5 3,7947 5,029355,0 4,5311 6,230657,5 5,4170 7,475560,0 7,0478 9,059862,5 9,0421 11,039065,0 12,9024 13,6774
136
Gambar 101. Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasardengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 30 cm –plat bearing diameter 20 cm (Plaxis 2D).
Gambar 102. Diagram arah gaya shadings deformasi total tanah dasardengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 30 cm –plat bearing diameter 20 cm (Plaxis 2D).
Gambar 103. Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasardengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 30 cm –plat bearing diameter 20 cm (Plaxis 3D).
137
Gambar 104. Gambar (a) diagram arah gaya shadings deformasi totaltanah dasar (b) cross section shadings deformasi totaltanah dasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 30 cm – plat bearing diameter 20 cm (Plaxis3D).
4. Pola deformasi analisa numerik plaxis tanah dasar denganperkuatan kolom pasir grouting kedalaman 40 cm
Pada hasil pengujian model dengan analisa numerik plaxis untuk
pola deformasi dengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 40 cm
dapat dilihat pada Tabel 28 dan Tabel 29. Korelasi penurunan analisa
numerik plaxis untuk tanah dasar dan diagram arah gaya deformasi total
dari hasil plaxis dapat dilihat pada Gambar 105 sampai dengan Gambar
112 dengan pembebanannya menggunakan plat bearing diameter 10 cm
dan 20 cm.
(a) (b)
138
Tabel 28. Tabel korelasi penurunan analisa numerik plaxis untuk tanahdasar dengan perkuatan kedalaman 40 cm – plat bearingdiameter 10 cm.
Load (kN)Penurunan (mm)
Plaxis 2D Plaxis 3D
0,0 0,0000 0,00002,5 0,1000 0,01805,0 0,1900 0,03507,5 0,2800 0,0690
10,0 0,3800 0,137012,5 0,4616 0,205015,0 0,6120 0,433017,5 0,7110 0,677020,0 0,9200 0,864022,5 1,1300 0,920025,0 1,2100 0,991027,5 1,2900 1,217030,0 1,3100 1,474032,5 1,3866 1,873035,0 1,5200 2,210037,5 1,6100 2,511040,0 1,7700 2,912042,5 1,8577 3,164045,0 2,1008 3,399047,5 2,2245 3,720050,0 2,6014 4,099052,5 2,9837 4,609055,0 3,6249 5,258057,5 4,1404 6,116060,0 4,9170 7,635062,5 6,3517 9,280065,0 9,6235 11,6100
139
Gambar 105. Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasardengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 40 cm –plat bearing diameter 10 cm (Plaxis 2D).
Gambar 106. Diagram arah gaya shadings deformasi total tanah dasardengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 40 cm –plat bearing diameter 10 cm (Plaxis 2D).
140
Gambar 107. Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasardengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 40 cm –plat bearing diameter 10 cm (Plaxis 3D).
Gambar 108. Gambar (a) diagram arah gaya shadings deformasi totaltanah dasar (b) cross section shadings deformasi totaltanah dasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 40 cm – plat bearing diameter 10 cm (Plaxis3D).
(a) (b)
141
Tabel 29. Tabel korelasi penurunan analisa numerik plaxis untuk tanahdasar dengan perkuatan kedalaman 40 cm – plat bearingdiameter 20 cm.
Load (kN)Penurunan (mm)
Plaxis 2D Plaxis 3D0,0 0,0000 0,00002,5 0,0500 0,16715,0 0,1000 0,18237,5 0,2800 0,3018
10,0 0,3073 0,378012,5 0,4220 0,608015,0 0,5670 0,815017,5 0,6810 1,017120,0 0,7290 1,191022,5 0,8660 1,431025,0 0,9238 1,581127,5 0,9910 1,712230,0 1,0430 1,899132,5 1,1120 2,045235,0 1,2800 2,188237,5 1,3100 2,392740,0 1,4800 2,511942,5 1,5471 2,701145,0 1,6800 2,848847,5 1,7100 3,002250,0 1,8649 3,211152,5 2,0269 3,328955,0 2,2735 3,501957,5 2,6087 3,676360,0 3,1156 4,001362,5 3,4544 4,808265,0 3,9637 6,075167,5 4,6455 7,414070,0 5,3301 9,178272,5 7,5735 -
142
Gambar 109. Diagram arah gaya arrows deformasi total tanah dasardengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 40 cm –plat bearing diameter 20 cm (Plaxis 2D).
Gambar 110. Diagram arah gaya shadings deformasi total tanah dasardengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 40 cm –plat bearing diameter 20 cm (Plaxis 2D).
