KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

62
KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN KEMBANG SEMANGKOK (Scaphium macropodum) DI POS MONITORING SIKUNDUR TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER (TNGL) SKRIPSI SRI ANJELI LUMBAN BATU 151201106/KEHUTANAN DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019 Universitas Sumatera Utara

Transcript of KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Page 1: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN KEMBANG SEMANGKOK (Scaphium macropodum) DI POS MONITORING SIKUNDUR TAMAN NASIONAL GUNUNG

LEUSER (TNGL)

SKRIPSI

SRI ANJELI LUMBAN BATU 151201106/KEHUTANAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

Universitas Sumatera Utara

Page 2: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN KEMBANG SEMANGKOK (Scaphium macropodum) DI POS MONITORING SIKUNDUR TAMAN NASIONAL GUNUNG

LEUSER (TNGL)

SKRIPSI

SRI ANJELI LUMBAN BATU 151201106/KEHUTANAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

Universitas Sumatera Utara

Page 3: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Universitas Sumatera Utara

Page 4: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Universitas Sumatera Utara

Page 5: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

ABSTRACT

SRI ANJELI LUMBAN BATU: The Habitat and Morphology Characteristization of Kembang Semangkok (Scaphium macropodum) in Sikundur Monitoring Station, Mount Leuser National Park. Supervised by DENI ELFIATI and ARIDA SUSILOWATI

Kembang Semangkok (Scaphium macropodum) is tree species that is wisely used for medicinal purposes. Destructive seeds harvesting was causing the species classified into least concern status according to IUCN. Information on the morphology and habitat of kembang semangkok, especially in the North Sumatra is still limited yet. The purpose of this study were to analyze morphological and habitat characteristics through soil chemical analysys, determination of total microbes and soil respiration under a bowl flower. Morphological characterization was carried out by direct observation and measurement of organ of 12 trees at the research location. While habitat analysis is carried out by 24 samples collection on a depth 0-5 cm and 5-20 cm under 12 kembang semangkok stands, then a series of dilution procedures is performed. T test was carried out to determine the relationship between 2 soil depths with respiration and total microbes. Morphological characterizarion results showed that there was variety of canopy, leaves and stems morphology. Habitat analysis showed there were a variations in the chemical character of soil with very low to high criteria. The average total of microbes obtained at 0-5 cm depth was 93,32 x 109 CFU/ml and 5-20 cm was 92,39 x 109 CFU/ml. Total soil respiration obtained at a depth of 0-5 cm is 8,25 mg C-CO2 g-1 day-1 and a depth of 5-20 cm is 7,74 mg C-CO2 g-1 day-

1. T-test results showed that the soil depth not significant influenced soil respiration and total soil microbes.

Keywords: Kembang Semangkok, Morphology, soil chemical analysis, Soil microbes, Soil respiration

Universitas Sumatera Utara

Page 6: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

ABSTRAK

SRI ANJELI LUMBAN BATU : Karakterisasi Habitat dan Morfologi Tegakan Kembang Semangkok (Scaphium macropodum) Di Pos Monitoring Sikundur, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), dibimbing oleh DENI ELFIATI dan ARIDA SUSILOWATI

Kembang Semangkok (Scaphium macropodum) merupakan salah jenis pohon yang banyak dimanfaatkan untuk keperluan obat-obatan. Akibat proses pengambilan biji yang bersifat destruktif, kondisi tanaman ini dalam status least concern menurut IUCN. Informasi morfologi dan habitat tanaman kembang semangkok terutama di daerah Sumatera Utara belum banyak diketahui. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis karakter morfologi dan habitat melalui analisis kimia tanah, penetapan total mikroba dan respirasi tanah dibawah kembang semangkok. Karakterisasi morfologi dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran secara langsung terhadap kondisi morfologi 12 pohon di lokasi penelitian. Sedangkan analisis habitat dilakukan melalui pengambilan 4 buah sampel yaitu tanah pada kedalaman 0-5 cm dan 5-20 cm di bawah 12 tegakan kembang semangkok, kemudian dilakukan serangkaian prosedur pengenceran. Uji t dilakukan untuk mengetahui hubungan rata-rata 2 kedalaman tanah dengan respirasi dan total mikroba. Hasil karakterisasi morfologi menunjukkan bahwa terdapat keragaman morfologi pada tajuk, daun dan batang tegakan kembang semangkok. Hasil analisis habitst menunjukkan adanya variasi karakter kimia tanah dengan kriteria sangat rendah sampai tinggi. Rataan total mikroba yang diperoleh pada kedalaman 0-5 cm adalah 93,32 x 109 SPK/ml dan 5-20 cm adalah 92,39 x 109 SPK/ml. Total Respirasi tanah yang diperoleh pada kedalaman 0-5 cm adalah 8,25 mg C-CO2 g-1 hari-1 dan kedalaman 5-20 cm adalah 7,74 mg C-CO2 g-1 hari-1. Hasil uji t menunjukkan bahwa kedalaman tanah berpengaruh tidak nyata terhadap respirasi tanah dan total mikroba tanah.

Kata Kunci : Morfologi, Kembang Semangkok, Mikroba Tanah, Respirasi Tanah,

Sifat Kimia Tanah.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pintu Bosi pada tanggal 9 September 1997. Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara oleh pasangan (Alm.) Lukman Lumban Batu dan (Alm.) Rinsan Simanullang.

Penulis memulai pendidikan di SDN 177670 Pintu Bosi pada tahun 2003-2009, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Onan Ganjang pada tahun 2009-2012, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Onan Ganjang pada tahun 2012-2015. Pada tahun

2015, penulis lulus di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Penulis memilih minat Departemen Budidaya Hutan.

Semasa kuliah penulis merupakan anggota organisasi di UKM KMK USU UP FP. Penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Bulu Kabupaten Simalungun Sumatera Utara pada tahun 2017. Pada tahun 2018 penulis telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Pada awal tahun 2019 penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Karakterisasi Habitat dan Morfologi Tegakan Kembang Semangkok (Scaphium macropodum) di Pos Monitoring Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser” di bawah bimbingan Dr. Deni Elfiati, SP., MP dan Dr. Arida Susilowati, S. Hut., M. Si.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan atas berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Karakterisasi Habitat Dan Morfologi Tegakan Kembang Semangkok (Scaphium macropodum) Di Pos Monitoring Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL)” Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Deni Elfiati, SP., MP dan Dr. Arida Susilowati, S.Hut., M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing saya yang telah membimbing dan mengarahkan penulis serta memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 1. Siti Latifah, S. Hut., M.Si., Ph. D selaku Dekan Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara 2. Dr. Deni Elfiati, SP., MP dan Dr. Arida Susilowati, S.Hut., M.Si selaku ketua

dan anggota komisi pembimbing saya yang telah membimbing dan mengarahkan penulis serta memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Alfan Gunawan Ahmad, S.Hut., M. Si; Dr. Bejo Slamet, S, Hut., M.Si dan Dr. Apri Heri Iswanto, S, Hut., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Dr. Apri Heri Iswanto, S, Hut., M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh pendidikan.

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara atas bimbingan dalam penyelesaian studi.

6. Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser dan Yayasan Ekosistem Leuser yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di lokasi penelitian.

7. Bapak Suprayadi selaku Manajer SOCP dan tim riset di lapangan dalam membantu proses penelitian di lapangan.

8. Yayasan YVDMI yang telah membantu dana beasiswa penulis selama pendidikan.

9. Kedua orangtua penulis, Ayahanda (Alm.) Lukman Lumban Batu dan Ibunda (Alm.) Rinsan Simanullang, kedua abangda, adik-adik dan seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material dan doa serta semangat belajar kepada penulis selama pendidikan penulis.

10. Seluruh teman-teman mahasiswa/I angkatan 2015, Budidaya Hutan 2015, rekan penelitian, Xadriell Sunergeo MS, Andromeda Stin Agaphi S, MARS, Koordinasi UP FP 2017-2018 dan KOMBIN UP FP 2017-2018.

Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat ke berbagai pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, September 2019

Penulis

Universitas Sumatera Utara

Page 9: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

DAFTAR ISI

Halaman PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................... i ABSTRACK ....................................................................................................... ii ABSTRAK .......................................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix PENDAHULUAN

Latar Belakang ............................................................................................. 1 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA Kembang Semangkok (Scaphium macropodum) ......................................... 4 Sifat Morfologi Tanaman ............................................................................. 5 Morfologi Tajuk ........................................................................................... 5 Morfologi Daun ........................................................................................... 6 Morfologi Batang ......................................................................................... 6 Sifat Fisik dan Kimia Tanah ........................................................................ 6 Mikroba Tanah ............................................................................................. 7 Bakteri .......................................................................................................... 8 Fungi ............................................................................................................ 9 Respirasi Tanah ............................................................................................ 9 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 9

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 12 Bahan dan Alat ............................................................................................ 12 Prosedur Penelitian ..................................................................................... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Survei Tegakan Kembang Semangkok ........................................................ 17 Karakteristik Morfologi Tegakan Kembang Semangkok ............................ 18 Analisis Kimia Tanah................................................................................... 27 Penetapan Total Mikroba ............................................................................. 31 Respirasi Tanah ............................................................................................ 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................................. 38 Saran ............................................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 39 LAMPIRAN ........................................................................................................ 44

Universitas Sumatera Utara

Page 10: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Tabel Karakterisasi Tajuk pada Berbagai Tegakan Kembang

Semangkok ........................................................................................ 18 2. Tabel Morfologi daun 12 tegakan kembang semangkok ................... 21 3. Tabel Morfologi batang 12 tegakan kembang semangkok ................ 25 4. Tabel Analisis Kimia Tanah .............................................................. 27 5. Tabel Penetapan Total Mikroba ......................................................... 32 6. Tabel Respirasi Tanah ........................................................................ 34 7. Tabel Uji t hasil respirasi tanah......................................................... 36 8. Tabel Uji t penetapan total bakteri ..................................................... 36 9. Tabel Uji t penetapan total fungi........................................................ 36 10. Tabel Uji t penetapan total mikroba ................................................... 37 11. Tabel Hasil uji t .................................................................................. 37

Universitas Sumatera Utara

Page 11: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman 1. Gambar Lokasi Penelitian dan Peta Persebaran Persebaran Kembang

Semangkok Pos Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser .................. 11 2. Gambar Tegakan kembang semangkok pada tingkatan a) Semai b)

Pancang c) tiang dan d) pohon ............................................................. 17 3. Bentuk morfologi daun pada a) palmate-lobed dan b) ovate ................. 18 4. Gambar Penampilan bentuk tajuk, a) oval b) rounded dan c) irregular 20 5. Gambar Bentuk daun 12 tegakan kembang semangkok dengan a)

tampak atas daun b) tampak bawah daun ............................................... 22 6. Gambar Bentuk ujung daun 12 tegakan kembang semangkok .............. 23 7. Gambar Bentuk pangkal daun 12 tegakan kembang semangkok........... 24 8. Gambar Bentuk tepi daun 12 tegakan kembang semangkok ................. 24 9. Gambar Morfologi kulit batang pada 12 tegakan kembang

semangkok .............................................................................................. 26 10.Gambar Pengamatan mikroba: a)Jamur pada media PDA dan b)

Bakteri pada media NA .......................................................................... 32

Universitas Sumatera Utara

Page 12: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1. Data Tally Sheet Tegakan Kembang Semangkok ......................... 44 2. Prosedur Analisis Kimia Tanah ..................................................... 46 3. Kriteria penilaian sifat kimia tanah Staf Pusat Penelitian

Tanah Bogor (1983) dan BPP-Medan (1982)Total Bakteri dan Fungi ....................................................................................... 49

4 Dokumentasi Penelitian ................................................................. 50

Universitas Sumatera Utara

Page 13: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan seluas sekitar 9 juta km² yang

terletak diantara 2 samudera dan 2 benua dengan jumlah pulau sekitar 17.500

buah yang panjang garis pantainya sekitar 95.181 km. Berdasarkan kondisi

geografisnya, dalam dunia tumbuhan, flora wilayah Indonesia termasuk bagian

dari flora dari malesiana yang diperkirakan memiliki sekitar 25% dari spesies

tumbuhan berbunga yang ada di dunia dan menempati urutan negara terbesar

ketujuh dengan jumlah spesies mencapai 20.000 spesies. Negara Indonesia

termasuk negara dengan tingkat keterancaman dan kepunahan spesies tumbuhan

tertinggi di dunia. Saat ini tercatat sekitar 240 spesies tanaman budidaya yang

telah punah dengan 36 jenis adalah pohon (Kusmana dan Hikmat, 2015).

Di Indonesia, masih banyak spesies tumbuhan obat yang belum

dibudidayakan sehingga ketersediaannya masih sangat bergantung pada alam

(Hidayat, 2012). Salah satunya adalah tegakan kembang semangkok. Kembang

semangkok merupakan salah satu tanaman kehutanan dari famili Malvaceae yang

termasuk dalam kategori tanaman berpotensi sebagai obat dengan manfaat

rebusan daun dapat digunakan sebagai obat penurun demam tinggi dan menjaga

kekebalan tubuh serta bijinya yang dapat digunakan untuk menurunkan panas

tinggi (Hanum dan Hamzah, 1999) serta buahnya dapat dijadikan sebagai bahan

baku selai (Wetlands, 2006). Kembang semangkok merupakan jenis Scaphium

yang paling luas persebarannya dan dapat ditemukan di berbagai negara seperti

Malaysia (Kembang semangkok sejantung, selayar), Thailand (Samrong),

Myanmar (Thitlaung), Indonesia (Kembang semangkok, tempayang) yang

terdapat di Kalimantan dan di Borneo.

Potensi kembang semangkok sebagai tanaman berkhasiat obat telah

diketahui sejak lama baik dari cara menggunakan, cara pengolahan, bagian-bagian

yang digunakan serta khasiat dari bahan-bahan tersebut. Namun sangat jarang

tumbuhan berkhasiat obat seperti kembang semangkok ditanam secara khusus

untuk dibudidayakan sehingga kebiasaan masyarakat yang cenderung

memanfaatkan dari alam tanpa membudidayakan akan menyebabkan keberadaan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

pohon kembang semangkok semakin sedikit (I’ismi et al., 2018). Berdasarkan

data International Unioun for Conservation of Nature (IUCN) Red List, saat ini

kembang semangkok dikategorikan sebagai jenis tanaman dengan kategori

beresiko rendah/Least Concern (IUCN, 1998).

Informasi mengenai suatu spesies tumbuhan sangatlah diperlukan bagi

upaya konservasi dan pemanfaatannya di masa yang akan datang. Informasi

mengenai habitat dapat digunakan sebagai dasar untuk menetukan strategi dan

upaya konservasi suatu spesies tumbuhan. Hal ini berlaku tidak hanya bagi spesies

dengan status konservasi langka tetapi juga berlaku untuk spesies yang memiliki

potensi pengembangan dan manfaat bagi kehidupan manusia. Laju konversi

habitat alami berupa hutan di Indonesia lebih cepat dibandingkan dengan upaya

untuk mendokumentasikan, menyelamatkan dan mengkonversi spesies tumbuhan

yang hidup didalamnya (Mudiana, 2017). Informasi habitat kembang semangkok

diperlukan untuk membantu upaya pelestarian di masa mendatang. Dengan

mengetahui informasi habitat maka dapat diketahui langkah yang tepat dalam

menangani kondisi habitat sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

Informasi tentang kembang semangkok telah lama dilakukan seperti

morfologi dan distribusi kembang semangkok di Borneo, Kalimantan yang telah

diteliti oleh Wilkie (2009) dan arsitektur pohon serta habitat di Malaysia yang

telah diteliti oleh Yamada et al. (2000), namun informasi morfologi kembang

semangkok di Indonesia terutama Sumatera Utara jarang diketahui sehingga perlu

dilakukan kajian mendalam untuk mengetahui informasi morfologi kembang

semangkok. Informasi lebih luas tentang suatu pohon bermanfaat untuk

mengetahui dan mengenal lebih jelas tentang ciri dan karakteristik suatu spesies

tersebut (Rosanti, 2013).

Di Sumatera utara, kembang semangkok dapat ditemukan di daerah

Langkat yaitu di kawasan daerah Taman Nasional Gunung Leuser. Berdasarkan

penelitian Zannah (2017), kembang semangkok atau dikenal dengan nama lokal

kayu minyak merupakan salah satu jenis pohon yang telah dianalisis vegetasi di

hutan pos monitoring Sikundur. Hutan Pos Monitoring Sikundur terletak di

Kecamatan Besitang , Kabupaten Langkat, Sumatera Utara dirintis pada bulan

Mei 2001 dengan luas ±500 Ha yang terletak di kawasan hutan Dipterocarpaceae

Universitas Sumatera Utara

Page 15: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

dataran rendah (ketinggian 30-100 mdpl) dengan suhu harian rata-rata 26ºC pada

siang hari dan suhu harian rata-rata pada malam hari adalah 21ºC (Siregar, 2005).

Namun informasi lengkap tentang morfologi kembang semangkuk di TNGL dan

Hutan Pos Monitoring Sikundur jarang diketahui serta sistem budidaya belum

banyak dipublikasikan. Hal ini membuat perlu dilakukan penelitian lebih

mendalam terhadap kembang semangkok untuk mengetahui informasi morfologi

dan informasi habitat sebagai data tambahan dalam kegiatan budidaya kembang

semangkok.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis karakter morfologi kembang semangkok.

2. Menganalisis karakter habitat melalui analisis kimia tanah, penetapan total

mikroba dan respirasi tanah pada tegakan kembang semangkok.

Manfaat Penelitian

Memberikan informasi tambahan terkait habitat dan morfologi tegakan

kembang semangkok sehingga dapat diketahui teknik budidayanya di masa

mendatang.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

TINJAUAN PUSTAKA

Kembang Semangkok (Scaphium macropodum)

Kembang semangkok atau lebih dikenal juga sebagai selayar merupakan

sejenis pokok balak dan banyak didapati di hutan hujan tropika, di kawasan

bertanah rendah. Kayu yang agak ringan banyak dijadikan bahan baku seperti

kotak, perabot, lanti lamina, mancis dan lain-lain. Daunnya besar dan tersusun

dalam bentuk spiral. Ia mempunyai bunga yang berwarna krim dan kecil. Buahnya

berada dalam pod yang besar yang akan terbuka dan pecah apabila telah matang.

Bijinya berukuran kurang lebih 1,5-3 cm. Biji ini akan pecah dan menghasilkan

sejenis bahan seperti jeli. Perkembangbiakannya umumnya dilakukan secara

generatif (Kochummen, 1972).

Kembang semangkok adalah sejenis tanaman yang tumbuh secara liar di

pedalaman hutan. Kualitas kayu yang terbilang sedang menjadikan kembang

semangkok dapat digunakan sebagai bahan peti kemas seperti pembuatan barang

dan korek api. Buah tanaman ini juga bermanfaat dan berkhasiat sebagai obat

herbal yang memiliki kemampuan sangat baik dalam dunia pengobatan

tradisional. Hal ini karena kembang semangkok memiliki kandungan zat berupa

protein, basoran, pentosan dan karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan

merupakan bahan baku obat-obatan (Noorhidayah dan Sidiyasa, 2007). Kembang

semangkok juga dikenal sebagai salah satu sumber pakan Orangutan. Hasil uji

saponin menunjukkan bahwa jenis Scaphium macropodum mengandung

kandungan saponin tinggi (Atmoko dan Ma’ruf, 2009).

Menurut IUCN Red List (1998), klasifikasi tumbuhan kembang

semangkok adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Angiospermae

Kelas : Eudicots

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae

Genus : Scaphium

Species : Scaphium macropodum

Universitas Sumatera Utara

Page 17: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Sifat Morfologi Tanaman

Morfologi adalah salah satu cabang ilmu Botani yang mempelajari tentang

bentuk, susunan dan struktur dari organ-organ yang menyusun atau dapat juga

dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari tentang penampilan (performance)

tumbuhan secara utuh. Mengenal tumbuhan tak mungkin dan tak cukup dengan

mengetahui bentuk organnya saja, melainkan harus sekaligus tahu susunan dan

strukturnya secara utuh sehingga memberikan gambaran tentang penampilan

tumbuhan tersebut selengkapnya. Ruang lingkup kajian morfologi tumbuhan

adalah gambaran umum organ tumbuhan, struktur morfologi dan terminologi serta

modifikasi yang ada pada akar, batang dan daun, struktur morfologi dan

terminologi pada bunga, buah dan biji, penyerbukan dan pembuahan, serta

lembaga dan perkecambahan (Nurainas et al., 2017).

Morfologi Tumbuhan adalah cabang ilmu Biologi yang mempelajari

tentang bentuk dan susunan luar tubuh tumbuhan beserta fungsinya dalam

kehidupan tumbuhan (Tjitroesoepomo, 2007). Tubuh tumbuhan maupun makhluk

hidup lainnya disusun oleh sel. Beberapa sel bergabung menjadi satu kesatuan

struktur dan fungsi membentuk jaringan. Selanjutnya beberapa jaringan

membentuk organ. Akar, batang dan daun disusun oleh kumpulan jaringan.

Jaringan yang menyusun organ tersebut sama jenisnya, tetapi berbeda dalam

proporsi atau perbandingan dan cara penyusunannya. Jaringan adalah kumpulan

sel-sel yang membentuk satu kesatuan struktur dan fungsi. Berdasarkan jumlah

tipe sel yang menyusunnya jaringan dibagi menjadi jaringan sederhana dan

jaringan kompleks (Hadisunarso, 2007).

Morfologi Tajuk

Tajuk merupakan salah satu indikator pertumbuhan dan perkembangan

pohon. Dengan melihat besarnya tajuk maka dapat diperkirakan optimalisasi

ruang tumbuh dan tingkat produktivitas tanaman dalam suatu kawasan. Adanya

keragaman macam bentuk dan ukuran tajuk pohon pada tiap umur sehingga

diperlukan perlakuan terhadap tajuk sebagai bahan pertimbangan dalam pola

penanaman, kegiatan pemeliharaan dan kegiatan pengelolaan di masa yang akan

datang. Selain itu dengan diketahuinya gambaran model tajuk, juga dapat

diketahui tingkat kompetisi antar pohon dan kepadatan tegakannya. Secara umum

Universitas Sumatera Utara

Page 18: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

bentuk tajuk pohon dibentuk oleh pola-pola percabangan dan ukuran daun dari

suatu pohon (Fathoni, 2016).

Morfologi Daun

Daun (folium) merupakan alat tubuh yang penting bagi tumbuh-tumbuhan

karena banyak proses metabolisme yang terjadi di daun misalnya proses

fotosintesis menghasilkan bahan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh tumbuhan

untuk kelangsungan hidupnya. Semua daun mula-mula berupa tonjolan jaringan

yang kecil, yaitu primordial pada waktu ujung pucuk tumbuh, primordial daun

baru mulai terbentuk menurut pola khas untuk tiap jenis tumbuhan. Secara

morfologi dan anatomi, daun merupakan organ tubuh yang paling bervariasi.

Batasan secara menyeluruh dari semua tipe daun yang terlihat pada tumbuhan

disebut phyllom (filom). Berdasarkan variasi tersebut, folium dapat digolongkan

ke dalam beberapa bagian seperti daun lebar, profil, katafil, hipsofil, kotiledon,

dan lain-lain. Daun lebar atau daun hijau berfungsi khusus untuk melakukan

fotosintesa, biasanya berbentuk pipih mendatar sehingga mudah memperoleh sinar

matahari (Haryani, 2007).

Morfologi Batang

Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan penting sehingga sering

dikatakan sebagai sumbu tubuh tumbuhan. Batang sebagian besar tumbuhan

terletak di atas tanah, namun ada pula batang yang terdapat di dalam tanah,

bahkan ada tumbuhan yang tampak tidak berbatang (planta acaulis) walaupun

sesungguhnya berbatang hanya sangat pendek sekali sehingga seolah-olah tidak

berbatang. Umumnya batang pada tumbuhan mempunyai bentuk bulat, bersegi,

pipih dengan permukaan batang licin, beralur bentuk bersayap, berambut dan

berduri. Batang tumbuh ke arah datangnya cahaya matahari, namun mengenai

arahnya dapat memperlihatkan berbagai variasi seperti tegak lurus, menggantung

(pada anggrek), menyulur berbaring (pada semangka), merunduk, memanjat (pada

sirih dan famili) dan sebagainya (Haryani, 2007).

Sifat Fisik dan Kimia Tanah

Tanah memiliki sifat fisik, biologi maupun kimia yang berbeda beda pada

lingkungan yang berbeda pula. Keadaan sifat fisik tanah yang baik dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 19: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

memperbaiki lingkungan untuk perakaran tanaman dan secara tidak langsung

memudahkan penyerapan hara sehingga relatif menguntungkan pertumbuhan

tanaman. Hutan dan vegetasinya memiliki peranan dalam pernbentukan dan

pemantapan agregat tanah.Vegetasinya berperan sebagai pemantap agregat tanah

karena akar akarnya dapat mengikat partikel-partikel tanah dan juga mampu

menahan daya tumbuk butir-butir air hujan secara langsung ke permukaan tanah

sehingga penghancuran tanah dapat dicegah (Arifin, 2010).

Sifat kimia tanah adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

peristiwa yang bersifat kimia dan terjadi di dalam maupun di atas permukaan

tanah sehingga akan menentukan sifat dan ciri tanah yang terbentuk dan

berkembang seetelah peristiwa kimia tersebut. Peubah yang termasuk sifat kimia

tanah yang mempengaruhi pertumbuhan, produksi dan kualitas tanaman antara

lain pH tanah, ketersediaan unsur hara makro dan mikro serta kapasitas tukar

kation (KTK) (Hakim et al., 1986).

Banyak unsur didalam tanah mengalami perubahan bentuk akibat

perubahan reaksi didalam tanah. Hal ini terkait dengan perubahan tingkat

kelarutan senyawa dari unsur-unsur tersebut di dalam tanah dengan pH

lingkungan di dalam tanah. Oleh karena itu, pH tanah bertanggung jawab terhadap

ketersediaan hara bagi tanaman (Munawar, 2011). Bahan organik tanah

merupakan sisa-sisa tanaman dan hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan,

yang berfungsi untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Usaha

mempertahankan kadar bahan organik hingga kondisi ideal (5% pada tanah

lempung berdebu) merupakan tindakan yang baik, berwawasan lingkungan dan

lestari (Winarso, 2005).

Mikroba Tanah

Tanah sebagai media tumbuh tanaman memerlukan perhatian untuk

dikelola kesinambungannya. Tanah akan memberikan manfaat dan tetap produktif

pada masa sekarang dan untuk generasi masa depan. Dalam setiap gram tanah

subur mengandung sedikitnya satu juta organisme bersel satu ini dan jumlah

populasi bakteri akan semakin menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah.

Jumlah populasi dan jenis bakteri ditentukan oleh kondisi tanahnya yang

berfungsi sebagai lingkungan tumbuhnya. Kehadiran mikroba dalam tanah

Universitas Sumatera Utara

Page 20: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

tersebut menunjukkan kebutuhannya akan kondisi abiotik dan nutrisi yang

tersedia dalam biosfer (Prihastuti, 2011).

Dalam suatu sistem yang stabil dapat dihipotesakan bahwa tanah dapat

dihuni oleh mikroba yang mampu beradaptasi pada lingkungan tanah tersebut.

Pada akhirnya mikroba tersebut berfungsi sebagai katalisator biokimia pada

proses-proses yang berlangsung di dalam tanah yang menyebabkan terjadinya

perubahan di dalam tanah (Loreau et al., 2001).