Gambar 111. Diagram arah gaya arrows deformasi total tanahdengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 40 cm –plat bearing diameter 20 cm (Plaxis 3D).
143
Gambar 112. Gambar (a) diagram arah gaya shadings deformasi totaltanah dasar (b) cross section shadings deformasi totaltanah dasar dengan perkuatan kolom pasir groutingkedalaman 40 cm – plat bearing diameter 20 cm (Plaxis3D).
Dari gambar jaring elemen pola penurunan tanah model uji terlihat
penurunan yang cukup besar pada sampel tanah yang tidak diperkuat di
mana hasil pemodelan dengan menggunakan plat bearing 10 cm pada
Plaxis 2D terjadi penurunan sebesar 51,72 mm dan untuk Plaxis 3D
penurunan yang dihasilkan sebesar 63,29 mm dimana beban ultimit yang
diinput sebesar 20 kN dan selanjutnya untuk hasil pemodelan dengan
menggunakan plat bearing 20 cm menghasilkan besar penurunan untuk
Plaxis 2D sebesar 39,40 mm dan Plaxis 3D sebesar 46,26 mm untuk
beban ultimit asing-masing sebesar 40 kN, sedangkan sampel yang
diperkuat dengan kolom pasir semen grouting kedalamanan 20 cm
dengan menggunakan plat bearing 10 cm dihasilkan besar penurunan
45,71 mm untuk hasil Plaxis 2D dan 50,51 mm untuk Plaxis 3D dimana
beban yang bekerja masing-masing sebesar 47,50 kN , sedangkan
(a) (b)
144
pemodelan dengan menggunakan Plat bearing 20 cm dihasilkan besar
penurunan 24,10 mm untuk Plaxis 2D dan 35,52 untuk hasil Plaxis 3D
dengan beban ultimit sebesar 67,50 kN, selanjutnya untuk sampel yang
diperkuat dengan kolom pasir grouting kedalaman 30 cm dengan
menggunakan plat bearing 10 cm, dihasilkan besar penurunan 23,10 mm
untuk hasil Plaxis 2D dan 23,91 mm untuk hasil Plaxis 3D dimana beban
ultimit yang bekerja sebesar 60 kN, sedangkan dengan menggunakan plat
bearing 20 cm dihasilkan penurunan sebesar 12,90 mm untuk hasil Plaxis
2D dan untuk Plaxis 3D sebesar 13,67 mm dengan beban ultimit asing-
masing 65 kN dan selanjutnya untuk perkuatan dengan kolom pasir
grouting kedalaman 40 cm dengan menggunakan plat bearing 10 cm
dihasilkan besar penurunan 9,62 mm untuk Plaxis 2D dan 11,61 mm untuk
Plaxis 3D dengan beban ultimit sebesar 65 kN sedangkan dengan
menggunakan plat bearing 20 cm dihasilkan penurunan sebesar 7,57 mm
untuk Plaxis 2D dan 7,56 mm untuk Plaxis 3D dengan beban ultimit
sebesar 70 kN.
Namun dari hasil uji menunjukkan bahwa dengan semakin
dalamnya perkuatan kolom pasir grouting yang mendukung perkuatan
maka besar penurunan juga semakin dapat direduksi dan peningkatan
beban ultimit semakin tinggi.
145
F. Validasi Hasil Dengan Kurve Penurunan Analisa Numerik Plaxisdan Penurunan Uji Model Laboratorium
Dari hasil pengujian model kolom pasir grouting di laboratorium
dan analisa numerik plaxis dapat diperoleh data-data seperti terlihat pada
Tabel 30.
Tabel 30. Hubungan beban ultimit vs penurunan hasil uji laboratorium danhasil analisa numerik plaxis 2D dan 3D.
Model UjiHasil Uji Laboratorium PLAXIS 2D PLAXIS 3D
Beban Ultimit(kN)
Penurunan(mm)
Penurunan(mm)
Penurunan(mm)
KedalamanPerkuatan
(cm)
DiameterPlat
Bearing(cm)
Model TanpaPerkuatan
10 20,00 58,10 51,725 63,52920 40,00 37,29 39,403 46,263
2010 47,50 47,21 45,719 50,511
20 67,50 22,70 24,100 35,527
3010 60,00 25,10 23,100 23,917
20 65,00 12,50 12,902 13,677
4010 65,00 9,980 9,624 11,610
20 70,00 7,920 7,574 7,574
Berikut merupakan perbandingan grafik hasil dari pengujian di
laboratorium dan analisa numerik plaxis dapat dilihat pada Gambar 113
sampai dengan Gambar 116.