Kehidupan mikroba di dalam tanah memegang peranan penting dalam

mengendalikan kestabilan ekosistem tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi

struktur komunitas mikroba di dalam tanah yaitu jenis tanah dan tanaman, serta

pengelolaan tanah. Selain ada mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman

dengan menghasilkan unsur hara dan hormon tumbuh tanaman, ada pula mikroba

dalam tanah yang menyebabkan penyakit tanaman. Dalam kondisi ekosistem

tanah yang stabil, supresif mikroba patogen dapat ditekan secara alami. Dengan

memahami kondisi lingkungan tanah dengan baik dari aspek fisis, khemis dan

biologis, maka tindakan pengelolaan tanah untuk memelihara kesuburan lahan

dapat dilakukan secara tepat (Prihastuti, 2011).

Bakteri

Bakteri merupakan mikrobia prokariotik uniselular, termasuk kelas

Schizomycetes, berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri

tidak berklorofil kecuali beberapa yang bersifat fotosintetik. Cara hidup bakteri

ada yang dapat hidup bebas, parasitik, saprofitik, patogen pada manusia, hewan

dan tumbuhan (Sumarsih, 2003).

Bakteri yang hidup dalam tanah memegang peranan penting dalam

meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan

kemampuannya dalam mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi

nitrat. Termasuk ke dalam golongan ini yang berbentuk batang (bacil) yang

mampu membentuk spora dan yang tidak membentuk spora, spora pada bakteri

bukan untuk alat berkembangbiak melainkan alat untuk mempertahankan diri dari

lingkungan yang tidak menyenangkan. Spora tersebut tahan terhadap kondisi

lingkungan ekstrem seperti suhu tinggi, kekeringan atau senyawa kimia yang

beracun (Sutedjo, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Page 21: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Fungi

Fungi mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan tanah karena

ternyata berbagai jenis fungi dapat melapukkan atau mempunyai daya lapuk yang

kuat terhadap sisa-sisa tanaman yang mengandung karbohidrat dan ternyata tidak

mudah dilapukkan atau dihancurkan oleh bakteri. Bagi berbagai jenis fungi

walaupun terjadi secara agak lambat bahan-bahan seperti sellulosa atau lignin

akan dapat dilapukkan dan dimanfaatkannya. Apabila fungi-fungi itu telah sampai

pada siklus hidupnya yang terakhir maka bahan-bahan yang dikandungnya akan

sangat bermanfaat dalam memperkaya tanah dengan bahan-bahan organis

(Kartasapoetra dan Sutedjo,2005).

Respirasi Tanah

Respirasi tanah merupakan salah satu indicator dari aktivitas biologi tanah

seperti mikroba, akar tanaman atau kehidupan lain di dalam tanah dan aktivitas ini

sangat penting untuk ekosistem di dalam tanah. Penetapan respirasi tanah

berdasarkan penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah

dan jumlah O2 yang digunakan oleh mikroorganisme tanah (Anas, 1989).

Tanaman dapat mengurangi CO2 di atmosfer melalui proses pemindahan

karbon ke dalam tanah. Jumlah karbon di dalam tanah selain dipengaruhi oleh

jumlah karbon yang ada dalam tegakan juga dipengaruhi oleh jumlah karbon

dalam serasah. Proses respirasi biota tanah yang dipengaruhi oleh suhu akan

melepas karbon terikat menjadi karbon dioksida ke atmosfer (Muhdi, 2008).

Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan

oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap (Undang

Undang No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan). Kawasan hutan dengan fungsi

sosial, ekonomi dan ekologi yang dimilikinya tidak terbatas pada batas-batas

administratif semata namun kawasan hutan dengan fungsi ekologinya hanya dapat

dibatasi oleh batas-batas ekologis yang terjadi. Pada umumnya, semua hutan

mempunyai fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi. Setiap wilayah

hutan mempunyai kondisi yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan fisik,

topografi, flora, fauna serta keanekargaman hayati dan ekosistemnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Letak dan Luas

Kawasan Hutan Pos Monitoring Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser

berada di Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara dengan luas

areal ± 500 ha. Secara geografis terletak 03º56’20.9” Lintang Utara (LU)

098º03’44.9” Bujur Timur (BT). Dikawasan Pos Monitoring Sikundur Taman

Nasional Gunung Leuser berbatasan dengan :

Sebelah Barat : Berbatasan dengan BKSDA

Sebelah Utara : Berbatasan dengan TNGL

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan TNGL

Sebelah Timur : Berbatasan dengan TNGL

Topografi

Keadaan topografi di Pos Monitoring Sikundur Taman Nasional Gunung

Leuser pada umumnya datar, sebagian bergelombang sedang dan ringan dengan

ketinggian antara 30 – 100 mdpl. Keadaan geologi dan tanah terdiri dari bahan

induk batuan beku dan vulkanik dengan jenis tanah podsolik coklat-kecoklatan

kelabu.

Iklim

Berdasarkan informasi dari Yayasan Ekosistem Leuser (YEL) SUMUT,

diperoleh data curah hujan di Pos Monitoring Sikundur Taman Nasional Gunung

Leuser adalah rata-rata 2000-2500 mm pertahunnya. Dimana curah hujan tertinggi

pada bulan Desember dan terendah pada bulan Mei. Musim kemarau terjadi pada

bulan Juni sampai September. Suhu harian rata-rata 26º C pada siang hari dan 21º

C pada malam hari.

Vegetasi

Keragaman tumbuhannya sangat tinggi, dari tumbuhan tingkat rendah

sampai tumbuhan tingkat tinggi. Pohon-pohon yang terdapat didalam plot tersebut

sebelumnya telah diidentifikasi berbasis nama lokal (bahasa Gayo) oleh Ibrahim,

seorang ahli botani lokal yang sudah bertahun-tahun mempelajari spesies pohon

pakan orangutan baik di Ketambe maupun di Suaq Balimbing. Berdasarkan

pengamatan di sekitar areal penelitian, vegetasi yang umum ditemukan yaitu dari

Universitas Sumatera Utara

Page 23: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

family Euphorbiaceae, Dipterocarpaceae, Myrtaceae, Lauraceae, Moraceae dan

Sterculiaceae (Zannah, 2017).

Lokasi penelitian dan pengambilan sampel tanah kembang semangkok

untuk penelitian ini ditampilkan pada Gambar 1

Gambar 1. Lokasi penelitian dan pengambilan sampel tanah kembang semangkok

Universitas Sumatera Utara

Page 24: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan pengambilan data morfologi dan sampel tanah dilakukan di Pos

Monitoring Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser Kecamatan Besitang,

Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Analisis kimia tanah dilakukan di

Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Identifikasi dan pengamatan

sampel tanah serta pengolahan bahan dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah,

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan Februari – Juni 2019.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah cangkul, alat tulis, kertas label, pisau, Global

Positioning System (GPS) untuk menetukan posisi geografis, thermometer, tali,

alat ukur (meteran dan penggaris), pH meter, gelas ukur, erlenmeyer, timbangan,

buret, digetser, tabung perkolasi, tabung destilasi, tabung reaksi, kaca pengaduk,

kompor, plastik clip, kalkulator, perangkat lunak untuk pengolahan data, aplikasi

Munsell Color Chart dan kamera.

Bahan yang digunakan adalah sampel tanah komposit yang diambil di

lapangan, aquades, Fenolptalin, metil oranye, KOH 0,1 N, HCl 0,1 N untuk

pengamatan respirasi tanah. Buku pengenalan morfologi spesies, tally sheet dan

sampel akar, bunga, buah, biji dan daun untuk pengamatan morfologi pohon.

Prosedur Penelitian

A. Karakter Morfologi

1. Survei lokasi penelitian

Pada tahap ini, kegiatan dilakukan dengan pencarian lokasi penelitian di

Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat melalui studi literatur

keberadaan kembang semangkok di Sumatera Utara, kemudian mencari informasi

kepada petugas di lokasi tentang jenis dan keberadaan kembang semangkok yang

tumbuh di lokasi serta pengetahuan petugas terkait pertumbuhan kembang

semangkok di lokasi tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

2. Karakterisasi morfologi Spesies

Metode pengambilan data dilakukan dengan metode purposive sampling

untuk mempermudah tujuan pengamatan terhadap objek tegakan yang dibutuhkan.

Metode yang digunakan dalam pengamatan karakter pohon kembang semangkok

adalah metode observasi deskriptif non eksperimen dengan cara pengumpulan

data lapangan melalui pengamatan penampilan morfologi terhadap 12 tegakan

kembang semangkok.

Pengamatan karakter morfologi dilakukan terhadap karakter fenotipe

pohon yang meliputi karater kanopi, karakter daun dan karakter batang. Setiap

karakter penting atau penciri jenis difoto dengan kamera. Data yang didapatkan

akan diisi melalui tally sheet (Lampiran 1). Untuk pengamatan karakter morfologi

dilakukan berdasarkan Tjitrosoepomo (2007) untuk menyesuaikan tipe-tipe pada

pengamatan karakter tersebut serta melalui studi pustaka.

3. Deskripsi dan analisis

Data morfologi yang diperoleh dibuat deskripsi analitik. Deskripsi analitik

adalah mendeskripskan suatu organisme yang diamati melalui data atau sampel

yang terkumpul sebagaimana adanya. Data morfologi dituliskan dengan

selengkap-lengkapnya untuk mendapatkan informasi baru atau mendapatkan

informasi yang lebih lengkap (Adrianto, 2013).

B. Karakter Habitat

Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui karakter habitat

adalah sebagai berikut:

1. Pengambilan Sampel Tanah

Lokasi pengambilan sampel tanah dilakukan di kawasan Taman Nasional

Gunung Leuser, Langkat. Contoh tanah diambil di bawah tegakan pohon kembang

semangkok. Pengambilan contoh tanah dilakukan secara acak, dengan kedalaman

0-5 cm dan 5-20 cm pada setiap lubang pengambilan. Contoh tanah yang diambil

kemudian dikompositkan sesuai dengan kedalamannya dan diberi label.

Pengambilan secara komposit memberikan keuntungan terhadap karakter tanah

yaitu memberikan hasil yang sama dengan nilai rata-rata terhadap gambaran

suatu kondisi tanah (Suganda et al., 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 26: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

2. Analisis Tanah

Analisis tanah meliputi parameter kesuburan tanah umum yaitu kapasitas

tukar kation (KTK) menggunakan metode ekstraksi NH4Oac pH 7, pH tanah

menggunakan metode pH meter, C-Organik menggunakan metode Walkley and

Black, N total tanah menggunakan metode Kjedhal dan P tersedia dengan

menggunakan metode Bray- I (Mukhlis, 2014) (Lampiran 2).

3. Penetapan Total Mikroba

a. Pembuatan Seri Pengenceran

Menurut Saraswati et al. (2007) yang menyatakan bahwa teknik

pengenceran bertingkat pada media cawan agar (plate count) merupakan teknik

tertua yang sampai saat ini masih digunakan. Penemuan agar sebagai media padat

sangat bermanfaat dalam pembiakan mikroorganisme karena sifat-sifatnya yang

unik, yaitu mencair pada suhu 100oC dan membeku pada suhu 40oC serta tahan

perombakan oleh mikroorganisme.

Metode pengenceran bertingkat ini dilakukan dengan memasukkan 10 g

tanah kedalam erlenmeyer yang telah berisi larutan fisiologis 90 ml, kemudian

dikocok dengan menggunakan shaker. Siapkan tabung reaksi berisi 9 ml larutan

fisiologis steril dengan menuliskan kode 10-2 pada tabung 1, 10-3 pada tabung 2

sampai pada tabung 8. Lakukan pemipetan 1 ml biakan murni dan dimasukkan ke

tabung 1, lalu dihomogenkan menggunakan rotamixer. Selanjutnya dipipet 1 ml

tabung 1 dan dimasukkan ke tabung 2, dihomogenkan dan dilakukan hal yang

sama sampai tabung 8. Setelah itu dipipet 1 ml dari tabung 8 kemudian dibuang,

maka diperoleh pengenceran 10-1–10-9. Pembuatan seri pengenceran dilakukan

secara aseptis untuk meminimalisir tingkat kontaminasi.

b. Penuangan

Metode penuangan ini sesuai dengan Anas (1989) pada pengenceran 10-7,

10-8, 10-9 dituang pada cawan petri yang berisi media Nutrien Agar (NA) yang

bersuhu 40-45oC untuk penetapan total bakteri. Pengenceran 10-4, 10-5, 10-6

dituang pada cawan petri yang berisi media Potato Dextrose Agar (PDA) untuk

penetapan total fungi. Kemudian cawan petri digerakkan memutar kekiri dan

kekanan agar suspensi mikroba dapat tersebar merata pada cawan agar. Setelah

Universitas Sumatera Utara

Page 27: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

media mengental, diinkubasi biakan tersebut dengan suhu kamar selama 3 hari.

Kemudian dilakukan penghitungan manual untuk menentukan total fungi dan

bakteri pada setiap cawan petri.

Penghitungan total mikroba tanah dengan metode Total Plate Count (TPC)

menggunakan rumus berikut:

Koloni per gram/ml (TPC)= Jumlah koloni yang tumbuh x 1 faktor

pengenceran (Zahara et al., 2015).

4. Pengukuran Respirasi Tanah

Pengukuran respirasi tanah langsung dilakukan dengan mengambil sampel

tanah di lapangan. Pengukuran respirasi tanah dilakukan dengan metode

modifikasi vestraete dengan cara menimbang tanah seberat 100 g per sampel dan

dimasukkan ke dalam wadah toples yang didalamnya telah diberikan botol film

yang berisi 10 ml KOH 0,1 N dan 10 ml aquades. Kemudian sampel ditutup

hingga kedap udara lalu diikubasi di tempat gelap selama satu minggu.

Setelah inkubasi selesai, KOH hasil pengukuran dititrasi di laboratorium

untuk menentukan kuantitas C02 yang dihasilkan,. Titrasi dilakukan dengan cara

memindahkan KOH hasil pengukuran ke dalam gelas erlenmeyer dan

ditambahkan tetes Fenolptalin sehingga warna berubah menjadi merah muda dan

kemudian dititrasi dengan HCl sampai warna merah muda hilang (larutan

berwarna bening), Volume HCl yang diperlukan dicatat. Kemudian kedalam

larutan ditambahkan 2 tetes metil oranye sehingga larutan berwarna kuning dan

larutan dititrasi kembali dengan HCl hingga warna kuning berubah menjadi warna

merah muda. HCl yang digunakan berhubungan langsung dengan jumlah C02

yang difiksasi. Pada kontrol juga dilakukan hal yang sama. Jumlah C02 dihitung

dengan menggunakan formula

r = n

(a-b) x tx 120

Keterangan:

a = ml HCl untuk sampel tanah b = ml HCl untuk kontrol

t = Normalitas HCl n = Jumlah hari inkubasi

r = Jumlah C-C02 yang dihasilkan tiap gram tanah lembab per hari

(Nasution et al., 2015).

Universitas Sumatera Utara

Page 28: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Analisis Data

Untuk melihat pengaruh variabel terhadap rataan yang dihasilkan maka

akan dilakukan uji t. Data masing–masing parameter di analisis dengan

menggunakan uji t dengan taraf 5%. Parameter Pengamatan yang akan diukur

antara lain : respirasi tanah dan total populasi mikroorganisme dengan variabel

kedalaman tanah pada 0-5 cm dan 5-20 cm.

Data diuji dengan menggunakan hipotesis masing-masing pada total

mikroba dan respirasi tanah, yaitu:

A. Hipotesis untuk pengaruh kedalaman tanah dengan total mikroba:

H0 = Kedalaman tanah tidak mempengaruhi total mikroba tanah;

H1 = Kedalaman tanah mempengaruhi total mikroba tanah

Dengan parameter uji:

Jika t tabel≤t hitung maka H0 diterima dan H1 ditolak

Jika t tabel≥t hitung maka H0 ditolak dan H1 diterima

B. Hipotesis untuk pengaruh kedalaman tanah dengan respirasi tanah:

H0 = Kedalaman tanah tidak mempengaruhi respirasi tanah;

H1 = Kedalaman tanah mempengaruhi respirasi tanah

Dengan parameter uji:

Jika t tabel≤t hitung maka H0 diterima dan H1 ditolak

Jika t tabel≥t hitung maka H0 ditolak dan H1 diterima

Universitas Sumatera Utara

Page 29: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Survei tegakan kembang semangkok

Berdasarkan hasil survei dan wawancara kepada pendamping di lokasi

penelitian diketahui bahwa tegakan kembang semangkok di Pos Penelitian

Sikundur ditemukan di 9 plot dengan tegakan ditemukan dalam berbagai tingkatan

semai, pancang, tiang dan pohon. Berbagai tingkatan tersebut dapat dilihat pada

Gambar 2.

(a) (b)

(c) (d) Gambar 2. Tegakan kembang semangkok pada tingkatan a) Semai b) Pancang

c) tiang dan d) pohon

Hasil pengamatan penampilan morfologi pada kembang semangkok secara

langsung dan berdasarkan pengetahuan petugas terhadap pertumbuhan kembang

semangkok diketahui bahwa tegakan kembang semangkok mengalami perubahan

ukuran dan bentuk pada daun. Semakin tinggi umur tegakan maka ukuran daun

akan semakin mengecil dan bentuk mengalami perubahan. Secara morfologi,

perubahan bentuk yang terjadi pada daun adalah bentuk tepi daun dari palmate-

lobed menjadi ovate. Dalam skala lokal, daun dengan bentuk tepi palmate-lobed

disebut sebagai kembang semangkok jantung dan daun dengan bentuk tepi ovate

Universitas Sumatera Utara

Page 30: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

disebut sebagai kembang semangkok bulat. Bentuk morfologi daun tersebut dapat

dilihat pada Gambar 3.

(a) (b)

Gambar 3. Bentuk morfologi daun pada a) palmate-lobed dan b) ovate

Perubahan tersebut disebut juga dengan fenomena ontogenik pada daun.

Penelitian Yamada dan Suzuky (1996) terhadap kembang semangkok di Borneo,

Kalimantan Barat menyebutkan bahwa perubahan ontogenik daun pada kembang

semangkok adalah sebagai bentuk adaptasi tanaman tersebut selama daur

hidupnya. Untuk mempertahankan kehidupannya, organ dapat berubah bentuk

sesuai dengan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Hal serupa juga

didukung oleh penelitian Junaidi dan Atmaningsih (2017) terhadap perubahan

ontogenik daun karet yang menyatakan bahwa transisi yang lebih cepat dari fase

daun sink ke source pada daun baru merupakan respon penting terhadap cekaman

lingkungan dan patogen. Oleh sebab itu, perkembangan ontogenetik daun dapat

digunakan sebagai penanda awal kemampuan tanaman beradaptasi terhadap

lingkungan dan patogen.

B. Karakteristik Morfologi Tegakan Kembang Semangkok

Karakteristik morfologi pada tegakan dilakukan melalui pengamatan

langsung pada tegakan tingkat tiang dan pohon, yaitu 3 pada tingkat tiang dan 9

pada tingkat pohon. Pengamatan dilakukan terhadap bagian fenotipe tegakan.

Untuk bagian genotipe belum dapat diamati karena belum memasuki masa untuk

berbunga. Hasil pengamatan morfologi menunjukkan bahwa terdapat variasi

karakter tajuk, daun dan batang pada 12 tegakan yang diamati.

Tajuk

Tajuk tegakan kembang semangkok yang diamati terdiri dari beberapa

variasi seperti rounded, oval dan irregular. Bentuk tajuk didominasi oleh bentuk

Universitas Sumatera Utara

Page 31: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

rounded. Penentuan tajuk tersebut dinilai berdasarkan pengamatan langsung di

lapangan, perbandingan lebar dan tinggi daun dan hasil analisis bentuk tajuk oleh

Grey dan Deneke (1978), yaitu bentuk rounded dengan perbandingan lebar dan

tinggi tajuk hampir sama; bentuk oval dengan perbandingan tinggi tajuk kurang

lebih 1,5-2 kali lebar tajuknya dan irregular dengan bentuk tajuk yang tampak

kurang beraturan. Karakter tajuk 12 tegakan kembang semangkok dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakterisasi tajuk pada berbagai tegakan kembang semangkok Tegakan Karakter Tajuk Lebar Tajuk (m) Tinggi Tajuk (m) Bentuk Tajuk KS1 2,74 3,51 Rounded KS2 1,53 3,5 Oval KS3 1,58 5 Irregular KS4 1,73 1,5 Rounded KS5 KS6

1,95 2,60

2,5 4

Rounded Oval

KS7 1,40 1,6 Rounded KS8 2,08 4,2 Oval KS9 3,00 4 Rounded KS10 1,05 1 Rounded KS11 1,48 2 Rounded KS12 2,50 5 Oval

Ket: KS = Kembang Semangkok

Perbandingan dan tinggi rendahnya lebar dan tajuk tegakan akan

mempengaruhi bentuk tajuk pohon. Hasil pengukuran terhadap lebar dan tinggi

daun menunjukkan bahwa lebar daun bervariasi dari 1-3 m dan tinggi daun yaitu

1-5 m. Lebar tajuk tertinggi adalah pada kembang semangkok ke-9 (KS9) dengan

lebar tajuk 3 m dan terendah adalah pada kembang semangkok ke-10 (KS10)

dengan lebar tajuk 1,05 m serta tinggi tajuk tertinggi adalah pada kembang

semangkok ke-3 (KS3) dengan tinggi tajuk 5 m dan terendah adalah pada

kembang semangkok ke-10 (KS10) dengan tinggi tajuk 1 m. Dari Tabel 1 juga

dapat diketahui bahwa rata-rata lebar tajuk dan rata rata tinggi tajuk pada 12

tegakan kembang semangkok adalah masing-masing 1,97 m dan 3,15 m.

Bentuk tajuk tersebut dipengaruhi oleh letak dan arah pertumbuhan

cabang, ukuran daun dan kerapatan tegakan. Menurut Mahendra (2009) tajuk

pohon adalah kenampakan dari keseluruhan daun, cabang, ranting, bunga dan

Universitas Sumatera Utara

Page 32: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

buah. Jarak tanam mempengaruhi posisi dan bentuk tajuk. Raharjo dan Sadono

(2008) menyatakan bahwa pohon biasanya mempunyai bentuk tajuk berbeda-beda

berdasarkan sifat jenisnya. Tajuk pohon merupakan sebuah sistem yang

membentuk kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kerapatan tegakan menentukan

ketersediaan ruang tumbuh yang cukup bagi pertumbuhan pohon.

Selain itu, transmisi cahaya, karbondioksida dan air hujan diantara

bagian-bagian diatas tanah dari pohon dan tanaman bawah dipengaruhi oleh

ekspresi komponen-komponen utama arsitektur pohon yang menentukan bentuk

tajuk dan distribusi daun (Oldeman, 1992). Secara morfologi, variasi tajuk pada

kembang semangkok dapat dilihat pada Gambar 4.

(a) (b) (c)

Gambar 4. Penampilan bentuk tajuk, a) oval b) rounded dan c) irregular Daun

Hasil pengamatan (Tabel 2) menunjukkan berbagai variasi karakter

morfologi daun, dilihat dari pengamatan terhadap bentuk daun, ujung daun,

pangkal daun, warna permukaan atas daun dan warna permukaan bawah daun

serta pengukuran terhadap panjang daun, lebar daun, luas daun, jumlah ruas dan

panjang tangkai yang berbeda-beda. Sedangkan untuk komposisi daun, tata daun,

tepi daun, permukaan daun dan tipe pertulangan tidak menunjukkan perbedaan.

Hasil pengukuran terhadap lebar, panjang, luas, jumlah ruas dan panjang tangkai

daun juga menunjukkan perbedaan.

Bentuk daun kembang semangkok bervariasi mulai dari lanceolate,

ellipse, cordate dan ovate. Tipe ujung daun terdiri dari acuminate, acute dan

retuse. Tipe pangkal daun bervariasi antara lain tipe rounded, cordate, obtuse, dan

truncate. Komposisi daun yang diamati adalah seragam yaitu simple atau tunggal,

tata daun adalah alternate, bentuk tepi daun seragam yaitu entire, permukaan daun

glabrous atau halus dan tipe pertulangan melengkung (Gambar 5.)

Universitas Sumatera Utara

Page 33: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Tabel 2. Morfologi daun 12 tegakan kembang semangkok Karakter daun Tegakan

KS1 KS2 KS3 KS4 KS5 KS6 KS7 KS8 KS9 KS10 KS11 KS12

Komposisi Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal

Tata Alternate Alternate Alternate Alternate Alternate Alternate Alternate Alternate Alternate Alternate Alternate Alternate

Bentuk Lanceolate Ellipse Cordate Ovate Ovate Elliptical Ellipse Ovate Ellipse Ellipse Lanceolate Ellipse

Tepi Entire Entire Entire Entire Entire Entire Entire Entire Entire Entire Entire Entire

Ujung Acuminate Acute Acute Acute Acute Acuminate Acute Acuminate Retuse Acute Acuminate Acute

Pangkal Rounded Rounded Cordate Rounded Rounded Rounded Cordate Obtuse Rounded Cordate Rounded Truncate

Permukaan Glabrous Glabrous Glabrous Glabrous Glabrous Glabrous Glabrous Glabrous Glabrous Glabrous Glabrous Glabrous

Warna Atas

2/4 10GY (Hijau

tua)

1/3 10GY (Hijau tua)

1/4 7,5GY (Hijau)

1/2 10GY (Hijau tua)

1/2 10GY (Hijau

tua)

2/2 7,5 GY

(Hijau tua)

1/4 7,5 GY

(Hijau) 2/3 10GY (Hijau tua)

1/4 7,5 GY

(Hijau)

1/3 10 GY

(Hijau tua)

1/3 10GY (Hijau tua)

1/3 10 GY

(Hijau tua)

Lebar 5,6 8,5 18,1 20,5 9,2 15 10,4 19,4 9 8,1 8,2 11,2

Panjang 15,7 20,3 27,6 17,3 24,8 20 20,7 43,2 5,4 17,7 20,7 21,2

Luas 87,92 172,55 499,56 354,65 228,16 300 215,28 838,08 48,6 143,37 169,74 237,44 Tulang daun Melengkung Melengkung Melengkung Melengkung Melengkung Melengkung Melengkung Melengkung Melengkung Melengkung Melengkung Melengkung Jumlah Ruas 17 18 16 11 18 19 15 17 13 24 18 15 Panjang tangkai 6,7 9,7 19,5 9,2 18,4 8,5 10,6 25,1 8,2 7,1 8,8 12,3

Warna bawah

1/2 10GY (Hijau

tua)

2/3 10GY (Hijau tua)

1/2 7,5 GY

(Hijau)

2/2 10 GY

(Hijau tua)

2/2 10 GY

(Hijau tua)

2/3 7,5 GY

(Hijau tua)

3/2 7,5 GY

(Hijau) 2/2 10 GY (Hijau tua)

1/2 7,5 GY

(Hijau)

5/4 5GY (Hijau

tua) 2/3 10GY (Hijau tua)

2/3 10GY (Hijau tua)

Universitas Sumatera Utara

Page 34: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

a) b) a) b) a) b)

a) b) a) b) a) b)

a) b) a) b) a) b)

a) b) a) b) a) b)

Gambar 5. Bentuk daun 12 tegakan kembang semangkok dengan a) tampak atas daun b) tampak bawah daun

Warna permukaan atas dan bawah daun terdiri dari beberapa variasi. 12

tegakan kembang semangkok memiliki warna dasar hijau. Penentuan warna daun

Universitas Sumatera Utara

Page 35: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

diklasifikasi menggunakan aplikasi Munsel Color Chart. Variasi warna

permukaan atas daun terdiri dari Kembang semangkok 1 (KS1) memiliki warna

hijau tua (2/4 10GY); 4 tegakan (KS2, KS10,KS11 dan KS12) memiliki warna

yang seragam yaitu hijau tua (1/3 10 GY); 3 tegakan (KS3,KS7 DAN KS9) terdiri

dari warna dasar sama, yaitu hijau (1/4 7,5GY); 2 tegakan (KS4 dan KS5) terdiri

dari warna hijau tua (1/2 10GY); KS6 memiliki warna hijau tua (2/2 7,5GY) dan

KS8 memiliki warna hijau tua (2/3 10GY).