146
Gambar 113. Grafik hubungan penurunan hasil uji laboratorium vspenurunan hasil analisa numerik plaxis tanpa perkuatan.
Gambar 114. Grafik hubungan penurunan hasil uji laboratorium vspenurunan hasil analisa numerik plaxis dengan perkuatankolom pasir grouting kedalaman 20 cm.
147
Gambar 115. Grafik hubungan penurunan hasil uji laboratorium vspenurunan hasil analisa numerik plaxis dengan perkuatankolom pasir grouting kedalaman 30 cm.
Gambar 116. Grafik hubungan penurunan hasil uji laboratorium vspenurunan hasil analisa numerik plaxis dengan perkuatankolom pasir grouting kedalaman 40 cm.
148
Dari hasil perbandingan pengujian laboratorium dengan hasil
aplikasi numerik plaxis dapat terlihat bahwa perbedaan antara hasil uji
laboratorium dengan hasil analisa numerik tidak begitu jauh berbeda. Hal
ini diyakinkan dengan melihat Gambar 113 sampai dengan Gambar 116
yang menunjukkan bahwa perbedaan antara titik-titik pola penurunan hasil
uji laboratorium dengan pola penurunan hasil analisa numerik plaxis
diantara garis yang membentuk sudut 45 derajat tidak begitu besar
penyimpangannya.
Pada Tabel 30 menunjukkan antara hasil uji laboratorium dengan
hasil analisa numerik menunjukkan antara beban ultimit dengan
penurunan maximum tidak begitu jauh berbeda. Hal ini menunjukkan pola
keruntuhan yang ditampilkan pada tampilan jaring elemen hasil
perhitungan yang menggambarkan kondisi yang tidak jauh berbeda
dengan pola keruntuhan pada pengujian tipikal model di laboratorium.
149
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisa kami dapat simpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Hasil pengujian karakteristik fisik dan mekanis tanah lempung
kepasiran, tanah pasir dan sifat mekanis kolom pasir grouting
memungkinkan material ini dapat digunakan sebagai perkuatan pada
tanah lunak didapatkan parameter tanah yang dapat digunakan dalam
analisa numerik dengan nilai qu = 2,25 kg/cm2, nilai ½ qu 1,125
kg/cm2, nilai regangan 2,025 % dan nilai modulus elastisitas (E)
sebesar 5555,56 kN/m2, nilai sudut geser dalam = 11,31° dan nilai
kohesi = 0,19 kg/cm2 sebagai sifat mekanis tanah dasar dan sifat
mekanis kolom pasir grouting peroleh nilai qu = 3,00 kg/cm2, nilai ½
qu 1,50 kg/cm2, nilai regangan 0,50 % dan nilai modulus elastisitas (E)
sebesar 7500,00 kN/m2.
2. Dari hasil pengujian yang dilakukan bahwa tanah dasar yang tanpa
perkuatan mengalami penurunan yang lebih besar pada beban ultimit
20,0 kN, dengan persentase penurunan sebesar 11,62 %. Selanjutnya
dengan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman 20 pada beban
ultimit 47,5 kN, persentase penurunan sebesar 9,44 %. Dan pada
150
pengujian menggunakan perkuatan kolom pasir grouting kedalaman
30 cm pada beban ultimit 60,0 kN, persentase penurunan sebesar
5,02 %. Serta pada pengujian dengan kedalaman 40 cm pada beban
ultimit 65 kN, persentase penurunan sebesar 1,99 % dari tinggi total
tanah dasar. Sehingga efektifitas dari perkuatan kolom pasir grouting
baik untuk digunakan, dimana semakin dalam perkuatan kolom pasir
grouting dalam mendukung tanah dasar, maka semakin besar pula
penurunan yang dapat direduksi sehingga peningkatan daya dukung
tanah semakin besar.
3. Dari hasil validasi model laboratorium dan analisa numerik dimana
dibandingkan pengujian laboratorium dan analisa plaxis 2D dan 3D,
perkuatan kolom pasir grouting sebagai perkuatan pada tanah dasar
dengan penggunaan model kolom pada kedalaman yang bervariasi
menghasilkan hasil yang tidak jauh berbeda. Dimana menunjukkan
perbedaan antara titik-titik pola penurunan hasil uji laboratorium
dengan hasil analisa numerik plaxis diantara garis yang membentuk
sudut 45O derajat tidak terjadi penyimpangan yang besar. Terlihat pula
pada daerah plastis dari tanah dasar, nilai penurunan yang terjadi
pada hasil uji laboratorium, hasil Plaxis 2D, dan hasil dari Plaxis 3D
mulai terjadi penyimpangan dimana penurunan yang terjadi pada
perhitungan Plaxis 2D lebih ekstrem dibandingkan hasil uji
laboratorium dan hasil Plaxis 3D. Keluaran yang dihasilkan oleh plaxis
151
3D cenderung tetap mendekati hasil dari pengujian sampel hasil
laboratorium.