Warna permukaan bawah daun terdiri dari berbagai variasi, yaitu kembang

semangkok 1 (KS1) memiliki warna hijau tua (1/2 10GY); 3 tegakan (KS2, KS10

dan KS11) memiliki warna daun bawah seragam yaitu hijau tua (2/3 10GY); 2

tegakan (KS3 dan KS9) berwarna sama yaitu hijau (1/2 7,5GY); 3 tegakan (KS4,

KS5 dan KS8) terdiri dari wrna hijau tua (2/2 10GY); KS6 memiliki warna hijau

(2/3 7,5GY); KS7 memiliki warna hijau (3/2 7,5 GY) dan KS10 memiliki warna

hijau (5/4 5GY).

Hasil pengamatan terhadap bentuk ujung dan pangkal daun kembang

semangkok menunjukkan bahwa untuk bentuk ujung daun, 4 tegakan (KS1, KS6,

KS8 dan KS11) memiliki bentuk Acuminate, 7 tegakan (KS2, KS3, KS4, KS5,

KS7, KS10 dan KS12) memiliki bentuk Acute dan 1 tegakan (KS9) memiliki

bentuk retuse (gambar 5). Untuk pangkal daun, 7 tegakan (KS1, KS2, KS4, KS5,

KS6, KS9 dan KS11) memiliki bentuk Rounded, 3 daun (KS3, KS7 dan KS10)

memiliki bentuk Cordate, tegakan KS8 memiliki bentuk Obtuse dan tegakan

KS12 memiliki bentuk Truncate (Gambar 6)

Gambar 6. Bentuk ujung daun 12 tegakan kembang semangkok

Universitas Sumatera Utara

Page 36: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Gambar 7. Bentuk pangkal daun 12 tegakan kembang semangkok

Gambar 8. Bentuk tepi daun 12 tegakan kembang semangkok

Batang

Karakterisasi morfologi terhadap batang tegakan kembang semangkok

(Tabel 3) menunjukkan bahwa terdapat keragaman pada warna kulit luar, warna

kulit dalam, tipe permukaan dan pangkal batang. Keragaman atau variasi

merupakan faktor pembeda satu tegakan dengan tegakan lainnya. Pengamatan

terhadap parameter karakter lain menunjukkan keseragaman, yaitu tipe kulit

merupakan kasar, bentuk batang adalah silindris, letak cabang menerus, letak

batang pokok adalah monopodial, arah tumbuh batang adalah ortotropik dan arah

tumbuh cabang adalah simpodial. Tinggi bervariasi mulai dari 5-23 m dan

diameter berkisar antara 10-34 cm dengan tegakan tertinggi adalah KS2, yaitu

22,58 m dan tegakan terendah adalah KS10, yaitu 5 m.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Tabel 3. Morfologi batang 12 tegakan kembang semangkok Karakter batang Tegakan KS1 KS2 KS3 KS4 KS5 KS6 KS7 KS8 KS9 KS10 KS11 KS12

Warna Kulit luar

3/2 10R (Cokelat)

Coklat-Hijau

2/2 7,5YR

(Cokelat)

4/3 2,5YR

(Cokelat) Coklat-

hijau Hijau-Coklat

3/3 5R (Cokelat)

2/3 2,5YR (Cokelat)

Hijau-Coklat

Coklat-Hijau

4/8 2,5YR

(Cokelat)

2/3 2,5YR

(Cokelat) Tipe Kulit Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar

Bentuk Silindris Silindris Silindris Silindris Silindris Silindris Silindris Silindris Silindris Silindris Silindris Silindris Warna Kulit dalam

3/4 7,5R (Cokelat)

4/4 5R (Cokelat)

4/12 7,5YR

(Cokelat) 2/8 7,5 R (Cokelat)

3/6 5R (Cokelat)

3/4 7,5YR (Cokelat)

4/14 7,5R (Cokelat)

5/4 10R (Cokelat)

3/10 7,5YR (Cokelat)

3/8 7,5YR

(Cokelat)

3/8 7,5YR

(Cokelat) 6/14 5R

(Cokelat) Letak Cabang Menerus Menerus Menerus Menerus Menerus Menerus Menerus Menerus Menerus Menerus Menerus Menerus Tipe permukaan Berlekah Bersisik Bersisik Berlekah Berlekah Berlekah Berlekah Bersisik Berlekah Berlekah Berlekah Berlekah Letak Batang Pokok

Mono podial

Mono podial

Mono Podial

Mono podial

Mono podial

Mono podial

Mono podial

Mono Podial

Mono podial

Mono podial

Mono podial

Mono podial

Arah tumbuh batang Ortotropik Ortotropik Ortotropik Ortotropik Ortotropik Ortotropik Ortotropik Ortotropik Ortotropik Ortotropik Ortotropik Ortotropik Arah tumbuh Cabang Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Diameter 24,84 32,48 20,06 14,33 34,08 28,66 22,61 30,25 14,65 10,51 13,69 32,23 Pangkal Batang Mulus Mulus Mulus Mulus Mulus Mulus Berbanir Berbanir Mulus Mulus Mulus Mulus Tinggi 21,7 22,58 17,2 15 22 21 16,28 15 13 5 5 17

Universitas Sumatera Utara

Page 38: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Gambar 9. Morfologi kulit batang pada 12 tegakan kembang semangkok

Warna kulit luar batang menunjukkan variasi dengan warna dasar coklat

dan coklat- kehijauan. Dari 12 tegakan yang diamati, kembang semangkok terdiri

dari 7 tegakan dengan corak coklat dominan; 3 tegakan dengan corak coklat-hijau

dan 2 tegakan dengan corak hijau coklat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa

semakin besar dimeter tegakan, warna kulit luar akan semakin kecoklatan

Pengamatan terhadap warna kulit dalam menunjukkan bahwa warna kulit bagian

dalam bervariasi dari warna merah cerah, merah muda dan oranye.

Tipe permukaan kulit batang terdiri dari 2 variasi yaitu berlekah dan

bersisik. Sembilan tegakan (KS1, KS4, KS5, KS6, KS7, KS9, KS10, KS11 dan

KS12) memiliki tipe permukaan beralur dan 3 tegakan (KS2, KS3 dan KS8)

Universitas Sumatera Utara

Page 39: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

memiliki tipe permukaan bersisik. Pangkal batang yang diamati menunjukkan

bahwa kembang semangkok memiliki pengkal batang mulus dan berbanir dengan

10 diantaranya mulus dan 2 lainnya adalah berbanir.

C. Analisis Kimia Tanah

Data hasil analisis kimia tanah di laboratorium dari sampel tanah komposit

dibawah tegakan kembang semangkok pada 2 kedalaman yaitu kedalaman 0-5cm

dan 5-20 cm dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Analisis Kimia Tanah No Sumber Tanah Analisis Kimia Tanah

pH C-org N total P Tersedia KTK

1 Kembang Semangkok 0-5 4,1sm 2,34s 0,17r 2,49sr 11,88s 2 Kembang Semangkok 5-20 4,4sm 1,7r 0,24s 2,37sr 27,17t

Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP-Medan (1982) (Lampiran 3) Ket. sm = sangat masam sr = sangat rendah

s = sedang t = tinggi r = rendah

pH tanah

Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) didalam

tanah. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa keadaan pH tanah pada

kedalaman 0-5 cm adalah sebesar 4,1 dan pada kedalaman 5-20 cm adalah sebesar

4,4. Kedua nilai pH tersebut menunjukkan bahwa tanah tergolong dalam keadaan

sangat masam. Meskipun memiliki kriteria sama, pada pengukuran pH tersebut

diketahui bahwa nilai pH tanah pada kedalaman 0-5 cm lebih rendah dari

kedalaman 5-20 cm. Hal ini terjadi karena tanah top soil umumnya mengalami

pencucian dan pengurangan pH lebih cepat.

Kondisi tanah sangat masam umumnya dipengaruhi oleh tingkat curah

hujan yang tinggi. Lokasi penelitian memiliki curah hujan tinggi pertahun

sehingga mempengaruhi keadaan pH tanah akibat terjadinya proses pencucian H+

di dalam tanah. Kondisi pH tanah juga akan mempengaruhi ketersediaan hara di

dalam tanah. Kondisi pH tanah juga akan mempengaruhi ketersediaan hara di

dalam tanah. Hal ini sesuai dengan penelitian Kotu et al. (2015) yang menyatakan

bahwa curah hujan yang tinggi akan mempengaruhi pH tanah karena pada curah

hujan tinggi terjadi pencucian terhadap ion-ion basa yang menyebabkan tingginya

kandungan asam dan pernyataan Widodo (2006) yang menyatakan bahwa tinggi

Universitas Sumatera Utara

Page 40: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

rendahnya pH tanah akan mempengaruhi ketersediaaan tanah dan tingkat

kesuburan tanah.

Keadaan tanah sangat masam umumnya mengakibatkan mikroba yang

berkembang adalah sedikit namun ada beberapa mikroba tertentu terutama fungi

yang toleran terhadap keadaan tanah sangat masam. Bakteri memiliki kemampuan

yang baik untuk berkembang pada pH netral. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Elsas et al. (2007) yang menyatakan bahwa distribusi dan aktivitas mikroba secara

umum sangat sedikit dipengaruhi oleh pH. Banyak jenis mikroorganisme yang

dapat bertoleransi dengan lingkungan jauh dari kondisi optimum mereka. Untuk

bakteri, proses nitrifikasi masih juga dapat terjadi pada pH<5.

C-Organik

Berdasarkan hasil analisis di laboratorium menunjukkan bahwa kandungan

C Organik tanah dibawah tegakan kembang semangkok pada kedalaman 0-5 cm

adalah sebesar 2,34 %, yaitu masuk dalam kategori sedang sedangkan C-Organik

pada kedalaman 5-20 cm adalah sebesar 1,7%, yaitu ada kategori rendah. Hal ini

juga menunjukkan bahwa C-Organik tanah pada kedalaman 0-5 cm lebih tinggi

dari 5-20 cm.

C-Organik menandakan kandungan bahan organik yang terdapat di dalam

tanah. Bahan organik dipengaruhi oleh jumlah dan jenis vegetasi di daerah

perakaran. Jumlah serasah pada kandungan lapisan atas umumnya lebih banyak

sehingga kandungan bahan organik lapisan atas lebih tinggi dibandingkan lapisan

dibawahnya sehingga mengalami dekomposisi paling cepat. Hal ini didukung oleh

hasil penelitian Mclaren dan Kameron (1996) yang menyatakan bahwa tingkat

karbon organik tanah dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah dan vegetasi termasuk

serasah dan akar-akar mati yang masuk ke dalam tanah melalui proses

perombakan serta proses respirasi tanah

Proses C-organik juga dipengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan tinggi

berpengaruh terhadap jumlah kandugan bahan organik dalam tanah. Akibat

terjadinya proses pencucian, maka bahan organic terkikis dan mengurangi jumlah

kandungan C-organik. Penelitian Nuridah dan Jubaedah (2007) menyebutkan

bahwa curah hujan tinggi menyebabkan pH yang bersifat semakin asam, C-

organik tanah dan ketersediaan hara yang rendah.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Kandungan bahan organik mengindikasikan tingkat kesuburan tanah.

Berdasarkan hasil analisis kimia tanah pada penelitian ini maka dapat diketahui

bahwa kandungan C-organik tanah berkategori rendah-sedang. Berdasarkan

kriteria habitat kembang semangkok pada literatur IUCN (1998), diketahui bahwa

kembang semangkok umumnya tumbuh baik pada hutan primer. Hutan primer

merupakan hutan yang masih belum atau jarang dijamah oleh manusia sehingga

belum terganggu keseimbangannya.

Hasil penelitian Yamada et al. (2000) terhadap tapak tumbuh kembang

semangkok di Borneo, Indonesia menyebutkan bahwa tanaman kembang

semangkok umunya berasosiasi dengan baik di hutan Dipterocarpaceae. Kriteria

tersebut menunjukkan bahwa kemaksimalan pertumbuhan tegakan kembang

semangkok dipengaruhi oleh habitat. Pada hasil penelitian, pengamatan di

lapangan menunjukkan bahwa tegakan kembang semangkok berasosiasi dengan

tanaman pakis dan ciri hutan di lokasi merupakan ciri sekunder. Hal ini menjadi

faktor yang menunjukkan bahwa kategori tanah kurang subur untuk pertumbuhan

kembang semangkok.

N Total

Berdasarkan hasil analisis di laboratorium menunjukkan bahwa kandungan

N Total tanah dibawah tegakan kembang semangkok pada kedalaman 0-5 cm

adalah sebesar 0,17% yaitu tergolong kategori rendah sedangkan N Total pada

kedalaman 5-20 cm adalah sebesar 0,24%, yaitu ada kategori sedang. Pada

kondisi pH tanah rendah, kandungan N total juga akan semakin sedikit. Hal ini

dapat dilihat pada hasil pengukuran pH tanah dan total N tanah yang berbanding

lurus. Widodo (2006) menyatakan bahwa tinggi rendahnya pH tanah akan

mempengaruhi ketersediaan unsur hara, salah satunya adalah kandungan

Nitrogen.

Kandungan N Total pada kedalaman 0-5 cm menandakan bahwa

kandungan N Total masih rendah untuk memenuhi pertumbuhan tegakan

sedangkan pada kedalaman 5-20 cm merupakan ketegori sedang yang berarti

cukup untuk memenuhi pertumbuhan. Perbedaan kategori ini disebabkan karena

terjadinya proses pencucian hara pada lapisan atas tanah sehingga mempemgaruhi

ketersediaan N total. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarso (2005) yang

Universitas Sumatera Utara

Page 42: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

menyatakan bahwa kandungan nitrogen pada lapisan atas lebih mudah untuk

kehilangan nitrogen karena aktivitas panen, tercuci atau denitrifikasi.

P Tersedia

Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan P tersedia

tanah pada tanah di bawah tegakan kembang semangkok untuk kedalaman 0-5 cm

adalah sebesar 2,49 ppm dan untuk kedalaman 5-20 cm adalah sebesar 2,37 ppm.

Kedua nilai P tersedia tersebut menunjukkan tanah memiliki P tersedia dengan

kategori sangat rendah. Hal ini berbanding lurus dengan keadaan pH tanah pada

keadaan sangat masam. Munawar (2011) menyatakan bahwa pada tanah masam

(pH rendah), P larut akan bereaksi dengan Fe dan Al dan oksida-oksida hidrus

lainnya membentuk senyawa-senyawa Al-P dan Fe-P yang relatif kurang larut

sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Kondisi P tersedia yang sangat rendah

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman akibat adanya persaingan akan

penyerapan P. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangana tegakan karena P merupakan unsur hara esensial. Kandungan P

Tersedia yang cukup rendah juga akan berpengaruh terhadap kemampuan

tanaman kembang semangkok untuk beradaptasi dengan lingkungan serta

berbagai cekaman.

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Hasil analisis laboratorim menunjukkan bahwa kapasitas tukar kation

(KTK) pada tanah di bawah tegakan kembang semangkok untuk kedalaman 0-5

cm adalah sebesar 11,88 me/100 g sehingga termasuk dalam kategori sedang dan

untuk kedalaman 5-20 cm adalah sebesar 27,17 me/100 g termasuk kedalam

kategori tinggi. Hal ini disebabkan karena tanah mempunyai pH yang rendah dan

hal akan berpengaruh terhadap KTK tanah. Pada pH yang cenderung masam nilai

KTK akan semakin tinggi. Dijelaskan oleh Hakim et al. (1986) bahwa besarnya

KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah tersebut yaitu pH tanah, tekstur

atau jumlah liat, jenis mineral liat dan bahan organik. Penelitian Sudaryono (2009)

menunjukkan bahwa pada tanah-tanah masam nilai KTK tergolong kriteria

sedang. KTK tanah menggambarkan kation-kation tanah seperti Ca, Mg, Na dan

K dapat ditukar dan diserap oleh perakaran tanaman.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa KTK tanah yang berkriteria

sedang sampai tinggi ini dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dalam tanah.

Gugus fungsional pada bahan organik yang dapat dipertukarkan akan

mempengaruhi kapasitas tukar kation. Dalam hal ini, bahan organik yang bersifat

rendah dan KTK tinggi menunjukkan bahwa kation asam mendominasi dalam

tanah sehingga kandungan tanah kurang subur. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Hakim et al. (1986) bahwa KTK tanah sangat dipengaruhi oleh fraksi liat dan

kandungan bahan organik tanah. Bahan organik memiliki gugus fungsional yang

dapat menyumbangkan muatan negatif dari bahan pada tanah. Muatan negatif dari

bahan organik tersebut mampu mempertukarkan kation dalam tanah sehingga

mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah.

Basuki (2009) menyatakan pada umumnya kesuburan tanah lebih

berhubungan dengan sifat kimia tanah karena secara langsung dapat diketahui

tingkat kandungan unsur hara dan status unsur hara tersebut di dalam tanah.

Kesuburan tanah merupakan gambaran tentang status ketersediaan unsur hara

dalam tanah secara berimbang untuk memenuhi kebutuhan tanaman, dengan

memperhatikan kemungkinan adanya senyawa-senyawa yang bersifat racun.

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa hasil

analisis kimia tanah terhadap masing-masing parameter cenderung rendah sampai

sedang. Pada kondisi lingkungan dengan kandungan hara yang sedikit membuat

jenis vegetasi tertentu terhambat pertumbuhannya. Gunawan et al. (2011)

menyatakan bahwa secara umum, pada ekosistem atau tipe vegetasi hutan yang

telah mengalami gangguan ataupun hutan miskin jenis terjadi penurunan

keanekaragaman jenis vegetasi. Keadaan hutan dengan miskin hara akan

mempengaruhi tingkat pertumbuhan. Pada kembang semangkok, kondisi miskin

hara mempengaruhi pertumbuhan yang stabil sehingga mengalami penurunan

tingkat kemampuan pertumbuhan.

D. Penetapan Total Mikroba

Aktivitas mikroorganisme mempengaruhi kondisi sifat biologi tanah.

Jumlah mikroorganisme akan mempengaruhi aktivitas mikroba. Mikroba yang

diisolasi adalah jenis bakteri dan fungi. Penetapan total mikroba yaitu masing-

masing pada penetapan total bakteri dan fungi dapat dilihat pada Tabel 5.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Tabel 5. Penetapan Total Mikroba Sumber Tanah Bakteri (109 SPK/ml) Fungi (106 SPK/ml) Total Mikroba

(109 SPK/ml) Kedalaman Tanah Kedalaman Tanah Kedalaman Tanah 0-5 cm 5-20 cm 0-5 cm 5-20 cm 0-5 cm 5-20 cm KS1 93,64 35,53 13,72 1,51 93,65 35,53 KS2 41,26 61,13 20,99 2,65 41,28 61,13 KS3 54,09 183,27 19,85 20,3 54,11 183,29 KS4 119,44 117,44 53,83 24,46 119,49 117,46 KS5 96,1 54,45 56,18 1,46 96,16 54,45 KS6 142,89 63,94 9,79 3,89 142,90 63,94 KS7 206,7 83,11 89,45 5,8 206,79 83,12 KS8 91,57 113,76 69,46 2,5 91,64 113,76 KS9 34,65 102,01 7,81 6,77 34,66 102,02 KS10 168,25 153,79 19,9 8,09 168,27 153,80 KS11 37,21 59,47 12,11 35,85 37,22 59,51 KS12 33,68 80,59 14,63 99,09 33,69 80,69 Total 1119,49 1108,51 387,73 212,37 1119,87 1108,70 Rataan 172,23 170,54 59,65 32,67 93,32 92,39 Ket: KS=Kembang Semangkok, SPK= Satuan Pembentuk Koloni

(a) (b)

Gambar 10. Pengamatan mikroba: a) Jamur pada media PDA dan b) Bakteri pada media NA

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa rataan total bakteri dari 12

tegakan kembang semangkok untuk kedalaman 0-5 cm adalah 172,23x109 SPK/ml

dengan total bakteri tertinggi adalah pada tegakan kembang semangkok ketujuh

(KS7) yaitu dengan total 206,70x109 SPK/ml dan total bakteri terendah adalah

dibawah tegakan kembang semangkok kedua belas (KS12) yaitu dengan total

33,68x109 SPK/ml.

Hasil penghitungan pada kedalaman 5-20 cm menunjukkan bahwa rataan

total bakteri adalah 170,54x 109 SPK/ml dengan dengan total bakteri tertinggi

adalah pada tegakan kembang semangkok ketiga (KS3) yaitu dengan total

Universitas Sumatera Utara

Page 45: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

183,27x109 SPK/ml dan total bakteri terendah adalah dibawah tegakan kembang

semangkok pertama (KS1) yaitu dengan total 35,53x109 SPK/ml. Jumlah bakteri

ini lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Yunus et al. (2017) yang

mendapatkan hasil isolasi bakteri berkisar 400-560x109 SPK/ml yang menandakan

tanah tersebut subur. Umumnya bakteri tanah berkembang biak pada pH 5,5 jika

dibawah pH tersebut maka pertumbuhannya terganggu (Hardjowigeno, 2015).

Hasil penghitungan terhadap total fungi diketahui bahwa rataan total fungi

dari 12 tegakan kembang semangkok untuk kedalaman 0-5 cm adalah 59,65x106

SPK/ml dengan total fungi tertinggi adalah pada tegakan kembang semangkok

ketujuh (KS7) yaitu dengan total 89,45x106 SPK/ml dan total fungi terendah

adalah dibawah tegakan kembang semangkok kesembilan (KS9) yaitu dengan

total 7,81x106 SPK/ml. Pada kedalaman 5-20 cm, rataan total fungi adalah 32,67x

106 SPK/ml dengan dengan total fungi tertinggi adalah pada tegakan kembang

semangkok kedua belas (KS12) yaitu dengan total 99,09x106 SPK/ml dan total

fungi terendah adalah dibawah tegakan kembang semangkok kelima (KS5) yaitu

dengan total 1,46x109 SPK/ml.

Berdasarkan analisis terhadap kedalaman tanah, rataan mikroba yaitu total

bakteri dan fungi pada 2 kedalaman menunjukkan bahwa jumlah mikroba pada

kedalaman 0-5 cm yaitu sebesar 93,32x109 SPK/ml lebih tinggi dari jumlah

mikroba pada kedalaman 5-20 cm yaitu sebesar 92,39 x109 SPK/ml. Hasil

penelitian Ardi (2010) di daerah sekitar Taman Nasional Gunung Leuser

menunjukkan bahwa nilai total mikroba tersebut cukup rendah dengan total

mikroba pada kedalaman 0-10 cm adalah 4.717x109 SPK/ml dan pada kedalaman

10-20 cm adalah 2.208x109 SPK/ml.

Keberadaan mikroba merupakan salah satu indikator kesuburan tanah.

Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah (Tabel 4) menandakan bahwa

parameter yang diukur terdiri dari kriteria rendah-sedang yang menandakan

bahwa tanah memiliki kandungan hara yang sedikit. Hal tersebut menandakan

total mikroorganisme rendah menandakan kondisi tanah yang miskin hara.

Susilawati et al. (2013) menyatakan bahwa biomassa mikroorganisme merupakan

indeks kesuburan tanah. Tanah yang banyak mengandung berbagai macam

mikroorganisme, secara umum dapat dikatakan bahwa tanah tersebut adalah tanah

Universitas Sumatera Utara

Page 46: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

yang baik sifat fisik dan kimianya. Tingginya populasi mikroorganisme hanya

mungkin ditemukan pada tanah yang memiliki sifat yang memungkinkan

mikroorganisme tanah tersebut untuk berkembang dan aktif.

E. Respirasi Tanah

Respirasi tanah merupakan salah satu informasi tentang habitat suatu

wilayah yang dapat dilakukan untuk mengetahui banyak sedikitnya

mikroorganisme dalam tanah. Tabel 6 menunjukkan bahwa respirasi tanah

dibawah 12 tegakan kembang semangkok untuk kedalaman 0-5 cm adalah 8,25

mg C-CO2 g-1 hari -1 dan untuk kedalaman 5-20 cm adalah 7,74 mg C-CO2 g-1 hari -1. Respirasi tertinggi pada kedalaman 0-5 cm adalah pada tegakan kembang

semangkok 7 (KS7) yaitu 14,89 mg C-CO2 g-1 hari -1. Hasil ini sebanding dengan

jumlah total mikroba terbanyak dari 12 tegakan kembang semangkok yang

diamati yaitu 206, 79x109 SPK/ml. Respirasi terendah adalah pada tegakan

kembang semangkok ketiga (KS3) yaitu 3, 25 mg C-CO2 g-1 hari -1.Berdasarkan

hasil penghitungan total mikroba, hasil pada tegakan ini bukan yang terendah

namun jika dibandingkan dengan jumlah mikroba pada tegakan kembang

semangkok lainnya, maka termasuk dalam jumlah yang sedikit dengan jumlah

54,11x109 SPK/ml.

Tabel 6. Respirasi Tanah

Sumber Tanah Respirasi Tanah

( mg C-CO2 g-1 hari -1 ) Kedalaman Tanah 0-5 cm 5-20 cm KS1 6,37 3,71 KS2 6,57 7,71 KS3 3,26 11,94 KS4 11,83 8,60 KS5 8,17 5,74 KS6 13,46 7,66 KS7 14,89 6,80 KS8 6,77 10,00 KS9 5,91 6,89 KS10 8,03 10,34 KS11 7,97 5,29 KS12 5,71 8,14 Total 98.94 92,83 Rataan 8,25 7,74

Ket: KS= Kembang Semangkok

Universitas Sumatera Utara

Page 47: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Pada kedalaman 5-20 cm, respirasi tertinggi adalah pada tegakan kembang

semangkok ketiga (KS3) yaitu 11,94 25 mg C-CO2 g-1 hari -1. Hasil ini sebanding

dengan jumlah total mikroba yang diperoleh melalui isolasi sebagai total mikroba

tertinggi yaitu 108,29x109 SPK/ml sedangkan respirasi terendah adalah pada

tegakan kembang semangkok pertama (KS1) yaitu 3,71 mg C-CO2 g-1 hari -1

dengan hasil penghitungan total mikroba merupakan total mikroba terendah dari

12 tegakan yang diamati yaitu dengan jumlah 35,53x109 SPK/ml. Hasil ini

menunjukkan bahwa respirasi tanah dipengaruhi oleh populasi mikroba.

Pada kedalaman yang berbeda, dapat diketahui bahwa respirasi tanah pada

kedalaman 0-5 cm yaitu 8,25 mg C-CO2 g-1 hari -1 lebih tinggi dari respirasi tanah

pada kedalaman 5-20 cm yaitu 7,74 mg C-CO2 g-1 hari -1. Hal ini terjadi karena

berbagai faktor yang mempengaruhi respirasi tanah, diantaranya kandungan bahan

organik. Pada kedalaman 0-5 cm, kandungan C-organik lebih tinggi sehingga

respirasi semakin tinggi. Sebaliknya, pada kedalaman 5-20 cm lebih rendah

karena kandungan C-organik lebih rendah. Penelitian Maysaroh (2011)

menunjukkan bahwa kadar bahan organik di dalam tanah berpengaruh terhadap

tinggi rendahnya respirasi tanah.

Hasil pengukuran respirasi tanah dan aktivitas mikroorganisme

menunjukkan bahwa hubungan respirasi tanah sebanding dengan aktivitas

mikroorganisme. Respirasi tanah dipengaruhi oleh populasi mikroorganisme di

dalam tanah sehingga dapat diketahui aktivitas mikrorganisme.. Semakin tinggi

respirasi tanah, maka aktivitas mikroorganisme juga akan semakin tinggi dan

semakin rendah respirasi tanah, maka aktivitas mikroorganisme semakin rendah.