B. Saran
Dalam pengujian dan analisa kami pada penelitian ini masih
sebatas permodelan dalam bak pengujian laboratorium sehingga hasil
yang dicapai cukup sebagai parameter atas kemampuan mekanis kolom
pasir grouting sebagai material perkuatan tanah yang dapat dijadikan data
acuan bagi studi yang lebih lanjut.
Beberapa saran dapat dilakukan untuk penyempurnaan tersebut,
antara lain :
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut perkuatan kolom pasir
grouting terhadap jenis material tanah yang lainnya serta
dilakukan dalam skala yang lebih besar dan lebih kompleks (full
scale analisys).
2. Untuk pengujian lebih lanjut diperlukan analisis lebih mendalam
untuk mengatasi differential settlement dan analisis untuk kolom
pasir grouting dengan menggunakan program plaxis analisa
numerik 3 dimensi pada versi yang lebih sempurna.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
pengaruh muka air tanah terhadap perkuatan kolom pasir
grouting.
152
DAFTAR PUSTAKA
ASTM, (1992), ASTM Stabilisation With Admixture, American Society ForTesting And Materials, Second Edition.
A. Zahmatkesh & A. J. Choobbasti, (2010) Settlement evaluation of softclay reinforced by stone columns, considering the effect of soilcompaction. Journal IJRRAS Volum 3 (2), hal 159-166.
Bowles, J.E. (1993), Alih Bahasa Ir.Johan Kelana Putra Edisi Kedua, Sifat-Sifat Fisis Dan Geoteknis Tanah, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Bowles, J.E. (1983), Engineering Properties of Soils and TheirMeasurement, Mc.Grawhill Book Company , Singapore.
Bowles, J.E. (1979), Fondation Analysis and Engineering, 2nd ed,McGraw-Hill, New York
Budi, G. S. (2011), Pengujian Tanah di Laboratorium, Graha Ilmu,Surabaya.
Craig, R.F. (1991), Mekanika Tanah. Diterjemahkan oleh Budi Susilo.Penerbit Erlangga, Jakarta.
Das, Braja M. (1995), Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip RekayasaGeoteknis) Jilid I, Erlangga, Jakarta.
F. Rackwitz dan M. Schubler, (2010) Model Test On Granular SoilColumns For Ground Improvement Of Very Soft Soil. JournalDepartment of Civil Engineering, Babol University of Technology,Babol, Iran Volum 1 (8), hal 1351-1356
Hamed N., Khairul A. K. dan Chong S. Y. (2011), Soil Improvement ByReinforced Stone Columns Based Onexperiments Work.Electronic Journal of Environmental, Agricultural and FoodChemistry Volum 2 10 (7), hal 2460-2478.
Hardiyatmo, C. H. (2010), Mekanika Tanah 1, Gadjah Mada UniversityPress, Jakarta.
153
Indrasurya, B. M. (2000), Teknologi Perbaikan Tanah Dan AlternatifPerencanaan Pada Tanah Bermasalah (Problematic Soils).Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan,Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Poulos, H.G., E.H. Davis (1980), Pile Foundation Analisis And Design,Jhon Wiley and Sons Australia
Samang, L., Harianto, T., dan Zubair, A. (2010), Efektifitas Pondasi Raftdan Pile Dalam Mereduksi Penurunan Tanah Dengan MetodeNumerik. Konfrensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTeks), Sanur-Bali,2-3 Juni.
Tandel Y.K, Solanki C.H dan Desai A.K, (2012) Reinforced granularcolumn for deep soil stabilization International Journal Of Civil AndStructural Engineering Volume 2, No 3, hal 720-730
Teodoru, I.B dan Toma, I.O. (2009), Numerical Analysis of Plate LoadingTest. Publicat de Universitatea Tehnica, Gheorghe Asachi din Iasi,Tomul LV (LIX), Fasc. 1, 2009, Sect¸ia CONSTRUCTIIARHITECTURA.
Terzaghi, K (1987) Soil Mechanics in Engineering Practice, 2nd ed, Wiley,New York
Wesley, L. D. (1977), Mekanika Tanah, Badan Penerbit PercetakanUmum, Jakarta.