Tinggi rendahnya respirasi tanah dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tempat

tumbuh sebagai faktor eksternal. Hal ini didukung oleh pernyataan Nasution et al.

(2015) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya respirasi pada masing-masing

lokasi ditentukan oleh faktor lingkungan yang berbeda-beda. Melati et al. (2018)

menyatakan bahwa respirasi dapat dipengaruhi oleh aktivitas mikroba dalam

proses penguraian bahan organik serta suhu sebagai faktor lingkungan.

Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk melihat pengaruh kedalaman tanah terhadap

respirasi tanah dan total mikroba tanah melalui uji t (Tabel 7).

Universitas Sumatera Utara

Page 48: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Tabel 7. Uji t hasil respirasi tanah Kedalaman

(cm) Rata-rata Varians Total Db t-Hit P-Val t-tabel 0-5 9,840 26,918 12 11 1,212 0,126 1,796

5-20 7,736 5,299 12 Hasil pengujian dengan menggunakan uji-t terhadap kedalaman tanah dan

respirasi tanah adalah tidak berbeda nyata. Hal ini dapat dilihat pada hasil

respirasi bahwa nilai respirasi pada kedalaman 0-5 cm dan 5-20 cm tidak berbeda

secara signifikan. Secara statistika hasil tersebut dibuktikan dengan hasil

pengujian dengan menggunakan uji-t terhadap 2 rata-rata hasil respirasi tanah

pada 2 kedalaman yang berbeda dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan

bahwa pengaruh keadalaman tanah terhadap hasil respirasi tanah adalah tidak

berpengaruh nyata. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa t-Hit<t-tabel (1,212<1,796)

serta p-Val (0,126) > 0,05 sehingga Ho diterima, yaitu tidak ada pengaruh

kedalaman tanah terhadap hasil respirasi.

Tabel 8. Uji t penetapan total bakteri Kedalaman

(cm) Rata-rata Varians Total Db t-Hit P-Val t-tabel 0-5 93,291 3274,248 12 11 0,046 0,482 1,796

5-20 92,376 1906,754 12 Untuk total bakteri (Tabel 8.) dapat dilihat bahwa t-Hit<t-tabel

(0,046<1,796) serta p-Val (0,482) > 0,05 sehingga Ho diterima, yaitu tidak ada

pengaruh kedalaman tanah terhadap total bakteri. Hal ini juga dapat dilihat pada

hasil penghitungan total mikroba (Tabel 5) yaitu rataan total bakteri pada

kedalaman 0-5 cm dan kedalaman tanah 5-20 cm tidak menunjukkan perbedaan

yang signifikan dengan nilai rataaan total bakteri pada 12 tegakan yang diamati

pada kedalaman 0-5 cm tidak berbeda jauh dari rataan total bakteri pada

kedalaman 5-20 cm.

Tabel 9. Uji t penetapan total fungi Kedalaman

(cm) Rata-rata Varians Total Db t-Hit P-Val t-tabel 0-5 32,311 753,578 12 11 1,155 0,136 1,796

5-20 17,698 775,787 12 Untuk total fungi (Tabel 9) diketahui bahwa t-Hit<t-tabel (1,155<1,796)

serta p-Val (0,136) > 0,05 sehingga Ho diterima, yaitu tidak ada pengaruh

kedalaman tanah terhadap total fungi. Hal ini juga dapat dilihat pada hasil

Universitas Sumatera Utara

Page 49: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

penghitungan total mikroba (tabel 5) yaitu rataan fungi pada kedalaman 0-5 cm

dan kedalaman tanah 5-20 cm tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

dengan nilai rataaan total fungi pada 12 tegakan yang diamati pada kedalaman 0-

5 cm tidak berbeda jauh dari rataan total bakteri pada kedalaman 5-20 cm

sehingga pada total mikroba.

Tabel 10. Uji t penetapan total mikroba Kedalaman

(cm) Rata-rata Varians Total Db t-Hit P-Val t-tabel 0-5 93,32 3275,99 12 11 0,05 0,48 1,80

5-20 92,39 1906,79 12 Hasil pengujian dengan menggunakan uji-t terhadap penghitungan total

mikroba pada 2 kedalaman yang berbeda dengan tingkat kepercayaan 95%

menunjukkan bahwa pengaruh kedalaman tanah terhadap total mikroba yaitu

masing-masing total bakteri atau total fungi adalah tidak berbeda nyata. Hal ini

dapat dilihat dari hasil penghitungan total mikroba hasil uji t juga menunjukkan

bahwa pengaruh total mikroba diantara 2 kedalaman tanah yaitu kedalaman 0-5

cm dan 5-20 cm tidak berbeda nyata (Tabel 10) yaitu dapat dilihat bahwa t-Hit<t-

tabel (0,05<1,80) serta p-Val (0,482) > 0,05 sehingga Ho diterima, yaitu tidak ada

pengaruh kedalaman tanah terhadap total mikroba.

Tabel 11. Hasil uji t Parameter pengamatan Nilai T-hit uji t Total Mikroba 0,05 tn Respirasi 1,212 tn Ket. tn = Tidak berbeda nyata pada uji t 5%

Tabel 11 menunjukkan bahwa pada parameter pengamatan rataan total

mikroba dan respirasi tanah yang di uji t dengan 2 faktor kedalaman tanah yaitu

pada kedalaman 0-5 cm dan 5-20 cm adalah tidak berbeda nyata atau

nonsignifikan.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pengamatan morfologi menunjukkan terdapat variasi karakter tajuk, daun dan

batang. Bentuk tajuk terdiri dari oval, rounded dan irregular. Bentuk daun

kembang semangkok bervariasi mulai dari lanceolate, ellipse,cordate dan

ovate. Bentuk batang pada kembang semangkok adalah silindris dan

menunjukkan keragaman pada tipe permukaan, yaitu berlekah dan bersisik

serta variasi warna coklat-kehijauan.

2. Respirasi tanah dan penetapan total mikroba pada 12 tegakan kembang

semangkok bervariasi. Rataan respirasi pada kedalaman 0-5 cm 8,25 mg C-

CO2 g-1 hari -1 dan untuk kedalaman 5-20 cm adalah 7,74 mg C-CO2 g-1 hari -1.

dan rataan total mikroba untuk kedalaman 0-5 cm adalah 93,32 x 109 SPK/ml

dan pada kedalaman 5-20 cm adalah 92,39 x 109 SPK/ml. Hasil analisis kimia

tanah menunjukkan bahwa tanah dibawah tegakan kembang semangkok di Pos

Monitoring Sikundur kurang subur.

Saran

Penelitian lanjutan terhadap informasi genotipe kembang semangkok perlu

dilakukan untuk memberikan informasi karakteristik lebih lengkap. Suatu

perlakuan untuk meningkatkan kesuburan tanah perlu dilakukan untuk

membudidayakan kembang semangkok.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

DAFTAR PUSTAKA

Adrianto H. 2013. Biosistematika Varietas pada Apel (Malus sylvetris L.) di Kota Batu berdasarkan Morfologi (Skripsi). Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Airlangga

Anas I. 1989. Biologi Tanah Dalam Praktek. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Timggi Pusat Antar Universitas Bioeknologi. INSTITUT Pertanian Bogor. Bogor

Arifin M. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah Dan Berbagai Penggunaan Lahan Dalam

Hubunganya Dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Pertanian MAPETA. 12 (2): 72 – 144

Ardi R. 2010. Kajian Aktivitas Mikroorganisme Tanah pada Berbagai Kelerengan

dan Kedalaman Hutan Alam (Studi kasus di Taman Nasional Gunung Leuser, Seksi Besitang). Skripsi. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan

Atmoko T dan Ma’ruf A. 2009. Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak

Tumbuhan Sumber Pakan Orangutan Terhadap Larva (Artemia salina L.). Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 6(1):37-45

Basuki. 2009. Evaluasi Kesuburan Status Kesuburan Tanah Podsolik Merah

Kuning pada Beberapa Desa di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Jurnal Agripeat. 10(2); 87-93

Elsas JDV, Jansson JK, Trevors JT. 2007. Modern Soil Microbiology. CRC Press.

New York Esiti B, Hidayat. 1990. Morfologi Tumbuhan. Diktat Kuliah. Jurusan Biologi

FMIPA ITB. Bandung. Fathoni R. 2016. Model Tajuk Pohon Berdiri Jati Plus Perhutani Asal Kebun

Benih Klon Umur 6 Sampai 13 Tahun Di KPH Ngawi. Diakses dari http://etd.repository.ugm.ac.id/ pada [20 Juni 2019] [13.00 WIB]

Gunawan W, Basuni S, Indrawan A, Prasetyo LB, Soedjito H. Analisis Komposisi

Dan Struktur Vegetasi Terhadap Upaya Restorasi Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. JPSL. (1) 2 : 93-105

Grey GW, Deneke FI. 1978. Urban Forestry. John Willey and Sons

Hadisunarso. 2007. Modul 1 Morfologi Daun. Diakses dari http://repository.ut.ac.id/4245/2/PEBI4107-M1.pdf pada [25 November 2018] [10.00 WIB]

Universitas Sumatera Utara

Page 52: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Hakim N, Nyakpa Y, Lubis AM, Nugroho SG, Saul MR, Diha MA, Hong GB, Bailey HH. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press. Lampung

Hanum IF, Hamzah N. 1999. The Use of Medicinal Plants Species by The

Temuan Tribe of Ayer Hitam Forest, Selangor, Peninsular Malaysia. Pertanika J. Trap. Agric. Sci. 22(2): 85 – 94

Hardjowigeno S. 2015. Ilmu Tanah. Akaemika Presindo. Jakarta

Haryani TS. 2007. Modul Organo Nutritivum (Daun, Batang, dan Akar). Diakses dari http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PEBI4312-M1.pdf pada [25 November 2018] [11.00 WIB]

Hidayat S. 2012. Keberadaan dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Langka di Wilayah Bogor dan Sekitarnya. Media Konservasi. 17 (1): 33-38

I’ismi B, Herawatiningsih R, Muflihati. 2018. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Di Sekitar Areal IUPHHK-HTIPT.Bhatara Alam Lestari Di Kabupaten Mempawah. Jurnal Hutan Lestari. 6 (1) : 16 – 24

Junaidi, Atmaningsih. 2017. Perkembangan Ontogenetik Daun Tanaman Karet

Sebagai Penanda Awal Adaptasi Terhadap Cekaman Lingkungan Dan Patogen. Warta Perkaretan. 36(1): 29 – 38

Kartasapoetra AG, Sutedjo MM .2005. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta.

Jakarta. Kusmana C, Hikmat A. 2015. Keanekaragaman Hayati Flora di Indonesia. Jurnal

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 5 (2): 2460-5824 Kochummen KM. 1972 Sterculiaceae. In T.C Whitmore (Ed.). Tree Flora of

Malaya 2: 373-6 (Schapim schott & Endl.) Kuala Lumpur: Longman Kotu S, Rondonuwu JJ, Pakasi S, Titah T. 2015. Status Unsur Hara dan pH tanah

di Desa Sea, Kecamatan Pineleng Distrik Minahasa. Fakultas Pertanian. Universitas Sam Ratulangi

Loreau M, Naeem S, Inchausti P, Bengtsson J, Grime JP, Hector A, Hooper DU,

Huston MA, Raffaelli D, Schimid B, Tilman D, Wardle DA. 2001. Biodiversity and Ecosystem Funtioning: Current Knowledge and Future Challenges. Science (294):804-808

Mahendra F. 2009. Sistem Agroforesty dan Aplikasinya. Graha Ilmu. Yogyakarta Maysaroh. 2011. Hubungan Kualitas Bahan Organik Tanah dan laju Respirasi

Tanah di Beberapa Lahan Budidaya. Skripsi. Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Universitas Sumatera Utara

Page 53: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

McLaren RG, Cameron KC. 1996. Soil Science- Sustainable Production and

Environment Protection. Oxford University Press. Melati S, Salafiyah H, Zakaria MFS. 2018. Respirasi Tanah. Sains Tanah. 1(9):1-

3 Mudiana D. 2017. Karakteristik Habitat Syzygium pycnanthum di Gunung Baung,

Jawa Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 14 (2): 67-89 Muhdi. 2008, Model Simulasi Kandungan Karbon Akibat Pemanenan Kayu di

Hutan Alam Tropika .Karya Tulis. Universitas Sumatera Utara. Medan Mukhlis. 2014. Analisis Tanah Tanaman. Universitas Sumatera Utara Press.

Medan Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah Dan Nutrisi Tanaman. Institut Pertanian

Bogor Press. Bogor. Nasution NAP, Yusnaini S, Niswati A, Dermiyati. 2015. Respirasi Tanah pada

Sebagian Lokasi di Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Jurnal Agrotek Tropika. 3 (3): 427-433

Noorhidayah, Sidiyasi, K. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Berkhasiat Obat di

Taman Nasional Kutai, Klaimantan Timur. Loka Penelitian dan Pengembangan Satwa Primata Samboja, Kalimantan Timur

Nurainas, Syamsuardi, Syam Z, Solfiyeni, Mildawati. 2017. Morfologi Tumbuhan.

Program Studi Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Andalas

Nuridah NL, Jubaedah. 2007. Teknologi Peningkatan Cadangan Karbon Lahan Kering dan Potensinya pada Skala Nasional. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanah. Balai Penelitian Tanah

Oldeman RAA. 1992. Architectural Models, Fractals And Agroforestry Design.

Agriculture, Ecosystems and Environment. 41: 179-188 Prihastuti. 2011. Aplikasi Pupuk Hayati Illetrisoy pada Tanaman Kedelai dan

Pengaruhnya terhadap Populasi Mikroba Tanah. Jurnal Sains Matematika. 2(1): 2302-7290

Raharjo JT dan Sudono R. 2008. Model Tajuk Jati (Tectona grandis L.F) dari Berbagai Famili Pada Uji Keturunan Umur 9 Tahun. Jurnal Ilmu Kehutanan . 2(2); 89-95

Rosanti D. 2013. Morfologi Tumbuhan. Penerbit Erlangga. Jakarta

Universitas Sumatera Utara

Page 54: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Siregar EBM. 2005. Inventarisas jenis palem (Areaceae) Pada Kawasan Hutan Dataran Rendah Di Stasiun Penelitian Sikundur (Kawasan Ekosistem Leuser) Kabupaten Langkat. Fakultas Pertanian Program Studi Kehutanan Universitas Sumatera Utara

Sudaryono. 2009. Tingkat Kesuburan Tanah Ultisol pada Lahan Pertambangan

Batubara Sangatta Kalimantan Timur. Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 10(3): 337-346

Suganda H, Rachman A, Sutono. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya.

Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Departemen Pertanian Sumarsih S. 2003. Mikrobiologi Dasar. Fakultas Pertanian UPN Veteran.

Yogyakarta Susilawati, Mustoyo, Budhisurya, Anggono ERCW, Simanjuntak BH. 2013.

Analisis Kesuburan Tanah Dengan Indikator Mikroorganisme Tanah Pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan Di Plateau Dieng. AGRIC. 25 (1): 64-72

Sutedjo MM. 1996. Mikro Biologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta. Staf Peneliti Pusat Penelitian Tanah. 1983. Jenis dan Macam tanah di Indonesia

untuk Keperluan Survey dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. Pusat Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Tjitrosoepomo G. 2007. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta Tjitrosoepomo G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

Utami D. 2007. Modul Struktur Dasar dan Terminologi Tumbuhan Berbiji. Diakses dari http://repository.ut.ac.id/4292/1/BIOL4117-M1.pdf pada [24 November 2018] [20.00 WIB]

Wetlands International. 2006. Conservation of Living Pharmacies in Tasek Bera A Wetland of International Importance in Malaysi. Ruffor Grants

Widodo RA. Evaluasi Kesuburan Tanah pada Lahan Tanaman Sayuran di Desa

Sewukan Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Jurnal Tanah dan Air. 7(2): 142-150

Wilkie P. 2009. A revision of Schapium (Sterculioideae, Malvaceae.

Sterculiaceae). Edinbourgh Journal of Botany. 66 (2): 283-328

Universitas Sumatera Utara

Page 55: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Winarso S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan Dan Kualitas Tanah. Gava Media. Yogyakarta.

Wood GAR, Lass RA. 1985 dalam Mutmainah, Rifka, Muslimin, Suwastika IN.

2014. Variasi Morfologi Buah Beberapa Klon Kakao dari Perkebunan Rakyat Kecamatan SIGI Biromaru dan Palolo Sulawesi Tengah. Online Jurnal of Natural Science.3(3): 278-286

World Conservation Monitoring Centre. 1998. Scaphium macropodum. The IUCN

Red List of Threatened Species 1998: e.T33255A9771604. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.1998.RLTS.T33255A9771604.en. Downloaded on 13 August 2019.

Yamada T; Yamakura T, Lee HS. 2000. Architectural and allometric differences

among Scaphium species are related to microhabitat preferences. Journal Functional Ecology.14: 731–737

Yamada T, Suzuki E.1996. Ontogenic change inleaf shape and crown form of a

tropical tree, Scaphium macropodum (Sterculiaceae) in Borneo. J. Plant Res. 109: 211-217 Crossref, ISI

Yunus F, Lambui O, Suwastika IN. 2017. Kelimpahan Mikroorganisme Tanah

pada Sistem Perkebunan Kakao Semi Intensif dan Nonintensif. Natural Science: Journal of Science and Technology. 6(3): 194-205

Zahara F, Wawan, Wardati. 2015. Sifat Biologi Tanah Mineral Masam

Dystrupdets di Areal Piringan Kelapa Sawit yang Diaplikasikan Mulsa Organik Mucuna bracteata di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. JOM Faperta. 2(2): 20-35

Zannah R. 2017. Analisis Vegetasi Pohon di Plot Fenologi Pos Monitoring

Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser. Skripsi. Fakultas Biologi Universitas Medan Area. Medan

Universitas Sumatera Utara

Page 56: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Tally Sheet tegakan kembang semangkok Tally Sheet Tanaman Kembang Semangkok (Schapium macropodum)

tanaman ke :

Karakter Hasil Keterangan

A Bentuk Kanopi

Lebar Kanopi

Tinggi Kanopi

Bentuk Kanopi

B Morfologi Daun

Komposisi Daun

Tata Daun

Bentuk Daun

Tepi Daun

Ujung Daun

Pangkal Daun

Permukaan Daun

Warna Permukaan Atas

Daun

Lebar Daun

Panjang Daun

Luas Daun

Pertulangan Daun

Panjang Ruas Antar Daun

Panjang Tangkai Daun

Warna Permukaan Bawah

Daun

C Morfologi Batang Dan

Kulit Batang

Tebal Kulit

Warna Kulit Luar Batang

Tipe Kulit Batang

Bentuk Batang

Warna Kulit Dalam

Batang

Letak Cabang

Universitas Sumatera Utara

Page 57: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Lampiran 1. Data Tally Sheet tegakan kembang semangkok (Lanjutan) Tipe Permukaan Kulit

Batang

Arah Tumbuh Batang

Arah Tumbuh Cabang

D Data Umum

Diamerter

Tinggi Tanaman

Tinggi Bebas Cabang

Ketinggian Tempat

Tumbuh

Koordinat

Universitas Sumatera Utara

Page 58: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Lampiran 2. Prosedur Analisis Kimia Tanah

Metode analisis kimia tanah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. pH Tanah

Metode yang digunakan untuk mengukur pH tanah adalah metode pH

meter. Tanah sebanyak 10 gr dimasukkan ke dalam botol kocok, kemudian

ditambahkan aquades sebanyak 25 ml. Botol yang berisi tanah dan aquades

tersebut dikocok menggunakan shaker selama 30 menit, kemudian diukur pH

suspensi tanah menggunakan alat pH meter (Mukhlis, 2014).

b. C-Organik

Metode yang digunakan untuk menetapkan C-organik tanah adalah metode

Walkley dan Black (Mukhlis, 2014). Timbang 0,1 atau 0,5 gr tanah kering udara,

masukkan ke dalam erlenmeyer 500 cc. Tambahkan 5 ml K2Cr2O7 1 N

(pergunakan pipet) goncang dengan tangan. Tambahkan 10 ml H2SO4 pekat,

kemudian goncang 3-4 dan diamkan selama 30 menit. Tambahkan 100 ml air

suling dan 5 ml H3PO4 85%, NaF 4% 2,5 ml, kemudian tambahkan 5 tetes

diphenilamine, goncang larutan berwarna biru tua kehijauan kotor. Titrasikan

dengan Fe (NH4)2 (SO4)2 0,5 N dari buret hingga warna berubah menjadi hijau

terang.Lakukan cara yang sama untuk mendapatkan volume titrasi Fe (NH4)2

(SO4)2 0,5 N untuk blangko.

Kemudian dihitung:

C-org = 5 x (1-(T/S)) x 0,003 x 1/0,77 x 100/BCT

c. Nitrogen Total Tanah

Metode yang digunakan untuk menetapkan N Total tanah adalah metode

Kjehdal. Prosedur penetapan N-Total (Mukhlis, 2014) adalah sebagai berikut:

1. Tahapan Destruksi

a. Ditimbang 2 gr tanah, tempatkan pada tabung digester

b. Ditambahkan 2 gr katalis campuran dan H2O 10 ml, kemudian ditambahkan

lagi 10 ml campuran H2SO4-asam salisilat dan dibiarkan semalaman

c. Didestruksi pada alat digester dengan suhu rendah dan dinaikkan secara

bertahap hingga larutan jernih (temperatur <2000C). Setelah larutan jernih suhu

dinaikkan dan dilanjutkan selama 30 menit.

d. Didinginkan dan diencerkan dengan menambahkan 15 ml H2O

Universitas Sumatera Utara

Page 59: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Lampiran 2. Prosedur Analisis Kimia Tanah (Lanjutan)

2. Tahapan Destilasi

a. Ditempatkan tabung destruksi pada alat destilasi

b. Pipet 25 ml H3BO3 4%, tempatkan pada erlenmeyer 250 cc dan tambahkan 3

tetes indikator campuran; dan tempatkan sebagai penampung hasil destilasi

c. Ditambahkan NaOH 40% ± 25 ml ke tabung destilasi dan langsung didestilasi

d. Ditampung hasil destilasi di erlenmeyer yang berisi H3BO3. Destilasi

dihentikan bila larutan di Erlenmeyer berwarna hijau dan volumenya ± 75 ml

3. Tahapan Titrasi

a. Dititrasi hasil destilasi dengan HCl 0,02 N. Titik akhir titrasi ditandai oleh

perubahan warna dari hijau menjadi merah.

b. Perhitungan:

N (%) =

d. Fosfat Tersedia (P Tersedia)

Metode yang digunakan untuk menetapkan P tersedia adalah metode Bray-

I. Prosedur penetapan P tersedia (Mukhlis, 2014) adalah sebagai berikut:

1. Ditimbang 2 gr contoh tanah dan tempatkan pada gelas erlenmeyer 250 cc.

2. Ditambahkan larutan Bray I sebanyak 20 ml dan digoncang pada shaker selama

30 menit, kemudian disaring dengan kertas saring

3. Pipet filtrat sebanyak 5 ml dan masukkan pada tabung reaksi

4. Ditambahkan pereaksi fosfat B sebanyak 10 ml. Biarkan selama 5 menit

5. Diukur transmitan pada spectronic dengan panjang gelombang 660 nm

6. Pada saat yang bersamaan pipet filtrat juga masing-masing 5 ml larutan standar

P 0 - 0,5- 1,0 – 2,0 – 3,0 – 4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian

tambahkan 10 ml pereaksi fosfat B. Diukur juga transmitan standar pada

spectronic dengan panjang gelombang yang sama yaitu 660 nm

7. Dihitung :

P tersedia (ppm) = ppm pelarut x x faktor pengencer (bila ada)

Universitas Sumatera Utara

Page 60: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Lampiran 2. Prosedur Analisis Kimia Tanah (Lanjutan)

e. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Metode yang digunakan untuk menetapkan KTK tanah adalah metode

Ekstraksi NH4OAc pH 7. Prosedur penetapan KTK menurut Mukhlis (2014)

adalah sebagai berikut:

1. Dimasukkan sedikit serat fiber ke dasar tabung perkolasi dan sedikit pasir

kuarsa yang kering

2. Ditimbang 2,5 gr contoh tanah dan tempatkan pada tabung perkolasi

3. Ditambahkan 50 ml larutan CH3COONH4 1 N pH 7

4. Dicuci tanah pada tabung perkolasi dengan alkohol 80% hingga larutan tanah

bebas dari NH4+

5. Ditambahkan dengan memperkolasikan larutan 50 ml NaCl 10% asam;

perkolat ditampung pada labu ukur 50 cc dan penuhkan dengan H2O sampai

volume 50 ml

6. Pipet 20 ml perkolat dari labu ukur dan tempatkan ke tabung destilasi dan

tambahkan 50 ml H2O. Kemudian tempatkan pada alat destilasi.

7. Ditambahkan perkolat 15 ml NaOH 40% pada alat destilasi

8. Ditampung hasil destilasi pada erlenmeyer 250 cc yang berisi 25 ml H3BO3 4%

dan 2 tetes indikator metil merah atau indikator campuran

9. Destilasi selesai apabila terjadi perubahan warna pada larutan destilat dan

volumenya telah mencapai ± 75 ml

10.Titrasi hasil destilat dengan HCl 0,1 N; hingga warna larutan kembali ke warna

semula (sebelum didestilasi).

11. Dihitung:

KTK (me/100 gr) = ml HCl x N HCl x 100/2,5 x 50

Universitas Sumatera Utara

Page 61: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Lampiran 3. Kriteria penilaian sifat kimia tanah Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP-Medan (1982)

Sifat Tanah Satuan

Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

Tinggi

C (karbon) % < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 > 5,00

P2O5 HCl mg/100 g < 10 10-20 21-40 41-60 > 60

P-avl Bray II ppm < 8,0 8,0-15 16-25 26-35 > 35

N (Nitrogen) % < 0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 > 0,75

C/N - < 5 05-10 11-20 16-25 > 25

P2O5 total % < 0,03 0,03-0,06 0,06-0,079 0,08-0,10 > 0,10

P-avl Truog ppm < 8,0 8,0-15 16-25 26-35 > 35

P-avl Olsen ppm < 10 10-25 26-45 46-60 > 60

K2O-eks HCl % < 0,003 0,03-0,06 0,07-0,11 0,12-0,20 > 0,20

CaO-eks HCl % < 0,05 0,05-0,09 0,10-0,20 0,20-0,30 > 0,30

MgO-eks HCl % < 0,05 0,05 0,1 0,2 > 0,30

MnO-eks HCl % < 0,05 0,05 0,1 0,2 > 0,30

K-tukar me/100 < 0,10 0,10-0,20 0,30-0,50 0,60-1,00 > 1,00

Na-tukar me/100 < 0,10 0,10-0,30 0,40-0,70 0,80-1,00 > 1,00

Ca-tukar me/100 < 2,0 2,0-5,0 6,0-10,0 11,0-20,0 > 20

Mg-tukar me/100 < 0,40 0,40-1,00 1,10-2,00 2,10-8,00 > 8,00

KTK (CEC) me/100 < 5 05-16 17-24 24-40 > 40

KB (BS) % < 20 20-35 36-50 51-70 > 60

Kej Al % < 10 10-20 21-30 31-60 >60

EC (Nedeco) mmhos/ cm - - 2,5 2,6-10 >10

pH

H2O

Sangat masam Masam Agak masam Netral Agak alkalis Alkalis

<4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5

Universitas Sumatera Utara

Page 62: KARAKTERISASI HABITAT DAN MORFOLOGI TEGAKAN …

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

(a) (b) (c)

(d) (e) Gambar 11. Dokumentasi Penelitian a) Pengukuran dan Pengamatan Sampel

b) Pengambilan Sampel Tanah c) Titrasi d) Isolasi Mikroba e) Penghitungan Koloni

Universitas Sumatera Utara